Anda di halaman 1dari 7

DIRECT OBSERVASIONAL PROSEDURE SKILL

PEMBERIAN OBAT IV
TUGAS KDP

DISUSUN OLEH:
INDRI PIJU
18220100025

PROGRAM STUDI PROFESI NERS UNIVERSITAS INDONESIA MAJU


TAHUN 2022/2023
1. Pengertian

Terapi intravena merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan

cara memasukkan cairan melalui intravena dengan bantuan infus set yang bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh (Tamsuri,2008).

Pemasangan infuse adalah tindakan pemasangan kateter intravena pada vena

tertentu untuk memberikan terapi intravena. Terapi intravena digunakan untuk

mengoreksi berbagai kondisi pasien, terutama dalam hal pemasukan peroral tidak

adekuat, ketidakseimbangan elektrolit, kurangnya nutrient tubuh, untuk medikasi

secara IV dan untuk memasukkan produk darah (Craven &Hirnle, 2000).

2. Indikasi Terapi Intravena

Selain untuk pemberian cairan, pemasangan intravena juga berfungsi untuk

pemberian obat IV dengan indikasi yaitu:

a. Pada seseorang dengan penyakit berat, pemberian obat melalui intravena

langsung masuk ke dalam jalur peredaran darah. Misalnya, pada kasus infeksi

bakteri dalam peredaran darah (sepsis). Sehingga memberikan keuntungan lebih

dibandingkan memberikan obat oral. Namun sering terjadi, meskipun

pemberian antibiotika intravena hanya diindikasikan pada infeksi serius, rumah

sakit rnemberikan antibiotika jenis ini tanpa melihat derajat infeksi. Antibiotika

oral pada kebanyakan pasien dirawat di RS dengan infeksi bakteri, sama

efektifnya dengan antibiotika intravena, dan lebih menguntungkan dan segi

kemudahan administrasi RS, biaya perawatan. dan lamanya perawatan.

b. Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah jika


dimasukkan melalui mulut) yang terbatas. Atau hanya tersedia dalarn sediaan

intravena (sebagai obat suntik). Misalnya antibiotika golongan aminoglikosida

yang susunan kimiawinya “polications” dan sangat polar, sehingga tidak dapat

diserap rnelalui jalur gastrointestinal di usus hingga sampai masuk ke dalam

darah). Maka harus dimasukkan ke dalam pembuluh darah langsung.

c. Pasien tidak dapat minum obat karena rnuntah, atau memang tidak dapat

menelan obat (ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti ini,

perlu dipertirnbangkan pemberian rnelalui jalur lain sepe rektal (anus),

sublingual (di bawah lidah), subkutan (di bawah kulit), dan intramuskular

(disuntikkan di otot).

d. Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak atau obat masuk ke

pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.

e. Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui

injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik atau vena). Peningkatan

cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai. Misalnya pada orang yang

mengalami hipoglikemia berat dan mengancam nyawa, pada penderita diabetes

melitus. Alasan ini juga sering digunakan untuk pemberian antibiotika

melalui infus atau suntikan, namun perlu diingat bahwa banyak antibiotika

memiliki bioavailabilitas oral yang baik, dan mampu mencapai kadar adekuat

dalam darah untuk membunuh bakteri.

Dari uraian di atas dapat diketahui hahwa pemberian atau pemasangan terapi

intravena harus sesuai indikasi pada keadaan-keadaan tertentu dan berfungsi

untuk pemberian obat intravena. Secara garis besar, Sugiarto (2006)

menyimpulkan bahwa indikasi pemasangan terapi intravena, yaitu:


1) Pemberian cairan intravena (intravenous fluids).

2) Pemberian nutrisi parenteral (langsung masuk ke dalam darah) dalam

jumlah terbatas.

3) Pemberian kantong darah dan produk darah.

4) Pemberian obat yang terus-menerus (continiu).

5) Upaya profilaksis (tindakan pencegahan sebelum prosedur (misalnya pada

operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena

untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian

obat).

6) Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya resiko

dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum

pembuluh darah kolaps (tidak teraba). sehingga tidak dapat dipasang jalur

infus

3. Tujuan Tindakan
1) Efek terapeutik segera dapat tercapai karena penghantaran obat ke tempat

target berlangsung cepat.

2) Absorsi total memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi lebih dapat

diandalkan.

3) Kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek terapeutik dapat

dipertahankan maupun dimodifikasi.

4) Rasa sakit dan iritasi obat-obat tertentu jika diberikan intramuskular atau

subkutan dapat dihindari.


5) Sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorbsi dengan rute lain karena molekul

yang besar, iritasi atau ketidak stabilan dalam traktus gastrointestinalis.

4. Masalah keperawatan
1) Tidak bisa dilakukan “drug recall” dan rnengubah aksi obat tersebut sehingga
resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi.
2) Kontrol pemberian yang tidak baik bisa rnenyebabkan “speed shock”.
3) Komplikasi tambahan dapat timbul, yaitu kontaminasi mikroba melalui titik
akses ke sirkulasi dalam periode tertentu, iritasi vaskular seperti flebitis mekanik
dan kimia, inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan.

5. Rasional Tindakan
1) Menjelaskan prosedur kepada pasien dan keluarga pasien
R/ Pasien atau keluarga pasien dapat mengerti dengan tindakan yang akan
dilakukan
2) Menyiapkan obat-obatan sesuai instruksi dengan memperhatikan prinsip 6B
R/ Prinsip 6b sangat diperlukan agar obat yang diberikan sesuai atau tepat
3) Memasang perlak dan dekatkan bengkok
R/ Perlak digunakan untuk alas dan bengkok sebagai tempat untuk membuang
sisa sampah medis saat selesai menginjeksi pasien
4) Mencuci tangan dan memakai handscoon
R/ menghilangkan mikroorganisme pada tangan
5) Memasukkan obat yang telah diencerkan dengan water injeksi ke dalam spuit
lalu meletakkan ke dalam kupet
R/ Memasukkan obat sesuai dosis agar mudah diberikan pada pasien dan tetap
menjaga kesterilan spuit
6) Disinfektan daerah selang infus yang akan dilakukan penyuntikan
R/ Menghilangkan mikroorganisme pada area yang akan dilakukan penyuntikan
7) Jarum disuntikkan ke selang infus dengan lubang jarum menghadap ke atas
R/ Memudahkan dalam penyuntikan
8) Setelah jarum masuk, selang infus diklem
R/ Agar obat yang diinjeksikan segera masuk ke dalam intravena
9) Masukkan obat dengan perlahan-lahan
R/ Menurunkan rasa sakit atau nyeri saat obat dimasukkan
10) Cabut spuit bila obat sudah habis dan buka klem pada selang infus
R/ Setelah selesai melakukan injeksi selang infus tidak di klem lagi untuk
mengaliri cairan infus kembali dan membantu memasukkan obat ke dalam vena
11) Desinfeksi tempat suntikan dengan kapas alkohol
R/ Menjaga area suntikan agar terbebas dari mikroorganisme
12) Evaluasi reaksi obat yang telah disuntikkan
R/ Mengetahui adanya tanda-tanda alergi atau kerja obat

6. Prosedur tindakan
1) Identifikasi pasien menggunakan minimal dua jenis identitas (nama lengkap,
tanggal lahir, atau nomor rekam medis)
2) Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur
3) Siapkan alat dan bahan yang diperlukan:
a. Sarung tangan bersih
b. Obat IV sesuai order
c. Alcohol swab
d. Spuit sesuai kebutuhan
e. Cairan peralut jika perlu
f. Torniket
g. Pengalas
h. Safty box
4) Campurkan obat dengan cairan peralut sesuai kebutuhan
5) Lakukan prinsip 6 benar (pasien, obat, dosis, waktu, rute, dan dokumentasi)
6) Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
7) Pasang sarung tangan bersih
8) Pilih area vena yang akan dilakukan penusukan
9) Pasang pengalas di bawah aera vena yang dipilih
10) Lakukan pembendungan dengan memasang tornikuet 5-10 cm di atas area
penusukan
11) Anjurkan membuka dan mengepal dengan beberapa kali untuk membantu vena
berdialitasi
12) Bersihkan area penusukan dengan alcohol swab
13) Lakukan penusukan dengan dengan sudut 20-30 dengan bevel menghadap ke
atas
14) Tarik sedikit plunger spuitsampai terlihat darah pada plunger spuit
15) Lepaskan tornikuet
16) Injeksi obat intravena
17) Keluarkan jarum dsri vena secara perlahan
18) Buang jarum spuit ke dalam safety/bos
19) Lakukan kanan pada area penusukan
20) Berikan balutan dengan kasa steril
21) Pasang plester pada daerah penusukan
22) Rapikan pasien dan alat yang digunakan
23) Lepaskan sarung tangan
24) Lakukan kebersihan tangan 6 th
25) Dokumentasi prossedur yang telah dilakukan dan respon pasien

7. Kesenjangan teori
Injeksi IV perset merupakan prosedur pemberian obat dengan menambahkan obat ke
dalam intravena. tujuannya untuk meminimalkan efek samping obat, penusukan IV
langsung secara terus-menerus, dan mempertahankan kadar terapeutik obat dalam
darah. Pemberian antibiotik taxegram pada pasien dengan gastroenteritis dapat
mempantu menekan bakteri gram negatif dan positif yang merupakan salah satu
penyebab gastroenteritis.

8. Link video

https://youtu.be/7-8tDnIuTL0

Anda mungkin juga menyukai