Anda di halaman 1dari 13

A.

Definisi
Pemasangan infus atau terapi intravena adalah proses memasukkan jarum
abocath ke dalam pembuluh darah vena yang kemudian disambungkan dengan
selang infus dan di alirkan cairan infus (Rosyidi, 2013).
Terapi intravena adalah terapi medis yang dilakukan secara invasif dengan
menggunakan metode yang efektif untuk mensuplai cairan, elektrolit, nutrisi,
dan obat melalui pembuluh darah (Potter&Perry, 2005).
Terapi intravena adalah menempatkan cairan steril melalui jarum,langsung ke
vena perifer.Biasanya cairan steril mengandung elektrolit (natrium,
kalsium,kalium), nutrien misalnya, glukosa, vitamin atau obat (Brunner &
Suddarth, 2002).
Dapat disimpulkan pemasangan infus atau terapi intravena adalah
memasukkan cairan, elektrolit, nutrisi dan obat dengan teknik penusukan
kateter infus ke dalam pembuluh darah vena dengan menggunakan alat infus
set.
B. Tujuan Pemasangan Infus
Tujuan utama terapi intravena yaitu:
1. Memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang mengandung air,
elektrolit, vitamin, protein, lemak, dan kalori yang tidak dapat
dipertahankan secara adekuat melalui oral.
2. Memperbaiki keseimbangan asam-basa.
3. Memperbaiki volume komponen darah.
4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan ke dalam tubuh.
5. Memonitor tekanan vena sentral (CVP).
6. Memberikan nutrisi pada saat sistem pencernaan mengalami gangguan
(Hidayat, 2008).
C. GambarAlat Dan AnatomiTubuh

1. Spike cup adalah penutup penetrate needle infuse/tranfusi set yang berfungsi
keseterilan penetrate needle infus

2. Spike/Penetrate Needle Infuse adalah jarum infus/tranfusi set yang berfungsi


sebagai pembolong botol infus dan juga sebagai penghubung pertama cairan
infusan
3. Air Vented adalah lubang kecil pada spike yang berfungsi penyetabil udara
drip chamber dan juga berfungsi sebagai ventilasi ketika memberikan terapi
infusan vial

4. Drip Chamber adalah ruang tetes yang berfungsi untuk mencegah terjadinya
emboli udara
5. Blood Filter adalah bagian khusus pada tranfusi set yang berfungsi sebagai
penyaring darah dan mencegah trombus masuk kedalam sistem aliran darah

6. Solution Filter adalah pengubung drip chamber dengan tube yang berfungsi
untuk mencegah partikel, udara, bekuan darah tranfusi dan mencegah
masuknya bakteri dari cairan infus ke sistem vena

7. Roller clamp set adalah bagian infus set yang menempel pada tube berfungsi
untuk menghentikan dan mengalirkan cairan infusan atau darah
8. Tube adalah selang/pipa infus yang berfungsi sebagai sarana mengalirnya
cairan atau darah dari infusan yang akan menuju vena

9. Y Injection Connector adalah bagian tube infus yang berfungsi sebagai tempat
penyuntikan obat intravena

10. Injection Site adalah adalah bagian infus berbahan karet elastis yang berfungsi
sebagai tempat penusukan jarum suntik untuk pemberian obat intra vena
11. Connector adalah bagian infus set yang berfungsi sebagai penghubung infus
set ke IV canula dan bisa sebagai tempat spooling infus

12. Needle hub adalah jarum yang melekat pada konektor berfungsi untuk needle
spooling atau ventilasi dengan menusukkannya ke plabot/vial

13. Needle cap adalah penutup needle hub yang berfungsi untuk menjaga
kesterilan needle hub dan mencegah terjadinya tertusuk jarum
14.

Adapun menurut Potter (1999) ukuran jarum infus berbeda-beda dan memiliki
standar internasional, yaitu :
1. Ukuran 14G
 kode warna ORANYE
 diperuntukan bagi pasien dengan kondisi massive trauma.
2. Ukuran 16G
 kode warna ABU-ABU
 diperuntukan bagi pasien anak dengan usia di atas 8 tahun dan dewasa,
pasien dengan trauma, pasien dengan indikasi bedah mayor, serta
dengan kondisi pasien yang diperlukan terapi sejumlah besar cairan
infus perlu diberikan kepada pasien, sehingga pemasangan jarum infus
ukuran 16 umumnya digunakan pada vena besar.
3. Ukuran 18G
 kode warna HIJAU
 diperuntukan bagi pasien anak dengan usia 1 – 8 tahun serta anak di
atas usia 8 tahun dan dewasa, biasanya dipergunakan untuk melakukan
tindakan pemberian cairan darah, komponen darah serta cairan kental
lainnya. Pemasangan jarum infus ukuran 18 pada vena besar.
4. Ukuran 20G
 kode warna PINK
 diperuntukan bagi pasien anak dengan usia 1 – 8 tahun serta anak di
atas usia 8 tahun dan dewasa. Sering digunakan untuk menginfus
darah, komponen darah serta cairan infus kental lainnya.
5. Ukuran 22G
 kode warna BIRU
 diperuntukan bagi pasien anak dengan usia 1 – 8 tahun serta dewasa
usia lanjut. Jarum infus ukuran 22 dapat dipergunakan untuk
menginfus sebagian besar cairan infus dan relatif lebih mudah untuk
melakukan insersi ke vena yg kecil, tipis dan rapuh. Kecepatan tetesan
pada penggunaan jarum infus ukuran 22 harus dipertahankan pada
tetesan lambat.
6. Ukuran 24G
 kode warna KUNING
 diperuntukan bagi pasien dengan usia di bawah 1 tahun (nenonatus,
bayi, anak) dan dewasa usia lanjut. Jarum infus ukuran 24 dapat
dipergunakan untuk menginfus sebagian besar cairan infus dan relatif
sangat mudah untuk melakukan insersi ke vena yang sangat kecil, tipis
dan rapuh. Kecepatan tetesan pada penggunaan jarum infus ukuran 24
harus dipertahankan pada tetesan lambat atau biasa disebut micro drip.
7. Ukuran 26G
 kode warna VIOLET
 diperuntukan bagi pasien dengan usia di bawah 1 tahun (nenonatus,
bayi, anak) dan dewasa usia lanjut. Jarum infus ukuran 26 dapat
dipergunakan untuk menginfus sebagian besar cairan infus dan relatif
sangat mudah untuk melakukan insersi ke vena yang sangat kecil, tipis
dan rapuh namun jarum infus ukuran 26 ini sangat jarang digunakan
karena para tenaga medis biasanya cukup menggunakan jarum infus
ukuran 24. Kecepatan tetesan pada penggunaan jarum infus ukuran 26
harus dipertahankan pada tetesan yang sangat lambat atau biasa
disebut micro drip.
15.

D. Indikasi medis
Pemasangan infus Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP), yang
memungkinkan pemberian obat langsung ke dalam Intra Vena Untuk
memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat (seperti furosemid,
digoxin) Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-
menerus melalui Intra vena Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan
cairan dan elektrolit Pasien yang mendapatkan tranfusi darah Upaya
profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi
besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan
jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat) Upaya profilaksis
pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi (kekurangan
cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak
teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus. Untuk menurunkan
ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan dengan injeksi
intramuskule

E. Indikasi keperawatan
Menurut Potter& Perry (2005) indikasi pada pemberian terapi
intravenayaitu:pada seseorang denganpenyakit berat, pemberian obat melalui
intravena langsung masuk ke dalam jalur peredaran darah, misalnya pada
kasus infeksi bakteri dalam peredaran darah (sepsis), sehingga memberikan
keuntungan lebih dibandingkan memberikan obat oral.
Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau tidak dapat menelan obat
(ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti ini, perlu
dipertimbangkan pemberian melalui jalur lain seperti rektal (anus), sublingual
(di bawah lidah), subkutan (di bawah kulit), dan intramuskular (disuntikkan di
otot).
Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak obat masuk ke
pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.Kadar
puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui
injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena).Peningkatan cepat
konsentrasi obat dalam darah tercapai, misalnya pada orang yang mengalami
hipoglikemia berat dan mengancam nyawa.

F. Kontraindikasi
Kontraindikasi pada pemberian terapi intravena yaitu :
1. Inflamasi(bengkak,nyeri,demam)dan infeksi di lokasi pemasangan infus.
2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan
digunakan untuk pemasangan fistula arteri-venapada tindakan
hemodialisis.
3. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang
aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan
kaki)(Potter& Perry, 2005).
ASUHAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA NOC NIC


1 Diare Setelah dilakukan tindakan Manejemen
keperawatn 2 x 24 jam, diharapkan diare:
pasien membaik dengan indikator : -Ajari pasien
Eliminasi usus cara
No Indikator Awal Tujuan penggunaan
1 Pola 4 5 obat anti diare
eliminasi secara cepat
2 Kontrol 4 5 -Berikan
gerakan makanan dalam
usus porsi kecil dan
3 Warna 3 5 lebih sering
fases serta tingkatkan
4 Kemudahan 2 3 porsi secara
Bab betahap
-Amati tugor
Ket: 1. Kuat kulit secara
2. Berat berkala
3. Sedang -Ukur diare/
4. Ringan output
5. Tidak ada pencernaan

A. Persiapan tindakan keperawatan


Persiapan alat :
 standar infus
 set infus
 cairan sesuai program medic
 jarum infuse dengan ukuran yang sesuai
 pengalas
 torniket
 kapas alcohol
 plester
 gunting
 kasa steril
 sarung tangan

B. Prosedur pelaksanaan tindakan keperawatan


1) Mempersiapkan peralatan.
2) Menjelaskan prosedur pemasangan infus dan tujuan kepada pasien.
3) Mencuci tangan.
4) Menyiapkan set infus.
5) Menutup klem.
6) Membiarkan ujung selang tertutup dengan plastik sampai infus dipasang.
7) Melepaskan tutup pelindung dari botol cairan infus, masukkan penusuk
ke botol cairan infus.
8) Gantungkan botol cairan infus pada tiang infus dengan jarak 1 meter dari
atas kepala klien.
9) Mengisi sebagian bilik tetes dengan cairan infus.
10) Membuka tutup pelindung.
11) Melepaskan klem.
12) Biarkan cairan mengalir sampai gelembung dikeluarkan.
13) Mengklem selang
14) Pasang kembali tutup selang.
15) Memilih tempat fungsi vena: vena yang tampak lurus tidak berkelok-
kelok dan tidak pada persendian.
16) Pasang torniquet 15-20 cm di atas tempat pungsi.
17) Pakai sarung tangan bersih.
18) Membersihkan area pungsi dengan alkohol, lakukan gerakan melingkar
dari tengah ke luar.
19) Masukkan kateter dengan tangan nondominan meregangkan kulit di area
penusukan jarum.
20) Memasukkan kateter jarum dengan kemiringan pada sudut 15 sampai 30
derajat.
21) Melepaskan torniquet.
22) Melepaskan tutup pelindung ujung distak selang.
23) Hubungkan selang infus ke kateter.
24) Memfiksasi kateter.
25) Memastikan ketepatan aliran infus sesuai dengan dosis yang di berikan.
26) Berikan label meliputi tanggal.
27) Menuliskan waktu pemasangan infus.
28) Menuliskan inisial perawat yang memasang infus.(Kozier et al, 2000)

Anda mungkin juga menyukai