Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMASANGAN INFUS NY “ M “ DI RUANG

VK RSUD ABDUL RIVAI BERAU

Disusun Oleh :

DEWI JAWA

NIM : 22082004

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Keterampilan Dasar Kebidanan Menyiapkan Tempat


Tidur Di Ruang Vk RSUD Abdul Rivai Berau telah diperiksa dan disahkan pada
Tanggal …………………. 2023

Clinical Instructur Mahasiswa,

(Dewi Jawa)

Nim : 22082004
(Supriati, A. Md. Keb)

NIP.

Mengetahui,

Pembimbing

(Widya Astuti S.S,T M, Kes )

NIDN.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemasangan infus termasuk salah satu prosedur medis yang paling sering dilakukan sebagai
tindakan terapeutik. Pemasangan infus dilakukan untuk memasukkan bahan-bahan larutan ke dalam
tubuh secara kontinyu atau sesaat untuk mendapatkan efek pengobatan secara cepat. Bahan yang
dimasukkan dapat berupa darah, cairan atau obat-obatan. Istilah khusus untuk infus darah adalah
transfusi darah (Jurnalis, 2018).
B. Tujuan.

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan asuhan Ketrampilan Dasar Kebidanan pada
menjelaskan ibu dan kelurga untuk menjeleskan pemasangan infus

2. Tujuan Khusus Mahasiswa mampu :

a. Melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif pada ibu untuk menjelasakan
pemasangan infus yang diberikan

C. Manfaat

Penulisan laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya:

1. Bagi Pelayanan Kesehatan agar dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat

2. Bagi Penulis agar menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam melaksanakan asuhan
keterampilan dasar kebidanan
BAB 11

TINJAUAAN TEORI

A. Definisi

Pemasangan infus termasuk salah satu prosedur medis yang paling sering dilakukan sebagai
tindakan terapeutik. Pemasangan infus dilakukan untuk memasukkan bahan- bahan larutan ke
dalam tubuh secara kontinyu atau sesaat untuk mendapatkan efek pengobatan secara cepat. Bahan
yang dimasukkan dapat berupa darah, cairan atau obat- obatan. Istilah khusus untuk infus darah
adalah transfusi darah (Jurnalis, 2018).

B. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tindakan pemasangan infus adalah:


1. Sterilitas

Tindakan sterilitas dimaksudkan supaya mikroba tidak menyebabkan infeksi lokal pada
daerah tusukan dan supaya mikroba tidak masuk ke dalam pembuluh darah mengakibatkan
bakteremia dan sepsis. Beberapa hal perlu diperhatikan untuk mempertahankan standard
sterilitas tindakan, yaitu :

a. Tempat tusukan harus disucihamakan dengan pemakaian desinfektan (golongan iodium,


alkohol 70%).
b. Cairan, jarum dan infus set harus steril.

c. Pelaku tindakan harus mencuci tangan sesuai teknik aseptik dan antiseptik yang benar
dan memakai sarung tangan steril yang pas di tangan.
d. Tempat penusukan dan arah tusukan harus benar. Pemilihan tempat juga
mempertimbangkan besarnya vena. Pada orang dewasa biasanya vena yang dipilih
adalah vena superficial di lengan dan tungkai, sedangkan anak-anak dapat juga dilakukan
di daerah frontal kepala.
2. Fiksasi
Fiksasi bertujuan agar kanula atau jarum tidak mudah tergeser atau tercabut. Apabila
kanula mudah bergerak maka ujungnya akan menusuk dinding vena bagian dalam sehingga
terjadi hematom atau trombosis.

3. Pemilihan cairan infus

Jenis cairan infus yang dipilih disesuaikan dengan tujuan pemberian cairan.
4. Kecepatan tetesan cairan
Untuk memasukkan cairan ke dalam tubuh maka tekanan dari luar ditinggikan atau
menempatkan posisi cairan lebih tinggi dari tubuh. Kantung infus dipasang ± 90 cm di atas
permukaan tubuh, agar gaya gravitasi aliran cukup dan tekanan cairan cukup kuat sehingga
cairan masuk ke dalam pembuluh darah.

Kecepatan tetesan cairan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Yang perlu diperhatikan
adalah bahwa volume tetesan tiap set infus satu dengan yang lain tidak selalu sama dan perlu
dibaca petunjuknya.

5. Selang infus dipasang dengan benar, lurus, tidak melengkung, tidak terlipat atau
terlepas sambungannya.
6. Hindari sumbatan pada bevel jarum/kateter intravena. Hati-hati pada penggunaan kateter
intravena berukuran kecil karena lebih mudah tersumbat.
7. Jangan memasang infus dekat persendian, pada vena yang berkelok atau mengalami
spasme.
8. Lakukan evaluasi secara periodik terhadap jalur intravena yang sudah terpasang. (Soetijono,
2019)
C. Indikasi Tindakan yang akan Dilakukan

1. Pasien dengan keadaan emergency (misalnya pada tindakan RJP), yang


memungkinkan pemberian obat langsung ke dalam intravena.
2. Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat (seperti furosemid,
digoxin)
3. Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar terus menerus melalui intravena
(Hidayati, 2018)
4. Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit

5. Pasien yang mendapatkan transfusi darah

6. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar
dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok,
juga untuk memudahkan pemberian obat).
7. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, mialnya risiko dehodrasi (kekurangan
cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolabs (tidak teraba),
sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.
8. Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah jika dimasukkan melalui
mulut) yang terbatas. Atau hanya tersedia dalam sediaan intravena (sebagai obat suntik).
Misalnya antibiotika golongan aminoglikosida yang susunan kimiawinya “polications” dan
sangat polar, sehingga tidak dapat diserap melalui jalur gastrointestinal (di usus hingga
sampai masuk ke dalam darah). Maka harus dimasukkan ke dalam pembuluh darah langsung.
9. Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat menelan obat (ada
sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti ini, perlu dipertimbangkan pemberian
melalui jalur lain seperti rektal (anus), sublingual (di bawah lidah), subkutan (di bawah kulit),
dan intramuskular (disuntikkan di otot).
10. Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak—obat masuk ke pernapasan),
sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.
11. Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui injeksi bolus
(suntikan langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam darah
tercapai. Misalnya pada orang yang mengalami hipoglikemia berat dan mengancam nyawa,
pada penderita diabetes mellitus. Alasan
ini juga sering digunakan untuk pemberian antibiotika melalui infus/suntikan, namun perlu
diingat bahwa banyak antibiotika memiliki bioavalaibilitas oral yang baik, dan mampu
mencapai kadar adekuat dalam darah untuk membunuh bakteri. (Soetijono, 2019)

D. Kontraindikasi Tindakan yang Dilakukan

1. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.

2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk
pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah).
3. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya
lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki) (Gleadle,2019).

E. Tujuan Tindakan Kebidanan

1. Sebagai pengobatan

2. Mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit

3. Memberi zat makanan pada klien yang tidak dapat atau tidak boleh makan melalui mulut
(Ariningrum,2017.
DAFTAR PUSTAKA

Ariningrum, D. ; dkk. (2017). Buku Pedoman Keterampilan Klinis. Surakarta: Fakultas


Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Gleadle, J. (2019). Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga.

Hidayati, R. ; dkk. (2018). Praktik Laboratorium Keperawatan. Jakarta: PT Gelora Aksara


Pratama.

Jurnalis. (2018). Protap Pemasangan Infus.

Jurnal Tindakan Keperawatan Pemasangan Infus Di Ruang Flamboyan RSUD Dr R


Soetijono Blora. (2019)
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEBIDANAN

LAPORAN

ANALISA SINTESATINDAKAN NY “ M “

DI RUANG VK RSUD ABDUL RIVAI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Bidan Stase

Ketrampilan Dasar Kebidanan

Disusun oleh:
DEWI JAWA

NIM : 22082004

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN INSTITUT TEHNOLOGI DAN SAINS


WIYATA HUSADA SAMARINDA
2023/2024
FORMAT PENGKAJIAN LAPORAN

Preseptee : Dewi Jawa Tanggal Pengkajian : 10 Juni 2023


NIM : 22082004 Ruangan : VK Bersalin
A. DATA UMUM KLIEN
1. Inisial klien : Ny M
2. Usia : 27 tahun
3. Status perkawinan : Kawin
4. Pekerjaan : IRT
5. Pendidikan : SMP
B. DATA SUBJEKTIF
1. Alasan masuk kamar bersalin: masuk rumah sakit tanggal 10-06-2023 ibu mengatakan hamil
anak ke tiga melahirkan dua kali anak hidup tidak pernah keguguran, usia kehamilan 40-41
minggu dan mules jarang jarang
2. Keluhan utama: ibu sudah melahirkan 2 jam yang lalu
3. Ibu mengeluh mengatakan lemas
C. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Status emosional : Stabil dan Tenang
d. BB : 55 kg
e. TB : 150 cm
2. Tanda vital
a. Tekanan darah : 90/70 mmHg
b. Nadi : 82x/menit
c. Pernapasan : 20x/menit
d. Suhu : 36,0 ‘C
3. Tindakan yang dilakukan pemasangan infus
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEBIDANAN

1. Tindakan Yang Dilakukan

Melakukan pemasangan infus yaitu pemberian sejumlah cairan kedalam tubuh melalui
sebuah jarum kedalam pembuluh vena untuk menggantikan cairan atau zat-zat makanan dari
tubuh agar cairan tubuh pada pasien terpenuhi.

2. Dasar Pemikiran (Secara Teori)


Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung elektrolit, vitamin,
protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral,
memberikan keseimbangan asm basa, memperbaiki volume komponen darah dan
memberikan nutrisi saat system pencernaan diistirahatkan

3. Prinsip-prinsip tindakan

Prinsip pemasangan terapi intravena (infus) memperhatikan prinsip steril, hal ini yang
paling penting dilakukan tindakan untuk mencegah kontaminasi jarum intravena (infus)

4. Indikasi pemasangan infus:


a. Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP), yang memungkinkan pemberian obat
langsung ke dalam Intra Vena
b. Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui intra
vena
c. Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit
d. Pasien yang mendapatkan tranfusi darah
e. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar
dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok,
juga untuk memudahkan pemberian obat)
f. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi
(kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak
teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.
g. Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan dengan injeksi
intramuskuler.
5. Analisa Tindakan Kebidanan

Tahap Pre Interaksi

h. Persiapan pasien
1) Memberitahu dan menjelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan.
2) Posisi pasien tidur terlentang
3) Cek program terapi cairan pasien
i. Persiapan alat
1) Standar infus
2) Cairan steril sesuai instruksi
3) Set infus steril
4) Albocath dengan nomor yang sesuai
5) Bidai
6) Perlak
7) Tourniquit
8) Kapas alkohol
9) Plester
10) Gunting
11) Bengkok
12) Kassa
13) Sarung tangan
14) Salf antibiotic
2. Tahap Orientasi

Berikan salam, panggil nama pasien dengan namanya


Perkenalkan diri, jelaskan prosedur dan tujuan tindakan
Berikan kesempatan untuk bertanya

3. Tahap Kerja

a. Cuci tangan
b. Bebaskan lengan klien dari lengan baju
c. Letakkan tourniquit 5-15 cm diatas tempat tusukan
d. Letakkan perlak dibawah lengan pasien
e. Hubungkan cairan infuse dengan selang infuse sehingga tidak ada udara
didalamnya’Kencangkan klem sampai infuse tidak menetes dan pertahankan
kesterilannya sampai pemasangan pada tangan disiapkan
f. Kencangkan tourniquit
g. Anjurkan klien untuk mengepalkan tangannya palpasi dan pastikan tekanan yang akan
ditusuk
h. Bersihkan kulit dengan cermat menggunakan kapas alkohol, arah melingkar dari dalam
keluar lokasi tusukan
i. Gunakan ibu jari untuk menekan jaringan dan vena 5 cm dibawah tusukan

j. Pegang jarum pada posisi 30 derajat pada vena yang akan ditusuk, setelah pasti masuk
lalu tusuk perlahan dengan pasti
k. Rendahkan posisi jarum sejajar dengan dan tarik jarum sedikit lalu teruskan plastik

i.v catether kedalam vena

l. Tekan dengan jari ujung plastic i.v catether


m. Tarik jarum infuse keluar
n. Buka klem infuse sampai sampai cairan mengalir lancar
o. Oleskan zalf antibiotik siatas penusuakn kemudian ditutup dengan kassa steril
p. Fiksasi posisi plastic i.v catether dengan plester
4. Tahap Terminasi

a. Evaluasi hasil kegiatan


b. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
c. Pasien nyaman
d. Akhiri kegiatan dan bereskan alat
e. Cuci tangan
5. Dokumentasi

Tanggal : 10-06-2023 jam : 13.04 dan nama terang NY. M

Respon pasien terhadap prosedur : Pasien menerima pemasangan infus dan tidak merasa
kesakitan terhadap tindakan pemasangan infus

6. Bahaya Yang Muncul

a. Hematoma
b. Infiltrasi
c. Tromboflebitis/bengkak (inflasi pada pembuluh vena)
d. Emboli udara
e. Perdarahan
f. Reaksi alergi
7. Hasil Yang Didapat dan Maknanya

Setelah dilakukan pemasangan infus diharapkan pemenuhan kebutuhan cairan tubuh pasien
dapat terpenuhi secara optimal dan monitor tetesan infus.

Tidak ada perbedaan yang bermakna cara pemasangan infus di RSUD Abdul Rivai dan Di
Puskesmas
Daftar pustakaan

(2010). Hubungan Kompetensi Pada Aspek Keterampilan Pemasangan Infus Dengan


Angka Kejadian Flebitis Di RSUD Banyudono Boyolali. Diakses 24 Desember 2012.
http://etd.eprints.ums.ac.id/7935/1/J210080508.pdf

Yanita, Tetra, Dwi & Endri. (2008). Panduan Skills Lab Ketrampilan Dasar Dalam
Kebidanan: Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai