Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMASANGAN INFUS SESUAI PROSEDUR

Oleh :
Khofidhotur Rohmah
NIM. 23106016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM


PROFESI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Khofidhotur Rohmah


Kasus Laporan Pendahuluan : Pemasangan infus sesuai prosedur
Ruang Praktik : Teratai
Rumah Sakit/ Lahan Praktik : RS Tk. III Baladhika Husada

Jember, November 2023

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

Dinar Perbawati, S.ST., M.Kes Fitriatus, S.Kep., Ns


NIDN.0703068903 NIK. 05.06.02.97.20.376

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya. Sehingga saya mampu mengerjakan laporan ini yang
membahas tentang Pemasangan infus sesuai prosedur.
Dalam rangka memenuhi target mata kuliah keterampilan dasar kebidanan
dan praktek klinik. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas dr. Soebandi Jember.
2. Pembimbing Akademik Universitas dr.Soebandi Jember.
3. Kepala Ruangan.
4. Pembimbing Klinik.
5. Semua pihak yang membantu terlaksananya kegiatan atau laporan
ini.
Tentunya laporan ini masih jauh dari kata sempurna. oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
sempurnaanya laporan ini.

Jember, November 2023

Khofidhotur Rohmah

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................2
KATA PENGANTAR..............................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................4
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................5
1.1 Latar Belakang...........................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................5
1.3 Tujuan........................................................................................................5
1.4 Metode Penelitian......................................................................................6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7
2.1 Definisi......................................................................................................7
2.2 Tujuan dan Manfaat Pemasangan infus sesuai prosedur...........................7
2.3 Klasifikasi..................................................................................................7
2.4 Indikasi Pemasangan infus sesuai prosedur..................................................8
2.5 Kontraindikasi Pemasangan infus sesuai prosedur.....................................10
BAB 3 LAPORAN TINDAKAN...........................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemasangan infus merupakan tindakan invasif yang paling banyak
dilakukan pada anak yang dirawat di rumah sakit, hal ini sesuai hasil observasi
di rumah sakit, sebagian besar anak yang dirawat di rumah sakit terpasang
infus (Agustin, 2019). Center of Disease Control (CDC) menganjurkan bahwa
infus harus dipindahkan setiap 72-96 jam (Hines and Best, 2020). Akan tetapi
tidak semua pemasangan infus dapat bertahan sesuai standar. Hal ini dapat
disebabkan karena adanya komplikasi yang timbul akibat pemasangan infus
diantaranya adalah infiltrasi, plebitis, beban cairan berlebihan, penda-rahan,
dan infeksi (Potter & Perry, 2018). Komplikasi yang paling sering terjadi
akibat pemasangan infus adalah phlebitis (Higginson, 2019). Phlebitis pada
anak dapat dipengaruhi oleh obat dengan konsentrasi pekat dan aktivitas anak
yang kurang kooperatif.

1.2 Rumusan Masalah


A. Definisi dari pemasangan infus
B. Apa tujuan dan manfaat dari pemasangan infus
C. Apa klasifikasi dari pemasangan infus
D. Apa indikasi dari pemasangan infus
E. Apa kontradiksi dan pertimbangan pada infus
F. Jenis cairan infus
G. Ukuran jarum infus
1.3 Tujuan

A. Mempertahankan/mengantikan cairan tubuh yang mengandung


air,elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tdak dapat
dipertahankan secara adekuat melalui oral.
B. Memperbaiki keseimbangan asam basa.
C. Memperbaiki keseimnagan volume komponen-komponen darah.
D. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh.
E. Memonitor tekan vena central (CVP).

5
F. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan diistirahatkan

6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pemasangan infus adalah pemasukan cairan atau obat langsung ke dalam
pembuluh darah vena dalam jumlah yang banyak dan waktu yang lama dengan
menggunakan alat infus set (Poltekes kemenkes Maluku, 2019). Pemasangan
infus adalah suatu tindakan memasukan cairan elektrolit, obat, atau nutrisi ke
dalam pembuluh darah vena dalam jumlah danwaktu tertentu dengan
menggunakan set infus (Hidayati, et al., 2018).

2.2 Tujuan dan Manfaat Transfusi Darah


A. Tujuan
a. Memelihara dan mempertahankan kesehatan donor
b. Memelihara keadaan biologis darah atau komponen-
komponennya agar tetap bermanfaat
c. Memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada
peredaran darah (stabilitas peredaran darah)
d. Mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah
e. Meningkatkan oksigenasi jaringan
f. Memperbaiki fungsi Hemostatis
g. Tindakan terapi kasus tertentu (Kiswari, 2018).
B. Manfaat
a. Dapat menambah cairan darah yang hilang di dalam tubuh
b. Dapat menyelamatkan jiwa pasien (Kiswari, 2018).

7
2.3 Klasifikasi
A. Cairan hipotonik
Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentraasi ion Na+
lebih rendah disbanding serum) sehingga larut dalam serum dan
menurunkan osmalaritasnya serum. Maka cairan ditarik dari dalam
pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya sampai akhirnya mengisi
sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi.
B. Cairan isotonic
Osmolalitasnya cairan mendekati serum sehingga terus berada didalam
pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi.
C. Cairan hipertonik
Osmolalitasnya lebih tinggi disbanding serum sehingga menarik cairan
dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu
mensstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan
mengurangi edema.
2.4 Indikasi
A. Pasien dengan keadaan emergency (misalnya pada tindakan RJP), yang
memungkinkan pemberian obat langsung ke dalam intravena.
B. Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat (sperti
furosemid, digoxin)
C. Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar terus menerus
melalui intravena
D. Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit.
E. Pasien yang mendapatkan transfuse darah.
F. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya
pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus
intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan
pemberian obat).
G. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, mialnya risiko
dehodrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum
pembuluh darah kolabs (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang
jalur infus.

8
2.5 Kontraindikasi dan Pertimbangan pada Pemasangan Infus
A. (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi dilokasi pemasangan infuse.
B. Daerah pada lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini
akan digunakan untuk pemasangan A-V shut pada tindakan
hemodialisa.
C. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vean kecil yang
aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena ditungkai dan kaki).
D. Komplikasi yang dapat terjadi pada Pemasangan Infus
a. Hematoma : darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat
pecahnya pembuluh darah arteri vena atau kapiler terjadi akibat
penekanan yang kurang tepat saat memasukkan h=jarum
b. Infiltrasi : masuknya cairan infus kedala jaringan sekitar akibat
ujung jarum infus melewati pembuluh darah.
c. Tromboflebitis : bengkak pada pembuluh darah vena, terjadi akibat
infus yang dipasang tidak dipantau secara ketet dan benar.
d. Emboli udara : masuknya udara kedalam sirkulasi darah terjadi
akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam
pembuluh darah.
2.6 Jenis Cairan Infus
a. Asering
Indikasi : dehidrasi pada kondisi gastrointestinal akut, demam berdarah
dengue, luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat. Keunggulan : Asetat
di metabolism di otot dan maasih dapat ditolerir pada pasien yang
mengalami gangguan hati, pada pemberian sebelum operasi sear,
mengatasi asidosis laktat lebih baik daripada RL pada neonates dan
mempunyai efek vasodilator.
b. KA-EN 1B
Indikasi : sebagai larutan awal pasien belum diketahui, misalnya pada
kasus emergency.
c. KA-EN 3A Dan KA-EN 3B
Indikasi : sebagai larutan untuk memnuhi kebutuhan air dan elektrolit

9
dengan kandungan kalium cukup untuk menggantikan ekskresi harian,
pada keadaan asupan oral terbatas.
d. KA-EN MGE
Indikasi : untuk kasus dimana suplemen NCP dibutuhkan 400 kcal/L
e. KA-EN 4A
Indikasi : larutan infus untuk bayi dan ank-anak, tepat digunakan untuk
dehidrasi hipertonik.
f. KA-EN 4B
Indikasi : larutan infus untuk bayi dan anak-anak usia kurang 3 tahun
digunakan untuk dehidrasi hipertonik
g. Otsu-NS
Indikasi : untuk resusitasi kehilangan Na>Cl
h. Otsu –RL
Indikasi : resusitasi, asidosis metabolic, suplai ion bikarbonat
i. Martos 10
Indikasi : suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita
diabetic.
j. Amiparen
Indikasi : stress metabolic berat, luka bakar, infeksi berat, kwasiokor.
k. Aminovel-600
Indikasi : nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI, penderita GI yang
dipuasakan.
l. Pan-amin G
Indikasi : suplai asam amino pada hiponatremia dan stress netabolik
ringan, tifoid, nutrisi dini pasca operasi.
2.7 Ukuran Jarum Infus
a. Ukuran 16 Penggunaan : dewasa, bedah mayor, trauma, apabila sejumlah
besar cairan perlu diinfuskan Pertimbangan perawat : sakit saat insersi,
butuh vena besar.
b. Ukuran 18 Penggunaan : anak dan dewasa, untuk darah, komponen darah
dan infus kental lainnya Pertimbangan perawat : sakit saat insersi butuh
vena besar.

10
c. Ukuran 20 Penggunaan : anak dan dewasa, sesuai untuk kebanyakan
cairan infus, darah, komponen darah dan infus kental lainnya.
d. Ukuran 22 Penggunaan : bayi, anak dan dewasa (terutama usia lanjut),
cocok untuk sebagian besar cairan infus. Pertimbangan perawat : lebih
mudah menginsersi ke vena yang kecil, tipis dan rapuh, sulit insersi
melalui kulit yagn keras.
e. Ukuran 24, 26 Penggunaan : neonates, bayi, ank, dewasa (terutama usia
lanjut), sesuai untuk sebagian cairan infus tetapi kecepatan tetesannya
lebih lambat. Pertimbangan perawat : untuk vena yang sangat kecil, sulit
insersi melalui kulit keras.

11
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Jl. Dr. Soebandi No. 99 Jember, Telp/Fax. (0331) 483536,
E_mail:info@uds.ac.id Website:http://www.uds.ac.id

BAB 3
LAPORAN TINDAKAN

NO Hari/ Identitas Keluhan Diagnosa Tindakan TTD


Tanggal Pasien CI/
Penda
mping

12
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Jl. Dr. Soebandi No. 99 Jember, Telp/Fax. (0331) 483536,
E_mail:info@uds.ac.id Website:http://www.uds.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Smith-Temple, jean, dkk (2014) ‘Buku saku prosedur klinis keperawatan edisi 5’,
in. Jakarta: EGC.
Sulung, N. (2018) ‘Perbedaan Reaksi Pemberian cairan infus
Weinstein, S.M. (2015) ‘Buku saku terapi intravena edisi 2’, in. Jakarta: ECG.

13
Hines and Best, (2020). Pemasangan infus Jakarta: Erlangga

Higginson, (2019). komplikasi yang terjadi dalam pemasangan infus

14

Anda mungkin juga menyukai