Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

RESUME

Oleh:

-Abdul aziz

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES GRIYA HUSADA SUMBAWA
TAHUN 2019
DAFTAR ISI
PEMASANGAN INFUS…………………………………………………………………5

TRANSFUSI DARAH…………………………………………………………………….10

PEMBERIAN OBAT……………………………………………………………………14

PEMASANGAN NGT…………………………………………………………………..31
PEMASANGAN EKG………………………………………………………………….36

2
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah RESUME ini tepat pada waktunya.

Saya mengucapkan terima kasih kepada [bapak/ibu] [nama guru/dosen], selaku [guru/dosen]
[bidang studi/mata kuliah] [nama bidang studi/mata kuliah] yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

3
4
PEMASANGAN INFUS

I. Pengertian Pemasangan Infus

Pemberian cairan intravena(infus) yaitu memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam
pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set.

II. Tujuan utama pemberian cairan intravena atau pemasangan infus

a. Mengembalikan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh

b. Memberikan obat-obatan dan kemoterapi

c. Transfusi darah dan produk darah

d. Memberikan nutrisi parenteral dan suplemen nutrisi

III. Keuntungan dan kerugian terapi intravena atau pemasangan infus

1. indikasi

a. Efek terapeutik segera dapat tercapai karena penghantaran obat ke tempat target
berlangsung cepat.

b. Absorsi total memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi lebih dapat diandalkan

c. Kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek terapeutik dapat dipertahankan


maupun dimodifikasi

d. Rasa sakit dan iritasi obat-obat tertentu jika diberikan intramuskular atau subkutan dapat
dihindar

e. Sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorbsi dengan rute lain karena molekul yang besar,
iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus gastrointestinalis.

2. kontra indikasi

a. Tidak bisa dilakukan “drug Recall” dan mengubah aksi obat tersebut sehingga resiko
toksisitas dan sensitivitas tinggi

b. Kontrol pemberian yang tidak baik bisa menyebabkan “speeed Shock”

c. Komplikasi tambahan dapat timbul, yaitu:

· Kontaminasi mikroba melalui titik akses ke sirkulasi dalam periode tertentu

· Iritasi Vaskular, misalnya phlebitis kimia

5
· Inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan

PERAN DAN PERSIAPAN PERAWAT SEBELUM MELAKUKAN PEMASANGAN INFUS

I. Peran Perawat Dalam Terapi Intravena

1. Memastikan tidak ada kesalahan maupun kontaminasi cairan infus maupun kemasannya

2. Memastikan cairan infus diberikan secara benar (pasien, jenis cairan, dosis, cara pemberian
dan waktu pemberian)

3. Memeriksa apakah jalur intravena tetap paten

4. Observasi tempat penusukan (insersi) dan melaporkan abnormalitas

5. Mengatur kecepatan tetesan sesuai dengan instruksi

6. Monitor kondisi pasien dan melaporkan setiap perubahan

II. Persiapan infus dan insersi kateter pada vena perifer

1. Persiapan Pasien

a. Periksa rekam medis untuk mengetahui riwayat penyakit, alergi dan rencana perawatan

b. Periksa ulang perintah dokter mengenai cairan yang harus diberikan dan kecepatan tetesan.

c. Edukasi(pendidikan) pasien:

· Menjelaskan arti dan tujuan terapi intravena (IV)

· Menjelaskan lama terapi intravena

· Menjelaskan adanya rasa sakit sewaktu insersi (penusukan)

· Anjurkan pasien untuk melaporkan ketidaknyamanan setelah insersi (penusukan) dan


melaporkan jika kecepatan tetesan berkurang atau bertambah

· Jelaskan pada pasien kalau tidak boleh mengatur kecepatan tetesan yang sudah diatur
dokter/perawat, menarik, melepaskan, menekan, serta menindih infus set yang dipasang.

6
2. Persiapan Alat dan Bahan

a. Infus set steril

b. Jarum infus steril(abocath) sesuai dengan ukurannya

c. Cairan bethadine

d. Cairan infuse yang diperlukan

e. Kassa steril dan tempatnya

f. Kapas alcohol 70%

g. Plester

h. Bengkok

i. Perlak

j. Gunting

k. Korentang steril pada tempatnya

l. Torniquet

m. Tiang infuse

n. Papan bidai yang sudah dibalut(anak-anak)

III. Pemilihan tempat insersi

a. Pastikan tempat insersi dirotasi terlebih dahulu. Frekuensi rotasi tergantung pada bahan
kateter;

· Kateter Teflon atau Vialon perlu diganti setiap 48-72 jam

· Kateter Aguavene dapat dipertahankan lebih lama

· Kateter yang terpasang lebih dari 72 jam perlu diberi alasan yang didokumentasikan dalam
catatan perawatan pasien

b. Tempat insersi perlu diganti jika terjadi kemerahan, edema, nyeri tekan, atau filtrasi

c. Pedoman pemilihan vena

· Gunakan vena distal terlebih dahulu

· Gunakan lengan pasien yang tidak dominan


7
· Pilih vena di atas area fleksi

· Pilih vena yang cukup besar untuk aliran darah adekuat ke dalam kateter

· Palpasi vena untuk tentukan kondisnya. Selalu pilih vena yang lunak, penuh dan yang tidak
tersumbat

· Pastikan lokasi yang dipilih tidak akan mengganggu aktivitas pasien sehari-hari

· Pilih lokasi yang tidak akan mempengaruhi pembedahan atau prosedur-prosedur yang akan
dilaksanakan

· Vena superficial yang sering digunakan untuk infus IV pada bayi, anak dan dewasa

IV. Membersihkan tempat insersi

a. Cuci tangan, lalu pakai sarung tangan

b. Bila perlu, jepit rambut di atas insersi agar vena lebih jelas dan untuk mengurangi rasa
sakit, maka sewaktu plester dilepas.

c. Jangan mencukur, karena mencukur dapat menggores kulit, menimbulkan iritasi jika
terkena povidone-iodine/ alkohol dan menimbulkan resiko infeksi.

d. Bersihkan dengan larutan povidone iodine (atau alkohol 70 % jika alergi terhadap iodine.

V. Menstabilkan Vena

a. Bila pasien kedinginan/ badan dingin/ pre-syok gunakan penghangat

b. Untuk memperbesar vena dapat digunakan posisi yang ditusuk lebih rendah daripada
jantung. (Jika perlu gunakan manset tensimeter)

c. Pukul-pukul vena dengan lembut

d. Pasien diminta untuk membuka dan menutup kepalan tangan

VI. Berikan anastesi lokal bila perlu

a. Siapkan alat-alat,lalu dekatkan ke pasien

b. Cuci tangan lalu gunakan sarung tangan

c. Pilih vena yang paling baik

d. Jika perlu, jepit rambut yang ada, agar vena terlihat jelas dan mengurangi sakit jika plester
dilepaskan

8
e. Bersihkan area insersi dengan gerakan melingkar dari pusat keluar dengan larutan
antiseptik dan biarkan mengering

f. Pasang torniquet 4-6 inci diatas tempat insersi

g. Fiksasi vena; letakkan ibu jari di atas vena untuk mencegah pergerakan dan untuk
meregangkan kulit melawan arah penusukan.

h. Menusuk vena; pegang tebung bening kateter, lalu bukan pusatnya.

TEKNIK PEMASANGAN INFUS

a. Metode tidak langsung: tusuk kulit di samping vena, kemudian arahkan kateter untuk
menembus sisi samping vena sampai terlihat aliran balik darah.

b. Rendahkan jarum sampai hampir sejajar dengan kulit

c. Dorong kateter ke dalam vena kira-kira ¼ – ½ inci sebelum melepaskan stylet (jarum
penuntun), dan dorong kateter

d. Lepas torniquet dan tarik stylet

e. Pasang ujung selang infus atau tutup injeksi intermitten

f. Fiksasi kateter dan selang IV (lihat macam-macam fiksasi)

g. Atur kecepatan tetesan infus sesuai instruksi dokter

h. Pasang balutan steril

i. Label dressing meliputi tanggal, jam, ukuran kateter dan inisial/nama pemasang

j. Lepas sarungtangan dan cuci tangan

k. Rapikan alat-alat

9
TRANSFUSI DARAH

Definisi :

Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang membutuhkan
darah dengan cara memasukan darah melalui vena dengan menggunakan set transfusi. Pemberian
transfusi darah digunakan untuk memenuhi volume sirkulasi darah, memperbaiki kadar
hemoglobin dan protein serum. Banyak komplikasi dapat ditimbulkan oleh terapi komponen
darah, contohnya reaksi hemolitik akut yang kemungkinan mematikan, penularan penyakit
infeksi dan reaksi demam. Kebanyakan reaksi tranfusi yang mengancam hidup diakibatkan oleh
identifikasi pasien yang tidak benar atau pembuatan label darah atau komponen darah yang tidak
akurat, menyebabkan pemberian darah yang inkompatibel.

Perawat harus memastikan bahwa kateter yang dipakai klien menggunakan kateter ukuran besar
(18-19). Komponen darah harus diberikan oleh personel yang kompeten, berpengalaman dan
sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Tujuan :

1. Meningkatkan volume sirkulasi darah setelah pembedahan, trauma atau perdarahan

2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada
klien yang mengalami anemia berat.

3. Memberikan komponen seluler yang terpilih sebagai terapi pengganti (misal : faktor
pembekuan plasma untuk membantu mengontrol perdarahan pada klien yang menderita
hemofilia)

Indikasi :

1. Pasien dengan kehilangan darah dalam jumlah besar (operasi besar, perdarahan postpartum,
kecelakaan, luka bakar hebat, penyakit kekurangan kadar Hb atau penyakit kelainan darah).

2. Pasien dengan syok hemoragi.

Kontraindikasi :

1. Hb dan jumlah eritrosit dan leukosit pasien yang tidak normal.

2. Pasien yang memiliki tekanan darah rendah

3. Transfusi dengan golongan darah yang berbeda.

4. Transfusi dengan darah yang mengandung penyakit, seperti HIV/AIDS, Hepatitis B.

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


10
1. Kondisi pasien sebelum ditranfusi

2. Kecocokan darah yang akan dimasukkan

3. Label darah yang akan dimasukkan

4. Golongan darah klien

5. Periksa warna darah (terjadi gumpalan atau tidak)

6. Homogenitas (darah bercampur semua atau tidak).

Persiapan Pasien :

1. Jelaskan prosedur dan tujuan tranfusi darah yang akan dilakukan

2. Jelaskan kemungkinan reaksi tranfusi darah yang kemungkinan terjadi dan pentingnya
melaporkan reaksi dengan cepat kepada perawat atau dokter

3. Jelaskan kemungkinan reaksi lambat yang mungkin terjadi, anjurkan untuk segera melapor
apabila reaksi terjadi

4. Apabila klien sudah dipasang infus, cek apakah set infusnya bisa digunakan untuk pemberian
transfusi

5. Apabila klien belum dipasang infus, lakukan pemasangan

6. Pastikan golongan darah pasien sudah teridentifikasi

Persiapan Alat :

1.Standar infusi

2.Set transfusi

3.Botol berisi NaCl 0,9%

4.Produk darah yang benar sesuai program medis

5.Pengalas

6.Torniket

7.Kapas alcohol

8. Plester

9. Gunting

10. Kasa steril

11. Betadin
11
12. Sarung tangan

Prosedur kerja :

1. jelaskan prosedur kepada klien

2. Pastikan bahwa klien telah menandatangani persetujuan (informed consent)

3. Identifikasi kebenaran produk darah dan klien

4. Cuci tangan

5. Gantungkan larutan NaCl 0,9%

6. Gunakan selang infus yang mempunyai filter (selang Y atau Tunggal)

7. Pakai sarung tangan

8. Lakukan pemasangan infus NaCl 0,9% terlebih dahulu sebelum pemberian transfusi darah

9. Lakukan lebih dahulu transfusi darah dengan memeriksa identifikasi kebenaran produk darah :
periksa komtabilitas dalam kantong darah, periksa kesesuaian dengan identifikasi pasien, periksa
kadaluwarsa, dan periksa adanya bekuan

10. Buka set pemberian darah

· Untuk selang Y, atur ketiga klem

· Untuk selang Tunggal, klem pengatur pada posisi off

11. Transfusi darah dengan selang Y

· Tusuk kantong NaCl 0,9%

· Isi selang dengan NaCl 0,9%

· Buka klem pengatur pada selang Y dan hubungkan ke kantong NaCl 0,9%

· Tutup/klem pada selang yang tidak digunakan

· Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk (biarkan ruan filter terisi sebagian)

· Buka klem pengatur bagian bawah dan biarkan selang terisi NaCl 0,9%

· Kantong darah perlahan dibalik-balik 1-2 kali agar sel-selnya tercampur. kemudian tusuk
kantong darah dan buka klem pada selang dan filter terisi darah

12. Transfusi darah dengan selang Tunggal

· Tusuk kantong darah

· Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk (biarkan ruan filter terisi sebagian)
12
· Buka klem pengatur biarkan selang infuse terisi darah

13. Hubungkan selang transfusi ke kateter IV dengan membuka klem pengatur bawah

14. Setelah darah masuk, pantau tanda vital tiap 5 menit selama 15 menit pertama , dan tiap 15
menit selama 1 jam berikutnya

15. Setelah darah diinfuskan, bersihkan selang dengan NaCl 0,9%

16. Catat tipe, jumlah, dan komponen darah yang diberikan

17. Tahap terminasi

· Mengevaluasi hasil tindakan

· Berpamitan dengan pasien

· Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula

· Mencuci tangan

· Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

13
PEMBERIAN OBAT

A. Standar Operasional Prosedur Pemberian Obat intravena

Pengertian Pemberian obat intravena adalah pemberian obat dengan cara


memasukkan obat kedalam pembuluh darah vena menggunakan
spuit.
Tujuan - Mendapat reaksi yang lebih cepat, sehingga sering
digunakan pada pasien yang sedang gawat darurat .
- Menghindari kerusakan jaringan.
- Memasukkan obat dalam volume yang lebih besar
Lokasi Injeksi - lengan (v. medianan cubitus dan v.cephalika).
- tungkai (v. saphenous)
- leher (v. jugularis)
- kepala (v. frontalis / temporalis)
Indikasi - Klien dengan penyakit berat seperti sepsis.
- Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral yang terbatas atau
hanya tersedia dalam sediaan intravena.
- Pasien tidak dapat minum karena muntah atau memang
tidak dapat menelan obat
- Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi
- Klien dengan kejang-kejang.
- Memasukkan obat secara cepat dengan tujuan kadar
puncak obat dalam darah perlu segera dicapai.
Kontraindikasi - Inflamasi atau infeksi di lokasi
injeksi intravena.
- Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal.
- Obat – obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh
darah vena kecil yang aliran darahnya lambat.

14
Alat dan bahan - Spuit sesuai ukuran (Spuit : 2cc-5cc)
- Obat sesuai kebutuhan
- Pembendung vena (torniquet)
- Sarung tangan sekali pakai
- Kapas alkohol atau Kasa steril
- Plester
- Perlak pengalas
- Bak steril

- Baki obat

- Bengkok

- Buku catatan pemberian obat

Prosedur - Verifikasi data (menghindari kesalahan pemberian obat pada

pasien)

- Menyiapkan obat yang dibutuhkan

- Menempatkan obat dan peralatan didekat klien dengan benar

- Identifikasi klien

- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

- Cuci tangan

- Atur posisi klien dan pilih area penusukan

- Bebaskan daerah yang disuntik dengan cara membebaskan daerah yang akan dilakukan
penyuntikan dari pakaian dan apabila tertutup buka atau ke ataskan.
- Ambil obat dalam tepatnya dengan spuit sesuai dengan takaran/dosis yang akan di
berikan. Bila obat dalam sediaan bubuk maka larutkan dengan cairan pelarut (aquadest
steril). Tempatkan obat yang telah diambil pada bak instrumen.
- Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan penyuntikan.
- Pakai sarung tangan
15
- Desinfeksi dengan kapas alkohol.

- Lakukan pengikatan dengan karet pembendung (torniquet) pada bagian atas daerah yang
akan dilakukan pemberian obat atau tegangkan dengan tangan/minta bantuan atau
membendung di atas vena yang akan dilakukan penyuntikan.

- Ambil spuit yang berisi obat.

- Lakukan penusukkan dengan lubang menghadap ke atas

dengan memasukkan ke pembuluh darah dengan


sudut penyuntikan 150 - 300

16
- Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet

pembendung dan langsung semprotkan obat hingga


habis.

- Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan pada
daerah penusukkan dengan kapas, dan spuit yang telah digunakan letakkan ke
dalam bengkok.

- Lepaskan sarung tangan dan masukkan ke bengkok

- Tanyakan perasaan klien setelah mendapatkan injeksi intravena.

- Cuci tangan, bereskan peralatan yang telah digunakan dan berpamitan dengan
klien
- Lakukan pendokumentasian

Dokumentasi Catat hasil pemberian obat/ test obat, tanggal waktu dan jenis obat
serta reaksinya setelah penyuntikan (jika ada)

B. Standar Operasional Prosedur Pemberian Obat Intramuscular

Pengertian Injeksi intramuscular adalah memasukkan atau memberikan obat

masuk pada otot skeletal.

Tujuan Pemberian obat kedalam otot sesuai dengan program pengobatan.


Lokasi Injeksi - M. Deltoid,

- M. Dorsogluteal,

- M. Ventrogluteal,

- M. Vastus Lateralis.
17
Indikasi - Pasien yang tidak sadar

- Pasien tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan


untuk diberikan obat secara oral,
- Lokasi injeksi baik

- Pemberian Vit. K pada Bayi

Kontraindikasi - Infeksi

- Lesi kulit

- Jaringan parut,

- Benjolan tulang,

- Benjolan otot atau saraf besar dibawahnya

Alat dan bahan - Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan (Spuit :3cc)

- Obat sesuai program terapi

- Handscoon

- Bak Instrumen

- Kapas alkohol dalam kom (secukupnya)

- Perlak dan pengalas

- Plester

- Kasa steril

- Bengkok

Prosedur - Verifikasi data (menghindari kesalahan pemberian obat


pada pasien)

18
- Menyiapkan obat yang dibutuhkan

- Menempatkan obat dan peralatan didekat klien dengan benar

- Identifikasi klien

- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

- Pasang sampiran terutama pada daerah injeksi yang bersifat


privasi

- Cuci tangan

- Atur posisi klien dan pilih area penusukan

- Memasang perlak

- Pakai handscoon

-Membersihkan kulit dengan kapas alkohol


(melingkar dari arah dalam ke luar diameter ±5cm)

- Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk mereganggkan kulit

- Memasukkan spuit dengan sudut 90 derajat, jarum masuk 2/3

- Melakukan aspirasi dan pastikan darah tidak masuk spuit

- Memasukkan obat yang telah disiapkan dan dimasukkan dalam


bak instrumen
- Mencabut jarum dari tempat penusukan

- Menekan daerah tusukan dengan kasa steril atau kapas

- Membuang spuit ke dalam bengkok

- Melepaskan handcoon dan memasukkan ke bengkok

- Tanyakan perasaan klien setelah mendapatkan injeksi IM

19
- Cuci tangan dan bereskan peralatan yang telah digunakan
dan berpamitan dengan klien
- Lakukan pendokumentasian

Dokumentasi Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/ test obat, tanggal
waktu

dan jenis obat serta reaksinya setelah penyuntikan.

C. Standar Operasional Prosedur Pemberian Obat Subcutan

Pengertian Pemberian obat subkutan adalah pemberian obat melalui suntikan ke

area bawah kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak di bawah
dermis
Tujuan Agar obat dapat menyebar dan diserap secara perlahan-lahan
(contoh: Injeksi Insulin)
Lokasi Injeksi - Lengan atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu
- Paha sebelah luar
- Daerah dada
- Daerah sekitar umbilikus.
Indikasi - Pasien Diabetes Melitus
- Pasien yang tidak sadar,
- Pasien tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk
diberikan obat secara oral.
- Tidak alergi.
- Pemberian vaksin

20
- Diduga Suspect TB
Kontraindikasi - Area injeksi terdapat jaringan yang terluka atau tempat dimana
terjadi edema.
- Infeksi pada kulit
- Area injeksi subcutan terdapat luka dan berbulu.
Alat dan bahan - Spuit sesuai ukuran (contoh : spuit Insulin 1cc)
- Obat sesuai kebutuhan
- Sarung tangan sekali pakai
- Kapas alkohol
- Kasa steril
- Plester
- Bak steril
- Baki
- Bengkok
- Buku catatan pemberian obat
Prosedur - Verifikasi data (menghindari kesalahan pemberian obat

pada pasien)

- Menyiapkan obat dengan benar

- Menempatkan obat dan peralatan didekat klien dengan


benar - Identifikasi klien

- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

- Cuci tangan

- Atur posisi klien dan pilih area penusukan

21
- Bebaskan daerah yang akan dilakukan injeksi. Bebaskan
daerah suntikan bila pasien menggunakan pakaian berlengan
- Pakai sarung tangan

- Bersihkan area penusukan dengan kapas alkohol

- Pegang kapas alkohol dengan jari tengah pada tangan non


dominan

- Tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan jari tangan
non dominan dengan ujung jarum menghadap ke atas dan
menggunakan tangan dominan,masukkan jarum dengan sudut 450
atau 900 .
- Lepaskan tarikan tangan non dominan

- Tarik plunger dan observasi adanya darah pada spuit.

- Jika tidak ada darah,masukan obat perlahan-lahan. Jika ada


darah tarik kembali jarum dari kulit tekan tempat penusukan
selama 2 menit,dan observasi adanya memar, jika perlu berikan
plester, siapkan obat yang baru.
- Cabut jarum dengan sudut yang sama ketika jarum
dimasukan, sambil melakukan penekanan dengan

menggunakan kapas alkohol pada area


penusukan.

- Jika ada perdarahan, tekan area itu dengan menggunakan


kasa steril sampai perdarahan berhenti.
- Kembalikan posisi klien

- Buka sarung tangan

- Letakkan alat yang sudah dipakai kedalam bengkok.

- Tanyakan perasaan klien setelah mendapatkan injeksi .

22
- Cuci tangan dan Benarkan peralatan yang telah digunakan
dan berpamitan dengan klien
- Lakukan pendokumentasian

Dokumentasi Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/ test obat, tanggal
waktu

dan jenis obat, serta reaksinya setelah penyuntikan (jika ada)

D. Standar Operasional Prosedur Pemberian Obat Intracutan

Pengertian Pemberian obat dengan cara intracutan adalah pemberian obat

dengan caramemasukkan obat kedalam permukaan kulit.


Tujuan - Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatandokter.

- Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu


(misalnya tuberculin tes).
- Menghindarkan pasien dari efek alergi obat (skin test).

Lokasi Injeksi - Lengan bagian atas,

- Kaki bagian atas,

- Daerah disekitar pusar.

Indikasi - Test alergi (skin test) yaitu klien yang diresepkan atau diberikan

antibiotik untuk pertama kali.

- Klien suspect TB.

Kontraindikasi - Klien yang memilki riwayat alergi terhadap obat

23
- Terdapat luka atau infeksi di sekitar area injeksi.

Alat dan bahan - Spuit sesuai ukuran (spuit : Insulin 1cc)

- Obat sesuai kebutuhan

- Kapas alkohol

- Sarung tangan sekali pakai

- Pulpen atau spidol

- Bak spuit

- Baki obat

- Kasa steril

- Bengkok

- Buku catatan pemberian obat

Prosedur - Verifikasi data (menghindari kesalahan pemberian obat

pada pasien)

- Menyiapkan obat dengan benar

- Menempatkan obat dan peralatan didekat klien dengan benar

- Identifikasi klien

24
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

- Cuci tangan

- Atur klien pada posisi yang nyaman

- Pilih area penusukan

- Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan

baju lengan panjang buka dan ke ataskan.


- Pasang perlak/ pengalas di bawah bagian yang disuntik.

- Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan/encerkan


dengan aquades (cairan pelarut) kemudian ambil 0,1 cc dan
encerkan lagi sampai kurang lebih 1 cc, dan siapkan pada bak
injeksi atau steril.
- Pakai sarung tangan

- Desinfeksi dengan kapas alkohol pada daerah yang


akan dilakukan suntikan.
- Tegangkan dengan tangan kiri atau daerah yang akan disuntik.

- Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas


dengan sudut 50 – 200 dengan permukaan kulit.
- Semprotkan obat hingga terjadi gelembung atau sekitar 0,1 cc.

- Setelah obat telah masuk semua, cabut jarum dengan cepat.


Usap perlahan area penusukan dengan kapas alkohol (bila
imunisasi, gunakan kapas hangat/steril. Jangan gunakan kapas
alkohol).
- Jangan massage daerah injeksi

25
- Bila injeksi intrakutan dilakukan untuk test antibiotik, lakukan
penandaan pada area penyutikan dengan melingkari area
penyuntikan dengan diameter kira- kira 1inchi atau diameter
2,5cm.
- Buang spuit pada tempatnya dalam kondisi jarum tertutup.

- Buka sarung tangan, cuci tangan dan bereskan alat.

- Lakukan pendokumentasian

Hasil :

- Penilaian reaksi dilakukan 15 menit setelah penyuntikan. Nilai


positif jika terdapat tanda tanda rubor, dolor, kalor melebihi
daerah yang sudah ditandai, artinya pasien alergi dengan
antibiotik Tersebut.
- Bila injeksi ditujukan untuk mantoux test (tuberkulin test),
dapat dinilai hasilnya dalam 2 sampai 3 kali 24 jam, positif bila
terdapat

rubor dolor kalor melebihi diameter 1 cm pada area penyuntikan.


Dokumentasi Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/ test obat, tanggal waktu
dan jenis obat serta reaksinya setelah penyuntikan.

E. Standar Operasional Prosedur Pemberian Obat Intraosseous

Pengertian Injeksi intraosseous diberikan langsung kedalam sumsum tulang

melalui sistem intraosseous infusion (Sanders et al., 2012).


Tujuan - Mendapat reaksi yang lebih cepat, sehingga sering

26
digunakan pada pasien yang sedang gawat darurat yang
tidak bisa melalui akses intravena .

Lokasi Injeksi - Proximal tibia

- Distal tibia

- Proximal Humerus

Indikasi - Tidak ada akses lain setelah dua menit pertama serangan jantung

- Terjadinya shock dekompensasi

- Kondisi dimana akses intravena tidak tercapai

- Setiap pasien Advanced Life Support (Bantuan Hidup lanjutan)

yang memerlukan cairan atau pengobatan medis segera dan

memiliki salah satu dari berikut: perubahan status mental,

respiratory compromise, ketidakstabilan hemodinamik.

Kontraindikasi - Akses intravena masih bisa dilakukan

- Bayi yang baru lahir

- Fraktur tulang didaerah yang akan dilakukannya IO

- Insersi IO tidak dilakukan untuk profilaksis.

27
- Riwayat prosedur orthopedic
- Penyakit tulang didaerah yang akan dilakukannya IO
- Infeksi atau luka bakar pada daerah insersi IO
Alat dan bahan - Jarum EZ-IO AD sesuai ukuran (Pink : 15mm,3-39kg untuk infant
atau anak-anak yang masih kecil; Biru 25mm, 40kg atau lebih
untuk anak-anak dan orang dewasa; dan Kuning, 45mm, 40kg atau
lebih untuk orang dewasa yang lebih besar dan insersi humerus)
- EZ-IO Power Driver
- EZ-Connect or peralatan tambahan
- IVDF set yang sudah siap
- 2% lidocaine (lidocaine pada 100 mg/5 mL) jika diperlukan
- Kapas Alcohol
- 10 cc normal saline dalam spuit
- 2 puit kosong
- Handscoon
- Bak Instrumen
- Bengkok
- Perlak

Prosedur PROSEDUR PEMASANGAN


- Verifikasi data (menghindari kesalahan pemberian
obat pada pasien)
- Cuci tangan
- Menyiapkan obat dengan benar
- Menempatkan obat dan peralatan didekat klien dengan benar
- Jelaskan prosedur
- Pakai Handscoon
- Hubungkan spuit yang berisi 10ml NS dengan EZ-
Connect. Letakkan di Bak instrumen
- Persiapkan IO driver dan Jarum sesuai kebutuhan.

28
- Pilih daerah insersi
- Pasang perlak
- Desinfeksi dengan kapas alkohol dan buang kapas di bengkok
- Sambungkan IO driver dengan jarum sesuai dengan kebutuhan
- Pegang IO driver disatu tangan dan pertahankan kaki yang
akan diinsersi dengan tangan berlawanan
- Posisi IO driver di lokasi insersi dengan jarum pada 90o
ke-permukaan tulang.
- Sebelum menyalakan IO driver masukkan jarum kedalam kulit
sampai jarum menyentuh tulang, pastikan garis hitam 5mm
pada IO drive masih terlihat diatas kulit.
- Nyalakan IO driver dan beri tekanan minimal.
- Masukkan jarum sampai terjadi perubahan resistansi.
- Lepas jarum dari IO driver,
- Lepaskan stilet dari kateter dan buang di bengkok
- Sambungkan kateter dengan EZ-Connect yang telah
disambungkan dengan spuit berisi cairan NS.
- Suntikkan 10 ml Normal Salin.
- Nilai area yang dilakukan insersi IO
- Jika tidak terjadi infiltrasi, lepaskan Spuit dan
sambungkan dengan IVDF set (infus cairan atau pemberian
obat lainnya).
- Lepaskan Handscoon
- Cuci tangan dan benarkan peralatan yang telah digunakan.
- Lakukan pendokumentasian

PROSEDUR PERAWATAN
- Aturlah pemberian IVDF sesuai order
- Pantau daerah yang di insersi terhadap komplikasi tindakan
- Pendokumentasian setiap pemberian obat, komplikasi dan
tindakan yang diberikan selama pemberian obat secara IO
PROSEDUR PELEPASAN
- Jelaskan prosedur tindakan
- Cuci tangan dan pasang Handscoon
- Hentikan pemberian cairan melalui IVDF
- Lepaskan EZ-Connect dari kateter
- Gunakan Spuit 10ml untuk membantu melepaskan kateter

29
- Hubungkan Spuit 10ml dengan kateter dan pegang jarum suntik
dan terus berputar searah jarum jam dengan menarik lembut
kateter keluar (mempertahankan sudut 90 derajat ke tulang).
- Buang jarum IO pada wadah yang tepat
- Bila diperlukan beri sedikit tekanan pada daerah yang di
insersi dengan merekatkan kapas dan plester pada daerah
insersi
- Benarkan peralatan yang telah digunakan dan berpamitan
dengan klien
- Cuci tangan dan lakukan pendokumentasian
Dokumentasi Catat hasil pemberian obat/ test obat, tanggal waktu dan jenis obat
serta reaksinya setelah penyuntikan (jika ada)

30
PEMASANGAN NGT
NGT adalah kependekan dari Naso Gastric Tube. Alat ini adalah alat yang digunakan untuk
memasukkan nutsrisi cair dengan selang plastic yang dipasang melalui hidung sampai lambung.
Sering digunakan untuk memberikan nutrisi dan obat-obatan kepada seseorang yang tidak
mampu untuk mengkomsumsi makanan,cairan dan obat-obatan secara oral. Digunakan juga
untuk mengeluarkan isi lambung.
Nasogastric terdiri dari dua kata yaitu dari bahasa latin dan bahasa yunani. Naso adalah
suatu kata yang berhubungan dengan hidung. Sedangkan dari bahasa yunani Gaster yang artinya
perut gendut (berhubungan dengan perut).
Nasogastric Tubes (NGT) sering digunakan untuk menghisap isi lambung, juga digunakan
untuk memasukan obat-obatan dan makananan. NGT ini digunakan hanya dalam waktu yang
singkat.
(Metheny&Titler,2001).
Ukuran NGT diantaranya di bagi menjadi 3 kategori yaitu:
1. Dewasa ukurannya no 14-20

2. Anak-anak ukurannya no 8-16

3. Bayi ukuran no 5-7

B. MACAM-MACAM NGT :
1. Selang NGT dari karet
2. Selang NGT dari bahan plastic
3. Selang NGT dari bahan silicon

31
C. INDIKASI PEMASANGAN NGT
Indikasi pasien yang di pasang NGT adalah diantaranya sebagai berikut:
1. Pasien tidak sadar (koma)
2. Pasien karena kesulitan menelan
3. pasien yang keracunan

4. pasien yang muntah darah

5. Pasien Pra atau Post operasi esophagus atau mulut

6. Pasien dengan masalah saluran pencernaan atas : stenosis esofagus, tumor mulut atau faring atau
esofagus, dll
7. Pasien pasca operasi pada mulut atau faring atau esophagus
8. Bayi prematur atau bayi yang tidak dapat menghisap.

D. TUJUAN PEMASANGAN NGT


Tujuan dan Manfaat Tindakan Naso Gastric Tube digunakan untuk:
1. Mengeluarkan isi perut dengan cara menghisap apa yang ada dalam
lambung(cairan,udara,darah,racun)
2. Memberikan nutrisi pada pasien yang tidak sadar dan pasien yang mengalami kesulitan menelan
( memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi)
3. Mencegah terjadinya atropi esophagus/lambung pada pasien tidak sadar
4. Untuk mengeluarkan darah pada pasien yang mengalami muntah darah atau pendarahan pada
lambung
5. Untuk membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa subtansi isi lambung
6. Persiapan sebelum operasi dengan general anaesthesia
7. Menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang melaksanakan operasi pneumonectomy
untuk mencegah muntah dan kemungkinan aspirasi isi lambung sewaktu recovery (pemulihan
dari general anaesthesia)

E. KONTRAINDIKASI PEMASANGAN NGT


1. Pada pasien yang memliki tumor di rongga hidung atau esophagus

2. Pasien yang mengalami cidera serebrospinal

32
3. Pasien dengan trauma cervical

4. Pasien dengan fraktur facialis

F. PENGKAJIAN
Pengkajian harus berfokus pada:
1. Instruksi dokter tentang tipe slang dan penggunaan slang
2. Ukuran slang yang digunakan sebelumnya, jika ada
3. Riwayat masalah sinus atau nasal
4. Distensi abdomen, nyeri atau mual

G. PERSIAPAN ALAT
Peralatan yang dipersiapkan diantaranya adalah;
1. Selang NGT ukuran dewasa, anak –anak dan juga bayi. Melihat kondisi pasiennya

2. Handscun bersih

3. Handuk kecil

4. Perlak

5. Bengkok

6. Jelli atau lubricant

7. spuit 50 cc – 100 cc

8. Stetoskop

9. Tongue spatel

10. Plaster

11. Pen light

12. Gunting

13. Klem

14. Baskom berisi air

H. Langkah Pemasangan NGT

33
Langkah –langkah dalam pemasangan NGT diantaranya dengan:
1. Siapkan peralatan di butuhkan seperti yang telah disebutkan diatas termasuk plester 3 untuk
tanda, fiksasi di hidung dan leher dan juga ukuran selang NGT
2. Setelah peralatan siap minta izin pada pasien untuk memasang NGT dan jelaskan pada pasien
atau keluarganya tujuan pemasangan NGT tapi sebelumnya jangan lupa cuci tangan
3. Setelah minta izin bawa peralatan di sebelah kanan pasien. Secara etika perawat saat memasang
NGT berada di sebelah kanan pasien
4. Cek kondisi lubang hidung pasien , perhatikan adanya sumbatan
5. Untuk menentukan insersi NGT, instruksikan klien untuk rileks dan bernapas secara normal
dengan menutup salah satu hidung. Kemudia ulangi pada lubang hidung lainnya (bagi pasien
sadar)
6. Pakai handscun kemudian posisikan pasien dengan kepala hiper ekstensi
7. Pasang handuk didada pasien untuk menjaga kebersihan kalau pasien muntah
8. Letakkan bengkok di dekat pasien
9. Ukur selang NGT yang akan dimasukan dengan menggunakan metode:
1. Metode tradisional
Ukur jarak mulai dari puncak hidung ke telinga bagian bawah, kemudian dari telinga tadi ke
prosesus xipoideus
2. Metode Hanson:

34
Mula-mula tandai 50 cm pada tube, kemudian lakukan pengukuran dengan metode tradisional.
Selang yang akan dimasukan pertengahan antara 50 cm dengan tanda tradisional
10. Setelah selesai tandai selang dengan plaster untuk batas selang yang akan dimasukkan
11. Olesi jelly pada NGT sepanjang 10-20 cm
12. Instruksikan pada pasien bahwa selang akan dimasukan dan instruksikan pada pasien untuk
mengatur posisi ekstensi
13. Masukkan selang dengan pelan-pelan, jika sudah sampai epiglottis suruh pasien untuk
menelan dan posisikan kepala pasien fleksi, setelah sampai batas plester cek apakah selang sudah
benar-benar masuk dengan pen light jika ternyata masih di mulut tarik kembali selang dan
pasang lagi
14. Jika sudah masuk cek lagi apakah selang benar-benar masuk lambung atau trakea dengan
memasukkan angin sekitar 5-10 cc dengan spuit. Kemudian dengarkan dengan stetoskop, bila
ada suara angin berarti sudah benar masuk lambung. Kemuadian aspirasi kembali udara yang di
masukkan tadi
15. Jika sudah sampai lambung akan ada cairan lambung yang teraspirasi
16. Kemudian fiksasi dengan plester pada hidung, setelah fiksasi lagi di leher. Jangan lupa
mengklem ujung selang supaya udara tidak masuk
17. Evaluasi pasien setelah terpasang NGT
18. Setelah selesai rapikan peralatan dan permisi pada pasien atau keluarga.
19. Cuci tangan
20. Dokumentasikan hasil tindakan pada catatan perawatan
21. Selang NGT maksimal dipasang 3 x 24 jam jika sudah mencapai waktu harus dilepas dan di
pasang NGT yang baru.
22. Langkah –langkah pemberian makanan cair lewat NGT

35
PEMASANGAN EKG
Pemasangan (EKG) Elektrokardiografi

1. Pengertian
Aktivitas perekamanan Tindakan Merekam Aktivitas Listrik Jantung yang berasal dari Nodus
Sinoatrial yang dikonduksikan melalui jaringan serat-serat (sistem konduksi) dalam
jantung yang menyebabkan jantung konstraksi, yang dapat direkam melalui elektroda yang
dilekatkan pada kulit.

Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari perubahan-perpotensial atau perubahan


Voltase yang terdapat dalam jantung.
Elektrokardiogram adalah grafik yang merekam perubahan listrik jantung.

2. Tujuan EKG

1. Gangguan Irama Jantung


2. Pembesaran Atrium atau Ventrikel
3. Iskemik atau Infark Miokard
4. Infeksi lapisan jantung
5. Gangguan Elektrolit
6. Penilaian fungsi jantung
7. Efek obat

3. Indikasi Pemasangan EKG

1. Adanya kelainan irama jantung


2. Adanya kelainan Myocard, Hypertrofi Atrial dan Ventrikel
3. Adanya pengaruh obat
4. Gangguan elektrolit
5. Adanya Perikarditis
6. Pembesaran Jantung

4. Persiapan Alat
Memeriksa kelengkapan alat EKG yang digunakan, sebagai berikut :

1. Mesin EKG
2. Gel
3. Tisue/Kasa
4. Kertas EKG

5. Persiapan Pasien

1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien dan keluarga pasien
2. Menjelaskan tujuan akan dilakukan kepada pasien dan keluarga pasien

36
3. Meminta persetujuan pasien
4. Mengatur posisi pasien

6. Prosedur pemasangan EKG

1. Cuci Tangan
2. Tutup sampiran atau jaga privaci pasien
3. Buka baju pasien
4. Bersihkan lokasi yang akan dipasang EKG
5. Beri Gel pada lokasi yang akan dipasang Elektroda
6. Pasang Elektroda
7. Lepas Elektroda
8. Bersihkan Bekas Gel dengan tisue
9. Pakai baju pasien kembali
10. Liat Hasil
11. Bereskan alat
12. Dokumentasikan Hasil EKG
13. Cuci Tangan
14. Kolaborasikan dengan dokter

37

Anda mungkin juga menyukai