Anda di halaman 1dari 9

STANDAR OPRASIONAL PROSEDURAL

Disusun Oleh:
I Nengah Suwardana
2035012

Dosen Pembimbing:
Ns. Veronika Yosepha Winda H, M. Kep.

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS
PALEMBANG 2021
SOP PERAWATAN WATER SEAL DRAINAGE (WSD)

A. Pengertian
Perawatan WSD adalah perawatan yang dilakukan pada pasien yang terpasang
selang dada
B. Tujuan
a. Mencegah infeksi pada tempat tusukan
b. Mencegah kerusakan pada kulit sekitar tusukan
C. Persiapan alat
1. Set angkat jahitan
2. Tuffer dan kasa seteril
3. Sarung tangan bersih
4. Sarung tangan seteril
5. Klem/koher 2 buah
6. Bethadine solution 10%
7. Alkohol 70%
8. Vaselin zalf/bethadine zalf seteril
9. Plaster dan gunting
10. Piala ginjal/bengkok
11. Perlak dan pengalas
12. Kantong balutan kotor
13. Scherem
14. Botol wsd
D. Persiapan pasien
Perawat menjelaskan program perawatan yang akan dilakukan
E. Langkah-langkah
1. Perawat mencuci tangan dan memakai sarung tangan bersih
2. Memasang tabir/scarem
3. Membebaskan pakain klien bagian atas
4. Mengatur posisi pasien:
a. Memberi posisi semi fowler/duduk
b. Menyokong dinding dada dekat pemasangan selang
c. Merubah posisi klien setiap 2 jam
d. Menganjurkan klien untuk batuk efektif dan nafas dalam
5. Mengobservasi luka punksi dan sekitarnya
a. Membuka dan melepas balutan dengan sangat hati-hati, masukan ke
dalam kantong yang tersedia
b. Mengamati kondisi luka apakah ada tanda-tanda infeksi
c. Melakukan palpasi sekitar luka dan selang adanya bengkak dan
krepitasi
d. Membuka set angkat jahitan, secara seteril, memakai sarung tangan
seteril, dan merawat luka secara seteril
6. Memonitor kepatenan sistem drainage
a. Mengobservasi kepatenan fiksasi selang dada dan botol WSD
b. Memfiksasi selang dada pada alat tenun tempat tidur dengan klem
c. Mempertahankan level air pada water seal sesuai dengan program
masing-masing sistem
d. Memperhatikan tekanan pada botol suction sesuai dengan program
masing-masing sistem
e. Memeriksa kebocoran udara dengan memonitor gelembung-
gelembung udara diruang water seal
f. Memelihara/menjaga agar posisi selang dada/ sistem drainage selalu
leih rendah dari pada dada
g. Memijat dan mengurut selang setiap 30 menit jika cairan drainage ada
darah
h. Mengobservasi adanya bekuan darah pada selang dada, bila ada, segera
atasi
i. Mengobservasi adanyafluktuasi/undulasi dalam water seal setiap kali
klien bernapas. Normal fluktuasi 2-4 detik (5-10cm)
7. Memantau cairan drainage
a. Mengobservasi warna, konsistensi dan jumlah cairan drain, setiap 1
jam sesudah operasi (24 jam) bila jumlah cairan drain banyak, beri
tanda pada botol untuk setiap shift.
b. Menganjurkan pasien untuk batuk dan bernapas dalam secara priodik
c. Menganjurkan klien untuk memberitahukan segera bila ada kesulitan
bernapas
d. Melakukan kolaborasi medik bila kondisi klien menurun (sianosis,
pernapasan cepat, dan sesak, empisema subkutan, nyeri dada,
perdarahan hebat)
F. Evaluasi
1. Kaji pernapasan klien untuk melihat tanda distres pernapasan dan nyeri
dada
2. Auskultasi paru klien dan observasi ekspansi paru
3. Monitor tanda vital, hematokrit dan hemoglobin
4. Evaluasi kemampuan klien menggunakan teknik latihan napas dalam
sambil terus mempertahankan kenyamanan klien
5. Monitor kelancaran sistem yang ditandai dengan pengurangan jumlah
drainage, tidak adanya kebocoran udara dan pengembangan total paru
6. Monitor saturasi oksigen pasien
G. Dokumentasi
1. Hasil pengkajian-observasi pada klien dan sistem drainage
2. Respon klien
3. Masalah dan intervensinya
SOP PEMBERIAN POSISI KEPALA PASIEN NETRAL

A. Pengertian
Head up 30 derajat yaitu Posisi kepala dan tubuh ditinggikan 30 derajat agar
dapat mengontrol TIK dengan cara menaikkan kepala dari tempat tidur sekitar
30 derajat
B. Tujuan
Tujuanya yaitu untuk menurunkan TIK, jika elevasi lebih tinggi dari 30
derajat maka tekanan perfusi otak akan menurun.Tujuan lainnya yaitu
memperbaiki kondisi hemodinamik dengan memfasilitasi peningkatan aliran
darah ke serebral dan memaksimalkan oksigenasi jaringan serebral
C. Persiapan alat
Bed pasien
Bantal pasien
D. Prosedur tindakan
Orientasi
1. Mengucapkan salam.
2. Memperkenalkan diri.
3. Menjelaskan tujuan
4. Menjelaskan prosedur tindakan.
5. Menanyakan kesiapan pasien.
Fase kerja
1. Mencuci tangan
2. Observasi keadaan pasien
3. Pasang pengaman pada tempat tidur klien.
4. Memberikan posisi kepala elevasi (30 derajat) dengan cara di naikan
bednya pada pagian kepala atau bisa menggunakan satu bantal di
bawah kepala pasien. g.Memeriksa vital sign klien.
5. .Menanyakan respon klien.
6. Merapihkan klien.
7. Mencuci tangan.
Fase terminasi
1. Mengevaluasi tindakan.
2. Menjelaskan rencana tindak lanjut
3. Berpamitan kepada klien
4. Mengucapkan salam.
E. Kontra indikasi
1. Hindari posisi tengkurap dan trandelenburg. Kontroversi juga pada posisi
pasien datar. Posisi datar memang menaikkan CPP dan MAP, tetapi dapat
meninggkatkan tekanan intrakranial (TIK).
2. Kepala pasien harus dalam posisi netral tanpa rotasi kekiri atau kekanan,
flexion atau extension dari leher supaya pembuluh vena daerah leher tidak
terjepit sehingga drainase vena otak menjadi lancar
3. Elevasi bed bagian kepala tidak boleh lebih dari 40 derajat karena
berkontribusi terhadap postural hipotensi dan penurunan perfusi otak
SOP TATALAKSANA KLIEN TERPASANG EVD (EXTERNAL
VENTRICULAR DRAINAGE)
A. Pengertian
External ventriculo Drainage (EVD) adalah pemasangan kateter kedalam
ventrikel lateral melalui lubang yang dibuat pada tengkorak untuk drainase
cairan serebrospinal yang disebut juga ventrikulostomi. Drainase CSF dari
ventrikulostomi adalah metode sementara untuk mengurangi tekanan
intrakranial secara cepat dan  yang stabil atau selama hidrosefalus akut yang
berkaitan dengan perdarahan sub arakhnoid (sub arachnoid hemorrhage).
B. Tujuan
untuk mengurangi tekanan intrakranial secara cepat dan  yang stabil atau
selama hidrosefalus akut yang berkaitan dengan perdarahan sub arakhnoid
(sub arachnoid hemorrhage).
C. Persiapan alat
1. EVD dengan tekanan tabung koneksi untuk monitor dengan sistem
drainage
2. Pita pengukur ditandai dengan centimeter
3. Carpenter’s spirit level (water pass tukang kayu)
4. Order dokter untuk drainase CSF dan tingkat dari ICP dimana untuk
dimulai drainase
D. Prosedur tindakan
1. Posisi kepala pasien ditinggikan 30-45 derajat atau sesuai yang
diperintahkan
2. Tingkat transeduer ke tragus tersebut (external auditory meatus)
3. Puncak posisi drainase ditetapkan pada tingkat sentimeter sesuai dengan
yang diperintahkan ahli bedah saraf. Ini biasa 5-20 cm diatas tingkt tragus.
Untuk menentukan tingkat yang diperlukan, menempatkan pita pengukur
pada tiang IV. Mengukur keatas dari tingkat transducer pada tiang IV.
Ketingkat sentimeter yang memerintahkan, kemudian menandai titik ini
4. Mengamankan burette ke tingkay IV dengan ‘pessure line’ diatas burette
level yang telah ditandai
5. Mendokumentasikan TIK predrainase
6. Menghidupkan kran pada kateter kran dan ventrikular sistem
7. Meninggalkan kran pada posisi pada waktu lama untuk mengeluarkan CSF
8. Obsservasi burette untuk meneteskan CSF, jika tidak menetes periksa
posisi kran. Jika kran dalam posisi benar dan tetesan CSF tidak bisa
dilihat, beritahu MO
9. Selama drainase, bentuk gelombang pada monitor tidak mencerminkan
TIK
DAFTAR PUSTAKA
Rahayu, Sunarsih. (2016). Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia 2. Jakarta.
Kemenkes RI.
Ardhiastiwi., Prilastanti (2019). Analisis Asuhan Keperawatan Dengan Masalah
Keperawatan Gangguan Perfusi Jaringan Serebral Pada Pasien Stroke
Menggunakan Head Up 15-30 Derajat Dan Suction. Purwokerto. Stikes
Muhammadiyah Gombong.

Anda mungkin juga menyukai