MAKALAH
KATARAK
2018
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan nikmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
“KATARAK”. Makalah ini disusun dengan maksud tugas mata kuliah
KeperawatanMedikal Bedah III guna mendapatkan nilai tugas. Adapun isi
makalah ini disusun secara sistematis dan merupakan referensi dari beberapa
sumber yang menjadi acuan dalam penyusunan makalah ini.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak antara lain :
- Ibu Ns. Aniska Indah Fari., M..Kep selaku dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III.
- Berbagai sumber referensi yang membantu kami dalam penyusunan
makalah ini.
Kami selaku penyusun tugas makalah ini, sangat sadar bahwa masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari teman-teman, ibu selaku
dosen pengampu yang sangat kami harapkan agar tugas berikutnya kami dapat
lebih baik lagi.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Isi Halaman
Kata Pengantar.....................................................................................................ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.................................................................................... 87
5.2 Saran 87
Daftar Pustaka.............................................................................................. 88
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Medis
2.1.1 Pengertian
Katarak adalah kekeruhan lensa mata. Beberapa tingkat katarak
dapat di temukan pada kebanyakan lanasia berusia di atas 70 tahun.
Katarak merupakan penyebab penurunan penglihatan dan kebutaan di
seluruh dunia. Bentuk katarak yang paling umum adalah tipe senilis atau
tipe katarak yang terkait umur. Katarak senilis biasa nya mulai terjadi pada
usia 50 tahun dan muncul sebagai kekeruhan kortikal nuklear atau
subkapsular posterior. ( Black. 2009. PP: 442-443)
Katarak merupakan keadaan terjadi kekeruhan (opasitas) yang
berangsur-angsur pada lensa atau kapsula lentis. Cahaya yang di sorot kan
melalui kornea akan dihalangi oleh kekeruhan ini dan bayangan yang jatuh
pada retina menjadi kabur.Sebagai akibat nya, otak menginterpretasiakan
bayangan atau image yang berkabut. (Kowalak, 2012, PP:597)
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi
A. Anatomi
a. Mata
Aparatus lakrimalis terdiri dari pars orbitalis yang besar dan pars
palpebralis yang kecil. Keduanya saling berhubungan pada ujung lateral
aponerosis muskulus levator palpebrae superior bagian lateral forniks
(lateral konjungtiva), nukleus lakrimalis, dan nervus VII (Nukleus
5
fasialis). Air mata mengalir untuk membasahi kornea (Heni Puji W, 2017,
P: 169).
Aparatus lakrimaris. Tiap mata terdiri atas satu kelenjar lakrimaris
dan duktusnya, dua kanalikuli lakrimaris, satu kantong lakrimaris, dan satu
duktus nasolakrimaris. Kelejar lakrimaris merupakan kelenjar eksoskrin
yang berada di resesi tulang frontal di bagian lateral tiap mata tepat di
belakang tepi supraorbita. Tiap kelenjar berukuran dan berbentuk seperti
kacang almond, serta terdiri atas sel epithelium sekretori. Kelenjar
menyekresikan air mata yang terdiri atas air, garam, mineral, antibody, dan
lisozim, suatu enzim bakterisida (Anne Waugh & Allison Grant, 2017,
P:112).
Fungsi air mata adalah yang memberikan materi iritan, misal debu
dan pasir, lisozi enzim bakteriosida di dalam air mata mencegah infeksi
bakteri, dan cairan berminyak di dalam air mata memperlambat evaporasi
dan mecegah kekeringan pada konjungtiva(Anne Waugh & Allison Grant,
2017, P:112).
6
3. Lensa
Lensa struktur bikonveks yang bening tepat di belakang pupil.
Elastisitasnya sangat tinggi, suatu sifat yang akan menuruk seiring proses
penuaan (Heni Puji W, 2017, P: 171)
Lensa merupakan badan bikonvek sirkular yang sangat elastis,
yang berada di belakang iris. Lensa terdiri atas serat yang dibungkus di
dalam kapsul yang melekat pada badan siliaris oleh ligamen suspensori.
Ketebaalnnya di kendalikan oleh otot siliaris, melalui ligamen suspensorik.
Saat oto siliaris berkontraksi, oto bergerak ke depan melepaskan
tarikannya pada lensa, dan lensa meningkatkan ketebalannya, semakin
dekat dengan objek yang di pandang, semakin tebal lensa untuk
memungkinkan pemfokusan.
Lensa membiaskan sinar cahaya yang di refleksikan oleh objek di
depan mata. Lensa merupakan struktur di mata yang dapat mengubah daya
biasnya, yang di capai dengan menggubah ketebalan. Sinar cahaya yang
masuk ke mata harus di biaskan untuk memefokuskan cahaya pada retina.
Cahay dari objek yang jauh harus sedikit dibiaskan, saat objek mendekat,
jumlah pembiasan semakin bertambah. Untuk meningkatkan daya bias,
bdan siliaris erkontriksi melepaskan tarikan pada ligamen suspensori, dan
8
4. Rongga mata
a. Rongga anterior tebagi menjadi dua ruang :
1) Ruang anterior terletak di belakang kornea dan di
depan iris; ruang posterior terletak di dapan lensa
dan dibelakan iris.
2) Ruang tersebut berisi aqueous humor, suatu hormon
yang diproduksi prosesus silaris untuk mencukupi
kebutuhan nutrisi lensa dan kornea.
3) Lensa intraokular pada aqueous humor penting
untuk mempertahankan bentuk bola mata.
b. Rongga posterior terletak di antara lensa dan retina dan
berisi vitreus humor, seperti gel transparan yang juga
berperan untuk mempertahankan bentuk bola mata dan
mempertahankan posisi retina terhadap kornea (Ethel,
2004).
5. Retina, Merupakan lapisan terdalam dinding mata.
Retina memiliki struktuir yang halus dan beradaptasi baik terhadap
stimulasi sinar cahaya. Retina terdiri atas beberapa lapisan badan sel saraf
dan aksonnya, yang berada pada lapisan sel epitelium berpigmen yang
melekatkan retina pada koroid. Lapisan yang peka cahaya terdiri atas sel
reseptor sensory yaitu batang dan kerucut.
Retina melapisi ¾ bola mata dn paling tebal pada bagian
belakangnya. Retina memiliki struktur yang tipis pada bagian anterir nya
9
Isi orbita yaitu terdiri dari sekitar 30 ml, dengan proporsi bola mata
1/5 atau 20% atau 6-7 ml. Berisi otot, lemak, pembuluh darah, syaraf,
kelenjar & jaringan getah bening. Septum orbita yaitu:
1) Fasia tipis pembatas anterior.
2) Posterior muskulus orbicularis oculi.
3) Barier kelopak mata dengan bulbus okuli (Heni Puji W,
2017, P:173).
f. Bola Mata
Terdapat 6 otot-otot pada bola mata yaitu:
a. Empat (4) otot diinervasi Nervous III (Okulomotor), meliputi
rektus superior, rektus inferior, rektus medius, dan obligus
inferior.
b. Obligus Superior yaitu Nervous IV (Troklearis).
c. Rektus Lateralis: Nervous VI (Abdusen).
1) Insersi: Sklera.
2) Origo: Anulus Tendineus Zinnii (Heni Puji W,
2017, P:175)
Bola mata terdiri dari beberapa lapisan, yaitu tunica fibrosa, tunica
vaskulosa pigmentosa, dan tunica nevrosa (retina).
a. Tunica fibrosa
Terdiri atas bagian posterior yang opak, sclera,dan bagian
anterior yang transparan. Sclera terdiri atas jaringan fibrosa
padat berwarna putih di postrior, sclera ditembus oleh nervus
optikus. Lamina cribrosa adalah aerah sclera yan ditembus oleh
15
Isi bola mata terdiri dari humor aquosus, corpus fitreum, dan lensa.
a. Humor aquosus
Humor aquosus merupakan cairan bening yang mengisi kamera
anterior dan kamera posterior bulbi. Cairan merupakan sekret dari
prosess ciliaris. Cairan mengalir ke kamera posterior kemudian ke
16
B. Fisiologi
a. Fisiologi penglihatan.
Gelombang cahaya berjalan dengan kecepatan 300.000
km/dtk cahaya di refleksikan ke mata oleh objek di dalam lapang
pandang cahaay putih merupakan kombinasi semua warna
spektrum visual(pelangi). Hal ini ditunjukan dengan mengerahkan
cahaya putih ke prisma gelas yang membelokan sinar dari warna
yang berbeda ke jarak yang semakin besar atau semakin kecil,
tergantung pada panjang gelombangnya. Chaaya berwarna merah
memiliki panjang gelombang yang terpajang sedangkan unggu
melebihi panjang gelombang dan terpendek.
c. Ukuran pupil
Memengaruhi akumodasi dengan mengendalikan jumblah
cahaya yang masuk ke mata dengan cahaya yang terang, pupil
berkontraksi pada cahaya yang redup pupil berdilatasi. Jika pupil
berdilatasi ada cahaya yang terang, terlalu banyak cahaaya masuk
ke mata dan akan meryusak retina yang peka terhadap cahaya.
Pada cahaya redup koma jika pupil berkontraksi, cahaya yang tidak
cukup masuk ke mata untuk mengaktifkan pigmen potosiensitif
diselbatang dan kerucut yang menstimulasi ujung saraf di retina
Iris terdiri atas 1 lapisan serat otot polos sirkular dan
radial.kontraksi serat sirkular mengontriksi pupil dan kontraksi
serat radian mendilatasi pupil . ukuran pupil di kendallikan oleh
sistem saraf otonom. Stimulasi simpatis mendilatasi pupil,
sedangkan stimulasi prasimpatis menyebabkan kontriksi.(Anne
Waugh & Allison Grant,2017, pp:107-108)
20
d. Akomodasi
Penglihatan dekat. Agar objek yang dekat dapat di
fokuskan, yakini jarak sekiatra 6 meter, akomondasi di perlukan
dan mata harus membuat penyesuaian sebgai berikut
1. Konstriksi Pupil
Konstriksi pupil membantu akomodasi
dengan menggurangi lebar berkas cahaya yang
masuk ke mata sehinnnga berkas cahaay melalui
bagian lngkung sentral lensa.
2. Konvergens(pergerakan bola mata)
Sinar cahaya yang amsuk ke objek yang
dekat, nasuk ke dua mata ke sudut yang berbeda dan
untuk dapat melihat jelas. Sinar ini harus
menstimulasi area yang berfungsi pada 2 retina .
otot ektrinsik menggerakan mata dan untuk
mendapat bayangan yang jelas , otot ini
merotasikan mata sehinnga mata berpusat pada
objek yang di lihat. Aktivitas otot yang
21
e. Proses Melihat
Mata bisa melihat benda karena adanya cahaya yang
dipantulkan oleh benda tersebut ke mata. Jika tidak ada cahaya
yang dipantulkan benda, maka mata tidak bisa melihat benda
tersebut.
2.1.3 Etiologi
Faktor resiko meliputi :
1) Pekerjaan di luar gedung
Pekerjaan petani / buruh / nelayan dapat dikategorikan di luar
rumah yang menyebabkan adanya pajanan kronis sinar matahari.
2) Penghasilan rendah
Dengan pendapatan yang rendah, asupan gizi menjadi kurang.
Faktor nutrisi merupakan salah satu risiko terjadinya katarak.
3) Pendidikan rendah
Faktor ekonomi juga menjadi alasan rendahnya tingkat pendidikan
didaerah pesisir. Meskipun tidak ditemukan hubungan langsung
antara tingkat pendidikan dengan kejadian katarak. Namun, tingkat
pendidikan merupakan salah satu indikator dari kualitas sumber daya
manusia. Dimana seseorang yang berpendidikan rendah akan
berpengaruh pada penghasilan. Rendahnya penghasilan seseorang
akan mempengaruhi status nutrisi seseorang (Laila, 2017, P: 382-
384).
24
1) Usia
Pada usia >70th detoksifikasi zat menurun, yang mengakibatkan
peningkatan radikal bebas / stress oksidatif, sehinggga memicu
terjadinya denaturisasi protein. (Nartey, 2017, P: 1-2)
2) Genetik
3) Kongenital
Pada kongenital factor genetic dan infeksi selama kehamilan
berperan pada terjadinya katarak kongenital ( Black, 2014,P: 443).
4) Infeksi
Terjadinya vasodilatasi dan peningkatan permeabelitas pembuluh
darah sehingga terjadinya hidrasi lensa (Kowalak, 2012, P: 58).
5) Obat-obatan
6) Hipoparatiroidisme
Hormon paratiroid mempertahankan hubungan terbalik antara
kadar kalsium dan fosfat serum dengan menghambat reabsorbsi fosfat
dalam tubulus renal (Kowalak, 2012, PP: 532). Denaturisasi
dipengaruhi oleh keseimbangan PH, sedangkan keseimbangan PH
25
9) Gangguan intraocular
10) Traumatik
5. Penglihatan yang lebih baik pada cahaya yang redup ketimbang dengan
cahaya terang bagi pasien yang mengalami opasitas sentral,:ketika pupil
berdilatasi , pasien dapat meilahat objek di sekitar opasitas .(Kowalak,
2012,P: 598)
8. Sering mengganti kaca mata atau kontak lensa karena sudah tidak
nyaman menggunakannya.(Amin,2015,P:150)
27
2.1.5 Komplikasi
1. Glaukoma
2. Kebutaan
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Pra operasi.
a. Suplemen gizi dan antioksi dan untuk mencegah/
menghentikan penyebaran katarak.
b. Manajemen diabetes.
28
2. Manajemen Bedah
Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular
Tidak ada terapi lain untuk mencegah atau mengurangi
pembentukan katarak selain dengan pembedahan. Peranan diet tidak jelas.
Beberapa riset pada terapi alternatif dan komplementer di bawah ini
menunjukan kuning telur dapat meningkatkan penglihatan. Kecuali jika
komplikasi okular lain atau terdapat faktor kesehatan, pembedahan di
lakukan dengan rawat jalan. Tetes mata praoperasi termasuk agen
sikoplegik (Cyclogyl) juga dapat di berikan untuk melumpuhkan otot
siliaris. Pemebedahan katarak di lakukan di bawah anestasi topikal dengan
tetes mata atau anestesi regional dengan injeksi retrobulbar atau larutan
anestesi lokal. Klien sering di berikan tambahan sedatif intravena. Katarak
di angkat dengan membuat irisan kecil pada kornea. Kaatarak di pecah
menjadi partikel–partikel mikroskopik dengan probe ultrasonik .
penggunaan suara berenergi tinggi di sebut sebagai Fakoesmulsifikasi.
Kemudian suatu lensa buatan intraokular yang di lipat (intraocular lens) di
tanam melalui irisan mikro, di buka lipatannya adi kunci pda posisi
permanen. Iritasi mikro ini akan sembuh sendiri dan tidak membutuhkan
di jahit. Irisan ini akan tetap tertutup erat dengan tekanan keluar alami dari
dalam mata . Tipe irisan ini sembuh cepat dan memberikan kondisi yang
lebih nyaman (Black, 2014, P: 444).
2.1.7 PemeriksaanPenunjang
1. Pemeriksaan fisik(dengan menyorotkan cahaya senter atau penlight
pada pupil untuk melihat warna putih di belakang pupil, yang baru akan
terlihat tanpa cahaya senter setelah katarak memasuki stadium lanjut.
2. Oftalmoskop indirek dan pemeriksaan Slit-lamp untuk memperlihtkan
daerah gelap pada repleks normal cahaya merah yang homogen.
29
2.1.8 Patofisiologi
1. Kelainan kromosom.
2. Penyakit metabolic (seperti galaktosemia).
3. Kekurangan gizi intrauteri.
4. Infeksi selama kehamilan (seperti rubella).
b) Pemeriksaan Fisik:
32
Tes bayangan (Iris) tujuannya untuk mengetahui derajat kekeruhan lensa. Dasar
makin sedikit lensa keruh pada bagian posterior maka makin besar bayangan iris
pada lensa yang keruh tersebut sedang makin tebal kekeruhan lensa makin kecil
bayangan iris pada lensa yang keruh. Teknik :
1. Sentolop disinarkan pada pupil dengan membuat sudut 45º dengan dataran
iris
2. Dengan loupe dilihat bayangan iris pada lensa yang keruh
Nilai :
1. Bila bayangan iris terhadap lensa besar dan letaknya jauh terhadap pupil
berarti lensa belum keruh seluruhnya ( belum sampai ke depan), ini terjadi
pada katarak imatur, keadaan ini di sebut shadow test (+)
2. Apabila bayangan iris pada lensa kecil dan dekat terhadap pupil bearti lensa
sudah keruh seluruhnya ( sampai pada kapsul anterior ) terdapat pada
katarak matur, shadow test (-)
33
Post oprasi
Bagaimana cara pasien mengatasi tanda dan gejala yang dirasakan
setelah oprasi?
Apakah pasien meminum obatnya?
2. Nutrisi – metabolic
Pre oprasi
Berapa berat badan sebelum dan setelah sakit?
Apakah pasien sering makan sayur-sayuran dan buah?
Selama sakit apakah ada kesulitan saat makan?
Apakah tanda dan gejala yang dirasakan mengakibatkan penurunan
nafsu makan dan frekuensi minum?
Post oprasi
Bagaimana asupan nutrisi pasien?
Berapa kali sehari makan ?
Berapa intake cairan pasien?
34
4. Aktifitas – latihan
Pre operasi
Apakah penyakit yang di alami pasien mengganggu aktifitas
pasien?
Bagaimana aktifitas pasien selama sakit, apakah dibantu keluarga?
Kegiatan apa saja yang masih di lakukan pasien saat sakit?
Post operasi
Apakah ada kesulitan beraktifitas?
Kegiatan apa saja yang masih di lakukan klien?
Apa tanda dan gejala yang di rasa kan klien, dan apakah
mengganggu aktifitas?
5. Tidur – istirahat
Pre operasi
Apakah ada kesulitan tidur selama sakit?
Berapa lama pasien tidur malam dan siang?
35
Post operasi
Apa tanda dan gejala yang di rasakanpasien, apakah mengganggu
tidur pasien?
Berapa lama tidur malam dan siang?
Apakah tanda dan gejala yang dirasakan mengganggu pola tidur
pasien?
6. Kognitif – preseptual
Pre operasi
Apakah pasien mengalami kesulitan melihat dan menggunakan alat
bantu lihat?
Post operasi
Apakah pasien masih mengalami kesulitan melihat?
7. Presepsidiri – konsepdiri
Pre operasi
Bagaimana pandangan pasien mengenai dirinya setelah sakit?
Post operasi
Bagaimana pandangan pasien tentang dirinya setelah di lakukan
operasi?
8. Peran – hubungan
Pre operasi
Apakah pasien hidup sendiri atau dengan keluarga?
Apakah pasien sudah menikah?
Apakah pasien di temani keluarga selama di rumahsakit?
Bagaimana hubungan sosialnya setelah sakit?
36
Post operasi
Apakah pasien di temani keluarga setelah di oprasi?
Setelah oprasi apakah ada yang menjenguk pasien?
9. Seksualitas – reproduksi
Pre operasi
Apakah ada permasalahan di bagian reproduksi pasien?
Bagaimana hubungan seksualitas pasien setelah sakit?
Post operasi
Apakah ada permasalahan di bagian reproduksi pasien?
Preoperasi.
1. Resiko terhadap cidera b.d penurunan fungsi ketajaman
penglihatan.
2. Resiko cedera yang berhubungan dengan penignkatan tekanan
intraocular (TIO), perdarahan, kehilagan vitreus.
3. Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
kejadian operasi
4. Gangguan persepsi sensori visual/ penglihatan b.d penurunan
ketajaman penglihatan.
Pasca operasi
1. Nyeri Berhubungan dengan trauma, TIO,inflamasi tindkan
bedah.
2. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur
invasive (bedah pengangkatan)
22.3 Intervensi.
Pre operasi
No Diagnosa keperawatan Intervensi
1 1. Gangguan persepsi sensori 1. Orientasikan pasien terhadap
visual/ penglihatan b.d lingkungan aktivitas.
penurunan ketajaman 2. Bedakan kemampuan lapang
penglihatan. pandang di antara kedua mata.
3. Observasi tanda disorientasi
38
Pasca operasi.
No Diagnosa keperawatan Intervensi
1 Nyeri Berhubungan dengan 1. Bantu klien dlam
trauma, TIO,inflamasi mengidentifikasi tindakan
tindkan bedah. penghilang nyeri yang efektif.
2. Jelaskan bahwa nyeri dapat
terjadi sampai beberapa jam
setelah pembedahan.
3. Lakukan tindakan mengurangi
nyeri dengan cara:
40
BAB III
PEMBAHASAN
CASE SKENARIO “KATARAK”
Pada tanggal 10 september 2018 jam 10.00 di ruang perawatan paviliun lukas RS
RK Charitas Palembang, pengkajian didapatkan melalui wawancara dengan
pasien, keluarga dan melalui status kesehatan pasien. Pasien bernama Tn “S”
berusia 65 tahun, jenis kelamin laki-laki, bersuku jawa, beragama islam, stastus
kawin, pendidikan terakhir SD, berkerja sebagai petani, pasien saat ini tinggal di
OKU Timur. Pasien mengatakan keluhan ini dirasakan sejak 3 bulan yang lalu
seperti mata sebelah kanan tidak dapat digunakan untuk melihat dengan baik,
penglihatan kabur tidak jelas, penglihatan menjadi samar-samar, terlihat silau dan
kemerah-merahan. Pasien juga mengatakan merasa cemas menghadapi tindakan
operasi yang akan datang, pasien nampak hanya melihat ke satu arah, pasien
terlihat bingung dengan lingkungan sekitar, pasien juga nampak cemas. Keadaan
umum sedang, kesadaran kompos mentis, TD 130/90 mmHg, nadi: 82x/menit,
suhu 36c, RR: 22x/menit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan bentuk mata
simetris, terlihat warna kehitaman diskeitar kedua mata, konjugtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik, pupil berwarna putih keruh. Pemeriksaan laboratorium
didapatkan Hb: 14,2 g/dL., Ht: 48%, Trombosit: 223 10*/ul., Eritrosit: 4,98
10*/ul., Ureum: 37 mg/uL,m dan Kreatinin: 13 mg/uL. Setelah dilakukan tindakan
operasi didapatkan data pasien mengatakan mata kanan terasa nyeri senut-senut
pada area luka operasi disebelah kanan dengan skala 5 hilang timbul serta terlihat
mata kanan tertutup kassa setelah operasi. Pasien mengatakan tidak mengetahui
tentang perawatan luka setelah operasi. Pasien dan keluarga menanyakan tentang
perawatan dirumah serta pasien tampak bingung.
44
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Keluhan utama :
Pasien mengatakan keluhan ini dirasakan sejak 3 bulan yang lalu seperti
mata sebelah kanan tidak dapat digunakan untuk melihat dengan baik,
penglihatan kabur tidak jelas, penglihatan menjadi samar-samar, terlihat silau
dan kemerah-merahan . pasien juga merasa cemas menghadapi tindakan
operasi yang akan datang. Pasien nampak hanya melihat kesatu arah.
POLA GORDON
No Pre Operasi Post Operasi
I Pola Persepsi Kesehatan– Riwayat :
Manajemen Kesehatan Pasien mengatakan tidak
Riwayat : mengetahui tentang
Pasien mengatakan keluhan perawatan luka setelah
di rasakan 3 bulan yang lalu operasi
Pasien dan keluarga
menanyakan tentang
45
Analisa Data
Diagnosa Data Subyektif Data Obyektif
Keperawatan
Pre Penurunan persepsi Pasien mengatakan
Op sensori: penglihatan m
yang berhubungan ata sebelah kanan
dengan penurunan tidak dapat
tajam penglihatan dan digunakan untuk
kejelasan penglihatan melihat dengan baik
Pasien mengatakan
penglihatan kabur
tidak jelas,
penglihatan menjadi
samar-samar
Pasien mengatakan
penglihatan silau dan
kemerah-merahan
47
Pos Nyeri akut b.d agens Pasien mengatakan Terlihat mata kanan
t cedera fisik (prosedur mata kanan terasa pasien tertutup kassa
Op bedah) nyeri senut-senut setelah operasi
Batasan pada area luka
karakteristik: operasi
Keluhan tentang
intesitas nyeri
menggunakan
standar skala
penilaian numerik
5
Ekpresi wajah
nyeri (tetap pada
satu fokus)
Resiko infeksi Pasien mengatakan
dengan faktor penglihatan silau dan
risiko kurang kemerah-merahan
pengetahuan Pasien mengatakan
untuk mata kanan terasa
menghindari nyeri senut-senut
pemajanan pada area luka
patogen operasi
48
Intervensi
Diagnosa Keperawatan/Intervensi
Pre Op Penurunan persepsi sensori: penglihatan yang
berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan
dan kejelasan penglihatan
DS:
Pasien mengatakan mata sebelah kanan tidak
dapat digunakan untuk melihat dengan baik
Pasien mengatakan penglihatan kabur tidak jelas,
penglihatan menjadi samar-samar
Pasien mengatakan penglihatan silau dan
kemerah-merahan
DO: -
Label NOC: fungsi sensori: penglihatan
dipertahankan pada skala 3 (cukup terganggu)
ditingkatkan ke skala 4 (sedikit terganggu) dengan
Indikator:
1. Ketajaman pandangan perifer (kanan)
2. Kilasan cahaya
3. Pandangan kabur
4. Penglihatan terganggu
49
Intervensi:
1. Kaji ketajaman pengelihatan klien
2. Identifikasi alternatif untuk optimalisasi sumber
rangsangan
3. Sesuaikan lingkungan untuk optimalisasi
pengelihatan
- Orientasikan klien terhadap ruang rawat
- Letakan alat yang sering digunakan di dekat
klien atau pada sisi mata yang lebih sehat
- Berikan pencahayaan cukup
- Letakan alat di tempat yang tetap
- Hindari cahaya menyilaukan
- Anjurkan penggunaan alternative rangsang
lingkungan yang dapat diterima: audiotorik
Ansietas b.d stresor
DS:
Pasien mengatakan merasa cemas menghadapi
tindakan operasi yang akan datang
DO:
Pasien nampak hanya melihat ke satu arah
Pasien terlihat bingung dengan lingkungan sekitar
Pasien juga nampak cemas
Obeservasi/monitor :
Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
ketidaknyamanan terutama pada mereka yang
tidak dapat berkomunikasi secara efektif
Mandiri :
Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
dan faktor pencetus
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim
kesehatan lainnya untuk memilih dan
mengimplementasikan tindkaan penurunan nyeri
nonfarmakologi, sesuai kebutuhan
Edukasi :
Tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap
kualitas hidup pasien (misalnya, tidur, nafsu
makan, pengertian, perasaan, hubungan, performa
kerja dan tanggung jawab peran)
EBP :
1. Teknik relaksasi nafas dalam dan dzikir dapat
menurunkan skala nyeri pada pasien.
Implementasi
Implementasi
Pre Op Realisasi dari intervensi
Post Op Realisasi dari intervensi
Evaluasi
DK S O A P
1 Pasien mengatakan Pandangan pasien Masalah belum Intervensi di
54
Dischange Planning
1. Lakukan pemeriksaan rutin pre operasi
55
2. Aktivitas yang perlu diperhatikan setelah operasi yaitu berbaring pada sisi
yang dioperasi, membungkuk melewati pinggang, mengangkat benda yang
beratnya lebih dari 10 kg, mengedan selama defekasi karna pembatasan
tersebut diperlukan untuk mengurangi gerakan mata dan mencegah
peningkatan tekanan ocular
3. Pelajari cara menjaga hygine mata ( membuang drainase yang mengeras
dengan menyeka kelopak mata yang terpejam menggunakan bola kapas
yang dilembabkan dengan larutan irigasi mata ) dan tidak menekan mata
bila merawat mata
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Katarak merupakan keadaan terjadi kekeruhan (opasitas) yang
berangsur-angsur pada lensa atau kapsula lentis. Cahaya yang di sorot kan
melalui kornea akan dihalangi oleh kekeruhan ini dan bayangan yang jatuh
pada retina menjadi kabur.Sebagai akibat nya, otak menginterpretasiakan
bayangan atau image yang berkabut. Bentuk katarak yang paling umum
adalah tipe senilis atau tipe katarak yang terkait umur. Pada tahun 1990
katarak menjadi penyebab paling dominan terjadinya kebutaan di dunia.
Sampai tahun 2010, katarak tetap menjadi penyebab utama terjadinya
kebutaan di 16 negara dan menjadi penyebab kebutaan kedua di lima
Negara.
56
4.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami susun. Bagi para pembaca makalah ini,
sebaiknya tidak merasa puas, karena masih banyak ilmu-ilmu yang didapat
dari berbagai sumber. Sebaiknya mencari sumber lain untuk lebih
memperdalam materi tentang katarak
58
59
DAFTAR PUSTAKA
Anne, W., & Grant, A. (2014). Dasa-Dasar Anatomi dan Fisiologi Ross dan
Wilison . Singapore: Elsevier .