Anda di halaman 1dari 63

i

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

KATARAK

Disusun Oleh: Kelompok 3

Andi Orlando (1633034)


Dewi Rosita (1633030)
Eugennia Sakanti Putri (1633006)
Rangge Loka (1633013)
Tika Dewi (1633035)
Velly Anggitha (1633025)
Wayan Indrayana (1633018)
Wulan Dari (1633031)
Yosi Vanesia (1633029)

Dosen Pengampu :Ns. Aniska Indah Fari., M..Kep

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN
DAN PROFESI NERS

2018
ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan nikmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
“KATARAK”. Makalah ini disusun dengan maksud tugas mata kuliah
KeperawatanMedikal Bedah III guna mendapatkan nilai tugas. Adapun isi
makalah ini disusun secara sistematis dan merupakan referensi dari beberapa
sumber yang menjadi acuan dalam penyusunan makalah ini.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak antara lain :

- Ibu Ns. Aniska Indah Fari., M..Kep selaku dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III.
- Berbagai sumber referensi yang membantu kami dalam penyusunan
makalah ini.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan sumbangan yang berarti


dalam proses kegiatan belajar mengajar Keperawatan Medikal Bedah III dan
sumber pengetahuan kepada pembaca dan ridho dari Tuhan yang Maha Esa.

Kami selaku penyusun tugas makalah ini, sangat sadar bahwa masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari teman-teman, ibu selaku
dosen pengampu yang sangat kami harapkan agar tugas berikutnya kami dapat
lebih baik lagi.

Palembang, 27Oktober 2018

Penulis
iii

DAFTAR ISI

Isi Halaman

Kata Pengantar.....................................................................................................ii
Daftar Isi iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Medis 3


2.1.1 Pengertian 3
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi 3
2.1.3 Etiologi 34
2.1.4 Menifestasi klinis 38
2.1.5 Komplikasi 43
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang 44
2.1.7 Penatalaksanaan Medis 46
2.1.8 Patofisiologis 47
2.2 Konsep Asuhan Keperwatan 47
2.2.1 Pengkajian 47
2.2.2 Diagnosa Keperawatan 50
2.2.3 Intervensi 51
2.2.4 Implementasi 60
2.2.5 Evaluasi 61
2.2.6 Discharge Planning 62

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Kasus 63
3.1.1 Pengkajian 11 Pola Gordon 65
iv

3.1.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi 70

BAB IV PEMBAHASAN KASUS

4.1 Pertanyaan Penuntun 77

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan.................................................................................... 87
5.2 Saran 87

Daftar Pustaka.............................................................................................. 88
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat


terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa
atau terjadi akibat kedua-duanya (Ilyas, 2015). Berdasarkan laporan
terakhir, katarak bertanggung jawab sebanyak 51% dari kebutaan yang
terjadi di dunia, yang merepresentasikan sekitar 20 juta orang. Meskipun
katarak dapat dihilangkan dengan operasi, masih banyak negara yang
terkendala untuk operasi (WHO,2010).

Pada tahun 1990 katarak menjadi penyebab paling dominan


terjadinya kebutaan di dunia. Sampai tahun 2010, katarak tetap menjadi
penyebab utama terjadinya kebutaan di 16 negara dan menjadi penyebab
kebutaan kedua di lima Negara (Khairallah dkk., 2015). Di Asia Tenggara,
katarak menjadi penyebab paling sering kebutaan yang bertanggung jawab
sekitar 50-80% dari semua kebutaan yang terjadi (Kanagarajan dkk.,
2011). Oleh kerena itu penulis tertarik untuk membahas katarak lebih
lanjut, agar pembaca dapat lebih memahami konsep medis dan asuhan
keperawatan katarak (Laila,Dkk. 2017. PP: 377).

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka dapat dikemukakan rumusan masalah


adalah sebagaiberikut :

1. Apa Pengertian Dari Katarak?


2. Bagaimana Konsep Medis Katarak?
3. Anatomi Fisiologi Mata ?
4. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Katarak ?
2

1.3 Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah yang dikemukakan diatas maka dapat diketahui


tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk Mengetahui Apa Itu Katarak.


2. Untuk MengetahuiKonsep Medis Katarak.
3. Untuk Mengetahui Anatomi Fisiologi Mata.
4. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Katarak.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Medis
2.1.1 Pengertian
Katarak adalah kekeruhan lensa mata. Beberapa tingkat katarak
dapat di temukan pada kebanyakan lanasia berusia di atas 70 tahun.
Katarak merupakan penyebab penurunan penglihatan dan kebutaan di
seluruh dunia. Bentuk katarak yang paling umum adalah tipe senilis atau
tipe katarak yang terkait umur. Katarak senilis biasa nya mulai terjadi pada
usia 50 tahun dan muncul sebagai kekeruhan kortikal nuklear atau
subkapsular posterior. ( Black. 2009. PP: 442-443)
Katarak merupakan keadaan terjadi kekeruhan (opasitas) yang
berangsur-angsur pada lensa atau kapsula lentis. Cahaya yang di sorot kan
melalui kornea akan dihalangi oleh kekeruhan ini dan bayangan yang jatuh
pada retina menjadi kabur.Sebagai akibat nya, otak menginterpretasiakan
bayangan atau image yang berkabut. (Kowalak, 2012, PP:597)
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi
A. Anatomi
a. Mata

Mata merupakan organ yang disusun dari bercak sensitif cahaya


primitif. Dalam selubung perlindungannya mata mempunyai lapisan
reseptor, sistem lensa pemfokusan cahaya atas reseptor, dan merupakan
suatu sistem saraf. Secara struktural bola mata seperti sebuah kamera,
tetapi mekanisme persarafan yang ada tidak dapat dibandingkan dengan
apapun. Susunan saraf pusat dihubungkan melalui suatu berkas serat saraf
yang disebut saraf optik (nervosa optikus) (Syaifuddin, 2011). Mata
mempunyai reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar dan warna.
Sesungguhnya yang disebut mata bukanlah hanya bola mata, tetapi
termasuk otot-otot penggerak bola mata, kotak mata (rongga tempat mata
berada), kelopak, dan bulu mata. Mata adalah organ yang mendeteksi
4

cahaya yang paling sederhana, tidak hanya mengetahui apakah lingkungan


sekitarnya terang atau gelap (Heni Puji W, 2017, P: 169)

Mata adalah organ sensorik kompleks yang mempunyai fungsi


optikal untuk melihat dan saraf untuk transduksi (mengubah bentuk energi
ke bentuk lain) bentuk sinar. Aparatus optic mata membentuk dan
mempertahankan ketajaman fokus objek dalam retina. Fotoreseptor dalam
retina mengubah rangkaian sinar ke dalam bentuk sinyal kemudian
mentransmisikn ke pusat visual di otak melalui elemen saraf integrative
(Heni Puji W, 2017, P:179).

Palpebra (kelopak mata) merupakan lipatan tipis yang dapat


bergerak dan melindungi orbita. Fissura palpebra merupakan lubang
berbentuk elips di antara palpebra superior dan palpebra inferior, tempat
masuk ke dalam sakus konjungtiva. Glandula sebasea bermuaralangsung
ke dalam folikel bulu mata (Heni Puji W, 2017, P: 169)
Palpebra (Kelopak Mata)merupakan dua lipatan jaringan yang
dapat digerakkan, berda di atas dan di bawah bagian dengan tiap mata.
Pada bagian tepinya, terdapat rambut yang pendek dan melengkung,
disebiht bulu mata. Lapisan jaringan yang membentuk kelopak mata
adalah lapisan tipis yang menutupi kulit, selaput tipis jaringan ikat
subkutan, dua otot (okuli orbikularis dan levator palpebra superioris),
selaput tipis jaringan ikat padat, yakni lempeng tarsal yang brukuran lebih
besar pada kelopak mata atas daripada bawah yang menunjang struktur
lainnya, serta lapisan konjungtiva Saraf okulomotor (Anne Waugh &
Allison Grant, 2017, P:111).

Aparatus lakrimalis terdiri dari pars orbitalis yang besar dan pars
palpebralis yang kecil. Keduanya saling berhubungan pada ujung lateral
aponerosis muskulus levator palpebrae superior bagian lateral forniks
(lateral konjungtiva), nukleus lakrimalis, dan nervus VII (Nukleus
5

fasialis). Air mata mengalir untuk membasahi kornea (Heni Puji W, 2017,
P: 169).
Aparatus lakrimaris. Tiap mata terdiri atas satu kelenjar lakrimaris
dan duktusnya, dua kanalikuli lakrimaris, satu kantong lakrimaris, dan satu
duktus nasolakrimaris. Kelejar lakrimaris merupakan kelenjar eksoskrin
yang berada di resesi tulang frontal di bagian lateral tiap mata tepat di
belakang tepi supraorbita. Tiap kelenjar berukuran dan berbentuk seperti
kacang almond, serta terdiri atas sel epithelium sekretori. Kelenjar
menyekresikan air mata yang terdiri atas air, garam, mineral, antibody, dan
lisozim, suatu enzim bakterisida (Anne Waugh & Allison Grant, 2017,
P:112).

Air mata keluar dari kelenjar lakrimaris melalui beberapa duktus


kecil dan melalui bagian depan mata di bawah kelopak menuju kantus
medialis di mana air mata mengalir ke dua kanalikuli lakrimaris. Lubang
pada tiap kantus disebut punktum. Dua kanalikuli berada saling
bertumpuk, dipisahkan oleh badan merah kecil, yang disebut karunkel. Air
mata kemudian mengalir ke sakus lakrimaris, yang bagian atasnya
memanjang ke duktus nasolakrimalis. Duktus nasolakrimalis merupakan
saluran bermembran yang panjangnya 2 cm, memanjang dari bagian sakus
lakrimalis hingga rongga nasal. Saat materi asing, atau iritan lain masuk ke
mata, sekresi air mata semakin meningkat dan pembuluh darah di
konjungtiva juga meningkat(Anne Waugh & Allison Grant, 2017, P:112).

Fungsi air mata adalah yang memberikan materi iritan, misal debu
dan pasir, lisozi enzim bakteriosida di dalam air mata mencegah infeksi
bakteri, dan cairan berminyak di dalam air mata memperlambat evaporasi
dan mecegah kekeringan pada konjungtiva(Anne Waugh & Allison Grant,
2017, P:112).
6

Gambar Struktur Mata


(Sumber: Ethel, 2004)

Struktur mata secara esensial pada gambar, terdiri dari:


1. Lapisan terluar yang keras pada bola mata adalh tunika fibrosa. Bagian
posterior tunika fibrosa adalah sklera opaque yang berisi jaringan ikat
fibriso putih.
a. Sklera memberi bentuk pada bola mata dan memberikan
tempat pelepasan pada otot ekstrinsik.
b. Kornea adalah perpanjangan anterior yang teransparan
pada skelara di bagian depan mata. Bagian ini
menstransmisikan cahaya dan mefokuskan berkas cahaya
(Ethel, 2004).
2. Lapisan tengah bola mata disebut tunika vaskular (uvea), dan tersusun dari
koroid, badan silaris dan iris.
c. Lapisan korid adalah bagian yang sangat terpigmentasi
untuk mencegah refleksi internal berkas cahaya. Bagian ini
juga sangat tervaskularisasi untuk memberikan nutrisi pada
mata, dan elastik sehingga dapat menarik ligamen
suspensori.
d. Badan siliaris suatu penebalan di bagian anterior lapisan
koroid, mengandung pembuluh darah dan otot silaris. Otot
7

melekat pada ligamen suspensori, tempat perlekatan lensa.


Otot ini penting dalam akomodasi penglihatan atau
kemampuan untuk mengubah fokus dari objek berjarak
jauh ke objek berjarak dekat di depan mata.
e. Iris, perpanjangan sisi anterior koroid, merupakan bagian
mata yang berwarna bening. Bagian ini terdiri dari jaringan
ikat dan otot radialis serta sirkularis, yang berfungsi untuk
mengendalikan diameter pupil.
f. Pupil adalah ruang terbuka yang bulat pada iris yang harus
dilalui cahaya untuk masuk ke interior mata (Ethel, 2004).

3. Lensa
Lensa struktur bikonveks yang bening tepat di belakang pupil.
Elastisitasnya sangat tinggi, suatu sifat yang akan menuruk seiring proses
penuaan (Heni Puji W, 2017, P: 171)
Lensa merupakan badan bikonvek sirkular yang sangat elastis,
yang berada di belakang iris. Lensa terdiri atas serat yang dibungkus di
dalam kapsul yang melekat pada badan siliaris oleh ligamen suspensori.
Ketebaalnnya di kendalikan oleh otot siliaris, melalui ligamen suspensorik.
Saat oto siliaris berkontraksi, oto bergerak ke depan melepaskan
tarikannya pada lensa, dan lensa meningkatkan ketebalannya, semakin
dekat dengan objek yang di pandang, semakin tebal lensa untuk
memungkinkan pemfokusan.
Lensa membiaskan sinar cahaya yang di refleksikan oleh objek di
depan mata. Lensa merupakan struktur di mata yang dapat mengubah daya
biasnya, yang di capai dengan menggubah ketebalan. Sinar cahaya yang
masuk ke mata harus di biaskan untuk memefokuskan cahaya pada retina.
Cahay dari objek yang jauh harus sedikit dibiaskan, saat objek mendekat,
jumlah pembiasan semakin bertambah. Untuk meningkatkan daya bias,
bdan siliaris erkontriksi melepaskan tarikan pada ligamen suspensori, dan
8

permukaan anterior lensa menonjol ke depan, meningkatka


kecembungannya. Hal ini menyebabkan cahaya dari objek yang dekat
dapat di fokuskan pada retina . saat otot siliaris bereaksi kebelakang,
tarikannya pada ligamen suspensori meningkat, membuat lensa semakin
tipis. hal ini membuat sinar cahaya dari objek yang jauh dapat di fokuskan
pada retina. (Anne Waugh & Allison Grant,2017, pp:103-104)

4. Rongga mata
a. Rongga anterior tebagi menjadi dua ruang :
1) Ruang anterior terletak di belakang kornea dan di
depan iris; ruang posterior terletak di dapan lensa
dan dibelakan iris.
2) Ruang tersebut berisi aqueous humor, suatu hormon
yang diproduksi prosesus silaris untuk mencukupi
kebutuhan nutrisi lensa dan kornea.
3) Lensa intraokular pada aqueous humor penting
untuk mempertahankan bentuk bola mata.
b. Rongga posterior terletak di antara lensa dan retina dan
berisi vitreus humor, seperti gel transparan yang juga
berperan untuk mempertahankan bentuk bola mata dan
mempertahankan posisi retina terhadap kornea (Ethel,
2004).
5. Retina, Merupakan lapisan terdalam dinding mata.
Retina memiliki struktuir yang halus dan beradaptasi baik terhadap
stimulasi sinar cahaya. Retina terdiri atas beberapa lapisan badan sel saraf
dan aksonnya, yang berada pada lapisan sel epitelium berpigmen yang
melekatkan retina pada koroid. Lapisan yang peka cahaya terdiri atas sel
reseptor sensory yaitu batang dan kerucut.
Retina melapisi ¾ bola mata dn paling tebal pada bagian
belakangnya. Retina memiliki struktur yang tipis pada bagian anterir nya
9

hingga tepat di belakang badan siliaris. Di dekat bagian tengah posterior,


terdapat makula lutea atau bintik kuning. Di bagian tengh bintik kuning,
terdpat seikit cekungan yang di sebut fovea sentralis, terdiri atas 1 sel
kerucut. Menuju bagian anterior retina, terdapat sedikit sel kerucut dari
pada sel batang.
Sekitar 0,5 cm ke arah nasal sisi malula lutea, semua serat saraf
retina bergabung membentuk saraf optik. Area kecil retina dimana saraf
optik keluar darimata terdapat diskus optik atau bintik buta. Disini tidak
terdapat sel peka cahaya (Anne Waugh & Allison Grant,2017, p:104).

Retina, lapisan terdalam mata, adalah lapisan yang tipis dan


transparan lapisan ini terdiri dari:
a. Lapisan terpigmentasi luar pada retina melekat pada lapisan
koroid. Lapisan ini berfungsi untuk menyerap cahaya
berlebih dan mencegah refleksi internal berkas cahaya yang
melalui bola mata.
b. Lapisan jaringan saraf dalam (optikal), terletak
bersebelahan dengan lapisan terpigmentasi adalah struktur
kompleks yang teridi dari berbagai jenis neuron yang
tersusun sedikitnya sepuluh lapisan terpisah.
c. Bintik buta (diskus optik) adalah titik keluar saraf optik.
Karena tidak ada foto reseptor pada area ini, maka tidak ada
sensai penglihatan yang terjadi saat cahaya masuk ke area
ini.
d. Lutea makula adalah area kekuningan yang terletak sedikit
lateral terhadap pusat.
e. Fovea adalah pelekukan sentral makula lukea yang tidak
memiliki sel batang dan hanya mengandung sel kerucut.
Bagian ini adalah pusat visual mata, bayangan yang
terfokus di sini akan diinterpretasikan dengan jelas dan
tajam oleh otak (Heni Puji W, 2017, P:171)
10

Rongga orbita berbentuk piramida dengan basis di depan dan apex


di belakang bagian medial, dipisahkan oleh nasal lateral dan medial,
berbentuk sudut 45° anterior posterior, untuk proteksi cavum orbita
berhubungan dengan sinus para nasalis. Berikut batas-batas orbita:
1) Orbita atas: sinus frontalis.
2) Orbita bawah: sinus maksilaris.
3) Medial: sinus ethmoidalis dan sphenoidalis, bila
infeksi, merusak lamina papirasea.
4) Dasar relatif tipis, mudah rusak oleh karena
trauma bola mata (blow out fracture), herniasi isi
cavum orbita ke sinus maksilaris (Heni Puji W,
2017, P:171)

Tulang pembentuk orbita terdiri dari: frontal, zygoma, maxillary,


palatine, lacrimal, ethmoidal, dan sphenoid.
a. Dinding orbita terdiri dari:
1) Atap: frontal, sphenoid.
2) Lateral: sphenoid, zygomatic.
3) Dasar: maxillary, zygomatic.
4) Medial Wall: ethmoid, lacrimal, frontal bone,
maxillary.
b. Atap orbita terdiri dari:
1) Sebagian os frontalis.
2) Anterolateral: fossa lakrimalis (kelenjar lakrimalis).
3) Posterior: ala minor os sphenoid (kanalis optik)
(Heni Puji W, 2017, P:172)

Dasar orbita terdiri dari:


1) Fissura orbitalis inferior pemisah lateral orbita.
11

2) Pars orbitalis os maxillaris paling luas, rusak bila blow out


fracture.
3) Posterior: os. Palatina
4) Rima orbita bagian bawah: Prosesus maxillaris Os maxilla
dan Os zygomaticus (Heni Puji W, 2017, P:172).

Rongga orbita terdiri dari:


1) Sepasang rongga ditulang yang berisi “bola mata, otot,
saraf, pembuluh darah, dan lemak yang berhubungan
dengan bola mata”.
2) Lubang orbita dilindungi oleh dua lipatan tipis yang dapat
bergerak yaitu kelopak mata (palpebra) (Heni Puji W, 2017,
P:172).

Di bagian medial posterior terdiri dari:


1) Os ethmoid, tulang tipis seperti kertas, menebal di anterior
dan menyatu dengan os lakrimal.
2) Posterior: corpus sphenoid (Heni Puji W, 2017, P:173)

Isi orbita yaitu terdiri dari sekitar 30 ml, dengan proporsi bola mata
1/5 atau 20% atau 6-7 ml. Berisi otot, lemak, pembuluh darah, syaraf,
kelenjar & jaringan getah bening. Septum orbita yaitu:
1) Fasia tipis pembatas anterior.
2) Posterior muskulus orbicularis oculi.
3) Barier kelopak mata dengan bulbus okuli (Heni Puji W,
2017, P:173).

Vascularisasi pada mata terdiri dari:


1) Arteria ophthalmica.
2) Cabang pertama arteri carotis interna.
3) Masuk bersama nervous optikus melalui canalis opticus.
12

4) Cabang pertama: arteri retina sentralis, masuk nervous


optikus 8-12 mm belakang bola mata.
5) Cabang lain ke palpebra, bentuk arcade, anastomose arteri
carotis externa melalui arteri fasialis (Heni Puji W, 2017,
P:173).
c. Cabang Arteri Oftalmica
Cabang arteri oftalmica terdiri dari:
a. Arteri Lakrimalis: Glandula lakrimalis dan kelopak mata
atas.
b. Cabang Muskuler: otot bola mata.
c. Arteri Siliaris anterior dan posterior.
d. Arteri Medialis Palpebra : Kelopak mata.
e. Arteri Supra Orbital.
f. Arteri Supra Troklearis.
g. Arteri Siliaris post brevis: choroid & n. Optikus.
h. Arteri Siliaris posterior longus: posterior Siliaris,
anastomose dengan arteri SiliarisAnterior: Sirkulus arteri
mayor iris.
i. Arteri Siliaris anterior terbagi cabang muskuler ke otot
rektus dan sklera, episklera, limbus dan konjungtiva (Heni
Puji W, 2017, P:174)

Mata di pendarai oleh darah arteri yang bersal dari arteri


siliaris dan arteri retina sentral. Arteri ini merupakan cabang dari
arteri optalmik, salah satu cabang arteri karotis interna. Vena yang
memperdarai mata adalah vena retina sentral, yang akhirnya
bermuara kesinus vena propunda.arteri dan vena sentral terbungkus
di dalam saraf optik pada dispus optic (Anne Waugh & Allison
Grant,2017, p:105).

d. Vena dan Apex Orbita


13

Vena orbita terutama adalah vena orbitalis superior dan inferior.


Vena orbita superior secara klinis penting karena vena palpebra dan
periorbital langsung masuk sinus cavernosus.
Apex orbita merupakan jalan masuk syaraf dan pembuluh darah
origo otot extra okuler kecuali muskulus obligus inferior (Heni Puji W,
2017, P:174).

e. Saraf pada Orbita


Saraf pada orbita terdiri dari saraf motorik dan saraf sensoris.
a. Saraf Motorik
1. Nervous III (okulomotor), dengan ciri:
1) Masuk melalui annulus zinnii.
2) Bercabang menjadi 2 yaitu superior dan inferior.
3) Bagian superior terdiri dari miskulus rektus superior
dan levator palpebra superior.
4) Bagian Inferior bercabang 2 yaitu rektus medial dan
rektus inferior, berlanjut obligus inferior dan
ganglion siliaris (muskulus siliaris dan muskulus
sfingter pupil).
2. Nervous IV (Trochlearis), dengan ciri:
1) Masuk melalui fisura sphenoidalis.
2) Mensyarafi muskulus obligus superior.
3. Nervous VI (Abduscens), dengan ciri:
1) Masuk melalui annulus zinnii.
2) Mensyarafi muskulus rektus lateral.

4. Nervous VII (Fasialis)


b. Saraf Sensoris
1. Nervous II (Optikus) sebagai saraf penglihatan.
2. Nervous V (Trigeminus) terdiri atas nervous
oftalmika dan nervous maksilaris.
14

a) Nervous Oftalmika, dengan ciri:


a. Nervous Frontalis: alis dan
kelopak mata atas.
b. Nervous Nasalis: ganglion
siliaris.
c. Nervous Lakrimalis: glandula
lakrimalis.
b) Nervous Maksilaris
Nervous Infraorbita berada di kelopak mata
bawah, bibir atas dan pipi, hidung serta sistim
lakrimalis. Nervous Zigomatika berada di kulit
regio zigoma, anastomose nervous lakrimalis
(glandula lakrimal) (Heni Puji W, 2017, P:175)

f. Bola Mata
Terdapat 6 otot-otot pada bola mata yaitu:
a. Empat (4) otot diinervasi Nervous III (Okulomotor), meliputi
rektus superior, rektus inferior, rektus medius, dan obligus
inferior.
b. Obligus Superior yaitu Nervous IV (Troklearis).
c. Rektus Lateralis: Nervous VI (Abdusen).
1) Insersi: Sklera.
2) Origo: Anulus Tendineus Zinnii (Heni Puji W,
2017, P:175)
Bola mata terdiri dari beberapa lapisan, yaitu tunica fibrosa, tunica
vaskulosa pigmentosa, dan tunica nevrosa (retina).
a. Tunica fibrosa
Terdiri atas bagian posterior yang opak, sclera,dan bagian
anterior yang transparan. Sclera terdiri atas jaringan fibrosa
padat berwarna putih di postrior, sclera ditembus oleh nervus
optikus. Lamina cribrosa adalah aerah sclera yan ditembus oleh
15

serabut nervus optikus, dan tempat mlihat tekanan intra okular.


Cornea memiliki fungsi utama memantulkan cahaya yang
masuk ke mata.
b. Tunica vasculosa pigmentosa
Tunica vasculosa terdiri dari coroidea, corpus ciliare, iris dan
pupil.
1) Coroida adalah lapisan luar brpigmen dan lapisan
dalam vaskular.
2) Corpus ciliare terdiri dari corona ciliaris, procecus
siliaris dan muskulus siliaris.
3) Iris dan pupil adalah diafragma berpigmen tipis
kontraktil dgn lubang di tengahnya,yaitu pupilla.
4) Iris membagi ruangan antara lensa dan kornea
menjadi camera anterior dan posterior (Heni Puji W,
2017, P:176).
c. Tunica nervosa (retina)
Retina terdiri dari vas nervosa sebelah dalam dan vas
pigmentosa di bagian luar. Permukaan dalam berhubungan
dengan corpus vitreum, pinggir anteriornya membentuk cincin
berombak disebut orraserata. Pertengahan posterior retina
terdapat daerah lonjong kekuningan disebut makula lutea.
Retina dengan daya paling jelas di tengahnya terdapat lekukan
namanya popeacentralis. Titik buta retina terdapat discus nervi
optici, tidak terdapat sebatang dan kerucut (Heni Puji W, 2017,
P: 176-177)

Isi bola mata terdiri dari humor aquosus, corpus fitreum, dan lensa.
a. Humor aquosus
Humor aquosus merupakan cairan bening yang mengisi kamera
anterior dan kamera posterior bulbi. Cairan merupakan sekret dari
prosess ciliaris. Cairan mengalir ke kamera posterior kemudian ke
16

kamera anterior melalui pupilla dan mengalir keluar melalui celah


angulus iridocornealis masuk ke dalam angulus schlemmi. Cairan
ini berfungsi untuk menyokong dinding bola mata dan memberikan
tekanan dari dalam sehingga menjaga bentuk bola matanya. Cairan
ini juga memberikan makanan pada kornea dan lensa dan
mengangkut hasil-hasil metabolisme karena kornea dan lensa tidak
mempunyai pembuluh darah.
b. Corpus vitreum
Corpus vitreum mengisi bolamata di dalam lensa dan
merupakan gel yang transparan, terdapat canalis hyaloidus saluran
sempit yang berjalan melalui corpus vitreum dari diskus nervi
optici ke permukaan posterior lensa. Fungsi corpus vitreum sedikit
menambah pembesaran mata juga menyokong permukaan posterior
lensa dan membantu melekatkan pars nevrosaretina ke pars
pigmentosa retina.
c. Lensa
Struktur bikonveksi yang transparan dibungkus oleh kapsula
transparan. Lensa terletak di belakang iris dan di depan corpus
vitreum serta di kelilingi prosesus siliaris. Lensa terdiri atas
kapsula elastis yang membungkus struktur. Epiteium kuoideum
yang terbatas pada permukaan anterior lensa. Vibraelentis yang
dibentuk dari epitelium kuboideum pada ekuator lentis, vibraelentis
menyusun bagain terbesar lensa (Heni Puji W, 2017, P:177)
g. Palpebra (Kelopak Mata)
Fungsi palpebra adalah mencegah benda asing masuk dan juga
membantu proseslubrikasi permukaan kornea. Untuk proses membuka
pada palpebra dengan muskulus levator palpebra superior dan persarafan
Nervous III. Proses menutup palpebra dengan kontaksi muskulus
orbikularis okuli dan persarafan Nervous VII. Saraf sensoris pada palpebra
dengan nervous oftalmikus. Muskulus levator palpebra superior berfungsi
mengangkat palpebra superior dengan persarafan Central Nervous III.
17

Jaringan pelindung mata dibentuk oleh kulit kelopak mata, tarsus,


septum orbitalis, M.Orbikularis okuli, M. Levator palpebra superior,
kelenjar meiboom, zeiss, moll, krausse & wolfring, pembuluh darah,
kelenjar limfe.
a. Kulit kelopak mata
Kulit kelopak mata merupakan kulit tertipis, sangat kendor
dan elastis, mudah kembali ke bentuk semula bila mana proses
radang, hematom, infeksi, tumor dan lain-lain teratasi.
b. Tarsus
Tarsus merupakan jaringan ikat padat dan elastis, sebagai
kerangka kelopak mata.
c. Septum orbitalis
Yang merupakan posterior muskulus orbikularis okuli yaitu
membentang antara rima orbita dan tarsus. Berfungsi sebagai
barier supaya proses di kelopak mata tidak menembus ke orbita.
d. M. Orbikularis okuli
Berfungsi untuk menutup kelopak mata, terdiri dari 3 regio
yaitu orbita, preseptal, pretarsal. Regio preseptal & pretarsal
berorigo pada fasia yang terhubung dengan sakus lakrimalis,
berkedip, pompa mengalirkan air mata dari sakus lakrimalis ke
duktus naso lakrimalis.
e. M. Levator palpebra superior
Berfungsi mengangkat kelopak aponeurosis berinsersi ke
permukaan anterior tarsus dan kulit palpebra. Mendapat tambahan
dari otot muller (diinervasi simpatis) yaitu inervasi dari N. III
(okulomotorius).
f. Kelenjar meiboom, zeiss, moll, krausse dan wolfring
Meiboom merupakan kelenjar lemak di tarsus, tidak
berhubungan dengan folikel rambut. Berjumlah 25 Superior, 20
Inferior. Memroduksi lemak sebagai oily layer tear film, untuk
mencegah penguapan terlalu cepat. Zeiss berukuran lebih kecil dari
18

meiboom dan merupakan modifikasi kelenjar sebasea. Zeiss ini ada


hubungan dengan folikel rambut. Moll seperti kelenjar keringat,
sedangkan krausse dan wolfring sebagai kelenjar tambahan untuk
membasahi sakus konjungtiva dan kornea.
g. Vaskularisasi
Arteri oftalmika, zigomatika dan angularis.
h. Kelenjar limfe
Kelenjar limfe dari palpebra akan mengalir ke preaurikuler,
parotis dan submaksilaris (Heni Puji W, 2017, P:177-178)

B. Fisiologi
a. Fisiologi penglihatan.
Gelombang cahaya berjalan dengan kecepatan 300.000
km/dtk cahaya di refleksikan ke mata oleh objek di dalam lapang
pandang cahaay putih merupakan kombinasi semua warna
spektrum visual(pelangi). Hal ini ditunjukan dengan mengerahkan
cahaya putih ke prisma gelas yang membelokan sinar dari warna
yang berbeda ke jarak yang semakin besar atau semakin kecil,
tergantung pada panjang gelombangnya. Chaaya berwarna merah
memiliki panjang gelombang yang terpajang sedangkan unggu
melebihi panjang gelombang dan terpendek.

Rentang warna ini adalah spektrum cahaya yang terlihat.


Pada pelangi, cahaya putih dari matahari di pecah oleh tetsan hujan
yang bekerja sebagai risma dan reflektor. .(Anne Waugh & Allison
Grant,2017, p:107)
b. Pembiasan sinar cahaya
Saat sinar cahaya melinta dari satu media dengan kepadatan
berbeda, sinar ini dibelokan, di mata, lensa bi konpek membelokan
dan memfokus sinar cahaya. Prinsip ini di gunakan untuk
mempokuskan cahaya di retina. Sebelum mencapai retina, sinar
19

cahaya berhasil melewati konjungtiva, kornea, cairan akueous, dan


badan vitreus. Semua substansi ini lebih padat dari udara dan
kecuali lensa. Substansi ini mempunyai daya pembias yang konstan
serupa dengan air. Pembiasan yang abnormal dalam mata di
koreksi dengan menggunkan lensa bikonfeks atau bikonkaf (Anne
Waugh & Allison Grant,2017, p:107).

c. Ukuran pupil
Memengaruhi akumodasi dengan mengendalikan jumblah
cahaya yang masuk ke mata dengan cahaya yang terang, pupil
berkontraksi pada cahaya yang redup pupil berdilatasi. Jika pupil
berdilatasi ada cahaya yang terang, terlalu banyak cahaaya masuk
ke mata dan akan meryusak retina yang peka terhadap cahaya.
Pada cahaya redup koma jika pupil berkontraksi, cahaya yang tidak
cukup masuk ke mata untuk mengaktifkan pigmen potosiensitif
diselbatang dan kerucut yang menstimulasi ujung saraf di retina
Iris terdiri atas 1 lapisan serat otot polos sirkular dan
radial.kontraksi serat sirkular mengontriksi pupil dan kontraksi
serat radian mendilatasi pupil . ukuran pupil di kendallikan oleh
sistem saraf otonom. Stimulasi simpatis mendilatasi pupil,
sedangkan stimulasi prasimpatis menyebabkan kontriksi.(Anne
Waugh & Allison Grant,2017, pp:107-108)
20

(Anne Waugh & Allison Grant,2017, p:108)

d. Akomodasi
Penglihatan dekat. Agar objek yang dekat dapat di
fokuskan, yakini jarak sekiatra 6 meter, akomondasi di perlukan
dan mata harus membuat penyesuaian sebgai berikut
1. Konstriksi Pupil
Konstriksi pupil membantu akomodasi
dengan menggurangi lebar berkas cahaya yang
masuk ke mata sehinnnga berkas cahaay melalui
bagian lngkung sentral lensa.
2. Konvergens(pergerakan bola mata)
Sinar cahaya yang amsuk ke objek yang
dekat, nasuk ke dua mata ke sudut yang berbeda dan
untuk dapat melihat jelas. Sinar ini harus
menstimulasi area yang berfungsi pada 2 retina .
otot ektrinsik menggerakan mata dan untuk
mendapat bayangan yang jelas , otot ini
merotasikan mata sehinnga mata berpusat pada
objek yang di lihat. Aktivitas otot yang
21

terkoordinasi ini berada di bawah kendali autonom.


Saat terdapat gerakan volunter , kedua mata
bergerak dan konvergensi di pertahankan. Semakin
dengan suau objek dengan mata, semakin besar
rotasi maata yang di perlukan untuk mencapai
konvergensi, misal prang yang berfokus melihat
ujung hidungnya, mata tampak juling. Jika
konvergensi tidak mungkin di lakuakan, otot
cenderung mengabaikan implus yang di terima dari
mata yang di vergen.
3. Menggubah daya lensa.
Perubahan dalam ketebalan lensa di
lakuakan untuk memfokuskan cahaya pada retina.
Jumlah penyesuaian bergantung pada jarak objek
dari mata, yakini lensa semakain tebal untuk
penglihatan dekat semakin dan semakin tipis saat
berfokus pada objel lebih dari 6 meter. Melihat
onjek yang mendekat membuat mata lebih cepat
elelah karena penggunaan otot siliaris yang terus
menerus. .(Anne Waugh & Allison Grant,2017,
pp:108-109)
22

.(Anne Waugh & Allison Grant,2017, p:109)

e. Proses Melihat
Mata bisa melihat benda karena adanya cahaya yang
dipantulkan oleh benda tersebut ke mata. Jika tidak ada cahaya
yang dipantulkan benda, maka mata tidak bisa melihat benda
tersebut.

Gambar Proses Melihat


(Sumber: Wibowo, 2008)
23

Proses mata melihat benda adalah sebagai berikut.


a. Cahaya yang dipantulkan oleh benda di tangkap oleh mata,
menembus kornea dan diteruskan melalui pupil.
b. Intensitas cahaya yang telah diatur oleh pupil diteruskan
menembus lensa mata.
c. Daya akomodasi pada lensa mata mengatur cahaya supaya
jatuh tepat di bintik kuning.
d. Pada bintik kuning, cahaya diterima oleh sel kerucut dan sel
batang, kemudian disampaikan ke otak.
e. Cahaya yang disampaikan ke otak akan diterjemahkan oleh
otak sehinga kita bisa mengetahui apa yang kita lihat (Heni Puji
W, 2017, P:179)

2.1.3 Etiologi
Faktor resiko meliputi :
1) Pekerjaan di luar gedung
Pekerjaan petani / buruh / nelayan dapat dikategorikan di luar
rumah yang menyebabkan adanya pajanan kronis sinar matahari.
2) Penghasilan rendah
Dengan pendapatan yang rendah, asupan gizi menjadi kurang.
Faktor nutrisi merupakan salah satu risiko terjadinya katarak.
3) Pendidikan rendah
Faktor ekonomi juga menjadi alasan rendahnya tingkat pendidikan
didaerah pesisir. Meskipun tidak ditemukan hubungan langsung
antara tingkat pendidikan dengan kejadian katarak. Namun, tingkat
pendidikan merupakan salah satu indikator dari kualitas sumber daya
manusia. Dimana seseorang yang berpendidikan rendah akan
berpengaruh pada penghasilan. Rendahnya penghasilan seseorang
akan mempengaruhi status nutrisi seseorang (Laila, 2017, P: 382-
384).
24

Penyebab katarak meliputi:

1) Usia
Pada usia >70th detoksifikasi zat menurun, yang mengakibatkan
peningkatan radikal bebas / stress oksidatif, sehinggga memicu
terjadinya denaturisasi protein. (Nartey, 2017, P: 1-2)
2) Genetik

Mutasi pada gen FYCO1 mengakibatkan pengembangan sel-sel


serat lensa terganggu, Mutasi Gen α A & B Crystallins
mengakibatkan agregasi dan protein mengendap. (Shiels, 2013, P: 5-
7)

3) Kongenital
Pada kongenital factor genetic dan infeksi selama kehamilan
berperan pada terjadinya katarak kongenital ( Black, 2014,P: 443).
4) Infeksi
Terjadinya vasodilatasi dan peningkatan permeabelitas pembuluh
darah sehingga terjadinya hidrasi lensa (Kowalak, 2012, P: 58).
5) Obat-obatan

Penelitian menunjukkan Adenosin Triphospate (ATP) dan level di


nukleotid pada lensa menurun setelah 24 jam paparan deksametason.
Hal ini menyebabkan gangguan dari penyediaan kebutuhan energy
seperti sintesis protein, transpor ion, dan mekanisme pertahanan oleh
antioksi dan sedangkan bentuk fosfat kompeks lainnya seperti glukosa
meningkat (http://eprints.undip.ac.id).

6) Hipoparatiroidisme
Hormon paratiroid mempertahankan hubungan terbalik antara
kadar kalsium dan fosfat serum dengan menghambat reabsorbsi fosfat
dalam tubulus renal (Kowalak, 2012, PP: 532). Denaturisasi
dipengaruhi oleh keseimbangan PH, sedangkan keseimbangan PH
25

diatur oleh dapar, paru, dan ginjal. Daparintra seluler mencakup


protein sel, ion fosfat, dan hemoglobin. (silverthorn, 2013, P: 709)

7) Radiasi dan Sinar infra merah


Mengakibatkan perubahan susunan protein dan system oksidatif.
(Nartey, 2017, P: 2) (Kowalak, 2012, PP: 597)

8) Pejanan sinar matahari kronis

Mengakibatkan perubahan susunan protein dan system oksidatif.


(Nartey, 2017, P: 2)

9) Gangguan intraocular

Karena hidrasi lensa, kerusakan membrane lensa akibat glaucoma.


(Kowalak, 2012, P: 600).

10) Traumatik

Lensa mata mengalami rupture sehingga terjadi inflamasi atau


fagositosis.(Kowalak, 2012, PP: 598)

11) Gangguan sistemik

Pada diabetes hiperglikemi akan dreduksi menjadi sorbitol,


sehingga terjadi peningkatan sorbitol dan terjadi hiperosmotik, sehingga
mengakibatkan hidrasilensa.(Nartey, 2017, P: 2) pada tekanan darah tinggi
terjadinya perubahan formasi struktur protein kapsul lensa sehingga
menyebabkan peningkatan permeabilitas membrane dan hidrasi lensa
(Black, 2014, PP: 444).

12) Merokok & Alkohol


Mengakibatkan stress oksidatif
26

13) Malnutrisi Vitamin C, E, asamfolat, dankaroten


Penurunan antioksi dan mengakibatkan peningkatan radikal bebas
atau terjadinya stress oksidatif (Laila, 2017, P: 383).

2.1.4 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang mungkinb terdapat pada katarak meliputi:

1. Penglihatan yang kabur dan penuruan daya peanglihatan terjadi secara


berangsur –angsur tanpa rasa nyeri sebagai akibat kekeruhan lensa

2. Pupil yang berwarna putih seperti susu akibat kekeruahan lensa

3. Cahaya lampu sorot mobil yang membutakan pengloihatan pada malam


hari akibat pantulanan pencerahayanan yang tidak efisisen kaeran
kekeruhan lensa

4. Penurunanpenglihatanpadasaatmembacaakibat baying pada retina yang


kurang jelas

5. Penglihatan yang lebih baik pada cahaya yang redup ketimbang dengan
cahaya terang bagi pasien yang mengalami opasitas sentral,:ketika pupil
berdilatasi , pasien dapat meilahat objek di sekitar opasitas .(Kowalak,
2012,P: 598)

6. Kesulitan ketika melihat malam hari

7. Mata terasa sensitif bila terkena cahaya.

8. Sering mengganti kaca mata atau kontak lensa karena sudah tidak
nyaman menggunakannya.(Amin,2015,P:150)
27

2.1.5 Komplikasi

Komplikasi Pada Katarak Meliputi:

1. Glaukoma

Yaitu gangguan yang ditandai dengan kenaikan tekanan intraocular


(Kowalak, 2012, P: 600).

2. Kebutaan

Peningkatan tekanan intraokuler menyebabkan kerusakan pada


nervus optikus dan struktur intraocular lainya (Kowalak, 2012, P: 600).

Komplikasi Pembedahan Dapat Berupa:

1. Kehilangan humor vitreus.


2. Dehidrasi luka operasi akibat benang jahitan yang kendur dan
kamera okuli anterior yag rata atau prolasus iris ke dalam luka
operasi.
3. Hifema yang merupakan perdarahan dalam kamera okuli anterior.
4. Glaucoma karena penyumbatan vitreus.
5. Ablasio retina.
6. Infeksi

(Kowalak, Jennifer P, 2012, P: 598).

2.1.6 Penatalaksanaan
1. Pra operasi.
a. Suplemen gizi dan antioksi dan untuk mencegah/
menghentikan penyebaran katarak.
b. Manajemen diabetes.
28

c. Manajemen penyebab katarak lain untuk menghentikan


perkembangan katarak.

2. Manajemen Bedah
Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular
Tidak ada terapi lain untuk mencegah atau mengurangi
pembentukan katarak selain dengan pembedahan. Peranan diet tidak jelas.
Beberapa riset pada terapi alternatif dan komplementer di bawah ini
menunjukan kuning telur dapat meningkatkan penglihatan. Kecuali jika
komplikasi okular lain atau terdapat faktor kesehatan, pembedahan di
lakukan dengan rawat jalan. Tetes mata praoperasi termasuk agen
sikoplegik (Cyclogyl) juga dapat di berikan untuk melumpuhkan otot
siliaris. Pemebedahan katarak di lakukan di bawah anestasi topikal dengan
tetes mata atau anestesi regional dengan injeksi retrobulbar atau larutan
anestesi lokal. Klien sering di berikan tambahan sedatif intravena. Katarak
di angkat dengan membuat irisan kecil pada kornea. Kaatarak di pecah
menjadi partikel–partikel mikroskopik dengan probe ultrasonik .
penggunaan suara berenergi tinggi di sebut sebagai Fakoesmulsifikasi.
Kemudian suatu lensa buatan intraokular yang di lipat (intraocular lens) di
tanam melalui irisan mikro, di buka lipatannya adi kunci pda posisi
permanen. Iritasi mikro ini akan sembuh sendiri dan tidak membutuhkan
di jahit. Irisan ini akan tetap tertutup erat dengan tekanan keluar alami dari
dalam mata . Tipe irisan ini sembuh cepat dan memberikan kondisi yang
lebih nyaman (Black, 2014, P: 444).

2.1.7 PemeriksaanPenunjang
1. Pemeriksaan fisik(dengan menyorotkan cahaya senter atau penlight
pada pupil untuk melihat warna putih di belakang pupil, yang baru akan
terlihat tanpa cahaya senter setelah katarak memasuki stadium lanjut.
2. Oftalmoskop indirek dan pemeriksaan Slit-lamp untuk memperlihtkan
daerah gelap pada repleks normal cahaya merah yang homogen.
29

3. Pemeriksaan visus untuk memastikan kehilangan penglihatan.


(Kowalak, 2012, P: 201)
4. Kartu mata snellen / mesin telebin okuler: mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus /vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
5. Lapang penglihatan: penurunan mungkin karena massa tumor, karotis
glukoma.
6. Pengkukuran Tonografi: TIO(12- 25 mmHg)
7. Pengkukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup glaukoma
8. Tes provokatif: menentukan adanya /tipe glaukoma
9. Oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler, atropi lmepng optik,
papiledemia,perdarahan.
10. Darah lengkap, LED : menunjukan anemi sistemik/infeksi
11. EKG, kolesterol serum, lipid, tes toleransi glukosa: kontrol DM.
(Amin,2015,P:150)

2.1.8 Patofisiologi

Patofisiologi dapat bervariasi menurut masing-masing bentuk


katarak. katarak congenital merupakan bentuk yang mmberikan tantangan
khusus. Katarak senilis memperlihatkan bukti adanya agregasi protein,
cedera oksidatif, dan peningkatan pigmentasi di bagia tengah lensa. Pada
katarak traumatika dapat terjadi inflamasi atau fagositosis lensa ketika
lensa mengalami rupture. Mekanisme katarak dengan komplikasi
bervariasi menuut proses penyakitnya. Ebagai contoh, pada penyakit
diabetes akan terjadi peningkatan kadar glukosa di dalam lensa yang
menybabkan mata menyerap air (Kowalak, Jennifer P, 2011, P:597)
30

Katarak congenital dapat disebabkan oleh:

1. Kelainan kromosom.
2. Penyakit metabolic (seperti galaktosemia).
3. Kekurangan gizi intrauteri.
4. Infeksi selama kehamilan (seperti rubella).

Katarak congenital mungkin belum tampak saat lahir kecuali jika


mata diperiksa degan funduskopi.

Jika katarak diangkat dalam waktu beberapa bulan sejak dilahirkan,


bayi akan dapat memngembangkan kemampuan fiksasi retina dan respons
visual kortikal dengan benar. Sesudah pembedahan, anak cenderung lebih
menggunakan mata yang normal. Otak menyupresi bayangan yang buruk
dari mata yang sakit sehingga terjadi ambliopia (penglihatan yang kurang
berkembang) pada mata ini. Sesudah pembedahan, kemampuan penglihata
pada anak yang menderita katarak bilateral akan berkembang sama baik
pada kedua belah mata.

Secara khas, perkembangan katarak berlangsung lewat empat tahap:

1. Imatur : lensa mata belum keruh seluruhnya.


2. Matur : lensa mata sudah keruh seluruhnya dan pada keadaan ini
telah terjadi kehilangan penglihatan yang signifikan.
3. Tumesen : lensa terisi air; keadaan ini dapat menimbulkan glaucoma.
4. Hipermatur : protein lensa terurai sehingga peptide merembes keluar
kapul lentis; glaucoma dapat terjadi jika saluran keluar cairan intraokuler
terhalang (Kowalak, 2011, PP: 598).

Pembentukan katarak ditandai secara kimiawi dengan pengurangan


ambilan oksigen dan peningkatan kadar air yang diikuti dengan dehidrasi
lensa. Kadar sodium dan kalsium meningkat, potassium, asam askorbat,
dan protein menurun. Protein lensa mengalami mengalami beberapa
31

perubahan terkait usia seperti menguning karena pembentukan komponen


fluresen den perubahan molecular. Perubahan ini bersama dengan
fotoabsorbsi radiasi sinar ultraviolet sepanjang hidup mendukung teori
bahwa katarak dapat disebabkan karena proses fotokimiawi.

Kemajuan katarak merupakan pola yang dapat diprediksi. Katarak


dimulai dari kondisi katarak imatur yang memiliki gambaran lensa tidak
sepenuhnya opak dan beberapa cahaya masih memadai. Pada katarak
matur, opasitas terjadi menyeluruh (katarak disebut “matang”). Katarak
hipermatur merupakan katarak dengan protein lensa mengalami
pemecahan menjadi polipeptida rantai pendek yang merembes keluar dari
kapsul lensa. Pecahan polipeptida ini kemudian difagosit oleh makrofag
sehingga dapat merusak jaringan trabekular menyebabkan gaukoma
fakolitik (Black, 2014, PP: 443).

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan.


2.2.1 Pengkajian.
a) Anamnese
1. Umur katarak terjadi pada semua umur tetapi umumnya lanjut
usia.
2. Riwayat trauma ,trauma tumpul atau tidak tembus dan merusak
kapsul lensa.
3. Riwayat pekerjaan pada pekerja yang berhubungan dengan bahan
kimia atau terpapar sinar radioaktif/sinar x
4. Riwayat penyakit misalnya penyakit mata yang lain dan penyakit
sistemik
5. Riwayat penggunaan obat-obatan.

b) Pemeriksaan Fisik:
32

1. Klien mengeluhkan penurunan pandangan bertahap dan tidak


nyeri.
2. Pandangan kabur, berkabut atau pandangan ganda
3. Klien juga memberikan keluhan bahwa warna menjadi kabur atau
tampak kekaburan.
4. Jika klien mengalami kekeruhan sentral klien mungkin
melaporkan dapat melihat lebih baik pada cahay suram dari pada
terang karena pada saat dilatasi klien dapat melihat dari sekeliling
kekeruhan.
5. Kaji visus terdapat penurunan signifikan
6. Inspeksi dengan penlight menunjukan pupil putih susu dan pada
katarak lanjut terdapat area putih keabu-abuan.(Andra S W &
Yessie M P,2013 p:67 )

Tes bayangan (Iris) tujuannya untuk mengetahui derajat kekeruhan lensa. Dasar
makin sedikit lensa keruh pada bagian posterior maka makin besar bayangan iris
pada lensa yang keruh tersebut sedang makin tebal kekeruhan lensa makin kecil
bayangan iris pada lensa yang keruh. Teknik :

1. Sentolop disinarkan pada pupil dengan membuat sudut 45º dengan dataran
iris
2. Dengan loupe dilihat bayangan iris pada lensa yang keruh

Nilai :

1. Bila bayangan iris terhadap lensa besar dan letaknya jauh terhadap pupil
berarti lensa belum keruh seluruhnya ( belum sampai ke depan), ini terjadi
pada katarak imatur, keadaan ini di sebut shadow test (+)
2. Apabila bayangan iris pada lensa kecil dan dekat terhadap pupil bearti lensa
sudah keruh seluruhnya ( sampai pada kapsul anterior ) terdapat pada
katarak matur, shadow test (-)
33

3. Bila katarak hipermatur, lensa sudah keruh seluruhnya, mengecil serta


terletak jauh di belakang pupil, sehingga bayangan iris pada lensa besar dan
keadaan ini di sebut pseudopositif. (Sidarta Ilyas. PP :111-112)

Pengkajian Pola Fungsional Gordon

1. Presepsi kesehatan – manajemen kesehatan


Pre oprasi
 Apa yang dilakukan pasien saat tanda dan gejala muncul?
 Apa yang di ketahui pasien tentang penyakitnya?
 Sejakkapan pasien menderita penyakit ini?
 Apakah pasien mempunyai riwayat penyakit lain?
 Menurut pasien sakit apa yang sedang di deritanya?

Post oprasi
 Bagaimana cara pasien mengatasi tanda dan gejala yang dirasakan
setelah oprasi?
 Apakah pasien meminum obatnya?

2. Nutrisi – metabolic
Pre oprasi
 Berapa berat badan sebelum dan setelah sakit?
 Apakah pasien sering makan sayur-sayuran dan buah?
 Selama sakit apakah ada kesulitan saat makan?
 Apakah tanda dan gejala yang dirasakan mengakibatkan penurunan
nafsu makan dan frekuensi minum?

Post oprasi
 Bagaimana asupan nutrisi pasien?
 Berapa kali sehari makan ?
 Berapa intake cairan pasien?
34

 Apakah tanda dan gejala yang dirasakan mengakibatkan penurunan


nafsu makan dan frekuensi minum?
3. Eliminasi
Pre operasi
 Berapa kali BAB dan BAK sehari sebelum dan sesudah sakit?
 Bagaimana konsistensinya?
 Apakah selama sakit ada kesulitan untuk ke kamar mandi?
 Apakah ada yang menemani pasien jika ke kamar mandi?
Post operasi
 Berapa kali BAB dan BAK sehari?
 Bagaimana konsistensi nya?
 Apakah setelah operasi ada kesulitan untuk ke kamar mandi?

4. Aktifitas – latihan
Pre operasi
 Apakah penyakit yang di alami pasien mengganggu aktifitas
pasien?
 Bagaimana aktifitas pasien selama sakit, apakah dibantu keluarga?
 Kegiatan apa saja yang masih di lakukan pasien saat sakit?

Post operasi
 Apakah ada kesulitan beraktifitas?
 Kegiatan apa saja yang masih di lakukan klien?
 Apa tanda dan gejala yang di rasa kan klien, dan apakah
mengganggu aktifitas?

5. Tidur – istirahat
Pre operasi
 Apakah ada kesulitan tidur selama sakit?
 Berapa lama pasien tidur malam dan siang?
35

 Apakah pasien sering terbangun saat malam hari?

Post operasi
 Apa tanda dan gejala yang di rasakanpasien, apakah mengganggu
tidur pasien?
 Berapa lama tidur malam dan siang?
 Apakah tanda dan gejala yang dirasakan mengganggu pola tidur
pasien?

6. Kognitif – preseptual
Pre operasi
 Apakah pasien mengalami kesulitan melihat dan menggunakan alat
bantu lihat?

Post operasi
 Apakah pasien masih mengalami kesulitan melihat?

7. Presepsidiri – konsepdiri
Pre operasi
 Bagaimana pandangan pasien mengenai dirinya setelah sakit?
Post operasi
 Bagaimana pandangan pasien tentang dirinya setelah di lakukan
operasi?

8. Peran – hubungan
Pre operasi
 Apakah pasien hidup sendiri atau dengan keluarga?
 Apakah pasien sudah menikah?
 Apakah pasien di temani keluarga selama di rumahsakit?
 Bagaimana hubungan sosialnya setelah sakit?
36

 Apakah ada yang menjenguk pasien selama di rumahsakit?

Post operasi
 Apakah pasien di temani keluarga setelah di oprasi?
 Setelah oprasi apakah ada yang menjenguk pasien?

9. Seksualitas – reproduksi
Pre operasi
 Apakah ada permasalahan di bagian reproduksi pasien?
 Bagaimana hubungan seksualitas pasien setelah sakit?
Post operasi
 Apakah ada permasalahan di bagian reproduksi pasien?

10. Koping – toleransi stress


Pre operasi
 Apakah pasien cemas mengenai karena penyakit yang di deritanya?
 A pakah pasien cemas karna akan di lakukan tindakan terhadap
penyakitnya?
 Apa yang di lakukan pasien saat pusing atau stress?
 Kapan pasien mengalami masalah besar dalam hidupnya, dan
bagaimana pasien menanganinya?
Post operasi
 Apakah pasien cemas dengan keadaanya meskipun telah di lakukan
operasi?

11. Nilai – keyakinan


Pre operasi
 Apakah pasien berdoa untuk kesembuhanya?
37

 Apakah agama penting dalam kehidupanya dan membantu ketika


kesulitan muncul?
Post operasi
 Apakah pasien berdoa untuk kesembuhanya?

22.2 Diagnosa keperawatan

Preoperasi.
1. Resiko terhadap cidera b.d penurunan fungsi ketajaman
penglihatan.
2. Resiko cedera yang berhubungan dengan penignkatan tekanan
intraocular (TIO), perdarahan, kehilagan vitreus.
3. Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
kejadian operasi
4. Gangguan persepsi sensori visual/ penglihatan b.d penurunan
ketajaman penglihatan.

Pasca operasi
1. Nyeri Berhubungan dengan trauma, TIO,inflamasi tindkan
bedah.
2. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur
invasive (bedah pengangkatan)

22.3 Intervensi.
Pre operasi
No Diagnosa keperawatan Intervensi
1 1. Gangguan persepsi sensori 1. Orientasikan pasien terhadap
visual/ penglihatan b.d lingkungan aktivitas.
penurunan ketajaman 2. Bedakan kemampuan lapang
penglihatan. pandang di antara kedua mata.
3. Observasi tanda disorientasi
38

dengan tetap berada di sisi


pasien.
4. Dorong klien untuk melakukan
aktivitas sederha seperti
menonton tv,radio, dll.
5. Anjurkan klien menggunakan
kacamata katarak , cegah
lapang pandang perifer dan
catat terjadinya bintik buta.
6. Posisi pintu harus tertutup
terbuka, jauhkan rintangan.
2 Resiko cedera yang 1. Diskusikan tentang rasa sakit,
berhubungan dengan pemabatasan aktivitas dan
penignkatan tekanan pemebalutan mata.
intraocular (TIO), 2. Tempatkan klien pada tempat tidur
perdarahan, kehilagan vitreus yang lebih rendah dan anjurkan
untuk memebatasi pergerakan
mendadak/ tiba-tiba serta
menggerakan kepala berlebih.
3. Bantu aktivitas selama fase
istirahat.
3 Ansietas yang berhubungan 1. Jelaskan gambaran kejadian pre
dengan kurang pengetahuan dan pascaoperasi, manfaat operasi,
tentang kejadian operasi dan sikap yang harus dilakuakan
klien selama masa operasi
Jawab pertanyaan khusus tentang
pembedahan. Berikan waktu untuk
mengekspresikan perasaan.
Informasikan bahwa perbaikan
pengelihatan tidak terjadi secara
langsung, tetapi bertahap sesuai
39

penurunan bengkak pada mata dan


perbaikan kornea. Perbaikan
pengelihatan memerlukan waktu enam
bulan atau lebih.
4 Penurunan persepsi sensori: 1. Kaji ketajaman pengelihatan klien
pengelihatan yang 2. Identifikasi alternatif untuk
berhubungan dengan optimalisasi sumber rangsangan
penurunan tajam pengelihatan 3. Sesuaikan lingkungan untuk
dan kejelasan pengelihatan. optimalisasi pengelihatan
- Orientasikan klien terhadap
ruang rawat
- Letakan alat yang sering
digunakan di dekat klien atau
pada sisi mata yang lebih sehat
- Berikan pencahayaan cukup
- Letakan alat di tempat yang
tetap
- Hindari cahaya menyilaukan
Anjurkan penggunaan alternative
rangsang lingkungan yang dapat
diterima: audiotorik

Pasca operasi.
No Diagnosa keperawatan Intervensi
1 Nyeri Berhubungan dengan 1. Bantu klien dlam
trauma, TIO,inflamasi mengidentifikasi tindakan
tindkan bedah. penghilang nyeri yang efektif.
2. Jelaskan bahwa nyeri dapat
terjadi sampai beberapa jam
setelah pembedahan.
3. Lakukan tindakan mengurangi
nyeri dengan cara:
40

- Posisikan tinggi bagian


kepala tempat tidur,ganti
posisi dan tidur pada sisi
yang tidak di operasi.
- Distraksi
- Latihan relaksasi
4. Berikan obat analgesik sesuai
program .laporkan dokter jika
nyeri tidak hilang setelah ½
jampemberian obat, jika nyeri
disertai mual.
2 Resiko tinggi terjadinya 1. Tingkatkan penyembuhan luka :
infeksi berhubungan dengan - Beri dorongan untuk
prosedur invasif(bedah mengkitui det seimbang
pengangkatan) dan asupan cairan yang
adekuat
- Instruksikan klien
untuk tetap mnutup mata
samapai hari pertama setelah
operasi atau sampai di
beritahukan
2. Gunakan teknik aseptic untuk
meneteskan tetesan mata:
1. Cuci tangan sebelum
memulai memegang alat
penetes agak jauh dari mata.
2. Ketika meneteskan hindari
kontak antara mata dengan
tetesan dan alat penetes.
3. Gunakan teknik aseptic
untuk membesihkan mata
41

dari dalam ke luar dengan


tisu basah/bola kapas untuk
tiap asupan ganti balutan dan
memasukan lensa bila
menggunakan .
4. Tekanan penting ny tidak
menyentuh/menggaruk mata
yang di operasi.
5. Observasi tanda-tanda
gejalaa infeksi seperti:
kemerahan , kelopak mata
bengkak.drainase purulen,
injeksi
konjungtiva(pembuluh darah
menonjol) peningkatan suhu.
6. Anjurkan untuk mencegah
ketegangan pada jahitan
dengan cara
menggunakan:kacamaya
protektif dan pelindung mata
pada malam hari.
7. Kolaborasikan obat sesuai
indikasi: Antibiotika
(topical,parental atau sub
conjungtiva, steroid)

22.5 Dischage Planning.

1. Karena akan pulangkan setelah pulih dari pengaruh pembiusan,


ingatkan pasien agar kembali memeriksakan matanya pada hari
42

berikutnya dan tidak melakukan aktivitas yang meningkatkan


tekanan intraokuler seperti mengejan.
2. Dorong pasien agar melindungi matanya terhadap cedera yang di
sengaja pada malam hari dengan cara mengenkan perisai plastik atau
mental dengan lubang-lubang kecil ;perisai mata atau kacamata
harus di kenakan untuk melindungi mata pada siang harinya.
3. Sebelum pulang. Ajarkan pasien cara mengoleskan salep antibiotik
untuk mencegah infeksi dan mengandung steroid untuk mengurangi
inflamasi;obat tetes mata yang mengandung kombinsis anttibiotik
dan steroid dapat pula di gunakan.
4. Beri nasehat kepada pasien agar mengawasi timbulnya komplikasi,
seperti nyeri yang menusuk pada mata dan tidak bisa di kendalikan
oleh obat-obatan analgetik karena nyeri semacam ini di sebabkan
oleh hifem atau penampakan kabut dalam kamera okuli anterior
(yaitu dapat menyertai suatu infeksi); pasien harus melapirkan
komplikasi dengan segera.
5. Ingatkan pasien agar membatasi aktivitas dan beritahukan bahwa ia
mendapatkan kacamata koreksi atau lensa koreksi dalam waktu
beberapa minggu. (Kowalak, 2012, P: 600)
43

BAB III
PEMBAHASAN
CASE SKENARIO “KATARAK”

Pada tanggal 10 september 2018 jam 10.00 di ruang perawatan paviliun lukas RS
RK Charitas Palembang, pengkajian didapatkan melalui wawancara dengan
pasien, keluarga dan melalui status kesehatan pasien. Pasien bernama Tn “S”
berusia 65 tahun, jenis kelamin laki-laki, bersuku jawa, beragama islam, stastus
kawin, pendidikan terakhir SD, berkerja sebagai petani, pasien saat ini tinggal di
OKU Timur. Pasien mengatakan keluhan ini dirasakan sejak 3 bulan yang lalu
seperti mata sebelah kanan tidak dapat digunakan untuk melihat dengan baik,
penglihatan kabur tidak jelas, penglihatan menjadi samar-samar, terlihat silau dan
kemerah-merahan. Pasien juga mengatakan merasa cemas menghadapi tindakan
operasi yang akan datang, pasien nampak hanya melihat ke satu arah, pasien
terlihat bingung dengan lingkungan sekitar, pasien juga nampak cemas. Keadaan
umum sedang, kesadaran kompos mentis, TD 130/90 mmHg, nadi: 82x/menit,
suhu 36c, RR: 22x/menit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan bentuk mata
simetris, terlihat warna kehitaman diskeitar kedua mata, konjugtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik, pupil berwarna putih keruh. Pemeriksaan laboratorium
didapatkan Hb: 14,2 g/dL., Ht: 48%, Trombosit: 223 10*/ul., Eritrosit: 4,98
10*/ul., Ureum: 37 mg/uL,m dan Kreatinin: 13 mg/uL. Setelah dilakukan tindakan
operasi didapatkan data pasien mengatakan mata kanan terasa nyeri senut-senut
pada area luka operasi disebelah kanan dengan skala 5 hilang timbul serta terlihat
mata kanan tertutup kassa setelah operasi. Pasien mengatakan tidak mengetahui
tentang perawatan luka setelah operasi. Pasien dan keluarga menanyakan tentang
perawatan dirumah serta pasien tampak bingung.
44

KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Keluhan utama :
Pasien mengatakan keluhan ini dirasakan sejak 3 bulan yang lalu seperti
mata sebelah kanan tidak dapat digunakan untuk melihat dengan baik,
penglihatan kabur tidak jelas, penglihatan menjadi samar-samar, terlihat silau
dan kemerah-merahan . pasien juga merasa cemas menghadapi tindakan
operasi yang akan datang. Pasien nampak hanya melihat kesatu arah.

Riwayat kesehatan sekarang:


Pasien mengatakan mata kanan terasa nyeri senut-senut pada area luka
operasi disebelah kanan dengan skala 5 hilang timbul serta terlihat mata
kanan tertutup kassa setelah operasi. Pasien mengatakan tidak mengetahui
tentang perawatan luka setelah operasi. Pasien dan keluarga menanyakan
tentang perawatan dirumah serta pasien tampak bingung.

Riwayat kesehatan masa lalu:


Pasien mengatakan keluhan ini dirasakan sejak 3 bulan yang lalu seperti
mata sebelah kanan tidak dapat digunakan untuk melihat dengan baik,
penglihatan kabur tidak jelas, penglihatan menjadi samar-samar, terlihat silau
dan kemerah-merahan.

POLA GORDON
No Pre Operasi Post Operasi
I Pola Persepsi Kesehatan– Riwayat :
Manajemen Kesehatan  Pasien mengatakan tidak
Riwayat : mengetahui tentang
 Pasien mengatakan keluhan perawatan luka setelah
di rasakan 3 bulan yang lalu operasi
 Pasien dan keluarga
menanyakan tentang
45

perawatan di rumah serta


pasien tampak bingung.
IV Pola Aktivitas – Latihan Riwayat
Riwayat :  Pasien mengatakan mata
 Pasien mengatakan mata kanan tertutup kassa setelah
sebelah kanan tidak dapat operasi
digunakan dengan baik
 Penglihatan kabur tidak
jelas
 Penglihatan menjadi samar-
samar

VI Pola Kognitif – Perseptual Riwayat :


Riwayat :  Pasien mengatakan mata
 Pasien mengatakan mata kanan terasa nyeri
sebelah kanan tidak dapat  Senat-senut pada area luka
digunakan operasi di sebelah kanan
 Pandangan kabur dan tidak dengan skala nyeri 5 hilang
jelas timbul serta terlihat mata
 Penglihatan menjadi samar- kanan tertutup kassa setelah
samar operasi
 Terlihat silau dan kemerah-
merahan
 Pasien juga melihat ke satu
arah
VII Pola Persepsi Diri – Konsep Diri
Riwayat :
 Pasien mengatakan berusia
65 tahun

VIII Pola Peran – Hubungan


Riwayat :
46

 Pasien telah menikah


 Pasien tinggal di OKU
Timur

IX Pola Reproduksi – Seksual


Riwayat :
 Pasien berjenis kelamin
laki-laki

XI Pola Nilai dan Kepercayaan


Riwayat :
 Pasien beragama islam

Analisa Data
Diagnosa Data Subyektif Data Obyektif
Keperawatan
Pre Penurunan persepsi  Pasien mengatakan
Op sensori: penglihatan m
yang berhubungan  ata sebelah kanan
dengan penurunan tidak dapat
tajam penglihatan dan digunakan untuk
kejelasan penglihatan melihat dengan baik
 Pasien mengatakan
penglihatan kabur
tidak jelas,
penglihatan menjadi
samar-samar
 Pasien mengatakan
penglihatan silau dan
kemerah-merahan
47

Ansietas b.d stressor  Pasien mengatakan  Pasien nampak


Batasan karakteristik: merasa cemas hanya melihat ke
 Kontak mata yang menghadapi tindakan satu arah
buruk operasi yang akan  Pasien terlihat
 Gelisah datang bingung dengan
 Gugup lingkungan sekitar
 ketakutan  Pasien juga nampak
cemas

Pos Nyeri akut b.d agens  Pasien mengatakan  Terlihat mata kanan
t cedera fisik (prosedur mata kanan terasa pasien tertutup kassa
Op bedah) nyeri senut-senut setelah operasi
Batasan pada area luka
karakteristik: operasi
 Keluhan tentang
intesitas nyeri
menggunakan
standar skala
penilaian numerik
5
 Ekpresi wajah
nyeri (tetap pada
satu fokus)
Resiko infeksi  Pasien mengatakan
dengan faktor penglihatan silau dan
risiko kurang kemerah-merahan
pengetahuan  Pasien mengatakan
untuk mata kanan terasa
menghindari nyeri senut-senut
pemajanan pada area luka
patogen operasi
48

Defisiensi pengetahuan  Pasien mengatakan  Pasien tampak


b.d kurang informasi tidak mengetahui bingung
Batasan karakteristik: tentang perawatan
 Kurang pengetahuan luka setelah operasi.
 Pasien dan keluarga
menanyakan tentang
perawatan dirumah

Intervensi
Diagnosa Keperawatan/Intervensi
Pre Op Penurunan persepsi sensori: penglihatan yang
berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan
dan kejelasan penglihatan
DS:
 Pasien mengatakan mata sebelah kanan tidak
dapat digunakan untuk melihat dengan baik
 Pasien mengatakan penglihatan kabur tidak jelas,
penglihatan menjadi samar-samar
 Pasien mengatakan penglihatan silau dan
kemerah-merahan
DO: -
Label NOC: fungsi sensori: penglihatan
dipertahankan pada skala 3 (cukup terganggu)
ditingkatkan ke skala 4 (sedikit terganggu) dengan
Indikator:
1. Ketajaman pandangan perifer (kanan)
2. Kilasan cahaya
3. Pandangan kabur
4. Penglihatan terganggu
49

Intervensi:
1. Kaji ketajaman pengelihatan klien
2. Identifikasi alternatif untuk optimalisasi sumber
rangsangan
3. Sesuaikan lingkungan untuk optimalisasi
pengelihatan
- Orientasikan klien terhadap ruang rawat
- Letakan alat yang sering digunakan di dekat
klien atau pada sisi mata yang lebih sehat
- Berikan pencahayaan cukup
- Letakan alat di tempat yang tetap
- Hindari cahaya menyilaukan
- Anjurkan penggunaan alternative rangsang
lingkungan yang dapat diterima: audiotorik
Ansietas b.d stresor
DS:
 Pasien mengatakan merasa cemas menghadapi
tindakan operasi yang akan datang
DO:
 Pasien nampak hanya melihat ke satu arah
 Pasien terlihat bingung dengan lingkungan sekitar
 Pasien juga nampak cemas

Label NOC : Tingkat kecemasan


dipertahankan pada skala 4 (ringan) ditingkatkan ke
skala 5 (tidak ada) dengan Indikator:
5. rasa ceman yang disampaikan secara lisan
6. kesulitan berkonsentrasi

Label NIC : Pengurangan kecemasan


50

 Gunakan pendekatan yang tenang dan


meyakinkan
 Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang
akan dirasakan
 Dorong keluarga untuk mendampingi klien
dengan cara yang tepat
 Identifikasi pada saat terjadi perubahan tingkat
kecemasan
EBP :
1. Penggunaan hipnoterapi pasca pre operasi efektif
dapat menurunkan kecemasan.

Post Op Nyeri akut b.d agens cedera fisik (prosedur bedah)


DS:
 Pasien mengatakan mata kanan terasa nyeri senut-
senut pada area luka operasi
DO:
 Terlihat mata kanan pasien tertutup kassa setelah
operasi

Label NOC : Kontrol nyeri


dipertahankan pada skala 2 (jarang menunjukan)
ditingkatkan ke skala 1 (tidak pernah menunjukan)
dengan Indikator :
1. Menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa
analgesik
2. Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri
3. Melaporkan nyeri yang terkontrol
4. Menggunakan analgesik yang direkomendasikan

Label NIC : Manajemen nyeri


51

Obeservasi/monitor :
 Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
ketidaknyamanan terutama pada mereka yang
tidak dapat berkomunikasi secara efektif
Mandiri :
 Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
dan faktor pencetus
Kolaborasi :
 Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim
kesehatan lainnya untuk memilih dan
mengimplementasikan tindkaan penurunan nyeri
nonfarmakologi, sesuai kebutuhan
Edukasi :
 Tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap
kualitas hidup pasien (misalnya, tidur, nafsu
makan, pengertian, perasaan, hubungan, performa
kerja dan tanggung jawab peran)

EBP :
1. Teknik relaksasi nafas dalam dan dzikir dapat
menurunkan skala nyeri pada pasien.

Resiko infeksi dengan faktor risiko kurang


pengetahuan untuk menghindari pemajanan
patogen
DS:
 Pasien mengatakan penglihatan silau dan
kemerah-merahan
52

 Pasien mengatakan mata kanan terasa nyeri senut-


senut pada area luka operasi
DO:
Label NOC :
Keparahan infeksi dipertahankan pada skala 4
(ringan) ditingkatkan ke skala 4 (tidak ada) dengan
Indikator :
1. Kemerahan
2. Nyeri

Label NIC: kontrol infeksi


Obeservasi/monitor :
 Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
Mandiri :
 Anjurkan pasien mengenai teknik mencuci tangan
dengan tepat
Kolaborasi :
 Anjurkan pasien untuk meminum antibiotik
seperti yang diresepkan
Edukasi :
 Ajarkan pasien dan keluarga mengenai bagaimana
menghindari infeksi

Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi


DS:
 Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang
perawatan luka setelah operasi.
 Pasien dan keluarga menanyakan tentang
perawatan dirumah
DO:
 Pasien tampak bingung
53

Label NOC: pengetahuan: prosedur perawatan


dipertahankan pada skala 1 (tidak ada pengetahuan)
ditingkatkan ke skala 3 (pengetahuan sedang) dengan
Indikator :
1. Prosedur perawatan
2. Langkah-langkah prosedur

Label NIC: pengajaran: prosedur/perawatan


Obeservasi/monitor :
 Kaji pengalaman pasien sebelumnya dan tingkat
pengetahuan pasien terkait tindakan yang telah
dilakukan
Mandiri :
 Jelaskan pengkajian atau aktivitas paska tindakan
beserta rasionalnya
Kolaborasi :
 Libatkan keluarga atau orang terdekat jika
memungkinkan
Edukasi :
 Informasikan pasien agar pasien ikut terlibat
dalam proses penyembuhan

Implementasi
Implementasi
Pre Op Realisasi dari intervensi
Post Op Realisasi dari intervensi

Evaluasi
DK S O A P
1 Pasien mengatakan Pandangan pasien Masalah belum Intervensi di
54

Pre pengelihatan masih kabur tampak masih teratasi lanjutkan


Op dan tidaj jelas dan mata kabur
sebelah kenannya masih
belum bisa digununakan
untuk melihat dengan baik
2 Pasien mengatakan Pasien nampak Masalah belum Intervensi di
Pre cemasnya sedikit bingungnya sedikit teratasi lanjutkan
Op berkurang setelah berkurang
dilakukan tindakan
pendekatan yang bisa
membuat pasien tenang dan
meyakinkan
3 Pasien mengatakan nyeri Pasien masih Masalah belum Intervensi di
Pos pada bagian mata kanannya terpasang kasa teratasi teruskan
t
Op
4 Pasien mengatakan Tampak kemerahan Masalah belum Intervensi
Pos pengelihatannya masih dan pasien tampa teratasi diterusakan
t sedikit silau dan dibagain meringis nyeri
Op mata kanannya masih
terasa nyeri pada area luka
operasi
5 Pasien mengatakan sedikit Pasien dan Masalah teratasi Intervensi
Pos mengetahui tentang keluarga tampak dihentikan
t perawatan luka setelah mendengarkan dan
Op operasi dan keluarga pun memahami
mengatakan sudah penjelasan dan
mengerti tentang perawatan informasi dari
dirumah perawat

Dischange Planning
1. Lakukan pemeriksaan rutin pre operasi
55

2. Aktivitas yang perlu diperhatikan setelah operasi yaitu berbaring pada sisi
yang dioperasi, membungkuk melewati pinggang, mengangkat benda yang
beratnya lebih dari 10 kg, mengedan selama defekasi karna pembatasan
tersebut diperlukan untuk mengurangi gerakan mata dan mencegah
peningkatan tekanan ocular
3. Pelajari cara menjaga hygine mata ( membuang drainase yang mengeras
dengan menyeka kelopak mata yang terpejam menggunakan bola kapas
yang dilembabkan dengan larutan irigasi mata ) dan tidak menekan mata
bila merawat mata

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Katarak merupakan keadaan terjadi kekeruhan (opasitas) yang
berangsur-angsur pada lensa atau kapsula lentis. Cahaya yang di sorot kan
melalui kornea akan dihalangi oleh kekeruhan ini dan bayangan yang jatuh
pada retina menjadi kabur.Sebagai akibat nya, otak menginterpretasiakan
bayangan atau image yang berkabut. Bentuk katarak yang paling umum
adalah tipe senilis atau tipe katarak yang terkait umur. Pada tahun 1990
katarak menjadi penyebab paling dominan terjadinya kebutaan di dunia.
Sampai tahun 2010, katarak tetap menjadi penyebab utama terjadinya
kebutaan di 16 negara dan menjadi penyebab kebutaan kedua di lima
Negara.
56

Faktor resiko meliputi Pekerjaan di luar gedung, Penghasilan rendah,


Pendidikan rendah. Penyebab katarak meliputi Usia, Genetik, Kongenital,
infeksi, obat-obatan, Hipoparatiroidisme, Radiasi danSinar infra merah,
Pejanan sinar matahari kronis, Gangguan intraocular, Traumatik, Gangguan
sistemik, Merokok & Alkohol, Malnutrisi Vitamin C, E, asamfolat,
dankaroten.

Tanda dan gejala yang mungkinb terdapat pada katarak meliputi


Penglihatan yang kabur dan penuruan daya peanglihatan, Pupil yang
berwarna putih, Kesulitan ketika melihat malam hari, Mata terasa sensitif
bila terkena cahaya, Sering mengganti kaca mata atau kontak lensa karena
sudah tidak nyaman menggunakannya.

Komplikasi Pada Katarak Meliputi Glaukoma, Kebutaan, Komplikasi


Pembedahan Dapat Berupa Kehilangan humor vitreus, Dehidrasi luka
operasi akibat benang jahitan yang kendur dan kamera okuli anterior yag
rata atauprolasus iris kedalam luka operasi, Hifema yang merupakan
perdarahan dalam kamera okuli anterior., Glaucoma karena penyumbatan
vitreus, Ablasio retina, dan Infeksi.
Penatalaksanaan Pra operasi Suplemen gizi dan antioksi dan untuk
mencegah/menghentikan penyebaran katarak, Manajemen diabetes,
Manajemen penyebab katarak lain utnuk menghentikan perkembangan
katarak. Manajemen bedah ekstraksi katarak ekstrakapsular

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan fisik, Oftalmoskop indirek dan


pemeriksaan Slit-lamp , Pemeriksaan visus, Kartu mata snellen/mesin
telebinokuler, Lapang penglihatan, Pengkukuran Tonografi, Pengkukuran
Gonioskopi, Tes provokatif, Oftalmoskopi, Darah lengkap, LED, EKG,
kolesterol serum, lipid, tes toleransi glukosa.

Diagnosa keperawatan Preoperasi Resiko terhadap cidera b.d penurunan


fungsi ketajaman penglihatan. Resiko cedera yang berhubungan dengan
penignkatan tekanan intraocular (TIO), perdarahan, kehilagan vitreus.
57

Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian


operasi. Gangguan persepsi sensori visual/ penglihatan b.d penurunan
ketajaman penglihatan. Diagnosa keperawatan Pasca operasi Nyeri
Berhubungan dengan trauma, TIO,inflamasi tindkan bedah. Resiko tinggi
terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (bedah
pengangkatan).

Dischage planning, karena akan pulangkan setelah pulih dari pengaruh


pembiusan, ingatkam pasien agar kembali memeriksakan matanya pada hari
berikutnya dan tidak melakukan aktivitas yang meningkatkan tekanan
intraokuler seperti mengejan. Dorong pasien agar melindungi matanya
terhadap cedera yang di sengaja pada malam hari dengan cara mengenkan
perisai plastik atau mental dengan lubang-lubang kecil ;perisai mata atau
kacamata harus di kenakan untuk melindungi mata pada siang harinya.
Sebelum pulang. Ajarkan pasien cara mengoleskan salep antibiotik untuk
mencegah infeksi dan mengandung steroid untuk mengurangi inflamasi;obat
tetes mata yang mengandung kombinsis anttibiotik dan steroid dapat pula di
gunakan. Beri nasehat kepada pasien agar mengawasi timbulnya
komplikasi, seperti nyeri yang menusuk pada mata dan tidak bisa di
kendalikan oleh obat-obatan analgetik karena nyeri semacam ini di
sebabkan oleh hifem atau penampakan kabut dalam kamera okuli anterior
(yaitu dapat menyertai suatu infeksi) pasien harus melapirkan komplikasi
dengan segera. Ingatkan pasien agar membatasi aktivitas dan beritahukan
bahwa ia mendapatkan kacamata koreksi atau lensa koreksi dalam waktu
beberapa minggu.

4.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami susun. Bagi para pembaca makalah ini,
sebaiknya tidak merasa puas, karena masih banyak ilmu-ilmu yang didapat
dari berbagai sumber. Sebaiknya mencari sumber lain untuk lebih
memperdalam materi tentang katarak
58
59

DAFTAR PUSTAKA

Anas, T. (2010). Klien Gangguan Mata dan Penglihatan Keperawatan Medikal


Bedah . Jakarta : EGC .

Anne, W., & Grant, A. (2014). Dasa-Dasar Anatomi dan Fisiologi Ross dan
Wilison . Singapore: Elsevier .

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah : Management


Klinis untuk Hasil yang Diharapkan, Edisi 8--Buku 3. Singapore: Elsevier.

Wahyuningsih, H. P. (2017 ). Anatomi Fisiologi . Kemenkes RI.

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 1.


Yogyakarta: Nuha Medika .

Anda mungkin juga menyukai