Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK
DIARE

Disusun Oleh:
I Nengah Suwardana
2035012

Dosen Pembimbing:
Ns. Ketut Suryani, S. Kep., M. Kep.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS
PALEMBANG 2021
DIARE
A. Definisi
Diare adalah defekasi encer > 3 kali / hari dengan / tanpa darah dan
atau lendir dalam tinja(Depkes, 2007).Diareadalah kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau
lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair(Markum,
2008). Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya
(tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011).
Diare adalah suatu kondisi peningkatan frekuensi buang air besar
dan berubahnya konsistensi tinja menjadi lebih lunak atau bahkan cair
(Mansjoer, 2007). Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi
yang meningkat lebihdari 3x perhari dengan konsistensi tinja cair, bersifat
mendadak, dan berlangsung dalam waktu kurang dari 1 minggu

B. Etologi
Menurut Depkes RI (2007), penyebab diare dapat dibedakan
berdasarkan jenis penyebabnya diataranya yaitu:
1. Infeksi virus: Rotavirus, Adenovirus
2. Bakteri: E.Colli, Salmonella, Shigella, Vibrio cholera
3. Protozo: Esherichea hystolitica, Lamblia
4. Makanan: Alergi makanan, susu
5. Imunodefisiensi: AIDS
6. Malabsorbsi: Karbohidrat.lemak dan protein

C. Tanda dan gejala diare


1. Mula mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada
2. Tinja menjadi cair dan mungkin mengandung darah atau lendir
3. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare
4. Bila penderita sudah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka
timbullah dehidrasi
5. Turgor kulit menurun
6. Klopak mata cekung
D. Phatway Mikrorganisme

Kurang Membentuk toksin


Radang usus
Pengetahuan

Mengganggu absorbs usus


menimbulkan sekresi berlebihan
Jumlah berlebihan M
Sanitasi kurang A
Keracunan K
DIARE
Perilaku tak A
Muntah Basi
higienis N
Alergi A
Psikis
N
Intoleransi : Laktosa,
Defisit volume cairan protein, lemak
Cemas orang tua
Hipertermi

Risiko Syok Syok


Hospitalisasi

Suplai cairan/ darah O2 Resusitasi cairan


kurang

Risiko kelebihan volume cairan

Paru Jantung Ginjal Otak Jaringan

Hiperventilasi Penurunan ARF Hipoksia Gangguan perfusi jaringan


Cardiac Output

Pola napas tidak efektif Brain death


Gagal Ginjal Kesadaran menurun
Gagal Jantung

Gagal napas Intoleransi aktivitas


E. Patofisiologi
Spesies bakteri tertentu menghasilkan eksotoksin yang
mengganggu absorbsi usus dan dapat menimbulkan sekresi berlebihan dari
air dan elektrolit. Ini termasuk baik enterotoksin kolera dan E. Coli.
Spesies E. Coli lain, beberapa Shigella dan salmonella melakukan
penetrasi mukosa usus kecil atau kolon dan menimbulkan ulserasi
mikroskopis. Muntah dan diare dapat menyusul keracunan makanan non
bakteri. Diare dan muntah merupakan gambaran penting yang mengarah
pada dehidrasi, akibat kehilangan cairan ekstrvaskuler dan
ketidakseimbangan elektrolit. Keseimbangan asam basa terpengaruh
mengarah pada asidosis akibat kehilangan natrium dan kalium dan ini
tercermin dengan pernafasan yang cepat (Corwin, 2009).
Patogen usus menyebabkan sakit dengan menginvasi mukosa usus,
memproduksi enterotoksin, memproduksi sitotoksin dan menyebabkan
perlengketan mukosa yang disertai dengan kerusakan di menbran
mikrovili. Organisme yang menginvasi sel epitel dan lamina propria
menimbulkan suatu reaksi radang local yang hebat. Enterotoksin
menyebabkan sekresi elektrolit dan air dengan merangsang adenosine
monofosfat siklik di sel mukosa usus halus. Sitotoksin memicu peradangan
dari sel yang cedera serta meluaskan zat mediator radang. Perlengketan
mukosa menyebabkan cedera mikrivili dan peradangan sel bulat di lamina
propria. Bakteri yang tumbuh berlebihan di usus halus juga mengganggu
mukosa usus. Bakteri menghasilkan enzim dan hasil metabolisme untuk
menghancurkan enzim glikoprotein pada tepi bersilia dan menggangggu
pengangkutan monosakarida dan elektrolit. Cedera vili menyebabkan lesi
mukosa di sana sini yang disertai dengan segmen atrofi vili subtotal dan
respon radang subepitel yang mencolok(Guyton & Hall, 2006).

F. Klasifikasi
Menurut Suriadi (2010), diare dapat diklasifikasikan berdasarkan:
1. Diare menurut waktu
a. Diare akut
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari,
sedangkan menurut World Gastroenterology Organization Global
Guidelines dalam Novel, (2011) diare akut di definisikan sebagai
passase tinja yang cair dengan jumlah lebih banyak dari normal,
berlangsung kurang dari 14 hari, dan akan mereda tanpa terapi
yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
b. Diare kronik
Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.
2. Diare patomekanis
Diare terjadi karena adanya gangguan proses absorpsi dan sekresi
cairan serta elektrolit di dalam saluran cerna. Pada keadaan normal,
usus halus akan mengabsorbsi Na+, Cl-, HCO3-. Timbulnya
penurunan dalam absorpsi dan peningkatan sekresi mengakibatkan
cairan berlebihan melebihi kapasitas kolon dalam mengabsorpsi usus
dapat menurunkan absorpsi (Hidayat, 2008).
3. Diare dengan dehidrasi berat
4. Diare dengan dehirasi tak berat
5. Diare tanpa dehidrasi

G. Komplikasi diare
KomplikasidiaredalamNovel,2011sebagaiberikut :
1. Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi,
2. Syok
3. Kejang
4. Sepsis
5. Gagal Ginjal Akut
6. Ileus paralitik
7. Malnutrisi
H. Pemeriksaan penunjang
1. Evaluasi feses terhadap volume, konsistensi, dan pus
2. Hitung darah lengkap
3. Uji antigen immunoesei enzim untuk memastikan rotavirus
4. Kultur feses
5. Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit
6. Urinalisis dan kultur

I. Penatalaksanaan Diare
a. Diare tanpa dehidrasi
Anak dengan diare tanpa disertai dengan dehidrasi tetap harus
mendapatkan cairan tambahan, guna mencegah terjadinya dehidrasi
yang memungkinkan akan terjadi jika terjadi terdiagnosa
diare(Ngastiyah, 2011). Anak dengan diare dinyatakan tidak
mengalami dehidrasi jika tidak ditemukan satu atau dua gejala berikut:
1) Gelisah/rewel
2) Letargis/penurunan kesadaran
3) Malas minum
4) Minum seperti orang kehausan
5) Mata cekung
6) Turgor kulit pada perut kembali cepat
Tatalaksana:
Berikan cairan tambahan air putih ataupun cairan oralit sebagai
berikut:
1) Untuk anak berumur < 2 tahun beri 50-100 ml setiap kali anak
BAB.
2) Untuk anak berumur > 2 tahun berikan 100-200 ml setiap kali
anak BAB.
Berikan tablet Zinc, pada anak berusia 2 tahun keatas terapi
ditambahkan zincselama 10 hari dengan dosis sebagai berikut:
1) Umur < 6 bulan ½ tablet (10mg) per hari
2) Umur > 6 bulan 1 tablet (10mg) per hari
b. Diare dengan dehidrasi ringan atau sedang
Pada 3 jam pertama, berikan anak larutan oralit dengan perkiraan
jumlah sesuai berat badan.
Umur 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun
BB < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg
Jlh cairan 200-400 400-700 700-900 kg 900-1400

Setelah pemberian evaluasi selalu klien setiap 3 jam, jika pengobatan


belum berhasil tidakan diulangi dari awal, jika anak tidak bisa minum
oralit maka berikan cairan intravena sebanyak 70 ml/kg dihabiskan
sesuai umur anak, jika anak kurang dari satu tahun dihabiskan 5 jam
dan jika anak berusia lebih dari satu tahun dihabiskan 2 ½ jam.
Lanjutkan dengan pemberian tablet zinc (Suariadi, 2010).
c. Dehidrasi berat
Memberikan cairan secara intaven dengan jenis cairan RL ataupun
Nacl, jika anak sadar maka disertai pemberian oralit sebanyak 5ml/kg.
Untuk pemberian cairan intravena pertama jika anak berusia kurang
dari satu tahun berikan 30 ml/kg dan harus habis dalam waktu 1 jam,
jika anak lebih dari satu tahun harus habis dalam waktu 30 menit
selanjutnya berikan cairan sebanyak 70 ml/kg dan harus habis dalam
waktu 5 jam pada usia kurang dari satu tahun jika anak lebih dari satu
tahun. 2 ½ jam pada anak dengan usia lebih dari satu tahun. Tindakan
ini diulangi jika denyut nadi pada anak sangat lemah (Suariadi, 2010).

J. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. Diare b/d faktor psikologis (tingkat stress dan cemas tinggi), faktor
situasional (keracunan, penyalahgunaan laktasif, efek samping obat,
kontaminasi), faktor fisiologis (inflamasi, malabsorbsi, proses infeksi,
iritasi, parasit).
2. Hipertermi b/d peningkatan metabolic, dehidrasi, proses infeksi,
medikasi
3. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan aktif,
kegagalan dalam mekanisme pengaturan
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
5. Cemas berhubungan dengan hospitalisasi
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan
informasi.

K. Rencana intervensi keperawatan


Diagnosa
No NOC/Tujuan NIC/Intervensi
Keperawatan
1. Diare b.d faktor Setelah dilakukan tindakan Manajemen Diare
psikologis, situasional, keperawatan selama…x24 jam 1. Identifikasi faktor
fisiologis. pasien tidak mengalami diare, yang mungkin menyebabkan diare
Batasan karakteristik: dengan criteria: (bakteri , obat, makanan)
 Bab > 3x/hari Bowel Elemination 2. Evaluasi efek
 Konsistensi  Frekuensi Bab normal samping obat
encer/cair <3x/hari 3. Ajari pasien
 Suara usus  Konsistensi feses menggunakan obat diare dengan
hiperaktif normal tepat

 Nyeri perut  Gerakan usus tidak 4. Anjurkan

 kram meningkat (terjadi tiap 10- pasien/keluarga untuk mencatat


30 dtk) warna, volume, bau, konsistensi

 Tidak nyeri feses.

 Tidak kram 5. Dorong pasien


makan sedikit tapi sering (tambah
 Tidak ada lendir,darah
Diagnosa
No NOC/Tujuan NIC/Intervensi
Keperawatan
 Gambaran peristaltic secara bertahap)
tdk tampak 6. Anjurkan pasien
 Bau feses normal, tidak untuk menghindari makanan yang
amis, bau busuk berbumbu dan menghasilkan gas
Manajemen Nutrisi
1. Hindari makanan
yang membuatalergi
2. Hindari makanan
yang tidak bisa ditoleransi oleh
klien
3. Berikan makanan
secara selektif
4. berikan buah segar
Bowel Incontinence Care
1. Tentukan faktor
fisik /psikis penyebab diare
2. Terangkan penyebab
masalah dan alasan dilakukan
tindakan
3. Diskusikan hasil dan
hasil yang diharapkan
4. Gunakan cream
diarea perianal
5. Jaga tempat tidur
selalu bersih dan kering
Perawatan Perineal
1. Bersihkan secara
teratur dengan teknik aseptic
2. Jaga daerah
Diagnosa
No NOC/Tujuan NIC/Intervensi
Keperawatan
perineum selelu kering
3. Pertahankan pasien
dalam posisi yang nyaman
4. Berikan obat anti
nyeri/ inflamasi dengan tepat.

2. Hipertermi b.d Setelah dilakukan tindakan Pengaturan Panas


dehidrasi, peningkatan keperawatan selama …x24 jam 1. Monitor suhu sesuai
metabolic, inflamasi suhu badan klien normal, kebutuhan
usus dengan criteria: 2. Monitor vital signs
Batasan Karakteristik: Termoregulasi 3. Monitor warna kulit
 Suhu tubuh >  Suhu kulit normal 4. Monitor dan laporkan
normal  Tidak ada sakit kepala tanda dan gejala hipertermi
 Kejang  Tidak ada nyeri otot 5. Anjurkan intake
 Takikardi  Tidak ada perubahan cairan dan nutrisi yang adekuat

 Respirasi warna kulit 6. Ajarkan klien

meningkat  Tidak menggigil bagaimana mencegah panas yang

 Diraba hangat tinggi


 Tidak irritable/kejang
Pengobatan Panas
 Kulit memerah
1. Monitor suhu sesuai
kebutuhan
2. Monitor IWL
3. Monitor derajat
penurunan kesadaran
4. Monitor kemampuan
aktivitas
Manajemen Lingkungan
1. Berikan ruangan
sendiri sesuai indikasi
Diagnosa
No NOC/Tujuan NIC/Intervensi
Keperawatan
2. Berikan tempat tidur
ya bersih dan nyaman
3. Batasi pengunjung
Mengontrol Infeksi
1. Anjurkan klien
mencuci tangan sebelum makan
2. Gunakan sabun
untuk mencuci tangan
3. Cuci tangan sebelum
dan sesudah melakukan kegiatan
perawatan
4. Ganti tempat infuse
dan bersihkan sesuai dengan SOP
5. Berikan perawatan
kulit pada area yang oedema
3. Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan Monitor Cairan
cairan b.d kehilangan keperawatan selama…x24 jam 1. Tentukan riwayat
volume cairan aktif, kebutuhan cairan dan elektrolit jenis dan banyaknya intake cairan
kegagalan dalam adekuat, dengan criteria: dan kebiasaan eliminasi.
mekanisme Hidrasi 2. Tentukan faktor
pengaturan.  Hidrasi kulit adekuat resiko yang menyebabkan
Batasan Karakteristik:  TD dalam batas normal ketidakseimbangan cairan
 Kelemahan  Nadi teraba 3. Menimbang BB
 Penurunan  Membrane mukosa secara teratur
turgor kulit lembab 4. Monitor Vital
 Membrane  Turgor kulit normal Sign
mucosa kering 5. Monitor intake
 Urine output normal
 Nadi dan output
 Tidak demam
meningkat, tekanan  6. Periksa serum,
Tidak ada rasa haus
Diagnosa
No NOC/Tujuan NIC/Intervensi
Keperawatan
darah menurun yang sangat elektrolit, dan membatasi cairan
 Perubahan  Tidak ada nafas bila diperlukan
status mental pendek/kusmaul 7. Jaga keakuratan
 Penurunan Balance Cairan catatan intake dan output
urine output  Tekanan darah Manajemen Cairan
 Peningkatan normal 1. Timbang BB dan
suhu tubuh  Intake-output monitor kecenderungannya

 Hematokrit seimbang dalam 24 jam 2. Timbang popok

meningkat  Hmt dalam batas 3. Pertahankan

 Kehilangan BB normal keakuratan catatan intake dan

mendadak  BB stabil output

 Mata tidak cekung 4. Pasang kateter jika


perlu
 Tidak bingung
5. Monitor status
 Rasa haus tidak
hidrasi
berlebihan
6. Moniotor Vital Sign
 Menbran mukosa
7. Berikan cairan
lembab
intravena
 Hidrasi kulit
8. Monitor status
adekuat
nutrisi
Manajemen Hipovolemia
1. Monitor status cairan
intake dan output
2. Pertahankan potensi
akses intravena
3. Monitor Hb dan Het
4. Monitor kehilangan
cairan
5. Monitor respon
Diagnosa
No NOC/Tujuan NIC/Intervensi
Keperawatan
pasien terhadap perubahan cairan
Monitoring Elektrolit
1. Monitor elektrolit
serum
2. Kolaborasi dokter
jika ada ketidakseimbangan
elektrolit
3. Monitor tanda dan
gejala ketidakseimbangan
elektrolit
4. Ansietas b/d krisis situasi Setelah dilakukan asuhan Anciety Reduction
dan hospitalisasi keperawatan selama 3x1 jam 1. Orientasikan klien pada
diharapkan ansietas pasien lingkungan, staf dan prosedur
berkurang dengan kriteria hasil: 2. Kaji tingkat dan penyebab ansietas
Anciety self control 3. Pantau tekanan darah dan nadi
1. TTV dbn (vital sign).
2. Pasien dapat 4. Anjurkan klien mengungkapkan
mengungkapkan perasaan perasaannya
cemasnya 5. Berikan lingkungan yang tenang
3. Lingkungan sekitar pasien dan nyaman untuk pasien
tenang dan kondusif
5. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan Teaching desease proces
berhubungan dengan keperawatan selama 3x1 jam 1. Kaji persiapan,tingkat pengetahuan
kurang paparaninformasi pengetahuan pasien tentang dan harapan klien
diare meningkat dengan kriteria 2. Beri informasi tentang penyakit
hasil: diare (pengertian, penyebab, tanda
Knowledge healt behavior dan gejala, klasifikasi diare).
1. Keluarga pasien paham 3. Ajarkan cara penanganan dan
tentang penyebab, tanda dan pencegahan dan penanganan diare
gejala, klasifikasi dan dirumah.
penanganan diare. 4. Kolaborasi pemberian obat anti
2. Keluarga pasien mampu diare.
menyebutkan kembali tentang
masalah diare.
6. Intoleransi aktivitas Setelah dilakuakan asuhan NIC :
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam Energy Management
kelemahan diharapkan intoleransi aktivitas Activity Therapy
terkontrol dengan kriteria hasil: 1. Bantu
NOC : untukmemilihaktivitaskonsisten
 Energy conservation yangsesuaidengankemampuanfisi
 Self Care : ADLs k, psikologidan social
Kriteria Hasil : 2. Bantu
 Berpartisipasi dalam untukmengidentifikasidanmendap
aktivitas fisik tanpa atkansumber yang
disertai peningkatan diperlukanuntukaktivitas yang
tekanan darah, nadi dan diinginkan
RR 3. Bantu
 Mampu melakukan untumengidentifikasiaktivitas
aktivitas sehari hari yang disukai
(ADLs) secara mandiri 4. Bantu
pasienuntukmengembangkanmoti
vasidiridanpenguatan
5. KolaborasikandenganTenagaReha
bilitasiMedikdalammerencanakan
progranterapi yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer. (2007) Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI:


Jakarta.
Corwin, E.J. (2009). Buku saku patofisiologi. Jakarta : EGC.
Depkes RI.(2011). Buku Saku Kesehatan Lintas Diare.Jakarta : Direktur Utama
Jenderal PP dan PL.
Depkes RI. (2007). Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Edisi Ketiga. Ditjen
PPM.
Guyton & Hall. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan).
Jakarta:EGC
Hidayat, A.A. (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak jilid.2. Salemba
Medika: Jakarta.
Markum, A.H. (2008).Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FK UI.
Nelson. (2007). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi XII. Jakarta: EGC.
Ngastiyah. (2011). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: Penerbit EGC.
Seto.
Novel, S.S. (2011). Ensiklopedi Penyakit. Yogyakarta: Familia
NANDA. Nursing Diagnoses: Defination And Classification 2015-2017.
Nursing Outcomes Classification (NOC) Ed. Fourth.
Nursing Intervension Classification (NIC) Ed. Fourth.
Suriadi, dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada AnakEdisi 2. Jakarta: Sagung.

Anda mungkin juga menyukai