NIM : 2021082024015
SEMESTER : V (LIMA)
KELAS : A (REGULER)
LP : KEP. ANAK II
LAPORAN PENDAHULUAN
PEMASANGAN OGT
A. Pengertian
Melakukan pemasanga selang dari rongga mulut sampai kelambung pada bayi atau
anak
B. Indikasi :
1. Pasien dengan masalah salauran pencernaan atas (stenosis esoagus, tumor mulit
C. Tujuan :
1. Memasukan makanan cair atau obat-obatan cair atau padat yang dicairkan
2. Mengeluarkan cairan atau isi lambung dan gas yang ada dalam lambung
4. Mencegah atau mengurangi mual dan muntah setelah pembedahan atau trauma
D. Persiapan alat :
Selang NGT
Sarung tangan steril
Spuit
E. Persiapan perawat
Mencuci tangan (merujuk pada mencuci tangan yang baik dan benar)
Mempersiapkan alat
Membaca status pasien untuk memastikan instruksi
F. Persiapan pasien
G. Persiapan lingkungan
H. Perosedir pelaksanaan
4. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan beserta tujuanya (termasuk rasa tidak
nyaman yang kemungkinan yang akan dialami pasien ketika tindakan berlangsung)
6. Pasang handuk pada dada pasien, letakan tissue wajah pada jangkauan pasien
12. Ukur panjang selang yang akan dimasukan dengan cara ukur jarak dari tepi mulut
15. Lanjutkan memasukan selang sepanjang mulut. Jika terasa agak tertahan putarlah
nasofaring (3-4 cm) kalau perlu anjurkan pasien untuk menekuk dan menelan. Jika
selang untuk masuk. Jika ada hambatan atau pasien tersedak, mendorong selang. Periksa posisi
selang dibelakang tenggorokan dengan menggunakan tongue spatel dan senter
18. Jika telah selesai memasang OGT, sampai ujung yang telah ditentukan, anjurkan
a. memasang spuit pada ujung OGT, memasang bagian diafragma stotoskop pada
perut dikuadran kiri atas pasien (lambung) kemudian suntikan 5-10 cc udara
20. Viksasi selang OGT dengan plester dan hindari penekanan pada hidung dengan
cara :
ujungnya. Memasang ujung yang tidak dibelah pada batang hidung pasien dan
b. Tempelkan ujung selang OGT pada baju pasien dengan memasang plester pada
PEMASANGAN NGT
A. PENGERTIAN
Merupakan istilah yang merujuk pada pemasangan suatu selang yang dimasukkan
melalui
hidung sampai ke lambung
B. Tujuan :
C. Prosuder :
Fase pra interaksi
Persiapan perawat
Membaca kembali status kebuthuhan dan instruksi dokter
Peralatan :
1 Selang pemasangan NG sesuai usia klien
2 Jelly yang larut dalam air
3. Kapas alcohol
4 Pinset anatomis
5 Bengkok
6 Plester
7 Gunting
8 Klem
9 Kassa steril
10. Tissue
11. Spuit 10 cd, sesuai kebutuhan
12. Sarung tangan
13. Stetoskop
18. SBAtel lidah
16. Handuk
Fase Orientasi
1. Memanggil nama pasien dan memeriksa identitas yang dikenakan
2. Menjelaskan tujuan dan tindakan prosedur yang akan dilakukan
3. Mebuat kontrak waktu dan tempat
4. Menanyakan kesediaan
5. Memberikan kesempatan untuk bertanya
Fase Kerja
1. Mendekatkan alat dekat pasien
2. Memasang sampiran
3. Mencuci tangan
4. Atur posisi pasien (tidur telentang dengan kepala ditinggikan pakai 1-2 bantal) sehingga
mempermudah pada saat pemasangan NGT dilakukan.
5. menggunakan sarung tangan.
6. Ukur panjang tube/selang yang akan digunakan dengan menggunakan metode :
a. Metode tradisional; Ukur jarak dari puncak lubang hidung kedaun telinga
dan keprosesus xipoideus di strenum.
b. Metode Hanson; Mula-mula ditandai 50 cm pada tube / selang lalu lakukan
pengukuran dengan metode tradisional. Selang yang akan dimasukkan pertengahan
antara 50 cm dengan tanda tradisional.
7. Bleſsitetanda pada panjang selang yang sudah diukur dengan
8. Oleskan jelly pada selang NGT sepanjang 10-20 cm.
9. Informasikan kepada pelanggan bahwa selang akan dimasukkan melalui hidung dan
instruksikan kepada pasien agar menelan perlahan.
10. Jika selang NGT sudah masuk periksa letak selang dengan cara
a. Pasang spuit yang telah diisi udara kira-kira 10-20 ml lalu dorong sehingga udara
masuk kedalam lambung kemudia dengarkan dengan menggunakan stetoskop di
daerah lambung.
b. Masukkan ujung bagian luar selang NGT kedalam mangkok yang berisi air. Jika
ada gelembung udara berarti masuk kedalam paru-paru, jika tidak ada gelembung udara
berarti masuk kedalam lambung.
11. Fiksasi selang NGT dengan plester dan hindari penekanan pada hidung.
12. Tutup ujung luar NGT
13. Membantu pasien mencari posisi yang nyaman.
14. Membereskan alat
15. Melepaskan sarung tangan
16. Mencuci tangan
Fase terminasi
LAPORAN PENDAHULUAN
PEMERIKSAAN FISIK
A Tujuan Pemeriksaan Fisik
Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan:
1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
2. Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam
riwayat keperawatan.
3. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
4. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaan.
5. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.
Indikasi
Mutlak dilakukan pada setiap klien, terutama pada :
1. klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat.
2. Secara rutin pada klien yang sedang di rawat.
3. Sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien.
Manfaat
Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri, maupun bagi
profesi kesehatan lain, diantaranya :
1. Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose keperawatan.
2. Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
3. Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat
4. Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan
2.5 Prosedur Tindakan Pemeriksaan Fisik Head To Toe
Note: sebelum melakukan nemeriksaan fisik nerawat hanıs melakukan kontrak
yang di
Tahap-tahap pemeriksaan fisik haruskan dilakukan secara urut dan menyeluruh dan
dimulai dari bagian tubuh sebagai berikut:
1. Kulit, rambut dan kuku
6. Genetalia
8. Neurologi
a. Kulit
Tujuan :
- Untuk mengetahui turgor kulit dan tekstur kulit
- Untuk mengetahui adanya lesi atau bekas luka
Tindakan
P = Palpasi: di raba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak, tekstur :
b. Rambut
Tujuan :
Tindakan :
c. Kuku
Tujuan :
Tindakan:
bentuk: clubbing karena hypoxia pada kangker paru, beau's lines pada
P = catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik kapiler refill (pada
2. Pemeriksaan Kepala
Tujuan:
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala.
• Untuk mengetahui luka dan kelainan pada kepala.
Tindakan:
I = Lihat kesimetrisan wajah jika, muka ka.ki berbeda atau misal lebih condong
ke kanan atau ke kiri itu menunjukan ada parese/kelumpuhan, contoh: pada
pasien SH.
P = Cari adanya luka, tonjolan patologik, dan respon nyeri dengan menekan
kepala sesuai kebutuhan.
a. Mata
Tujuan:
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata (medan pengelihatan, visus
dan otot-otot mata).
• Untuk mengetahui adanya kelainan atau peradangan pada mata.
Tindakan:
I = Kelopak mata ada radang atau tidak, simetris ka.ki atau tidak, reflek kedip
baik/tidak, konjungtiva dan sclera: merah/konjungtivitis, ikterik/indikasi
hiperbilirubin/gangguan pada hepar, pupil: isokor ka,ki (normal),
miosis/mengecil, pin point/sangat kecil (suspek SOL),
medriasis/melebar/dilatasi (pada pasien sudah meninggal).
Inspeksi gerakan mata :
1. Anjurkkan pasien untuk melihat lurus ke depan.
2. Amati adanya nistagmus/gerakan bola mata ritmis(cepat/lambat).
3. Amati apakah kedua mata memandang ke depan atau ada yang deviasi.
4. Beritahu pasien untuk memandan dan mengikuti jari anda, dan jaga posisi
kepala pasien tetap lalu gerakkan jari ke 8 arah untuk mengetahui fungsi
otot-otot mata.
Inspeksi medan pengelihatan :
1. Berdirilah didepan pasien.
2. Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan menutup mata yang tidak di
periksa.
3. Beritahu pasien untuk melihat lurus ke depan dan memfokuskan pada satu
titik pandang, misal: pasien disuruh memandang hidung pemeriksa.
4. Kemudian ambil benda/ballpoint dan dekatkan kedepan hidung pemeriksa
kemudian tarik atau jauhkan kesamping ka.ki pasien, suruh pasien
mengatakan kapan dan dititik mana benda mulai tidak terlihat (ingat
pasien tidak boleh melirik untuk hasil akurat).
LAPORAN PENDAHULUAN
INKUBATOR
A. Pengertian
Inkubator adalah alat untuk mengontrol lingkungan bayi atau bayi premature didalam
bilik kotak transparan dengan udara yang diatur temperature dan kelembapannya
B. Tujuan :
Sebagai acuan dalam penerapan langkah-langkah pemakaian incubator bayi dalam rangka
C. Kebijakan :
D. Referensi :
NuRsalam. 2008. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
B.Tarik garis pada lembar DDST II sesuai usia yang telah di tentukan
C.Lakukan pengukuran pada anak tian komponen dengan batasan garis yang ada mulai
motorik kasar, bahsa, motorik halus dan personal social
D. Tentukan hasil penilaian apakah normal, meragukan atau abnormal
Dikatakan meragukan apabila terdapat 2 keterlambatan/ lebih pada 2 sektor
atau 2 keterlambatan lebih pada 1 sektor ditambah 1 keterlambatan pada 1
sektor/ lebih
Dikatakan meragukan apabila terdapat 2 keterlambatan/lebih pada 1 sektor atau
terdapat I keterlambatan pada 1 sektor/lebih
Dapat juga dengan menentukan ada tidaknyya keterlambatan pada masing-
masing
sector bila menilai setiap sector atau tidak menyimpulkan gangguan
perkembangan
keseluruhan.
DDST adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak,
tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang
diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20 menit),
dapat diandalkan dan menunjukkkan validitas yang tinggi. Dari beberapa penelitian yang
pernah dilakukan ternyata DDST secara efektif dapat mengidentifikasikan antara 85-
100% bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan,
dan pada "follow up" selanjutnya ternyta 89% dari kelompok DDST abnormal mengalami
kegagalan di sekolah 5-6 tahun kemudian.
1. Aspek perkembangan yang dinilai
Semua tugas perkembangan itu disusun berdasarkan urutan perkembangan dan
diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor perkembangan, yag meliputi :
Personal Social (perilaku sosial )
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya.
- Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-
otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
- Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah ddan
berbicara spontan.
- Gross Motor (gerakan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Setiap tugas (kemampuan
) digambarkan dalam bentuk kotak persegi panjang horisontal yang berurutan menurut
umur, dalam lembar DDST. Pada umumnya pada waktu tes, tugas yang perlu diperiksa
pada setiap
kali skrining hanya berkisar antara 25-30 tugas saja, sehingga tidak memakan waktu lama
hanya sekitar 15-20 menit saja.
4. Penilaian
Dari buku petunjuk terdapat penjelasan tentang bagaimana melakukan penilaian
apakah lulus (Passed= P), gagal (Fail= F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan
melakukan tugas (No.Opportunity N.O). Kemudian digaris berdasarkan umur kronologis
yang memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah
dihitung
pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F, elanjutnya berdassarkan
pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam : Normal, Abnormal, Meragukan
(Questionable)
dan tidak dapat dites (Untestable).
Abnormal
- Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih.
- Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan PLUS 1 sektor
atau lebih dengan 1 keterlambatan dan apad 1 sektor yang sama tersebut tidak ada yang
lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia. Meragukan
- Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.
- Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang
lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis verikal usia.- Tidak dapat ditesApabila terjadi
penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.
. Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut diatas. Dalam pelaksanaan skrining
degan DDST ini, umur anak perlu ditetapkan terlebih dahulu, dengan menggunakan
patokan 30 hari untuk 1 bulan dan 12 bulan untuk 1 tahun. Bila dalam perhitungan umur
kurang dari 15 hari dibulatkan kebawah dan sama dengan atau lebih dari 15 hari
dibulatkan keatas.
b) Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti bertambah besar dalam aspek fisis akibat multiplikasi sel dan
bertambahnya jumlah zat interseluler.oleh karena itu, pertumbuhan dapat diukur dalam
sentimeter atau inch dandalam kilogram atau pound. Pertumbuhan (growth) berkaitan
dengan dengan masalah perubahan dalam ukuran fisik seseorang.
Penilaian terhadap pertumbuhan seorang anak dapat dinilai melalui pertambahan berat
dan tinggi badan dan sampai anak berusia 2 tahun masih dapat digunakan penilaian
melalui lingkar kepala yang biasanya dibandingkan dengan usia anak. Beberapa cara
penilaian melalui pemeriksaan fisik atau klinikal, pemeriksaan antropometri (
membandingkan tinggi badan terhadap umur, berat badan terhadap umur, lingkaran
kepala terhadap umur, lingkar lengan atas terhadap umur), contohnya KMS (kartu
menuju sehat) yang membandingkan berat badan terhadap umur, pemeriksaan
radiologis, laboratorium, dan analisa diet.
Pengukuran berdasarkan usia, yaitu :
➤Tinggi Badan
Pengukuran ini digunakan untuk menilai status perbaikan gizi. Pengukuran ini dapat
dilakukan dengan sangat mudah dalam menilai gangguan pertumbuhan dan
perkembangan
anak.
Penilaian tinggi badan berdasarkan usia menurut WHO dengan standarr baku NCHS yaitu
menggunakanpresentase dari median sebagai berikut: lebih dari atau sama dengan 90 %
dikatakan normal, sedangkan kurang dari 90% dikatakan malnutrisi kronis (abnormal).
> Berat Badan
Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai paeningkatan atau penuruan semua
jaringan yang ada pada tubuh, misalnya tulang, otot, lemak, organ tubuh dan cairan
tubuh sehingga dapat diketahui status keadaan gizi atau tumbuh kembang anak. Selain
menilai berdasarkan status gizi dan tumbuh kembang anak, berat badan juga dapat
digunakan sebagai dasar perhitungan dosis dan makanan yang diperlukan dalam
tindakan pengobatan.
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Water tepid sponge adalah Teknik kompres hangat yang menggabungkan Teknik
kompres blok pada pembuluh darah besar superficial dengan Teknik seka. Pemilihan
tepid sponge sebagai terapi selain dapat menurunkan suhu tubuh, tetapi juga mampu
mengurangi ansietas yang diakibatkan oleh penyakit ) Tepid water sponge dapat dilakukan dengan
meletakkan anak pada bak mandiyang berisi air hangat atau dengan mengusap dan melap seluruh
bagian tubuh anak dengan air hangat Mandi air hangat spons mengurangi demam oleh dilatasi
pembuluh darah superfisial, sehingga melepaskan panas dan menurunkan suhu tubuh. Mandi air
hangat spons dapat menurunkan suhudemam sistemik ketika perawatan rutin gagal, terutama untuk
bayi dan anak suhu cenderung naik sangat tinggi, dan sangat cepat.
B. TUJUAN :
Tujuan utama dari tepid sponge adalah menurunkan suhu tubuh pada anak yang
sedang mengalami demam. Menurut Wong DL & Wilson D (1995) manfaat dari pemberian tepid
sponge adalah menurunkan suhu tubuh yang sedang demam, memberikan rasa nyaman, mengurangi
nyeri dan ansietas yang diakibatkan oleh penyakit yang mendasari demam.
D. INDIKASI
2. Hipertermi
E. KONTRAINDIKASI
2. Appendicitis, luka dan injuri, cidera sendi, edema, penyakit jantung (Burton &
Ludwig, 2015)
1. Ember / Waskom berisi air
2. Air hangat
3. Lap mandi 6 buah
4. Handuk mandi 1 buah
5. Selimut mandi 1 buah
6. Perlak besar 1 buah
7. Thermometer
8. Selimut hipotermi atau selimut tidur 1 buah.
G. PROSEDUR KERJA
1. Tahap pra interaksi
a. Identifikasi kebutuhan pasien yang akan dilakukan tindakan
b. Perawat mencuci tangan
c. Persiapan alat :
1) Baskom mandi 2 buah
2) Air hangat
3) Selimut mandi
4) Thermometer
5) Waslap 2 buah
6) Bantal tahan air
7) Sarung tangan disposable
8) Baju ganti
2. Tahap orientasi dan interaksi
a. Mengucapkan salam (Assalamualaikum wr. Wb)
b. Mengucap basmallah (Bismilahirohmanirohim)
c. Perawat memperkanalkan diri
d. Identifikasi sambal melihat gelang identitas pasien untuk nama pasien,
tanggal lahir
e. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan serta mempersilakan keluarga
untuk bertanya
f. Mengkonfirmasi ketersediaan informed consent (disesuaikan dengan
tindakan yang akan dilakukan)
g. Perawat mencuci tangan
h. Mendekatkan alat
i. Menjaga privasi pasien (menutup srareroom, gorden, memasang sampiran)
3. Tahap kerja
a. Mencuci tangan
b. Mengatur posisi pasien (disesuaikan dengan tindakan yang akan dilakukan)
c. Ukur suhu dan nadi anak
d. Letakan bantal tahan air dibawah tubuh anak
e. Lepaskan pakaian anak
f. Pertahankan selimut mandi diatas tubuh yang tidak dikompres
g. Tutup jendela dan pintu untuk mencegah aliran udara ke dalam ruangan
h. Periksa suhu air
i. Celupkan waslap dalam air dan letakan waslap yang sudah basah dibawah
masing masing aksila dan lipatan paha
j. Perlahan kompres ekstermitas selama 5 menit, periksa respon anak
k. Keringkan kompres ekstermitas dan kaji ualng nadi dan suhu tubuh anak.
Observasi respon anak terhadap terapi
1. Lanjutkan mengkompres ekstermitas lain, punggung dan bokong setiap 5
menit
m. Kaji ualang suhu dan nadi tiap 15 menit, bila suhu tubuh turun, sedikit diatas
normal (38°c) hentikan prosedur.
n. Ganti air dan lakukan kembali kompres pada aksila dan lipatan paha sesuai
kebutuhan.
o. Keringkan ekstermitas dan bagian tubuh secara menyeluruh, selimuti anak
dengan selimut mandi.
4. Tahap terminasi
a. Mengucapkan hamdalah
b. Melakukan evaluasi tindakan (ukur suhu tubuh dan respon anak)
c. Merapikan pasien (ganti linen tempat tidur bila basah)
d. Memberskan alat
e. Perawat cuci tangan
f. Dokumentasi
LAPORAN PENDAHULUAN
FOTO TERAPI PADA ANAK
A. PENGERTIAN
Fototerapi merupakan terapi pilihan pertama yang dilakukan terhapa bayi baru lahir
dengan hiperbilirubinemia (Kumar et al, 2010 dalam Shinta, 2015). Fototerapi
merupakan penatalaksanaan hiperbilirubinemia yang bertujuan untuk menurunkan
konsentrasi bilirubin dalam sirkulasi atau mencegah peningkatan kadar bilirubin.
Fototerapi merupakan terapi dengan menggunakan sinar yang dapat dilihat untuk
pengobatan hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir. Keefektifan suatu fototerapi
ditentukan oleh intensitas sinar. Adapun faktor yang mempengaruhi intensitas sinar
ini adalah jenis sinar, panjang gelombang sinar, jarak sinar ke pasien yang disinari,
luas permukaan tubuh yang terpapar dengan sinar serta penggunaan media
pemantulan sinar. Bayi dengan ikterus perlu diamati apakah fisiologis atau akan
berkembang menjadi ikterus patologis. Anamnesis kehamilan dan kelahiran sangat
membantu pengamatan klinik dan dapat menjadi petunjuk untuk melakukan
pemeriksaan yang tepat. Early feeding yaitu pemberian makanan dini pada bayi
dapat mengurangi terjadinya ikterus fisiologik pada bayi. Sistem fototerapi mampu
menghantarkan sinar melalui bolam lampu fluorcent, lampu quartz, halogen, emisi
dioda lampu dan matres optik fiber. Keberhasilan pelaksanaan fototerapi tergantung
dari efektifitas dan minimnya komplikasi yang terjadi (Stokowski, 2006 dalam Shinta,
2015).
B. Indikasi
Fototerapi Fototerapi direkomendasikan apabila:
1. Kadar bilirubin total 5-8 mg/dl pada bayi dengan berat badan
2. Kadar 8-12 mg/dl pada bayi dengan berat badan 1500-1999 gram.
3. Kadar 11-14mg/dl pada bayi dengan berat badan 2000-2499 gram. (wong et al.,
2009).
C. Dampak fototerapi akan meningkat jika kadar bilirubin di kulit makin tinggi.
Fototerapi mengubah bilirubin di kapiler superfisial dan jaringan interstitial
dengan reaksi fotokimia dan fotooksidasi menjadi isomer (isomerisasi struktural dan
konfigurasi) secara cepat, yang larut dalam air dan dapat diekskresi melalui hepar
tanpa proses konjugasi sehingga mudah diekskresi dan tidak toksik. Penurunan
bilirubin total paling besar terjadi pada 6 jam pertama.
Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit tidak adekuat,
sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan
kuadrat jarak), lamu flouresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor
secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat. Idealnya, semua ruang
perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif
(Giyatmo, 2011).
D. Efektivitas Fototerapi
1. Jenis Cahaya Cahaya biru (fluoresens biru) dengan spektrum 460-490 nm
merupakan cahaya yang paling efektif dalam fototerapi karena dapat menembus
jaringan dan diabsorbsi oleh
bilirubin (bilirubin menyerap lebih kuar pada cahaya biru dengan spektrum 460 nm
ini).
2. Saluran energi atau imadiance sumber cahaya Imadiance diukur dengan
radiometer atau
spektroradiometer dalam satuan watt/cm2 atau µ watt/cm2 nm. Sebagai contoh,
sumber cahaya
(tipe konvensional atau standar) yang diletakkan ±20 cm diatas bayi dapat
menghantarkan
spektrum imadiance, berkisar 8-10 µ watt/cm2 nm pada panjang gelombang cahaya
430-490 μnm. Adapun cahaya flourenens biru dapat menghantarkan spektrum
imadiance berkisar 30-40 µ watt/cm2 nm. American academy of pediatriks
mendefinisikan intensif fototerapi sebagai fototerapi dengan spektrum imadiance
berkisar 30-40 μ watt/cm2 nm yang dapat menjangkau permukaan tubuh bayi
dengan lebih luas. (Maisels & McDonagh, 2008).
3. Jarak antara bayi dengan sumber cahaya dan luasnya area kulit yang terpajan Jarak
antara bayi dengan sumber cahaya tidak boleh kurang dari 45 cm. Penelitian
terkontrol menyebutkan bahwa semakin luas daerah kulit yang terpajan,
semakin besar reduksi kadar bilirubin total. (Wong et al., 2009). Efektivitas fototerapi
tergantung pada kualitas cahaya yang dipancarkan lampu (panjang gelombang),
intensitas cahaya (iridasi), luas permukaan tubuh, ketebalan kulit dan pigmentasi,
lama paparan cahaya, kadar bilirubuin total saat awal fototerapi (Sakundarno,2008)
E.Perawatan Bayi Dengan Fototerapi :
1. Pasang penutup mata dan pastikan terpasang dengan baik
2. Baringkan bayi tanpa pakaian, kecuali popok/ bilibottom
3. Ubah posisi bayi setiap 3 jam
4. Ketika fototerapi dimulai, periksa kadar bilirubin setiap 24 jam
5. Pantau subuh tubuh bayi
6. Observasi status hidrasi bayi, pantau intake dan output cairan
7. Edukasi dan motivasi orangtua / keluarga bayi
8. Dokumentasikan nama bayi, no RM, tanggal dan jam dimulai dan selesainya
fototerapi, jumlah jam pemakaian alat fototerapi dalam lembar dokumentasi
pemakaian alat.
9. Dokumentasikan pula tanggal dan jam penggunaan fototerapi, tampilan klinis bayi,
dan tindakan lainnya yang dilakukan terkait fototerapi dalam lembar dokumentasi
perawatan
bayi.