Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN PERIOPERATIF

ASUHAN KEPERAWATAN WSD


(Water Seal Drainage)

Kelompok 2

Ersa Aliefia Arianti (PO.71.20.4.17.011) Mutiara Agel Sepriani (PO.71.20.4.17.016)


Farah Nadhiah (PO.71.20.4.17.012) Nathalia Ramadhanti (PO.71.20.4.17.017)
Gumbreg Sunu Baroto (PO.71.20.4.17.013) Ni Nyoman Cyntia D (PO.71.20.4.17.018)
Haidir Ali (PO.71.20.4.17.014) Nur’aini (PO.71.20.4.17.019)
Mia Pebriani (PO.71.20.4.17.015) Putri Maharani (PO.71.20.4.17.020)
Definisi…

WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk


mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga
pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan
menggunakan pipa penghubung untuk mempertahankan
tekanan negatif rongga tersebut.
Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :

• Diagnostik :
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat
ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam
shoks.

• Terapi :
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura.
Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga “mechanis of breathing” dapat
kembali seperti yang seharusnya.

• Preventive :
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga
“mechanis of breathing” tetap baik.
Tujuan pemasangan WSD :

• Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga


pleura dan rongga thorak
• Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
• Mengembangkan kembali paru yang kolaps
• Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
• Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga
pleura untuk mempertahankan tekanan negatif rongga
tersebut
Indikasi Pemasangan WSD

1. Pneumatoraks 4. Thorakotomy
• Spontan > 20% oleh karena • Lobektomy
rupture bleb • Pneumoktomy
• Luka tusuk tembus
• Klem dada yang terlalu lama 5. Efusi pleura : Post operasi jantung
• Kerusakan selang dada pada
6. Emfiema
sistem drainase
• Penyakit paru serius
2. Hemothoraks • Kondisi indflamsi
• Robekan pleura
• Kelebihan antikoagulan 7. Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk
• Pasca bedah thoraks
8. Flail Chest yang membutuhkan pemasangan ventilator
3. Hemopneumothorak
Kontraindikasi Pemasangan WSD

• Infeksi pada tempat pemasangan


• Gangguan pembekuan darah yang
tidak terkontrol
Komplikasi

• Komplikasi primer : perdarahan, edema


paru, tension pneumothoraks, atrial aritmia
• Komplikasi sekunder : infeksi, emfiema
• Komplikasi lainnya : laserasi ( yang
mencederai organ: hepar, lien),
perdarahan, empisema subkutis, tube
terlepas, tube tersumbat
Macam-macam WSD

Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien


simple pneumothoraks. Terdiri dari botol dengan penutup segel
WSD dengan sistem satu botol yang mempunyai 2 lubang selang yaitu 1 untuk ventilasi dan 1 lagi
masuk ke dalam botol. Jenis ini mempunyai 2 fungsi, sebagai
penampung dan botol penampung

Digunakan 2 botol ; 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan


botol ke-2 botol water seal. Botol 1 dihubungkan dengan selang
WSD dengan sistem dua botol drainage yang awalnya kosong dan hampa udara, selang pendek
pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi
water seal. Dapat dihubungkan dengan suction control

Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk


WSD dengan sistem tiga botol mengontrol jumlah hisapan yang digunakan. Selain itu
terpasang manometer untuk mengontrol tekanan
Asuhan Keperawatan Pasca Operatif WSD
1. Perawatan pasca operatif pemasangan WSD
• Perhatikan undulasi pada sleng WSD
• Cek ruang control suction untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar
• Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan batas yang telah ditetapkan serta pastikan ujung pipa
berada 2cm di bawah air
• Catat jumlah cairan yg keluar dari botol WSD tiap jam untuk mengetahui jumlah cairan yg keluar.
• Observasi pernafasan, nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama.
• Perhatikan balutan pada insisi, apakah ada perdarahan
• Anjurkan pasien memilih posisi yg nyaman dengan memperhatikan jangan sampai slang terlipat.
• Anjurkan pasien untuk memegang slang apabila akan merubah posisi
• Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu
• Ganti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah cairan yang dibuang.
• Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran
• Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis, emphysema subkutan
• Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan bimbing cara batuk efektif.
• Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh.
• Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD
• Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan gerak pada persendian bahu daerah
pemasangan WSD
Asuhan Keperawatan Pasca Operatif WSD

2. Hal yang yang harus di perhatikan pada klien yang menggunakan WSD
• Kaji adanya distress pernafasan & nyeri dada, bunyi nafas di daerah paru yg terkena & TTV stabil.
• Observasi adanya distress pernafasan.
• Posisikan klien :Semi fowler sampai fowler tinggi untuk mengeluarkan udara (pneumothorak). Dan Posisi fowler
untuk mengeluarkan cairan (hemothorak)
• Pertahankan hubungan selang antara dada dan selang drainase utuh dan menyatu.
• Gulung selang yang berlebih pada matras di sebelah klien. Rekatkan dengan plester.
• Sesuaikan selang supaya menggantung pada garis lurus dari puncak matras sampai ruang drainase.
• Urut selang jika ada obstruksi.
• Cuci tangan
• Catat kepatenan selang, drainase, fluktuasi, TTV klien, kenyamanan klien

3. Cara mengganti botol WSD


• Siapkan set yang baru.
• Botol berisi cairan aquadest ditambah desinfektan.
• Selang WSD di klem dulu.
• Ganti botol WSD dan lepas kembali klem.
• Amati undulasi dalam slang WSD
Asuhan Keperawatan Pasca Operatif WSD
PENGKAJIAN
• Pemeriksaan fisik dan manifestasi klinik
• System pernafasan.
• Thorax Drain.
• Keseimbangan cairan dan elektrolit
• Sistem Persyarafan.
• Sistem perkemihan.
• Sistem Gastrointestinal.
• Sistem Integumen.
• Drain dan Balutan
• Pengkajian Nyeri
• Pemeriksaan Laboratorium.
Asuhan Keperawatan Pasca Operatif WSD
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pasca oprasi


pemasangan WSD :
• Pola nafas tidak efektif b.d Penurunan ekspansi paru, Penumpukan
sekret / mucus, Kecemasan,Proses peradangan.
• Resiko terjadi injury b.d pemasangan selang WSD
• Nyeri akut b.d prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi
saraf, diseksi otot.
• Resiko tinggi infeksi b.d tempat masuknya mikroorganisme
sekunder terhadap pembedahan, alat fiksasi infasif.
Pola nafas tidak efektif b.d Penurunan ekspansi paru, Penumpukan
sekret / mucus, Kecemasan,Proses peradangan

Tujuan : Setelah di berikan Asuhan Keperawatan selama .....x..... jam, di harapkan pola nafas membaik.
Kriteria Hasil :
 Frekuensi nafas dalam rentang normal
 Suara paru jelas dan bersih.
 Berpartisipasi dalam aktivitas

Intervensi : a. Monitor frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan.


b. Posisikan klien dada posisi semi fowler.
c. Kaji pernafasan selama tidur.
d. Auskultasi bunyi nafas, dan catat adanya bunyi nafas.
e. Observasi pola batuk dan karakter sekret.
f. Dorong dalam nafas dalam dan latihan batuk efektif.
Kolaborasi:
g. Berikan oksigen tambahan.
h. Berikan humidifikasi tambahan.
Resiko terjadi injury b.d pemasangan selang WSD

Tujuan : Setelah di berikan Asuhan Keperawatan selama .....x..... jam, di harapkan Resiko injury tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
 mengenal tanda-tanda komplikasi.
 pencegahan lingkungan / bahaya fisik lingkungan.
 Review dengan pasien akan tujuan / fungsi drainege, catat/ perhatikan tujuan yang penting dalam penyelamatan jiwa.
 Fiksasi kateter thoraks pada didnding dada dan sisakan panjang kateter agar pasien dapat bergerak atau tidak terganggu pergerakannya.
 Usahakan WSD berfungsi dengan baik dan aman dengan meletakkannya ebih rendah dari bed pasien di lantai atau troli.
 Lengkapi dengan alat transportasi yang aman bila dibawa ke lain unit untuk pemeriksaan diagnostic.
 
Intervensi : a.
 
Observasi adanya tanda-tanda respirasi distress bila kateter thoraks tercabut.
b. Anjurkan pasien untuk tidak menekan atau membebaskan selang dari tekanan, misalnya tertindih tubuh.
c. Kaji perubahan yang terjadi, catat ; beri tindakan perawatan jika :
- perubahan suara bubling
- kebutuhan O2 yang tiba-tiba
- nyeri dada
- lepasnya selang
d. Monitor insersi kateter pada dinding dada, perhatikan keadaan kulit di sekitar kateter drainage. Ganti dressing dengan kassa steril setiap
kali diperlukan.
Nyeri akut b.d prosedur pembedahan, trauma jaringan,
interupsi saraf, diseksi otot.
Tujuan : Setelah di berikan Asuhan Keperawatan selama .....x..... jam, di harapkan Nyeri berkurang.
Kriteria Hasil :
 Mengungkapkan tidak ada nyeri
 Tidak merintih, menangis
 Ekspresi wajah rileks
 Klien menyatakan nyeri berkurang, tidak takut melakukan mobilisasi
 klien dapat istirahat dengan cukup
 Skala nyeri sedang

Intervensi : a. Beri penjelasan pada klien tentang sebab dan akibat nyeri.
b. Ajarkan teknik relaksasi dan destraksi.
c. Bantu klien menentukan posisi yang nyaman bagi klien.
d. Rawat luka secara teratur daan aseptik.
e. Berikan analgesic sesuai indikasi.
Resiko tinggi infeksi b.d tempat masuknya mikroorganisme
sekunder terhadap pembedahan, alat fiksasi infasif
Tujuan : Setelah di berikan Asuhan Keperawatan selama .....x..... jam, di harapkan Klien tidak mengalami infeksi
nosokomial.
Kriteria Hasil :
 Tidak ada tanda – tanda infeksi.
 Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu,
 bebas drainage purulen atau eritema, dan demam.

Intervensi : a. Rawat luka dengan teknik steril


b. Tingkatkan intake cairan 2-3 liter/hari
c. Tingkatan nutrisi dengan diet TKTP
d. Gunakan pelunak feses bila terdapat konstipasi.
e. Berikan antibiotika sesuai program medis.
f. Pantau tanda-tanda radang: panas, merah, bengkak, nyeri, kekakuan.
TERIMA KASIH ATAS
PERHATIANNYA
WASSALAMUALAIKUM WR. WB.

Anda mungkin juga menyukai