Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN PERIOPERATIF

ASUHAN KEPERAWATAN WSD (Water Seal Drainage)

OLEH KELOMPOK 2:
1. Ersa Aliefia Arianti (PO.71.20.4.17.011)
2. Farah Nadhiah (PO.71.20.4.17.012)
3. Gumbreg Sunu Baroto (PO.71.20.4.17.013)
4. Haidir Ali (PO.71.20.4.17.014)
5. Mia Pebriani (PO.71.20.4.17.015)
6. Mutiara Agel Sepriani (PO.71.20.4.17.016)
7. Nathalia Ramadhanti (PO.71.20.4.17.017)
8. Ni Nyoman Cyntia D (PO.71.20.4.17.018)
9. Nur’aini (PO.71.20.4.17.019)
10. Putri Maharani (PO.71.20.4.17.020)

DOSEN PEMBIMBING: Sumitro Adi P,S.Kep.,Ns.,M.Kes

KEMENTRIAN KESEHATAN REBUPLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji serta syukur marilah kita haturkan kepada kehadirat Allah
SWT. yang telah memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-
Nya pun tidak akan menyadari begitu banyak nikmat yang telah didapatkan
dari Allah SWT. Selain itu kami juga merasa sangat bersyukur karena telah
mendapatkan hidayah-Nya baik iman maupun islam.Dengan nikmat dan
hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan tugas Keperawatan
Perioperatif tentang Asuhan Keperawatan WSD (Water Seal Drainage).
Kami juga menyadari dalam laporan ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan baik dari isinya maupun dari struktur penulisannya, oleh karena
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan
dikemudian hari,
Dengan demikian semoga makalah ini dapat memberikan maanfaat
umumnya pada para pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri. Aamin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Palembang, 27 September 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
D. Manfaat ........................................................................................................ 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
A. Definisi ......................................................................................................... 3
B. Tujuan .......................................................................................................... 3
C. Indikasi Pemasangan WSD .......................................................................... 4
D. Kontraindikasi Pemasangan WSD ............................................................... 4
E. Komplikasi ................................................................................................... 4
F. Macam-Macam ............................................................................................ 5
BAB III ................................................................................................................... 7
A. Asuhan Keperawatan Pasca Operatif WSD ................................................. 7
BAB IV ................................................................................................................. 19
A. Kesimpulan ................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bernapas merupakan aktivitas yang penting bagi manusia. Tubuh
memerlukan suplai oksigen yang cukup untuk proses metabolisme. Jika
terjadi gangguan pada saluran pernapasan misalnya saluran pernapasan
terisi oleh zat lain seperti cairan, maka pertukaran gas akan terganggu. Oleh
karena itu perlu dilakukan tindakan untuk membantu mengembalikan fungsi
normal saluran pernapasan, salah satunya adalah dengan pemasangan WSD
(Water Seal Drainage).
Kebutuhan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) misalnya, pada
trauma (luka tusuk di dada), biasanya disebabkan oleh benda tajam, bila
tidak mengenai jantung, biasanya dapat menembus rongga paru-paru.
Mekanisme penyebabnya bisa satu tusukan kuat ataupun satu gerakan
mendadak yang hebat. Akibatnya, selain terjadi peradarahan dari rongga
paru-paru, udara juga akan masuk ke dalam rongga paru-paru. Oleh karena
itu, paru-paru pada sisi yang luka akan mengempis. Penderita nampak
kesakitan ketika bernapas dan mendadak merasa sesak dan gerakan iga
disisi yang luka menjadi berkurang (Kartono, M. 1991).
Untuk itu dalam makalah ini kelompok akan menjelaskan tentang
asuhan keperawatan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) dan
diharapkan bisa membantu mahasiswa, tenaga kesehatan dan masyarakat
umum untuk lebih memahami tentang masalah WSD (Water Seal
Drainage).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari WSD (Water Seal Drainage)?
2. Apa saja tujuan pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
3. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari pemasangan WSD (Water
Seal Drainage)?
4. Apa saja komplikasi dari pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
5. Apa saja macam-macam dari WSD (Water Seal Drainage)?

1
6. Bagaimana prosedur pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan pemasangan WSD
(Water Seal Drainage)?

C. Tujuan
Tujuan Umum
Memahami asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada pasien dengan
pemasangan WSD (Water Seal Drainage).

Tujuan Khusus
1. Pembaca mampu memahami definisi dari WSD (Water Seal
Drainage)?
2. Pembaca mampu memahami tujuan pemasangan WSD (Water Seal
Drainage)?
3. Pembaca mampu memahami indikasi dan kontraindikasi dari
pemasangan WSD (Water Seal Drainage)
4. Pembaca mampu memahami komplikasi dari pemasangan WSD
(Water Seal Drainage)?
5. Pembaca mampu memahami macam-macam dari WSD (Water Seal
Drainage)?
6. Pembaca mampu memahami prosedur pemasangan WSD (Water
Seal Drainage)?
7. Pembaca mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien
dengan pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?

D. Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu
memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan pemasangan WSD
(Water Seal Drainage) serta mampu mengimplementasikannya dalam
proses keperawatan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk
mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax;
dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung untuk
mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut. Dalam keadaan normal
rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan
pleura / lubrican.
Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :
1. Diagnostik :
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga
dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita
jatuh dalam shoks.
2. Terapi :
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura.
Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga “mechanis of
breathing” dapat kembali seperti yang seharusnya.
3. Preventive :
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga
“mechanis of breathing” tetap baik.

Perubahan Tekanan Rongga Pleura


Tekanan Istirahat Inspirasi Ekspirasi
Atmosfer 760 760 760
Intrapulmoner 760 757 763
Intrapleural 756 750 756

B. Tujuan
1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga
thorak

3
2. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps
4. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
5. Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk
mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut

C. Indikasi Pemasangan WSD


1. Pneumothoraks :
- Spontan > 20% oleh karena rupture bleb
- Luka tusuk tembus
- Klem dada yang terlalu lama
- Kerusakan selang dada pada sistem drainase
2. Hemothoraks :
- Robekan pleura
- Kelebihan antikoagulan
- Pasca bedah thoraks
3. Hemopneumothorak
4. Thorakotomy :
- Lobektomy
- Pneumoktomy
5. Efusi pleura : Post operasi jantung
6. Emfiema :
- Penyakit paru serius
- Kondisi indflamsi
7. Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk
8. Flail Chest yang membutuhkan pemasangan ventilator

D. Kontraindikasi Pemasangan WSD


1. Infeksi pada tempat pemasangan
2. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol

E. Komplikasi
1. Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks,
atrial aritmia

4
2. Komplikasi sekunder : infeksi, emfiema
3. Komplikasi lainnya : laserasi ( yang mencederai organ: hepar, lien),
perdarahan, empisema subkutis, tube terlepas, tube tersumbat

F. Macam-Macam
1. WSD dengan sistem satu botol
a. Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien
simple pneumothoraks
b. Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang
selang yaitu 1 untuk ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam botol. Jenis
ini mempunyai 2 fungsi, sebagai penampung dan botol penampung
c. Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang terendam
2 cm untuk mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang
menyebabkan kolaps paru
Note:
- Apabila < 2 cm H2O, berarti no water seal. Hal ini sangat
berbahaya karena menyebabkan paru kolaps.
- Apabila > 2 cm H2O, berarti memerlukan tekanan yang lebih
tinggi dari paru untuk mengeluarkan cairan atau udara.
- Apabila tidak ada fluktuasi yang mengikuti respirasi apat
disebabkan karena adanya kinking, clotting atau perubahan
posisi chest tube.
d. Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk
memfasilitasi udara dari rongga pleura keluar
e. Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi
f. Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan :
g. Inspirasi akan meningkat
h. Ekpirasi menurun

2. WSD dengan sistem 2 botol


a. Digunakan 2 botol ; 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan
botol ke-2 botol water seal.

5
b. Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong
dan hampa udara, selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan
selang di botol 2 yang berisi water seal. Dapat dihubungkan dengan
suction control
c. Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari
rongga pleura masuk ke water seal botol 2
d. Prinsip kerjasama dengan ystem 1 botol yaitu udara dan cairan
mengalir dari rongga pleura ke botol WSD dan udara dipompakan
keluar melalui selang masuk ke WSD
e. Biasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks,
hemopneumothoraks, efusi peural
f. Keuntungannya adalah water seal tetappada satu level

3. WSD dengan sistem 3 botol


a. Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol
jumlah hisapan yang digunakan. Selain itu terpasang manometer
untuk mengontrol tekanan
b. Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan
c. Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol
ke-3. Jumlah hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang
tertanam dalam air botol WSD
d. Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang
ditambahkan
e. Botol ke-3 mempunyai 3 selang :
f. Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol
ke dua
g. Tube pendek lain dihubungkan dengan suction
h. Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan
terbuka ke atmosfer.

6
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan Pasca Operatif WSD


1. Perawatan pasca operasi pemasangan selang WSD.
a. Perhatikan undulasi pada sleng WSD
Bila undulasi tidak ada, berbagai kondisi dapat terjadi antara lain
- Motor suction tidak berjalan
- Slang tersumbat
- Slang terlipat
- Paru-paru telah mengembang
Oleh karena itu, yakinkan apa yang menjadi penyebab, segera
periksa kondisi system drainage, amati tanda-tanda kesulitan
bernafas.
b. Cek ruang control suction untuk mengetahui jumlah cairan yang
keluar
c. Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan batas
yang telah ditetapkan serta pastikan ujung pipa berada 2cm di bawah
air
d. Catat jumlah cairan yg keluar dari botol WSD tiap jam untuk
mengetahui jumlah cairan yg keluar.
e. Observasi pernafasan, nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama.
f. Perhatikan balutan pada insisi, apakah ada perdarahan
g. Anjurkan pasien memilih posisi yg nyaman dengan memperhatikan
jangan sampai slang terlipat.
h. Anjurkan pasien untuk memegang slang apabila akan merubah
posisi
i. Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu
j. Ganti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah
cairan yang dibuang.
k. Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran
l. Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis,
emphysema subkutan

7
m. Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan bimbing cara batuk
efektif.
n. Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh.
o. Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD.
p. Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari
melakukan latihan gerak pada persendian bahu daerah pemasangan
WSD
2. Hal yang yang harus di perhatikan pada klien yang menggunakan WSD
a. Kaji adanya distress pernafasan & nyeri dada, bunyi nafas di daerah
paru yg terkena & TTV stabil.
b. Observasi adanya distress pernafasan.
c. Observasi :
- Pembalut selang dada.
- Observasi selang untuk melihat adanya lekukan, lekukan yang
menggantung, bekuan darah.
- Sistem drainage dada.
- Segel air untuk melihat fluktuasi inspirasi dan ekspirasi klien.
- Gelembung udara di botol air bersegel atau ruang.
- Tipe & jumlah drainase cairan. Catat warna & jumlah drainase,
TTV & warna kulit.
- Gelembung udara dalam ruang pengontrol penghisapan ketika
penghisap digunakan
d. Posisikan klien :
- Semi fowler sampai fowler tinggi untuk mengeluarkan udara
(pneumothorak).
- Posisi fowler untuk mengeluarkan cairan (hemothorak)
e. Pertahankan hubungan selang antara dada dan selang drainase utuh
dan menyatu.
f. Gulung selang yang berlebih pada matras di sebelah klien. Rekatkan
dengan plester.
g. Sesuaikan selang supaya menggantung pada garis lurus dari puncak
matras sampai ruang drainase. Jika selang dada mengeluarkan

8
cairan, tetapkan waktu bahwa drainase dimulai pada plester perekat
botol drainase pada saat persiaan botol atau permukaan tertulis
system komersial yang sekali pakai.
h. Urut selang jika ada obstruksi.
i. Cuci tangan
j. Catat kepatenan selang, drainase, fluktuasi, TTV klien, kenyamanan
klien
3. Cara mengganti botol WSD
a. Siapkan set yang baru.
b. Botol berisi cairan aquadest ditambah desinfektan.
c. Selang WSD di klem dulu.
d. Ganti botol WSD dan lepas kembali klem.
e. Amati undulasi dalam slang WSD
4. Indikasi Pencabutan selang WSD
Indikasi pengangkatan WSD adalah bila :
a. Paru-paru sudah reekspansi yang ditandai dengan :
- Tidak ada undulasi.
- Cairan yang keluar tidak ada.
- Tidak ada gelembung udara yang keluar.
- Kesulitan bernafas tidak ada.
- Dari rontgen foto tidak ada cairan atau udara.
- Dari pemeriksaan tidak ada cairan atau udara.
b. Slang WSD tersumbat dan tidak dapat diatasi dengan spooling atau
pengurutan pada slang.
5. Komplikasi yang mungkin muncul
Primer :
a. Perdarahan
b. Edema paru
c. Tension pneumothoraks
d. Atrial aritmia
Sekunder :
a. Infeksi

9
b. Empyema
6. Pengkajian
Setelah menerima laporan dari perawat sirkulasi, dan pengkajian klien,
perawat mereview catatan klien yang berhubungan dengan riwayat
klien, status fisik dan emosi, sebelum pembedahan dan alergi.
a. Pemeriksaan fisik dan manifestasi klinik.
b. System pernafasan.
Ketika klien dimasukan ke PACU, Perawat segera mengkaji klien:
- Potency jalan nafas, meletakan tangan di atas mulut atau hidung.
- Perubahan pernafasan ( rata-rata, pola, dan kedalaman). RR < 10
X / gangguan depresi narcotic, respirasi cepat, dangkal menit
cardiovasculair atau rata-rata metabolisme yang meningkat.
- Auscultasi paru keadekwatan expansi paru, kesimetrisan
- Inspeksi : Pergerakan dinding dada, penggunaan otot bantu
pernafasan diafragma, retraksi efek anathesi yang berlebihan,
obstruksi.sternal
c. Thorax Drain.
- Sistem Cardiovasculer.
- Sirkulasi darah, nadi dan suara jantung dikaji tuiap 15 menit ( 4
x ), 30 menit (4x). 2 jam (4x) dan setiap 4 jam selama 2 hari jika
kondisi stabil.
- Depresi miocard, shock, perdarahan atau overdistensi.
- Penurunan tekanan darah, nadi dan suara jantung shock, nyeri,
hypothermia.
- Kaji sirkulasi perifer, kualitas denyut nadi meningkat, warna,
temperatur dan ukuran ektremitas.
- Trombhoplebitis pada ekstrimitas bawah (edema, kemerahan,
Homan’s saign nyeri).
d. Keseimbangan cairan dan elektrolit
- Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit,
balutan.
- Ukur cairan NG tube, out put urine, drainage luka.

10
- Kaji intake / out put.
- Monitor cairan intravena dan tekanan darah.
e. Sistem Persyarafan.
Semua klien dengan anesthesia umum.
- Kaji fungsi serebral dan tingkat kersadaran respon pupil,
kekuatan otot, koordinasi.
- Klien dengan bedah kepala leher : depresi fungsi motor.
- Anesthesia umum
f. Sistem perkemihan.
- Kontrol volunteer fungsi perkemihan kembali setelah 6 – 8 jam
post anesthesia inhalasi, IV, spinal.
- Anesthesia , infus IV, manipulasi operasi retemnsio urine.
- Pencegahan : Inspeksi, Palpasi, Perkusi abdomen bawah
(distensi buli-buli).
- Dower catheter < komplikasi ginjal. 30 ml / jam kaji warna,
jumlah urine, out put urine
g. Sistem Gastrointestinal.
- Mual muntah 40% klien dengan GA selama 24 jam pertama
dapat menyebabkan stress dan iritasi luka GI dan dapat
meningkatkan TIK pada bedah kepala dan leher serta TIO
meningkat.
- Kaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suarar usus.
- Kaji paralitic ileus suara usus (-), distensi abdomen, tidak flatus.
- Insersi NG tube intra operatif mencegah komplikasi post operatif
dengan decompresi dan drainase lambung.
- Meningkatkan istirahat.
- Memberi kesempatan penyembuhan pada GI trac bawah.
- Memonitor perdarahan.
- Mencegah obstruksi usus.
- Irigasi atau pemberian obat.
- Jumlah, warna, konsistensi isi lambung tiap 6 – 8 jam.

11
h. Sistem Integumen.
- Luka bedah sembuh sekitar 2 minggu. Jika tidak ada infeksi,
trauma, malnutrisi, obat-obat steroid.
- Penyembuhan sempurna sekitar 6 bulan – satu tahun.
- Ketidak efektifan penyembuhan luka dapat disebabkan :
• Infeksi luka.
• Diostensi dari udema / palitik ileus.
• Tekanan pada daerah luka.
• Dehiscence.
• Eviscerasi.
i. Drain dan Balutan
Semua balutan dan drain dikaji setiap 15 menit pada saat di ruang
PAR, ( Jumlah, warna, konsistensi, dan bau cairan drain dan tanggal
observasi).Dan minimal tiap 8 jam saat di ruangan.
j. Pengkajian Nyeri
- Nyeri post operatif berhubungan dengan luka bedah , drain dan
posisi intra operative.
- Kaji tanda fisik dan emosi; peningkatan nadi dan tekanan darah,
hypertensi, diaphorosis, gelisah, menangis.
- Kualitas nyeri sebelum dan setelah pemberian analgetika.
k. Pemeriksaan Laboratorium.
- Dilakukan untuk memonitor komplikasi .
- Pemeriksaan didasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat
kesehatan dan manifestasi pot operative. Test yang lazim adalah
elektrolit, Glukosa, dan darah lengkap

7. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pasca oprasi pemasangan
WSD
a. Pola nafas tidak efektif b.d Penurunan ekspansi paru, Penumpukan
sekret / mucus, Kecemasan,Proses peradangan.
b. Resiko terjadi injury b.d pemasangan selang WSD

12
c. Nyeri akut b.d prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi
saraf, diseksi otot.
d. Resiko tinggi infeksi b.d tempat masuknya mikroorganisme
sekunder terhadap pembedahan, alat fiksasi infasif.

13
8. Intervensi Keperawatan
No Dx Kep Tujuan Intervensi
1. Pola nafas tidak efektif Setelah di berikan Asuhan Keperawatan selama a. Monitor frekuensi, irama dan kedalaman
b.d Penurunan ekspansi .....x..... jam, di harapkan pola nafas membaik. pernafasan.
paru, Penumpukan Kriteria Hasil : b. Posisikan klien dada posisi semi fowler.
sekret/ mucus,  Frekuensi nafas dalam rentang normal c. Kaji pernafasan selama tidur.
Kecemasan,Proses  Suara paru jelas dan bersih. d. Auskultasi bunyi nafas, dan catat adanya bunyi
peradangan.  Berpartisipasi dalam aktivitas nafas.
e. Observasi pola batuk dan karakter sekret.
f. Dorong dalam nafas dalam dan latihan batuk
efektif.
Kolaborasi:
g. Berikan oksigen tambahan.
h. Berikan humidifikasi tambahan.
i. Cek ruang kontrol suction untuk jumlah cairan
yang keluar dengan tepat ( untuk batas air
dinding regulator terpasang dengan benar).
j. Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan
dan tentukan pada batas yang telah ditetapkan.
k. Observasi gelembung udara pada botol WSD
l. evaluasi gelembung udara yang terjadi.

14
m. Tentukan lokasi kebocoran pada pasien atau
WSD ( dengan memasang klem pada selang
kateter toraks distal ) dengan sedikit ditarik
keluar.
n. Catat jumlah cairan yang keluar dari botol WSD.
o. Monitor untuk undulasi abnormal dan catat
apabila ada perubahan yang menetap atau
sementara.
p. Evaluasi apakah perlu tube tersebut dilakukan
pengurutan.
q. Atur posisi sistem drainage agar berfungsi
seoptimal mungkin, misalnya sisakan panjang
selang pada tempat tidur, yakinkan bahwa selang
itu tidak kaku dan menggantung di atas WSD,
keluarkan akumulasi cairan bila perlu
2. Resiko terjadi injury b.d Setelah di berikan Asuhan Keperawatan selama a. Observasi adanya tanda-tanda respirasi distress
pemasangan selang .....x..... jam, di harapkan Resiko injury tidak terjadi. bila kateter thoraks tercabut.
WSD Kriteria Hasil : b. Anjurkan pasien untuk tidak menekan atau
 mengenal tanda-tanda komplikasi. membebaskan selang dari tekanan, misalnya
 pencegahan lingkungan / bahaya fisik tertindih tubuh.
lingkungan.

15
 Review dengan pasien akan tujuan / fungsi c. Kaji perubahan yang terjadi, catat ; beri
drainege, catat/ perhatikan tujuan yang tindakan perawatan jika :
penting dalam penyelamatan jiwa. - perubahan suara bubling
 Fiksasi kateter thoraks pada didnding dada - kebutuhan O2 yang tiba-tiba
dan sisakan panjang kateter agar pasien dapat - nyeri dada
bergerak atau tidak terganggu - lepasnya selang
pergerakannya. d. Monitor insersi kateter pada dinding dada,
 Usahakan WSD berfungsi dengan baik dan perhatikan keadaan kulit di sekitar kateter
aman dengan meletakkannya ebih rendah drainage. Ganti dressing dengan kassa steril
dari bed pasien di lantai atau troli. setiap kali diperlukan.

 Lengkapi dengan alat transportasi yang aman


bila dibawa ke lain unit untuk pemeriksaan
diagnostic.

3. Nyeri akut b.d prosedur Setelah di berikan Asuhan Keperawatan selama e. Beri penjelasan pada klien tentang sebab dan
pembedahan, trauma .....x..... jam, di harapkan Nyeri berkurang. akibat nyeri.
jaringan, interupsi f. Ajarkan teknik relaksasi dan destraksi.
saraf, diseksi otot. Kriteria Hasil : g. Bantu klien menentukan posisi yang nyaman
 Mengungkapkan tidak ada nyeri bagi klien.
 Tidak merintih, menangis h. Rawat luka secara teratur daan aseptik.

16
 Ekspresi wajah rileks i. Berikan analgesic sesuai indikasi.
 Klien menyatakan nyeri berkurang, tidak
takut melakukan mobilisasi
 klien dapat istirahat dengan cukup
 Skala nyeri sedang
4. Resiko tinggi infeksi Setelah di berikan Asuhan Keperawatan selama a. Rawat luka dengan teknik steril
b.d tempat masuknya .....x..... jam, di harapkan Klien tidak mengalami b. Tingkatkan intake cairan 2-3 liter/hari
mikroorganisme infeksi nosokomial. c. Tingkatan nutrisi dengan diet TKTP
sekunder terhadap Kriteria Hasil : d. Gunakan pelunak feses bila terdapat konstipasi.
pembedahan, alat  Tidak ada tanda – tanda infeksi. e. Berikan antibiotika sesuai program medis.
fiksasi infasif.  Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, f. Pantau tanda-tanda radang: panas, merah,
 bebas drainage purulen atau eritema, dan bengkak, nyeri, kekakuan.
demam.

17
9. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah Semua tindakan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu pasien beralih dari status kesehatan saat
ini ke status kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang diharapkan
(Gordon,1994, dalam Afita, 2016). Rencana asuhan keperawatan yang
dirumuskan dengan tepat memfasilitasi kontinuitas asuhan perawatan
dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil, semua perawat
mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas
tinggi dan konsisten.

10. Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai
apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak
untuk mengatasi suatu masalah.

18
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk
mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax;
dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung untuk
mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut. Dalam keadaan normal
rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan
pleura / lubrican.
Tujuan pemasangan WSD antara lain :
1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga
thorak
2. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps
4. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
5. Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk
mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut

19
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2008. Askep Pemasangan WSD.www.scribd.com, Diakses 20


Desember 2010 Jam 08.00 WIB
Anonymous. 2008. www.asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com , Diakses 20
Desember 2010 Jam 21.27 WIB
Anonymous. 2008. www.contoh-askep.blogspot.com , Diakses pada 20 Desember
2010 Jam 21.16 WIB
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Hudak & Gallo, 1996, Keperwatan Kritis Pendekatan Holistik Edisi VI, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Smeltzer, S.C. & Bare. B.G., 2002. Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical
Surgical Nursing 8thEdition Volume I, Jakarta: ECG.

20

Anda mungkin juga menyukai