Anda di halaman 1dari 13

MATERNITAS

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN MENSTRUASI

Oleh:

KELOMPOK I
KELAS 2.A

Ni Kadek Briggita Brillianti (P07120318 002)


Ni Made Mastini Padmi (P07120318 007)
Ni Luh Putu Linda Gayatri (P07120318 011)
Ni Komang Marni (P07120318 017)
Ni Putu Artamevia Marcelina (P07120318 018)
Ni Nyoman Ayu Sri Pradnyani (P07120318 019)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
2019
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN MENSTRUASI

DISMINOREA

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Gangguan Menstruasi
Perdarahan haid merupakan hasil interaksi kompleks yang melibatkan system
hormone dengan rongga tubuh, yaitu hipotalamus, hipofise, ovarium, dan uterus
serta faktor lain di luar organ reproduksi. Bisa dibayangkan penyebab gangguan
haid pasti sangat bnyak dan bervariasi. Diagnosis banding gangguan haid menjadi
sangat luas sehingga menyebabkan para klinisi mengalami kesulitan saat
menangani keadaan tersebut.
Gangguan haid atau disebut juga dengan perdarahan uterus abnormal
merupakan keluhan yang sering menyebabkan seorang perempuan dating berobat
ke dokter atau tempat pertolongan pertama. Keluhan gangguan haid bervariasi
dari ringan sampai berat dan tidak jarang menyebabkan rasa frustasi baik bagi
penderita maupun dokter yang merawatnya. Data dibeberapa Negara industri
menyebutkan bahwa seperempat penduduk perempuan dilaporkan pernah
mengalami menoragia, 21% mengeluh siklus haid memendek, 17% mengalami
perdarahan antar haid dan 6% mengeluh perdarahan pascasanggama. Selain
menyebabkan gangguan kesehatan, gangguan haid ternyata berpengaruh pada
aktivitas sehari-hari yaitu 28% dilaporkan merasa terganggu saat bekerja sehingga
berdampak pada bidang ekonomi. Di RSUD Dr.Soetomo pada tahun 2007 dan
2008 didapatkan angka kejadian perdarahan uterus abnormal sebanyak 12,48%
dan 8,8 % dari seluruh kunjungan poli kandungan (sifasi kepustakaan).
2. Disminorea
Disminorea adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan terpusat di
abdomen bawah. Keluhan nyeri hadi dapat terjadi bervariasi mulai dari yang
ringan sampai berat. Keparahan disminorea berhubungan langsung dengan lama
dan jumlah darah haid. Seperti diketahui haid hampir selalu diikuti dengan rasa
mulas atau nyeri. Namun, yang dimaksud dengan disminorea adalah nyeri haid
berat sampai menyebabkan perempuan tersebut datang berobat ke dokter atau
mengobati dirinya sendiri dengan obat anti nyeri.
Disminorea dapat dibagi menjadi dua kelompok, disminorea primer dan
disminorea sekunder.
a. Disminorea Primer
Disminorea primer adalah nyeri haid tanpa ditemukan keadaan
patologi pada panggul. Disminorea berhubungan dengan siklus ovulasi dan
disebabkan oleh kontraksi meometrium sehingga terjadi iskemia akibat adanya
prostaglandin yang di produksi oleh endometrium fase sekresi.
Molekul yang berperan pada disminorea adalah prostaglandin F 2 alfa yang
selalu menstimulasi kontraksi uterus, sedangkan prostaglandin E menghambat
kontraksi uterus. Terdapat peningkatan di endometrium saat perubahan dari
fase poliferasi ke fase sekresi. Perempuan dengan disminorea primer
didapatkan kadar prostaglandin lebih tinggi di bandingkan perempuan tanpa
disminorea. Peningkatan kadar prostaglandin tertinggi saat haid terjadi pada
48 jam pertama. Hal ini sejalan dengan awal muncul dan besarnya intensitas
keluhan nyeri haid. Keluhan mual, muntah, nyeri kepala, atau diare sering
menyertai disminorea yang diduga karena masuknya prostaglandin ke sirkulasi
sistemik.
 Adapun faktor penyebab nyeri menstruasi antara lain:
- Faktor psikis
Remaja dan ibu-ibu emosinya tidak stabil sehingga mudah mengalami
nyeri menstruasi
- Faktor endokrin
Timbulnya nyeri menstruasi diduga karena kontraksi rahim uterus yang
berlebihan.
- Faktor Prostaglandin
Teori ini menyatakan nyeri menstruasi timbul karena peningkatan
produkai prostaglandin (oleh dinding rahim) saat menstruasi.
b. Disminorea sekunder
Disminorea sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan dengan
berbagai keadaan patologis di organ genetalia, misalnya endrometriosis,
adenomiosis, mioma uteri, strenosis serviks, penyakit radang panggul,
perlekatan panggul, atau irritable bowel syndrome.
 Adapun penyebab nyeri haid ini antara lain:
- Rahim kurang sempurna karena ukurannya terlalu kecil
- Posisi rahim yang tidak normal
- Adanya tumor dalam rongga rahim, misalnya mioma uteri
- Adanya tumor dalam panggul, terutama tumor fibroid, yang letaknya
dekat permukaan selaput lendir rahim, adanya selaput lendir Rahim,
adanya selaput lendir rahim di tempat lain (endometriosis), bisa
ditemukan di dalam selaput usus di jaringan payudara atau di tempat
lain.
- Penyakit-penyakit tubuh seperti: TBC, anemia, konstipasi, postur
tubuh terlalu kurus.
- Udara terlalu dingin
- Penyakit rongga panggul
- Polip uterus, uterine fibroids, servikal stenosis

3. Patofisiologi
a. Disminorea primer
Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami
regresi dan hal ini akan mengakibatkan penurunan kadar progesteron.
Penurunan ini akan mengakibatkan labilisasi membran lisosom, sehingga
mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase A2 ini akan
menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membran sel endometrium
menghasilkan asam arakhidonat. Adanya asam arakhidonat bersama dengan
kerusakan endometrium akan merangsang kaskade asam arakhidonat yang
akan menghasilkan prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita
dengan disminorea primer didapatkan adanya peningkatan kadar PGE dan
PGF2 alfa di dalam darahnya, yang akan merangsang miometrium dengan
akibat terjadinya peningkatan kontraksi dan distrimi uterus. Akibatnya akan
terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan ini akan mengakibatkan iskemia.
Prostaglandin sendiri dan endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi dan
selanjutnya menurunkan ambang rasa sakit pada ujung-ujung syaraf aferen
nervus pelvicus terhadap rangsang fisik dan kimia.
b. Disminorea sekunder
Adanya kelainan pelvis, misalnya: endometriosis, mioma uteri, stenosis
serviks, malposisi uterus atau adanya IUD dapat menyebabkan kram pada
uterus sehingga timbul rasa nyeri

c. Tanda dan Gejala pada Disminorea

1. Mual dan muntah


2. Rasa letih
3. Sakit daerah bawah pinggang
4. Perasaan cemas dan tegang
5. Pusing dan bingung
6. Diare
7. Sakit kepala
d. Pohon Masalah
e. Pemeriksaan Penunjang

1. Ultrasonografi untuk mencari tahu apakah terdapat kelainan dalam anatomi


Rahim, misal posisi, ukuran, dan luas ruangan Rahim.

2. Histerosalphingographi, untuk mencari tahu apakah terdapat kelainan dalam


rongga rahim, seperti polipendometrium, mioma submukosa, atau adenomiosis.

3. Hestroscopy, untuk membuat gambar dalam rongga rahim, seperti polip atau
tumor lain.

4. Laparoscopy, untuk melihat kemungkinan adanya endometriosis, dan penyakit-


penyakit lain dalam rongga panggul.

f. Penatalaksanaan

1. Secara umum olah raga dan latihan peragangan otot-otot dan ligament sekitar
rongga panggul, agar aliran darah dirongga panggul lancar. Selain itu, dengan
berolah raga perlu di atasi, misalnya dengan kebiasaan makan berserat. Bila perlu
sekali-sekali boleh diberi obat pencahar. Penderita dianjurkan tetap melakukan
aktivitasnya sehari-hari. Pemberian obat-obat anti sakit.

2. Secara khusus kelainan-kelainan didalam rongga panggul perlu dibenahi,


misalnya lubang salurang leher rahim yang terlalu sempit bisa dilebarkan, posis
rahim yang tidak normal dibenarkan menggunakan alat yang disebut pessarium.
Setelah posisi rahim benar dan kelihatannya disminore menjadi berkurang/hilang
kemudian dilanjutkan dengan penegangan ligament rahim. Penyakit radang di
daerah rongga panggul memerlukan obat-obatan anti biotik atau
penyinaran/pemanasan daerah panggul.

3. Pengobatan secara umum yaitu;


a) Obat-obatan analgesic sebaiknya bukan dari golongan narkotik seperti
morpin dan codein.
b) Obat-obatan tecolotic, yaitu obat-obatan untuk mengurangi kontraksi otot
rahim, dan memperlancar aliran darah ke dalam rongga panggul, khususnya
Rahim.
c) Pengobatan hormonal berupa obat-obatan KB yang kombinasi untuk
menghambat terjadinya pelepasan telur dari kelenjar ovarium.
d) Obat-obat menghambat pengeluaran hormone prostaglandin, seperti jeni I,
aspirin, indometchine, asam mefenamat.
e) Operasi seperti curet, dan operasi pemotongan saraf daerah pinggul.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1) Pengkajian Keperawatan

1. Keluhan utama
Nyeri perut saat haid klien dengan disminore.
2. Riwayat penyakit sekarang
a. Mual dan Muntah
b. Pusing
c. Kelelahan
d. Nyeri yang menjalar dari bawah perut sampai punggung belakang (PQRST)
3. Riwayat penyakit dahulu
a. Pernah hamil atau belum pernah hamil
b. Pernah melakukan oprasi atau pembedahan,DM dll.
c. Riwayat obstetric
4. Riwayat abortus
5. Riwayat siklus haid
a. Apakah haid teratur
b. Siklus berapa lama
c. Apakah ada masalah dengan haid
d. HPHT
6. Riwayat kehamilan
a. Hamil berapa kali
b. Ada masalah dalam kehamilan
7. Riwayat KB
a. Jenis kontrasepsi yang pernah digunakan.
b. Masalah dengan cara tersebut
c. Jenis kontrasepsi yang telah digunakan setelah persalinan
8. Riwayat psikososial
a. Keadaan yang menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehari-hari klien.
b. Pendapat klien terhadap penyakit saat ini
c. Perubahan yang timbul saat haid
9. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
a. Tekanan darah: 110/70-130/90 mmHg
b. Respiratori: 16-24x/mnit
c. BB
d. Kesadaran
e. Nadi:76-92x/menit
f. Suhu:36-37x/menit
g. TB
h. Mata
- Konjungtiva pucat pada perdarahan banyak (anemis).
i. Dada
- Mammae pada penderita disminore tegang dan nyeri.
j. Respiratori
- Jalan nafas
k. Abdomen
- Nodul/pembesaran timbulnya mioma
l. Genitalia.
- Perinium
m. Vesika urinaria
n. Extrimitas (Integumen)
o. Turgor kulit (CRT)
a. Warna kulit
b. Kesulitan dalam pergerakan.
2. Data penunjang
a) Lab (Urine,Hb)
b) USG

2) Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis, inflamasi,
iskemia, neoplasma)
b. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis anemia
3) Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi

1 Nyeri akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri


berhubungan dengan Setelah dilakukan Observesi :
agen pencedera tindakan selama ... x 24 a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
fisiologis (mis, jam, maka tingkat nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
inflamasi, iskemia, menurun dengan kriteria b. Identifikasi skala nyeri
neoplasma) hasil : c. Identifikasi faktor yang memperberat
1. Keluhan nyeri dan memperingan nyeri
menurun Terapeutik:
2. Meringis menurun a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
3. Menurunnya tekanan mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
pada perineum hipnosis, akupresure, terapi musik,
4. Tidak gelisah biofeedback, terapi pijak, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
b. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
c. Pertimbangan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
d. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

Pemberian Analgesik
Observasi:
a. Identifikasi karakteristik nyeri (mis.
Pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
b. Identifikasi riwayat alergi obat
c. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
d. Monitor efektivitas analgesik
Terapeutik :
a. Tetapkan target efektivitas analgesik
untuk mengoptimalkan respon pasien
b. Dokumentasikan respon terhadap efek
analgesik dan efek yang tidak
diinginkan
Edukasi :
a. Jelaskan efek terapi dan efek samping
obat
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesik, sesuai indikasi

2 Keletihan Tingkat Keletihan Edukasi Aktivitas/Istirahat


berhubungan dengan Setelah dilakukan Observasi :
kondisi fisiologis tindakan dalam waktu ... a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
anemia x 24 jam, maka tingkat menerima informasi
keletihan menurun Terapeutik :
dengan kriteria hasil : a. Sediakan materi dan media pengaturan
1. Tenaga meningkat aktivitas dan istirahat
2. Kemampuan b. Jadwalkan pemberian pendidikan
melakukan aktivitas kesehatam sesuai kesepakatan
meningkat Edukasi :
3. Menurunnya lesu a. Jelaskan pentingnya melakukan
4. Pola istirahat aktivitas fisik atau olahraga secara rutin
membaik b. Anjurkan menyusun jadwal aktivitas
dan istirahat
c. Ajarkan cara mengidentifikasi
kebutuhan istirahat (mis. kelelahan,
sesak nafas saat aktivitas)
d. Ajarkan cara mengidentifikasi target
dan jenis aktivitas sesuai kemampuan

Manajemen Energi
Observasi :
a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
b. Monitor pola dan jam tidur
Terapeutik:
a. Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
b. Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
Edukasi:
a. Anjurkan tirah baring
b. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
c. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi:
a. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan

4.) IMPLEMENTASI
Lakukan sesuai intervensi

5.) EVALUASI
Dx Evaluasi Hasil
Nyeri akut S: Pasien mengatakan nyeri berkurang
berhubungan dengan O: Pasien tampak tidak meringis dan tidak gelisah,
agen pencedera tekanan pada perineum berkurang.
fisiologis (mis, A: Masalah teratasi
inflamasi, iskemia, P: Pertahankan intervensi
neoplasma)

Keletihan S: Pasien mengatakan pola istirahat membaik dan


berhubungan dengan sudah tidak mengalami lesu
kondisi fisiologis
O: Pasien tampak bertenaga, pasien tampak melakukan
anemia

aktivitas dengan baik

A: Masalah teratasi

P: Pertahankan intervensi

Anda mungkin juga menyukai