Anda di halaman 1dari 11

NAMA : Mega Puspita

NIM : 1035191045

UNIVERSITAS MH. THAMRIN

LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTEK LABORATORIUM KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS/POSTPARTUM
(Tanggal....................s.d....................)

1. Konsep Dasar Post Partum


A. Definisi Post Partum
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke
keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010).

B. Perubahan Fisiologis/Psikologis
1) Adaptasi Fisiologi
a. Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan,
uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus
dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di
atas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam.
Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di
pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis.

1
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum
hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah
melahirkan dan 350 gr 2 minggu setelah lahir. Satu minggu setelah
melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam,
beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen dan progesteron
bertabggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil.
Pada masa pasca partum penurunan kadar hormon menyebapkan
terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi
yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa
hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar
setelah hamil.
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap
penurunan volume intrauterin yang sangat besar. homeostasis
pasca partum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah
intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan
bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh
darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca
partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi
tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan
oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera
setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya,
dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir
karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.
2) Adaptasi psikologis
a. Fase taking in / ketergantungan Fase ini dimuai hari pertama dan
hari kedua setelah melahirkan dimana ibu membutuhkan
perlindungandan pelayanan.

2
b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini
dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada
minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk
menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru.
Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu
muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan
fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik.
c. Fase letting go / saling ketergantungan Dimulai sekitar minggu
kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga telah
menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasian
telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan
hubungan seksualnya telah dilakukan kembali.

C. Masalah yang muncul pada Ibu Post Partum


Masalah masa postpartum, Murtiningsih (2012) menyatakan bahwa banyak hal
yang dapat menyebabkan postpartum blues antara lain :
a. Kesepian yang dirasakan oleh ibu yang baru melahirkan.
b. Kesiapan seorang ibu baik secara fisik maupun mental.
c. Rasa sakit setelah melahirkan terlebih lagi jika proses melahirkan dengan cara
di vacum atau operasi Caesar
d. Pengaruh hormonal, ketika hamil dan setelah melahirkan, seorang wanita
pasti mengalami perubahan hormon dalam tubuhnya.
e. Berbeda persepsi dengan orang-orang terdekat
f. Anak yang rewel juga dapat membuat ibu menjadi sedih, bingung, perasaan
tak menentu.
g. Takut melakukan hubungan suami istri, rasa sakit setelah melahirkan
membuat ibu sulit menerima suaminya, terlebih ketika sudah membicarakan
tentang hubungan suami istri.
Berdasarkan uraian di atas, faktor yang mempengaruhi postpartum blues
adalah pengaruh hormonal, kesiapan seorang ibu baik fisik maupun mental,

3
proses kelahiran operasi caesar, berbeda persepsi dengan orang-orang
terdekat dan anak rewel.

D. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah


Para ibu primipara yang mengalami postpartum blues sesungguhnya
membutuhkan penanganan yang serius, membutuhkan dukungan psikologis,
membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka
dari situasi yang menakutkan, serta membutuhkan dukungan dari suami dan
keluarga agar mereka mampu menata kembali kegiatan rutin sehari-hari. Jika
kondisi postpartum blues tidak disikapi dengan benar, bisa berpengaruh pada
hubungan ibu dengan bayinya, bahkan juga anggota keluarga yang lain (Restyana
dan Adiesty, 2014).

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1) Biodata klien
Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku,
Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan,
Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
2) Keluhan utama
Hal-hal yang dikeluhkan saat ini dan alasan meminta pertolongan.
3) Riwayat obstetric
a. Riwayat kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, Hasil Laboratorium :
USG, Darah, Urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi
emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan
pengobatan yang diperoleh.
b. Riwayat persalinan
 Riwayat persalinan lalu : Jumlah Gravida, jumlah partal,
dan jumlah abortus, umur kehamilan saat bersalin, jenis

4
persalinan, penolong persalinan, BB bayi, kelainan fisik,
kondisi anak saat ini.
 Riwayat nifas pada persalinan lalu : Pernah mengalami
demam, keadaan lochia, kondisi perdarahan selama nifas,
tingkat aktifitas setelah melahirkan, keadaan perineal,
abdominal, nyeri pada payudara, kesulitan eliminasi,
keberhasilan pemberian ASI, respon dan support keluarga.
 Riwayat persalinan saat ini : Kapan mulai timbulnya his,
pembukaan, bloody show, kondisi ketuban, lama
persalinan, dengan episiotomi atau tidak, kondisi perineum
dan jaringan sekitar vagina, dilakukan anastesi atau tidak,
panjang tali pusat, lama pengeluaran placenta, kelengkapan
placenta, jumlah perdarahan.
 Riwayat New Born : apakah bayi lahir spontan atau dengan
induksi/tindakan khusus, kondisi bayi saat lahir (langsung
menangis atau tidak), apakah membutuhkan resusitasi, nilai
APGAR skor, Jenis kelamin Bayi, BB, panjang badan,
kelainan kongnital, apakah dilakukan bonding attatchment
secara dini dengan ibunya, apakah langsung diberikan ASI
atau susu formula.
4) Riwayat KB & perencanaan keluarga
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis
kontrasepsi yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan
datang atau rencana penambahan anggota keluarga dimasa mendatang.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara
genetic, menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang
pernah diderita oleh keluarga.
6) Profil keluarga

5
Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat, sibling,
type rumah, community seeting, penghasilan keluarga, hubungan social
dan keterlibatan dalam kegiatan masyarakat.

7) Kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi : pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis
makanan (Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), freguensi,
konsumsi snack (makanan ringan), nafsu makan, pola minum,
jumlah, freguensi,.
b. Pola istirahat dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa
tidak nyaman yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut,
lampu atau remang-remang atau gelap, apakah mudah terganggu
dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum).
c. Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan,
adakah inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin),
hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau
retensi urine karena rasa talut luka episiotomi, apakah perlu
bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi, konsistensi, rasa takut
BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet.
d. Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi,
penggunaan pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian,
tatarias rambut dan wajah.
e. Aktifitas : Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah
melahirkan, kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi,
kemampuan bekerja dan menyusui.
f. Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan,
kegiatan yang membuat fresh dan relaks.

8) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
b. BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung
bradi cardy, suhu 36,2-38, Respirasi 16-24)

6
c. Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut,
Fungsi pengecapan; pendengaran, dan leher.
d. Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan
areola dan puting susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau
pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi laktasi/kolostrum.
Perabaan pembesaran kelenjar getah bening diketiak.
e. Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus
rectus abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi,
striae. Tinggi fundus uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy),
lokasi, kontraksi uterus, nyeri, perabaan distensi blas.
f. Anogenital : Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang
vagina (licin, kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang.
Perineum : Keadaan luka episiotomy, echimosis, edema,
kemerahan, eritema, drainage. Lochia (warna, jumlah, bau, bekuan
darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra, 4-10 hr serosa, > 10 hr alba),
Anus : hemoroid dan trombosis pada anus.
g. Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila
dipalpasi, kekuatan otot.

B. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri (akut)/ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,
edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
2) Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan
tubuh.
3) Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman
sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur karakteristik
fisik payudara ibu.
4) Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan biokimia, fungsi
regulator (misal hipotensi ortostatik, terjadinya HKK atau eklamsia); efek
anestesia; tromboembolisme; profil darah abnormal (anemia, sensivitas
rubella,inkompabilitas Rh).

7
5) Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan
kulit, penurunan Hb prosedur invasive dan /atau peningkatan peningkatan
lingkungan, rupture ketuban lama, mal nutrisi.

C. Intervensi dan Rasional


Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Ketidakefektifan Tujuan : setelah dilakukan demostrasi 1) Kaji pengetahuan dan pengalaman
menyusui berhubungan tentang perawatan payudara diharapkan klien tentang menyusui
dengan tingkat tingkat pengetahuan ibu bertambah. sebelumnya. Tentukan system
pengetahuan, Kriteria hasil : mengungkapkan pendukung yang tersedia pada
pengalaman pemahaman tentang proses menyusui, klien, dan sikap pasangan/keluarga.
sebelumnya, usia mendemonstrasikan tehnik efektif dari 2) Berikan informasi, verbal dan
gestasi bayi, tingkat menyusui, menunjukan kepuasan tertulis, mengenai fisiologis dan
dukungan, struktur regimen menyusui satu sama lain, keuntungan menyusui, perawatan
karakteristik fisik dengan bayi dipuaskan setelah menyusui. putting dan payudara, kenutuhan
payudara ibu. diet khusus, dan factor – factor
yang memudahkan atau
mengganggu keberhasilan
menyusui.
3) Demostrasikan dan tinjauan ulang
tehnik – tehnik menyusui.
Perhatikan posisi bayi selama
menyusui dan lama menyusui.
4) Kaji putting klien; anjurkan klien
melihat putting setiap habis
menyusui.
5) Anjurkan klien untuk
mengeringkan putting dengan
udara selama 20 – 30 menit setelah
menyusui.
6) Instruksikan klien untuk

8
menghindari pengunaan putting
kecuali secara khusus diindikasi.
7) Berikan pelindung putting
payudara khusus untuk klien
menyusui dengan putting masuk
atau datar.
8) Rujuk klien pada kelompok
pendukung; misal posyandu.

Gangguan pemenuhan Tujuan: Pemenuhan ADL terpenuhi. 1) Kaji tingkat kemampuan pasien
kebutuhan ADL Kriteria hasil : Klien dapat memenuhi dalam memenuhi kebutuhannya
berhubungan dengan kebutuhannya (mandi, makan, dan 2) Bantu klien dalam memenuhi
kelemahan fisik. minum). kebutuhannya.
3) Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan
klien.
4) Libatkan keluarga dalam memenuhi
kebutuhannya

Resiko tinggi terhadap Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1) Tinjau ulang kadar hemoglobin (Hb)
cidera berhubungan keperawatan diharapkan resiko cidera darah dan kehilangan darah pada
dengan biokimia, teratasi. waktu melahirkan. Catat tanda – tanda
fungsi regulator (misal Kriteria hasil : mendemonstrasikan anemia.
hipotensi ortostatik, perilaku untuk menurunkan faktor – 2) Anjurkan ambulasi dan latihan dini
terjadinya HKK atau faktor risiko / melindungi diri dan bebas kecuali pada klien yang mendapatkan
eklamsia), efek dari komplikasi. anesthesia subaraknoid, yang
anestesia, mungkin yetap berbaring selama 6 – 8
tromboembolisme, jam, tanpa penggunaan bantal atau
profil darah abnormal meninggikan kepala. Bantu klien
(anemia, sensivitas dengan ambulasi awal.
rubella, inkompabilitas 3) Berikan supervise yang adekuat pada
Rh). mandi shower atau rendam duduk.

9
Berikan bel pemanggil dalam
jangkauan klien.
4) Berikan klien terhadap hiperrefleksia,
nyeri kuadran kanan atas (KKaA ,
sakit kepala, atau gangguan
penglihatan.
5) Catat efek – efek magnesium sulfat
(MgSO4), bila diberikan, kaji respon
patella dan pantau status pernapasan.
6) Inspeksi ekstremitas bawah terhadap
tanda – tanda tromboflebitis,
perhatikan ada atau tidaknya tanda
human.
7) Berikan kompres panas local;
tingkatkan tirah baring dengan
meninggikan tungkai yang sakit.
8) Berikan kaus kaki penyokong atau
balutan elastic untuk kaki bila risiko –
risiko atau gejala-gejala flebitis
terjadi.
9) Berikan antikoagulasi; evaluasi factor
– factor koagulasi, dan perhatikan
tanda – tanda kegagalan pembekuan.

D. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan 2 cara yaitu evaluasi formatif dan sumatif.
a. Evaluasi formatif : evaluasi yang dilakukan berdasarkan respon pasien
terhadap tindakan yang dilakukan.
b. Evaluasi sumatif : evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui secara
keseluruhan apakah tujuan tercapai atau tidak

10
3. Sumber Pustaka
Bobak. (2012). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Murtiningsih, Afin. 2012. Mengenal Baby Blues dan Pencegahannya. Jakarta: Dunia
Sehat.

https://www.academia.edu/17483404/LP_POST_PARTUM_Spontan (diakses pada


tanggal 22 Desember, 2018)

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-norhimawat-6281-2-babii.pdf
(diakses pada tanggal 22 Desember, 2018)

11

Anda mungkin juga menyukai