Anda di halaman 1dari 117

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN YANG MENGALAMI SKIZOFRENIA


DENGAN ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT KHUSUS
DAERAH DUREN SAWIT
JAKARTA TIMUR

KARYA TULIS ILMIAH

DISUSUN OLEH :
SYAFRIDA AULIA NISSA
NIM : 1030161057

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH THAMRIN
JAKARTA
Mei , 2019

i
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN YANG MENGALAMI SKIZOFRENIA
DENGAN ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT KHUSUS
DAERAH DUREN SAWIT
JAKARTA TIMUR

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan
(A.Md.Kep) pada Program Studi D III Keperawatan Fakultas Kesehatan
Universitas MH. Thamrin

DISUSUN OLEH :
SYAFRIDA AULIA NISSA
NIM : 1030161057

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH THAMRIN
JAKARTA
Mei , 2019
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini;

NAMA ; Syafrida Aulia Nissa


NIM ; 1030161057
Program studi ; DIII Keperawatan
Institusi ; Universitas MH. Thamrin

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis ini
adalah benar-benar bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang
lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis ilmiah ini hasil
plagiat maka saya akan menerima sanksi atas perbuatan tersebut

......................,.........................20...

Mengetahui Pembuat pernyataan


Pembimbing utama

(Ns.Dwinara Febrianti, M.Kep.,Sp.Kep.J) (Syafrida Aulia Nissa)


LEMBAR PERSETUJUAN

Karya tulis ilmiah ini telah diperiksa oleh pembimbing dan disetujui untuk
dipertahankan dihadapan tim penguji KTI program studi D-III keperawatan
fakultas kesehatan universitas MH.Thamrin

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN YANG MENGALAMI SKIZOFRENIA


DENGAN ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT KHUSUS
DAERAH DUREN SAWIT
JAKARTA TIMUR

Jakarta, Mei 2019

Mengetahui
Pembimbing Utama

(Ns.Dwinara Febrianti, M.Kep.,Sp.Kep.J)

Mengetahui
Ketua Program Studi DIII Keperawatan

(Atikah Pustikasari, SKM, MKM)


LEMBAR PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah ini diajukan oleh:


Nama : Syafrida Aulia Nissa
NIM : 1030161057
Program studi : DIII Keperawatan Universitas MH.Thamrin
Judul KTI : Asuhan Keperawatan Pasien Yang Mengalami Skizofrenia
dengan Isolasi Sosial

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Tim penguji KTI program studi D III
keperawatan dan telah dilakukan revisi hasil sidang KTI

TIM PENGUJI

ketua penguji : ......................................................... (.....................)

Anggota penguji I : ......................................................... (....................)

Anggota penguji II : ......................................................... (....................)

Diterapkan di :
Tanggal
KATA PENGANTAR

Hanya kepada Allah SWT penulis panjatkan puji syukur setinggi-


tingginya, dia telah memberikan rahmat dan hidayah kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Yang Mengalami Skizofrenia dengan Isolasi Sosial Di
RSKD Duren Sawit Jakarta Timur”, Karya tulis ilmiah ini di susun untuk
memenuhi salah satu persyaratan dalam rangka Ujian Akhir Program Diploma III
Keperawatan Universitas MH. Thamrin Jakarta Timur.
Dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak
mendapatkan kesukaran baik mengenai bahan yang diperlukan maupun dalam
bentuk penulisan. Namun berkat bimbingan, arahan, dukungan, dan partisipasi
dari berbagai pihak serta ditunjang oleh usaha dan rasa tanggung jawab,
alhamdullilah Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat penulis selesaikan.
Selama penyelesaian Proposal Karya Tulis Ilmiah ini banyak pihak yang
telah membantu dan selalu memberikan arahan, bimbingan, serta doa kepada
penulis. Maka, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo,S.K.M,M.Com selaku Rektor Universitas
MH. Thamrin Jakarta
2. Prof.Dr. Kusharisupeni, M.Sc, selaku dekan fakultas Kesehatan Universitas
MH.Thamrin Jakarta
3. Dr. Julinda Napitulu, mars, selaku Direktur Rumah Sakit Khusus Daerah
Duren Sawit Jakarta Timur.
4. Atikah Pustikasari, SKM. MKM, selaku Ketua Program Studi Diploma III
Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin Jakarta
5. Ns. Dwinara Febrianti,M.Kep. Sp.Kep.J selaku Pembimbing Utama atas
ilmu, waktu, kesabaran dan saran dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Hidayat Turochman,SKM, MA, selaku Pembimbing Pendamping atas ilmu,
waktu, kesabaran dan saran dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Ns. Riris Oktryna ,M.Kep. Sp.Kep.J selaku Pembimbing pendamping atas
ilmu, waktu, kesabaran dan saran dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Bapak dan Ibu dosen beserta staf program study DIII Keperawatan Fakultas
Kesehatan Universitas MH. Thamrin yang telah memberikan bekal ilmu
untuk penulis.
9. Kedua orang tuaku tercinta, ayah dan ibu yang telah memberikan doa,
nasihat, dan dorongan baik moril maupun materil sehingga selesai
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Kepada Muhammad Yusril yang telah memberikan motivasi dan support
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
11. Kepada sahabat saya Siti Fatimah dan Rizki putri, Darussalam , Sohaenita
yang telah memberikan semangat dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
12. All Crew DIII Keperawatan 2018-2019, yang telah banyak membantu dan
telah memberikan motivasi, semangat baik penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
sampai selesai yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak, sehingga hasil dari penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dari
profesi keperawatan.

Jakarta, Januari 2018

Penulis
DAFTAR ISI

COVER LUAR
COVER DALAM ......................................................................................... i
LEMBAR KEASLIAN KARYA TULIS ..................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
ABSTRAK ................................................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah........................................................................ 7
1.3 Rumusan Masalah..................................................................... 8
1.4 Tujuan Penulisan ...................................................................... 8
1.4.1 Tujuan Umum ................................................................. 8
1.4.2 Tujuan Khusus................................................................. 8
1.5 Manfaat Penulisan..................................................................... 9
1.5.1 Manfaat Teoritis............................................................... 9
1.5.2 Manfaat Praktis ............................................................... 9
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Skizofrenia......................................................... 11
2.1.1 Definisi Skizofrenia ........................................................ 11
2.1.2 Etiologi ........................................................................... 11
2.1.3 Tanda dan Gejala ............................................................ 13
2.1.4 Jenis-jenis Skizofrenia .................................................... 15
2.1.5 Kriteria Diagostik Skizofrenia......................................... 16
2.1.6 Penatalaksanaan .............................................................. 17
2.2 Konsep Isolasi Sosial................................................................ 19
2.2.1 Definisi Isolasi Sosial ..................................................... 19
2.2.2 Etiologi............................................................................ 19
2.2.3 Tanda dan Gejala............................................................. 21
2.2.4 Rentang Respon............................................................... 22
2.2.5 Mekanisme koping........................................................... 24
2.2.6 Komplikasi ...................................................................... 24
2.3 Konsep asuhan keperawatan..................................................... 24
2.3.1 Pengkajian ....................................................................... 24
2.3.2 Faktor Predisposisi.......................................................... 25
2.3.3 Aspek fisik / biologis....................................................... 25
2.3.4 Aspek Psikososial............................................................ 25
2.3.5 Status Mental................................................................... 27
2.3.6 Kebutuhan persiapan pulang............................................ 27
2.3.7 Mekanisme Koping.......................................................... 27
2.3.8 Aspek Medik.................................................................... 27
2.3.9 Mekanisme Koping.......................................................... 28
2.3.10 Masalah Psikososial dan Lingkungan........................... 28
2.3.11 Diagnosa Keperawatan................................................. 28
2.3.12 Intervensi ..................................................................... 29
2.3.13 Implementasi................................................................. 33
2.3.14 Evaluasi ........................................................................ 34
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian....................................................................... 35
3.2 Batasan Istilah........................................................................... 35
3.3 Partisipan................................................................................... 36
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................... 37
3.5 Pengumpulan Data.................................................................... 37
3.5.1 Wawancara...................................................................... 37
3.5.2 Observasi Perilaku Dan Pemeriksaan Fisik Pada
Tubuh Pasien................................................................... 37
3.6 Studi Dokumentasi.................................................................... 37
3.7 Analisis Data............................................................................. 38
3.7.1 Pengumpulan data............................................................ 38
3.7.2 Mereduksi data................................................................. 38
3.7.3 Penyajian data.................................................................. 39
3.7.4 Etik Penelitian ................................................................. 39
3.8 Uji Keabsahan Data................................................................... 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ......................................................................................... 42
4.1.1 Gambaran lokasi pengambilan data................................. 42
4.1.2 Pengkajian ....................................................................... 43
4.1.3 Analisa data..................................................................... 51
4.1.4 Pohon Diagnosa............................................................... 53
4.1.5 Diagnosa Keperawatan ................................................... 54
4.1.6 Intervensi ........................................................................ 56
4.1.7 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan....................... 59
4.2 Pembahasan................................................................................ 71
4.2.1 Pengkajian ....................................................................... 71
4.2.2 Diagnosa Keperawatan ................................................... 76
4.2.3 Intervensi Keperawatan .................................................. 78
4.2.4 Implementasi Keperawatan ............................................ 79
4.2.5 Evaluasi Keperawatan .................................................... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 82
5.1.1 Pengkajian ....................................................................... 82
5.1.2 Diagnosis......................................................................... 83
5.1.3 Intervensi ...................................................................... 83
5.1.4 Implementasi .................................................................. 83
5.1.5 Evaluasi ........................................................................... 83
5.2 Saran ........................................................................................ 84

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Identitas Pasien.......................................................................... 43


Tabel 4.2 Alasan Masuk............................................................................ 43
Tabel 4.3 Faktor Predisposisi ................................................................... 43
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik..................................................................... 44
Tabel 4.5 Psikososial ................................................................................ 46
Tabel 4.6 status mental.............................................................................. 47
Tabel 4.7 Kebutuhan Persiapan Pulang..................................................... 49
Tabel 4.8 Mekanisme Koping................................................................... 50
Tabel 4.9 Masalah Psikososial dan Lingkungan....................................... 50
Tabel 4.10 Pengetahuan Kurang Tentang................................................... 51
Tabel 4.11 Aspek Medik............................................................................. 51
Tabel 4.12 Analisa Data.............................................................................. 51
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Genogram Pasien 1 Tn. C......................................................... 44


Gambar 4.2 Genogram Pasien 2 Tn. F.......................................................... 45
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian


Lampiran 2 Informed Consent
Lampiran 3 Lembar Konsultasi
ABSTRAK

Latar belakang Isolasi Sosial adalah keadaan dimana seseorang individu


mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya. Masalah keperawatan dengan isolasi sosial jika tidak
segera diatasi akan menyebabkan kurangnya keinginan melakukan kegiatan
sehari-hari, dan kurangnya minat untuk melakukan hubungan sosial. Tujuan
penelitian adalah melakukan asuhan keperawatan klien yang mengalami isolasi
sosial dengan diagnosa skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Duren Sawit Jakarta
Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan melakukan
asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnose, intervensi, implmentasi, dan
evaluasi. Subyek penelitian memfokuskan pada penerapan strategi pelaksanaan
(SP) pada 2 klien yang mengalami skizofrenia dengan masalah keperawatan
Isolasi Sosial di Rumah Sakit Jiwa Duren Sawit Jakarta Timur. Hasil dari
penelitian kepada 2 klien isolasi sosial selama diberikan tindakan keperawatan
menggunakan strategi pelaksanaan (SP), terdapat perbedaan antara klien 1 dan
klien 2, perkembangan klien 1 lebih cepat dibandingkan dengan klien 2. Dengan
evaluasi klien mau bergaul, klien mampu menyebutkan penyebab isolasi sosial,
mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang
lain.Kesimpulan dari penanganan isolasi sosial yang tepat dapat mencegah
terjadinya masalah penurunan isolasi sosial. Diharapkan petugas Rumah Sakit
Jiwa Duren Sawit tersebut dapat memperhatikan dan meningkatkan komunikasi
dengan keluarga klien untuk kunjungan keluarga agar memudahkan proses
penyembuhan klien.

Kata Kunci : Skizofrenia, Isolasi Sosial, Interaksi Sosial


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut World Health Organization Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi

sejahtera secara fisik, sosial dan mental yang lengkap dan tidak hanya terbebas

dari penyakit atau kecacatan, Atau dapat dikatakan bahwa individu dikatakan

sehat jiwa apabila berada daalam kondisi fisik,mental dan sosial yang terbebas

dari gangguan (penyakit) atau tidak dalam kondisi tertekan sehingga dapat

mengendalikan stress yang timbul. Sehingga memungkinkan individu untuk hidup

produktif, dan mampu melakukan hubungan sosial yang memuaskan.

(Nurhalimah, 2016 ).

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.18 Tahun

2014 adalah kondisi dimana seseorang individu tersebut menyadari kemampuan

sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu

memberikan konstribusi untuk komunitasnya. Sedangkan keadaan sehat atau sakit

mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi prilaku, yaitu bagaimana prestasi kerja

yang ditampilkan oleh individu baik proses maupun hasilnya, bagaimana

hubungan interpersonal di lingkungan dimana individu yang sehat jiwa yang dapat

menggunakan waktunya untuk hal-hal yang produktif dan positif bagi dirinya dan

bagi lingkungannya (Rasmun, 2009). Bila seseorang tidak dapat menyadari

kemampuannya sendiri dan tidak dapat mengatasi tekanan, dalam bekerja secara
prodiktif dan mampu memberikan konstribusi untuk komunitasnya. Maka

seseorang tersebut mengalami gangguan jiwa.

Gangguan jiwa menurut American phychiatric association (APA)

merupakan sindrom atau pola psikologis atau pola perilaku yang penting secara

klinis yang terjadi pada individu dan sindrom itu dihubungkan dengan adanya

distress (misalnya gejala nyeri, menyakitkan) atau disabilitas (ketidakmampuan

pada salah satu bagian dan beberapa fungsi yang penting) atau disertai dengan

peningkatan resiko yang serta bermakna untuk mati, sakit, ketidakmampuan atau

kehilangan kebebasan (Prabowo, 2014). Gangguan jiwa merupakan suatu

perubahan dan gangguan pada fungsi jiwa yang menyebabkan timbulnya

penderitaan pada individu atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial (Keliat

et al, 2016).

Salah satu bentuk dari gangguan jiwa adalah skizofrenia. Skizofrenia

merupakan suatu penyakit persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku

psikotik, pemikiran konkrit dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan

interpersonal, serta memecahkan masalah. Skizofrenia merupakan salah satu

gangguan mental yang paling melemahkan dan menakutkan. Kemampuan untuk

memecahkan dan memutuskan apa yang nyata dan apa yang tidak nyata,

terganggu atau tidak berfungsi baik pada orang yang mengalami skizofrenia.

Mereka terganggu oleh halusinasi dan delusi, dari kehilangan sentuhan dengan

realitas. Penderita skizofrenia mempunyai proses fikir yang terganggu, dimana

pikiran mereka berulang kali memainkan trik pada diri mereka, dengan

menggabungkan fantasi jadi kenyataan. Perasaan dan emosi mereka diredam,


karena mereka tidak bisa menanggapi situasi emosional. Ada beberapa jenis

skizofrenia, sesuai dengan gejala yang tampak (Diana, 2016).

Isolasi Sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang laindi

sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak terima, kesepian, dan tidak

mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain. Isolasi Sosial adalah

kesepian yang dialami oleh individu dan dirasakan saat didorong oleh keberadaan

orang lain dan sebagai pernyataan negative atau mengancam (Nanda-I,2012)

Isolasi Sosial merupakan keadaan dimana seseorang individu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

disekitarnya. Pasien dengan isolasi sosial mengalami gangguan dalam berinteraksi

dan mengalami perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih

menyukai berdiam diri, dan menghindar dari orang lain. Manusia merupakan

makhluk sosial yang tak lepas dari sebuah keadaan yang bernama interaksi dan

senantiasa melakukan hubungan dan pengaruh timbal balik dengan manusia yang

lain dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kehidupannya

(Yosep,2014)

Menurut Yosep, (2013) Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami

peningkatan yang sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia

jumlah penderita gangguan jiwa bertambah. Berdasarkan data dari WHO (World

Health Organitation) ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami

gangguan jiwa. WHO menyatakan setidaknya ada satu dari empat orang di dunia
yang mengalami masalah mental, dan masalah gangguan kesehatan jiwa yang ada

diseluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat serius.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 bahwa prevalensi

gangguan jiwa berat tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta yaitu sebesar 20,3

per 1000 penduduk. Adapun menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2013, bahwa prevalensi psikosis atau skizofrenia tertinggi adalah di DI

Yogyakarta dan Aceh (masing-masing 2,7 per 1000 penduduk) (Riskesdas, 2007;

Riskesdas, 2013)

World Health Organitation memperkirakan terdapat 450 juta jiwa diseluruh

dunia yang mengalami gangguan mental, sebagian besar dialami oleh orang

dewasa muda antara usia 18-21 tahun, hal ini dikarenakan pada usia tersebut

tingkat emosional masih belum terkontrol. Di indonesia sendiri prevalensi

penduduk yang mengalami gangguan jiwa cukup tinggi, data WHO, (2006)

mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia atau kira-kira 12-16 %

mengalami gangguan jiwa.

Berdasarkan data Departemen Kesehatan, jumlah penderita gangguan jiwa

di Indonesia mencapai 2,5 juta jiwa. (WHO, 2009) dari data yang diluncurkan

Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 (Riskesdas, 2013) oleh Pusat Komunikasi

Publik Sekretariat Jenderal Kementrian Kesehatan RI mengatakan, dari temuan di

lapangan terlihat prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan

gejala-gejala depresi dan kecemasan adalah sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke

atas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan prevelensi gangguan jiwa berat, seperti

schizophrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang.
Berdasarkan jumlah tersebut, ternyata 14,3% diantaranya atau sekitar 57.000

orang pernah atau sedang dipasung. Angka pemasungan dipedesaan adalah

sebesar 18,2% Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka diperkotaan

yaitu sekitar 10,7% (Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementrian

Kesehatan RI, 2014). Menurut WHO, sampai tahun 2011 tercatat penderita

gangguan jiwa sebesar 542.700.000 jiwa atau 8,1% dari jumlah keseluruhan

penduduk dunia yang berjumlah sekitar 6.700.000.000 jiwa sekitar 10% orang

dewasa mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Usia ini

biasanya terjadi pada dewasa muda antara usia 18-21 tahun. Menurut National

Institute of Mental Health gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara

keseluruhan dan diperkirakan akan berkembang menjadi 25% ditahun 2030

(WHO dalam Rochmawati 2013 ) data tersebut menunjukan bahwa data pertahun

di Indonesia yang mengalami gangguan jiwa selalu meningkat, Pasien yang

mengalami gangguan jiwa seringkali kurang mempedulikan perawatan diri.

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2008 menyatakan

bahwa prevalensi gangguan jiwa tertinggi di indonesia terdapat di daerah khusus

ibu kota Jakarta yaitu sebanyak 24,3%.

Keberadaan penderita skizofrenia dalam masyarakat sering dianggap

berbahaya. Seringkali penderita skizofrenia disembunyikan bahkan dikucilkan,

tidak dibawa untuk berobat ke dokter karena adanya rasa malu. Bahkan di

beberapa daerah di Indonesia penderita skizofrenia sebagian ada yang sampai

dipasung (Hawari, 2014). Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013,

mengatakan bahwa skizofrenia termasuk masalah kesehatan masyarakat yang

menjadi perhatian karena dampak dari skizofrenia bukan hanya dirasakan oleh
penderita dan keluarga tetapi juga masyakarakat serta pemerintah (Riskesdas,

2013).

Setiap individu memiliki potensi untuk terlihat dalam hubungan sosial, pada

berbagai tingkat hubungan, yaitu hubungan intim yang biasa hingga

ketergantungan, dibutuhkan individu dalam menghadapi dan mengatasi kebutuhan

dalam kehidupan sehari-hari. Individu tidak mampu memenuhi kebutuhannya

tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial. Maka dari itu, hubungan

interpersonal perlu dibina oleh setiap individu. Namun, hal tersebut akan sulit

dilakukan bagi individu yang memiliki gangguan isolasi sosial.

Menurut Carpenito, (2009) Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang

individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi

dengan orang lain di sekitarnya. Isolasi soial merupakan keadaan ketika individu

atau kelompok memiliki kebutuhan atau hasrat untuk memiliki keterlibatan

kontak dengan orang, tetapi tidak mampu membuat kontak tersebut. Gangguan

isolasi sosial dapat terjadi karena individu merasa ditolak, tidak terima, kesepian,

dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain

(Sutejo,2011).

Menarik diri merupakan percobaan menghindari interaksi dengan orang

lain, menghindari hubungan dengan orang lain ( Kusnawati, 2010). Menarik diri

adalah keadaan seorang individu yang mengalami penurunan atau bahkan sama

sekali tidk mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien merasa

ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang

berarti dengan orang lain disekitarnya ( Keliat,2008)


Peran perawat pada klien meliputi aspek promotif, preventif kuratif dan

rehabilitatif. Promotif adalah memberikan penjelasan tentang gangguan jiwa

Isolasi Sosial pada masyarakat umum, mulai dari pengertian, penyebab, tanda dan

gejala sampai dengan komplikasi yang akan terjadi bila tidak segera ditangani.

Preventif adalah memberi penjelasan cara pencegahan pasien dengan gangguan

jiwa terutama dengan pasien yang mengalami isolasi sosial yaitu peran perawat

memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa terutama dengan

Isolasi sosial secara mandiri serta memberikan obat-obatan sebagai tindakan

kolaborasi dengan dokter. Rehabilitatif peran perawat dalam memperkenalkan

pada anggota keluarga cara merawat pasien dengan gangguan jiwa terutama

dengan Isolasi Sosial di rumah. Berdasarkan yang penulis peroleh dari Rumah

Sakit Umum Duren Sawit Jakarta Timur, bekerja sama dengan kepala ruangan

dan perawat ruangan khususnya. Pasien yang mengalami gangguan jiwa

seringkali kurang memperdulikan diri, sehingga penulis tertarik untuk menyajikan

kasus Isolasi Sosial yang Mengalami Isolasi Sosial Di Ruang Belimbing Rumah

Sakit Duren Sawit Jakarta Timur sehingga penulis bertujuan untuk Melakukan

Cara berinteraksi dengan orang lain dan dapat menerapkan, mengingat kembali

Strategi Pelaksanaan yang akan dilakukan.

Asuhan Keperawatan diberikan secara komprehensip yang meliputi aspek

promotif, prefentif, kuratif dan rehabilitatif. Secara promotif perawat jiwa dapat

memberikan pendidikan kesehatan untuk menigkatkan status kesehatan, kuratif

yaitu mengatur dan memperhatikan klien untuk minum obat dan secara

rehabilitatif yaitu dokter, perawat dan peran serta keluarga agar lebih

memperhatikan perbaikan fisik, mental dan perawatan diri yang optimal.


Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menulis karya tulis

ilmiah dengan judul “Asuhan keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial di

RSKD Duren Sawit Jakarta Timur“

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan pada

pasien yang mengalami skizofrenia dengan isolasi sosial di RSKD Duren Sawit

Jakarta Timur.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada Pasien yang mengalami

skizofrenia dengan isolasi sosial di Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit

Jakarta Timur?

1.4 Tujuan Penulisan

1.4.1 Tujuan Umum

Mampu mendapatkan gambaran secara nyata dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien yang mengalami skizofrenia dengan Isolasi Sosial di

Rumah Sakit Jiwa Duren Sawit.

1.4.2 Tujuan Khusus


a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien yang mengalami skizofrenia

jiwa dengan Isolasi Sosial di RSKD Duren Sawit.

b. Membuat diagnosa keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan jiwa

dengan Isolasi Sosial di RSKD Duren Sawit.

c. Melakukan intervensi keperawatan kepada pasien yang mengalami gangguan

jiwa dengan Isolasi Sosial di RSKD Duren Sawit.

d. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan jiwa

dengan Isolasi Sosial di RSKD Duren Sawit.

e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami

gangguan jiwa dengan Isolasi Sosial di RSKD Duren Sawit.

f. Pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami

gangguan jiwa dengan Isolasi Sosial di RSKD Duren Sawit


1.5 Manfaat Penulisan

1.5.1 Manfaat Teoritis

Meningkatkan pengetahuan bagi pembaca agar dapat melakukan

pencegahan untuk diri sendiri dan orang lain disekitarnya agar tidak terkena

gangguan skizofrenia dengan isolasi social serta dapat digunakan sebagai nahab

pertimbangan dalam upaya pengembangan pengetahuan khususnya tentang

pemberian asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami skizofrenia dengan

isolasi sosial. Penulisan karya ilmiah ini juga bertujuan untuk mengetahui antara

dan kasus yang terjadi dilapangan sehingga disusunlah karya tulis ilmiah ini.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi pasien dan keluarga

Pasien dapat menerima perawatan yang maksimal dari petugas kesehatan.

Serta keluarga pasien dapat menjaga anggota keluarga yang lain supaya terhindar

dari penyakit dan meningkatkan derajat kesehatan pasien dan keluarga.

2. Bagi penulis

Menambah pengetahuan dan wawasan dalam memberikan asuhan

keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komperhensif pada

pasien yang mengalami skizofrenia dengan isolasi sosial.


3. Bagi Rumah Sakit

Lebih meningkatkan lagi mutu pelayanan agar dapat dijadikan salah satu

contoh hasil dalam melakukan tindakan keperawatan bagi pasien khususnya bagi

pasien yang mengalami skizofrenia dengan isolasi sosial.


4. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan lebih meningkat kemampuan mahasiswa dalam

mengembangkan proses pembelajaran dengan asuhan keperawatan bagi pasien

yang mengalami skizofrenia dengan isolasi sosial.


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Skizofrenia

2.1.1 Definisi Skizofrenia

Skizofrenia adalah suatu bentuk psikososial fungsional dengan gangguan

utama pada proses pikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses

pikir, afek atau emosi, kemauan dan  psikomotor disertai distorsi kenyataan,

terutama karena waham dan halusinasi, asosiasi terbagi-bagi sehingga timbul

inkoherensi (Direja, 2011).

Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan

menyebabkan timbulnya  pikiran, persepsi, emosi, gerakan, perilaku yang aneh

dan terganggu (Videbeck, 2008). Skizofrenia bisa menyerang siapa saja tanpa

memandang jenis kelamin, ras, maupun tingkat sosial ekonomi . Skizofrenia

dikarakteristikan dengan psikosis, halusinasi, delusi, disorganisasi pembicaraan

dan perilaku, afek datar, penurunan kognitif, ketidakmampuan bekerja atau

kegiatan dan hubungan sosial yang memburuk (Bustillo,2008)

2.1.2 Etiologi

Menurut Maramis (2009) teori mengenai skizofrenia yang saat ini banyak

dianut adalah sebagai berikut :


1. Genetik

Faktor genetik turut menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah

dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia dan

terutama anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri adalah

0,9-1,8 %; bagi saudara kandung 7-15%; bagi anak dengan salah satu orangtua

yang menderita skizofrenia 7-16%; bila kedua orangtua menderita skizofrenia 40-

68%; bagi kembar dua telur (heterozigot) 2- 15%; bagi kembar satu telur

(monozigot) 61-86%.

2. Neurokimia

Hipotesis dopamin Skizofrenia disebabkan oleh neuroaktifitas pada jaras

dopamin mesolimbik. Hal ini didukung oleh temuan bahwa amfetamin yang

kerjanya meningkatkan pelepasan dopamin dapat menginduksi psikosis yang

mirip skizofrenia; dan obat psikotik (terutama obat tipe tipikal/ klasik) bekerja

dengan cara memblok reseptor dopamin terutama reseptor D2. Keterlibatan

neurotransmitter lainnya seperti serotonin, noradrenalin, GABA, glutamat dan

neuropeptid lain masih terus diteliti oleh para ahli.

Hipotesis perkembangan saraf Studi autopsi dan pencitraan otak

memperlihatkan abnormalitas struktur dan morfologi otak penderita skizofrenia

antara lain berupa berat otak yang rata-rata lebih kecil 6% daripada otak normal

dan ukuran anterior-posterior yang 4% lebih pendek; pembesaran ventrikel otak

non spesifik; gangguan metabolisme di daerah frontal dan temporal; dan kelainan

susunan seluler pada struktur saraf di beberapa daerah kortex dan subkortex tanpa
adanya gliosis yang menandakan kelainan tersebut terjadi pada saat

perkembangan. Studi neuropsikologis mengungkapkan defisit di bidang atensi,

pemilihan konseptual, 12 fungsi eksekutif dan memori pada penderita skizofrenia.

Semua bukti tersebut melahirkan hipotesis perkembangan saraf yang menyatakan

bahwa perubahan patologis gangguan ini terjadi pada tahap awal kehidupan,

mungkin sekali akibat pengaruh genetik dan dimodifikasi oleh faktor maturasi dan

lingkungan.

2.1.3 Tanda dan Gejala

Secara general gejala serangan skizofrenia dibagi menjadi 3 yaitu gejala

positif, gejala negatif dan gejala kognitif Menurut Maramis (2009) yaitu :

a. Gejala positif halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak

tidak mampu menginterpretasikan dan merespons pesan atau rangsangan

yang datang. Klien skizofrenia mungkin mendengar suara-suara atau melihat

sesuatu yang sebenarnya tidak ada atau mengalami suatu sensasi yang tidak

biasa pada tubuhnya. Auditory hallucinations, gejala yang biasanya timbul

yaitu klien merasakan ada suara dari dalam dirinya. Kadang suara itu

dirasakan menyejukan hati, memberi kedamaian, tapi kadang suara itu

menyuruhnya melakukan sesuatu yang sangat berbahaya, seperti bunuh diri.

Penyesatan pikiran (delusi) adalah kepercayaan yang kuat dalam

menginterpretasikan sesuatu yang kadang berlawanan dengan kenyataan.

Misalnya penderita skizofrenia, lampu traffic di jalan raya yang berwarna

merah, kuning, hijau, dianggap sebagai suatu isyarat dari luar angkasa.
Beberapa penderita skizofrenia berubah 13 menjadi paranoid, mereka selalu

merasa sedang di amat-amati, diikuti atau hendak diserang. Kegagalan

berpikir mengarah kepada masalah dimana klien skizofrenia tidak mampu

mengatur pikirannya. Kebanyakan klien tidak mampu memahami hubungan

antara kenyataan dan logika. Ketidakmampuan dalam berpikir mengakibatkan

ketidakmampuan mengendalikan emosi dan perasaan. Hasilnya, kadang

penderita skizofrenia tertawa atau berbicara sendiri dengan keras tanpa

mempedulikan sekelilingnya. Semua itu membuat penderita skizofrenia tidak

bisa memahami siapa dirinya, tidak berpakaian, dan tidak bisa mengerti apa

itu manusia, juga tidak bisa mengerti kapan dia lahir, dimana dia berada dan

sebagainya.

b. Gejala negatif Klien skizofrenia kehilangan motivasi dan apatis yaitu

kehilangan minat dalam hidup yang membuat klien menjadi orang pemalas.

Karena klien hanya memiliki minat sedikit, mereka tidak bisa melakukan hal-

hal lain selain tidur dan makan. Perasaan yang tumpul membuat emosinya

menjadi datar. Klien skizofrenia tidak memiliki ekspresi yang baik dari raut

muka maupun gerakan tangannya, seakan-akan dia tidak memiliki emosi

apapun. Mereka mungkin bisa menerima perhatian dari orang lain tapi tidak

bisa mengekspresikan perasaan mereka. Depresi yang tidak mengenal

perasaan ingin ditolong dan berharap, selalu menjadi bagian dari 14 hidup

klien skizofrenia. Mereka tidak merasa memiliki perilaku yang menyimpang,

tidak bisa membina hubungan relasi dengan orang lain. Depresi yang

berkelanjutan akan membuat klien menarik diri dari lingkungannya dan

merasa aman bila sendirian. Dalam beberapa kasus skizofrenia sering


menyerang pada usia antara 15-30 tahun dan kebanyakan menyerang saat usia

40 tahun ke atas.

c. Gejala kognitif Permasalahan yang berhubungan dengan perhatian, tipe-tipe

ingatan tertentu dan fungsi yang memungkinkan kita untuk merencanakan

mengorganisasikan sesuatu.
2.1.4 Jenis-jenis Skizofrenia

Adapun jenis-jenis dari skizofrenia menurut Videbeck (2011) :

a. Skizofrenia paranoid

Jenis skizofrenia dimana penderitanya mengalami bayangan dan khayalan

tentang penganiayaan dan kontrol dari orang lain dan juga kesombongan yang

berdasarkan kepercayaan bahwa penderitanya itu lebih mampu dan lebih hebat

dari orang lain.

b. Skizofrenia tak teratur

Jenis skizofrenia yang sifatnya ditandai terutama oleh gangguan dan

kelainan dipikiran.halusinasi dan hayalan adalah gejala yang sering dialami orang

yang menderita skizofrenia ini.

c. Skizofkatatonia

Jenis skizofrenia ini ditandai dengan berbagai gangguan motorik, termasuk

kegembiraan ekstrim dan pingsan. Orang yang menderita bentuk sikzofrenia ini

akan menampilkan gejala negatif, postur katatonik dan fleksibilitas seperti lilin

yang bisa dipertahankan dalam waktu yang panjang.

d. Skizofrenia residual

Skizofrenia residual akan didiagnosis ketika setidaknya episode dari salah

satu empat jenis skizofrenia yang lainnya pernah terjadi. Tetapi skizofrenia ini

tidak mempunyai gejala satupun gejala positif yang menonjol.


2.1.5 Kriteria Diagostik Skizofrenia

Adapun kriteria diagnostik skizofrenia menurut Maramis (2009):

a. Gangguan isi pikiran

Delusi atau kepercayaan salah yang mendalam merupakan gangguan pikiran

yang paling umum di hubungkan dengan skizofrenia. Delusi ini mencakup delusi

rujukan, penyiksaan, kebesaran, cinta, kesalahan diri, kontrol, nihil atau doss dan

penghianatan. Delusi lain berkenan dengan kepercayaan iresional mengenai suatu

proses berfikir, seperti percaya bahwa pikiran busa disiarkan, dimasuki yang yang

lain atau hilang drai alam pikiran nya kareana paksaan dari orang lain atau objek

dari luar. Delusi somatif meliputi kepercayaan yang salah dan aneh tentang kerja

tuguh misalnya pasien skizifrenia menganggap bahwa otaknya sudah dimakn

rayap.

b. Gangguan pada bentuk pikiran, bahasa dan komunikasi

Proses berfikir dari pasien skizoofrenia dapat menjadi tidak terorganisasi

dan tidak berfungsi, kemampuan berfikir mereka menjadi kehilangan logika, cara

mereka mengekspresikan dalam pikiran dan bahasa dapat menjadi tidak dapat di

mengerti, akan sangat membingungkan jika kita berkomunikasi dengan penderita

gangguan pikiran. Contoh umum gangguan berfikir adalah inkoheren kehilangan

asosiasi, neologisms blocking dan pemakaian kata kata ynag salah.

c. Gangguan persepsi halusinasi


Halusinasi adalah simpton skizofrenia yang merupakan kesalahan dalam

persepsi yang melibatkan kelima alat indera kita walaupun halusinasi tidak begitu

terikat pada stimulus yang diluar tetapi keliatan begitu nyata bagi pasien

skizofrenia.

d. Gangguan afeksi (perasaan)

Pasien skizofrenia selalu mengekspresikan perasaan nya secara abnormal

dibandingkan dengan orang lain secara umum, perasaan itu konsisten dengan

emosi tetapi reaksi ditampilkan tidak sesuai perasaanya.

e. Gangguan psikomotor

Pasien skizofrenia kadang akan terlihat aneh dan cara yang berantakan

memakai pakaian yang aneh atau membuat mimik yang aneh atau pasien

skizofrenia akan memperlihatkan gangguan katatonik stupor (suatu keadaan

dimana pasien tidak lagi merespon stimulus dari luar, mungkin tidak mengetahui

bahwa ada orang disekitarnya), katatonik rigid (mempertahankan suatu posisi

tubuh atau tidak mengadakan gerakan) dan katatonik gerakan (selalu mengulang

suatu gerakan tubuh).

2.1.6 Penatalaksanaan

1. Psikofarmakologi

Pengobatan medis yang utama untuk skizofrenia adalah

psychopharmacology dimasa lalu, terapi yang digunakan adalah terapi

electroconvulsive, terapi kejut insulin, dan psychosurgery, tapi karena terciptanya


chlorpromazine (thorazine) pada tahun 1952, terapi lainnya tidak digunakan lagi.

Obat anti psikotik juga dikenal sebagai, diresepkan untuk keberhasilan dalam

mengurangi gejala psikotik (Videbeck, 20011)

Semakin tua, atau konvensional, obat anti psikotik merupakan antagonis

dopamin. Yang lebih barua atau antipikal, obat antipsikoti ada dua yaitu dopamin

dan serotonin antagonis. Para antipsikotik konvensional menanrgetkan tanda-

tanda skizofrenia seperti delusi, halusinasi, pikiran terganggu dan gejala psikotik

lainnya, tetapi tidak memilik efek pada tanda-tanda negatif. Para antipsikotik

antipikal tidak hanya mengurangi gejala positif tetapi juga mengurangi tanda-

tanda negatif kurang nya kemauan dan motivasi, penarikan sosial dan anhedonia

(Videbeck, 2001).

2. Pengobatan Psikososial

Selain pengobatan farmakologis, banyak mode lain dari pengobatan untuk

membantu orang dengan skizofrenia. Terapi individu atau kelompok, terapi

keluarga, pendidikan keluarga, dan pelatihan keterampilan sosial dapat

dikembangkan untuk klien baik rawat inap dan pengatura masyarakat. Sesi terapi

individu dan kelompok memberikan klien kesempatan untuk kontak sosial dan

berhubungan dengan orang lain. Kelompok yang fokus pada topik yang menjadi

perhatian seperti manajemen obat-obatan, penggunaan masyarakat untuk

mendukung klien, dan kehawatiran keluarga juga telah bermanfaat bagi klien

dengan skizofrenia (Pfammatter & brenner, 2006).


2.2 Konsep Isolasi Sosial

2.2.1 Definisi Isolasi Sosial

Isolasi sosial adalah keadaan ketika individu mengalami penurunan atau

bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain dan sekitarnya.

Pasien mungkin merasa ditolak,dan tidak mampu membina hubungan yang berarti

dengan orang lain. ( Keliat,dkk.2009)

Isolasi sosial merupakan pertahanan diri seseorang terhadap orang lain

maupun lingkungan yang menyebabkan kecemasan pada diri sendiri dengan cara

menarik diri secara fisik maupun psikis. Isolasi sosial adalah gangguan dalam

berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang

mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan

lingkungan. Isolasi sosial merupakan upaya mengindari komunikasi dengan orang

lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidakmempunyai kesempatan

untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan (Rusdi,2013).

2.2.2 Etiologi

Menurut Pusdiklatnakes (2012) kegagalan-kegagalan yang terjadi sepanjang

daur kehidupan dapat mengakibatkan perilaku menarik diri:

1. Faktor Predisposisi

a. Faktor Biologis
Adanya faktor herediter yang mengalami gangguan jiwa,adanya resiko,

riwayat penyakit trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA.

b. Faktor Psikologis

Ditemukan pengalaman negatif klien terhadap gambaran diri, tidak jelasnya

atau berlebihnya peran yang dimiliki, kegagalan dalam mencapai harapan atau

cita-cita, krisis identitas dan kurangnya penghargaan baik dari diri sendiri maupun

lingkungan,yang dapat menyebabkan gangguan dalam berinteraksi dengan orang

lain,dan akhirnya menjadi masalah isolasi sosial.

c. Faktor Sosial Budaya

Pada klien isolasi sosial biasanya ditemukan dari kalangan ekonomi rendah,

riwayat penolakan lingkungan pada usia perkembangan anak, tingkat pendidikan

rendah dan kegagalan dalam berhubungan sosial.

2. Faktor Presipitasi

Biasanya ditemukan riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis,atau

kelaianan struktur otak,kekerasan dalam keluarga,kegagalan dalam hidup,

kemiskinan, atau adanya tuntutan di keluarga atau masyarakat yang sering tidak

sesuai dengan klien, konflik antar masyarakat. Faktor pencetus pada umumnya

mencakup kejadian kehidupan yang penuh stress seperti kehilangan, yang

mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan

menyebabkan ansietas. Faktor pencetus dapat dikelompokkan dalam kategori :


a) Faktor sosiokultural.

Stres dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga, dan

berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat

dirumah sakit.

b) Faktor psikologik

Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan

kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat

atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan untuk ketergantungan dapat

menimbulkan ansietas tinggi.

2.2.3 Tanda dan Gejala

Menurut Pusdiklatnakes (2012) tanda dan gejala isolasi sosial dapat dinilai

dari ungkapan klien yang menunjukkan penilaian negatif tentang hubungan sosial

dan didukung dengan data observasi :

1) Data subjektif

Pasien mengungkapkan tentang :

a) Perasaan sepi

b) Perasaan tidak aman

c) Perasaan bosan dan waktu terasa lambat

d) Ketidakmampuan berkonsentrasi
e) Perasaan ditolak

2) Data objektif

a) Banyak diam

b) Tidak mau bicara

c) Menyendiri

d) Tidak mau berinteraksi

e) Tampak sedih

f) Kontak mata kurang

g) Muka datar
2.2.4 Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maldaptif

Solitud Kesepian Manipulasi

Autonom Menarik diri Impulsif

Kebersamaan Ketergantungan Nakisime

Saling ketergantungan

Keterangan rentang respon

a) Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma sosial dan

kuturaldimana individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas normal.

Adapun respon adaptif tersebut :

1) Solitude (menyendiri)

Respon yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang telah dilakukan

dilingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara mengawasi diri dan

menentukan langkah berikutnya.

2) Otonomi
Suatu kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide

pikiran.

3) Kebersamaan

Suatu keadaan dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut

mampu untuk memberi dan menerima.

4) Saling ketergantungan

Saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam hubungan

interpersonal.

b) Respon maladiptif adalah respon yang dilakukan individu dalam

menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial dan

kebudayaan suatu tempat.

Karakteristik dari perilaku maladiptif tersebut adalah

1) Menarik diri

Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak

berhubungan dengan orang lain untuk mencari ketenangan sementara

2) Manipulasi

Adalah hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap

orang lain sebagai objek dan berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan

berorientasi pada orang lain. Individu tidak dapat membina hubungan sosial

secara mendalam.
3) Ketergantungan

Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan yang

dimiliki.

4) Impulsif

Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari

pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang buruk dan

cenderung memaksakan kehendak.

5) Narkisisme

Harga diri yang rapuh,secara terus menerus berusaha mendapatkan

penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris, pencemburu dan marah jika

orang lain tidak mendukung.

2.2.5 Mekanisme koping

Individu yang mengalami respon sosial maladiptif menggunakan berbagai

mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan

dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik (gall,W Stuart2006). Koping

yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisocial antara lain proyeksi,

spliting dan merendahkan orang lain, koping yang berhubungan dengan gangguan

kepribadian ambang spliting, formasi reaksi, proyeksi, isolasi, idealisasi orang

lain, merendahkan orang lain dan identifikasi proyektif. Menurut Gall W. Stuart

(2006), sumber koping yaang berhubungan dengan respon sosial maladaptif


meliputi keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luasan teman, hubungan

dengan hewan peliharaan dan penggunaan kreatifitas untuk mengekspresikan

stress interpersonal misalnya kesenian, musik atau tulisan.

2.2.6 Komplikasi

Klien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan

tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut

menjadi resiko gangguan sensori persepsi: halusinasi, mencederai diri sendiri,

orang lain serta lingkungan dan penurunan aktifitas sehingga dapat menyebabkan

defisit perawatan diri (Dalami,2009)

2.3 Konsep asuhan keperawatan

2.3.1 Pengkajian

Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa factor

presipitasi, penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan

pengajian , tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :

a) Identitas Klien

Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama,

tangggal MRS, informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.

b) Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain)

komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar, menolak interaksi

dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari - hari, dependen.

2.3.2 Faktor Predisposisi

Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak

realistis, kegagalan / frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya; perubahan

struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi ,

kecelakaan dicerai suami, putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang

terjadi (korban perkosaan, dituduhkan, dipenjara tiba-tiba) perlakuan orang lain

yang tidak menghargai klien/ perasaan negative terhadap diri sendiri yang

berlangsung lama.

2.3.3 Aspek fisik / biologis

Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan, TB, BB) dan

keluhan fisik yang dialami oleh klien.

2.3.4 Aspek Psikososial

Genogram yang menggambarkan tiga generasi


Konsep diri

a) Citra tubuh :

Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak

menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak

penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh . Preokupasi dengan

bagian tubuh yang hilang , mengungkapkan keputusasaan, mengungkapkan

ketakutan.

b) Identitas diri

Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak

mampu mengambil keputusan .

c) Peran

Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses

menua , putus sekolah, PHK.

d) Ideal diri

Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan

keinginan yang terlalu tinggi.

e) Harga diri

Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri ,

gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai diri, dan kurang


percaya diri. Klien mempunyai gangguan/hambatan dalam melakukan hubunga

social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan,

Kelompok yang diikuti dalam masyarakat. Keyakinan klien terhadap Tuhan dan

kegiatan untuk ibadah ( spritual)

2.3.5 Status Mental

Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata, kurang

dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang mampu

berhubungan dengan orang lain, Adanya perasaan keputusasaan dan kurang

berharga dalam hidup.

2.3.6 Kebutuhan persiapan pulang.

a. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan

b. Klien mampuBAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC,

membersikan dan merapikan pakaian.

c. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi

d. Klien dapat melakukan istirahat dan tidur, dapat beraktivitas didalam dan

diluar rumah

e. Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.

2.3.7 Mekanisme Koping


Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakannya pada

orang orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri).

2.3.8 Aspek Medik

Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT,

Psikomotor, therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.


2.3.9 Mekanisme Koping

Biasanya data yang didapat melalui wawancara pada pasien/keluarga,

bagaimana cara pasien mengendalikan diri ketika menghadapi masalah koping

adaptif dan maladaptif.

2.3.10 Masalah Psikososial dan Lingkungan

Biasanya pasien dengan Isolasi Sosial memiliki masalah dengan psikososial

dan lingkungannya, seperti pasien yang tidak dapat berinteraksi dengan keluarga

atau masyarakat karena merasa takut, tidak berguna dll.

2.3.11 Pohon Diagnosis

Risiko Gangguan Persepsi Sensori

Halusinasi

hj
Isolasi Sosial
Harga Diri Rendah

2.3.12 Diagnosa Keperawatan

1. Isolasi Sosial

2. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

3. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi.

2.3.13 Intervensi

Diagnosa 1 isolasi sosial

Tujuan umum:

Klien dapat berinteraksi dengan orang lain

Tujuan khusus I :

Klien dapat membina hubungan saling percaya

Kriteria hasil :

Setelah dilakukan pertemuan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat

menunjukan tanda-tanda percaya kepada perawat dengan criteria hasil, ekspresi

wajah cerah dengan tersenyum, pasien mau berkenalan, ada kontak mata yang

baik, bersedia menceritakan perasaan nya, bersedia mengungkapkan masalah nya.

Intervensi :

a. Beri salam terapeutik


b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat ,dan tujuan perawat berkenalan .

c. Tanyakan dan panggil nama kesukaan pasien

d. Tanyakan perasaan pasien dan masalah yang dihadapi pasien

e. buat kontak interaksi yang jelas

Tujuan khusus II

Kriteria hasil :

Setelah dilakukan petermuan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat

menyebutkan penyebab menarik diri.


Intervensi :

a. mengkaji pengetahuan pasien tentang perilaku menarik diri

b. member kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan yang

menyebabkan pasien tidak mau bergaul.

c. Berikan pujian terhadap kemampuan pasien mengungkap kan perasaan

Tujuan khusus III

Kriteria hasil :

Setelah dilakukan pertemuan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat

menyebutkan keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain.

Intervensi :

a. Mengkaji pengetahuan pasien tentang keuntungan memiliki teman

b. Memberi kesempatan pasien untuk berinteraksi dengan orang lain.

c. Mendiskusikan dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang

lain.

d. Member pujian terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang

keuntungan dan kerugian apabila tidak berinteraksi dengan orang lain

Tujuan khusus IV

Kriteria hasil :

Setelah dilakukan pertemuan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat

melaksanakan interaksi sosial secara bertahap


Intervensi :

a. Mengkaji kemampuan pasien membina hubungan dengan orang lain

b. Memperagakan cara berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain

c. Mendorong pasien untuk berinteraksi dengan orang lain

d. Membantu pasien mengevaluasi keuntungan menjalin hubungan sosial

e. Mendiskusikan jadwal berasama pasien dalam mengisi waktu berinteraksi

dengan orang lain.

Diagnosa 2 Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

Tujuan umum :

Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal dan mampu

meningkatkan harga diri rendah.

Tujuan khusus I

Kriteria hasil :

Setelah dilakukan pertemuan selama 3x24 jam pasien diharapkan mampu

membina hubungan saling percaya

Intervensi :

a. Bersalaman panggil nama


b. menyebutkan nama perawat sambil berjabat tangan

c. menjelaskan maksud hubungan interaksi

d. melakukan kontak singkat tapi sering

Tujuan khusus II

Kriteria hasil :

Setelah dilakukan pertemuan selama 3x24 jam pasien diharapkan mampu

mengindentifikasi kemampuan dan aspek positif dimiliki

Intervensi :

a. mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien

b. setiap bertemu hindarkan diri member penilaian negative

c. mengutamakan memberi pujian positif

Tujuan khusus III

Kriteria hasil :

Setelah dilakukan pertemuan selama 3x24 jam diharapkan pasien mampu

menilai kemampuan yang dapat digunakan.

Intervensi :
a. mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dimiliki dapat

digunakan sebelum sakit

b. mendsikusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan nya

Tujuan khusus IV

Kriteria hasil : setelah dilakukan pertemuan selama 3x24 jam diharapkan pasien

mampu merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan dimiliki

Intervensi :

a. merencaanakan bersama pasien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari

sesuai dengan kemampuan.

b. Mengingatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi pasien

c. Member contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan


Diagnosa III Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran

Tujuan umum :

Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi

halusinasi.

Tujuan khusus I :

Kriteria hasil :

Setelah dilakukan pertemuan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat

membina hubungan saling percaya, pasien dapat mengenal halusinasi, pasien

dapat mengontrol halusinasi.

Intervensi :

a. Memperkenalkan diri dengan sopan.

b. Mendiskusikan dengan pasien situasi yang menimbulkan halusinasi.

c. Mengidentifikasi bersama pasien tindakan yang dilakukan jika terjadi

halusinasi.

d. Mendiskusikan cara lain untuk memutus halusinasi.

2.3.14 Implementasi

Implementasi adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan ke dalam

bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana


tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan,

perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai

dan dibutuhkan oleh klien saat ini (Keliat dkk, 2005).

2.3.15 Evaluasi

Menurut Rusdi (2013), dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada

setiap tahap proses keperawatan yang meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi tindakan keperawatan dan evaluasi.

Tahap akhir dalam asuhan keperawatan, melakukan observasi terhadap respon

klien mengenai tindakan keperawatan dan didokumentasikan pada catatan

keperawatan dan evaluasi dilakukan untuk menilai sejauh mana keberhasilan

tindakan yang telah dilakukan. Pada diagnosa keperawatan utama yaitu Isolasi

Sosial klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat, klien sudah

mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang, klien sudah memperaktekkan

cara berkenalan dengan dua orang, dan memasukkan ke dalam jadwal kegiatan

harian. Faktor pendukung klien kooperatif dan serta bantuan dari perawat ruangan

untuk membantu menulis dan melaksanakan evaluasi. Factor penghambat yang

penulis temukan yaitu penulis tidak dapat bertemu dengan keluarga, sehingga

intervensi pada keluarga tidak dapat dilakukan dikarenakan waktu keluarga besuk

tidak menentu,dan waktu pelaksanaan yang terbatas.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Salah satu desain penelitian yaitu studi kasus. Studi kasus merupakan

rancangan penelitian yang mencakup pengkajian suatu unit penelitian secara

intensif misalnya klien, keluarga, kelompok, komunitas, atau institusi. Meskipun

jumlah subjek cenderung sedikit namun jumlah variabel yang diteliti sangat luas.

Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui semua variabel yang

berhubungan dengan masalah penelitian (Nursalam, 2016).

Berdasarkan karya tulis ilmiah yang digunakan studi kasus, yaitu studi yang

mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami

skizofrenia dengan gangguan isolasi sosial di rumah sakit khusus daerah duren

sawit Jakarta timur dengan metode pengambilan data pemeriksaan fisik kepada
klien dan keluarga klien, observasi dan wawancara sumber data diperoleh dari

klien dan keluarga.

3.2 Batasan Istilah

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan dalam

praktik keperawatan yang langsung diberikan kepada pasien pada berbagai tatanan

pelayanan kesehatan yang dilaksanakan dengan mggunakan metodologi

pemecahan masalah melalui pendekatan proses keperawatan, berpedoman pada

standar keperawatan dilandasi etikdan etika keperawatan dalam ruang lingkup

wewenang serta tanggung jawabnya ( Dermawan, 2010).

Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa yang ditandai adanya

penyimpangan dasar dan adanya perbedaan dari pikiran, disertai dengan adanya

ekspresi emosi yang tidak wajar. Gejala skozofrenia dapat dibagi menjadi dua

kategori yaitu positif meliputi adanya waham, halusinasi, disorentasi pikiran,

bicara dan perilaku yang tidak teratur. Sedangkan gejala negatif meliputi afek

datar, tidak memiliki kemauan, menarik diri dari masyarakat atau mengisolasi diri

(Sulistyono, 2013).

Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seseorang individu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain

disekitarnya. Pasien dengan isolasi sosial mengalami gangguan dalam berinteraksi

dan mengalami perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih

menyukai berdiam diri, dan menghindar dari orang lain. Manusia merupakan

makhluk sosial yang tak lepas dari sebuah keadaan yang bernama interaksi dan
senantiasa melakukan hubungan dan pengaruh timbal balik dengan manusia yang

lain dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kehidupannya

(Yosep, 2014).

3.3 Partisipan

Subjek atau partisipan yang akan digunakan pada karya tulis ilmiah ini

adalah dua pasien dengan diagnosa medis yang sama yang mengalami skizofrenia

dengan isolasi sosial di RSKD Duren Sawit Jakarta.


3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Metode kasus pada karya tulis ilmiah ini akan dilakukan di RSKD Duren

Sawit Jakarta Timur dengan lama waktu rawat pasien minimal 3 hari yaitu dari

tanggal 28 Januari 2019 sampai tanggal 02 Februari 2019.

3.5 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam proposal karya tulis

ilmiah adalah:

3.5.1 Wawancara

Hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien, keluhan utama, riwayat

penyakit sekarang, dahulu, keluarga dan lain-lain. Sumber data dari pasien,

keluarga, perawat lainnya.

3.5.2 Observasi Perilaku Dan Pemeriksaan Fisik Pada Tubuh Pasien

Dilakukan dengan pendekatan IPPA (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)

pada sistem tubuh klien

3.5.3 Studi Dokumentasi

Dapat berupa hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain yang relevan.
3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data yang dilakukan oleh penulis pada proposal karya tulis

ilmiah ini akan dilakukan dengan :

3.6.1 Melakukan pengamatan dan melakukan tindakan selama 3 x 24 jam

3.6.2 Menggali sumber informasi tambahan dari pasien, perawat dan keluarga

pasien yang berkaitan dengan masalah yang dimiliki

3.7 Analisis Data

Analisis data akan dilakukan sejak penulis dilapangan sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data yang

dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, membandingkan dengan teori yang

ada dan selanjutnya di tuangkan dalam pembahasan. Tehnik analisis yang

digunakan dengan cara menarasikan jawaban- jawaban yang diperoleh dari hasil

interpretasi, wawancara yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah.

Tehnik analisis digunakan dengan cara observasi dan studi dokumentasi yang

menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan dan dibandingkan dengan

teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi

tersebut. Urutan dalam analisis data adalah :

3.7.1 Pengumpulan data


Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dan dokumen).

Hasil ditulis dalam bentuk catatan tangan dilapangan, kemudian disalin dalam

bentuk transkrip (catatan terstruktur).

3.7.2 Mereduksi data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan

dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data subyektif

dan obyektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian

dibandingkan dengan kenyataan.


3.7.3 Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks

naratif. Kerahasiaan dari pasien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari

pasien.

3.8 Etik Penelitian

Etika penelitian ynag mendasari penyusunan karya tulis ilmiah menurut

Notoatmodjo (2012), terdiri dari:

a. Informed Consent (persetujuan menjadi pasien)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antar peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembaran persetujuan. Informed

consent tersebut sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembaran

persetujuan dengan menjadi responden dan menandatangani oleh responden.

Sebelum pengambilan data dilakukan, peneliti memperkenalkan diri, memberi

penjelasanan tentang judul studi kasus. Deskripsi tentang tujuan pencatatan,

menjelaskan hak dan kewajiban responden. Setelah dilakukan penjelasan peneliti

melakukan persetujuan sesuai dengan responden tentang dilakukannya.

b. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjada kerahasiaan subjek penelitian, peneliti tidak mencantumkan

namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan inisial dan memberi

nomor atau kode masing-masing lembar tersebut.


c. Confidentiality (kerahasiaan)

Semua informasi yang diberikan responden kepada peneliti akan tetap

dirahasiakan.

1. Bebas dari penderitaan (partisipan ini dilaksanakan tanpa mengakibatkan

penderitaan pada subjek). Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan

penderitaan kepada subjek khususnya jika menggunakan tindakan khusus.

2. Bebas dari eksploitasi (partisipan respnden dalam penelitian tidak akan

digunakan untuk hal-hal yang dapat merugikan dalam bentuk apapun).

Partisipan subjek dalam penelitian, harus dihindari dari keadaan yang tidak

menguntungkan. Subjek hars diyakinkan bahwa partisipannya dalam

penelitian atau informasi yang telah diberikan, tidak akan dipengaruhkan

dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek dalam benetuk apapun.

3. Resiko (peneliti telah mempertimbangkan resiko dan keuntungan setiap

tindakan yang dilakukan kepada responden). Peneliti harus berhati-hati

mempertimbangkan resiko dan keuntungan yang berkaitan kepada subjek

pada setiap tindakan.

4. Right to selt determination (subjek penelitian tidak boleh dipaksa utuk

menjadi responden tanpa ada sanksi). Subjek harus diperlakukan secara

manusiawi, subjek mempunyai hak untuk memutuskan apakah mereka

bersedia menjadi subjek ataupun tidak, tanpa adanya sanksi apapun atau akan

berakibat terhadap kesembuhannya, jika jika mereka seorang pasien.


5. Right to full disclosure (subjek memiliki hak untuk mendapatkan jaminan dari

perlakuan yang diberikan). Seorang peneliti harus memberikan

penjelasansecara rinci dan bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi

pada subjek.

6. Right in fair treatment (subjek harus diperlakukan secara adil sebelum,

selama, dan setelah penelitian dilaksanakan tanpa diskriminasi walau pasien

drop out dari penelitian). Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum,

selama dan sesudah ke ikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya

diskriminasi apabila ternyata meraka tidak bersedia atau dikeliarkan dari

penelitian.

7. Right to privacy (hak untuk dijaga kerahasiaannya). Subjek mempunyai hak

untuk meminta bahwa data yang diberikan arus dirahasiakan, untuk itu perlu

adanya tanpa nama dan rahasia


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran lokasi pengambilan data

Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit, yang biasa disingkat RSKD

Duren Sawit mulai operasional secara resmi pada tanggal 19 Juni 2002 dengan

nama Rumah Sakit Duren Sawit (RSDS). Didirikan oleh Pemerintah Daerah

Provinsi DKI Jakarta sebagai Pusat Pelayanan Jiwa dan Penyalahgunaan Narkoba

dalam upaya mengoptimalkan dukungan pelayanan pasien jiwa dan narkoba di

DKI Jakarta, maka produk layanan RSKD Duren Sawit meliputi ;

1. Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu yang merupakan pelayanan terintegrasi

antara pelayanan Spesialistik Kesehatan Jiwa dengan Pelayanan Kesehatan

Spesialitik lainnya.

2. Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat dengan program promotif dan

preventif kesehatan jiwa yang berada di luar Rumah Sakit Duren Sawit.

3. Pelayanan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba sebagai program kuratif

dan rehabilitative yang dilakukan secara terintegrasi antara Layanan Spesifik

Penyakit Dalam Syaraf, Paru, Kesehatan Jiwa, THT, serta Gigi dan Mulut.

4. Pelayanan Penunjang Medik yang menunjang kegiatan pelayanan jiwa dan

narkoba neliputi Laboratorium, Radiologi, Rehabilitasi Medik, Elektromedik

dan Farmasi serta Gizi Klinik.


4.1.2 Pengkajian

1. Identitas Pasien

Tabel 4.1 Identitas Pasien


Identitas Pasien Pasien 1 Pasien 2
Nama Tn, C Tn.F
Umur 30 tahun 23 tahun
Agama Islam Katholik
Pendidikan SMA SMP
Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja
Status perkawinan Belum Menikah Belum Menikah

2. Alasan masuk

Tabel 4.2 Alasan Masuk

Pasien 1 Pasien 2

Pasien mengatakan dibawa ke RSKD Duren Sawit Karena Pasien mengatakan masuk ke RSKD Duren Sawit
ditangkap oleh petugas, klien mengatakan saat ditangkap dibawa oleh petugas panti, klien sebelumnya sudah
sedang dipantai sendiri,klien mengatakan tidak tahu orang pernah masuk ke RSKD Duren Sawit, karna tidak
tua nya dimana, dan selama masuk di RSKD Duren Sawit meminum obatnya lagi, selama dipanti klien pernah
keluarganya tidak pernah menjenguknya. berkelahi dengan temannya di panti.

3. Faktor Predisposisi

Tabel 4.3 Faktor Predisposisi

FAKTOR PREDISPOSISI KLIEN 1 KLIEN 2

1. Pernah mengalami gangguan Pasien mengatakan tidak pernah pasien mengatakan pernah
jiwa dimasa lalu mengalami gangguan jiwa di masa mengalami gangguan jiwa , dan
lalu. setelah dia berhenti minum obat
dia mengalami gangguan jiwa
kembali.

2. Pengobatan Sebelumya Tidak ada Kurang Berhasil

3. pasien mengatakan tidak pernah Pasien mengatakan pernah di pukul


a. Aniaya fisik melakukan penganiayaan fisik, atau oleh orang dipanti, tetapi dia tidak
dianiaya oleh orang lain . membalas menganiaya . pasien
merasa setelah menganiaya puas.
Karna meluapkan emosinya.

b. Aniaya Seksual pasien mengatakan tidak pernah paien tidak pernah mendapat aniaya
mendapat aniaya seksual. seksual.

c. Penolakan pasien mengatakan tidak pernah pasien mengatakan tidak pernah


mendapat aniaya seksual. mendapat aniaya seksual.

d. Kekerasan dalam Pasien mengatakan tidak pernah pasien mengatakan tidak pernah
keluarga melakukan tindak kekerasan dalam melakukan tindak kekerasan dalam
keluarga atau mendapat tindak keluarga atau mendapat tindak
kekerasan dalam keluarga. kekerasan dalam keluarga.

Masalah keperawatan Tidak ada masalah keperawatan Tidak ada masalah keperawatan

e. Tindakan kriminal Tidak Tidak

f. Penjelasan Tidak ada Tidak ada

4. Pemeriksaan Fisik

Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik

Pasien 1 Pasien 2

Tanda-tanda vital Tanda-tanda vital

TD : 120/70 mmhg TD : 110/70 mmhg


N : 81x/menit
N : 80x/menit
S : 36ᵒC
S : 36ᵒC
P : 20x/mnt
P : 20x/mnt

Ukur Ukur

TB : 170 TB :167

BB : 67 BB : 58

Jelaskan : tidak ada keluhan yang dirasakan Jelaskan : tidak ada keluhan yang dirasakan

Masalah keperawatan : tidak ada Masalah keperawatan : tidak ada


5. Psikososial

Genogram

Gambar 4.1 Genogram Pasien 1 Tn. C

Tn.
c

Keterangan :

: laki – laki

: laki – laki meninggal

: perempuan
: Perempuan meninggal

: Tinggal satu rumah

: hubungan keluarga

: hubungan pernikahan

: pasien

Jelaskan :

Pasien mengatakan anak ke 2 dari 2 bersaudara. Pola komunikasi dengan ayah,ibu

dan kakak perempuannya baik . pasien mengatakan jarang ngobrol dengan kakak

perempuannya karena pasien merasa beliau tidak peduli dengan pasien. Pasien

mengatakan lebih sering

Gambar 4.2 Genogram Pasien 2 Tn. F

tn.f
Keterangan :

: laki – laki

: laki – laki meninggal

: perempuan

: Perempuan meninggal

: Tinggal satu rumah

: hubungan keluarga

: hubungan pernikahan

: pasien

Jelaskan ;

Pasien mengatakan anak ke 2 dari 3 bersaudara, pasien belum menikah , pola

hubungan dengan keluarganya jarang berinteraksi. Dengan kakak dan adiknya

jarang bertukar cerita , jarang berkomunikasi.

Masalah keperawatan ; Koping Keluarga Tidak Efektif

Tabel 4.5 Psikososial


Psikososial Pasien 1 Pasien 2

1. Konsep diri : Pasien mengatakan dirinya jelek dan Pasien mengatakan tidak menyukai warna
a. Gambaran diri : tidak bisa mengerjakan apa apa . kulitnya yang berwarna hitam, perasaan
pasien tampak murung.

b. Identitas : Pasien mengatakan dirinya seorang Pasien mengatakan dirinya seorang laki
laki laki. laki .

c. Peran : Pasien mengatakan perannya sebagai Pasien mengatakan belum bisa membuat
anak belum membuat bangga orang tua orang tua nya bangga, dan belum bisa jadi
nya . anak kebanggan.

d. Ideal diri : Pasien mengatakan harapannya setelah Pasien mengatakan setelah keluar dari
keluar dari RSKD Duren Sawit pasien RSKD Duren Sawit ingin melamar
ingin bekerja dan ingin kuliah untuk pekerjaan .
memenuhi keinginan orang tuanya.

e. Harga diri Pasien mengatakan tidak bisa menjadi Pasien mengatakan tidak ingin berinteraksi
apa yang orang tua nya inginkan, dengan siapa pun, pasien merasa tidak ingin
kontak mata pasien kurang, hanya berbicara dengan siapapun
diam, menarik diri dari lingkungan.
Merasa tidak mampu melakukan
apapun.

Masalah keperawatan : isolasi sosial, Harga diri rendah isolasi sosial, Harga diri rendah

Hubungan social

Orang yang sangat berarti Ibu dan ayah Ibu dan ayah

a. Peran serta dalam kegiatan Pasien tidak mengikuti kegiatan dalam Pasien tidak mengikuti kegiatan dalam
kelompok/ masyarakat : kelompok dan kegiatan lainnya. kelompok dan kegiatan lainnya.

b. Hambatan dalam Pasien hanya diam, tidak mau Pasien hanya diam, tidak ingin berbicara
berhubungan dengan berbicara dengan orang lain. dengan teman di kamarnya.
orang lain :

Masalah keperawatan : Isolasi sosial Isolasi sosial

6. Status Mental

Tabel 4.6 status mental

Status mental Pasien 1 Pasien 2

1. penampilan Pasien tampak berpenampilan rapih, Pasien tampak berpenampilan rapih,


rambut bersih, pasien mandi rambut bersih, pasien mandi
menggunakan sabun,shampoo, dan menggunakan sabun,shampoo, dan
sikat gigi, sikat gigi,
Jelaskan : Pasien berpakaian dengan baik Pasien berpakaian dengan baik

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan Tidak ada masalah keperawatan

2. pembicaraan : Tidak mampu memulai pembicaraan. Tidak mampu memulai pembicaraan

Pasien tidak mampu memulai


Pasien mengatakan tidak mampu pembicaraan dengan perawat, dan
jelaskan : memulai pembicaraan dengan orang hanya diam.
lain.

Masalah keperawatan Isolasi sosial Isolasi sosial

3. Aktivitas motorik : Pasien tampak kurang bergerak, Pasien tampak kurang bergerak,
sering menyendiri, kurang kooperatif, sering menyendiri, kurang
sering diam. kooperatif, sering diam.

Jelaskan : Pasien kurang menggerakkan Pasien kurang menggerakkan


tubuhnya, dan tidak mau berolahraga tubuhnya, dan tidak mau berolahraga

Masalah keperawatan : - Isolasi sosial -isolasi sosial


- Harga diri rendah -harga diri rendah

4. Alam perasaan Putus asa, sedih Putus asa , khawatir

Jelaskan : Pasien mengatakan tidak mampu Pasien mengatakan tidak bisa


menjadi apa yang diinginkan orang menjadi yang dibanggakan untuk
tua nya. orang tua

5. Afek Tumpul Datar

Jelaskan : Pasien ketika ditanya oleh perawat Pasien ketika ditanya oleh perawat
hanya diam saja , tidak menjawab hanya diam saja , tidak menjawab
pertanyaan, dan hanya diam . pertanyaan, dan hanya diam .

Masalah keperawatan : Isolasi sosial Isolasi sosial

6. Interaksi selama Tidak kooperatif ,tampak diam , dan Klien hanya diam saat ditanya oleh
wawancara : tidak mampu memulai pembicaraan perawat, kontak mata kurang, dan
dengan perawat. hanya menunduk.

Jelaskan : Kontak mata kurang saat sedang Saat pasien sedang di wawancara
berbicara, tidak menatap perawat , oleh perawat dia hanya diam , tidak
pasien hanya diam saja. kooperatif , kontak mata kurang .

Masalah keperawatan : Isolasi sosial Isolasi sosial

7. Persepsi Tidak ada Pendengaran

Jelaskan Pasien mengatakan sering Pasien mengakan terkadang


mendengarkan suara-suara aneh pada mendengar seperti suara ibu nya
malam hari yang membisikan ,suara muncul
3x/hari pada malam hari , pasien jadi
merasa terganggu . dan kadang
menjawab suara tersebut.
Masalah keperawatan : GSP : Halusinasi pendengaran GSP :Halusinasi Pendengaran

Proses pikir ; Gangguan proses pikir jarang di Gangguan proses pikir jarang di
temukan temukan

Jelaskan : Tidak ada Tidak ada

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan Tidak ada masalah keperawatan

Isi pikir : pasien tidak mengungkapan isi pasien tidak mengungkapan isi
pikirnya pikirnya
Obsesi, Defersonalisasi,
Fobia, Ide yang terkait,
Hipokondria, Pikiran
magis
Waham :

Agama, Nihilstic, Somatik,


Sisip pikir, Curiga, Kontrol
piker

Masalah keperawatan Tidak ada masalah keperawatan Tidak ada masalah keperawatan

1. Tingkat kesadaran : Pasien tahu bahwa sekarang sedang Pasien tidak sadar bahwa dirinya
Bingung, Sedasi, Strupor berada di RSKD Duren Sawit, pasien sedang menjalani proses pengobatan.
tahu bahwa sedang menjalani proses
Disorientasi : pengobatan .
Waktu, Tempat, Orang

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan. Tidak ada masalah keperawaran.

Memori : Pasien mengatakan tidak mengingat Pasien mengatakan tidak mengingat


cerita nya yang lalu. ceritanya yang lalu.
Gangguan daya ingat
jangka panjang, Gangguan
daya ingat saat ini,
Gangguan daya ingat
jangka pendek,
Konfabulasi

Masalah keperawatan :

Tingkat konsentrasi dan Pasien mampu berhitung secara Pasien mampu berhitung secara
berhitung : sederhana dan benar sederhana dan benar
Mudah beralih, Tidak
mampu konsentrasi, Tidak
mampu menghitung
sederhana

Masalah keperawatan Tidak ditemukan masalah Tidak ditemukan masalah


keperawatan keperawatan

Kemampuan penilaian : Gangguan ringan, klien dapat Gangguan ringan, klien dapat
berhitung dengan benar tanpa ada berkonsentrasi dengan baik sehingga
bantuan apa pun. dapat menyebutkan denagan benar
tanpa bantuan apa pun

Masalah keperawatan Tidak ditemukan masalah Tidak ditemukan masalah


keperawatan keperawatan

Daya tilik diri :

Maslaah kperawatan : Tidak ada masalah keperawatan Tidak ada masalah keperawatan
7. Kebutuhan persiapan pulang

Tabel 4.7 Kebutuhan Persiapan Pulang


Kebutuhan persiapan pulang Pasien 1 Pasien 2
1. Makan : Pasien makan sendiri menggunakan .Pasien makan sendiri menggunakan
Bantuan minimal, Bantuan total tangan dan terkadang tangan dan terkadang menggunakan
menggunakan sendok sendok
2. BAB/BAK : Pasien BAB dan BAK dikamar Pasien BAB dan BAK di kamar mandi,
Bantuan minimal, Bantuan total mandi, setelah selesai di siram setelah BAK celana pasien terlihat
bekas BAB dan BAK nya. basah.
Masalah keperawatan Defisit perawatan diri Defisit perawatan diri
3. Mandi : Bantuan minimal. Pasien Bantuan minimal. Pasien mengatakan
Bantuan minimal, Bantuan Total mengatakan mandinya mandinya menggunakan sabun, shampo
menggunakan sabun dan shampo dan menyikat gigi di pagi hari.
dan menyikat gigi di pagi hari.
Berpakaian/berhias : Bantuan minimal. Setelah mandi Bantuan minimal. Setelah mandi pasien
Bantuan minimal, Bantuan total pasien tidak pernah menyisir tidak pernah menggunakan handuk dan
rambut nya setelah mandi dan tidak langsung pakai baju, baju pasien basah,
pernah pernah menggunakan tampak celana pasien terbalik
handuk dan langsung pakai baju,
baju terlihat basah pasien basah
4. Istiahat dan tidur :
Tidur siang, lama 2 jam, 13.00-15.00 1jam, 13.00-14.00
Tidur malam, lama 6 jam, 20.00- tidak tentu 6 jam, 20.00- tidak tentu
5. Penggunaan obat : Bantuan minimal Bantuan minimal
Bantuan minimal, Bantuan total
6. Pemeliharaan kesehatan : Ya Ya
Perawatan lanjutan : Ya Ya
Perawatan pendukung : Tidak Tidak
5. Kegiatan di dalam rumah
Mempersiapkan makanan : Tidak Ya
Menjaga kerapihan rumah :
Mencuci pakaian : Tidak Tidak
Pengaturan keuangan :
Ya Tidak
Ya Tidak

6. Kegiatan di luar rumah


Belanja : Tidak Tidak
Transportasi : Tidak Tidak
Lain-lain : Tidak Tidak
Masalah keperawatan Defisit perawatan diri Defisit perawatan diri
8. Mekanisme Koping

Tabel 4.8 Mekanisme Koping


Mekanisme koping Pasien 1 Pasien 2
1. Adaptif Tidak ada Tidak ada
2. Maladaptif pasien mengatakan jika ada pasien menjauh pada saat ingin diajak
masalah hanya dipendam sendiri ngobrol dan menyelesaikan masalah.
dan menghindar tidak mau Pasien hanya memendam masalahnya
menyelesaikan masalahnya sendiri tidak mau bercerita dengan orang
lain.
Masalah keperawatan isolasi sosial Isolasi sosial

9. Masalah psikososial dan lingkungan

Tabel 4.9 Masalah Psikososial dan Lingkungan


Masalah psikososial dan
Pasien 1 Pasien 2
lingkungan
1. Masalah dengan dukungan Pasien mengatakan tidak ada pasien mengatakan tidak ada
kelompok, spesifik : dukungan keluarga dan teman dukungan dari keluarga dan orang
terdekatnya membuat pasien terdekatnya pasien merasa tidak
merasa tidak dihargai. dihargai.
2. Masalah berhubungan dengan Pasien mengatakan sering pasien jarang bergaul
lingkungan, spesifik : jarang bergaul di lingkungan dilingkungannya. Karena pasien
rumah . malu dengan tetangga nya .
3. Masalah dengan pendidikan,
spesifik :
4. Masalah dengan pekerjaan, Pasien mengatakan belum pasien pernah melamar di pabrik
spesifik : pernah bekerja di manapun tetapi lamaran nya tidak di terima
karena belum mendapatkan dari perusahaan tersebut. pasien
pekerjaan . mengatakan perasaan nya sedih dan
merasa gagal.
5. Masalah dengan perumahan, pasien mengatakan tempat pasien mengatakantempat tinggal
spesifik : tinggal nya cukup baik dan nya di perkampungan jauh dari
bersih. keramaian.
6. Masalah ekonomi, spesifik : Pasien Pasien mengatakan ekonominya
mengatakan ekonominya pas pasan.
menjadi kurang setelah ayah
nya meninggal
7. Masalah dengan pelayanan Pasien mengatakan tidak ada Pasien mengatakan tidak ada
kesehatan, spesifik : masalah kesehatan yang cukup masalah kesehatan yang cukup
serius diri nya mengatakan baik- serius pasien mengatahkan
baik saja. keadaaan nya baik-baik saja.

Masalah keperawatan : isolasi sosial isolasi sosial


10. Pengetahuan kurang tentang

Tabel 4.10 Pengetahuan Kurang Tentang


PASIEN 1 PASIEN 2
1. Penyakit jiwa 1. Penyakit jiwa
2. Obat-obatan 2. Obat-obatan
Masalah keperawatan : isolasi sosial Masalah keperawatan : isolasi social

11. Aspek medik

Tabel 4.11 Aspek Medik


Aspe medic Pasien 1 Pasien 2
1. Diagnosa medik Skizofrenia Skizofrenia
2. Terapi medik : 1. Haloperidol 5mg 3x1 1. Haloperidol 5mg 3x1
2. Trihexyphenidil 2 mg 3x1 2. Trihexyphenidil 2 mg 3x1
3. Chlorpomazin 100 mg 1x1 3. Chlorpomazin 100 mg 1x1

4.1.3 Analisa data

Tabel 4.12 Analisa Data


Data Masalah
No.
Pasien 1
1. DS :
1. Pasien mengatakan sedih pada saat di tinggal adik
nya meninggal dunia Isolasi sosial
2. Pasien mengatakan sering berdiam dikamar dan
tidak mau bergabung dengan keluarga dan tetangga
DO :
1. Pasien lebih banyak diam
2. Pasien tampak melamun
3. Pasien tampak menunduk pada saat di ajak bicara
4. Tidak ada kontak mata
2. DS :
1. Pasien mengatakan minder jika akan berkenalan Harga diri rendah
dengan orang lain.
2. Pasien mengatakan malu pada keadaan sekarang
3. Pasien mengatakan malu karena putus kuliah
4. Pasien mengatakan selalu di ejek dengan teman
serumah.
DO :
1. Pasien terlihat malu dengan keadaan nya
2. Pasien tampak merenung
3. Pasien tampak menunduk pada saat berbicara
4. Pasien tampak kurang percaya diri dengan dirinya
5. Tidak ada kontak mata
Data Masalah
3 DS :
1. Pasien mengatakan belum mandi selama 2 hari Defisit Perawatan
karena klien males mandi Diri:kebersihan diri
2. Pasien mengatakan badan nya terasa lengket
No.
DO :
1. Pasien terlihat tidak rapih
2. Pasien terlihat kusam dan kotor
3. Pasien tercium bau yang kurang sedap
4 DS: GPS: Halusinasi
1. Pasien mengatahkan sering mendengar suara –suara pendengaran
aneh yang membisikan di telingah nya
2. Pasien mengatakan mengdengar suara tersebut pada
malam hari setiap 1 menit sekali
3. Pasien mengatahkan takut pada saat mendengar
suara tersebut
DO:
1. Pasien tampak komat-kamit
2. Pasien terlihat berbicara sendiri
3. Pasien terlihat tampak mondar-mandir

Pasien 2
1. DS:
1. Pasien mengatakan merasa malu dengan orang tua
nya karena belum bisa membahagiakan kedua orang
tua nya
2. pasien mengatakan susah bergaul dengan orang lain
3. Pasien tidak mau menjawab pertanyaan perawat.
Isolasi social
DO :
1. pasien terlihat lebih banyak diam
2. pasien tampak menunduk pada saat diajak
berbicara olehperawat
3. pasien lebih banyak berdiam diri dikamar
4. Tidak ada kontak mata
2 DS:
1. Pasien mengatakan merasa malu dengan orang tua Harga Diri Rendah
nya karena belum bisa membahagiakan kedua orang
tua nya
2. Pasien mengatakan putus asa karena gagal menjadi
polisi sebanyak 3x
3. Pasien mengatakan malu dengan orang sekitar
pasien
4. Pasien mengatakan sudah putus asa karena tidak
bisa membahagiakan orang tua

DO:
1. Pasien terlihat lebih banyak diam
2. Pasien tampak menunduk pada saat diajakberbicara
oleh perawat
3. Pasien lebih banyak berdiam diri dikamar
4. Tidak ada kontak mata

3. DS : Gangguan persepsi
1. Pasien mengatakan sering mendengar suara suara sensori : Halusinasi
bisikan yang memanggil nama nya Pendengaran
2. pasein mengatakan mendengar suara tersebut pada
Data Masalah
No.
malam hari setiap 3 menit sekali
3. pasien mengatakan takut pada saat mendengar suara
tersebut
DO :
1. pasien tampak komat-kamit
2. pasien terlihat berbicara sendiri
3. pasien terlihat tampak mondar-mandir
4. DS : Defisit perawatan diri
1. Pasien mengatakan setelah BAK tidak pernah
dibersihkan
2. Pasien mengatakan setelah mandi tidak pernah
menggunakan baju
3. Pasien mengatakan jarang sikat gigi
DO :
1. Pasien tercium bau badan
2. Celana pasien tampak basah dan terbalik
3. Baju pasien tampak basah
4. Gigi pasien tampak kotor

4.1.4 Pohon Diagnosa

Pasien 1

DEFISIT PERAWATAN
GSP: HALUSINASI PENDENGARAN
DIRI

ISOLASI SOSIAL Core Problem

HARGA DIRI RENDAH

Pasien 2

DEFISIT PERAWATAN
GSP: HALUSINASI PENDENGARAN
DIRI

ISOLASI SOSIAL Core Problem


HARGA DIRI RENDAH

Pasien 1 Pasien 2
1. Isolasi Sosial 1.isolasi social
2. GSP : Halusinasi Pendengaran 2.GSP : Halusinasi pendengaran
3. Harga Diri Rendah 3.Harga Diri Rendah

4.1.5 Diagnosa Keperawatan

Pasien 1 Pasien 2
Isolasi Sosial Isolasi Sosial
DS: DS:
1. pasien mengatakan sering berdiam diri 1. Pasien mengatakan merasa malu
dikamar karena minder dengan dengan orang tua nya karena belum bisa
tetangga dan teman teman nya membahagiakan kedua orang tua nya
2. pasien mengatakan malu karena putus 2. Pasien mengatakan putus asa karena
kuliah gagal menjadi polisi
3. pasien mengatakan selalu diejek 3. Pasien mengatakan malu dengan teman
dengan teman nya nya karena gagal menjadi polisi
DO: DO:
1. pasien lebih banyak diam 5. Pasien terlihat lebih banyak diam
2. pasien tampak melamun 6. Pasien tampak menunduk pada saat
3. pasien tampak menunduk pada saat di diajakberbicara oleh perawat
ajak bicara 7. Pasien lebih banyak berdiam diri
4. Tidak ada kontak mata dikamar
8. Tidak ada kontak mata

Pasien 1 Pasien 2
Gsp : Halusinasi Pendengaran Gsp: Halusinasi pendengaran
DS: DS:
1. Pasien mengatahkan sering 1. Pasien mengatakan suka dengar suara
mendengar suara –suara aneh yang ibu nya
membisikan di telingah nya 2. Pasien mengatakan mendengarnya suara
2. Pasien mengatakan mengdengar suara ibu nya pada siang hari
tersebut pada malam hari setiap 1 3. Pasien mengatahkan mendengar suara
menit sekali ibu nya selama 5 menit
3. Pasien mengatahkan takut pada saat 4. Pasien mengathkan kangen dengan ibu
mendengar suara tersebut nya pada saat mendenggar suara ibu nya
DO: DO:
1. Pasien tampak komat-kamit 1. Pasien tampak melamun
2. Pasien terlihat berbicara sendiri 2. Pasien tampak memikirkan sesuatu
3. Pasien terlihat tampak mondar-mandir

Pasien 1 Pasien 2
Harga diri rendah Harga diri rendah
DS : DS:
1. Pasien mengatakan minder jika akan 1. Pasien mengatakan merasa malu
berkenalan dengan orang lain. dengan orang tua nya karena belum bisa
2. Pasien mengatakan malu pada keadaan membahagiakan kedua orang tua nya
sekarang 2. Pasien mengatakan putus asa karena
3. Pasien mengatakan malu karena putus gagal menjadi polisi sebanyak 3x
kuliah 3. Pasien mengatakan malu dengan orang
4. Pasien mengatakan selalu di ejek sekitar pasien
dengan teman serumah. 4. Pasien mengatakan sudah putus asa
DO : karena tidak bisa membahagiakan orang
1. Pasien terlihat malu dengan keadaan tua
nya DO:
2. Pasien tampak merenung 1. Pasien terlihat lebih banyak diam
3. Pasien tampak menunduk pada saat 2. Pasien tampak menunduk pada saat
berbicara diajakberbicara oleh perawat
4. Pasien tampak kurang percaya diri 3. Pasien lebih banyak berdiam diri
dengan dirinya dikamar
5. Tidak ada kontak mata 4. Tidak ada kontak mata
Pasien 1 Pasien 2
Defisit Perawatan Diri Defisit Perawatan Diri
DS: DS:
1. Pasien mengatahkan belum mandi 1. Pasien mengatakan setelah BAK tidak
selama 2 hari karena klien males pernah dibersihkan
mandi 2. Pasien mengatakan stelah mandi tidak
2. Pasien mengatakan badan nya terasa pernah menggunakan baju
lengket 3. Pasien mengatakan jarang sikat gigi

DO: DO:
1. Pasien terlihat tidak rapih 1. Pasien tercium bau badan
2. Pasien terlihat kusam dan kotor 2. Celana pasien tampak basah dan terbalik
3. pasien tercium bau yang kurang sedap 3. Baju pasien tampak basah
4. Gigi pasien tampak kotor
4.1.6 Intervensi

Pasien 1
Perencanaan
Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Setelah dilakukan asuhan Setelah dilakukan asuhan SP 1
keperawatan isolasi keperawatan selama 1x20 1. Ajarkan pasien bina 1. Untuk berhubungan saling percaya
sosial pasien dapat hilang menit diharapkan pasien hubungan saling 2. Untuk mengetahui penyebab isolasi social
mampu : percaya 3. Untuk mengetahui keuntungan berinteraksi dengan orang lain
1. Pasien dapat membina 2. Identifikasi penyebab 4. Untuk meningkatkan kepercayaan diri pasien
hubungan saling percaya isolasi sosial 5. Identifikasi kegiatan pasien
2. Pasien dapat 3. Ajarkan pasien
menyebutkan penyebab berdiskusi tentang
isolasi sosial keuntungan
3. Pasien mampu berinteraksi dengan
menyebutkan orang lain
keuntungan dan 4. Ajarkan pasien cara
kerugian hubungan berkenalan dengan satu
dengan orsang lain orang
4. Pasien mampu 5. Anjurkan pasien
melaksanankan memasukan kegiatan
hubungan social secara latihan berbincang-
bertahap bincang dengan orang
5. Pasien dapat lain dalam kegiatan
menjelaskan perasaan harian
setelah berhubungan
dengan orang lain
Setelah dilakukan asuhan SP 2 1. Untuk mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan pasien
keperawatan selama 1x20 1. Mengevaluasi kegiatan 2. Membantu pasien untuk berkenalan dengan orang lain
menit diharapkan pasien pertama yang telah 3. Untuk melatih kepercayaan diri pasien
dapat mampu : dilatih 4. Mengidentifikasi pasien berlatih secara teratur
1. Pasien dapat 2. berikan kesempatan
mempraktekan cara kepada pasien
berkenalan dengan mempraktekan cara
orang lain berkenalan dengan satu
2. Pasien memiliki orang
keinginan untuk 3. latih kemampuan
melakukan kegiatan pasien untuk
berbincang-bincang berinteraksi dengan
dengan orang lain satu orang
3. Melatih kegiatan yang 4. bantu pasien
dipilih sesuai memasukan kegiatan
kemampuan harian pasien

Setelah dilakukan asuhan SP3 1. Untuk mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan pasien
keperawatan selama 1x20 1. Mengevaluasi jadwal 2. Membantu pasien untuk berkenalan
menit diharapkan pasien kegiatan harian pasien Untuk mengidentifikasi
dapat mampu : 2. Memberikan
1. Pasien mampu kesempatan pada
berkenalan dengan dua pasien berkenalan
orang atau lebih 3. Anjurkan pasien
2. Pasien dapat melakukan
kedalam kegiatan harian

Pasien 2

Perencanaan

Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional


Setelah dilakukan Setelah dilakukan asuhan SP 1
asuhan keperawatan selama 1x20 menit 1. Ajarkan pasien bina hubungan saling 1. Untuk berhubungan saling percaya
keperawatan diharapkan pasien mampu : percaya 2. Untuk mengetahui penyebab isolasi social
isolasi sosial 1. Pasien dapat membina 2. Identifikasi penyebab isolasi sosial 3. Untuk mengetahui keuntungan berinteraksi dengan orang lain
pasien dapat hilang hubungan saling percaya 3. Ajarkan pasien berdiskusi tentang 4. Untuk meningkatkan kepercayaan diri pasien
2. Pasien dapat menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang 5. Identifikasi kegiatan pasien
penyebab isolasi sosial lain
3. Pasien mampu menyebutkan 4. Ajarkan pasien cara berkenalan dengan
keuntungan dan kerugian satu orang
hubungan dengan orsang lain 5. Anjurkan pasien memasukan kegiatan
4. Pasien mampu melaksanankan latihan berbincang-bincang dengan
hubungan social secara orang lain dalam kegiatan harian
bertahap
5. Pasien dapat menjelaskan
perasaan setelah berhubungan
dengan orang lain
Setelah dilakukan asuhan SP 2 1. Untuk mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan pasien
keperawatan selama 1x20 menit 1. Mengevaluasi kegiatan pertama yang 2. Membantu pasien untuk berkenalan dengan orang lain
diharapkan pasien dapat mampu : telah dilatih 3. Untuk melatih kepercayaan diri pasien
1. Pasien dapat mempraktekan 2. berikan kesempatan kepada pasien 4. Mengidentifikasi pasien berlatih secara teratur
cara berkenalan dengan orang mempraktekan cara berkenalan dengan
lain satu orang
2. Pasien memiliki keinginan 3. latih kemampuan pasien untuk
untuk melakukan kegiatan berinteraksi dengan satu orang
berbincang-bincang dengan 4. bantu pasien memasukan kegiatan
orang lain harian pasien
3. Melatih kegiatan yang dipilih
sesuai kemampuan

Setelah dilakukan asuhan SP3 1. Untuk mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan pasien
keperawatan selama 1x20 menit 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 2. Membantu pasien untuk berkenalan
diharapkan pasien dapat mampu : pasien 3. Untuk mengidentifikasi
1. Pasien mampu berkenalan 2. Memberikan kesempatan pada pasien
dengan dua orang atau lebih berkenalan
2. Pasien dapat melakukan 3. Anjurkan pasien
kedalam kegiatan harian
4.1.7 implementasi dan Evaluasi keperawatan
Pasien 1
Implementasi Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Hari/Tanggal : senin, 28 januari 2019 Jam : 09:20
Sp/pertemuan : 1/1 S : pasien mengatakan senang berbicara dengan perawat syafrida
Data& kemampuan : O: pasien tidak berdiam diri dikamar dan mau bergabung dengan teman, mampu
DS: membina hubungan saling percaya, pasien belum mampu mengidentifikasi aspek
1. pasien mengatakan sering berdiam diri dikamar karena minder dengan positif pertama pada dirinya, mampu melakukan kegiatan positif yang kedua
tetangga dan teman teman nya yaitu membuat berkenal dengan orang lain 1-2 orang.
2. pasien mengatakan malu karena putus kuliah A: Isolasi Sosial
3. pasien mengatakan selalu diejek dengan teman nya P : (Pr untuk pasien)
DO: latihan kegiatan dan aspek positif yang pertama yaitu berkenalan dengan teman
1. pasien lebih banyak diam
2. pasien tampak melamun
3. pasien tampak menunduk pada saat di ajak bicara
4. Tidak ada kontak mata
5.
Kemampuan : pasien tidak berdiam diri dikamar dan mau bergabung dengan teman,
mampu membina hubungan saling percaya, pasien belum mampu mengidentifikasi
aspek positif pertama pada dirinya, mampu melakukan kegiatan positif yang kedua
yaitu membuat berkenal dengan orang lain 1-2 orang.

Diagnosa Keperawatan
“isolasi sosial”
Tindakan keperawatan : Tanda Tangan & Nama Jelas
1. Membina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip Perawat
komunikasi teraupeutik
2. Pasien dapat menyebutkan penyebab isolasi social
3. Pasien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan
orang lain Syafrida Aulia
4. Pasien mampu menjelaskan perasaan berhubungan dengan orang lain
5. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
6. Memasukan kegiatan berbincang-bincang pada jadwal kegiatan yang sudah
dilatih dalam rencana harian
RTL(u/perawat)
Lanjutkan sp 2 isolasi sosial
Pasien 2
Implementasi Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Hari/Tanggal : senin, 28 januari 2019 Jam : 11.00
Sp/pertemuan : 1/1 S: pasien mengatakan senang berbicara dengan perawat syafrida
Data& kemampuan : O: pasien tidak berdiam diri dikamar dan mau bergabung dengan teman, mampu
DS: membina hubungan saling percaya, pasien belum mampu mengidentifikasi aspek
1. Pasien mengatakan merasa malu dengan orang tua nya karena belum positif pertama pada dirinya, mampu melakukan kegiatan positif yang kedua yaitu
bisa membahagiakan kedua orang tua nya membuat berkenal dengan orang lain 1-2 orang.
2. Pasien mengatakan putus asa karena gagal menjadi polisi A: Isolasi Sosial
3. Pasien mengatakan malu dengan teman nya karena gagal menjadi polisi P : (Pr untuk pasien)
DO: latihan kegiatan dan aspek positif yang pertama yaitu berkenalan dengan teman
1. Pasien terlihat lebih banyak diam
2. Pasien tampak menunduk pada saat diajakberbicara oleh perawat
3. Pasien lebih banyak berdiam diri dikamar
4. Tidak ada kontak mata
Kemampuan : pasien tidak berdiam diri dikamar dan mau bergabung dengan
teman, mampu membina hubungan saling percaya, pasien belum mampu
mengidentifikasi aspek positif pertama pada dirinya, mampu melakukan kegiatan
positif yang kedua yaitu membuat berkenal dengan orang lain 1-2 orang.
Diagnosa Keperawatan
“isolasi sosial”
Tindakan keperawatan :
1. Membina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip Tanda Tangan & Nama Jelas
komunikasi teraupeutik Perawat
2. Pasien dapat menyebutkan penyebab isolasi social
3. Pasien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan
orang lain
4. Pasien mampu menjelaskan perasaan berhubungan dengan orang lain Syafrida Aulia
5. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
6. Memasukan kegiatan berbincang-bincang pada jadwal kegiatan yang
sudah dilatih dalam rencana harian

RTL(u/perawat)
Lanjutkan sp 2 isolai social
Ulang sp 1 isolasi sosial
Pasien 1
Implementasi Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Hari/Tanggal : selasa, 29 januari 2019 Jam : 11.30
Sp/pertemuan : 1/1 S : pasien mengatakan senang berbicara dengan perawat syafrida
Data& kemampuan : O: pasien tidak berdiam diri dikamar dan mau bergabung dengan teman, mampu
DS: membina hubungan saling percaya, pasien belum mampu mengidentifikasi aspek
1. pasien mengatakan sering berdiam diri dikamar karena minder dengan positif pertama pada dirinya, mampu melakukan kegiatan positif yang kedua
tetangga dan teman teman nya yaitu membuat berkenal dengan orang lain 1-2 orang.
2. pasien mengatakan malu karena putus kuliah A : Isolasi Sosial
3. pasien mengatakan selalu diejek dengan teman nya P : (Pr untuk pasien)
DO: latihan kegiatan dan aspek positif yang pertama yaitu berkenalan dengan teman
1. pasien lebih banyak diam
2. pasien tampak melamun
3. pasien tampak menunduk pada saat di ajak bicara
4. Tidak ada kontak mata

Kemampuan : pasien tidak berdiam diri dikamar dan mau bergabung dengan
teman, mampu membina hubungan saling percaya, pasien belum mampu
mengidentifikasi aspek positif pertama pada dirinya, mampu melakukan kegiatan
positif yang kedua yaitu membuat berkenal dengan orang lain 1-2 orang.

Diagnosa Keperawatan
“isolasi sosial”
Tindakan keperawatan : Tanda Tangan & Nama Jelas
1. Membina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip Perawat
komunikasi teraupeutik
2. Pasien dapat menyebutkan penyebab isolasi social
3. Pasien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan
orang lain Syafrida Aulia
4. Pasien mampu menjelaskan perasaan berhubungan dengan orang lain
5. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
6. Memasukan kegiatan berbincang-bincang pada jadwal kegiatan yang sudah
dilatih dalam rencana harian

RTL(u/perawat)
Lanjutkan sp II isolasi sosial
Pasien 2
Implementasi Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Hari/Tanggal : selasa, 29 januari 2019 Jam : 10.00
Sp/pertemuan : 1/11 S: pasien mengatakan senang berbicara dengan perawat syafrida
Data& kemampuan : O: pasien tidak berdiam diri dikamar dan mau bergabung dengan teman, mampu
DS: membina hubungan saling percaya, pasien belum mampu mengidentifikasi aspek
1. Pasien mengatakan merasa malu dengan orang tua nya karena belum positif pertama pada dirinya, mampu melakukan kegiatan positif yang kedua yaitu
bisa membahagiakan kedua orang tua nya membuat berkenal dengan orang lain 1-2 orang.
2. Pasien mengatakan putus asa karena gagal menjadi polisi A: Isolasi Sosial
3. Pasien mengatakan malu dengan teman nya karena gagal menjadi P: (Pr untuk pasien)
polisi latihan kegiatan dan aspek positif yang pertama yaitu berkenalan dengan teman
DO:
1. Pasien terlihat lebih banyak diam
2. Pasien tampak menunduk pada saat diajakberbicara oleh perawat
3. Pasien lebih banyak berdiam diri dikamar
4. Tidak ada kontak mata
Kemampuan : pasien tidak berdiam diri dikamar dan mau bergabung dengan
teman, mampu membina hubungan saling percaya, pasien belum mampu
mengidentifikasi aspek positif pertama pada dirinya, mampu melakukan
kegiatan positif yang kedua yaitu membuat berkenal dengan orang lain 1-2
orang.

Diagnosa Keperawatan
“isolasi sosial” Tanda Tangan & Nama Jelas
Tindakan keperawatan : Perawat
1. Membina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi teraupeutik
2. Pasien dapat menyebutkan penyebab isolasi social
3. Pasien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan Syafrida Aulia
dengan orang lain
4. Pasien mampu menjelaskan perasaan berhubungan dengan orang lain
5. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
6. Memasukan kegiatan berbincang-bincang pada jadwal kegiatan yang
sudah dilatih dalam rencana harian
RTL(u/perawat)
Ulang sp ll isolasi sosial
Pasien 1
Implementasi Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Hari/Tanggal : rabu, 30 januari 2019 Jam : 10.00
Sp/pertemuan : 1/11 S: pasien mengatakan senang berbicara dengan perawat syafrida
Data& kemampuan : O: pasien tidak berdiam diri dikamar dan mau bergabung dengan teman, mampu
DS: membina hubungan saling percaya, pasien belum mampu mengidentifikasi aspek
1. pasien mengatakan sering berdiam diri dikamar karena minder dengan positif pertama pada dirinya, mampu melakukan kegiatan positif yang kedua
tetangga dan teman teman nya yaitu membuat berkenal dengan orang lain 1-2 orang.
2. pasien mengatakan malu karena putus kuliah A : Isolasi Sosial
3. pasien mengatakan selalu diejek dengan teman nya P : (Pr untuk pasien)
DO: latihan kegiatan dan aspek positif yang pertama yaitu berkenalan dengan teman
1. pasien lebih banyak diam
2. pasien tampak melamun
3. pasien tampak menunduk pada saat di ajak bicara
4. Tidak ada kontak mata
5.
Kemampuan : pasien tidak berdiam diri dikamar dan mau bergabung dengan teman,
mampu membina hubungan saling percaya, pasien belum mampu mengidentifikasi
aspek positif pertama pada dirinya, mampu melakukan kegiatan positif yang kedua
yaitu membuat berkenal dengan orang lain 1-2 orang
Diagnosa Keperawatan
“isolasi sosial”
.
Tindakan keperawatan : Tanda Tangan & Nama Jelas
1. Membina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip Perawat
komunikasi teraupeutik
2. Pasien dapat menyebutkan penyebab isolasi social
3. Pasien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan
orang lain Syafrida Aulia
4. Pasien mampu menjelaskan perasaan berhubungan dengan orang lain
5. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
6. Memasukan kegiatan berbincang-bincang pada jadwal kegiatan yang sudah
dilatih dalam rencana harian

RTL(u/perawat)
Lanjutkan sp II isolasi sosial
Pasien 2
Implementasi Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Hari/Tanggal : rabu, 30 januari 2019 Jam : 09.00
Sp/pertemuan : ll/ll S : pasien mengatakan senang berbicara dengan perawat syafrida
Data& kemampuan : O: pasien tidak berdiam diri dikamar dan mau bergabung dengan teman, mampu
DS: membina hubungan saling percaya, pasien belum mampu mengidentifikasi aspek
1. Pasien mengatakan merasa malu dengan orang tua nya karena belum positif pertama pada dirinya, mampu melakukan kegiatan positif yang kedua yaitu
bisa membahagiakan kedua orang tua nya membuat berkenal dengan orang lain 1-2 orang.
2. Pasien mengatakan putus asa karena gagal menjadi polisi A: Isolasi Sosial
3. Pasien mengatakan malu dengan teman nya karena gagal menjadi P : (Pr untuk pasien)
polisi latihan kegiatan dan aspek positif yang pertama yaitu berkenalan dengan teman
DO:
1. Pasien terlihat lebih banyak diam
2. Pasien tampak menunduk pada saat diajakberbicara oleh perawat
3. Pasien lebih banyak berdiam diri dikamar
4. Tidak ada kontak mata
5.
Kemampuan : pasien tidak berdiam diri dikamar dan mau bergabung dengan
teman, mampu membina hubungan saling percaya, pasien belum mampu
mengidentifikasi aspek positif pertama pada dirinya, mampu melakukan
kegiatan positif yang kedua yaitu membuat berkenal dengan orang lain 1-2
orang.
Diagnosa Keperawatan
“isolasi sosial” Tanda Tangan & Nama Jelas
Tindakan keperawatan : Perawat
1. Membina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi teraupeutik
2. Pasien dapat menyebutkan penyebab isolasi social
3. Pasien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan Syafrida Aulia
dengan orang lain
4. Pasien mampu menjelaskan perasaan berhubungan dengan orang lain
5. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
6. Memasukan kegiatan berbincang-bincang pada jadwal kegiatan yang
sudah dilatih dalam rencana harian
RTL(u/perawat)
Ulang sp ll isolasi sosial
Pasien 1
Implementasi Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Hari/Tanggal : kamis, 31 januari 2019 Jam : 09.40
Sp/pertemuan : ll/ll S: pasien mengatakan senang berbicara dengan perawat syafrida
Data& kemampuan : O: pasien tidak berdiam diri dikamar dan mau bergabung dengan teman, mampu
DS: membina hubungan saling percaya, pasien belum mampu mengidentifikasi aspek
1. npasien mengatakan sering berdiam diri dikamar karena minder dengan positif pertama pada dirinya, mampu melakukan kegiatan positif yang kedua
tetangga dan teman teman nya yaitu membuat berkenal dengan orang lain 1-2 orang.
2. pasien mengatakan malu karena putus kuliah A: Isolasi Sosial
3. pasien mengatakan selalu diejek dengan teman nya P : (Pr untuk pasien)
DO: latihan kegiatan dan aspek positif yang pertama yaitu berkenalan dengan teman
1. pasien lebih banyak diam
2. pasien tampak melamun
3. pasien tampak menunduk pada saat di ajak bicara
4. Tidak ada kontak mata
Kemampuan : pasien tidak berdiam diri dikamar dan mau bergabung dengan
teman, mampu membina hubungan saling percaya, pasien belum mampu
mengidentifikasi aspek positif pertama pada dirinya, mampu melakukan kegiatan
positif yang kedua yaitu membuat berkenal dengan orang lain 1-2 orang.

Diagnosa Keperawatan
“isolasi sosial”
Tindakan keperawatan :
1. Membina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip Tanda Tangan & Nama Jelas
komunikasi teraupeutik Perawat
2. Pasien dapat menyebutkan penyebab isolasi social
3. Pasien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan
orang lain
4. Pasien mampu menjelaskan perasaan berhubungan dengan orang lain Syafrida Aulia
5. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
6. Memasukan kegiatan berbincang-bincang pada jadwal kegiatan yang sudah
dilatih dalam rencana harian

RTL(u/perawat)
Lanjutkan sp II isolasi sosial
Pasien 2
Implementasi Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Hari/Tanggal : kamis, 31 januari 2019 Jam : 10.00
Sp/pertemuan : lll/ll S : pasien mengatakan senang berbicara dengan perawat syafrida
Data& kemampuan : O : pasien tidak berdiam diri dikamar dan mau bergabung dengan teman, mampu
DS: membina hubungan saling percaya, pasien belum mampu mengidentifikasi aspek
1. Pasien mengatakan merasa malu dengan orang tua nya karena belum positif pertama pada dirinya, mampu melakukan kegiatan positif yang kedua yaitu
bisa membahagiakan kedua orang tua nya membuat berkenal dengan orang lain 1-2 orang.
2. Pasien mengatakan putus asa karena gagal menjadi polisi A Isolasi Sosial
3. Pasien mengatakan malu dengan teman nya karena gagal menjadi P (Pr untuk pasien)
polisi latihan kegiatan dan aspek positif yang pertama yaitu berkenalan dengan teman
DO:
1. Pasien terlihat lebih banyak diam
2. Pasien tampak menunduk pada saat diajakberbicara oleh perawat
3. Pasien lebih banyak berdiam diri dikamar
4. Tidak ada kontak mata
Kemampuan : pasien tidak berdiam diri dikamar dan mau bergabung dengan
teman, mampu membina hubungan saling percaya, pasien belum mampu
mengidentifikasi aspek positif pertama pada dirinya, mampu melakukan
kegiatan positif yang kedua yaitu membuat berkenal dengan orang lain 1-2
orang.

Diagnosa Keperawatan
“isolasi sosial” Tanda Tangan & Nama Jelas
Tindakan keperawatan : Perawat
1. Membina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi teraupeutik
2. Pasien dapat menyebutkan penyebab isolasi social
3. Pasien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan Syafrida Aulia
dengan orang lain
4. Pasien mampu menjelaskan perasaan berhubungan dengan orang lain
5. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
6. Memasukan kegiatan berbincang-bincang pada jadwal kegiatan yang
sudah dilatih dalam rencana harian
RTL(u/perawat)
Ulang sp ll isolasi sosial
Pasien 1
Implementasi Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Hari/Tanggal : jumat, 1 februari 2019 Jam : 09.40
Sp/pertemuan : ll/lll S pasien mengatakan senang berbicara dengan perawat syafrida
Data& kemampuan : O pasien tidak berdiam diri dikamar dan mau bergabung dengan teman, mampu
DS: membina hubungan saling percaya, pasien belum mampu mengidentifikasi aspek
1. pasien mengatakan sering berdiam diri dikamar karena minder dengan positif pertama pada dirinya, mampu melakukan kegiatan positif yang kedua
tetangga dan teman teman nya yaitu membuat berkenal dengan orang lain 1-2 orang.
2. pasien mengatakan malu karena putus kuliah A Isolasi Sosial
3. pasien mengatakan selalu diejek dengan teman nya P (Pr untuk pasien)
DO: latihan kegiatan dan aspek positif yang pertama yaitu berkenalan dengan teman
1. pasien lebih banyak diam
2. pasien tampak melamun
3. pasien tampak menunduk pada saat di ajak bicara
4. Tidak ada kontak mata
Kemampuan : pasien tidak berdiam diri dikamar dan mau bergabung dengan
teman, mampu membina hubungan saling percaya, pasien belum mampu
mengidentifikasi aspek positif pertama pada dirinya, mampu melakukan kegiatan
positif yang kedua yaitu membuat berkenal dengan orang lain 1-2 orang.

Diagnosa Keperawatan
“isolasi sosial”
Tindakan keperawatan :
1. Membina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip Tanda Tangan & Nama Jelas
komunikasi teraupeutik Perawat
2. Pasien dapat menyebutkan penyebab isolasi social
3. Pasien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan
orang lain
4. Pasien mampu menjelaskan perasaan berhubungan dengan orang lain Syafrida Aulia
5. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
6. Memasukan kegiatan berbincang-bincang pada jadwal kegiatan yang sudah
dilatih dalam rencana harian

RTL(u/perawat)
Lanjutkan sp II isolasi sosial
Pasien 2
Implementasi Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Hari/Tanggal : jumat, 1 februari 2019 Jam : 10.00
Sp/pertemuan : lll/ll S pasien mengatakan senang berbicara dengan perawat syafrida
Data& kemampuan : O pasien tidak berdiam diri dikamar dan mau bergabung dengan teman, mampu
DS: membina hubungan saling percaya, pasien belum mampu mengidentifikasi aspek
1. Pasien mengatakan merasa malu dengan orang tua nya karena belum positif pertama pada dirinya, mampu melakukan kegiatan positif yang kedua yaitu
bisa membahagiakan kedua orang tua nya membuat berkenal dengan orang lain 1-2 orang.
2. Pasien mengatakan putus asa karena gagal menjadi polisi A Isolasi Sosial
3. Pasien mengatakan malu dengan teman nya karena gagal menjadi polisi P (Pr untuk pasien)
DO: latihan kegiatan dan aspek positif yang pertama yaitu berkenalan dengan teman
1. Pasien terlihat lebih banyak diam
2. Pasien tampak menunduk pada saat diajakberbicara oleh perawat
3. Pasien lebih banyak berdiam diri dikamar
4. Tidak ada kontak mata
Kemampuan : pasien tidak berdiam diri dikamar dan mau bergabung dengan
teman, mampu membina hubungan saling percaya, pasien belum mampu
mengidentifikasi aspek positif pertama pada dirinya, mampu melakukan kegiatan
positif yang kedua yaitu membuat berkenal dengan orang lain 1-2 orang.

Diagnosa Keperawatan
“isolasi sosial”
Tindakan keperawatan :
1. Membina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip Tanda Tangan & Nama Jelas
komunikasi teraupeutik Perawat
2. Pasien dapat menyebutkan penyebab isolasi social
3. Pasien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan
orang lain
4. Pasien mampu menjelaskan perasaan berhubungan dengan orang lain Syafrida Aulia
5. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
6. Memasukan kegiatan berbincang-bincang pada jadwal kegiatan yang
sudah dilatih dalam rencana harian

RTL(u/perawat)
Ulang sp ll isolasi sosial
Pasien 1
Implementasi Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Hari/Tanggal : sabtu, 2 februari 2019 Jam : 11.25
Sp/pertemuan : lll/lll S pasien mengatakan senang berbicara dengan perawat syafrida
Data& kemampuan : O pasien tidak berdiam diri dikamar dan mau bergabung dengan teman, mampu
DS: membina hubungan saling percaya, pasien belum mampu mengidentifikasi
1. pasien mengatakan sering berdiam diri dikamar karena minder dengan aspek positif pertama pada dirinya, mampu melakukan kegiatan positif yang
tetangga dan teman teman nya kedua yaitu membuat berkenal dengan orang lain 1-2 orang.
2. pasien mengatakan malu karena putus kuliah A Isolasi Sosial
3. pasien mengatakan selalu diejek dengan teman nya P (Pr untuk pasien)
DO: latihan kegiatan dan aspek positif yang pertama yaitu berkenalan dengan teman
1. pasien lebih banyak diam
2. pasien tampak melamun
3. pasien tampak menunduk pada saat di ajak bicara
4. Tidak ada kontak mata
Kemampuan : pasien tidak berdiam diri dikamar dan mau bergabung dengan
teman, mampu membina hubungan saling percaya, pasien belum mampu
mengidentifikasi aspek positif pertama pada dirinya, mampu melakukan kegiatan
positif yang kedua yaitu membuat berkenal dengan orang lain 1-2 orang.

Diagnosa Keperawatan
“isolasi sosial”
Tindakan keperawatan :
1. Membina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip Tanda Tangan & Nama Jelas
komunikasi teraupeutik Perawat
2. Pasien dapat menyebutkan penyebab isolasi social
3. Pasien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan
orang lain
4. Pasien mampu menjelaskan perasaan berhubungan dengan orang lain Syafrida Aulia
5. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
6. Memasukan kegiatan berbincang-bincang pada jadwal kegiatan yang sudah
dilatih dalam rencana harian

RTL(u/perawat)
Lanjutkan sp II isolasi sosial
Pasien 2
Implementasi Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Hari/Tanggal : sabtu, 2 februari 2019 Jam : 10.00
Sp/pertemuan : lll/lll S pasien mengatakan senang berbicara dengan perawat syafrida
Data& kemampuan : O pasien tidak berdiam diri dikamar dan mau bergabung dengan teman, mampu
DS: membina hubungan saling percaya, pasien belum mampu mengidentifikasi aspek
1. Pasien mengatakan merasa malu dengan orang tua nya karena belum positif pertama pada dirinya, mampu melakukan kegiatan positif yang kedua
bisa membahagiakan kedua orang tua nya yaitu membuat berkenal dengan orang lain 1-2 orang.
2. Pasien mengatakan putus asa karena gagal menjadi polisi A Isolasi Sosial
3. Pasien mengatakan malu dengan teman nya karena gagal menjadi polisi P (Pr untuk pasien)
DO: latihan kegiatan dan aspek positif yang pertama yaitu berkenalan dengan teman
1. Pasien terlihat lebih banyak diam
2. Pasien tampak menunduk pada saat diajakberbicara oleh perawat
3. Pasien lebih banyak berdiam diri dikamar
4. Tidak ada kontak mata
5.
Kemampuan : pasien tidak berdiam diri dikamar dan mau bergabung dengan
teman, mampu membina hubungan saling percaya, pasien belum mampu
mengidentifikasi aspek positif pertama pada dirinya, mampu melakukan kegiatan
positif yang kedua yaitu membuat berkenal dengan orang lain 1-2 orang.

Diagnosa Keperawatan
“isolasi sosial”
Tindakan keperawatan : Tanda Tangan & Nama Jelas
1. Membina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip Perawat
komunikasi teraupeutik
2. Pasien dapat menyebutkan penyebab isolasi social
3. Pasien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan
orang lain Syafrida Aulia
4. Pasien mampu menjelaskan perasaan berhubungan dengan orang lain
5. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
6. Memasukan kegiatan berbincang-bincang pada jadwal kegiatan yang
sudah dilatih dalam rencana harian
RTL(u/perawat)
Ulang sp ll isolasi sosial
5.2 Pembahasan

Bab ini penulisan akan membahas antara kasus 1 dan kasus 2, teori dan

penelitian yang terkait, serta menganalisa faktor-faktor penghambat serta

pendukung dan alternatif pemecahan masalah dan memberikan “Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Yang Mengalami Skizofrenia Dengan Isolasi Sosial di

rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Duren Sawit Jakarta Timur” Dalam

membahas kasus ini penulisan melakukan tahapan-tahapan sesuai denga proses

keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaaan dan evaluasi yang telah dilaksanakan pada tanggal 28 Januari

sampai dengan 2 Febuari 2019.

5.2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan yang

bertujuan untuk memperoleh informasi atau data dari pasien sehingga masalah

keperawatan pasien dirumuskan secara akurat. Pengkajian yang penulis lakukan

didapatkan dengan cara melalui wawancara, pemeriksaan fisik, catatan medis,

catatan keperawatan dan observasi langsung ke pasien.

a. Faktor predisposisi

Saat dilakukan pengkajian pada pasien 1 dan 2 masing-masing di temukan

data untuk faktor predisposisi, untuk pasien 1 termasuk dalam faktor psikologis

karena pasien mengatakan pernah di tolak oleh keluarga dan teman-teman nya

Kemudian pada pasien 2 termasuk dalam faktor psikologis karena di temukan

faktor predisposisi nya adalah sama-sama mengalami perasaan takut untuk

berbicara ,hanya berdiam diri saja ,Berdasarkan analisa pada kedua pasien

tersebut memiliki persamaan yaitu sama-sama mengalami penolakan. Namun


pada pasien 1 di temukan hanya penolakan dari keluarga dan tetangga nya.

Sedangkan pada pasien 2 terdapat faktor lain berupa kekerasan dalam keluarga.

Hal ini menyebabkan trauma pada pasien sehingga pasien memandang negatif diri

nya. Maka muncul kesimpulan faktor predisposisi yang dialami pada kedua pasien

sesuai dengan teori yang ditemukan oleh Sutejo (2016) faktor predisposisi Isolasi

Sosial adalah tahap-tahap pertama dari pengkajian kepada pasien yang meliputi

faktor predisposisi seperti: faktor psikologis, dan tanda dan tingkah laku pasien

dan mekanisme koping pasien.

b. Faktor presipitasi

Setelah dilakukan pengkajian pada pasien 1 dan 2 masing-masing

ditemukan faktor presipitasi untuk faktor presipitasi, pada pasien 1 yaitu pasien

mengalami perasaan menutup diri pada orang lain. Sedangkan pada pasien 2 yaitu

mengalami perasaan takut untuk menyapa orang lain .

Berdasarkan data dari kedua pasien tersebut dapat disimpukan bahwa

faktor presipitasi yang dialami oleh pasien 1 dan 2 berbeda. Pasien 1 memiliki

faktor presipitasi konflik kasus sedangkan pada pasien 2 keteganggan atau peran

frustasi. Namun faktor-faktor yang dialami kedua pasien tersebut sesuai dengan

pendapat Sutejo (2016) bahwa faktor presipitasi Isolasi Sosial adalah hilangnya

sebagian anggota tubuh, dan berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,

kegagalan, serta menurunnya produktivitas menjadi faktor presipitasi gangguan

Isolasi Sosial.
c. Tanda dan gejala

Setelah dilakukan pengkajian pada pasien 1 dan 2 masing-masing

ditemukan data manifestasi klinis kedua kasus tersebut. Untuk pasien 1

didapatkan data yaitu pasien mengatahkan masuk ke RSKD Duren Sawit karena

klien sering diam. Pasien mengatakantidak ingin bicara dengan siapa pun ,

dirinya merasa sulit untuk berbicara atau bercerita dengan orang lain, pasien

mengatakan sering di kucilkan oleh tetangga dan teman dekat nya sehingga pasien

menjadi menutup diri dari banyak orang sehingga menyebabkan pasien menjadi

kurang percaya diri, sering murung dan tidak mau keluar rumah dan pasien ke

RSKD Duren Sawit untuk di lakukan pengobatan secara medis. Sedangkan pada

pasien 2 di temukan data yaitu pasien mengatahkan masuk ke RSKD Duren Sawit

karena pasien merasa dirinya tidak berguna untuk kedua orang tuanya, Tn.C

mengatakan merasa malu kepada diri nya karena belum bisa membahagiakan

kedua orang tua nya, pasien mengatakan diri nya sudah tidak berharga lagi karena

gagal untuk menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, sehingga klien

mengakibatkan kurang percaya diri.

Setelah menganalisa kesenjangan diantara pasien 1 dan 2 dapat ditarik

kesimpulan yaitu tanda dan gejala yang di temukan pada kedua pasien sesuai

dengan teori. Menurut Nanda (2012) tanda dan gejala Isolasi Sosial adalah:

bergantung pada pendapat orang lain, evaluasi diri bahwa individu tidak ampu

dalam menghadapi suatu peristiwa, melebih-lebihkan umpan balik negatif tentang

diri sendiri, hanya berdiam diri , tidak ingin memulai obrolan dengan orang lain

,pandangan saat berbicara kosong , mata tidak berani menatap, pandangan

menunduk
d. Mekanisme koping

Setelah menganalisa kedua pasien tersebut ditemukan data mekanisme

koping untuk kedua kasus tersebut. Pada pasien 1 menggunakan koping

maladaptif saat ada masalah. Pasien mengurung diri, di lingkungan rumah nya dan

teman terdekatnya dan tidak mau berinteraksi dengan temannya, pasien

mengatakan jika ada masalah hanya dipendam sendiri dan menghindar tidak mau

menyelesaikan masalahnya. Sedangkan pasien 2 menggunakan koping

maladaptrif saat ada masalah. Menghindar, pasien menjauh pada saat ingin diajak

ngobrol dan menyelesaikan masalah. Pasien hanya memendam masalahnya

sendiri tidak mau bercerita dengan orang lain. Hal tersebut di karenakan kedua

pasien tidak memiliki keinginan untuk menyelesaikan masalah dan tidak mau

menerima keadaan yang ada. Mekanisme koping yang di hadapi oleh kedua

pasien tersebut sejalan dengan teori menurut Stuart (2006) mekanisme koping

termasuk pertahanan jangka pendek atau jangka panjang serta penggunaan

mekanisme peretahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi

persepsi diri yang menyakitkan.

e. Penatalaksanaan

Pada pasien 1 mengkonsumsi obat Haloperidol 5mg 3x1 , Trihexyphenidil

2 mg 3x1, Chlorpomazin 100 mg 1x1 , setelah dianalisa dapat di simpulkan

bahwa pasien 1 dan pasien 2 Haloperidol 5mg 3x1 , Trihexyphenidil 2 mg 3x1,

Chlorpomazin 100 mg 1x1 setelah diperhatikan ternyata terdapat kesamaan obat.

Skizofrenia atau gangguan lain kemudian dilihat dari tanda dan gejalanya adalah

pasien sering mendengar suara-suara bisikan. Sedangkan fungsi obat merlopam

menurut Septa (2016) adalah untuk menghilangkan rasa kecemasan yang dialami
pasien. Sedangkan perbedaan obat pada pasien 1 dan 2 adalah pada pasien 1 tidak

mendapatkan terapi obat Haloperidol dan THP menurut Septa (2016) yang

Haloperidol berfungsi untuk mengatasi gejala psikosis pada gangguan mental,

seperti skizofrenia. Obat ini juga dapat membantu mengurangi gejala sindrom

Tourette. Sedangkan fungsi THP, yang berfungsi untuk mengobati gejala efek

samping dari obat psikiatri. Zyprxa yang berfungsi untuk mencegah kekambuhan

pada pasien dengan gangguan bipolar, karena pasien 1 sudah mendapatkan obat

Resperidone yang termasuk dalam golongan 2 yang memiliki efek samping

pasien sering merasa gelisah, insomnia, sakit kepala, pusing, tubuh mudah lelah,

gejala seperti penyakit perkinson, dan penurunan kesadaran. Sesuai dengan data

yang di dapat pada pasien 1 dan 2 sesuai dengan teori menurut Septa (2016)

adalah terapi farmakologi masih merupakan pilihan utama pada skizofrenia.

Pilihan terapi ini pada skizofrenia dipilih berdasarkan target tanda dan gejala pada

pasien yang mengalami skizofrenia. Tujuan pengobatan adalah untuk mencegah

bahaya pada pasien, mengontrol prilaku pasien, dan untuk mengurangi gejala

psikotik pada pasien seperti agitasi, agresif, negatif simptom, serta gejala efek.

Rencana terapi yang diberikan adalah antipsikotik atipikal golongan

benzixosazole yaitu Resperidone 2x2 mg selama 5 hari sebagai dosis inisial.

Resperidone merupakan antipsikosis golongan obat yang memiliki efek untuk

mengurangi gejala negatif maupun positif. Obat ini mempunyai afinitas tinggi

terhadap reseptor serotinin (5HT2) dan aktivitas menengah terhadap reseptor

domanin (D2), al a2 adrenergik, serta histamin sindrom psikotis berkaitan dengan

aktivitas neurotransmiter dopamine yang meningkat (hiperreaktivitas sistem

dopaminergik sentral), obat ini dapat memblokade dopamine pada reseptor pasca-
sinapatik neuron diotak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal

(dopamine D2 receptor antagonis).

Pengkajian yang telah dilakukan penulis mendapatkan hambatan yaitu

pasien yang kurang koperatif karena kedua pasien tampak tidak mau bersosialisasi

dengan orang lain, mengkritik diri dan menutup diri saat perawat datang untuk

melakukan tindakan keperawatan. Sebagai solusinya adalah dengan melakukan

BHSP (bina hubungan saling percaya) dan penulis menanyakan kepada dokter,

perawat ruangan dan tim kesehatan lainnya sehingga penulis dapat memperoleh

data-data yang lengkap.

5.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan tahap kedua dari proses keperawatan

yang merupakan tahapan penting karena penerapan rencana keperawatan

berdasarhan dari hasil diagnosis keperawatan.

Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus 1 ada empat diagnosa

keperawatan yaitu: Isolasi Sosial, GSP: Halusinasi Pendengaran, dan Defisit

perawatan Diri,Harga Diri koping individu tidak efektif Sedangkan pada pasien

2 terdapat empat diagnosa yaitu: Isolasi Sosial, GSP: Halusinasi Pendengaran, dan

Defisit Perawatan Diri,Harga Diri Rendah. Pada pasien 1 diagnosa keperawatan

sesuai dengan teori menurut Yosep (2011) yang dapat diangkat berdasarkan

pohon masalah : Isolasi Sosial, GSP : Halusinasi Pendengaran, Harga Diri Rendah

dan Defisit Perawatan DiriTerdapat kesamaan pasien 1 dan pasien 2 pasien 1

muncul diagnosa GSP: Halusinasi Pendengaran saat dikaji pasien mengatakan

sering mendengar suara-suara bisikan pada malam hari suara tersebut membuat

pasien merasa terganggu dan ketakutan pasien mengatahkan mendengar suara


tersebut pada malam hari setiap 1 menit sekali, pasien tampak komat kamit dan

berbicara sendiri. Sedangkan pada pasien 2 muncul diagnosa GSP: Halusinasi

Pendengaran saat dikaji pasien mengatakan sering mendengar suara adiknya,

pasien mengatakan saat mendengar suara tersebut pasien merasa kangen dengan

adiknya, pasien mengatakan mendengar suara tersebut pada siang hari setiap 5

menit sekali, pasien terlihat melamun dan memikirkan sesuatu dan ingin bertemu

dengan adiknya pada saat mendengar suara adiknya. Untuk diagnosa

GSP:Halusinasi pendengaran diagnosa nya tidak aktual, karena pasien lebih

cenderung ke diagnosa Isolasi Sosial dan data pun menunjukan ke diagnosa

Isolasi Sosial

Diagnosa IsolasinSosial adalah diagnosa aktual dan prioritas utama atau

core problem, Isolasi sosial adalah effect dari kedua pasien karena saat pengkajian

serta observasi perawat dan tim kesehatan yang lain pasien 1 dan pasien 2 banyak

mengatahkan tidak ingin berbicara dengan orang lain , dan menutup diri. Pasien

tampak diam dan menyendiri, pasien tidak mampu memulai pembicaraan, pasien

tampak mengkritik diri sendiri, kontak mata kurang, dan tidak mau bersosialisasi

dengan orang lain.

Penulis dalam merumuskan masalah atau diagnosis keperawatan tidak

menemukan hambatan karena berkat bimbingan rumah sakit dan bimbingan dari

insitusi dan literatur sumber-sumber buku keperawatan jiwa yang telah membantu

dalam menentukan diagnose keperawatan ada pun faktor-faktor pendukung nya

yaitu tersedianya buku-buku sumber tentang isolasi social dan data-data

pencatatan keperawatan pasien di ruangan dengan melihat status psien dan

melihat secara langsung tingkah laku pasien dan perkembangan nya.


5.2.3 Intervensi Keperawatan

Perencanaan merupakan tahap ketiga dalam proses keperawatan dimana

pada tahap ini penulis menetapkan tujuan, kriteria hasil, dan prioritas masalah.

Tujuan yang ditetapkan mengacu pada SMART (spesifik, Measurable, Achivieble,

Reliable dan Time ).

Intervensi yang direncanakan untuk pasien 1 dan 2 sama karena kondisi

pasien menujukan tanda dan gejala berupa : tidak ingin memulai pembicaraan,

kontak mata kurang, hanya beridam diri , murung. Untuk penetapan tujuan dan

kriteria hasil terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, pada teori tidak di

alokasikan kriteria waktu sedangkan pada kasus ditetapkan kriteria waktu yaitu

6x20 menit. Strategi Pelaksanaan (SP)1 : Membina hubungan saling percaya

dengan mengungkapkan prinsip komunikasi teraupeutik ,pasien dapat

menyebutkan penyebab isolasi social, pasien mampu menyebutkan keuntungan

berhubungan dengan orang lain, pasien mampu menyebutkan keuntungan dan

kerugian hubungan dengan orang lain, pasien mampu menjelaskan perasaan

berhubungan dengan orang lain,mengajarkan ke pasien cara berkenalan dengan

orang lain. Strategi Pelaksanaan (SP)2 : mengajarkan pasien bagaimana cara

bekenalan dengan orang lain Strategi Pelaksanaan (SP)3 : mengajarkan pada

pasien cara berkenalan dengan beberapa orang atau lebih .

Sedangkan dalam membuat rencana tindakan mengacu pada teori dan

kondisi saat ini. Hal ini untuk mempermudah penulis dalam menevaluasi tingkat

perkembangan kondisi pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan. Penulis

membuat perencanaan keperawatan tidak mengalami hambatan apa pun

dikernakan penulis dapat membina hubungan saling percaya dan merencanakan


sesuai dengan kondisi pasien, serta ada nya kerja sama antara perawat ruangan

dalam melakukan intervensi.

5.2.4 Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan merupakan tahap ke empat dalam proses

keperawatan. Penulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan mengacu

dengan kondisi situasi dan kebutuhan pasien saat ini.

Implementasi pada pasien 1 berupa pasien 1 hanya mampu melakukan

sampai SP 3 kegiatan positif yang dimilikinya. Hal tersebut menyebabkan

diantara kedua pasien memiliki kesenjangan yaitu pasien 2 mampu melakukan

sampai dengan SP 2 sesuai dengan intervensi yang ingin dicapai karena

implementasi pasien dilakukan selama 6hari, sedangkan pasien 1 tidak sesuai

dengan intervensi yang ingin dicapai dikernakan pasien kurang koperatif yang

menyebabkan pasien terhambat dalam melakukan SP.

Sedangkan menurut Afnuhazi (2015) implementasi adalah pelaksanaan

keperawatan oleh pasien. Hal yang harus diperhatikan ketika melakukan

implementasi adalah tindakan keperawatan yang akan dilakukan implementasi

pada pasien dengan Isolasi Sosial dilakukan secara interaksi dalam melaksanakan

tindakan keperawatan, perawat harus lebih dulu melakukan hubungan saling

percaya (BHSP), mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

pasien, pasien dapat menilai kemampuan yang digunakan, pasien dapat

menetapkan atau merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang

dimilikinya.

Adapun faktor-faktor penghambat menurut penulis adalah karena pasien 1

lebih koperatif dalam melakukan tindakan positif yang ada pada dirinya walaupun
pasien merasa malu-malu tetapi karena diberikan pujian pasien lebih dihargai.

Pasien mengatahkan senang dan membuat pasien selalu melakukan kegiatan

positif. Sedangkan pasien 2 kurang koperatif dalam melakukan tindakan hal ini

ditandai dengan pasien sering merasa malu dan selalu mengathkan tidak mampu

melakukan sesuatu walaupun sudah di berikan pujian.

Adapun faktor pendukung yaitu adanya kerja sama dengan perawat

ruangan dokter dan tenaga kesehatan lainnya serta adanya lampiran discard

planning sehingga penulis melaksanakan asuhan keperawatan.

5.2.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan suatu proses keperawatan yang memungkinkan

perawat untuk menetukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil untuk

meningkatkan kondisi klien (Potter & Perry, 2009). Pada tahap evalaluasi

melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan pada pasien 1 dan pasien 2

yang telah dilakukan dari tanggal 28 Januari 2019 sampai 2 Febuari 2019.

Kriteria hasil yang dicapai pada pasien 1 hanya mampu menyelesaikan 3

kegiatan positif yang dimiliki saja. Sedangkan pada pasien 2 menyelesaikan dari

SP 1 sampai SP 4 (pasien mampu membina hubungan saling percaya dengan

perawat, pasien mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang

dimilikinya, pasien mampu menilai kemampuan yang digunakan, pasien mampu

menetapkan kegiatan sesuai dengan kemampuan pasien.

Terdapat kesenjangan diantara kedua pasien yaitu pasien 1 lebih koperatif

dalam melakukan kegiatan aspek positif yang dimilikinya. Pasien tampak

bersemangat dan senang dalam melaksanakan SP1, SP 2, SP 3. Sedangkan pada


pasien 2 kurang koperatif dan kurang bersemangat sehingga menghambat

kemajuan SP yang dilakukan selama 6 hari.

Agar tujuan tercapai perawat sebaiknya melakukan bina hubungan saling

percaya (BHSP) yang lebih sering. Namun kedua pasien memiliki persamaan

yaitu sama-sama tidak memenuhi kriteria hasil pada tujuan khusus yang ke 6 yaitu

tidak dapat memanfaatkan system pendukung yang ada di keluarga karena selama

melakukan penelitian selama 6 hari keluarga pasien tidak mengunjungi pasien

selama di Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit.

Faktor penghambat melakukan evaluasi yaitu kurangnya waktu dalam

melakukan pendekatan maupun pelaksanaan SP pada pasien. Solusinya lebih

ditambahkan lagi waktu agar lebih efektif lagi dalam melakukan asuhan

keperawatan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis membahas secara keseluruhan tentang Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Tn.C dan Tn.F yang mengalami skizofrenia dengan

Isolasi Sosial di Ruang Belimbing Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit

(RSKD) Duren Sawit Jakarta Timur. Maka pada bab ini penulis menarik

kesimpulan dan saran sebagai berikut.

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Pengkajian

Kedua pasien memiliki kesamaan pada faktor predisposisi yaitu penolakan

yang termasuk dalam faktor psikologis. Sedangkan Faktor presipitasi yang

dialami pada pasien 1 yaitu pasien mengalami konflik peran keluarga. sedangkan

pada pasien 2 mengalami ketegangan atau peran frustasi yang berulang kali dan

kurang mempunyai tanggung jawab personal.

Tanda dan gejala pada pasien 1 dan pasien 2 terdapat perbedaan yaitu

pasien 1 pasien lebih koperatif pada saat di ajak berbicara dengan perawat.

Sedangkan pasien 2 kurang kooperatif pasien tampak murung, menyendiri,

merasa tidak mampu, tidak berharga, perasaan negatif dan mengkritik diri sendiri,

dan takut.

Mekanisme koping yang digunakan oleh pasien 1 dan pasien 2 adalah

sama yaitu menggunakan koping maladaptif yaitu menghindar karena pasien

cenderung tidak mau menghadapi masalah yang ada di hidupnya.


Penatalaksanaan medis kedua pasien berbeda yaitu pada pasien 1

mengkomsumsi obat Haloperidol 5mg 3x1 , Trihexyphenidil 2 mg 3x1,

Chlorpomazin 100 mg 1x1 sedangkan pada pasien 2 mengkomsumsi obat

Haloperidol 5mg 3x1 , Trihexyphenidil 2 mg 3x1, Chlorpomazin 100 mg 1x1

5.1.2 Diagnosis

Diagnosis keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial antara teori dan

kasus terdapat kesamaaan, pada pasien 1 ditegakan empat diagnosa sedangkan

pada pasien 2 ditegakan empat diagnosa.

5.1.3 Intervensi

Perencanaan dibuat dengan alokasi waktu dengan kriteria hasil dan

rencana tindakan disesuaikan dengan kondisi pasien serta kemampuan penulis

dalam melakukan asuhan keperawatan.

5.1.4 Implementasi

Tindakan yang sudah di rencanakan di intervensi antara pasien 1 dan

pasien 2 berbeda, pada pasien 1 hanya mampu melakukan 3 kegiatan positif.

Sedangkan pada pasien 2 mampu melakukan 4 kegiatan positif

5.1.5 Evaluasi

Pasien 1 tidak memenuhi strategi pelaksanan sampai SP. Pasien tidak mau

melakukan kegiatan positif yang ke empat. Sedangkan pasien 2 dapat memenuhi

strategi pelaksanaan dari 1 sampai 4. Cuma 2 sp


5.2 Saran

5.2.1 Rumah Sakit

Saran untuk insitusi RSKD Duren Sawit Khusus nya Di Ruang Belimbing

di harapkan tetap menerapkan asuhan keperawatan jiwa sesuai dengan masalah

secara teraupeutik sehingga mempermudah evaluasi keadaan pasien dan kerja

sama antara tim kesehatan lainnya yang berada di lingkungan rumah sakit khusus

daerah duren sawit Jakarta timur.

5.2.2 Saran institusi pendidikan

Saran untuk insitusi pendidikan supaya lebih bersabar dalam membimbing

mahasiswa selama proses pembuatan karya tulis ilmiah ini dan lebih memberikan

motivasi lagi kepada mahasiswa supaya lebih giat dan tekun dalam membuat

karya tulis ilmiah nya. Kepada insitusi pendidikan universitas mh thamrin

khususnya perpustakaan diharapkan memberikan buku-buku yang terbaru

sehingga dapat memudahkan mahasiswa dalam pembuatan karya tulis ilimiah ini.

Sumber up to date untuk asuhan keperawatan jiwa yang mengalami skizofrenia

dengan harga diri rendah kronik.

5.2.3 Mahasiswa

Saran untuk mahasiswa sebelum melakukan interaksi pada pasien

hendaknya harus mempersiapkan diri dan lebih banyak membaca literature dan

mahasiswa wajib harus memahami konsep tentang asuhan keperawatan pada

pasien isolasi sosial dan sehingga mampu menerapkan cara-cara dan langkah –

langkah atau prinsip asuhan keperawatan untuk pasien yang mengalami

skizofrenia dengan isolasi sosial, yaitu memotivasi pasien untuk melakukan

kegiatan yang bisa di lakukan selama di rumah sakit khusus daerah duren sawit

(RSKD).
DAFTAR PUSTAKA

Riset Kesehatan Dasar (2013). Laporan Nasional Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen RI.

Riset Kesehatan Dasar (2007). Laporan Nasional Jakarta Badan Penelitan dan
Pengembangan Kesehatan Departemen RI.

Stuart, Gait W. (2008). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC.

Yosep, Iyus, Sutini, Titin (2014) Buku Ajar Keperawatan Jiwa ( danadvance
mental healthy nursing). Bandung: Refika Aditama.

Keliat, Budi Anna, dkk. (2009) Proses Keperawatan Jiwa. Edisi 2 Jakarta: EGC.

Videback, sheila. (2008) Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Nursalam (2016). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Dermawan, D. & Rusdi. (2010). Keperawatan jiwa: konsep dan kerangka kerja
asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Keliat, B. A., dkk. (2005). Proses keperawatan kesehatan jiwa, Edisi 2. Jakarta :
EGC.

https://jakarta.go.id/artikel/konten/1189/duren-sawit-rumah-sakit-khusus-daerah

Setiadi, (2012). Konsep Penulisan Asuhan Keperawatan Yogyakarta

Sutejo (Nanda,2016). Keperawatan Jiwa Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Sutejo (Stuart, 2006). Keperawatan Jiwa Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Sutejo, (2016). Keperawatan Jiwa Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Sutejo, (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru : Press

Tendry Septa, (2016). Diagnosis Dan Tatalaksana Skizofrenia

Widanti 2017; Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia. Volume 3, no 1

Yosep, Iyus (Andresan, 2008). Keperawatan Jiwa Edisi Revisi: Bandung Refika
Aditama
MATRIKS PERBAIKAN KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MH THAMRIN

PENGUJI 1 Hisayat Penguji 2 Penguji 3


NO MATERI Turochman, Skm. Ns. Dwinara Febrianti, Ns. Riris Octryna,
Ma M.Kep.,Sp.Kep, J M.Kep,Sp.Kep.J
1. Cover - - -

2. Kata pengantar Mengubah latar - -


belakang

3. Abstrak Lengkapi abstrak - -

4. BAB 1 Perbaiki batasan


masalah manfaat
teoritis
Manfaat praktis

5. BAB 2 - Perbaiki pohon diagnosa

6. BAB 3 Perbaiki metode


penelitian

7. BAB 4 Perbaiiki analisa data Perbaiki halaman Perbaiki data factor


8. presdisposisi
Perbaiki tabel psikososial
perbaiki tabel, huruf,
Perbaiki perencanaan dan spasi

9. Bab 5

Anda mungkin juga menyukai