Anda di halaman 1dari 5

KASUS 12 (MEGA PUSPITA):

Seorang pasien laki-laki usia 24 thn, masuk UGD dengan hipoksia, hipotermia berat, terdapat
faktur pada costae 5, suara napas menghilang dan terdengar suara pekak pada area fraktur,
dilakukan pemeriksaan USG dengan hasil terdapat ± 1500 cc didalam rongga pleura. Kondisi
terjadi saat terjadi kecelakaan mobil.

Tutor Guide:
1. Melihat tanda dan gejala yang dirasakan pasien diatas apakah kemungkinan diagnose
medis pasien tersebut?
Diagnosa Hemotoraks (Hematotoraks)

2. Jika anda sudah menentukan diagnose pasti pasien tersebut, apakah yang dimaksud
dengan diagnose medis tersebut (pengertiannya)?.
Akumulasi darah dalam dada, atau hemothoraks adalah masalah yang relative umum,
paling sering akibat cedera untuk struktur intrathoracic atau dinding dada. (Bararah,
2013)
Hematothoraks merupakan suatu keadaan di mana darah terakumulasi pada rongga pleura
yang disebabkan karena adanya trauma pada dada yang menjadi predisposisi terpenting
perembesan darah berkumpul di kantong pleura tidak bisa diserap oleh lapisan pleura.
(Muttaqin, 2012)

3. Bagaimanakah mekanisme terjadinya hipoksia dan hipotermia berat tersebut?


Mekanisme hipoksia (kekurangan suplai O2) seluler yang berkelanjutan pada hipoksia
jaringan. Hipoksia pada tingkat jaringan dapat menyebabkan ransangan terhadap
cytokines yang dapat memacu terjadinya Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS),
Systemic Inflamation Response Syndrome (SIRS) dan sepsis.
Atau hipoksianya bisa terjadi karena adanya cairan jadi proses pertukaran gas o2 sama
co2 nya terganggu. Jd pemenuhan kebutuhan oksigenya tidak tercukupi.

Kalau hipotermianya bisa terjadi syok akibat perdarahanya

4. Guna menegakkan diagnose medis pasti pasien tersebut pemeriksaan penunjang apakah
yang harus dilakukan dan bagaimana hasilnya?

1) Ronsen Thorax : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area


Pleura. Pada kasus trauma tumpul dapat terlihat pada foto toraks,
seperti fraktur kosta atau pneumotoraks.
2) Analisis Cairan Pleura
Pada analisis cairan pleura, setelah dilakukan aspirasi, cairan tersebut diperiksa kadar
hemoglobin atau hematokrit. Dikatakan hemotoraks jika kadar hemoglobin atau
hematokrit cairan pleura separuh atau lebih dari kadar hemoglobin atau hematokrit darah
perifer
3) CT scan
CT scan merupakan pemeriksaan yang cukup akurat untuk mengetahui cairan pleura
atau darah, dan dapat membantu untuk mengetahui lokasi bekuan darah. Selain itu, CT
scan juga dapat menentukan jumlah bekuan darah di rongga pleura (Mancini, 2015)
4) Analisa Gas Darah
5) Hemoglobin : Kadar Hb menurun < 10 gr %, menunjukkan
kehilangan darah
6) Volume tidal menurun < 500 ml, kapasitas vital paru menurun
(Bararah, 2013)
7) Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa (Hemothorak).
8) WSD

5. Tataklaksana medis apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah pasien tersebut
dan bagaimana caranya?

Tujuan utama tatalaksana dari hematotoraks adalah untuk menstabilkan hemodinamik


pasien, menghentikan perdarahan dan mengeluarkan darah serta udara dari rongga pleura.
Langkah pertama untuk menstabilkan hemodinamik adalah dengan resusitasi seperti
diberikan oksigenasi, cairan infus, transfusi darah, dilanjutkan pemberian analgetik dan
antibiotic
6. Bila masalah pasien tersebut tidak segera diatasi kemungkinan buruk apa yang akan
terjadi?
Apabila penanganan pada kasus hematotoraks tidak dilakukan segera maka kondisi
pasien dapat bertambah buruk karena akan terjadi akumulasi darah di rongga thoraks
yang menyebabkan paru-paru kolaps dan mendorong mediastinum serta trakea ke sisi
yang sehat, sehingga terjadi gagal napas dan meninggal, fibrosis atau skar pada
membrane pleura, Ateletaksis, Shok, Pneumothoraks, Pneumonia, Septisemia

7. Selain tanda dan gejala yang ada pasien tersebut, Data tanda dan gejala apalagi yang
perlu anda tambahkan guna menegakkan diagnose keperawatan yang akan mucul pada
pasien tersebut?
Adapun tanda dan gejala adanya hematotoraks dapat bersifat simptomatik namun dapat
juga asimptomatik. Asimptomatik didapatkan pada pasien dengan hematotoraks yang
sangat minimal sedangkan kebanyakan pasien akan menunjukan simptom, diantaranya:
Nyeri dada yang berkaitan dengan trauma dinding dada, tanda-tanda shok seperti
hipotensi, dan nadi cepat, pucat, akral dingin, tachycardia, dyspnea, hypoxemia, anxiety
(gelisah), cyanosis, anemia, deviasi trakea ke sisi yang tidak terkena, gerak dan
pengembangan rongga dada tidak sama (paradoxical), penurunan suara napas atau
menghilang pada sisi yang terkena, dullness pada perkusi, adanya krepitasi saat palpas

8. Apakah diagnosa keperawatan yang paling utama pada pasien tersebut?


Diagnose pertama : ketidakefektifan pola pernapasan b/d penurunan ekpansi paru karena
gangguan muskuloskeletal
Diagnose kedua : bersihan jalan napas tidak efektif b/d sekresi banyak dan kental.

9. Apakah intervensi keperawatan mandiri dan kolaborasi yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah prioritasnya?

Intervensi :
a. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur.
Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada
sisi yang tidak sakit.
b. Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan
tanda-tanda vital.
R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat
stress fifiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan
dengan hipoksia.
c. Kaji pasien adanya area nyeri tekan bila batuk, napas dalam.
R/ sokongan terhadap dada dan otot abdominal membuat batuk lebih efektif atau
mengurangi trauma
d. Kaji fremitus
R/ Suara dan taktil fremitus (vibrasi) menurun pada jaringan yang terisi cairan atau
konsolidasi.
e. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan
pernapasan lebih lambat dan dalam.
R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan
sebagai ketakutan/ansietas.
f. Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 - 2 jam :
1) Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar.
R/ Mempertahankan tekanan negatif intrapleural sesuai yang diberikan, yang
meningkatkan ekspansi paru optimum/drainase cairan.
2) Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan pada batas yang
ditentukan.
R/ Air penampung/botol bertindak sebagai pelindung yang mencegah udara
atmosfir masuk ke area pleural.
3) Observasi gelembung udara botol penempung.
R/ gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan lubang angin dari
penumotoraks/kerja yang diharapka. Gelembung biasanya menurun seiring
dnegan ekspansi paru dimana area pleural menurun. Tak adanya gelembung dapat
menunjukkan ekpsnsi paru lengkap/normal atau slang buntu.
4) Posisikan sistem drainage slang untuk fungsi optimal, yakinkan slang tidak
terlipat, atau menggantung di bawah saluran masuknya ke tempat drainage.
Alirkan akumulasi dranase bela perlu.
R/ Posisi tak tepat, terlipat atau pengumpulan bekuan/cairan pada selang
mengubah tekanan negative yang diinginkan.
5) Catat karakter/jumlah drainage selang dada.
R/ Berguna untuk mengevaluasi perbaikan kondisi/terjasinya perdarahan yang
memerlukan upaya intervensi.
g. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
1) Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.
 Berikan oksigen tambahan melalui kanul/masker sesuai indikasi
 Awasi /gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri. Kaji kapasitas
vital/pengukuran volume tidal.
 Konsul photo toraks.
R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

Anda mungkin juga menyukai