Askep Dismenorea
Oleh:
1.2 Klasifikasi
Menurut Taber, 2000 Dismenore terbagi menjadi 2 , yaitu dismenore
primer dan dismenore sekunder :
1. Dismenore primer
Dismenore primer terjadi jika tidak ada penyakit organic, biasanya
dari bulan ke-6 sampai tahun ke-2 setelah menarke. Desminore ini
seringkali hilang saat berusia 25thn atau setelah wanita hamil dan
melahirkan pervaginam. Faktor psikogenik dapat mempengaruhi gejala,
tetapi gejala pasti berhubungan dengan ovulasi dan tidak terjadi saat
ovulasi disupresi. Selama fase luteal dan aliran menstruasi berikutnya,
prostaglandin F2 alfa (PGF2α) disekresi. Pelepasan PGF2α yang
berlebihan meningkatkan amplitude dan frekuensi reaksiuterus dan
menyebabkan vesospasme arteriol uterus, sehingga menyebabkan iskemia
dan kram abdomen bawah yang bersifak siklik. Respon sistemik terhadap
PGF2α meliputi nyeri punggung , kelemahan, mengeluarkan keringat,
gejala saluran cerna (anoreksia, mual, muntah, diare) dan gejala system
saraf pusat (pusing, sinkop, nyeri kepala, dan konsentrasi buruk)
(Heitkemper,dkk 1991). Penyebab pelepasan prostaglandin yang
berlebihan belum diketahui.
2. Dismenore sekunder
Dismenore sekunder dikaitkan dengan penyakit pelvis organic,
seperti endometriosis, penyakit radang pelvis, stenosis serviks, neoplasma
ovarium atau uterus dan polip uterus. IUD juga dapat menyebabkan
desminore sekunder. Dismenore sekunder dapat disalah artikan sebagai
desminore primer aatau dapat rancu dengan komplikasi kehamilan dini.
Pada kasus pemeriksaan pelvis abnormal dibutuhkan evaluasi selanjutnya
untuk menentukan diagnosis. Dismenore dapat timbul pada perempuan
dengan menometroragia yang meningkat. Evaluasi yang hati-hati harus
dilakukan untuk mencari kelainan dalam kavum uteri atau pelvis yang
dapat menimbulkan kedua gejala tersebut. Histeroskopi,
histerosalpingogram (HSG), sonogram transvaginal (TSV), dan
laproskopi, semuanya dapat digunakan untuk evaluasi. Pengobatak
ditujukan untuk memperbaiki keadaan yang mendasarinya.
1.3 Etiologi
Menurut Hanifa tahun 1999, faktor-faktor yang memegang peranan
dalam terjadinya dismenore yaitu diantaranya:
a. Dismenore Primer
Secara umum, nyeri haid timbul akibat kontraksi disritmik
miometrium yang menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari nyeri
yang ringan sampai berat di perut bagian bawah, bokong, dan nyeri
spasmodik di sisi medial paha. Penyebab Dismenore Primer antara lain :
1) Faktor kejiwaan
Pada gadia-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika
tidak mendapat penerangan yang baiktentang proses haid, akan mudah
timbul dismenoria.
2) Faktor konstitusi
Faktor ini, yang erat hubungannya dengan faktor tersebut diatas,
dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor
ini seperti: anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat
mempengaruhi timbulnya dismenore.
3) Faktor endokrin
Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada
dismenoria primer disebabkan noleh kontraksi uterus yang berlebihan.
Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan
kontraktilitas otot usus. Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase
korpus luteum. Menurut Novak dan Reynolds, hormon progesteron
menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus sedangkan hormon
estrogen merangsang kontraktilitas uterus.
4) Faktor alergi
Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi
antaara dismenorea dengan urtikaria, migraine, atau asma bronkhiale.
Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid.
b. Dismenori sekunder
Dalam dismenore sekunder, etiologi yang mungkin terjadi adalah:
1) Faktor konstitusi
Seperti kista, tumor atau fibroid.
2) Anomali uterus konginental
Seperti : rahim yang terbalik.
3) Endometriosis
Penyakit yang ditandai dengan adanya pertumbuhan jaringan
endometrium di luar rongga rahim. Endometrium adalah jaringan yang
membatasi bagian dalam rahim. Saat siklus mentruasi, lapisan
endometrium ini akan bertambah sebagai persiapan terjadinya
kehamilan. Bila kehamilan tidak terjadi, maka lapisan ini akan terlepas
dan dikeluarkan sebagai menstruasi.
Ovulasi
Poliferasi
Endimetrium dan Posisi Rahim
Meluruh pd Siklus tidak Normal
Peningkatan Hormon Menstruasi
Progtaglandin
Progesteron Meningkat
Ukuran Rahim
Terlalu Kecil
Kerusakan Tumor
Konstraksi Miometrium Dismenore Primer
Jaringan
dan Pembuluh Darah
Uterus
Udara terlalu
Nyeri Keluhan pada Seluruh dingin
Bagian Tubuh
Defisit perawatan
Kurang pengetahuan
diri
1.5 Manifestasi Klinis
Adapun menurut Reeder Martin 2011, tanda dan gejala dari dismenore
diantaranya:
a. Dismenore Primer
1. Deskripsi perjalanan penyakit
a) Dismenore muncul berupa serangan ringan, kram pada bagian tengah,
bersifat spasmodis yang dapat menyebar ke punggung atau paha
bagian dalam.
b) Umumnya ketidaknyamanan di mulai 1-2 hari sebelum menstruasi,
namun nyeri yang paling berat selama 24 jam pertama menstruasi dan
mereda pada hari kedua.
c) Dismenore kerpa di sertai efek samping seperti : Muntah, diare, sakit
kepala, sinkop, dan nyeri kaki
2. Karakteristik dan faktor yang berkaitan :
a) Dismenore primer umumnya di mulai 1-3 tahun setelah menstruasi.
b) Kasus ini bertambah berat setelah beberapa tahun samapai usia 23- 27
tahun, lalu mulai mereda.
c) Umumnya terjadi pada wanita nulipara , kasus ini kerap menuntun
signifikasi setelah kelahiran anak.
d) Lebih sering terjadi pada wanita obesitas.
e) Dismenore berkaitan dengan aliran menstruai yang lama.
f) Jarang terjadi pada atlet.
g) Jarang terjadi pada wanita yang memiliki siklus menstruasi yang tidak
teratur.
h) Nulliparity (belum pernah melahirkan anak)
i) Usia saat menstruasi pertama <12 tahun
b. Dismenore sekunder
1. Dismenore di mulai setelah usia 20 tahun
2. Nyeri berdifat unilateral.
A. Dismenore primer
a. Latihan
1) Latihan moderat, seperti berjalan atau berenang
2) Latihan menggoyangkan panggul
3) Latihan dengan posisi lutut di tekukkan ke dada, berbaring telentang
atau miring.
b. Panas
1) Buli-buli panas atau botol air panas yang di letakkan pada punggung
atau abdomen bagian bawah
2) Mandi air hangat atau sauna
c. Orgasme yang mampu menegakkan kongesti panggul.(peringatan :
hubungan seksual tanpa orgasme, dapat meningkatkan kongesti
panggul.
d. Hindari kafein yang dapat meningkatkan pelepasan prostaglandin
e. Pijat daerah punggung, kaki , atau betis.
f. Istirahat
g. Obat-obatan
1) Kontrasepsi oral menghambat ovulasi sehingga meredakan gejala
2) Mirena atau progestasert AKDR dapat mencegah kram.
3) Obat pilhan adalah ibuprofen, 200-250 mg, diminum peroral setiap
4-12 jam, tergantung dosis, namun tidak melebihi 600 mg dalam
24jam.
4) Aleve (natrium naproksen) 200mg juga bisa di minum peroral
setiap 6 jam.
h. Terapi Komplementer
i. Biofeedback
j. Akupuntur
k. Meditasi
l. Black cohos
B. Dismenore sekunder
a. PRP
PRP termasuk endometritis, salpoingitis, abses tuba ovarium, atau
peritonitis panggul. Organisme yang kerap menjadi penyebab meliputi
Neisseria Gonnorrhoea dan C. thrachomatis, seperti bakteri gram
negative, anaerob, kelompok B streptokokus, dan mikoplasmata genital.
Lakukan kultur dengan benar.
b. Terapi anti biotic spectrum-luas harus di berikan segera saat diagnosis
di tegakkan untuk mencegah kerusakan permanen (mis, adhesi,
sterilitas). Rekomendasi dari center for disease control and prevention
(CDC) adalah sebagai berikut :
a) Minum 400 mg oflaksasin per oral 2 kali/hari selama 14 hahri, di
tambah 500 mg flagyl 2 kali/hari selama 14 hari.
b) Berikan 250mg seftriakson IM 2 g sefoksitin IM, dan 1g
probenesid peroral di tambah 100 mg doksisiklin per oral , 2 kali/
hari selama 14 hari.
c) Untuk kasus yang serius konsultasikan dengan dokter spesialis
mengenai kemungkinan pasien di rawat inap untuk di berikan
antibiotic pe IV.
1.8 Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Riwayat
a. Riwayat menstruasi
1) Frekuensi dan keteraturan siklus
2) Lama dan jumlah aliran menstruasi
3) Hubungan antara dismenore dengan siklus dan aliran menstruasi.
b. Deskripsi nyeri
Rasa kram spasmodic atau menetap
2) Lokasi menyeluruh atau spesifik
3) Unilateral atau seluruh abdomen bagian bawah
4) Lokasi pada abdomen bagian bawah, punggung atau paha.
5) Memburuk saat palpasi atau bergerak
c. Gejala yang berkaitan
Gejala ekstragenetalia
2) Dispareunia- konstan atau bersiklus yang berhubungna dengan
silus menstruasi
2. Pemeriksaan fisik
a. Pencatatan usia dan berat badan
b. Pemeriksaan speculum
Observasi ostiumm uteri untuk mendeteksi polip.
2) Catat warna atau bau yang tidak biasa dari rabas vagina , lakukan
pemeriksaan sediaan basah.
3) Persiapkan uji kultur serviks, kultur IMS, dan uji darah bila perlu,
berdasarkan riwayat pasien.
c. Pemeriksaan bimanual
Catat nyeri tekan akibat gerakan serviks
2) Catat ukuran bentuk dan konsestensi uterus, periksa adanya
fibroid.
3) Catat setiap masa atau nodul pada adneksa, terutama nyeri
unilateral.
4) Catat bila terdapat sistokel atau prolaps uterus.
B. Diagnosa
1. Nyeri akut b/d gangguan menstruasi (dismenore)
2. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan umum
3. Ansietas b/d perubahan status kesehatan
4. Defisit perawatan diri b/d keletihan dan keparahan nyeri
5. Kurang pengetahuan tentang proses terjadinya dismenore b/d kurang
informasi.
C. Intervensi
1. Dx: Nyeri akut b/d gangguan menstruasi (dismenore)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
pasien berkurang.
Kriteria hasil: - Nyeri berkurang/dapat diadaptasi
- Dapat mengindentifikasi aktivitas yang
meningkatkan/menurunkan nyeri
- skala nyeri ringan.
Intervensi:
O: - Observasi ulang tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30
menit setelah pemberian obat analgetik untuk mengkaji
efektivitasnya.
N: - Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan
berikan posisi yang nyaman ; misal waktu tidur, belakangnya
dipasang bantal kecil.
- Lakukan pijatan punggung bawah
E: - Ajarkan Relaksasi: Tehnik-tehnik untuk menurunkan
ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas
nyeri dan juga tingkatkan relaksasi masase.
- Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri
nonfarmakologi dan non invasive
- Ajarkan penggunaan kompres hangat.
- Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan
menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung.
K: - Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik. Kolaborasi
pemberian obat seperti penghambat sintesa prostaglandin
( PGSI), ibuprofen ( Motrin), naproxen sodium ( Anaprox)
dan ibuprofen setidaknya 48 jam sebelum terjadi menstruasi.