Anda di halaman 1dari 55

MANAJEMEN KASUS PADA GANGGUAN SISTEM

INTEGUMEN (HERPES ZOSTER)

Oleh:

Kelompok 5

1. Messy Wulandari (18301056)


2. Popy Oktaviana Agustin (18301062)
3. Resti Julita (18301064)
4. Riska Ramadani (18301066)
5. Tri Imelda Butar butar (18301073)

Program Studi Ilmu Keperawatan


Stikes Payung Negeri
Pekanbaru
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. hanya karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya makalah dapat selesai tepat waktu.Salawat dan salam tidak lupa ucapkan
kepada Nabi Muhammad saw. Tujuan penulisan makalah “Manajemen Kasus Pada
Gangguan Sistem Integumen (Herpes Zoster)” untuk menambah wawasan pembaca.
Penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Riska Febtrina,M.Kep, Sp. Kep. MB selaku
dosen pengampu mata kuliah keperawatan medical bedah III atas bimbingan yang
diberikan dalam penyusun makalah. Penulisan makalah belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis harapkan kritik dan saran dari pembaca.

Pekanbaru, 24 Oktober 2020

Kelomopok 5

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan..........................................................................................2
BAB II: TINJAUAN TEORITIS...............................................................................3
2.1 Anatomi dan Fisiologi....................................................................................3
2.2 Konsep Penyakit.............................................................................................21
2.3 MCP Teori/Kasus ........................................................................................ 42
2.4 Asuhan Keperawatan...................................................................................44
BAB III: PEMBAHASAN KASUS.........................................................................52
3.1 Pembahasan dan Asuhan Keperawatan Terkait Kasus................................52
3.2 Jurnal Terkait...............................................................................................56
3.3 Analisis Jurnal..............................................................................................56
3.4 Terapi Modalitas Keperawatan Atau Terapi Komplementer Terkait Pada
Gangguan...........................................................................................................58
3.5 Trend Issue, EBP dalam penatalaksanaan Terkait Gangguan Pada.............59
BAB IV: PENUTUP.................................................................................................60
4.1 Kesimpulan..................................................................................................60
4.2 Saran.............................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................61
LAMPIRAN .............................................................................................................62

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Herpes zoster dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Herpers zoster adalah
infeksi virus pada kulit yang disebabkan oleh virus yang sama dengan varisela,
yaitu virus varisela zoster. Herpe zoster ditandai dengan adanya nyeri hebat
unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermaton yang
dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglio serabut saraf sensorik dan viruss
kranialis. Tercatat ada tujuh jenis virus yang dapat menyebabkan penyakit herpes
pada manusia yaitu, Herpes Simpleks, Varizolla, zoster (VZV), Cytomegalovirus
(CMV), Epstein Barr (EBV), dan Human herpesvirus tipe 6 (HHC-6), tipe 7
(HHV-7), tipe 8 (HHV-8). Semua virus herpes memiliki ukuran dan morfologi
yang sama dan semuanya melakukan replikasi pada inti sel. (Bruner danSuddart.
2002)
Insiden herpes zoster tersebar merata diseluruh dunia, tidak ada
perbedaanangkat kesakitan antara pria dan wanita. Angka kesakitan
meingkatdenan peningkatan usia .diperirakan terdapat antara 1,3-5 per 1000 orang
per tahun. Lebih dari 2/3 kasus berusia diatas 50 tahun dan kurang 10% kasus
berusia dibawah 20 tahun. (Buner dan Suddart, 2002)
Pathogenesis herpes zoster belum seluruhnya diketahui.Selama terjadi
varisela, virus varisela zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan
mukosa ke ujung saraf sensorik dan ditransportasikan secara sentripetal melalui
serabut saraf sensoris ke gonglin sesnsoris. Pada ganglion terjadi infeksi laten,
virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi tetap
mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius. Herpes zoster pada
umumnya terjadi pada dermaton sesuai dengan lokasi ruam varisela yang
terpadat. Aktivits virus varisela zoster laten diduga karena keadaan tertentu yang
berhubungan dengan imunosupresi dan imunitas selular merupakan faktor penting
untuk pertahanan pejamu terhadap infeksi endogen.

1
Komplikasi herpes zoster dapat terjadi pada 10-15% kasus, komplikasi
terbanyak adalah neuralgia paska herpetic yaitu berupa raa nyeri yang persisten
setelah kursta terlepas. Komplikasi jarang terjadi pada usia dibawah 40 tahun,
tetapi hampir 1/3 kasus terjadi pada usia diatas 60 tahun. Penyebaran dari
ganglion yang terkena secara langsung atau lewat aliran darah sehingga terjadi
herpes zoster generalist. Hal ini dapat terjadi oleh karena defek imunologi karena
keganasan atau pengobatan imunosupresi.
Pada pasien mungkin muncul dengan iritasi, penurunan kesadaran yang
disertaai dengan pusing dan kekuningan pada kulit (jaudince) dan kesuulitan
bernafas atau kejang.Lesi biasanya hilang dalam 2 minggu. pengaktifan virus
yang berdominasi tersebut dalam di sebabkan penurunan daya tahan tubuh, stress,
depresi, alergi pada makanan, demam, trauma pada mukosa genital, menstruasi,
kurang tidur, dan kurang sinar ultra violet. (Bruner dan Suddart, 2002).
Secara umum pengobatan herpes zoster mempunyai 3 tujuan utama yaitu
dengan mengatasi infeksi virus akut, mengatasi nyeri akut yang di timbulkan oleh
virus herpes zoster dan mencegah timbulnya neuralgia paska herpetik.
1.2 Tujuan Penulisan
A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang Gangguan system integumen (Herpes Zoster)
B. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi
2. Untuk mengetahui konsep penyakit
3. Untuk mengetahui MCP Kasus
4. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan
1.3 Manfaat Penulisan
1. Penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi pemb
aca dan menjadi salah satu referensi bagi penulisan makalah selanjutnya tenta
ng Gangguan sisstem integumen (Herpes Zoster)
2. Menjadi pengalaman berharga bagi penulis dan menambah pengetahuan penul
is tentang Gangguan sistem integumen (Herpes Zoster).

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Anatomi dan Fisiologi
Anatomi Kulit
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar
16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5
– 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm
tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak
mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit
tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan
bokong.Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar
adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan
lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang
merupakan suatu lapisan jaringan ikat.Kulit memiliki fungsi melindungi bagian
tubuh dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar.Fungsi perlindungan
ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan
tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel kulit ari yang
sudahmati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat
serta pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar
ultra violet matahari.

Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang cukup besar dan seperti
jaringan tubuh lainnya, kulit juga bernafas (respirasi), menyerapoksigen dan
mengeluarkan karbondioksida. Kulit menyerap oksigen yang diambil lebih
banyak dari aliran darah, begitu pula dalam pengeluaran karbondioksida yang
lebih banyak dikeluarkan melalui aliran darah.Kecepatan penyerapan oksigen ke
dalam kulit dan pengeluarankarbondioksida dari kulit tergantung pada banyak
faktor di dalam maupundi luar kulit, seperti temperatur udara atau suhu,
komposisi gas di sekitar kulit, kelembaban udara, kecepatan aliran darah ke kulit,

3
tekanan gas di dalam darah kulit, penyakit-penyakit kulit, usia, keadaan vitamin
dan hormon di kulit, perubahan dalam metabolisme sel kulit dan pemakaian
bahan kimia pada kulit.

Sifat-sifat anatomis dan fisiologis kulit di berbagai daerah tubuh sangat


berbeda.Sifat-sifat anatomis yang khas, berhubungan erat dengan tuntutan-
tuntutan faali yang berbeda di masing-masing daerah tubuh, seperti halnya kulit
di telapak tangan, telapak kaki, kelopak mata, ketiak dan bagian lainnya
merupakan pencerminan penyesuaiannya kepada fungsinya masing-masing. Pada
permukaan kulit terlihat adanya alur-alur atau garis-garis halus yang membentuk
pola yang berbeda di berbagai daerah tubuh serta bersifat khas bagi setiap orang,
seperti yang ada pada jari-jari tangan, telapak tangan dan telapak kaki atau
dikenal dengan pola sidik jari(dermatoglifi).

Struktur Kulit

Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu : kulit ari (epidermis),sebagai
lapisan yang paling luar, kulit jangat (dermis, korium atau kutis) dan jaringan
penyambung di bawah kulit (tela subkutanea,hipodermis atau subkutis)

1. Kulit Ari (Epidermis)

Epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang paling menarik


untuk diperhatikan dalam perawatan kulit, karena kosmetik dipakai pada
bagian epidermis. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian
tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter misalnya pada telapak tangan

4
dan telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada
kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel epidermis disebut
keratinosit.Epidermis melekat erat pada dermis karena secara fungsional
epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang
merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis. Pada
epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu :

a. Lapisan tanduk (stratum corneum)

Merupakan lapisan epidermis yang paling atas, dan menutupi


semua lapisan epiderma lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas
beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses
metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air.Pada
telapak tangan dan telapak kaki jumlah baris keratinosit jauh lebih banyak,
karena di bagian ini lapisan tanduk jauh lebih tebal.Lapisan tanduk ini
sebagian besar terdiri atas keratin yaitu sejenis protein yang tidak larut
dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Lapisan ini
dikenal dengan lapisan horny,terdiri dari milyaran sel pipih yang mudah
terlepas dan digantikan oleh sel yang baru setiap 4 minggu, karena usia
setiap sel biasanya hanya 28 hari.

Pada saat terlepas, kondisi kulit akan terasa sedikit kasar sampai
muncul lapisan baru. Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung
sepanjang hidup, menjadikan kulit ari memiliki self repairing capacity
atau kemampuan memperbaiki diri. Bertambahnya usia dapat
menyebabkan proses keratinisasi berjalan lebih lambat.Ketika usia
mencapai sekitar 60 tahunan, proses keratinisasi, membutuhkan waktu
sekitar 45 - 50 hari, akibatnya lapisan tanduk yang sudah menjadi lebih
kasar, lebih kering, lebih tebal, timbul bercak-bercak putih karena
melanosit lambat bekerja dan penyebaran melanin tidak lagi merata serta
tidak lagi cepat digantikan oleh lapisan tanduk baru. Daya elastisitas kulit
pada lapisan ini sangat kecil, dan lapisan ini sangat efektif untuk

5
mencegah terjadinya penguapan air dari lapislapis kulit lebih dalam
sehingga mampu memelihara tonus dan turgor kulit, tetapi lapisan tanduk
memiliki daya serap air yang cukup besar.

b. Lapisan bening (stratum lucidum)

Disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di bawah lapisan


tanduk, dan dianggap sebagaipenyambung lapisan tanduk dengan lapisan
berbutir.Lapisanbening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-
kecil, tipisdan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar
(tembuscahaya).Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan
dantelapak kaki. Proses keratinisasi bermula dari lapisan bening.

c. Lapisan berbutir (stratum granulosum)

Tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang


mengandung butir-butir di dalam protoplasmanya, berbutir kasa dan
berinti mengkerut.Lapisan ini tampak paling jelas pada kulit telapak
tangan dan telapak kaki.

d. Lapisan bertaju (stratum spinosum)

Disebut juga lapisan malphigi terdiri atas sel-sel yang saling


berhubungan dengan perantaraanjembatan-jembatan protoplasma
berbentuk kubus.Jika sel-sellapisan saling berlepasan, maka seakan-akan
selnya bertaju.Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas
serabutprotein.Sel-sel pada lapisan taju normal, tersusun menjadibeberapa
baris.Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut banyak (polygonal),dan
makin ke arah permukaan kulit makin besar ukurannya.Diantara sel-sel
taju terdapat celah antar sel halus yang bergunauntuk peredaran cairan
jaringan ekstraseluler dan pengantaranbutir-butir melanin.Sel-sel di bagian
lapis taju yang lebih dalam,banyak yang berada dalam salah satu tahap
mitosis.Kesatuan-kesatuanlapisan taju mempunyai susunan kimiawi yang

6
khas.Inti-intisel dalam bagian basal lapis taju mengandung kolesterol,
asamamino dan glutation.

e. Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale)

Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris


sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan
dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis
di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus yang membatasi
epidermis dengan dermis.Pengaruh lamina basalis cukup besar terhadap
pengaturan metabolisme demo-epidermal dan fungsi-fungsi vital kulit.Di
dalam lapisan ini sel-sel epidermis bertambah banyak melalui mitosis dan
sel-sel tadi bergeser ke lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel
tanduk.Di dalam lapisan benih terdapat pula sel-sel bening (clear cells,
melanoblas atau melanosit) pembuat pigmen melanin kulit.

Penampang Lapisan Kulit Ari (Epidermis)

Visualisasi Lapisan Kulit Ari( Epidermis)

7
2. Kulit Jangat (Dermis)

Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa,tempat


keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau
kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot
penegak rambut (muskulus arektor pili). Sel-sel umbi rambut yang berada di
dasar kandung rambut, terus-menerus membelah dalam membentuk batang
rambut.Kelenjar palit yang menempel di saluran kandung rambut,
menghasilkan minyak yang mencapai permukaan kulit melalui muara
kandung rambut.

Kulit jangat sering disebut kulit sebenarnya dan 95 % kulit jangat


membentuk ketebalan kulit.Ketebalan rata-rata kulit jangat diperkirakan
antara 1 - 2 mm dan yang paling tipis terdapat di kelopak mata serta yang
paling tebal terdapat di telapak tangan dan telapak kaki.Susunan dasar kulit
jangat dibentuk oleh serat-serat, matriksinterfibrilar yang menyerupai selai
dan sel-sel. Keberadaan ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat,
memungkinkan membedakan berbagai rangsangan dari luar. Masing-masing
saraf perasa memiliki fungsi tertentu, seperti saraf dengan fungsi mendeteksi
rasa sakit, sentuhan, tekanan, panas, dan dingin. Saraf perasa juga
memungkinkan segera bereaksi terhadap hal-hal yang dapat merugikan diri
kita. Jika kita mendadak menjadi sangat takut atau sangat tegang, otot
penegak rambut yang menempel di kandung rambut, akan mengerut dan
menjadikan bulu roma atau bulu kuduk berdiri. Kelenjar palit yan menempel
di kandung rambut memproduksi minyak untuk melumasi permukaan kulit
dan batang rambut.Sekresi minyaknya dikeluarkan melalui muara kandung
rambut.

Kelenjar keringat menghasilkan cairan keringat yang dikeluarkan ke


permukaan kulit melalui pori-pori kulit. Di permukaan kulit, minyak dan
keringat membentuk lapisan pelindung yang disebut acid mantel atau sawar

8
asam dengan nilai pH sekitar 5,5. sawar asam merupakan penghalang alami
yang efektif dalam menangkal berkembang biaknya jamur, bakteri dan
berbagai jasad renik lainnya di permukaan kulit. Keberadaan dan
keseimbangan nilai pH, perlu terus-menerus dipertahankan dan dijaga agar
jangan sampai menghilang oleh pemakaian kosmetika. Pada dasarnya dermis
terdiri atas sekumpulan serat-serat elastic yang dapat membuat kulit berkerut
akan kembali ke bentuk semula dan serat protein ini yang disebut kolagen.
Serat-serat kolagen ini disebut juga jaringan penunjang, karena fungsinya
dalam membentuk jaringan-jaringan kulit yang menjaga kekeringan dan
kelenturan kulit.

Berkurangnya protein akan menyebabkan kulit menjadi kurang elastis


dan mudah mengendur hingga timbul kerutan. Faktor lain yang menyebabkan
kulit berkerut yaitu faktor usia atau kekurangan gizi. Dari fungsi ini tampak
bahwa kolagen mempunyai peran penting bagi kesehatan dan kecantikan
kulit.Perlu diperhatikan bahwa luka yang terjadi di kulit jangat dapat
menimbulkan cacat permanen, hal ini disebabkan kulit jangat tidak memiliki
kemampuan memperbaiki diri sendiri seperti yang dimiliki kulit ari.Di dalam
lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu kelenjar keringat dan
kelenjar palit.

a. Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)

Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan


duet yaitu saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit
membentuk pori-pori keringat.Semua bagian tubuh dilengkapi dengan
kelenjar keringat dan lebih banyak terdapat dipermukaan telapak tangan,
telapak kaki, kening dan di bawah ketiak.Kelenjar keringat mengatur suhu
badan dan membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari
tubuh.Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi
dan obat-obat tertentu. Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu :

1. Kelenjar keringat ekrin

9
Kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih, yaitu keringat
yang mengandung 95 – 97 persen air dan mengandung beberapa
mineral, seperti garam, sodium klorida, granula minyak, glusida dan
sampingan dari metabolism seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di
seluruh kulit, mulai dari telapak tangan dan telapak kaki sampai ke
kulit kepala. Jumlahnya di seluruh badan sekitar dua juta dan
menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24 jam pada orang
dewasa. Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-gulung
dan salurannya bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak
ada rambutnya.

2. Kelenjar keringat apokrin

Hanya terdapat di daerah ketiak, puting susu, pusar, daerah


kelamin dan daerah sekitar dubur (anogenital) menghasilkan cairan
yang agak kental, berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada
setiap orang. Sel kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga
dapat menimbulkan bau.Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar
sebasea pada saluran folikel rambut.Kelenjar keringat apokrin
jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang
disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia
akil baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon.

a. Kelenjar Palit (glandula sebasea)

Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan


dengan kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang
bermuara ke dalam kandung rambut (folikel).Folikel rambut mengeluarkan
lemak yang meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut.Kelenjar palit
membentuk sebum atau urap kulit.Terkecuali pada telapak tangan dan

10
telapak kaki, kelenjar palit terdapat di semua bagian tubuh terutama pada
bagian muka.

Pada umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai satu kelenjar


palit atau kelenjar sebasea yang bermuara pada saluran folikel rambut.Pada
kulit kepala, kelenjar palit atau kelenjar sebasea menghasilkan minyak untuk
melumasi rambut dan kulit kepala.Pada kebotakan orang dewasa, ditemukan
bahwa kelenjar palit atau kelenjar sebasea membesar sedangkan folikel
rambut mengecil. Pada kulit badan termasuk pada bagian wajah, jika produksi
minyak dari kelenjar palit atau kelenjar sebasea berlebihan, maka kulit akan
lebih berminyak sehingga memudahkan timbulnya jerawat.

3. Jaringan Penyambung (Jaringan Ikat) Bawah Kulit (Hipodermis)

Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan


limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit.Cabang-
cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit
jangat.Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau penyangga
benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan
sebagai cadangan makanan.Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak
bervariasi sepanjang kontur tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling
tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi tua, kinerja liposit dalam
jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian tubuh yang sebelumnya berisi
banyak lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit akan mengendur serta
makin kehilangan kontur.
Warna Kulit
Warna kulit sangat beragam, dari yang berwarna putih mulus, kuning, coklat,
kemerahan atau hitam.Setiap warna kulit mempunyai keunikan tersendiri yang
jika dirawat dengan baik dapat menampilkan karakter yang menarik.
Warna kulit terutama ditentukan oleh :

1. Oxyhemoglobin yang berwarna merah


2. Hemoglobin tereduksi yang berwarna merah kebiruan

11
3. Melanin yang berwarna coklat
4. Keratohyalin yang memberikan penampakan opaquepada kulit, serta
5. Lapisan stratum corneumyang memiliki warna putih kekuningan atau keabu-
abuan.
Dari semua bahan-bahan pembangun warna kulit, yang paling menentukan
warna kulit adalah pigmen melanin.Banyaknya pigmen melanin di dalam kulit
ditentukan oleh faktor-faktor ras, individu, danlingkungan. Melanin dibuat dari
tirosin sejenis asam amino dan dengan oksidasi, tirosin diubah menjadi butir-butir
melanin yang berwarna coklat, serta untuk proses ini perlu adanya enzim
tirosinase dan oksigen.Oksidasi tirosin menjadi melanin berlangsung lebih lancar
pada suhu yang lebih tinggi atau di bawah sinar ultra violet. Jumlah, tipe, ukuran
dan distribusi pigmen melanin ini akan menentukan variasi warna kulit berbagai
golongan ras atau bangsa di dunia. Proses pembentukan pigmen melanin kulit
terjadi pada butir-butir Melanosom yang dihasilkan oleh sel-sel melanosit yang
terdapat di antara sel-sel basal keratinosit di dalam lapisan benih.
Jenis-jenis Kulit
Upaya untuk perawatan kulit secara benar dapat dilakukan dengan
terlebih dahulu harus mengenal jenis-jenis kulit dan ciri atau sifat-sifatnya agar
dapat menentukan cara-cara perawatan yang tepat, memilihkosmetik yang sesuai,
menentukan warna untuk tata rias serta untuk menentukan tindakan koreksi baik
dalam perawatan maupun dalam tata rias. Kulit yang sehat memiliki ciri :
1. Kulit memiliki kelembaban cukup, sehingga terlihat basah atau berembun
2. Kulit senantiasa kenyal dan kencang
3. Menampilkan kecerahan warna kulit yang sesungguhnya
4. Kulit terlihat mulus, lembut dan bersih dari noda, jerawat atau jamur
5. Kulit terlihat segar dan bercahaya
6. Memiliki sedikit kerutan sesuai usia.

Pada umumnya jenis kulit manusia dapat dikelompokkan menjadi :

12
a) Kulit Normal
Kulit normal cenderung mudah dirawat. Kelenjar minyak (sebaceous
gland) pada kulit normal biasanya ‘tidak bandel’, karena minyak(sebum) yang
dikeluarkan seimbang, tidak berlebihan ataupunkekurangan. Meski demikian,
kulit normal tetap harus dirawat agar senantiasa bersih, kencang, lembut dan
segar.Jika tidak segera dibersihkan, kotoran pada kulit normal dapat menjadi
jerawat. Selain itu kulit yang tidak terawat akan mudah mengalami penuaan
dini seperti keriput dan tampilannya pun tampak lelah.
Ciri-ciri kulit normal adalah kulit lembut, lembab berembun, segar dan
bercahaya, halus dan mulus, tanpa jerawat, elastis, serta tidak terlihat minyak
yang berlebihan juga tidak terlihat kering.Meskipun jika dilihat sepintas tidak
bermasalah, kulit normal tetap harus dijaga dan dirawat dengan baik, karena
jika tidak dirawat, kekenyalan dan kelembaban kulit normal akan terganggu,
terjadi penumpukan kulit mati dan kotoran dapat menyebabkan timbulnya
jerawat.
b) Kulit Berminyak
Kulit berminyak banyak dialami oleh wanita di daerah tropis. Karena
pengaruh hormonal, kulit berminyak biasa dijumpai pada remaja puteri usia
sekitar 20 tahunan, meski ada juga pada wanita usia 30-40 tahun yang
mengalaminya. Penyebab kulit berminyak adalah karena kelenjar minyak
(sebaceous gland) sangat produktif, hingga tidak mampu mengontrol jumlah
minyak (sebum) yang harus dikeluarkan.Sebaceaous gland pada kulit
berminyak yang biasanya terletak di lapisan dermis, mudah terpicu untuk
bekerja lebih aktif. Pemicunya
dapat berupa factor internal atau faktor eksternal, yaitu :
a. Faktor internal meliputi :
1) Faktor genetis : anak dari orang tua yang memiliki jenis kulit
berminyak, cenderung akan memiliki kulit berminyak pula.
2) Faktor hormonal : hormon manusia sangat mempengaruhi produksi
keringat. Karena itulah pada wanita yang sedang menstruasi atau

13
hamil akan lebih sering berkeringat. Selain itu stres dan banyak gerak
juga dapat menjadi pemicu keringat berlebihan.
b. Faktor eksternal meliputi :
1) Udara panas atau lembab.
2) Makanan yang dapat merangsang keluarnya keringat seperti makanan
yang terlalu pedas baik karena cabai atau merica, makanan yang
terlalu asin, makanan yang berbumbu menyengat seperti bawang
putih, makanan yang terlalu berminyak serta makanan dan minuman
yang terlalu panas. Kulit berminyak memerlukan perawatan khusus
dibandingkan kulit normal. Pada jenis kulit ini, minyak berlebihan
yang dibiarkan akan menjadi media yang baik bagi pertumbuhan
bakteri yang pada saat selanjutnya akan menjadi jerawat, radang atau
infeksi.
Merawat kulit berminyak bukan berarti membuat kulit benar-benar
bebas minyak, karena minyak pada kulit tetap diperlukan sebagai alat
pelindung alami dari sengatan sinar matahari, bahan-bahan kimia yang
terkandung dalam kosmetika maupun terhadap polusi. Yang perlu dilakukan
adalah menjaga agar kadar sebum tetap seimbang dan kulit tetap dalam
keadaan bersih agar bakteri penyebab jerawat dapat terhambat. Memiliki jenis
kulit berminyak, memiliki kelebihan yaitu membantu menjaga kelembaban
lapisan dermis hingga memper-lambat timbulnya keriput.
Ciri-ciri kulit berminyak yaitu : minyak di daerah T tampak
berlebihan, tekstur kulit tebal dengan pori-pori besar hingga mudah menyerap
kotoran, mudah berjerawat, tampilan wajah berkilat, riasan wajah seringkali
tidak dapat melekat dengan baik dan cepat luntur serta tidak mudah timbul
kerutan.
3. Kulit Kering
Kulit kering memiliki karakteristik yang cukup merepotkan bagi
pemiliknya, karena pada umumnya kulit kering menimbulkan efek yang tidak
segar pada kulit, dan kulitpun cenderung terlihat berkeriput. Kulit kering

14
memiliki kadar minyak atau sebum yang sangat rendah dan cenderung
sensitif,sehingga terlihat parched karena kulit tidak mampu mempertahankan
kelembabannya. Ciri dari kulit kering adalah kulit terasa kaku seperti tertarik
setelah mencuci muka dan akan mereda setelah dilapisi dengan krim
pelembab. Kondisi kulit dapat menjadi lebih buruk apabila terkena angin,
perubahan cuaca dari dingin ke panas atau sebaliknya.Garis atau kerutan
sekitar pipi, mata dan sekitar bibir dapat muncul dengan mudah pada wajah
yang berkulit kering.

Berbagai faktor yang menjadi penyebab kulit menjadi kering, diantaranya :


1. Faktor genetik, merupakan kondisi bawaan seseorang, termasuk kondisi
kulit wajah yang kering.
2. Kondisi struktur kulit, dimana kondisi kelenjar minyak yang tidak mampu
memberi cukup lubrikasi untuk kulit, menimbulkan dehidrasipada kulit.
3. Pola makan, Pola makan yang buruk, kekurangan nutrisi tertentu seperti
vitamin A dan vitamin B merupakan salah satu pemicu kulit menjadi
kering.
4. Faktor lingkungan, Pengaruh lingkungan seperti terpapar sinar matahari,
angin, udara dingin, radikal bebas atau paparan sabun yang berlebihan saat
mandi atau mencuci muka pun akan sangat berpengaruh pada
pembentukan kulit kering
4. Penyakit kulit
Kondisi lainnya yang sangat berpeluang menjadi penyebab kulit
kering adalah karena kulit terserang penyakit tertentu seperti eksim, psoriasis
dan sebagainya. Kulit kering merupakan bentuk lain dari tanda tidak aktifnya
kelenjar thyroiddan komplikasi pada penderita diabetes. Kulit kering terjadi
jika keseimbangan kadar minyak terganggu.Pada kulit berminyak terjadi
kelebihan minyak dan pada kulit kering justru kekurangan minyak.Kandungan
lemak pada kulit kering sangat sedikit, sehingga mudah terjadi penuaan dini

15
yang ditandai keriput dan kulit terlihat lelah serta terlihat kasar. Kulit kering
memerlukan perawatan yang bersifat pemberian nutrisi agar kadar minyak
tetap seimbang dan kulit dapat selalu terjaga kelembabannya. Salah satu
keuntungan kulit kering adalah riasan wajah dapat lebih awet, karena kadar
sebum dalam lapisan dermis tidak berlebihan hingga riasan tidak mudah
luntur.
Kulit kering memiliki ciri-ciri : kulit halus tetapi mudah menjadi
kasar, mudah merekah dan terlihat kusam karena gangguan proses keratinisasi
kulit ari, tidak terlihat minyak berlebihan di daerah T yang disebabkan oleh
berkurangnya sekresi kelenjar keringat dan kelenjar palit atau kelenjar
minyak. Ciri lainnya yaitu mudah timbul kerutan yang disebabkan oleh
menurunnya elastisitas kulit dan berkurangnya daya kerut otot-otot, mudah
timbul noda hitam, mudah bersisik, riasan yang dikenakan tidak mudah
luntur, reaktivitas dan kepekaan dinding pembuluh darah terhadap
rangsangan-rangsangan berkurang sehingga peredaran darah tidak sempurna
dan kulit akan tampak pucat, suram dan lelah.
5. Kulit Sensitif
Diagnosis kulit sensitif didasarkan atas gejala-gejala penambahan
warna, dan reaksi cepat terhadap rangsangan. Kulit sensitif biasanya lebih
tipis dari jenis kulit lain sehingga sangat peka terhadap hal-hal yang bisa
menimbulkan alergi (allergen). Pembuluh darah kapiler dan ujung saraf pada
kulit sensitif terletak sangat dekat dengan permukaan kulit.Jika terkena
allergen, reaksinya pun sangat cepat. Bentuk-bentuk reaksi pada kulit sensitif
biasanya berupa bercak merah, gatal, iritasi hingga luka yang jika tidak
dirawat secara baik dan benar akan berdampak serius. Warna kemerahan pada
kulit sensitif disebabkan allergen memacu pembuluh darah dan
memperbanyak aliran darah ke permukaan kulit.Berdasarkan sifatnya tadi,
perawatan kulit sensitif ditujukan untuk melindungi kulit serta mengurangi
dan menanggulangi iritasi.

16
Kulit sensitif seringkali tidak dapat diamati secara langsung,
diperlukan bantuan dokter kulit atau dermatologuntuk memeriksanya dalam
tes alergi-imunologi. Dalam pemeriksaan alergi, biasanya pasien akan diberi
beberapa allergen untuk mengetahui kadar sensitivitas kulit. Kulit sensitif
memiliki ciri-ciri sebagai berikut : mudah alergi, cepat bereaksi terhadap
allergen, mudah iritasi dan terluka, tekstur kulit tipis, pembuluh darah kapiler
dan ujung saraf berada sangat dekat dengan permukaan kulit sehingga kulit
mudah terlihat kemerahan.
Faktor-faktor yang dapat menjadi allergen bagi kulit sensitif antara
lain : makanan yang pedas dan berbumbu tajam, kafein, nikotin dan minuman
beralkohol, niasin atau vitamin B3, kandungan parfum dan pewarna dalam
kosmetika, sinar ultraviolet dan gangguan stres. Kulit sensitif berbeda dengan
kulit reaktif.Meski timbul bercak kemerahan atau gatal-gatal akibat
penggunaan kosmetika tertentu, belum tentu menjadi gejala atau tanda kulit
sensitif. Kemungkinan bercak kemerahan tadi hanya menandakan iritasi
ringan, yang akan hilang sendiri. Kulit reaktif seperti ini dapat menjadi
sensitif jika iritasi kemudian meluas dan sukar sembuh.Untuk
membedakannya perlu dilakukan tes alergi-imunologi oleh dokter kulit.
6. Kulit Kombinasi atau Kulit Campuran
Faktor genetis menyebabkan kulit kombinasi banyak ditemukan di
Asia. Banyak wanita timur terutama di daerah tropis yang memiliki kulit
kombinasi : kering-berminyak atau normal-berminyak. Pada kondisi tertentu
kadang dijumpai kulit sensitif-berminyak. Kulit kombinasi terjadi jika kadar
minyak di wajah tidak merata. Pada bagian tertentu kelenjar keringat sangat
aktif sedangkan daerah lain tidak, karena itu perawatan kulit kombinasi
memerlukan perhatian khusus. Area kulit berminyak dirawat dengan
perawatan untuk kulit berminyak dan di area kulit kering atau normal dirawat
sesuai dengan jenis kulit tersebut.
Kulit kombinasi atau kulit campuran memiliki ciri-ciri sebagai
berikut : kulit di daerah T berminyak sedangkan di daerah lain tergolong

17
normal atau justru kering atau juga sebaliknya. Di samping itu tekstur kulit
sesuai jenisnya yakni di area kulit berminyak akan terjadipenebalan dan di
area normal atau kering akan lebih tipis.
Fungsi Kulit

Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut :

1. Pelindung atau proteksi

Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringan-


jaringan tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruh-
pengaruh luar seperti luka dan serangan kuman.Lapisan paling luar dari kulit
ari diselubungi dengan lapisan tipis lemak, yang menjadikan kulit tahan
air.Kulit dapat menahan suhu tubuh, menahan luka-luka kecil, mencegah zat
kimia dan bakteri masuk ke dalam tubuh serta menghalau rangsang-rangsang
fisik seperti sinar ultraviolet dari matahari.

2. Penerima rangsang

Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang


berhubungan dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan
getaran.Kulit sebagai alat perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi.

3. Pengatur panas atau thermoregulasi

Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluh


kapiler serta melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi saraf otonom.
Tubuh yang sehat memiliki suhu tetap kira-kira 98,6 derajat Farenheit atau
sekitar 36,50C. Ketika terjadi perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar
keringat kulit mengadakan penyesuaian seperlunya dalam fungsinya masing-
masing.Pengatur panas adalah salah satu fungsi kulit sebagai organ antara
tubuh dan lingkungan. Panas akan hilang dengan penguapan keringat.

4. Pengeluaran (ekskresi)

18
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar
keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa
garam, yodium dan zat kimia lainnya.Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak
saja disalurkan melalui keringat tetapi juga melalui penguapan air
transepidermis sebagai pembentukan keringat yang tidak disadari.

5. Penyimpanan, Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak.


6. Penyerapan terbatas

Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut dalam
lemak dapat diserap ke dalam kulit.Hormon yang terdapat pada krim muka
dapat masuk melalui kulit dan mempengaruhi lapisan kulit pada tingkatan
yang sangat tipis.Penyerapan terjadi melalui muara kandung rambut dan
masuk ke dalam saluran kelenjar palit, merembes melalui dinding pembuluh
darah ke dalam peredaran darah kemudian ke berbagai organ tubuh lainnya.

7. Penunjang penampilan

Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampak
halus, putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan.Fungsi lain dari
kulit yaitu kulit dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit
memerah, pucat maupun konstraksi otot penegak rambut.

2.2 Konsep Penyakit


A. Definisi Herpes Zoster
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
varisela yang mnyerang kulit dan mukosa.Infeksi ini merupakan keaktifan
virus yang terjadi setelah infeksi primer (ilmu penyakit kulit dan
kelamin).Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti
gerombolan vesikel unilateral, sesuai denga dermatomanya (persarafan).
Infeksi ini dialami oleh seseorang yang tidak mempunyai kekebalan terhadap
varisela (smeizer, Suzanne C.2001)

19
Menurut Jewerz.E.dkk herpes zoster adalah suatu penyakit sporadic
yang melemahkan pada orang dewasa yang ditandai oleh reaksi peradangan
radiks posterior syaraf dan ganglia.Diikuti oleh kelompok vesikel di atas kulit
yang di persyarafi oleh syaraf sensori yang terkena.
B. Etilogi Herpes Zoster
Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster dan
tergolong virus berinti DNA.Virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk
subfamiliy alfa herpes viriday. Berdasarkan sifat biologisnya seperti sirklus
reflikasi, penjamu, sifat sitotoksikdan sel tempat hidup laten yang di
klasifikasikan ke dalam 3 subfamiliy alfa, beta, gamma.
VVZ (virus varizela zoster) dalam subfamiliy alfa mempunyai sifat
khas yang menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang menimbulkan lesi
paskuler. Setelah infeksi primer, infeksi oelh virus herpes alfa biasanya
menetap dalam bentuk laten di dalam neuron dari ganglian. Virus laten ini
pada saatnya akan menimbulkan kekambuhan secara periodic. Secara invitro
virus herpes alfa mempunyai jajaran penjamu yang relative luas dengann
sirklus pertumbuhan yang pendek serta membupnyai enzim yang penting
untuk replikasi meliputi virus spesifik DNA polymerase dan virus spesifik
deoxysipiridina(thymidine) kinase yang disintesis di dalam sel yang
terinfesksi.
C. Patofisiolog / WOC
Menurut (Price, Sylvia Anderson. 2005)
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varisella zoster
(virus DNA).Setelah seseorang terkena infeksi primer dari virus varisella
zoster atau setelah seseorang terkena penyakit cacar air. Virus varisella zoster
akan menetap dalam kondisi dorman pada ganglion posterior susunan saraf
tepidan ganglion kranialis orang tersebut. Apabila system imun orang tersebut
rendah atau menurun misalnya karena pertambahan usia pada pasien usia
lanjut atau karena penyakit imun osupresif contohnya penyakit AIDS,
penyakit leukimia, dan penyakit limfoma maka virus varisella zoster tersebut

20
dapat aktif kembali dan menyebar melalui saraf tepi kekulit sehingga
menimbulkan penyakit herpes zoster.
Sebelum timbul gejala kulit terdapat, gejala predormal baik sistemik
(demam,pusing,malese), maupun gejala predormal lokal (nyeriotot-tulang,
gatal, pegal dan sebagainya). Setelah itu virus varisella zoster akan
memperbanyak diri (multipikasi) dan membentuk eritema yang dalam waktu
singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit eritematosa dan
edema, gejala ini akan terjadi selama 3-5 hari. Vesikel ini berisi cairan yang
jernih, kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu), dapat menjadi pustule
dan krusta. Penyebaran vesikel bersifat dermatomal mengikuti tempat
persarafan yang dilalui virus varisella zoster. Biasanya hanya satu saraf yang
terlibat, namun di beberapa kasus bisa jadi lebih dari satu saraf ikut terlibat.
Vesikel akan pecah dan berair, kemudian daerah sekitarnya akan mengeras

21
dan mulai sembuh, gejala ini akan terjadi 3-4 minggu. Pada sebagian kecil kasus, eritema tidak muncul tetapi ada rasa
sakit.

HERPES ZOZTER

Virus varsela zoester

Infeksi primer, infeksi virus alfa menetap dalam


Bentuk late neuron dari ganglion

Predisposisi pada klien pernah menderita cacar air,


System imun yang lemah da yang menderita kelainan manglinitas

Reaksi virus varisela zoester

Vesikula tersebar

14
Respon inflamasi Respon inflamasi Kondisi kerusakan Ganggilion posterior, ganggilion
Anterior
Local Siskemik Integritas kulit Susunan saraf tepi dan bagian
Motorik ganggion kranalis
Kranialis

Kerusakan saraf perifer Gangguan Respon psikologis gejala prodomal


Gastrointestinal siskemik
Nyeri Terjadi lesi pd kulit nyri otot

Mk: Nyeri akut Mual, anoreksia Mk: Gangguan citra demam, pusing Mk: Gangguan rasa
Mk: Kerusakan integritas dan malesie diri ketidaknyamanan
Kulit
Mk: Keseimbangan nutrisi reaksi inflamasi
Kurang dari kebutuhan
Mk: Hipertermi

15
Kurangnya pengethuan

Terjadinya garukan pada lesi

Port de entrée kuman

Mk: Resiko Infeksi

D. Manisfestasi Klinis Herpes Zoster


1. Gejala prodromal sistematik (demam, pusing, malaise) maupun gejala prodromal lokal (nyeri otot tulang, gatal,
pegal).
2. Setelah itu timbul aritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok, vesikel ini berisi cairan
yang jernih kemudan menjadi keruh (Berwarna abu-abu) dapat menjadi pustule dan krusta.
3. Gambaran yang khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan hampir selalu unilateral.

16
Menurut daerah peenyerangnya dikenal:
a) Herpes zoster of oftalmikus : menyerang dahi dan disekitar mata
b) Herpes zoster servikalis : menyerang pundak dan lengan
c) Herpes zoster torakalis : mennyerang dada dan perut
d) Herpes zoster lumbalis : meyerang bokong dan paha
e) Herpes zoster sakralis : menyerang sekitaran anus & genetalia
f) Herpes zoster atikum : menyerang telinga
E. Pemeriksaan Diagnostic Herpes Zoster
Tes diagnostik untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herps
simplex:
1. Tzanck Smear
a. Preparat dimbil dari scraping dasar vesikel yang masih baru, kemudian
diwarnai dengan perwanaan yaitu hematoxylin-eosin, Giemsa’s,
toluidine blue ataupun Papanicolaou’s. dengan menggunakan
mikroskop cahaya akan dijumpai multinucleated giant cells.
b. Pemeriksaan ini sensifitasnya sekitar 84%
c. Tes ini tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster dengan
herpes simpleks virus
2. Kultur dari cairan vesikel dan tes anti body: pemeriksaan digunakan untuk
membedakan diagnosis herpes virus.
3. Immunofluororescent: mengidentifikasi varicella disel kulit
4. Pemeriksaan mikroskop elektron
5. Kultur virus
6. Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ (Virus Varicella Zoster)
7. Deteksi antibody terhadap infeksi virus
8. Biosi kulit, pemeriksaan histopatologis tampak verikel intra epidermal
dengan degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada dermis bagian
atas dijumpai adanya lymphocytic infiltrate (Price, Silvia Anderson. 2005)

39
F. Komplikasi
Komplikasi herpes zoster menurut Bricker dkk, 2002 adalah sebagai berikut :
1. Neuralgia paska herpatik
Neuralgia paska herpatik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas
penyembuhan.Neuralgia ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan
sampai beberapa tahun. Keadaan ini cenderung timbul pada usia diatas 40
tahun, persentasinya 10-15% dengan gradasi nyeri yang bervariasi.
Semaki tua umur sipenderita maka makin tinggi presentasinya
2. Infeksi sekunder
Pada penderita tanpa disertai defenisi imunitas biasanya tampa
komplikasi. Sebaliknya pada yang ddisertai defenisi imunitas, infeksi
HIV, keganasan atau berusia lanjut dapat disertai komplikasi.Vesikel
sering menjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.
3. Kelainan pada mata
Pada herpes zoster oftatmikus, kelainan yang muncul dapat berupa: fotosis
paralitik, keratitis, sekrelitis, uveitis, korioratinitis, dan neuritis optic.
4. Sindrom Ramsay Hut
Sindrom ramsay hut terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan
otikus, sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis bell),
kelainan kulit yang sesuai dengan tingat persyarafan, tinnitus, vertigo,
gangguan pendengaran, nistagmus, nausea, dan gangguan pengecapan.
5. Paralisis motoric
Dapat terjadi 1-5% kasus, yang terjadi akibat perjalanan virus secara
berulang dari ganglion sensorik ke system syaraf yang
berdekatan.Paralisis ini biasanya muncul dalam 2 minggu sejak
munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi: diwajah, diafragma,
batang tubuh, ekstermitas, vesika urinaria, dan anus. Umumnya akan
sembuh sepontan.

40
G. Penatalaksanaan
Terapi sistematik umunya bersifat simtomatik, untuk nyerinya
diberikan analgetik, jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik. Pada
herpes zoster ovtalmikus mengingat komplikasinya diberikan obat antiviral
atau immunostymulator.Obat-obat ini juga dapat diberikan pada penderita
dengan defisiensi imunitas. Indikasi pemberian kortikosteroid ialah untuk
sindrom ramsay hut. Pemberian harus sedini-dininya untuk memcegah
terjadinya parasialis. (Judith M. Wilkinson. 2006)
Terapi sering digabungkan dengan obat antiviral untuk mencegah
fibrosis ganglin.Pengobatan topikal bergantung pada stadiumnya.Jika masih
stadium vesikel diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah
pecahnya vesikal agar tidak terjadi infeksi sekunder bila erosit diberikan
kompres terbuka kalau terjadi ulserasi dapat diberikan salap antibiotik. (Judith
M. Wilkinson. 2006)
Karna infeksi HSV tidak dapat disembuhkan, maka terapi di tujukan
untuk mengendalikan gejala dan menurunkan penularan virus.Obat anti virus
analognukleosida merupakan terapi yang anjurkan.Obat- obata ini bekerja
dengan menyebabkan deaktifasi atau mengantagonisasi DNA polymerase
HSV yang pada gilirannya menghentikan sintesis DNA dan replikasi virus.
(Judith M. Wilkinson. 2006)
Tiga obat anti virus yang dianjurkan oleh petunjuk CDC 1998 adalah
asiklovir, famsiklofir, dan valsiklofir. Obat anti virus harus di mulai sejak
awal tanda kekambuhan untuk mengurangi dan mempersingkat gejala.
Apabila obat tertunda sampai lesi kulit muncul, maka gejala hanya memendek

41
1 hari.Pasien yang mengalami kekambuhan 6 kali atau lebih sehahun sebaiknya di tawari terapi subpresif setiap hari yang
dapat mengurangi frekunsi kekambuhan sebesar 75 %.Terapi topikal dengan krim atau salep anti virus tidak terbuukti
efektif.Terapi subresif atau profilaksis d anjurkan untuk mengurangi resiko infeksi perinatal dan keharusan melakukan
seksioses area pada wanita yang positif HSV.Vaksin untuk mencegah infeksi HSV-2 sekarang sedang di teliti.
2.3 MCP

Key Assesment:

a. Nyeri
b. Suhu diatas normal ˃ 37˚C
c. Demam Kerusakan integritas kulit b.d
Nyeri akut b.d kerusakan d. TTV lesi dan perubahan pigmentasi
kulit/jaringan e. Lesi pada kulit (timbul bula
kulit (timbul bula, kemerahan)
dan kemerahan)
Do: - Nyeri
f. Edema
Do: - Lesi pada kulit (timbul
- Skala nyeri 0-10 g. Vesikel pecah
bula dan kemerahan)
Ds: - Pasien mengeluh
Ds: - Pasien merasakan gatal
nyeri
disekitar lesi pada kulit

- Pasien mengatakan
kulitnya terasa terbakar

42
Resiko infeksi b.d Hipertermia b.d reaksi
gangguan integritas kulit inflamasi penyakit

Do: - Vesikel pecah Do: - Demam

- Penggarukan pada - Suhu ˃ 37.5˚C


lesi
Ds: -
- Kurang pengetahuan

Ds: - Pasien mengatakan


gatal-gatal pada
selitar kulit terdapat
lesi

43
2.4 Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Klien
Dapat terjadi pada semua orang di semua umur; sering terjadi pada
remaja dan dewasa muda.Jenis kelamin; dapat terjadi pada pria dan
wanita.
b. Keluhan Utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat
pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul dan gatal-gatal
pada daerah yang terkena pada fase-fase awal.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada area kulit yang
mengalami peradangan berat dan vesikulasi yang hebat, selain itu juga
terdapat lesi/vesikel perkelompok dan penderita juga mengalami
demam.
d. Riwayat Kesehatan Lalu
Tanyakan apakah klien pernah mengalami hal yang sama sebelumnya
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan kepada penderita ada atau tidak anggota keluarga atau
teman dekat yang terinfeksi virus ini.
f. Riwayat Psikososial
Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian
muka atau yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami
gangguan konsep diri. Hal itu meliputi perubahan citra tubuh, ideal
diri tubuh, ideal diri, harga diri, penampilan peran, atau identitas diri.
Contohnya seperti menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu
bagian tubuh, menarik diri dari kontak social, bahkan kemampuan
untuk mengurus diri berkurang.

44
B. Pemeriksaan Fisik Pada Klien Dengan Herpes Zoster

Keadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dan
daya tahan tubuh klien. Pada kondisi awal/saat proses peradangan, dapat
terjadi peningkatan suhu tubuh atau demam dan perubahan tanda-tanda vital
yang lain. Pada pengkajian kulit, ditemukan adanya vesikel-vesikel
berkelompok yang nyeri ,edema di sekitar lesi, dan dapat pula timbul ulkus
pada infeksi sekunder. Pada pemeriksaan genitalia pria, daerah yang perlu
diperhatikan adalah bagian glans penis, batang penis, uretra, dan daerah anus.
Sedangkan pada wanita, daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayor
dan minor, klitoris, introitus vagina, dan serviks.

Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk, ukuran / luas, warna, dan keadaan
lesi. Palpasi kelenjar limfe regional, periksa adanya pembesaran; pada
beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar limfe regional. Untuk
mengetahui adanya nyeri, dapat dikaji respon individu terhadap nyeri akut
secara fisiologis atau melalui respon perilaku. Secara fisiologis, terjadi
diaphoresis, peningkatan denyut jantung, peningkatan perrnapasan, dan
peningkatan tekanan darah; pada perilaku, dapat juga dijumpai menangis,
merintih, atau marah. Lakukan pengukuran nyeri dengan menggunakan skala
nyeri 0-10 untuk orang dewasa. Untuk anak-anak, pilih skala yang sesuai
dengan usia perkembangannya kita bisa menggunakan skala wajah untuk
mengkaji nyeri sesuai usia; libatkan anak dalam pemilihan.

C. Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan perubahan
pigmentasi kulit (timbul bula, kemerahan)
3. Resiko infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit
4. Hipertermia berhubugan dengan reaksi inflamasi penyakit
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengananoreksia

45
6. Gangguan citra diri berhubungan dengan krisis situasi: nyeri

46
D. Intervensi

47
N Diagnosa Tujuan dan krriteria hasil Intervensi
O

1 Nyeri akut b.d agen Selama dilakukan keperawatan, Lakukan pengkajian nyeri
cidera biologis nyeri pasien hilang dengan secara komprehensif
kriteria hasil: b. Observasi reaksi
- Pasien mampu mengontrol nonverbal dari
nyeri ketidaknyamanan
- Melaporkan nyeri berkurang c. Kontrol lingkungan yang
menggunakan managemen nyeri dapat mempengaruhi nyeri
- Mampu mengenali nyeri seperti suhu ruangan,
(skala, intensitas, frekuensi) pencahayaan, kebisingan
d. Ajarkan tentang teknik
pernafasan / relaksasi
e. Kolaborasi pemberian
analgetik
f. Evaluasi keefektifan
kontrol
nyeri
g. Anjurkan klien untuk
beristirahat

2 Kerusakan integritas Selama dilakukan tindakan a. Observasi keaadan bula


kulit b.dperubahan keperawatan, pasien pasien
pigmentasi kulit (timbul mampumencapai b. Anjurkan pada pasien
bula, kemerahan) penyembuhan pada kulit untuk tidak menggaruk bula
dengan kriteria hasil: c. Jaga kebersihan kulit
- Integritas kulit yang baik bisa d. Kolaborasi dengan dokter
dipertahankan (pigmentasinya) dalam pemberian obat
- Luka atau lesi pda kulit topikal
menunjukan proses
penyembuhan dengan adanya
48
regenerasi jaringan
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

3.1 Pembahasan dan Asuhan Keperawatan Terkait Kasus


Seorang perempuan berusia 53 tahun dirawat diruang penyakit dalam dengan
herpes zoster, hasil pengkajian pasien mengeluh nyeri akibat penyakitnya.Hasil
pengkajian terdapat lesi berupa vesikel pada kulit, pasien mengatakan gatal pada
lesi tersebut.Pasien mengatakan rasa sakit ditubuhnya sangat menyakitkan dan
merasa kulitnya seperti terbakar, skala nyeri 6. Hasil pemeriksaan laboraturium
dengan apus. Tzank didapatkan adanya sel multineklear.Pasien mendapatkan
terapi asiklovir dan analgetik namun pasien menolak untuk meminum analgerik
karena takut kecanduan terhadap obat penghilang rasa rsakit tersebut.Perawat
memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien tentang manajemen nyeri non
farmakologis dan pengobatan nyeri.Perawat memberikan kompres dingin untuk
memfasilitasi manajemen nyeri melalui stimulasi kulit.Setelah mendapatkan
penjelasan pasien mau menerima pengobatan dan mengatakan nyeri berkurang.
1. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1) Biodata pasien
Nama: Ny A
Umur: 53 tahun
Jenis kelamin: Perempuan
2) Anamnesis
a. Keluhan utama
pasien mengeluh nyeri dan gatal pada kulit. Pasien mengatakan
rasa sakit ditubuhnya sangat menyakitkan dan merasa kulitnya
seperti terbakar.
b. Pemeriksaan fisik

49
a) Skala nyeri 6
b) Terdapat lesi berupa vesikel pada kulit
3) Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan laboraturium dengan apus. Tzank didapatkan
adanya sel multineklear
4) Terapi yang telah diberikan
a) Terapi asiklovir
b) Analgetik
B. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi virus dan kerusakan
kulit/jaringan

b) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan vesikel pada kulit


C. Intervensi Keperawatan
1 Dx: Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi virus dan
kerusakan kulit/jaringan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nyeri pasien
berkurang atau hilang

Kriteria hasil:

- Pasien mampu mengontrol nyeri

- Melaporkan nyeri berkurang menggunakan managemen nyeri

Intervensi:
O: - Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas)
N: - Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeriklien sebelumnya
- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan

50
- Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyeri
dengan tepat
- Gali peggunaan metode fakmakologi yang dipakai pasien saai
ini untuk menurunkan nyeri
- Bntu klien dengan penggunaan non farmalogi yaitu kompres
basah dingin steril untuk mengurangi nyeri atau rasa tidak
nyaman,
E: - Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (seperi, teknik
pernafasan / relaksasi
- Anjurkan klien untuk beristirahat dalam mengurangi rasa nyeri
K: - Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehatan
lainnya untuk memilih dan mengimplementasikan tindakan
penurun nyeri nonfarmakologi, sesuai kebutuhan,
- Kolaborasi pemberian analgetik sebagai membantu penurunan
nyeri
2 Dx: Gangguan integritas kulit berhubungan dengan vesikel pada kulit
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien mampu
mencapai penyembuhan pada kulit

Kriteria hasil: - Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan


(pigmentasinya dan turgor kulit)

- Luka atau lesi pda kulit menunjukan proses penyembuhan


dengan adanya regenerasi jaringan.

Intervensi:

O: Observasi keaadan lesi berupa vesikel pada kulit pasien

N: Dorong pasien agar menjaga kebersihan kulit

E: - Anjurkan pada pasien untuk tidak menggaruk bula

51
-Menyarankan pasien untuk menjaga lesi pasien agar tetap bersih,
mandi 2x sehari, hindari menggaruk dibagian lesi, gunakan
pakaian longgar

K: Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat topical

2. MCP berdasarkan kasus

Key Assesment:

1. Nyeri
2. Gatal-gatal
3. Vesikel pada kulit
4. Apus. Tzank
didapatkan adanya
sel multineklear
5. Terapi: asiklovir dan
analgetik

Dx: Gangguan integritas kulit


Dx: Nyeri akut berhubungan berhubungan dengan vesikel
dengan proses inflamasi virus pada kulit
Do: Skala yeri 6 Do: Terdapat lesi berupa vesikel
pada kulit
Ds: -pasien mengeluh nyeri akibat
penyakitnya. Ds: - pasien mengata kan gatal
pada lesi tersebut
- Pasien mengata kan rasa sakit
ditubuh nya sangat menyakit - Pasien mengata kan rasa
kan dan merasa kulitnya seperti sakit ditubuh nya sangat
terbakar menyakit kan dan merasa
kulitnya seperti terbakar.

3. Pendidikan kesehatan yang dapat diberikan

52
Edukasi atau pendidikan kesehatan yang dapat diberikan pada klien dengan
herpes zoster yaitu diantaranya:
a. Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya,
b. Menyarankan pasien untuk menjaga lesi pasien agar tetap bersih, mandi
2x sehari, hindari menggaruk dibagian lesi, gunakan pakaian longgar,
c. Kompres basah dingin steril untuk mengurangi nyeri atau rasa tidak
nyaman,
d. Pasien disarankan untuk banyak istirahat, jangan stress dan mengonsumsi
makanan yang bergizi.
4. Aspek legal dan etis pada kasus
Aspek legal da etis yang didapat pada kasus diatas adalah:
e. Beneficence ( Berbuat baik)
Prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan hal yang baik sesuai dengan
ilmu dan kiat keperawatan dalam melakukan pelayanan keperawatan.
f. Non – Maleficence
Prinsip ini berarti seseorang perawat dalam melakukan pelayanannya
sesuai dengan ilmu dan kiat keperawaan dengan tidak menimbulkan
bahaya/cidera fisik dan psikologis pada klien.
g. Veracity ( Kejujuran)
Prinsip ini tidak hanya dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh
seluruh pemberi layanan kesehtan untuk menyampaikan kebenaran pada
setiap klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang
diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan
dasar membina hubungan saling percaya.
3.2 Jurnal Terkait
Etnobotani Meniran Hijau (Phyllanthus Ninuri L) Sebagai Potensi Obat Kayap
Ular (Herpes Zoster) dalam Tradisi Suku Dayak Ngaju.

53
3.3 Analisis Jurnal
A. Judul jurnal
Jurnal Jejaring Matematika dan Sains, Vol. 1, No. 1, 2019
“Etnobotani Meniran Hijau (Phyllanthus Ninuri L) Sebagai Potensi Obat
Kayap Ular (Herpes Zoster) dalam Tradisi Suku Dayak Ngaju”.
B. Keywords : Herpes zoster, Meniran Hijau (Phyllanthus Ninuri
L), Tradisi Suku Dayak Ngaju
C. Penulis jurnal : Maharani Nida Ervina dan Yatin Mulyono
D. Latar belakang
Masyarakat tradisional di Indonesia telah menggunakan berbagai ramuan
herbal tradisional secara turun temurun. Salah satunya adalah budaya
Masyarakat suku Dayak Ngaju (Kalimantan Tengah) telah menemukan
metode pengobatan untuk penyakit Herpes zoster dengan meracik salap
berbahan herbal tumbuhan meniran (Phyllanthus urinaria) dengan campuran-
campuran benda padat atau semipadat berupa tanah dan kotoran cacing
diiringi pelafalan mantra tertentu hingga menghasilkan sebuah produk yang
disebut kasai tai handalai. Penemuan ini merupakan bukti adanya kearifan
lokal berupa etnofarmakologi. Hingga saat ini kasai tai handalai merupakan
jenis salap racikan yang diajarkan dan digunakan secara turun-temurun. Kasai
tai handalai terkenal sangat ampuh untuk mengobati Herpes zoster hanya
dalam waktu kurang lebih 3 hari sejak munculnya lesi kulit. Pengobatan ini
masih sangat populer di kalangan masyarakat suku Dayak Ngaju namun
belum pernah terekspos media. Mengingat adanya bukti keberhasilan serta
testimoni maka menarik dan perlu diadakannya penyelidikan serta penelitian
mengenai kandungan serta khasiat kasai tai handalai dalam pengobatan
Herpes zozter.
E. Tujuan penelitian
Tujuan Dari penelitian yaitu untuk mendeskripsikan botani tanaman
meniran hijau (Phyllanthus ninuri L), mengetahui kandungan fitokimia dan
khasiatnya dalam tradisi pengobatan penyakit herpes zozter oleh masyarakat

54
suku Dayak Ngaju Kalimantan Tengah Mengevaluasi gambaran umum pasien
HZ, sehingga dapat memberikan penatalaksanaan yang lebih baik.
F. Metode penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dengan wawancara dan
observasi. Wawancara dilakukan secara terstruktur dan semi terstruktur yang
disertai dengan keterlibatan aktif peneliti dalam kegiatan masyarakat setempat
/ parcipatory ethnobotanica apraisa (PEA). Data tradisi pengobatan suku
Dayak Ngaju dan kandungan fitokimia dianalisis deskriptif kualitatif, dan
pengaruhnya terhadap kulit dengan membandingkan dengan referensi.
G. Hasil penelitian
Phyllanthus niruri L. merupakan sebutan ilmiah dari tumbuhan meniran
hijau dalam taksonomi formal. Di Indonesia tumbuhan ini memiliki banyak
sebutan bergantung pada etnis tertentu, misalnya Uru Handalai (Dayak
Ngaju). Meniran Hijau (Indonesia). Hasil wawancara dan testimoni yang
diperoleh, pemberian kasai tai handalai dengan ekstrak meniran hijau pada
luka luar penyakit Herpes Zoster memberi pengaruh positif. Pengolesan kasai
tai handalai dengan ekstrak meniran hijau mampu mengurangi ruam
eritematosa, meredakan radang, pengeringan pustula, dan meredakan
parestesia. Beberapa senyawa kimia dalam meniran hijau yang berkontribusi
dalam penyembuhan penyakit herpes zoster yaitu (1) quercetin, (2) alkaloid,
dan (3) antrakuinon.
Masyarakat suku Dayak Ngaju mengolah meniran hijau sebagai obat
herpes zoster dengan menjadikannya obat oles. Obat oleh ini dibuat secara
tradisional dengan campuran unik berbahan dasar meniran hijau. Obat ini
diolah dan digunakan sebagai obat luar serupa salep. Obat ini disebut dengan
sebutan kasai tai handalai. Kasai tai handalai berasal dari bahasa Dayak
Ngaju yang berarti: kasai = bedak, tai = kotoran; feces, handalai = cacing
tanah. Pembuatan kasai tai handalai juga melibatkan kotoran cacing (tai
handalai).

55
Pada proses pembuatan kasai tai handalai meniran hijau ada beberapa
syarat yang harus diperhatikan, yaitu (1) hanya dibuat di hari jum’at, (2)
hanya boleh digunakan dari hari jum’at dan pemakaian tidak boleh terputus
selama 3 hari, (3) memberikan jarum sebagai prasyarat yang harus dipenuhi
oleh orang yang minta diobati kepada si peracik obat, (4) kotoran cacing
yang diambil ialah kotoran cacing yang ada di sekitar tumbuhan meniran
hijau yang diambil.
Adapun cara pembuatan pembuatan kasai tai handalai dengan ekstrak
meniran hijau ini yaitu: Membersihkan tumbuhan meniran hijau dengan cara
mencucinya hingga bersih menggunakan air yang mengalir, mengeliminasi
daun meniran hijau dan bagian tumbuhan lainnya yang layu dan diambil
seperlunya saja, memasukan tumbuhan yang telah dibersihkan dan disortir ke
dalam lesung, memasukkan kotoran cacing tanah(tai handalai) ke dalam
lesung, menumbuk semua campuran tadi dengan penumbuk hingga halus,
menggunakan cairan kental yang dihasilkan dari bahan-bahan yang telah
dihaluskan untuk dijadikan salep, ampas boleh tidak dibuang agar salap tidak
lekas mengering.
H. Simpulan
Meniran hijau (Phyllanthus niruri L) merupakan tanaman berpotensi obat
yang digunakan oleh masyarakat Suku Dayak Ngaju sebagai obat herpes
zoster. Ekstrak daun meniran hijau dibuat ramuan dicampurkan dengan kasai
tai handalai (kotoran cacing tanah) dipercaya mampu menyembuhkan
penyakit kulit kayap ular (herpes zoster) dengan metode penggunaan sebagai
obat luar serupa salep.
3.4 Terapi Modalitas Keperawatan Atau Terapi Komplementer Terkait Pada
Sistem Integumen (Herpes Zoester)
Pada penatalaksanaan terapi komplementer terkait herpes zoester ini dapat
menggunakan ektra tanaman meniran hijau (Phyllanthus niruri L) sebagai fungsi
mampu mengurangi ruam eritematosa, meredakan radang, pengeringan pustula,
dan meredakan parestesia.

56
Ekstra tanaman meniran hijau (Phyllanthus niruri L) diberi nama kasai tai.
Nama tersebut berasal dari masyarakat suku dayak. Pembuatan ekstrak tanaman
meniran hijau ini dicampur dengan melibatkan kotoran cacing yang hasilnya
dijadikan obat oles (saleb).
Adapun cara penggunaan kasai (salep) tai handalai dengan ekstrak meniran
hijau ini adalah: Meletakkan jarum di atas piring dimana salep di simpan,
mengoleskan salep dengan menyebut mantra-mantra. (Mantra dirahasiakan.
Hanya orang Dayak yang boleh tahu), kasai tai handalai dengan ekstrak meniran
hijau hanya dioleskan pada bagian yang luka atau ruam, pemakaian dimulai pada
hari Jum’at dan harus berturut-turut selama 3 hari jangan sampai terputus.

3.5 Trend Issue, EBP dalam penatalaksanaan Terkait Gangguan Pada Sistem
Integumen (Herpes Zoester)
Pengobatan yang diberikan kepada pasien Herpes Zoester dengan farmalogi
dapat berupa antivirus oral, asiklovir dan valasiklovir. Analgesik juga diberikan,
berupa mendapat asam mefenamat, dan metampiron. Literatur menyebutkan
untuk menangani nyeri akut yang ringan dapat diberikan nonsteroidal anti
inflammatory drugs, sedangkan untuk nyeri yang lebih berat pada HZ preparat
yang dapat digunakan meliputi opioid, glukokortikoid, 2antikonvulsan dan
antidepresan trisiklik.
Pemberian antihistamin mebhidrolin napadisilat dan setirizin karena terdapat
keluhan gatal, namun pada literatur tidak disebutkan pemberian antihistamin
untuk pasien HZ. Obat topikal yang banyak diberikan adalah bedak salisil yaitu
antiobiotik topikal krim, natrium fusidat, mupirosin, untuk lesi yang berupa erosi
dan kompres normal saline untuk lesi yang berupa krusta. Beberapa antibiotik
oral juga diberikan, yang paling banyak digunakan eritromisin, amoksilin dan
siprofloksasin karena disertai adanya infeksi sekunder.
Sedangkan pengobatan/pelaksanaan nonfarmalogi pada pasien herpes
zoeter yaitu dapat berupa pemberian salep dari ekstra tanaman meniran hijau
(Phyllanthus niruri L) sebagai fungsi mampu mengurangi ruam eritematosa,

57
meredakan radang, pengeringan pustula, dan meredakan parestesia. Yang
berkontribusi dalam penyembuhan penyakit herpes zoster yaitu (1) quercetin,
(2) alkaloid, dan (3) antrakuinon.

58
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari pembahasan dapat di simpulkan :
1. Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela
yang mnyerang kulit dan mukosa.Infeksi ini merupakan keaktifan virus yang
terjadi setelah infeksi primer (ilmu penyakit kulit dan kelamin).Herpes zoster
adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan vesikel
unilateral, sesuai denga dermatomanya (persarafan). Infeksi ini dialami oleh
seseorang yang tidak mempunyai kekebalan terhadap varisela (smeizer,
Suzanne C.2001)
2. Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster dan tergolong virus
berinti DNA.Virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamiliy alfa
herpes viriday. Berdasarkan sifat biologisnya seperti sirklus reflikasi,
penjamu, sifat sitotoksikdan sel tempat hidup laten yang di klasifikasikan ke
dalam 3 subfamiliy alfa, beta, gamma.

4.2 Saran
Penulis sarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Memberikan edukasi yang jelas tentang herpes zoster sekaligus
pencegahannya
2. Penatalaksaan yang efektif dan efesien pada pasien untuk mendapatkan hasil
yang maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi.

59
DAFTAR PUSTAKA

Bruner dan Suddarth. 2002. Edisi 8, Vol 2. Jakarta: EGC


Price , Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC
Judith M. Wilkinson. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan NOC.Jakarta: EGC
Djuan, Adhi, dkk. 1993. Ilmu Penyakit kulit dan kelamin.Edisi ke 2. Jakarta: FKUI
Harahap , Mawarli. 2002. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates: Jakarta
Smeitzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah Brunner &
Suddarth.Jakarta: EGC
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai