Anda di halaman 1dari 16

Parasitologi

Kutu dan Pinjal

Disusun oleh:

Uliya Mardhiyanti
NIM. P07134015 047

Kelas : A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM
JURUSAN TEKNOLOGI LAB MEDIK
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa
pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan
baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda kita yakni Nabi
Muhammad SAW.

Makalah ini di susun agar pembaca dapat memeperluas ilmu tentang “Kutu
dan Pinjal”, yang disajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya makalah ini, terutama bapak dosen bidang studi parasitologi, ibu
Erlin Yustin Tatontos, SKM.,M.Kes. Penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari
kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami perlukan dari semua pihak demi
sempurnanya makalah yang kami buat. Akhirnya semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Mataram, 6 November 2017

Penulis

Poltekkes Kemenkes Mataram i


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii

BAB I ........................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 1

1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 2

1.4 Manfaat .................................................................................................................... 2

BAB II....................................................................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Kutu ...................................................................................................... 3

2.2 Jenis-jenis Kutu ....................................................................................................... 3

2.2.1 Pediculus Humanus Capitis ............................................................................ 3

2.2.2 Pediculus Humanus Corporis.......................................................................... 6

2.2.3 Kutu Kemaluan (Phthirus pubis) ................................................................... 7

2.3 Pengertian Pinjal ..................................................................................................... 7

2.4 Jenis-jenis Pinjal ..................................................................................................... 8

2.4.1 Ctenocephalides felis (kucing) ........................................................................ 8

2.4.2 Ctenocephalides canis (anjing) ....................................................................... 9

BAB III ................................................................................................................................... 12

PENUTUP .............................................................................................................................. 12

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 12

3.2 Saran ...................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

Poltekkes Kemenkes Mataram ii


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Parasit merupakan salah satu makhluk hidup yang mungkin tidak bisa lepas
hubungannya dengan manusia maupun makhluk hidup lain, merupakan salah satu
makhluk hidup yang kehidupannya tak bisa lepas dari rantai makhluk hidup
manusia. Parasit merupakan makhluk yang merugikan bagi makhluk hidup
lainnya yang ditumpanginnya, berbagai macam kerugian didapat oleh inang yang
ditumpanginya, karena parasit tersebut mengambil keuntungan dari inangnya
namun banyak mengganggu kehidupan makhluk hidup yang ditumpanginya,
mulai dari nutrisi makanan, merusak sel dan jaringan, dan hal-hal lainnya.
Terdapat berbagai macam parasit dengan berbagai macam bentuk, ukuran dan
jenis. Dari mulai parasit yang berbentuk seluler/mikro yang tidak dapat terlihat
dengan mata secara langsung, hingga parasit yang berukuran makro. Salah satu
parasit yang sering berhubungan dengan kegidupan manusia adalah “kutu”,
parasit dari jenis arthropoda. Parasit tersebut sangat sering ditemui dikehidupan
sehari-hari dan salah satu parasitnya mengganggu kehidupan manusia. Kutu
adalah insekta kecil yang mengalami degenerasio, pipih, dosorventral, tidak
bersayap, metamorphosis tidak lengkap, dimana dalam ordo ini terbagi atas 2
bagian kutu yang menghisap dan menggigit, dari segi kesehatan kutu dapat
merugikan manusia dimana dapat menyebabkan anemi, rambut rontok, gatal-
gatal, serta luka.

1.2 Rumusan Masalah


Untuk memudahkan pembahasannya maka dibahas sub masalah sesuai dengan
latar belakang diatas sebagai berikut
1. Apakah definisi dari kutu?
2. Berapakah jenis-jenis dari kutu?

Poltekkes Kemenkes Mataram 1


3. Apakah definisi dari pinjal?
4. Berapakah jenis-jenis dari pinjal?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dibuat makalah ini sebagai berikut
1. Untuk mengetahui definisi dari kutu
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari kutu
3. Untuk mengetahui definisi dari pinjal
4. Untuk mengetahui jenis-jenis dari pinjal

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin diperoleh sebagai berikut
1. Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan pengetahuan dan
informasi untuk mahasiswa
2. Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan pengetahuan dan
informasi untuk masyarakat

Poltekkes Kemenkes Mataram 2


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kutu


Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki
bagian- bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk ke dalam kulit
inangnya. Bagian-bagian mulut ini berbentuk tabung yang sangat lunak dan dapat
memasukkan kelenjar ludah ke dalam kulit inangnya, serta mengangkut, darah
inang kembali ke dalam usus serangga. Kelenjar ludah merupakan bahan anti
beku untuk mencegah pembekuan darah pada stilet waktu darah dipompa dari
kulit inang ke dalam tubuh serangga dengan bantuan otot gerak usus.
2.2 Jenis-jenis Kutu
2.2.1 Pediculus Humanus Capitis
Pediculosis capitis adalah penyakit kulit kepala akibat infestasi
ektoparasit obligat (tungau/lice) spesies Pediculus humanus var.
Capitis yang termasuk famili Pediculidae, Parasit ini termasuk parasit
yang menghisap darah (hemophagydea) dan menghabiskan seluruh siklus
hidupnya di manusia.
a. Epidemologi
Penyakit ini sering menyerang anak-anak, terutama berusia 3-11
tahun. Di Indonesia belum ada angka yang pasti mengenai terjadinya
infeksi Pediculosis capitis. Sedikit data yang bisa di dapatkan angka
kejadian tersebut di negara berkembang. Di Malaysia sekitar 11%
anak umur 3-11 tahun terinfeksi dan sekitar 40% di Taiwan. Sekitar 6
juta – 12 juta estimasi anak kelompok umur 3-11 tahun yang terkena
penyakit tersebut di Amerika Serikat. Penyakit ini lebih sering
menyerang anak perempuan dikarenakan memiliki rambut yang
panjang dan sering memakai aksesoris rambut. Kondisi higiene yang
tidak baik seperti jarang membersihkan rambut juga merupakan
penyebab terkena penyakit ini. Penyakit ini menyerang semua ras

Poltekkes Kemenkes Mataram 3


dan semua tingkatan sosial, namun status sosio-ekonomi yang
rendah lebih banyak yang terkena penyakit ini. cara penularannya
dapat langsung (rambut dengan rambut) atau melalui perantara seperti
topi, bantal, kasur, sisir, kerudung.
b. Morfologi
Pediculus humanus var. capitis memiliki tubuh yang pipih
dorsoventral, memiliki tipe mulut tusuk hisap untuk menghisap darah
manusia, badannya bersegmen segmen, memiliki 3 pasang kaki
dan berwarna kuning kecoklatan atau putih ke abu-abuan. Tungau ini
tidak memiliki sayap, oleh karena itu parasit ini tidak bisa terbang dan
penjalaran infeksinya harus dari benda atau rambut yang saling
menempel. Tungau memiliki cakar di kaki untuk bergantung di
rambut. Bentuk dewasa betina lebih besar dibandingkan yang jantan.
Telur (nits) berbentuk oval/bulat lonjong dengan panjang sekitar
0,8 mm ,berwarna putih sampai kuning kecoklatan. Telur
diletakkan di sepanjang rambut dan mengikuti tumbuhnya
rambut, yang berarti makin ke ujung terdapat telur yang lebih matang.

Gambar 1.1 Kutu Rambut

Poltekkes Kemenkes Mataram 4


c. Siklus Hidup

Tungau adalah ektoparasit obligat yang menghabiskan seluruh


siklus hidupnya yaitu telur, larva, nimfa dan dewasa di rambut dan kulit
kepala manusia. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa tungau ini
hanya dapat bertahan hidup selama 1 sampai 2 hari jika tidak
berada di rambut atau kulit kepala manusia, lebih dari 95% orang
yang terinfeksi penyakit terdapat tungau dewasa.
d. Gejala Klinis
Gejala utana dari manifestasi tungau kepala ialah rasa gatal,namun
sebagian orang asimtomatik dan dapat sebagai karier. Masa inkubasi
sebelum terjadi gejala sekitar 4-6 minggu. Tungau dan telur (nits)
paling banyak terdapat di daerah oksipital kulit dan retroaurikuler.
Garukan pada kulit kepala dapat menyebabkan terjadinya erosi,
ekskoriasi dan infeksi sekunder berupa pus dan krusta. Bila terjadi
infeksi sekunder berat, rambut akan bergumpal akibat banyaknya pus
dan krusta. Keadaan ini disebut plica polonica yang dapat
ditumbuhi jamur.
e. Diagnosis
Diagnosis pasti pada penyakit pediculosis capitis adalah

Poltekkes Kemenkes Mataram 5


menemukan Pediculus humanus var. capitis dewasa, nimfa, dan
telur di kulit dan rambut kepala. Telur (nits) sangat mudah dilihat
dan merupakan marker yang paling efisien dalam mendiagnosis
penyakit tersebut. Penemuan tungau dewasa merupakan tanda
bahwa sedang mengalami infeksi aktif, tetapi tungau dewasa sangat
sulit ditemukan karena dapat bergerak sekitar 6-30 cm per menit dan
bersifat menghindari cahaya.
2.2.2 Pediculus Humanus Corporis
a. Morfologi
Badan berwarna putih kelabu, berbentuk pipih dan memanjang,
mempunyai kepala yang ovoid sedikit bersudut, thorax dari chitin
yang segmennya bersatu dan abdomen yang terdiri dari 9 ruas, pada
kepala tampak sepasang mata sederhana di sebelah lateral, sepasang
antenna pendek yang terdiri atas 5 ruas dan probosis, alat penusuk
yang dapat memanjang, tiap ruas thorax yang telah bersatu
mempunyai sepasang kaki kuat yang terdiri dari 5 ruas dan berakhir
sebagai satu sapit menyerupai kait yang berhadapan dengan tonjolan
tibia untuk berpegangan erat pada rambut atau bulu, ruas abdomen
terakhir pada dorsal dan dua tonjolan genital di bagian lateral yang
memegang rambut selama memegang telur, ukuran 2 - 4 mm
b. Siklus hidup
Telur berwarna putih, mempunyai operkulum, 0,6 – 0,8 mm,
disebut “nits”, telur diletakkan pada rambut dan dengan erat melekat
pada rambut atau serabut pakaian. Telur ini dapat hidup berbulan-
bulan pada pakaian. Telur menetas dalam waktu 5 – 11 hari pada suhu
21 – 36°C. Nimfa tumbuh dalam kulit telur dan keluar melalui
operculum yang terbuka.
c. Epidemiologi
Kutu badan (Pediculus humanus corporis) ditularkan secara
kontak langsung atau dengan perantara pakaian atau barang-barang

Poltekkes Kemenkes Mataram 6


pribadi lain yang mengadung telur. Tempat-tempat yang disukai kutu
badan (Pediculus humanus corporis) ialah serat-serat pakaian, rambut
dada dan ketiak. Kutu badan (Pediculus humanus corporis) menggigit
pada tempat-tempat di mana pakaian melekat pada badan. Dapat
bertahan 10 hari pada suhu 5°C tanpa makan.
2.2.3 Kutu Kemaluan (Phthirus pubis)
a. Morfologi
Bentuk kepala segi empat, abdomen pendek dengan batas ruas
yang tidak nyata lagi dan kuku yang besar dan kuat, ukuran 0,8 – 1,2
mm.
b. Siklus hidup
Telur berwarna putih, mempunyai operkulum, 0,6 - 0,8 mm,
disebut “nits“; telur diletakkan pada rambut dan dengan erat melekat
pada rambut atau serabut pakaian. Telur ini dapat hidup berbulan-
bulan pada pakaian. Telur menetas dalam waktu 5-11 hari pada suhu
21-36°C. Nimfa tumbuh dalam kulit telur dan keluar melalui
operculum yang terbuka.
c. Epidemiologi
Kutu kemaluan (Phthirus pubis) biasanya ditularkan sewaktu
bersetubuh, baik bentuk dewasa maupuntelurnya pada rambut yang
rontok dan jarang sekali melalui tempat duduk W.C., pakaian atau
tempat tidur. Tempat hidup kutu kemaluan (Phthirus pubis) adalah
rambut-rambut kemaluan. Kutu kemaluan (Phthirus pubis) menggigit
terutama pada daerah kemaluan, mati dalam 2 hari tanpa makan.

2.3 Pengertian Pinjal

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Klasis Insecta
Ordo : Siphonoptera

Poltekkes Kemenkes Mataram 7


Family : Pulcidae
Genus : Ctenocephalide felis (kucing)
Ctenocephalides canis(anjing)
Pinjal merupakan salah satu parasit yang paling sering ditemu pada hewan yaitu
anjing kucing meskipun ukurannya yangt kecil. Pinjal biasa dikenal dengan kutu
loncat atau flesas pada anjing dan kucing,selain itu pinjal terdapat beberapa jenis
yaitu pinjal kucing dan anjing.

2.4 Jenis-jenis Pinjal


2.4.1 Ctenocephalides felis (kucing)
a. Defenisi
Kutu kucing (Ctenocephalides felis) merupakan kelompok hewan
ektoparasit yang menggunakan kucing sebagai hospes (sel inang).
Kutu ini mempunyai kemampuan untuk bermetamorfosis secara
sempurna. Mereka memperoleh makanan dengan cara menghisap
darah dari hospesnya dan sebagian besar kutu yang menghisap darah
adalah kutu dewasa, sedangkan kutu muda (larva) hanya memakan
darah kering dari feses yang dikeluarkan oleh kutu dewasa. Kutu
menghisap darah minimal sekali dalam sehari. Hal ini dikarenakan
darah hospes sangat berguna dalam menghasilkan telur. Kutu dewasa
bisa menjadi hospes intermediet dari Dypillidium caninum, dan
menyebabkan gatal dan iritasi pada tubuh hospes.
b. Morfologi
Kutu kucing (Ctenocephalides felis) berukuran kecil 1-2 mm,
berwarna coklat tua atau hitam, tubuh pipih, suka meloncat-loncat,
sering terlihat di sela rambut kucing dan akibat dari gigitannya akan
menyebabkan rasa gatal. Ciri-ciri Ctenocephalides felis yaitu tidak
bersayap, memiliki tungkai panjang, dan koksa-koksa sangat besar.
Tubuh gepeng di sebelah lateral dilengkapi banyak duri yang
mengarah ke belakang dan rambut keras. Sungut pendek dan terletak

Poltekkes Kemenkes Mataram 8


dalam lekuk-lekuk di dalam kepala. Bagian mulut tipe penghisap
dengan 3 stilet penusuk. Metamorfosis sempurna (telur-larva-pupa-
imago). Telur tidak berperekat, abdomen terdiri dari 10 ruas. Larva
tidak bertungkai kecil, dan keputihan. Memiliki 2 ktinidia baik genal
maupun prenatal.
Perbedaan jantan dengan betina adalah pada jantan memiliki tubuh
dengan ujung posterior seperti tombak yang mengarah ke atas, antena
lebih panjang dari betina. Sedangkan pada betina, tubuh berakhir bulat
dan antena lebih pendek dari jantan.
c. Siklus Hidup
Telur akan menetas 2-10 hari menjadi larva yang makan darah
kering (yang dikeluarkan pinjal dewasa), feses, bahan organik lainnya.
Larva juga membuat pupa dengan menyilih 2 kali. Stadium larva
berlangsung 1-24 minggu. Pupa dapat hidup selama 1 minggu sampai
1 tahun tergantung faktor lingkungan. Setelah melewati masa pupa,
maka kutu dewasa akan terlahir dengan tipe mulut penghisap yang
dilengkapi tiga stilet penusuk.

2.4.2 Ctenocephalides canis (anjing)


Pinjal pada anjing bersifat mengganggu karena dapat menyebarkan
Dipylidium caninum. Mereka biasanya ditemukan di Eropa. Meskipun
mereka memakan darah anjing dan kucing, mereka kadang-kadang
menggigit manusia. Mereka dapat hidup tanpa makanan selama beberapa
bulan, tetapi spesies betina harus memakan darah terlebih dahulu sebelum
menghasilkan telur.
a. Morfologi
Kutu anjing dapat hidup tanpa makanan selama beberapa bulan,
tetapi kutu betina harus mencari makan darah sebelum mereka dapat
menghasilkan telur. Kutu dapat berkembang biak sekitar 4000 telur
pada bulu anjing.

Poltekkes Kemenkes Mataram 9


Mulut kutu anjing disesuaikan untuk menusuk kulit dan menghisap
darah. Kutu anjing adalah parasit eksternal, hidup dengan hematophagi
dari darah anjing. Anjing sering mengalami gatal parah di seluruh area
yang kutu mungkin berada.Kutu tidak memiliki sayap dan tubuh
mereka sulit diratakan dari sisinya serta memiliki rambut dan duri, hal
ini yang membuatnya mudah bagi kutu untuk merambat melalui bulu
Anjing maupun Kucing. Mereka memiliki kaki belakang yang relatif
lama untuk melompat.
b. Siklus Hidup
 Tahap telur
Sekor kutu betina bertelur hingga 5o telur perhari dihewan
peliharaan.telurnya tidak lengket,mereka muda jatuh dari hewan
peliharaan dan menetas dalam 2 atau 5 hari
 Tahap larva
Setelah menetas.larava akan menghindar dari sinar edaerah
yang gelap sekitar rumah dan makan dari kotoran kutu
loncat(darah kering yang dikeluarkan dari kutu loncat)larva akan
tumbuh,ganti kulit dan menjadi kepompong dimana mereka akan
tumbuh menjadi pupa.
 Tahap pupa
Lama tahap ini rata-rata 8 samapai 9 hari tergantung dari
kondisi cuaca ledakan populasi biasanya 5-6 minggu setelah cuaca
mulai hangat,
 Tahap dewasa
Kutu loncat dewasa keluarcdario kepompongnya waktu mereka
mersa hangatgetaran dan karbon dioksida yang menandakan ada
host disekitarnyastelah mereka loncat ke host,kutu dewasa akan
kawin siklus baru
c. Pengaruh Terhadap Kesehatan

Poltekkes Kemenkes Mataram 10


Pada anjing yang bermasalah dengan kutu, diawali dengan gigitan
terutama di daerah seperti leher, kepala, dan sekitar ekor. Kutu
biasanya berkonsentrasi di daerah tersebut. Hal ini tak henti-hentinya
menggaruk dan menggigit dapat menyebabkan kulit anjing untuk
menjadi merah dan meradang. Iritasi pada kulit anjing yang merah dan
meradang. Air liur kutu merangsang dermatisasi pada anjing secara
berlebihan. Intensitas menggaruk dan menggigit anjing pada badannya
menyebabkan anjing kehilangan bulu atau rontok, mendapatkan bintik
botak, spot menunjukkan panas akibat iritasi ekstrim, dan
mengembangkan infeksi yang menghasilkan kulit yang bau.

Poltekkes Kemenkes Mataram 11


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki
bagian- bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk ke dalam kulit
inangnya.
 Kutu dibagi menjadi 3 macam yaitu:
a. Pediculus humanus capitis
b. Pediculus humanus corporis
c. Phthirus pubis
 Pinjal merupakan salah satu parasit yang paling sering ditemu pada hewan
yaitu anjing kucing meskipun ukurannya yangt kecil. Pinjal biasa dikenal
dengan kutu loncat atau flesas pada anjing dan kucing.
 Pinjal dibagi menjadi dua yaitu pada anjing (Ctenocephalides canis) dan
kucing (Ctenocephalides felis)
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan mahasiswa
maupun masyarakat pada umumnya mengenai kutu dan pinjal.

Poltekkes Kemenkes Mataram 12


DAFTAR PUSTAKA

http://astutiyuli22.blogspot.co.id/2014/06/makalah-parasitologi-arthopoda.html

https://studiku.wordpress.com/2008/09/05/pediculus-humanus-capitis-kutu-rambut/

http://eprints.undip.ac.id/44909/2/02.bab_1.pdf

http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=3018

Poltekkes Kemenkes Mataram 13

Anda mungkin juga menyukai