Anda di halaman 1dari 14

Mikologi

Fungi Kontaminan dan Patogenitasnya

Disusun oleh:

Asti Rizki Arum Permana (P27903118005)


Fitri Comariah Adiani (P27903118019)
Nu’rul Yuliana (P27903118029)
Ruri Darwaningrum (P27903118038)

TLM-2A

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten


2018/209
A. Pengertian Jamur Kontaminan

Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof
yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya.
Fungi memiliki bermacam-macam bentuk. Orang awam mengenal sebagian besar anggota Fungi
sebagai jamur, kapang, khamir,atau ragi, meskipun seringkali yang dimaksud adalah penampilan
luar yang tampak, bukan spesiesnya sendiri. Sedangkan, Kontaminan adalah zat yang hadir dalam
lingkungan yang bukan tempatnya atau berada dalam tingkat yang dapat menyebabkan
membahayakan (merugikan) kesehatan.

Jamur kontaminan adalah jamur yang pertumbuhannya akan menyebabkan terjadinya


kerusakan pada bahan yang di kontaminasinya, diantaranya kerusakan flavor, warna, pelunakan,
dan terbentuknya senyawa yang bersifat toksik. Toksin tersebut disebabkan karena jamur dapat
menghasilkan enzim ekstraseluler yang akan memecah senyawa tertentu pada pangan yang
bersangkutan, serta dapat menghasilkan metabolit sekunder yang bersifat toksik, disebut
mikotoksin.

1. Beberapa faktor pertumbuhan fungi, antara lain: substrat, suhu, pH, kelembapan,
tekanan osmotik, dan bahan kimia lainnya.
2. Penyebab terjadinya kontaminasi fungi adalah tersedianya media tempat hidup yang
mendukung pertumbuhan fungi.
3. Fungi kontaminan dapat berasal dari spora fungi yang berada di udara, tanah, air atau
bahan lain yang mengandung spora fungi.

B. Jamur Kontaminan dengan patogenitasnya

Cemaran jamur pada pangan memerlukan perhatian yang serius, bukan hanya
karena menyebabkan kerusakan pangan tetapi berkaitan dengan potensi jamur tersebut
untuk menghasilkan mikotoksin serta membentuk konidia yang bersifat patogen atau
penyebab alergi. Sampai sekarang sudah diketahui labih dari 400 macam mikotoksin yang
dapat dihasilkan oleh berbagai jenis jamur, masing-masing memiliki toksisitas yang
bervariasi, yang umumnya bersifat
kronis, atau menimbulkan mikotoksisitas. Efek toksik yang terpenting adalah sebagai
penyebab kanker dan penurunan imunitas. Beberapa mikotoksin memiliki sifat sebagai
antibiotik, yang dapat menyebabkan beberapa bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik
yang banyak digunakan sekarang ini. Beberapa macam mikotoksin dapat bersifat
sinergistik.

1. Aspergillus Sp
Aspergillus sp dapat kelompokkan dalam beberapa golongan untuk memudahkan
dalam identifikasi. Beberapa golongan tersebut antara lain:
a) Aspergillus flavus
Jamur dalam grup ini sering menyebabkan kerusakan makanan. Konidia
grup ini bewarna kuning sampai hijau dan mungkin membentuk skerotia.
( Srikandi, F., 1989 ). Konidiofora tidak berwarna, kasar bagian atas agak bulat
sampai kolumner, vesikel agak bulat sampai berbentuk batang pada kepala yang
kecil, sedangkan pada kepala yang besar bentuk globusa. Konidia kasar dengan
bermacam – macam warna.

Aspergillus flavus mikroskopis

b) Aspergillus fumigatus

Konidia atas berbentuk kolumner ( memanjang ) berwarna hijau sampai hijau


kotor. Vesikel berbentuk piala, konidiofora berdinding halus umumnya berwarna
hijau, Konidia glubusa, ekinulat berwarna hijau.

Aspergillus fumigatus mikroskopis

c) Aspergillus niger

Konidia atas berwarna hitam, hitam kecoklatan, atau coklat violet. Bagian
atas membesar dan membentuk globusa. Konidiofora halus, tidak berwarna atas
tegak berwarna coklat kuning. Vesikel berbentuk globusa dengan bagian atas
membesar, bagian ujung seperti batang kecil, Konidia kasar menunjukkan
lembaran atau pita bahkan berwarna hitam coklat.
Aspergillus niger mikroskopisd.

d) Aspergilus terreus
Bagian atas kolumner, kelabu pucat atau berbayang – bayang agak terang
Konidiofora halus tidak berwarna, vesikel agak bulat dengan bagian atas tertutup
sterigmata. Konidia kecil halus, berbentuk globusa sampai agak elips.

Patogenitas
Diantara spesies – spesies Aspergillus sp dapat menghasilkan mikotoksin,
yang disebut aflatoksin. Dalam pembentukan mikotoksin dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu lingkungan (substrat, kelembaban, suhu, pH) dan lamanya
kontak antara jamur dengan substrat. (Djarir,M., 1989). Mikotoksin
diidentifikasikan sebagai zat yang diproduksi oleh jamur dalam bahan makanan,
dan bersifat tahan terhadap panas sehingga dengan pengolahan, pemasaran tidak
menjamin berkurangnnya aktifitas toksin tersebut. Penyakit yang ditimbulkan
karena memakan makanan yang terkontaminasi oleh racun fungi ( Mikotoksin ),
karena banyak makanan yang terkontaminasi oleh Aspergillus flavus
Fungi diketahui lebih tahan dalam keadaan lingkungan yang tidak
menguntungkan dari pada mikroorganisme lain. Fungi umumnya menghendaki
oksigen sehingga bersifat aerob sejati, tetapi khamir ( yeast ) bersifat fakultatif
yang artinya dapat hidup dalam keadaan anaerob maupun aerob. Suhu optimum
pertumbuhan fungi parasit lebih tinggi yaitu 30 - 37°C daripada jenis yang saprofit
yang hidup pada suhu 22 - 30°C.
Beberapa fungi diketahui ada yang mampu tumbuh pada suhu mendekati
0°C. Pada dasarnya fungi bersifat heterotrof, namun beberapa jenis fungi mampu
memanfaatkan berbagai macam bahan untuk kehidupannya. Fungi tidak mampu
mensintesis CO2 sebagaimana bakteri, maka sumber karbon harus tersedia dari
luar dirinya, misalnya sebagai bentuk glukosa atau lainnya.
Penyakit akut yang disebabkan oleh mikotoksin dapat menyerang system
saraf pusat, mempengaruhi hati, dan ginjal. Beberapa diantaranya bersifat
karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker pada hati apabila imakan dalam
jumlah kecil untuk jangka panjang yang cukup lama. Aspergillosis yaitu penyakit
yang disebabkan oleh jamur Aspergillus sp, terutama Aspergillus fumigatus
dengan menyebabkan radang granulomatosis pada selaput lender, mata, bronchus,
telinga, kadang – kadang pada kulit dan subkutan pada tulang, paru – paru dan
meningen.

2. Rhizopus Sp

Rhizopus adalah genus fungi saprofit yang umum pada tanaman dan
parasit yang terspesialisasi pada hewan. Mereka ditemukan di berbagai substrat
organik, termasuk "buah dan sayuran matang", jeli, sirup, kulit, roti, kacang tanah,
dan tembakau. Beberapa spesies Rhizopus adalah agen oportunistik dari
zigomikosis manusia (infeksi jamur) dan bisa berakibat fatal.
Spesies Rhizopus tumbuh sebagai hifa berbentuk filamen dan bercabang
yang umumnya tidak memiliki dinding silang (yaitu koenositik). Mereka
berkembang biak dengan membentuk spora aseksual dan seksual. Dalam
reproduksi aseksual, sporangiospora diproduksi di dalam struktur berbentuk bola,
yaitu sporangium. Sporangium didukung oleh kolumela apophysate besar di atas
tangkai yang panjang, sporangiofor. Sporangiofor muncul di antara rizoid khas
yang mirip akar. Dalam reproduksi seksual, zigospora gelap diproduksi pada titik
di mana dua miselium yang kompatibel melebur. Setelah berkecambah, zigospora
menghasilkan koloni yang secara genetis berbeda dari induk-induknya.
Jenis-jenis Rhizopus yang ditemukan:

1. Rhizopus oligosporus

Rhizopus oligosporus dapat menghasilkan protease asam dalam substrat


kedele baik secara fermentasi padat maupun cair, bersifat proteolitik kuat dan
amilolitik kurang kuat. R. oligosporus mempunyai koloni abu-abu kecoklatan
dengan tinggi 1 mm atau lebih. Sporangiofor tunggal atau dalam kelompok
dengan dinding halus atau agak sedikit kasar, dengan panjang lebih dari 1000
mikro meter dan diameter 10-18 mikro meter. Sporangia globosa yang pada saat
masak berwarna hitam kecoklatan, dengan diameter 100-180 mikro meter,
Klamidospora banyak, tunggal atau rantaian pendek, tidak berwarna, dengan
berisi granula, terbentuk pada hifa, sporangiofor dan sporangia. Bentuk
klamidospora globosa, elip atau silindris dengan ukuran 7-30 mikro meter atau 12-
45 mikro meter x 7-35 mikro meter.

2. Rhizopus oryzae

Rhizopus oryzae mempunyai sifat amilolitik kuat dan proteolitik kurang


kuat. Sifat-sifat jamur Rhizopus oryzae yaitu koloni berwarna putih berangsur-
angsur menjadi abu-abu, stolon halus atau sedikit kasar dan tidak berwarna hingga
kuning kecoklatan, sporangiofora tumbuh dari stolon dan mengarah ke udara, baik
tunggal atau dalam kelompok (hingga 5 sporangiofora), rhizoid tumbuh
berlawanan dan terletak pada posisi yang sama dengan sporangiofora, sporangia
globus atau sub globus dengan dindingberspinulosa (duri-duri penddek) yang
berwarna coklat gelap sampai hitam bila telah masak, kolumela oval hingga bulat,
dengan dinding halus atau sedikit kasar, spora bulat, oval atau berbentuk elips atau
silinder, suhu optimal untuk pertumbuhan 35ºC, minimal 5-7ºC dan maksimal
44ºC. Berdasarkan asam laktat yang dihasilkan Rhizopus oryzae termasuk
mikroba heterofermentatif.

3. Rhizopus stolonifer (Rhizopus roti)

Jenis jamur ini memiliki hifa pendek bercabang-cabang dan berfungsi


sebagai akar (rizoid) untuk melekatkan diri serta menyerap zat-zat yang
diperlukan dari substrat. Selain itu, terdapat pula sporangiofor (hifa yang mencuat
ke udara dan mengandung banyak inti sel, di bagian ujungnya terbentuk
sporangium (sebagai penghasil spora), serta terdapat stolon (hifa yang berdiameter
lebih besar daripada rizoid dan sporangiofor). Rhizopus Stolonifer mempunyai
beberapa karakteristik diantaranya : dapat tumbuh pada suhu 5ºC – 37ºC, tetapi
pertumbuhan optimumnya yaitu pada suhu 25ºC.
Dalam hal ini Rhizopus Stolonifer terutama banyak dijumpai pada roti dan
menyebabkan kerusakan pada roti tersebut. Miselium dari R.stolonifera adalah
yang terdiri atas tiga jenis haploid yang berbeda hyphae. Bagian terbesar dari
miselium terdiri dari dengan cepat bertumbuh hyphae yang bersifat senositik
(multinucleate) dan takbersekat (tidak yang dibagi oleh dinding lintang ke dalam
sel-sel atau kompartemen-kompartemen). Dari ini semua, cincin busur hyphae
“geragih-geragih” dibentuk. Geragih-geragih dari rizoid-rizoid di mana saja
ujung-ujung mereka berhubungan substrat.
Sporangia membentuk di ujung sporangiofor-sporangiofor, yang bersifat
cabang lurus membentuk secara langsung di atas rizoid-rizoid.

 Patogenitas pada tumbuhan : buah dan sayur , pada roti


 Patogenitas pada manusia : kelainan kulit dan infeksi sistemik

3. Penicillium Sp

 Pengertian
Penicillium adalah fungi yang termasuk dalam kelas Deuteromycetes.
Penicillium sp. memiliki ciri hifa bersepta dan membentuk badan spora yang
disebut konidium.
 Patogenitas

Penicilllium menyebabkan kerusakan buah dan sayuran, biji-bijian, roti dan


daging. Salah satunya Penicillium citrinum yang dapat menghasilkan mikotoksin yaitu
Citrinin. Spesies kapang ini dapat mengkontaminasi berbagai macam bahan makanan
terutama biji bijian yang telah mengalami kerusakan. Citrinin dapat terkandung dalam
bahan makanan berupa beras, jagung, gandum, dan tomat busuk. Citrinin dikenal sebagai
mikotoksin yang bersifat nefrotoksik. Penicillium dapat menghasilkan okratoksin yang
dapat menyebabkan Neopropratik yaitu timbulnya tumor pada ginjal

 Patogenitas pada tumbuhan : buah, sayuran, biji-bijian, roti, beras, jagung,


gandum, dan tomat busuk
 Patogenitas pada manusia : Neopropratik yaitu timbulnya tumor pada ginjal.
 Spesies Penicillium Kontaminan

1. Penicillium aurantiogriseum adalah patogen tanaman yang menginfeksi asparagus dan


strawberry.Penicillium aurantiogriseum menghasilkan senyawa antikanker Anicequol
2. Penicillium commune adalah spesies jamur dari genus Penicillium yang memproduksi
mycotoxins pada produk daging dan keju
3. Penicillium crustosum adalah cetakan biru-hijau atau biru-abu-abu yang dapat
menyebabkan pembusukan makanan, terutama makanan kaya protein seperti daging dan
keju. Hal ini diidentifikasi oleh conidiophores biseriate yang kompleks dimana phialides
menghasilkan spora aseksual
4. Penicillium digitatum adalah jamur mesofilik yang ditemukan di tanah penghasil sitrus.
Jamur ini adalah sumber utama pembusukan pasca panen buah-buahan dan bertanggung
jawab atas penyakit pasca panen yang meluas pada buah jeruk yang dikenal sebagai rotasi
hijau atau
jamur hijau.

4. Mucor Sp

Mucor sp mikroskopis
- Ciri makroskopis koloni Mucor sp memiliki karakteristik yaitu warna koloni putih yang
tumbuh lebat, permukaan berbentuk seperti kapas, permukaan koloni rata dan tidak
terdapat garis-garis radial konsnetris.
- Ciri mikroskopis Mucor sp. terlihat hifa tidak bersekat, konidofor tunggal tidak terlihat
rhizoid, sporangium berbetuk bulat, kolumela berbentuk bulat, dengan spora berbentuk
bulat dan halus

Mucor adalah genus fungi yang berasal dari ordo Mucorales yang merupakan
fungi tipikal saprotrop pada tanah dan serasah tumbuhan. Hifa vegetatifnya bercabang-
cabang, bersifat coenositik dan tidak bersepta. Mucor berkembangbiak secara aseksual
dengan membentuk sporangium yang ditunjang oleh batang yang disebur sporangiofor.
Ciri khas pada Mucor adalah
memiliki sporangium yang berkolom-kolom atau kolumela.

 Spesies Mucor Kontaminan


1. Mucor amphibiorum
Adalah jamur yang menyebabkan bisul pada platipus, yang dapat terinfeksi
sekunder dan berpotensi fatal. Bisa juga mengurangi kemampuan mengatur suhu tubuh.
Saat ini terbatas pada Tasmania dan pertama kali terlihat pada tahun 1982 di Sungai
Elizabeth.
2. Mucor circinelloides
Adalah jamur dimorfik yang kebanyakan ditemukan di tanah, kotoran dan sayuran
akar. Spesies ini digambarkan tidak diketahui dapat memproduksi mikotoksin, namun
telah sering dilaporkan menginfeksi hewan seperti sapi dan babi, juga unggas, platipus
dan kadang-kadang
manusia. Pasien ketoasidosis sangat berisiko terinfeksi oleh M.Circinelloides.
3. Mucor hiemalis adalah patogen tanaman jamur
4. Mucor mucedo adalah patogen tanaman jamur.
5. Mucor paronychius adalah patogen tanaman jamur
6. Mucor piriformis adalah patogen tanaman yang menyebabkan busuklembut dari
beberapa buah yang dikenal sebagai busuk Mucor.Infeksi buah inangnya, seperti apel dan
pir berlangsung pasca panen
7. Mucor plumbeus adalah agen pembusuk umum dari keju, apel, sari apel dan yogurt.

 Patogenitas
Sebagian besar spesies 'Mucor' tidak dapat menginfeksi manusia dan hewan endotermik
karena ketidakmampuan mereka tumbuh di lingkungan yang hangat mendekati 37 derajat.
Spesies Thermotolerant seperti Mucor indicus kadang menyebabkan oportunistik, dan
sering menyebar dengan cepat, infeksi nekrosis dikenal dengan zygomycosis.
Mucormycosis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur dalam urutan Mucorales.
Umumnya, spesies mucor, Rhizopus, Absidia, dan genus Cunninghamella paling sering
terlibat. Penyakit ini sering ditandai dengan hifa yang tumbuh di dalam dan sekitar
pembuluh darah dan berpotensi mengancam jiwa pada individu diabetes atau sangat
immunocompromised. "Mucormycosis" dan "zygomycosis" kadang-kadang digunakan
secara bergantian.Namun, zygomycota telah diidentifikasi sebagai polifiletik, dan tidak
termasuk dalam sistem klasifikasi jamur modern. Juga, sementara zygomycosis meliputi
Entomophthorales, mucormycosis tidak termasuk kelompok ini.
 Patogenitas pada tumbuhan: menyebabkan kerusakan pada sayuran
 Patogenitas pada manusia : asidosis terutama yang disebabkan oleh diabetes
mellitus, leukemia dan imunodefisiensi

C. Makanan yang terkontaminasi jamur

Sumber karbon dan energi yang dapat diperoleh berupa senyawa organik atau
anorganik sesuai dengan sifat mikrobanya. Sumber karbon organic yang dibutuhkan
antara lain seperti karbohidrat, lemak, protein, dan asam organik (Gandjar, 2006). Setiap
bahan makanan yang dikonsumsi oleh manusia terdiri dari karbon-karbon organik
tersebut. Jamur yang tinggal di dalam substrat tersebut akan melakukan roses penyerapan
nutrisi. Jamur mempunyai tipe penyerapan yang ekstraselular, artinya jamur mencerna
makanan di luar tubuhnya.
Enzim yang dikeluarkan oleh hifa jamur akan diserap ke dalam tubuhnya melalui
dinding hifa. Nutrisi tersebut akan terakumulasi dan dibutuhkan untuk respirasi dan
mengeluarkan energi. Berikut adalah contoh-contoh makanan yang dapat terkontaminasi
oleh jamur :

1. Nasi

Nasi merupakan bahan olahan dari beras, nasi mudah membusuk karena
didalamnya terkandung air. Air ini membuat kelembaban dalam nasi sehingga sumber
kehidupan dari jamur. Jamur yang biasa mengontaminasi makanan ini adalah Rhizopus
oligosporus, Aspergillus niger. Nasi mempunyai kandungan glukosa yang tinggi. Glukosa
pada nasi akan bergabung dan menghasilkan kompleks glukosa yang dapat disebut
dengan polisakarida. Bila nasi telah ditumbuhi oleh spora dari jamur, maka jamur akan
mensekresi enzim yang dapat memecah polisakarida menjadi glukosaglukosa, lalu jamur
akan menyerap senyawa tersebut ke dalam tubuhnya sehingga dapat berkembang seperti
pada gambar 4 berikut.

Gambar 4. Jamur pada nasi basi (Evyta, 2014)


2. Roti

Roti yang sudah lama tidak dimakan akan mengundang jamur untuk datang
menguasainya, dengan menimbulkan bintik hitam. Roti merupakan pangan yang tidak
dapat disimpan lama karena kandungan air pada roti masih cukup tinggi. Air bebas yang
tersedia pada roti untuk pertumbuhan mikroorganisme atau disebut aw (aktivitas air)
berkisar pada nilai 0.95-
0.98. Pada kisaran nilai aw ini berbagai mikroorganisme termasuk kapang, khamir dan
bakteri masih dapat tumbuh. Pada umumnya mikroorganisme yang tumbuh cepat pada
roti adalah kapang dari kelompok Rhizopus, Aspergillus, Pennicilium dan Eurotium
sehingga kapang merupakan pembusuk roti yang utama. Hal ini disebabkan karena
kapang membutuhkan air yang lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri.
Kebusukan karena kapang ditandai dengan adanya serabut putih seperti kapas atau
ada warna hitam, hijau dan merah. Kapang yang umum ditemukan pada roti adalah
Rhyzopus stolonifer dengan warna putih seperti kapas dan spot hitam, sehingga kapang ini
sering disebut kapang roti. Kapang lainnya adalah Penicillium expansum, P. stolonifer
yang memiliki spora berwarna hijau, Aspergillus niger yang berwarna kehijauan atau
coklat keunguan sampai hitam, pigmen kuning yang berdifusi ke dalam roti. Neurospora
sitophila yang berwarna pink atau kemerahan merupakan kapang yang juga sering
tumbuh pada roti (lihat gambar 5). Jika roti sudah ditumbuhi kapang, sebaiknya tidak
dimakan karena ada beberapa kapang yang dapat menghasilkan racun (mikotoksin),
misalnya Aspergillus flavus dan penampakannya sulit dibedakan secara visual dengan
kapang yang tidak menghasilkan racun.

Gambar 5. Pertumbuhan Jamur pada Roti (anonym, 2014)

3. Makanan Penghasil Protein


Protein dapat kita temukan pada banyak makanan contohnya daging, dan ikan.
a. Daging
Kandungan utama dari daging adalah protein, sehingga jamur yang
mengontaminasi jenis makanan yang diolah dari daging memakai protein sebagai
substrat dan sumber dari energi mereka. Berikut adalah beberapa khamir yang
mengontaminasi produk daging
1. Thamnidium chaetocladioides, Mucor inucedo, Rhizopus menyebabkan
daging menjadi seperti berambut.
2. Cladosporium herbarum menyebabkan daging berbintik hitam.
3. Sporotrichum carnis, Geotrichum menyebabkan daging berbintik putih.
4. Penicillium expansum, P. asperulum menyebabkan daging bernoda hijau
5. Thamnidium menyebabkan daging berbau dan rasanya tidak seperti daging
yang masih segar.

Gambar 6. Pertumbuhan Jamur pada Daging (Candra, 2010)

b. Ikan
Ikan juga kaya akan protein, produk ini biasanya dikontaminasi oleh
khamir Sporogenous yang dapat menyebabkan warna ikan menjadi coklat. Pada
ikan asin yang telah diolah dengan pengeringan dan penggaraman sehingga aw
ikan menjadi rendah, kerusakan disebabkan oleh pertumbuhan kapang. Selain itu
pada ikan asap biasanya terkontaminasi oleh kapang (Anonim, 2012).

Gambar 7. Ikan yang Terkontaminasi Jamur (Sumber Kemdikbud)


D. Kesimpulan

Jamur kontaminan adalah jamur yang pertumbuhannya akan menyebabkan


terjadinya kerusakan pada bahan yang di kontaminasinya, diantaranya kerusakan flavor,
warna, pelunakan, dan terbentuknya senyawa yang bersifat toksik. Kerusakan tersebut
disebabkan karena jamur dapat menghasilkan enzim ekstraseluler yang akan memecah
senyawa tertentu pada pangan yang bersangkutan, serta dapat menghasilkan metabolit
sekunder yang bersifat toksik, disebut mikotoksin. Jamur yang menjadi kontaminan
biasanya adalah Aspergillus sp, Rhizopus sp,Penicillium sp dan Mucor Sp.
DAFTAR PUSTAKA

1. Gandjar Indrawati, Sjamsuridzal Wellyzar, Oetari Ariyanti. 2006. Mikologi


DasarDan Terapan. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia
2. Mardiana. 2005. Jamur dan Mikotoksik dalam pangan. Yogyakarta: UGM
3. Fardiaz Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama
4. Ninik. 2005. Jenis Jamur yang ditemukan pada makanan. Jakarta: Media Litbang
5. Nuraida, Lilis. 2014. Kerusakan dan Pengawetan Roti. (online).
(http://Inuraida.staff.ipd.ac.id/kerusakan-dan-pengawetan-roti/) diakses pada
tanggal 22 januari 2020

Anda mungkin juga menyukai