Anda di halaman 1dari 18

Fungi adalah organisme yang terdapat dimana-mana di bumi, baik di daerah tropik,

subtropik, di kutub utara, maupun antarika. Fungi juga ditemukan di darat, di perairaian
tawar, di laut, di mangrove, di bawah permukaan tanah, di kedalaman laut,
dipengunungan, maupun di udara. Banyak faktor lingkungan yang mempengaruhi
kehidupan fungi, antara lain kelembapan, suhu, keasaman substrat, pengudaraan, dan
kehadiran nutrien-nutrien yang diperlukan.
Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa Fungi adalah nama regnum dari
sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof yang mencerna makanannya di
luar tubuh lalu menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Fungi memiliki bermacam-
macam bentuk. Awam mengenal sebagian besar anggota Fungi sebagai jamur, kapang,
khamir, atau ragi, meskipun seringkali yang dimaksud adalah penampilan luar yang
tampak, bukan spesiesnya sendiri. Kesulitan dalam mengenal fungi sedikit banyak
disebabkan adanya pergiliran keturunan yang memiliki penampilan yang sama sekali
berbeda (ingat metamorfosis pada serangga atau katak). Fungi memperbanyak diri
secara seksual dan aseksual.
Perbanyakan seksual dengan cara :dua hifa dari jamur berbeda melebur lalu
membentuk zigot lalu zigot tumbuh menjadi tubuh buah, sedangkan perbanyakan
aseksual dengan cara membentuk spora, bertunas atau fragmentasi hifa. Jamur memiliki
kotak spora yang disebut sporangium. Di dalam sporangium terdapat spora. Contoh
jamur yang membentuk spora adalah Rhizopus. Contoh jamur yang membentuk tunas
adalah Saccharomyces.
Sedangkan dari sudut lain mengatakan bahwa fungi adalah mikroorganisma
eukaryotik yang hidup secara saprofit karena tidak dapat berfotosintesa. Pada dasarnya
sel -sel fungi hampir sama dengan sel - sel hewan. Bahkan hal ini juga yang menjadi salah
satu alasan mengapa sulit ditemukan strategi yang tepat dalam mengobati infeksi oleh
jamur tanpa berefek toksik bagi inang / host nya. Di alam ini fungi dapat bersifat sangat
merugikan manusia dengan menimbulkan infeksi (penyakit) dan toksin yang dihasilkan
ataupun bersifat menguntungkan dengan menghasilkan produk - produk yang dapat
digunakan oleh manusia sebagai contoh antibiotika, vitamin, asam organik dan enzim.
Berdasarkan suhu, dikenal fungsi termofil, mesofil dan psikofil, berdasarkan pH
lingkungan, dikenal fungsi basofil, asidofil, dan netrofil. Berdasarkan oksigen bebas yang
ada dilingkungan fungi dapat dikelompokkan sebagai fungi aerob dan fungi anaerob.
Misalnya fungi yang hidup dalam rumen ternak dan sejumlah khamir yang berperan pada
permbuatan bir. Fungi dapat hidup dalam lingkungan yang ekstrem dan dikenal sebagai
fungsi termofil apabila tumbuh baik pada suhu di atas 550C.
Fungi hidup pada lingkungan yang beragam namun sebagian besar jamur hidup di
tempat yang lembab. Habitat fungi berada di darat (terestrial) dan di tempat lembab.
Meskipun demikian banyak pula fungi yang hidup pada organisme atau sisa-sisa
organisme di laut atau di air tawar. Jamur juga dapat hidup di lingkungan yang asam.
Sedangkan reproduksinya fungi melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual.
Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan kuncup atau tunas pada jamur
uniseluler serta pemutusan benang hifa (fragmentasi miselium) dan pembentukan spora
aseksual (spora vegetatif) pada fungi multiseluler. Reproduksi jamur secara seksual
dilakukan oleh spora seksual. Spora seksual dihasilkan secara singami. Singgami terdiri
dari dua tahap, yaitu tahap plasmogami dan tahap kariogami.
Jamur dibagi Menjadi 5 divisi :
1. Divisio oomycotina
o Reproduksi seksual dengan cara oogami yang menghasilkan oospora
o Reproduksi seksual terjadi dengan membentuk zoospora yang dihasilkan dalam
sporangium
o Hifa fungi ini adalah hifa non-septat (tidak bersepta)
o Contoh :
Phytophthora infestans (menyebabkan penyakit pada tanaman kentang, coklat, lada,
kina, dll)
Saprolegnia (sering ditemukan pada bangkai serangga)
Phytium (menyebabkan penyakit busuk pada kecambah, tembakau,kina, bayam, dan
nanas)
2. Divisio zygomycotina
o Reproduksi seksual dengan cara konjugasi yang menghasilkan zigospora
o Reproduksi aseksual dengan menghasilkan spora yang terkandung dalam konidium atau
sporangium
o Hifa dari fungi ini non-septat (tidak bersepta)
o Pada umunya hidup terestial
o Contoh :
Rhyzopus oryzae (untuk membuat tempe)
Mucor javanicus (terdapat dalam ragi tape)
3. Divisio ascomycotina
o Reproduksi seksual menghasilkan spora yang disebut askospora
o Askospora dihasilkan dalam suatu stuktur usus yang disebut askus
o Reproduksi aseksual dilakukan dengan menghasilkan konidia
o Hifanya bersepta
o Contoh :
Penicillium (penghasil bahan antibiotik penisilin)
Ppiedraia hortai (penyebab infeksi rambut pada manusia)
Candida albicans (menimbulkan penyakit pada selaput lendir, mulut, vagina dan
saluran pencernaan)
4. Divisio basidiomycotina
o Reproduksi seksual menghasilkan basidiospora
o Reproduksi aseksual membentuk konidium
o Bersifat saprofit dan parasit
o Contoh :
Volvariella volvaceae (jamur merang)
5. Divisio deuterommycotina
o Reproduksi seksual belum diketahui sehingga dikenal sebagai jamur tidak sempurna
(fungi imperfect)
o Reproduksi aseksual dengan konidium seperti pada ascomytina
o Hifa bersekat
o Beberapa anggota dari kelompok jamur ini hidup parasit pada manusia dan hewan
o Contohnya adalah histoplasma capsulatum, epidermiphyton floocosum, epodermiphyton
microsporum, dan tricophyton.
o Vegetatif : yang hidup di air dengan zoospora yang hidup di darat dengan sporangium dan
konidia
o Generatif : bersatunya gamet jantan dan betina membentuk oospora yang selanjutnya
tumbuh menjadi individu baru.
o Contoh spesies:
1) Saprolegnia sp. : hidup saprofit pada bangkai ikan, serangga darat maupun serangga air
2) Phytophora infestans: penyebab penyakit busuk pada kentang
Nama lainnya Fungi Imperfecti (jamur tidak sempurna) dinamakan demikian karena
pada jamur ini belum diketahui dengan pasti cara pembiakan secara generatif.
Contoh : Jamur Oncom sebelum diketahui pembiakan generatifnya dinamakan Monilia
sitophila tetapi setelah diketahui pembiakan generatifnya yang berupa askus namanya
diganti menjadi Neurospora sitophila dimasukkan ke dalam Ascomycotina. Banyak
penyakit kulit karena jamur (dermatomikosis) disebabkan oleh jamur dari golongan ini,
misalnya :Epidermophyton fluocosum penyebab penyakit kaki atlit, Microsporum sp.,
Trichophyton sp. penyebab penyakit kurap.

B. Sifat-sifat umum mikologi


Saprofit, karena hidup dari benda-benda atau bahan-bahan organik yang sudah mati.
Saprofit menghancurkan sisa-sisa bahan tumbuhan dan hewan yang kompleks menjadi
bagan yang lebih sederhana.
Parasit, karena menyerap bahan organik dari organisme yang masih hidup (inung).
Fungsi dapat bersifat parasit obligat (parasit sebenarnya) dan parasit fakultatif (mula-
mula bersifat parasit, kemudian membunuh inangnya).
Simbion, karena dapatbersimbiosis dengan organisme lain.

C. Morfologi mikologi
Bentuk jamur secara garis besar ada 3 bentuk yaitu :
a. Yeast
merupakan jamur uniselluler yang berbentuk oval / lonjong dengan diameter 3 15
mikron, berkembang biak dengan cara membelah diri (asexual) membentuk tunas atau
budding cell. Yeast ada dua yaitu : Yeast murni merupakan jamur uniselluler yang tidak
mampu membentuk pseudohifa/ klamidospora, Yeast like merupakan jamur uniselluler
yang mampu membentuk pseudohifa. Contoh : Candida sp, Candida albicans, Torulla
(koloni berwarna merah / orange), Cryptococcus neoformans Secara makroskopik (pada
media padat SGA) koloni jamur bentuk yeast tampak Smooth, warna krem, cembung
bau seperti ragi. Identifikasi dengan uji biokimia
b. Mold/Kapang
Merupakan jamur multiselluler (mempunyai inti lebih dari satu) yang membentuk
benang-benang hifa / filament, kumpulan dari hifa disebut miselium yang membentuk
suatu anyaman. Hifa yang dibentuk ada yang bersekat maupun tak bersekat. Hifa yang
berada di atas permukaan media disebut Hifa aerial yang berfungsi sebagai alat
perkembangbiakan. Hifa yang berada didalam media disebut Hifa Vegetatif berfungsi
sebagai alat untuk menyerap makanan.
Secara makroskopik (pada media SGA) jamur yang berbentuk Mold membentuk koloni
yang berserabut / granuler koloninya tampak kasar (Rought). Untuk identifikasi, hasil
mikroskopik dan makroskopik merupakan dasar
identifikasi. Contoh: Aspergillus, Penicellium, Rhizopus, Mucor, Microsporum, Trichophyto
n, Epidermophyton
c. Dimorfik
Merupakan jamur yang mempunyai dua bentuk yaitu : Yeast dan Mold. Berbentuk Yeast
jika berada di dalam inang / host atau pada suhu inkubasi 37 derajat C, dan berbentuk
mold jika berada diluar inangnya atau pada suhu inkubasi suhu ruang. Contoh
: Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis, Blastomyces dermatidis
D. Jenis infeksi yang disebabkan oleh mikologi
Infeksi yang ditimbulkan oleh fungi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu : infeksi yang
ditimbulkan karena fungi sebagai individu bersarang atau menyerang tubuh kita
(mengakibatkan infeksi) atau produk yang dihasilkan oleh fungi yang masuk ke dalam
tubuh kita (tanpa sengaja) yang bersifat toksik dan mematikan, sebagai contoh : produk
aflatoxin. Beberapa antibiotika yang dihasilkan oleh fungi sebagai contoh penisilin dan
sefalosporin sangat bermanfaat bagi perkembangan dunia klinis. Produk ini bersifat
efektif melawan bakteri gram positif maupun gram negatif yang bersifat sangat
merugikan kita.

Mikosis Subkutan
Adalah Infeksi oleh jamur yang mengenai kulit, mengenai lapisan bawah kulit meliputi
otot dan jaringan konektif (jaringan subkutis) dan tulang.
1. Sporotrichosis : Akibat infeksi Sporothrix schenckii, yang merupakan jamur degan
habitat pada tumbuh-tumbuhan atau kayu. Invasi terjadi ke dalam kulit melalui trauma,
kemudian menyebar melalui aliran getah bening.
Klinis : Terbentuk abses atau tukak pada lokasi yang terinfeksi, Getah bening menjadi
tebal, Hampir tidak dijumpai rasa sakit, terkadang penyebaran infeksi terjadi juga pada
persendian dan paru-paru. Akibat secara histologi adalah terjadinya peradangan
menahun, dan nekrosis.
Pengobatan : Pada kasus infeksi dapat sembuh dengan sendirinya walaupun menahun,
meskipun demikian dapat juga diberikan Kalium iodida secara oral selama beberapa
minggu.
2. Kromoblastosis : infeksi kulit granulomatosa progresif lambat yang disebabkan oleh
Fonsecaea pedrosoi, Fronsecaea compacta, Phialophora verrucosa, Cladosporium
carrionii. Habitat jamur ini adalah di daerah tropik, terdapat di dalam tumbuhan atau
tanah, di alam berada dalam keadaan saprofit.
Klinis : Terbentuknya nodul verrucous atau plaque pada jaringan subkutan. Jamur
masuk melalui trauma ke dalam kulit biasanya pada tungkai atau kaki, terbentuk
pertumbuhan mirip kutil tersebar di aliran getah bening
Pencegahan : Pemakaian sepatu pada saat beraktifitas di lingkungan terbuka (lapangan
tanah, sawah, kebun dll.)
Pengobatan : Dilakukan pembedahan pada kasus lesi yang kecil, sedangkan untuk lesi
yang lebih besar dilakukan kemoterapi dengan flusitosin atau itrakonazol.
3. Mycetoma (madura foot) : Infeksi pada jaringan subkutan yang disebabkan oleh jamur
Eumycotic mycetoma dan atau kuman (mikroorganisme) mirip jamur yang disebut
Actinomycotic mycetoma.
Klinis : ditandai dengan pembengkakan seperti tumor dan adanya sinus yang bernanah.
Jamur masuk ke dalam jaringan subkutan melalui trauma, terbentuk abses yang dapat
meluas sampai otot dan tulang. Jamur terlihat terlihat sebagai granula padat dalam
nanah. Jika tidak diobati maka lesi-lesi akan menetap dan meluas ke dalam dan ke perifer
sehingga berakibat pada derormitas.
Pencegahan : Pemakaian sepatu pada saat beraktifitas di lingkungan terbuka ( lapangan
tanah, sawah, kebun dll.)
Pengobatan : dengan kombinasi streptomisin, trimetropin-sulfametoksazol, dan dapson
pada fase dini sebelum terjadi demorfitas. Pembuatan drainase melaui pembedahan
dapat membantu penyembuhan.
Mikosis Sistemik
Adalah infeksi jamur yang mengenai organ internal dan jaringan sebelah dalam.
Seringkali tempat infeksi awal adalah paru-paru, kemudian menyebar melalui darah.
Masing-masing jamur cenderung menyerang organ tertentu. Semua jamur bersifat
dimorfik, artinya mempunyai daya adaptasi morfologik yang unik terhadap
pertumbuhan dalam jaringan atau pertumbuhan pada suhu 37 o C. Mikosis subkutan akut
kerapkali juga berdampak pada terjadinya mikosis sistemik melalui terjadinya infeksi
skunder.
4. Blastomikosis : infeksi yang terjadi melalui saluran pernafasan, menyerang pada kulit,
paru-paru, organ vicera tulang dan sistem syaraf yang diakibatkan oleh jamur
Blastomycetes dermatitidis dan Blastomycetes brasieliensi
Klinis : Kasusnybucha.
Dari sini penulis dapat mengetahui adanya berbagai kasus yang terjadi seperti yang
dialami sebagian besar masyarakat di Jakarta yang terkait dengan adanya jamur yang
konon jamur yang berasal dari negeri gingseng korea itu diyakini berkhasiat
mempengaruhi tubuh secara menyeluruh, dengan menstabilkan metabolisme tubuh dan
menawarkan racun dengan asam glukuronat. Hal ini menyebabkan peningkatan
kapasitas pertahanan endogenis tubuh terhadap pengaruh beracun dan tekanan
lingkungan, sehingga metabolisme sel yang rusak diperkuat, dan berlanjut dengan
pemulihan kesehatan tubuh.
Hal itu diperkuat dari beberapa penelitian yang telah dilakukan mengkonsumsi teh jamur
Kombucha bisa mengobati sembelit, memperbaiki kondisi tubuh, bermanfaat melawan
arteriosclerosis, memulihkan fungsi alat pencernaan, bermanfaat bagi penderita stres
mental, menawarkan racun dan membunuh kanker.
Hal itu dihasilkan selama proses fermentasi dan oksidasi berlangsung (8-12 hari),
sehingga terjadi berbagai reaksi pada larutan teh-manis secara asimilatif dan disimilatif.
Jamur teh memakan gula, dan sebagai gantinya memproduksi zat-zat bermanfaat yang
dalam minuman tersebut, seperti asam glukuronat, asam laktat, vitamin, asam amino,
antibiotik, serta zat-zat lain. Maka dari itu, jamur kombucha ini bagaikan sebuah pabrik
biokimia mini. Seperti apa bentuknya? Secara karakteristik, jamur tersebut terdiri dari
gelatinoid serta membrane jamur yang liat dan berbentuk piringan bulat serta hidup
dalam lingkungan nustrisi teh-manis yang akan tumbuh secara berulang sehingga
membentuk susunan piringan berlapis.
Piringan pertama akan tumbuh pada lapisan paling atas yang akan memenuhi lapisan,
kemudian disusul oleh pertumbuhan piringan berlapis-lapis dibawahnya yang akan
menebal. Bila dirawat secara benar, jamur ini akan tumbuh pesat dan sehat Di Indonesia,
untuk mendapatkan Kombucha terbilang mudah. Karena sudah banyak dijual dipasaran.
Rata-rata harga yang ditawarkan untuk bibit jamur Kombucha 100 ribu-150 ribu rupiah.
Dengan mencerna 1 liter air. Bibit jamur kombucha dapat dilarutkan ke dalam larutan
teh dengan wadah toples. Tentu pemilihan wadah patut mempertimbangkan bahan yang
khusus bahan pangan.

E. Macam-macam mikologi
Macam-macam hyphae
1. Raket hyphae yang berbentuk clubbing yang mengecil di bagian ujung yang sehingga
bentuknya menyerupai raket tenis.
2. Spiral hyphae berbentuk spiral dan dapat ditemukan pada kultur trichophyton
mentagrophytes.
3. Septa hyphae struktur dasar jamur berbentuk seperti tabung disebut hyphae. Jika
hyphae di batasi sekat disebut hyphae bersepta.
4. Asepta hyphae
Stuktur dasar jamur yang terbentuk seperti tabung disebut hyphae. Jika hyphae tidak
dibatasi sekat disebut asepta hyphae.
5. Mycelium
Kumpulan dari hyphae. Baik yang bersepta maupun yang tidak bersepta (asepta) disebut
mycelium.

Macam-macam spora
1. Ectothrix
Apabila rambut yang terinfeksi dilihatt dibawah mikroskop dengan pewarnaan KOH dan
tinta parker maka spora jamur terletak didalam rambut. Hal ini disebut Ectothrix.
2. Endothrix
Apabila rambut yang terinfeksi dilihatt dibawah mikroskop dengan pewarnaan KOH dan
tinta parker maka spora jamur terletak didalam rambut. Hal ini disebut Endothrix.
3. Aseksul spora
o Chlamydospore
Adalah suatu spora khusus yang berdinding tebal dan dibentuk secara aseksul.
Chlamydospore adalah sel yang membesar yang terdapat diantara atau diujung
pseundohyphae.
o Sel yeast dan blastoconidia
sel yeast berkembang baik dengan membentuk anak dan akhirnya membesar kemudian
terlepas dari sel yeast ibu.
Sel yeast ibu dengan anak yang masih melekat disebut blastoconidia.
o Macroconidia
Adalah spora yang besar terdiri dari beberapa sel yang dibatasi dengan septa.
Macroconidia disebut juga dengan macroaleuriospore.
o Arthroconidia
Adalah spora yang dihasilkan dari fragmentasi hyphae. Didapatkan antara lain pada
trichosporon beigelii.
FUNGI (CENDAWAN = MYCOTA)

A. Pengertian Fungi

Fungi merupakan organisme eukariot heterotrof yang memerlukan senyawa organik untuk
nutrisinya yang bersifat uniseluler maupun multiseluler. Nama yang diberikan untuk
cendawan berasal dari wakilnya yang mencolok, yaitu cendawan topi (Yunani): mykes, latin:
fungus) (Schlegel dan Schmidt, 1994). Fungus berarti tumbuh dengan subur. Istilah ini
selanjutnya ditujukan kepada jamur yang memiliki tubuh buah serta tumbuh atau muncul di
atas tanah atau pepohonan (Tjitrosoepomo, 1991). Ilmu yang mempelajari tentang jamur
disebut mikologi (Mycota <Yunani> = mykes, logos = ilmu).
Jamur adalah eukariota yang mencerna makanan secara eksternal dan menyerap nutrisi secara
langsung melalui dinding sel-nya. Jamur adalah heterotrof dan, menyerupai hewan, yaitu
memperoleh karbon dan energi dari organisme lain. Beberapa jamur mendapatkan nutrisi
mereka dari host hidup (tanaman atau hewan) dan disebut biotrophs; yang lain mendapatkan
nutrisi dari tanaman mati atau hewan dan disebut saprotrophs (saprophytes, saprob).
Beberapa jamur menginfeksi host hidup, tetapi membunuh sel inang untuk mendapatkan
nutrisi mereka; ini disebut necrotrophs (Carris et al., 2012).

B. Ciri-Ciri Jamur

Organisme yang disebut jamur bersifat heterotrof, dinding sel spora mengandung kitin, tidak
berplastid, tidak berfotosintesis, tidak bersifat fagotrof, umumnya memiliki hifa yang
berdinding yang dapat berinti banyak (multinukleat), atau berinti tunggal (mononukleat), dan
memperoleh nutrien dengan cara absorpsi (Gandjar, et al., 2006). Jamur mempunyai dua
karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu dinding sel yang sedikit keras dan organ
reproduksi yang disebut spora. Dinding sel jamur terdiri atas selulosa dan kitin sebagai
komponen yang dominan. Kitin adalah polimer dari gugus amino yang lebih memiliki
karakteristik seperti tubuh serangga daripada tubuh tumbuhan. Spora jamur terutama spora
yang diproduksi secara seksual berbeda dari spora tumbuhan tinggi secara penampakan
(bentuk) dan metode produksinya (Alexopoulus dan Mimms, 1979).
Di antara semua organisme, jamur adalah organisme yang paling banyak menghasilkan enzim
yang bersifat degradatif yang menyerang secara langsung seluruh material oganik. Adanya
enzim yang bersifat degradatif ini menjadikan jamur bagian yang sangat penting dalam
mendaur ulang sampah-sampah alam, dan sebagai dekomposer dalam siklus biogeokimia
(Mc-Kane, 1996). Menurut Alexopoulus dan Mimms (1979), beberapa karakteristik umum
dari jamur yaitu: jamur merupakan organisme yang tidak memiliki klorofil sehingga cara
hidupnya sebagai parasit atau saprofit. Tubuh terdiri dari benang yang bercabang-cabang
disebut hifa, kumpulan hifa disebut miselium, berkembang biak secara aseksual dan seksual.
Reproduksi secara aseksual pada jamur dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu dengan
fragmentasi miselium, pembelahan (fission) dari sel-sel somatik menjadi sel-sel anakan.
Tunas (budding) dari sel-sel somatik atau spora, tiap tunas membentuk individu baru,
pembentukan spora aseksual, tiap spora akan berkecambah membentuk hifa yang selanjutnya
berkembang menjadi miselium (Pelczar dan Chan, 1986). Reproduksi secara seksual
melibatkan peleburan dua inti sel yang kompatibel. Proses reproduksi secara seksual terdiri
dari tiga fase yaitu plasmogami, kariogami dan meiosis. Plasmogami merupakan proses
penyatuan antara dua protoplasma yang segera diikuti oleh proses kariogami (persatuan
antara dua inti). Fase meiosis menempati fase terakhir sebelum terbentuk spora. Pada fase
tersebut dihasilkan masing-masing sel dengan kromosom yang bersifat haploid (Alexopoulus
dan Mimms, 1979).
Jamur bersifat heterotrof artinya tidak dapat menyusun atau mensintesis makanan sendiri.
Jamur hidup dengan memperoleh makanan dari organisme lain atau dari materi organik yang
sudah mati. Berdasarkan cara pengambilan makanannya jamur terbagi menjadi :

1. Jamur Saprofit

Jamur saprofit menghasilkan bermacam-macam enzim ekstraseluler yang bisa mendegradasi


kebanyakan makromolekul alam. Kebanyakan jamur saprofit berperan sebagai dekomposer
yang penting dalam siklus biogeokimia. Jamur berperan sebagai organisme awal yang
mendegradasi kayu. Hal ini disebabkan, dengan eksepsi dari sedikit bakteri hanya jamur yang
mampu memecah lignin. Lignin mengisi 25% dari materia yang terdapat di hutan. Selain
itu mereka juga mencerna material hewan mati (Mc-Kane, 1996).

2. Jamur Parasit

Banyak sekali penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh jamur, dan penyakit tersebut
mempengaruhi pertumbuhan tanaman sehingga tanaman menjadi sakit, bahkan mati. Jamur-
jamur parasit ini juga menyerang tanaman pertanian dan menyebabkan tanaman tersebut
rusak, dan bisa menyebabkan gagal panen. Jamur parasit umumnya hidup (menyerang) pada
inang yang spesifik. Selain itu jamur parasit adalah faktor utama yang memperpendek usia
penyimpanan bahan pangan dan makanan di dunia, terkecuali jika diawetkan (Pacioni, 1981).

3. Asosiasi Mutualistik

Banyak jamur yang terlibat hubungan yang sukses dengan serangga dan tumbuhan, mereka
berpartner yang saling menguntungkan, sebuah fenomena yang disebut mutualisme. Kira-kira
10% dari seluruh jenis fungi yang diketahui adalah anggota dari asosiasi mutualistik yang
disebut lichens. Lichens tersusun dari jamur dan algea dan cynobakter. Jamur juga
membentuk asosiasi mutualisme yang bermanfaat dengan akar tanaman, membentuk
mikoriza. Jamur ini mengkoloni buluh akar dan berfungsi memperluas permukan sentuh
antara akar tumbuhan dengan permukaan tanah. Mikoriza mempengaruhi kemampuan
tumbuhan untuk menyerap air dan nutrien dari tanah, dan meningkatkan aktifitas
metabolisme tumbuhan, angka pertumbuhan, dan peningkatan hasil (Mc-Kane, 1996).
Fungi bersifat khemoorganotrof dan memperoleh nutrisinya secara absorpsi dengan bantuan
enzim ekstraseluler untuk memecah biomolekul kompleks seperti karbohidrat, protein, dan
lemak menjadi monomernya yang akan diasimilasi menjadi sumber karbon dan energi
(Madigan et al., 2012). Bahan makanan ini akan diurai dengan bantuan enzim yang
diproduksi oleh hifa menjadi senyawa yang dapat diserap dan digunakan untuk tumbuh dan
berkembang (Sinaga, 2000). Penyerapan makanan dilakukan oleh hifa yang terdapat pada
permukaan tubuh fungi (Lockwood, 2011).

C. Struktur Tubuh Jamur

Berdasarkan struktur dasarnya, fungi dibagi menjadi 3 kelompok yaitu khamir (yeast),
kapang (mold) dan cendawan (mushroom).

Khamir (Yeast)

Yeast merupakan sel tunggal (uniseluler) yang membentuk tunas dan pseudohifa (Webster
dan Weber, 2007). Hifanya panjang, dapat bersepta atau tidak bersepta dan tumbuh di
miselium. Yeast memiliki ciri khusus bereproduksi secara aseksual dengan cara pelepasan sel
tunas dari sel induk. Beberapa khamir dapat bereproduksi secara seksual dengan membentuk
aski atau basidia dan dikelompokkan ke dalam Ascomycota dan Basidiomycota. Dinding sel
yeast adalah struktur yang kompleks dan dinamis dan berfungsi dalam menanggapi
perubahan lingkungan yang berbeda selama siklus hidupnya (Hoog et al., 2007). Sel khamir
biasanya berbentuk telur, beberapa memanjang atau bentuk bola. Khamir tidak dilengkapi
flagelum atau organ penggerak lainnya.

Kapang (mold)

Kapang adalah jenis lain dari fungi, sebagian besar memiliki tekstur yang tidak jelas dan
biasanya ditemukan pada permukaan makanan yang membusuk atau hangat, dan tempat-
tempat lembab. Sebagian besar kapang berreproduksi secara aseksual, tetapi ada beberapa
spesies yang bereproduksi secara seksual dengan menyatukan dua jenis sel untuk membentuk
zigot dengan produk uniselular sel (Viegas, 2004). Talusnya terdiri dari filamen panjang
yang bergabung bersama membentuk hifa. Hifa dapat tumbuh banyak sekali, hifa fungi
tunggal di oregon dapat mencapai 3,5 mm. Sebagian besar kapang, hifanya bersepta dan
bersifat uniseluler. Hifanya disebut hifa bersepta. Pada beberapa kelas fungi, hifanya tidak
bersepta dan di sepanjang selnya terdapat banyak nukleus yang disebut coenocytic hyphae.

Cendawan (Mushroom)

Cendawan merupakan salah satu kelompok dalam phylum fungi yang biasa disebut dengan
mushroom. Cendawan (mushroom) adalah fungi makroskopis yang memiliki tubuh buah dan
sering digunakan untuk konsumsi. Cendawan memiliki bagian yang disebut dengan tubuh
buah. Tubuh buah tersebut terdiri dari holdfast atau bagian yang menempel pada substrat,
lamella, dan pileus (Dwidjoseputro, 1994). Menurut Schlegel dan Schmidt (1994), cendawan
merupakan organisme yang berinti, mampu menghasilkan spora, tidak mempunyai klorofil
karena itu jamur mengambil nutrisi secara absorbsi. Pada umumnya bereproduksi secara
seksual dan aseksual, struktur somatiknya terdiri dari filamen yang bercabang-cabang.
Cendawan memiliki dinding sel yang terdiri atas kitin atau selulosa ataupun keduanya.

Tubuh fungi secara umum terdiri dari:

1. Hifa

Fungi secara morfologi tersusun atas hifa. Dinding sel hifa bebentuk tabung yang dikelilingi
oleh membran sitoplasma dan biasanya berseptat. Fungi yang tidak berseptat dan bersifat
vegetatif biasanya memiliki banyak inti sel yang tersebar di dalam sitoplasmanya. Fungi
seperti ini disebut dengan fungi coenocytic, sedangkan fungi yang berseptat disebut
monocytic (Madigan et al., 2012).
Kumpulan hifa akan bersatu dan bergerak menembus permukaan fungi yang disebut
miselium. Hifa dapat berbentuk menjalar atau menegak. Biasanya hifa yang menegak
menghasilkan alat perkembangbiakan yang disebut spora. Septa pada umumnya memiliki
pori yang sangat besar agar ribosom dan mitokondria dan bahkan nukleus dapat mengalir dari
satu sel ke sel yang lain. Miselium fungi tumbuh dengan cepat, bertambah satu kilometer
setiap hari. Fungi merupakan organisme yang tidak bergerak, akan tetapi miselium mengatasi
ketidakmampuan bergerak itu dengan menjulurkan ujung-ujung hifanya denagan cepat ke
tempat yang baru (Campbell et al., 2010).
Pada ujung batang hifa mengandung spora aseksual yang disebut konidia. Konidia tersebut
berwarna hitam, biru kehijauan, merah, kuning, dan cokelat. Konidia yang menempel pada
ujung hifa seperti serbuk dan dapat menyebar ke tanah dengan bantuan angin. Beberapa fungi
yang makroskopis memiliki struktur yang disebut tubuh buah dan mengandung spora. Spora
tersebut juga dapat menyebar dengan bantuan angin, hewan, dan air (Madigan et al., 2012).
Kavanagh (2011) melaporkan bahwa sebagian besar hifa pada yeast berbentuk lembaran,
seperti pada Cythridomycetes dan Sacharomyces cerreviceae. Hifa mengandung struktur akar
seperti rhizoid yang berguna sebagai sumber daya nutrisi.
Hifa dapat dijadikan sebagai ciri taksonomi pada fungi. Beberapa jenis fungi ada yang
memiliki hifa berseptat dan ada yang tidak. Oomycota dan Zygomycota merupakan jenis
fungi yang memiliki hifa tidak berseptat, dengan nuklei yang tersebar di sitoplasma. Berbeda
dengan kedua jenis tersebut, Ascomycota dan Basidiomycota berasosiasi aseksual dengan
hifa berseptat yang memiliki satu atau dua nuklei pada masing-masing segmen (Webster dan
Weber, 2007).
Hifa yang tidak bersepta disebut hifa senositik, memiliki sel yang panjang sehingga
sitoplasma dan organel-organelnya dapat bergerak bebas dari satu daerah ke daerah lainnya
dan setiap elemen hifa dapat memiliki beberapa nukleus. Hifa juga dapat diklasifikasikan
berdasarkan fungsinya. Hifa vegetatif (miselia), bertanggungjawab terhadap jumlah
pertumbuhan yang terlihat di permukaan substrat dan mempenetrasinya untuk mencerna dan
menyerap nutrisi. Selama perkembangan koloni fungi, hifa vegetatif berkembang menjadi
reproduktif atau hifa fertil yang merupakan cabang dari miselium vegetatif. Hifa inilah yang
bertanggungjawab terhadap produksi tubuh reproduktif fungi yaitu spora (Campbell et al.,
2010).
Hifa tersusun dari dinding sel luar dan lumen dalam yang mengandung sitosol dan organel
lain. Membran plasma di sekitar sitoplasma mengelilingi sitoplasma. Filamen dari hifa
menghasilkan daerah permukaan yang relatif luas terhadap volume sitoplasma, yang
memungkinkan terjadinya absorpsi nutrien (Willey et al., 2009).

2. Dinding Sel

Sebagian besar dinding sel fungi mengandung khitin, yang merupakan polimer glukosa
derivatif dari N-acetylglucosamine. Khitin tersusun pada dinding sel dalam bentuk ikatan
mikrofibrillar yang dapat memperkuat dan mempertebal dinding sel. Beberapa polisakarida
lainnya, seperti manann, galaktosan, maupun selulosa dapat menggantikan khitin pada
dinding sel fungi. Selain khitin, penyusun dinding sel fungi juga terdiri dari 80-90%
polisakarida, protein, lemak, polifosfat, dan ion anorganik yang dapat mempererat ikatan
antar matriks pada dinding sel (Madigan et al., 2012). Dinding sel fungi juga tersusun oleh
fosfolipid bilayer yang mengandung protein globular. Lapisan tersebut berfungsi sebagai
tempat masuknya nutrisi, tempat keluarnya senyawa metabolit sel, dan sebagai penghalang
selektif pada proses translokasi. Komponen lain yang menyusun dinding sel fungi adalah
antigenik glikoprotein dan aglutinan, senyawa melanins berwarna coklat berfungsi sebagai
pigmen hitam. Pigmen tersebut bersifat resisten terhadap enzim lisis, memberikan kekuatan
mekanik dan melindungi sel dari sinar UV, radiasi matahari dan pengeringan) (Kavanagh,
2011).

3. Nukleus

Nukleus atau inti sel fungi bersifat haploid, memiliki ukuran 1-3 mm, di dalamnya terdapat 3
40 kromosom. Membrannya terus berkembang selama pembelahan Nuclear associated or
ganelles (NAOs). Terkait dengan selubung inti, berfungsi sebagai pusat-pusat
pengorganisasian mikrotubula selama mitosis dan meiosis. Nucleus pada fungi juga
mempengaruhi kerja kutub benang spindel dan sentriol.

4. Organel-organel Sel Lainnya

Fungi memiliki mitokondria yang bentuknya rata atau flat seperti krista mitokondria. Badan
golgi terdiri dari elemen tunggal saluran cisternal. Pada struktur sel fungi juga memiliki
ribosom, retikulum endoplasma, vakuola, badan lipid, glikogen partikel penyimpanan, badan
mikro, mikrotubulus, vesikel.

D. Cara Reproduksi Jamur

Secara alamiah jamur dapat berkembang biak dengan dua cara, yaitu secara aseksual dan
seksual. Reproduksi secara aseksual dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu dengan
fragmentasi miselium, pembelahan (fission) dari sel-sel somatik menjadi sel-sel anakan.
Tunas (budding) dari sel-sel somatik atau spora, tiap tunas membentuk individu baru,
pembentukan spora aseksual, tiap spora akan berkecambah membentuk hifa yang selanjutnya
berkembang menjadi miselium (Pelczar dan Chan, 1986).
Reproduksi secara seksual melibatkan peleburan dua inti sel yang kompatibel. Proses
reproduksi secara seksual terdiri dari tiga fase yaitu plasmogami, kariogami dan meiosis.
Plasmogami merupakan proses penyatuan antara dua protoplasma yang segera diikuti oleh
proses kariogami (persatuan antara dua inti). Fase meiosis menempati fase terakhir sebelum
terbentuk spora. Pada fase tersebut dihasilkan masing-masing sel dengan kromosom yang
bersifat haploid (Alexopoulus dan Mimms, 1979).
Carris et al. (2012) menyatakan bahwa jamur umumnya berkembang biak dengan
pembentukan spora. Sebuah spora adalah unit kelangsungan hidup atau persebaran diri, yang
terdiri dari satu atau beberapa sel, yang mampu berkecambah untuk menghasilkan hifa baru.
Tidak seperti bibit tanaman, spora jamur kekurangan embrio, tetapi mengandung cadangan
makanan yang dibutuhkan untuk perkecambahan. Banyak jamur menghasilkan lebih dari satu
jenis spora sebagai bagian dari siklus hidup mereka. Spora jamur dapat dibentuk melalui
proses aseksual hanya melibatkan mitosis (mitospora), atau melalui proses seksual yang
melibatkan meiosis (meiospora). Banyak jamur dapat berkembang biak dengan baik proses
seksual dan aseksual.

1. Meiospora

Contoh spora meiospora yang merupakan produk dari meiosis yaitu ascospora dan
basidiospora. Ascospora terbentuk di dalam struktur seperti kantung yang disebut ascus.
Ascus mulai keluar sebagai kantung sitoplasma dan inti, dan dengan proses yang disebut
pembentukan sel bebas (Kirk et al. 2008) dinding sel membentuk de novo sekitar masing-
masing inti dan sekitarnya sitoplasma untuk membentuk askospora (biasanya delapan per
ascus). Ascospora bervariasi dalam ukuran, bentuk, warna, pembentukan sekat, dan ornamen
antara taksa. Basidiospora terbentuk pada basidium dan biasanya bersel satu dengan satu atau
dua inti haploid. Basidiospora bervariasi dalam ukuran, warna dan ornamen tergantung pada
kelompok taksonomi. Informasi lebih lanjut tentang penyebaran ascospora dan basidiospora
dapat ditemukan di bawah.

2. Mitospora
Contoh mitospora adalah konidia, sporangiospora, dan zoospora, yang dibentuk oleh anggota
filum Ascomycota, Zygomycota, dan Chytridiomycota, masing-masing. Tipe lain dari
propagul aseksual dihasilkan oleh jamur dalam beberapa filum yang berbeda adalah
chlamydospore tersebut.

Konidia

Konidia terbentuk dari modifikasi hifa atau sel conidiogenous sel jamur yang telah
berdiferensiasi. Sel Conidiogenous dapat dibentuk secara tunggal pada hifa, pada permukaan
struktur hifa agregat, atau dalam berbagai jenis tubuh buah. Tubuh buah dalam yang konidia
terbentuk adalah piknidia dan acervuli. Sporodochia dan synnemata adalah contoh tubuh
buah yang konidia terbentuk. Konidia yang diproduksi terutama oleh Ascomycota, meskipun
beberapa Basidiomycota mampu menghasilkan mereka juga.

Sporangiospora

Sporangiospora propagul aseksual terbentuk di dalam sporangium bulat atau silinder dengan
proses yang melibatkan pembelahan sitoplasma. Sporangiospora berdinding tipis, bersel satu,
hialin atau pucat berwarna, dan biasanya bulat atau ellipsoid dalam bentuk. Satu sampai
50.000 sporangiospora dapat dibentuk dalam sporangium tunggal. Ketika dewasa,
sporangiospora yang dirilis oleh kerusakan pada dinding sporangial, atau seluruh sporangium
dapat tersebar sebagai satu unit. Sporangiospora diproduksi oleh jamur filum
Chytridiomycota dan Zygomycota.

1. Zoospora

Zoospora adalah mikroskopis, propagul motil, kira-kira. 2 sampai 14 pM panjang dan 2


sampai 6 pM diameter yang tidak memiliki dinding sel dan ditandai dengan memiliki satu
atau lebih flagella. Flagela berdiameter ~ 0. 25 m dan panjang sampai 50 m. Zoospora yang
dihasilkan oleh kelompok Jamur sejati (Chytridiomycota), dan oleh organisme jamur-seperti
di Straminipila dan beberapa jamur lendir. Lamanya waktu zoospora mampu berenang
ditentukan oleh endogen energi cadangan-zoospora mereka tidak dapat memperoleh makanan
dari sumber-dan eksternal kondisi lingkungan. Zoospora mungkin menunjukkan gerakan
kemotaksis dalam menanggapi gradien kimia, seperti eksudat akar. Pada akhir fase motil,
zoospora mengalami proses yang disebut encystment dan menghasilkan dinding sel.
Zoospora yang encysted, disebut kista, mungkin berkecambah langsung oleh pembentukan
tabung kuman, atau tidak langsung dengan munculnya zoospora lain.
Zoospora yang terbentuk di dalam struktur kantung-seperti yang disebut zoosporangium
dengan proses yang melibatkan mitosis dan sitoplasma belahan dada-sama dengan
pembentukan sporangiospora di sporangia. Tergantung pada kelompok taksonomi, zoospora
muncul dari zoosporangium melalui kerusakan pada dinding zoosporangial, melalui lubang
preformed di dinding ditutupi dengan topi yang disebut operkulum yang membalik kembali,
atau dengan sebuah plug agar-agar yang larut

Chlamydospora

Chamydospora adalah propagul hidup terbentuk dari sel hifa yang ada atau Konidium yang
mengembangkan dinding menebal dan sitoplasma dikemas dengan cadangan lipid. Dinding
sel yang menebal dapat berpigmen atau hialin, dan chlamydospora berkembang sendiri-
sendiri atau dalam kelompok, tergantung pada jamur. Chlamydospora secara pasif tersebar,
dalam kebanyakan kasus ketika miselium rusak. Chlamydospora dibentuk oleh berbagai
kelompok jamur dan sering ditemukan dalam budaya penuaan.

Sclerotia

Sclerotia (Sclerotium) adalah agregasi kompak hifa dibedakan menjadi kulit terluar, kulit
berpigmen, dan massa dalam sel hialin disebut medulla a. Sclerotia mengandung cadangan
makanan, dan merupakan jenis hidup propagul yang dihasilkan oleh sejumlah jamur di filum
Ascomycota Basidiomycota dan; di beberapa jamur, seperti Rhizoctonia solani, mereka
adalah satu-satunya jenis propagul diproduksi, sedangkan pada jamur Claviceps purpurea
seperti dan Sclerotinia sclerotiorum, mereka musim dingin, tungau struktur yang dapat
berkecambah secara langsung, atau menimbulkan struktur di mana meiospora terbentuk.

E. Klasifikasi Jamur

Mc. Kane (1996) mengatakan setiap fungi tercakup di dalam satu kategori taksonomi,
dibedakan atas tipe spora, morfologi hifa, dan siklus seksualnya. Kelompok-kelompok ini
adalah : Oomycetes, Zygomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deuteromycetes.
Kecuali Deuteromycetes semua fungi menghasilkan spora seksual. Berikut tabel untuk
membedakan lima kelompok fungi.
Menurut Maligan et al. (2012), fungi secara filogenetik dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu
chytridiomycetes, zygomycetes, glomeromycetes, ascomycetes, dan basidiomycetes.
Pembagian kelompok tersebut berdasarkan cara reproduksi.

1. Chytridiomycota

Chytrids adalah sekelompok kecil jamur dengan sekitar 900 spesies yang telah
teridentifikasi terdapat di berbagai habitat air dan darat di seluruh dunia. Fitur yang dimiliki
oleh semua anggota filum ini adalah pembentukan zoospora dengan satu posterior diarahkan,
flagela whiplash. Beberapa chytrids adalah patogen tanaman ekonomis penting, seperti,
Synchytrium endobioticum, yang menyebabkan penyakit kutil hitam kentang, yang lain
adalah vektor virus tanaman (Olpidium), namun sebagian besar saprofit yang menggunakan
substrat seperti selulosa, kitin, dan keratin sebagai sumber makanan. Sebagaimana dicatat
sebelumnya, chytrid katak (frog chytrid), Batrachochytrium dendrobatidis, telah terlibat
sebagai faktor utama dalam penurunan populasi katak dan amfibi lain di seluruh dunia
(Berger et al 1998;. Wake dan Vredenburg 2008)..

2. Zygomycota

Kelompok Zygomycetes terkadang disebut sebagai jamur rendah yang dicirikan dengan
hifa yang tidak bersekat (coneocytic), dan berkembang biak secara aseksual dengan
zigospora. Kebanyakan anggota kelompok ini adalah saprofit. Pilobolus, Mucor, Absidia,
Phycomyces termasuk kelompok ini (Wallace, et al.,1986). Rhizopus nigricans adalah contoh
dari anggota kelompok ini, berkembang biak juga melalui hifa yang koneositik dan juga
berkonjugasi dengan hifa lain. Rhizopus nigricans juga mempunyai sporangiospora. Ketika
sporangium pecah, sporangiospora tersebar, dan jika mereka jatuh pada medium yang cocok
akan berkecambah dan tumbuh menjadi individu baru. Spora seksual pada kelompok jamur
ini disebut zygospora (Tortora, et al., 2001). .

3. Ascomycota
Golongan jamur ini dicirikan dengan sporanya yang terletak di dalam kantung yang disebut
askus. Askus adalah sel yang membesar, yang di dalamnya terbentuk spora yang disebut
askuspora. Setiap askus biasanya menghasilkan 2-8 askospora (Dwidjoseputro, 1978). Kelas
ini umumnya memiliki 2 stadium perkembangbiakan yaitu stadium askus atau stadium
aseksual. Perkembangbiakan aseksual ascomycetes berlangsung dengan cara pembelahan,
pertunasan, klamidospora, dan konidium tergantung kepada spesies dan keadaan sekitarnya
(Sastrahidayat, 1998). Selain itu menurut Dwidjoseputro (1978), kebanyakan Ascomycetes
mikroskopis, hanya sebagian kecil yang memiliki tubuh buah. Pada umumnya hifa terdiri atas
sel-sel yang berinti banyak.

4. Basidiomycota

Basidiomycetes dicirikan memproduksi spora seksual yang disebut basidiospora.


Kebanyakan anggota basiodiomycetes adalah cendawan, jamur payung dan cendawan
berbentuk bola yang disebut jamur berdaging, yang spora seksualnya menyebar di udara
dengan cara yang berbeda dari jamur berdaging lainnya. Struktur tersebut berkembang
setelah fusi (penyatuan) dari dua hifa haploid hasil dari formasi sel dikaryotik. Sebuah sel
yang memiliki kedua inti yang disumbangkan oleh sel yang kompatibel secara seksual. Sel-
sel yang diploid membelah secara meiosis menghasilkan basidiospora yang haploid.
Basidiospora dilepaskan dari cendawan, menyebar dan berkecambah menjadi hifa vegetatif
yang haploid. Proses tersebut berlanjut terus (Mc-Kane, 1996).
Kelas basiodiomycetes ditandai dengan adanya basidiokarp yang makroskopik kecuali yang
hidup sebagai parasit pada daun dan pada bakal buah (Rahayu, 1994). Dwidjoseputro (1978)
menerangkan bahwa karakteristik dari Basiodiomycetes antara lain kebanyakan makroskopik,
sedikit yang mikroskopik. Basidium berisi 2-4 basiodiospora, masing-masing pada umumnya
mempunyai inti satu. Diantara Basiodiomycetes ada yang berguna karena dapat dimakan,
tetapi banyak juga yang merugikan karena merusak tumbuhan, kayu-kayu dan perabot rumah
tangga. Selain itu tubuh Basidiomycetes terdiri dari hifa yang bersekat dan berkelompok
padat menjadi semacam jaringan, dan tubuh buah menonjol daripada Ascomycetes.
Misellium terdiri dari hifa dan sel-sel yang berinti satu hanya pada tahap tertentu saja terdapat
hifa yang berinti dua. Pembiakan vegetatif dengan konidia.
Pada umumnya tidak terdapat alat pembiakan generatif, sehingga lazimnya berlangsung
somatogami. Anyaman hifa yang membentuk mendukung himenium disebut himenofore.
Himenofore dapat berupa rigi-rigi, lamella, papan-papan dan dengan demikian menjadi
sangat luas permukaan lapis himenium (Tjitrosoepomo, 1991).

5. Glomeromycota

Mikoriza arbuskula (AM) jamur, lama dianggap termasuk dalam Zygomycota, kini
dimasukkan ke dalam filum yang berbeda, yaitu Glomeromycota (Shler et al. 2001).
Glomeromycota adalah kelompok jamur kuno, yang dikenali dalam rekaman fosil setidaknya
400 juta tahun. Fungi AM merupakan bentuk obligat, asosiasi mutualistik, yang disebut
endomycorrhizae, pada akar kebanyakan (~ 80%) tumbuhan vaskular. Hanya sejumlah kecil
(~ 160) spesies diakui dalam filum. Salah satu fitur yang paling khas dari jamur ini adalah
arbuscules yang bercabang banyak terbentuk di dalam sel-sel kortikal akar hostnya;
arbuscules adalah titik pertukaran antara jamur dan tanaman, di mana karbohidrat yang
dihasilkan oleh tanaman diperoleh oleh jamur, dan nitrogen, fosfor, dan mineral lainnya yang
diperoleh oleh miselium jamur akan ditransfer ke tanaman. Jamur memperoleh sebanyak 20-
40% dari fotosintat yang dihasilkan oleh tanaman. Beberapa jamur AM juga memproduksi
struktur penyimpanan di dalam akar tanaman yang disebut vesikel. Jamur Endomycorrhizal
menghasilkan jaringan hifa meluas ke luar akar (hifa extraradical). Hifa ekstraradikal
berfungi untuk perpanjangan akar tanaman, peningkatan akses tanaman air dan tanah mineral,
terutama fosfor dan nitrogen. Reproduksi jamur AM yaitu dengan spora yang berdinding
tebal mulai dari ukuran 40-800 m dengan diameter, yang masing-masing dapat berisi ratusan
atau ribuan inti. Spora dibentuk secara tunggal atau dalam kelompok, dan miselium jamur
AM adalah coenocytic. Reproduksi seksual tidak diketahui terjadi dalam filum ini (Carris et
al., 2012).

DAFTAR PUSTAKA

Alexopoulos, C.J.&C.W. Mims. 1979. Introductory Mycology. 3rd Edition. John Wiley &
Sons. New York.

Campbell, N.A.,J.B.Reece., 2010. Biology 8th Edition. Pearson Education,Inc. San Fransisco.

Carris, L. M., C. R. Little, and C. M. Stiles. 2012. Introduction to Fungi. The Plant Health
Instructor.

Dwidjoseputro, D. 1978. Pengantar Mikologi. Edisi ke-2. Penerbit Alumni. Bandung.

Dwidjoseputro, D. 1994. Pengantar Mikologi. Penerbit Alumni. Bandung

Hoog, J.L., Schwartz C., Noon A.T., Otoole E.T., Mastronarde DN, McIntosh JR, Antony C.
2007. Organization Of Interphase Microtubules In Fission Yeast Analyzed By Electron
Tomography. Dev Cell. 12(3): 349-61.

Kavanagh, K. 2011. FUNGI: Biology and Application. Wiley Press. USA.

Madigan, M.T., J.M. Martinko, D.A. Stahl, and D.P. Clark. 2012. Brock Biology of
Microorganisms. Pearson Education, Inc., San Francisco.

Schlegel, H. G. dan K. Schmidt. 1994. Mikrobiologi Umum. UGM Press. Yogyakarta.

Shler, A., D. Schwarzott, C. Walker. 2001. A New Fungal Phylum, The Glomeromycota:
Phylogeny And Evolution. Mycological Research 105:1413-1421.

Tjitrosoepomo, G. 2005. Taksonomi (Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta).


Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Viegas, J. 2004. Fungi and Mold. The Rosen Publishing Group. New York.

Webster, J. and R. Weber. 2007. Introduction to Fungi. Cambridge University Press. New
York.

Willey J.M., L.M. Sherwood, C.J. Woolverton. 2009. Prescotts Principles of Microbiology.
McGraw-Hill International Edition.

Anda mungkin juga menyukai