Npm: 1413024069
Kelas: Pendidikan Biologi A (2014)
SOAL BAB V
STRUKTUR, FISIOLOGI DAN PERANAN FUNGI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Isogami yaitu peleburan 2 gamet yang sama bentuk dan ukuran nya, bila
gamet-gamet tersebut tidak sama ukurannya disebut anisogami. Apabila
peleburan 2 gamet tersebut yang berbeda adalah bentuk dan ukurannya, maka
disebut oogami. Pada oogami, ovum yang dihasilkan dalam oogoium dibuahi
oleh spermatozoid yang dibentuk dalam anteridium. Sedangkan yang disebut
dengan gametangiogami adalah bila peleburan isi 2 gametangium yang
berbeda jenisnya tersebut menghasilkan zigospora.
Pada somatogami, yang terjadi yaitu peleburan 2 sel hifa. Dua sel hifa yang
tidak berdeferensiasi inti selnya berpasangan, kemudian terbentuk hifa diploid
yang selanjutnya akan dibentuk askospora. Sedangkan spermatisasi yaitu
peleburan antara spermatium (gamet jantan) dengan gametangium betina
(hifa) yang kemudian berkembang membentuk hifa baru (diploid) dan
menghasilkan askospora.
Seperti halnya reproduksi seksual, reproduksi aseksual juga dapat terjadi
melalui beberapa cara. Cara reproduksi yang paling sederhana adalah dengan
pembentukan tunas (budding) yang biasa terjadi pada jamur uniseluler,
misalnya ragi (Saccharomyces cerevisiae). Perhatikan Gambar 7.
Pada reproduksi dengan cara ini, jamur membentuk semacam sel berukuran
kecil yang kemudian tumbuh menjadi sel ragi dengan ukuran sempurna yang
akhirnya terlepas dari sel induknya menjadi individu baru. Selain dengan
tunas, reproduksi aseksual juga dapat terjadi dengan fragmentasi dan spora
aseksual. Fragmentasi adalah pemotongan bagian-bagian hifa dan setiap
potongan tersebut dapat tumbuh menjadi hifa baru. Reproduksi jamur secara
fragmentasi diawali dengan terjadinya pemisahan hifa dari sebuah miselium.
Selanjutnya hifa tersebut akan tumbuh dengan sendirinya menjadi miselium
baru.
Pada
kondisi
tertentu,
hifa
akan
terdegeneralisasi
menjadi
sporangia (penghasil spora aseksual). Cara reproduksi aseksual yang lain
adalah dengan spora yang disebut spora aseksual. Spora aseksual adalah spora
yang dihasilkan dari pembelahan secara mitosis. Pembentukan spora aseksual
pada jamur terjadi melalui spora yang dihasilkan oleh hifa tertentu. Spora
tersebut merupakan sebuah sel reproduksi yang dapat tumbuh langsung
menjadi jamur. Hal ini mirip dengan perkecambahan biji pada
tumbuhan tingkat tinggi.
4. Dasar Pengelompokkan Fungi
Dalam klasifikasi, kingdom Fungi dikelompokkan menjadi beberapa divisi
yaitu: Zygomycota,
Ascomycota,
Basidiomycota
dan
Deuteromycota. berdasarkan struktur tubuh dan cara reproduksinya.
Zigomycota
Tubuhnya bersel banyak, dinding sel dari kitin, hifa tidak bersekat,
kumpulan hifa membentuk miselium, pembiakan aseksual ( vegetatif )
tidak membentuk zoospora, tapi membentuk sporangium dengan banyak
spora yang warnanya hitam, pembiakan seksual dengan fusi
(penggabungan) dari gametangia berinti banyak pada ujung hifa
membentuk sebuah zigospora berinti banyak, hidupnya : saprofit dan
parasite. Contoh : Rhyzopus stolonifer jamur yang membuat roti menjadi
bulukan. Rhyzopus oryzae jamur untuk membuat tempe.
Ascomycota
Tubuhnya bersel satu dan bersel banyak, yang bersel banyak membentuk
hifa bersekat, kumpulan hifa membentuk miselium, pembiakan aseksual
( vegetatif ) membentuk spora aseksuall yang disebut konidia / konidium /
konidiospora dan dengan membentuk tunas,pembiakan seksual dengan
gametangia + dan gametangia membentuk spora askus hidupnya :
saprofit dan parasite. Contoh jamur Ascomycotina : Sacharomyces
cerevisae untuk pembuatan tape, minuman keras , roti, kue. Penicillium
raqueforti dan Penicillium camemberti untuk pembuatan keju.
Basidiomycota
Bersifat makroskopis umumnya memiliki tubuh buah yang besar (mudah
dilihat dengan mata telanjang), tubuhnya bersel banyak, membentuk hifa
bersekat, dengan inti satu atau dua kumpulan hifa membentuk cabang
yang membesar (basidium), mempunyai tubuh buah (basidiokarp) bentuk
ada yang seperti : payung,lembaran, pembiakan aseksual (vegetatif)
membentuk tunas,konidia dan fragmentasi miselium., fragmentasi adalah
memutuskan sebagian tubuh yang berupa benang (hifa) untuk menjadi
individu baru (jamur).pembiakan seksual dengan konjugasi atau dengan
basidiospora yang dibentuk dalam basidium
Di sekitar kita banyak ditemukan macam-macam jamur. Jamur yang
sesungguhnya adalah tumbuh dari Basidiomycotina, seperti jamur merang
jamur kayu dan jamur kuping. Dari tubuh buah dapat diamati struktur
basidium dan sporanya dengan cara menyayat bagian permukaan bawah
tubuh buah yang berupa sekat atau berlubang-lubang. Penyayatan tubuh
buah dapat dipakai silet yang tajam untuk dibuat sediaan kemudiaan
diamati dengan mikroskop. Contoh lain jamur Basidiomycota : jamur karat
(Ustilago) dan jamur api (Puccinia graminis). Ustilago maydis hidup
parasit pada tanaman jagung. Gejalanya ialah terjadinya pertumbuhan
yang abnormal pada buah, daun atau batang jagung, banyak jamur dari
Basidiomycotina ini tubuh buahnya dapat dimakan dan telah
dibudidayakan seperti : Agaricus (Champgnon) dan jamur tiram
(Pleurotes).
Deuteromycota
Disebut Fungi imperfecti ( jamur tidak sempurna ), Memiliki hifa yang
bersekat, dapat membentuk spora vegetatif disebut konidium, belum
diketahui pembiakan generatifnya. Contoh jamur Deuteromycotina :
Epidermophyton floocosum menyebabkan penyakit kaki pada atlit.
Epidermophyton , Microsporum dan Trighophyton menyebabkan
penyakit kurap.
makanan dari organisme lain atau dari materi organik yang sudah mati.
Untuk memenuhi kebutuhan makanannya. Fungi dapat hidup secara
saprofit, parasit, dan simbiotik. Kebanyakan Fungi adalah bersifat saprofit.
Fungi tersebut memperoleh makanannya dari materi organik yang sudah mati
atau sampah. Untuk memperoleh makannya, hifa Fungi mengeluarkan
enzim pencernaan, yang dapat merombak materi organik, menjadi
materi yang sederhana (anorganik) sehingga mudah diserap oleh Fungi.
Fungi payung, ragi (Saccharomyces cerevisiae), dan jamur tempe (Rhizopus
oryzae) termasuk dalam kelompok fungi ini.
Beberapa jenis Fungi, ada yang mendapatkan makanannya langsung dari
tubuh inangnya. Fungi tersebut hidup sebagai parasit yang menyerang
tumbuhan, biasanya mempunyai hifa khusus, yang disebut haustoria. Bentuk
hifa tersebut dapat menembus sel inang dan menyerap zat makanan yang
dihasilkan inang. Fungi parasit tersebut sering menimbulkan penyakit pada
tanaman, sehingga di bidang pertanian menyebabkan penurunan hasil
panen.Pada manusia, Fungi juga menyebabkan penyakit, misalnya penyakit
kaki atlit (athletes foot) dan penyakit panu.
Beberapa jenis Fungi ada yang membentuk hubungan simbiosis mutualisme
dengan akar tumbuhan. Dalam hal ini, Fungi menyediakan materi organik
bagi tumbuhan dan sebaliknya, Fungi memperoleh materi organik dari
tumbuhan. Selain itu beberapa jenis Fungi ada juga yang bersimbiosis dengan
ganggang hijau (Chlorophyta) atau ganggang hijau-biru (Cyanobacteria)
membentuk lumut kerak atau Lichens.
6. Kebutuhan lingkungan untuk pertumbuhan fungi antara lain yaitu:
Kebutuhan air
Kebanyakan kapang membutuhkan air minimal untuk pertumbuhannya
dibandingkan dengan khamir dan bakteri (Waluyo, 2004). Air merupakan
pelarut esensil yang dibutuhkan bagi semua reaksi biokimiawi dalam
sistem hidup dan sekitar 90% menyusun berat basah sel (Ali, 2005).
Suhu pertumbuhan
Kebanyakan kapang bersifat mesofilik, yaitu mampu tumbuh baik pada
suhu kamar. Suhu optimum pertumbuhan untuk kebanyakan kapang
adalah sekitar 25-30oC, tetapi beberapa dapat tumbuh pada suhu 3537oC atau lebih. Beberapa kapang bersifat psikotrofik yakni dapat
tumbuh baik pada suhu lemari es, dan beberapa bahkan masih dapat
tumbuh lambat pada suhu dibawah suhu pembekuan, misal -5 sampai
-10oC, selain itu beberapa kapang bersifat termofilik yakni mampu
tumbuh pada suhu tinggi (Waluyo, 2004).
Kebutuhan oksigen dan pH
Sebagian besar jenis makanan dapat ditumbuhi fungi, sehingga tidak layak
konsumsi. Di dalam bahan pangan ini fungi merombak komposisi bahan
pangan menjadi senyawayang lain seperti asam organic volatile sehingga
timbul bau atau tengik. Setelah hal itu, sebagian fungi juga mampu
menghasilkan racun yang bersifat karinogenik (penyebab kanker),
misalnya fungi Aspergillis favus yang sering tumbuh pada bahan yang
mengandung kacang-kacangan, dapat menghasilkan toksin yang disebut
aflatoksin. Senyawa aflatoksin jika terakumulasi didalam organ tubuh
dapat merangsang pembentukan sel kanker.
Fungi dapat menghasilkan enzim lignase, selulase, maka fungi merupakan
ancaman bagi bahan bangunan yang berupa kayu. Fungi lignoselulolitik
dapat menyebabkan pelapukan kayu. Pelapukan akan dipercepat jika kayu
dalam keadaan lembab. Kandungan air dalam kayu dapat merangsang
pertumbuhan fungi (Ekowati, 2016: 57-58).
Daftar Pustaka
Ali, A., 2005. Mikrobiologi Dasar Jilid I. State University of Makassar Press.
Makassar.
Ekowati, Cristina Nugroho. Dkk. 2016. Modul Mikrobiologi. FMIPA Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
Fardiaz, S., 1992. Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Pelczar, M.J dan E.C.S. Chan., 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi I.
Diterjemahkan oleh Hadioetomo, dkk. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Waluyo, L., 2004. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang.