Fungi yang hidup parasitik mendapat makanannya dari bahan organik yang masih menjadi bagian dari
inang yang hidup. Beberapa Fungi ini menyebabkan penyakit pada tanaman, hewan dan manusia.
Fungi yang bersifat saprofitik mendapatkan makanannya dari bahan organik yang sudah mati . Sebagai
organisme saprofitik jamur dapat menghancurkan (menguraikan) sampah , kotoran hewan, bangkai
hewan dan bahan organik lain. Atas perannya tersebut maka jamur tergolong pengurai.
Beberapa fungi mampu bersimbiosis mutualisma dengan organisme lain yaitu hidup bersama dengan
organisme lain agar saling mendapatkan keuntungan, misalnya akar dari kebanyakan tanaman
mengembangkan hubungan yang saling menguntungkan untuk membentuk mikoriza. Mikoriza mampu
meningkatkan kapasitas penyerapan nutrient dari akar tanaman.
Reproduksi Fungi
Cara reproduksi jamur sangat bervariasi. Meskipun demikian reproduksi pada jamur umumnya terjadi
dalam dua cara , yaitu secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif).
Pada pembiakan seksual terjadi persatuan dua buah hifa (suatu proses yang disebut plasmogami)
,kemudian nukleus berpasangan tetapi tidak segera bersatu dan berkembanglah miselium dikariotik(2
inti sel). Akhirnya nukleus bersatu menghasilkan tahapan diploid (2n) , penyatuan inti ini disebut
karyogami. Sel-sel diploid kemudian mengalami meiosis menghasilkan spora-spora haploid (n) yang
disebut juga spora seksual.
1. Pembentukan spora aseksual ( spora yang dihasilkan dari pembelahan secara mitosis yang
terjadi di dalam sporangium, askus atau basidium). Spora tumbuh membentuk hifa.
2. Pembelahan tubuh atau bertunas Yaitu terbentuknya semacam sel berukuran kecil yang
kemudian tumbuh dalam ukuran sempurna . Cara reproduksi tersebut biasa terjadi pada jamur
uniselluler misalnya ragi.
Klasifikasi Fungi
1. ZYGOMYCOTA
2. ASCOMYCOTA
3. BASIDIOMYCOTA
4. DEUTEROMYCOTA
ZYGOMYCOTA
CIRI-CIRI
1. Hidup di tempat yang lembab
2. Membentuk spora istirahat berdinding tebal yang disebut zigospora
3. Mempunyai hifa yang bercabang-cabang yang tidak bersekat
4. Dinding sel tersusun dari zat kitin
5. Umumnya memiliki rizoid yang berguna melekat pada substratnya
Reproduksi Zygomycotina
1. Reproduksi Aseksual Zygomycota : Zygomycota bereproduksi secara aseksual adalah dilakukan
dengan cara fragmentasi hifa dan pembentukan spora aseksual (sporangiospora). Hifa dewasa
yang terputus dan juga terpisah dapat tumbuh menjadi sebuah hifa jamur baru. Pada bagian
hifa tertentu yang sudah dewasa akan terbentuk sporangiofor yang ujungnya terdapat
sporangium (kotak spora). Didalam sporangium terjadi pembelahan secara mitosis dengan
menghasilkan sporangiospora yang berkromosom haploid (n).
1. Murcor mucedo, hidup sebagai saprofit pada sisa tumbuhan dan hewan, misalnya, kotoran
hewan dan roti busuk. Dari miselium pada subtratnya muncul benang-benang tegak dengan
sporangium pada ujungnya. Sporangium ini berisi spora. Jika sporangium sudah matang, akan
pecah sehingga spora akan tersebar keluar. Spora akan tumbuh menjadi miselium baru.
Perkembangbiakan secara seksual dilakukan dengan gametangium.
2. Murcor javanicus, berperan dalam pembuatan tapai karena jamur ini terdapat dalam ragi tapai.
Jamur ini termasuk makhluk hidup yang mempunyai daya untuk mengubah tepung menjadi
gula.
3. Rhizopus sp., yang terdapat pada ragi tempe ini mempunyai daya untuk memecah putih telur
dan lemak. Oleh karena itu, ia berperan dalam pembuatan tempe dan oncom putih. Jamur
tempe mempunyai hifa yang berguna untuk menyerap makanan dari kacang kedelai. Dalam
waktu dua sampai tiga hari, kumpulan hifa tersebut akan membungkus kedelai yang kemudian
disebut tempe. Selain pada tempe, jamur ini juga dapat tumbuh di tempat-tempat yang lembap.
4. Rhizophus stolonifera Jamur ini tampak sebagai benang-benang berwarna putih, memiliki rizoid
dan stolon. Merupakan saprofi t yang hidup pada bungkil kedelai dan bermanfaat dalam
pembuatan tempe.
5. Rhizophus nigricans, Jamur ini dapat menghasilkan asam fumarat.
6. Pilobolus sp. Jamur ini sering disebut ‘pelempar topi’ atau cap thrower, karena bila
sporangiumnya telah masak, jamur ini bisa melontarkannya sampai sejauh 8 meter. Spora
tersebut kemudian melekat pada rumput atau tumbuhan lain. Ketika tumbuhan tersebut
dimakan hewan, spora jamur yang melekat tersebut akan
Ascomycota
CIRI-CIRI
1. Memiliki hifa bersekat dan berinti banyak
2. Struktur tubuhnya ada yang bersifat uniseluler (bersel banyak) dan membentuk misselium
asoenoisitik
3. Ada yang bersifat parasit dan bersifat saprofit
4. Menghasilkan Spora dalam Askus (Askospora), setiap askus mengandung 8 spora. Askus-askus
tersebut berkumpul membentuk badan yang disebut askokarp. Beberapa bentuk Askus
a. Askus tanpa askokarp
b. Askus dengan askokarp berbentuk bola
c. Askus dengan askokarp berbentuk botol
d. Askus dengan askokarp berbentuk mangkuk/cawan
Reproduksi Ascomycota
1. Reproduksi Aseksual Ascomycota
a. Ascomycota Uniseluler : Reproduksi secara aseksual berdasarkan uniseluler yang dilakukan dengan
pembelahan sel atau pelepasan tunas dari sel induk. Tunas yang terlepas akan menjadi sebuah sel jamur
baru. Namun, bila tidak terlepas maka sel tunas akan membentuk rantai pseudohifa (hifa semu).
b. Ascomycota Multiseluler : Reproduksi secara aseksual yang dilakukan dengan dua cara, yaitu
fragmentasi hifa dan pembentukan spora aseksual konidiospora. Hifa dewasa yang terputus akan
tumbuh menjadi sebuah hifa jamur baru. Hifa haploid (n) yang sudah dewasa akan menghasilkan
konidiofor (tangkai konidia). Pada ujung dari konidiofor akan terbentuk spora yang diterbangkan angin
yang disebut dengan konidia. Konidia memiliki jumlah kromosom yang haploid (n). Konidia pada jamur
Ascomycota berwarna-warni, antara lain berwarna oranye, hitam, biru atau kecokelatan. Jika kondisi
lingkungan menguntungkan, maka konidia akan berkecambah menjadi hifa yang haploid. Hifa akan
bercabang-cabang dengan membentuk miselium yang berkromosom haploid (n).
a. Ascomycota Uniseluler : Reproduksi Ascomycota uniseluler diawali dengan konjugasi atau penyatuan
dua sel haploid (n) yang berbeda jenis. Dari hasil penyatuan dengan menghasilkan zigot yang
berkromosom diploid (2n). Zigot tumbuh membesar menjadi askus yang diploid. Inti (nukleus) diploid di
dalam askus membelah secara miosis dengan menghasilkan 4 inti yang berkromosom haploid (n). Di
sekitar empat inti tersebut, terbentuk dinding sel dengan 4 askospora didalam askus berkromosom
haploid (n). Jika askus sudah masak, maka selanjutnya askus akan pecah dengan mengeluarkan
askospora. Askospora akan tumbuh menjadi sel jamur baru yang haploid (n).
b. Ascomycota Multiseluler : Reproduksi seksual jamur Ascomycota multiseluer adalah sebagai berikut :
Hifa (+) dan hifa (-) yang masing-masing memiliki kromosom haploid yang berdekatan. Hifa (+)
membentuk askogonium (alat reproduksi betina), sedangkan hifa (-) dengan membentuk anteridium
(alat reproduksi jantan).
Askogonium akan membentuk saluran yang menuju anteridium yang disebut dengan trikogin. Melalui
trikogin, terjadi proses plasmogami (peleburan sitoplasma). Askogonium akan menerima nukelus yang
berkromosom haploid dari anteridium sehingga askogonium memiliki banyak inti dari keduanya
(dikariotik).
Askogonium akan tumbuh menjadi sebuah hifa dikariotik yang bercabang-cabang dan tergabung dalam
askokarp (tubuh buah). Ujung-ujung hifa pada askokarp akan membentuk askus dikariotik
Di dalam aksus terjadi kariogami (peleburan inti) sehingga akan terbentuk inti yang berkromosom
diploid (2n). Inti diploid yang ada dalam askus akan membelah secara meiosis dengan menghasilkan 4
nukelus yang haploid (n). Masing-masing dari nukleus haploid akan membelah secara mitosis sehingga
yang ada didalam askus dengan terdapat 8 nukleus. Selanjutnya, dari sekitar nukleus akan terbentuk
dinding sel dan terbentuk askospora yang berkromosom haploid (n).
Jika askus telah masak, maka askospora akan terbesar secara serentak. Hal ini akan terjadi karena jika
satu askus pecah maka akan berakibat pada pecahnya askus lain. Askospora yang jatuh ditempat yang
cocok akan berkecambah menjadi hifa baru yang haploid (n). Hifa haploid akan tumbuh bercabang-
cabang membentuk miselium yang haploid (n).
Reproduksi
Aseksual, dengan dengan pembentukan konidia
Seksual dengan konjugasi. Pertemuan dua hifa berbeda, hifa (+) dan hifa (), terjadi di dalam tanah,
menghasilkan hifa dikariotik yang dengan cepat tumbuh menjadi tubuh buah (basidiokarp).
Perkembangan basidiokarp terjadi di atas permukaan tanah sampai dengan dihasilkannya basidiospora.
Pembentukan basidiospora terjadi di dalam basidium yang terletak di permukaan bawah tudung
basidiokarp.
Contoh-Comtoh basidiomycota
1. Volvariela volvacea (jamur merang)
2. Auricularia polytricha (jamur kuping)
3. Pleurotus sp (jamur tiram)
4. Polyporus giganteus (jamur papan)
5. Amanita phaloides hidup pada kotoran ternak dan menghasilkan racun yang mematikan
6. Puccinia graminis (jamur karat) parasit pada tumbuhan graminae (jagung)
7. Ustilago maydis parasit pada tanaman jagung
8. Ganoderma aplanatum (jamur kayu)
Deutromycota
Ciri-ciri
1. Hifa bersekat, tubuh berukuran mikroskopis
2. Bersifat parasit pada ternak dan ada yang hidup saprofit pada sampah
3. Reproduksi aseksual dengan konidium dan seksual belum diketahui.
4. Banyak yang bersifat merusak atau menyebabkan penyakit pada hewan-hewan ternak, manusia,
dan tanaman budidaya
5. Bersifat multiseluler
6. Tidak berklorofil
7. Eukariotik
8. Heterotrof
9. Dinding sel tersusun atas zat kitin
10. Tergolong kedalam fungi imperfect yang banyak menimbulkan penyakit pada tanaman budidaya
dan manusia.
11. Merupakan fingi yang tidak sempurna karena tidak memiliki askus/ basidium
Reproduksi
Reproduksi aseksual jamur ini dengan menggunakan konidia, blastophora, dan anostophora.
Cara reproduksi seksualnya pun belum diketahui sehinnga dinamakan jamur imperfecti/jamur tidak
sempurna.
d. Penicillium roqueforti dan Penicillium camemberti sering digunakan dalam pembuatan keju.
g. Aspergillus wentii digunakan untuk pembuatan kecap, tauco, sake, dan asam oksalat.