19 Februari 2016
Daftar Isi
A. Daftar Isi
B. Kata Pengantar
C. B. Haji
1. Pengertian Wajib Haji beserta Dalil Naqli
2. Rukun Haji
3. Wajib Haji
4. Sunnah Haji
5. Larangan Saat Ihram
6. Tahallul
7. Meninggalkan Rukun Haji
D. Umrah
1. Pengertian Umrah beserta Dalil Naqli
2. Rukun Umrah
3. Wajib Umrah
PAGE 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Haji dan Umrah" ini. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang
telah Memberikan Rahmat sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini.
Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
Sejarah dengan judul “Indahnya Malaikat Bersamaku”. Disamping itu, kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua anggota kelompok yang telah membantu kami selama
pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini. Kami
berterima kasih kepada Bapak Syafrijal selaku guru Agama yang telah memberi Tugas Ini
sehingga kami dapat memahami bab tersebut.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
semua pihak, dan jika ada kritik silahkan diajuka pada halaman terakhir. kritik dan saran
Bapak terhadap makalah ini Akan sangat membantu pada saat kami akan membuat
makalah pada laim kesempetan
Penyusun
PAGE 2
Pengertian Haji
Berhaji& Berumrah– Haji adalah salah satu rukun Islam yang lima. Menunaikan
ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan bagi kaum muslim yang mampu secara material,
fisik, maupun keilmuan dengan berkunjung ke beberapa tempat di Arab Saudi dan
melaksanakan beberapa kegiatan pada satu waktu yang telah ditentukan yaitu pada bulan
Dzulhijjah.
Secara estimologi (bahasa), Haji berarti niat (Al Qasdu), sedangkan menurut syara’
berarti Niat menuju Baitul Haram dengan amal-amal yang khusus.Temat-tempat tertentu
yang dimaksud dalam definisi diatas adalah selain Ka’bah dan Mas’a (tempat sa’i), juga
Padang Arafah (tempat wukuf), Muzdalifah (tempat mabit), dan Mina (tempat melontar
jumroh).
Sedangkan yang dimaksud dengan waktu tertentu adalah bulan-bulan haji yaitu
dimulai dari Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Amalan ibadah
tertentu ialah thawaf, sa’i, wukuf, mazbit di Muzdalifah, melontar jumroh, dan mabit di
Mina.
Dalil Naqli
Rukun Haji
Rukun-Rukun Haji - Rukun Haji adalah perbuatan yang wajib dikerjakan dan tidak dapat
diganti dengan membayar denda. Meninggalkan salah satu rukun haji akan gugur atau
tidak sah ibadah haji tersebut. Rukun haji ada enam, yaitu sebagai berikut...
PAGE 3
1. Ihram
Ihram adalah berniat mengerjakan ibadah haji atau umrah dengan memakai pakaian
ihram, pakaian berwarna putih bersih dan tidak berjahit. Pakaian tidak berjahit hanya
berlaku bagi laki-laki.
Wukuf adalah hadir di Padang Arafah pada waktu zuhur, dimulai sejak tergelincir
matahari tanggal 9 Zulhijah sampai terbit fajat tanggal 10 Zulhijah (pada bulan haji).
3. Tawaf
Tawaf adalah mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali putaran, dimulai dari Hajar Aswad
dengan posisi Ka'bah di sebelah kiri orang yang bertawaf (berputar kebalikan arah jarum
jam). Orang yang tawaf harus menutup aurat serta suci dari hadas dan najis.
Macam-Macam Tawaf
Tawaf sunah, dilakukan tidak karena sebab-sebab tertentu (mencari keutamaan dalam
ibadah).
4. Sai
Sai adalah berlari-lari kecil antara Bukit Safa dan Marwah. Ketentuan sai harus dimulai
dari Bukit Safa dan diakhiri di Bukit Marwah. Sai dilakukan sebanyak tujuh kali dan
dikerjakan setelah tawaf.
Waktu mencukur rambut setelah melempar Jamrah Aqabah pada hari Nahar. Apabila
mempunyai kurban, mencukup dilakukan setelah menyembelih hewan kurban. Mencukur
rambut sekurang-kurangnya tiga helai rambut.
6. Tertib
Tertib berarti menertipkan rukun-rukun haji tersebut. Artinya, harus berurutan dimulai
dari niat (ihram), wukuf, tawaf, sai, dan menggunting rambut.
PAGE 4
Wajib Haji
1 Mabit di Muzdalifah artinya menginap atau bermalam di Muzdalifah pada malam 10
Dzul Hijjah selepas dari wukuf di Arafah. Wajib bagi orang yang melakukan haji untuk
datang ke Muzdalifah pada malam Nahar dengan cara menginap atau melewati sepintas
lalu.
Dari Jabir ra, ia berkata: Rasulallah saw datang ke Muzdalifah, lalu shalat maghrib dan
Isya. Kemudian beliau berbaring (istirahat tidur), ketika terbit fajar beliau shalat subuh.
(HR Muslim)
Ada tiga buah Jumroh di Mina, yaitu: Jumrah Aqobah, Jumroh Wustho dan Jumroh Ula.
Yang dimaksud dengan jumrah Aqobah adalah melempar pada tanggal 10 Dzul Hijjah
yang dilontar hanyalah Jumroh Aqobah. Hal ini dilakukan setelah mabit di Muzdalifah
dan setelah terbit matahari.
Sungguhnya Rasulallah saw tiba di Jumrah Aqobah (yaitu di hari Nahar). Maka beliau
melemparnya dengan tujuh kerikil dan bertakbir setiap melempar satu kerikil yang
besarnya seperti batu untuk melempar. Beliau melakukannya dari dasar lembah. Setelah
itu, beliau berpaling (HR Muslim)
3- Melontar ketiga Jumroh dimulai dari Jumroh Ula, Wusthah, dan Aqobah pada hari hari
tasyriq yaitu tg 11, 12, dan 13, setiap jumroh tujuh kali lemparan batu. Adapun cara
melontar tiga jumroh pada hari-hari tasyriq menurut sunnah Rasulullah saw adalah
sebagai berikut: Dimulai melontar Jumroh Ula tujuh kali, dan membaca takbir bersama
setiap lontaran. Lalu melontar Jumroh Wustho tujuh kali, dan membaca takbir bersama
setiap lontaran Lalu melontar Jumroh Aqobah tujuh kali, dan membaca takbir bersama
setiap lontaran.
ثُ َّم يَتَقَ َّد ُم َحتَّى يُ ْس ِه َل ُم ْستَ ْقبِال ْالقِ ْبلَةَ فَيَقُو ُم، صا ٍة
َ ت يُ َكبِّ ُر َعلَى إِ ْث ِر ُكلِّ َح َ أَنَّهُ َكانَ يَرْ ِمي ْال َج ْم َرةَ ال ُّد ْنيَا بِ َسب ِْع َح، ع َِن اب ِْن ُع َم َر
ٍ صيَا
، ثُ َّم يَأْ ُخ ُذ َذاتَ ال ِّش َما ِل فَيُ ْس ِه ُل، َويَرْ فَ ُع يَ َد ْي ِه ثُ َّم يَرْ ِمي ْال َج ْم َرةَ ْال ُو ْسطَى، طَ ِويال َويَ ْد ُعو
ت ْال َعقَبَ ِة
ِ ثُ َّم يَرْ ِمي َج ْم َرةَ َذا، َويَقُو ُم طَ ِويال، ثُ َّم يَ ْد ُعو َويَرْ فَ ُع يَ َد ْي ِه، ََويَقُو ُم ُم ْستَ ْقبِال ْالقِ ْبلَة
PAGE 5
ُ صلَّى هَّللا ُ هَ َك َذا َرأَي: َويَقُو ُل، ف
َ ِ ْت َرسُو َل هَّللا َ ثُ َّم يَ ْن، ف ِع ْن َدهَا
ُ ص ِر ْ َِم ْن ب
ُ ِط ِن ْال َوا ِدي َوال يَق
)َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَ ْف َعلُهُ (رواه البخاري
Menurut hadits sesungguhnya Ibnu Umar pernah melontar Jumroh Dunia (Ula) dengan 7
kerikil sambil bertakbir setiap melempar kerikil, lalu maju ke tempat yang datar, lalu
berdiri lama menghadap kiblat sambil berdoa dengan mengangkat kedua tangannya.
Kemudian melontar Jumroh Wustho, lalu mengambil arah ke kiri pergi ke tempat yang
datar, lalu berdiri menghadap kiblat kemudian berdoa dengan mengangkat kedua
tangannya dan berdiri lama. Kemudian melontar Jumroh Aqobah dari tengah lembah dan
tidak berdiri di situ kemudian menyingkir dan berkata: Begitulah saya lihat Rasulullah
saw. berbuat. (HR. Bukhari).
Miqat artinya batasan. Miqat ada dua macam, miqat zamani (miqat waktu) dan miqat
makani (miqat tempat)
Miqot zamani yaitu batasan waktu yang orang harus memulai amalan haji dan umrah.
Bagi Haji adalah pada bulan-bulan haji, yaitu Syawal, Dzul Qa’dah dan Dzul-Hijjah.
Adapun miqot zamani Umroh adalah sepanjang tahun, tidak ada batas waktu tertentu.
Miqat makani yaitu batasan tempat yang orang harus memulai amalan Haji atau Umroh.
PAGE 6
– Bagi orang Madinah atau orang yang datang dari arah Madinah adalah Dzul Hulaifah
(suatu tempat kurang lebih 12 km arah selatan Madinah, atau kira-kira 486 km arah utara
Mekah, sekarang orang menyebutnya Bir Ali).
– Bagi orang Syam atau yang datang dari arah Syam adalah Juhfah (suatu desa dekat
Robigh kira-kira 204 km arah barat Mekah)
– Bagi orang Najd atau yang datang dari arah Najd adalah Qornul Manazil (suatu tempat
yang orang sekarang menyebutnya As-Sail al-Kabir kira-kira 94 km arah timur Mekah.
– Bagi orang Yaman atau yang datang dari arah Yaman adalah Yalamlam (suatu tempat
kira-kira 89 km arah selatan Mekah).
– Bagi orang Iraq atau yang datang dari arah Iraq adalah Dzatu Irq (satu tempat kurang
lebih 94 km arah timur laut Mekah).
َ ْالجُحْ فَة: َوألَ ْه ِل ال َّش ِام. َذا ْال ُحلَ ْيفَ ِة: ُول هللاِ صلى هللا عليه وسلم َوقَّتَ ألَ ْه ِل ْال َم ِدينَ ِة َ أَ َّن َرس: س رضي هللا عنهما ٍ ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ب ِْن َعبَّا
ِم َّم ْن أَ َرا َد ْال َح َّج أَوْ ْال ُع ْم َرةَ (رواه, ه َُّن لَه ُّن َولِ َم ْن أَتَى َعلَ ْي ِه َّن ِم ْن َغي ِْر ِه َّن. يَلَ ْملَ َم: َوألَ ْه ِل ْاليَ َم ِن. َاز ِل
ِ قَرْ نَ ْال َمن: َوألَ ْه ِل نَجْ ٍد.
)البخاري
Dari Ibnu Abbas, beliau berkata: Rasulullah saw. telah menetapkan miqot bagi penduduk
Madinah Dzul Hulaifah, bagi penduduk Syam Juhfah, bagi penduduk Najd Qornul-
Manazil dan bagi penduduk Yaman Yalamlam. Miqot-Miqot itu bagi (penduduk) negeri-
negeri itu dan bagi orang yang datang melalaui negeri-negeri itu yang bukan dari
penduduknya yang hendak melakukan haji dan umrah. (HR.Bukhari dan Muslim)
– Sedangkan bagi penduduk Mekah atau orang luar yang berada di Mekah, miqat hajinya
adalah tempat tinggalnya di Mekkah. Jadi baginya untuk memulai
6- Thawaf wada’ (tawaf perpisahan). Tawaf ini dikerjakan saat mau berangkat
meninggalkan Mekah. la wajib dikerjakan, kecuali wanita yang sedang haid.
)ت (رواه مسلم ِ َ الَ يَ ْنفِ َر َّن أَ َح ٌد َحتَّى يَُ ُكوْ ن: ال
ِ آخ ُر َعهْد ِه بِالبَ ْي َ َصلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َوآلِ ِه َو َسلَّ َم ق َّ ِض َي هللاُ َع ْنهُ َما أَ َّن النَب
َ ي ٍ َع ِن ا ْب ِن َعبَّا
ِ س َر
Ada hadits yang menerangkan yang diriwatkan dari ibnu Abbas ra, Rasulallah saw
bersabda: “Janganlah salah seorang diantara kalian keluar, sehingga akhir urusannya
adalah (thawaf) di Baitullah. (HR Muslim)
Keterangan (Ta’liq):
Muzdalifah
Muzdalifah: terletak antara Mina dan Arafah. Batasnya dari wadi Muhassir sampai Al-
Ma’zamain atau dua gunung yang saling berhadapan yang dipisahkan oleh jalan.
Muzdalifah ini termasuk masy’aril haram dan tanah suci,
PAGE 7
firman Allah
١٩٨﴿ ُوا هَّللا َ ِعن َد ْال َم ْش َع ِر ْال َح َر ِام َو ْاذ ُكرُوهُ َك َما هَدَا ُك ْم َوإِن ُك ْنتُ ْم ِّمن قَ ْبلِ ِه لَ ِمنَ الضَّآلِّينَ – البقرة
ْ ت فَ ْاذ ُكر
Fٍ ﴾فَإِ َذآ أَفَضْ تُم ِّم ْن َع َرفَا
Artinya: “Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafah, berzikirlah kepada Allah di
Masy`arilharam. Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang
ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk
orang-orang yang sesat”. (Qs Al-Baqarah ayat:198)
Menurut ibnu umar ra. yang dimaksud dengan Masy’aril haram dalam ayat tersebut ialah
Muzdalifah seluruhnya.
Muzdalifah juga merupakan tempat mabit atau bermalam, setelah meninggalkan Arafah
tanggal 9 Dzulhijjah. Jamaah Haji dianjurkan untuk sholat Maghrib & Isya jama’ ta’khir
dengan satu Azan dan 2 kali Iqamat di Muzdalifah, lalu menuju ke Mina setelah shalat
Subuh. Dianjurkan memungut batu kerikil untuk melempar Jumroh di Mina atau
diperbolehkan juga memungut batu kerikil di Mina.
Mina
Mina merupakan tanah haram karena lokasinya berdekatan dengan Makkah. Jaraknya
dengan Makkah kurang lebih 7 km. Mina adalah perkampungan kecil yang dihuni oleh
manusia setahun sekali dengan tujuan mabit (bermalam) dalam rangka manasik haji,
karena itu orang Arab menyebutnya Mina.
Mina mulai penuh didatangi oleh jamaah haji pada tanggal 8 Dzulhijah atau sehari
sebelum wukuf di Arafah. Jama’ah haji tinggal disini sehari semalam sehingga dapat
melakukan sholat lima waktu. Kemudian setelah sholat Subuh tanggal 9 Dzulhijah,
jamaah haji berangkat ke Arafah. Kemudian Jama’ah haji datang lagi ke Mina setelah
selesai melaksanakan wukuf di Arafah yaitu pagi tanggal 10 sampai dengan tanggal 13
Dzulhijah dan wajib untuk bermalam dan melempar jumroh pada hari-hari tersebut.
Adapun pergi ke Mina pada tanggal 8 Dzulhijjah (hari Tarwiyyah) hukumnya sunah.
Sementara itu mabit atau menginap di Mina dan melontar Jumroh pada hari-hari tasyrik
merupakan wajib haji, artinya bila tidak dikerjakan maka hajinya tetap sah namun dia
harus membayar denda yang disebut dalam ilmu fiqih ”Dam”.
Di Mina ada tempat melempar jumroh, yaitu Jumroh Aqabah, Jumroh Wustha dan
Jumroh Ula. Tentu ketiga jamarat itu memiliki nilai sejarah yang sangat penting bagi umat
islam yang berkaitan erat dengan sejarah nabi Ibrahim dan puteranya Ismail as.
Selain 3 jumroh kita temukan sebuah masjid bersejarah yang disebut masjid al-Kheif.
Konon letaknya dikaki gunung tidak berjauhan dari jumrah Ula. Di sana Nabi saw pernah
sholat demikian pula para Nabi sebelum beliau.
PAGE 8
Rasulullah saw ketika haji wada’ bermalam dan sholat di Mina pada malam hari-hari
Tasyriq yaitu hari 10, 11,12, 13 Dzul Hijjah, dimana didalamnya terdapat pula Hari Raya Idul
Adha.
)مسل فِي ِر َحالِ ُك ْم (رواهF فَا ْن َحرُوا, َو ِمنًى ُكلّهَا َم ْن َحر, ت هَاهُنَا
ُ ْ ن ََحر: صلَّى هَّللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
َ قَوْ له
Nabi saw bersabda: “Aku menyembelih korban di sini, dan seluruh Mina ialah tempat
menyembelih, maka sembelihlah korban dalam perjalanan kalian”. (Shahih Muslim)
ت فَ َمن تَ َعج ََّل فِي يَوْ َمي ِْن فَالَ إِ ْث َم َعلَ ْي ِه َو َمن تَأ َ َّخ َر فَال إِ ْث َم َعلَ ْي ِه
ٍ ُوا هَّللا َ فِي أَي ٍَّام َّم ْع ُدودَا
ْ َو ْاذ ُكر
Artinya: ”Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang.
Barangsiapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari (Maksudnya Nafar
Awal), maka tiada dosa baginya. Dan barang siapa yang ingin menangguhkan
(keberangkatannya dari dua hari itu) (Maksudnya Nafar Tsani), maka tiada dosa baginya”
(Qs al-Baqarah ayat:203)
Sunnah Haji
A. Sunah-Sunnah Ihram:
Berdasarkan hadits Zaid bin Tsabit bahwasanya beliau melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengganti pakaiannya untuk ihram lalu mandi.[1]
3. Berihram dengan kain ihram (baik yang atas maupun yang bawah) yang berwarna putih
اِ ْلبَسُوْ ا ِم ْن ثِيَابِ ُك ُم ْالبَيَاضِّ فَإِنَّهَا ِم ْن َخي ِْر ثِيَابِ ُك ْم َو َكفِّنُوْ ا فِ ْيهَا َموْ تَا ُك ْم.
“Pakailah pakaianmu yang putih, sesungguhnya pakaian yang putih adalah pakaianmu
yang terbaik dan kafankanlah orang-orang yang wafat di antara kalian dengannya.” [3]
PAGE 9
4. Shalat di lembah ‘Aqiq bagi orang yang melewatinya
“Tadi malam, telah datang kepadaku utusan Rabb-ku dan berkata, ‘Shalatlah di lembah
yang diberkahi ini dan katakan (niatkan) umrah dalam haji.’”
Berdasarkan hadits as-Saib bin Khalladi, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
أَتَانِي ِجب ِْر ْي ُل فَأ َ َم َرنِي أَ ْن آ ُم َر أَصْ َحابِي أَ ْن يَرْ فَعُوْ ا أَصْ َواتَهُ ْم بِاْ ِإل ْهالَ ِل أَ ِو التَّ ْلبِيَ ِة.
“Telah datang kepadaku Jibril dan memerintahkan kepadaku agar aku memerintahkan
para Sahabatku supaya mereka mengeraskan suara mereka ketika membaca talbiyah.” [4]
Oleh karena itu, dulu para Sahabat Rasulullah berteriak. Ibnu Hazm rahimahullah
berkata, “Dulu ketika Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berihram suara
mereka telah parau sebelum mencapai Rauha.” [5]
Berdasarkan hadits Nafi’, ia berkata, “Dahulu ketika Ibnu ‘Umar selesai melaksanakan
shalat Shubuh di Dzul Hulaifah, ia memerintahkan agar rombongan mulai berjalan. Maka
rombongan pun berjalan, lalu ia naik ke kendaraan. Ketika rombongan telah sama rata, ia
berdiri menghadap Kiblat dan bertalbiyah… Ia mengi-ra dengan pasti bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan hal ini.” [7]
8, 9, 10. Menginap di Dzu Thuwa, mandi untuk memasuki kota Makkah dan masuk kota
Makkah pada siang hari
PAGE 10
Dari Nafi’, ia berkata, “Dahulu ketika Ibnu ‘Umar telah dekat dengan kota Makkah, ia
menghentikan talbiyah, kemudian beliau menginap di Dzu Thuwa, shalat Subuh di sana
dan mandi. Beliau mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengerjakan hal ini.” [8]
Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Dulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
memasuki kota Makkah dari ats-Tsaniyah al-‘ulya (jalan atas) dan keluar dari ats-Tsaniyah
as-Sufla (jalan bawah).”[9]
12. Mendahulukan kaki kanan ketika masuk ke dalam masjid haram dan membaca:
َ اَللَّهُ َّم ا ْفتَحْ لِي أَب َْو،ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َسلِّ ْم
اب ِ َري ِْم َوس ُْلطَانِ ِه ْالقَ ِدي ِْم ِمنَ ال َّش ْيطَا ِن الر
َ اَللَّهُ َّم،ِ بِس ِْم هللا،َّجي ِْم ِ أَ ُعوْ ُذ بِاهللِ ْال َع ِظي ِْم َوبِ َوجْ ِه ِه ْالك
َ َرحْ َمتِك.
“Aku berlindung kepada Allah Yang Mahaagung, dengan wajah-Nya Yang Mahamulia dan
kekuasaan-Nya yang abadi, dari syaitan yang terkutuk. Dengan Nama Allah dan semoga
shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Muhammad, Ya Allah, bukalah pintu-pintu
rahmat-Mu untukku.” [10]
Apabila ia melihat Ka’bah, mengangkat tangan jika mau, karena hal ini benar shahih dari
Ibnu ‘Abbas [11]. Kemudian berdo’a dengan do’a yang mudah dan apabila ia mau berdoa
dengan do’anya Umar juga baik, sebab do’a ini pun shahih dari ‘Umar. Do’a beliau:
“Ya Allah, Engkau pemberi keselamatan dan dari-Mu keselamatan, serta hidupkanlah
kami, wahai Rabb kami dengan keselamatan.”[12]
C. Sunah-Sunnah Thawaf
14. Al-Idhthiba’
Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata: “Aku melihat Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika tiba di Makkah mengusap Hajar Aswad di awal thawaf,
beliau thawaf sambil berlari-lari kecil di tiga putaran pertama dari tujuh putaran thawaf.”
[14]
PAGE 11
16. Mencium Hajar Aswad
Berdasarkan hadits Zaid bin Aslam dari ayahnya, ia berkata, “Aku melihat ‘Umar bin al-
Khaththab Radhiyallahu ‘anhu mencium Hajar As-wad dan berkata, “Seandainya aku tidak
melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, niscaya aku tidak akan
menciummu.” [15]
Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Aku melihat ‘Umar bin al-Khaththab
mencium Hajar Aswad lalu sujud di atasnya kemudian ia kembali menciumnya dan sujud
di atasnya, kemudian ia berkata, ‘Beginilah aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam.’” [16]
Berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam thawaf
mengelilingi Ka’bah di atas untanya, setiap beliau melewati Hajar Aswad beliau memberi
isyarat dengan sesuatu yang ada pada beliau kemudian bertakbir.” [17]
19. Berlari-lari kecil pada tiga putaran pertama thawaf yang pertama kali (thawaf qudum)
Berdasarkan hadits Ibnu Umar, ia berkata, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap Ka’bah kecuali dua rukun Yamani (rukun Yamani
dan Hajar Aswad).” [19]
21. Berdo’a di antara dua rukun (rukun Yamani dan Hajar Aswad) dengan do’a sebagai
berikut:
َ َربَّنَآ آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي ْاآل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ.
ِ َّاب الن
ار
“Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah
kami dari siksa Neraka.”[20]
Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Setelah tiba, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam thawaf mengelilingi Ka’bah tujuh kali, kemudian beliau shalat dua rakaat di
belakang maqam Ibrahim dan sa’i antara Shafa dan Marwah.” Selanjutnya beliau berkata:
PAGE 12
ٌلَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرسُوْ ِل هللاِ أُس َْوةٌ َح َسنَة.
“Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu terdapat contoh yang baik bagimu.” [21]
ًّ ٰىFّصًل
َ َواتَّ ِخ ُذوْ ا ِم ْن َمقَ ِام إِ ْب َرا ِهي َم ُم.
Kemudian membaca dalam shalat dua raka’at itu surat al-Ikhlash dan surat al-Kaafirun,
berdasarkan hadits Jabir bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau
sampai di maqam Ibrahim Alaihissallam beliau membaca:
ًّ ٰىFّصًل
َ َواتَّ ِخ ُذوْ ا ِم ْن َمقَ ِام إِ ْب َرا ِه ْي َم ُم.
Lalu beliau shalat dua raka’at, beliau membaca dalam shalat dua raka’at itu { }قُلْ ه َُو هّللا ُ أَ َح ٌد
dan{ َ}قُلْ يا أَيُّهَا ْالكَافِرُون.
24. Iltizam tempat di antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah dengan cara menempelkan
dada, wajah dan lengannya pada Ka’bah
Berdasarkan hadits ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, ia berkata, “Aku pernah
thawaf bersama ‘Abdullah bin ‘Amr, ketika kami telah selesai dari tujuh putaran tersebut
kami shalat di belakang Ka’bah. Lalu aku bertanya, ‘Apakah engkau tidak memohon
perlindungan kepada Allah?’ Ia menjawab, ‘Aku berlindung kepada Allah dari api
Neraka.’”
Berkata (perawi), “Setelah itu ia pergi dan mengusap Hajar Aswad. Lalu beliau berdiri di
antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah, beliau menempelkan dada, tangannya dan pipinya
ke dinding Ka’bah, kemudian berkata, ‘Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam melakukan hal ini.’”[22]
D. Sunnah-Sunnah Sa’i:
27. Membaca:
PAGE 13
صفَا َو ْال َمرْ َوةَ ِمن َش َعائِ ِر هَّللا ِ فَ َم ْن َح َّج ْالبَيْتَ أَ ِو ا ْعتَ َم َر فَاَل ُجنَا َح َعلَ ْي ِه أَن يَطَّوَّفَ بِ ِه َما
َّ إِ َّن ال
َو َمن تَطَ َّو َع َخ ْيرًا فَإ ِ َّن هَّللا َ َشا ِك ٌر َعلِي ٌم
“Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebagian dari syi’ar Allah. Maka barangsiapa
yang beribadah haji ke Baitullaah atau ber’umrah, maka tidak ada dosa baginya
mengerjakan sa’i di antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu ke-bajikan
dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Mahamen syukuri kebaikan lagi
Mahamengetahui.” [Al-Baqarah: 158]
Kemudian membaca:
Bacaan ini dibaca setelah dekat dengan Shafa ketika mau melakukan sa’i.[23]
30. Ketika berada di Marwah mengerjakan seperti apa yang dilakukan di Shafa, baik
menghadap Kiblat, bertakbir maupun berdo’a
31. Ihram untuk haji pada hari Tarwiyah dari tempat tinggal masing-masing •
32. Shalat Zhuhur, ‘Ashar, Maghrib, dan ‘Isya’ di Mina pada hari Tarwiyah, serta menginap
di sana hingga shalat Shubuh dan matahari telah terbit
33. Pada hari ‘Arafah, menjamak shalat Zhuhur dan ‘Ashar di Namirah
PAGE 14
34. Tidak meninggalkan ‘Arafah sebelum matahari tenggelam.
Ibnu Umar ra berkata seorang sahabat telah bertanya kepada Nabi SAW,” Wahai utusan
Allah, pakaian apa yang boleh dikenakan bagi orang yang berihram?”, Beliau menjawab “
Tidak boleh mengenakan baju, sorban, celana topi dan khuf ( sarung kaki yang terbuat
dari kulit), kecuali seseorang yang tidak mendapatkan sandal, maka pakailah khuf, namun
hendaklah ia memotongnya dari bawah dua mata kakinya dan janganlah kamu
mengenakan pakaian yang dicelup dengan pewarna atau warna merah”.
2. Bagi wanita tidak boleh menutup wajah dan dua tapak tangannya
Dari Ibnu Umar ra bahwa Nabi bersabda “ janganlah seorang wanita berihram
mengenakan cadar dan jangan pula menggunakan kaos tangan”.
Namun boleh bagi wanita menutupi wajahnya bila ada laki-laki yang lewat di dekatnya
Para ulama juga bersepakat bahwa haram hukumnya memotong kuku bagi orang yang
sedang berihram ( al Ijma oleh Ibnul Mundzir hal 57 )
Allah SWT berfirman “ Dan diharamkan atasmu menangkap binatang buruan darat
selama kamu dalam keadaan ihram”. ( Al Maidah : 95 ). Apabila dilanggar, maka jamaah
harus membayar denda dengan membeli makanan seharga binatang yang diburu dan
menyedekahkannya kepada fakir miskin atau memberi makanan kepada fakir miskin
sebanyak 5/6 liter ( 1 mud ) untuk satu harinya.
PAGE 15
Dendanya sama dengan bila kita memburu atau membunuh binatang darat seperti yang
telah disebutkan dalam poin sebelumnya
Berdasarkan hadist Utsman dari Usman ra bahwa Nabi bersabda “Orang yang berihram
tidak boleh menikahi, tidak boleh dinikahi dan tidak boleh melamar.” ( Sahih:
Mukhtashar Muslim no. 814)
Apabila jamaah umroh yang berangkat bersama suami atau istrinya dan melakukan jima’ (
hubungan suami istri ) sebelum menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah umroh, maka
mereka harus membayar denda atau dam dengan menyembelih seekor unta atau 7 ekor
kambing.
Untuk menghindari dari berkata-kata yang kotor, alangkah baiknya bila jamaah
memperbanyak dzikir baik dalam hati maupun dengan diucapkan. Sehingga walau dalam
kondisi emosi karena hawa panas dan berdesak-desakan saat thawaf maka yang terucap
adalah kalimat-kalimat istighfar dan dzikrullah.
Seperti yang dijelaskan dalam surat Al Baqarah ayat 197 “, (Musim) haji adalah beberapa
bulan yang dimaklumi barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan
mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di
dalam masa mengerjakan haji”.
Tahallul
Tahallul secara harfiah artinya dihalalkan, dalam haji dan umrah maksudnya adalah
diperbolehkannya jamaah haji dari larangan/ pantangan ihram. Tahallul disimbolkan
dengan mencukur minimal 3 helai rambut.
PAGE 16
Meninggalkan Rukun Haji
Dalam istilah fiqih (Kasysyaf al-Qina, 2/523), tidak mendapatkan haji, yaitu sampai di
arafah setelah terbit fajar Hari Penyembelihan, disebut al-fawat (ketinggalan).
Rukun Haji
Jabir bin Abdullah ra. Berkata,: orang tidak ketinggalan haji sampai terbitnya fajar pada
malam genap. Dia merujuk kepada sabda nabi SAW,:“Haji adalah Arofah. Orang yang
datang pada malam genap sebelum terbitnya fajar, berarti dia telah mendapatkan
haji.”(HR. Tirmidzi, 3/237, no. 889).[7] Barang siapa ketinggalan hadir di padang arafah
pada waktu yang di tentukan, maka ia wajib membayar fidyah dan mengqadha pada tahun
yang berikutnya. Sabda Rasulullah SAW :
Artinya: “Barang siapa ketinggalan hadir di padang arafah pada malam (tanggal 10 bulan
haji), maka sesungguhnya telah tertinggallah hajinya. Maka hendaklah mengerjakan
umrah.” (HR. Daruqutni)
Orang yang meninggalkan salah satu rukun dari rukun-rukun haji selain hadir di padang
Arafah, maka tidak halal ihramnya hingga dikerjakan rukun yang ketinggalan itu.
Sedangkan barang siapa meninggalkan salah satu dari wajib haji atau umrah, ia wajib
membayar denda atau dam.[8]
PAGE 17
PAGE 18