Anda di halaman 1dari 20

Tugas PAI

Haji dan Umrah

Oleh:
Kelompok Abu Bakar As-Siddiq

SMAN 5 BOGOR
2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Haji dan Umrah" ini. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW
yang telah Memberikan Rahmat sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini.

Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi


tugas Sejarah dengan judul “Indahnya Malaikat Bersamaku”. Disamping itu, kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua anggota kelompok yang telah
membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga
terealisasikanlah makalah ini. Kami berterima kasih kepada Bapak Syafrijal selaku
guru Agama yang telah memberi Tugas Ini sehingga kami dapat memahami bab
tersebut.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi semua pihak, dan jika ada kritik silahkan diajuka pada halaman terakhir. kritik
dan saran Bapak terhadap makalah ini Akan sangat membantu pada saat kami akan
membuat makalah pada laim kesempetan

Bogor, 19 Februari 2017

Penyusun

PAGE 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................0
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
I. HAJI........................................................................................................................................3
A. Pengertian Haji.................................................................................................................3
B. Rukun Haji.........................................................................................................................3
C. Wajib Haji.........................................................................................................................4
D. Sunnah Haji.......................................................................................................................8
E. Larangan Saat Ihram.......................................................................................................14
F. Tahallul............................................................................................................................16
G. Meninggalkan Rukun Haji..............................................................................................16
II. UMRAH................................................................................................................................17
A. Pengertian Umrah...........................................................................................................17
B. Rukun umrah...................................................................................................................18
C. Wajib umrah....................................................................................................................18
KESIMPULAN..............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................19

PAGE 2
I. HAJI
A. PENGERTIAN HAJI
Berhaji& Berumrah– Haji adalah salah satu rukun Islam yang lima.
Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan bagi kaum muslim yang
mampu secara material, fisik, maupun keilmuan dengan berkunjung ke beberapa
tempat di Arab Saudi dan melaksanakan beberapa kegiatan pada satu waktu yang
telah ditentukan yaitu pada bulan Dzulhijjah.

Secara estimologi (bahasa), Haji berarti niat (Al Qasdu), sedangkan


menurut syara’ berarti Niat menuju Baitul Haram dengan amal-amal yang
khusus.Temat-tempat tertentu yang dimaksud dalam definisi diatas adalah selain
Ka’bah dan Mas’a (tempat sa’i), juga Padang Arafah (tempat wukuf), Muzdalifah
(tempat mabit), dan Mina (tempat melontar jumroh).

Sedangkan yang dimaksud dengan waktu tertentu adalah bulan-bulan haji


yaitu dimulai dari Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Amalan
ibadah tertentu ialah thawaf, sa’i, wukuf, mazbit di Muzdalifah, melontar jumroh,
dan mabit di Mina.

Dalil Naqli

ِ َّ‫ا َوهَّلِل ِ َعلَى الن‬IIً‫ان آ ِمن‬


‫اس‬ ٌ َ‫ات بَيِّن‬
َ ‫ات َمقَا ُم إِب َْرا ِهي َم َو َم ْن َد َخلَهُ َك‬ ٌ َ‫فِي ِه آي‬
‫إِ َّن هَّللا َ َغنِ ٌّي َع ِن‬IIَ‫ َر ف‬IIَ‫بِياًل َو َم ْن َكف‬II‫ ِه َس‬IIْ‫تَطَا َع إِلَي‬II‫اس‬ ْ ‫ت َم ِن‬ ِ ‫ِحجُّ ْالبَ ْي‬
‫ين‬َ ‫ْال َعالَ ِم‬
Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim;
barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji
adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji),
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta
alam. (Q.S Ali Imran 3:97)

B. RUKUN HAJI
Rukun-Rukun Haji - Rukun Haji adalah perbuatan yang wajib
dikerjakan dan tidak dapat diganti dengan membayar denda.
Meninggalkan salah satu rukun haji akan gugur atau tidak sah ibadah haji
tersebut. Rukun haji ada enam, yaitu sebagai berikut... 

1. Ihram 

PAGE 3
Ihram adalah berniat mengerjakan ibadah haji atau umrah
dengan memakai pakaian ihram, pakaian berwarna putih bersih dan
tidak berjahit. Pakaian tidak berjahit hanya berlaku bagi laki-laki. 

2. Wukuf di Padang Arafah  

Wukuf adalah hadir di Padang Arafah pada waktu zuhur,


dimulai sejak tergelincir matahari tanggal 9 Zulhijah sampai terbit fajat
tanggal 10 Zulhijah (pada bulan haji). 

3. Tawaf

Tawaf adalah mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali putaran,


dimulai dari Hajar Aswad dengan posisi Ka'bah di sebelah kiri orang
yang bertawaf (berputar kebalikan arah jarum jam). Orang yang tawaf
harus menutup aurat serta suci dari hadas dan najis. 

Macam-Macam Tawaf
Tawaf qudum, dilakukan ketika baru sampai di Mekah
Tawaf ifadah, dilakukan karena melaksanakan rukun haji
Tawaf nazar, dilakukan karena nazar
Tawaf sunah, dilakukan tidak karena sebab-sebab tertentu (mencari
keutamaan dalam ibadah). 
Tawaf wada, dilakukan karena hendak meninggalkan mekah
4. Sai

Sai adalah berlari-lari kecil antara Bukit Safa dan Marwah.


Ketentuan sai harus dimulai dari Bukit Safa dan diakhiri di Bukit
Marwah. Sai dilakukan sebanyak tujuh kali dan dikerjakan setelah
tawaf.   

5. Menggunting (Mencukur) Rambut

Waktu mencukur rambut setelah melempar Jamrah Aqabah


pada hari Nahar. Apabila mempunyai kurban, mencukup dilakukan
setelah menyembelih hewan kurban. Mencukur rambut sekurang-
kurangnya tiga helai rambut. 

6. Tertib

Tertib berarti menertipkan rukun-rukun haji tersebut. Artinya,


harus berurutan dimulai dari niat (ihram), wukuf, tawaf, sai, dan
menggunting rambut

PAGE 4
C. WAJIB HAJI

1. Mabit di Muzdalifah
Menginap atau bermalam di Muzdalifah pada malam 10 Dzul
Hijjah selepas dari wukuf di Arafah. Wajib bagi orang yang melakukan
haji untuk datang ke Muzdalifah pada malam Nahar dengan cara
menginap atau melewati sepintas lalu.

‫ب‬ ِ I‫ا ْال َم ْغ‬IIَ‫لَّى بِه‬I ‫ص‬


َ ‫ر‬I َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َوآلِ ِه َو َسلَّ َم أَتَى ْال ُم ْز َدلِفَةَ ف‬
َ ‫ي‬ َّ ِ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ أَ َّن النَب‬
ِ ‫ع َْن َجابِ ٍر َر‬
)‫صلى الفَجْ َر (رواه مسلم‬ ْ َّ ْ َ َ َّ َ
َ ‫َوال ِع َشا َء واضْ ط َج َع َحتى طل َع الفَجْ ُر َو‬ ْ

Dari Jabir ra, ia berkata: Rasulallah saw datang ke Muzdalifah,


lalu shalat maghrib dan Isya. Kemudian beliau berbaring (istirahat
tidur), ketika terbit fajar beliau shalat subuh. (HR Muslim)

2. Melontar Jumroh Aqobah

Ada tiga buah Jumroh di Mina, yaitu: Jumrah Aqobah, Jumroh


Wustho dan Jumroh Ula. Yang dimaksud dengan jumrah Aqobah
adalah melempar pada tanggal 10 Dzul Hijjah yang dilontar hanyalah
Jumroh Aqobah. Hal ini dilakukan setelah mabit di Muzdalifah dan
setelah terbit matahari.

‫ت‬
ٍ ‫يَا‬I ‫ص‬َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َوآلِ ِه َو َسلَّ َم أَتَى الج ْمرةَ يَ ْعنِي يَوْ َم النَحْ ِر فَ َر َماهَا ب َسبْع َح‬ َ ‫ي‬ َّ ِ‫ص َّح أَ َّن النَب‬َ ‫لِ َما‬
‫ر‬ I
َ‫َ َ ف‬ ‫ص‬ ْ
‫ن‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫د‬‫ا‬ ‫و‬ I ‫ال‬ ‫ن‬
َّ ِ َ ِ َ ِ َ َ ِ ْ
‫ط‬ ‫ب‬ ‫ن‬ْ ‫م‬ ‫ى‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ف‬ ْ
‫ذ‬I Iَ
‫خ‬ ‫ال‬ ‫ى‬ I ‫ص‬ ‫ح‬ ‫ل‬
َ َ َ ِ ٍ َ َI‫ث‬ْ ‫م‬ ‫ة‬ ‫ا‬I ‫ص‬ ‫ح‬ ُّ‫ل‬I
I‫ك‬ُ ‫ا‬I
I ‫منه‬ ‫ة‬
ٍ َ َ ِّ َ ‫يكبِّ ُر‬
‫ا‬ ‫ص‬ ‫ح‬ ‫ل‬ ‫ك‬ ‫ع‬ ‫م‬
)‫(رواه مسلم‬

Sungguhnya Rasulallah saw tiba di Jumrah Aqobah (yaitu di


hari Nahar). Maka beliau melemparnya dengan tujuh kerikil dan
bertakbir setiap melempar satu kerikil yang besarnya seperti batu untuk
melempar. Beliau melakukannya dari dasar lembah. Setelah itu, beliau
berpaling (HR Muslim)

3. Melontar ketiga Jumroh


Dimulai dari Jumroh Ula, Wusthah, dan Aqobah pada hari hari tasyriq
yaitu tg 11, 12, dan 13, setiap jumroh tujuh kali lemparan batu. Adapun
cara melontar tiga jumroh pada hari-hari tasyriq menurut sunnah
Rasulullah saw adalah sebagai berikut: Dimulai melontar Jumroh Ula
tujuh kali, dan membaca takbir bersama setiap lontaran. Lalu melontar
Jumroh Wustho tujuh kali, dan membaca takbir bersama setiap
lontaran Lalu melontar Jumroh Aqobah tujuh kali, dan membaca takbir
bersama setiap lontaran.

PAGE 5
َ ‫ت يُ َكبِّ ُر َعلَى إِ ْث ِر ُكلِّ َح‬
‫ َّد ُم‬IIَ‫ ثُ َّم يَتَق‬، ‫صا ٍة‬ ٍ ‫صيَا‬َ ‫ أَنَّهُ َكانَ يَرْ ِمي ْال َج ْم َرةَ ال ُّد ْنيَا بِ َسب ِْع َح‬، ‫َع ِن ا ْب ِن ُع َم َر‬
‫ ثُ َّم‬، ‫طَى‬I‫ َرةَ ْال ُو ْس‬I‫رْ ِمي ْال َج ْم‬Iَ‫ه ثُ َّم ي‬Iِ Iْ‫ ُع يَ َدي‬Iَ‫ َويَرْ ف‬، ‫ ْدعُو‬Iَ‫ويال َوي‬I ِ ‫ط‬ َ ‫َحتَّى يُ ْس ِه َل ُم ْستَ ْقبِال ْالقِ ْبلَةَ فَيَقُو ُم‬
‫ ثُ َّم‬، ‫ويال‬I ِ َ‫و ُم ط‬Iُ‫ َويَق‬، ‫ ِه‬Iْ‫ ُع يَ َدي‬Iَ‫ ْدعُو َويَرْ ف‬Iَ‫ ثُ َّم ي‬، َ‫ة‬Iَ‫تَ ْقبِال ْالقِ ْبل‬I‫و ُم ُم ْس‬Iُ‫ َويَق‬، ‫ال فَيُ ْس ِه ُل‬ ِ ‫يَأْ ُخ ُذ َذاتَ ال ِّش َم‬
‫ْت‬ ُ ‫ َذا َرأَي‬I‫ هَ َك‬: ‫و ُل‬IIُ‫ َويَق‬، ُ‫ ِرف‬I‫ص‬ َ ‫ ثُ َّم يَ ْن‬، ‫ط ِن ْال َوا ِدي َوال يَقِفُ ِع ْن َدهَا‬ ْ َ‫ت ْال َعقَبَ ِة ِم ْن ب‬
ِ ‫يَرْ ِمي َج ْم َرةَ َذا‬
َّ
)‫صلى ُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم يَ ْف َعلُهُ (رواه البخاري‬ ‫هَّللا‬ َّ ‫هَّللا‬
َ ِ ‫َرسُو َل‬

Menurut hadits sesungguhnya Ibnu Umar pernah melontar


Jumroh Dunia (Ula) dengan 7 kerikil sambil bertakbir setiap melempar
kerikil, lalu maju ke tempat yang datar, lalu berdiri lama menghadap
kiblat sambil berdoa dengan mengangkat kedua tangannya. Kemudian
melontar Jumroh Wustho, lalu mengambil arah ke kiri pergi ke tempat
yang datar, lalu berdiri menghadap kiblat kemudian berdoa dengan
mengangkat kedua tangannya dan berdiri lama. Kemudian melontar
Jumroh Aqobah dari tengah lembah dan tidak berdiri di situ kemudian
menyingkir dan berkata: Begitulah saya lihat Rasulullah saw. berbuat.
(HR. Bukhari).

4. Mabit di Mina atau bermalam di Mina pada malam-malam Tasyriq.

‫وْ ِم‬IIَ‫ ِر ي‬I‫لَّ َم ِم ْن آ ِخ‬I‫ ِه َو َس‬Iِ‫ ِه َوآل‬I‫لَّى هللاُ َعلَ ْي‬I‫ص‬ َ ِ‫وْ ُل هللا‬I‫اض َر ُس‬Iَ Iَ‫ت أَف‬ْ َ‫ال‬IIَ‫ض َي هللاُ َع ْنهُا ق‬
ِ ‫ع َْن عَائِ َشةَ َر‬
َ‫رةَ إِذا‬I ْ
َ I‫رْ ِمى ال َج ْم‬IIَ‫يق؛ ي‬ ْ َّ َ َ
ِ ‫ ِر‬I‫الِ َي أي َِّام التش‬IIَ‫ا لي‬IIَ‫ث بِه‬ َ ُ
َ ‫ َع إِلى ِمنًى فَ َم َك‬I‫ر ث َّم َر َج‬Iَ I‫صلَّى الظ ْه‬
ُ َ َ‫النَحْ ِر ِح ْين‬
)‫ت الش ْمسُ (ابو داود وابن حبان‬ َّ ِ ‫ال‬َ َ‫ز‬

Dari Aisyah ra, ia berkata: Rasulullah saw bertawaf Ifadhoh di


hari akhir (hari Nahar) sewaktu shalat Dhuhur, kemudian kembali ke
Mina lalu tinggal di Mina pada malam hari Tasyriq, melontor Jumroh
jika matahari telah tergelincir. (HR Abu Dawud, Ibnu Hibban)

َ‫تَأْ َذن‬I‫اس‬
ْ ُ‫ه‬I‫ َي هَّللا ُ َع ْن‬I‫ض‬ِ ‫ب َر‬ ِ ِ‫ ِد ْال ُمطَّل‬I‫َّاس ْبنَ َع ْب‬
َ ‫ إِ َّن ْال َعب‬: ‫ا َل‬IIَ‫ا أَنَّهُ ق‬II‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َم‬ِ ‫ع َِن ا ْب ِن ُع َم َر َر‬
َ َ‫ فَأ َ ِذن‬، ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم أَ ْن يَبِيتَ بِ َم َّكةَ لَيَالِ َي ِمنًى ِم ْن أَجْ ِل ِسقَايَتِ ِه‬
‫ ِه‬I ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬ َ ِ ‫َرسُو َل هَّللا‬
)‫ َو َسلَّ َم لَهُ ِم ْن أَجْ ِل ِسقَايَتِ ِه (رواه مسلم‬.

Dari Ibnu Umar ra, diriwayatkan sesungguhnya Abbas bin


Abdul Muthallib ra memohon ijin kepada Rasulullah saw. untuk
bermalam di Mekah pada malam-malam (orang menginap di Mina)
karena tugas memberi minum (orang haji), lalu beliau memberinya
ijin. (HR Muslim).

5. Melakukan Ihram dari miqat

Miqat artinya batasan. Miqat ada dua macam, miqat zamani


(miqat waktu) dan miqat makani (miqat tempat)

Miqot zamani yaitu batasan waktu yang orang harus memulai


amalan haji dan umrah.  Bagi Haji adalah pada bulan-bulan haji, yaitu
Syawal, Dzul Qa’dah dan Dzul-Hijjah. Adapun miqot zamani Umroh
adalah sepanjang tahun, tidak ada batas waktu tertentu.

PAGE 6
Miqat makani yaitu batasan tempat yang orang harus memulai
amalan Haji atau Umroh.

Bagi orang Madinah atau orang yang datang dari arah Madinah
adalah Dzul Hulaifah (suatu tempat kurang lebih 12 km arah selatan
Madinah, atau kira-kira 486 km arah utara Mekah, sekarang orang
menyebutnya Bir Ali).

Bagi orang Syam atau yang datang dari arah Syam adalah
Juhfah (suatu desa dekat Robigh kira-kira 204 km arah barat Mekah)

Bagi orang Najd atau yang datang dari arah Najd adalah Qornul
Manazil (suatu tempat yang orang sekarang menyebutnya As-Sail al-
Kabir kira-kira 94 km arah timur Mekah.

Bagi orang Yaman atau yang datang dari arah Yaman adalah
Yalamlam (suatu tempat kira-kira 89 km arah selatan Mekah).

Bagi orang Iraq atau yang datang dari arah Iraq adalah Dzatu
Irq (satu tempat kurang lebih 94 km arah timur laut Mekah).

‫ أَ َّن َرسُو َل هللاِ صلى هللا عليه وسلم َوقَّتَ ألَ ْه ِل ْال َم ِدينَ ِة‬: ‫س رضي هللا عنهما‬ ٍ ‫ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َعبَّا‬
‫ ه َُّن‬. ‫ يَلَ ْملَ َم‬: ‫ل ْاليَ َم ِن‬I
ِ I‫ َوألَ ْه‬. ‫از ِل‬I
ِ Iَ‫رْ نَ ْال َمن‬IIَ‫ ق‬: ‫ ٍد‬Iْ‫ ِل نَج‬I‫ َوألَ ْه‬. َ‫ ْالجُحْ فَة‬:‫ َوألَ ْه ِل ال َّش ِام‬. ‫ َذا ْال ُحلَ ْيفَ ِة‬:
)‫ ِم َّم ْن أَ َرا َد ْال َح َّج أَوْ ْال ُع ْم َرةَ (رواه البخاري‬, ‫لَه ُّن َولِ َم ْن أَتَى َعلَ ْي ِه َّن ِم ْن َغي ِْر ِه َّن‬

Dari Ibnu Abbas, beliau berkata: Rasulullah saw. telah


menetapkan miqot bagi penduduk Madinah Dzul Hulaifah, bagi
penduduk Syam Juhfah, bagi penduduk Najd Qornul-Manazil dan bagi
penduduk Yaman Yalamlam. Miqot-Miqot itu bagi (penduduk) negeri-
negeri itu dan bagi orang yang datang melalaui negeri-negeri itu yang
bukan dari penduduknya yang hendak melakukan haji dan umrah.
(HR.Bukhari dan Muslim)

Sedangkan bagi penduduk Mekah atau orang luar yang berada


di Mekah, miqat hajinya adalah tempat tinggalnya di Mekkah. Jadi
baginya untuk memulai umroh ia harus keluar ke Tan’im  atau
Ji’ronah.

6. Thawaf wada’ (tawaf perpisahan).


Tawaf ini dikerjakan saat mau berangkat meninggalkan Mekah. la
wajib dikerjakan, kecuali wanita yang sedang haid.

‫ ٌد َحتَّى‬I‫ َر َّن أَ َح‬I ِ‫ الَ يَ ْنف‬: ‫ال‬I


َ Iَ‫لَّ َم ق‬I ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َوآلِ ِه َو َس‬ َّ ِ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ َما أَ َّن النَب‬
َ ‫ي‬ ٍ ‫َع ِن ا ْب ِن َعبَّا‬
ِ ‫س َر‬
)‫ت (رواه مسلم‬ ِ ‫يَُ ُكوْ نَ آ ِخ ُر َعهْد ِه بِالبَ ْي‬

Ada hadits yang menerangkan yang diriwatkan dari ibnu Abbas


ra, Rasulallah saw bersabda: “Janganlah salah seorang diantara kalian

PAGE 7
keluar, sehingga akhir urusannya adalah (thawaf) di Baitullah. (HR
Muslim)

D. SUNNAH HAJI
Sunah-Sunnah Ihram:

1. Mandi ketika ihram

Berdasarkan hadits Zaid bin Tsabit bahwasanya beliau


melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengganti pakaiannya
untuk ihram lalu mandi.[1]

2. Memakai minyak wangi di badan sebelum ihram

Berdasarkan hadits ‘Aisyah ia berkata, “Aku pernah


memberi wewangian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
untuk ihramnya sebelum berihram dan untuk tahallulnya sebelum
melakukan thawaf di Ka’bah.” [2]

3. Berihram dengan kain ihram (baik yang atas maupun yang bawah)
yang berwarna putih

Berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Rasulullah


Shallallahu ‘alaihi wa sallam berangkat dari Madinah setelah beliau
menyisir rambut dan memakai minyak, lalu beliau dan para
Sahabat memakai rida’ dan izar (kain ihram yang atas dan yang
bawah).

Adapun disunnahkannya yang berwarna putih berdasarkan


hadits Ibnu ‘Abbas, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

‫اِ ْلبَسُوْ ا ِم ْن ثِيَابِ ُك ُم ْالبَيَاضِّ فَإِنَّهَا ِم ْن خَ ي ِْر ثِيَابِ ُك ْم َو َكفِّنُوْ ا فِ ْيهَا َموْ تَا ُك ْم‬.

“Pakailah pakaianmu yang putih, sesungguhnya pakaian


yang putih adalah pakaianmu yang terbaik dan kafankanlah orang-
orang yang wafat di antara kalian dengannya.” [3]

4. Shalat di lembah ‘Aqiq bagi orang yang melewatinya

Berdasarkan hadits ‘Umar, ia berkata, “Aku mendengar


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda di lembah ‘Aqiq:

ِ ‫ص ِّل فِي هَ َذا ْال َوا ِدي ْال ُمبَا َر‬


‫ ُع ْم َرةٌ فِي َح َّج ٍة‬: ْ‫ َوقُل‬،‫ك‬ ٍ ‫أَتَانِي اللَّ ْيلَةَ آ‬
َ :‫ت ِم ْن َربِّي فَقَا َل‬

“Tadi malam, telah datang kepadaku utusan Rabb-ku dan


berkata, ‘Shalatlah di lembah yang diberkahi ini dan katakan
(niatkan) umrah dalam haji.’”

PAGE 8
5. Mengangkat suara ketika membaca talbiyah

Berdasarkan hadits as-Saib bin Khalladi, ia berkata bahwa


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫أَتَانِي ِجب ِْر ْي ُل فَأ َ َم َرنِي أَ ْن آ ُم َر أَصْ َحابِي أَ ْن يَرْ فَعُوْ ا أَصْ َواتَهُ ْم بِاْ ِإل ْهالَ ِل أَ ِو التَّ ْلبِيَ ِة‬.

“Telah datang kepadaku Jibril dan memerintahkan


kepadaku agar aku memerintahkan para Sahabatku supaya mereka
mengeraskan suara mereka ketika membaca talbiyah.” [4]

Oleh karena itu, dulu para Sahabat Rasulullah berteriak.


Ibnu Hazm rahimahullah berkata, “Dulu ketika Sahabat Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berihram suara mereka telah parau
sebelum mencapai Rauha.” [5]

6. Bertahmid, bertasbih dan bertakbir sebelum mulai ihram

Berdasarkan hadits Anas, ia berkata, “Rasulullah


Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat Zhuhur empat raka’at di
Madinah sedangkan kami bersama beliau, dan beliau shalat ‘Ashar
di Dzul Hulaifah dua raka’at, beliau menginap di sana sampai pagi,
lalu menaiki kendaraan hingga sampai di Baidha, kemudian beliau
memuji Allah bertasbih dan bertakbir, lalu beliau berihram untuk
haji dan umrah.” [6]

7. Berihram menghadap Kiblat

Berdasarkan hadits Nafi’, ia berkata, “Dahulu ketika Ibnu


‘Umar selesai melaksanakan shalat Shubuh di Dzul Hulaifah, ia
memerintahkan agar rombongan mulai berjalan. Maka rombongan
pun berjalan, lalu ia naik ke kendaraan. Ketika rombongan telah
sama rata, ia berdiri menghadap Kiblat dan bertalbiyah… Ia mengi-
ra dengan pasti bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengerjakan hal ini.” [7]

Sunnah-Sunnah Ketika Masuk Kota Makkah:

1. Menginap di Dzu Thuwa, mandi untuk memasuki kota Makkah dan


masuk kota Makkah pada siang hari

Dari Nafi’, ia berkata, “Dahulu ketika Ibnu ‘Umar telah


dekat dengan kota Makkah, ia menghentikan talbiyah, kemudian
beliau menginap di Dzu Thuwa, shalat Subuh di sana dan mandi.
Beliau mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengerjakan hal ini.” [8]

2. Memasuki kota Makkah dari ats-Tsaniyah al-‘Ulya (jalan atas)

PAGE 9
Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Dulu
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki kota Makkah
dari ats-Tsaniyah al-‘ulya (jalan atas) dan keluar dari ats-Tsaniyah
as-Sufla (jalan bawah).”[9]

3. Mendahulukan kaki kanan ketika masuk ke dalam masjid haram


dan membaca:

ِّ‫ل‬I‫ص‬ َ ‫ اَللَّهُ َّم‬،ِ‫ بِس ِْم هللا‬،‫أَ ُعوْ ُذ بِاهللِ ْال َع ِظي ِْم َوبِ َوجْ ِه ِه ْال َك ِري ِْم َوس ُْلطَانِ ِه ْالقَ ِدي ِْم ِمنَ ال َّش ْيطَا ِن ال َّر ِجي ِْم‬
َ‫اب َرحْ َمتِك‬ َ ‫ اَللَّهُ َّم ا ْفتَحْ لِي أَ ْب َو‬،‫ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َسلِّ ْم‬.

“Aku berlindung kepada Allah Yang Mahaagung, dengan


wajah-Nya Yang Mahamulia dan kekuasaan-Nya yang abadi, dari
syaitan yang terkutuk. Dengan Nama Allah dan semoga shalawat
dan salam selalu tercurahkan kepada Muhammad, Ya Allah,
bukalah pintu-pintu rahmat-Mu untukku.” [10]

4. Mengangkat tangan ketika melihat Ka’bah

Apabila ia melihat Ka’bah, mengangkat tangan jika mau,


karena hal ini benar shahih dari Ibnu ‘Abbas [11]. Kemudian
berdo’a dengan do’a yang mudah dan apabila ia mau berdoa
dengan do’anya Umar juga baik, sebab do’a ini pun shahih dari
‘Umar. Do’a beliau:

َ ‫اَللّهُ َّم أَ ْنتَ ال َّسالَ ُم َو ِم ْن‬.


‫ك ال َّسالَ ُم فَ َحيِّنَا َربَّنَا بِال َّسالَ ِم‬

“Ya Allah, Engkau pemberi keselamatan dan dari-Mu


keselamatan, serta hidupkanlah kami, wahai Rabb kami dengan
keselamatan.”[12]

Sunah-Sunnah Thawaf

1. Al-Idhthiba’

Yaitu memasukkan tengah-tengah kain ihram di bawah


ketiak kanan dan menyelempangkan ujungnya di pundak kiri
sehingga pundak kanan terbuka, berdasarkan hadits Ya’la bin
Umayyah bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
thawaf dengan idhthiba’.” [13]

2. Mengusap Hajar Aswad

Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, ia


berkata: “Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
ketika tiba di Makkah mengusap Hajar Aswad di awal thawaf,
beliau thawaf sambil berlari-lari kecil di tiga putaran pertama dari
tujuh putaran thawaf.” [14]

PAGE 10
3. Mencium Hajar Aswad

Berdasarkan hadits Zaid bin Aslam dari ayahnya, ia berkata,


“Aku melihat ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu
mencium Hajar As-wad dan berkata, “Seandainya aku tidak melihat
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, niscaya aku
tidak akan menciummu.” [15]

4. Sujud di atas Hajar Aswad

Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Aku melihat


‘Umar bin al-Khaththab mencium Hajar Aswad lalu sujud di
atasnya kemudian ia kembali menciumnya dan sujud di atasnya,
kemudian ia berkata, ‘Beginilah aku melihat Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam.’” [16]

5. Bertakbir setiap melewati Hajar Aswad

Berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Nabi


Shallallahu ‘alaihi wa sallam thawaf mengelilingi Ka’bah di atas
untanya, setiap beliau melewati Hajar Aswad beliau memberi
isyarat dengan sesuatu yang ada pada beliau kemudian bertakbir.”
[17]

6. Berlari-lari kecil pada tiga putaran pertama thawaf yang pertama


kali (thawaf qudum)

Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar, “Bahwasanya Rasulullah


Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika thawaf mengitari Ka’bah,
thawaf yang pertama kali, beliau berlari-lari kecil tiga putaran dan
berjalan empat putaran, dimulai dari Hajar Aswad dan berakhir
kembali di Hajar Aswad.”[18]

7. Mengusap rukun Yamani

Berdasarkan hadits Ibnu Umar, ia berkata, “Aku tidak


pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap
Ka’bah kecuali dua rukun Yamani (rukun Yamani dan Hajar
Aswad).” [19]

8. Berdo’a di antara dua rukun (rukun Yamani dan Hajar Aswad)


dengan do’a sebagai berikut:

َ ‫ َربَّنَآ آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي ْاآل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ‬.
ِ َّ‫اب الن‬
‫ار‬

PAGE 11
“Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa Neraka.”[20]

9. Shalat dua raka’at di belakang maqam Ibrahim setelah thawaf

Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Setelah tiba,


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam thawaf mengelilingi
Ka’bah tujuh kali, kemudian beliau shalat dua rakaat di belakang
maqam Ibrahim dan sa’i antara Shafa dan Marwah.” Selanjutnya
beliau berkata:

ٌ‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرسُوْ ِل هللاِ أُ ْس َوةٌ َح َسنَة‬.

“Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu terdapat contoh


yang baik bagimu.” [21]

10. Sebelum shalat di belakang Maqam Ibrahim membaca:

‫ًّّ ٰى‬I‫صًل‬
َ ‫ َواتَّ ِخ ُذوْ ا ِم ْن َمقَ ِام إِ ْب َرا ِهي َم ُم‬.

“Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim itu tempat shalat.”

Kemudian membaca dalam shalat dua raka’at itu surat al-


Ikhlash dan surat al-Kaafirun, berdasarkan hadits Jabir bahwasanya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau sampai di
maqam Ibrahim Alaihissallam beliau membaca:

‫ًّّ ٰى‬I‫صًل‬
َ ‫ َواتَّ ِخ ُذوْ ا ِم ْن َمقَ ِام إِ ْب َرا ِه ْي َم ُم‬.

“Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim itu tempat shalat.”

Lalu beliau shalat dua raka’at, beliau membaca dalam shalat


dua raka’at itu { ‫ }قُلْ هُ َو هّللا ُ أَ َح ٌد‬dan{ َ‫}قُلْ يا أَيُّهَا ْال َكافِرُون‬.

11. Iltizam tempat di antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah dengan
cara menempelkan dada, wajah dan lengannya pada Ka’bah

Berdasarkan hadits ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari


kakeknya, ia berkata, “Aku pernah thawaf bersama ‘Abdullah bin
‘Amr, ketika kami telah selesai dari tujuh putaran tersebut kami
shalat di belakang Ka’bah. Lalu aku bertanya, ‘Apakah engkau
tidak memohon perlindungan kepada Allah?’ Ia menjawab, ‘Aku
berlindung kepada Allah dari api Neraka.’”

Berkata (perawi), “Setelah itu ia pergi dan mengusap Hajar


Aswad. Lalu beliau berdiri di antara Hajar Aswad dan pintu
Ka’bah, beliau menempelkan dada, tangannya dan pipinya ke

PAGE 12
dinding Ka’bah, kemudian berkata, ‘Aku melihat Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan hal ini.’”[22]

12. Minum air zamzam dan mencuci kepala dengannya

Berdasarkan hadits Jabir bahwasanya Rasulullah


Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan hal tersebut.

Sunnah-Sunnah Sa’i:

1. Mengusap Hajar Aswad (seperti yang telah lalu)


2. Membaca:

‫ا‬II‫صفَا َو ْال َمرْ َوةَ ِمن َش َعائِ ِر هَّللا ِ فَ َم ْن َح َّج ْالبَيْتَ أَ ِو ا ْعتَ َم َر فَاَل ُجنَا َح َعلَ ْي ِه أَن يَطَّوَّفَ بِ ِه َم‬
َّ ‫إِ َّن ال‬
َ ‫هَّللا‬ َّ َ ْ َ
‫َو َمن تط َّو َع خيرًا فإِن َ شا ِك ٌر َعلِي ٌم‬َ َ

“Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebagian dari


syi’ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullaah
atau ber’umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i di
antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu ke-
bajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Mahamen
syukuri kebaikan lagi Mahamengetahui.” [Al-Baqarah: 158]

Kemudian membaca:

‫نَ ْبدَأُ بِ َما بَدَأَ هللاُ بِ ِه‬.

“Kami mulai dengan apa yang dimulai oleh Allah.”

Bacaan ini dibaca setelah dekat dengan Shafa ketika mau


melakukan sa’i.[23]

3. Berdo’a di Shafa

Ketika berada di Shafa, menghadap Kiblat dan membaca:

‫ َو‬Iُ‫ ُد َوه‬I‫هُ ْال َح ْم‬Iَ‫ك َول‬


ُ I‫هُ ْال ُم ْل‬Iَ‫ ل‬،ُ‫ك لَه‬
َ ‫ الَ إِلهَ إِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي‬،ُ‫ هللَا ُ أَ ْكبَر‬،ُ‫ هللَا ُ أَ ْكبَر‬،ُ‫هللَا ُ أَ ْكبَر‬
‫اب‬َ َ‫ ز‬Iْ‫زَ َم ْاألَح‬IIَ‫ َوه‬،ُ‫ َده‬I‫ َر َع ْب‬I‫َص‬ َ ‫ َون‬،ُ‫ َده‬I‫ َز َو ْع‬I‫ أَ ْن َج‬،ُ‫ َده‬Iْ‫هَ إِالَّ هللاُ َوح‬I‫ الَ إِل‬،ٌ‫َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِدير‬
ُ‫ َوحْ َده‬.

“Tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain


Allah Yang Mahaesa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala
kerajaan, bagi-Nya segala puji dan Dia Mahakuasa atas segala
sesuatu. Tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain
Allah semata. Yang melaksanakan janji-Nya, membela hamba-
Nya (Muhammad) dan mengalahkan golongan musuh sendirian.”

4. Berlari-lari kecil dengan sungguh-sungguh antara dua tanda hijau

PAGE 13
5. Ketika berada di Marwah mengerjakan seperti apa yang dilakukan
di Shafa, baik menghadap Kiblat, bertakbir maupun berdo’a

Sunnah-Sunnah Ketika Keluar dari Mina:

1. Ihram untuk haji pada hari Tarwiyah dari tempat tinggal masing-
masing
2. Shalat Zhuhur, ‘Ashar, Maghrib, dan ‘Isya’ di Mina pada hari
Tarwiyah, serta menginap di sana hingga shalat Shubuh dan
matahari telah terbit
3. Pada hari ‘Arafah, menjamak shalat Zhuhur dan ‘Ashar di Namirah
4. Tidak meninggalkan ‘Arafah sebelum matahari tenggelam.

E. LARANGAN SAAT IHRAM


1. Bagi setiap laki-laki tidak boleh memakai pakaian yang ada
jahitannya dan tidak boleh menutup kepala

Ibnu Umar ra berkata seorang sahabat telah bertanya kepada


Nabi SAW,” Wahai utusan Allah, pakaian apa yang boleh
dikenakan bagi orang yang berihram?”, Beliau menjawab “ Tidak
boleh mengenakan baju, sorban, celana topi dan khuf ( sarung kaki
yang terbuat dari kulit), kecuali seseorang yang tidak mendapatkan
sandal, maka pakailah khuf, namun hendaklah ia memotongnya
dari bawah dua mata kakinya dan janganlah kamu mengenakan
pakaian yang dicelup dengan pewarna atau warna merah”.

2. Bagi wanita tidak boleh menutup wajah dan dua tapak tangannya

Dari Ibnu Umar ra bahwa Nabi bersabda “ janganlah


seorang wanita berihram mengenakan cadar dan jangan pula
menggunakan kaos tangan”.

Namun boleh bagi wanita menutupi wajahnya bila ada laki-


laki yang lewat di dekatnya

3. Memotong kuku dan rambut/ bulu badan

Allah SWT berfirman”..Dan janganlah kamu mencukur


rambutmu sebelum binatang hadyu sampai di lokasi
penyembelihannya..” ( Al Baqarah ; 196 )

Para ulama juga bersepakat bahwa haram hukumnya


memotong kuku bagi orang yang sedang berihram ( al Ijma oleh
Ibnul Mundzir hal 57 )

PAGE 14
Namun diperbolehkan menghilangkan rambut tapi yang
bersangkutan harus membayar fidyah, Allah SWT menegaskan
dalam Al qur`an “ Jika diantara kamu ada yang sakit atau gangguan
di kepalanya ( lalu ia bercukur ) maka wajiblah ia atasnya
membayar fidyah yaitu berpuasa atau berhadaqah atau berkurban..
( Al baqarah : 196 )

4. Membunuh atau memburu binatang darat

Allah SWT berfirman “ Dan diharamkan atasmu


menangkap binatang buruan darat selama kamu dalam keadaan
ihram”. ( Al Maidah : 95 ). Apabila dilanggar, maka jamaah harus
membayar denda dengan membeli makanan seharga binatang yang
diburu dan menyedekahkannya kepada fakir miskin atau memberi
makanan kepada fakir miskin sebanyak 5/6 liter ( 1 mud ) untuk
satu harinya.

5. Memotong atau mencabut tanaman di tanah Haram

Dendanya sama dengan bila kita memburu atau membunuh


binatang darat seperti yang telah disebutkan dalam poin
sebelumnya

6. Nikah atau menikahkan

Berdasarkan hadist Utsman dari Usman ra bahwa Nabi


bersabda “Orang yang berihram tidak boleh menikahi, tidak boleh
dinikahi dan tidak boleh melamar.” ( Sahih: Mukhtashar Muslim
no. 814)

7. Bercumbu rayu atau bersetubuh

Apabila jamaah umroh yang berangkat bersama suami atau


istrinya dan melakukan jima’ ( hubungan suami istri ) sebelum
menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah umroh, maka mereka
harus membayar denda atau dam dengan menyembelih seekor unta
atau 7 ekor kambing.

8. Mencaci maki atau mengucapkan kata-kata kotor.

Untuk menghindari dari berkata-kata yang kotor, alangkah


baiknya bila jamaah memperbanyak dzikir baik dalam hati maupun
dengan diucapkan. Sehingga walau dalam kondisi emosi karena
hawa panas dan berdesak-desakan saat thawaf maka yang terucap
adalah kalimat-kalimat istighfar dan dzikrullah.

9. Memakai wangi-wangian dan minyak rambut

PAGE 15
Yang dimaksud sebagai wangi-wangian disini adalah
wewangian yang dimaksudkan sebagai parfum, namun bila mandi
dengan sabun yang berbau wangi tidak termasuk melanggar ihram.
Juga tidak boleh memakai minyak rambut.

10. Berbuat kekerasan seperti bertengkar atau berkelahi.

Seperti yang dijelaskan dalam surat Al Baqarah ayat 197 “,


(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi barangsiapa
yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji,
maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di
dalam masa mengerjakan haji”.

F. Tahallul
Tahallul secara harfiah artinya dihalalkan, dalam haji dan
umrah maksudnya adalah diperbolehkannya jamaah haji dari larangan/
pantangan ihram. Tahallul disimbolkan dengan mencukur minimal 3
helai rambut.

G. Meninggalkan Rukun Haji


Dalam istilah fiqih (Kasysyaf al-Qina, 2/523), tidak
mendapatkan haji, yaitu sampai di arafah setelah terbit fajar Hari
Penyembelihan, disebut al-fawat (ketinggalan).

Jabir bin Abdullah ra. Berkata,: orang tidak ketinggalan haji


sampai terbitnya fajar pada malam genap. Dia merujuk kepada sabda
nabi SAW,:“Haji adalah Arofah. Orang yang datang pada malam
genap sebelum terbitnya fajar, berarti dia telah mendapatkan
haji.”(HR. Tirmidzi, 3/237, no. 889).[7] Barang siapa ketinggalan hadir
di padang arafah pada waktu yang di tentukan, maka ia wajib
membayar fidyah dan mengqadha pada tahun yang berikutnya. Sabda
Rasulullah SAW :

Artinya: “Barang siapa ketinggalan hadir di padang arafah pada


malam (tanggal 10 bulan haji), maka sesungguhnya telah tertinggallah
hajinya. Maka hendaklah mengerjakan umrah.” (HR. Daruqutni)

Orang yang meninggalkan salah satu rukun dari rukun-rukun


haji selain hadir di padang Arafah, maka tidak halal ihramnya hingga
dikerjakan rukun yang ketinggalan itu. Sedangkan barang siapa
meninggalkan salah satu dari wajib haji atau umrah, ia wajib
membayar denda atau dam.[8]

PAGE 16
II. UMRAH
A. Pengertian Umrah
Arti Umroh mmenurut bahasa adalah berkunjung. Ada juga yang
mengartikan Umroh adalah menyengaja datang ke tempat yang selalu
dikunjungi. Dikatakan demikian karena Umroh boleh dilakukan kapan
saja.

Sedangkan arti Umroh secara istilah atau menurut Syara’ yaitu


bermaksud mengunjungi kota Mekkah untuk beribadah dengan tata cara
tertentu.

Ayat Quran Tentang Umrah Dalam Surat Al-Baqarah Ayat 158

‫رًا‬I‫ َّو َع خَ ْي‬I َ‫َاح َعلَ ْي ِه أَ ْن يَطَّوَّفَ بِ ِه َما َو َم ْن تَط‬


َ ‫صفَا َو ْال َمرْ َوةَ ِم ْن َش َعائِ ِر هَّللا ِ فَ َم ْن َح َّج ْالبَيْتَ أَ ِو ا ْعتَ َم َر فَال ُجن‬
َّ ‫إِ َّن ال‬
‫هَّللا‬
‫فإِ َّن َ شَا ِك ٌر َعلِي ٌم‬ َ

Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi’ar


Allah[102]. Maka Barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau
ber-‘umrah, Maka tidak ada dosa baginya[103] mengerjakan sa’i antara
keduanya. dan Barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan
kerelaan hati, Maka Sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri[104]
kebaikan lagi Maha mengetahui.

Ayat Quran Tentang Umrah Dalam Surat Al-Baqarah Ayat 196 :

ُ‫ي َم ِحلَّه‬ ُ ‫ ْد‬Iَ‫ َغ ْاله‬Iُ‫ ُك ْم َحتَّى يَ ْبل‬I‫وس‬ َ ‫وا رُ ُء‬Iُ‫ي َوال تَحْ لِق‬ ِ ‫ ْد‬Iَ‫ َر ِمنَ ْاله‬I‫ا ا ْستَي َْس‬I‫صرْ تُ ْم فَ َم‬ ِ ْ‫َوأَتِ ُّموا ْال َح َّج َو ْال ُع ْم َرةَ هَّلِل ِ فَإِ ْن أُح‬
ْ Iِ‫إِ َذا أَ ِم ْنتُ ْم فَ َم ْن تَ َمتَّ َع ب‬I َ‫ك ف‬
‫ال ُع ْم َر ِة‬I ٍ I‫ َدقَ ٍة أَوْ نُ ُس‬I ‫ص‬
َ ْ‫صيَ ٍام أَو‬ ِ ‫فَ َم ْن َكانَ ِم ْن ُك ْم َم ِريضًا أَوْ بِ ِه أَ ًذى ِم ْن َر ْأ ِس ِه فَفِ ْديَةٌ ِم ْن‬
ٌ‫ة‬I َ‫ َرةٌ كَا ِمل‬I ‫َش‬ َ ‫كع‬ َ I‫صيَا ُم ثَالثَ ِة أَي ٍَّام فِي ْال َحجِّ َو َس ْب َع ٍة إِ َذا َر َج ْعتُ ْم تِ ْل‬ ِ ‫إِلَى ْال َحجِّ فَ َما ا ْستَ ْي َس َر ِمنَ ْالهَ ْد‬
ِ َ‫ي فَ َم ْن لَ ْم يَ ِج ْد ف‬
‫ب‬ َ ْ ُ َ ‫هَّللا‬ َّ َ َ ْ ‫هَّللا‬ ُ َّ
ِ ‫اض ِري ال َم ْس ِج ِد ال َح َر ِام َواتقوا َ َواعل ُموا أن َ ش ِديد ال ِعقا‬ ْ ْ ُ َ ُ
ِ ‫َذلِكَ لِ َم ْن ل ْم يَكن أهلهُ َح‬
ْ ْ َ

Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umrah karena Allah. jika


kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), Maka
(sembelihlah) korban[120] yang mudah didapat, dan jangan kamu
mencukur kepalamu[121], sebelum korban sampai di tempat
penyembelihannya. jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di
kepalanya (lalu ia bercukur), Maka wajiblah atasnya berfid-yah, Yaitu:
berpuasa atau bersedekah atau berkorban. apabila kamu telah (merasa)
aman, Maka bagi siapa yang ingin mengerjakan ‘umrah sebelum haji (di
dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah
didapat. tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak
mampu), Maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari
(lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang
sempurna. demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang
yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang
yang bukan penduduk kota Mekah). dan bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.

PAGE 17
B. Rukun umrah
1. Ihram, berniat untuk memulai umrah
2. Thawaf
3. Sai

C. Wajib umrah
1. Melakukan ihram ketika hendak memasuki miqat
2. Bertahallul dengan menggundul atau memotong sebagian rambut

KESIMPULAN
Haji merupakan Rukun Islam yang ke-5 yang harus kita lakukan apabila kita
mampu untuk melakukannya. Dalam melaksanakan Haji, kita harus memenuhi syarat,
melakukan rukun, dan menjauhi larangannya. Apabila kita masih belum mampu Haji
tetapi memiliki tekad kuat untuk mendatangi Baitullah, kita bisa melaksanakan
Umrah yang merupakan ibadah sunnah.

PAGE 18
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Umrah

http://www.biayaumroh.net/ibadah-haji-dan-umroh/arti-umroh/

http://adinawas.com/ayat-quran-tentang-umrah.html

http://www.artikelsiana.com/2015/09/pengertian-haji-syarat-rukun-jenis-tata.html

https://nurulfatimah96.wordpress.com/tugas-tugas/materi-agama/pengertian-haji-
dan-umrah/

http://www.denahajiumroh.com/2015/02/10-larangan-ihram-umroh-dan-haji-ingat-
ingat.html
https://infodakwahislam.wordpress.com/2013/04/19/meninggalkan-rukun-haji/

PAGE 19

Anda mungkin juga menyukai