Anda di halaman 1dari 131

LAPORAN KEGIATAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN TERPADU MAHASISWA


POLTEKKES KEMENKES BANTEN DI KELURAHAN
WALANTAKAKECAMATAN WALANTAKA
KOTA SERANGTAHUN 2021

Disusun oleh :

Kelompok Desa/Kelurahan Walantaka

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN TAHUN 2021
Jalan Syekh Nawawi Al-Bantani No. 12 Banjar Agung, Cipocok
Jaya – Kota Serang 42122
TIM PENYUSUN PKL TERPADU
DESA WALANTAKA
KLP RW/RT NAMA MAHASISWA NIM JURUSAN
01 001/001 1. Ade Siva Dwiyani P27901118001 Keperawatan
2. Silvia Asmarani P27901118085 Keperawatan
3. Ani Melani P27902118003 Keperawatan
4. Anggun Miffatulia Fajar P27902118001 Kebidanan
003/002 5. Anna Mu’alimah P27902118002 Kebidanan
6. Wiwi Nur Fitriyah P27902118089 Kebidanan
7. Alya Syifa Salsabila P27903118003 Teknologi Laboratorium Medis
8. Ameilia Kusnadi P27903118004 Teknologi Laboratorium Medis

02 003/007 1. Agustian Rudiyanto P27901118002 Keperawatan


2. Ahmad Sanusi Mansur P27901118003 Keperawatan
3. Anggie Ramadanty P27901118004 Keperawatan
4. Siti Elin Nurjanah P27901118086 Keperawatan
005/003 5. Arti Wulansari P27902118004 Kebidanan
6. Asti Rizki Arum Permana P27903118005 Teknologi Laboratorium Medis
7. Aulia Vanessa P27903118006 Teknologi Laboratorium Medis
8. Ayu Wulansari P27903118007 Teknologi Laboratorium Medis

03 002/005 1. Annisa Laras Valentika P27901118005 Keperawatan


2. Asri Yulianita P27901118006 Keperawatan
3. Zakiya Nuriyah P27901118097 Keperawatan
4. Aulia Raudhatul Jannah P27902118005 Kebidanan
004/004 5. Ayuningsih P27902118006 Kebidanan
6. Cantika Violetta Dyah S P27903118009 Teknologi Laboratorium Medis
7. Cesa Navratilovi P27903118010 Teknologi Laboratorium Medis

Nama Pembimbing Minggu I & II


H. Wasludin, SKM, M.Kes
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kegiatan PKL Terpadu Mahasiswa Poltekkes Banten Kemenkes Banten


Di Desa/Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka Kota Serang telah di periksa dan
disetujui oleh dosen pembimbing Praktek Lapangan Terpadu Mahasiswa Politeknik
Kesehatan Kemenkes Banten Tahun 2021.

Pembimbing

H. Wasludin, SKM, M.Kes


NIP.196509041986031004

Mengetahui

Wakil Direktur I
Bidang Akademik

Purbianto, S.Kp, M.Kep, Sp. KMB


NIP. 1970003181993031001

iii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan “Laporan Kegiatan PKL
Terpadu Mahasiswa Poltekkes Banten Kemenkes Banten Di Kelurahan Walantaka
Kecamatan Walantaka Kota Serang”
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan dan dukungan dari
berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, untuk itu pada kesemapatan
ini kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof.Dr.Khayan, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Banten.
2. Bapak Dr. Omo Sutomo, M.Kes selaku Penanggung Jawab Kegiatan Praktik
Kerja Lapangan (PKL) Terpadu.
3. Bapak H. Wasludin. SKM, M.Kes selaku Pembimbing Desa Walantaka.
4. Bapak Camat, Lurah, RW, RT, Kader, Tokoh Masyarakat dan Aparat Desa
Walantaka lainnya.
5. Dan semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan
adanya masukan baik berupa kritik maupun saran yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan Laporan Kegiatan PKL Terpadu Mahasiswa Poltekkes Banten Kemenkes
Banten Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka Kota Serang. Penulis berharap
laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umunya.
Serang, 15 Maret 2021

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................ 1
B. Tujuan................................................................................................................... 2
C. Sistematika Laporan.............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pelayanan Kesehatan Komunitas.........................................................................4
B. Pendidikan Antar Profesi.......................................................................................6
C. Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)..........................................9
D. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)...................................................11
E. Model Interprofesional Education (IPE) dan Interprosional Colaboration (IPC)
sebagai pendekatan PKL di Indonesia................................................................14
BAB III TAHAPAN DAN HASIL KEGIATAN PKL TERPADU
A. Pembukaan......................................................................................................... 17
B. Pertemuan desa dan Orientasi Wilayah..............................................................17
C. Pengumpulan Data.............................................................................................. 17
D. Kegiatan Pra MMD..............................................................................................51
E. Kegiatan MMD.................................................................................................... 52
F. Pelaksanaan dan Hasil Kegiatan.........................................................................54
BAB IV PEMBAHASAN
A. Hipertensi............................................................................................................ 60
B. Tuberkulosis........................................................................................................ 60
C. Pengelolaan Sampah.......................................................................................... 61
D. Kebiasaan Olahraga............................................................................................62
E. Covid-19.............................................................................................................. 67
F. Diabetes Melitus.................................................................................................. 69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................... 71
B. Saran................................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 73
LAMPIRAN-LAMPIRAN
FOTO-FOTO KEGIATAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan memiliki peran strategis dalam proses pengembangan sumber daya
manusia, karena hakekatnya pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Interprofesional Education (IPE) atau pendidikan antar profesi merupakan salah
satu konsep pendidikan yang dicetuskan oleh WHO sebagai pendidikan yang terintegrasi
untuk peningkatan kemampuan kolaborasi. Guna mencapai hal tersebut, dibutuhkan
pengembangan kompetensi antar profesi secara terus menerus bagi mahasiswa
kesehatan. Salah satu bentuk pembelajaran yang memberi kesempatan kepada
mahasiswa untuk mengembangkan kolaborasi antar profesi dengan focus comunity
based, adalah melalui pembelajaran Praktik Kerja Lapangan Terpadu (PKL-Terpadu).
PKL Terpadu merupakan proses pembelajaran mahasiswa yang dilakukan di
masyarakat sebagai bagian dari pelaksanaan kurikulum yang dilaksanakan di lingkungan
Poltekkes Kemenkes Banten yang dilakukan secara terpadu dengan melibatkan
mahasiswa jurusan keperawatan, kebidanan dan teknologi laboratorium medis, sebagai
bagian proses pengalaman belajar secara tim di masyarakat. Kelompok masyarakat
terbesar di Indonesia, termasuk di wilayah Provinsi Banten saat ini berada di wilayah
pedesaan, dengan kondisi tingkat kesehatan dan kesejahteraan yang relatif rendah
dibanding kelompok masyarakat lainnya. Keadaan ini mendorong civitas akademika untuk
membantu memberdayakan masyarakat pedesaan agar mereka memiliki kemampuan dan
kesejahteraan hidup yang lebih baik, melalui kegiatan PKL Terpadu sebagai bagian dari
implementasi Tridarma Perguruan Tinggi.
Permasalahan yang muncul di masyarakat seringkali membutuhkan perhatian,
pemikiran dan intervensi dari berbagai disiplin ilmu, oleh karenanya keterpaduan dari
berbgai disiplin ilmu dalam membangun dan memberdayakan masyarakat sangat
dibutuhkan. Menyadari realitas permasalahan yang ada di masyarakat tersebut, maka
saat ini telah dikembangkan pendekatan proses pembelajaran di bidang pendidikan
kesehatan yang dikenal dengan pendekatan “Interprofesional“. Melalui pendekatan ini
mahasiswa diberi pengalaman belajar untuk mempelajari satu permasalahan, dianalisis
dan diintervensi oleh berbagai disiplin ilmu.
PKL Terpadu di masyarakat yang dilakukan mahasiswa memberikan pengalaman
pembelajaran bagi mahasiswa untuk menerapkan berbagai ilmu yang telah dipelajarinya,
sekaligus sebagai bagian dalam melakukan pengabdian kepada masyarakat, oleh karena
itu PKL Terpadu perlu dipersiapkan bukan saja sebagai bagian proses pembelajaran
tetapi juga bisa memberi manfaat yang besar bagi masyarakat. Mahasiswa dan dosen

1
pembimbing lapangan dapat menunjukan keilmuwannya, untuk membantu masyarakat
dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan hidupnya. Kegiatan PKL Terpadu ini
juga merupakan salah satu kegiatan penunjang Pusat Unggulan Ipteks Poltekkes
Kemenkes Banten dengan tema. Pencegahan dan penanganan Penyakit Tidak Menular
(PTM) berbasis keluarga dengan pendekatan IPE-C. Melalui kegiatan ini maka Mahasiswa
mendapatkan pengalamam nyata untuk menangani berbagai permasalahan kesehatan
berbasis keluarga bersama sama dengan profesi lainnya di masyarakat.
Sejalan dengan harapan tersebut, maka Poltekkes Kemenkes Banten sebagai
lembaga Pendidikan Tinggi bidang kesehatan memiliki tanggungjawab untuk membekali
mahasiswa dalam melakukan praktek kerja lapangan sekaligus sebagai wahana bagi para
dosen di lingkungan Poltekkes Kemenkes Banten untuk membantu masyarakat, sesuai
dengan bidang ilmu yang dimilikinya. PKL Terpadu memberi ruang kepada mahasiswa
mengenali dan memahami persoalan kesehatan yang dihadapi masyarakat, sekaligus
belajar untuk menyelesaikannya.
Bentuk intervensi untuk menangani masalah yang dihadapi masyarakat tersebut,
dapat dilakukan secara “terpadu” oleh tim yang melibatkan berbagai disiplin ilmu.
Poltekkes Kemenkes Banten, saat ini memiliki tiga jurusan, yaitu keperawatan, kebidanan
dan teknologi laboratorium medis, memiliki kesempatan untuk membelajarkan mahasiswa
melalui kegiatan praktik kerja lapangan secara terpadu, agar mahasiswa memiliki
pengalaman bekerja secara tim di tengah -tengah masyarakat, dengan tetap melakukan
praktik penerapan keilmuan sesuai dengan bidang ilmu yang dipelajarinya

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan pendekatan Interprofesional Education (IPE) dan
Interprofesional Colaboration (IPC) dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan Terpadu
di masyarakat guna mendukung terwujudnya Pembangunan Indonesia Sehat melalui
Pendekatan Keluarga dan Gerakan Masyarakat untuk Hidup Sehat.
2. Tujuan Khusus
Setelah kegiatan praktik kerja lapangan di masyarakat, mahasiswa Poltekkes
Kemenkes Banten dihararapkan dapat :
a. Bekerja secara tim dalam merencanakan, dan menanggulangi masalah
kesehatan individu, keluarga dan masyarakat.
b. Mengumpulkan data kesehatan individu, keluarga dan masyarakat melalui
kegiatan Survey Mawas Diri (SMD).
c. Mengolah dan menganalisis data kesehatan individu, keluarga dan masyarakat.
d. Merumuskan masalah kesehatan keluarga dan masyarakat melalui forum
Musyawarah Masyarakat Desa/Kelurahan (MMD).
e. Menyusun rencana penanggulangan masalah kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat.

2
f. Melakukan tindakan dan pemecahan masalah kesehatan bersama-sama
masyarakat, dan sektor lain di masyarakat.
g. Mengevaluasi pencapaian kegiatan yang telah direncanakan.
h. Merencanakan tindak lanjut kegiatan oleh puskesmas atas rencana kegiatan
yang belum terlaksana.
i. Mempresentasikan hasil kegiatan Praktik Kerja Lapangan Terpadu.

C. Sistematika Laporan
Sistematika penyusunan laporan PKL Terpadu tingkat Desa/Kelurahan diatur
sebagai berikut :
1. Bagian Pembuka yang terdiri dari :
a. Halaman sampul / cover
b. Lembar pengesahan
c. Kata Pengantar
d. Daftar isi
2. Bagian Isi yang terdiri dari :
a. BAB I Pendahuluan
1) Latar Belakang
2) Tujuan
3) Sistematika Laporan
b. Bab II Tinjauan Pustaka
c. Bab III Tahapan dan Hasil Kegiatan PKL Terpadu berisi tentang :
1) Pembukaan PKL
2) Pertemuan Desa/Kelurahan dan orientasi wilayah
3) Pengumpulan Data
4) Pra MMD
5) MMD
6) Pelaksanan dan Hasil Kegiatan
d. Bab IV Pembahasan
e. Bab V Penutup menjelaskan simpulan dan saran
3. Bagian Penutup yang terdiri dari : Daftar pustaka, lampiran-lampiran, foto kegiatan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelayanan Kesehatan Komunitas


1. Pengertian Pelayanan Kesehatan Komunitas
Kesehatan adalah ilmu yang ilmu yang mempelajari masalah kesehatan ajari masalah
kesehatan manusia, mulai dari tingkat individu sampai dengan tingkat ekosistem, serta
perbikan fungsi setiap unit dalam system hayati tubuh manusia, mulai dari tingkat sub sampai
dengan tingkat system tubuh. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling
berhubungan lebih sering dibandingkan dengan manusia lain yang  berada  berada di luarnya
luarnya serta saling tergantung tergantung untuk memenuhi memenuhi keperluan keperluan
barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Pelayanan kesehatan
adalah setiap upaya yang di selenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun
masyarakat. (Depkes RI, 2009)
2. Tujuan Pelayanan Kesehatan Komunitas
a. Tujuan umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara
menyeluruh dalam memelihara kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan
secara mandiri
b. Tujuan khusus
1) Meningkatkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam
pemahaman tentang pengertian sehat sakit.
2) Meningkatkan kemampuan individu, keluarga kelompok dan masyarakat
dalam mengatasi masalah kesehatan.
3) Tertangani/terlayani kelompok keluarga rawan, kelompok khusus dan kasus
yang memerlukan penanganan tindak lanjut dan pelayanan kesehatan.
3. Sasaran Pelayanan Kesehatan Komunitas
a. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga, apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan karena ketidak mampuan merawat dirinya
sendiri oleh sesuatu hal dan sebab maka akan dapat mempengaruhi anggota
keluarga lainnya baik secara fisik, mental dan sosial.
b. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga,
anggota keluarga lainnya, yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah
tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan
lainnya saling tergantung dan interaksi, bila salah satu atau beberapa keluarga
mempunyai masalah kesehatan maka akan berpengaruh terhadap anggota dan
keluarga yang lain

4
c. Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasai yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan, dan termasuk di antaranya adalah:
1) Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat
pertumbuhan dan perkembangan seperti; ibu hamil, bayi baru lahir, anak
balita, anak usia sekolah, dan usia lanjut.
2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan, di antaranya penderita penyakit menular dan tidak
menular.
3) Kelompok yang mempunyai risiko terserang penyakit, di antaranya; wanita
tuna susila, kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba, kelompok-
kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.
4) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, di antaranya; panti werda, panti
asuhan, pusat-pusat rehabilitasi dan penitipan anak.
4. Ruang Lingkup Kesehatan Komunitas
a. Promotif (peningkatan kesehatan Promotif (peningkatan kesehatan)
Peningkatan kesehatan adalah usaha yang ditujukan untuk meningkatkan
kesehatan yang meliputi usaha-usaha, peningkatan gizi, pemeliharaan
kesehatan perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan, olah raga secara
teratur, istirahat yang cukup dan rekreasi sehingga seseorang dapat mencapai
tingkat kesehatan yang optimal.
b. Preventif (pencegahan penyakit)
Pencegahan penyakit adalah usaha yang ditujukan untuk mencegah terjadinya
penyakit melalui usaha-usaha pemberian imunisasi pada bayi dan anak, ibu
hamil, pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mendeteksi penyakit secara
dini.
c. Kuratif ( pengobatan)
Pengobatan adalah usaha yang ditujukan terhadap orang sakit untuk dapat
diobati secara tepat sehingga dalam waktu singkat dapat dipulikan
kesehatannya.
d. Rehabilitatif (pemeliharaan kesehatan)
Pemeliharaan kesehatan adalah usaha yang ditujukan terhadap penderita yang
baru pulih dari penyakit yang dideritanya.

5
B. Pendidikan Antar Profesi
1. Pengertian Pendidikan Antar Profesi
Menurut WHO (2010) Interprofesional education / pendidikan antar profesi
adalah proses pendidikan yang melibatkan dua atau lebih jenis profesi. Pendidikan
antar profesi bisa terjadi apabila beberapa mahasiswa dari berbagai profesi belajar
tentang profesi lain, belajar bersama satu sama lain untuk menciptakan kolaborasi
efektif dan pada akhirnya meningkatkan outcome kesehatan yang diinginkan.
Pendidikan antar profesi merupakan tahap yang penting dalam upaya
mempersiapkan lulusan atau professional kesehatan yang siap untuk bekerja secara
tim dan melakukan praktik kolaborasi dengan efektif untuk merespon atau
memecahkan masalah yang ada di masyarakat.
2. Pengertian Praktek Kolaborasi antar Profesi
Praktek Kolaborasi terjadi apabila beberapa katagori professional atau tenaga
kesehatan bekerja bersama dengan pasien, keluarga dan masyarakat untuk
memberikan pelayanan kesehatan dengan kualitas tinggi. Untuk dapat memahami
konsep praktek kolaborasi atar profesi perlu dipahami interprofesionalism. Antar
Profesionality adalah sebuah proses dimana beberapa professional merencanakan,
melaksanakan, dan mengintegrasikan suatu jawaban atau respon yang kohesif
terhadap kebutuhan atau tuntutan klien, keluraga dan masyarakat. Proses ini
melibatkan interaksi yang kontinyu, berupa tukar menukar informasi dan pengetahuan
yang diorganisasikan untuk memecahkan masalah bersama melibatkan partisipasi
pasien, keluarga dan masyarakat.
Pendidikan antar profesi juga memberikan kesempatan bagi para mahasiswa,
untuk belajar secara nyata bekerja secara tim dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada keluarga dan masyarakat. Melalui proses belajar seperti, akan
tumbuh pemahaman dan kesadaran diri mahasiswa, untuk saling menerima,
menghargai dan mambantu diantara anggota tim dalam pelaksanaan tugas guna
tercapai tujuan pelayanan kesehatan yang dilakukan bersama.
3. Manfaat Pendidikan Antar Profesi
a. Bagi Mahasiswa
1) Belajar berkomunikasi interpofesi
2) Menghargai peran profesi kesehatan lain
3) Pengalaman bekerja sama di dalam tim
4) Pengalaman memberikan pelayanan kesehatan dengan multidisiplin
5) Belajar tentang peran dan fungsi yang overlapping pada antara profesi
6) Belajar menangani overlapping tersebut.
b. Bagi Institusi Pendidikan
1) Memberi kesempatan kepada staff akademik untuk bekerja bersama antar
profesi

6
2) Pendidikan antar profesi dapat meningkatkan efisiensi penggunaan
resources yang ada di institusi pendidikan
3) Meningkatkan kerja-sama antar prodi atau fakultas
c. Bagi Pelayanan Kesehatan
1) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
2) Meningkatkan efisiensi pelayanan dengan menurunkan duplikasi tindakan
yang tidak diperlukan dari berbagai profesi dan duplikasi pencatatan dan
pelaporan
3) Meningkatkan keselamatan klien
4) Meningkatkan outcome kesehatan pasien
d. Bagi Profesi atau Tenaga Kesehatan
1) Meningkatkan:
a) Moral Profesi
b) Kecintaan profesi
c) Kemampuan problem solving dengan profesi lain
d) Kepuasan kerja
2) Menurunkan hambatan dalam berkomunikasi dengan profesi lain
4. Prinsip - Prinsip Pendidikan Antar Profesi
Prinsip – prinsip dalam mengintegrasikan pendidikan antar profesi dalam
pendidikan kesehatan adalah :
a. Pendidikan antar profesi harus merupakan bagain integral dari semua
pendidikan tenaga kesehatan
b. Adanya kebijakan yang mendukung pelaksanaan pendidikan antar profesi
c. Adanya komitmen yang kuat dari seluruh civitas akademik di Institusi pendidikan
untuk terlibat dalam pendidikan antar profesi
d. Pendidikan antar profesi harus melibatkan lahan praktek, sehingga pelaksanaan
pendidikan antar profesi bias dilaksanakan pada tahap prktek klinik
e. Pelibatan tim dari antar profesi harus dimulai sedini mungkin pada tahap awal
persiapan, pelaksanaan dan evaluasi
f. Kohesifitas tim pendidikan antar profesi harus solid dan harus mengurangi ego
masingmasing profesi
g. Kompetensi yang dirumuskan harus memperhatikan prinsif-prinsif;
1) Berfokus pada Klien (individu, Keluarga dan masyarakat)
2) Memperhatikan proses bukan hanya pencapaian kompetensi
3) Dapat di aplikasikan pada semua profesi
4) Merupakan kompetensi belajar sepanjang hayat
5) Menstimulasikan active learning
6) Berdasarkan prinsif pembelajaran orang dewasa
7) Pendidikan antar profesi harus mempertimbangkan standar pendidikan
masing -masing profesi.

7
5. Kompetensi Pendidikan Antar Profesi
Barr (1996) membedakan kompetensi profesi menjadi 3 bagian besar, yaitu
kompetensi dasar, kompetensi masing-masing profesi dan kompetensi antar profesi
a. Kompetensi dasar merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh semua
tenaga kesehatan meliputi menggunakan teknologi informasi, memberikan
pelayanan yang berfokus pada klien, melakukan praktik profesi berdasarkan
bukti ilmiah dan hasil penelitian, dan mempertahankan kualitas pelayanan.
b. Kompetensi masing-masing profesi dideskripsikan dan ditentukan oleh masing-
masing profesi. Kompetensi ini merujuk pada peran, kewenangan dan lingkup
praktik masingmasing profesi dan diatur oleh undang-undang yang berlaku.
c. Kompetensi antar profesi atau kompetensi kolaboratif Ada empat domain dalam
kompetensi antar profesi yaitu : nilai dan etika antar profesi, peran dan
tanggungjawb, komunikasi antar profesi dan kerja tim
1) Nilai dan etik kolaborasi antar profesi
2) Peran dan tanggungjawab
Dalam melakukan kolaborasi antar profesi terlebih dahulu harus memahami
pern dan tanggungjawab masing-masing dan bagaimana peran dan
tanggungjawab profesi lain dalammemberikan pelayanan kepada klien,
keluarga dan masyarakat.
3) Komunikasi antar profesi
4) Bekerja dalam tim
Belajar untuk berkolaborasi dalam tim berarti juga belajar menjadi pemain
yang baik di dalam tim tersebut.Perilaku kerja tim dapat diaplikasikan setiap
saat dimana ada interaksi antar anggota tim antar profesi dengan tujuan
yang sama yaitu untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada individu,
keluarga dan masyarakat.
6. Kerjasama Tim (Kolaborasi)
Suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama untuk mencapai suatu
tujuan tertentu disebut kerjasama atau kolaborasi. Dalam melaksanakan kerjasama
antar profesi diperlukan sikap saling percaya, saling menghargai dan menghormati
profesi dan disiplin ilmu masing-masing yang saling tergantung dan saling melengkapi
satu sama lainnya. Untuk itu diperlukan kedekatan antar individu yang akan melakukan
kerjasama tim. Kerjasama tim dalam proses kolaborasi mempunyai ciri khas
diantaranya : kerjasama, koordinasi, saling berbagi, kompromi, rekanan, saling
ketergantungan dan kebersamaan. Bekerja dalam tim membutuhkan keterlibatan
keahlian seseorang dan dilepaskannya beberapa otonomi professional sehingga bisa
bekerja erat dengan orang lain termasuk dengan klien dan lingkungannya untuk
mencapai hasil yang lebih baik. Belajar untuk bekerja dalam tim memerlukan
kesediaan seseorang menjadi bagian kecil dari suatu system yang kompleks, yang
terorganisir untuk berbagi dalam pelayanan bagi individu, keluarga dan masyarakat.

8
Belajar mengenai interprofesionalitas adalah belajar untuk menjadi anggota tim yang
baik. Perilaku kerjasama tim yang baik diperlukan dalam berbagai situasi dimana para
tenaga kesehatan berinteraksi untuk memberikan pelayanan yang optimal bagi klien
maupun masyarakat
7. Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pendidikan Antar Profesi
a. Faktor pendukung
1) Komitmen yang jelas dari pimpinan dan seluruh anggota profesi di seluruh
program studi
2) Kesiapan mahasiswa untuk siap dan aktip dalam mengikuti pendidikan antar
profesi
3) Adanya role model untuk kolaborasi antar profesi baik tatanan akademik
maupun lahan praktik
4) Tuntutan yang besar dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang komprehensif dan terintegrasi
b. Faktor penghambat
1) Adanya ego masing-masing profesi
2) Kultur kerjasama yang kurang
3) Resisten terhadap perubahan
4) Perbedaan visi dan tujuan masing-masing profesi
5) Beban kerja dosen dan mahasiswa yang terlalu tinggi

C. Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)


1. Pengertian
PKMD adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar
gotong royong dan swadaya dalam rangka menolong diri sendiri dalam memecahkan
masalah untuk memenuhi kebutuhannya dibidang kesehatan dan di bidang lain yang
berkaitan agar mampu mencapai kehidupan yang sehat sejahtera.
2. Ciri Ciri PKMD
a. Kegiatan dilaksanakan atas dasar kesadaran, kemampuan dan prakarsa
masyarakat sendiri, dalam arti bahwa kegiatan dimulai dengan kegiatan untuk
mengatasi masalah kesehatan yang memang dirasakan oleh masyarakat sendiri
sebagai kebutuhan.  
b. Perencanaan ditetapkan oleh masyarakat secara Perencanaan ditetapkan oleh
masyarakat secara musyawarah dan mufakat. warah dan mufakat.
c. Pelaksanaan kegiatan berdasarkan pada peran serta aktif dan swadaya
masyarakat dalam arti memanfaatkan secara optimal kemampuan dan sumber
daya yang dimiliki masyarakat.
d. Masukan dari luar hanya bersifat memacu, melengkapi dan menunj dan
menunjang, tidak mengakibatkan ketergantungan.
e. Kegiatan dilakuk an dilakukan oleh tenaga-tenaga masyarakat setempat.

9
f. Memanfaatkan teknologi tepat guna.
g. Kegiatan yang dilak yang dilakukan sekurang kurangnya mencakup salah satu
dari unsur PHC.
3. Tujuan PKMD
a. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat malalui upaya swadaya
masyarakat dalam meningkatka dalam meningkatkan swadaya masyarakat dan
kesejahteraan serta mutu hidup masyarakat.  
b. Tujuan Khusus
1) Menumbuhkan kegiatan masyarakat.
2) Membentuk kader-kader kesehatan yang beras yang berasal dari
masyarakat yang mampu dan aktif dalam program pembangunan kegiatan
desa.
3) Terjalinnya kerja sama kegiatan dari berbagai sektor masyarakat dengan
pemerintah secara terpadu.
4) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan turunnya angka
kematian, kesakitan, perbaikan status gizi masyarakat, dll.
4. Prinsip - Prinsip Dasar PKMD
a. Kegiatan masyarakat sebai akat sebaiknya dimulai dengan kegiatan yang
memenuhi kebutuh kebutuhan masyarakat setempat rakat setempat, bukan
hanya bukan hanya kegiatan kesehatan secara langsung, ini berarti bahwa
kegiatan tidak terbatas pada aspek kesehatan saja melainkan juga mencakup
aspek-aspek kehidupan lainnya nyang secara tidak langsung menunjang
peningkatan taraf kesehatan.  
b. Dalam membina kegiatan masyarakat diperlukan Dalam membina kegiatan
masyarakat diperlukan kerja sama yang baik :
1) Antar dinas-dinas, instansi-instansi, lembaga-lembaga lainnya yang
bersangkutan.
2) Antar dinas di Antar dinas-dinas, instansi-instansi, lembaga-lembaga
tersebut dengan masyarakat.
c. Dalam hal masya hal masyarakat tidak dapat memecahkan masalah atau
kehidupan sendiri, maka pelayanan langsung diberikan oleh sektor yang
bersangkutan.

10
D. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
1. Pengertian GERMAS
GERMAS adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk memasyarakatkan budaya
hidup sehat serta meninggalkan kebiasaan dan perilaku masyarakat yang kurang sehat.
Aksi GERMAS ini juga diikuti dengan memasyarakatkan perilaku hidup bersih sehat dan
dukungan untuk program infrastruktur dengan basis masyarakat. Program ini memiliki
beberapa fokus seperti membangun akses untuk memenuhi kebutuhan air minum, instalasi
kesehatan masyarakat serta pembangunan pemukiman yang layak huni. Ketiganya merupakan
infrastruktur dasar yang menjadi pondasi dari gerakan masyarakat hidup sehat.
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan sistematis dan
terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan
kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.
Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil
dari masyarakat yang membentuk kepribadian (Depkes RI,2016).
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan gerakan nasional yang
diprakarsai oleh Presiden RI melalui instruksi presiden nomor 1 Tahun 2017 dalam
mengoptimalkan upaya promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif-
rehabilitatif sebagai payung besar tercapainya hidup sehat, dan penurunan prevalensi penyakit.
Gerakan masyarakat hidup sehat merupakan upaya pemerintah untuk mengoptimalkan upaya
promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif-rehabilitatif dengan melibatkan
seluruh komponen bangsa dalam memasyarakatkan paradigma sehat yang dapat mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat menjadi lebih baik sehingga mampu menurunkan prevalensi
suatu penyakit.
2. Tujuan GERMAS
Di dalam Buku Panduan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), tujuan
GERMAS dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk
berperilaku sehat dalam upaya meningkatkan kualitas hidup.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat untuk hidup sehat
2) Meningkatkan produktivitas masyarakat
3) Mengurangi beban biaya kesehatan
3. Pelaku GERMAS
GERMAS dilaksanakan oleh semua komponen bangsa :
a. Pemerintah baik pusat maupun daerah
b. Dunia pendidikan
c. Swasta dan dunia usaha
d. Organisasi kemasyarakatan
e. Individu, keluarga dan masyarakat

11
4. Indikator Keberhasilan GERMAS
a. Adanya petugas kesehatan yang mampu melakukan upaya gerakan
pemberdayaan.
b. Adanya sarana yang mendukung kegiatan gerakan pemberdayaan kesehatan.
c. Adanya forum komunikasi yang menjadi wadah kemitraan/ partisipasi
masyarakat dalam pembangunan bidang kesehatan (PHBS).
d. Adanya kader yang mampu menjadi fasilitator kesehatan di desa.
e. Berjalannya kegiatan posyandu.
f. Adanya Pos Obat Desa
g. Adanya rancangan kegiatan pembangunan kesehatan (PHBS) di desa hasil
MMD.
h. Adanya kegiatan geraka atan gerakan pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan.
i. Adanya dokumen dokumentasi proses dan hasil kegiatan.  
j. Adanya rencana tindak lanjut atau kegiatan yang berkesinambungan.
k. Adanya dukungan sumber daya maupun kebijakan dari pengambil keputusan
maupun lintas sektor terkait.
5. 7 Langkah Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
a. Melakukan Aktivitas Fisik
Perilaku kehidupan modern seringkali membuat banyak orang minim melakukan
aktivitas fisik; baik itu aktivitas fisik karena bekerja maupun berolah raga.
Kemudahan – kemudahan dalam kehidupan sehari – hari karena bantuan
teknologi dan minimnya waktu karena banyaknya kesibukan telah menjadikan
banyak orang menjalani gaya hidup yang kurang sehat. Bagian germas aktivitas
fisik merupakan salah satu gerakan yang diutamakan untuk meningkatkan
kualitas kesehatan seseorang.
b. Budaya Konsumsi Buah dan Sayur
Keinginan untuk makan makanan praktis dan enak seringkali menjadikan
berkurangnya konsumsi sayur dan buah yang sebenarnya jauh lebih sehat dan
bermanfaat bagi kesehatan. Beberapa jenis makanan dan minuman seperti junk
food dan minuman bersoda sebaiknya dikurangi atau dihentikan konsumsinya.
Menambah jumlah konsumsi buah dan sayur merupakan contoh GERMAS yang
dapat dilakukan oleh siapapun.
c. Tidak Merokok
Merokok merupakan kebiasaan yang banyak memberi dampak buruk bagi
kesehatan. Berhenti merokok menjadi bagian penting dari gerakan hidup sehat
dan akan berdampak tidak pada diri perokok; tetapi juga bagi orang – orang di
sekitarnya. Meminta bantuan ahli melalui hipnosis atau metode bantuan berhenti
merokok yang lain dapat menjadi alternatif untuk menghentikan kebiasaan buruk
tersebut.

12
d. Tidak Mengkonsumsi Minuman Beralkohol
Minuman beralkohol memiliki efek buruk yang serupa dengan merokok; baik itu
efek buruk bagi kesehatan hingga efek sosial pada orang – orang di sekitarnya.
e. Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Secara Berkala
Salah satu bagian dari arti germas sebagai gerakan masyarakat hidup sehat
adalah dengan lebih baik dalam mengelola kesehatan. Salah satunya adalah
dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan tidak hanya datang
ke rumah sakit atau puskesmas ketika sakit saja. Langkah ini dapat
memudahkan mendeteksi penyakit atau masalah kesehatan lebih dini.
f. Menjaga Kebersihan Lingkungan
Bagian penting dari germas hidup sehat juga berkaitan dengan meningkatkan
kualitas lingkungan; salah satunya dengan lebih serius menjaga kebersihan
lingkungan. Menjaga kebersihan lingkungan dalam skala kecil seperti tingkat
rumah tangga dapat dilakukan dengan pengelolaan sampah. Langkah lain yang
dapat dilakukan adalah menjaga kebersihan guna mengurangi resiko kesehatan
seperti mencegah perkembangan vektor penyakit yang ada di lingkungan
sekitar.
g. Menggunakan
Jamban Aspek sanitasi menjadi bagian penting dari gerakan masyarakat hidup
sehat; salah satunya dengan menggunakan jamban sebagai sarana
pembuangan kotoran. Aktivitas buang kotoran di luar jamban dapat
meningkatkan resiko penularan berbagai jenis penyakit sekaligus menurunkan
kualitas lingkungan.
6. Peningkatan Gaya Hidup Sehat Dengan Perilaku Cerdik 
Mari Menuju Masa Muda Sehat di Hari Tua Nikmat dengan Perilaku
Cerdik
C Cek kondisi kesehatan secara berkala
E Enyahkan asap rokok 
R Rajin aktifitas fisik
D Diet sehat dengan kalori seimbang
I Istirahat yang cukup
K Kendalikan stress

E. Model Interprofesional Education (IPE) Dan Interprofesional Colaboration (IPC)


Sebagai Pendekatan PKL Di Indonesia

13
Kesehatan merupakan salah satu hal yang paling penting dalam kehidupan
manusia. Saat ini orang-orang yang bekerja di bidang kesehatan atau yang  biasa disebut
dengan praktisi kesehatan sangat dibutuhkan dibutuhkan oleh masyarakat masyarakat
awam pada umumnya untuk menambah wawasan mereka terhadap masalah atau
penyakit kesehatan yang pada dewasa ini sudah berkembang dengan sangat pesat. Hal
ini memicu adanya sistem pendidikan yang baik bagi bakal calon praktisi kesehatan yang
akan terjun ke masyarakat. Karena pentingnya praktisi kesehatan bagi masyarakat, maka
pendidikan bagi calon praktisi atau tenaga kesehatan juga harus diperhatikan karena
pendidikan adalah kunci untuk  mengembangkan dan mengubah metode serta kualitas
pelayanan kesehatan. Mengingat sedikitnya jumlah praktisi kesehatan di Indonesia tetapi
juga hampir di seluruh seluruh dunia telah menjadi bumerang untuk dewasa ini. World
Health Organization atau WHO telah mengeluarkan suatu keluaran tentang Framework for
Action on Interprofessional Education and Collaborative Practice. Global Health Workforce
menjadi salah satu kebutuhan untuk memperkuat sistem kesehatan, yang membina
kolaborasi kerja sama yang baik dan sukses serta dapat diaplikasikan ke dalam sistem
kesehatan lokal. Penerapan dari hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah, praktisi atau
tenaga kesehatan, dan masyarakat dunia.
Banyak hal yang menyebabkan adanya krisis dan masalah dalam bidang
kesehatan. Adapun contoh yang dapat dilihat yaitu pertama, sekitar 4,3 juta  praktisi atau
praktisi atau tenaga kesehatan telah secara disepakati secara aklamatis sebagai sebagai
penghalang terbesar terbesar untuk mencapai Sustainable Development Goals  (SDGS)
yang berhubungan dengan masalah kesehatan. Kedua, masalah yang terjadi dalam skala
nasional yaitu sentralisasi perencanaan kesehatan dalam kurun waktu yang panjang,
berdampak pada ketidakberhasilan dalam usaha mencapai tujuan  pembangunan
kesehatan, yakni peningkatan peningkatan status derajat derajat kesehatan kesehatan
masyarakat. Ketiga, bahwa pelayanan kesehatan selama ini masih belum dapat
berkolaborasi dan bekerjasama dengan baik, sehingga hasil yang didapat belum optimal
dan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Dalam hal ini, perlu adanya inovasi solusi dan
tranformasi sistem yang dapat menjamin suplai adanya inovasi, solusi, dan tranformasi
sistem yang dapat menjamin suplai  praktisi  praktisi kesehatan kesehatan yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satu dari sekian banyak pilihan yang
menjanjikan, adalah adanya Interprofessional Colaboration.
Dengan adanya  Interprofesional Colaboration atau Kolaborasi Interprofesi dinilai
penting serta dapat meningkatkan kualitias dan efektivitas pada sistem pelayanan
kesehatan di masyarakat. Kolaborasi interprofesi dalam interprofesi dalam pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat memiliki potensi yang komprehen dalam hal menawarkan
perawatan pasien dengan biaya yang sedikit atau hemat  biaya dan adanya inovasi baru
pada promosi kesehatan serta pencegahan penyakit di masyarakat. Kolaborasi
interprofesi juga merupakan penerapan dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah pada sektor kesehatan, yang isinya mengenai kebutuhan

14
sebuah tim medis dalam  pelayanan  pelayanan kesehatan. kesehatan. Tim yang
dimaksud tidak hanya terdiri dari terdiri dari para dokter, tetapi juga terdiri dari beberapa
praktisi kesehatan dari bidang-bidang yang terkait, seperti misalnya perawat, bidan,
teknologi laboratorium medis dan lain sebagainya.
Demi menciptakan adanya Kolaborasi Interprofesi atau Interprofesional
Colaboration khususnya di Indonesia, perlu adanya penerapan sistem atau kurikulum
pendidikan bagi calon praktisi atau tenaga kesehatan yang mencakup mengenai
Kolaborasi Interprofesi. Pendidikan Interprofesi yang disebut  Interprofesional
Education atau disingkat dengan IPE adalah sebuah inovasi yang sedang dikembangkan
dan dalam dunia pendidikan profesi kesehatan baik di Indonesia ataupun di dunia.
Interprofessional  education merupakan suatu proses dimana sekelompok mahasiswa
atau profesi kesehatan yang memiliki perbedaan latar belakang profesi melakukan
pembelajaran bersama dalam periode tertentu, berinteraksi sebagai tujuan berinteraksi
sebagai tujuan yang utama, serta utama, serta untuk berkolaborasi dalam upaya dalam
upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan jenis pelayanan kesehatan yang lain.
Keberadaan IPE tidak dapat dilepaskan dari pencetusnya. Bermula dari ide  besar
Paulo Freira, Freira, dengan konsepsinya mengenai Pendidikan sebagai Pembebasan
(Liberatory Education) dan Mangunwijaya dengan konsepsinya tentang Pendidikan
Berbasis Realitas Sosial (Problem Possing Education), dapat kita temukan wadah/bentuk
pendidikan sejati yang di implementasikan dalam bentuk Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) dengan Problem Based   Learning  (PBL). Pendidikan para calon praktisi kesehatan
telah sampai pada tahap kesadaran untuk menjadikan masalah sebagai bahan dalam
pembelajaran. Namun, kita membutuhkan adanya kolaborasi yang tercipta dengan baik
antar profesi kesehatan dengan disiplin ilmu yang berbeda dapat bekerja sama secara
dapat bekerja sama secara kolaboratif dalam sebuah tim. Tentu saja kerjasama ini
nantinya akan memberikan efek yang baik dari kinerja KBK dan PBL dalam dunia
pendidikan  pendidikan kesehatan kesehatan kita. Pendidikan Pendidikan Interprofesional
Interprofesional atau Interprofessional   Education  bertujuan untuk  bertujuan untuk
menghasilkan menghasilkan kolaborasi kolaborasi tim praktisi kesehatan yang baik dalam
pelayanan kesehatan.  Interprofessional Education atau yang dalam bahasa Indonesia
berarti Pendidikan Interprofesional, adalah model atau kurikulum pendidikan yang
diterapkan untuk mencapai target kesehatan yang sesuai dengan Sustainable
Development Goals (SDGS).
Dengan penerapan sistem Interprofesional education (IPE) ini nantinya diharapkan
berbagai profesi yang bergerak di bidang kesehatan mampu menumbuhkan kemampuan
antarprofesi, mampu merancang hasil dalam pembelajaran sehingga menghasilkan
kemampuan, berkolaborasi, meningkatkan praktik pada masing-masing profesi dengan
cara mengaktifkan peningkatan praktik kerja sehingga dapat saling melengkapi,
membentuk suatu aksi secara bersama tim kolaborasi untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan dan menghasilkan perubahan; menerapkan analisis kritis untuk berlatih 25

15
kolaboratif, adanya peningkatan hasil untuk individu, keluarga, dan masyarakat;
menanggapi sepenuhnya kebutuhan masyarakat, para mahasiswa kesehatan dapat
berbagi pengalaman dan memberikan kontribusi aktif untuk  kemajuan dan sikap salin an
dan sikap saling menghormati dalam belajar antarprofesi dalam menanggapi pertanyaan,
baik yang terdapat di konferens dan/atau melalui literatur atau referensi profesional dan
antar profesi. Namun, penerapan Interprofesional Education (IPE) di Indonesia baru
memasuki tahap awal (IPE) di Indonesia baru memasuki tahap awal dan membutuhkan
adanya kerjasama dari berbagai pihak dan berbagai bidang yang terdapat di dalam dunia
pendidikan kesehatan. Untuk sosialisasi  penerapan Interprofesional education (IPE)
belum dapat menjangkau seluruh instansi pendidikan kesehatan yang ada di Indonesia.
Dan di lain sisi, tenaga pendidik dalam Interprofesional education (IPE) masih belum
memiliki kemampuan yang cukup/ mumpuni untuk penerapan sistem ini, masih adanya
ego, dari masing-masing profesi yang terlibat di dalam sistem ini yang sebagian masih
tetap ada.
Pelaksanaan praktek IPE dan kolaboratif yaitu strategi ini dapat mengubah cara
berinteraksi petugas kesehatan dengan profesi profesi lain dalam memberikan
perawatan. Dengan penerapan sistem Interprofesional education (IPE) ini nantinya
diharapkan berbagai profesi yang bergerak di bidang kesehatan mampu menumbuhkan
kemampuan antarprofesi, mampu merancang hasil dalam pembelajaran sehingga
menghasilkan kemampuan berkolaborasi, meningkatkan praktik pada masing-masing
profesi dengan cara mengaktifkan peningkatan praktik kerja sehingga dapat saling
melengkapi, membentuk suatu membentuk suatu aksi secara bersama tim kolaborasi
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan menghasilkan perubahan; menerapkan
analisis kritis untuk berlatih.

BAB III

TAHAPAN DAN HASIL KEGIATAN PKL TERPADU

A. Pembukaan PKL

16
Pada hari pertama pembukaan PKL terpadu dilaksanakan pada tanggal 15 Maret
2021 di Kecamatan Walantaka secara Luring dan di Aula Direktorat Politeknik Kesehatan
Kemenkes Banten, pembukaan PKL terpadu di buka oleh Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Banten Prof. Dr. Khayan SKM, M,Kes dan di hadiri oleh para ketua jurusan,
para Kaprodi, pimpinan daerah, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten, camat, Kepala
Puskesmas Kecamatan Walantaka dan para kader. Setelah pembukaan dilanjut ke desa
masing-masing.
B. Pertemuan Desa dan Orientasi Wilayah
Pada hari pertama setelah pembukaan PKL Terpadu pukul 14.00 WIB Mahasiswa/i
mengadakan pertemuan di kantor kelurahan Walantaka yang dihadiri oleh Kepala
Kelurahan, bidan desa, dan para kader. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan sosialisasi
kegiatan PKL Terpadu dan pengenalan lingkungan lokasi desa. Setelah itu di dapatkan
data yang disebutkan oleh kepala kelurahan Walantaka terdapat 5 RW yang terdiri dari 10
RT. Dan Mahasiswa/i diterjunkan ke masing-masing RW setempat serta melakukan
orientasi wilayah pada hari yang sama yaitu hari senin 15 Maret 2021 pukul 16.00 WIB.
C. Pengumpulan Data
Pada tanggal 16-17 Maret 2021 dilakukan pengumpulan data dari masing-masing
RW di kelurahan Walantaka dan di dapatkan 230 KK dari 1.112 KK yang telah didata oleh
Puskesmas Walantaka.
Setelah melakukan orientasi wilayah mahasiswa/i melakukan pengumpulan data
selama 2 hari mulai tanggal 16-17 Maret 2021. Didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 1
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Umur
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Umur
1 2 3 4 5 F %

1 Kurang 20 th - -

2 20 – 60 th 27 30 66 22 32 177 77%

3 61 th lebih 7 10 20 8 8 53 23%

Jumlah 34 40 86 30 40 230 100%

Interpretasi : Umur KK di Kelurahan Walantaka berkisar antara 20-60 Tahun sebanyak


177 orang (77%). dari 230 KK

Tabel 2
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Jenis Kelamin
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Jenis Kelamin
1 2 3 4 5 F %

1 Laki-laki 26 37 71 23 37 194 84%

17
2 Perempuan 8 3 15 7 3 36 16%

Jumlah 34 40 86 30 40 230 100%

Interpretasi : Mayoritas KK di Kelurahan Walantaka berjenis kelamin laki-laki sebanyak


194 orang (84%) dari 230 KK.

Tabel 3
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Agama
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Agama
1 2 3 4 5 F %

1 Islam 34 40 86 30 40 230 100%

2 Kristen - - - - - - -

3 Katolik - - - - - - -

4 Hindu - - - - - - -

5 Budha - - - - - - -

Jumlah 34 40 86 30 40 230 100%

Interpretasi : Seluruh KK di Kelurahan Walantaka beragama Islam sebanyak 230 KK


(100%)

Tabel 4
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Pendidikan
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Pendidikan
1 2 3 4 5 F %

1 Tidak sekolah - - 2 2 - 4 2%

2 Tidak tamat SD - 1 - 1 - 2 1%

3 Tamat SD 8 14 44 7 10 83 36%

4 SLTP 7 10 20 7 14 58 25%

5 SLTA 15 11 15 11 14 66 29%

6 Perguruan Tinggi 4 4 5 2 2 17 7%

Jumlah 34 40 86 30 40 230 100%

Interpretasi : Masih banyak KK di Kecamatan Walantaka yang berpendidikan terakhir


SLTA sebanyak 66 KK (29%).

Tabel 5

18
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Pekerjaan
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Pekerjaan
1 2 3 4 5 F %

1 Tidak Kerja 6 3 16 7 3 35 15%

2 Sekolah - - - - - - -

3 PNS/TNI/Polri/BUMN 4 1 8 - - 13 6%

4 Pegawai Swasta 8 5 10 7 14 44 19%

5 Wiraswasta/pedagang 8 7 24 6 12 57 25%

6 Petani - 5 3 2 - 10 4%

7 Nelayan - - - - - - -

8 Buruh 4 19 20 8 10 61 27%

9 Pensiunan 2 - 2 - 1 5 2%

10 Lainnya 2 - 3 - - 5 2%

Jumlah 34 40 86 30 40 230 100%

Interpretasi : Masih banyak KK di Kecamatan Walantaka yang bekerja sebagai Buruh


sebanyak 61 KK (27%)

Tabel 6
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Penghasilan
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Penghasilan
1 2 3 4 5 F %

1 Kurang UMR. 23 36 60 24 38 181 79%

2 Lebih/sama UMR 11 4 22 6 2 45 19%

3 Tidak berpenghasilan - - 4 - - 4 2%

Jumlah 34 40 86 30 40 230 100%

Interpretasi : Sebagian besar KK di Kecamatan Walantaka berpenghasilan kurang


dari UMR sebanyak 181 KK (79%)

Tabel 7
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan pengeluaran
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
NO Pengeluaran RW TOTAL

1 2 3 4 5 F %

19
1 Kurang 1 juta 6 5 15 1 3 30 13%

2 1 – 2 juta 17 25 53 23 35 153 67%

3 Lebih 2 juta 11 10 18 6 2 47 20%

Jumlah 34 40 86 30 40 230 100%

Interpretasi : Masih terdapat KK di Kecamatan Walantaka yang pengeluaran keluarganya


kurang dari 1 juta sebanyak 30 KK (13%)

Tabel 8
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan Sukubangsa
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Sukubangsa
1 2 3 4 5 F %

1 Jawa 9 39 86 27 39 200 86,9%

2 Minang - - - 2 - 2 0,9%

3 Sunda 24 1 - 1 1 27 11,7%

4 Bugis - - - - - - -

5 Batak - - - - - - -

6 Madura - - - - - - -

7 Manado - - - - - - -

8 Lainnya 1 - - - - 1 0,5%

Jumlah 34 40 86 30 40 230 100%

Interpretasi : Sebagian besar KK di Kecamatan Walantaka yang Suku Bangsa nya Jawa
sebanyak 200 KK (86,9%)

Tabel 9
Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga berdasarkan Jenis Kelamin
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Jenis Kelamin
1 2 3 4 5 F %

1 Laki-laki 27 44 88 20 35 214 36%

2 Perempuan 63 68 141 35 67 374 64%

Jumlah 90 112 229 55 102 588 100%

Interpretasi : AK di Kelurahan Walantaka mayoritas berjenis kelamin Perempuan


sebanyak 374 orang (64% )

20
Tabel 10
Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga berdasarkan Umur
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Umur
1 2 3 4 5 F %

1 0 -1 th 6 3 0 6 3 18 3%

2 1 – 5 th 11 11 12 7 16 57 10%

3 6 – 12 th 20 17 31 2 22 92 16%

4 13 – 19 th 13 13 38 3 13 80 14%

5 20 – 45 th 30 48 105 30 38 251 43%

6 46 – 60 thn 8 16 37 4 7 72 12%

7 >60 th 2 4 6 3 3 18 3%

Jumlah 90 112 229 55 102 588 100%

Interpretasi : Berdasarkan umur AK di Kelurahan Walantaka hampir sebagian berusia 20-


45 Tahun sebanyak 251 orang (43%) dari 588 orang.

Tabel 11
Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga berdasarkan Pekerjaan
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Pekerjaan
1 2 3 4 5 F %

1 Tidak Kerja 41 73 122 19 52 307 52%

2 Sekolah 38 26 69 6 35 174 30%

3 PNS/TNI/Polri/BUMN 3 1 - - - 4 1%

4 Pegawai Swasta 1 7 9 15 10 42 7%

5 Wiraswasta/pedagang 2 1 12 - 3 18 3%

6 Petani - - - - - - -

7 Nelayan - - - - - - -

8 Buruh 4 4 13 14 2 37 6%

9 Pensiunan - - 2 - - 2 0,3%

10 Lainnya 1 - 2 1 - 4 0,7%

Jumlah 90 112 229 55 102 588 100%

Interpretasi : AK di Kelurahan Walantaka masih banyak yang bersekolah sebanyak 174


orang (30%)

21
Tabel 12
Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga berdasarkan Pendidikan
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Pendidikan
1 2 3 4 5 F %

1 Tidak sekolah 18 12 18 23 21 92 16%

2 Tidak tamat SD 19 14 30 2 7 72 12%

3 Tamat SD 11 31 76 13 26 157 27%

4 SLTP 11 18 54 9 18 110 19%

5 SLTA 25 30 47 8 26 136 23%

6 Perguruan Tinggi 6 7 4 - 1 18 3%

Jumlah 90 112 229 55 102 588 100%

Interpretasi : Masih banyak AK di Kelurahan Walantaka yang berpendidikan terakhir tamat


SD sebanyak 157 orang (27%)

Tabel 13
Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga berdasarkan Agama
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Agama
1 2 3 4 5 F %

1 Islam 90 112 229 55 102 588 100%

2 Kristen - - - - - - -

3 Katolik - - - - - - -

4 Hindu - - - - - - -

5 Budha - - - - - - -

Jumlah 90 112 229 55 102 588 100%

Interpretasi : Seluruh AK di Kelurahan Walantaka beragama Islam sebanyak 588 orang


(100%)

22
Tabel 14
Distribusi Frekuensi Keluarga berdasarkan kepemilikan BPJS/JKN/ASKES
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Kepemilikan BPJS
1 2 3 4 5 F %

1 Ya 30 35 36 30 17 148 64%

2 Tidak 4 5 50 - 23 82 36%

Jumlah 34 40 86 30 40 230 100%

Interpretasi : Sebagian besar KK di Kelurahan Walantaka memiliki Asuransi Kesehatan


(BPJS) sebanyak 148 KK (64%)

Tabel 15
Distribusi Frekuensi Keluarga yang mengeluh sakit
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
Yang mengeluh RW TOTAL
NO
sakit 1 2 3 4 5 F %

1 Kepala keluarga 10 2 11 3 5 31 34%

2 Istri 5 7 25 5 11 53 59%

3 Anak 2 2 - 1 - 5 61%

4 Anggota keluarga lain - 1 - - - 1 1%

Jumlah 17 12 36 9 16 90 100%

Interpretasi : Lebih dari sebagian AK yaitu istri di Kelurahan Walantaka mengeluh sakit
sebanyak 53 orang (59%)

Tabel 16
Distribusi Frekuensi Keluarga yang mengeluh sakit berdasarkan umur
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
Umur Yang RW TOTAL
NO
mengeluh sakit 1 2 3 4 5 F %

1 0 -1 th - - - - - - -

2 1 – 5 th - - - 1 - 1 1%

3 6 – 12 th - 1 - - - 1 1%

4 13 – 19 th 1 1 - - - 2 2%

5 20 – 45 th 3 4 8 2 3 20 22%

6 46 – 60 thn 8 3 20 2 9 42 47%

7 >60 th 5 3 8 4 4 24 27%

23
Jumlah 17 12 36 9 16 90 100%

Interpretasi : Hampir sebagian AK di Kelurahan Walantaka yang berusia 46-60 Tahun


mengeluh sakit sebanyak 42 orang (47%)

Tabel 17
Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga berdasarkan keluhan sakit
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Keluhan sakit
1 2 3 4 5 F %

1 Hipertensi 16 1 26 5 8 56 62,2%

2 Jantung - 1 1 - 3 5 5,6%

3 Asma - 3 1 - 1 5 5,6%

4 Asam Urat - 1 1 - - 2 2,2%

5 DM 3 - 3 3 - 9 10%

6 Maag 2 - - - - 2 2,2%

7 Hipotensi - - - - 1 1 1,1%

8 Oesteoporosis - - - - 1 1 1,1%

9 ISK - - - - 1 1 1,1%

10 Pusing - - - - - - -

11 Sesak nafas - - - - - - -

12 Demam - 3 - - - 3 3,3%

13 Tipes - - - - - - -

14 Muntaber - - - - - - -

15 Kaki bengkak - - - - - - -

16 Katarak - - - 1 - 1 1,1%

17 TBC - 3 - - 1 4 4,4%

Jumlah 21 12 32 9 16 90 100%

Interpretasi : Sebagian besar AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 mengeluh sakit


Hipertensi sebanyak 56 orang (62,2%)

Tabel 18
Distribusi Frekuensi Keluarga berdasarkan upaya mengatasi sakit
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
Upaya mengatasi RW TOTAL
NO
sakit 1 2 3 4 5 F %

24
1 Dibiarkan - - 12 - - 12 13%

2 Minum obat sendiri 1 - 3 - 6 10 11%

3 Minum obat tradisonal - - - - - - -

4 Berobat ke nakes 16 12 21 9 10 68 76%

5 Berobat ke dukun - - - - - - -

Jumlah 17 12 36 9 16 90 100%

Interpretasi : Sebagian besar AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 mengatasi sakit


dengan berobat ke nakes sebanyak 68 orang (76%)

Tabel 19
Distribusi Frekuensi penderita TBC berdasarkan minum obat selama 6 bulan
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Minum Obat TBC
1 2 3 4 5 F %

1 Ya - 3 - - 1 4 100%

2 Tidak - - - - - - -

Jumlah - 3 - - 1 4 100%

Interpretasi: Seluruh AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang menderita TBC teratur
minum obat selama 6 bulan sebanyak 4 orang (100%)

Tabel 20
Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang mengalami batuk
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
Keluhan batuk, RW TOTAL
NO
disertai: 1 2 3 4 5 F %

1 Dahak berdarah

Ya - - - - 1 1 6,25%

Tidak - 3 - - - 3 18,75%

2 Berat badan menurun

Ya - 3 - - 1 4 25%

Tidak - - - - - - -

3 Keringat Malam

Ya - 3 - - 1 4 25%

Tidak - - - - - - -

4 Demam > 1 bln

25
Ya - 3 - - 1 4 25%

Tidak - - - - - - -

Jumlah - 3 - - 1 4 100%

Interpretasi: Masih banyak AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang mengalami


batuk disertasi dengan BB Menurun sebanyak 4 orang (25%)

Tabel 21
Distribusi Frekuensi Anggota keluarga yang mengalami keluhan batuk berdasarkan
pemeriksaan sputum Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Pemeriksaan Sputum
1 2 3 4 5 F %

1 Ya - 3 - - 1 4 100%

2 Tidak - - - - - - -

Jumlah - 3 - - 1 4 100%

Interpretasi: Seluruh AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang melakukan


pemeriksaan sputum sebanyak 4 orang (100%)

Tabel 22
Distribusi Frekuensi Anggota keluarga (anak) yang menderita kecacingan
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Kecacingan
1 2 3 4 5 F %

1 Ya - - - - - - -

2 Tidak - - - - - - -

Jumlah - - - - - - -

Tabel 23
Distribusi Frekuensi Anggota keluarga (anak) yang menderita kecacingan berdasarkan
pemeriksaan tinja Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Pemeriksaan Tinja
1 2 3 4 5 F %

1 Ya - - - - -

2 Tidak - - - - -

Jumlah

Tabel 24

26
Distribusi frekuensi keluarga yang mengalami hypertensi berdasarkan minum obat
secara teratur Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
Keteraturan minum RW TOTAL
NO
obat 1 2 3 4 5 F %

1 Ya 15 1 17 5 1 39 70%

2 Tidak 1 - 9 - 7 17 30%

Jumlah 16 1 26 5 8 56 100%

Interpretasi: Masih banyak AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang mengalami


hipertensi minum obat tidak teratur sebanyak 17 orang (30%)

Tabel 25
Distribusi frekuensi keluarga yang mengalami hypertensi berdasarkan pemeriksaan
tekanan darahDi Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
Keteraturan periksa RW TOTAL
NO
TD 1 2 3 4 5 F %

1 Ya 11 1 25 5 1 43 77%

2 Tidak 5 - 1 - 7 13 23%

Jumlah 16 1 26 5 8 56 100%

Interpretasi: Masih banyak AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang mengalami


hipertensi tidak melakukan pemeriksaan tekanan darah secara teratur
sebanyak 13 orang (23%)

Tabel 26
Distribusi frekuensi keluarga yang mengalami DM
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Mengalami DM
1 2 3 4 5 F %

1 Ya 3 - 3 3 - 9 100%

2 Tidak - - - - - - -

Jumlah 3 - 3 3 - 9 100%

Interpretasi: Seluruh AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang mengalami DM


sebanyak 9 orang (100%)

Tabel 27
Distribusi frekuensi keluarga yang mengalami DM berdasarkan cek kesehatan berkala
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
NO Cek kesehatan RW TOTAL

27
berkala 1 2 3 4 5 F %

1 Ya 3 - 3 3 - 9 100%

2 Tidak - - - - - -

Jumlah 3 - 3 3 - 9 100%

Interpretasi: Seluruh AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang mengalami DM


melakukan cek Kesehatan secara berkala sebanyak 9 orang (100%)

Tabel 28
Distribusi frekuensi keluarga yang mengalami DM berdasarkan frekuensi cek kesehatan
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
Frekuensi cek RW TOTAL
NO
kesehatan berkala 1 2 3 4 5 F %

1 < 1 kali - - - - - - -

2 > 1 kali 3 - 3 3 - 9 100%

Jumlah 3 - 3 3 - 9 100%

Interpretasi: Seluruh AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang mengalami DM


melakukan cek Kesehatan secara berkala sebanyak 9 orang (100%)

Tabel 29
Distribusi frekuensi keluarga yang mengalami DM berdasarkan jenis pemeriksaan
kesehatan Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
Jenis pemeriksaan RW TOTAL
NO
kesehatan 1 2 3 4 5 F %

1 Darah - - - - - - -

2 Urine - - - - - - -

3 Feces - - - - - - -

4 Gula darah 3 - 3 3 - 9 100%

5 Lainnya .............. - - - - - - -

Jumlah 3 - 3 3 - 9 100%

Interpretasi: Seluruh AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang mengalami DM


melakukan pemeriksaan Kesehatan gula darah sebanyak 9 orang (100%)

Tabel 30
Distribusi frekuensi keluarga yang mengalami Covid-19 berdasarkan upaya yang
dilakukan Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka

28
Kota Serang Tahun 2021
RW F %
NO Upaya Jika Covid-19
1 2 3 4 5

1 Isolasi mandiri

2 Di rawat di RS

3 Dibiarkan

Jumlah

Tabel 31
Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan pengetahuan gejala Covid-19
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
Pengetahuan Gejala RW F %
NO
Covid-19 1 2 3 4 5

1 Tahu 30 40 83 30 32 215 93%

2 Tidak Tahu 4 - 3 - 8 15 7%

Jumlah 34 40 86 30 40 230 100%

Interpretasi: Masih terdapat AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang tidak


mengetahui gejala covid 19 sebanyak 15 orang (7%)

Tabel 32
Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan pemeriksaan Covid-19
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
Pemeriksaan Covid- RW F %
19
NO
1 2 3 4 5
(antigen/antibody)

1 Ya, pernah - - - - - - -

2 Tidak pernah 34 40 86 30 40 230 100%

3 Dibiarkan - - - - - - -

Jumlah 34 40 86 30 40 230 100%

Interpretasi: Seluruh AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 tidak pernah melakukan


pemeriksaan Covid 19 sebanyak 230 orang (100%).

Tabel 33
Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan vaksinasi Covid-19 Di Kelurahan Walantaka
Kecamatan Walantaka Kota Serang Tahun 2021
Upaya Jika Covid- RW F %
NO
19 1 2 3 4 5

29
1 Sudah 1 kali 1 - - - - 1 0,4%

2 Sudah 2 kali 7 - - - - 7 3%

3 Belum 26 40 86 30 40 222 96,6%

Jumlah 34 40 86 30 40 230 100%

Interpretasi: Hampir seluruhnya AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang belum


melakukan vaskinasi covid 19 sebanyak 222 orang (96,6%)

Tabel 34
Distribusi frekuensi keluarga berdasarkan yang meninggal dalam 1 Tahun terakhir
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Yang meninggal
1 2 3 4 5 F %

1 Jenis kelamin - - - - - -

Laki-laki - - 1 - - 1 100%

Perempuan - - - - - - -

2 Umur yang meninggal - - - - - - -

0 -1 th - - 1 - - 1 100%

1 – 5 th - - - - - - -

6 – 12 th - - - - - - -

13 – 19 th - - - - - - -

20 – 45 th - - - - - - -

46 – 60 thn - - - - - - -

>60 th - - - - - - -

3 Sebab Kematian - - - - - - -

Sakit - - - - - - -

Kecelakaan - - - - - - -

Persalinan - - 1 - - - 100%

- - - - - - -

Jumlah - - 1 - - - 100%

Interpretasi: Seluruh AK di Kecamatan Walantaka Tahun 2021 yang meninggal dalam


satu terakhir sebanyak 1 orang (100%)

Tabel 35
Distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan kelahiran dalam 1 Tahun terakhir
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021

30
RW TOTAL
NO Kelahiran
1 2 3 4 5 F %

1 Jenis Kelamin

Laki-laki 4 1 2 7 8,75%

Perempuan 2 2 1 3 1 9 11,25%

2 Umur kehamilan

Kurang 20 minggu

21 – 40 minggu 6 3 1 3 3 16 20%

Lebih 40 minggu

3 BB dan PB

Kurang dari normal

Normal 6 3 1 3 3 16 20%

4 Tempat lahir

BPM/BPS/Klinik 1 2 2 5 6,25%

Puskesmas 4 1 3 8 10%

RS/RB 1 1 2 2,5%

Rumah 1 1 1,25%

5 Penolong Persalinan

Bidan 5 2 1 2 3 13 16,25%

Perawat

Dokter 1 1 2 2,5%

Non nakes 1 1 1,25%

Jumlah 6 3 1 3 3 80 100%

Interpretasi: Masih terdapat AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang melakukan


persalinan dengan non nakes sebanyak 1 orang (1,25%)

Tabel 36
Distribusi frekuensi ibu hamil berdasarkan pemeriksaan kehamilan
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
pemeriksaan RW TOTAL
NO
kehamilan 1 2 3 4 5 F %

1 Ya 1 2 3 5 2 13 100%

2 Tidak - - - - - - -

31
Jumlah 1 2 3 5 2 13 100%

Interpretasi: Seluruh AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang melakukan


pemeriksaan kehamilan sebanyak 13 orang (100%).

Tabel 37
Distribusi frekuensi ibu hamil berdasarkan alasan tidak periksa kehamilan
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
Alasan tidak periksa RW TOTAL
NO
kehamilan 1 2 3 4 5 F %

1 Merasa tidak perlu - - - - - - -

2 Tidak punya biaya - - - - - - -

3 Tidak tahu - - - - - - -

4 Lain-lain - - - - - - -

Jumlah - - - - - - -

Tabel 38
Distribusi frekuensi ibu hamil (terakhir) berdasarkan pemeriksaan kehamilan lengkap
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
pemeriksaan RW TOTAL
NO
kehamilan > 4 x 1 2 3 4 5 F %

1 Ya 1 1 1 3 1 7 54%

2 Tidak - 1 2 2 1 6 46%

Jumlah 1 2 3 5 2 13 100%

Interpretasi: Hampir Sebagian AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang tidak


melakukan pemeriksaan kehamilan ≥ 4x sebanyak 6 orang (46%)

Tabel 39
Distribusi frekuensi ibu hamil (terakhir) berdasarkan alasan tidak lengkap periksa
kehamilan Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
Alasan tidak lengkap RW TOTAL
NO
periksa kehamilan 1 2 3 4 5 F %

1 Merasa tidak perlu - - - - - - -

2 Tidak punya biaya - - - - - - -

3 Tidak tahu - - - - - - -

4 Lain-lain - 1 2 2 1 6 100%

Jumlah - - 2 - - 6 100%

32
Interpretasi: Seluruh AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang tidak melakukan
pemeriksaan kehamilan sebanyak 6 orang (100%)

Tabel 40
Distribusi frekuensi ibu hamil (terakhir) berdasarkan konsumsi Fe (tablet besi)
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Konsumsi tablet Fe
1 2 3 4 5 F %

1 Ya 1 2 3 5 2 13 100%

2 Tidak - - - - - - -

Jumlah 1 2 3 5 2 13 100%

Interpretasi: Seluruh AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang sedang hamil


mengkonsumsi tablet Fe sebanyak 13 orang (100%)

Tabel 41
Distribusi frekuensi ibu hamil (terakhir) berdasarkan imunisasi TT lengkap (5 kali)
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
Imunisasi TT RW TOTAL
NO
lengkap (5x) 1 2 3 4 5 F %

1 Ya 1 1 2 5 - 9 69%

2 Tidak - 1 1 - 2 4 31%

Jumlah 1 2 3 5 2 13 100%

Interpretasi: Masih banyak AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 ibu hamil yang tidak
melakukan imunisasi TT sebanyak 4 orang (31%)

Tabel 42
Distribusi frekuensi ibu melahirkan (terakhir) di fasilitas kesehatan Di Kelurahan
Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Persalinan di faskes
1 2 3 4 5 F %

1 Ya - 2 3 3 4 12 92%

2 Tidak - 1 - - - 1 8%

Jumlah - 3 3 3 4 13 100%

Interpretasi: Masih terdapat AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang melakukan


persalinan di non faskes sebanyak 1 orang (8%).

Tabel 43

33
Distribusi Frekuensi Bayi (0 – 6 bln) berdasarkan ASI Eksklusif
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO ASI Eksklusif
1 2 3 4 5 F %

1 Ya 4 2 - 2 2 10 55,5%

2 Tidak 2 1 3 1 1 8 44,5%

Jumlah 6 3 3 3 3 18 100%

Interpretasi: Hampir Sebagian AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang tidak


diberikan Asi Eklusif sebanyak 8 orang (44,5%)

Tabel 44
Distribusi Frekuensi Bayi (0 – 11 bln) berdasarkan imunisasi lengkap
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Imunisasi lengkap
1 2 3 4 5 F %

1 Ya 5 - - 3 - 8 44,5%

2 Tidak - - 2 - - 2 11%

3 Belum lengkap 1 3 1 - 3 8 44,5%

Jumlah 6 3 3 3 3 18 100%

Interpretasi: Masih terdapat AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang tidak


melakukan imunisasi lengkap sebanyak 2 orang (11%)

Tabel 45
Distribusi frekuensi balita yang mengalami gangguan gizi Di Kelurahan Walantaka
Kecamatan Walantaka Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Gangguan Gizi
1 2 3 4 5 F %

1 Ya - - - 1 4 5 8,7%

2 Tidak 6 14 7 10 15 52 91,3%

Jumlah 6 14 7 11 19 57 100%

Interpretasi: Hampir seluruh AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 balita yang tidak
mengalami gizi buruk sebanyak 52 balita (91,3%)

Tabel 46
Distribusi frekuensi balita yang rutin pemantauan tumbang ke Posyandu
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
Rutin Pemantauan RW TOTAL
NO
tumbang 1 2 3 4 5 F %

34
1 Ya 6 14 7 11 19 57 100%

2 Tidak - - - - - - -

Jumlah 6 14 7 11 19 57 100%

Interpretasi: Seluruh AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 balita yang rutin melakukan
pemantauan tumbang sebanyak 57 balita (100%).

Tabel 47
Distribusi Frekuensi PUS berdasarkan Keikutsertaan Program KB
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Ikut Program KB
1 2 3 4 5 F %

1 Ya 13 19 15 13 27 87 84,5%

2 Tidak 7 - 8 - 1 16 15,5%

Jumlah 20 19 23 13 28 103 100%

Interpretasi: Masih terdapat AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang tidak mengikuti
program KB sebanyak 16 orang (15,5%).

Tabel 48
Distribusi Frekuensi Peserta KB berdasarkan Jenis alat kontrasepsi
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
Jenis Alat RW TOTAL
NO
Kontrasepsi 1 2 3 4 5 F %

1 IUD - - - - - - -

2 Suntik 12 18 14 13 11 68 78,2%

3 Pil - 1 - - 9 10 11,5%

4 Implan - - 1 - 3 4 4,6%

5 Kondom - - - - 4 4 4,6%

6 MOW/MOP 1 - - - - 1 1,2%

Jumlah 13 19 15 13 27 87 100%

Interpretasi: Sebagian besar AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang menggunakan


jenis alat kontrasespsi suntik sebanyak 68 orang (78,2%).

Tabel 49
Distribusi Frekuensi PUS berdasarkan berdasarkan alasan tidak KB
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Alasan Tidak KB
1 2 3 4 5 F %

35
1 Dilarang suami 1 - 3 - - 4 25%

2 Ingin punya anak lagi 6 - 3 - - 9 56,25%

3 Keyakinan: agama, dll - - - - - - -

4 Tidak punya biaya - - - - - - -

5 Lain-lain - - 2 - 1 3 18,75%

Jumlah 7 - 8 - 1 16 100%

Interpretasi: Lebih dari sebagian besar AK di Kelurahan Walantakan Tahun 2021 yang
tidak melakukan KB dengan alas an ingin punya anak lagi sebanyak 9 orang
(56,25%)

Tabel 50
Distribusi Frekuensi Lansia berdasarkan (keaktifan) aktifitas sehari-hari
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Aktifitas
1 2 3 4 5 F %

1 Ya 9 13 22 11 12 67 94%

2 Tidak - - 4 - - 4 6%

Jumlah 9 13 26 11 12 71 100%

Interpretasi: Hampir seluruh AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang melakukan


aktivitas sebanyak 67 orang (94%).

Tabel 51
Distribusi Frekuensi Lansia berdasarkan menderita penyakit
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
Penyakit yang RW TOTAL
NO
diderita 1 2 3 4 5 F %

1 Ya 6 7 16 6 8 53 71,6%

2 Tidak 3 6 10 5 4 22 30,4%

Jumlah 9 13 26 11 12 71 100%

Interpretasi: Masih banyak AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 lansia yang menderita
penyakit sebanyak 22 orang (30,4%)

Tabel 52
Distribusi Frekuensi Keluarga (lansia) berdasarkan Posbindu Lansia
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Posbindu lansia
1 2 3 4 5 F %

36
1 Ya - - 21 - - 21 29,5%

2 Tidak 9 13 5 11 12 50 70.5%

Jumlah 9 13 26 11 12 71 100%

Interpretasi: Masih banyak AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang melakukan


posbindu lansia sebanyak 21 orang (29,5%).

Tabel 53
Distribusi Frekuensi Keluarga (lansia) berdasarkan pemanfaatan Posbindu Lansia
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
Pemanfaatan RW TOTAL
NO
Posbindu lansia 1 2 3 4 5 F %

1 Ya - - 20 - - 20 28%

2 Tidak 9 13 6 11 12 51 72%

Jumlah 9 13 26 11 12 71 100%

Interpretasi: Masih banyak AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang memanfaatkan


posbindu lansia sebanyak 20 orang (28%).

Tabel 54
Distribusi Frekuensi Keluarga (lansia) berdasarkan keaktifan dalam kelompok Lansia
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
Keaktifan dlm RW TOTAL
NO
kelompok lansia 1 2 3 4 5 F %

1 Ya - - 13 - - 13 18%

2 Tidak 9 13 13 11 12 58 82%

Jumlah 9 13 26 11 12 71 100%

Interpretasi: Masih terdapat AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang aktif dalam
kelompok lansia sebanyak 13 orang (18%)

Tabel 55
Distribusi Frekuensi Keluarga (lansia) berdasarkan keaktifan ikut senam lansia
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
Keaktifan dlm RW TOTAL
NO
senam lansia 1 2 3 4 5 F %

1 Ya - - 6 - - 6 8,5%

2 Tidak 9 13 20 11 12 65 91,5%

Jumlah 9 13 26 11 12 71 100%

37
Interpretasi: Masih banyak AK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang ikut senam
lansia sebanyak 6 orang (8,5%)

Tabel 56
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan frekuensi makan sehari
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Frekuensi makan
1 2 3 4 5 F %

1 1 kali - - - - - - -

2 2 kali 6 10 35 8 2 61 26,5%

3 Tiga kali 28 29 38 20 38 153 66,5%

4 Tidak tentu - 1 13 2 - 16 7%

Jumlah 34 40 86 30 40 230 100%

Interpretasi: Sebagian besar KK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang makan 3 kali
sehari sebanyak 153 KK (66,5%).

Tabel 57
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan konsumsi sayuran dan buah
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
Rutin konsumsi RW TOTAL
NO
sayur dan buah 1 2 3 4 5 F %

1 Ya 24 36 59 26 19 164 71,3%

2 Tidak 10 4 27 4 21 66 28,7%

Jumlah 34 40 86 30 40 230 100%

Interpretasi: Sebagian besar KK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang rutin


mengkonsumsi sayur dan buah sebanyak 164 KK (71,3%).

Tabel 58
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan frekuensi mandi sehari
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Frekuensi mandi
1 2 3 4 5 F %

1 1 kali - - - - - - -

2 2 kali 26 35 74 18 39 192 83,5%

3 Tidak tentu 8 5 12 12 1 38 16,5%

Jumlah 34 40 86 30 40 230 100%

Interpretasi: Sebagian besar KK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang mandi dengan
frekuensi 2 kali sehari sebanyak 192 KK (83,5%).

38
Tabel 59
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan tempat mandi
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Tempat mandi
1 2 3 4 5 F %

1 Di sungai/selokan - - - - - - -

2 Di pemandian umum - - - - - - -

Di kamar mandi
3 34 40 86 30 40 230 100%
sendiri

Jumlah 34 40 86 30 40 230 100%

Interpretasi: Seluruh KK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang mandi di kamar mandi
sendiri sebanyak 230 KK (100%).

Tabel 60
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan tempat BAB di jamban
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO BAB di jamban
1 2 3 4 5 F %

1 Ya 34 40 86 30 40 230 100%

2 Tidak - - - - - - -

Jumlah 34 40 86 30 40 230 100%

Interpretasi: Seluruh KK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 tempat BAB di jamban


sebanyak 230 KK (100%)

Tabel 61
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan tempat BAB bukan jamban
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Tempat BAB
1 2 3 4 5 F %

1 Sungai/selokan - - - - - - -

2 Kolam - - - - - - -

3 Kebun - - - - - - -

Jumlah - - - - - - -

39
Tabel 62
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan penggunaan air bersih
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
Penggunaan air RW TOTAL
NO
bersih 1 2 3 4 5 F %

1 Ya 34 40 86 30 40 230 100%

2 Tidak - - - - - - -

Jumlah 34 40 86 30 40 230 100%

Interpretasi: Seluruh KK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 menggunakan air bersih


sebanyak 230 KK (100%).

Tabel 63
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan kebiasaan merokok
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Kebiasaan merokok
1 2 3 4 5 F %

1 Ya 23 32 61 4 38 158 68,7%

2 Tidak 11 8 25 26 2 72 31,3%

Jumlah 34 40 86 30 40 230 100%

Interpretasi: Sebagian besar KK di Kelurhan Walantaka Tahun 2021 yang merokok


sebanyak 158 KK (68,7%)

Tabel 64
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan olahraga secara rutin
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Rutin olah raga
1 2 3 4 5 F %

1 Ya 13 15 34 12 3 77 33,5%

2 Tidak 21 25 52 18 37 153 66,5%

Jumlah 34 40 86 30 40 230 100%

Interpretasi: Sebagian besar KK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang tidak


melakukan olahraga sebanyak 153 KK (66,5%).

Tabel 65
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan frekuensi olahraga seminggu
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
NO Frekuensi olah raga RW TOTAL

40
1 2 3 4 5 F %

1 1 kali 11 14 20 6 - 51 66%

2 2 kali 2 - 3 3 - 8 10%

3 3 kali - - 2 1 - 3 4%

4 Tidak tentu - 1 9 2 3 15 20%

Jumlah 13 15 34 12 3 77 100%

Interpretasi: Sebagian besar KK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang melakukan


olahraga frekuensi sebanyak 1 kali sebanyak 51 KK (66%).

Tabel 66
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan kepemilikan rumah sendiri
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
Kepemilikan rumah RW TOTAL
NO
sendiri 1 2 3 4 5 F %

1 Ya 32 40 79 20 40 211 91,7%

2 Tidak 2 - 7 10 - 19 8,3%

Jumlah 34 40 86 30 40 230 100%

Interpretasi: Hampir seluruh KK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang memiliki rumah
sendiri sebanyak 211 KK (91,7%)

Tabel 67
Distribusi Frekuensi Rumah berdasarkan konstruksi bangunan rumah
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Konstruksi rumah
1 2 3 4 5 F %

1 Permanen 34 40 85 30 39 228 99,2 %

2 Semi permanen - - - - 1 1 0,4%

3 Tidak permanen - - 1 - - 1 0,4%

Jumlah 34 40 86 30 40 230 100%

Interpretasi: Hampir seluruh KK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 memiliki kontruksi


bangunan rumah permanen sebanayk 228 KK (99,2%)

Tabel 68
Distribusi Frekuensi Rumah berdasarkan pencahayaan rumah
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
NO Pencahayaan rumah RW TOTAL

41
1 2 3 4 5 F %

Remang-remang tiap
1 2 1 1 - 1 5 2,2%
ruangan

2 Masuk tdk merata 28 17 15 - 20 80 34,8%

3 Masuk jelas/terang 4 22 70 30 19 145 63%

Jumlah 34 40 86 3- 40 230 100%

Interpretasi: Sebagian besar KK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 pencahayaan


rumah masuk tidak merata sebanyak 80 KK (34,8%)

Tabel 69
Distribusi Frekuensi Rumah berdasarkan kebersihan/kerapihannya
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Kebersihan rumah
1 2 3 4 5 F %

1 Ya 34 40 85 16 39 214 93,1%

2 Tidak - - 1 14 1 16 6,9%

Jumlah 34 40 86 30 40 230 100%

Interpretasi: Hampir seluruh KK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang memiliki


lingkungan rumah yang bersih sebanyak 214 KK (93,1%)

Tabel 70
Distribusi Frekuensi KK berdasarkan kepemilikan jamban sendiri
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Kepemilikan jamban
1 2 3 4 5 F %

1 Ya 34 40 86 30 40 230 100%

2 Tidak - - - - - - -

Jumlah 34 40 86 30 40 230 100%

Interpretasi: Seluruh KK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 memiliki jamban sebanyak


230 KK (100%)

Tabel 71

42
Distribusi Frekuensi jamban berdasarkan jenisnya
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Jenis jamban
1 2 3 4 5 F %

1 Cubluk terbuka - - - - - - -

2 Cubluk tertutup - - - - - - -

3 Angsatrin 34 40 86 30 40 230 100%

4 MCK umum - - - - - - -

Jumlah 34 40 86 30 40 230 100%

Interpretasi: Seluruh KK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang menggunakan jenis


jamban angsatrin sebanyak 230 KK (100%)

Tabel 72
Distribusi Frekuensi jamban berdasarkan jarak dengan sumber air bersih
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
Jarak jamban dgn RW TOTAL
NO
sumber air 1 2 3 4 5 F %

1 Kurang 5 meter - 11 - 7 - 18 7,8%

2 5 – 10 meter 34 24 86 22 35 201 87,4%

3 Lebih 10 meter - 5 - 1 5 11 4,8%

Jumlah 34 40 86 30 40 230 100%

Interpretasi: Sebagian besar KK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 jarak dengan


sumber air 5-10 meter sebanyak 201 KK (87,4%)

Tabel 73
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan sumber air bersih/minum
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Sumber air minum
1 2 3 4 5 F %

1 Ledeng/PDAM - - - - - - -

Sumur gali/pompa
2 34 37 86 30 17 204 88,6%
listrik

3 Air sungai/danau - - - - - - -

4 Mata air terlindung - - - - - - -

5 Air isi ulang - - - - 23 23 10 %

6. Air mineral - 3 - - - 3 1,4 %

43
Jumlah 34 40 86 30 40 230 100 %

Interpretasi: Sebagian besar KK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang menggunakan


sumber air bersih dari sumur gali / pompa listrik sebanyak 204 KK ( 88,6%)

Tabel 74
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan pengelolaan sampah
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Pengelolaan sampah
1 2 3 4 5 F %

1 Dibakar 21 40 62 30 40 193 83,9%

2 Ditimbun - - - - - - -

Dibuang
3 - - 16 - - 16 6,9%
sembarangan

Dikelola petugas
4 13 - 8 - - 21 9,2%
khusus

Jumlah 34 40 86 - 40 230 100%

Interpretasi: Sebagian besar KK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang melakukan


pengelolaan sampah dengan cara dibakar sebanyak 193 KK (83,9%)

Tabel 75
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan pengelolaan limbah
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Pengelolaan limbah
1 2 3 4 5 F %

1 Terbuka dan bau 17 - 76 30 27 150 65,2%

2 Tertutup rapih 17 40 10 - 13 80 34,8%

Jumlah 34 40 86 30 40 230 100%

Interpretasi: Sebagian besar KK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 pengelolaan limbah


secara terbuka dan berbau sebanyak 150 KK (65,2%)

Tabel 76
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan kepemilikan ternak
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
RW TOTAL
NO Kepemilikan ternak
1 2 3 4 5 F %

1 Ya 12 25 27 5 1 70 30,4%

2 Tidak 22 15 59 25 39 160 69,6%

44
Jumlah 34 40 86 30 40 230 100%

Interpretasi: Masih banyak KK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang memiliki ternak
sebanyak 70 KK (30,4%)

Tabel 77
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga yang memiliki ternak berdasarkan tempat
kandangnya Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
Tempat kandang RW TOTAL
NO
ternak 1 2 3 4 5 F %

1 Dalam rumah - - - - - - -

Menempel dengan
2 1 - 3 2 1 7 10%
rumah

Diluar/jauh dari
3 11 25 24 3 - 63 90%
rumah

Jumlah 12 25 27 5 1 70 100%

Interpretasi: Sebagian besar KK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang memiliki


kendang ternak di luar/jauh dari rumah sebanyak 63 KK (90%)

Tabel 78
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan pemanfaatan pekarangan rumah
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
Pemanfataan RW TOTAL
NO
pekarangan 1 2 3 4 5 F %

1 Ya 22 33 50 6 18 129 56,1%

2 Tidak 12 7 36 24 22 101 43,9%

Jumlah 34 40 86 30 40 230 100%

Interpretasi: Lebih dari Sebagian KK di Kelurahan Walantakan Tahun 2021 yang


memanfaatkan pekarangan rumah sebanyak 129 KK (56,1%).

Tabel 79
Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga berdasarkan jenis pemanfaatan pekarangan rumah
Di Kelurahan Walantaka Kecamatan Walantaka
Kota Serang Tahun 2021
Jenis Pemanfataan RW TOTAL
NO
pekarangan 1 2 3 4 5 F %

1 Perkebunan 10 10 3 - - 23 17,8%

2 Tanaman obat 1 3 - - - 4 3,1%

3 Tanaman bunga 11 20 47 5 17 100 77,5%

45
4 Lain-lain - - 1 1 2 1,6%

Jumlah 22 33 50 6 18 129 100%

Interpretasi: Sebagian besar KK di Kelurahan Walantaka Tahun 2021 yang memanfaatkan


pekarangan rumah dengan tanaman bunga sebanyak 100 KK (77,5%)

D. Kegiatan Pra MMD


Kegiatan Pra MMD dilakukan pada hari Kamis 18 Maret 2021 pukul 14.00 WIB yang
bertempat di Kelurahan Walantaka. Peserta Pra MMD yang hadir yaitu Bidan Desa, Kepala
Kelurahan, perwakilan pemberdayaan masyarakat dari kelurahan.
Setelah mensosialisasikan data yang telah terkumpul oleh mahasiswa, serta
mengenalkan masalah yang ditemukan mahasiswa. Kemudian, memberi kesempatan
kepada bidan desa untuk mengklarifikasi dan mempastikan data serta masalah yang
terkumpul oleh mahasiswa, apakah sesuai dengan keadaan yang sebenernya atau apakah
masih terdapat kekeliruan hasil pendataan. Dari kegiatan Pra MMD didapatkan hasil bahwa
terdapat 12 masalah yaitu:
1. Sebagian besar 193 orang (83,9%) warga dari 230 orang yang masih melakukan
pengelolaan sampah dengan cara di bakar
2. Sebagian besar 158 orang (68,7%) warga dari 230 orang masih memiliki kebiasaan
merokok
3. Sebagian besar 153 orang (66,5%) warga dari 230 orang yang tidak melakukan
kebiasaan olahraga secara rutin
4. Sebagian besar 56 orang (62,2%) warga mengalami hipertensi dari 90 orang.
5. Masih banyak warga dengan jumlah 82 orang (36%) dari 230 orang yang masih
belum memiliki BPJS
6. Masih terdapat 15 orang (7%) warga dari 230 orang yang masih belum mengetahui
gejala covid-19
7. Masih terdapat 9 orang (10%) warga dari 90 orang yang menderita Diabetes.
8. Masih terdapat 5 orang (5,6%) warga dari 90 orang yang mengalami jantung.
9. Masih terdapat 5 rumah (2,2%) warga dari 230 rumah yang pencahayaannya masih
remang-remang
10. Masih terdapat 4 orang (19%) warga dari 21 orang yang masih mengalami gangguan
gizi.
11. Masih terdapat sebanyak 4 orang (4,4%) warga dari 90 orang yang mengalami TBC
12. Masih terdapat 1 orang (8%) warga dari 13 orang yang masih melakukan persalinan
non faskes.

46
E. Kegiatan MMD
MMD dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2021 pukul 09.00 WIB bertempat di
Kelurahan Walantaka yang di hadiri oleh kepala kelurahan yaitu bapak Moh. Yunus,
Sekretaris kelurahan, Bidan Desa yaitu Bidan Veny, Ketua RT 01- RT 10, kader, Dosen
pembimbing, dan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Banten yang sedang melaksanakan
PKL Terpadu di Desa Walantaka Kecamatan Walantaka Kota Serang.
Berdasarkan hasil pengumpulan data di Desa Walantaka terdapat 12 masalah yang
terdiri dari status kesehatan penyakit TBC, Hipertensi, Jantung, Diabetes Mellitus, Gizi
buruk, Kebiasaan Merokok, Kepemilikan BPJS, Pencahayaan rumah, Persalinan non-
faskes, Pengetahuan pencegahan Covid 19, Pengolahan sampah, dan Kebiasaan
Olahraga. Namun, berdasarkan prioritas dan hasil musyawarah dengan Lurah dan Bidan
Desa diambil 6 masalah yaitu yang terdiri dari penyakit TBC, Hipertensi, Jantung,
Pengetahuan Pencegahan COVID-19, Pengolahan Sampah, dan Kebiasaan Olahraga.
Sedangkan untuk masalah lainnya dikembalikan kepada pihak Puskesmas Kecamatan
Walantaka untuk ditindak lanjuti.
Tabel 80
Prioritas Masalah Desa Walantaka

No Rumusan masalah
1. Sebagian besar 193 orang (83,9%) warga dari 230 orang yang masih
melakukan pengelolaan sampah dengan cara di bakar
2. Sebagian besar 153 orang (66,5%) warga dari 230 orang yang tidak
melakukan kebiasaan olahraga secara rutin
3. Sebagian besar 56 orang (62,2%) warga mengalami hipertensi dari 90 orang
4. Masih terdapat 9 orang (10%) warga dari 90 orang yang menderita Diabetes
5. Masih terdapat 5 orang (5,6%) warga dari 90 orang yang mengalami jantung
6. Masih terdapat sebanyak 4 orang (4,4%) warga dari 90 orang yang
mengalami TBC

Setelah dilakukan penentuan rumusan masalah maka dilakukan penyepakatan


rencana penanggulangan masalah. Adapun rencana penanggulangan masalah
tersebut sebagai berikut:

47
Tabel 81
Rencana Penanggulangan Masalah

N Penanggung
Masalah Tujuan Tindakan kegiatan Sasaran
o jawab

Untuk mengurangi
Sebagian besar 193 polusi udara
RW 1: Anggun
orang (83,9%) warga akibat
1. Penyuluhan Masyarakat RW 2: Annisa
dari 230 orang yang pencemaran asap
1. kebersihan Desa RW 3: Anggie
masih melakukan dari pembakaran
2. Kerja bakti Walantaka RW 4: Ayuningsih
pengelolaan sampah sampah dan juga
RW 5: Asti Rizki
dengan cara di bakar mengurangi
penyakit ISPA

Sebagian besar 153


Untuk RW 1: Ade Siva
orang (66,5%) warga 1. mengadakan
meningkatkan Masyarakat RW 2: Asri
dari 230 orang yang senam
2. kebugaran Desa RW 3: Ahmad
tidak melakukan kebugaran
jasmani Walantaka RW 4: Cantika
kebiasaan olahraga jasmani
masyarakat RW 5: Arti
secara rutin

1. penyuluhan
kesehatan
2. pemeriksaan RW 1: Silvia
Untuk
Sebagian besar 56 tekanan darah pada RW 2: Zakiya
membudayakan Masyarakat
orang (62,2%) warga masyarakat yang RW 3: Siti Elin
3. perilaku hidup Desa
mengalami hipertensi mempunyai riwayat RW 4: Cesa
sehat agar tidak Walantaka
dari 90 orang dan diduga RW 5: Aulia
terkena Hipertensi
hipertensi/hipotensi Vanessa
3. senam kebugaran
jasmani
Untuk 1. penyuluhan RW 1: Anggun
Masih terdapat 9 orang
membudayakan kesehatan Masyarakat RW 2: Aulia R
(10%) warga dari 90
4. perilaku hidup 2. pemeriksaan Desa RW 3: Agustian
orang yang menderita
sehat agar tidak kadar gula darah Walantaka RW 4: Ayuningsih
Diabetes Mellitus
terkena Diabetes pada masyarakat RW 5: Ayu W

48
yang mempunyai
riwayat dan di duga
Mellitus diabetes mellitus
3. senam kebugaran
jasmani

Untuk RW 1: Ade Siva


Masih terdapat 5 orang 1. penyuluhan
membudayakan Masyarakat RW 2: Annisa
(5,6%) warga dari 90 kesehatan
5. perilaku hidup Desa RW 3: Alya
orang yang mengalami 2. senam kebugaran
sehat agar tidak Walantaka RW 4: Cantika
jantung jasmani
terkena jantung RW 5: Asti

Masih terdapat Untuk RW 1: Silvia


sebanyak 4 orang membudayakan Masyarakat RW 2: Asri
1. penyuluhan
6. (4,4%) warga dari 90 perilaku hidup Desa RW 3: Ameilia
kesehatan
orang yang mengalami sehat agar tidak Walantaka RW 4: Cesa
TBC terkena TBC RW 5: Arti

F. Pelaksanaan Dan Hasil Kegiatan


1. Pelaksanaan Kegiatan
No. Masalah Tujuan Tindakan Sasaran Waktu Pelaksanaan
1. Sebagian Diharapkan Melakukan Kelompok 1 : Kelompok 1 : Kelompok 1-3 :
besar 193 masyarakat gotong royong Masyarakat RW Minggu, 20 Maret Mahasiswa
orang dapat dan 01 dan RW 03 2021 di Keperawatan,
(83,9%) menerapkan melakukan Kelompok 2 : Pekarangan Mahasiswa
warga dari pengelolaan penghijauan. Masyarakat RW Rumah Warga Kebidanan dan
230 orang sampah 03 dan RW 05 RW 01 dan RW Mahasiswa
masih dengan baik Kelompok 3 : 03 Analis
melakukan dan benar. Masyarakat RW Kelompok 2 : Kesehatan
pengelolaan 02 dan RW 04 Minggu, 20 Maret Masing-
sampah 2021 di masing
dengan cara Pekarangan kelompok
di bakar. Rumah Warga
RW 03 dan RW
05
Kelompok 3 :
Minggu, 20 Maret
2021 di

49
Pekarangan
Rumah Warga
RW 02 dan RW
04
2. Sebagian Diharapkan Melakukan Kelompok 1 : Kelompok 1 : Kelompok 1-3 :
besar 153 masyarakat senam sehat Masyarakat RW Sabtu, 20 Maret Mahasiswa
orang dapat dan 01 dan RW 03 2021 di Lapangan Keperawatan,
(66,5%) mempraktekk penghijauan Kelompok 2 : RW 01 dan RW Mahasiswa
warga dari an perilaku pada Masyarakat RW 03 Kebidanan dan
230 orang hidup sehat masyarakat 03 dan RW 05 Kelompok 2 : Mahasiswa
yang tidak Kelompok 3 : Sabtu, 20 Maret Analis
melakukan Masyarakat RW 2021 di Lapangan Kesehatan
kebiasaan 02 dan RW 04 RW 03 dan RW Masing-
olahraga 05 masing
secara rutin. Kelompok 3 : kelompok
Minggu, 21 Maret
2021 di Lapangan
RW 02 dan RW
04
3. Sebagian Diharapkan Penyuluhan Kelompok 1 : Kelompok 1 : Kelompok 1-3 :
besar 56 memahami kesehatan Anggota Sabtu-Minggu, Mahasiswa
orang apa itu mengenai keluarga yang 20-21 Maret 2021 Keperawatan,
(62,2%) hipertensi, pengertian memiliki di Lapangan RW Mahasiswa
warga penyebab hipertensi, hipertensi di 01 dan RW 03 Kebidanan dan
mengalami hipertensi, penyebab RW 01 dan RW Kelompok 2 : Mahasiswa
hipertensi gejala hipertensi, 03 Sabtu-Minggu, Analis
dari 90 hipertensi, gejala Kelompok 2 : 20-21 Maret 2021 Kesehatan
orang dampak dan hipertensi, Anggota di Lapangan RW Masing-
komplikasi dampak dan keluarga yang 03 dan RW 05 masing
yang terjadi, komplikasi memiliki Kelompok 3 : kelompok
pencegahan yang terjadi, hipertensi di Sabtu-Minggu,
dan pencegahan RW 03 dan RW 20-21 Maret 2021
penanganan dan 05 di Lapangan RW
serta penanganan. Kelompok 3 : 02 dan RW 04
mengajak Memotivasi Anggota
warga untuk warga untuk keluarga yang
membudayak membudaya- memiliki
an perilaku kan perilaku hipertensi di
hidup sehat hidup sehat RW 02 dan RW
agar tidak agar tidak 04
terserang terserang

50
hipertensi. hipertensi
- Melakukan
pemeriksaan
tekanan darah
4. Masih Mampu -Penyuluhan Kelompok 1 : Kelompok 1 : Kelompok 1-3 :
terdapat 9 memahami mengenai apa Anggota Sabtu-Minggu, Mahasiswa
orang (10%) apa itu itu diabetes keluarga yang 20-21 Maret 2021 Keperawatan,
warga dari diabetes mellitus, memiliki di Lapangan RW Mahasiswa
90 orang mellitus, penyebab diabetes melitus 01 dan RW 03 Kebidanan dan
yang penyebab diabetes di RW 01 dan Kelompok 2 : Mahasiswa
menderita diabetes mellitus, tanda RW 03 Sabtu-Minggu, Analis
diabetes mellitus, dan gejala Kelompok 2 : 20-21 Maret 2021 Kesehatan
tanda dan diabetes Anggota di Lapangan RW Masing-
gejala mellitus, keluarga yang 03 dan RW 05 masing
diabetes komplikasi memiliki Kelompok 3 : kelompok
mellitus, diabetes diabetes melitus Sabtu-Minggu,
komplikasi mellitus, cara di RW 03 dan 20-21 Maret 2021
diabetes perawatan RW 05 di Lapangan RW
mellitus, cara diabetes Kelompok 3 : 02 dan RW 04
perawatan mellitus, diet Anggota
diabetes diabetes keluarga yang
mellitus, diet mellitus serta memiliki
diabetes mengajak diabetes melitus
mellitus serta warga untuk di RW 02 dan
mengajak membudayaka RW 04
warga untuk n perilaku
membudayak hidup sehat
an perilaku agar tidak
hidup sehat terserang
agar tidak diabetes
terserang mellitus
diabetes - Mengecek
mellitus kadar gula
darah
5. Masih Diharapkan -Penyuluhan Kelompok 1 : Kelompok 1 :
terdapat 5 memahami apa itu Anggota Sabtu-Minggu,
orang apa itu jantung, keluarga yang 20-21 Maret 2021
(5,6%) jantung, penyebab memiliki di Lapangan RW
warga dari penyebab jantung, gejala penyakit jantung 01 dan RW 03
90 orang jantung, jantung, di RW 01 dan Kelompok 2 :
yang gejala dampak dan RW 03 Sabtu-Minggu,

51
mengalami jantung, komplikasi Kelompok 2 : 20-21 Maret 2021
jantung dampak dan yang terjadi, Anggota di Lapangan RW
komplikasi pencegahan keluarga yang 03 dan RW 05
yang terjadi, dan memiliki Kelompok 3 :
pencegahan penanganan penyakit jantung Sabtu-Minggu,
dan serta di RW 03 dan 20-21 Maret 2021
penanganan mengajak RW 05 di Lapangan RW
serta warga untuk Kelompok 3 : 02 dan RW 04
mengajak membudayaka Anggota
warga untuk n perilaku keluarga yang
membudayak hidup sehat memiliki
an perilaku agar tidak penyakit jantung
hidup sehat terserang di RW 02 dan
agar tidak jantung. RW 04
terserang
jantung.
6. Masih Diharapkan - Penyuluhan Kelompok 1 : Kelompok 1 : Kelompok 1-3 :
terdapat 4 dapat apa itu TBC, Anggota Sabtu-Minggu, Mahasiswa
orang memahami penyebab keluarga yang 20-21 Maret 2021 Keperawatan,
(4,4%) apa itu TBC, TBC, tanda memiliki di Lapangan RW Mahasiswa
warga dari penyebab dan gejala penyakit TBC di 01 dan RW 03 Kebidanan dan
90 orang TBC, tanda TBC, RW 01 dan RW Kelompok 2 : Mahasiswa
yang dan gejala pencegahan 03 Sabtu-Minggu, Analis
mengalami TBC, TBC dan Kelompok 2 : 20-21 Maret 2021 Kesehatan
TBC. pencegahan kebersihan Anggota di Lapangan RW Masing-
TBC dan lingkungan keluarga yang 03 dan RW 05 masing
kebersihan serta batuk memiliki Kelompok 3 : kelompok
lingkungan efektif. penyakit TBC di Sabtu-Minggu,
serta batuk RW 03 dan RW 20-21 Maret 2021
efektif. 05 di Lapangan RW
Kelompok 3 : 02 dan RW 04
Anggota
keluarga yang
memiliki
penyakit TBC di
RW 02 dan RW
04

52
2. Hasil Kegiatan
Setelah dilakukan pelaksanaan kegiatan dari setiap masalah didapatkan evaluasi
sebagai berikut :
a. Pengelolaan Sampah
Setelah dilakukan implementasi MMD pada Desa Walantaka yang dilakukan
perkelompok pada RW 01-05. Masyarakat yang mendapatkan penyuluhan
mengenai pengolaan sampah yang baik dan benar, masyarakat dapat
mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kebiasaan Olahraga Secara Rutin
Setelah dilakukan implementasi MMD pada Desa Walantaka yang dilakukan
perkelompok pada RW 01-05. Masyarakat dapat mengikuti senam yang diadakan
di setiap RW.
c. Hipertensi
Setelah dilakukan implementasi MMD pada Desa Walantaka yang dilakukan
perkelompok pada RW 01-05. Masyarakat yang mendapatkan penyuluhan
mengenai pengertian hipertensi, penyebab hipertensi, gejala hipertensi, dampak
dan komplikasi yang terjadi, pencegahan dan penanganan serta mengajak warga
untuk membudayakan perilaku hidup sehat agar tidak terserang hipertensi.
Masyarakat RW 01-05 secara keseluruhan yang mendapatkan penyuluhan
tersebut sangat antusias dalam mengikuti penyuluhan dilihat dari masyarakat
tersebut sangat antusias dalam mengikuti penyuluhan dilihat dari masyarakat
tersebut sering bertanya dan penyaji mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan ketika penyuluhan tersebut dilaksanakan. Selain itu, mahasiswa
mengukur tekanan darah agar mengetahui tekanan darah yang diderita, dan
masyarakat tidak merasa jenuh karena diimbangi dengan pemberian senam yang
dimana senam tersebut merupakan sebagai contoh dari salah satu perilaku hidup
sehat dan salah satu untuk mencegah penyakit Hipertensi.
d. Diabetes
Setelah dilakukan implementasi MMD pada Desa Walantaka yang dilakukan
perkelompok pada RW 01-05. Masyarakat yang mendapatkan penyuluhan tentang
pengertian diabetes mellitus, tanda dan gejala diabetes mellitus, cara perawatan
diabetes mellitus, diet diabetes mellitus serta mengajak warga untuk
membudayakan perilaku hidup sehat seperti senam sebagai contoh dari rajin
berolahraga agar tidak terserang diabetes mellitus. Masyarakat sangat antusias
mengikuti penyuluhan dan senam serta masyarakat semakin memahami penyakit
diabetes mellitus tersebut sehingga menambah pengetahuan masyarakat desa
Walantaka akan penyakit tersebut sehingga masyarakat semakin menyadari akan
perilaku hidup sehat.

53
e. Jantung
Setelah dilakukan implementasi MMD pada Desa Walantaka yang dilakukan
perkelompok pada RW 01-05. Masyarakat yang mendapatkan penyuluhan
mengenai pengertian jantung, penyebab jantung, gejala jantung, dampak dan
komplikasi yang terjadi, pencegahan dan penanganan serta mengajak warga untuk
membudayakan perilaku hidup sehat agar tidak terserang penyakit jantung.
Masyarakat RW 01-05 secara keseluruhan yang mendapatkan penyuluhan
tersebut sangat antusias dalam mengikuti penyuluhan dilihat dari masyarakat
tersebut sangat antusias dalam mengikuti penyuluhan dilihat dari masyarakat
tersebut sering bertanya dan penyaji mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan ketika penyuluhan tersebut dilaksanakan. Selain itu, mahasiswa
mengukur tekanan darah agar mengetahui tekanan darah yang diderita, dan
masyarakat tidak merasa jenuh karena diimbangi dengan pemberian senam yang
dimana senam tersebut merupakan sebagai contoh dari salah satu perilaku hidup
sehat dan salah satu untuk mencegah penyakit Jantung.
f. TBC
Setelah dilakukan implementasi MMD pada Desa Walantaka yang dilakukan
perkelompok pada RW 01-05. Masyarakat mendapatkan penyuluhan tentang TBC,
penyebab TBC, tanda dan gejala TBC, pencegahan TBC dan kebersihan
lingkungan serta cara batuk efektif. Masyarakat semakin memahami mengenai hal
tersebut dan semakin menambah wawasan masyarakat mengenai penyakit
tersebut. Sehingga masyarakat mau mencegah penularan TBC dan semakin
menjaga kebersihan lingkungan yang mendukung pencegahan penularan TBC.

54
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu penyakit kronis yang sering disebut silent killer karena
pada umumnya pasien tidak mengetahui bahwa mereka menderita penyakit hipertensi
sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Selain itu penderita hipertensi umumnya tidak
mengalami suatu tanda atau gejala sebelum terjadi komplikasi. Kalaupun muncul gejala,
seringkali dianggap sebagai gangguan biasa, sehingga penderita terlambat menyadari
penyakit hipertensi tersebut (Chobanian dkk., 2004).
Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan di desa Walantaka diketahui sebanyak
56 jiwa (62,2%) dengan konsumsi obat teratur sebanyak 39 jiwa (70%) dan tidak
mengkonsumsi obat secara teratur sebanyak 17 jiwa (30%). Tindakan yang dilakukan yaitu
melakukan pemeriksaan tekanan darah, senam hipertensi dan penyuluhan seperti gejala
hipertensi antara lain sakit kepala, nyeri dada, mudah lelah, palpitasi (jantung berdebar)
gejala-gejala tersebut berbahaya jika diabaikan, tetapi bukan merupakan tolak ukur
keparahan dari penyakit hipertensi (WHO, 2013).
Penyebab hipertensi Kebiasaan Merokok sejak Usia Muda, Genetika, obesitas,
Konsumsi Garam Berlebihan, usia, Kebiasan Konsumsi Alkohol Berlebihan, stress. Cara
mencegah hipertensi yaitu tidak merokok, kurangi konsumsi garam, kurangi lemak,
pertahankan berat badan ideal, olahraga secara teratur, hindari konsumsi alkohol,
konsumsi makanan sehat,rendah lemak, kaya vitamin dan mineral alam.
B. Tuberkulosis
Tuberkulosis merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian teratas. Pada
Tahun 2019 diperkirakan sebanyak 10 juta orang di seluruh dunia menderita tuberkulosis.
Jumlah penderita tuberkulosis pada laki-laki sebanyak 5,6 juta, pada perempuan sebanyak
3,2 juta dan pada anak-anak 1,2 juta. Pada Tahun 2019, sebanyak 30 negara dengan
kasus tuberkulosis yang tinggi menyumbang 87% kasus tuberkulosis baru. Delapan negara
menyumbang dua pertiga dari total, dengan India memimpin penghitungan, diikuti oleh
Indonesia, Cina, Filipina, Pakistan, Nigeria, Bangladesh, dan Afrika Selatan (WHO, 2021).
Dari hasil pendataan yang dilakukan di kelurahan walantaka terdapat 4 jiwa (4,4%)
mengalami tuberkulosis dan semuanya meminum obat secara teratur (100%).
Tindakan yang dilakukan yaitu melakukan penyuluhan kesehatan, cara pencegahan
dan pengobatan penyakit tuberculosis.
Pengobatan pada pasien TB menggunakan Obat Anti Tuberkulosis (OAT), tahapan
pengobatan Regimen pengobatan terdiri dari fase awal (intensif) selama 2 bulan dan fase
lanjutan selama 4-6 bulan.
1) Fase awal (intensif) Pada fase ini pengobatan diberikan setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat, terdiri dari 4 obat yaitu
Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, dan Etambutol. Pada fase awal ini diharapkan

55
terjadi pengurangan jumlah kuman dan disertai dengan perbaikan klinis. Pengobatan
pada fase awal ini diberikan secara intensif agar pasien yang berpotensi menularkan
menjadi tidak menular dalam waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien dengan hasil
BTA positif akan menjadi negative dalam waktu 2 bulan.
2) Fase lanjutan Pada fase ini obat yang diberikan lebih sedikit, terdiri dari Isoniazid,
Rifampisin, dan Streptomisin. Pengobatan pada fase ini dilakukan dalam jangka waktu
yang lebih lama. Tahap lanjutan ini penting untuk membunuh sisa kuman yang masih
terdapat dalam tubuh, khususnya kuman persister sehingga pasien dapat sembuh
dan mencegah terjadinya kekambuhan (Keputusan Menteri Kesehatan, 2009).
Pemeriksaan tuberkulosis uji bakteriologi, imunoserologi, kultur, Interferon gamma
release assay (IGRA).
C. Pengolahan Sampah
Sampah adalah suatu benda atau bahan yang sudah tidak digunakan lagi oleh
manusia sehingga dibuang. Stigma masyarakat terkait sampah adalah semua sampah itu
menjijikkan, kotor, dan lain-lain sehingga harus dibakar atau dibuang sebagaimana
mestinya. Segala aktivitas masyarakat selalu menimbulkan sampah. Hal ini tidak hanya
menjadi tanggung jawab pemerintah daerah akan tetapi juga dari seluruh masyarakat
untuk mengolah sampah agar tidak berdampak negatif bagi lingkungan sekitar
(Elamin,2018).
Dari hasil pendataan yang dilakukan di kelurahan walantaka terdapat 195 KK
(83,9%) dibakar, 16 KK (6,9%) dibuang sembarangan dan 21 KK (9,2%) dikelola petugas
khusus. Sampah merupakan suatu hal yang selalu ada dalam kehidupan sehari-hari.
Semua yang beraktivitas pasti akan menghasilkan sampah dan begitu juga yang terjadi di
Desa Walantaka Kecamatan Walantaka Kabupaten Serang. Permasalahan dari desa ini
adalah proses pengelolaan sampah yang dilakukan belum masuk dalam kategori yang baik
dan benar dikarenakan proses pengelolaan dilakukan dengan pembuangan yang tidak
pada tempatnya dan dengan proses pembakaran. Dilakukan kerja bakti, pembuatan
saluran air dan penghijauan lingkungan sekitar.
Pengolahan sampah melibatkan pemanfaatan dan penggunaan sarana dan
prasarana antara lain menempatkan sampah pada wadah yang sudah tersedia, proses
pengumpulan sampah, pemindahan, dan pengangkutan sampah, serta pengolahan
sampah hingga pada proses pembuangan akhir. Belum adanya perencanaan dalam
pengolahan sampah mengakibatkan kurang maksimalnya sistem pengolahan sampah.
Selain itu, belum adanya tempat pengolahan sampah menjadi permasalahan yang
mendasari hal tersebut (Nilam, 2016).
Beberapa faktor yang mempengaruhi pengolahan sampah yang dianggap sebagai
penghambat sistem adalah penyebaran dan kepadatan penduduk, sosial ekonomi dan
karakteristik lingkungan fisik, sikap, perilaku serta budaya yang ada di masyarakat (Sahil,
2016).

56
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia nomor 3
Tahun 2013, tempat penampungan sementara (TPS) adalah tempat dimana sebelum
sampah diangkut untuk dilakukan pendauran ulang, pengolahan dan tempat pengolahan
sampah terpadu. Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) adalah tempat pelaksanaan
kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan dan
pemrosesan akhir.
Mayoritas rumah tangga tidak memiliki tempat sampah dan membuang sampah
disekitar rumah. Pada saat tertentu, warga perempuan yang berperan sebagai ibu rumah
tangga membersihkan sampah disekitar rumahnya dengan cara disapu. Setelah sampah
terkumpul, tindakan yang dilakukan adalah membakar kumpulan sampah tersebut atau
sebagian dari warga membuang sampah tersebut di titik penampungan sampah desa yang
terletak di beberapa titik wilayah pemukiman desa.
Menurut Elamin(2018) mengatakan bahwa tindakan membakar sampah merupakan
salah satu teknik pengolahan sampah, akan tetapi pembakaran sampah dilakukan di
lapangan yang jauh dari pemukiman. Namun, pembakaran seperti ini susah dikendalikan
karena terdapat asap, angin kencang, debu, dan arang sampah yang mana akan terbawa
ke tempat sekitar sehingga menimbulkan gangguan. Pembakaran yang paling baik yaitu
dilakukan dengan insinerator agar tidak menimbulkan gangguan akan tetapi memerlukan
biaya yang mahal. Warga Desa walantaka hanya memahami bahwa membuang sampah
harus pada tempatnya namun tidak memahami bahwa tempat pembuangan sampah harus
dipisahkan. Warga juga tidak mengetahui cara mengolah sampah selain dibuang dan
dibakar. Pemahaman warga mengenai pengelolaan sampah masih rendah, hal ini
dikarenakan sudah menjadi budaya di wilayah tersebut (Elamin,2018).
Sistem pengelolaan sampah yang dimiliki Desa Walantaka masih belum baik. Hal ini
bisa ditinjau dari perilaku warga yang terbiasa membuang sampah tidak pada
tempatnya/sembarangan yaitu seperti pada lahan kosong, selokan, kebun dan di sekitaran
jalan. Selain itu, pemahaman akan pentingnya pengelolaan sampah juga kurang baik.
Pengelolaan yang dilakukan hanya sebatas pembuangan yang tidak pada tempatnya dan
pembakaran. Hal tersebut diakibatkan karena tidak adanya fasilitas sarana dan prasarana
yang mendukung seperti tempat sampah di tiap rumah, tempat penampungan sementara
(TPS) dan lain-lain. Masalah utama dalam hal pengelolaan sampah di Desa Walantaka
adalah lahan untuk pembangunan tempat penampungan sementara (TPS). Hal lain yang
menunjang terjadinya pembuangan sampah tidak pada tempatnya juga dipengaruhi oleh
tingkat kesadaran warga akan kebersihan lingkungan masih kurang baik.
D. Kebiasaan Olahraga
Dari hasil pendataan yang dilakukan di kelurahan walantaka terdapat 77 KK (33,5%)
yang melakukan olahraga dan 153 KK (66,5%) yang tidak melakukan kebiasaan olahraga.
Olahraga merupakan serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk
memelihara kehidupan, meningkatkan kualitas hidup dan mencapai tingkat kemampuan
jasmani yang sesuai dengan tujuan (Giriwoyo dan Sidik, 2012). Olahraga yang teratur

57
dapat menurunkan risiko aterosklerosis yang merupakan salah satu penyebab hipertensi.
Selain itu, dengan melakukan olahraga yang teratur khususnya aerobik seperti jalan cepat,
jogging, bersepeda, renang dan senam dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 5–10
mmHg (Sheps, 2005).
Olahraga yang baik yaitu kegiatan olahraga yang dilakukan dengan intensitas
secara teratur dan berkelanjutan. Sedangkan submaksimal yang dimaksud yaitu tidak ada
forcing kemampuan individu melebih batas kemampuannya tersebut baik dalam beban
maupun intensitasnya. Tidak hanya terpusat pada kesehatan jasmani, olahraga untuk
kesehatan ini juga baik manfaatnya bagi kesehatan rohani serta kehidupan sosial individu
tersebut karena selain aman, mudah dan murah, olahraga ini dapat dilakukan kapanpun
dan dimanapun secara massal (Kenari, M.A. 2014).
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa olahraga rutin dapat secara
drastis menurunkan potensi risiko diabetes tipe 2. Selain itu, dilansir oleh mayoclinic.com,
olahraga sangat penting untuk menjaga berat badan, menghindarkan penyakit seperti
stroke dan tekanan darah tinggi, meningkatkan mood, dan membuat tidur Anda lebih
nyenyak. Sayangnya, tidak semua orang berolahrga secara rutin. Pada Tahun 2008, WHO
mencatat bahwa sekitar 31% masyarakat dunia tidak melakukan aktifitas fisik cukup dan
terpapar pada risiko kesehatan.
1. Manfaat olahraga
1) Manfaat Olahraga untuk Kesehatan Tubuh
Tidak ada kata terlambat untuk berolahraga. Berapa pun usia Anda, aktivitas fisik
dan olahraga secara rutin baik dilakukan agar tubuh lebih sehat dan kuat. Berikut
ini adalah beragam manfaat olahraga bagi kesehatan tubuh yang bisa Anda
dapatkan Hanna, et al,2019):
a. Mencegah penyakit jantung dan stroke
Olahraga rutin setiap hari atau minimal 3 kali per minggu dapat memperkuat
otot jantung, melancarkan aliran darah, serta meningkatkan kadar kolesterol
baik (HDL) dan menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL). Hal ini menjadikan
olahraga sebagai salah satu langkah penting untuk mencegah terjadinya
penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung dan stroke.
b. Mengendalikan kadar gula darah
Olahraga dapat menjaga kadar gula darah tetap stabil, terutama pada
penderita diabetes tipe 2. Tak hanya itu, ruitn berolahraga juga bisa mencegah
terjadinya resistensi insulin yang dapat memicu diabetes.
c. Menjaga tekanan darah tetap stabil
Pada orang yang sehat, berolahraga secara rutin bisa mencegah terjadinya
hipertensi atau tekanan darah tinggi. Sedangkan pada penderita hipertensi,
olahraga dapat menurunkan tekanan darah dan menjaganya tetap stabil.
Beberapa jenis olahraga yang cocok untuk menurunkan tekanan darah adalah
berenang, bersepeda, joging, yoga, dan jalan santai.

58
d. Mencegah dan meringankan nyeri punggung
Nyeri punggung merupakan salah satu keluhan yang cukup umum dialami oleh
orang dewasa dan lansia. Keluhan ini bisa disebabkan oleh banyak hal, mulai
dari saraf terjepit, cedera, posisi tidur yang salah, hingga kebiasaan jarang
bergerak. Olahraga merupakan salah satu langkah yang bisa dilakukan untuk
mencegah dan meredakan nyeri punggung. Dengan rutin berolahraga, otot-
otot tubuh seperti otot punggung, perut, dan kaki, akan menjadi lebih kuat dan
mampu menopang sendi dan tulang belakang dengan lebih baik. Berbagai
jenis olahraga yang baik untuk nyeri punggung adalah yoga, berenang,
bersepeda, jalan kaki, atau pilates. Namun, jika nyeri punggung yang Anda
rasakan tidak membaik atau semakin parah saat berolahraga, sebaiknya
konsultasikan ke dokter.
e. Menjaga berat badan tetap ideal
Melakukan aktivitas fisik secara teratur mampu mengurangi jaringan lemak
tubuh dan menurunkan berat badan serta menjaganya tetap stabil. Hal ini
membuat olahraga penting dilakukan untuk mencegah atau mengatasi
obesitas. Namun, agar manfaat olahraga yang satu ini bisa dirasakan secara
maksimal, Anda juga perlu menjaga berat badan tetap ideal dengan
mengonsumsi makanan bergizi seimbang sesuai kebutuhan tubuh
f. Menjaga tubuh tetap bugar dan kuat saat lanjut usia
Tak hanya baik untuk orang yang berusia muda, olahraga juga sangat baik
untuk kesehatan lansia. Berbagai jenis olahraga, seperti jalan santai,
bersepeda, berenang, dan senam lansia, terbukti dapat membuat lansia lebih
bugar. Selain itu, olahraga juga dapat memperkuat otot, tulang, dan sendi,
serta mencegah demensia atau pikun.
g. Mengurangi risiko terjadinya osteoporosis
Berbagai jenis olahraga, seperti jalan kaki, sepak bola, bola basket, atau
aerobik, dapat memperkuat otot, tulang, dan sendi. Beberapa riset pun
menunjukkan bahwa olahraga secara rutin berperan dalam mencegah
terjadinya pengeroposan tulang atau osteoporosis. Namun, untuk menjaga
tulang dan sendi tetap kuat, Anda juga perlu mencukupi asupan nutrisi yang
penting untuk kesehatan tulang, seperti vitamin D dan kalsium.
2) Manfaat Olahraga untuk Kesehatan Mental
Olahraga setiap hari tidak hanya dapat meningkatkan kesehatan fisik, tetapi juga
bisa meningkatkan kesehatan mental Anda. Beberapa manfaat olahraga untuk
kesehatan mental, yaitu (Hanna, et al,2019):
a. Memperbaiki suasana hati
Olahraga dapat menstimulasi pembentukan zat kimia pada otak, seperti
serotonin dan endorfin, yang dapat membuat merasa lebih bahagia dan
santai. Ketika Anda merasa stres atau memiliki mood buruk setelah menjalani

59
hari yang penuh tekanan, cobalah berolahraga untuk memperbaiki suasana
hati. Agar manfaat olahraga ini lebih maksimal, pilihlah jenis olahraga yang
sukai.
b. Menumbuhkan rasa percaya diri
Olahraga yang dilakukan secara teratur dapat menjaga berat tubuh tetap
ideal. Hal ini dapat membuat lebih percaya diri terhadap penampilan diri dan
menumbuhkan self-esteem.
c. Mengatasi stress
Salah satu manfaat olahraga yang baik untuk kesehatan mental adalah
mengurangi stres dan mencegah terjadinya depresi. Dengan rutin berolahraga,
tingkat hormon stres seperti kortisol, adrenalin, dan norepinefrin dapat
dikurangi. Membuat tidur lebih nyenyak.
d. Mengembalikan gairah seksual
2. Banyaknya Waktu Olahraga yang Dibutuhkan
Secara umum, orang dewasa berusia 19–64 Tahun disarankan untuk
berolahraga sekitar 150 menit per minggu atau 30 menit per hari. Jika tidak sempat
berolahraga, Anda juga bisa membagi waktu olahraga menjadi 2 sesi per hari,
misalnya 15 menit di pagi hari dan 15 menit di sore hari. Jika selama ini Anda tidak
terbiasa berolahraga dan kurang aktif bergerak, cobalah lakukan olahraga secara
bertahap. Anda bisa memulainya dengan olahraga yang sederhana dan ringan,
misalnya berjalan santai atau naik-turun tangga.
Jenis aktivitas ini bisa membuat detak jantung meningkat dan membuat tubuh
banyak berkeringat. Saat tubuh sudah mulai terbiasa, Anda bisa meningkatkan
intensitas dan waktu olahraga sesuai kemampuan tubuh. Olahraga secara rutin baik
dilakukan untuk orang yang sehat dan memiliki kondisi medis tertentu (Mayo Clinic,
2019).
Namun, agar lebih aman, orang dengan kondisi medis tertentu, seperti
penyakit jantung atau kelebihan asam laktat, disarankan untuk berkonsultasi terlebih
dahulu ke dokter guna memastikan jenis olahraga yang sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan fisik. Dengan demikian, manfaat olahraga pun dapat diperoleh secara
maksimal (Mayo Clinic,2019).
3. Jenis-jenis olahraga yang mudah dilakukan
Semua jenis olahraga baik untuk kesehatan, melakukannya dengan teratur
serta diiringi dengan pola hidup sehat. Tahap awal bagi pemula sebaiknya olahraga
dilakukan dengan singkat, untuk memberikan pengenalan dan adaptasi tubuh.
Sebaiknya dilakukan sebanyak 3 kali dalam seminggu. Adapun jenis-jenis olahraga
yang mudah didlakukan yang baik untuk kesehatan:
a. Jalan Cepat
Jalan cepat adalah berjalan kaki dengan kecepatan di atas rata-rata kecepatan
berjalan pada umumnya yaitu sekitar 7 sampai 9 kilometer per jam. Jalan cepat

60
kerap direkomendasikan oleh para ahli untuk menjadi alternatif olahraga jogging
bagi mereka yang membutuhkan intensitas olahraga menengah sampai rendah,
dengan detak jantung maksimal 60% sampai 80%. Selain sebagai cara alami
meningkatkan kebugaran tubuh khususnya jantung, juga dapat bekerja lebih baik
untuk orang gemuk atau Overweight. Karena membantu mengurangi lemak otot di
area dekat sendi
b. Senam
Senam merupakan olahraga murah yang populer di masyarakat. Saat melakukan
olahraga senam hampir seluruh bagian tubuh bergerak. Pergerakkan terjadi otot-
otot besar pada tangan, kaki, dan pinggul. Pada saat bergerak terjadi peningkatan
laju pernafasan dan denyut jantung yang menyebabkan kadar oksigen di darah
meningkat dan pembuluh darah membesar. Perubahan-perubahan metabolisme ini
akan memberikan dampak positif yang bermanfaat untuk tubuh. Manfaat lainnya
adalah senam membantu menjaga berat badan, meningkatkan stamina,membantu
menjaga kesehatan, membuat hidup lebih senam, dan aktif hingga lanjut usia.
c. Berenang
Berenang memang membuat seluruh anggota tubuh ikut bergerak, sehingga
meningkatkan kekuatan otot dan kekuatan kardiovaskular. Dengan demikian,
tubuh akan menerima asupan yang maksimum. Adapun manfaat berenang:
1) Membantu mengencangkan otot perut dada paha dan lengan,
2) Melatih otot agar menjadi lebih kuat,
3) Menjaga tubuh agar terus segar bugar,
4) Mengurangi Gejala Arthritis,
5) meredakan sakit punggung.
d. Lari
Lari merupakan olahraga yang mudah untuk dilakukan, karena tidak memerlukan
perlengkapan khusus dan biaya yang mahal. Olahraga ini bisa dilakukan di
lingkungan sekitar tempat tinggal kita dengan waktu pagi atau sore hari. Manfaat
lari bagi kesehatan adalah:
1) Dapat menurunkan berat badan
2) Baik untuk kesehatan lutut
3) Menjadikan jantung sehat
4) Meningkatkan stamina tubuh
5) Mengurangi berbagai resiko penyakit.
e. Bersepeda
Aktifitas bersepeda yang dapat dilakukan minimal 1 kali seminggu, bisa dilakukan
di sekitar lingkungan tempat tinggal. Bersepeda mudah dilakukan sekaligus
menyenangkan dan berdampak pada kesehatan jantung dan mengencangkan otot
– otot tubuh. Bersepeda sebaiknya dilakukan minimal 30 menit dengan tujuan
menjadi sehat, langsing dan bugar.

61
Dari jenis-jenis olahraga yang telah disampaikan di atas, semuanya dapat
dilakukan dengan mudah sesuai dengan kebutuhan dan kesenangan dari orang
yang akan melakukannya. Yang paling penting adalah tetap menjaga motivasi
berolahraga sekaligus mmbudayakan pola hidup sehat (Kusmana, Dede,1997).
4. Kalori yang dibakar selama berolahraga.
Selama melakukan aktivitas berolahraga tubuh membakar kalori sesuai
kebutuhan olahraga yang dilakukan. Saat berolahraga, otot tubuh berkontraksi dan
memerlukan energi. Energi yang pertama kali dipergunakan adalah dari cadangan gula
dan makanan yang kita makan. Setelah cadangan gula atau makanan tersebut habis
maka tubuh akan menggunakan cadangan lemak untuk diubah menjadi energi. Di saat
itulah cadangan lemak akan berkurang dan diubah menjadi energi. Berikut ditampilkan
kalori yang terbakar sesuai olahraga yang dilakukan. Tindakan yang dilakukan yaitu
mengajak masyarakat untuk senam dan penyuluhan tentang pentingnya olahraga
(Kusmana, Dede,1997).
E. Covid-19
Dari hasil pendataan yang dilakukan di kelurahan walantaka didapatkan hasil
bahwa kelurahan walantaka tidak ada yang terkena covid-19 (100%) namun ada beberapa
warga yang tida mengetahu tentang covid-19 dan cara pencegahannya yaitu 15 kk
(7%)dan yang mengetahui tentang covid sebanyak 215 kk (93%) . Penyakit corona virus
2019 atau COVID-19 adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh jenis virus
corona. Nama lain dari penyakit ini adalah Severe acute respiratory syndrome coronavirus
2 (SARS-COV2). COVID-19 adalah virus Korona jenis baru, yakni virus 2019-nCoV yang
kini dikenal dengan sebutan virus SARS-CoV-2. Penelitian oleh Li et al. (2020)
menjelaskan bahwa transmisi virus SARS-CoV-2 ini bermula dari sebuah pasar tradisional
makanan laut Huanan di ibukota Wuhan, provinsi Hubei. Penyakit COVID-19 bersifat
zoonosis, yang artinya dapat menular dari hewan ke manusia. Yang lebih mengejutkan
lagi, bahwa virus jenis baru ini telah diketahui dapat menular dari manusia ke manusia
(Chan et al., 2020).
COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui percikan batuk/bersin
(droplet), tidak melalui udara. Orang yang paling berisiko tertular penyakit ini adalah orang
yang kontak erat dengan pasien COVID-19 termasuk yang merawat pasien COVID-19.
Orang dengan gejala dan orang tanpa gejala memiliki peluang yang sama untuk menulari
virus ini ke lingkungan sekitarnya. Sehingga salah satu cara terbaik mengendalikan
penularan adalah dengan melakukan karantina mandiri atau isolasi di rumah (Kemenkes,
2020).
Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan
akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5- 6 hari dengan
masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan
pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-tanda
dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam, dengan

62
beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat
pneumonia luas di kedua paru (Kemenkes, 2020).
Gambaran klinis saja tidak dapat digunakan untuk membuat diagnosis pasti COVID-
19. Berbagai teknik dapat digunakan untuk mengetahui risiko COVID-19 pada pasien dan
memberikan bukti diagnosis infeksi secara akurat. Karena tingkat infeksi yang tinggi,
metode diagnostik yang cepat dan akurat sangat diperlukan untuk mengidentifikasi,
mengisolasi dan merawat pasien sesegera mungkin guna mengurangi angka kematian dan
risiko penyebaran infeksi di populasi.
Terdapat berbagai pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis penyakit
ini. Pemeriksaan mencakup anamnesis mengenai klinis pasien serta riwayat berpergian
dan juga beberapa pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan mencakup pemeriksaan radiologis, dan pemeriksaan
laroratorium. Pemeriksaan laboratorium yang dimaksud adalah rapid test dan pemeriksaan
uji molekuler. Rapid test sendiri ada 2 jenis, yaitu rapid test antibodi yang bertujuan untuk
mendeteksi antibodi yang dibentuk tubuh terhadap COVID-19 dengan menggunakan
sampel darah pasien dan rapid test antigen yang bertujuan untuk mendeteksi keberadaan
protein dari COVID-19 dengan menggunakan sampel swab yang diambil melalui
nasofaring menggunakan alat khusus.
Pemeriksaan uji molekuler yang digunakan untuk mendiagnosa COVID-19 adalah
Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) yang bertujuan untuk
mendeteksi material genetik atau RNA dari COVID-19 itu sendiri dengan menggunakan
sampel swab yang diambil melalui nasofaring dan orofaring menggunakan alat khusus.
Pemeriksaan uji molekuler ini lah yang paling akurat dari semua pemeriksaan yang sudah
dijelaskan di atas tadi karena RT-PCR mampu mendeteksi antigen dengan konsentrasi
yang rendah tetapi adapun kekurangannya dibandingkan dengan pemeriksaan rapid test.
 Pencegahan Infeksi Coronavirus
Sampai saat ini belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus corona. Namun,
setidaknya ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terjangkit
virus ini. Berikut upaya yang bisa dilakukan:
1) Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air selama 20 detik hingga
bersih.
2) Hindari menyentuh wajah, hidung, atau mulut saat tangan dalam keadaan kotor
atau belum dicuci.
3) Hindari kontak langsung atau berdekatan dengan orang yang sakit.
4) Hindari menyentuh hewan atau unggas liar.
5) Membersihkan dan mensterilkan permukaan benda yang sering digunakan.
6) Tutup hidung dan mulut ketika bersin atau batuk dengan tisu. Kemudian, buanglah
tisu dan cuci tangan hingga bersih.
7) Jangan keluar rumah dalam keadaan sakit.
8) Kenakan masker dan segera berobat ke fasilitas kesehatan ketika mengalami

63
gejala penyakit saluran napas.
9) Selain itu, kamu juga bisa perkuat sistem kekebalan tubuh dengan konsumsi
vitamin dan suplemen sebagai bentuk pencegahan dari virus ini.
Tindakannya dengan mengadakan penyuluhan tentang covid , pemberian masker dan
melakukan demontrasi 3M (Mencuci tangan Memakai masker dan Menjaga jarak)
F. Diabetes Melitus
Dari hasil pendataan yang dilakukan dikelurahan walantaka didapatkan hasil
sebanyak 9 jiwa (10%) mengalami DM dan semuanya melakukan cek kesehatan bersekala
secara teratur (100%). Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit tidak menular yang
mengalami peningkatan terus menerus dari Tahun keTahun. Diabetes Melitus disebut
penyakit yang dapat menyebabkan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis.
Diabetes mellitus yang terjadi karena kelainan sekresi insulin pada kenaikan glukosa yang
tidak teratur. Rivai et Al 2020
Faktor resiko diabetes mellitus adalah nafsu makan meningkat, sering buang air
kecil,, mual/muntah-muntah, usia (15-40) Tahun, timbulnya luka yang tak kunjung sembuh,
gatal-gatal , mengonsumsi makanan berkolesterol tinggi, obesitas, kadar glukosa darah
meningkat peningkatan kehausan, turunnya berat badan, faktor keturunan, mulut kering,
mudah kelelahan/kurangnya aktivitas fisik, sering mengantuk (Devi & Shyla, 2016).
Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik. Gejala akut diabetes
melitus yaitu : Poliphagia (banyak makan) polidipsia (banyak minum), Poliuria (banyak
kencing/sering kencing di malam hari), nafsu makan bertambah namun berat badan turun
dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah.
Gejala kronik diabetes melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa panas atau seperti
tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk, pandangan
mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun bahkan
pada pria bisa terjadi impotensi, pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian
janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg. (Fatimah, R. N. 2015)
Penatalaksanaan diabates melitus secara umum ada empat sesuai dengan
Konsensus Pengelolaan DM di Indonesia Tahun 2006 adalah untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien DM.

1. Diet
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran
makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan
kebutuhan kalori dan zat gizi masingmasing individu. Standar yang dianjurkan adalah
makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat 60-70%, lemak 20-25%
danprotein 10-15%.

64
 Exercise (latihan fisik/olahraga)
Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit,
yang sifatnya sesuai dengan Continous, Rhythmical, Interval, Progresive, Endurance
(CRIPE). Training sesuai dengan kemampuan pasien. Sebagai contoh adalah olah
raga ringan jalan kaki biasa selama 30 menit.
 Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan sangat penting dalam pengelolaan. Pendidikan kesehatan
pencegahan primer harus diberikan kepada kelompok masyarakat resiko tinggi.
Pendidikan kesehatan sekunder diberikan kepada kelompok pasien DM. Sedangkan
pendidikan kesehatan untuk pencegahan tersier diberikan kepada pasien yang
sudah mengidap DM dengan penyulit menahun.
 Obat
Obat: oral hipoglikemik, insulin. Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan
latihan fisik tetapi tidak berhasil mengendalikan kadar gula darah maka
dipertimbangkan pemakaian obat hipoglikemik.
Pencegahan
 Kendalikan berat badan, Kurangi konsumsi makanan dan minuman manis yang
mengandung gula, Kurangi asupan karbohidrat, Konsumsi banyak sayur dan buah
 Beraktifitas fisik secara teratur dan berolahraga, Cek kadar gula darah secara teratur
(minimal 3 bulan) , Patuhi saran dokter atau tenaga kesehatan lain.
 Melakukan penyuluhan dan mengadakan pemeriksaan gula darah sewaktu dan
mengajak masyaakat untuk senam diabetes.

65
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masalah yang terdapat dari hasil pendataan yang telah dilaksanakan pada tanggal 15-
16 Maret 2021 dari 5 RW yang terdiri dari 10 RT didapatkan data yang terkumpul sebanyak
21% dengan jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Walantaka.

Permasalahan yang didapatkan diantaranya yaitu Hipertensi, Diabetes Melitus,


Jantung, Tuberculosis, Gizi Buruk Pada Balita, Kebiasaan Merokok, Kebiasaan Olahraga,
Pengelolaan Sampah, Persalinan Non Faskes, Pencahayaan Rumah, Kepemilikan BPJS, dan
Pengetahuan Pencegahan Covid-19 dengan jumlah KK 230 dari total KK 1112. Berdasarkan
pendataan terdapat 12 masalah di Kelurahan Walantaka, diambil 6 prioritas masalah yaitu
diantaranya Hipertensi, Diabetes Melitus, Jantung, Tuberculosis, Kebiasaan Olahraga, dan
Pengelolaan Sampah sesuai dengan masalah utama yang berada di Desa Walantaka,
selanjutnya 6 prioritas diantaranya Gizi Buruk Pada Balita, Kebiasaan Merokok, Persalinan Non
Faskes, Pencahayaan Rumah, Kepemilikan BPJS, dan Pengetahuan Pencegahan Covid-19
dikembalikan kepada pihak puskesmas agar di intervensi lebih lanjut. Rencana
penanggulangan masalah berupa penyuluhan, memberikan motivasi, pemeriksaan teanan
darah, pemeriksaan gula darah, kerja bakti, demonstrasi cuci tangan, etika batuk, dan
penggunaan masker, serta senam bersama.

Implementasi dilakukan berdasarkan kesepakatan masyarakat yang dilaksanakan


pada tanggal 20-21 Maret 2021 waktu dan tempat disesuaikan dengan RT/RW masing-masing.
Hasil yang didapatkan dari tindakan kegiatan adalah masyarakat dapat mengetahui masalah-
masalah yang terdapat di wilayahnya, masyarakat mau bekerja sama demi terlaksananya
kegiatan, dan masyarakat bersepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan yang ada di
wilayahnya yaitu Kelurahan Walantaka.

Setelah dilakukan implementasi, kelompok besar membuat laporan hasil kegiatan


praktik kerja lapangan yang selanjutnya akan di tindak lanjuti oleh fasilitas kesehatan yaitu
Puskesmas Walantaka.

B. Saran
1. Untuk Instansi Pendidikan
a. Instansi Pendidikan agar lebih meningkatkan mutu pendidikan dalam proses
praktik kerja lapangan terpadu sebagai implementasi dari hasil pembelajaran
teori maupun praktik.

66
2. Untuk Masyarakat
a. Dari seluruh hasil kegiatan yang dilakukan baik fisik maupun non fisik
diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat yang harus dipertahankan dan
dikembangkan dikemudian hari.

3. Untuk Puskesmas
a. Dari seluruh hasil kegiatan yang dilakukan baik fisik maupun non fisik
diharapkan dapat bermanfaat bagi puskesmas dan dapat ditindaklanjuti oleh
puskesmas.
4. Untuk Kelurahan
a. Dari seluruh hasil kegiatan yang dilakukan, diharapkan dapat bermanfaat untuk
kelurahan dan harus dikembangkan dikemudian hari.

67
DAFTAR PUSTAKA

Erliana dan Sri Sumiati. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan
Kemenkes RI. 2016. Kurikulum dan Modul Peningkatan Kapasitas tenaga pendidik dalam
penerapan pendidikan antar profesi (Interprofesional Education/IPE) pada
pelayanan kesehatan komunitas. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan
Kemenkes RI. 2016. BUKU PANDUAN Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Diakses dari
https://promkes.kemkes.go.id/ (15 Maret 2021)
Kemenkes RI. 2017. GERMAS - Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Diakses dari
https://promkes.kemkes.go.id/germas (15 Maret 2021)
Mardikanto, Totok. 2015. Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Alfabeta (15 Maret
2021)
Suharto, Edi. 2014. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung:
PT.Refika Aditama (15 Maret 2021)
Elamin Muchammad Zamzami, Ilmi Kartika Nuril, Tahrirah Tsimaratut et al. 2018. Analisis
pengelolaan sampah pada masyarakat desa disanah kecamatan sreseh
kabupaten sampang. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 10(4):368-375
Nilam Sari Putri. 2016. Analisis Pengelolaan Sampah Padat di Kecamatan Banuhampu
Kabupaten Agam. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas. 10(2): 157-165.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia nomor 3 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan dalam penanganan
sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga.
Sahil J et al. (2016). Sistem Pengelolaan dan Upaya Penanggulangan Sampah di
Kelurahan Dufa Dufa Kota Ternate. Jurnal Bioedukasi volume 4 nomor 2.
Chobanian, A.V., Bakris, J.L., Black, H.R., Cushman, W.C., Green, L.A., Izzo, Jr, J.L.,
Jones, DW., et al., 2003. The seventh report of The Joint National Committee
on prevention, detection, evaluation and treatment of high blood pressure.
http://hyper.ahajournals.org/cgi/content/full/42/6/1206
Who.int. 2021. Tuberculosis (TB). https://www.who.int/news-
room/factsheets/detail/tuberculosis. 11 January 2021 (10.45)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Pedoman Penanggulangan
Tuberkulosis. Nomor 364/Menkes/SK/V/2009.
Rivai, A., Budiono, N. D. P., & Mahmudah, A. N. (2020). Penapisan dan Promosi
Kesehatan Diabetes Melitus pada Karang Werda Sejahtera
Surabaya. Indonesian Journal of Community Dedication in Health
(IJCDH), 1(1), 1-7.
Devi, M. R., & Shyla, J. M. (2016). Analysis of Various Data Mining Techniques to Predict
Diabetes Mellitus. International Journal of Applied Engineering Research, 11,
727–730.
Fatimah, R. N. (2015). Diabetes melitus tipe 2. Jurnal Majority, 4(5).

69
L
A
M
P
I
R
A
N

70
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Penyakit Tidak Menular


Sub Pokok Bahasan : Hipertensi pada Lansia
Tempat : Kelurahan Walantaka
Sasaran : Lansia
Waktu : 30 Menit
Hari, Tanggal : Sabtu, 20 Maret 2021

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 30 menit, sasaran diharapkan
memahami tentang hipertensi pada lansia.

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, sasaran dapat:
1. Menjelaskan pengertian hipertensi.
2. Menyebutkan klasifikasi hipertensi.
3. Menyebutkan penyebab hipertensi.
4. Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi.
5. Menyebutkan pencegahan hipertensi.
6. Menyebutkan komplikasi hipertensi.

C. Materi
1. Pengertian hipertensi.
2. Klasifikasi hipertensi.
3. Penyebab hipertensi.
4. Tanda dan gejala hipertensi.
5. Pencegahan hipertensi.
6. Komplikasi hipertensi.

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab

E. Media
Leaflet

71
F. Kegiatan

Waktu Kegiatan
No Tahap
(Menit) Penyuluh Peserta
1. Memberikan salam
2. Memperkenalkan diri 1. Menjawab salam
1. Pembukaan 5 3. Menjelaskan 2. Memperhatikan
maksud dan tujuan 3. Menjawab
penyuluhan
1. Memberikan materi:
 Pengertian
hipertensi.
 Klasifikasi
hipertensi.
 Penyebab
hipertensi.
 Tanda dan
gejala hipertensi. 1. Memperhatikan
 Pencegahan 2. Bertanya
2. Inti 20
hipertensi. 3. Menyimak
 Komplikasi 4. Menjawab
hipertensi.
2. Memberi
kesempatan
bertanya
3. Menjawab
pertanyaan
4. Evaluasi dengan
cara objektif test
1. Menyimpulkan
1. Mendengarkan
materi
3. Penutup 5 2. Menyimak
2. Menutup kegiatan
3. Menjawab salam
3. Memberikan salam

G. Sumber
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Madis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2.
Jogyakarta : Mediaction Publishing
Utaminingsih, Wahyu Rahayu. 2017. Mengenal dan mencegah Penyakit Diabetes,
Hipertensi, Jantung dan Stroke Untuk Hidup Lebih Berkualitas.
Yogyakarta : Media Ilmu

H. Evaluasi
1. Jenis : Objektif test
2. Bentuk : Test lisan
3. Waktu : Setelah selesai penyuluhan

72
4. Soal :
a. Jelaskan pengertian hipertensi?
b. Sebutkan klasifikasi hipertensi?
c. Sebutkan penyebab hipertensi?
d. Sebutkan tanda dan gejala hipertensi?
e. Sebutkan cara pencegahan hipertensi?
f. Sebutkan komplikai hipertensi?

Serang, 20 Maret 2021


Penyuluh

Kelompok

73
Lampiran materi penyuluhan kesehatan
Hipertensi Pada Lansia
1. Pengertian Hipertensi
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah
didalam arteri.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan diadapatkan dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih
rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik).
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmhg atau
lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmhg dan tekanan diastolik dalam
batas normal. hipertensi ini sering ditemukan pada lanjut usia, sejalan dengan
bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah;
tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 Tahun dan tekanan diastolik terus
meningkat sampai usia 55-60 Tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau
bahkan menurun drastis.
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi
dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah jauh lebih rendah daripada
orang dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan
lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat.
Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan
paling rendah saat waktu tidur dimalah hari.
2. Klasifikasi Hipertensi
Secara klinis drajat hipertensi dapat dikelompokan yaitu:
No. Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1 Normal 120-129 80-84
2 Normal tinggi 130-139 85-89
3 Hipertensi Grade 1 (Ringan) 140-159 90-99
4 Hipertensi Grade 2 (Sedang) 160-179 100-109
5 Hipertensi Grade 3 (Berat) 180-209 110-119
Hipertensi Grade 4 (Sangat
6 >210 >120
Berat)

3. Penyebab Hipertensi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1. Genetik : bawaan orangtua/keturunan
2. Obesitas
3. Gaya hidup yang tidak aktif (malas olahraga)
4. Stress
5. Merokok

74
6. Alkohol
7. Garam berlebih
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada:
1. Elastisitas dinding aorta menurun.
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap Tahun sesudah
berumur 20 Tahun dan hal tersebut menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Pada usia lanjut arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku,
sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah
melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk
melalui pembuluh yang sempit dan hal tersebut dapat menyebabkan meningatnya
tekanan darah. Inilah yang terjadi pada usia lanjut.
4. Tanda dan Gejala Hipertensi
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain pengukuran tekanan darah oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan darah tak
terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:
1. Mengeluh sakit kepala, pusing
2. Lemas, kelelahan
3. Sesak nafas
4. Gelisah
5. Mual
6. Muntah
7. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantuk dan ginjal.

75
8. Epistaksis (mimisan)
9. Kesadaran menurun
10. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

5. Pencegahan Hipertensi
 Bersantai
 Hindari obesitas
 Hindari merokok
 Hindari miniman beralkohol
 Hentikan merokok
 Olahraga secara teratur
 Sering memakan buah-buahan dan sayur-sayuran
 Hindari makanan yang mengandung garam, lemak dan kolesterol tinggi.

Contoh Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan bagi penderita
hipertensi:
Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Beras, kentang, singkong,
terigu, makanan yang
Roti, biskut dan kue-kue
diolah bahan makanan
yang dimasak dengan
Sumber karbohidrat tersebut diatas tanpa garam
garam dapur/ baking
dapur dan soda seperti:
pouder dan soda
makroni, mie, bihun, roti,
biskut, kue kering
Otak, ginjal, lidah, sardine,
daging, ikan, susu, dan telur
yang
diawet dengan garam
Daging dan ikan maksimal
Sumber Protein dapur seperti daging
100 gram sehari, telur
Hewani asap, dendeng, abon, keju,
maksimal 1 butir/ hari
ikan asin, ikan kaleng,
kornet, udang
kering,telur asin, dan
telur pindang
Sumber Protein Semua kacang-kacangan Keju, kacang tanah dan
Nabati dan hasilnya yang diolah semua kacang-kacangan

76
yang hasilnya dimasak
dan dimasak tanpa garam
dengan garam dapur dan
dapur
ikatan natrium
Sayuran yang dimasak
Semua sayuran segar,
dan diawet dengan garam
sayuran yang diawet
Sayuran dapur seperti sayuran
tanpa garam dapur dan
dalam kaleng, sawi asin,
natrium benzoat
asinan dan acar
Buah-buahan yang
Semua buah-buahan segar,
diawet dengan garam
buah yang diawet
Buah-Buahan dapur dan lain ikatan
tanpa garam dapur dan
natrium seperti buah
natrium banzoat
dalam kaleng
Minyak goreng, margain, Margain dan mentaga
Lemak
dan mentaga tanpa garam biasa
Minuman ringan, kopi,
Minuman Teh
alkohol

6. Komplikasi Hipertensi
 Stroke.
Hipertensi berpotensi menyebabkan penebalan dan pengerasan dinding
arteri sehinggadapat memicu serangan Jantung serta stroke.
 Penyakit pembuluh darah perifer.
Peningkatan tekanan darah dapat memicu pelebaran dinding pembuluh
darah (seperti menggembung). Dinding yang menggelembung akan menjadi
lemah saat menahantekanan aliran darah. Komplikasi ini berpotensi
mengancam jiwa terutama jika pembuluh darah pecah.
 Disfungsi Seksual
Hipertensi yang tidak terkontrol pada pria dapat menimbulkan ereksi
dikarenakan terjadinya aterosklerosis pada pembuluh darah penis.
Sedangkan pada wanita diketahui dapat terjadi penurunan aliran darah ke
vagina yang tentu saja dapat berakibat terganggunya kehidupan seksual.
 Kerusakan Pada Ginjal
Seperti halnya pada organ sebelumnya, hipertensi juga dapat
menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah ginjal, sehingga ginjal tidak
berfungsi secara efektif yang dapat mengakibatkan terjadinya gagal ginjal
dan aneurisma pembuluh darah ginjal dapat terjadi.
 Kerusakan Pada Jantung

77
Didalam tubuh jantung berfungsi sebagai pemompa darah ke seluruh
tubuh. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan arteri
jantung sehingga aliran darah tidak lancar ke jantung. Hipertensi
menyebabkan jantung bekerja lebih keras, sehingga terjadi pembengkakan
pada jantung dan lama kelamaan otot jantung akan melemah dan tidak dapat
bekerja secara efektif, sehingga dapat menyebabkan gagal jantung.
Kerusakan ini memang jarang menimbulkan gejala, namun akibat yang
ditimbulkan akan sangat fatal.
 Kerusakan Pada Mata
Pembuluh darah mata juga dapat rusak akibat dari hipertensi yang tidak
terkontrol, sehingga suplai oksigen dan nutrisi tidak sampai dengan baik ke
retina mata. Jika hal tersebut terus dibiarkan, maka penglihatan akan
menurun hingga dapat menyebabkan kebutaan. Selain hipertensi, diabetes
juga dapat memperparah kerusakan tersebut.
 Kerusakan Pada Otak
Otak merupakan organ yang membutuhkan supali oksigen dan nutrisi,
sehingga dapat bekerja secara efektif. Namun, hipertensi dapat
menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah otak, maka yang paling
sering terjadi akibat hal tersebut adalah stroke.
 Kerusakan Pada Paembuluh Darah Arteri
Arteri merupakan pembuluh darah yang membawa nutrisi serta oksigen
ke seluruh tubuh, normalnya fleksibel dan elastis. Jika hipertensi tidak
terkontrol, kerusakan dan penyempitan arteri atau yang sering disebut
dengan arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah) dan aterosklerosis
(penyempitan pembuluh darah) dapat terjadi yang akan berdampak pada
mata, ginjal, jantng, tangan dan kaki. Akhirnya pasien bisa mengalami nyeri
dada, gagal jantung, serangan jantung, stroke, sumbatan arteri ditangan dan
kaki, kerusakan mata hingga pada aneurisma (kelemahan pada dinding
artaeri sehingga membentuk seperti bendungan dan jika pecah dapat
menyebabkan kematian).

Lampiran Lembar Jawaban Evaluasi


a. Jelaskan pengertian hipertensi?
Hipertensi adalah tekanan darah yang lebih besar dibandingkan dengan tekanan
darah keadaan normal.

78
Hipertensi pada lansia disebut hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan darah
sistolik mencapai 140 mmhg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90
mmhg.

b. Sebutkan klasifikasi hipertensi?


No. Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1 Normal 120-129 80-84
2 Normal tinggi 130-139 85-89
3 Hipertensi Grade 1 (Ringan) 140-159 90-99
4 Hipertensi Grade 2 (Sedang) 160-179 100-109
5 Hipertensi Grade 3 (Berat) 180-209 110-119
Hipertensi Grade 4 (Sangat
6 >210 >120
Berat)

c. Sebutkan penyebab hipertensi?


Penyebab hipertensi yaitu keturunan, stress, merokok, alkohol, garam berlebih,
obesitas, dan gaya hidup yang tidak aktif (malas olahraga).
d. Sebutkan tanda dan gejala hipertensi?
Tanda dan gejala hipertensi yaitu sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak
napas, gelisah, mual, muntah, jantung berdebar debar, pandangan menjadi kabur,
mimisan, kesadaran menurun, kadang penderita hipertensi berat mengalami
penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak.
Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
e. Sebutkan cara pencegahan hipertensi?
Cara pencegahan hipertensi yaitu dengan bersantai, hindari obesitas, hindari
merokok, hindari miniman beralkohol, hentikan merokok, olahraga secara teratur,
sering memakan buah-buahan dan sayur-sayuran, hindari makanan yang
mengandung garam, lemak dan kolesterol tinggi.
f. Sebutkan komplikai hipertensi?
Komplikasi pada hipertensi yaitu stroke, disfungsi seksual, kerusakan pada ginjal,
kerusakan pada jantung, kerusakan pada mata, kerusakan pada otak, dan
kerusakan pada pembuluh darah arteri.

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Diabetes Melitus


Sub Pokok Bahasan : Pengetahuan tentang Diabetes Melitus.
Tempat : Kelurahan Walantaka

79
Sasaran : Masyarakat
Waktu : 40 menit
Tanggal : 20 Maret 2021

A. Tujuan Instuksional Umum


Setelah mendapatkan penyuluhan ini klien dapat mengetahui tentang Diabetes
Melitus.

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mendapatkan penyuluhan ini, diharapkan klien dapat mengetahui:
1. Pengertian Diabetes Melitus.
2. Klasifikasi Diabetes Melitus.
3. Gejala-gejala Diabetes Melitus.
4. Komplikasi Diabetes Melitus

C. Materi
Terlampir

D. Metode
1. Penyuluhan.
2. Tanya jawab.

E. Media
1. Leaflet

F. Kegiatan

Waktu Kegiatan
No. Tahap
( menit ) Penyuluhan Peserta
1. Perkenalan dan 5 menit 1. mengucapkan salam 1. menjawab
pembukaan dan memperkenalkan diri salam
2. menyampaikan topik 2.mende
dan tujuan penyuluhan ngarkan
kesehatan kepada sasaran dan

80
memper
hatikan
Pelaksanaan.
Penyuluhan secara
berurutan dan teratur.
1. Mendengarkan
dan
a. Menjelaskan
memperhatikan
tentang Diabetes
penyuluhan
Melitus.
2. Mencatat
b. Menjelaskan
materi yang
tentang Klasifikasi
dijelaskan
Diabetes Melitus.
2. Inti 30 menit 3. Menanyakan
c. Menjelaskan
hal-hal yang tidak
menifestasi klinik
dimengerti dari
dari Diabetes
pemateri
Melitus
penyuluh
d. Mejelaskan
4. Menjawab
tentang komplikasi
pertanyaan yang
yang dapat timbul
diajukan penyuluh
dari Diabetes
Melitus.

1. Mendengarkan
penyampaian
1. Memberikan
evaluasi dan
kesempatan
kesimpulan
bertanya
2. mendengarkan
2. Menyampaikan
3. Penutup 10 menit penyuluh
terimakasih atas
menutup acara
waktu yang telah
dan menjawab
diberikan.
salam.

G. Sumber Bacaan

Depkes (2005). Pharmaceutical Care untuk penyakit Diabetes Melitus. Di ambil tanggal
29 september 2012.

Jackson, Marilynn (2021). Seri Panduan Praktis Edukasi Pasien. Jakarta :Erlangga

Mansjoer,Arif,dk.(2007). KAPITA Selekta Kedokteran Jakarta:FK UI.

Suddarth, Brunner.(2004). Keperawatan Medikal bedah edisi 8 Volume 2 . Jakarta :EGC.

H. Evaluasi (Cara, Jenis, Waktu, Soal)

1. Audiens mengetahui apa itu Diabetes Melitus?


2. Audiens mengetahui Klasifikasi Diabetes Melitus?
3. Audiens mengetahui manifestasi klinis dari diabetes Melitus?

81
4. Audiens mengetahui tentang komplikasi dari diabetes Melitus?

Serang, 20 Maret 2021


Penyuluh

Kelompok

Lampiran Materi:

A.  Pengertian

82
Diabetes Melitus adalah sekumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
mengalami pengingkatan kadar gula darah (glukosa)akibat kekurangan hormone
insulin.Diabetes Melitus adalah suatu penyakit kronik metabolism yang kompleks
mengakibatkan gangguan metabolic karbohidrat, protein dan lemak, perkembangan
komplikasi secara microvaskuler,macrovaskuler serta neuropati. Diabetes Melitus
merupakan kelinan heterogen, yang ditandai dengan sirkulasi glukosa, lipid dan asam
amino berkadar tinggi, karena tidak memadainya insulin dalam memenuhi tuntutan
metabolism tubuh( Keith,1996).

B.  Klasifikasi

Klasifikasi yang dianjurkan oleh Perkeni adalah yang sesuai dengan


anjuran klasifikasi DM American Diabetes Association (ADA) 1997. Klasifikasi
Etiologi Diabetes Melitus (ADA1997):

1. Diabetes tipe 1 (deatruksi sel beta, umumnya menjurus ke definisi insulin


absolut)
2. Diabetes tipe 2 (berfariasi mulai yang terutama dominan restensi insulin disertai
definisi reltif sampai yang terutama defek sekresi insulin disertai resistensi
insulin).
3. Diabetes tipe lain.
a. Karena obat dan zat kimia
b. Infeksi
c. Sebab imunologi yang jarang
d. Sindrom Generik yang berkaitan dengan DM
e. Diabetes Melitus Gestasional (DMG) yaitu penyakit diabetes yang
dialami saat hamil.

C.  Manifestasi Klinis Diabetes Melitus

1. Penglihatan kabur
2. Gatal-gatal terutama didaerah kemaluan
3. Cepat lelah dan mengantuk
4. Luka sulit sembuh
5. Banyak kencing
6. Sering merasa haus
7. Penurunan berat badan
8. Banyak makan

83
D.  Komplikasi Diabetes Melitus
Adapun komplikasi pada Diabetes Melitus meliputi berikut:
1. Akut
a. Hiperglikemia (kadar Gula darah yang meningkat)
b. Penurunan kesadaran
2. Kronis
a. Kerukana pembuluh darah kecil, contoh kerusakan darah pada mata,
jantung dll
b. Rentan infeksi TBC
c. Kebutaan

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


Pokok Bahasan : Penyakit Jantung Koroner
Sub Pokok Bahasan : Cara Mengurangi Risiko Penyakit Jantung Koroner

84
Tempat : Kelurahan Walantaka
Sasaran : Masyarakat
Waktu : 40 menit
Tanggal : 20 Maret 2021

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan kesehatan selama 40 menit masyarakat dapat
mengerti pentingnya mengetahui cara mengurangi risiko penyakit jantung
koroner.

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, peserta dapat :
1. Menjelaskan pengertian penyakit jantung koroner
2. Menjelaskan penyebab penyakit jantung koroner
3. Menyebutkan tanda dan gejala penyakit jantung koroner
4. Menyebutkan faktor-faktor risiko penyakit jantung koroner
5. Menyebutkan cara mengurangi risiko penyakit jantung koroner

C. Materi :
1. Pengertian penyakit jantung koroner
2. Penyebab penyakit jantung koroner
3. Tanda dan gejala penyakit jantung koroner
4. Faktor-faktor risiko penyakit koronerjantung
5. Cara mengurangi risiko penyakit jantung koroner

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

E. Media
Leaflet

F. Kegiatan

Waktu Kegiatan
No Tahap
(menit)

85
Penyuluh Peserta
1. Menjawab salam
1. Memberi Salam
Perkenalan 2. Perkenalan 2. Merespon apa yang
dan 5 3. Menjelaskan tujuan dilakukan penyuluhan
1 Pembukaan 4. Apresiasi atau review
pengalaman audien

1. Menjelaskan pengertian
penyakit jantung koroner
2. Menjelaskan penyebab
penyakit jantung koroner
3. Menyebutkan tanda dan 1. Memperhatikan
gejala penyakit jantung
Inti 2. Bertanya
koroner
2 30 3. Merespon
4. Menyebutkan faktor-faktorr 4. Bersama penyuluh
risiko penyakit jantung menyimpulkan
coroner. jawaban
5. Menyebutkan cara
mengurangi risiko penyakit
jantung koroner

Penutup 1. Menyimpulkan materi 1. Bersama penyuluh


3. 5 2. Melakukan evaluasi menyimpulkan
Mengucapan salam materi
2. Menjawab salam

G. Sumber Bacaan
Nurrahmani Ulfah dan Helmanu Kurniadi. 2015. Stop Diabetes, Hipertensi,
Kolesterol Tinggi, Jantung Koroner. Yogyakarta: Isttana Media.
H. Evaluasi :
Cara : Langsung
Jenis : Lisan
Waktu : 15 menit
Soal : 1. Pengertian penyakit jantung koroner?
2. Penyebab penyakit jantung koroner?
3. Tanda dan gejala penyakit jantung koroner?
Serang, 20 Maret 2021
Peny
uluh

Kelo
mpok

86
Lampiran Materi
A. Pengertian Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Penyakit jantung koroner (pjk) adalah penyakit dimana pembuluh darah
yang menyuplai makanan dan oksigen untuk otot-otot jantung mengalami sumbatan.
Sumbatan paling sering terjadi diakibatkan karena adanya penumpukan kolesterol di
dinding pembuluh darah koroner. Penyakit ini dapat berakibat fatal jika tidak segera
diatasi.

B. Penyebab Penyakit Jantung Koroner


Penyebab penyakit jantung sangat berkaitan dengan proses terjadinya PJK.
Seperti yang kita tahu bahwa pada PJK terjadi penyumbatan pembuluh darah oleh
plak. Setelah dilakukan penelitian berTahun-Tahun, ternyata plak ini terjadi karena
proses-proses oksidan, yaitu hasil dari proses pembakaran yang tidak baik untuk
tubuh sehingga menghasilkan radikal bebas. Selanjutnya lemak-lemak jahat akan
mudah menempel pada pembuluh darah itu sehingga terjadi penyumbatan. Oleh
karena itu kita harus mewaspadai penyebab penyakit jantung koroner yaitu lemak
jahat dan radikal bebas. Lemak jahat dan radikal bebas ini bisa dengan menghindari
faktor risiko utama penyakit jantung seperti : merokok, makanan makanan tinggi
kolesterol, kelebihan berat badan dan kurang olahraga.
C. Tanda Dan Gejala Penyakit Jantung Koroner
Gejala dari PJK sendiri sebenarnya bervariasi, namun “nyeri dada” adalah
gejala yang paling banyak dan paling kentara. Nyeri dada ini sering digambarkan
dengan rasa yang penuh atau tertindih di dada, yang dapat menjalar ke lengan kiri
dan rahang kiri. Nyeri dada tersebut terkadang juga disertai dengan gejala seperti
mual, keringat dingin, pusing, dan bahkan muntah. Beberapa gejala PJK yang
lainnya tidak bisa dikenali secara spesifik. Pada orang yang mengidap penyakit
kencing manis misalnya, seringkali serangan jantung ditandai dengan rasa sesak
napas yang biasa saja.
D. Faktor-faktor Risiko PJK
1. Faktor risiko yang dapat dicegah
a. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko PJK. Merokok dianggap
sebagai salah satu penyebab utama yang bisa memperbesar risiko
seseorang terkena PJK (meningkat sampai 6 kali lipat dibandingkan dengan
mereka yang tidak merokok). Selain itu, perokok mempunyai risiko 10 Tahun
lebih cepat mengalami penyakit jantung dibandingkan orang normal (bukan
perokok). Bukan hanya PJK, bahkan merokok juga dianggap menjadi

87
penyebab penyakit-penyakit lain seperti kanker paru-paru, kanker leher
Rahim, kanker usus, kanker kandung kemih dan penyakit paru kronis seperti
bronchitis.
Jika kita melihat fenomena meokok yang terjadi sekarang ini, perlulah kit
untuk semakin merasa khawatir. Di kafe-kafe, para perokok sudah bukan
hanya para lelaki saja namun juga perempuan. Kalau kita lihat di pinggir
jalan, kita bisa menyaksikan para perokok adalah anak usia sekolah. Kondiai
ini tentu sangat mengkhawatirkan mengingat bahwa semakin dini usia
seorang perokok, semakin besar pula peluang orang tersebut mengalami
penyakit jantung coroner dan berbagai penyakit lainnya. Sebagian besar
(68,8%) perokok mulai merokok sebelum umur 19 Tahun, saat masih anak-
anak atau remaja. Rata-rata umur perokok yang semula berusia 18,8 Tahun
pada Tahun 1995, menurun ke usia 18,4 Tahun pada Tahun 2001.
Perlu menjadi perhatianpula bahwa banyak dari kita yang menjadi
perokok pasif atau penghirup asap rokok orang lain. Lebih dari 43 juta anak
terpapar asap tembakau pasif atau asap tembakau lingkungan. Lebih dari
setengah (57%) rumah tangga mempunyai sedikitnya satu perokok dalam
rumah dan hampir semuanya (91,8%) merokok di dalam rumah. Seorang
perokok pasif juga mendapatkan risiko untuk menderita penyakit jantung
coroner. Meski risiko yang didapat tidak sebesar perokok aktif, namun
seorang perokok pasif mengalami peningkatan risiko sebesar perokok aktif,
namun seorang perokok pasif mengalami peningkatan risikoo sebesar 60%
untuk mengalami penyakit jantung coroner. Oleh karenanya, kita juga perlu
berhati-hati sekalipun terhadap asap rokok.
b. Hipertensi
Tekanan darah tinggi (hipertensi) terkadang tidak dirasakan gejalanya.
Meski demikian, terkadang penderitanya merasakan kaku di tengkuk atau
pusing di kepala. Terkadang penderita hipertensi juga merasakan bunyi
“nging” di telinga, terasa bingung, atau mimisan. Orang yang mempunyai
darah tinggi berisiko mengalami penyakit jantung, ginjal, dan bahkan stroke.
Hal ini dikarenakan tekanan darah tinggi membuat jantung bekerja dengan
berat sehingga lama kelamaan jantung juga akan kecapean dan sakit.
Bahkan jika ada sumbatan di pembuluih darah coroner jantung maupun
pembuluh darah yang lain, tekanan darah tinggi akan berakibat pada
pecahnya pembuluh darah.

88
c. Kelebihan Berat Badan
Kelebihan berat badan merupakan potensi untuk gangguan kesehatan.
Berdasarkan penelitian, orang dengan kelebihan berat badan berisiko
mengalami serangan jantung. Selain itu kelebihan berat badan berisiko untuk
terjadinya kadar kolesterol yang tinggi dan penyakit diabetes (kencing
manis). Orang dengan berat badan yang berlebihan juga berisiko mengalami
penyakit-penyakit sendi dari pegal linu biasa sampai debngan golongan
penyakit reumatik. Kelebihan berat badan juga mengakibatkan sensitivitas
insulin (zat pengontrol gula darah) menurun sehingga kadar gula darah yang
tidak terkendali sering terjadi pada orang yang terlalu gemuk. Gula darah
yang tinggi inilah yang disebut sebagai penyakit gula (diabetes). Penyakit
gula merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan komplikasi,
salah satunya menimbulkan komplikasi penyakit jantung.
d. Kurang Olahraga
Olahraga jelas membuat kebugaran kita meningkat, badan terasa enak,
dan bahkan tidur pun bisa menjadi nyenyak bila kita sering berolahraga.
Kebugaran itu juga akan mengakibatkan kita menjadi tidak mudah lelah
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Secara kasat mata, orang yang rajin
berolahraga biasanya postur tubuhnya yang tampak ideal dengan berat
badan yang tidak berlebihan. Konidisi tersebut merupakan akibat dari
pembakaran lemak-lemak yang berlebihan dalam tubuh ketika berolahraga.
Bila lemak-lemak banyak yang dibakar, maka pembuluh pembukluh darah-
darah kita akan terbebas dari lemak jahat sehingga keelastisitasannya
menjadi terjaga. Pembuluh darah yang sehat pada gilirannya juka akan
membuat jantung kita menjadi sehat.
e. Diabetes
Penyakit diabetes merupkan penyakit yang berpotensi menjadi kronis
dan menjadi penyakit jangka panjang. Penuyakit yang diderita jangka
panjang memiliki potensi untuk mengalami komplikasi atau penyakit lanjutan.
Komplikasi penyakit diabetes sangatlah banyak dan komplek. Diantaranya
menimbulkan komplikasi pada penyakit jantung, ginjal, pembuluh darah dan
saraf. Bahkan seringkali penderita diabetes meninggal karena komplikasi-
komplikasi tersebut.

89
2. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dicegah
a. Penuaan merupakan faktor risiko yang tidak bisa kita hindari. Semakin tua
seseorang, semakin ia berisiko terkena penyakit jantung.
b. Pada perempuan, menopause (berhentinya siklus menstruasi) merupakan
salah satu faktor risiko yang tidak bisa dihindari pada perempuan. Karena
perubhana hormone pada usia menopause menambah risiko penyakit
jantung coroner.
c. Riwayar kelurga. Berhati-hatilah bagi Anda yang dalam keluarganya
mempunyai riwayat serangan penyakit jantung, sebab hal ini juga menambah
risiko bagi Anda untuk terserang penyakit yang sama. Riwayat keluarga ini
tidak dapat diubah atau dihilangkan.
E. Cara Mengurangi Risiko Jantung Koroner
Meskipun tidak dapat melawan penuaan dan memengaruhi garis keturunan,
kita dapat melakukan beberapa hal berikut untuk mengurangi risiko penyakit jantung
coroner.
1. Mengurangi konsumsi daging berlemak jenuh tinggi.
2. Memperbanyak makan buah, sayuran, dan biji-bijian yang mengandung
antioksidantinggi (vitamin A,C dan E) sebab antioksidan dapat mencegah
lemak jenuh berubah menjadi kolesterol.
3. Menghindari stress sebab stress dapat menimbulkan ketidakseimbangan
fungsi tubuh, meningkatkan tekanan darah, serta membuat Anda
merokok dan makan berlebihan.
4. Tidak merokok dan minum kopi secara berlebihan.
5. Rajin berolahraga. Olahraga aerobic selama 30 menit setiap hari atau 3-
4 kali dalam seminggu dapat memperkuat jantung, membakar lemak,
dan menjaga keseimbangan HDL dan LDL.

90
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Tuberculosis (TBC)


Sub Pokok Bahasan : Pencegahan Tuberculosis (TBC)
Sasaran : Masyarakat
Waktu : Sabtu, 20 Maret 2021
Tempat : Kelurahan Walantaka

A. Tujuan Intruksioanl Umum


Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan selama 45 menit, peserta mampu
mengetahui tentang tuberculosis dan diharapkan peserta memahami cara
pencegahan penyakit tuberculosis.

B. Tujuan Intruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, peserta dapat:
1. Menjelaskan pengertian dari tuberculosis
2. Menjelaskan penyebab tuberculosis
3. Menyebutkan gejala tuberculosis
4. Menjelaskan cara penularan penyakit tuberculosis
5. Menjelaskan cara pengobatan penyakit tuberculosis
6. Menjelaskan cara pencegahan penyakit tuberculosis

C. Materi Penyuluhan
1. Pengertian tuberculosis
2. Penyebab dari tuberculosis
3. Gejala dari tuberculosis
4. Cara penularan penyakit tuberculosis
5. Pengobatan penyakit tuberculosis
6. Pencegahan penyakit tuberculosis

91
D. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
Waktu
NO Tahap
(Menit)
Penyuluh Peserta

1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan yang
1. Menjawab salam
Perkenalan dan telah disepakati pada saat
1 5’ 2. Merespon apa yang
Pembukaan pengkajian
dilakukan penyuluh
4. Menyebutkan materi
bahasan yang akan
disampaikan

1. Menjelaskan pengertian
dari tuberculosis
2. Menjelaskan penyebab
tuberculosis
3. Menyebutkan gejala
tuberculosis
4. Menjelaskan cara 1. Memperhatikan
penularan penyakit 2. Bertanya
tuberculosis 3. Merespon
2 Inti 30’
5. Menjelaskan cara 4. Bersama penyuluh
pengobatan penyakit menyimpulkan
tuberculosis jawaban
6. Menjelaskan cara
pencegahan penyakit
tuberculosis
7. Memberikan kesempatan
bertanya

1. Menyimpulkan materi 1. Bersama penyuluh


3 Penutup 5’ 2. Melakukan evaluasi menyimpulkan materi
3. Mengucapkan salam 2. Menjawab salam

E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya jawab

F. Media/Alat Bantu
Leaflet

G. Sumber
Kementrian Kesehatan RI. 2017. Yang Perlu Anda Ketahui Tentang Tuberkulosis
Kebal Obat (TB-RO). Jakarta.

92
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Dicari Para Pemimpin Untuk Dunia Bebas TBC.
Jakarta.

H. Evaluasi
1. Cara : Langsung
2. Jenis : Lisan
3. Waktu : 15 Menit
4. Soal :
a. Jelaskan pengertian dari tuberculosis?
b. Jelaskan penyebab tuberculosis?
c. Sebutkan gejala tuberculosis?
d. Jelaskan cara penularan penyakit tuberculosis?
e. Jelaskan cara pengobatan penyakit tuberculosis?
f. Jelaskan cara pencegahan penyakit tuberculosis?

Serang, 20 Maret 2021


Penyuluh

Kelompok

93
Lampiran Materi
A. Pengertian Tuberculosis
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tahan aerobic dan tahan asam inidapat
merupakan organisme patogen maupun saprofit (Silvia A Price, 2005).
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius,yang terutama menyerang
parenkim paru, dengan agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis (Smeltzer
& Bare, 2001).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Tuberculosis Paru
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis suatu
basil yang tahan asam yang menyerang parenkim paru atau bagian lain dari tubuh
manusia. Tb paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan
granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular melalui
udara, waktu seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk, bersin atau bicara.

B. Penyebab Tuberculosis
Penyebab dari penyakit tuebrculosis paru adalah terinfeksinya paru oleh
micobacterium tuberculosis yang merupakan kuman berbentuk batang dengan
ukuran sampai 4 mycron dan bersifat anaerob. Sifat ini yang menunjukkan kuman
lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya, sehingga paru-paru
merupakan tempat prediksi penyakit tuberculosis. Kuman ini juga terdiri dari asal
lemak (lipid) yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan
terhadap gangguan kimia dan fisik. Penyebaran mycobacterium tuberculosis yaitu
melalui dropletnukles, kemudian dihirup oleh manusia dan menginfeksi.

C. Gejala Tuberculosis
Tanda dan gejala yang sering terjadi pada Tuberkulosis adalah batuk yang
tidak spesifik tetapi progresif. Penyakit Tuberkulosis paru biasanya tidak tampak
adanya tanda dan gejala yang khas.Biasanya keluhan yang muncul adalah :
1. Demam terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.
2. Batuk, terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang atau
mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulent
(menghasilkan sputum).
3. Sesak nafas, terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru.

94
4. Nyeri dada. Nyeri dada ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
D. Cara Penularan Penyakit Tuberculosis
1. Penularan TB terjadi melalui udara dari percikan dahak pasien TB yang batuk
tanpa menutup mulut.
2. Jika udara yang mengandung kuman TB tadi terhirup maka terdapat
kemungkinan kita terkena infeksi TB namun tidak selalu berarti kita akan sakit
TB, bisa jadi kuman TB tersebut ‘tidur’ (dormant) dalam badan kita. Kuman
‘tidur’ tidak membuat kita sakit TB dan kita juga tidak dapat menularkan ke
orang lain.
3. Jika daya tahan tubuh menurun kuman TB yang ‘tidur’ ini menjadi aktif dan
memperbanyak diri, maka kita menjadi sakit TB.
4. TB tidak menular melalui perlengkapan pribadi si pasien yang sudah
dibersihkan seperti peralatan makan, pakaian atau tempat tidur yang digunakan
oleh pasien TB.

E. Pengobatan Penyakit Tuberculosis


TBC dapat ditangani dengan melakukan pengobatan selama 6 bulan. Apabila
pasien tidak menjalani pengobatan secara teratur dan tidak mengonsumsi obat
setiap harinya, maka akan bertambah lama hingga 9 bulan sampai 1 Tahun
menjalani pengobatan.

F. Pencegahan Penyakit Tuberculosis


Cara pencegahan penyakit tuberculosis yaitu:
1. Menutup mulut dan hidung dengan tisu atau sapu tangan ketika batuk dan
bersin, kemudian buanglah tisu ditempat sampah tertutup
2. Jangan membuang ludah dan dahak di sembarang tempat
3. Gunakan air dan sabun untuk mencuci tangan, kemudian keringkan
4. Ketika kontak dengan orang lain, gunakan masker

95
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Corona Virus Disease (Covid 19)


Sub Pokok Bahasan : Pencegahan Covid 19
Sasaran : Masyarakat
Waktu : Sabtu, 20 Maret 2021
Tempat : Kelurahan Walantaka

A. Tujuan Penyuluhan Umum


Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan selama 30 menit, peserta diharapkan
mampu memahami tentang bahaya covid-19 dan pencegahan tertularnya covid-19.

B. Tujuan Penyuluhan Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, pesereta dapat: :
1. Menjelaskan tentang pengertian covid-19
2. Menjelaskan tentang factor yang menyebabkan penularan covid-19
3. Menjelaskan tentang gejala tertularnya covid-19
4. Menjelaskan tentang cara pencegahan covid-19

C. Materi Penyuluhan
1. Pengertian covid-19
2. Factor penularan covid-19
3. Gejala tertular covid-19.
4. Langkah langkah pencegahan covid-19

D. Langkah Penyuluhan
Waktu Kegiatan
NO Tahap
(Menit) Penyuluh Peserta
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
yang telah disepakati 1. Menjawab salam
Perkenalan dan
1 5’ pada saat pengkajian 2. Merespon apa yang
Pembukaan
4. Menyebutkan materi dilakukan penyuluh
bahasan yang akan
disampaikan

2 Inti 20’ 1. Menjelaskan tentang 1. Memperhatikan


pengertian covid-19 2. Bertanya
2. Menjelaskan tentang 3. Merespon
factor yang

96
menyebabkan penularan
covid-19
3. Menjelaskan tentang
gejala awal covid-19 4. Bersama penyuluh
4. Menjelaskan tentang menyimpulkan
cara pencegahan covid- jawaban
19
5. Memberikan kesempatan
bertanya

1. Menyimpulkan materi 1. Bersama penyuluh


2. Melakukan evaluasi
3 Penutup 5’ menyimpulkan materi
2. Menjawab salam
3. Mengucapkan salam

E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. Media/Alat Bantu/Sumber
Leaflet

G. Sumber
Pramita Nugraha, Dimas dkk. 2020. BUKU MODUL pencegahan COVID-19. Riau :
Fakultas Kedokteran Universitas Riau
H. Evaluasi
1. Cara : Langsung
2. Jenis : Lisan
3. Waktu : 15 Menit
4. Soal :
a. Jelaskan pengertian covid-19?
b. Jelaskan factor penyebab tertular covid-19?
c. Jelaskan gejala awal covid-19?
d. Jeaskan cara pencegahan covid-19?

Serang, 20 Maret 2021


Penyuluh

Kelompok

97
Lampiran Materi :
A. Pengertian Covid-19
Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh corona virus yang baru
ditemukan jenisnya. Virus tersebut adalah jenis virus yang pertamakali terjadi di Wuhan,
Tiongkok, bulan Desember 2019. Pada banyak kasus covid-19 dapat menyebabkan kan
infeksi pernafasan ringan, seperti flu, tetapi dapat juga menyebabkan infeksi pernafasan
berat, seperti infeksi paru-paru.

B. Faktor Penyebab Penularan Covid 19


1. Tidak sengaja menghrup percikan ludah (droplet) yang keuar saat penderita
Covid-19 batuk atau bersin
2. Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dahulu setelah
menyentuh benda yang mungkin terkena percikan ludah penderita covid-19
3. Kontak langsung dengan penderita covid-19

C. Gejala Awaal Covid 19


1. Demam tinggi.
2. Hidung tersumbat.
3. Ganguan pernafasan atau sesak nafas.
4. Sakit tenggorokan.

D. Cara Pencegahan Covid 19


1. Sering mencuci tangan pakai sabun di air mengalir atau dengan menggunakan
hand sanitizer setelah melakukan aktivitas.
2. Menggunakan masker ketika keluar rumah.
3. Menjaga jarak dengan orang lain minimal 1 meter.
4. Hindari tempat yang ramai atau kerumunan.
5. Hindari kontak langsung seperti bersalaman.
6. Batasi penggunaan transportasi umum.
7. Konsumsi gizi seimbang, rajin olahraga, dan istirahat yang cukup.

98
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)


Sub Pokok Bahasan : Konsep Pembuangan Sampah
Tempat : Kelurahan Walantaka
Sasaran : Warga Kecamatan Walantaka
Waktu : 30 Menit
Hari, Tanggal : Sabtu, 20 Maret 2021

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 30 menit, sasaran diharapkan
memahami tentang konsep pembuangan sampah.

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan masyarakat mampu:
a. Menjelaskan pengertian pembuangan sampah.
b. Mengetahui jenis sampah dan sumber sampah.
c. Menyebutkan pembagian sampah.
d. Menyebutkan dampak sampah terhadap Manusia dan lingkungan.
e. Menyebutkan dampak negatif dan positif dari pembuangan sampah.
f. Mengetahui hal – hal yang perlu di perhatikan dalam pembuangan sampah.
g. Menyebutkan beberapa cara pembuangan sampah secara benar dan tidak
benar.

C. Materi
1. Pengertian Pembuangan Sampah.
2. Jenis Sampah.
3. Sumber Sampah.
4. Pembagian Sampah.
5. Dampak Sampah Terhadap Manusia dan Lingkungan.
6. Dampak Negatif dan Positif dari Pembuangan Sampah.
7. Hal-hal yang Perlu di Perhatikan dalam Pembuangan Sampah.

D. Metode

99
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. Media
Leaflet

F. Kegiatan

Waktu Kegiatan
No Tahap
(Menit) Penyuluh Peserta
1. Memberikan salam
2. Memperkenalkan diri 1. Menjawab salam
1. Pembukaan 5 3. Menjelaskan 2. Memperhatikan
maksud dan tujuan 3. Menjawab
penyuluhan
1. Memberikan
materi:
 Pengertian
Pembuangan
Sampah.
 Jenis Sampah.
 Sumber Sampah.
 Pembagian
Sampah.
 Dampak Sampah
Terhadap Manusia
dan Lingkungan.
 Dampak Negatif 1. Memperhatikan
dan Positif dari 2. Bertanya
2. Inti 20
Pembuangan 3. Menyimak
Sampah. 4. Menjawab
 Hal-hal yang Perlu
di Perhatikan
dalam
Pembuangan
Sampah.
2. Memberi
kesempatan
bertanya
3. Menjawab
pertanyaan
4. Evaluasi dengan
cara objektif test

1. Menyimpulkan
1. Mendengarkan
materi
3. Penutup 5 2. Menyimak
2. Menutup kegiatan
3. Menjawab salam
3. Memberikan salam

100
G. Sumber
Hartono, Rudi. 2008. Penanganan dan Pengolahan Sampah. Jakarta: Penebar
Swadaya Group.
Wahyono, Sri. 2001. Pengelolaan Sampah Organik dan Aspek Sanitasi. Jurnal
Teknologi Lingkungan Vol.2 No.2: 113-118.

H. Evaluasi
1. Jenis : Objektif test
2. Bentuk : Test lisan
3. Waktu : Setelah selesai penyuluhan
4. Soal :
a. Jelaskan pengertian pembuangan sampah?
b. Sebutkan jenis sampah?
c. Sebutkan dampak sampah bagi manusia ?
Serang, 20 Maret 2021
Penyuluh

Kelompok

101
Lampiran Materi
A. Pengertian Pembuangan Sampah ( Refuse disposal )
Pembuangan sampah adalah semua zat/ benda yang sudah tidak terpakai lagi baik
berasal dari rumah-rumah maupun siasa-sisa proses industri, sedangkan sampah
adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber aktivitas manusia
maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.

B. Jenis Sampah
Berdasarkan asalnya, sampah padat dapat digolongkan sebagai Sampah Organik
dan Sampah Anorganik.
1. Sampah Organik
Merupakan jenis sampah yang terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan
hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan
atau yang lainnya. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami.
2. Sampah Anorganik
Merupakan jenis sampah yang berasal dari sumber daya alam tak terbarui
seperti mineral dan minyak bumi atau dihasilkan dari proses industri. Beberapa
bahan seperti ini tidak terdapat di alam, yaitu plastik dan aluminium. Sebagian
zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang
sebagian yang lain hanya diuraikan secara lambat. Sampah jenis ini pada tingkat
rumah tangga berupa botol, botol plastik, tas plastik, kaleng dan lain-lain.
Kertas, koran dan karton merupakan perkecualian. Berdasarkan asalnya, kertas,
koran dan karton termasuk sampah organik. Tetapi karena kertas, koran dan
karton dapat di daur ulang seperti sampah anorganik lain (misalnya gelas, kaleng
dan plastik) sehingga dapat digolongkan sampah anorganik.

C. Sumber Sampah
1. Sampah Pemukiman, Perdagangan dan Perkantoran yang disebabkan oleh :
a. Penduduk yang tinggal di sepanjang sungai dan pemukiman padat langsung
membuang sampah ke sungai dan saluran pembuangan.
b. Limpasan air hujan yang membawa sampah dari pasar-pasar maupun pusat-
pusat kegiatan dan pemukiman.
c. Sampah perkantoran terdiri dari kertas, alat tulis menulis, toner foto caopy,
baterai dll.
2. Sampah Pertanian dan Perkebunan

102
Sampah dari kegiatan pertanian tergolong bahan organik, seperto jerami dan
sejenisnya. Sebagian besar sampah yang dihasilkan selama musim panen
dibakar atau dimanfaatkan untuk pupuk
3. Sampah Bangunan dan Gedung
Sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan dan pemugaran gedung dapat
berupa organik maupun anorganik. Sampah organik : kayu, bambu, triplek dll.
Sampah Anorganik : semen, ubin, besi, baja, kaleng, kaca dll.
4. Sampah Khusus
Sampah khusus merupakan sampah yang memerlukan penanganan khusus
untuk menghindari bahaya yang akan ditimbulkannya. Sampah jenis ini meliputi :
5. Sampah Rumah Sakit
Merupakan sampah biomedis, seperti sampah dari pembedahan, peralatan
operasi, botol infus dan sejenisnya serta obat-obatan. Semua sampah ini
terkontaminasi oleh bakteri, virus dan pembawa penyakit lainnya yang sangat
berbahaya bagi manusia dan lingkungan sekitarnya.

D. Pembagian Sampah
Sampah ini dibagi dalam :
1. Garbage : adalah sisa pengolahan ataupun sias makanan yang sudah
membusuk.
2. Rubbish : adalah bahan-bahan sisa pengolahan yang tidak membusuk. Rubbish
ini ada yang mudah terbakar misalnya : kayu, kertas. Ada yang tidak terbakar
misalnya kaleng, kawat dan sebagainya.

E. Dampak sampah terhadap Manusia dan lingkungan


1. Terhadap Kesehatan
Pengelolaan sampah yang tidak memadai (pembuangan sampah sembarangan
dan tidak terkontrol) dapat menimbulkan berbagai penyakit sebagai berikut :
a. Diare, kolera, tipus dan demam berdarah dapat menyebar dengan cepat
karena sampah memasuki air minum.
b. Cacing pita yang dapat menyebar melalui rantai makanan, dimana cacing
dikonsumsi sebelumnya oleh ternak melalui makanannya yang berupa sisa
makanan / sampah.
c. Minamata (di Jepang) disebabkan karena masyarakat mengkonsumsi ikan
yang terkontaminasi sampah beracun (limbah baterai dan akumulator yang
dibuang di perairan umum)

103
2. Terhadap Lingkungan
Cairan yang dilepaskan sampah ke saluran drainase dan air tanah sehingga
mencemari sumber air tersebut. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air
akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik seperti metana (dapat
menimbulkan bau dan gasnya dapat menimbulkan ledakan bila konsentrasinya
cukup besar).

F. Dampak negatif dan positif dari pembuangan sampah


1. Dampak negatif antara lain :
a. Musibah fatal contohnya burung bangkai yang terkubur di bawah timbunan
sampah akan menimbulkan bau busuk dan merusak tanah.
b. Kerusakan infrastruktur contohnya kerusakan ke akses jalan oleh kendaraan
berat yang mengangkut sampah ke TPA menimbulkan kerusakan pada jalan
yang di laluinya.
c. Pencemaran lingkungan setempat seperti pencemaran air tanah oleh
kebocoran dan pencemaran tanah sisa selama pemakaian TPA, begitupun
setelah penutupan TPA
d. Pelepasan gas metana yang disebabkan oleh pembusukan sampah organik,
metana adalah gas rumah kaca yang berkali-kali lebih potensial daripada
karbon dioksida, dan dapat membahayakan penduduk suatu tempat.
e. gangguan sederhana contohnya debu, bau busuk, dan kutupolusi suara.    
2. Dampak positif antara lain :
Menjadi lahan Perekonomian yang sangat produktif bagi masyarakat sekitar.
Banyaknya tumpukan sampah anorganik di TPA,telah menimbulkan inisiatif baru
dalam sektor ekonomi bagi masyarakat di sekitar TPA,mereka menganggap
tumpukan sampah tersebut adalah lahan perekonomian yang sangat
produktif,dengan cara mengumpulkan sampah-sampah anorganik,seperti
plastik,atau barang-barang bekas yang tidak mudah mudah hancur,plastik dan
barang bekas tersebut telah mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-
hari,bahkan menurut tanggapan masyarakat yang ada di sekitar
sana,penghasilan yang mereka dapatkan dari TPA dengan cara mengumpulkan
plastik dan barang bekas lebih dari cukup. Bahkan ada masyarakat sekitar yang
mau meninggalkan usaha dagangan nya,karna mereka beranggapan TPA lebih
mampu memenuhi kebutuhan perekonomian mereka sehari-hari.

104
G. Hal – hal yang perlu di perhatikan dalam pembuangan sampah
Agar sampah ini tidak membahayakan kesehatan manusia, maka perlu pengaturan
pembuanagnnya.
Dari sampah ini harus diperhatikan :               
1. Penyimpanannya (Storage)
2. Pengumpulan (Collection
3. Pembuanagan (Disposal)

Penyimpanan Sampah
Untuk tempat sampah di tiap-tiap rumah isinya cukup 1 meter kubik. Tempat sampah
janganlah ditempatkan di dalam rumah atau di pojok dapur, karena merupakan
gudang makanana bagi tikus-tikus sehingga rumah banyak tikus.
Tempat sampah sebaiknya :               
1. Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan tidak mudah rusak.
2. Harus ditutup rapat sehingga tidak menarik serangga atau binatang-binatang
lainnya seperti : tikus, ayam, kucing dan sebagainya.
3. Ditempatkan di luar rumah. Biloa pengumpulannya tidak dilakukan oleh
pemerintah, tempatkanlah tempat sampah sedemikian rupa sehingga karyawan
pengumpul sampah mudah mencapainya.

Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah dapat dilakukan :
1. Perorangan                    
Tiap-tiap keluarga mengumpulkan sampah dari rumahnya masing-masing untuk
dibuang pada tempat tertentu
2. Pemerintah
Pengumpulan sampah di kota-kota dilakukan pemerintah dengan menggunakan
truk sampah atau gerobak sampah
3. Swasta
Swasta hanya mengambil sampah-sampah tertentu sebagai bahan baku pada
perusahaannya misalnya untuk pembuatan kertas, karton dan palstik.

Pembuangan Sampah
Pembuangan sampah dapat dilakukan dengan cara :
1. Land fill                                                         
Sampah dibuang pada tanah yang rendah. Pembuangan samapah secara ini hanya
baik untuk sampah-sampah jenis rubbish, sedangkan bila jenis garbage atau

105
tercampur dengan garbage, tempat pembuangan sampah ini akan menjadi tempat
perkembangbiakan serangga, tikus, juga menimbulkan bau-bauan yang tidak sedap.
2. Sanitary land fill
Sampah dibuang pada tanah yang rendah, kemudian ditutup lagi dengan tanah
paling sedikit 60 cm, untuk mencegah pengorekan oleh anjing, tikus dan binatang-
binatang lainnya. Cara ini memenuhi syarat kesehatan.
3. Individual incineration
Sampah dari rumah dikumpulkan sendiri, kemudaian dibakar sendiri. Pembakaran
sampah ini harus dilakukan dengan baik sebab bila tidak asapnya mengotori udara
dan bila tidak terbakar sempurna sisanya tercecer kemana-mana.
4. Incineration dengan incinerator khusus
Cara ini dikerjakan oleh pemerintah. Sampah-sampah yang telah dikumpulkan dari
truk / gerobak sampah dibakar dam incinerator khusus (alat pembakar sampah).
Incinerator ini mempunyai bagian-bagian :
a. Tempat pengumpulan sampah
b. Ruang pengeringan
c. Ruang pembakaran atau Cerobong asap
Cara pembuangan sampah ini baik sekli tapi biayanya mahal.
5. Pulverisation
Semua sampah baik garbage maupun rubbish digiling (dihaluskan) dengan alat
khusus, kemudian dibuang ke laut. Dalam bentuk yang sudah digiling ini, sampah
menjadi tidak disukai lagi baik oleh serangga maupun tikus-tikus.
6. Composting (dibuat pupuk)
Dari sampah yang terbuang masih dapat dibuat pupuk sebagai penyubur tanah
pertanian. Cara ini telah banyak dikerjakan di negara-negara maju misalnya di
Amerika Serikat. Pada prinsipnya :
a. Mula-mula sampah-sampah dari gelas, logam dan bahan-bahan lainnya yang tak
dapat dijadikan kompos dipisahkan terlebih dahulu.
b. Setelah dipisah-pisahkan, sampah yang akan dijadikan kompos digiling menjadi
halus agar proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pembusuk
berlangsung dengan baik.
c. Kemudian sampah diletakkan pada suatu tempat dimana proses pembusukan
akan terjadi. Tempat ini dilengakapi dengan alat pengatur suhu, pengatur
kelembaban dan pengaliran udara agar proses pembusukan terjadi secra
optimum.

106
d. Kadang-kadang ditambahkan starin mikro-organisme yang dapat mempercepat
proses pembusukannya, tapi sering kali hal ini tidak perlu, karena pada sampah
sendiri telah cukup mengandung mikrooranisema tersebut.
e. Bila sampah yang sedang dibusukkan ini ditambahkan Lumpur dari air limbah
akan dihasiklkan kompos yang baik sekali. Lama proses pembusukannya
bervariasi antara 2 hari samapi 6 minngu. Untuk dijual ke pasaran, kompos ini
dikeringkan, digiling kemabali dan dibungkus.
7. Hogfeeding (sebagai makanan ternak)
Yang dapat dipergunakan yaitu jenis garbage misalnya sisa sayuran , ampas
pembuatan tapioca,ampas pembuatan tahu dan sabagainya. Diberikan kepada
ternak sebagai makanannya.
8. Recycling
Dengan cara ini dimaksudkan untuk mengurangi jumlah sampah, maka bagian-
bagian sampah yang masih dapat dipakai/ digunakan, diambil lagi misalnya kertas-
kertas, gelas-gelas, logam-logam dan sebagainya. Dari benda-benda ini dapat
dihasilkan benda-benda baru yang berguna misalnya karton, plastik alat-alat dari
gelas dan sebagainya.
Sangat berbahaya untuk kesehtan bila kertas-kertas dari tempat sampah yang
dikumpulkan kaum tuna-wisma, dipergunakan sebagi kantong pembungkus
makanan. Karena itu sebaiknya sampah-sampah dari kertas segera dibakar setelah
dibuang.

107
SATUAN ACARA PENYULUHAN

POKOK BAHASAN : Senam


SASARAN : Warga Desa
HARI/TANGGAL : Maret 2021
WAKTU : 07:00 WIB
TEMPAT : Balai Desa
PENYULUH : Mahasiswa Poltekkes Banten

A. Tujuan Penyuluhan Umum


Setelah selesai mengikuti penyuluhan kesehatan selama 30 menit diharapkan
mampu menerapkan senam.

B. Tujuan Penyuluhan Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, peserta dapat :
1. Menyebutkan pengertian senam dengan benar
2. Menyebutkan Tujuan senam dengan benar
3. Menyebutkan manfaat senam dengan benar
4. Menyebutkan jenis-jenis senam dengan benar
5. Menyebutkan prinsip senam dengan benar
6. Menyebutkan hal-hal yang harus diperhatikan saat senam dengan
benar
7. Menyebutkan langkah-langkah senam dengan benar

C. Materi Penyuluhan
1. Pengertian senam
2. Tujuan senam
3. Manfaat senam
4. Jenis-jenis senam
5. Prinsip senam
6. Hal-hal yang harus diperhatikan saat senam
7. Langkah-langkah senam dengan benar

D. Langkah Penyuluhan

108
Waktu Kegiatan
No Tahapan
(menit) Penyuluh peserta
1. Perkenalan 5 menit 1. Memberikan Salam. 1. Peserta
dan 2. Perkenalkan diri. menjawab salam.
Pembukaa 3. Menjelaskan tujuan umum 2. Peserta
n dan tujuan khusus mendengarkan
penyuluhan. dan
4. Menyebutkan materi atau memperhatikan.
pokok bahasan yang akan
disampaikan.
2. Inti 20 menit Menjelaskan materi
penyuluhan secara berurutan
dan benar.
Simulasi :
1. Menyebutkan 1. Peserta
pengertian senam menyimak dan
dengan benar memperhatikan.
2. Menyebutkan 2. Peserta
Tujuan senam melakukan sikap
dengan benar tubuh yang baik
3. Menyebutkan
manfaat senam
dengan benar
4. Menyebutkan jenis-
jenis senam dengan
benar
5. Menyebutkan
prinsip senam
dengan benar
6. Menyebutkan hal-
hal yang harus
diperhatikan saat
senam dengan
benar
7. Menyebutkan
langkah-langkah
senam dengan
benar
3. Penutup 5 menit Menyimpulkan dan
melakukan evaluasi secara 1. Peserta
lisan pada beberapa bertanya
peserta : 2. Peserta
1. Menanyakan pada menjawab
peserta terkait materi pertanyaan
yang telah diberikan.

E. Metode Penyuluhan

109
1. Simulasi / Dipraktekkan

F. Media/Alat Bantu/Sumber
1. Speaker

G. Evaluasi
A. Jenis Evaluasi : Objektif Test
B. Bentuk : Tes Lisan dan Praktik
C. Waktu : Setelah selesai penyuluhan
D. Soal :
1. Sebutkan pengertian senam dengan benar ?
2. Sebutkan tujuan senam dengan benar ?
3. Sebutkan manfaat senam dengan benar ?
4. Sebutkan jenis-jenis senam dengan benar ?
5. Sebutkan prinsip senam dengan benar ?
6. Sebutkan hal-hal yang harus diperhatikan saat senam dengan
benar ?
7. Sebutkan langkah-langkah senam dengan benar ?

110
Lampiran Materi

SENAM

1. Pengertian
Senam merupakan salah satu latihan fisik yang berguna untuk membakar
kalori dan melatih otot jantung. Meski namanya senam lansia, olahraga ini dapat
diikuti oleh siapapun. Umumnya, dalam senam ini gerakan dan kecepatannya
lebih lambat dibandingkan dengan senam aerobik pada umumnya.

Senam adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan


yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh agar
tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung
bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas didalam tubuh.

Senam disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi


organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh
manusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi
kecepatan denyut jantung waktu istirahat yaitu kecepatan denyut jantung nadi
sewaktu istirahat. Jadi supaya lebih bugar, kecepatan denyut jantung sewaktu
istirahat harus menurun. Dengan mengikuti senam lansia efek minimalnya adalah
lansia merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak,
pikiran tetap segar.

2. Tujuan
Untuk menjaga tubuh dalam keadaan sehat dan aktif untuk membina dan
meningkatkan kesehatan serta kebugaran, kesegaran jasmani dan rohani.

Tujuan lain adalah :

a. Memperbaiki pasokan oksigen dan proses metabolism


b. Membangun kekuatan dan daya tahan
c. Menurunkan lemak
d. Meningkatkan kondisi otot dan sendi

3. Manfaat
Senam bermanfaat antara lain untuk meningkatkan jantung agar dapat memompa
oksigen melalui darah ke seluruh tubuh dengan lebih maksimal. Setidaknya dilakukan
selama 30 menit sehari. Anda telah melakukan salah satu latihan yang dapat menunjang
kondisi kesehatan anda. Ditambah lagi melakukannya secara rutin 5 kali dalam seminggu
akan mampu meningkatkan energi para lansia.

Selain itu, senam juga dapat mengurangi resiko berbagai jenis penyakit yaitu
mengurangi resiko tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan diabetes serta yang paling

96
penting dapat meningkatkan suasana hati lansia. Olahraga memang diketahui dapat
membantu melepaskan hormon bahagia, salah satunya adalah hormone dopamine.
American Council on Exercise juga menunjukkan bahwa senam lansia dapat membantu
meningkatkan daya ingat pada orang tua.

Manfaat melakukan senam secara teratur dan benar dalam jangka waktu yang
cukup adalah sebagai berikut :

a. Mempertahankan atau meningkatkan taraf kesegaran jasmani yang baik


b. Mengadakan koreksi terhadap kesalahan sikap dan gerak
c. Membentuk sikap dan gerak
d. Memperlambat proses degenerasi karena perubahan usia
e. Membentuk kondisi fisik (kekuatan otot, kelenturan, keseimbangan, ketahanan,
keluwesan, dan kecepatan)
f. Membentuk berbagai sikap kejiwaan (membentuk keberanian, kepercayaan diri,
kesiapan diri, dan kesanggupan bekerja sama)
g. Memberikan rangsangan bagi saraf-saraf yang lemah, khususnya bagi lansia
h. Memupuk rasa tanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri dan masyarakat

4. Jenis-jenis
a. Senam kebugaran
b. Senam otak
c. Senam osteoporosis
d. Senam hipertensi
e. Senam diabetes mellitus
f. Olahraga reaktif/jalan santai.

5. Prinsip
Prinsip senam sebagai berikut :

a. Gerakannya bersifat dinamis (berubah-ubah)


b. Bersifat progresif (bertahap meningkat)
c. Adanya pemanasan dan pendinginan pada setiap latihan
d. Lama latihan berlangsung 15-60 menit
e. Frekuensi latihan perminggu minimal 3 kali dan optimal 5 kali

6. Hal-hal yang harus diperhatikan


Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan latihan fisik :
a. Komponen-komponen kesegaran jasmani yang dilatih meliputi ketahanan
kardiopulmonal, kelenturan, kekuatan otot, komposisi tubuh, keseimbangan, dan
kelincahan gerak

97
b. Selalu memerhatikan keselamatan/menghindari cedera
c. Latihan dilakukan secara teratur dan tidak terlalu berat sesuai dengan kemampuan
d. Latihan dalam bentuk permainan ringan sangat dianjurkan
e. Latihan dilakukan dengan dosis berjenjang atau dosis dinaikkan sedikit demi sedikit
f. Hindari kompetisi dalam bentuk apapun

Bagi mereka yang berusia lebih dari 6 tahun, perlu melaksanakan olahraga
secara rutin untuk mempertahakan kesehatan di hari tua. Salah satu komponen
kebugaran jasmani yang dapat dilatih adalah kelenturan (flexibility) yang merupakan
kemampuan untuk menggerakkan otot dan sendi pada seluruh daerah pergerakkannya.
Kurang gerak dapat menimbulkan kelesuan dan menurunkan kualitas fisik yang
berdampakseseorang akan lebih sering/mudah terserang penyakit. Untuk itu latihan fisik
secara teratur perlu dilaksanakan.

Ketika senam, pastikan harus ada dalam kondisi yang nyaman dan kesehatannya
dalam keadaan baik-baik saja. Selalu cek denyut jantung sebelum memulai berolahraga.
Umumnya, denyut jantung lansia berkisar antara 60-100 kali per menit.

7. Langkah-langkah senam
a. Latihan kepala dan leher
1) Putar kepala ke samping kiri, kemudian ke kanan, sambil melihat ke bahu
2) Miringkan kepala ke bahu sebelah kanan, lalu ke kiri
b.

Latihan bahu dan lengan


1) Angkat kedua bahu ke atas mendekati telinga, kemudian turunkan kembali
perlahan-lahan

2) Tepukkan kedua telapak tangan dan renggangkan lengan ke depan setinggi


bahu. Pertahankan bahu tetap lurus dan kedua tangan bertepuk kemudian
angkat lengan ke atas kepala

98
3) Dengan satu tangan menyentuh bagian belakang dari leher, raihlah punggung
anda sejauh mungkin yang dapat dicapai

4) Letakkan tangan di pinggang, kemudian coba meraih ke atas sedapatnya.


c.

Latihan tangan
1) Letakkan telapak tangan tertelungkup di atas meja. Lebarkan jari-jari dan tekan
ke meja.

2) Balikkan telapak tangan. Tarik ibu jari sampai menyentuh jari kelingking,
kemudian tarik kembali. Lanjutkan dengan menyentuh tiap-tiap jari.
3) Kepalkan tangan sekuatnya kemudian regangkan jari-jari selurus mungkin
d.

Latihan punggung
1) Dengan tangan di samping, bengkokkan badan ke satu sisi kemudian ke sisi

yang lain
2) Letakkan tangan di pinggang dan tahan kedua kaki, putar tubuh dengan melihat

99
bahu ke kiri lalu ke kanan
3) Posisi tidur terlentang dengan lutut dilipat dan telapak kaki datar pada tempat
tidur. Regangkan kedua lengan ke samping. Tahan bahu pada tempatnya dan
jauhkan kedua lutut ke samping kiri dan kanan
4) Tepukkan kedua tangan ke belakang kemudian regangkan ke dua bahu ke
belakang
e. Latihan paha
1) Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri tegak atau dengan posisi tidur. Lipat

satu lutut sampai dada, lalu kembali lagi. Bergantian dengan yang lain
2) Regangkan kaki ke samping sejauh mungkin, kembali lagi. Kerjakan satu per
satu

3) Duduklah dengan kaki lurus ke depan. Tekankan kedua lutut pada tempat tidur
sampai bagian belakang lutut menyentuh tempat tidur

4) Tahan kaki lurus tanpa membengkokkan lutut, tarik telapak kaki kea rah kita

kemudian regangkan lagi


5) Tekuk dan regangkan jari-jari kaki tanpa menggerakkan lutut

100
6) Tahan lutut tetap lurus, putar telapak kaki ke dalam sehingga permukaannya
saling bertemu, kemudian kembali lagi

7) Berdiri dengan tegak dan berpegangan pada satu tumpuan, angkat tumit tinggi-
tinggi kemudian putarkan tumit
f. Latihan pernafasan
Duduklah di kursi dengan punggung bersandar dan bahu relaks. Tarik nafas dalam-
dalam, lalu keluarkan perlahan-lahan
g. Latihan muka
1) Kerutkan muka kuat-kuat kemudian tariklah alis ke atas

2) Tutup mata kuat-kuat kemudian buka lebar-lebar


3) Kembangkan pipi keluar sedapatnya kemudian hidap ke dalam
4) Tarik bibir ke belakang sedapatnya kemudian ciutkan dan bersiul.

Tangerang, Maret 2021

101
Petugas/penyuluh

Mahasiswa PKL

102
103
104
105
106
107
108
FOTO-FOTO KEGIATAN

PEMBUKAAN PKL TERPADU

PENGUMPULAN DATA WARGA

PENGOLAHAN DATA WARGA

109
PRA MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA (MMD)

MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA (MMD)

Intervensi

KEGIATAN INTERVENSI

110
IPE-C

111

Anda mungkin juga menyukai