Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

X PRAKTIK
MANDIRI BIDAN / PUSKESMAS……..KOTA PONTIANAK /
KABUPATEN

HALAMAN JUDUL

PROPOSAL LAPORAN KASUS

Diajukan untuk memenuhi salah satu


syarat memperoleh sebutan Ahli Madya Kebidanan

Oleh:

MAY LINDA
NIM. 191081024

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
PROGRAM DIPLOMA TIGA
TAHUN 2021
PROPOSAL LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. X DI PRAKTEK


MANDIRI BIDAN / PUSKESMAS……… KOTA PONTIANAK /
KABUPATEN……..

Diusulkan Oleh:

MAY LINDA
NIM. 191081024

Telah disetujui di Pontianak


Pada Tanggal,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Nurmala Sari Asmaurika Pramuwidya, SST., M.Kes


NIDN.

Ketua Prodi Kebidanan Program Diploma Tiga

Tessa Siswina, S.Si.T., M.Keb


NIP:198308302010012011

ii
HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. X DI PRAKTEK


MANDIRI BIDAN / PUSKESMAS………… KOTA PONTIANAK /
KABUPATEN……..

Telah dipersiapkan dan disusun oleh:

MAY LINDA
NIM. 191081024

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji


Pada Tanggal,

Susunan Tim Penguji

1. Ketua : ......................

2. Anggota : ......................

3. Anggota : ......................

Mengetahui, Pontianak,
Ketua Jurusan Kebidanan Ketua Program Diploma Tiga

Dini Fitri Damayanti, S.Si.T., M.Kes Tessa Siswina, S.Si.T., M.Keb


NIP.198008132001122002 NIP.198308302010012011

iii
BIODATA PENULIS

Nama : May Linda


Tempat, Tanggal Lahir : Bengkayang, 01 Mei 2000
Agama : Katolik
Alamat : Jl. Pacung, RT/RW 006/003
No. Telepon : 081251256988
Alamat email : maylinda01052k@gmail.com

Nama Orang Tua


1. Ayah : Aloysius Ali Sugianto
2. Ibu : Paula

Nama Saudara
1. Maria
2. Cukfa
3. Suliana Ria
4. Ita Destia
5. Yosep
6. Yohanes Guntur

Jenjang Pendidikan
1. TK : TK Amkur Bengkayang (2006-2007)
2. SD : SD Amkur Bengkayang (2007-2013)

iv
3. SMP : SMP Santa Tarsisia Bengkayang (2013-2016)
4. SMA : SMA Negri 01 Bengkayang (2016-2019)

v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal laporan kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan
Komprehensif Pada Ny. X di Praktek Mandiri Bidan / Puskesmas….Kota
Pontianak / Kabupaten…..”. Proposal laporan kasus disusun sebagai salah satu
syarat menyelesaikan pendidikan Program Studi Kebidanan Program Diploma III
di Jurusan Kebidanan Poltekkes Pontianak.
Dalam penyusunan proposal laporan kasus ini, penulis menemukan
berbagai hambatan dan kesulitan. Bersamaan ini penulis menyampaikan terima
kasih kepada ibu selaku pembimbing utama dan ibu selaku pembimbing
pendamping yang telah memberikan motivasi, arahan, perhatian, serta masukan
kepada penulis. Namun penulis banyak mendapatkan bimbingan dan motivasi dari
berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Didik Hariyadi, S.Gz, M.Si selaku Direktur Poltekkes Pontianak.
2. Dini Fitri Damayanti, S.SiT., M.Kes. selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Pontianak.
3. selaku Ketua Prodi Kebidanan Program Diploma Tiga Poltekkes Pontianak.
4. Bapak dan ibu dosen beserta staf kependidikan Jurusan Kebidanan Poltekkes
Pontianak.
5. selaku Bidan Pembimbing dalam melakukan Praktik Klinik.
6. Ny. X beserta keluarga yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis
dan bersedia menjadi pasien studi kasus.
7. Ayahanda Aloysius Ali Sugianto, Ibunda Paula dan para saudara penulis yang
telah banyak memberi dukungan materi, semangat dan doa yang tiada
hentinya.
8. Semua sahabat seperjuangan angkatan XXIII Program Studi Kebidanan
Program Diploma Tiga Jurusan Kebidanan Poltekkes Pontianak yang banyak
memberi masukan, saran, dan dorongan.
9. Semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaian laporan tugas
akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

vi
Dengan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam menyelesaikan
proposal laporan kasus ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusuna proposal laporan kasus. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun guna perbaikan proposal laporan kasus ini.
Akhir kata penulis berharap semoga proposal laporan kasus ini berguna
bagi pembaca dan tenaga kesehatan umumnya serta penulis dan tenaga bidan
khususnya.

Pontianak,

Penulis

vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
BIODATA PENULIS.............................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................10
A. Latar Belakang...........................................................................................10
B. Tujuan Penulisan........................................................................................12
C. Manfaat Penulisan......................................................................................12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................14
A. Kehamilan..................................................................................................14
1. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Normal........................................14
2. Tujuan Antenatal Care (ANC)...............................................................14
3. Standar Pelayanan ANC.............................................................................15
4. Ketidaknyamanan dalam Kehamilan TM III dan Cara Mengatasinya..21
B. Persalinan...................................................................................................24
1. Pengertian Persalinan............................................................................24
2. Tujuan Asuhan Persalinan.....................................................................25
3. Mekanisme Persalinan Normal..............................................................25
4. Tahapan Persalinan................................................................................28
C. Nifas...........................................................................................................30
1. Pengertian Asuhan Kebidanan Masa Nifas...........................................30
2. Tujuan Asuhan Kebidanan Masa Nifas.................................................30
3. Kunjungan Masa Nifas..........................................................................30
5. Fase Adaptasi Peran dalam Masa Nifas................................................33
C. Bayi Baru Lahir..........................................................................................35
1. Pengertian Bayi Baru Lahir...................................................................35
1. Asuhan Bayi Baru Lahir........................................................................35
D. Asuhan Kebidanan SOAP.....................................................................39

viii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................41

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pemeriksaan Leopold .........................................................17
Gambar 2.2 Posisi Jongkok atau Berdiri.................................................28
Gambar 2.3 Posisi Duduk atau Setengah Duduk....................................28
Gambar 2.4 Posisi Merangkak atau Berbaring Miring Kiri ...................29

ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi TT.............................................19
Tabel 2.2 Anamnesis Pada Ibu Nifas......................................................32
Tabel 2.3 TFU dan Berat Uterus Berdasarkan Masa involusi.................33
Tabel 2.4 Lochea Masa Nifas..................................................................33
Tabel 2.5 Penilaian Bayi Dengan Metode APGAR................................37
Tabel 2.6 Pemeriksaan Fisik pada Bayi Baru Lahir................................37

x
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan bukti peningkatan kualitas hidup. Di
Indonesia masalah kesehatan masih menjadi masalah yang serius dan
menjadi perhatian utama bagi pemerintah. Bidan sebagai salah satu kader
kesehatan mempunyai tugas mendampingi seorang wanita mulai dari
hamil, bersalin, dan masa nifas, bersamaan dengan tugas ini bidan
memberikan pelayanan berkelanjutan atau yang disebut continuity of care.
Contuinity of care dalam kebidanan adalah serangkaian kegiatan
pelayanan yang berkelanjutan dan menyeluruh mulai dari kehamilan,
persalinan, nifas, pelayanan bayi baru lahir serta pelayanan keluarga
berencana yang menghubungkan kebutuhan kesehatan perempuan
khususnya dan keadaan pribadi setiap individu (Ningsih, 2017).
Salah satu indikator yang menggambarkan kesejahteraan
masyarakat di suatu negara adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi dan Balita (AKB dan AKABA). Kematian ibu menurut
definisi WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42
hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait
dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan
disebabkan oleh kecelakaan. Kematian ibu dan kematian bayi erat
kaitannya dengan kualitas pelayanan kebidanan, sekitar 75% kematian ibu
disebabkan oleh perdarahan parah (sebagian besar perdarahan pasca salin),
infeksi (biasanya pasca salin), tekanan darah tinggi saat kehamilan
(preeklampsia/eklampsia), partus lama/macet, dan aborsi yang tidak aman
(WHO, 2019).
Bidan sebagai pemberi asuhan komprehensif memiliki posisi yang
strategis untuk berperan dan berpartisipasi dalam pendekatan continuity of
care dalam upaya penurunan AKI dan AKB. Asuhan kebidanan yang
diberikan yaitu secara efektif, aman dan holistik terhadap ibu hamil,
bersalin, nifas dan menyusui, bayi baru lahir dan kesehatan reproduksi

12
pada kondisi normal. Pelayanan ini tentunya dilaksanakan berdasarkan
standar

13
14

praktik kebidanan dan kode etik profesi (Pusdiknakes, 2014). Bidan


merupakan seorang agen pembaru yang sangat dekat dengan masyarakat
dan hidup di tengah masyarakat sehingga sangat berperan dalam
memberdayakan perempuan khususnya terkait kesehatan ibu dan bayi.
Peran bidan mencakup fungsi dalam layanan kesehatan primer, layanan
kesehatan sekunder serta berperan dalam fungsi promotif. Tenaga kerja
bidan dengan sistem kesehatan yang baik dapat menyediakan
pendampingan sepanjang kehamilan dan kelahiran sampai dengan nifas,
kesehatan bayi dan memberikan asuhan kebidanan kepada perempuan
sepanjang siklus kehidupan reproduksinya dan melibatkan serta keluarga
sesuai kebutuhan.

Pada laporan seksi Kesehatan keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan


Provinsi Kalimantan Barat tercatat kasus kemayian bayi yang di laporkan
pada tahun 2019 adalah sebesar 539 kasus dengan 89.763 kelahiran hidup.
Sehingga dengan demikian jika dihitung angkat kematian bayinya adalah
per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi di Kalimantan barat
berdasarkan laporan Seksi Gizi Kega Provinsi Kalimantan Barat adalah 6
per 1.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Kalimantan Barat, 2019)

Jika dilihat dari target MDGs pada tahun 2015 yang menargetkan AKI
sebanyak 102 per 100.000 kelahiran hidup tidak tercapai. Masa Millenium
Development Goals atau MDGs ini berakhir pada tahun 2015 dan
Sustainable Development Goals (SDGs) yang menjadi kelanjutan yang
diberlakukan dari tahun 2015-2030, berisikan 17 goals dan 269
pembangunan (infid, 2016). SDG’s menargetkan AKI pada tahun 2030
sebanyak 70 per 100.000 kelahiran hidup sementara AKB sebanyak 25 per
1.000 kelahiran hidup, menurunkan angka kematian neonatal (AKN)
setidaknya sebesar 12 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015).
Angka kematian Ibu maternal terbesar ada di kabupaten Kubu Raya, yaitu
sebesar 158 per 100.000 Kelahiran Hidup dan terkecil ada di Kabupaten
Mempawah, yaitu sebesar 44 Per 100.000 kelahiran hidup (Dinas
Kesehatan Kalimantan Barat 2018). AKI dan AKB yang terjadi masih jauh
dari capaian target yang seharusnya, maka dari itu upaya pemerintah dan
15

tenaga kesehatan dalam menurunkan AKI dan AKB ini sangat penting
untuk mensejahterakan kesehatan keluarga, terutama ibu dan anak

Berdasarkan Perpres No.59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan


Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, program yang diusung
dalam mewujudkan SDGs dalam menurunkan AKI dan AKB adalah
dengan Program Indonesia Sehat dengan 3 pilar yakni paradigma sehat
yaitu merupakan sebuah pendekatan yang mengedepankan konsep
promotif dan preventif dalam pelayanan kesehatan. Pilar yang kedua
adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan dan diarahkan untuk
peningkatan akses dan mutu pelayanan yaitu dalam hal pelayanan
kesehatan primer diarahkan kepada upaya pelayanan promotif dan
preventif serta melalui pendekatan continuity of care dan yang terakhir
adalah jaminan kesehatan nasional (Perpres No.59 Tahun 2017).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Laporan studi kasus ini dapat memberikan Asuhan Pelayanan Kebidanan
secara kompehensif pada Ny.X sejak masa hamil, bersalin , bayi baru lahir
dan nifas dengan melalui pendekatan manajemen kebidanan varney dan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memberikan Asuhan Kebidanan Kehamilan kepada Ny.X di
wilayah X
b. Mampu memberikan Asuhan Kebidanan Persalinan kepada Ny.X di
wilayah X
c. Mampu memberikan Asuhan Kebidanan Bayi baru lahir kepada Ny.X
di wilayah X
d. Mampu memberikan Asuhan Kebidana pada Masa Nifas kepada Ny.X
di wilayah X
C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan proposal laporan kasus ini adalah :
1. Manfaat Bagi Jurusan Kebidanan Poltekkes Pontianak
16

Proposal laporan kasus ini sebagai bahan untuk dijadikan referensi


atau rujukan di perpustakaan yang dapat membantu kelancaran dalam
proses pendidikan di Poltekkes Pontianak serta sebagai bahan kajian
terhadap materi asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil,
bersalin, bayi baru lahir dan nifas.
2. Manfaat Bagi Penulis
Hasil penulisan proposal laporan kasus ini dapat memberikan
pengalaman langsung dan mengaplikasikan teori serta konsep yang
telah didapat selama mengikuti pendidikan.
3. Manfaat Bagi Klien
Klien dapat mendapatkan asuhan kebidanan komprehensif yang
sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.
4. Manfaat Bagi Wilayah Praktik
Hasil proposal laporan kasus ini dapat dijadikan acuan untuk
dapat mempertahankan mutu pelayanan terutama dalam memberikan
asuhan pelayanan kebidanan secara komprehensif serta dapat terus
meningkatkan pengetahuan pelayanan asuhan kebidanan agar tercapai
asuhan sesuai standar dan mengurangi kesenjangan antara teori dengan
lahan praktik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kehamilan
1. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Normal
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung
dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan
menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester,
dimana trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu, trimester
kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga
13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2016).
Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu
atau 9 bulan 7 hari). Kehamilan ini dibagi atas 3 semester yaitu;
kehamilan trimester pertama mulai 0-14 minggu, kehamilan trimester
kedua mulai mulai 14-28 minggu, dan kehamilan trimester ketiga
mulai 28-42 minggu (Yuli, 2017).

2. Tujuan Antenatal Care (ANC)


Tujuan asuhan antenatal efektif yang harus di upayakan oleh bidan
adalah mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik, mental, sosial
ibu dan bayi dengan pendidikan kesehatan, gizi, kebersihan diri, dan
proses kelahiran bayi serta dilakukan deteksi abnormalitas atau
komplikasi dan penatalaksanaan komplikasi medis, bedah dan
obstetrik selama kehamilan. Pada asuhan kehamilan juga dikemba-
ngkan persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi komplikasi,
membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses,
menjalankan nifas normal dan merawat anak secara fisik, psikologis
dan sosial (Kemenkes,2016).

17
18

3. Standar Pelayanan ANC


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
yang disebut dengan standar pelayanan antenatal adalah pelayanan yang
diberikan kepada ibu hamil dengan memenuhi standar kriteria 10 T yaitu:
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.
Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama
kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan
adanya gangguan pertumbuhan janin (Permenkes No.97 Tahun 2014).
Normalnya penambahan berat badan tiap minggu adalah 0,5 kg dan
penambahan berat badan ibu dari awal sampai akhir kehamilan adalah
6,5 sampai 16,6 kg (Permenkes No 43 Tahun 2016).Adapun
pertambahan berat badan ibu tergantung dari Indeks Massa Tubuh
(IMT) ibu sebelum hamil.
Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan
untuk menapis adanya faktor resiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu
hamil kurang dari 145 cm meningkatkan resiko untuk terjadinya CPD
(Cephalo Pelvic Disproportion).
b. Ukur tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90
mmHg) pada kehamilan dan pre-eklampsia yang bisa berlanjut
menjadi eklampsi jika tidak ditangani dengan tepat.
c. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/LiLA)
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh
tenaga kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko KEK.
Kurang energi kronis dimaksudkan sebagai ibu hamil yang mengalami
kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun)
19

dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
d. Ukur tinggi puncak Rahim (fundus uteri)
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak
dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur
kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar
pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24
minggu. Taksiran berat badan janin dapat diketahui melalui
pengukuran tinggi fundus uteri yaitu dengan menggunakan cara
Jhonson’s yaitu:
TBBJ (gram) jika kepala sudah masuk PAP = 155 x (TFU(cm)-11)
TBBJ (gram) jika kepala belum masuk PAP = 155 x (TFU(cm)-12).
Palpasi abdomen menggunakan maneuver Leopold I-IV yaitu:
1) Leopold I: Normal tinggi fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan.
Pada fundus teraba bagian lunak dan tidak melenting (bokong).
Tujuannya untuk mengetahui tinggi fundus uteri dan bagian yang
berada di fundus.
2) Leopold II: Normal teraba bagian panjang, keras seperti papan
(punggung) pada satu sisi uterus dan pada sisi lain teraba bagian kecil.
Tujuannya untuk mengetahui batas kiri/kanan pada uterus ibu, yaitu:
punggung atau bagian ekstremitas janin pada letak bujur dan apakah
kepala atau bokong pada letak lintang.
3) Leopold III: Normal pada bagian bawah janin teraba bagian yang
bulat, keras, dan melenting (kepala janin). Tujuannya untuk
mengetahui presentasi/ bagian terbawah janin yang ada di symfisis ibu
dan apakah bagian tersebut sudah masuk ke rongga panggul atau
belum.
4) Leopold IV: Posisi tangan masih bisa bertemu, dan belum masuk PAP
(konvergen), posisi tangan tidak bertemu dan sudah masuk PAP
(divergen). Tujuannya untuk mengetahui seberapa jauh masuknya
bagian terendah janin ke dalam PAP.
20

Gambar 2.1 Pemeriksaan Leopold


e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal melalui pemeriksaan
Leopold. Pemeriksaan dimaksudkan untuk mengetahu letak janin. Jika
pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala janin
belum masuk kepanggul berarti ada kelainan letak panggul sempit atau
ada masalah lain.
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya
setiap kali kunjungan antenatal, mendengarkan denyut jantung bayi
meliputi frekuensi dan keteraturannya selama 1 menit penuh. Jumlah
DJJ normal antara 120 sampai 160 kali/menit. DJJ lambat kurang dari
120 kali/menit atau DJJ cepat lebih dari 160 kali/menit menunjukkan
adanya gawat janin.
f. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus toksoid
(TT) bila diperlukan
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum ibu hamil harus
mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil
diskrining status imunisasi TT-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu
21

hamil, disesuaikan dengan status imunisasi TT ibu saat ini. Ibu hamil
minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan perlindungan
terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status imunisasi T5
(TTLong Life) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi.
Pemberian imunisasi TT tidak mempunyai interval maksimal
hanya terhadap interval minimal. Dosis yang diberikan pada imunisasi
TT adalah 0,5 cc secara intramuscular (IM) pada tangan kiri.
Dikatakan ANC berkualitas apabila pada saat kunjungan pertama (K1)
minimal sudah mempunyai status T1 atau mendapatkan imunisasi TT1
pada saat K1 tersebut. Interval minimal pemberian imunisasi TT dan
lama perlindungannya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi TT
Imunisasi Interval Lama Perlidungan
TT 1 Kunjungan ANC Pertama Langkah awal
pembentukan
kekebalan tubuh
terhdap penyakit
Tetanus
TT 2 1 bulan setelah TT 1 3 Tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 Tahun
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 Tahun
TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 Tahun
Sumber: Buku KIA,2017

g. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama hamil


Setiap tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil
sekurangnya mengandung zat besi setara dengan 60 mg besi elemental
(dalam bentuk sediaan Ferro Sulfat, Ferro Fumarat atau Ferro
Gluconat) dan asam folat 0,400 mg. Zat besi ini penting untuk
memenuhi kebutuhan volume darah pada ibu hamil dan nifas, karena
masa kehamilan kebutuhan meningkat seiring dengan pertumbuhan
janin.
h. Periksa laboratorium
22

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah


pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan laboratorium
rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada
setiap ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin darah, dan
pemeriksaan spesifik daerah endemis/epedemi (malaria, HIV, dll).
Sementara itu pemeriksaan laboratorium khusus adalah pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan atas indikasi pada ibu hamil yang
melakukan kunjungan antenatal seperti pemeriksaan protein urin,
glukosa urin, dan tes sifilis, yang pemberian pelayanannya disesuaikan
dengan trimester kehamilan.
i. Tatalaksana/penanganan kasus
Berdasarkan hasil pemeriksanaan antenatal dan hasil pemereiksaan
laboratoirum setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus
ditangani sesuai dengan standard an kewenangan bidan berdasarkan
Permenkes Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan. Kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan
sistem rujukan.
j. Temu wicara (konseling)
Temu wicara (konseling) dilakukan pa da setiap kunjungan
antenatal. Tenaga kesehatan dapat memberi penjelasan mengenai
perawatan kehamilan, pencegahan kelainan bawaan, persalinan dan
inisiasi menyusu dini (IMD), nifas, perawatan bayi baru lahir, ASI
ekslusif, keluarga berencana dan imunisasi pada bayi. Penjelasan dapat
diberikan secara bertahap pada saat kunjungan ibu hamil.
Menurut Kemenkes (2020) kunjungan antenatal dilakukan secara
berkala dan teratur, bila kehamilan normal jumlah kunjungan kehamilan
normal minimal 6x dengan rincian 2x di Trimester 1, 1x di Trimester 2,
dan 3x di Trimester 3. Minimal 2x diperiksa oleh dokter saat kunjungan
1 di Trimester 1 dan saat kunjungan ke 5 di Trimester 3. Berikut ini
rincian pelayanan antenatalcare dimasa pandemic COVID-19 :
1. ANC ke-1 di Trimester 1:
23

Skrining faktor risiko dilakukan oleh Dokter dengan


menerapkan protokol kesehatan. Jika ibu datang pertama kali ke
bidan, bidan tetap melakukan pelayanan antenatal seperti biasa,
kemudian ibu dirujuk ke dokter untuk dilakukan skrining. Sebelum
ibu melakukan kunjungan antenatal secara tatap muka, dilakukan
janji temu/ teleregistrasi dengan skrining anamnesa melalui media
komunikasi (telepon)/ secara daring untuk mencari faktor risiko
dan gejala COVID-19.
a. Jika ada gejala COVID-19, ibu dirujuk ke RS untuk dilakukan
swab atau jika sulit untuk mengakses RS Rujukan maka
dilakukan Rapid Test. Pemeriksaan skrining faktor risiko
kehamilan dilakukan di RS RujukanJika ada gejala COVID-19,
ibu dirujuk ke RS untuk dilakukan swab atau jika sulit untuk
mengakses RS Rujukan maka dilakukan Rapid Test.
Pemeriksaan skrining faktor risiko kehamilan dilakukan di RS
Rujukan
b. Jika tidak ada gejala COVID-19, maka dilakukan skrining oleh
Dokter di FKTP
2. ANC ke-2 di Trimester 1, ANC ke-3 di Trimester 2, ANC ke-4 di
Trimester 3, dan ANC ke-6 di Trimester 3:
Dilakukan tindak lanjut sesuai hasil skrining. Tatap muka
didahului dengan janji temu/teleregistrasi dengan skrining
anamnesa melalui media komunikasi (telepon)/secara daring
untuk mencari faktor risiko dan gejala COVID-19. Jika ada gejala
COVID-19, ibu dirujuk ke RS untuk dilakukan swab atau jika sulit
mengakses RS Rujukan maka dilakukan Rapid Test. Jika tidak ada
gejala COVID-19, maka dilakukan pelayanan antenatal di FKTP
(Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama).
3. ANC ke-5 di Trimester 3
Skrining faktor risiko persalinan dilakukan oleh Dokter dengan
menerapkan protokol kesehatan. Skrining dilakukan untuk
menetapkan faktor risiko persalinan, menentukan tempat
24

persalinan, dan menentukan apakah diperlukan rujukan terencana


atau tidak. Tatap muka didahului dengan janji temu/telegrasi
dengan skrining anamnesa melalui media komunikasi
(telepon)/secara daring untuk mencari faktor risiko dan gejala
COVID-19. Jika ada gejala COVID-19, ibu dirujuk ke RS untuk
dilakukan swab atau jika sulit mengakses RS Rujukan maka di
lakukan Rapid Test

4. Ketidaknyamanan dalam Kehamilan TM III dan Cara


Mengatasinya
a. Sering BAK di trimester III
Sering buang air (BAK) sering disebabkan oleh karena uterus
membesar, yang disebabkan karena terjadi penurunan bagian bawah
janin sehingga menekan kandung kemih. BAK juga berhubungan
dengan ekskresi sodium (unsur Na) yang meningkat dan perubahan
fisiologis ginjal sehingga produksi urine meningkat. Upaya untuk
meringankan dan mencegah sering BAK, ibu hamil dilarang untuk
menahan BAK, upayakan untuk mengosongkan kandung kencing
pada saat terasa ingin BAK. Perbanyak minum pada siang hari untuk
menjaga keseimbangan hidrasi. Apabila BAK pada malam hari tidak
mengganggu tidur maka tidak dianjurkan mengurangi minum
dimalam hari, tetapi bila mengganggu, batasi minum setelah makan
malam, di samping itu ibu hamil harus membatasi minum yang
mengandung diuretic seperti teh, kopi, cola dengan coffeine. Saat
tidur ibu hamil dianjurkan menggunakan posisi berbaring miring ke
kiri dengan kaki ditinggikan, dan untuk mencegah infeksi saluran
kemih selesai BAK alat kelamin di bersihkan dan dikeringkan
(Tyastuti, 2016).
b. Edema
Edema ini biasa terjadi pada kehamilan trimester III, faktor
penyebabnya adalah pembesaran uterus pada ibu hamil
mengakibatkan tekanan pada vena pelvik sehingga menimbulkan
25

gangguan sirkulasi. Hal ini terjadi terutama pada waktu ibu hamil
duduk atau berdiri dalam waktu yang lama. Untuk meringankan atau
mencegah edema, sebaiknya ibu hamil menghindari menggunakan
pakaian ketat, mengkonsumsi makanan yang berkadar garam tinggi
sangat tidak dianjurkan. Saat bekerja atau istirahat hindari duduk atau
berdiri dalam jangka waktu lama. Saat istirahat, naikkan tungkai
selama 20 menit berulang –ulang (Tyastuti, 2016).
c. Haemorroid
Haemorroid disebut juga wasir biasa terjadi pada ibu hamil
trimester III, semakin bertambah parah dengan bertambahnya umur
kehamilan karena pembesaran uterus semakin meningkat.
Haemorroid dapat terjadi oleh karena adanya konstipasi. Hal ini
berhubungan dengan meningkatnya progesteron yang menyebabkan
peristaltik usus lambat dan juga oleh vena haemorroid tertekan karena
pembesaran uterus. Haemorroid dapat dicegah atau meringankan
efeknya dengan menghindari hal yang menyebabkan konstipasi, atau
menghindari mengejan pada saat defekasi. Ibu hamil harus
membiasakan defikasi yang baik, jangan duduk terlalu lama di toilet
dan membiasakan senam kegel secara teratur (Tyastuti, 2016).
d. Sembelit/ konstipasi
Konstipasi adalah BAB keras atau susah BAB biasa terjadi
pada ibu hamil trimester III. Penyebabnya adalah gerakan peristaltik
usus lambat oleh karena meningkatnya hormone progesterone.
Konstipasi dapat juga disebabkan oleh karena motilitas usus besar
lambat sehingga menyebabkan penyerapan air pada usus meningkat.
Di samping itu konstipasi dapat terjadi bila ibu hamil banyak
mengkonsumsi suplemen zat besi, atau tekanan uterus yang
membesar pada usus. Cara meringankan atau mencegah, dapat
dilakukan dengan senam hamil, konstipasi dapat dicegah dengan
membiasakan BAB secara teratur, jangan menahan BAB, segera
BAB ketika ada dorongan, makan sayur segar, serta pemenuhan
kebutuhan cairan (Tyastuti, 2016).
26

e. Nyeri Ligamentum Rotundum


Nyeri ligamentum rotundum ini biasa terjadi pada trimester
III. Faktor penyebab nyeri pada ibu hamil adalah terjadi hypertropi
dan peregangan pada ligamentum.dan juga terjadi penekanan pada
ligamentum karena uterus yang membesar. Berikan penjelasan
mengenai nyeri pada ibu agar ibu tidak khawatir, tekuk lutut kearah
abdomen, mandi air hangat, gunakan bantalan pemanas pada area
yang terasa sakit hanya jika tidak terdapat kontra indikasi, gunakan
sebuah bantal untuk menopang uterus dan bantal lainnya letakkan
diantara lutut sewaktu dalam posisi berbaring miring (Tyastuti,
2016).
f. Perut kembung
Hal ini sering terjadi pada kehamilan trimester ketiga. Ibu
hamil biasanya mengatakan masuk angin apabila merasakan perutnya
kembung. Perut kembung dapat disebabkan oleh karena peningkatan
hormone progesterone, yang dapat menyebabkan motilitas usus turun
sehingga pengosongan usus lambat,kehamilan dapat memperbesar
uterus dan menekan usus besar. Cara meringankan atau mencegahnya
adalah dengan menghindari makan makanan yang mengandung gas,
mengunyah makanan secara sempurna, lakukan senam secara
teratur.dan biasakan BAB teratur (Tyastuti, 2016).
g. Sesak nafas
Sesak nafas ini biasanya mulai terjadi pada awal trimester III
sampai pada akhir kehamilan. Keadaan ini disebabkan oleh
pembesaran uterus dan pergeseran organ–organ abdomen,
pembesaran uterus membuat pergeseran diafragma naik sekitar 4 cm.
Peningkatan hormon progesterone membuat hyperventilasi. Cara
meringankan atau mencegah dengan melatih ibu hamil untuk
membiasakan dengan pernapasan normal,berdiri tegak dengan kedua
tangan direntangkan diatas kepala kemudian menarik nafas panjang,
dan selalu menjaga sikap tubuh yang baik, Ketika berbaring ibu
27

dianjurkan untuk miring kekiri agar tidak terjadi penekanan pada


vena cava inferior (Tyastuti, 2016).
h. Sakit punggung
Sakit punggung pada ibu hamil terjadi pada ibu hamil
trimester III, dapat disebabkan karena pembesaran payudara yang
dapat berakibat pada ketegangan otot, dan keletihan. Hal ini berkaitan
dengan kadar hormon yang meningkat menyebabkan cartilage pada
sendi besar menjadi lembek, di samping itu posisi tulang belakang
hiperlordosis. Untuk meringankan atau mencegah sakit punggung ibu
hamil harus memakai BH yang dapat menopang payudara secara
benar dengan ukuran yang tepat. Hindari sikap hiperlordosis, jangan
memakai sepatu atau sandal hak tinggi, mengupayakan tidur dengan
kasur yang keras. Selalu berusaha mempertahankan postur yang baik,
hindari sikap membungkuk,tekuk lutut saat mengangkat barang.
Lakukan olah raga secara teratur, senam hamil atau yoga (Tyastuti,
2016).
i. Varises
Biasa terjadi pada kehamilan trimester III. Varises dapat
terjadi karena peningkatan hormon estrogen sehingga jaringan elastic
menjadi rapuh. Varises juga terjadi oleh meningkatnya jumlah darah
pada vena bagian bawah. Cara meringankan atau mencegah nya
adalah dengan tinggikan kaki sewaktu berbaring, jaga agar kaki tidak
bersilang, hindari berdiri atau duduk terlalu lama, senam untuk
melancarkan peredaran darah, dan hindari pakaian atau korset yang
ketat (Tyastuti, 2016).

B. Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks dan
janin turun ke jalan lahir kemudian berakhir dengan pengeluaran bayi yang
cukup bulan atau hampir cukup bulan atau dapat hidup dari luar
kandungan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu melalui jalan lahir atau bukan jalan lahir dengan bantuan atau
28

tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Persalinan dianggap normal jika


prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) tanpa
disertai penyulit (Annisa,2017).
2. Tujuan Asuhan Persalinan
Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan
hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,
melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi
minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga
pada tingkat yang optimal. Terdapat lima aspek dasar yang penting dan
saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman, aspek-aspek
tersebut melekat pada setiap persalinan, baik normal maupun patologis
aspek tersebut yaitu dengan membuat keputusan klinik yang terdiri dari 4
langkah proses pengambilan keputusan klinik, dimana langkah pertama
adalah pengumpulan data, diagnosis, penatalaksanaan asuhan, dan
evaluasi. Aspek selanjutnya adalah asuhan sayang ibu dan sayang bayi
dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan
dan kelahiran bayi, aspek pencegahan infeksi, aspek dekontaminasi, serta
aspek pencatatan atau pendokumentasian (Prawirohardjo, 2016).
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) kemudian
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum masuk tahap
inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks
(Annisa dkk 2017
3. Mekanisme Persalinan Normal
Turunnya kepala dibagi dalam beberapa fase sebagai berikut
(Kurniarum, 2016):
a. Masuknya Kepala Janin ke dalam PAP
Masuknya kepala ke dalam PAP terutama pada
primigravida terjadi menjelang minggu ke 36 kehamilan tetapi
pada multipara biasanya terjadi pada permulaan persalinan,
masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis
melintang menyesuaikan dengan letak punggung (contoh: apabila
29

dalam palpasi didapatkan punggung kiri maka sutura sagitalis


akan teraba melintang kekiri) pada saat kepala janin masuk PAP
akan terfiksasi yang disebut dengan engagement.
b. Majunya Kepala Janin
Pada primi gravida majunya kepala terjadi setelah kepala
masuk ke dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada
kala II pada multi gravida majunya kepala dan masuknya kepala
dalam rongga panggul terjadi bersamaan. Majunya kepala
bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain yaitu fleksi, putaran
paksi dalam, dan ekstensi. Majunya kepala disebabkan karena
tekanan cairan intrauterine, tekanan langsung oleh fundus uteri
oleh bokong, kekuatan mengejan, melurusnya badan bayi oleh
perubahan bentuk rahim.
c. Fleksi
Fleksi disebabkan karena janin didorong maju dan
sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir PAP, cervix, dinding
panggul atau dasar panggul sampai di dasar panggul kepala janin
berada dalam posisi fleksi maksimal, kepala turun menemui
diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan
Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra
uterin yang disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala
mengadakan rotasi yang disebut sebagai putaran paksi dalam.

d. Putaran Paksi Dalam


Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan
memutar ke depan ke bawah symphysis. Pada presentasi belakang
kepala bagian terendah adalah daerah ubun-ubun kecil dan bagian
ini akan memutar ke depan ke bawah symphysis. Putaran paksi
dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, karena putaran
paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala
dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan
30

pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam terjadi bersamaan


dengan majunya kepala.
e. Ekstensi
Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di
dasar panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal
ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah
panggul mengarah ke depan di atas, sehingga kepala harus
mengadakan ekstensi untuk dapat melewati pintu bawah panggul,
Pada saat ada his vulva akan lebih membuka dan kepala janin
makin tampak perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus
membuka dinding rectum, dengan kekuatan his dan kekuatan
mengejan, maka berturut-turut tampak bregmatikus, dahi, muka,
dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi, sesudah kepala lahir,
kepala segera mengadakan rotasi, yang disebut putaran paksi luar.
f. Putaran Paksi Luar
Putaran paksi luar adalah gerakan kembali sebelum
putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan
kepala dengan punggung janin, bahu melintasi PAP dalam posisi
miring, di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri
dengan bentuk panggul yang dilaluinya hingga di dasar panggul,
apabila kepala telah dilahirkan bahu akan berada dalam posisi
depan belakang, selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dulu
baru kemudian bahu belakang, kemudian bayi lahir seluruhnya.

Gambar 2.2 Posisi Jongkok atau Berdiri


(Sumber : Asri, D. 2012)
31

Gambar 2.3 Posisi Duduk atau Setengah Duduk


(Sumber : Asri, D. 2012)

Gambar 2.4 Posisi Merangkak atau Berbaring Miring Kiri


(Sumber : Asri, D. 2012)

4. Tahapan Persalinan
a. Kala I Persalinan
Kala I disebut juga dengan kala pembukaan yang berlangsung
antara pembukaan 0 sampai dengan pembukaan lengkap (10 cm).
Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi
dianggap adekuat atau memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam
waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih). Kala I
persalinan terdiri atas dua fase (Annisa,2017), yaitu:
1) Fase laten
(a) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan serviks secara bertahap.
(b) Berlangsung hingga serviks membuka sampai 3 cm.
(c) Pada umumnya fase ini berlangsung lebih kurang 8 jam.

2) Fase aktif
Fase aktif dimulai dari pembukaan 4 cm sampai 10 cm, dalam fase
aktif terbagi menjadi 3 fase lagi, yaitu:
(a) Fase akselerasi
Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
32

(b) Fase dilatasi maksimal


Pembukaan dari 4 cm menjadi 9 cm, berlangsung cepat selama
2 jam.
(c) Fase deselarasi
Pembukaan dari 9 cm sampai pembukaan 10 cm, berlangsung
lambat selama 2 jam.
b. Kala II Persalinan
Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran, kala ini dimulai dari
pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Kala II pada primipara
berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam. Penatalaksanaan
kala II didasarkan pada prinsip bahwa kala II merupakan peristiwa
normal yang diakhiri dengan kelahiran normal tanpa adanya intervensi.
Saat pembukaan sudah lengkap, anjurkan ibu untuk meneran sesuai
dengan dorongan alamiahnya dan beristirahat diantara dua kontraksi.
Jika menginginkan, ibu dapat mengubah posisinya, biarkan ibu
mengeluarkan suara selama persalinan dan proses kelahiran
berlangsung (Annisa,2017). Gejala utama dari Kala II adalah:
1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit dengan durasi
50 sampai 100 detik.
2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
3) Ketuban pecah pada pembukaan merupakan pendeteksi lengkap
diikuti keinginan mengejan karena fleksus frankenhauser tertekan.
c. Kala III Persalinan
Persalinan kala III dimulai segara setelah bayi lahir dan berakhir
dengan lahirnya plasenta serta selaput ketuban yang berlangsung tidak
lebih dari 30 menit setelah bayi lahir, jika lebih maka harus diberi
penanganan lebih atau dirujuk.
d. Kala IV Persalinan
Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah
proses tersebut. Pada kala IV dilakukan observasi terhadap perdarahan
pasca persalinan paling sering terjadi pada 2 jam pertama pasca
33

persalinan. Observasi yang dilakukan yaitu tingkat kesadaran,


pemeriksaan TTV, kontraksi uterus dan perdarahan.
C. Nifas
1. Pengertian Asuhan Kebidanan Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat kandungan Kembali seperti keadaan sebelum
hamil, dan berlangsung sekitar 6 minggu (Kemenkes RI, 2013).
2. Tujuan Asuhan Kebidanan Masa Nifas
Tujuan melakukan asuhan kebidanan masa nifas adalah untuk
menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun pisikologis
dimana dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat penting,
dengan pemberian nutrisi, dukungan psikologi maka kesehatan ibu
dan bayi selalu terjaga, kemudian melaksanakan skrining yang
komprehensif (menyeluruh) dimana bidan harus melakukan
manajemen asuhan kebidanan pada ibu masa nifas secara sistematis
yaitu mulai pengkajian, interpretasi data dan analisa masalah,
perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi. Sehingga dengan asuhan
kebidanan masa nifas dan menyusui dapat mendeteksi secara dini
penyulit maupun komplikasi yang terjadi pada ibu dan bayi tujuan
berikutnya adalah untuk melakukan rujukan secara aman dan tepat
waktu bila terjadi penyulit atau komplikasi pada ibu dan bayinya, ke
fasilitas pelayanan rujukan serta dapat memberikan pendidikan
kesehatan tentang perawatan kesehatan nifas dan menyusui,
kebutuhan nutrisi, perencanaan pengaturan jarak kelahiran,
menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya, perawatan bayi
sehat serta memberikan pelayanan keluarga berencana, sesuai dengan
pilihan ibu (Wahyuningsih, 2018)
3. Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan rumah postpartum dilakukan sebagai suatu tindakan untuk
pemeriksaan postpartum lanjutan. Kunjungan rumah direncanakan untuk bekerja
sama dengan keluarga dan dijadwalkan berdasarkan kebutuhan. Waktu kunjungan
pada masa nifas adalah KF 1- KF 4. Anjurkan ibu untuk melakukan
kontrol/kunjungan masa nifas dengan waktu KF 1 yaitu 6 jam hingga 2 hari
34

setelah persalinan, KF 2 yaitu 3 sampai 7 hari setelah persalinan, KF 3 yaitu 8


hingga 28 hari setelah persalinan dan KF 4 yaitu 29 hingga 42 hari setelah
persalinan.
4. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena periode ini
merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya. Berikut ini adalah
asuhan yang diberikan pada masa nifas:
a. Anamnesis dengan meninjau ulang data dan mengkaji riwayat
kesehatan ibu setelah melahirkan termasuk riwayat ambulansi,
berkemih, defekasi, nafsu makan, gangguan ketidaknyamanan atau
nyeri, psikologis ibu, istirahat dan tidur dan menyusui.
Tabel 2.2 Anamnesis pada Ibu Nifas
Riwayat Ibu Riwayat Sosial Ekonomi Riwayat
Bayi
a. Nama, umur a. Respon ibu dan a. Menyusui
keluarga terhadap bayi
b. Tanggal dan tempat b. Keadaan
lahir b. Kehadiran anggota tali pusat
keluarga untuk
c. Penolong membantu ibu dirumah c. Vaksinasi
d. Jenis Persalinan c. Para pembuat d. Buang air
keputusan dirumah kecil
e. Masalah-masalah
selama persalinan d. Kebiasaan minum,
f. Nyeri merokok dan
menggunakan obat
g. Menyusui atau tidak
e. Kepercayaan dan adat
h. Keluhan saat ini istiadat
i. Rencana masa datang :
kontrasepsi yang akan
digunakan
Sumber: Kemenkes,2015
b. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, kesadaran, status
emosional, tinggi badan dan berat badan.
c. Pemeriksaan mata, hidung, telinga dan mulut, adanya edema, sklera,
konjungtiva, pernapasan cuping hidung, cairan yang keluar dari telinga
dan mukosa mulut.
35

d. Pemeriksaan pada leher adanya pembesaran limfe, pembesaran


kelenjar tiroid dan bendungan vena jugularis.
e. Pemeriksaan pada dada yaitu auskultasi jantung dan paru-paru sesuai
indikasi keluhan ibu.
f. Perawatan pada payudara pasca persalinan merupakan penampilan,
pembesaran, simetris pigmentsi, warna kulit, keadaan areola dan
integrase puting. Adanya kolostrum, pembengkakan, benjolan dan
nyeri payudara.
g. Pemeriksaan abdomen meliputi palpasi supra pubik kandung kemih,
involusi uteri, periksa kontraksi uteri, posisi dan nyeri. Berikut ini
adalah tabel TFU dan berat uterus sesuai dengan involusi uteri:
Tabel 2.3 TFU dan Berat Uterus Berdasarkan Masa Involusi
Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat
Uterus
Saat bayi baru lahir Setinggi pusat, 2 jari bawah 1000 gram
pusat
1 minggu Pertengahan pusat-simfisis 500 gram
postpartum
2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gram
postpartum
6 minggu Normal 50 gram
postpartum
8 minggu post Normal seperti belum hamil 30 gram
partum

h. Pemeriksaan genetalia pengkajian mengenai perineum terhadap


memar, edema, hematoma, penyembuhan setiap jahitan, inflamasi,
pemeriksaan tipe dan bau lochea. Lochea pada masa nifas yaitu:
Tabel 2.4 Lochea Masa Nifas
Lochea Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-3 hari Merah Terdiri dari darah
kehitaman segar, jaringan sisa –
( kruenta ) sisa plasenta, dinding
Rahim, lemak bayi,
lanugo (rambut bayi),
dan sisa meconium,
36

Lochea rubra yang


menetap pada awal
periode postpartum
menunjukan adanya
perdarahan postpartum
sekunder yang
mungkin disebabkan
tinggalnya sisa atau
selaput plasenta.
Sanginolent 4-7 hari Merah Sisa darah bercampur
a kecoklata lendir.
n dan
berlendir
Serosa 7-14 hari Kuning Lebih sedikit darah dan
kecoklata lebih banyak serum,
n juga terdiri dari
leukosit dan robekan
atau laserasi plasenta.
Lochea serosa dan
alba yang berlanjut
bisa menandakan
adanya endrometris,
terutama jika disertai
demam, rasa sakit atau
nyeri tekanan pada
abdomen.
Alba >14hari Putih Mengandung leukosit,
berlangsun sel desidua, dan sel
g 2-6 epitel, selaput lendir
postpartum serviks serta serabut
jaringan yang mati.
Lochea Terjadi infeksi keluar
purulenta cairan seperti nanah
berbau busuk.
Locheastasis Lochea tidak lancar
keluarnya.
Sumber : Andina Vita Sutanto, 2018)
i. Pemeriksaan anus apakah terdapat hemoroid.
j. Memberitahu ibu tanda bahaya nifas seperti demam tinggi, kejang,
lochea berbau, lochea berbau, ekstremitas terhadap adanya udema,
nyeri tekan, panas pada betis yaitu tanda human.
k. Memberitahu ibu perawatan bayi sehari-hari.
37

5. Fase Adaptasi Peran dalam Masa Nifas


1) Periode “Taking In” atau “Fase Dependent”
Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Pada hari
pertama dan kedua setelah melahirkan, ketergantungan ibu sangat
menonjol. Pada saat ini ibu mengharapkan segala kebutuhannya
dapat dipenuhi oleh orang lain. Rubin (1991) menetapkan periode
beberapa hari ini sebagai fase menerima yang disebut dengan
taking in phase. Dalam penjelasan klasik Rubin, fase menerima
ini berlangsung selama 2 sampai 3 hari. Ibu akan mengulang-
ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan. Pada saat
ini, ibu memerlukan istirahat yang cukup agar ibu dapat menjalani
masa nifas selanjutnya dengan baik (Wahyuningsih, 2018).
2) Periode “Taking Hold” atau fase “Independent”
Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 postpartum. Pada
ibu-ibu yang mendapat asuhan yang memadai pada hari-hari
pertama setelah melahirkan, maka pada hari kedua sampai
keempat mulai muncul kembali keinginan untuk melakukan
berbagai aktivitas sendiri. Di satu sisi ibu masih membutuhkan
bantuan orang lain tetapi disisi lain ia ingin melakukan
aktivitasnya sendiri. Dengan penuh semangat ia belajar
mempraktikkan cara-cara merawat bayi. Rubin (1991)
menggambarkan fase ini sebagai fase taking hold. Pada fase
taking hold, ibu berusaha keras untuk menguasai tentang
ketrampilan perawatan bayi, misalnya menggendong, menyusui,
memandikan dan memasang popok. Pada masa ini ibu agak
sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal-hal tersebut,
cenderung menerima nasihat bidan, karena ia terbuka untuk
menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi
(Wahyuningsih, 2018).
3) Periode “Letting go” atau “Fase Mandiri” atau “Fase
Interdependen”
38

Periode ini biasanya terjadi “after back to home” dan


sangat dipengaruhi oleh waktu dan perhatian yang diberikan
keluarga. Ibu akan mengambil tanggung jawab terhadap
perawatan bayi, ibu harus beradaptasi dengan kebutuhan bayi
yang sangat tergantung, yang menyebabkan berkurangnya hak
ibu, kebebasan dan hubungan sosial. Pada fase ini harus dimulai
fase mandiri (letting go), dimana masing-masing ibu mempunyai
kebutuhan sendiri-sendiri, namun tetap dapat menjalankan
perannya dan masing-masing harus berusaha memperkuat relasi
sebagai orang dewasa yang menjadi unit dasar dari sebuah
keluarga (Wahyuningsih, 2018).

C. Bayi Baru Lahir


1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus adalah bayi yang baru
mengalami proses kelahiran dan berusia 0-28 hari. Bayi baru lahir normal
adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan lebih dari atau sama
dengan 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat lahir 2500 - 4000 gram
(Ni Wayan,2017).
Tanda-tanda Bayi Baru Lahir Normal (Marmi, 2015).
1) Berat badan 2500-4000 gram
2) Panjang badan 48-52 cm
3) Lingkar dada 30-38 cm
4) Lingkar kepala 33-35 cm
5) Frekuensi jantung 120-160 kali/menit
6) Pernafasan ± 40-60 kali/menit
7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan
cukup
8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna
9) Kuku agak panjang dan lemas
10) Genitalia: perempuan libia mayor sudah menutupi libia
minor, laki-laki testis sudah turun dan skrotum sudah ada.
11) Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
39

12) Reflek moro atau bergerak memeluk bila dikagetkan sudah


baik
13) Reflek graps atau menggenggam sudah baik
14) Eliminasi baik, meconium akan keluar dalam 24 jam
pertama, mekonium berwarana hitam kecoklatan.
1. Asuhan Bayi Baru Lahir
Pelayanan kesehatan bayi baru lahir dimulai segera setelah bayi lahir
sampai 28 hari yang terdiri dari pelayanaan saat lahir (0-6 jam) dan setelah
lahir (6 jam – 28 hari) (Kemenkes,2019). Aspek-aspek penting asuhan
segera pada bayi baru lahir adalah:
a. Mempelajari hasil anamnesis, meliputi riwayat hamil, riwayat
persalinan dan riwayat keluarga.
b. Mempertahankan bayi dalam keadaan hangat.
c. Mengatur posisi bayi dengan kepala lebih rendah dari badan.
d. Menilai skor APGAR

Tabel 2.5 Penilaian Bayi dengan Metode APGAR

Penilaian Nilai = 0 Nilai = 1 Nilai = 2


Appeareance (warna Biru / pucat Tubuh merah, Seluruh tubuh merah
kulit) Ekstremitas biru
Pulse Tidak ada <100 >100
(Detik Jantung)
Grimace (Refleks Tidak ada Menyeringai Batuk / bersin
Ada sedikit gerakan
Actifity Lemah Ekstrimitas dalam Gerakan Aktif
(Tonus Otot)
sedikit fleksi
Respiration Tidak ada Lambat Menangis Kuat / Baik
(Pernapasan
(Sumber : Fitriana dan Nurwiandani, 2018
e. Melakukan perawatan tali pusat
f. Mengkaji tanda-tanda vital
g. Melakukan pemeriksaan fisik
Tabel 2.6 Pemeriksaan Fisik pada Bayi Baru Lahir
40

Pemeriksaan fisik yang di lakukan Keadaan Normal


Lihat postur, tonus dan aktivitas Posisi tungkai dan lengan fleksi. Bayi
sehat akan bergerak aktif

Lihat kulit Wajah, bibir, dan selaput lendiri berwarna


merah muda, tanpa adanya kemerahan atau
bisul
Hitung permapasan dan lihat Frekuensi napas normal 40-60 kali
tarikan dinding dada bawah ketika permenit. Tidak ada tarikan dinding dada
bayi sedang tidak menangis bawah yang dalam

Hitung denyut jaantung dengan Frekuensi denyut jantung normal 120-160


meletakkan stetoskop di dada kiri
kali per menit.
setinggi apeks kordis

Lakukan pengukuran suhu ketiak Suhu mormal 36,5˚C-37,5˚C


dengan thermometer
Liat dan raba bagian kepala Bentuk kepala terkadang simetris karena
penyesuaian pada saat proses persalinan.
Umumnya hilang dalam 48 jam, Ubun-
ubun besar rata atau tidak membonjol,
dapat sedikit membonjol saat bayi
menangis
Liat mata Tidak ada kotoran atau pus
Lihat bagian dalam Bibir, gusi , langit-langit utuh dan tidak
mulut,Masukkan jari ada bagian yang terbelah
menggunakan sarung tangan Nilai kekuatan isap bayi, bayi akan
kedalam mulut, raba langit-langit mengisap kuat jari pemeriksa
Lihat dan raba perut Perut bayi datar, teraba lemas
Lihat tali pusat Tidak ada perdarahan , pembengkaka,
nanah, bau yang tidak enak pada tali pusat
atau kemerahan sekitar tali pusat

Lihat punggung dan raba tulang Kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang
belakang dan benjolan pada tulang belakang
Lihat ekstremitas Hitung jumlah jari tangan dan kaki, lihat
apakah kaki posisinya baik atau bengkok
kedalam atau keluar
41

Lihat lubang anus, hindari Terlihat lubang anus dan periksa apakah
memasukkan alat atau jari dalam mekonium sudah keluar
memeriksa anus Biasanya mekoniumkeluar dalam 24 jam
setelah lahir
Lihat dan raba alat kelamin luar Bayi perempuan kadang terlihat cairan
vagina berwarna putih atau kemerahan
Bayi laki -laki terdapat lubang uretra pada
ujung penis
Pastikan bayi sudah buang air kecil dalam
24 jam setelah lahir
Timbang bayi Berat lahir normal pada kisaran 2,5 – 4 kg
Timbang bayi menggunakan Dalam minggu pertama, berat bayi
selimut, hasil dikurangi selimut mungkin turun dahulu baru kemudian naik
kembali Penurunan berat badan maksimal
10%
Mengukur panjang dan lingkar Panjang lahir normal 48 -52 cm
kepala bayi Lingkar kepala bayi 33 – 37 cm
Memulai cara menyusu, minta ibu Kepala dan badan dalam garis lurus ,
untuk menyusui bayinya wajah bayi menghadap payudara ibu ,
mendekatkan bayi ke tubuhnya, bibir
bawah melengkung keluar, sebagian besar
aeoral berada di dalam mulut bayi ,
menghisap dalam dan pelan kadang di
sertai berhenti sesaat
(Sumber : Kemenkes RI, 2018)

h. Berikan vitamin K atau Neo K untuk mencegah terjadinya perdarahan


pada otak bayi. Semua BBL normal dan cukup bulan diberikan secara
injeksi pada 1/3 paha tengah bagian luar secara IM sebanyak 0.5 mg.
i. Berikan obat tetes mata erlamycetin 5 ml untuk mencegah infeksi pada
mata.
j. Melakukan kontak dini ibu dan bayi untuk menjaga kehangatan bayi,
menjalin ikatan batin dan pemberian ASI.
42

2. Kunjungan Neonatus
1) KN I: 6-48 jam setelah bayi lahir
Asuhan yang diberikan adalah melakukan
pengamatan sepintas pada pernafasan, warna kulit, dan
aktifitas gerak bayi, mempertahankan suhu tubuh bayi agar
tetap hangat, melakukan pemeriksaan fisik pada bayi,
berikan vitamin K atau Neo K untuk mencegah terjadinya
perdarahan pada otak bayi, identifikasi bayi / memberikan
gelang pengenal bayi, dan melakukan perawatan bayi baru
lahir (Sutanto, 2018).
2) KN II: 3-7 hari setelah bayi lahir
Asuhan yang diberikan adalah menjaga tali pusat
dalam keadaan bersih dan kering serta tidak ada
menunjukkan tanda-tanda infeksi, menjaga kebersihan bayi,
pemeriksaan tanda bahaya pada bayi, anjurkan ibu untuk
memberikan ASI sesering mungkin, menjaga kehangatan
serta suhu pada bayi. Konseling terhadap ibu dan keluarga
untuk memberikan ASI secara ekslusif untuk mencegah
hipotermi pada bayi dan melaksanakan perawatan bayi baru
lahir dirumah menggunakan buku Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) (Sutanto, 2018).
3) KN III: 8-28 hari setelah bayi lahir
Asuhan yang diberikan adalah melakukan
pemeriksaan fisik serta melihat keadaan pusat bayi apabila
sudah lepas, menjaga kebersihan bayi, menganjurkan ibu
untuk tetap memberikan ASI ekslusif sesering mungkin,
memberitahu ibu tentang mengenai imunisasi dan
menganjurkan ibu untuk membawa bayi ke klinik atau
puskesmas untuk mendapatkan imunisasi BCG dan POLIO
pada saat bayi berumur 1 bulan (Sutanto, 2018).

D. Asuhan Kebidanan SOAP


43

SOAP merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis


dan tertulis. Metode SOAP dapat dipakai sebagai penyaring inti sari
proses penatalaksanaan kebidanan dalam tujuannya penyediaan dan
pendokumentasian asuhan, dan dengan SOAP dapat membantu
bidan dalam mengorganisir pikiran dan asuhan yang menyeluruh
(Subiyatin, 2017). Bentuk pendokumentasiannya adalah:
a. S (subjektif)
Data subjektif adalah data yang diperoleh dari sudut pandang
pasien atau segala bentuk pernyataan atau keluhan dari pasien.
b. O (objektif)
Data objektif merupakan data yag diperoleh dari hasil
pemeriksaan / observasi bidan atau tenaga kesehatan lain.
Yang termasuk dalam data objektif meliputi pemeriksaan fisik
pasien, pemeriksaan laboratorium, atau pemeriksaan
diagnostik lainnya.
c. A (assessment)
Assesment merupakan pendokumentasian dari hasil analisa
data subjektif dan data objektif. Analisa yang cepat dan akurat
sangat diperlukan guna pengambilan keputusan / tindakan
yang tepat.
d. P (penatalaksanaan)
Merupakan dari tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan
mandiri, kolaborasi, diagnosis atau laboratorium, serta
konseling untuk tindak lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Asri, D. 2012. Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta: Nuha Medika
Asrinah, 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Armani, Wayan Ni. & Sriasih, Gusti Ni. 2017. Asuhan Kebidanan Neonatus,
Bayi, Balita & Anak Prasekolah. Yogyakarta:Penerbit ANDI.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI,
2013. Riskesdas 2013. Jakarta: Kemenkes RI
Direktorat Kesehatan Keluarga. 2019. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI
Fitriana dan Nurwiandani, 2018. Asuhan Persalinan: konsep persalinan secara
komprehensif dalam asuhan kebidanan Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Fitriahadi dan Utami, 2019. Buku Ajar Asuhan Persalinan dan Managemen Nyeri
Persalinan Yogyakarta: Universitas Aisyiyah
Kementrian Kesehatan RI. 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta :
Kemenkes RI
__________________________________. 2019. Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2019 Tentang Kebidanan. Jakarta: Kemenkes RI
Kurniarum, A. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta
Selatan: Kemenkes RI
Marmi, 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Marmi, N. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mutmainnah, Annisa. & Johan, Herni. 2017. Asuhan Persalinan Normal & Bayi
Baru Lahir.Yogyakarta:Penerbit ANDI.
Nugroho, 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas (Askeb 3). Yogyakarta: Nuha
Medika
Nurrizka, R.H, 2013. Arah dan Strategi Kebijakan Penurunan Angka Kematian
Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA)
di Indonesia. Jakarta Selatan: Prakarsa
Prawirohardjo, S. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono

44
Prawirohardjo.

45
46

Saifuddin, A.B. 2014. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Subiyatin, A. 2017. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
Sutanto, V. A. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta :
Pustaka Baru Press.
Sulistyawati, Ari. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:
Salemba Medika
Wahyuningsih, H.P. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta :
Kemenkes RI
Yulizawati, 2019. Asuhan Kebidanan pada Persalinan. Padang: Indomedika
Pustaka

Anda mungkin juga menyukai