Anda di halaman 1dari 26

STAGE

ASIHSN KEBIDANAN FISIOLOGIS HOLOSTIK REMAJA DAN


PRA NIKAH PADA

NAMA MAHASISWA : HALIMAHTUSSADIAH


NIM : 192143007
TEMPAT PRAKTIK : PUSKESMAS RAWAT INAP SUNGAI PINYUH
TANGGAL PRAKTIK : 7 SEPTEMBER 2020 S/D 13 FEBRUARI 2021
PEMBIMBING : ELMA MARSITA, M.Tr.Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK JURUSAN KEBIDANAN PRODI KEBIDANAN
PROGRAM PROFESI BIDAN
TAHUN 2020

LAPORAN KASUS

i
ASUHAN KEBIDANAN PADA
An. D DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI TT CATIN
DI PUSKESMAS SUNGAI KAKAP
TAHUN 2021

Diusulkan Oleh:

DWI HANDAYANI
NIM: 202130025

Telah Disetujui Oleh Pembimbing


Di Pontianak pada Mei 2021

Pembimbing Institusi Pembimbing Lapangan

Nova Rahimah,S,ST
NIP.1995041420200102 NIP.1977

Ketua Program Profesi Bidan

Riska Regia Catur Putri, S.ST. M.K.M


NIP: 198508222010122003
BIODATA MAHASISWA
PROGRAM PROFESI BIDAN
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

Nama : Dwi Handayani


Tempat Tanggal lahir : Sambas,7 Maret 1976
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl. Ampera Komplek Graha Ampera A15 RT
003/RW 031 .Kelurahan Sei.Bangkong Kecamatan
Pontianak Kota.
Suami : Rasudi,S.Sos.M.Si
Anak : Thariq Wahyudi Hidayat
Afif Faraz
Orang Tua : Ayah : Suwarno
Ibu : Aswarah
Jenjang Pendidikan :
1. SDN 17 Singkawang : Tahun 1987
2. SMPN 1 Singkawang : Tahun 1990
3. SPK DEpkes Singkawang : Tahun 1994
4. P2B A RS Islam Jakarta : Tahun 1995
5. D3 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Pontianak : Tahun 2011
6. D4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Pontianak : Tahun 2014

Pengalaman Kerja :
1. Bidan PTT di Puskesmas . Rawak Tahun 1995-1998
2. Bidan PTT di Puskesmas Semberang Kec.Sambas Tahun 1998
-2001.
3. Bidan ( PNS ) Puskesmas Kuala Mandor B Tahun 2001-2008.
4. Bidan di Puskesmas Sei.Ambawang Tahun 2008 2014.
5. Bidan di Puskesmas Sei Kakap Tahun 2014-sekarang.

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
rahmat dan karunia karena yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan stase Asuhan Kebidanan Fisiologis Holistik Remaja dan Pra
Nikah dalam kegiatan praktik klinik program profesi Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Pontianak
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis menemukan berbagai
hambatan dan kesulitan. Namun penulis banyak mendapatkan bimbingan dari ibu
Nurmala Sari M.Tr.Keb selaku pembimbing utama dan Ibu Nova Rahimah,S.ST
selaku Clinical Instructure yang telah memberikan arahan, perhatian serta
masukan kepada penulis.
Dengan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam menyelesaikan
laporan ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
laporan kasus ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna perbaikan laporan kasus ini.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini berguna bagi
pembaca dan tenaga kesehatan umumnya serta penulis dan tenaga bidan
khususnya.

Pontianak, Mei 2021


Penyusun

Dwi Handayani
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... i
BIO DATA MAHASISWA ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A Latar belakang.................................................................... 1
B Rumusan masalah............................................................... 2
C Tujuan ................................................................................ 2
D Manfaat ................……………………………….......…... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A Tinjauan Teori ……. .......................................................... 4
B Evidance Based Midwifery tentang Asuhan Kebidanan
TT Catin …………………………………..……..………. 8
BAB III TINJAUAN KASUS
A Pengkajian Data Subjektif ………………………………. 10
B Pengkajian Data Objektif ………………………………... 10
C Assesment / Analisis Kasus ……………………………... 11
D Plan/Rencana Tindakan …………………………………. 11
BAB IV PEMBAHASAN ………………………………………………. 13
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan ……………………………………………… 17
B Saran …………………………………………………….. 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia menginginkan pernikahan, karena pernikahan atau
hidup berumah tangga merupakan bagian dari nikmat serta menujukkan tanda
keagungan ALLAH SWT yang diberikan kepada umat manusia. Dengan
melangsungkan pernikahan, berarti mereka telah mempertahankan
kelangsungan hidup secara turun temurun serta melestarikan agama ALLAH
SWT di bumi persada ini.
Selain itu dengan pernikahan seseorang akan lebih terpelihara hawa
nafsunya dan merasa tenang. Dengan adanya istri, suami bisa mempunyai
teman untuk saling berbagi rasa cinta dan sayang, serta dapat membantu
suami dalam mengatur rumah tangga yang merupakan bagian terpenting bagi
keharmonisan dan keserasian hidup. Demikian pula bagi wanita setelah
mendapatkan suami, maka ada orang yang melindungi dirinya, memberi
nafkah padanya, mengasihi, dan mencintainya, menolong di kala sakit dan
sebaliknya suami ada yang menghibur dikala susah.
Di negara Indonesia, dalam melangsungkan perkawinan itu belum
diakui sah secara hukum negara, apabila pernikahan antara laki-laki dan
perempuan itu tidak dicatatkan dalam kantor urusan agama (KUA) dan
mendapatkan buku nikah. Selain dari syarat-syarat yang ditentukan dalam
hukum islam, juga ditambahkan seperti surat-surat keterangan dari desa,
keluarga, surat keterangan kesehatan dan lain-lain yang menjadi persyaratan.
Seringkali masyarakat yang akan melangsungkan pernikahan kurang
menyadari kelengkapan administerasi terkait surat kesehatan (surat
keterangan hasil pemeriksaan kesehatan termasuk surat keterangan sudah
diimunisasi TT calon pengantin/catin). Sesungguhnya pemeriksaan
kesehatan itu sangatlah penting dan akan memberi manfaat besar bagi pihak
laki-laki maupun perempuan.

1
2

Pada saat ini yang menjadi keharusan kelengkapan administerasi


pemeriksaan kesehatan adalah melampirkan surat keterangan imunisasi TT
(Tetanus Toxoid). Persyaratan ini telah diatur dalam instruksi bersama
Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Permukiman Departemen Kesehatan No. 2 Tahun 1989 Tentang
Imuisasi Tetanus Toxoid Calon Pengantin.
Berdasarakan instruksi tersebut itulah Kantor Urusan Agama (KUA)
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang akan menikah
mengharuskan untuk melampirkan surat keterangan imunisasi TT, jika tidak
maka KUA tidak akan melanjutkan proses administerasi selanjutnya atau
tidak akan memberikan buku nikah. Untuk itulah setiap calon pengantin
wanita yang akan melangsungkan pernikahan akan datang ke Puskesmas
Sungai Kakap untuk memperoleh pelayanan imunisasi TT catin.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas penyusun menarik rumusan
masalahnya yaitu “bagaimana asuhan kebidanan yang tepat pada calon
pengantin dengan imunisasi TT Catin?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan pemberian
imunisasi TT pada calon pengantin.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melaksanakan pengkajian pada calon pengantin (Nn.
Dewi ).
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kebutuhan berdasarkan data
subyektif dan data obyektif pada calon pengantin (Nn. Dewi ).
c. Mahasiswa dapat melaksanakan pemberian imunisasi TT pada calon
pengantin (Nn. Dewi ).
d. Mahasiswa dapat melaksanakan evaluasi dari pemberian imunisasi TT
yang telah diberikan pada calon pengantin (Nn. Dewi).
3

e. Mahasiswa dapat melakukan pendokumentasian tindakan/pemberian


imunisasi TT pada calon pengantin (Nn. Dewi ).
D. Manfaat
1. Manfaat Bagi Mahasiswa
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman secara
langsung, dalam memberikan imunisasi TT pada calon pengantin.
2. Manfaat Bagi Institusi
Laporan studi kasus ini mampu menjadi tambahan bahan pustaka agar
menjadi sumber bacaan sehingga dapat bermanfaat dan menambah
wawasan bagi mahasiswa khususnya bagaimana memberikan imunisasi
TT pada calon pengantin.
3. Manfaat Bagi Lahan Praktik
Laporan komprehensif kasus ini memberikan gambaran mengenai
pemberian imunisasi TT kepada calon pengantin di Puskesmas Sungai
Kakap.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Imunisasi
adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu
saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan (Permenkes RI Nomor 12 Tahun 2017;
Kemenkes RI, 2015). Imunisasi merupakan suatu program yang dengan
sengaja memasukkan antigen lemah agar merangsang antibodi keluar
sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. Imunisasi
merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. (Proverawati,
Atikah, 2010).
2. Pengertian Vaksin
Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa
mikroorganisme yang sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan,
masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang
telah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan
dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan
menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu
(Permenkes RI Nomor 12 Tahun 2017; Kemenkes RI, 2015). Vaksin
Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian
dimurnikan (Setiawan, 2018).
Sistem imun tubuh mempunyai suatu sistem memori (daya ingat),
ketika vaksin masuk dalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk
melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpannya
sebagai suatu pengalaman. Jika nantinya tubuh terpapar dua atau tiga
kali oleh antigen yang sama dengan vaksin maka antibodi akan tercipta
5

lebih cepat dan banyak, walaupun antigen bersifat lebih kuat dari vaksin
yang pernah dihadapi sebelumnya. Oleh karena itu imunisasi efektif
mencegah penyakit infeksius (Proverawati, Atikah, 2010).
3. Pengertian Tetanus Toxoid
Tetanus toxoid adalah sediaan toksin tetanus yang dilemahkan,
yang akan membentuk respon imun terhadap clostridium tetany
(Kemenkes, RI, 2015). Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan
oleh infeksi kuman clostridium tetany, kuman ini bersifat an-aerob,
sehingga dapat hidup pada lingkungan yang tidak terdapat zat asam
(oksigen). Tetanus dapat menyerang bayi, anak-anak bahkan orang
dewasa (Proverawati, Atikah, 2010). Imunisasi tetanus toksoid adalah
proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap
infeksi tetanus (Idanati, 2018).
4. Pelaksanaan Suntik TT
Banyak yang memahami bahwa suntik TT hanya dilakukan satu
kali, yaitu sebelum menikah. Sebenarnya, suntik TT sebelum menikah
adalah pemberian vaksin TT tahap pertama. Pelaksanaannya dilakukan 2
minggu hingga 1 bulan sebelum menikah.
Setelah itu, akan ada suntik TT lanjutan, yaitu 4 minggu setelah
suntik TT pertama dilakukan. Suntik TT ketiga dilakukan 6 bulan setelah
suntik TT kedua. Pelaksanaan suntik TT keempat adalah 1 tahun
kemudian terhitung sejak suntik TT ketiga.
Idealnya, suntik TT dilakukan hingga lima tahap. Suntik TT kelima
atau yang terakhir dilakukan 1 tahun setelah suntik TT keempat. Apabila
Anda mendengar bahwa suntik TT juga diberikan pada ibu hamil, maka
itu adalah suntik TT tahap kedua dan ketiga.
Setelah melahirkan, seorang wanita masih perlu mendapatkan
imunisasi TT. Hal ini dikarenakan masih ada kemungkinan wanita
tersebut hamil dan harus menjalani proses persalinan yang membuka
peluang terjadinya infeksi tetanus (Proverawati, Atikah, 2010).
6

Secara ideal setiap WUS mendapatkan Imunisasi TT sebanyak 5


kali (Long life) mulai dari TT I sampai dengan TT V. Bagi pembaca
yang berstatus sebagai WUS tentu perlu mengetahu sampai saat ini status
Imunisasinya sampai tahap apa, dapat diketahui dengan beberapa
pentunjuk dalam tulisan berikut ini. Dalam Sistem Informasi Posyandu
(SIP) yang dikembangkan oleh Kabupaten Kulon Progo telah diberikan
beberapa definisi untuk dapat mengisi format yang ada di SIP tersebut.
Penentuan status imunisasi WUS dibedakan kelahiran WUS pada
tahun 1979 sampai dengan tahun 1993 dan WUS yang lahir setelah tahun
1993, dimana tahun 1979 adalah tahun dimulainya program imunisasi
dasar lengkap dan tahun 1993 adalah tahun dimulainya Bulan Imunisasi
Anak Sekolah.
Untuk WUS yang lahir pada tahun 1979 sampai dengan tahun 1993
dan ingat jika pada saat sekolah SD dilakukan imunisasi, maka status
imunisasinya :
TT 1 : waktu imunisasi di klas I SD
TT 2 : waktu imunisasi di klas II SD
TT 3 : waktu imunisasi calon pengantin (catin)
TT 4 : waktu imunisasi pertama pada saat hamil
TT 5 : waktu imunisasi kedua pada saat hamil
WUS yang lahir pada tahun 1979 sampai dengan tahun 1993
namun tidak ingat pada waktu sekolah SD dilakukan imunisasi, maka
status imunisasinya :
TT 1 : waktu imunisasi catin pertama
TT 2 : waktu satu bulan setelah TT I
TT 3 : waktu imunisasi pertama pada saat hamil
TT 4 : waktu waktu imunisasi kedua pada saat hamil
WUS yang lahir yang lahir setelah tahun 1993 yang tidak
mempunyai KMS Balita dan kartu TT di SD, maka status imunisasinya :
TT 1 : waktu imunisasi catin pertama
TT 2 : waktu satu bulan setelah TT I
TT 3 : waktu imunisasi pertama pada saat hamil
TT 4 : waktu waktu imunisasi kedua pada saat hamil
7

WUS yang lahir yang lahir setelah tahun 1993 yang tidak
mempunyai KMS Balita namun mempunyai kartu TT di SD, maka status
imunisasinya :
TT 1 : waktu imunisasi di klas I SD
TT 2 : waktu imunisasi di klas II SD
TT 3 : waktu imunisasi calon pengantin (catin) yang pertama
TT 4 : waktu imunisasi pertama pada saat hamil
TT 5 : waktu imunisasi kedua pada saat hamil
WUS yang lahir yang lahir setelah tahun 1993, mempunyai KMS
Balita dan mempunyai kartu TT di SD, maka status imunisasinya :
TT 1 – TT 4 : dapat dilihat di KMS dan kartu TT
TT 5 : waktu imunisasi pertama pada saat hamil
5. Manfaat Imunisasi TT
Sama seperti imunisasi lainnya, imunisasi TT memiliki beberapa
manfaat. Manfaat suntik TT tidak hanya untuk ibu melahirkan
melainkan juga untuk bayi yang dilahirkannya. Anda bisa mendapatkan
manfaat suntik TT jika melakukannya sesuai instruksi dokter. Berikut ini
adalah beberapa manfaat suntik TT bagi ibu dan bayi:
a. Menghindari infeksi kuman tetanus pada vagina
Manfaat suntik TT sebelum menikah sudah bisa dirasakan oleh
wanita sejak malam pertama. Vaksin TT bisa mencegah vagina
seorang perempuan dari infeksi kuman tetanus saat melakukan
hubungan seksual pertama kalinya.
b. Mencegah ibu terkena tetanus
Pemberian suntik TT akan membuat ibu memiliki kekebalan
terhadap kuman Clostridium Tetani. Ibu hamil yang memiliki
kekebalan ini akan terlindung dari penyakit tetanus ketika menjalani
proses persalinan yang biasanya memerlukan episiotomy (gunting
vagina).
c. Melindungi bayi baru lahir dari tetanus
Penerimaan suntik TT juga akan memberikan perlindungan
pada bayi Anda yang baru lahir. Kekebalan yang Anda dapatkan
terhadap kuman tetanus akan mencegah penyakit tetanus melalui
8

pemotongan tali pusat. Bayi Anda pun akan terhindar dari tetanus
neonatorum.

Manfaat-manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu


tujuan dari program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus
maternal dan tetanus neonatorum (Permenkes Nomor 12 tahun 2017).
6. Efek Samping Imunisasi TT
Biasanya hanya gejala-gejala ringan saja seperti nyeri, kemerahan
dan pembengkakan pada tempat suntikan. TT adalah antigen yang sangat
aman dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya bagi janin
apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT. Efek samping tersebut
berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak diperlukan
tindakan/pengobatan (Kemenkes RI, 2015).
7. Teknik Pemberian Imunisasi TT (Kemenkes RI, 2015)
a. Menyiapkan alat-alat secara ergonomis
1) Vaksin TT dalam termos es
2) Spuit ADS
3) Kapas DTT
4) Bak instrumen
5) Perlak dan alasnya
6) Bengkok
7) Sarung tangan
8) Safety box
9) Alat tulis
10) Larutan klorin dalam tempatnya
b. Memperkenalkan diri dan menjelaskan kepada WUS mengenai
prosedur yang akan dilakukan.
c. Mencuci tangan dengan air mengalir, kemudian dikeringkan
d. Memakai sarung tangan.
e. Mengambil vaksin dari vial dengan cara yang benar sebanyak 0,5
ml.
9

f. Mengatur pasien dan membuka pakaian pada daerah yang akan


disuntik. Menentukan daerah suntikan di daerah sepertiga bagian
atas lengan kanan bagian luar atau bokong.
g. Membersihkan permukaan kulit yang akan disuntik dengan kapas
DTT dari tengah ke luar secara sirkular sekitar 5 cm.
h. Tunggu hingga daerah suntikan kering kemudian lepaskan penutup
spuit, suntikkan jarum dengan perlahan-lahan secara intramuscular
(IM) dengan sudut 90º atau subcutan (SC).
i. Masukkan/suntikkan vaksin secara perlahan-lahan.
j. Menarik jarum suntik setelah vaksin masuk, sambil menekan daerah
suntikan dengan kapas DTT.
k. Merapikan alat-alat.
l. Merapikan pasien.
m. Bersihkan sarung tangan dalam larutan klorin dan lepaskan secara
terbalik, masukkan dalam ember berisi larutan klorin.
n. Menjelaskan reaksi yang timbul setelah penyuntikan dan cara
mengatasi reaksi tersebut.
o. Mendokumentasikan kegiatan (waktu, nama obat, dosis, cara
pemberian, dan reaksi pasien).
B. Evidance Based Midwifery tentang Asuhan Kebidanan TT Catin
1. Fikarsih Ponda Catur Rika dan Tri Wahyuni dalam laporan penelitiannya
(Skripsi) pada tahun 2018 yang dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas
Gunung Samarinda Balikpapan dengan judul “Hubungan Antara Tingkat
Pengetahuan dan Dukungan Keluarga Tentang Imunisasi TT Pada Calon
Pengantin Dengan Kepedulian Melakukan Imunisasi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Gunung Samarinda Balikpapan” diperoleh kesimpulan bahwa
tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga mempunyai peran penting
dalam pelaksanaan imunisasi TT. Pengetahuan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan dan dukungan keluarga dapat mempengaruhi seseorang
untuk imunisasi.
10

2. Sawitri, Ida Farida dalam laporan penelitiannya pada tahun 2011 yang
dilakukan di Kota Tangerang Selatan dengan judul “Gambaran Persepsi
Petugas Puskesmas dan Petugas Kantor Urusn Agama (KUA) Dalam
Pelaksanaan Program Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) Pada Calon
Pengantin Wanita Di Kota Tangerang Selatan Pada Tahun 2011”
diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan program imunisasi TT belum
optimal dikarenakan terdapat beberapa hambatan dari petugas
puskesmas, petugas KUA maupun dari calon pengantin.
3. Ellyana Masrurotin dalam laporan penelitiannya pada tahun 2020 yang
dilakukan di Tulungagung dengan judul “Suntik TT (Tetanus Toxoid)
Sebagai Salah Satu Syarat Administerasi Pernikahan Dalam Persepsi
Ulama Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama Tulungagung” diperoleh
kesimpulan pertama manfaat dari imunisasi TT bagi calon pengantin
wanita yang masih usia subur bisa melindungi mereka dari hal yang bisa
menyebabkan terjangkitnya virus tetanus, khususnya bisa melindungi
pengantin wanita dalam melakukan hubungan suami istri pertama kali.
Imunisasi TT juga bisa melindungi pada saat mereka melakukan proses
melahirkan yang mengharuskan itu bersentuhan dengan alat-alat
kedokteran seperti gunting atau pisau. Imunisasi TT juga bisa
melindungi bayi baru dilahirkan pada saat pemotongan tali pusat. Kedua
Ulama Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama Tulungagung menyetujui
tentang disyaratkannya bukti telah melakukan suntik TT. Karena para
ulama yakin bahwa pemerintah menetapkan hal tersebut untuk kebaikan
dan kemaslahatan masyarakat sendiri disamping juga merupakan hal
dorurot. Sehingga dapat dikategorikan sebagai upaya pemerintah untuk
melindungi masyarakat.
4. Wira Meiriza, Triveni dalam laporan penelitiannya yang berjudul
“Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Pra-Nikah Dengan Pelaksanaan
Imunisasi Tetanus Toxoid (Catin) Di Puskesmas Padang Luar Kabupaten
Agam” pada tahun 2018 berkesimpulan tidak terdapat hubungan
11

pengetahuan dan sikap ibu pranikah dengan pelaksanaan imunisasi


tetanus toxoid (catin).
5. Riantini Amelia dan Pulung Siswantara dalam laporan penelitiannya
yang berjudul “Efektivitas Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Pada
Calon Pengantin Di Puskesmas Pucang Sewu Surabaya” pada tahun 2017
berkesimpulan terdapat perbedaan yang bermakna sebelum dan sesudah
dilakukan penyuluhan pada pengetahuan calon pengantin. Saran peneliti
Puskesmas Pucang Sewu tetap melaksanakan penyuluhan calon
pengantin dengan metode ceramah dan tanya jawab serta menggunakan
media slide show karena telah terbukti dapat meningkatkan pengetahuan
calon pengantin. Selain itu perlu dilaksanakan kolaborasi pemegang
program calon pengantin dengan petugas gizi dan psikologi terkait
dengan materi penyuluhan agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang
gizi dan manajemen psikologi pada calon pengantin.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pengumpulan data
Tanggal /waktu pengkajian : 30 April 2021 / 09.45 Wib
Tempat pengkajian : Puskesmas Sei.Kakap
Identitas
Nama : Dewinta
Umur : 19 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Melayu/Indonesia
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
Alamat rumah : Dusun Garuda RT 10 Rw 02 Desa Sei.Kakap
A. Data Subjektif
1. Latar belakang kunjungan : TT Catin untuk persiapan pernikahan
2. Yang menemani pasien pada saat kunjungan: sendiri
3. Datang dengan rujukan dari : Tidak, datang sendiri
4. Riwayat haid
menarche : Usia 13 tahun
Siklus haid : 28 – 29 hari
Lama haid : 5 – 6 hari
Banyaknya : ± 3-4 kali ganti pembalut / hari
Dismenorhoe : Tidak
5. Riwayat atau masalah kesehatan saat ini
Tidak mengalami penyakit lain seperti diabetes mellitus, jantung, stroke,
hipertensi, kanker, TBC dll.
6. Riwayat imunisasi
TT : Kelas IV SD
B. Data Objektif.
1. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Antrophometri :
13

Tinggi badan : 155 cm


Berat badan : 51 Kg
IMT : 22,4 kg/M2
LILA : 23,5 Cm
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 109 / 76 mmHg
Denyut nadi : 84 x/menit Sifat : Teratur
Pernafasan : 20 x/menit Sifat : Teratur
Suhu : 36,3 ºC
3. Pemeriksaan fisik
Bentuk tubuh : Normal
Wajah : Tidak pucat, tidak terdapat kelainan yang berkenaan
dengan genetic seperti sinrom down
Mata : Tidak ikterik, konjuntiva merah muda, sklera putih
dan tidak buta warna
Mulut : Bibir tidak pucat, lembab tidak kering
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
C. Analisis
Nona D usia 19 tahun ,TT Catin
1. Penatalaksaan Menyiapkan alat-alat secara ergonomis
a. Vaksin TT dalam termos es
b. Spuit ADS
c. Kapas DTT
d. Bak instrumen
e. Perlak dan alasnya
f. Bengkok
g. Sarung tangan
h. Safety box
i. Alat tulis
j. Larutan klorin dalam tempatnya
(alat-alat telah disiapkan)
14

2. Memperkenalkan diri dan menjelaskan kepada WUS mengenai prosedur


yang akan dilakukan. (WUS sudah memahami)
3. Mencuci tangan dengan air mengalir, kemudian dikeringkan (mencuci
tangan)
4. Memakai sarung tangan (sudah memakai sarung tangan)
5. Mengambil vaksin dari vial dengan cara yang benar sebanyak 0,5 ml
(Menyedot vaksin menggunakan spuit)
6. Mengatur pasien dan membuka pakaian pada daerah yang akan disuntik.
Menentukan daerah suntikan di daerah sepertiga bagian atas lengan
kanan bagian luar atau bokong. (menentukan daerah penyuntikan)
7. Membersihkan permukaan kulit yang akan disuntik dengan kapas DTT
dari tengah ke luar secara sirkular sekitar 5 cm (membersihkan tempat
penyuntikan)
8. Tunggu hingga daerah suntikan kering kering, kemudian lepaskan
penutup spuit, suntikkan jarum dengan perlahan-lahan secara
intramuscular (IM) dengan sudut 90º atau subcutan (SC). (menyuntik)
9. Masukkan/suntikkan vaksin secara perlahan-lahan. (memasukkan vaksin
secara perlahan-lahan)
10. Menarik jarum suntik setelah vaksin masuk, sambil menekan daerah
suntikan dengan kapas DTT (menarik jarum suntuk keluar)
11. Merapikan alat-alat (mengemaskan alat/instrument)
12. Merapikan pasien
13. Bersihkan sarung tangan dalam larutan klorin dan lepaskan secara
terbalik, masukkan dalam ember berisi larutan klorin (melepaskan sarung
tangan)
14. Menjelaskan reaksi yang timbul setelah penyuntikan dan cara mengatasi
reaksi tersebut (memberikan informasi kemungkinan reaksi yang dapat
dialami, dan WUS memahami)
15. Mendokumentasikan kegiatan (waktu, nama obat, dosis, cara pemberian,
dan reaksi pasien) (mencatat hasil kegiatan di buku laporan)
BAB IV
PEMBAHASAN

Setiap manusia menginginkan pernikahan, karena pernikahan atau


hidup berumah tangga merupakan bagian dari nikmat serta menujukkan tanda
keagungan ALLAH SWT yang diberikan kepada umat manusia. Di negara
Indonesia, khususnya yang beragama Islam dalam melangsungkan
perkawinan itu belum diakui sah secara hukum negara, apabila pernikahan
antara laki-laki dan perempuan itu tidak dicatatkan dalam Kantor Urusan
Agama (KUA) dan mendapatkan buku nikah. Selain dari syarat-syarat yang
ditentukan dalam hukum Islam, juga ditambahkan surat keterangan telah
diimunisasi TT dari fasilitas kesehatan.
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila
suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan (Permenkes RI Nomor 12 Tahun 2017; Kemenkes RI,
2015). Imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit.
(Proverawati, Atikah, 2010).
Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa
mikroorganisme yang sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih
utuh atau bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah
menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan dengan zat
lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan
spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu (Permenkes RI Nomor 12
Tahun 2017; Kemenkes RI, 2015). Vaksin tetanus yaitu vaksin yang berisi
tetanus toxoid, yaitu zat yang bentuk kimiawinya menyerupai racun tetanus
tetapi tidak merusak saraf (Adrian, Kevin. 2020). Ketika diberikan vaksin
tetanus, sistem kekebalan tubuh seseorang akan membentuk zat antibodi
terhadap racun yang dihasilkan oleh kuman tetanus. Dengan begitu, sebagai
respon adanya ancaman dari musuh maka tubuh akan memproduksi antibodi
17

untuk melawan antigen tersebut. Namun, kekebalan yang didapat melalui


vaksinasi, tidaklah bertahan seumur hidup terhadap infeksi penyakit
berbahaya. 
Idealnya, suntik TT dilakukan hingga lima tahap. Suntik TT kelima
atau yang terakhir dilakukan 1 tahun setelah suntik TT keempat. Apabila
Anda mendengar bahwa suntik TT juga diberikan pada ibu hamil, maka itu
adalah suntik TT tahap kedua dan ketiga.
Sama seperti imunisasi lainnya, imunisasi TT memiliki beberapa
manfaat. Beberapa manfaat diantaranya adalah pertama mencegah vagina
seorang perempuan dari infeksi kuman tetanus saat melakukan hubungan
seksual pertama kalinya. Kedua terlindung dari penyakit tetanus ketika
menjalani proses persalinan yang biasanya memerlukan episiotomy (gunting
vagina). Ketiga Melindungi bayi baru lahir dari penyakit tetanus melalui
pemotongan tali pusat. Manfaat-manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai
salah satu tujuan dari program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi
tetanus maternal dan tetanus neonatorum (Permenkes Nomor 12 tahun 2017).
Masrurotin, E. 2020 dalam laporan penelitiannya mengatakan imunisasi
TT dapat memberikan kekebalan kepada wanita (calon pengantin) dari infeksi
bakteri tetanus pada saat melakukan hubungan suami istri pertama kali.
Selain itu imunisasi TT juga dapat memberikan kekebalan pada wanita atau
ibu pada saat bersentuhan dengan alat-alat kesehatan seperti gunting dan
pisau.
Teknis pemberian imunisasi TT menurut Kemenkes RI, 2015 adalah
pertama menyiapkan alat-alat (yang dibutuhkan) secara ergonomis (pada
posisi yang mudah dalam menggunakannya). Kedua memperkenalkan diri
kepada klien / WUS mengenai prosedur yang akan dilakukan. Ketiga
mencuci tangan dengan air mengalir, kemudian dikeringkan. Keempat
memakai sarung tangan. Kelima mengambil atau menyedot vaksin dari vial
dengan cara yang benar sebanyak 0,5 ml. Keenam mengatur pasien dan
membuka pakaian pada daerah yang akan disuntik. Ketujuh melalukan
desinfeksi kulit dengan kapas DTT. Kedelapan memasukkan atau
18

menyuntikkan vaksin secara intramuscular (IM) atau SC (Subcutan) dengan


perlahan. Kesembilan menarik jarum suntik setelah vaksin masuk semua, dan
menekan daerah suntikan dengan kapas DTT. Kesepuluh merapikan alat,
merapikan klien/WUS. Kesebelas menjelaskan reaksi yang timbul setelah
penyuntikan dan cara mengatasi reaksi tersebut. Keduabelas
mendokumentasikan kegiatan (waktu, nama obat, dosis, cara pemberian, dan
reaksi pasien).
Antibodi yang terbentuk pada calon pengantin yang sudah di imunisasi
TT, selain memberi perlindungan pada ibu, juga memberikan perlindungan
pada calon bayi yang akan lahir. Tetanus neonatorum merupakan salah satu
penyebab kematian neonatal di Indonesia, sekitar 40 persen kematian bayi
terjadi pada masa neonatal. Salah satu strategi Kemenkes RI untuk mencapai
eliminasi tetanus neonatorum adalah dengan melakukan imunisasi tetanus
toxoid (TT) pada ibu hamil. Karena kecenderungan cakupan TT terhadap ibu
hamil masih rendah, upaya pencegahan tetanus neonatorum melalui
pemberian imunisasi TT pada ibu hamil belum menunjukkan hasil yang
efektif, Oleh karena itu, Kemenkes RI mulai mengembangkan intensifikasi
imunisasi TT pada wanita usia subur yaitu para calon pengantin.
Penelitian yang dilakukan oleh Hamid, dkk (2011) didapatkan data dari
401 responden penelitian (calon pengantin) hanya 135 orang (33,6%) yang
melakukan imunisasi TT, ini berarti program tersebut dirasakan belum
terlaksana dengan baik. Hal tersebut dikarenakan kurangnya sosialisasi
program, masih kurang efektifnya penyuluhan yang diberikan saat kelas
penataran calon pengantin di KUA, serta hambatan-hambatan lain yang
berasal dari calon pengantin.
Dari penelitian Hamid, 2011 salah satu respondenya yaitu Nn.C (22
tahun) mengatakan bahwa ia masih belum mengerti manfaat atau kegunaan
dari imunisasi TT sebelum menikah, wajib atau tidak untuk dilakukan dan
ada efek sampingnya atau tidak. Informan juga mengatakan bahwa dari KUA
sudah disarankan untuk imunisasi tetapi tidak diberikan penjelasan apa-apa,
jadi informan menunggu untuk mengikuti penataran calon pengantin agar
19

mendapat penjelasan terlebih dahulu tentang imunisasi TT dan segala macam


hal yang harus di siapkan sebelum menikah. Kondisi tersebut sesuai dengan
pengertian pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010), bahwa pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tidakan
seseorang.
Nona Dewinta adalah tamatan sekolah SMA, dia bertanya tentang
berbagai hal terkait pemberian imunisasi TT. Setelah diberikan penjelasan
Nona Dewinta mengetahui apa itu imunisasi TT, tujuan dan manfaatnya.
Dengan pengetahuan ini Dewinta bersedia untuk diimunisasi TT.
Program imunisasi TT bagi calon pengantin dilakukan dengan
mengadakan kerja sama lintas sektoral antara pihak puskesmas dan pihak
KUA. Hal ini dikarenakan pihak KUA merupakan bagian yang bertanggung
jawab mendata calon pengantin yang akan mendaftar untuk menikah.
Adapun pembagian tugas yang dilakukan antara lain; petugas KUA
berwenang dalam pengumpulan persyaratan pernikahan (salah satunya
fotokopi kartu tanda imunisasi TT) dan penjadwalan untuk penataran calon
pengantin. Sedangkan untuk petugas Puskesmas berwenang dalam
penyuluhan calon pengantin terkait masalah kesehatan dan pada pelaksanaan
pemberian imunisasi TT bagi calon pengantin wanita. Jadi sebenarnya,
tanggung jawab keberhasilan program imunisasi catin ini adalah tanggung
jawab bersama baik, petugas KUA maupun Puskesmas.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengkajian terhadap Nona Dewinta , umur 19 tahun yang akan
imunisasi TT catin telah dilakukan sesuai dengan kebutuhan informasi yang
dibutuhkan sebelum pemberian imunisasi TT catin. Sudah dapat memilah
antara data subyektif dan data obyektif. Membuat analisis hasil pengkajian
dan dapat memberikan atau menyuntikan TT kepada calon pengantin.
Setelah pemberian imunisasi dilakukan observasi untuk memastikan tidak ada
syok anafilaksis atau kejadian pasca imunisasi lainnya.
Imunisasi TT dilakukan di lengan kiri. Pemberian atau penyuntikan
vaksin dilakukan secara intramusculer, dengan dosis pemberian vaksin TT
sebanyak 0,5 cc.
B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Mahasiswa agar selalu meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
pengalaman dan kemampuan dalam pemberian imunisasi TT pada calon
pengantin (catin) dan selalu menambah wawasan atau pengetahuannya.
2. Bagi institusi
Laporan studi kasus ini bisa dijadikan tambahan bahan pustaka agar
menjadi sumber bacaan, sehingga dapat bermanfaat dan menambah
wawasan mahasiswa di institusi pendidikan pada asuhan kebidanan
khusunya terkait pemberian imunisasi TT Catin.
3. Bagi lahan praktik
Laporan komprehensif ini dapat dijadikan sebagai gambaran mengenai
proses pemberian imunisasi TT khususnya pada wanita usia subur calon
pengantin (catin)
21

DAFTAR PUSTAKA

Adrian, Kevin. 2020. Dengan judul tulisan “Kegunaan Vaksin Tetanus dan Kapan
Harus Mendapatkannya”. https://www.alodokter.com/kegunaan-vaksin-
tetanus-dan-kapan-harus-mendapatkannya

Masrurotin, Ellyana, 2020. Suntik TT (Tetanus Toxoid) Sebagai Salah Satu Syarat
Administerasi Pernikahan Dalam Persepsi Ulama Muhammadiyah dan
Nahdhatul Ulama Tulungagung. Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum.
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung.

Hamid F, Nurbaeti I, Amran Y, dkk. 2011. Survei Data Dasar Pengembangan


Model Pelayanan Kesehatan Maternal di Kotamadya Tangerang Selatan.
Lembaga Penelitian UIN Jakarta. Jakarta

Kementerian Kesehatan RI, 2015. Buku Ajar Imunisasi. Cetakan Kedua, Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan: Jakarta

Notoatmodjo S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Permenkes RI, 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi

PIONAS-BPOM. Vaksin Tetanus. http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-14-produk-


imunologis-dan-vaksin/144-vaksin-dan-antisera/vaksin-tetanus-tetanus-
toksoid [diakses pada 19 Oktober 2020]

Proverawati, Atikah, 2010. Imunisasi dan Vaksinasi. Bantul, Yogyakarta Nuha


Medika.

Rika, F.P.C dan Wahyuni, Tri. 2018. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan
Dukungan Keluarga Tentang Imunisasi TT Pada Calon Pengantin
Dengan Kepedulian Melakukan Imunisasi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Gunung Samarinda Balikpapan. Program Studi Ilmu Keperawatan.
Fakultas Ilmu Kesehatan dan Farmasi. Universitas Muhammadiyah
Kalimantan Barat.

Sawitri, Ida Farida, 2011. Gambaran Persepsi Petugas Puskesmas Dan Petugas
Kantor Urusan Agama (KUA) Dalam Pelaksanaan Program Imunisasi
Tetanus Toxoid (TT) Pada Calon Pengantin Wanita Di Kota Tangerang
Selatan Tahun 2011. Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol 3 No. 3 Desember
2012: 132-142

UINSBY: Imunisasi Tetanus Toksoid (Tt) Dan Pemeriksaan Kesehatan


Pranikah (Premarital Check Up). http://digilib.uinsby.ac.id/1596/5/Bab
%203.pdf  [diakses pada 19 Oktober 2020]
22

Unimus: Tinjauan Pustaka. Imunisasi Tetanus Toksoid.


http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/103/jtptunimus-gdl-ekowijinin-
5106-3-bab2.pdf [diakses pada 19 Oktober 2020]

Anda mungkin juga menyukai