Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA PRANIKAH

DI RUANGAN KIA PUSKESMAS TANAH MERAH


KABUPATEN BANGKALAN

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Stase Asuhan Kebidanan Remaja dan Pra Nikah
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun Oleh :

Nama : Siti Asya

NIM : 19159010029

KELAS :A

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDIA HUSADA MADURA

2019
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA ATAU PRANIKAH


DI RUANGAN KIA PUSKESMAS TANAH MERAH
KABUPATEN BANGKALAN

Dipersiapkan dan disusun oleh :

Nama : Siti Asya

NIM : 19159010029

KELAS :A

Tanggal 14 NOVEMBER 2019


PEMBERIAN ASUHAN KEBIDANAN
PADA REMAJA ATAU PRANIKAH

DISETUJUI :

Kepala Ruangan Bikor / Kasus : Velayani P., S.ST


NIDN.

Di : PUSKEMAS TANAH MERAH

Pembimbing Institusi / Kasus : Dian Eka J. S.ST, M.Kes

NIDN.

Di : STIKES NGUDIA HUSADA


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan YME atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang

dilimpahkan, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan selama di

Puskesmas Tanah Merah, Kabupaten Bangkalan.

Penyusunan Asuhan Kebidanan ini merupakan tugas berstruktur di Akademi

kebidanan Stikes Ngudia Husada Madura untuk memenuhi target yang telah

ditetapkan. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang

telah membantu dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini terutama:

1. Dr. M. Hasinuddin, S.Kep.,M.Kes selaku ketua STIKES NGUDIA HUSADA

Madura.

2. Hamimatus Zainiyah, S.ST, M.Pd. M.keb selaku ketua Program Studi

Pendidikan Profesi Bidan

3. Dian Eka J. S.ST. M.Kes. selaku pembimbing Akademik Profesi Bidan.

4. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Askeb ini.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam

penyusunan Asuhan Kebidanan ini. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi peningkatan penyusunan

Asuhan Kebidanan selanjutnya.

                                                                                     Bangkalan,                      2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Di negara maju tetanus sangat jarang dijumpai yaitu berkat imunisasi

yang teratur dan tertib, bukti bahwa imunisasi tetanus sangat bermanfaat dapat

diketahui dari frekuensi tetanus selama perang dunia II yaitu hanya didapatkan

6 kasus dari setengah juta prajurit Amerika Serikat yang luka, dibanding

dengan 700 kasus selama perang

Dinegara yang sudah maju. Tetanus neonatorum sudah tidak terdapat

lagi karena setiap kelahiran ditolong oleh tenaga terdidik. Di Indonesia penyakit

ini terjadi karena masih banyak persalinan yang ditolong oleh dukun yang

memotong talpus dengan sebilah bambu, pisau atau gunting yang kotor dapat

pula terjadi.

Cara mencegah tetanus neonatorum selain kebersihan sewaktu dan

sesudah persalinan juga dapat dilakukan dengan cara pemberian toksoid

sebelum pra nikah dimana tujuannya utuk melindungi janin ketika ibu tersebut

melahirkan. Selain itu TT juga bisa diberikan lagi ketika ibu tersebut hamil. TT

diberikan seumur hidup kurang lebih 5 kali. Sehingga apabila imunisasi TT

digunakan secara teratur dan tertib dengan demikian insident tetanus

neonatorum dapat diperkecil 0,5 % dari semua kelahiran

Berdasarkan kesepakatan global (Milenium Development Goals/MDGs,

2000), pada tahun 2015 diharapkan Angka kematian Ibu menurun sebesar tiga

perempatnyadalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal itu Indonesia

mempunyai komitmen untuk menurunkan angka kematian Ibu menjadi

102/100.000 KH. Angka kematian bayi dari 68 menjadi 23/1.000 KH, dan

angka kematianBalita 97 menjadi 32/1000 KH, pada tahun 2015.

Penyebab langsung kematian ibu sebesar 90% terjadi pada saat

persalinan dan segera setelah persalinan (SKRT 2001). Penyebab langsung


kematian ibu adalah perdarahan (28%), Ekslampsia (24%), dan infeksi (11%).

Penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain Kurang Energi Kalori/Kek

pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%). Ibu hamil yang

mengalami KEK sekitar 27,6% (susenas, 1999), serta dampak buruk yang

ditimbulkan akibat gizi kurang pada ibu hamil, maka hal ini perlu kiranya

mendapat perhatian serius dari pemerintah.

Berdasarkan hasil survey garam Yodium Rumah tangga tahun 2003,

prevelansi ibu hamilyang mengalami KEK di Jwa Barat adalah 14,30, serta di

DKI Jakarta sebesar 1,9%. LILA WUS ( ibu hamil) dengan resiko KEK di

Indonesia adalah, 23,5 cm. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau di

bagian merah pita LILA , artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan

diperkirakan akan melahirkan berat bayi lebih rendah (BBLR). BBLR

mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan

gangguna perkembangan anak.

Pada dewasa ini pemerintah telah mengupayakan pemberian PMT bagi

ibu hamil melalui Puskesmas serta tempat pelayanan kesehatan lainnya agar

masalah gangguan gizi ini dapat ditanggulangi agar dapat menurunkan angka

morbilitas dan mortalitas maternal, sehingga tercapainnya generasi penerus

yang sehat demi terwujudnya Indonesia Sehat.

1.2 Rumusan Masalah

Sebagaimana kita ketahui secara umum imunisasi mempunyai lingkup

yang cukup luas. Oleh karena itu keterbatasan waktu dan demi keefektifan

pelayananserta penulisan laporan ini maka kami membatasi hanya pada CPW

dengan imunisasi TT pranikah.

Sebagaimana kita ketahui secara umum Kekurangan Energi Kalori

mempunyai lingkup yang cukup luas. Oleh karena itu keterbatasan waktu dan

demi keefektifan pelayanan serta penulisan laporan ini maka kami membatasi

hanya pada CPW dengan imunisasi KEK pranikah.


1.3 TUJUAN

1.3.1 Tujuan Umum

Diharapkan selama dilapangan mahasiswa mampu melaksanakan

Asuhan Kebidanan secara nyata dengan menerapkan teori yang telah ada.

1.3.2 Tujuan Kasus

Mahasiswa mampu

1. Melakukan pengkajian data.

2. Merumuskan masalah.

3. Menentukan rencana.

4. Menentukan rencana tindakan.

5. Melakukan evaluasi.

1.4    BATASAN MASALAH

sebagaimana kita ketahui secara umum imunisasi mempunyai lingkup

yang cukup luas. Oleh karena itu keterbatasan waktu dan demi keefektifan

pelayananserta penulisan laporan ini maka kami membatasi hanya pada CPW

dengan imunisasi TT pranikah.

Sebagaimana kita ketahui secara umum Kekurangan Energi Kalori

(KEK) mempunyai lingkup yang cukup luas. Oleh karena itu keterbatasan

waktu dan demi keefektifan pelayanan serta penulisan laporan ini maka kami

membatasi hanya pada CPW dengan Kekurangan Energi Kalori (KEK)

pranikah.

1.5 MANFAAT

Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka peneliti berharap

hasil penelitian yang dilakukan dapat bermanfaat, baik itu secara teoritis

maupun secara praktis bagi para pembacanya.


1.5.1 Manfaat Teoritis

a. Memberikan pengetahuan serta menambah wawasan bagi peneliti lain

khususnya tentang imunisasi TT (untuk keluarga yang akan menikah

di kecamatan socah).

b. Sebagai sumber referensi bagi para mahasiswa khususnya tentang

imunisasi TT pada pranikah atau konseling pranikah dalam

membentuk keluarga sehat.

c. Memberikan pengetahuan serta menambah wawasan bagi peneliti lain

khususnya tentang KEK (untuk keluarga yang akan menikah di

kecamatan Tanah Merah).

d. Sebagai sumber referensi bagi para mahasiswa khususnya tentang

KEK pada pranikah atau konseling pranikah dalam membentuk

keluarga sehat.

1.5.2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu dan menyadarkan para

calon pengantin di kecamatan socah mengenai pentingnya imunisasi

TT sehingga tujuan pemberian imunisasi TT dapat terwujud.

b. Hasil dari penelitian ini diharapkan calon pengantin di kecamatan

tanah merah mengetahui dan memahami resiko bahanya tetanus

toxoid.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perkawinan

Perkawinan adalah suatu proses dimana sepasang mempelai, penghulu

dan kepala agama tentunya juga para saksi dan sejumlah hadirin untuk

kemudian disyahkan secara resmi menjadi suami istri dengan ucapan dimana

pada akhirnya para sepasang pria dan wanita disatukan untuk memiliki satu

sama lain.  (Johanes. Lowwellyn Bert. 1997)

2.2   Alasan Untuk Menikah

a. Primer

Hasrat berdamping hidup bebahagia dengan pribadi yang dicintai,

khususnya dengan perkawinan. Orang mengharapkan bisa mendapatkan

pengalaman hidup baru bersama dengan seseorang yang secara esklusif

menjadi milik untuk mendapatkan pengakuan dan jaminan hidup sepanjang

hidupnya.

b. Sekunder

1. Hasrat untuk mendapatkan kewenangan hidup.

2. Ambisi yang besar untuk mendapatkan sicial yang tinggi.

3. Mempunyai keinginan untuk mendapatkan asuransi hidup dimasa tua.

4. Mempuyai keinginan mendapatkan kepuasan sex dengan pasangan

5. Hidupnya.

6. Dorongan cinta terhadap anak ingin mendapatkan keturunan.

7. Keinginan mendapatkan nama luhur.


2.3  Imunisasi Tetanus Toxoid

a. Pengertian

adalah tindakan untuk memberi  kekebalan dalam tubuh klien bertempat

langsung mencegah terjadinya tetanus neonatorum dengan memasukkan

kuman yang sudah dilemahkan.

b. jenis dan vaksinasi

vaksinasi yang digunakan untuk imunisasi aktif kemasan tunggal vaksin

tetanus texoid (TT) kombinasi defteri (DI) kombinasi defteri tetanus pertusis

(DPT) vaksin yang digunakan untuk imunisasi aktif ATS (Anti Tetanus Serum)

dapat digunakan untuk pencegahan maupun pengobatan penyakit tetanus.

c. cara penyimpanan vaksin TT pqda lemari es rak no 2 dengan suhu 8-9°C.

d. Cara jadwal pemberian

pada calon pengantin wanita 2 kali langsung terjadi kehamilan dengan

jarak waktu ≥ 2 tahun dilakukan TT ulang pada ibu hamil masing-masing pada

kehamilan ke 7 dan ke 8. Dimasa mendatang diharapkan setiap perempuan telah

menghadapi imunisasi tetanus 5 kali, sehingga daya perlindungan terhadap

tetanus seumur hidup, dengan demikian bayi yang dikandung kelak akan

terlindung dari penyakit tetanus neonatorum. Bentuk vaksin TT cir agak putih

keruh dalam vial dosis 0,5 ml/ dalam di olutus maxi atau lengan.

Dosis Saat pemberian % perlindungan Lama perlindungan


TT I Pada saat kunjungan pertama0 % 1 tahun

atau sedini mungkin pada

TT II kehamilan 80 % 2   tahun

TT III Minimal 4 minggu setelah TT95 % 5 tahun

TT IV Minimal 6 minggu setelah TT99 % 10 tahun

II atau selama kehamilan

TT V berikutnya 99% Selama seumur hidup

Minimal setahun setelah TT

III kehamilan berikutnya


Minimal setahun setelah TT

kehamilan berikutnya

Imunisasi TT 5 x untuk kesadaran penuh

TT 1 Langkah awal untuk mengembangkan kekebalan tubuh terhadap infeksi

TT 2 4 minggu setelah TT I untuk menyempurnakan kekebalan

TT 3 6 bulan atau lebih setelah TT 2 untuk menguatkan kekebalan

TT 4 1 tahun atau lebih setelah TT 3 untuk meneluarkan kekebalan

TT 5 1 tahun atau lebih setelah TT 4 untuk mendapat kekebalan penuh

  

2.4 Kekurangan Energi Kalori (KEK)

2.4.1. Pengertian

Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi.

Dimana keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung

menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu

secara relative atau absolut satu atau lebih zat gizi (Helena, 2013).
e.
Menurut Depkes RI (2002) menyatakan bahwa kurang energi kronis

merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang

berlangsung pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil.

2.4.2. Etiologi

Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis

zat gizi yang dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh

kekurangan zat gizi antara lain: jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang,

mutunya rendah atau keduanya. Zat gizi yang dikonsumsi juga mungkin gagal

untuk diserap dan digunakan untuk tubuh (Helena, 2013).

2.4.3 Lingkar Lengan Atas


Jenis antropometri yang digunakan untuk mengukur resiko KEK kronis

pada wanita usia subur (WUS) / ibu hamil adalah lingkar lengan atas (LILA).

Sasarannya adalah wanita pada usia 15 sampai 45 tahun yang terdiri dari

remaja, ibu hamil, menyusui dan pasangan usia subur (PUS). Ambang batas

LILA WUS dengan resiko KEK adalah 23,5 cm. Apabila LILA kurang dari

23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan

melahirkan BBLR (Supriasa, 2002).

 2.5 Regulasi dalam perkawinan

Kebudayaan manusia terdiri dari landasan norma-norma untuk

menetapkan  batas-batas hak kewajiban setiap individu seperti hukum dan

regulasi terhadap perkawinan berlandaskan kepada kepentingan insaniah untuk

menjamin keamanan pribadi dan stabilisasi sosial sehingga dapat mencegah

perbuatan merampas hak anak istri serta orang lain.

2.5.1 Regulasi / peraturan perkawinan meliputi :

Faktor umur seks, upacara perkawinan, pembayaran uang nikah, hak

dan kewajiban suami istri, batas kekuasaan sebagai suami, pembagian harta dan

warisan, peraturan perceraian dan kewajiban memelihara anak keturunan dan

sebagaimana. Regulasi sosial mengenai perkawinan kita sampai pada banyak

suku bangsa primitif yang kebudayaannya relatif sangat rendah.

Regulasi sosial untuk terjaminnya kesejahteraan sosial keluarga

melalui hal-hal sebagai berikut :

a. Mencegah perkawinan dengan keluarga dekat yaitu mencegah incest dan

iriendt menjamin kelestarian umat manusia.

b. Alasan-alasan eugenee / memperbaiki ras seperti larangan kawin bagi

orang gila- penderita penyakit yang berat.

c. Larangan kawin bagi mereka yang menderita penyakit spilis, dan

keturunannya serta patnernya.

d. Adanya hukum dan undang-undang perkawinan diperlukan untuk

mencecah timbulnya perceraian semena-mena.


e. Adanya kesiapan lahir (materi fisik) dan garis (mental psikologis) social

spiritual dan kedua belah pihak.

2.6   Dasar Pertimbangan Memilih Jodoh

2.6.1. Faktor bibit

Mempertimbangkan benih asal keturunan yaitu memilih sumber bibit

keluarga yang sehat jasmani dan rohaninya dari kasus penyakit

keturunan atau penyakit mental tertentu, sebab bibit yang baik akan

menurunkan / menghasilkan keturunan baik dan sehat.

2.6.2. Faktor bebet

Berarti keluarga, keturunan dianggap seorang calon suami istri yang

mempunyai keturunan bangsawan (darah biru) akan menghasilkan orang

cerdik pandai yang mempunyai martabat yang baik, berani dan selalu

intropeksi diri, tepat, teliti, akurat, menjalankan ibadah dan hukum serta

kepribadian terpuji. Tujuan wawasan hatinya. Sehingga dengan faktor

keturunan yang unggul itu diharapkan sepasang suami istri memiliki

atribut-atribut terpuji untuk selanjutnya mampu membina keluarga

bahagia dan mendapatkan keturunan yang baik.

2.6.3. Faktor bobot

Artinya berbobot yaitu mempunyai harkat. Ilmu pengetahuan yang

lengkap memiliki harta kekayaan, kekuasaan dan status social yang

cukup mantap sehingga dhargai oleh masyarakat memiliki kekayaan

spiritual dan nilai rohaniah serta akherat yang mantap.

Di jaman modern sekarang pada umumnya seseorang akan mengawini

seorang pribadi. Karena orang telah dikenalnya. Dimana cinta itu akan

berkembamg dengan lewatnya waktu lebih lama, cinta kasih keduanya akan

semakin terbiasa terhadap satu sama lain dalam satu periode tertentu.
Peristiwa tersebut mendorong kita untuk tidak memungkiri adanya

proses jatuh cinta pada pandangan pertama yang akan diperkuatnya dengan

peristiwa mengenal lebih inti sehingga timbullah kesadaran menerima dan

mentoleransi ciri-ciri karakteristik masing-masing kedua belah pihak (pria dan

wanita).

Biasanya seorang pria akan mengawini seorang wanita, karena itu

mencintai atau suka pada wanita tersebut, tidak disebabkan represonsederhana

ciri-ciri feminine yang unggul tetapi person ini contreton atau pribadi tertentu

yang dicintainya. Namun demikian akibat-akibat dari seorang wanita itu

menentukan suksesnya suatu perkawinan. Sedangkan criteria akibat dari

seorang wanita itu jauh sebelum usia perkawinan tiba sudah dikhayalkan dan

ditentukan tadi.

Berdasarkan penelitian bahwa ada kecenderungan sangat kuat untuk

melakukan perkawinan dengan lawan jenis dari status sosial yang atau hampir

sama tingkat nya seperti kalangan kaum wanita melihat terdapat kecenderungan

untuk melakukan perkawinan dengan pertner pria  dar status ekonom lebih

tinggi.

Sedangkan pada pihak kaum pria dengan profesi uang tinggi terdapat

tendensi untuk kawin membawah yaitu mengawini wanita dari status intelektual

dan ekonomi sedikit lebih rendah dari strata sosialnya sendiri ada 2 teori dalam

tendensi umum perkawinan :

a. Homogami (ikatan perkawinan berdasarkan persamaan ciri-ciri tertentu).

b. Pasangan yang berjodoh mempunyai sifat-sifat karakteristik yang justru

bertentangan, namun saling melengkapi. Mengisi dan sifatnya

komplementer.

2.7 Asuhan Kebidanan


Asuhan kebidanan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada

individu pasien atau klien yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara :

a. Bertahap dan sistematis.

b. Melalui suatu proses yang disebut manajemen kebidanan.

2.7.1 Manajemen kebidanan menurut Varney, 1997

1) Pengertian

Proses pemecahan masalah digunakan sebagai metode untuk

mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,

penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkian atau tahapan yang logis

untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.

2) Langkah-langkah

a. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk memulai keadaan

klien secara keseluruhan.

b. Menginterprestasikan data untuk mengindentifikasi diagnosa atau

masalah.

c. Mengindentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi

penanganannya.

d. Menetapkan tindakan terhadap kebutuhan segera, konsultasi, kolaborasi

dengan tenaga kesehatanlain serta rujukan berdasarkan kondisi pasien.

e. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional

berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.

f. Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.

g. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang dilakukan, mengulang kembali

manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.

h. Langkah I : Tahap Pengumpulan data dasar.

Pada langkah pertama ini berisi semua informasi yang akurat dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Yang

terdiri dari data subjektif data objektif. Data subjektif adalah yang

menggambarkan pendekumentasian hasil pengumpulan data klien


melalui anamnesa. Yang termasuk data subyektif antara lain biodata,

riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan

dan nifas, biopsikologis spiritual, pengetahuan klien.

Data objektif adalah yang menggambarkan pendekumentasian

hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain

yang dirumuskan dalam data fokus. Data objektif terdiri dari

pemeriksaan fisik yang sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan

tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi,

perkusi), pemeriksaan penunjang (laboratorium, catatan baru dan

sebelumnya).

 Langkah II : Interprestasi data dasar.

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau

masalah berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah

dikumpulkan.

 Langkah III : mengindentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan

mengantisipasi penanganannya.

Pada langkah ini kita mengindentifikasi masalah potensial atau

diagnosa potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan

dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-

siap diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.

 Langkah IV : menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, untuk

melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain

berdasarkan kondisi klien.

Mengidentifikasi perlunya tindakan segara oleh bidan atau

dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota

tim kesehatan ang lain sesuai dengan kondisi klien.

 Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh.


Pada langkah ini direncanakan usaha yang ditentukan oleh

langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan

manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi

atau diantisipasi.

 Langkah VI : pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman.

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti

yang diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan

aman. Perencanaan ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau

sebaian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan

tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk

mengarahkan pelaksanaannya.

 Langkah VII : Evaluasi.

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan

yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan

apakah benar-benar tetap terpenuhi sesuai dengan kebutuhan

sebagaimana telah diidentifikasi didalam  diagnosa dan masalah.

Rencana tersebut dianggap efektif jika memang benar dalam

pelaksanaannya.

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN :

Tanggal : 22 – 11 – 2019                              

 Jam : 10.05 WIB

3.1.1 IDENTITAS PASIEN :

Identitas Pasien Penanggung Jawab

Nama                  : Nn “f” Nama : Tn “A”

Umur                : 22 tahun Umur : 25 tahun

Agama               : Islam Agama : Islam

Pendidikan        : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan          : Tidak bekerja Pekerjaan : wiraswasta

Suku / Bangsa : Madura /Indonesia Suku/Bangsa  : Madura/ Indonesia

Alamat              : Jelembe Tanah Merah Alamat : Arosbaya

1. DATA SUBJEKTIF

1. Keluhan Utama

Ingin mengetahui persiapan pranikah, riwayat imunisasi SD suntik 2 kali, SMP

1 Kali, tidak memiliki riwayat penyakit seperti hepatitis, darah tinggi, HIV, dan

Kencing manis.

2.  Riwayat kesehatan sekarang.

Klien mengatakan sudah mengikuti konseling pranikah di KUA setempat dan

mengatakan bahwa salah satu syarat klien harus mendapatkan imunisasi TT

pranikah, saat ini klien merasa sehat dan siap diimunisasi pranikah.

3. Riwayat kesehatan keluarga.

Klien mengatakan baik dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit

keturunan seperti DM, Hipertensi, Asma, Jantung, dan tidak ada penyakit

menular seperti (TBC, Hepatitis, HIV / AIDS), ada anggota keluarga yang

mmiliki postur tubuh kurus.


4.  Riwayat kesehatan yang lalu.

Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular (TBC, Hepatitis)

dan penyakit menurun (DM, Asma, Jantung) dan tidak pernah dirawat dirumah

sakit.

5. Riwayat haid.

Menarche                          : 13 tahun

Siklus                                 : 28 hari

Lama haid                          : 7 hari

Jumlah                               : ± 3 x / hari ganti kotex. Konsistensi encer.

Nyeri haid                          : kadang-kadang.

Flour albus                         : ada dan sebelum haid tidak bau, tidak gatal.

6. Riwayat kebiasaan sehari-hari.

a. Pola nutrisi.

Makan 3 x/ hari dengan porsi, nasi lauk, tanpa sayur, minum ± 6-8 gelas/hari

air putih. Tidak ada pantang makanan,dan tidak ada alergi.

b. Pola istirahat dan tidur.

Tidur siang ± 1-2 jam.

Tidur malam ± 7-8 jam.

c.  Pola aktivitas.

Pekerjaan klien setiap hari, klien tidak bekerja, membantu pekerjaan orang

tuanya. Mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti membantu. Mencuci

dan menyetrika.

d. Personal hygiene

Mandi 2 x / hari,gosok gigi 3 x / hari, ganti pakaian 2 x / hari atau bila kotor,

keramas 2-3 x / minggu atau bila perlu ganti celana dalam 2-3 x / hari.

e. Pola eleminasi.

BAB I x / hari konsistensi lembek.


BAK 4-5 x / hari warna kuning jernih, bau khas, tidak ada nyeri.

f.   Pola kebiasaan lain

Klien mengatakan tidak pernah merokok, minum jamu, minum alkohol, dan

obat - obatan

7.  Riwayat Psiklogis dan Spiritual

Klien mengatakan sudah siap lahir batin melaksanakan pernikahan yang

direncanakan 1 bulan lagi, klien mengatakan cukup bahagia dengan rencana

pernikahannnya dan kedua belah pihak keluarga sudah menyetujui atas rencana

pernkahannya. Hubungan dengan keluarga baik, hubungan dengan petugas

kesehatan baik  klien mau menjawab pertanyaan petugas dengan terbuka. Klien

beragama islam dan mengatakan rajin beribadah 

II. Data objektif.

1. Pemeriksaan Umum

a.  Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis

BB/TB : 40 kg/150 cm

IMT : BB = 40 = 40 = 17,77
(TB)² (1.5)² (2.25)

Tensi : 100/60 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Respirasi Rate : 20 x/menit

Suhu : 36,20C

Lila : 22 cm

b.  Pemeriksaan fisik

Cara berjalan baik, bentuk tubuh sedang

Rambut  : Tidak ada ketombe,bersih, tidak rontok

Muka      : Tidak pucat

Mata       : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih

Hidung    : Simetris, tidak ada polip, tidak ada pengeluaran atau sekret

Telinga    : Tidak ada serumen pendengaran baik


Mulut      : Bibir tidak pucat, tidak ada stomatitis, lidah bersih

Gigi         : Tidak ada karies

Leher  :Tidak ada pembesaran kelenjar lympe, tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada bendungan vena jugularis

Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada nyeri

tekan, tidak ada massa

Dada : Nafas normal, tidak ada wheezing, tidak ada ronchi

Perut : Tidak ada pembesaran, tidak kembung

Kaki        : simetris, pergerakan baik, tidak ada odem, tidak ada varices

Vulva dan anus : Tidak ada odem, tidak ada varices, tidak ada hemoroid

c. Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laborat (22 November 2019)

HB : 11,2 gr/dl

Anti HIV : Non Reaktif

HbsAg : Negatif

III. ANALISA DATA

Nn “F” usia 22 thn, calon pengantin dengan KEK

IV. PENATALAKSANAAN

1. Menginformasikan tentang hasil pemeriksaan lingkar lengan pasien yang

kurang dari 23,5 cm, yaitu sebesar 22 cm.

2. Menginformasikan tentang hasil pemeriksaan, hasil pemeriksaan tidak

normal dan pasien memahami,

3. Menganjurkan untuk mengkonsumsi gizi seimbang 4 sehat 5 sempurna

(Sayur, Buah, Ikan, Nasi, Kacang-kacangan), pasien memahami

4. Memberikan terapi fe 1x1, pasien mengerti


BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Selama pelaksanaan asuhan kebidanan pada Nn.”F” dengan pranikah dan

mengacu pada tujuan yang ada maka dapat ditemukan suatu diagnosa kebidanan

yaitu, calon pengantin mengalami KEK (kekurangan Energi dan Kalori).

Dalam melaksanakan asuhan kebidanan ini pasien mempunyai pengaruh

terhadap palaksanaan asuhan kebidanan antara lain :

1) Pasien memberikan kepercayaan petugas.

2) Keterbukaan pasien dalm mengungkapkan masalah kepada petugas.

3) Kesediaan pasien dalam menjalankan saran tulis.

4) Adanya pengertian dan kesadaran pasien dalam mempersiapkan

pernikahannya dan dukungan keluarga serta petugas.

5) Faktor penghambat.

Adanya keterbatasan waktu dan kemampuan penulis atau petugas dalam

memberikan asuhan kebidanan dan konseling pada pasien pranikah.

4.2 SARAN

a. Untuk tenaga kesehatan

a) Menggunakan komunikasi terpeutik

b) Menunjukkan sikap bersedia mau membantu pasien

c) Memberikan motivasi atau dukungan

d) Lebih meningkatkan program penyuluhan tentang gizi seimbang

b. Untuk Pasien

a) Lebih meningkatkan lagi konsumsi makanan yang mengandung sumber

zat besi seperti, sayur hijau, protein hewan (susu,daging, telur) dan

penambahan suplemen zat besi.


b) Hendaknya pasien dan calon suaminya mempersiapkan sematang mungkin

pernikahannya.

c) Memegang teguh norma perkawinan (regulasi) dan mematangkan

diri  secara bertanggung jawab melalui kehidupan bersama yang akan

dijalani yaitu sbagai suami istri.

d) Bisa menjaga keseimbangan biologis, psikologis, spiritual sehingga tenang

dan lancar dalam menghadapi kehidupannya.Hendaknya mau kotrol ke

bidan setelah 1 bulan TT 1 untuk mendapatkan TT II.


Daftar Pustaka

Depkes RI. Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat, 1996. Pedoman

Penanggulangan Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis. Jakarta.

Depkes RI. 1997. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995. Badan Penelitian

dan pengembangan Kesehatan,. Jakarta.

Jones lewcilnya Derek, 1997. Kesehatan Wanita. Jakarta : Gaya favorit

Kartono kartini, 1992. Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa. Bandung : CV

Mandar Maju.

Kartono kartini, 1997. Konseling Pra Perkawinan. Bandung : CV Mandar Maju.

Saraswati, E. 1998. Resiko Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia

untuk melahirkan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Penelitian

Gizi dan Makanan jilid 21.

Anda mungkin juga menyukai