Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN PRAKTIK STASE

PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI

Disusun oleh :
Konny Permata Sari
Nim : 213001080179

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2021-2022
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN LENGKAP
ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI
PADA Nn. N DENGAN KONSELING PRANIKAH
DI PUSKESMAS SEKANCING
TAHUN 2022

Diajukan sebagai salah satu syarat wajib dalam menyelesaikan


Stase Asuhan Kebidanan Pranikah dan Prakonsepsi

Jambi, September 2022


Menyetujui,
CI Akademik

Bdn. Lismawati,S.Keb.,M.Kes
NIK : 1021038703
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN LENGKAP
ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI
PADA Nn. N DENGAN KONSELING PRANIKAH PRANIKAH
DI RS MERANGIN MEDICAL CENTRE
TAHUN 2022

Dipersiapkan dan Disusun Oleh:


NAMA : Konny Permata Sari
NIM : 231001080179

Mengetahui
CI Akademik

Bdn. Lismawati,S.Keb.,M.Kes
NIK : 1021038703

Disetujui,
Ka. Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Bdn. Devi Arista, S.Keb., M.Kes


NIK. 1010300715008
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Stase Asuhan Kebidanan
Pranikah dan Prakonsepsi dengan judul “Asuhan kebidanan Pranikah dan Prakonsepsi pada
Nn.N dengan Konseling Pranikah Di Puskesmas Sekancing”. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Seno Aji, S.Pd., M.Eng, Prac, selaku Rektor Universitas Adiwangsa Jambi yang
sudah memfasilitasi dan memberi dedikasinya untuk pendidikan profesi Bidan.
2. Ibu Bdn. Subang Aini, S.Keb, M.Kes, selaku dekan Fakultas Kesehatan dan Farmasi
Universitas Adiwangsa Jambi yang sudah membantu dalam kelancaran pendidikan profesi
bidan ini.
3. Ibu Bdn. Devi Arista S.Keb.,M.Kes, selaku Ketua Program Studi profesi Bidan di
Universitas Adiwangsa Jambi yang sudah memberikan arahan untuk tercapainya
penatalaksanaan ini.
4. Ibu Bdn.Lismawati, S.Keb, M.Kes, selaku pembimbing CI Akademik yang telah
memberikan saran dan bimbingan dalam pengerjaan Laporan ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritikan dan saran penulis harapkan sebagai bahan untuk perbaikan.

Jambi, September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan................................................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori tentang Calon Pengantin.......................................................................4


B. Pathway Pranikah...............................................................................................15
C. Mind Mapping Pranikah...................................................................................16
D. Tinjauan Teori Asuhan Pranikah…………………………………...16

BAB III. TINJAUAN KASUS................................................................................................16

BAB IV. PEMBAHASAN.........................................................................................................25

BAB V PENUTUP....................................................................................................................32

A. Kesimpulan...........................................................................................................32

B. Saran.......................................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa pranikah dikaitkan dengan masa prakonsepsi karena setelah menikah

wanita akan menjalani proses konsepsi. Masa prakonsepsi merupakan masa sebelum

kehamilan. Wanita usia subur (WUS) sebagai calon ibu merupakan kelompok rawan

yang harus diperhatikan status kesehatannya, terutama status gizinya. Kualitas

seorang generasi penerus ditentukan oleh kondisi ibunya dari sebelum hamil dan

selama kehamilan. Wanita usia 20 – 35 merupakan usia yang paling tepat dalam

mencegah terjadinya masalah gizi terutama kekurangan energi kronik. Status gizi

prakonsepsi akan mempengaruhi kondisi kehamilan dan kesejahteraan bayi yang

akan lebih baik jika dilakukan sebelum hamil. Syarat gizi sempurna pada masa

prakonsepsi merupakan kunci kelahiran bayi normal dan sehat (Susilowati dkk.

2016).

Kondisi nutrisi yang kurang baik bagi ibu hamil akan menjadi penyebab

kesakitan dan kematian yaitu anemia dan kurang energi kronis (KEK). Ibu hamil

yang mengalami anemia dapat mengalami kejang sampai kematian jika kekurangan

zat besi. KEK masih merupakan masalah gizi utama yang sering menimpa WUS.

Seseorang dapat dikatakan KEK apabila hasildari pengukuran lingkar lengan atas

(LILA) di bawah 23,5 cm. Dampak dari wanita pranikah yang menderita KEK antara

lain dapat mengakibatkan terjadinya anemia, kematian pada ibu pada saat melahirkan,

bayi berat lahir rendah (BBLR), kelahiran prematur, bayi lahir cacat hingga

kematian pada bayi (Stephanie dkk. 2016).

Dampak yang serius juga dialami oleh janin dan bayi yang dilahirkan dari ibu

hamil yang kekurangan nutrisi. Masalah yang terjadi antara lain gangguan

pertumbuhan di dalam uterus, bayi dengan BBLR dan bayi lahir prematur (Reeder,
Sharon, Martin, & Griffin, 2011). Jika Ibu hamil dalam kondisi kekurangan asam

folat, maka beresiko melahirkan bayi dengan Neural Tube Defects (NTDs). Selain itu

bayi bisa mengalami kretinisme atau retardasi mental jika ibu hamil dalam kondisi

kekurangan yodium (Badriah, 2011; Gardiner et al., 2008; Reeder, Sharon, Martin, &

Griffin, 2011).

Di Indonesia angka kematian ibu masih tergolong besar yaitu 305/100.000

KH dan untuk angka kematian bayi adalah 33.278 jiwa (SDKI, 2015). Berdasarkan

data Riskesdas tahun 2013, proporsi WUS yang mengalami KEK pada usia 20-24

tahun adalah sebanyak 30,6%, pada usia 25- 29 tahun sebanyak 19,3% dan usia 30-34

tahun adalah sebanyak 13,6%. Sedangkan menurut Indeks Pembangunan Kesehatan

Masyarakat (IPKM) tahun 2013 menunjukkan angka sebesar 20,97%. Kemudian

prevalensi di Jawa Tengah berdasarkan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah

pada tahun 2020 yaitu sebanyak 39.823 jiwa (BPS Jawa Tengah, 2021).

Gizi yang optimal pada wanita pranikah akan mempengaruhi tumbuh

kembang janin dan kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan serta keselamatan selama

proses melahirkan (Paratmanitya dkk. 2012). Adapun pentingnya menjaga kecukupan

gizi bagi wanita pranikah disebabkan karena gizi yang baik akan menunjang fungsi

optimal alat-alat reproduksi seperti lancarnya proses pematangan telur, produksi sel

telur dengan kualitas baik, dan proses pembuahan yang sempurna. Gizi yang baik

juga dapat berperan penting dalam penyediaan cadangan gizi untuk tumbuh-kembang

janin. Bagi calon ibu, gizi yang cukup dan seimbang akan mempengaruhi kondisi

kesehatan secara menyeluruh pada masa konsepsi dan kehamilan serta akan dapat

memutuskan mata rantai masalah kekurangan gizi pada masa kehamilan (Susilowati

dkk. 2016).

Calon pengantin merupakan kelompok sasaran yang strategis dalam upaya

peningkatan kesehatan sebelum hamil atau masa prakonsepsi. Pengetahuan


mengenai gizi berperan penting dalam pemenuhan kecukupan gizi seseorang.

Kurangnya pengetahuan terhadap gizi akan mempengaruhi pemahaman konsep yang

berhubungan dengan gizi. Oleh karena itu perlu dilakukan penanganan salah satunya

dengan cara memberikan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah

aplikasi atau penerapan pendidikan dalam bidang kesehatan. Secara opearasional

pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan meningkatkan

pengetahuan, sikap, praktek baik individu, kelompok atau masyarakat dalam

memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2012).

Dengan pemberian pendidikan kesehatan diharapkan dapat meningkatkan asupan

gizi pada wanita usia subur (Susilowati dan Kuspriyanto, 2016).

Pemerintah telah berupaya untuk membekali calon pengantin melalui

pendidikan pranikah yang disebut kursus calon pengantin. Dasar hukum

pelaksanaan kursus catin adalah peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat

Islam Departemen Agama Republik Indonesia Nomor DJ.II/491 tahun 2009 tentang

Kursus Calon Pengantin. Materi yang diberikan diantaranya fiqih munakahah, UU

Perkawinan Nomor 1 tahun 1974, keluarga sakinah, rumah tangga ideal dan

reproduksi sehat (Kementerian Agama, 2010). Kantor Urusan Agama sebagai

lembaga keagamaan biasanya akan memberikan konseling mengenai keagamaan dan

kerukunan berumah tangga bagi calon pengantin. Namun sayangnya jarang sekali

pihak KUA menyampaikan konseling mengenai kesehatan khususnya pentingnya gizi

prakonsepsi bagi wanita pranikah.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

konseling pranikah mengenai “Konseling pranikah dalam mempersiapkan kehamilan

sehat calon pengantin di Puskesmas Sekancing tahun 2022”.


C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan melakukan

asuhan kebidanan pada calon pengantin dengan Konseling pranikah dalam

mempersiapkan kehamilan sehat calon pengantin di Puskesmas Sekancing tahun 2022

menggunakan manajemen asuhan kebidanan 7 langkah Varney.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian studi kasus pada konseling pranikah dan prakonsepsi pada Ny.
A adalah sebagai berikut:
a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian pada pasien secara komprehensif dalam ko

nseling pranikah dan prakonsepsi pada caten Nn.N dengan KIE mempersiapkan kehamila

n sehat

b. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi data pada pasien secara komprehensif dalam k

onseling pranikah dan prakonsepsi pada caten Nn.N dengan KIE mempersiapkan kehami

lan sehat

c. Mahasiwa mampu melakukan diagnose potensial pada pasien secara komprehensif dalam

konseling pranikah dan prakonsepsi pada caten Nn.N dengan KIE mempersiapkan keham

ilan sehat

d. Mahasiwa mampu mengidentifikasi diagnose potensial pada pasien secara komprehensif d

alam konseling pranikah dan prakonsepsi pada caten Nn.N dengan KIE mempersiapkan

kehamilan sehat

e. Mahasiwa mampu memutuskan pemberian rencana tindakan pada pasien secara komprehe

nsif dalam konseling pranikah dan prakonsepsi pada caten Nn.N dengan KIE mempersia

pkan kehamilan sehat

f. Mahasiwa mampu melakukan tindakan asuhan kebidanan secara menyeluruh pada pasien s
ecara komprehensif dalam konseling pranikah dan prakonsepsi pada caten Nn.N dengan

KIE mempersiapkan kehamilan sehat

g. Mahasiwa mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan yang telah diberikan pada pasien s

ecara komprehensif dalam konseling pranikah dan prakonsepsi pada caten Nn.N dengan

KIE mempersiapkan kehamilan sehat


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Teori Calon Pengantin

1. Pengertian Calon Pengantin

Menurut Kemenkes RI (2018) calon pengantin adalah pasangan yang akan

melangsungkan pernikahan. Calon pengantin dapat dikatakan sebagai pasangan yang

belum mempunyai ikatan, baik secara hukum Agama ataupun Negara dan pasangan

tersebut berproses menuju pernikahan serta proses memenuhi persyaratan dalam

melengkapi data-data yang diperlukan untuk pernikahan CATIN atau Calon Pengantin

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan istilah yang digunakan pada

wanita usia subur yang mempunyai kondisi sehat sebelum hamil agar dapat

melahirkan bayi yang normal dan sehat serta Calon Pengantin laki-laki yang akan

diperkenalkan dengan permasalahan kesehatan reproduksi dirinya serta pasangan yang

akan dinikahinya (KBBI, 2019).

Calon Pengantin adalah terdiri dari dua kata yaitu calon dan pengantin, yang

memiliki arti sebagai berikut, “Calon adalah orang yang akan menjadi pengantin”.

Sedangkan “Pengantin adalah orang yang sedang melangsungkan pernikahannya”.

Jadi calon pengantin adalah seorang laki-laki dan seorang perempuan yang ingin atau

berkehendak untuk melaksanakan pernikahan. Dengan kata lain calon pengantin ini

adalah peserta yang akan mengikuti bimbingan pranikah yang diadakan oleh Kantor

Urusan Agama sebelum calon pengantin ini akan melangsungkan akad nikah

(Fatmawati, 2016)

2. Penyakit yang perlu diwaspadai Catin

Menurut Kemenkes RI (2018), Fisik dan mental yang sehat merupakan pondasi

awal keluarga dalam mewujudkan generasi yang berkualitas, oleh karena itu
pasangan calon pengantin harus terbebaskan dari penyakit yang dapat mempengaruhi

kesehatan janin dan tumbuh kembang anak. Terdapat beberapa penyakit yang perlu

diwaspadai pada masa sebelum dan selama kehamilan, antara lain :

a. HIV-AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan Virus yang menyerang dan

melemahkan sistem pertahanan tubuh untuk melawan infeksi sehingga tubuh mudah

tertular penyakit (Kemenkes RI, 2013). Pencegahan dan penanganan Infeksi Menular

Seksual dan HIV/AIDS bagi calon pengantin sangat penting, baik bagi calon pengantin

perempuan maupun laki-laki, mengingat calon pengantin merupakan salah satu populasi

rentan terhadap penularan penyakit tersebut. Perilaku calon pengantin yang berisiko

tinggi terhadap Infeksi Menular Seksual dan HIV/AIDS antara lain penyalahgunaan

narkoba, penggunaan jarum suntik bersama, seks tidak aman, tato dan tindik

(Kemenkes RI, 2017) .

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab AIDS. Virus ini

termasuk RNA virus genus Lentivirus golongan Retrovirus family Retroviridae. Spesies

HIV-1 dan HIV-2 merupakan penyebab infeksi HIV pada manusia. AIDS adalah

singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome, sebenarnya bukan suatu penyakit

tetapi merupakan kumpulan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh infeksi

berbagai macam mikroorganisme serta keganasan lain akibat menurunnya daya

tahan/kekebalan tubuh penderita (Irianto, 2013).

b. Infeksi Menular Seks (IMS)

Menurut Kemenkes RI (2013) Infeksi menular Seksual (IMS) adalah berbagai

infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual.

Semua teknik hubungan seksual baik lewat vagina, dubur atau mulut baik berlawanan

jenis kelamin maupun dengan sesama jenis kelamin bisa menjadi sarana penularan

penyakit kelamin. Kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular
Infeksi Menular Seksual adalah kelompok remaja sampai dewasa muda sekitar usia (15-

24 tahun). Penyakit yang tergolong infeksi menular seksual adalah sebagai berikut :

1) IMS yang disebabkan bakteri, yaitu: Gonore, infeksi genital non spesifik, Sifilis,

Ulkus Mole, Limfomagranuloma Venerum,Vaginosis bacterial IMS yang

disebabkan virus, yaitu: Herpes genetalis, Kondiloma Akuminata, Infeksi HIV, dan

AIDS, Hepatitis B, Moluskus Kontagiosum. IMS yang disebabkan jamur, yaitu:

Kandidiosis genitalis

2) IMS yang disebabkan protozoa dan ektoparasit, yaitu: Trikomoniasis, Pedikulosis

Pubis, Skabies (Kemenkes RI, 2013).

c. Hepatitis B

Hepatitis B merupakan penyakit hati yang disebabkan oleh Virus Deoxyribo

Nucleic Acid anggota family Hepadnavirus dari Genus Orthohepadnavirus yang

berdiameter 40-42 nm (Juspar, 2017). Virus tersebut penyebab terjadinya radang hati

akut atau kronis bila berlanju menjadi sirosis hati atau kanker hati (Mustofa &

Kurniawaty, 2013).

Menurut Kemenkes RI (2013), faktor penyebab terjadinya penyakit Hepatitis B

adalah kontak lensi atau sekret dengan penderita hepatitis B, tranfusi darah dan belum

mendapat vaksinasi Hepatitis B. Jalur penularan infeksi virus hepatitis B di Indonesia

terbanyak adalah secara parenteral yaitu secara vertikal (tranmisi) maternal-neonatal

atau melalui hubungan seksual, iatrogenik dan penggunaan jarum suntik bersama

(Juffrie et al, 2010 dalam Winata, 2017). Penanda seseorang teridentifikasi terinfeksi

Hepatitis B adalah melalui saliva, air mata, cairan seminal, serebrospinal, asites dan air

susu ibu (Thedja, 2012)

d. Malaria
Menurut Saputra (2011) malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh

Plasmodium yang sering ditemukan di kawasan Tropika yang apabila penyakit ini
diabaikan dapat menjadi serius yaitu berdampak kematian. Malaria adalah penyakit

yang dapat bersifat akut maupun kronik yang disebabkan oleh Protozoa Genus

Plasmodium dengan gejala demam, Anemia dan Splenomegali (Kemenkes RI, 2013).

Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dampak dari

penyakit tersebut adalah kematian terutama pada kelompok resiko tinggi yaitu bayi,

anak balita, ibu hamil dan pada umur dewasa dan secara tidak langsung malaria dapat

menyebabkan Anemia dan menurunkan produktivitas kerja Agent penyebab penyakit

malaria adalah Plasmodium bergenus Plasmodia, Family Plasmodiidae dari Ordo

Coccidiidae. Cara penularannya yaitu dari gigitan nyamuk Anopheles yang sedang

menyedot darah dan mengeluarkan cairan berupa Plasmodium kedalam darah manusia

dan terinfeksi lalu menjadi sakit. Secara tidak alamiah penularan penyakit malaria ada 3

yaitu malaria bawaan terjadi pada bayi yang baru lahir akibat dari ibu yang menderita

malaria hal tersebut terjadi melalui tali pusat atau Plasenta. Secara mekanik terjadi

melalui transfusi darah menggunakan jarum suntik.

e. Penyakit Genetik

Calon Pengantin perlu mengetahui tentang penyakit genetik karena

1) Penyakit genetik disebabkan oleh kelainan gen yang diturunkan saat terjadinya

pembuahan sperma terhadap ovum. Penyakit genetik (Talasemia dan Hemofilia)

dapa dilhat dengan riwayat keluarga calon pengantin.

2) Bila salah satu calon pengantin menderita penyakit genetik maka memungkin

anak yang dilahirkan berpotensi menderita kelainan tersebut. Konseling sebelum

pernikahan diperlukan apabila salah satu dari calon pengantin atau garis

keturunannya menderita penyakit tersebut.

3) Penyakit genetik yang dapat mempengaruhi kehamilan dan kesehatan janin

(Talasemia dan Hemofilia) (Tjokroprawi, 2015).


3. Pemeriksaan Kesehatan Bagi Calon Pengantin
Pemeriksaan kesehatan Pranikah (Premarital Check Up) merupakan pemeriksaan

untuk memastikan status kesehatan dari kedua calon mempelai laki-laki dan perempuan

yang hendak menikah. Hal ini diperuntukan untuk mendeteksi dini adanya penyakit

menular, menahun dan kesuburan maupun kesehatan jiwa seseorang. Pemeriksaan ini

bermanfaat untuk melakukan tindakan terhadap permasalahan kesehatan terkait kesuburan

dan penyakit yang diturunkan secara genetik (laporan klinik prodia, 2012).

Calon pengantin perlu mendapatkan pemeriksaan kesehatan untuk menentukan status

keehatan agar dapat merencanakan dan mempersiapkan kehamilan yang sehat dan aman.

Pemeriksaan kesehatan yang diperlukan oleh calon pengantin berpedoman pada buku saku

calon pengantin KemenKes RI, (2018) yaitu meliputi :

a. Pemeriksaan Fisik
Menurut Surussin dan Moh. Muhsin (2014) pertumbuhan jasmani dalam fase kehidupan

manusia akan mengalami perkembangan yang sangat signifikan ketika memasuki usia remaja,

karena pada usia remaja sudah mulai tumbuh dan berfungsi organ reproduksinya. Pertumbuhan

fisik akan semakin kuat saat mengakhiri usia remaja, demikian pula dengan fungsi organ

reproduksi akan berjalan dengan baik saat berakhir usia remaja dan semakin matang ketika

memasuki fase dewasa.

Menurut ilmu kesehatan, fase terbaik untuk melahirkan adalah usia 20-30 tahun. Pemeriksaan

fisik termasuk status gizi yang diperlukan oleh catin antara lain adalah :

1) Pemeriksaan fisik, dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi status kesehatan

melalui pengukuran dan pemeriksaan (denyut nadi, frekuensi nafas, suhu tubuh dan seluruh

tubuh).

2) Pemeriksaan status gizi, dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi status gizi dan

deteksi awal anemia, melaluipengukuran atau pemeriksaan (berat badan, tinggi badan, LILA

dan tanda-tanda anemia (BKKBN, 2006).

b. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium)


Menurut Kemenkes RI (2018), menyatakan bahwa Pemeriksaan penunjang (laboratorium)

yang diperlukan oleh catin terdiri dari :

 Pemeriksaan darah meliputi (Hemoglobin (HB) dan golongan darah)

 Dalam kondisi tertentu/atas saran dokter dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium

yaitu sebagai berikut (Gula darah, HIV, IMS (Sifilis), Hepatitis, TORCH, Malaria

(daerah endemis), Talasemia dan pemeriksaan lain sesuai indikasi). Penyakit genetik,

misalnya : Talasemia, buta warna, Hemofilia dan lain-lain.

 Penyakit tertentu yang diturunkan, misalnya kecenderungan Diabetes Mellitus

(kencing manis), Hipertensi (tekanan darah tinggi), kelainan jantung, dan sebagainya.

 Penyakit infeksi misalnya, Penyakit Menular Seksual (PMS), Hepatitis B dan

HIV/AIDS. Vaksinasi, Hal ini dilakukan untuk kekebalan terhadap virus Rubella.

Infeksi Rubella pada kehamilan dapat menimbulkan kelainan pada janin seperti kepala

kecil, tuli, kelainan jantung dan bahkan kematian. Perlu pula pemeriksaan virus

Herpes karena dapat menyebabkan cacat janin dan kelahiran prematur (Kemenkes RI,

2013)

c. Pemeriksaan Gula Darah

Menurut Fatmawati (2016), Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mengatahui adanya

penyakit kencing manis (Diabetes Melitus) dan juga penyakit penyakit metabolik tertentu.

Ibu hamil yang menderita Diabetes tidak terkontrol dapat mengalami beberapa masalah

seperti : janin yang tidak sempurna/cacat, Hipertensi, Hydramnions (meningkatnya cairan

ketuban), meningkatkan resiko kelahiran prematur, serta Macrosomia (bayi menerima kadar

glukosa yang tinggi dari Ibu saat kehamilan sehingga janin tumbuh sangat besar).

Pemantauan hasil dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah

kapiler dengan glukometer.


 Pemeriksaan glukosa plasma puasa >126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada

asupan kalori minimal 8 jam.

 Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 jam setelah es toleransi Glukosa Oral

(TTGO) dengan beban 75 gram.

 Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik atau

pemeriksaan HbA1c >6,5% dengan menggunakan metode High-Performance Liquid

Chromatograhy (HPLC) yang terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin

Standarization Program (NGSP) (Perkeni, 2015).

d. Pemeriksaan HbsAG (Hepatitis B Surface Antigen)

Hepatitis B merupakan infeksi menular serius yang terjadi pada hati disebabkan

oleh virus hepatitis B. Hepatitis B bisa menjadi kronis setelah beberapa bulan seja

terinfeksi pertama kali (Kemenkes RI, 2013). Pemeriksaan ini bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya infeksi virus hepatitis B, diagnosis hepatitis B, screening

pravaksinasi dan memantau Clearence Virus. Selain itu pemeriksaan ini juga bermanfaat

jika ditemukan salah satu pasangan menderita Hepatitis B maka dapat diambil langkah

antisipasi dan pengobatan secepatnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2014).

e. Pemeriksaan VDLR (Venereal Disease Research Laboratory)

Pemeriksaan ini merupakan jenis pemeriksaan yang bertujuan untuk mendeteksi

kemungkinan ada atau tidaknya infeksi penyakit Herpes, Klamidia, Gonorea, Hepatitis

dan Sifilis pada calon pasangan, sehingga bisa dengan segera menentukan terapi yang

lebih tepat jika dinyatakan terjangkit penyakit tersebut.Selain itu pemeriksaan ini juga

berguna untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit yang bisa mempengaruhi

kesehatan ibu hamil maupun janinnya (Fatmawati, 2016). Untuk menegaskan diagnosa

perlu dilakukan tes yang bersifat lebih spesifik yaitu dengan tes TPHA (Treponema

Pallidum Haem Glutination) (Wagiyo, 2016)

f. Pemeriksaan TORCH
TORCH adalah singkatan dari Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes

Simpleks. Keempat penyakit tersebut merupakan infeksi yang bisa menular dari ibu

hamil terhadap janin yang dikandungnya. Jika seorang ibu hamil menularkan infeksi

tersebut ke janinnya, maka hal fatal bahkan risiko cacat lahir bisa terjadi pada kesehatan

janin (Emma Kasyi, 2018)

g. Skrining dan Imunisasi Tetanus

Sejak tahun 1986 sudah ditetapkan oleh pemerintah tentang aturan resmi untuk

Imunisasi Tetanus Toxsoid (TT). Pemberian Tetanus Toxsoid calon pengantin ditekankan

untuk di seluruh Indonesia melaksanakan, memantau serta melaporkan secara berkala

hasil dari pelaksanaan bimbingan dan pelayanan Imunisasi Tetanus Toxsoid calon

pengantin sesuai dengan pedoman pelaksanaan. Peraturan tersebut masih berjalan sampai

sekarang yaitu merupakan kewajiban untuk calon pengantin melaksanakan Imunisasi

Tetanus Toxsoid dan menunjukkan surat/kartu bukti imunisasi TT1 sebagai administrasi

pernikahan yang bisa dilakukan di pelayanan kesehatan terdekat Puskesmas atau Rumah

sakit (Lestari, 2017)

Calon pengantin wanita harus melakukan imunisasi Tenanus Toxoid untuk

mencegah dan melindungi diri terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki

kekebalan seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus. Setiap

perempuan usia subur (15-49 tahun) diharapkan sudah mendapatkan 5 kali Imunisasi

Tetanus Toxsoid lengkap, jika status Imunisasi Tetanus Toxsoid belum lengkap, maka

calon pengantin perempuan harus melengkapi status Imunisasi Tetanus Toxsoid di

Puskesmas (Kemenkes RI, 2018).

Tabel 2.1
Status Imunisasi Tetanus Toxsoid Pada Calon Pengantin
Pemberian Interval (Selang waktu Tahapan Masa
Imunisasi Pemberian Minimal) Perlindungan
TT I Langkah awal
pembentukan kekebalan
tubuh terhadap penyakit
tetanus
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun
TT 5 1 tahun setelah TT4 >25 tahun
Sumber : Permenkes Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan
Imunisasi

Puskesmas (pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan penunjang (laboratorium), status

dan pemberian Imunisasi Tetanus Toxsoid).

 Rumah sakit (pemeriksaan laboratorium dengan kondisi tertentu atas rujukan dari

Puskesmas) (Mulyorejo, 2018).

 Rumah sakit (pemeriksaan laboratorium dengan kondisi tertentu atas rujukan dari

Puskesmas) (Mulyorejo, 2018).

B. Pathway Skrining Pranikah


C. Main Mapping Pranikah

D. Tinjauan Teori Asuhan Pranikah


1. Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di
gunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikirandan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien Asuhan kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang
berurutan, yang di mulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi. Tujuh langkah tersebut membentuk kerangka yang
lengkap dan bisa di aplikasikan dalam suatu situasi (Varney,2012).
2. Tahapan Asuhan Kebidanan
Dalam praktiknya bidan menggunakan manajemen kebidanan
dalam memberikan asuhan kebidanan. Menurut Varney (2012),
manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan-
keterampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis untuk pengambilan
suatu keputusan berfokus pada klien (Varney, 2012).

Menurut Varney (2012), langkah-langkah manajemen kebidanan


tersebut sebagai berikut:
a. Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat
dan lengkap yang berkaitan dengan kondisi klien. Pendekatan ini
harus bersifat komprehensif meliputi data subjektif, objektif, dan
hasil pemeriksaan (Varney, 2012).
b. Langkah II (Interpretasi Data Dasar)
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis
atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang
benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar
yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik (Varney, 2012).
c. Langkah III (Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
dan Mengantisipasi Penanganannya)
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau
diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan
diagnosis yang telah diidentifikasikan (Varney, 2012).
d. Langkah IV (Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera)
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien
(Varney,2012).
e. Langkah V (Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh)
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,
ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data
dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi (Varney, 2012).

f. Langkah VI (Pelaksanaan Langsung Asuhan Efisien dan Aman)


Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di
langkah kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman
(Varney, 2012).
g. Langkah VII (Mengevaluasi Hasil Tindakan)
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan. Rencana dapat dianggap efektif jika
memang benar efektif dalam pelaksanaannya (Varney, 2012).
3. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan
a. Data Subyektif (S)
Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian
data), terutama data yang diperoleh melalui anamnesis.
1) Nama Klien dan Pasangan
Digunakan untuk memperlancar komunikasi dalam asuhan,
sehingga antara bidan dan pasien menjadi lebih akrab
(Walyani, 2015).
2) Umur
Dikaji untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko
tinggi atau tidak, < 16 tahun atau > 35 tahun (Walyani, 2015).
3) Agama
Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan
pada ibu selama memberikan asuhan. Informasi ini terkait
dengan pentingnya agama dalam kehidupan klien, tradisi
agama dalam kehamilan dan lain - lain (Walyani, 2015).
4) Suku Bangsa
Dikaji untuk menentukan adat istiadat atau budayanya.
Ras, etnis, dan keturunan harus diidentifikasi dalam rangka
memberikan perawatan yang peka budaya kepada klien
(Walyani, 2015).

5) Pendidikan
Tanyakan tingkat pendidikan tertinggi klien. Mengetahui
pendidikan klien berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan
untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga
bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya (Walyani, 2015).
6) Pekerjaan
Mengetahui pekerjaan klien adalah penting untuk
mengetahui kemungkinan pengaruh lingkungan kerjan pasien
terhadap kehamilan yang dapat merusak janin, dan persalinan
prematur (Walyani, 2015).
7) Alamat
Dikaji untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat
tinggal klien, sehingga lebih memudahkan pada saat akan
bersalin sert mengetahui jarak rumah dengan tempat pelayanan
kesehatan (Walyani, 2015).
8) Alasan Datang
Ditanyakan untuk mengetahui alasan datang ke bidan/
klinik, apakah untuk memeriksakan keadannya atau untuk
memeriksakan keluhan lain yang disampaikan dengan kata –
katanya sendiri (Hani, dkk, 2010).
9) Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien
datang ke ke fasilitas kesehatan (Sulistyawati, 2009).
10) Riwayat Obstetri
a) Menarch :
Dikaji untuk mengetahui kapan pertama kali pasien
menstruasi. Umumnya menarche terjadi pada usia 12-13
tahun (Sulistyawati, 2009).

b) Siklus :
Siklus merupakan jarak antara menstruasi yang
dialami dengan menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari.
Dikaji teratur atau tidaknya setiap bulan. Biasanya sekitar
23-32 hari (Sulistyawati, 2009).
c) Lamanya :
Menurut Walyani (2015) lamanya haid yang normal
adalah kurang lebih 7 hari. Apabila sudah mencapai 15 hari
berarti sudah abnormal dan kemungkinan adanya gangguan
ataupun penyakit yang mempengaruhi (Sulistyawati, 2009).
d) Nyeri haid :
Nyeri haid perlu ditanyakan untuk mengetahui
apakah klien menderita atau tidak di tiap haid.Nyeri haid
juga menjadi tanda kontroksi uterus klien begitu hebat
sehingga menimbulkan nyeri haid (Walyani 2015).
e) Banyaknya :
Dikaji untuk mengetahui berapa banyak darah yang
keluar saat Menurut Walyani (2015; h. 114) normalnya
yaitu 2 kali ganti pembalut dalam sehari.Apabila darahnya
terlalu berlebihan,itu berarti telah menunjukan gejala
kelainan banyaknya darah haid (Walyani 2015).
11) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan merupakan identifikasi keluhan
sekarang, penyakit umum yang pernah diderita, serta penyakit
yang dialami dahulu (Marmi, 2011)
12) Riwayat Imunisasi
Pemberian imunisasi TT pada wanita harus didahului
dengan skrining untuk mengetahui jumlah dosis dan status
imunisasi TT yang telah diperoleh selama hidupnya (Kemenkes
RI, 2013; h. 29 - 30). Berikut ini jadwal pemberian imunisasi
yang sudah pernah mendapatkan imunisasi TT.

Tabel 2. Jadwal Pemberian Imunisasi TT

Pernah Pemberian Dengan Selang Waktu Minimal


1 kali TT2, 4 minggu setelah TT1
2 kali TT3, 6 bulan setelah TT2
3 kali TT4, 1 tahun setelah TT3
4 kali TT5, 1 tahun setelah TT4
5 kali Tidak perlu lagi
Sumber : (Kemenkes RI, 2013)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rika tahun
2018 tentang Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan
Dukungan Keluarga tentang Imunisasi TT pada Calon
Pengantin dengan Kepedulian Melakukan Imunisasi bahwa
hasil dari uji statistik untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan responden dengan kepedulian melakukan
imunisasi TT di KUA Balikpapan Utara Kelurahan Gunung
Samarinda Kota Balikpapan Tahun 2018 menggunakan uji Chi
Square dengan tingkat probabilitas α:0,05. Setelah mengolah
data ternyata terdapat 0 sel (8,17%) dengan frekuensi harapan <
5, sehingga dianalisis menggunakan continuity correction
didapatkan nilai p value= 0,001 lebih kecil dari nilai α (0,05).
Berdasarkan kriteria penolakan Ho, maka Ho ditolak artinya
ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang imunisasi TT
pada calon pengantin dengan kepedulian melakukan imunisasi
di KUA Balikpapan Utara Kelurahan Gunung Samarinda Kota
Balikpapan Tahun 2018 (Kemenkes RI, 2013; h. 29 - 30).
13) Rencana KB
Untuk mengetahui rencana pemakaian kontrasepsi, apakah
akan menunda kehamilan atau tidak (Mandriwati, 2008).

14) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – Hari


a) Pola Nutrisi
Beberapa hasil yang perlu ditanyakan pada pasien berkaitan
dengan pola makan adalah menu, frekuensi, jumlah per hari
dan pantangan (Sulistyawati, 2009).
b) Pola Eliminasi
BAB dan BAK seperti frekuensi perhari, warnanya,
ada masalah selama BAB/BAK atau tidak (Walyani, 2015).
c) Personal Hygiene
Untuk mengetahui kebersihan diri pasien.
Dianjurkan untuk mandi minimal 2 kali sehari, ganti baju
minimal 1 kali, ganti celana dalam minimal 2 kali sehari,
berkeramas lebih sering dan menjaga kebersihan kuku
(Sulistyawati, 2009).
d) Pola Istirahat Tidur
Untuk mengetahui kecukupan istirahat pasien.
Istirahat sangat diperlukan calon pengantin. Lama tidur
siang hari normalnya 1 – 2 jam, malam hari yang normal
adalah 6-8 jam (Sulistyawati, 2009).
e) Pola Aktivitas dan Olahraga
Mengkaji aktivitas sehari-hari pasien untuk
gambaran tentang seberapa berat aktivitas pasien,
(Sulistyawati,2009).
f) Kebiasaan yang Merugikan Kesehatan
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu memiliki
kebiasaan seperti minum jamu, merokok, minum-minuman
keras, dan obat terlarang dan kebiasaan lainnya (Walyani,
2015).

15) Riwayat Psikososial Spiritual


a) Persiapan Acara Pernikahan
Menurut penelitian yang dilakuakn oleh Anisah
tahun 2015 tentang Efektifitas Suscatin (Kursus Calon
Pengantin atau Konseling Pranikah) dalam Membentuk
Keluarga Bahagia hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa korelasi 0,724 dengan signifikasi 0,000, karena
signifikasi < 0,05, maka H0 ditolak dan Hi diterima.
Artinya SUSCATIN atau konseling pranikah efektif dalam
membentuk keluarga bahagia (Walyani, 2015).
b) Persiapan Membina Rumah Tangga
Kursus pra nikah merupakan upaya pemerintah
dalam menekan tingginya angka perceraian, kekerasan
dalam rumah tangga dan problem keluarga lainnya. Tata
cara pelaksanaan dan materi yang akan disampaikan dalam
kursus pra nikah telah diatur dalam Peraturan Dirjen Bimas
Islam No. DJ.491/11 tahun 2009 tentang Kursus Calon
Pengantin yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan
Dirjen Bimas Islam No. DJ.II/542 tahun 2013 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah (Walyani,
2015).
c) Persiapan Psikologis
d) Persiapan Spiritual
e) Identitas Karakter
f) Tingkat Pengetahuan
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan
pasien dan pasangan mengenai persiapan pernikahan yang
akan dilakukan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Evrianasari dan Dwijayanti (2017) tentang Pengaruh
Buku Saku Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Catin
Terhadap Pengetahuan Catin Tentang Reproduksi dan
Seksual bahwa hasil uji-T (Paired sample Ttest) terhadap
intensitas pengetahuan pada sebelum dan sesudah diberi
perlakuan pemberian buku saku kesehatan reproduksi dan
seksual diperoleh nilai signifikan p-value 0,000 lebih kecil
dari α (0.05). maka dapat dismpulkan bahwa ada pengaruh
pemberian buku saku kesehatan reproduksi dan seksual
bagi catin terhadap pengetahuan catin tentang reproduksi
dan seksual pada catin (Walyani, 2015).
b. Data Obyektif (O)
Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney pertama (pengkajian data),
terutama data yang diperoleh melalui observasi yang jujur dari
pemeriksaan fisik pasien,pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan diagnostik lain.
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan
mengamati keadaan pasien secara keseluruhan, yaitu :
Baik, jika pasien memperlihatkan respons yang baik
terhadeap lingkungan dan orang lain, serta secara fisik
pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan,
dan dikatakan lemah, pasien dimasukkan dalam kriteria ini
jika ia kurang atau tidak memberikan respon yang baik
terhadap lingkungan dan orang lain dan pasien sudah tidak
mampu lagi untuk berjalan sendiri (Sulistyawati, 2009).
b) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran
pasien, kita dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran
mulai dari keadaan composmentis sampai dengan koma
(Sulistyawati, 2009).
c) Tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan
antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi
(tekanan darah > 140/90 mmHg). Tekanan darah normal
berkisar systole/diastole 110/80 – 120/80 mmHg (Walyani,
2015).
d) Nadi
Normalnya frekuensi denyut jantung teratur kira –
kira 70 denyut per menit dengan rentang antara 60 – 100
denyut per menit (Mandriwati, 2008).
e) Suhu
Suhu normal antara 35,8 – 37° C (Mandriwati,
2008).
f) Respirasi
Frekuensi pernafasan normal adalah 16 – 24
x/menit. Bila frekuensi pernafasan lebih dari normal
disebut takipnue dan jika frekuensi pernafasan kurang dari
normal disebut bradipnue (Astuti, 2012).
g) Berat Badan
Berat badan adalah parameter antropometri yang
sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan
kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan
kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang
mengikuti pertambahan umur. Sebnaliknya dalam keadaan
yang abnormal, terhadap dua kemungkinan perkembangan
barat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lambat
dari kedaan normal. Berat badan harus selalu dimonitor
agar memberikan informasi yang memungkinkan
intervensi gizi yang preventif sedini mungkin guna
mengatasi kecenderungan penurunan atau penambahan
berat badan yang tidak dikehendaki. Berat badan harus
selalu dievaluasi dalam konteks riwayat berat badan yang
meliputi gaya hidup maupun status berat badan yang
terakhir. Penentuan berat badan dilakukan dengan cara
menimbang (Anggraeni, 2012).
h) Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang
dapat melihat keadaan status gizi sekaran dan keadaan
yang telah lalu. Pertumbuhan tinggi/panjang badan tidak
seperti berat badan, relatif kurang sensitif pada masalah
kekurangan gizi pada waktu singkat (Anggraeni, 2012).
Salah satu cara untuk menentukan status gizi yaitu dengan
membandingkan berat badan dan tinggi badan. IMT = BB
(Kg)/ TB2 (dalam meter)
(1) Untuk Perempuan
Kurus : < 17 Kg/m2
Normal : 17 – 23 Kg/ m2
Kegemukan : 23 – 27 Kg/ m2
Obesitas : > 27 Kg/ m2
(2) Untuk Laki – Laki
Kurus : < 18 Kg/m2
Normal : 18 – 25 Kg/ m2
Kegemukan : 25 – 27 Kg/ m2
Obesitas : > 27 Kg/ m2
i) LILA
Ukuran LILA yang normal adalah 23,5 cm, diukur
sebelum hamil. Bila ditemukan pengukuran kurang dari
23,5 cm maka status gizi ibu kurang (Mandriwati, 2008).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dhamayanti
(2017) tentang Hubungan Status Gizi Pada Calon Pengatin
(Catin) dengan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Berdasarkan
hasil analisis dengan uji exact fisher, diperoleh nilai p-
value (>0,05), yaitu 0,07 hal tersebut berarti Ha ditolak,
Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara status gizi calon penganti dengan kadar
hemoglobin ibu hamil (Mandriwati, 2008).
2) Status Present
a) Kepala : Untuk mengetahui kebersihan kepala. Normalnya
bentuk mesochepal, kulit kepala bersih dan rambut tidak
rontok (Mandriwati, 2008).
b) Muka : Simetris, kemerahan, tidak bengkak (Mandriwati,
2008).
c) Mata : Untuk mengetahui warna sklera (ikterik atau tidak,
menilai kelainan fungsi hati) dan warna konjungtiva (pucat
atau cukup merah, sebagai gambaran tentang anemia secara
kasar) dan secret (Sulistyawati, 2009).
d) Hidung : Untuk memeriksa kebersihan, dan adanya polip.
Normalnya tidak ada polip dan sekret (Sulistyawati, 2009).
e) Mulut : Saat hamil pada ibu hamil normalnya bibir tidak
kering, tidak terdapat stomatitis, gigi bersih tidak ada
karies, tidak ada gigi palsu (Saminem, 2008).
f) Telinga : Dikaji untuk memeriksa kebersihan dan
kemungkinan adanya kelainan. Normalnya adalah simetris
dan tidak ada serumen berlebih (Saminem, 2008).
g) Leher : Normalnya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
tidak ada bendungan vena jugularis (Saminem, 2008).
h) Ketiak : Untuk memeriksa kemungkinan adanya massa atau
pembesaran pada aksila. Normalnya tidak ada benjolan
(Saminem, 2008).
i) Dada : Normalnya simetris, denyut jantung teratur, dan
tidak ada gangguan pernapasan (Sulistyawati, 2009).
j) Abdomen : Dikaji ada tidak bekas luka operasi, ada massa
atau tidak (Sulistyawati, 2009).

k) Genetalia : Pada keadaan normal tidak terdapat bau busuk,


dan tidak ada condiloma (Saminem, 2008). Pada vulva
mungkin didapat cairan jernih atau sedikit berwarna putih
tidak berbau, pada keadaan normal, terdapat pengeluaran
cairan tidak ada rasa gatal, luka atau perdarahan (Walyani,
2015).
l) Punggung : Teraba lurus, tidak ada lubang atau kelainan
bentuk (Walyani, 2015).
m)Anus : Normalnya tidak ada haemoroid (Sulistyawati,
2009).
n) Ekstremitas : Pemeriksaan tangan dan kaki yang dikaji
untuk mengetahui adanya edema sebagai tanda awal
preeklampsia dan warna kuku yang kebiruan sebagai gejala
anemia (Hani dkk, 2010; h. 92 - 93). Normalnya kedua
tangan dan kaki tidak oedem, gangguan pergerakan tidak
ada (Saminem, 2008).
3) Pemeriksaan Penunjang
c. Analisa (A)
Analisa merupakan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif.
Diagnosa: Nn... umur... calon pengantin dengan kebutuhan
(Marmi, 2012; h 183).
d. Penatalaksanaan (P)
Penatalaksanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini
dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil
analisa dan interpretasi data. P dalam SOAP meliputi
pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney
langkah kelima, keenam dan ketujuh (Varney, 2012).
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI


PADA Nn. N USIA 25 TAHUN DENGAN KIE PRANIKAH
DI PUSKESMAS SEKANCING
TAHUN 2022

NAMA MAHASISWA : Konny Permata Sari

NIM : 213001080179

TGL/JAM PENGKAJIAN : Senin, 19-09-2022 / 11:00 WIB

TEMPAT PENGKAJIAN : Puskesmas Sekancing

PEMBIMBING AKADEMIK : Bdn. Lismawati ,S.Keb.,M.Kes

I. Identitas Pasien
Data Subjektif
Catin Wanita Catin Laki-laki
Nama : Nn. N Nama : Tn. S
Umur : 25 tahun Umur : 27 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku :Jawa Suku : Melayu
Pendidikan : DIII Pendidikan : DIII
Pekerjaan : Honorer Pekerjaan : Swasta
Alamat : Ds. Sekancing Alamat : Ds. Kungkai
No.Telp : 082189652290 No.Telp : 085396090518

1. Alasan datang
Ingin melakukan KIE pranikah
2. Keluhan Utama
Tidak ada
3. Riwayat Obstetri
G0P0A0
4. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun Siklus : Tidak teratur
Lamanya : 7 hari Nyeri haid : Iya
Banyaknya : 4 kali ganti pembalut di awal menstruasi

5. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit / kondisi yang pernah atau sedang diderita :
Pasien mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita
penyakit seperti hipertensi, jantung, paru-paru, asma, diabetes, TBC, HIV,
hepatitis.
b. Riwayat penyakit dalam keluarga (menular/keturunan) :
Pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit menular/keturunan seperti hipertensi, jantung, paru-paru, asma,
diabetes, TBC, hepatitis.

5. Rencana KB
Pasien mengatakan tidak ingin menunda kehamilan.
6. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
c. Pola Nutrisi
Makan
1) Makanan pokok : 3 x per hari @ 1 piring sedang
Jenisnya : nasi
2) Lauk : 3 x perhari @ 1 potong sedang
Jenisnya : ikan, ayam, telur, tempe

3) Sayuran : 3 x @ 1 mangkuk
sayuran Jenisnya : oseng-oseng, sop
4) Buah : 3 x per minggu
Jenisnya : jeruk, pisang, pepaya
5) Camilan : 2 x per hari
Jenisnya : biskuit, kripik
6) Pantangan : tidak ada pantangan makanan apapun
Minum
1) Jumlah total : 8-10 gelas per hari
Jenisnya : air putih, teh, susu
d. Pola Eliminasi
1) BAK
Frekuensi sehari : 5-6 x per hari
Warna : kekuningan
Keluhan/masalah : tidak ada keluhan
2) BAB
Frekuensi sehari : 1 x per hari
Warna : kecoklatan
Keluhan/masalah : tidak ada keluhan
e. Pola Personal Hygiene
Mandi : 2 x per hari

1) Keramas : 3-4 x per minggu, ketika rambut terasa


lepek
2) Gosok gigi : 3 x per hari saat mandi
3) Ganti pakaian : 2 x per hari setelah mandi
4) Ganti celana dalam : 2-3 x per hari, ketika lembab dan basah
f. Pola Istirahat/Tidur Malam
Tidur malam : 6 jam setiap harinya
Tidur siang : 2 jam setiap harinya
Keluhan : insomnia
g. Aktivitas Fisik dan Olahraga
Aktivitas fisik (beban pekerjaan) : bekerja dan membantu pekerjaan
rumah
Olahraga : pasien mengatakan sering
mengikuti zumba dan senam online, frekuensi 2-3 x per minggu
h. Kebiasaan yang Merugikan Kesehatan
1) Merokok : pasien mengatakan bahwa calon
suami perokok
2) Minum-minuman beralkohol : pasien mengatakan bahwa ia
minum minuman beralkohol
3) Obat-obatan : pasien mengatakan bahwa ia tidak
mengkonsumsi obat-obatan selain dari dokter/bidan
4) Jamu : pasien mengatakan bahwa ia tidak
minum jamu-jamuan
5) Sex bebas : pasien mengatakan sebelum dan
sesudah menikah tidak pernah melakukan sex bebas
i. Riwayat Psikososial Spiritual
1) Persiapan acara pernikahan :
Syarat pendaftaran pernikahan di KUA sudah lengkap
2) Penyesuaian cuti kerja :
Pasien mengatakan ia dan calon suami melakukan penyesuaian cuti
selama 3 hari

3) Tanggal-tanggal penting terkait pernikahan : 02 November 2022


(Hari H pernikahan)
j. Persiapan Membina Rumah Tangga
Persiapan fisik/kesehatan( medical chek up, vaksin) : pasien dan
calon suami tidak pernah melakukan pemeriksaan laboratorium Hb,
Hepatitis, IMS, ISR, dan HIV/AIDS
k. Persiapan Psikososial
1) Perbedaan latar belakang budaya keluarga : tidak ada perbedaan
budaya
2) Perbedaan pendidikan : ada perbedaan pendidikan antara kedua
calon pengantin, pendidikan calon suami DII sedangkan calon istri
DIII
l. Persiapan Psikologi
1) Pengetahuan catin terhadap sifat pasangannya : calon pengantin
sudah mengetahui sifat pasangannya
2) Cara berkomunikasi dengan pasangan : calon pengantin
berkomuikasi lancar dan baik
3) Mekanisme koping cara mengatasi masalah : dalam mengatasi
masalah calon pengantin saling berkomunikasi/berdiskusi
m. Persiapan Spiritual
Cara catin melakukan ibadah beserta pasangannya calon pengantin
melakukan ibadah dengan baik dengan sholat 5 waktu setiap harinya
n. Identifikasi Karakter
1) Harapan/keinginan kebutuhan antar pasangan : saling setia sampai
maut memisahkan
2) Teknik manajemen konflik : dengan berdiskusi
3) Menanyakan kebiasaan catin : bekerja, bersantai di rumah bersama
keluarga
4) Pernikahan ini diharapkan oleh kedua belah pihak
5) Respon dan dukungan keluarga terhadap pernikahan ini :
Keluarga mendukung pernikahan ini
6) Rencana setelah menikah tinggal serumah dengan suami
7) Pengambilan keputusan utama pernikahan dalam keluarga : bersama
8) Orang terdekat pasien : calon suami
9) Tingkat pengetahuan :
a) Hal-hal yang sudah diketahui
Pasien mengetahui asam folat didapatkan dari susu prenagen
b) Hal-hal yang belum diketahui
Pasien belum mengetahui seputar persiapan dari segi
kesehatan untuk kehamilan yang baik dan sehat
c) Hal-hal yang ingin diketahui
Pasien ingin mengetahui tentang cara mengatasi insomnia,
KB yang bagus untuk menunda kehamilan tetapi bukan
hormonal, persiapan kesehatan reproduksi bagi pasangan untuk
kehamilan yang baik serta persiapannya
d) Hal-hal yang diketahui
Pasien mengatakan ingin mengetahui apa saja persiapan
dari segi kesehatan guna mempersiapkan kehamilan.

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan umum :
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. Tekanan darah : 110/70 mmHg
d. Suhu : 36,6o C
e. Nadi : 88 x/mt
f. RR : 22 x/mt
g. BB : 41 kg
h. TB : 153 cm
i. LLA : 24 cm
b. Status Present
a. Kepala : Bersih, tidak ada lesi

b. Muka : Tidak pucat, simetris, tidak odema


c. Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera
putih
d. Hidung : Bersih, tidak ada polip , tidak ada cuping
hidung
e. Mulut : Tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi
f. Telinga : Simetris, tidak ada serumen
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
h. Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
i. Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
j. Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, tidak ada
massa/tumor
k. Genetalia : Tidak dikaji
l. Anus : Tidak dikaji
m. Ekstremitas atas : Simetris, tidak odema, tidak ada
kelainan, turgor kulit cepat kembali
n. Ekstremitas bawah : Simetris, tidak odema, tidak ada
kelainan, turgor cepat kembal
c. Status Obstetri
a. Muka : Tidak pucat, tidak odema, simetris
b. Mammae : Simetris, tidak ada benjolan
c. Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, tidak ada
massa/tumor
d. Genetalia : Tidak dikaji

II. Interpretasi Data


Tanggal 19-09-2022 Pukul: 11.00 wib
Diagnosa : Pasangan Calon pengantin Ny. N usia 25 tahun dan Tn.S usia 27
tahun ingin melakukan KIE pranikah

Masalah : Konseling tentang pranikah dan prakonsepsi


Kebutuhan : Edukasi tentang persiapan pranikah dan prakonsepsi

III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial


Tidak ada
IV. Identifikasi Tindakan Segera atau Kolaborasi
Tidak ada

V. Rencana Asuhan Menyeluruh


Tanggal 19-09-2022 Pukul: 11.05
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada kedua calon pengantin
2. Menganjurkan klien untuk menjaga organ reproduksi
3. Menganjurkan kedua catin menjaga pola makan seimbang,
4. Menganjurkan catin wanita untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan
berserat seperti buah, sayur,
5. Pemberian Vitamin asam folat
6. Anjuran kepada catin wanita untuk melakukan pemeriksaan triple eliminasi
lebih lanjut

VI. Pelaksanaan
Tanggal 19-09-2022 Pukul: 11.10 wib
1. Memberikan penjelasan kepada pasien bahwa dari hasil pemeriksaan yang
sudah dilakukan
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36,6o C Nadi : 88 x/mnt
RR : 22 x/mnt BB : 41 kg
TB : 153 cm LLA : 24 cm

2. Memberikan KIE kepada pasien seputar pertanyaan yang diajukan


oleh pasien mengenai kesehatan reproduksi guna mempersiapkan
kehamilan yang baik dan sehat.
3. Memberikan KIE kepada pasien tentang kebutuhan nutrisi pranikah
untuk mencapai keluarga yang sehat dan keturunan yang berkualitas.
Manfaat zat gizi untuk memelihara kesuburan, meningkatkan kualitas
sperma, memantau dan mengusahakan berat badan ideal, kebutuhan
zat gizi terpenuhi.
4. Menganjurkan pasien makan-makanan yang mengandung zink dan zat
besi, protein, asam folat, vitamin E, vitamin B12 seperti makan
sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, daging merah, hati
ayam dan konsumsi makanan bergizi seimbang. Mencukupi
kebutuhan cairan dengan minimal 1,5 liter perhari.
5. Meresepkan vitamin asam folat 5mg x 10 tablet dengan aturan minum
1x sehari setiap pagi atau sore.
6. Merujuk pasien ke Puskesmas Sekancing guna melakukan
pemeriksaan penunjang seperti cek Hb, pp test, dan suntik TT guna
memenuhi persyaratan untuk menikah.

VII. Evaluasi
Tanggal 19-09-2022 Pukul: 11.30 wib
Pasangan Usia Subur Nn.N dan Tn.S memahami semua penjelasan tentang
pemeriksaan kesehatan catin dan berjanji akan mengikuti saran yang telah
diberikan.
BAB IV

PEMBAHASAN

Avaliable online at https://

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/j_consilia/article/view/19981

Konseling Pranikah Dalam Meredukasi Budaya Pernikahan Dini

Pada bab ini akan diuraikan tentang kesenjangan yang terjadi antara tinjauan

Pustaka dan studi kasus dalam proses asuhan. Pembahasan ini disusun berdasarkan teori

dari asuhan nyata dengan pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh

Langkah Varney yaitu: pengumpulan data dasar, merumuskan diagnosis atau masalah

aktual, merumuskan diagnosis atau masalah potensial, melaksanakan tindakan segera atau

kolaborasi, merencanakan tindakan asuhan kebidanan, melakukan tindakan asuhan

kebidanan, dan mengevaluasi asuhan kebidanan

A. Identifikasi Data Dasar

Pada kasus ini Nn.N Tn.S sedang melakukan persiapan pernikahan.

Berdasarkan pengkajian data subyektif diperoleh bahwa Nn. N berusia 25 tahun dan

Tn. S berusia 27 tahun. Menurut BKKBN (2017), umur ideal yang matang secara

biologis dan psikologis adalah 20 – 25 tahun bagi wanita dan umur 25 – 30 tahun

bagi pria. Dan umur Nn.N sudah memasuki umur ideal yang matang secara biologis

dan umur Tn. S termasuk usia yang sudah matang. Sehingga sehingga disarankan

untuk rencana kehamilan agar tidak terjadi komplikasi pada Nn.N dan janin

nantinya jika kehamilan terlalu lama ditunda sehingga dapat menyebabkan

kehamilan terlalu dekat untuk kehamilan berikutnya.

Pada riwayat menstruasi diperoleh bahwa calon pengantin wanita memiliki

siklus haid 27 – 33 hari teratur tiap bulan, lama sekitar 4 – 5 hari, ada nyeri haid 1 –
2 hari tapi tidak mengganggu aktivitas, dan nada nyeri pinggang dan mood swing 1-

2 hari sebelum menstruasi. Siklus menstruasi pada wanita normal berkisar antara

21-32 hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari (Proverawati

& Misaroh, 2009). Sedangkan untuk lama menstruasi normalnya berlangsung 3-7

hari (Ramaiah, 2006), sementara itu menurut Proverawati dan Misaroh (2009) lama

mestruasi berlangsung selama 3-5 hari dan ada juga yang 7-8 hari. Dengan

demikian tidak ada gangguan pada Nn.N terkait menstruasi. Bila ditemukan

gangguan menstruasi, baik siklus, lama menstruasi, nyeri haid berlebihan, maka

dapat berakibat pada gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan.

Pada data objektif, Nn. U memiliki IMT 19,53 kg/m2 dan Lila 24 cm yang

termasuk dalam kategori normal. IMT normal ialah 18,5 – 25 kg/m2 (Depkes,

2011). Sedangkan, ambang batas LLA WUS dengan risiko KEK di Indonesia

adalah 23,5 cm. Apabila LLA < 23,5 cm atau IMT < 18,5 kg/m2 , artinya wanita

tersebut mempunyai risiko KEK atau gizi kurang, dan diperkirakan akan

melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR mempunyai risiko kematian,

gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan perkembangan anak (Supariasa, dkk,

2014). Jika IMT > 30 kg/m2 , dapat meningkatkan komplikasi pada kehamilan

seperti preeklamsi, diabetus gestasional, kelainan kongenital,persalinan preterm,

dan lain-lain (Lisa, dkk, 2015)

Dalam tahapan pengkajian, penulis tidak mendapat hambatan. Hal ini karena

respon kooperatif klien yang dapat menerima kehadiran penulis saat pengumpulan

data sampai tindakan yang diberikan. klien menunjukkan sikap terbuka dan

menerima anjuran serta saran yang diberikan oleh penulis maupun tenaga medis

lainnya dalam memberikan asuhan kebidanan

B. Interpretasi Data Dasar


Diagnosa kebidanan yang ditegakkan pada kasus ini adalah Pasangan Calon

Pengantin Nn. N dan Tn.S dengan pemeriksaan kesehatan pranikah. Masalah yang

terdapat dalam kasus ini yaitu pengetahuan yang kurang tentang

kematangan/pertumbuhan organ reproduksi. Pada kasus ini dilakukan pemberian

konseling pranikah yang didalamnya meliputi tentang kesehatan reproduksi

Dengan demikian secara garis besar tidak ada kesenjangan dengan diagnosis

aktual yang ditegakkan sehingga memudahkan memberikan tindakan selanjutnya

C. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Pada langkah ini, bidan melakukan identifikasi diagnosa atau masalah

berdasarkan interpretasi yang akurat terhadap data-data yang telah dikumpulkan.

Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasi sehingga dapat merumuskan

diagnosis dan masalah yang spesifik

Hasil pemeriksaan pada calon pengantin tidak ditemukan masalah potensial

karena keduanya dalam kondisi fisiologi normal

D. Identifikasi Tindakan Segera atau Kolaborasi

Tidak ada penanganan tindakan segera pada pasangan calon pengantin

karena tidak ada kasus kegawat daruratan pada keduanya yang memerlukan

tindakan segera

E. Rencana Asuhan Menyeluruh

Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh

bidan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian

dari pelaksanaan rencana tersebut.

Rencana asuhan yang diberikan yaitu menganjurkan untuk pola makan

seimbang, mengurangi makanan yang mengandung kolesterol, kadar garam natrium

dan kadar gula tinggi, mengurangi makanan cepat saji, mencegah stress berlebihan,

menghentikan kebiasan merokok, melakukan olahraga secara rutin, dan kontol


kesehatan secara rutin.

Status nutrisi pada wanita pranikah perlu dikaji karena berhubungan dengan

kesehatan reproduksi. Mempertahankan status nutrisi yang baik, mencapai berat

badan ideal, mengontrol gangguan makan, dan mengembangkan kebiasaan diet

nutrisi yang seimbang, dapat membantu mempertahankan kesehatan sistem

reproduksi (Soetjiningsih, 2010).

Berdasarkan uraian di atas, rencana tindakan yang disusun berdasarkan

tujuan yang sesuai kebutuhan calon pengantin. Rencana asuhan kebidanan yang

telah disusun berdasarkan diagnosa/masalah aktual dan potensial, hal ini

menunjukkan tidak ada kesenjangan antara teori dengan tinjauan manajemen

asuhan kebidanan pada penerapan studi kasus di lahan praktek

F. Pelaksanaan

Pada langkah pelaksanaan ini telah dilakukan dan dikerjakan sesuai dengan

rencana asuhan yang telah dibuat yaitu dengan menjelaskan dampak buruk

merokok, menjelaskan pengetahuan tentang organ reproduksi, menganjurkan kedua

catin menjaga pola makan dengan makan makanan bergizi seimbang dan

memberikan konseling kepada catin tentang kesehatan reproduksi, dan memberikan

imunisasi TT serta penjelasan tujuan dan efek samping pemberian imunisasi TT

serta mendiskusikan tentang perencanaan kehamilan.

Pemberian imunisasi TT dilakukan dalam upaya pencegahan dan

perlindungan terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki kekebalan seumur

hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus. Pemberian

imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai status T5 hasil pemberian

imunisasi dasar dan lanjutan. Status T5 sebagaimana dimaksud ditujukkan agar

wanita usia subur memiliki kekebalan penuh. Dalam hal status imunisasi belum

mencapai status T5 saat pemberian imunisasi dasar dan lanjutan, maka pemberian
imunisasi tetanus toxoid dapat dilakukan saat yang bersangkutan menjadi calon

pengantin (Kemenkes, 2017)

Persiapan kehamilan lainnya yakni dengan menganjurkan mengkonsumsi

makanan tinggi asam folat seperti sayur hijau, susu mengandung asam folat, sera

mengkonsumsi makanan kaya zat besi seperti hati, daging sapi, sayuran hijau

tua,kacang-kacangan,ikan. Berperan dalam perkembangan sistem saraf pusat dan

darah janin, cukup asam folat mengurangi risiko bayi lahir dengan cacat sistem

saraf sebanyak 70%. Jika seorang perempuan memiliki kadar asam folat yang

cukup setidaknya 1 bulan sebelum dan selama kehamilan, maka dapat membantu

mencegah kecacatan pada otak dan tulang belakang bayi (BKKBN, 2014).

Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan asuhan pada calon pengantin,

semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan

baik dan tidak menemukan hambatan yang berarti karna adanya kerja sama dan

penerimaan yang baik dari klien dan keluarga yang kooperatif serta sarana dan

fasilitas yang mendukung dalam pelaksanaan tindakan di Puskesmas Sekancing.

Dalam pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan penulis tidak menemukan

hambatan yang berarti karena seluruh tindakan yang dilakukan sudah berorientasi

pada kebutuhan klien

G. Evaluasi
Evaluasi pada calon pengantin Nn.N dan Tn.S memahami semua penjelasan

tentang persiapan dan perencanaan kehamilan dan berjanji akan mengikuti saran

yang telah diberikan.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Telah terlaksananya pengkajian pada Nn.N usia 25 tahun catin wanita dengan
KIE pranikah di Puskesmas Sekancing
2. Telah teridentifikasi diagnosa/masalah kebidanan berdasarkan data subyektif
dan data obyektif pada Nn.N usia 25 tahun catin wanita dengan KIE pranikah
di Puskesmas Sekancing
3. Telah terlaksana tindakan untuk memberikan asuhan pranikah pada Nn.N
usia 25 tahun catin wanita dengan KIE pranikah di Puskesmas Sekancing
4. Telah terlaksana evaluasi/hasil dalam memberikan asuhan pranikah pada
Nn.N usia 25 tahun catin wanita dengan KIE pranikah di Puskesmas
Sekancing
5. Telah terlaksana pendokumentasian asuhan pranikah pada Nn.N usia 25 tahun
catin wanita dengan KIE pranikah di Puskesmas Sekancing

B. Saran
1. Bagi Pembaca
Diharapkan laporan kasus ini dapat dijadikan referensi dalam pemberian
layanan atau pembuatan laporan asuhan pra nikah pada calon pengantin
dengan anemia.
2. Bagi Penulis
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai informasi dan referensi
dalam melakukan pembelajaran baik secara teori maupun praktik pada asuhan
pra nikah pada calon pengantin.
DAFTAR PUSTAKA

Aisyaroh, N. (2016) ‘Upaya Preventif Permasalahan Kesehatan Reproduksi


Perempuan Lapas’, Majalah Ilmiah Sultan Agung, 49(123), pp. 71–84.
Amalia, R. and Siswantara, P. (2018) ‘Efektivitas Penyuluhan Kesehatan
Reproduksi pada Calon Pengantin di Puskesmas Pucang Sewu Surabaya’,
Jurnal Biometrika dan Kependudukan, 7, pp. 29–38.
Anggraeni, Adisty Cynthia. 2012. Asuhan Gizi; Nutritional Care Process.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Anggraeny,Olivia dan Ayuningtyas.D.A. 2017.Gizi Prakonsepsi, Kehamilan, dan
Menyusui. Malang: UB Press
Anjani, C. (2006) ‘Pola Penyesuaian Perkawinan pada Periode Awal’, 8(3), pp.
198–210.
Anwar, M. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Astuti, Hutari Puji. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan).
Jakarta: EGC.
Bustan. 2007. Epidemiologi: Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.
Cambell, N.a. Reece, J.B., dan Nitchel, L.G. (2003). Biologi: Edisi Kelima Jilid 2.
Jakarta: Erlangga
Departemen Kesesehatan RI.2009. Pedoman Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi dengan Stiker : dalam Rangka Mempercepat
Penurunan AKI. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
Dewi, N. R. and Sudhana, H. (2013) ‘Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal
Pasutri dengan Keharmonisan dalam Pernikahan’, Jurnal Psikologi
Udayana, 1(1), pp. 22–30. doi:10.24843/jpu.2013.v01.i01.p03.
Fried, George H., & George J, Hademenos. (2005). Biologi Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga
Hani, Ummi, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Malang:
Edward Tanujaya.

Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kementerian Kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI (2015) Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon
Pengantin. Jakarta.
Kostania, G., Ahmad, A. L. and Yunita, S. (2020) ‘Pengembangan Booklet
Pranikah Sebagai Media Informasi Dalam Pelayanan Kesehatan Untuk
Calon Pengantin’, Jurnal Kebidanan Indonesia, 11(2), p. 01. doi:
10.36419/jkebin.v11i2.367.
Lestari, dr. K. (2020) Mengenal Berbagai Persiapan Tak Boleh Dilewatkan,
website : https://www.sehatq.com/artikel/persiapan-sebelum-menikah-tak-
hanya-dari-sisi-finansial.
Manuaba, 1998. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan.
Mandriwati. 2008. Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta:
EGC.
Marmi. 2011. Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Munawaroh, L. (2019) ‘Kesehatan Tes Sebagai Syarat Pra Nikah (Studi UU
Pernikahan di Kuwait)’, YUDISIA : Jurnal Pemikiran Hukum dan
Hukum Islam, 10(1). doi: 10.21043/yudisia.v10i1.4684.
Padila. 2014. Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Nuha Medika
Purwoastuti, Th Endang dan Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Panduan Materi
kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press

BERITA ACARA
UJIAN BEDSITE TEACHING
Pada Senin 19 September 2022 telah dilaksanakan Ujian Bedsite Teaching Stase Asuhan
Kebidanan Pranikah dan Prakonsepsi, oleh

Nama Mahasiwa : Konny Permata Sari


NIM : 213001080179
Program Studi : Pendidikan Profesi Bidan

Diketahui, Jambi, 19 September 2022


Ka. Prodi Pendidikan Profesi Bidan CI Akademik

Bdn. Devi Arista, S.Keb.,M.Kes Bdn. Lismawati, S.Keb, M.Kes


NIK. 1010300715008 NIDN: 1021038703

PENILAIAN PRANIKAH PRAKONSEPSI (MINI-CEX) PROGRAM


STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI

Nama : Konny Permata Sari


NIM : 213001080179
Ruangan : Puskesmas Sekancing
CI Akademik : Bdn. Lismawati, S.Keb, M.Kes

NILAI
Dibawah Sesuai Diatas
NO NILAI
Harapan Harapan Harapan
(0-69) (70-79) (80-100)
1 Anamnesis
2 Pemeriksaan
3 Keterampilan Komunikasi
4 Keputusan Klinis
5 Profesionalisme
6 Pengorganisasian/Efisiensi
7 Keseluruhan Penanganan Pasien
TOTAL N1 N2 N3

Nilai : N1+N2+N3 =
7

Diketahui, Jambi, 19 September 2022


Ka. Prodi Pendidikan Profesi Bidan CI Akademik

Bdn. Devi Arista, S.Keb.,M.Kes Bdn.Lismawati, S.Keb, M.Kes


NIK. 1010300715008 NIDN: 1021038703

DOKUMENTASI

ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI


LEMBAR BIMBINGAN
PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2021-2022

Nama : Konny Permata Sari


NIM : 213001080179
Ruangan : Puskesmas Sekancing
Stase : Asuhan Kebidanan Pranikah dan Prakonsepsi
CI Akademik : Bdn. Lismawati, S.Keb, M.Kes

No Hari/Tanggal Follow Up Pembimbing TTD CI Akademik

1.

2.

Diketahui, 19 September 2022


Kaprodi Pendidikan Profesi Bidan

Bdn. Devi Arista,S.Keb.,M.Kes


NIK. 1010300715008
LAMPIRAN JURNAL

Anda mungkin juga menyukai