Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN PRANIKAH

NAMA : REGITA CITA PUSPITASARI

NIM : P1337424820049

PEMBIMBING INSTITUSI : TITI MURSITI, S. SiT., M. Kes

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TA. 2020/2021
1. Tinjauan Teori Medis
a. Filosofi Pernikahan
Pernikahan merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan
manusia, dimana manusia memulai kehidupan pada jenjang dan peran
baru yaitu perempuan sebagai istri dan laki-laki sebagai suami. Akad
nikah dapat dimaknai sebagai janji kepada Tuhan pada pasangan untuk
menjalin kesepakatan hidup berpasangan dengan saling memberi
ketenangan dan dilandasi oleh saling cinta dan kasih.(Kementerian
Kesehatan, 2015)
Hal ini merupakan landasan bagi terbentuknya suatu keluarga.
Keluarga merupakan suatu kelompok individu yang ada hubungannya,
hidup bersama dan bekerja sama di dalam satu unit. Kehidupan dalam
kelompok tersebut bukan secara kebetulan, tetapi diikat oleh hubungan
darah atau perkawinan. (Oktarina, et al., 2015)
b. Informasi Pranikah
1) Kesehatan Reproduksi
Berbagai fenomena yang terjadi di Indonesia, agaknya masih
timbul pro kontra di masyarakat, lantaran adanya anggapan bahwa
membicarakan seks adalah hal yang tabu dan pendidikan seks akan
mendorong remaja untuk berhubungan seks. Namun hal ini merupakan
bagian dari fondasi dalam membangun pernikahan yang sehat baik
secara fisik maupun psikis. (Miswanto, 2014)
Kesehatan reproduksi merupakan suatu hak asasi manusia
yang, seperti semua hak asasi manusia lainnya. Guna mewujudkan hak
tersebut, wanita yang terkena dampak harus memiliki akses ke
informasi dan layanan kesehatan reproduksi komprehensif sehingga
mereka bebas membuat pilihan berdasarkan informasi terkait
kesehatan serta kesejahteraan mereka. Kesehatan reproduksi adalah
keadaan yang menunjukkan kondisi kesehatan fisik, mental, dan sosial
seseorang dihubungkan dengan fungsi dan proses reproduksinya
termasuk di dalamnya tidak memiliki penyakit atau kelainan yang
mempengaruhi kegiatan reproduksi tersebut. Masalah kesehatan
reproduksi dapat terjadi sepanjang siklus hidup manusia, misalnya
masalah pergaulan bebas pada remaja, kehamilan remaja, aborsi yang
tidak aman, kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi.
Perempuan lebih rentan dalam menghadapi risiko kesehatan
reproduksi, seperti kehamilan, melahirkan, aborsi yang tidak aman,
dan pemakaian alat kontrasepsi. Karena struktur alat reproduksinya,
perempuan lebih rentan secara sosial maupun fisik terhadap penularan
IMS, termasuk HIV-AIDS.
2) Hak Reproduksi dan Seksual
Hak-hak reproduksi Konferensi internasional kependudukan
dan pembangunan, disepakati hal-hal reproduksi yang bertujuan untuk
mewujudkan kesehatan bagi individu secara utuh, baik kesehatan
rohani dan jasmani, meliputi:
a) Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi
b) Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
c) Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi
d) Hak dilindungi dan kematian karena kehamilan
e) Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kehamilan.
f) Hak atas kebebasan dan keamanan yang berkaitan dengan
kehidupan reproduksinya
g) Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk
perlindungan dari pelecehan, perkosaan, kekerasan, penyiksaan
seksual
h) Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu penetahuan yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi
i) Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya
j) Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga
k) Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam
berkeluarga dan kehidupan kesehatan reproduksi
l) Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik
yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi (Rachel Dwi
Wilujeng, 2013)

Kedua calon pengantin mempunyai kebebasan dan hak yang


sama dan secara bertanggungjawab dalam memutuskan untuk berapa
jumlah anak mereka, jarak kelahiran antara anak satu dengan anak
yang kedua dan seterusnya serta menentukan waktu kelahiran dan
dimana anak tersebut dilahirkan. Hak reproduksi dan seksual
menjamin keselamatan dan keamanan calon pengantin, termasuk
didalamnya mereka mendapatkan informasi yang lengkap tentang
kesehatan reproduksi dan seksual, serta efek samping obat-obatan, alat
dan tindakan medis yang digunakan untuk mengatasi masalah
kesehatan reproduksi, diantaranya:

a) Calon pengantin mendapatkan pelayanan KB yang aman, efektif,


sesuai dengan pilihan tanpa paksaan
b) Perempuan mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
agar sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan, persalinan dan
mendapatkan bayi yang sehat.
c) Hubungan suami istri harus didasari penghargaan terhadap
pasangan masing-masing dan dilakukan dalam kondisi dan waktu
yang diinginkan bersama tanpa unsur pemaksaan, ancaman dan
kekerasan.
d) Hak reproduksi juga mencakup informasi yang mudah, lengkap,
dan akurat tentang penyakit menular seksual, agar perempuan dan
laki-laki terlindungi dari infeksi menular seksual (IMS) serta dan
memahami upaya pencegahan dan penularannya yang dapat
berakibat buruk terhadap kesehatan reproduksi laki-laki,
perempuan dan keturunannya. (Kementerian Kesehatan, 2015)
3) Organ Reproduksi Wanita
a) Vagina/Liang Sanggama
Vagina adalah suatu saluran berbentuk pipa atau tabung yang
merupakan suatu lorong yang melengkung ke depan dan terdiri
atas muskulo membranosa yang menghubungkan antara vulva
sampai uterus. Panjang vagina pada dinding depan sekitar 6-7 cm,
dan lebih pendek dari dinding belakang, sedang pada dinding
posterior/belakang panjangnya kira-kira 7-10 cm. Fungsi vagina
adalah sebagai saluran keluar uterus, alat sanggama, dan jalan lahir
b) Vulva
Kita ketahui bahwa vulva berbentuk lonjong dengan ukuran
panjang dari muka ke belakang. Vulva merupakan alat kelamin
luar wanita yang terdiri atas Mons pubis/Mons veneris, Labia
mayora (bibir-bibir besar), Labia minora (bibir-bibir kecil),
Klitoris/kelentit, Vestibulum atau serambi dengan kelenjar-
kelenjar yang bermuara didalamnya, serta Himen/selaput dara.
i. Mons Pubis/Mons Veneris Bagian ini menonjol yang
meliputi bagian depan tulang kemaluan (simfisis pubis) dan
terdiri jaringan lemak. Karena adanya bantalan lemak,
bagian ini sangat berperan dalam hubungan seksual dan
dapat melindungi simfisis pubis saat koitus dari trauma.
Dengan meningkatnya usia, lemak bawah kulit akan
berkurang termasuk dibagian mons pubis, selain itu rambut
pubispun akan menjadi menipis. Pada orang dewasa
biasanya ditutupi rambut, dan pada laki-laki rambut
kemaluan (pubis) sering meluas keatas sampai umbilikus.
Mons pubis banyak mengandung minyak (kelenjar sebasea)
ii. Labia Mayora (bibir-bibir besar) Labia mayora atau bibir-
bibir besar terdiri atas dua bagian yaitu bagian kanan dan
kiri. Bagian ini merupakan lipatan kulit yang tebal karena
jaringan subkutannya banyak mengandung lemak. Labia
mayora kanan dan kiri bersatu di sebelah belakang yang
disebut komisura posterior dan merupakan batas depan
perineum. Permukaan luarnya ditumbuhi rambut dan
banyak mengandung kelenjar minyak. Didalamnya terdapat
pula banyak pleksuspleksus vena yang dapat mengalami
hematoma bila terkena trauma. Jaringan syaraf yang
menyebar luas menyebabkan labia mayora sensitif terhadap
nyeri, suhu tinggi, sentuhan yang juga berfungsi selama
rangsangan seksual
iii. Labia Minora (bibir-bibir kecil) Labia minora merupakan
lipatan kulit di sebelah tengah labia mayora, dan selalu
basah karena dilumasi oleh kelenjar-kelenjar dilabia
minora. Pembuluh darah yang sangat banyak membuat
labia berwarna kemerahan dan memungkinkan labia
minora mengembang bila ada stimulus emosional atau
stimulus fisik. Labia minora tidak ditumbuhi rambut karena
tidak mengandung folikel rambut tetapi banyak
mengandung kelenjar minyak dan beberapa kelenjar
keringat. Akhiran-akhiran syaraf yang sensitif banyak
sekali terdapat pada labia minora dan ini penting dalam
rangsangan-rangsangan seksual, sehingga dapat
meningkatkan erotiknya. Disebelah depan ia membentuk
frenulum klitoris dan di sebelah belakang ia bertemu dalam
suatu peninggian yang disebut fourchette (frenulum
labiorum pudendi = frenulum labiorum minorum).
Ruangan diantara kedua labia minora disebut vestibulum.
iv. Klitoris/Kelentit Klitoris merupakan suatu tunggul atau
organ yang sedikit menonjol dan identik dengan penis laki-
laki. Organ ini mengandung banyak urat-urat syaraf
sensoris dan erektil. Dengan banyaknya urat syaraf dan
pembuluh darah, gland klitoridis amat sensitif sehingga
dapat mengembang bila ada rangsangan seksual atau
sensasi erotik. Besarnya klitoris bervariasi antar setiap
wanita, tetapi kira-kira sebesar kacang hijau. Klitoris
tertutup oleh preputium klitoridis, dan terdiri atas glans
klitoridis, korpus klitoridis, dan dua krura yang
menggantungkan klitoris ke os pubis. Apabila Anda tidak
cermat dan kurang memahami tentang anatomi genetalia
eksterna, akibat prepusium menutup klitoris, kadang–
kadang menyangka bagian ini sebagai lubang uretra
(meatus uretra), sehingga dapat terjadi kesalahan dalam
perasat pemasangan kateter dengan mencoba memasukkan
pada bagian ini. Padahal Anda tahu bahwa usaha
memasukkan kateter ke daerah ini dapat menimbulkan rasa
yang sangat tidak nyaman.
v. Vestibulum/Serambi Saudari-saudari sekalian, vestibulum
merupakan suatu rongga yang berbentuk seperti perahu
atau lonjong dan dibatasi oleh labia minora kanan dan kiri,
sebelah atas dibatasi oleh klitoris dan di sebelah belakang
bawah oleh fourchet. Ada enam lubang yang bermuara ke
dalam vestibulum yaitu satu buah orifisium uretra
eksternum, dua muara dari lubang muara kelenjar
parauretralis, introitus vaginae dan dua muara yang berasal
dari lubang muara kelenjar bartolini, yang terdapat di
samping dan agak kebelakang dari introitus vagina. Pada
bagian belakang (posterior) cekungan ini terdapat cekungan
lagi yang disebut fossa navikularis. Kelenjar bartolini
merupakan kelenjar yang membasahi vestibulum karena
mengeluarkan sekret mukus selama rangsangan seksual.
vi. Himen (Selaput Dara) Himen merupakan lapisan yang tipis
dan menutupi sebagian besar introitus vagina. Himen
bersifat elastis tetapi kuat karena terdiri atas jaringan ikat
elastis dan kolagen. Permukaannya ditutupi epitelium
skuamosum kompleks. Himen mempunyai bentuk yang
berbeda-beda, dari yang berbentuk semilunar (bulan sabit)
sampai yang berlubang-lubang atau yang ada pemisahnya
(septum). Ada bentuk himen yang tidak berlobang atau
tertutup sama sekali. Himen bentuk ini disebut himen
imperforata atau himen occlusivum. Hiatus himenalis
(lubang selaput dara) berukuran dari yang seujung jari
sampai yang mudah dilalui oleh dua jari. Konsistensinya
pun berbeda-beda dari yang kaku sampai yang lunak sekali
Pada wanita yang masih perawan himen dapat menjadi
penghalang pada pemeriksaan dalam atau saat koitus.
Persepsi yang menyatakan bahwa kondisi himen dapat
mencerminkan keperawanan seorang wanita tidak benar,
karena wanita yang aktif secara seksual dapat memiliki
himen yang utuh. Hal ini tergantung bentuk dan elastisitas
himen. Pada beberapa wanita, didapatkan himen yang dapat
robek saat melakukan aktivitas fisik atau latihan fisik berat
atau kecelakaan. Beberapa kelompok budaya
membersihkan bayi perempuan secara berlebihan hingga
himennya robek, menyisakan hanya serpihan himen. Oleh
karena itu “uji keperawanan” yakni adanya perdarahan
setelah koitus pertama tidak dapat diandalkan (Bobak et al,
2004). Pengetahuan tentang bentuk himen menjadi penting
bila Anda dihadapkan pada kasus-kasus perkosaan.
Biasanya himen robek setelah koitus, meskipun bisa juga
himen robek karena keadaan-keadaan tertentu. Umumnya
bila himen robek saat koitus maka robekan berbentuk
teratur pada posisi jam 5 atau jam 7 dan sampai dasar
selaput dara itu. Tetapi apabila himen robek karena
perkosaan maka bentuk himen tidak beraturan. Bila wanita
telah melahirkan himen hanya tinggal sisa-sisa saja sebagai
karunkula mirtiformis (karunkula himenalis).
vii. Perineum Perineum merupakan daerah muskular yang
ditutupi kulit, yang membentang antara komisura posterior
dan anus. Panjangnya rata-rata 4 cm. Pada persalinan,
korpus perinei ini mudah robek, sehingga episiotomi dapat
dikerjakan pada waktu yang tepat dan cepat guna
mencegah ruptur yang spontan. Perineum ini dibentuk oleh
diafragma pelvis dan diafragma urogenitalis. Diafragma
pelvis terdiri atas muskulus levator ani, muskulus
koksigeus dan fasia yang menutupinya. Diafragma
urogenitalis terletak di sebelah luar diafragma pelvis, antara
tuberkulum iskhiadikum dan simfisis pubis (Kusmiyati et
al.2012; Siswosudarmo, 1990).
c) Uterus Uterus terletak di panggul kecil, sebelah depan dibatasi
oleh kandung kencing dan di sebelah belakang oleh rektum.
Bentuk uterus seperti buah advokat atau buah peer yang sedikit
gepeng kearah muka belakang. Dua lembar peritoneum menutupi
bagian ini, bagian kanan dan kirinya bersatu membentuk
ligamentum latum. Lipatan peritoneum di sebelah depan longgar,
yang disebut plika vesikouterina, kavum douglas merupakan
kantong terletak di sebelah belakang lipatan peritoneum antara
uterus dan rektum. Disebelah lateral, ia berhubungan dengan
struktur-struktur yang ada didalam ligamentum latum yaitu Tuba
fallopi, Ligamentum rotundum, Ligamentum ovarii proprium, serta
Arteri dan vena. Di sebelah lateral uterus terdapat ureter yang
berjalan sejajar serviks dengan jarak 8-12 mm, untuk kemudian
menyilang arteri uterina dari sebelah belakang bawah, kira-kira 1,5
cm dari forniks lateralis, berjalan ke tengah masuk vesika urinaria.
d) Tuba Uterina Tuba uterina keluar dari korpus uteri, terdapat pada
tepi atas ligamentum latum, berjalan kearah lateral, mulai dari
kornu uteri kanan dan kiri. Panjang 8-14 cm dengan diameter kira-
kira 0,6 cm
e) Ovarium (Indung Telur) Ovarium ada dua dikiri dan kanan uterus.
Ovarium terletak di fosa ovarika yang merupakan suatu cekungan
pada percabangan arteri iliaka eksterna dan arteri hipogastrika.
Besar ovarium kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran
kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm. Ada dua
ligamentum yang menggantung ovarium yaitu: Ligamentum ovarii
proprium yang menggantung ke uterus dan Ligamentum
suspensorium ovarii (infundibulopelvikum) yang menggantung ke
dinding lateral panggul.(Wahyuningsih & Kusmiyati, 2017)
4) Organ Reproduksi Pria
a) Penis
Penis adalah alat kelamin luar yang berfungsi sebagai alat
persetubuhan atau alat senggama dan juga sebagai saluran untuk
pembuangan sperma dan air seni. Kulit penis tipis dan tidak
berambut kecuali di dekat akar. Pada ujung penis terdapat
pembesaran jaringan tempat corpus spongiosum disebut glans
penis. Glans banyak mengandung pembuluh darah dan saraf. Di
ujung glans penis juga terdapat lubang uretra (saluran tempat
keluarnya semen dan air kemih). Dasar glans penis disebut korona.
Kulit yang menutupi glans disebut foreskin (preputium). Jika
rongga tersebut terisi darah, maka penis menjadi lebih besar, kaku
dan tegak (mengalami ereksi). Jaringan erektil adalah jaring-jaring
ruang darah irregular (venosasinusoid) yang diperdarahi oleh
arterior aferen dan kapilar, didrainase oleh venula dan dikelilingi
jaringan rapat yang disebut tunika albuginea.
b) Skrotum
Skrotum adalah kantung kulit yang menggantung di bawah penis.
Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol suhu untuk
testis, karena untuk pembentukan sperma secara normal, testis
harus memiliki suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan
dengan suhu tubuh, pada umumnya skrotum sebelah kiri
tergantung lebih rendah dari yang kanan karena saluran sperma
sebelah kiri lebih panjang. (Wahyuningsih & Kusmiyati, 2017)
c. Persiapan Pranikah
1) Persiapan Fisik
Pertumbuhan jasmani dalam fase kehidupan manusia akan
mengalami perkembangan yang sangat signifikan ketika memasuki
usia remaja, karena pada usia remaja sudah mulai tumbuh dan
berfungsi organ reproduksinya. Pertumbuhan fisik akan semakin kuat
saat mengakhiri usia remaja, demikian pula dengan fungsi organ
reproduksi akan berjalan dengan baik saat berakhir usia remaja, dan
semakin matang ketika memasuki fase dewasa. Menurut ilmu
kesehatan, fase terbaik untuk melahirkan adalah usia 20- 30 tahun.
Faktor usia menjadi prasyarat dalam melangsungkan pernikahan yang
salah satu tujuannya adalah melanjutkan generasi penerus. Usia ideal
menikah untuk laki-laki antara usia 25-30 tahun dan perempuan antara
usia 20-25 tahun. Ini adalah usia ideal, dimana usia calon pengantin
sudah cukup dewasa.
Selain usia yang cukup, perlu pula dilakukan pemeriksaan kesehatan
pranikah, antara lain:
a) Penyakit genetik, misalnya: talasemia, buta warna, hemofilia,
dan lain-lain.
b) Penyakit tertentu yang diturunkan, misalnya kecenderungan
diabetes mellitus (kencing manis), hipertensi (tekanan darah
tinggi), kelainan jantung, dan sebagainya.
c) Penyakit infeksi, misalnya, penyakit menular seksual (PMS),
Hepatitis B, dan HIV/AIDS d) Vaksinasi. Hal ini dilakukan
untuk kekebalan terhadap virus rubella. Infeksi rubella pada
kehamilan dapat menimbulkan kelainan pada janin seperti
kepala kecil, tuli, kelainan jantung, bahkan kematian. Perlu
pula pemeriksaan virus herpes karena dapat menyebabkan
cacat janin dan kelahiran prematur.
d) Suntik Tetanus Toxoid (TT) Tidak hanya kesiapan fisik yang
dibutuhkan, akan tetapi juga perlu memahami fungsi dan peran
reproduksi, khususnya kesehatan reproduksi perempuan,
karena dapat mempengaruhi keturunan yang akan melanjutkan
generasi ke depan.
2) Persiapan Mental
Untuk mewujudkan keluarga yang harmonis, tentram dan
bahagia, perlu persiapan mental, antara lain:
a) Harus seiman
b) Adanya pemahaman yang sama tentang tujuan pernikahan
c) Berkepribadian yang matang, termasuk dalam kriteria ini
adalah: tabiat, budi pekerti, minat dan kebiasaan.
d) Memiliki pengetahuan dan wawasan yang seimbang, hal ini
terkait dengan pendidikan, termasuk di dalamnya pengetahuan
dan pengamalan agama. Selain itu perlu pengetahuan tentang
pengasuhan anak, komunikasi, pengendalian diri, memahami
perbedaan antara laki-laki dan perempuan,
Bekal yang harus pula dipersiapkan adalah ilmu parenting (pola
asuh anak oleh orang tua), sehingga orang tua dapat memberikan
pendidikan terbaik bagi anaknya, baik pendidikan dalam keluarga
(pendidikan informal), pendidikan di sekolah/madrasah (formal), dan
pendidikan di lingkungan masyarakat. Konseling untuk mengubah
perilaku yang tidak sehat seperti: merokok, minum alkohol, atau
memakai narkoba. Seringkali calon suami yang perokok, tidak paham
bahwa asap rokok sangat berbahaya bagi ibu maupun janin.
3) Persiapan Sosial dan Ekonomi
Selain persiapan fisik dan mental (psikis), maka harus pula
dipersiapkan secara sosial dan ekomoni. Diantara persiapan dalam
lingkup sosial, menurut Sururin (2010) adalah:
a) Latar belakang sosial keluarga.
Latar belakang keluarga dapat dilihat dari pendidikan dalam
rumah, bukan pendidikan di sekolah, seringkali ditanya hanya
latar belakang sekolah, bukan bagaimana pendidikan dalam
keluarga. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui kebiasaan
calon pasangan ketika telah menjadi pasangannya kelak.
b) Latar belakang budaya.
c) Pergaulan.
Dengan mengetahui lingkungan, teman pergaulan dan aktifitas
memudahkan calon suami dan isteri beradaptasi dengan
anggota keluarga kedua belah pihak, tetangga, masyarakat dan
lingkungan.
d) Calon suami dan isteri sebaiknya telah mandiri secara
ekonomi, dan ulet mengais rizki.
Persiapan lain terkait dengan ekonomi adalah mempunyai
ketrampilan. Calon pasangan suami istri perlu mempunyai
ketrampilan, antara lain: memasak, menjahit, mengurus rumah tangga,
membersihkan dan memperbaiki kerusakan peralatan dan barang-
barang.(Sururin & Moh. Muslim, 2013)
d. Informasi Nutrisi Pranikah
Wanita usia subur sebagai calon ibu merupakan kelompok rawan
yang harus diperhatikan status kesehatannya, terutama status gizinya.
Kualitas seorang generasi penerus akan ditentukan oleh kondisi ibunya
sejak sebelum hamil dan selama kehamilan. Masa pranikah dapat
dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena setelah menikah wanita akan
segera menjalani proses konsepsi. Kesehatan prakonsepsi menjadi sangat
penting untuk diperhatikan termasuk status gizinya, terutama dalam upaya
mempersiapkan kehamilan karena akan berkaitan erat dengan outcome
kehamilan. (Yhona paratmanitya, 2014)
Sebuah penelitian kohort pada wanita di Cina menunjukkan bahwa
indeks massa tubuh (IMT) wanita prakonsepsi yang tergolong sangat
kurus/severely underweight (≤ 18,5 kg/m2 ) akan berdampak pada
terganggunya pertumbuhan janin saat kehamilan kelak dan berisiko untuk
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dua kali lebih
besar dibandingkan dengan wanita yang memiliki IMT prakonsepsi
dengan kategori normal (19,8 ≤ IMT< 26 kg/m2 ) (Ronnenberg et al.,
2003).
Gizi yang mempengaruhi pada masa prakonsepsi adalah
karbohidrat, lemak, protein, asam folat, beberapa kelompok vitamin
seperti vitamin A, E, dan B12, serta mineral seperti zinc, besi, kalsium,
dan omega-Asupan gizi yang cukup dan status gizi yang baik dari ibu
penting untuk perkembangan optimal janin. Konsumsi sumber makanan
yang bervariasi adalah penting sebelum pembuahan dan selama
kehamilan.
Pola diet yang dianjurkan pada masa prakonsepsi terdiri atas
sumber karbohidrat kompleks, sayur dan buah, protein hewani, serta
protein nabati. Makanan dan minuman yang tinggi lemak hanya
dikonsumsi dalam jumlah terbatas. Berikut zat gizi yang perlu
diperhatikan dalam masa prakonsepsi agar calon ibu dapat memenuhi
kecukupan gizinya:
a) Karbohidrat
Karbohidrat dapat memenuhi 55-75% dari total kebutuhan energi
invidu. Karbohidrat merupakan zat gizi yang paling berperan sebagai
penyedia energi bagi ibu dan janin. AKG 2013 merekomendasikan
bagi WUS atau wanita pranikah setiap harinya harus mengonsumsi
sekitar 309-340gram karbohidrat untuk memenuhi glukosa bagi
perkembangan janin. Karbohidrat yang dianjurkan adalah karbohidrat
kompleks karena memiliki kadar indeks glikemik yang rendah.
(Fikawati et al., 2015)
Karbohidrat dengan kadar indeks glikemik yang tinggi akan
mengakibatkan tubuh lebih cepat kenyang dan berdampak pada resiko
kegemukan. Hal ini diakibatkan oleh tingginya kadar gula sehingga
akan terjadi penumpukan berupa lemak dalam tubuh. Lemak jahat
adalah Trans Fatty Acids (TFA), semakin tinggi kadar TFA maka akan
semakin tinggi risiko seseorang untuk terkena penyakit degeratif
seperti Diabetes. Hal ini karena lemak yang menumpuk akan
menganggu sistem produksi hormon insulin tubuh serta dapat merusak
kualitas sperma pada pria.
Karbohidrat yang disarankan adalah kelompok polisakarida (seperti
nasi, jagung, sereal, umbian-umbian) dan disarankan membatasi
konsumsi monosakarida (seperti gula, sirup, makanan dan minuman
yang tinggi kadar gula). (Susilowati & Kuspriyanto, 2016)
b) Protein
Protein sangat dibutuhkan oleh tubuh, protein tersusun oleh asam
amino, dan salah satunya adalah arginin. Arginin berfungsi
memperkuat daya tahan hidup sperma dan mencegah kemandulan.
Mengonsumsi sumber protein dapat membantu merangsang produksi
hormon estrogen pada wanita dimana hormon ini berfungsi untuk
mengurangi peradangan serta kram pada saat menstruasi.
Selain itu protein berperan penting dalam pembentukan dan
pemeliharaan sel yang menunjang pertumbuhan janin, perbanyakan sel
payudara, rahim dan plasma. Protein juga dapat menjadi cadangan
energi. Cadangan ini dipakai untuk persiapan persalinan, masa sehabis
melahirkan, dan menyusui. Sebaiknya 2/3 porsi protein yang
dikonsumsi berasal dari sumber protein yang bernilai biologi tinggi,
yaitu bersumber dari protein hewani, seperti daging, ikan, telur, susu
dan hasil olahannya.(Fikawati et al., 2015)
c) Vitamin C
Vitamin C berperan penting untuk fungsi indung telur dan
pembentukan sel telur. Selain sebagai antioksidan (bekerja sama
dengan Vitamin E dan β-karoten), vitamin C berperan melindungi sel-
sel organ tubuh dari serangan radikal bebas (oksidan) yang
mempengaruhi kesehatan sistem reproduksi.
d) Asam Folat (Vitamin B9)
Asam folat berperan pada masa pembuahan dan kehamilan trimester
pertama. Kecukupan asam folat terbukti dapat mengurangi bayi lahir
dengan risiko kecacatan sistem syaraf dengan neural tube defect
(NTD) seperti spina bifida sebanyak 70%.
Asam folat juga dibutuhkan untuk pembelahan sel normal dan sangat
penting selama periode pertumbuhan dan perkembangan janin.
e) Vitamin B6
Defisiensi vitamin B6 akan mengakibatkan terjadinya
ketidakseimbangan hormon. Padahal, keseimbangan hormon estrogen
dan progesteron penting untuk terjadinya kehamilan. Bersama dengan
asam amino vitamin B6 akan mensintesis Hemoglobin dan
mengangkut oksigen oleh sel darah merah. Kekurangan vitamin B6
akan menganggu pembentukan hem yang berdampak pada terjadinya
anemia (Schlenker, dkk dalam Doloksaribu & Simatupang 2019).
f) Vitamin D
Kekurangan vitamin D akan menurunkan kesuburan hingga 75% serta
gangguan metabolisme kalsium pada ibu dan janin. Sumber vitamin D
diproduksi di dalam tubuh dengan bantuan matahari, selain itu dapat
diperoleh dari susu, telur, mentega, keju, minyak ikan, ikan tuna dan
ikan salmon.
g) Vitamin B12
Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan gangguan sintesis DNA
dan kematangan dari hematopoesis yang menimbulkan peningkatan
anemia, ditandai oleh sel darah merah lebih besar dari pada ukuran
normal (anemia makrositik), serta dapat berdampak pada
perkembangan organ janin yang abnormal yang nantinya akan
berakibat cacat bawaan, jenis makanan yang mengandung asam folat
yaitu hati, sayuran hijau, kacang-kacangan, daging, jeruk dan telur
(Fikawati et al., 2015)
h) Vitamin A
Di dalam tubuh vitamin A digunakan untuk mensintesis Hb dan
memobilisasi cadangan besi ke jaringan tubuh untuk membangun sel
darah baru (IHE Report dalam Doloksaribu & Simatupang 2019).
Kekurangan vitamin A menyebabkan gangguan pengangkutan zat besi
dari tempat penyimpanan di dalam tubuh (hepar, sumsum tulang, sel-
sel retikuloendithel) ke dalam sirkulasi dan konsekuensinya terhadap
hematopoietic jaringan tubuh. Suplementasi vitamin A dapat
memperbaiki kadar Hemoglobin. Kuning telur, hati dan mentega
tergolong makanan yang banyak mengandung vitamin A. Selain itu,
sayuran berwarna hijau dan buah-buahan berwarna kuning, terutama
wortel, tomat, apel, nangka juga merupakan sumber vitamin A
(Fikawati, et al., 2015).
i) Vitamin E
Vitamin E berperan dalam stabilisasi membran sel darah merah,
meningkatkan fungsi dan daya tahan sel darah merah. Vitamin E yang
tidak adekuat mengakibatkan dampak yang buruk pada sel darah
merah. Ketika PUFA dalam membran lipid darah dari sel darah merah
terkena radikal bebas, maka membran akan pecah, isi sel menghilang,
dan sel menjadi rusak. Kehilangan sel darah merah secara terus
menerus dapat mengakibatkan anemia hemolitik (Schlenker, dkk
dalam Doloksaribu & Simatupang 2019).
j) Zinc
Zinc sangat penting bagi calon ibu karena dapat membantu produksi
materi genetik ketika pembuahan terjadi. Zinc berperan penting dalam
pertumbuhan organ seks dan juga berkontribusi untuk produksi ovum
serta kesuburan pada wanita. Anemia karena kekurangan zat besi
sering terjadi bersamaan dengan kekurangan zink. Hal ini dikarenakan
zink ikut berperan dalam proses penyerapan dan tersedianya zat besi
dalam tubuh. Makanan sumber zinc antara lain hasil laut, kerang,
daging, kacang- kacangan, dan produk olahan susu. (Schlenker, dkk
dalam Doloksaribu & Simatupang 2019).
k) Zat Besi
Kekurangan zat besi pada calon ibu dapat menyebabkan anemia
dengan gejala lelah, sulit konsentrasi, dan gampang infeksi. Zat besi
(Fe) juga berperan dalam proses memperlancar ovulasi. Ketika terjadi
ketidakseimbangan besi akan menimbulkan gangguan perkembangan
dari anemia karena kekurangan zat besi yang merupakan rangkaian
dari perubahan cadangan zat besi, transport besi, akhirnya terhadap
fungsi metabolik yang terkait dengan zat besi. Sumber makanan yang
mengandung zat besi adalah hati, daging, telur, kacang-kacangan, dan
sayuran berwarna hijau.
l) Kalsium
Kalsium sangat dibutuhkan pada masa sebelum kehamilan, karena
simpanan kalsium yang cukup akan mencegah kelainan tulang pada
janin (Fikawati et al., 2015)
Selain itu kekurangan kalsium dapat mengakibatkan janin mengambil
persedian kalsium pada tulang ibu yang menyebabkan ibu menderita
kerapuhan tulang atau osteoporosis. Sumber kalsium berasal dari susu
dan hasil olahannya seperti keju, serta kacang- kacangan dan sayuran
hijau.
m) Fosfor
Kecukupan zat fosfor diperlukan agar pembuahan dapat berlansung
dengan baik. Fosfor berhubungan dengan kalsium, sebagian besar
kedua zat gizi ini berbentuk garam kalsium fos fat di dalam jaringan
keras tubuh yaitu tulang dan gigi. Zat gizi ini bisa ditemui pada
makanan berkalsium tinggi, seperti susu dan ikan teri.
n) Selenium
Selenium berkontribusi terhadap terjadinya anemia melalui
pemiliharaan konsentrasi optimal glutation perioxidase yang
merupakan antioksidan seleno-enzim penting dalam eritrosit. Glutation
peroxidase membantu melindungu hemoglobin melawan oksidasi
(radikal bebas) dalam eritrosit (Semba, dalam Doloksaribu &
Simatupang 2019)
o) Asam lemak
Omega-3 Jenis asam lemak omega-3 yang sangat bermanfaat pada
calon ibu adalah eicosapentaeonic acid (EPA) dan docosahexaeonic
acid (DHA). EPA dan DHA mampu menunjang fungsi otak, mata, dan
sistem saraf pusat sehingga penting bagi ibu pada masa kehamilan.
Peningkatan konsumsi omega-3 terbukti dapat mencegah bayi lahir
prematur dan dapat meningkatkan berat badan bayi saat lahir,
makanan yang menjadi sumber omega-3 adalah ikan dan makanan laut
lainnya (Doloksaribu & Simatupang, 2019)
e. Informasi Kehamilan dan Pencegahan Komplikasi pada Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Bila dihitung dari fase fertilitas hingga lahirnya bayi, kehamilan normal
akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9
bulan menurut kalender internasional. Kehamilan berlangsung dalam tiga
trimester, trimester satu berlangsung dalam 13 minggu, trimester kedua 14
minggu (minggu ke-14 hingga ke27), dan trimester ketiga 13 minggu
(minggu ke-28 hingga ke-40) (Yulistiana Evayanti, 2015).
Kehamilan adalah proses normal yang menghasilkan serangkaian
perubahan fisiologis dan psikologis pada wanita hamil. Kehamilan
merupakan periode dimana terjadi perubahan kondisi biologis wanita
disertai dengan perubahan perubahan psikologis dan terjadinya proses
adaptasi terhadap pola hidup dan proses kehamilan itu sendiri. Proses
kehamilan sampai persalinan merupakan mata rantai satu kesatuan dari
konsepsi, nidasi, pengenalan adaptasi, pemeliharaan kehamilan, perubahan
endokrin sebagai persiapan menyongsong kelahiran bayi, dan persalinan
dengan kesiapan pemeliharaan bayi.
1) Konsumsi tablet tambah darah untuk mencegah anemia
Proses haemodilusi yang terjadi pada masa hamil dan meningkatnya
kebutuhan ibu dan janin, serta kurangnya asupan zat besi lewat
makanan mengakibatkan kadar Hb ibu hamil menurun. Untuk
mencegah kejadian tersebut maka kebutuhan ibu dan janin akan tablet
besi harus dipenuhi. Anemia defisiensi besi sebagai dampak dari
kurangnya asupan zat besi pada kehamilan tidak hanya berdampak
buruk pada ibu, tetapi juga berdampak buruk pada kesejahteraan janin.
Beberapa hal yang bisa dipakai sebagai pedoman untuk mencukupi
kebutuhan besi antara lain1-3
a) Pemberian suplement Fe untuk anemia berat dosisnya adalah
4-6mg/Kg BB/hari dalam 3 dosis terbagi. Untuk anemia
ringan-sedang: 3 mg/kg BB/hari dalam 3 dosis terbagi
b) Mengatur pola diet seimbang berdasarkan piramida makanan
sehingga kebutuhan makronutrien dan mikronutrien dapat
terpenuhi.
c) Meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber besi terutama
dari protein hewani seperti daging, sehingga walaupun tetap
mengkonsumsi protein nabati diharapkan persentase konsumsi
protein hewani lebih besar dibandingkan protein nabati.
d) Meningkatkan konsumsi bahan makanan yang dapat
meningkatkan kelarutan dan bioavailabilitas besi seperti
vitamin C yang berasal dari buah-buahan bersama-sama
dengan protein hewani.
e) Membatasi konsumsi bahan makanan yang dapat menghambat
absorpsi besi seperti bahan makanan yang mengandung
polifenol atau pitat.
f) Mengkonsumsi suplemen besi ferro sebelum kehamilan
direncanakan minimal tiga bulan sebelumnya apabila diketahui
kadar feritin rendah.
2) Suplemen kalsium untuk mengurangi risiko pre eklampsia
Preeklampsia adalah kondisi khusus di pertengahan kehamilan
yang mempengaruhi sekitar 3%-8% dari ibu hamil dan memberikan
kontribusi yang signifikan baik pada morbiditas dan mortalitas
maternal dan perinatal. Secara keseluruhan, 10-15 % dari kematian ibu
secara langsung berhubungan dengan preeklampsia dan eklamsi.
Kalsium memegang peranan penting dalam berbagai proses
fungsi fisiologis didalam tubuh yaitu proses pembekuan darah,
bersama dengan natrium dan kalium mempertahankan potensial
membrane sel, tranduksi sinyal antara reseptor hormon, eksitabilitas
neuromuskuler, integritas membrane sel, pembentukan struktur tulang
dan sebagai cadangan kalsium tubuh. Makanan yang kaya kalsium
seperti susu, susu kedelai, yogurt, keju, dan sayuran seperti kubis,
brokoli, almond, sarden dan salmon, jus jeruk. (Imdad et al., 2011,
Kanagal et al., 2014 dalam Gustirini, 2019) Konsumsi kalsium yang
tidak memadai pada ibu hamil dapat menyebabkan efek samping pada
ibu dan janin serta menghasilkan osteopenia, tremor, parestesia, kram
otot, tetanus, pertumbuhan janin terhambat, berat badan lahir rendah,
dan mineralisasi janin rendah (Belizan and Villar, 1980 dalam
Gustirini, 2019).
Selama kehamilan, janin membutuhkan sejumlah besar
kalsium untuk perkembangan. Janin menyimpan kalsium sebanyak
28.2 g kalsium dan 80% dari jumlah tersebut diperoleh pada trimester
ketiga. Sekresi kalsium pada kehamilan meningkat dua kali lipat
dibandingkan wanita tidak hamil. Penyesuaian kalsium dalam tubuh
ibu merupakan kompensasi terhadap kebutuhan janin dan peningkatan
sekresi kalsium. Kadar kalsium dalam plasma ditentukan oleh absorbsi
kalsium pada saluran cerna, resorbsi kalsium pada tulang dan
pengeluaran kalsium pada tinja, urine dan keringat. Pengaturan
keseimbangan kalsium dipengaruhi terutama oleh hormon paratiroid,
kalsitonin dan vitamin D.(Belizan and Villar, 1980 dalam Gustirini,
2019).
f. Kesiapan Menjadi Orang Tua
Hasil laporan riset kesehatan dasar (2013), menunjukkan bahwa 37
persen anak Indonesia mengalami keterlambatan tumbuh kembang yang
disebabkan oleh rendahnya tingkat sosial-ekonomi masyarakat,
pengasuhan orangtua yang kurang baik dan asupan makanan yang kurang
(KEMENKES, 2013)
Ketidaksiapan perempuan berhubungan signifikan dengan
pengalaman baru sebagai seorang ibu yang rendah pengetahuan, terlalu
muda dan tidak memiliki pemahaman yang cukup terkait pemberian
makan dan perkembangan anak (Kitano, 2016 dalam Setyowati et al.,
2017).
Penelitian Tsania (2015) di daerah Jawa Barat juga menemukan
bahwa, kesiapan perempuan untuk menghadapi perannya yang baru
sebagai istri dan ibu memiliki hubungan yang signifikan dengan
perkembangan anak di usia balita. Ibu yang mempersiapkan diri untuk
bisa membesarkan anak akan meningkatkan kemampuannya dalam
mengasuh anak. Ayah dan ibu memiliki kewajiban untuk memenuhi
kebutuhan anaknya yang meliputi, pengasuhan, agama, psikologi, makan,
minum dan sebagainya (Puspitawati, 2013 dalam Setyowati et al., 2017).
Salah satu pengasuhan yang dilakukan ibu di rumah adalah pola
asuh psikososial. Pola asuh psikososial meliputi reaksi emosi, dorongan
positif, suasana yang nyaman, kasih sayang yang ditunjukkan orang tua,
sarana tumbuh kembang dan belajar (Bradley, Robert, & Caldwell, 1981
dalam Setyowati et al., 2017).
Kesiapan menjadi orang tua teridiri dari enam dimensi, yakni
kesiapan emosi, finansial, fisik, sosial, menejemen dan hubungan antar
orang tua.
Kestabilan hubungan antara pasangan mengartikan adanya
dukungan dan kasih sayang antar laki-laki dan perempuan. Dukungan
yang diberikan adalah suami menemani saat memeriksakan kehamilan,
menemani istri melahirkan dan memberikan kasih sayang setiap saat
kepada pasangan. Hubungan yang baik antar pasangan akan menurunkan
resiko stress istri dan agar mampu saling mendukung menjadi orang tua
baru (Setyowati et al., 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Doloksaribu, L. G., & Simatupang, A. M. (2019). Pengaruh Konseling Gizi


Prakonsepsi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Wanita Pranikah Di Kecamatan
Batang Kuis. Wahana Inovasi, 8(2089–8592), 63–73.

Fikawati, Sandra, Syafiq, A., & Karima, K. (2015). Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.

Gustirini, R. (2019). Suplementasi Kalsium Pada Ibu Hamil Untuk Mengurangi


Insidensi Preeklampsia Di Negara Berkembang. Jurnal Kebidanan, 8(2), 151.
https://doi.org/10.26714/jk.8.2.2019.151-160

Kementerian Kesehatan, R. (2014). Kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon


pengantin. Kementrian Kesehatan, 1–84.

Kesehatan, K. (2018). HASIL UTAMA RISKESDAS 2018.

Miswanto. (2014). Pentingnya Pendidikan dan Seksualitas pada Remaja. Jurnal Studi
Pemuda, 3(2), 111–122.

Oktarina, L. P., Wijaya, M., & Demartoto, A. (2015). Pemaknaan perkawinan: Studi
kasus pada perempuan lajang yang bekerja di Kecamatan Bulukerto Kabupaten
Wonogiri. Analisa Sosiologi, 4(1), 75–90.

Rachel Dwi Wilujeng. (2013). MODUL KESEHATAN REPRODUKSI. Akbid Griya


Husada.

Ronnenberg, A. G., Wang, X., Xing, H., Chen, C., Chen, D., Guang, W., … Xu, X.
(2003). Low Preconception Body Mass Index Is Associated with Birth Outcome
in a Prospective Cohort of Chinese Women. Journal of Nutrition, 133(11),
3449–3455. https://doi.org/10.1093/jn/133.11.3449

Setyowati, Y. D., Krisnatuti, D., & Hastuti, D. (2017). Pengaruh Kesiapan Menjadi
Orang Tua dan Pola Asuh Psikososial Terhadap Perkembangan Sosial Anak.
Jurnal Ilmu Keluarga Dan Konsumen, 10(2), 95–106.
https://doi.org/10.24156/jikk.2017.10.2.95

Sururin, & Moh. Muslim. (2013). Pendidikan Bagi Calon Pengantin.

Susilowati, & Kuspriyanto. (2016). Gizi dalam Daur Kehidupan. Bandung: Refika
Aditama.

Wahyuningsih, H. P., & Kusmiyati, Y. (2017). Anatomi Fisiologi. In Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Yhona paratmanitya, Yogyakarta, D. I. K. (2014). Citra Tubuh , Asupan Makan Dan


Status Gizi Wanita Usia Subur ( Wus ) Pranikah Program Pascasarjana. 8(3),
126–134.

Yulistiana Evayanti. (2015). Hubungan Pengetahuan Ibu dan Kunjungan Suami pada
Ibu Hamil Terhadap Keteraturan Kunjungan Antenatal Care (ANC) di
Puskesmas Wates Lampung Tengah Tahun 2014. Journal Kebidanan, 1(2), 81–
90.

Anda mungkin juga menyukai