Anda di halaman 1dari 41

TINJAUAN TEORI

1. Tinjauan Teori Medis


a. Filosofi Pra Nikah
Pranikah berasal dari kata “pra” dan “nikah”. Pra mempunyai
makna awalan yang berarti sebelum. Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia nikah mempunyai arti yang sama dengan “kawin”. Maka
dari pengertian tersebut, pranikah dapat diartikan sebagai suatu keadaan
sebelum terjadinya perjanjian antara pria dan wanita untuk menjadi
pasangan suami istri yang sah menurut undang-undang perkawinan agama
maupun pemerintah (Amalia dan Siswantara, 2018).
Pernikahan adalah suatu peralihan atau life cycle dari tingkat hidup
remaja ke tingkat hidup berkeluarga dari semua manusia di dunia
(Oktarina, Wijaya dan Demartoto, 2015). Menurut bahasa kata nikah
berarti “menghimpun dan mengumpulkan” (Sutaji, 2018). Pernikahan
merupakan suatu hal yang didambakan oleh setiap orang serta merupakan
kebutuhan dasar manusia. Pernikahan merupakan suatu ikatan lahir dan
batin pada pria dan wanita dengan ikatan suami istri yang bertujuan untuk
membangun kehidupan rumah tangga yang utuh dan bahagia berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Sedangkan menurut BP4 (Badan Penasihat
Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan) pengertian pernikahan dalam
islam adalah suatu akad atau perjanjian yang mengikat sebagai suatu usaha
untuk menghalalkan hubungan biologis antara pria dan wanita sebagai
suami istri secara sukarela menurut syariat Islam (Amalia dan Siswantara,
2018).
Filosofi penikahan terbentuk saat akad atau janji nikah yang
diucapkan atas nama Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan awal dari
kesepakatan bagi calon pengantin untuk saling memberi ketenangan
(sakinah) dengan mengembangkan hubungan atas dasar saling cinta dan
kasih (mawaddah wa rahmah). Penyebutan nama Tuhan Yang Maha Esa
dalam akad atau janji pernikahan berarti bahwa disamping saling
bertanggungjawab antara satu dengan yang lain, suami isteri juga
bertanggung jawab pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala yang
dilakukan dalam peran dan fungsi mereka sebagai suami isteri
(Kementrian Kesehatan RI, 2018).

b. Informasi Pra Nikah


1) Kesehatan Reproduksi
Calon suami isteri haruslah memiliki kesehatan lahir dan batin
yang baik. Salah satu indikasi calon pengantin sehat adalah kondisi
kesehatan reproduksinya baik. Kesehatan reproduksi adalah suatu
keadaan yang menunjukkan kondisi kesehatan fisik, mental, dan sosial
seseorang dihubungkan dengan fungsi dan proses reproduksinya
termasuk di dalamnya tidak memiliki penyakit atau kelainan yang
mempengaruhi kegiatan reproduksi tersebut. Pembagian peran sosial
perempuan dan laki-laki mempunyai pengaruh besar terhadap
kesehatan reproduksi, namun keterlibatan, motivasi, serta partisipasi
laki-laki dalam kesehatan reproduksi masih rendah. Perempuan lebih
rentan secara sosial maupun secara fisik dalam menghadapi risiko
kesehatan reproduksi seperti kehamilan, melahirkan, aborsi yang tidak
aman, pemakaian alat kontrasepsi, penularan IMS, termasuk
HIV/AIDS karena struktur alat reproduksinya. Namun laki-laki juga
dapat memiliki masalah kesehatan reproduksi khususnya yang
berkaitan dengan IMS termasuk HIV/AIDS apabila mereka tidak dapat
memperhitungkan kebutuhan, kepedulian, dan tanggung jawabnya
sebagai laki-laki (Kementrian Kesehatan RI, 2018).
2) Hak Reproduksi dan Seksual
Hak reproduksi dan seksual merupakan bagian dari hak asasi
manusia yang diakui oleh hukum nasional, dokumen internasional
tentang hak asasi manusia, dan dokumen kesepakatan lainnya. Hak-
hak ini menjamin hak dasar setiap pasangan dan individu untuk
memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah,
jarak, dan waktu memiliki anak dan untuk memperoleh informasi dan
juga terkandung makna memiliki hak untuk memperoleh standar
tertinggi dari kesehatan reproduksi dan seksual. Juga termasuk hak
mereka untuk membuat keputusan menyangkut reproduksi yang bebas
dari diskriminasi, perlakuan sewenang-wenang, dan kekerasan
(Dhewy, 2017). Terdapat 12 hak reproduksi dan seksual yang
dirumuskan oleh International Planned Parenthood Federation (IPPF)
yaitu:
a) Hak untuk hidup. Setiap perempuan mempunyai hak untuk bebas
dari risiko kematian dan kehamilan.
b) Hak atas kemerdekaan dan keamanan. Setiap individu berhak
untuk menikmati dan mengatur kehidupan seksual dan
reproduksinya dan tak seorang pun dapat dipaksa untuk hamil,
menjalani sterilisasi dan aborsi.
c) Hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi.
Setiap individu mempunyai hak untuk bebas dari segala bentuk
diskriminasi termasuk kehidupan seksual dan reproduksinya.
d) Hak atas kerahasiaan pribadi. Setiap individu mempunyai hak
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi
dengan menghormati kerahasiaan pribadi. Setiap perempuan
mempunyai hak untuk menentukan sendiri pilihan reproduksinya.
e) Hak atas kebebasan berfikir. Setiap individu bebas dari penafsiran
ajaran agama yang sempit, kepercayaan, filosofi dan tradisi yang
membatasi kemerdekaan berfikir tentang pelayanan kesehatan
reproduksi dan seksual.
f) Hak mendapatkan informasi dan pendidikan. Setiap individu
mempunyai ha katas informasi dan pendidikan yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi dan seksual termasuk jaminan
kesehatan dan kesejahteraan perorangan maupun keluarga.
g) Hak untuk menikah atau tidak menikah serta membentuk dan
merencanakan keluarga.
h) Hak untuk memutuskan mempunyai anak atau tidak dan kapan
mempunyai anak.
i) Hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan. Setiap individu
mempunyai hak atas informasi, keterjangkauan, pilihan keamanan,
kerahasiaan, kepercayaan, harga diri, kenyamanan, dan
kesinambungan pelayanan.
j) Hak untuk mendapatkan manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan.
Setiap individu mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan
kesehatan reproduksi dengan teknologi mutakhir yang aman dan
dapat diterima.
k) Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik.
Setiap individu mempunyai hak untuk mendesak pemerintah agar
memprioritaskan kebijakan yang berkaitan dengan hak-hak
kesehatan reproduksi dan seksual.
l) Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk
hak-hak perlindungan anak dari eksploitasi fan penganiayaan
seksual. Setiap individu mempunyai hak untuk dilindungi dari
perkosaan, kekerasan, penyikasaan, dan pelecehan seksual.
Berdasarkan rincian hak kesehatan reproduksi dan seksual di atas,
berbagai aktivitas telah dilakukan pemerintah untuk memenuhi hak-hak
kesehatan reproduksi bagi calon pengantin seperti memberikan pendidikan
reproduksi dan seksualitas yang komprehensif termasuk mendapatkan
informasi yang lengkap meliputi penyakit menular seksual dan
pencegahannya agar perempuan dan laki-laki terlindungi dari infeksi
menular seksual (IMS) dan infeksi saluran reproduksi (ISR) yang dapat
berakibat buruk terhadap kesehatan reproduksi dan seksual bagi laki-laki,
perempuan, dan keturunannya, memahami upaya pencegahan dan
penularannya, efek samping obat-obatan, alat, dan tindakan medis yang
digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi dan seksual.
Informasi yang diterima harus bisa membuat calon pengantin
mengerti tentang informasi yang diberikan sehingga dapat membuat
keputusan tanpa terpaksa. Pihak perempuan berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan yang memungkinkan sehat dan
selamat dalam menjalani kehamilan, persalinan, dan nifas, serta
memperoleh bayi yang sehat (Kementrian Kesehatan RI, 2018).
3) Organ Reproduksi
a) Organ Reproduksi Perempuan
 Eksternal
 Mons veneris / Mons pubis
Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang
menonjol di bagian depan simfisis terdiri dari jaringan
lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh
rambut yang bentuknya segitiga. Mons pubis mengandung
banyak kelenjar sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal
pada waktu melakukan hubungan seks.
 Bibir besar (Labia mayora)
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk
lonjong, panjang labia mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan
agak meruncing pada ujung bawah. Kedua bibir ini
dibagian bawah bertemu membentuk perineum,
permukaannya terdiri dari bagian luar tertutup oleh rambut
yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris
dan bagian dalam tanpa rambut merupakan selaput yang
mengandung kelenjar sebasea (lemak).
 Bibir kecil (labia minora)
Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak
dibagian dalam bibir besar (labia mayora) tanpa rambut
yang memanjang kea rah bawah klitoris dan menyatu
dengan fourchette, semantara bagian lateral dan 7 anterior
labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial
labia minora sama dengan mukosa vagina yaitu merah
muda dan basah.
 Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang
bersifat erektil, dan letaknya dekat ujung superior vulva.
Organ ini mengandung banyak pembuluh darah dan serat
saraf sensoris sehingga sangat sensitive analog dengan
penis laki-laki. Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi
dan meningkatkan ketegangan seksual.

 Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk
seperti perahu atau lonjong, terletak di antara labia minora,
klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara
uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina.
Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah
teriritasi oleh bahan kimia, panas, dan friksi.
 Perinium
Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara
introitus vagina dan anus. Perinium membentuk dasar
badan perinium.
 Kelenjar Bartholin
Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat
rapuh dan mudah robek. Pada saat hubungan seks
pengeluaran lendir meningkat.
 Himen (Selaput dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat
rapuh dan mudah robek, himen ini berlubang sehingga
menjadi saluran dari lendir yang di keluarkan uterus dan
darah saat menstruasi.
 Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis,
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayoradan
labia minora. Di garis tengah berada di bawah orifisium
vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak
di antara fourchette dan himen.

 Internal
 Ovarium (Indung Telur)
Ovarium adalah sepasang organ berbentuk oval yang
terletak di rongga perut. Ovarium memiliki struktur
berbentuk bulatan-bulatan yang disebut folikel. Tiap folikel
mengandung sel telur (oosit) yang berada pada lapisan tepi
ovarium. Fungsinya adalah memproduksi telur matang
untuk pembuahan dan produksi hormon steroid dalam
jumlah besar.
 Oviduk (Tuba Fallopi)
Oviduk merupakan saluran penghubung antara ovarium dan
rahim (uterus). Di ujungnya terdapat fimbria yang
menyerupai jari-jari untuk menangkap telur yang matang.
Oviduk ini berfungsi untuk membawa sperma dan telur ke
tempat terjadinya pembuahan, yaitu ampula tuba.
 Rahim (Uterus)
Rahim pada wanita hanya ada satu dan tersusun atas otot
yang tebal. Rahim bagian bawah memiliki ukuran yang
lebih kecil dan biasa disebut sebagai leher rahim (cervix).
Bagian yang besar dari uterus disebut dengan corpus uteri.
Terdapat tiga lapisan utama uterus, yaitu perimetrium,
miometrium, dan endometrium.
 Vagina
Vagina merupakan alat kelamin wanita yang
menghubungkan alat kelamin luar dengan rahim. Vagina
terdiri atas otot yang membujur ke arah belakang. Dinding
vagina banyak memiliki lipatan meskipun lebih tipis dari
rahim. Selain itu, lendir yang dihasilkan dari dindingnya
berfungsi mempermudah persalinan. Fungsi vagina adalah
menahan penis saat berhubungan seksual dan menyimpan
semen sementara.
b) Organ Reproduksi Laki-Laki
 Eksternal
 Penis berfungsi sebagai alat penetrasi pada vagina wanita
saat kopulasi (persetubuhan).
 Uretra adalah saluran yang mengantarkan urin dan sperma.
 Skrotum (zakar) merupakan suatu kantong kulit yang
membungkus testis dan epididimis.
 Internal
 Testis
Testis pada pria berjumlah sepasang, berbentuk oval, dan
terletak di skrotum. Di dalam testis terjadi proses
pembuatan sel kelamin jantan dan hormon kelamin. Pada
testis terdapat pembuluh halus (vas seminiferus) yang
mengandung calon sperma pada bagian dindingnya.
Diantara vas seminiferus terdapat sel bernama sel
interstitial yang berfungsi menghasilkan hormon kelamin,
seperti testosteron. Selain itu, terdapat sel besar, sel Sertoli
yang berguna untuk memberikan makanan bagi sperma.
 Epididimis
Epididimis merupakan saluran reproduksi yang berfungsi
sebagai tempat pematangan sperma. Selain itu, epididimis
dibentuk oleh saluran berlekuk-lekuk yang tidak teratur dan
juga menjadi tempat penyimpanan sperma sementara.
Saluran yang menghubungkan antara epididimis dan testis
disebut duktus eferen testis.
 Vas deferens
Saluran ini merupakan lanjutan dari epididimis. Fungsinya
adalah mengangkut sperma menuju vesikula seminalis
(kantong sperma). Vas deferens dan saluran dari kelenjar
kantong sperma akan bersatu membentuk duktus
ejakulatorius yang akhirnya bermuara di uretra.
 Kelenjar Kelamin
Kelenjar kelamin yang dimiliki oleh seorang pria adalah
vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar
bulbouretral (Cowper). Vesikula seminalis adalah sepasang
kelenjar yang berfungsi menghasilkan 50-60% dari volume
total cairan semen yang berwarna jernih dan kental.
Komponen terpenting didalamnya adalah fruktosa dan
prostaglandin. Kelenjar prostat adalah kelenjar kelamin
terbesar pada pria yang menyumbang 15% dari volume
total cairan semen dengan komponen pentingnya adalah
asam fosfatase, seng, sitrat, dan protease. Kandungan
tersebut membuat cairan semen menjadi lebih encer.
Kelenjar bulbouretral (Cowper) adalah sepasang kelenjar
kecil yang mengeluarkan cairan sebelum penis
mengeluarkan sperma dan semen.
c. Persiapan Pra Nikah
Ada beberapa persiapan yang perlu dihadapi menjelang pernikahan
a) Persiapan Ilmu tentang Pernikahan
Hal yang perlu disiapkan adalah memperjelas visi pernikahan,
untuk apa kita menikah. Visi yang jelas dan juga sama antara calon
suami dan isteri diharapkan akan melanggengkan pernikahan. Banyak
orang yang menikah hanya karena cinta, atau mengikuti tradisi
masyarakat. Bisa juga karena malu sudah cukup umur tetapi belum
juga menuju pelaminan. Alasan-alasan seperti ini tidak memiliki akar
yang jelas. Bisa juga menjadi sangat rapuh ketika memasuki bahtera
rumah tangga, dan akhirnya hancur ketika badai rumah tangga dating
menerjang.
b) Persiapan Mental/Psikologis menghadapi Pernikahan
Pernikahan adalah kehidupan baru yang sangat jauh berbeda dari
masa-masa sebelumnya. Dalam pernikahan berkumpul dua pribadi
yang berbeda yang berasal dari keluarga yang memiliki kebiasaan
yang berbeda. Didalamnya terbuka semua sifat asli masing-masing.
Mempersiapkan diri untuk berlapang dada menghadapi segala
kekurangan pasangan adalah hal yang mutlak diperlukan. Begitu juga
cara mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kita dengan baik
kepada pasangan juga perlu diperhatikan, agar emosi negatif tidak
mewarnai rumah tangga kita.
Dalam pernikahan juga diperlukan rasa tanggung jawab untuk
memenuhi hak dan kewajiban masing-masing.sehingga setiap anggota
keluarga tidak hanya menuntut hak-haknya saja, tetapi berusaha untuk
lebih dulu memenuhi kewajibannya.
c) Persiapan Fisik
Bagi sebagian orang, persiapan fisik dianggap tidak penting.
Padahal dari keadaan fisik seseorang, kita dapat mengetahui karakter
orang yang bersangkutan atau paling tidak mengetahui kebiasaannya.
Kesan fisik yang indah dan sehat pada hari pertama pernikahan dan
akan menghadirkan kebahagiaan di awal pernikahan, kemudian akan
terekam setiap episode perjalanan rumah tangga.
Dalam rangka mempersiapkan kesehatannya sebelum menikah,
catin perlu menjalani beberapa prosedur pemeriksaan, antara lain:
o Pemeriksaan tanda-tanda vital : suhu, nadi, frekuensi nafas,
tekanan darah.
o Pemeriksaan status gizi meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar
lengan atas (LiLA), tanda-tanda anemia.
o Pemeriksaan darah rutin meliputi Hb, golongan darah dan rhesus.
o Pemeriksaan urin rutin.
o Pemeriksaan lain atas idikasi seperti gula darah, IMS, HIV,
Malaria, Thalassemia, Hepatitis B, TORCH (toksoplasmosis,
rubella, cytomegalovirus dan herpes simpleks).
d) Persiapan Gizi
Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran Indek Massa
Tubuh (IMT). Untuk catin perempuan ditambah dengan pengukuran
Lingkar Lengan Atas (LiLA). Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai
yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi
badan (TB) seseorang serta dipercayai dapat menjadi indikator atau
menggambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT tidak
mengukur lemak tubuh secara langsung tetapi hasil penelitian
menunjukkan IMT berkolerasi dengan pengukuran underwater
weighing dan dual energy x-ray absorbtiometry (Setyawati dan
Hartini, 2018). Rumus tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut:

IMT=¿¿

Kemenkes menklasifikasikan IMT ke dalam tiga kelompok dalam


tabel berikut.
Tabel 2.1 Batas Ambang IMT untuk Indonesia
Kategori IMT
Kurus Berat <17,0
Ringan 17,0-18,4
Normal 18,5-25,0
Gemuk Ringan 25,1-27,0
Berat >27,0

Pengukuran LiLA bertujuan untuk mengetahui adanya risiko


Kurang Energi Kronik (KEK). Ambang batas LiLA pada WUS dengan
KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LiLA kurang dari 23,5 cm
(bagian merah pita LiLA), artinya catin perempuan mengalami KEK.
Sebelum memasuki jenjang pernikahan, catin perlu melakukan
persiapan gizi antara lain:
o Setiap pasangan catin dianjurkan mengonsumsi makanan bergizi
seimbang.
o Setiap catin perempuan dianjurkan mengonsumsi tablet tambah
darah (TTD) yang mengandung zat besi dan asam folat seminggu
sekali.
o Bagi catin perempuan yang mengalami KEK (Kurang Energi
Kronik) dan Anemia maka perlu ditentukan penyebabnya dan
ditatalaksana sesuai dengan penyebab tersebut.
o Untuk mendapatkan masukan gizi yang seimbang ke dalam tubuh,
catin perlu mengonsumsi lima kelompok pangan yang beraneka
ragam setiap hari atau setiap kali makan. Kelima kelompok pangan
tersebut adalah makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, buah-buahan,
dan minuman.
Proporsinya dalam setiap kali makan dapat digambarkan dalam ISI
PIRINGku yaitu:
 Setengah porsi piring makan, terdiri dari sayur dan buah-
buahan dengan beragam jenis dan warna.
 Seperempat piring makan diisi dengan protein. Bisa diisi
dengan ikan, ayam, atau kacang-kacangan. Batasi konsumsi
daging merah ataupun daging olahan.
 Seperempat piring makan dipenuhi dengan karbohidrat dari
biji-bijian utuh, nasi merah, gandum utuh, atau pasta. Hati-
hati dalam pemilihan sumber karbo, misalnya roti atau
beras putih karena kandungan gulanya tergolong tinggi.
 Lengkapi dengan sedikit minyak sehat, seperti minyak
zaitun, minyak kedelai, minyak jagung, dan minyak kanola.
Sebaiknya hindari minyak yang mengandung lemak jenuh
atau kolesterol tinggi.
 Konsumsi air putih yang cukup, namun batasi susu serta
produk turunannya. Batasi konsumsi susu hingga 2 gelas
per hari, jus sekitar satu gelas per hari, dan hindari
minuman dengan kandungan gula tinggi.
e) Melakukan Imunisasi Tetanus
Tetanus neonatorum merupakan salah satu penyebab kematian
neonatal di Indonesia, sekitar 40 persen kematian bayi terjadi pada
masa neonatal. Salah satu strategi Kemenkes RI untuk mencapai
eliminasi tetanus neonatorum adalah dengan melakukan imunisasi
tetanus toxoid (TT) pada ibu yang sedang mempersiapkan
kehamilan (Sawitri dan Farida, 2012). Tiap WUS (15-49 tahun)
diharapkan sudah mendapatkan 5 kali imunisasi Tetanus lengkap
(T5). Sebelum imunisasi, dilakukan penentuan status imunisasi
tetanus (status T) melalui skrining. Jika status T belum lengkap,
maka catin perempuan harus melengkapinya di puskesmas.
Imunisasi tetanus tidak perlu diberikan apabila status T sudah
mencapai T5, yang harus dibuktikan dengan catatan yang
tercantum pada Kartu Imunisasi, buku Kesehatan Ibu dan Anak,
buku Rapor Kesehatanku, Kohort atau rekam medis lain yang
bersangkutan. Namun, banyak catin yang tidak dapat menunjukkan
bukti dari dokumentasi tersebut, sehingga pelaksanaan imunisasi
TT bagi calon pengantin telah diatur dalam ketetapan Kementerian
Agama: No. 2 Tahun 1989 No. 162-I/PD.0304.EI tanggal 6 Maret
1989 tentang imunisasi TT calon pengantin bahwa setiap calon
pengantin sudah diimunisasi TT sekurang-kurangnya 1 bulan
sebelum pasangan tersebut mendaftarkan diri untuk menikah di
KUA dengan dibuktikan berdasarkan surat keterangan
imunisasi/kartu imunisasi calon pengantin (catin) dan merupakan
prasyarat administrasi pernikahan (Sawitri dan Farida, 2012).
Tabel 2.2 Imunisasi TT
Status TT Interval (selang waktu) Lama Perlindungan
TT I 0
TT II 4 minggu setelah TT I 3 tahun
TT III 6 bulan setelah TT II 5 tahun
TT IV 1 tahun setelah TT III 10 tahun
TT V 1 tahun setelah TT IV 25 tahun/ seumur hidup

f) Menjaga Kesehatan Reproduksi


Organ reproduksi perlu dijaga kesehatannya agar dapat berfungsi
dengan baik karena tanpa pemeliharaan yang benar, organ reproduksi
dapat terkena berbagai penyakit yang berbahaya seperti infeksi,
kanker, penyakit menular seksual, bahkan infertilitas (Musmiah,
Rustaman dan Saefudin, 2019). Langkah-langkah dalam menjaga
kesehatan organ reproduksi antara lain :
 Cara menjaga kesehatan organ reproduksi secara umum
 Mencuci tangan sebelum menyentuh organ reproduksi. Ketika
melakukan aktifitas sehari-hari, tangan menyentuh banyak
benda yang kebersihannya tidak terjamin. Akibatnya tangan
dapat menjadi sarana penyebaran virus dan bakteri. Demikian
pula setelah menyentuh organ reproduksi.
 Membilas dengan bersih organ reproduksi luar dan anus setelah
buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK). Pastikan
bahwa air yang digunakan untuk membilas adalah air bersih.
 Mengeringkan organ reproduksi luar dengan handuk atau tissue
setelah selesai BAB dan BAK untuk menghindari kondisi
lembab pada daerah organ reproduksi luar.
 Mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari, serta
menggunakan celana dalam berbahan katun dan bertekstur
halus. Bahan katun memiliki pori-pori besar sehingga sirkulasi
udara di bagian oragn reproduksi berjalan baik, menyerap
keringat sehingga organ reproduksi tidak lembab dan terhindar
dari iritasi dan gatal.
 Mencukur, bukan mencabut rabut pubis apabila sudah panjang.
Rambut pubis yang panjang dapat menjadi sarang tungau atau
kutu kelamin. Sisakan kira-kira setengah sentimeter, dan
berhati-hati dalam melakukan pencukuran agar tidak
menimbulkan luka atau iritasi pada kulit.
 Menghindari menahan buang air kecil, karena tindakan tersebut
dapat menyebabkan infeksi saluran kemih yang disebabkan
oleh bakteri.
 Jangan menggaruk oragn reproduksi karena dapat
menyebabkan luka atau iritasi.
 Menjalankan pola hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan
bergizi dan berolahraga secara teratur, serta menghindari seks
bebas, narkoba, rokok, dan minuman beralkohol.
 Cara menjaga kesehatan organ reproduksi laki-laki
 Tidak menggunakan celana yang terlalu ketat. Celana yang
terlalu ketat dapat menimbulkan panas sehingga meningkatkan
suhu testis. Hal ini dapat mengganggu proses pembentukan
sperma.
 Melakukan khitan untuk menghindari penumpukan kotoran,
sisa urine, dan air mani pada kulup.
 Cara menjaga kesehatan organ reproduksi perempuan
 Cara membersihkan vagina yang benar adalah gerakan satu
arah dari daerah vagina kea rah anus. Gerakan tidak bolak balik
untuk mencegah kotoran dari anus masuk vagina.
 Tidak menggunakan cairan atau sabun pembersih vagina secara
terus menerus karena dapat mematikan flora normal vagina.
Cairan atau sabun pembersih vagina sebaiknya digunakan bila
mendapat anjuran dari dokter.
 Tidak menggunakan pantyliner secara terus-menerus.
Pantyliner sebaiknya digunakan pada saat keputihan saja dan
tidak dipakai dalam waktu lama.
 Penggantian pembalut ketika menstruasi paling lama 4 jam
sekali atau setelah buang air. Menurut penelitian Nikmah
(2018) Keputihan yang terjadi tersebut cenderung disebabkan
oleh minimnya kesadaran untuk menjaga kesehatan terutama
kesehatan organ genitalianya. Selain itu, keputihan sering
dikaitkan dengan kadar keasaman daerah sekitar vagina, bisa
terjadi akibat pH vagina tidak seimbang. Sementara kadar
keasaman vagina disebabkan oleh dua hal yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor eksternal antara lain kurangnya
personal hygiene, pakaian dalam yang ketat, dan penggunaan
WC umum yang tercemar bakteri Clamydia. Faktor internal
yaitu pengetahuan, sikap, dan keyakinan individu.
 Bagi perempuan yang sering keputihan, berbau dan berwarna
harap memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
d. Informasi tentang Kehamilan, Perencanaan Persalinan, dan Kontrasepsi
1) Kehamilan
a) Masa Subur
Masa subur adalah saat indung telur (ovarium) melepaskan sel
telur (ovum) yang sudah siap dibuahi ke dalam saluran indung telur
(tuba falopi). Masa subur adalah periode dalam siklus menstruasi
dimana konsepsi atau fertilisasi (pembuahan) palin mungkin
terjadi, karena pada periode tersebut terdapat sel telur yang matang
dan siap dibuahi. Masa subur dapat diketahui dengan cara
menghitung ovulasi /masa subur pada wanita. Puncak masa subur
biasanya terjadi pada 13 hari setelah hari pertama haid, sedangkan
masa subur biasanya akan terjadi kurang lebih tiga hari sebelum
dan sesudah menuju puncak masa subur tersebut.
Tanda-tanda Masa Subur

 Perubahan lendir serviks


Pada masa subur, cairan ini bertekstur lengket dan kental.
Perubahan terjadi menjelang masa subur, yaitu dengan
meningkatnya jumlah cairan dan perubahan tekstur menjadi
berwarna bening dan lebih cair
 Dorongan seksual meningkat
Hormon estrogen dan progesteron akan meningkat dalam masa
subur sehingga meningkatkan hasrat seksual
 Temperatur tubuh meningkat dan payudar lebih lunak
Meningkatnya hormon progesteron ketika masa subur akan
memicu kenaikan suhu tubuh (+ 0,5OC) dan menyebabkan
payudaramenjadi lebih lunak
b) Proses Kehamilan
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang
berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa
dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi)
pada uterus, pembentukan plasenta, serta tumbuh kembang hasil
konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2017).
 Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh
sistem hormonal yang kompleks. Selama masa subur yang
berlangsung 20-35 tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat
mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi. Dengan
pengaruh LH yang semakin besar dan fluktuasi yang
mendadak, terjadi proses pelepasan ovum yang disebut ovulasi.
 Migrasi spermatozoa
Sebagian besar spermatozoa mengalami kematian dan hanya
beberapa ratus yang dapat mencapai tuba fallopii. Spermatozoa
yang masuk ke dalam alat genetalia wanita dapat hidup selama
tiga hari, sehingga cukup waktu untuk mengadakan konsepsi.
 Konsepsi
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi
atau fertilisasi dan membentuk zigot. Ovum yang dilepaskan
pada proses ovulasi kemudian siap dibuahi setelah 12 jam dan
hidup selama 48 jam. Konsepsi terjadi pada pars ampularis
tuba. Kedua inti ovum dan inti spermatozoa bertemu
membentuk zigot.
 Proses nidasi atau implantasi
Setelah pertemuan kedua inti ovum dan spermatozoa, terbentuk
zigot yang dalam beberapa jam telah mampu membelah dirinya
menjadi dua dan seterusnya. Nidasi atau implantasi terjadi oada
hari ke-6 smapai 7 setelah konsepsi. Pada saat tertanamnya
blastula ke dalam endometrium dapat terjadi perdarahan yang
disebut tanda Hartman.
 Pembentukan plasenta
Sel trofoblas menghancurkan endometrium sampai terjadi
pembentukan plasenta yang berasal dari primer vili korealis.
Ruangan amnion dengan cepat mendekati korion sehingga
jaringan yang terdapat di antara amnion dan embrio padat dan
berkembang menjai tali pusat.
c) Tanda-tanda Kehamilan
Untuk bisa memastikan kehamilan ditetapkan dengan melakukan
penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala hamil. Tanda
kehamilan menurut Astuti (2010: 25) dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu:

1) Tanda Tidak Pasti Hamil


a) Tidak terjadi mesntruasi/haid (amenorea)
Tidak dapat menstruasi dapat menandakan kehamilan,
tetapi dapat juga merupakan tanda gangguan fisik. Untuk lebih
memastikan dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
b) Mengidam
Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama akan
tetapi akan hilang seiring semakin tuanya usia kehamilan. Tujuh
puluh persen perempuan hamil mengalami komplikasi mual dan
muntah. Hal ini disebabkan oleh estrogen atau HCG (Nirmala,
2011: 78).
c) Pingsan
Pada wanita hamil, terjadi pengenceran darah akibat proses
kehamilan. Jika salah satu organ tubuh, misalnya otak mengalami
kekurangan oksigen, hal tersebut dapat menyebabkan terjadi
pingsan (Sulistyawati, 2012: 85).
d) Sering berkemih
Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih
cepat terasa penuh dan sering berkemih. Frekuensi terjadi pada
triwulan pertama akibat desakan uterus. Pada triwulan kedua
desakan ini berkurang karena uterus yang membesar keluar dari
rongga panggul. Pada trimester 3 gejala ini timbul kembali karena
kepala janin mulai masuk rongga panggul dan menekan kembali
kandung kemih (Yulifah, 2011: 73).
e) Sembelit/ konstipasi
Sembelit pada ibu hamil disebabkan oleh hormon steroid
yang meningkat sehingga menyebabkan kerja usus menjadi lambat
(Saifudin, 2004: 68).
f) Pigmentasi kulit
Pigmentasi kulit pada wajah, payudara, perut, paha, dan
ketiak biasanya bertambah. Hal ini disebabkan karena pengaruh
hormone dalam kehamilan.
g) Epulsi
Gusi dan mukosa menjadi mudah berdarah, sering terjadi
pada triwulan pertama (Kusmiyati, 2008: 94).
h) Varises
Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi
penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi yang mempunyai
bakat. Sering terjadi pada trimester pertama dan hilang setelah
persalinan ( Nirmala, 2011: 81).

2) Tanda Mungkin Hamil


Tanda mungkin hamil merupakan tanda untuk menetapkan
kehamilan. Tanda-tanda yang memungkinkan seorang wanita
hamil menurut Astuti (2010: 41) sebagai berikut:
a) Perut membesar
Perut membesar sangat identik dengan ibu hamil. Namun,
tidak semua perut membesar merupakan akibat kehamilan,
mungkin saja akibat faktor kegemukan atau terdapat penyakit
abdomen, misalnya tumor atau adanya cairan di rongga perut
(Saifudin, 2004: 67).
b) Uterus membesar
Dengan kehamilan yang sehat, uterus pun akan membesar
sedikit demi sedikit sesuai dengan usia kehamilan. Namun,
pembesaran uterus dapat juga terjadi akibat suatu penyakit,
misalnya miom, kista atau kanker (Yulifah, 2011: 74).
c) Tanda hegar
Melunaknya segmen bawah rahim yang mempunyai kesan
lebih tipis dapat diketahui dengan pemeriksaan bimanual. Tanda
ini mulai terlihat pada minggu ke-6 dan menjadi nyata pada
minggu ke 7-8 (Sujiyatini, 2008: 94).
d) Tanda chadwik
Terjadi perubahan warna pada porsio, pada awalnya
berwarna merah muda, menjadi kebiru-biruan. Selaput lendir dan
vagina pun berwana keungu-unguan.
e) Tanda piscasek
Uterus membesar ke salah satu jurusan sehingga menonjol
jelas ke jurusan pembesaran tersebut (Prawirohardjo, 2007: 126).
f) Braxton-hicks
Ibu hamil dapat merasakan kontraksi yang timbul sesekali,
tepatnya berada di bagian perut bawah.
g) Teraba ballotement
Ballotement adalah pantulan saat rahim digoyangkan.
Memeriksa kontraksi ini dilakukan dengan cara memegang bagian
Rahim yang mengeras sambil sedikit digoyangkan (Yulifah, 2011:
75).
3) Tanda Pasti Hamil
Indikator pasti hamil adalah penemuan-penemuan
keberadaan janin secara jelas dan hal ini tidak dapat dijelaskan
dengan kondisi kesehatan yang lain. Menurut Kusmiyati (2008: 97)
tanda pasti hamil yaitu:
a) Gerakan janin yang dilihat dan dirasakan. Gerakan janin
bisa dirasakan dengan jelas setelah minggu 24.
b) Denyut jantung janin terlihat dan terdengar dengan
bantuan alat. Djj dapat didengarkan pada umur kehamilan
17-18 minggu dengan steteskop laenec, pada orang
gemuk lebih lambat. Sementara menggunakan doppler
sekitar minggu ke-12.
c) USG untuk melihat kondisi janin di dalam kandungan.
d) Cara menghitung Usia Kehamilan dan Taksiran Persalinan
 Menghitung Usia Kehamilan
Misalnya tanggal 8 Juni 2009 masih haid, kemudian ketika
diperiksa tanggal 14 Juli 2009 dinyatakan positif hamil berarti
bahwa umur kehamilannya adalah antara 8 Juni sampai dengan
14 Juli 2009 adalah 36 hari atau sekitar 5 minggu.
 Menentukan Taksiran Persalinan
Taksiran persalinan/melahirkan: Harus diketahui haid terakhir
(tanggal,bulan,tahun)
Rumus :
Tanggal +7
Bulan -3
Tahun +1
Contoh: Haid atau datang bulan terakhir tanggal 8 Juni 2019
Maka waktu persalinan diperkiraka Tanggal 8+7 =15, Bulan 6-
3 = 3, Tahun 2019+1= 2020 Jadi diperkirakan melahirkan pada
tanggal 15 Maret 2020.
e) Pemeriksaan Kehamilan
Seorang ibu sebaiknya mulai memeriksakan kehamilan seawal
mungkin, yaitu setelah terlambat haid selama 2 bulan berturut-turut
sehingga kesehatan ibu dan janin selalu dapat dipantau dan ibu bisa
memperoleh nasehat atau pengobatan bila ada keluhan.
Pelayanan pemeriksaan ibu hamil mencakup 10T :
• Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
• Pengukuran tekanan darah Ibu.
• Tentukan status gizi (ukur lingkar lengan atas).
• Pengukuran janin/pengukuran tinggi fundus uteri
• Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
• Penilaian status imunisasi TT
• Tablet tambah darah
• Tes laboratorium
• Tata laksana kasus
• Tatap muka/konseling tentang kehamilan
Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan :
Trimester I (0-3 bulan) : 1 kali
Trimester II (4-6 bulan) : 1 kali
Trimester III (7-9 bulan) : 2 kali
(Kementrian Kesehatan, 2016).
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan yang profesional untuk
meningkatkan derajat kesehatan ibu hamil beserta janin yang
dikandungnya. Pelayanan antenatal yang dilakukan secara teratur
dan komprehensif dapat mendeteksi secara dini kelainan dan risiko
yang mungkin timbul selama kehamilan, sehingga kelainan dan
risiko tersebut dapat diatasi dengan cepat dan tepat. Indikator yang
digunakan untuk menggambarkan akses ibu hamil terhadap
pelayanan antenatal yaitu cakupan K1 (Kunjungan pertama) adalah
kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan dan K4 adalah
kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan yang mempunyai
kompetensi, sesuai standar. Pelayanan antenatal dinilai berkualitas
apabila pelayanan antenatal tersebut telah memenuhi standar yang
telah ditetapkan pemerintah, yaitu 10 T (timbang berat badan dan
ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, nilai status gizi (ukur
lingkar lengan atas/ LiLa), ukur tinggi fundus uteri, tentukan
presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status
imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus bila diperlukan,
pemberian tablet tambah darah, pemeriksaan laboratorium
sederhana (rutin/khusus), tatalaksana/penanganan kasus, temu
wicara/ konseling) (KEMENKES RI, 2016).
f) Kehamilan Ideal vs Kehamilan Beresiko
Kehamilan yang ideal adalah kehamilan yang direncanakan,
diinginkan dan dijaga perkembangannya dengan baik. Namun ada
kalanya terjadi kehamilan yang tidak diinginkan seperti:
• Akibat hubungan seks pranikah
• Pada unmeet need ber-KB (wanita usia subur yang ingin
menunda atau tidak ingin punya anak tetapi tidak menggunakan
kontrasepsi)
• Akibat gagal KB
Walaupun demikian, setiap kehamilan tetap harus dijaga
dan dipantau kesehatan dan perkembangannya. Usia terbaik
perempuan untuk hamil adalah antara 20-35 tahun dan jarak antar
kelahiran idealnya 3-5 tahun atau tidak lebih dari 2 balita dalam
satu keluarga. Adanya jarak kelahiran tersebut akan memberi
kesempatan kepada ibu untuk memulihkan kembali kesehatan
tubuhnya serta memberikan kesempatan bagi anak yang dilahirkan
untuk tumbuh dan berkembang secara optimal serta mendapat
perhatian dan kasih sayang penuh dari orangtuanya (Kementrian
Kesehatan RI, 2018).
Setiap kehamilan mempunyai risiko untuk terjadi
komplikasi walaupun sebelumnya baik-baik saja. Kondisi yang
dapat meningkatkan risiko komplikasi pada kehamilan dan
persalinan disebut 4 Terlalu dan 3 Terlambat.
4 (empat) Terlalu yaitu :
• Terlalu muda untuk hamil (kurang dari 20 tahun)
• Terlalu tua untuk hamil (lebih dari 35 tahun)
• Terlalu sering hamil (anak lebih dari 3)
• Terlalu dekat jarak kehamilan (jarak kurang dari 2 tahun)
3 (tiga) Terlambat yaitu:
• Terlambat mengenali tanda bahaya pada kehamilan, persalinan
dan nifas, serta mengambil keputusan untuk mencari
pertolongan medis.
• Terlambat tiba di fasilitas pelayanan kesehatan.
• Terlambat mendapat pertolongan medis yang adekuat.

Pengelompokan faktor risiko tinggi kehamilan

a. Faktor risiko tinggi menjelang kehamilan. Faktor genetika


yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan yang
dipengaruhi oleh pendidikan dan sosial.
b. Faktor risiko tinggi yang bekerja selama hamil atau
keadaan yang dapat merangsang kehamilan. Kebiasaan ibu
seperti merokok, minum minuman alkohol, kecanduan obat
dll. Penyakit yang mempengaruhi kehamilan misalnya
hipertensi gestasional, toksemia gravidarum.
c. Faktor risiko saat persalinan
d. Faktor risiko pada neonatus.

g) Tanda Bahaya Kehamilan


Gambar 2.1 Tanda Bahaya Kehamilan
Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang
mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama
kehamilan atau periode antenatal, yang apabila tidak terdeteksi bisa
menyebabkan kematian ibu.
Macam-macam tanda bahaya kehamilan diantaranya
perdarahan per vaginam, sakit kepala yang hebat, masalah
penglihatan, bengkak pada muka dan tangan, nyeri perut yang
hebat, gerakan janin berkurang atau menghilang, demam atau
panas tinggi lebih dari 2 hari, mual muntah yang berlebihan, keluar
cairan banyak per vaginam secara tiba-tiba (keluar air ketuban
sebelum waktunya).
Tanda-tanda bahaya kehamilan ini telah tercantum dalam Buku
Kesehatan Ibu dan Anak. Ibu hamil yang mengalami tanda-tanda
bahaya kehamilan harus segera menemui tenaga kesehatan
terdekat. Jika tenaga kesehatan yang ditemui adalah bidan, ibu
hamil akan mendapat penanganan kegawatdaruratan dan segera
dirujuk ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut (Purwanti
dan Larasaty, 2016).
2) Program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4k)
Dan buku kesehatan ibu dan anak (Kia
 Bagi ibu hamil diberikan buku KIA.
 Buku KIA berisi catatan kesehatan ibu (hamil, bersalin dan nifas)
dan anak (bayi baru lahir & anak balita) serta berbagai informasi
cara memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak.
 Buku KIA tersedia difasilitas kesehatan (Posyandu, Polindes,
Poskesdes, Pustu, Puskesmas, Bidan, Dokter Praktik, Rumah
Bersalin dan RumahSakit).
 Stiker P4K ditempel dipintu atau jendela depan rumah ibu hamil.
Tujuan P4K :
 Terdatanya sasaran ibu hamil dan terpasangnya stiker P4K dirumah
ibu hamil agar diketahui: lokasi tempat tinggal ibu hamil, identitas
ibu hamil, taksiran persalinan, penolong persalinan, pendamping
persalinan, fasilitas tempat persalinan, calon donor darah,
transportasi yang akan digunakan serta pembiayaan.
 Adanya perencanaan persalinan termasuk pemakaian metode KB
pasca melahirkan yang disepakati ibu hamil, suami, keluarga dan
bidan.
 Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat bila
terjadi komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.
 Adanya dukungan dari tokoh masyarakat, kader dan dukun.
3) Persalinan
a) Tanda-tanda persalinan
 Perut mulas secara teratur, mulasnya sering dan lama.
 Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir.
 Keluar air ketuban dari jalan lahir.
 Bayi biasanya lahir 12 jam sejak mulas teratur yang pertama.
b) Persalinan ditolong petugas kesehatan
 Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah terampil dalam
membantu persalinan, sehingga keselamatan ibu dan bayi lebih
terjamin.
 Apabila terdapat kelainan, akan cepat diketahui dan segera
dapat ditolong atau dirujuk ke Puskesmas atau Rumah Sakit.
 Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan
peralatan yang aman, bersih dan steril kesehatan lainnya.
 Persalinan ditolong petugas kesehatan sehingga mencegah
terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.
4) Pasca Persalinan
a) Perawatan Pasca Persalinan
 Melakukan perawatan tali pusar dengan kasa bersih, kering dan
Steril setiap hari sampai tali pusat lepas.
 Pemberian imunisasi Hepatitis B, BCG dan Polio bagi bayi.
 Memeriksa kesehatan ibu dan bayi baru lahir pada tenaga
kesehatan minimal 4 kali dalam bulan pertama sesudah
melahirkan.
 Meminum satu kapsul vit A merah segera setelah melahirkan
dan satu lagi setelah 24 jam
 Segera melaporkan kelahiran kepada kader dasa wisma atau
posyandu
 Dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi setelah melahirkan
yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan yang
tidak diinginkan.

b) Inisiasi Menyusu Dini & Asi Eksklusif


 IMD (Inisiasi Menyusu Dini) yaitu bayi mulai disusui segera
setelah dilahirkan tanpa dibersihkan terlebih dahulu. Biarkan
bayi mencari dan mengisap putting susu walaupun ASI belum
keluar. Hal ini berfungsi untuk menjaga kedekatan psikologis
antara ibu dan bayi dan mencegah terbuangnya air susui bu
pertama (kolostrum).
 Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI
saja tanpa tambahan makanan yang diberikan selama 6 bulan.
 Pemberian ASI dianjurkan tetap diberikan sampai usia 2 tahun.
e. Informasi tentang Infeksi Menular Seksual, Infeksi Saluran Reproduksi
serta HIV/AIDS
Infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit-penyakit yang
timbul, ditularkan melalui hubungan seksual disebabkan oleh bakteri,
virus, atau parasit dengan manifestasi klinik berupa timbulnya kelainan-
kelainan terutama pada alat kelamin. Komplikasi yang di timbulkan antara
lain kehamilan di luar kandungan, kanker anogenital, infeksi pada bayi
yang baru lahir atau infeksi pada kehamilan (Abrori dan Qurbaniah, 2017).
Jika kita melakukan hubungan seksual berisiko, maka kita dapat terkena
penyakit kelamin atau infeksi menular seksual ini.
1) Gejala Infeksi Menular Seksual
a) Keluar cairan vagina, penis atau anus berbeda biasa.
b) Rasa perih atau nyeri atau panas pada saat kencing atau setelah
kencing, atau menjadi sering kencing.
c) Ada luka terbuka/basah di sekitar kemaluan atau sekitar mulut.
Luka ini bisa terasa nyeri bisa juga tidak.
d) Ada semacam tumbuhan seperti jengger ayam/kutil di sekitar
kemaluan.
e) Terjadi pembengkakan pada lipatan paha.
f) Pada pria, terdapat bengkak dan nyeri pada kantung pelir/kantung
zakar.
g) Sakit perut di bagian bawah yang kambuhan, tetapi tidak
berhubungan dengan haid/menstruasi.
h) Keluar darah setelah berhubungan seksual.
i) Demam.
2) Jenis-jenis IMS
a) Disebabkan oleh Bakteri
 Gonore
Penyakit gonore disebabkan bakteri Neisseria Gonorrheae
yang merupakan kuman gram negative berbentuk diplokokus
penyebab infeksi saluran urogenitas (Arjani, 2015). Pada laki-
laki dikenal sebagai kencing nanah, dengan gejala keluar
cairan kental berwarna kekuningan dari alat kelamin, nyeri di
perut bagian bawah. Pada perempuan sering tanpa gejala.
Komplikasi yang mungkin terjadi, diantaranya radang panggul
pada perempuan, kemungkinan terjadi kemandulan baik pada
perempuan atau laki-laki, infeksi mata pada bayi baru lahir
yang dapat menyebabkan kebutaan, kehamilan ektopik (di luar
kandungan) dan memudahkan penularan infeksi HIV (Tuntun,
2018).
 Sifilis
Penyakit sifilis disebut juga raja singa, disebabkan bakteri
Treponema pallidum dan bersifat kronis, dapat menyerang
semua organ tubuh dan dapat menyerupai banyak penyakit.
Masa tunas berkisar antara 10-90 hari. Stadium I (sifilis
primer) timbul antara 2-4 minggu setelah kuman masuk.
Ditandai dengan adanya benjolan kecil merah, kemudian
menjadi luka atau koreng yang tidak disertai rasa nyeri. Pada
stadium ini biasanya disertai pembengkakan kelenjar getah
bening regional. Luka atau koreng tersebut akan hilang secara
spontan meski tanpa pengobatan dalam waktu 3-10 minggu,
tetapi penyakitnya akan berlanjut ke stadium II (sifilis
sekunder). Stadium ini terjadi setelah 6-8 minggu dan bisa
berlangsung sampai 9 bulan. Kelainan dimulai dengan adanya
gejala nafsu makan yang menurun, demam, sakit kepala, nyeri
sendi. Pada stadium ini juga muncul gejala menyerupai
penyakit kulit lain berupa bercak merah, benjolan kecil-kecil
seluruh tubuh, tidak gatal, kebotakan rambut dan juga dapat
disertai pembesaran kelenjar getah bening yang bersifat
menyeluruh. Stadium laten dini terjadi apabila sifilis sekunder
tidak diobati, setelah beberapa minggu atau bulan gejalagejala
akan hilang seakan-akan sembuh spontan. Namun infeksi
masih berlangsung terus dan masuk ke stadium laten lanjut.
Stadium laten lanjut. Setelah 1 tahun, sifilis masuk ke stadium
laten lanjut yang dapat berlangsung bertahun-tahun. Stadium
III (sifilis tersier) umumnya timbul antara 3-10 tahun setelah
infeksi. Ditandai dengan kelainan yang bersifat destruktif pada
kulit, selaput lendir, tulang sendi serta adanya radang yang
terjadi secara perlahan-lahan pada jantung, sistim pembuluh
darah dan syaraf. Pada kehamilan terjadi sifilis kongenital
(Arjani, 2015). Komplikasinya kerusakan pada otak dan
jantung, pada kehamilan dapat ditularkan pada bayi,
keguguran atau lahir cacat dan memudahkan penularan infeksi
HIV (Tuntun, 2018).
b) Disebabkan oleh Virus
 Herpes Genitalis
Saat ini dikenal dua macam herpes yaitu herpes zoster
(disebabkan virus varicella) dan herpes simplek (disebabkan
herpes simplek virus). Herpes genitalis ialah infeksi pada
genital yang disebabkan oleh herpes simplex virus (HSV),
terutama HSV tipe 2, yang sering bersifat berulang. Masa
tunas berkisar antara 3-7 hari, tetapi dapat lebih lama. Keluhan
seperti sensasi terbakar dan gatal, beberapa jam sebelum
timbul lesi, terkadang disertai gejala umum, misalnya lemas,
demam dan nyeri otot. Timbul gelembung-gelembung yang
berkelompok dengan mudah pecah. Komplikasi herpes
genitalis adalah kanker leher rahim, kehamilan lahir muda,
kelainan kongenital dan kematian (Arjani, 2015).
 Kondiloma akuminata
Kondiloma akuminata adalah infeksi menular seksual yang
disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV). Masa tunas
berkisar antara 1-8 bulan (rata-rata 2-3 bulan). Keluhan
dirasakan pada daerah yang sering terkena trauma saat
berhubungan seksual tumbuh bintil bintil yang runcing seperti
kutil, dapat membesar sehingga menyerupai jengger ayam.
Pada wanita, sering bersamaan dengan gejala keputihan
sedangkan pada pria terutama dijumpai pada yang tidak
disirkulasi atau dengan imunitas terganggu. Komplikasi
kondiloma akuminata adalah kanker leher rahim atau kanker
kulit disekitar kulit kelamin (Arjani, 2015).

c) Disebabkan oleh Protozoa


 Trichomonas vaginalis atau sering disebut trichomonas atau
trichomoniasis
Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Trichomonas
vaginalis yaitu protozoa anaerobik, berflagel dengan bentuk
mikrotik. Gejala lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan
pada pria dan peradangan kelamin yang berhubungan dengan
infeksi Trichomonas vaginalis memfasilitasi human
immunodeficiency virus (HIV) transmisi, dan penyakit ini juga
diakui sebagai penyebab potensial infertilitas pria dan wanita,
dan atipikal radang panggul (Arjani, 2015).
d) Disebabkan oleh Jamur
 Kandidiasis
Kandidiasis adalah infeksi primer atau sekunder dari genus
Candida, terutama Candida albicans (C.albicans). Manifestasi
klinisnya sangat bervariasi dari akut, subakut dan kronis ke
episodik. Kelainan dapat lokal di mulut, tenggorokan, kulit,
kepala, vagina, jari-jari tangan, kuku, bronkhi, paru, atau
saluran pencernaan makanan, atau menjadi sistemik misalnya
septikemia, endokarditis dan meningitis. Candidiasis juga
dikenal dengan nama moniliasis, thrush atau infeksi yeast
disebabkan oleh jamur Candida albicans. Candidiasis biasanya
menimbulkan gejala peradangan, gatal, dan perih didaerah
kemaluan. Juga terdapat keluarnya cairan vagina yang
menyerupai bubur (Arjani, 2015).

f. Informasi tentang Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara
1) Kanker Leher Rahim
Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus
merupakan kanker pembunuh perempuan nomor dua di dunia setelah
kanker payudara. Di Indonesia, kanker leher rahim bahkan menduduki
peringkat pertama. Kanker leher rahim yang sudah masuk ke stadium
lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat.
Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung
bawah rahim yang menonjol ke liang sanggama (vagina). Kanker
serviks berkembang secara bertahap. Proses terjadinya kanker ini
diperlukan waktu 1-20 tahun.
a) Faktor Risiko Kanker Leher Rahim
Ada beberapa sebab yang dapat meningkatkan resiko terjadinya
kanker leher rahim, antara lain adalah :
 Hubungan seksual pada usia muda atau pernikahan pada usia
muda.
 Berganti-ganti pasangan seksual.
 Merokok.
 Persalinan, infeksi, dan iritasi menahun pada leher rahim dapat
menjadi pemicu kanker leher rahim.
b) Tanda-tanda Kanker Leher Rahim
Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang
khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut:
 Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina.
 Perdarahan setelah sanggama yang kemudian berlanjut menjadi
perdarahan yang abnormal.
 Timbulnya perdarahan setelah masa menopause
 Keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat
bercampur dengan darah.
 Timbul gejala-gejala kurang darah bila terjadi perdarahan
kronis.
 Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila
ada radang panggul.
 Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus.
Kanker leher rahim juga dapat mengalami penyebaran lewat :
 Melalui pembuluh getah bening menuju ke kelenjar getah
bening lainnya.
 Melalui pembuluh darah menuju paru-paru sehingga
menimbulkan gejala batuk kadang sampai batuk berdarah dan
nyeri dada.
 Penyebaran langsung ke daerah sekitar vagina.
c) Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
Kematian pada kasus kanker leher rahim terjadi karena
sebagian besar penderita yang berobat sudah berada dalam stadium
lanjut. Deteksi dini terhadap kanker serviks pada stadium dini,
kemungkinan penyembuhan penyakit lebih besar. Deteksi dini
kanker leher rahim dapat dilakukan dengan Papsmear dan Tes IVA
(Inspeksi Visual dengan Asam Asetat). Deteksi dini kanker leher
rahim dianjurkan untuk perempuan usia 30 - 50 tahun yang sudah
berhubungan seksual dan dapat dilakukan 5 tahun sekali. Deteksi
dini kanker leher rahim dapat dilakukan di Bidan/ Dokter,
Puskesmas, Rumah Sakit. Pada stadium awal umumnya kanker
leher rahim tidak memiliki gejala. Pada stadium lanjut, gejalanya
yaitu perdarahan pasca senggama, perdarahan tidak normal dari
vagina mulai bercak-bercak hingga menggumpal disertai bau
busuk, keputihan, nyeri pinggang saat buang air kecil dan buang air
besar.
2) Kanker Payudara
Kanker payudara adalah kanker terbesar kedua yang berisiko
diderita oleh perempuan setelah kanker leher rahim. Sampai saat ini,
penyebab pasti kanker payudara belum dapat diketahui. Tetapi dapat
dipastikan beberapa penyebab terjadinya kanker payudara.
a) Faktor Risiko Kanker Payudara
 Perempuan perokok atau perokok pasif.
 Pola makan tinggi lemak dan rendah serat, termasuk
mengandung banyak zat pengawet atau pewarna.
 Mendapat haid pertama kurang dari 12 tahun.
 Menopause (mati haid) setelah umur 50 tahun
 Melahirkan anak pertama sesudah umur 35 tahun
 Tidak pernah menyusui anak
 Pernah mengalami operasi pada payudara yang disebabkan
oleh kelainan tumor jinak atau tumor ganas
 Anggota keluarga ada yang menderita kanker payudara
b) Deteksi Dini Kanker Payudara dengan SADARI
SADARI adalah kegiatan yang dilakukan untuk deteksi dini
benjolan atau perubahan pada payudara dibandingkan dengan
keadaan sebelumnya. SADARI dianjurkan dilakukan sebulan
sekali setelah selesai haid. Langkah-langkah SADARI antara lain :

a) Bercermin dengan kedua tangan di pinggang


b) Angkat kedua tangan cermati setiap perubahan pada
payudara
c) Pencet puting, perhatikan cairan yang keluar
d) Pijatlah payudara sambil berbaring
e) Pijatlah payudara saat mandi

Beberapa cara deteksi dini kanker payudara antara lain,


Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI), Mammografi, USG,
Biopsi tanpa pembedahan, pemeriksaan klinis payudara. Masalah
utama terjadinya kanker payudara adalah ketidakteraturan dan
jarang melakukan SADARI dengan benar. SADARI sebaiknya
dilakukan setiap kali selesai menstruasi (hari ke-10 dari awal
menstruasi), pemeriksaan dilakukan setiap bulan sejak umur 20
tahun. Menurut Ekanita (2013), SADARI sangat efektif sampai
dengan 90% dalam mendeteksi kanker payudara termasuk pada
wanita usia subur.
g. Informasi tentang Gangguan dalam Kehidupan Seksual Suami Isteri
Kehidupan seksual suami dan isteri adalah suatu hubungan yang
dibina oleh suami dan isteri, dimana masing-masing pihak dapat
memperlihatkan bentuk kasih sayang cintanya lewat sebuah tindakan
pribadi yang dilakukan berdua. Pada dasarnya setiap orang yang sudah
dewasa memiliki dorongan untuk melakukan hubungan seksual terutama
bagi mereka yang menikah dan telah hidup bersama setiap hari.
Namun ada kalanya dorongan seksual tersebut terganggu oleh
beberapa hal. Gangguan seksual dapat dipengaruhi oleh faktor fisik dan
psikis. Kalau kedua faktor ini baik, fungsi seksual juga baik. Faktor fisik
adalah ada tidaknya penyakit, pola hidup sehat, atau ada tidaknya
pengobatan yang didapat untuk mendukung fungsi organ tubuh. Sementara
faktor psikis misalnya stres, kejenuhan, serta suasana hubungan yang
pribadi atau kadar cinta dengan pasangan.
Gangguan seksual dapat terjadi pada suami (laki-laki) ataupun
isteri (perempuan). Oleh karena itu, kehidupan seksual dalam rumah
tangga tidak boleh berpihak hanya kepada satu orang saja, tetapi harus
dapat dikomunikasikan apa yang menjadi kebutuhan seksual dari masing-
masing pihak, apa yang disukai dan apa yang tidak disukai, sehingga
ketika kegiatan seksual dilaksanakan, pihak suami atau isteri sama-sama
mengetahui apa yang bisa dan apa yang tidak bisa dilakukan oleh mereka
agar kedua belah pihak sama-sama puas.
1) Gangguan Seksual pada Perempuan
a) Gangguan dorongan seksual, misalnya dorongan seksual hipoaktif
dan ketidaksenangan terhadap aktivitas seksual.
b) Gangguan bangkitan seksual, yaitu vagina yang kurang
mengeluarkan cairan meskipun sudah dalam keadaan cukup
terangsang.
c) Tidak bisa atau sulit untuk mencapai orgasme saat berhubungan
seksual.
d) Rasa sakit atau tidak nyaman di kelamin dan sekitarnya setiap kali
berhubungan seksual.
2) Ganggian Seksual pada Laki-laki
a) Gangguan dorongan seksual, misalnya akibat penyakit fisik atau
psikis.
b) Disfungsi ereksi, misalnya karena menderita diabetes melitus.
c) Gangguan ejakulasi, yaitu ejakulasi dini atau justru ejakulasi yang
terhambat.
d) Gangguan orgasme, yaitu tidak bisa merasakan orgasme.
3) Mencegah Gangguan Seksual
a) Selalu ingat bahwa kehidupan seksual adalah milik bersama
dan dibina bersama pasangan.
b) Bersikap dan bicaralah secara terbuka apa adanya.
c) Jaga kesehatan tubuh dan jiwa. Bentuk tubuh ideal menjadi
faktor pendukung untuk membangkitkan gairah pasangan.
d) Hindari gaya hidup tak sehat, misalnya rokok, stres, kurang
tidur, pola makan tidak baik, dan tidak berolahraga.
e) Jangan tergoda untuk menggunakan obat/ ramuan yang tidak
jelas isi dan indikasinya.
f) Jagalah keseimbangan antara kesibukan dan rileksasi.
g) Selalu usahakan untuk memiliki waktu khusus hanya berdua
bersama pasangan.
h) Jangan melakukan hubungan seksual sebagai hal yang rutin.

Anda mungkin juga menyukai