Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PRA NIKAH


DI PMB SRI RETNONINGSIH.S.Tr.Keb

Untuk Memenuhi Persyaratan Target Praktik Semester I


Stage Pra Nikah Program Studi Profesi Bidan

Disusun Oleh :

RHELA PANJI RARASWATI

PRODI PROFESI BIDAN SEMARANG JURUSAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2021
TINJAUAN TEORI

1. TINJAUAN TEORI PRANIKAH


A. Definisi pranikah
Kata dasar dari pranikah ialah “nikah” yang merupakan ikatan (akad)
perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran
agama. Imbuhan kata pra yang memiliki makna sebelum, sehingga arti dari
pranikah adalah sebelum menikah atau sebelum adanyanya ikatan
perkawinan (lahir batin) antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri
(Ellysa 2017)
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
dengan batas usia 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan.
Akat tetapi, berdasarkan UU No. 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU
No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, usia kurang dari 18 tahun
masih tergolong anak-anak. Oleh karena itu, BKKBN memberikan batasan
usia pernikahan 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun untuk pria. Selain
itu, umur ideal yang matang secara biologis dan psikologis adalah 20 – 25
tahun bagi wanita dan umur 25 – 30 tahun bagi pria (BKKBN 2017)
Sedangkan, pasangan yang akan melangsungkan pernikahan/akad
perkawinan disebut calon pengantin (Ellysa 2017).
B. Tujuan asuhan pranikah
Menurut (Kemenkes RI 2015) penyelenggaraan pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil (prakonsepsi) atau pranikah bertujuan untuk:
1. Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang
sehat dan berkualitas
2. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir
3. Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak
reproduksi dan
4. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu
dan bayi baru lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
C. Informasi Pranikah
1. Kesehatan Reproduksi
Dalam kesehatan reproduksi pembagian peran sosial perempuan dan
laki-laki mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan perempuan dan
laki-laki.. Peran sosial laki-laki dan perempuan itu semakin dirasakan
dalam kesehatan reproduksi.. Masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi
sepanjang siklus hidup manusia, misalnya masalah pergaulan bebas pada
remaja, kehamilan remaja, aborsi yang tidak aman, kurangnya informasi
tentang kesehatan reproduksi. Status/posisi perempuan di masyarakat
merupakan penyebab utama masalah kesehatan reproduksi yang dihadapi
perempuan,karena menyebabkan perempuan kehilangan kendali terhadap
kesehatan, tubuh, dan fertilitasnya.
Perempuan lebih rentan dalam menghadapi risiko kesehatan
reproduksi, seperti kehamilan, melahirkan, aborsi yang tidak aman, dan
pemakaian alat kontrasepsi. Karena struktur alat reproduksinya,
perempuan lebih rentan secara sosial maupun fisik terhadap penularan
IMS, termasuk HIV-AIDS. Masalah kesehatan reproduksi tidak
terpisahkan dari hubungan laki-laki dan perempuan. Namun keterlibatan,
motivasi, serta partisipasi laki-laki dalam kesehatan reproduksi masih
sangat kurang. Laki-laki juga mempunyai masalah kesehatan reproduksi,
khususnya yang berkaitan dengan IMS termasuk HIV-AIDS. Karena itu
dalam menyusun strategi untuk memperbaiki kesehatan reproduksi harus
diperhitungkan pula kebutuhan, kepedulian, dan tanggung jawab laki-laki.
Walaupun korban kekerasan adalah perempuan dan laki-laki,
perempuan pada dasarnya lebih rentan terhadap kekerasan atau perlakuan
kasar, yang pada dasarnya bersumber pada subordinasi perempuan
terhadap laki-laki atau hubungan gender yang tidak setara.
1. Hak Reproduksi dan Seksual
Kedua calon pengantin mempunyai kebebasan dan hak yang sama dan
secara bertanggungjawab dalam memutuskan untuk berapa jumlah anak
mereka, jarak kelahiran antara anak satu dengan yang kedua dan
seterusnya serta menentukan waktu kelahiran dan dimana anak tersebut
dilahirkan. Hak Rerpoduksi dan seksual menjamin keselamatan dan
keamanan calon pengantin, termasuk didalamnya mereka harus
mendapatkan informasi yang lengkap tentang kesehatan reproduksi dan
seksual, serta efek samping obatobatan, alat dan tindakan medis yang
digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi.
Informasi yang diterima harus bisa membuat calon pengantin mengerti
tentang informasi yang diberikan sehingga dapat membuat keputusan
tanpa terpaksa. Calon pengantin juga berhak untuk memperoleh pelayanan
KB yang aman, efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan
tanpa paksaan. Pihak perempuan berhak mendapat pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam
menjalani kehamilan dan persalinan, serta memperoleh bayi yang sehat.
Hubungan suami istri harus didasari penghargaan terhadap pasangan
masing-masing dan dilakukan dalam kondisi dan waktu yang diinginkan
bersama tanpa unsur pemaksaan, ancaman dan kekerasan. Hak reproduksi
juga mencakup informasi yang mudah, lengkap, dan akurat tentang
penyakit menular seksual, agar perempuan dan laki-laki terlindungi dari
infeksi menular seksual (IMS) serta dan memahami upaya pencegahan dan
penularannya yang dapat berakibat buruk terhadap kesehatan reproduksi
laki-laki, perempuan dan keturunannya.
2. Organ Reproduksi
a) Organ Reproduksi Perempuan

2) Ovarium (Indung Telur).


Organ yang terletak di kiri dan kanan rahim di ujung saluran telur
(fimbrae/umbai-umbai) dan terletak di rongga pinggul, indung telur
berfungsi mengeluarkan sel telur (ovum), sebulan sekali indung telur
kiri dan kanan secara bergiliran mengeluarkan sel telur. Sel telur
adalah sel yang dihasilkan oleh indung telur yang dapat dibuahi oleh
sperma sehingga terjadi konsepsi (pembuahan). Bila tidak dibuahi, sel
telur akan ikut keluar bersama darah saat menstruasi.
3) Tuba Fallopii (saluran telur).
Saluran di kiri dan kanan rahim yang berfungsi untuk mengantar
ovum dari indung telur menuju rahim.
4) Fimbrae (umbai-umbai).
Dapat di analogikan dengan jari-jari tangan, umbai-umbai ini
berfungsi untuk menangkap sel telur yang dikeluarkan indung telur.
5) Uterus (rahim)
Merupakan tempat janin berkembang, bentuknya seperti buah pir dan
berat normalnya antara 30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar rahim
kurang lebih sebesar telur ayam kampung, dindingnya tediri dari:
a) Lapisan parametrium merupakan lapisan paling luar dan yang
berhubungan dengan rongga perut.
b) Lapisan myometrium merupakan lapisan yang berfungsi
mendorong bayi keluar pada proses persalinan (kontraksi)
c) Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam rahim tempat
menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini terdiri dari
lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah.
6) Serviks (leher rahim).
Bagian rahim yang berbatasan dengan vagina. Pada saat persalinan
tiba, leher rahin membuka sehingga bayi dapat keluar.
7) Vagina (liang senggama).
Merupakan sebuah saluran berbentuk silinder dengan diameter depan
± 6,5 cm dan dinding belakang ± 9 cm yang bersifat elastis dengan
berlipat lipat. Fungsinya sebagai tempat penis berada saat
bersanggama, tempat keluarnya menstruasi dan bayi.

8) Klitoris (kelentit).
Merupakan organ kecil yang paling peka rangsangan dibanding
dengan bagian-bagian alat kelamin perempuan yang lain. Klitoris
banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf.
9) Labia (bibir kemaluan).
Terdiri dari dua bibir, yaitu bibir besar(labia mayor) dan bibir kecil
(labia minor).
b) Organ Reproduksi Laki-Laki
1) Testis (buah zakar).
Berjumlah dua buah untuk memproduksi sperma setiap hari dengan
bantuan testosteron. Testis berada dalam skrotum, diluar rongga
panggul karena pembentukan sperma membutuhkan suhu yang lebih
rendah dari pada suhu badan (36,7 o C). Sperma merupakan sel yang
berbentuk seperti berudu (kecebong) berekor hasil dari testis yang
dikeluarkan saat ejakulasi bersama cairan mani dan bila bertemu
dengan sel telur yang matang akan terjadi pembuahan.
2) Skrotum (kantung buah zakar).
Kantong kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan berlipat
lipat. Skrotum adalah tempat bergantungnya testis. Skrotum
mengandung otot polos yang mengatur jarak testis ke dinding perut
dengan maksud mengatur suhu testis agar relatif tetap.
3) Vas deferens (saluran sperma).
Saluran yang menyalurkan sperma dari testis-epididimis menuju ke
uretra/ saluran kencing pars prostatika. Vas deferens panjangnya ±
4,5 cm dengan diameter ±2,5 mm. Saluran ini muara dari Epididimis
yaitu saluran- saluran yang lebih kecil dari vas deferens. Bentuknya
berkelok-kelok dan membentuk bangunan seperti topi.
4) Prostat, vesikula seminalis dan beberapa kelenjar lainnya.
Kelenjar-kelenjar yang menghasilkan cairan mani (semen). yang
berguna untuk memberikan makanan pada sperma.
5) Penis.
Berfungsi sebagai alat sanggama dan sebagai saluran untuk
pengeluaran sperma dan air seni. Pada keadaan biasa, ukuran penis
kecil. Ketika terangsang secara seksual darah banyak dipompa ke
penis sehingga berubah menjadi tegang dan besar disebut sebagai
ereksi. Bagian glans merupakan bagian depan atau kepala penis.
Glans banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf. Kulit yang
menutupi glans disebut foreskin (preputium). Pada laki-laki sunat
dilakukan dengan cara membuang kulit preputium. Secara medis
sunat dianjurkan karena memudahkan pembersihan penis sehingga
mengurangi kemungkinan terkena infeksi, radang dan kanker.
D. Persiapan pranikah
Dalam Pelatihan Peer Konselor Kota Depok (2011) dan (Kemenkes RI
2015)
persiapan pernikahan meliputi kesiapan fisik, kesiapan mental/psikologis
dan kesiapan sosial ekonomi.
1. Kesiapan Fisik
Secara umum, seorang individu dikatakan siap secara fisik apabila telah
selesai fase pertumbuhan tubuh yaitu sekitar usia 20 tahun. Persiapan
fisik pranikah meliputi pemeriksaan status kesehatan, status gizi, dan
laboratorium (darah rutin dan yang dianjurkan).
2. Kesiapan Mental/Psikologis
Dalam sebuah pernikahan, individu diharapkan suda merasa siap untuk
mempunyai anak dan siap menjadi orang tua termasuk mengasuh dan
mendidik anak.
3. Kesiapan Sosial Ekonomi
Dalam menjalankan sebuah keluarga, anak yang dilahirkan tidak hanya
membutuhkan kasih sayang orang tua namun juga sarana yang baik
untuk membuatnya tumbuh dan berkembang dengan baik. Status sosial
ekonomi juga dapat mempengaruhi status gizi calon ibu, seperti status
sosial ekonomi yang kurang dapat meningkatkan risiko terjadi KEK dan
anemia.
E. Pelayanan kesehatan pranikah
Pelayanan kesehatan sebelum hamil di Indonesia telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan (PMK No. 97 tahun 2014) dan telah tertulis
dalam buku saku kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin
maupun bagi penyuluhnya yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI. Pemerintah
baik daerah provinsi maupun kabupaten/kota telah menjamin ketersediaan
sumber daya kesehatan, sarana, prasarana, dan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan sebelum hamil sesuai standar yang telah ditentukan. Di Surabaya
telah diatur dalam Surat Edaran Walikota Surabaya perihal Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), beberapa kegiatan program
pendampingan 1000 HPK yang berkaitan dengan pranikah adalah dengan
pemeriksaan kesehatan calon pengantin meliputi pemeriksaan fisik dan
laboratorium, serta penyuluhan kesehatan reproduksi calon pengantin.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan untuk mempersiapkan
perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan
selamat serta memperoleh bayi yang sehat.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hami sebagaimana yang dimaksud
dilakukan pada remaja, calon pengantin, dan pasangan usia subur (PMK No.
97 tahun 2014). Menurut Kemernkes (2015) dan PMK No. 97 tahun 2014,
kegiatan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil atau persiapan pranikah
sebagaimana yang dimaksud meliputi:
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan minimal meliputi pemeriksaan tanda
vital (tekanan darah, suhu, nadi, dan laju nafas) dan pemeriksaan status
gizi (menanggulangi masalah kurang energi kronis (KEK) dan
pemeriksaan status anemia). Penilaian status gizi seseorang dapat
ditentukan dengan menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT) berdasarkan
PMK RI Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang
(Kemenkes 2014) sebagai berikut:

𝐼𝑀𝑇 = BB(kg)
¿¿
Keterangan:
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status gizinya
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat 25,1 – 27,0
ringan
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk, 2
F. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis
(KEK) berat.
G. IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK ringan (Depkes,
2011).
Menurut Supariasa, dkk (2014), pengukuran LLA pada
kelompok Wanita Usia Subur (usia 15 – 45 tahun) adalah salah satu
deteksi dini yang mudah untuk mengetahui kelompok berisiko
Kekurangan Energi Kronis (KEK). Ambang batas LLA WUS
dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LLA <
23,5 cm atau dibagian merah pita LLA, artinya wanita tersebut
mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan berat
bayi lahir rendah (BBLR), BBLR mempunyai risiko kematian, gizi
kurang, gangguan pertumbuhan, dan perkembangan anak (Nuranini
et al. 2015)
2. Pemeriksaan penunjang
Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi medis, terdiri
atas pemeriksaan darah rutin, darah yang dianjurkan, dan pemeriksaan
urin yang diuraikan sebagai berikut (Kemenkes RI 2015)
a. Pemeriksaan darah rutin
Meliputi pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah.
Pemeriksaan hemoglobin untuk mengetahaui status anemia seseorang.
Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya satu atau lebih parameter
sel darah merah: konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel
darah merah.
Menurut kriteria WHO anemia adalah kadar hemoglobin di
bawah 13 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita.
Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi/ kriteria National Cancer
Institute, anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 14 g% pada pria
dan di bawah 12 g% pada wanita. Kriteria ini digunakan untuk
evaluasi anemia pada penderita dengan keganasan. Anemia
merupakan tanda adanya penyakit. Anemia selalu merupakan keadaan
tidak normal dan harus dicari penyebabnya (Oehadian, 2012).
Anemia defisiensi zat besi dan asam folat merupakan salah satu
masalah masalah kesehatan gizi utama di Asia Tenggara, termasuk di
Indonesia .Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg
besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Fatimah,
2011).
b. Pemeriksaan darah yang dianjurkan
Meliputi gula darah sewaktu, skrining thalassemia, malaria (daerah
endemis), hepatitis B, hepatitis C, TORCH (Toxoplasma, rubella,
ciromegalovirus, dan herpes simpleks), IMS (sifilis), dan HIV, serta
pemeriksaan lainnya sesuai dengan indikasi.
1) Pemeriksaan gula darah
Kadar gula darah yang tinggi atau penyakit diabetes dapat
mempengaruhi fungsi seksual, mesnstruasi tidak teratur (diabetes
tipe 1), meningkatkan risiko mengalami Polycystic ovarian
syndrome (PCOS) pada diabetes tipe 2, inkontensia urine,
neuropati, gangguan vaskuler, dan keluhan psikologis yang
berpengaruh dalam patogenesis terjadinya penurunan libido, sulit
terangsang, penurunan lubrikasi vagina, disfungsi orgasme, dan
dyspareunia. Selain itu diabetes juga berkaitan erat dengan
komplikasi selama kehamilan seperti meningkatnya kebutuhan
seksio sesarea, meningkatnya risiko ketonemia, preeklampsia, dan
infeksi traktus urinaria, serta meningkatnya gangguan perinatal
(makrosomia, hipoglikemia, neonatus, dan ikterus neonatorum)
(Kurniawan 2016)
2) Pemeriksaan hepatitis
Penyakit yang menyerang organ hati dan disebabkan oleh virus
hepatitis B, ditandai dengan peradangan hati akut atau menahin
yang dapat berkembang menjadi sirosis hepatis (pengerasan hati)
atau kanker hati. Gejala hepatitis B adalah terlihat kuning pada
bagian putih mata dan pada kulit, mual, muntah, kehilangan nafsu
makan, penurunan berat badan, dan demam. Dampak hepatitis B
pada kehamilan dapat menyebabkan terjadinya abortus, premature,
dan IUFD. Dapat dicegah dengan melaksukan vaksinasi dan
menghindari hal-hal yang menularkan hepatitis B (Ellysa 2017)
Cara penularan hepatitis B melalui darah atau cairan tubuh yang
terinfeksi, hubungan seksual dengan penderita hepatitis B,
penggunaan jarum sutik bersama, dan proses penularan dapat
ditularkan dari ibu hamil penderita hepatitis B ke janinnya.
3) Pemeriksaan TORCH
Suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi toxoplasma gondii,
rubella, cytomegalovirus (CMV), dan herpes simplex virus II (HSV
II). Dapat ditularkan melalui:
a) Konsumsi makanan dan sayuran yang tidak terlalu bersih dan
tidak dimasak dengan sempurna atau setengah matang
b) Penularan dari ibu ke janin
c) Kotoran yang terinfeksi virus TORCH (kucing, anjing,
kelelawar, burung
Dampak TORCH bagi kesehatan dapat menimbulkan masalah kesu
buran baik wanita maupun laki-laki sehingga menyebabkan sulit ter
jadinya kehamilan, kecacatan janin, dan risiko keguguran, kecacata
n pada janin seperti kelainan pada syaraf, mata, otak, paru, telinga,
dan terganggunya fungsi motoric.
4) Pemeriksaan IMS (Infeksi Menular Seksual)
Penyakit infeksi yang dapt ditularkan melalui hubungan seksual.
Penyakit yang tergolong dalam IMS seperti sifilis,gonorea,
klamidia, kondiloma akuminata, herpes genitalis, HIV, dan
hepatitis B, dan lain-lain. Gejala umum infeksi menular seksual
(IMS) pada perempuan:
a) Keputihan dengan jumlah yang banyak, berbau, berwarna, dan
gatal
b) Gatal di sekitar vagina dan anus
c) Adanya benjolan, bintil, kulit, atau jerawat di sekitar vagina
atau anus
d) Nyeri di bagian bawah perut yang kambuhan, tetapi tidak
berhubungan dengan menstruasi
e) Keluar darah setelah berhubungan seksual
f) Demam
Gejala umum infeksi menular seksual pada laki-laki:
1) Kencing bernanah, sakit, perih atau panas ppada saat kencing
2) Adanya bintil atau kulit luka atau koreng sekitar penis dan
selangkangan paha
3) Pembengkakan dan sakit di buah zakar
4) Gatal di sekitar alat kelamin
5) Demam
Dampak infeksi menular seksual yaitu kondisi kesehatan menutun,
mudah tertular HIV/AIDS. Mandul, keguguran, hamil di luar kand
ungan, cacar bawaan janin, kelainan penglihatan, kelainan syaraf,
kanker serviks, dan kanker organ seksual lainnya.
5) Pemeriksaan HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang
menyerang dan melemahkan sistem pertahanan tubuh untuk
melawan infeksi sehingga tubuh mudah tertular berbagai penyakit.
AIDS (Acquire Immuno Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan
gejala dan tanda penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh HIV. Seseorang yang menderita HIV, tiak
langsung menjadi AIDS dalam kurun waktu 5 – 10 tahun.
Penularan HIV di dapatkan di dalam darah dan cairan tubuh
lainnya (cairan sperma, cairan vagina, dan air susu ibu). Cara
penularan HIV melalui:
a) Hubungan seksual dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
b) Penggunaaan jarum suntik bersama-sama dengan orang yang
sudah terinfeksi HIV (alat suntik, alat tindik, dan alat tato).
c) Ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dikandungnya. Penularan
dapat terjadi selama kehamilan, saat melahirkan, dan saat
menyusui.
d) Transfusi darah atau produk darah lainnya yang terkontaminasi
HIV.
Semua orang bisa berisiko tertular HIV, tetapi risiko tinggi terdapa
t pada pekerja seksual, pelanggan seksual, homoseksual (sesame je
nis kelamin), dan penggunaan narkoba suntik. Cara pencegahan pe
nularan HIV – AIDS dapat dilakukan dengan ABCDE yaitu:
(1) Abstinence (tidak berhubungan seksual)
(2) Be faithful (saling setia, tidak berganti pasangan)
(3) Use Condom (menggunakan kondom jika memiliki perilaku
seksual berisiko)
(4) No Drugs (tidak menggunakan obat-obat terlarang, seperti
narkotika, zat adiktif, tidak berbagi jarum (suntik, tindik, tato)
dengan siapapun.
(5) Education (membekali informasi yang benar tentang
HIV/AIDS)
H. Pemeriksaan urin rutin
Urinalissis atau tes urin rutin digunakan untuk mengetahui fungsi
ginjal dan mengetahui adanya infeksi pada ginjal atau saluran kemih.
3. Pemerian imunisasi
Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan
perlindungan terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki
kekebalan seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap
penyakit tetanus. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan
untuk mencapai status T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan.
Status T5 sebagaimana dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur
memiliki kekebalan penuh. Dalam hal status imunisasi belum mencapai
status T5 saat pemberian imunisasi dasar dan lanjutan, maka pemberian
imunisasi tetanus toxoid dapat dilakukan saat yang bersangkutan
menjadi calon pengantin.
Tabel 2.2 Perlindungan Status Imunisasi TT

Status TT Interval Pemberian Lama Perlindungan

TT 1 Langkah awal pembentukan


kekebalan tubuh terhadap penyakit
Tetanus
TT II 4 minggu setelah TT 1 3 tahun
TT III 6 bulan setelah TT II 5 tahun
TT IV 1 tahun setelah TT III 10 tahun
TT V 1 tahun setelah TT IV > 25 tahun *)
Sumber: Kemenkes, 2017.
*) Yang dimaksud dengan masa perlindungan > 25 tahun adalah apabila
telah mendapatkan imunisasi TT lengkap mulai dari TT 1 sampai TT 5.
4. Suplementasi gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan melalui
penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi besi,
serta defisiensi asam folat. Dilaksanakan dalam bentuk pemberian
edukasi gizi seimbang dan tablet tambah darah (Kemenkes 2014)
5. Konseling/Konsultasi kesehatan pranikah
Konseling pranikah dikenal dengan sebutan pendidikan pranikah,
konseling edukatif pranikah, terapi pranikah, maupun program persiapan
pernikahan. Konseling pranikah merupakan suatu proses konseling yang
diberikan kepada calon pasangan untuk mengenal, memahami dan
menerima agar mereka siap secara lahir dan batin sebelum memutuskan
untuk menempuh suatu perkawinan (Triningtyas and Muhayati 2017)
Bimbingan konseling pra nikah merupakan kegiatan yang
diselenggarakan kepada pihak-pihak yang belum menikah, sehubungan
dengan rencana pernikahannya. Pihak-pihak tersebut datang ke konselor
untuk membuat keputusannya agar lebih mantap dan dapat melakukan
penyesuaian di kemudian hari secara baik. Konseling pernikahan atau
yang biasa disebut marriage counseling) merupakan upaya membantu
pasangan calon pengantin. Konselig pernikahan ini dilakukan oleh
konselor yang professional. Tujuannya agar mereka dapat berkembang
dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya melalui cara-cara
yang saling menghargai, toleransi, dan komunikasi, agar dapat tercapai
motivasi berkeluarga, perkembangan, kemandirian, dan kesejahteraan
seluruh anggotakeluarganya. Konseling pernikahan juga disebut dengan
terapi untuk pasangan yang akan menikah. Terapi tersebut digunakan
untuk membantu pasangan agar saling memahami, dapat memecahkan
masalah dan konflik secara sehat, saling menghargai perbedaan, dan
dapat meningkatkan komunikasi yang baik.
Bimbingan konseling pra nikah mempunyai objek yaitu calon
pasangan suami istri dan anggota keluarga calon suami istri. Calon suami
istri atau lebih tepatnya pasangan laki-laki dan perempuan yang dalam
perkembangan hidupnya baik secara fisik maupun psikis sudah siap dan
sepakat untuk menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius
(pernikahan). Anggota keluarga calon suami istri yaitu individu-individu
yang mempunyai hubungan keluarga dekat, baik dari pihak suami
maupun istri (Zulaekha 2013)
Menurut (Kemenkes RI 2015) informasi pranikah yang dibutuhkan
sebelum memasuki jenjang pernikahan meliputi:
a. Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan
sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses
reproduksi. Catin perlu mengetahui mengetahui informasi kesehatan
reproduksi untuk menjalankan proses fungsi perilaku reproduksi
yang sehat dan aman. Catin perempuan akan menjadi calon ibu yang
harus mempersiapkan kehamilannya agar dapat melahirkan anak
yang sehat dan berkualitas. Catin laki-laki akan menjadi calon ayah
yang harus memiliki kesehatan yang baik dan berpartisipasi dalam
perencanaan keluarga, seperti menggunakan alat kontrasepsi serta
mendukung kehamilan dan persalinan yang aman. Laki-laki dan
perempuan mempunyai risiko masalah kesehatan reproduksi
terhadap penularan penyakit. Perempuan lebih rentan terhadap
masalah kesehatan reproduksi yang terjadi pada saat berhubungan
seksual,hamil, melahirkan, nifas, keguguran, dan pemakaian alat
kontrasepsi, karena struktur alat reproduksinya lebih rentan secara
sosial maupun fisik terhadap penularan infeksi menular seksual.
Laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama
untuk menjaga kesehatan reproduksi.
b. Hak dan kesehatan reproduksi seksual
Hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap laki-laki dan perempuan
yang berkaitan dengan kehidupan reproduksinya. Hak inii menjamin
setiap pasangan dan individu untuk memutuskan secara bebas dan
bertanggung jawab mengenai jumlah, jarak, dan waktu memiliki
anak serta untuk memperoleh informasi kesehatan reproduksi.
Informasi yang perlu diketahui natra lain:
1) Kesehatan reproduksi, permasalahan, dan cara mengatasinya.
2) Penyakit menular seksual, agar perempuan dan laki-laki
terlindung dari infeksi meular seksual (IMS), HIV – AIDS, dan
infeksi saluran reproduksi (ISR), serta memahami cara
penularannya, upaya pencegahan, dan pengobatan.
3) Pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang aman, efektif,
terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, dan tanpa
paksaan serta mengetahui dan memahami efek samping dan
komplikasi dari masing-masinng alat dan obat kontrasepsi.
4) Catin laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan reproduksi yang dibutuhkan. Catin perempuan berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan
agar sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan, persalinan,
nifas, serta memperoleh bayi yang sehat.
5) Hubungan suami istri harus didasari rasa cinta dan kasih sayang,
saling menghargai dan menghormati pasangangan, serta
dilakukan dalam kondisi dan waktu yang diinginkan bersama
tanpa unsur pemaksaan, ancaman, dan kekerasan. Perilaku yang
harus dihindari dalam aktivitas seksual antara lain:
a) Melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi dan masa
nifas
b) Melakukan hubungan seksual melalui dubur dan mulut
karena berisiko dalam penularan penyakit dan merusakorgan
reproduksi.
c. Kesetaraan gender dalam kesehatan reproduksi
Gender adalah pembagian dalam peran kedudukan dan tugas antara
laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat
berdasarkan sifat laki-laki dan perempuan yang dianggap pantas
sesuai norma, adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat.
Kesetaraan gender adalah suatu dan kondisi (kualitas hidup) adalah
sama, laki-laki dan perempuan bebas mengembangkan kemampuan
personil mereka dan membuat pilihan- pilihan tanpa dibatasi oleh
stereotip, peran gender yang kaku. Penerapan kesetaraan gender
dalam pernikahan:
1. Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika perempuan dan laki-
laki dapat saling menghormati dan menghargai satu sama lain,
misalnya: Dalam mengambil keputusan dalam rumah tangga
dilakukan secara bersama dan tidak memaksakan ego masing-
masing
a. Suami-istri saling membantu dalam pekerjaan rumah tangga,
pengasuhan, dan pendidikan anak.
b. Kehamilan merupakan tanggung jawab bersama laki-laki dan
perempuan.
c. Laki-laki mendukung terlaksananya pemberian ASI eksklusif
2. Pernikahan yang bahagia harus terbebas dari hal-hal di bawah
ini:
a. Kekerasan secara fisik (memukul, menampar, menjambak
rambut, menyudut dengan rokok, melukai, dan lain-lain)
b. Kekerasan secara psikis (selingkuh, menghina, komentar-
komentar yang merendahkan, membentak, mengancam, dan
lain-lain)
c. Kekerasan seksual
d. Penelantaran rumah tangga.
d. Cara merawat organ reproduksi
Untuk menjaga kesehatan dan fungsi organ reproduksi perlu dilakukan
perawatan baik pada laki-laki dan perempuan, antara lain:
1. Pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.
2. Menggunakan pakaian dalam yang menyerap keringat dan cairan.
3. Bersihkan organ kelamin sampai bersih dan kering.
4. Menggunakan celana yang tidak ketat
5. Membersihkan organ kelamin setelah BAK dan BAB.
Cara merawat organ reproduksi perempuan antara lain:
1. Bersihkan organ kelamin dari depan ke belakang dengan
menggunakan air bersih dan dikeringkan.
2. Sebaiknya tidak menggunakan cairan pembilas vagina karena dapat
membunuh bakteri baik dalam vagina dan memicu tumbuhnya
jamur.
3. Pilihlah pembalut berkualitas yang lembut dan mempunyai daya
serap tinggi. Jangan memakai pembalut dalam waktu lama. Saat
menstruasi, ganti pembalut sesering mungkin.
4. Jika sering keputihan, berbau, berwarna, dan terasa gatal, serta
keluhan organ reproduksi lainnya segera memeriksakan diri ke
petugas kesehatan.
Cara merawat organ reproduksi laki-laki antara lain:
1. Menjaga kebersihan organ kelamin
2. Dianjurkan sunat untuk menjaga kebersihan kulup kulit luar yang
3. menutup penis.
4. Jika ada keluhan pada organ kelamin dan daerah sekitar kelamin
segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
I. Informasi Tentang Kehamilan, Pencegahan Komplikasi Persalinan Dan
Pascasalin
1) Konsep Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, masa kehamilan
dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Bila dihitung dari saat
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kelahiran normal akan berlangsung dalam
waktu 40 mg atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender
internasional (Prawirohardjo 2014)
2) Tanda-Tanda Kehamilan
Diantara tanda-tanda kehamilan adalah:
a) Tes kehamilan positif (+)
b) Tidak mendapat menstruasi/ haid sebagaimana biasanya (tidak
menstruasi pada siklus haid bulan berikutnya).
c) Timbul rasa mual, muntah-muntah dan pusing terutama pada pagi hari
serta sering buang air kecil.
d) Tidak ada nafsu makan
e) Kadang-kadang mengidam atau menginginkan makanan yang jarang
ada atau tidak pernah dimakannya.
f) Pada usia kehamilan lebih lanjut dengan alat tertentu dapat terdengar
detak jantung janin.
3) Cara menghitung usia kehamilan dan menentukan taksiran persalinan
Menghitung Usia Kehamilan Misalnya tanggal 8 Juni 2009 masih
haid, kemudian ketika diperiksa tanggal 14 Juli 2009 dinyatakan positif
hamil berarti bahwa umur kehamilannya adalah antara 8 Juni sampai
dengan 14 Juli 2009 adalah 36 hari atau sekitar 5 minggu. Menentukan
taksiran persalinan Taksiran persalinan/melahirkan: Harus diketahui haid
terakhir (tanggal,bulan,tahun)
Rumus:
Tanggal +7
Bulan -3
Tahun +1
Contoh: Haid atau dating bulan terakhir tanggal 8 Juni 2009 Maka waktu
persalinan diperkirakan: • Tanggal 8+7=15 • Bulan 6-3=3 • Tahun
2009+1= 2010 Jadi diperkirakan melahirkan pada tanggal 15 Maret 2010
4) Memeriksa Kehamilan
Seorang ibu sebaiknya mulai memeriksakan kehamilan seawal mungkin,
yaitu setelah terlambat haid selama 2 bulan berturut-turut sehingga
kesehatan ibu dan janin selalu dapat dipantau dan ibu bisa memperoleh
nasehat atau pengobatan bila ada keluhan.Pelayanan pemeriksaan ibu
hamil mencakup 10T :
a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
b) Pengukuran tekanan darah Ibu. entukan status gizi (ukur lingkar
lengan atas).
c) Pengukuran janin/pengukuran tinggi fundus uteri.
d) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin.
e) Penilaian status imunisasi TT.
f) Tablet tambah darah.
g) Tes laboratorium.
h) Tata laksana kasus.
i) Tatap muka/konseling tentang kehamilan.

Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan : Trimest


er I (0-3 bulan) : 1 kali Trimester II (4-6 bulan) : 1 kali Trimester III (7-9
bulan) : 2 kaan

5) Proses Kehamilan

Sel telur yang matang Sel telur yang telah dibuahi s


dibuahi oleh sperma d perma (embrio) menempel d
alam saluran telur (tub i lapisan dalam dinding rahi
a fallopi) m

Dalam 120 hari pertama,


embrio berkembang me
ngikuti tahapan kehidup
an sel (hayati)
6) Menjaga Kehamilan
Ibu hamil dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa selama
tidak ditemukan adanya keluhan atau kelainan dan memperhatikan
istirahat yang cukup. Beberapa hal yang perlu diperhatikan ibu hamil
adalah :
a) Jangan kelelahan dan mengangkat benda berat. Berbaring selama 1 jam
pada siang hari, usahakan kaki lebih tinggi dari perut. Tidur cukup (9 -
10 jam) . Tidur terlentang pada saat hamil muda, tidur miring pada
kehamilan lanjut.
b) Berpakaian longgar yang menyerap keringat. Memakai kutang yang
dapat menahan payudara yang membesar serta memakai alas kaki
bertumit rendah.
c) Posisi hubungan seks perlu diatur agar tidak menekan perut Ibu. •
Beraktivitas fisik dengan berjalan kaki selama 30-60 menit tiap hari
atau berolahraga ringan seperti senam hamil dilakukan dengan hati-hati
dan seksama.
d) Hindari berdekatan dengan orang yang sedang sakit menular dan orang
yang merokok.
e) Pemakaian obat harus sesuai dengan petunjuk dokter. • Makan bergizi
seimbang termasuk sayur dan buah 3-5 porsi sehari.
7) Nutrisi Makanan Ibu Hamil
Makanan ibu hamil harus diperhatikan karena selain untuk kebutuhan
ibu juga dibutuhkan untuk perkembangan janin. Kekurangan gizi akan
mengakibatkan ibu hamil cepat lelah dan pusing, muka pucat, mudah
terserang penyakit, Kekurangan ASI atau ASI tidak keluar pada saat
menyusui. Kekurangan gizi pada Ibu hamil juga bisa menyebabkan janin
keguguran, pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi lahir dengan berat
lahir rendah, perkembangan otak janin terhambat hingga dapat
menyebabkan kecerdasan berkurang atau cacat, bayi lahir sebelum
waktunya dan yang paling parah adalah kematian pada bayi.
8) Kehamilan & Persalinan Berisiko Kehamilan dan persalinan berisiko
tinggi biasanya terjadi karena faktor:
a) 4 terlalu dan 3 terlambat
4 (EMPAT) TERLALU yaitu:
(1) Terlalu muda untuk hamil (kurang dari 20 tahun);
(2) Terlalu tua untuk hamil (lebih dari 35 tahun);
(3) Terlalu sering hamil (anak lebih dari 3);
(4) Terlau dekat atau rapat jarak kehamilannya (kurang dari 2 tahun)
3 (TIGA) TERLAMBAT yaitu:
(1) Terlambat mengambil keputusan untuk mencari upaya medis
kedaruratan.
(2) Terlambat tiba di fasilitas kesehatan
(3) Terlambat mendapat pertolongan medis yang adekuat. 38 Usia
terbaik perempuan untuk hamil antara 20-35 tahun, sementara jarak
kehamilan yang baik adalah minimal 2 tahun karena dengan jarak
kelahiran tersebut akan memberi kesempatan bagi organ - organ
reproduksi si ibu untuk mengembalikan fungsinya dengan baik dan
memberi kesempatan bagi organ-organ reproduksi si ibu untuk
kembali normal dengan baik dan memberi kesempatan bagi anak
yang lahir untuk tumbuh dan berkembang dengan perhatian yang
penuh kasih sayang. Sebelum merencanakan punya anak lagi
sebaiknya dipertimbangkan secara matang, misalnya bagaimana
persiapan biaya perawatannya, penyediaan kesempatan untuk
mengenyam pendidikan dan kehidupan yang layak.
9) Tanda Bahaya Kehamilan
Pada ibu hamil dapat terjadi tanda-tanda yang dapat mengancam jiwa
ibu atau janin yang dikandungnya. Beberapa tanda-tanda bahaya yang
dapat terjadi adalah :
a) Perdarahan waktu hamil walaupun hanya sedikit.
b) Bengkak di kaki, tangan atau wajah disertai sakit kepala dan atau
kejang
c) Demam atau panas tinggi lebih dari 2 hari.
d) Keluarnya cairan yang berlebihan dari liang rahim dan kadang berbau.
e) Keluar cairan ketuban sebelum tiba saat melahirkan.
f) Muntah terus dan tidak mau makan.
g) Berat badan yang tidak naik pada trimester 2-3.
h) Bayi di kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak sama
sekali.
2. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada Calon Pengantin dengan
Perencanan Kehamilan
A. Pengkajian
Data Subjektif
1) Biodata / Identitas
Hal utama yang penting dikaji pada pasangan prakonsepsi antara lain;
2) Umur Perempuan
Umur reproduksi sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun
(Prawirohardjo 2014) Pada umur < 20 tahun, fisiologis alat reproduksi
belum sepenuhnya matang dan psikologis masih belum stabil akibatnya
meningkatkan risiko mengalami penyulit saat hamil (Sukaesih, 2012).
Sedangkan pada umur > 35 tahun, fungsi alat reproduksi dan organ
lainnya sudah menurun, apalagi wanita yang hamil pertama pada usia
ini, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami preeklampsia
(Indriani, 2012).
3) Umur Laki-laki
Kesuburan pria ini diawali saat memasuki usia pubertas ditandai
dengan perkembangan organ reproduksi pria, ratarata umur 12 tahun.
Perkembangan organ reproduksi pria mencapai keadaan stabil umur 20
tahun. Tingkat kesuburan akan bertambah sesuai dengan pertambahan
umur dan akan mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Setelah usia
25 tahun kesuburan pria mulai menurun secara perlahan-lahan, dimana
keadaan ini disebabkan karena perubahan bentuk dan faal organ
reproduksi
Semakin tua usia seseorang maka kesuburan juga menjadi
berkurang (RSUA, 2013). Usia laki-laki ≥ 40 tahun semakin
meningkatkan risiko kelainan baik fisik maupun psikis pada
keturunananya (Mc Grath, dkk, 2014).
4) Alamat
Kondisi lingkungan tempat tinggal ikut memberikan pengaruh terhadap
kesehatan istri dan suami pada masa prakonsepsi.vBeberapa penelitian
menyebutkan bahwa perempuan yg bekerja di lingkungan pertanian
lebih sering mengalami abortus spontan dan kasus Stillbirth (lahir mati)
lebih sering dijumpai diantara perempuan yang bertempat tinggal dekat
tempat aplikasi karbamat pada trimester II (Winardi, 2016).
5) Pekerjaan
Pekerjaan merupakan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan
kesehatan yang diinginkan. Pendapatan seseorang berpengaruh terhadap
kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan hidup, salah satunya
adalah kebutuhan nutrisi. Kondisi nutrisi yang kurang baik dapat
menyebabkan terjadinya anemia pada ibu hamil, gangguan
pertumbuhan janin dalam uterus, BBLR, dan prematur (Reeder, dkk,
2011).
6) Riwayat menstruasi
Hal utama yang perlu dikaji adalah menarche, siklus menstruasi dan
gangguan menstruasi. Menarche adalah menstruasi pertama kali yang
merupakan tahap kematangan organ-organ seksual perempuan dan tanda
siklus masa subur telah mulai. Siklus menstruasi dan gangguan mentruasi
dapat mempengaruhi masa subur. (Yusuf, dkk, 2014).
a) Usia menarche: umumnya remaja wanita mengalami menarche usia 12-
16 tahun.
b) Siklus menstruasi: siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama
menstruasi sampai datangnya menstruasi periode berikutnya. Siklus
menstruasi pada wanita normal berkisar antara 21-32 hari dan hanya 10-
15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari
c) Lama menstruasi: normalnya menstruasi berlangsung 3-7 hari
d) Keluhan saat haid: umumnya mengeluh nyeri haid/ dismenorea
(Kusmiran, 2012)
e) Pengeluaran sekret: keputihan normal adalah tidak berbau, berwarna
putih, dan tidak gatal apabila berbau, berwarna, dan gatal dicurigai
adanya kemungkinan infeksi alat genital.
7) Riwayat imunisasi
Skrining status imunisasi perlu dilakukan pada calon ibu terutama
imuniasai TT. Indonesia merupakan salah satu negara yang belum dapat
mengeliminasi tetanus 100% sehingga status imunisasi ibu/calon ibu harus
selalu diskrining .
Status imunisasi lain yang perlu diskrining yaitu hepatitis B, HPV,
TORCH/Rubella, dan imunisasi penyakit lainnya yang memiliki prevalensi
tinggi di daerah tempat tinggal caon pengantin wanita dan laki – laki.
8) Riwayat kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi berhubungan dengan masa kembalinya kesuburan
pada perempuan. Organ reproduksi memerlukan waktu untuk pemulihan
setelah lepas/berhenti dari pemakaian kontrasepsi, bahwa lama kembalinya
kesuburan dari wanita pasca menggunakan KB suntik 3 bulan adalah 6
bulan dan yang paling lama adalah 13 bulan.
9) Riwayat obstetri yang lalu
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas terdahulu yang berkaitan dengan
morbiditas dan masalah-masalah lain adalah signifikan dan perlu digali
dengan cermat untuk menghasilkan riwayat yang akurat sebelum
memberikan nasihat tentang konsepsi.
a) Paritas
Menurut Forney A dan E. W.Whitenhorne, paritas yang aman untuk tidak
terjadinya komplikasi pada saat persalinan yaitu dengan jumlah
melahirkan 1 - 2 kali (Manuaba, 2010). Paritas lebih dari 3 memiliki
besar risiko 3 kali untuk mengalami komplikasi persalinan. Bahaya yang
dapat terjadi pada ibu yang pernah melahirkan 4 kali atau lebih yakni
antara lain : kelainan letak, persalinan letak lintang: robekan rahim pada
kelainan letak lintang; persalinan lama; perdarahan pasca persalinan
(Rochjati, 2011).
b) Jumlah anak
Persalinan yang pertama sekali (primipara) biasanya mempunyai risiko
relatif tinggi terhadap ibu dan anak, kemudian risiko ini menurun pada
paritas kedua dan ketiga, dan akan meningkat lagi pada paritas keempat
dan seterusnya (Sofian, 2011).
c) Jarak kehamilan
Jarak kelahiran optimal adalah antara 2 tahun sampai dengan 5 tahun.
Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga
berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun (BKKBN,
2009).
d) Riwayat komplikasi
Riwayat kehamilan dan persalinan yang buruk sebelumnya merupakan
salah satu penyebab komplikasi obstetrik yang tidak langsung. Termasuk
riwayat obstetrik sebelumnya yang buruk meliputi abortus, partus
prematur, IUFD, perdarahan postpartum, riwayat pre eklamsia, riwayat
kehamilan mola hidatidosa, perdarahan antepartum, gemeli, hidramnion,
riwayat persalinan dengan tindakan. Seorang ibu yang pernah mengalami
komplikasi pada kehamilan atau persalinan yang sebelumnya berisiko
akan mengalami komplikasi pada kehamilan atau persalinan berikkutnya
10) Riwayat kesehatan klien
a) Hipertensi
Penyakit hipertensi diakaitkan dengan peningkatan persalinan
prematur dan retardasi pertumbuhan intrauterin serta insiden mortalitas
perinatal yang lenih tinggi. Penyakit ini juga merupakan salah satu
penyebab kematian ibu yang paling sering. Tekanan darah harus
distabilkan sebelum konsepsi dan kemudian dipantau ketat selama masa
kehamilan. Sebagian besar wanita dengan hipertensi kronis dapat
mengharapkan kelahiran seorang bayi yang normal dan sehat. Sasaran
utama pada periode prakonsepsi ialah menghindarai penggunaan
penghambat ACE dan antogonis reseptor angiotensin. Wanita harus diberi
pendidikan kesehatan tentang risio pereeklampsia dan hambatan
pertumbuhan janin
Pada laki-laki tekanan darah tinggi dapat menyebabkan masalah
gangguan ereksi baik secara langsung maupun karena efek samping obat.
b) Diabetes Melitus (DM)
Telah terbukti adanya suatu hubungan antara hiperglikemia pada sekitar
waktu konsepsi dengan kelainan pembentukan organ, terutama tuba nueral,
jantung, dan ginjal. Komplikasi yang dapat timbul selama masa kehamilan
meliputi preeklamsia, polihidramnion, dan persalinan prematur. Oleh
karena itu, wanita yang menderita diabetes melitus perlu mendapat
konseling dan memantau disbetesnya dengan cermat, baik sebelum masa
prakonsepsi maupun sepanjang masa usia subur (Prawirohardjo 2014)
c) Penyakit ginjal
Pada perempuan sebelum konsepsi, terdapat perubahan adaptif ginjal
untuk mempersiapkan kehamilan. Pada fase luteal setiap siklus menstruasi,
aliran darah ke ginjal dan laju filtrasi glomerulus (LFG) meningkat hingga
10-20%. Jika kehamilan terjadi, perubahan hemodinamik ini terus
berlanjut. Pada pertengahan trimester kedua, aliran darah ke ginjal
meningkat hingga 70-80% jika dibandingkan wanita tidak hamil,
menyebabkan peningkatan LFG hingga 55%. (Wicaksono, dkk, 2017).
Pada laki-laki gagal ginjal kronis, terjadi kegagalan dalam pembuangan
limbah tubuh. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas sperma dan kesuburan.
d) Asma
Wanita dengan riwayat asma saat hamil dapat berkurang gejalanya atau
bertambah keparahannya. Untuk menghindari bertambah parahnya
penyakit, hindarilah kemungkinan terjadinya infeksi pernapasan dan
upayakan tekanan emosional tetap stabil (Agustina 2015) Asma juga
merupakan salah satu penyakit yang dapat diturunkan secara genetik.
e) Anemia dan thalassemia
Pada perempuan dengan riwayat penyakit anemia atauthalassemia
akan bertambah buruk saat kehamilan. Pada kehamilan kebutuhan oksigen
lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropoetin.
Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit)
meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi
yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga
terjadi penurunan konsentrasi haemoglobin (Hb) akibat hemodilusi.
(Prawirohardjo 2014)
Pada lak-laki terapi androgen pada anemia dapat meningkatkan
produksi eritropoetin namun dapat menimbulkan gejala prostatisme atau
pertumbuhan yang cepat dari ca prostat.
f) Hemofilia
Hemofilia A (defisiensi faktor VIII) dan Hemofilia B (defisiensi
faktor IX) diwariskan secara X-linked recessive. Perempuan dari keluarga
penderita hemofilia umumnya adalah pembawa (carrier) yang
asimptomatik. Namun 10-20% perempuan pembawa dapat beresiko
terhadap komplikasi perdarahan yang bermakna karena penurunan faktor
VIII atau IX di bawah jumlah minimal untuk mempertahankan
keseimbangan hemostatik. Hemofilia dapat menyebabkan infertilitas,
namun sejumlah kecil penderita mungkin mempunyai cukup folikel-folikel
untuk hamil. Pada laki-laki dengan Hemofilia lebih sering terjadi, gejala
perdarahan dalam waktu terus menerus dan lebih cepat karena darah tidak
dapat menggumpal tanpa pengobatan. Hal tersebut dapat mengganggu saat
berhubungan seksual dan dapat menurunkan penyakit hemofilia pada
keturunannya (Prawirohardjo 2014)
g) Jantung
Penyakit jantung pada kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan janin dalam kandungan. Kehamilan dapat memperberat
penyakit jantung. Kemungkinan timbulnya payah jantung (dekompensasi
cordis) pun dapat terjadi. Pada ibu hamil yang rentan terhadap gangguan
jantung, stres pada perubahan fisiologis normal dapat mencetuskan
dekompensasi jantung. Tanda dan gejala penyakit jantung (palpitasii,
frekuensi jantung sangat cepat, sesak napas ketika beraktivitas, dispnea,
dan nyeri dada) harus dapat diketahui agar dapat dilakukan penatalaksaan
yang tepat (Paramita, dkk, 2016).
Pada laki-laki penyakit arteri koroner dapat menyebabkan masalah
dengan ereksi. Hal ini bisa disebabkan karena terjadinya pengerasan
pembuluh darah penis dan jantung.
h) Hepatitis
Hepatitis dapat terjadi pada setiap wanita atau pasangan dan mempunyai
pengaruh buruk bagi janin dan ibu saat terjadi kehamilan. Pengaruhnya
dalam kehamilan dapat dalam bentuk keguguran atau persalinan
prematuritas dan kematian janin dalam rahim. (Prawirohardjo 2014)
i) IMS
Infeksi menular seksual adalah infeksi yang disebabkan oleg bakteri, virus,
parasit, atau jamur yang penularannya terutama melalui hubungan seksual
dari seseorang yang terinfeksi kepada mitra seksualnya. Infeksi menular
sekusual merupakan salah satu penyebab Infeksi Saluran Reproduksi
(ISR). IMS seperti gonore, klamidiasis, sifilis, trikomoniasis, herpes
genitalis, kondiloma akuminata, bacterial vaginosis, dan infeksi HIV.
j) TORCH
Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simpleks. Kelima
jenis penyakit yang disebutkan di atas merupakan penyakit yang dapat
menjangkiti pria maupun wanita dan dapat berpengaruh burukpada janin
yang dikandung. Toksoplasmosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh
parasit yang disebut Toxoplasma gondii. Penyakit ini sering diperoleh dari
tanah atau kotoran kucing yang terinfeksi toksoplasma, atau memakan
daging dari hewan terinfeksi yang belum matang sempurna. Gejala yang
sering muncul meliputi: demam, nyeri otot, kelelahan, dan pembengkakan
kelenjar limfe. Wanita yang dalam usia reproduksinya bila terkena
toxoplasmosis dapat menimbulkan aborsi dan gangguan fertilitas. Janin
bisa terinfeksi melalui saluran plasenta. Infeksi parasit ini bisa
menyebabkan keguguran atau cacat bawaan seperti kerusakan pada otak
dan fungsi mata (Prawirohardjo 2014).
11) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit pada keluarga dapat menurun karena faktor genetik, dan
bisa menular kepada klien. Riwayat penyakit keluarga memegang peran
penting dalam mengkaji kondisi medis yang diwariskan dan kelainan gen
tunggal. Beberapa jenis kanker, penyakit arteri koroner, diabetes melitus
tipe 2, depresi, dan trombofilia merupakan penyakit yang memiliki tendensi
familial dan dapat berpengaruh pada kesehatan reproduksi wanita dan laki-
laki
12) Pola fungsional kesehatan
a) Nutrisi
Widyakarya Nasional Pangan Gizi VI (WKNPG VI) menganjurkan angka
kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan
2000-2200 kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap
hari. Kekurangan nutrisi akan berdampak pada penurunan fungsi
reproduksi (Felicia, Hutagaol, and Kundre 2015)
b) Aktivitas
Apa saja aktivitas yang dilakukan ibu, kelelahan dapat mempengaruhi
sistem hormonal. Aktivitas fisik dapat memicu penurunan sirkulasi
hormone seksual (Idrissi, dkk, 2015). Berdasarkan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011
Bab 1, Pasal 1, Ayat 8:”Nilai Ambang Batas” yang selanjutnya disingkat
NAB adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas
rata-rata tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat diterima
tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan,
dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau
40 jam seminggu.
c) Personal hygiene
Personal hygiene yang buruk dapat menimbulkan infeksi pada organ
reproduksi (Kemenkes, 2015). Mengganti pakaian dalam 2 kali sehari,
tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat dan berbahan non sintetik.
Saat menstruasi normalnya ganti pembalut maksimal 4 jam sekali atau
sesering mungkin (Kemenkes RI, 2015). Menggunakan air bersih saat
mencuci vagina dari arah depan ke belakang dan tidak perlu sering
menggunakan sabun khusus pembersih vagina ataupun obat semprot
pewangi vagina (Fitriyah 2014)
d) Istirahat
Otak dan sistem tubuh dapat bekerja dalam tingkat berbeda dalam
melakukan suatu aktivitas. Tubuh memerlukan istirahat yang cukup,
artinya tidak kurang dan lebih. Ketidakseimbangan istirahat/tidur,
misalnya kurang istirahat, dapat menyebabkan tubuh mudah terserang
penyakit. Tidur/istirahat pada malam hari sangat baik dilakukan sekitar 7-
8 jam dan istirahat siang sekitar 2 jam (Latifah, dkk, 2002a; Varnney,
2007).
e) Pola kebiasaan
Seorang perokok pasif akan memiliki risiko yang sama dengan
perokok aktif. Hampir semua komplikasi pada plasenta dapat ditimbulkan
oleh rokok, seperti abortus, solusio plasenta, infusiensi plasenta, plasenta
previa dan BBLR. Selain itu dapat menyebabkan dampak buruk bagi janin
antara lain SIDS (sindroma kematian bayi mendadak), penyakit paru
kronis, asma, otitis media (Prawirohardjo 2014)
Konsumsi jamu-jamuan yang belum jelas komposisinya dapat
membahayakan janin dan ibu. Satu hal yang menjadi perhatian medis
adalah kemungkinan mengendapnya material jamu pada air ketuban. Air
ketuban yang tercampur dengan residu jamu membuat air ketuban menjadi
keruh dan menyebabkan bayi hipoksia sehingga mengganggu saluran
napas janin (Purnawati, dkk, 2012).
Memiliki binatang peliharaan seperti kucing dapat menyebabkan
penyakit toxoplasmosis (Wijayanti, dkk, 2014).
13) Riwayat pernikahan
Mengetahui riwayat pernikahan dulu dan berapa lama usia pernikahan,
alasan berpisah. Tujuannya mengetahui jumlah pasangan sebelumnya dan
hubungan dengan pasangan sebelumnya yang dapat mempengaruhi
hubungannya dengan pasangan sekarang.
14) Riwayat psikososial budaya dan spiritual
Kondisi psikologis individu yang perlu di kaji saat premarital
psychological screening antara lain : kepercayaan diri kedua pihak sebelum
membangun sebuah keluarga, kemandirian masing-masing calon dalam
memenuhi kebutuhan hidup sahari-hari misal bekerja atau kendaraan dan
tempat tinggal pribadi, tidak lagi selalu bergantung pada orang tua,
kemampuan komunikasi antara kedua belah pihak yang dapat membantu
menyelesaikan persoalan dalam rumah tangga serta penentuan pengambil
keputusan dalam keluarga, efek masa lalu yang belum terselesaikan harus
dapat dikomunikasikan secara terbuka antara kedua pihak. Selain itu
hubungan antara kedua pihak keluarga, seberapa jauh keluarga besar dapat
menerima atas pernikahan tersebut (Kemenkes, 2014).
Keadaan budaya dan spiritual kedua pihak, perkawainan antar budaya
atau ras akan menimbulkan masalah-masalah dan isu-isu yang spesifik,
misalnya tentang perbedaan dalam mengekspresikan cinta dan keintiman,
cara berkomunikasi, keyakinan beragama, komitmen dan sikap yang
mengarah pada perkawinan itu sendiri, nilai-nilai kultural yang disampaikan
oleh orangtua sejak kecil dan pola pengasuhan anak (Imanda and Masykur
2016)
Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a) Tanda-tanda vital, normal jika :
(1) Tekanan Darah
Bertujuan untuk menilai adaya gangguan pada sistem kardiiovaskuler.
Normal 100/60-140/90 mmHg
(2) Nadi
Pemeriksaan nadi disertai pemeriksaan jantung untuk mengetahui pulsus
defisit (denyut jantung yang tidak cukup kuat untuk menimbulkan denyut
nadi sehingga denyut jantung lebih tinggi dari denyut nadi). Dilakukan
pula pemeriksaan frekuensi nadi. Kondisi takikardi (denyut jantung lebih
cepat dari kecepatan normal), dapat dijumpai pada keadaan hipertermia,
aktivitas tinggi, kecemasan, gagal jantung, dehidrasi, dll. Normal antara
80-110 x/menit.
(3) Suhu
Digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta membantu
menentukan diagnosis penyakit. Normal antara 36,0°C – 37,0°C.
(4) Respirasi
Bertujuan untuk menilai frekuensi pernapasan, irama, kedalaman, dan
tipe/pola pernapasan. Pernafasan normal antara 18-24 kali per menit .
2. Antropometri
a. Berat badan
Apabila klien yang datang untuk mendapat konseling prakonsepsi
mengalami amenore dan berat badannya dibawah normal, ia harus
diindikasikan untuk meningkatkan asupan kalori. Sebaliknya, apabila ia
mengalami obesitas, ia harus dianjurkan untuk mengurangi asupan kalori
supaya berat badannya turun sampai rentang normal pada saat konsepsi,
karena obesitas dalam masa kehamilan meningkatkan resiko preeklampsia
dan gangguan tromboembolisme. Wanita juga harus dianjurkan untuk
meningkatkan asupan asam folat sebesar 400 mg per hari (Kemenkes RI
2015)
Mempertahankan status nutrisi yang baik, mencapai berat badan ideal,
mengontrol gangguan makan, dan mengembangkan kebiasaan diet nutrisi
yang seimbang, dapat membantu mempertahankan kesehatan sistem
reproduksi (Soetjiningsih and Ranuh 2015)
b. Tinggi badan
TB yang normal yaitu >145cm. Pada calon ibu yang memiliki
TB <145cm (low high) akan meningkatkan resiko panggul sempit (Laming,
dkk, 2013). Ukuran BB dan TB digunakan juga untuk menghitung Indeks
Massa Tubuh (IMT) dengan rumus :
Berat Badan
Indeks Massa Tubuh =
Tinggi Badan2
Dengan klasifikasi :
Kategori IMT (kg/m2)
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Obesitas Kelas 1 30-34,9
Obesitas kelas 2 35-39,9
Obesitas ekstrem (kelas 3) > 40
Lingkar lengan atas (LiLA)
Ukuran LILA normal yaitu >23,5cm. Jika < 23,5 cm merupakan
indikator Ibu kurang gizi sehingga beresiko untuk melahirkan BBLR
(Maryam, 2016).
3. Pemeriksaan fisik
a. Wajah
Keadaan muka pucat merupakan salah satu tanda anemia (Mariana 2013)
Sedangkan oedem pada muka bisa menunjukkan adanya masalah serius jika
muncul dan tidak hilang setelah beristirahat dan diikuti dengan keluhan fisik
yang lain (Prawirohardjo 2014)
b. Leher
Pembengkakan kelenjar getah bening merupakan tanda adanya infeksi pada
klien. Pembengkakan vena jugularis untuk mengetahui adanya kelainan
jantung, dan kelenjar tiroid untuk menyingkirkan penyakit Graves dan
mencegah tirotoksikosis.
c. Payudara
Tidak terdapat benjolan/masa yang abnormal.
d. Abdomen
Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada tidaknya nyeri tekan.
e. Genitalia
Tidak terdapat tanda-tanda IMS seperti bintil-bintil berisi cairan, lecet, kutil
seperti jengger ayam pada daerah vulva dan vagina. Tidak terdapat tanda-
tanda keputihan patologis
f. Ekstremtas
Tidak ada odema, CRT < 2 detik, akral hangat, pergerakan bebas (Sugiarto,
dkk, 2017).
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
(1) Albumin
Untuk menyngkirkan proteinuria (yang dapat mengindikasikan
pielonefritis atau penyakit ginjal kronis)
(2) Reduksi urin
Untuk menyingkirkan glikosuria (yang dapat dikaitkan dengan diabetes
melitus).
(3) Hemoglobin
Apabila kadar Hb rendah, penyebabnya harus dipastikan dan diberikan
terapi yang tepat. Hb juga dapat dideteksi dari sampel darah.
(4) Golongan darah dan rhesus
(5) HbsAg
(6) HIV/AIDS
(7) IMS (Sifilis)
(8) Pemeriksaan tambahan jika diperlukan : TORCH, USG, pemeriksaan gigi,
tes sperma, tes tuberculosis.
B. Perumusan diagnosis dan masalah Diagnosis
Pasangan usia subur dengan perencanaan pernikahan dan kehamilan
Keluhan dan masalah
Masalah yang sering muncul pada klien prakonsepsi adalah kurang
pengetahuan mengenai persiapan kehamilan (prakonsepsi).
Kebutuhan
Konseling persiapan kesehatan prakonsepsi untuk pasangan.
C. Diagnosa dan masalah potensial
Tidak ada
D. Kebutuhan tindakan segera
Tidak ada
E. Perencanaan
Rencana asuhan dibuat sesuai dengan masalah yang ditemukan dalam
pengkajian, meliputi:
1) Jelaskan hasil pemeriksaan
R/ menjelaskan hasil pemeriksaan dengan bahasa yang mudah dimengerti
sangat penting agar calon ayah dan ibu memahami kondisinya dan dapat
mengambil keputusan terkait dengan masalah yang dihadapi
Berikan KIE tentang kesehatan reproduksi, persiapan pernikhan, dan
persiapan kehamilan sesuai panduan konseling calon pengantin yang telah
ditentukan oleh (Kemenkes RI 2015) R/ meningkatkan pengetahuan
pasangan tentang kesehatan reproduksi dan prakonsepsi.
2) Anjuran untuk banyak mengkonsumsi makanan atau suplemen asam folat
untuk prakonsepsi.
R/ Disarankan mengkonsumsi asam folat minimal 1 bulan sebelum hamil
agar indung telur yang dihasilkan berkualitas. Selain itu asam folat mampu
menurunkan resiko gangguan metabolisme DNA yang bisa saja terjadi
F. Implementasi
Pelaksanaan asuhan kebidanan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah
disusun sebelumnya dengan harapan mencapai tujuan sesuai kriteria yang
telah ditetapkan.
G. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan dari tujuan asuhan yang
diberikan dapat berupa evaluasi tindakan dan evaluasi proses. Kriteria hasil:
1) Calon ayah dan ibu (calon pengantin) dapat menjelaskan kembali
mengenai penjelasan yang diberikan mengenai hasil pemeriksaannya.
2) Calon ayah dan ibu (calon pengantin) dapat menjelaskan kembali hasil
konseling yang diberikan mengenai persiapan kehamilan.

ASUHAN KEBIDANAN PADA PRANIKAH


PADA NN.R USIA 21 TAHUN DAN TUAN A USIA 23 TAHUN
DI PMB SRI RETNONINGSIH,S.Tr.Keb
A. PENGKAJIAN
Tanggal : 16 September 2021.
Waktu : 18.30
Tempat : Ruang Periksa
B. BIODATA
Nama : Nn.R Nama pasangan : Tn A
Umur : 21 tahun Umur : 23 tahum
Suku bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasra
Alamat : Pancuranmas Alamat: : Tegalrejo

C. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang
Pasien datang mengatakan ingin melakukan pemeriksaan kesehatan calon
pengantin
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan tidak memiliki keluhan apapun.
3. Riwayat Obstetri
Menarche : 12 tahun Siklus : 28 hari, teratur
Lamanya : 7 hari Nyeri haid : tidak ada.
Leukhorea : kadang-kadang, tidak berbau, tidak gatal, dan tidak
berwarna
Banyaknya
: Hari ke 1-3 ganti pembalut 2 x sehari, penuh.

Hari ke 4-5 ganti pembalut 2x sehari, penuh


Hari ke 6-7 ganti pembalut 2 x sehari, bercak cokelat
4. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita :
Nn.R dan Tn. A mengatakan tidak sedang dan tidak pernah menderita
penyakit menurun seperti jantung, hipertensi, anemia, DM, asma serta
penyakit menular seperti TBC, HIV, dan hepatitis.
b. Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) :
Nn.R dan Tn.A mengatakan dari pihak keluarga tidak sedang dan
tidak pernah menderita penyakit menurun seperti jantung, hipertensi, a
nemia, DM, asma dan penyakit menular seperti TBC, HIV, hepatitis
serta tidak ada riwayat kembar baik dari ibu, suami, maupun keluarga.
5. Riwayat Imunisasi : Pernah/ Tidak Pernah*)
Jenis Tanggal Keluhan Tempat
Imunisasi Pelaksanaan Pemberian
TT1
TT2
MR
Varicella

6. Rencana KB
Nn R dan Tn A mengatakan belum memiliki rencana untuk menggunakan
metode kontrasepsi apapun karena tidak ingin menunda kehamilan.
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
a. Pola Nutrisi
1) Makan

 Frekuensi :3x/hari

 Komposisi
2)
Minum  Nasi : 3x@1 piring sedang

 Lauk : 3x@2 potong sedang,


jenisnya telur, ikan,ayam,
tahu, tempe, bervariasi

 Sayuran : 3x@1/2 mangkuk sayur,


jenisnya bayam, kangkung,
bervariasi.

 Buah : 1x/hari, jenisnya jeruk,


pepaya, pisang, bervariasi

 Camilan : 3x/hari, jenisnya keripik,


biscuit

 Pantangan : tidak ada


Jumlah total 9 gelas perhari; jenis air putih, teh
b. Pola Eliminasi
1) Buang Air Kecil
 Frekuensi perhari : ±4 x/hari warna kuning jernih.
 Keluhan/masalah : tidak ada.
1) Buang Air Besar
 Frekuensi perhari : 1x ; warna kuning kecoklatan, konsistensi
lembek.
 Keluhan/masalah : tidak ada.
c. Pola Persnoal Hygiene
 Mandi : 1 x sehari
 Keramas : 3 x seminggu
 Gosok gigi : 2 x sehari
 Ganti pakaian : 2 x sehari; celana dalam 2 x sehari
d. Pola Istirahat/ Tidur
 Tidur malam : 6 jam
 Tidur siang : 0 jam
 Keluhan/masalah : tidak ada.
e. Aktivitas Fisik dan Olahraga
 Aktivitas fisik (beban pekerjaan) :
Nn.R bekerja sebagai karyawan swasta dengan aktifitas paling
banyak adalah duduk dan tidak memiliki beban aktifitas yang berat.
 Olah raga :
Jenisnya senam, frekuensi 1x/minggu.
f. Kebiasaan yang Merugikan Kesehatan
 Merokok : tidak ada.
 Minuman beralkohol : tidak ada.
 Obat-obatan : tidak ada.
 Jamu : tidak ada.
 Sex bebas : tidak ada.

8. Riwayat Psikososial Spiritual


a. Persiapan Acara Pernikahan
 Syarat pendaftaran pernikahan.
Nn.R dan Tn.A telah melengkapi semua persyaratan yang
dibutuhkan berkaitan dengan pelaksanaan pernikahan.
 Penyesuaian cuti kerja.
Nn.R dan Tn. A telah mendapatkan cuti kerja sesuai aturan yang
berlaku di instansi masing-masing.
 Tanggal – tanggal penting terkait pernikahan.
Nn. R dan Tn. A telah menentukkan bersama tanggal-tanggal
penting berkaitan dengan pernikahan yang akan dilakukan.
b. Persiapan Membina Rumah Tangga
 Persiapan fisik/kesehatan (medical chek up, vaksin).
Nn.R dan Tn. A akan melakukan medical check up dan pemberian
vaksin anti tetanus neonatrum (imunisasi TT) bagi Nn.R, dan sudah
melakukan vaksin covid baik Nn R dan Tn A.
 Persiapan Psikososial :
Nn.R dan Tn. A mengatakan tidak memiliki perbedaan latar
belakang budaya, karena sama-sama berasal dari suku Jawa dengan
area lingkungan rumah yang cukup berdekatan.
Nn.R dan Tn. A juga tidak memiliki perbedaan latar belakang
pendidikan.
c. Persiapan Psikologis
 Nn.R dan Tn. A mengatakan sudah saling mengetahui dan
memahami sifat satu sama lain
 Nn.R dan Tn. A berkomunikasi secara terbuka satu sama lain.
 Nn.R dan Tn.A memiliki mekanisme pemecahan masalah dengan
cara musyawarah mufakat.
d. Persiapan Spiritual
 Nn.R dan Tn. A mengatakan selalu melaksanakan ibadah wajib
shalat 5 waktu dan berpuasa saat bulan Ramadhan.
e. Identifikasi Karakter
 Nn.R dan Tn. A berharap bahwa pernikahan ini akan menjadi
pernikahan sekali seumur hidup.
 Nn.R dan Tn. A akan berusaha dalam menyelesaikan setiap
perselisihan secara terbuka satu sama lain dan dengan cara
musyawarah.
f. Pernikahan ini diharapkan oleh Nn.R dan Tn. A serta keluarga.
g. Respon & dukungan keluarga terhadap pernikahan ini
Keluarga baik dari keluarga Nn.R dan Tn. A merespon baik dan
mendukung pernikahan yang akan dilaksanakan oleh Nn.R dan Tn.A
h. Rencana tinggal setelah menikah.
Nn. R dan Tn. A berencana setelah menikah untuk tinggal serumah
berdua saja
i. Pengambil keputusan utama pernikahan dalam keluarga.
Pengambil keputusan utama tentang pernikahan ini dalam keluarga
adalah Nn. R adalah diri sendiri, sedang dalam keluarga Tn.A yang
menjadi pengambil keputusan utama tentang pernikahan adalah Tn.A.
j. Orang terdekat pasien .
Orang terdekat Nn. R adalah ibu dari Nn.R.
k. Tingkat Pengetahuan
1) Hal – Hal yang Sudah Diketahui
Pemeriksaan pra nikah harus dilakukan sebelum melangsungkan
pernikahan.
2) Hal – Hal yang Belum Diketahui
Persiapan kehamilan.
3) Hal – Hal yang Ingin Diketahui
Persiapan kehamilan.
D. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum:
1) Keadaan umum : baik
2) Kesadaran : composmentis
3) Tekanan Darah : 120/80 mmHg
4) Suhu /T : 36,6 ⁰C
5) Nadi : 80 kali/menit
6) RR : 20 kali/menit
7) BB : 57 Kg
8) PB : 160 Cm
9) LILA : 24 Cm
b. Status Present
Kepala : simetris, tidak ada luka, rambut tidak mudah rontok, tida
k ada benjolan
Muka : tidak pucat, tidak ada bengkak di wajah.
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih.
Hidung : simetris, normal, tidak ada polip, bersih.
Mulut : bibir lembab, bersih, tidak ada gusi berdarah, dan tidak a
da karies gigi.
Telinga : simetris, tidak ada serumen, fungsi normal.
Leher : tidak ada bendungan vena di leher, tidak ada pembesaran
kelenjar gondok, ataupun pembesaran kelenjar limfe.
Ketiak : tidak ada pembengkakan kelenjar limfe.
Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada, bunyi napas vas
kuler.
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi.
Genetalia : tidak ada pengeluaran abnormal, tidak ada tanda-tanda
infeksi
Punggung : tidak ada kelainan lordosis, kifosis, maupun skoliosis.
Anus : tidak ada haemoroid.
Ekstremitas
 Atas : bentuk simetris kanan dan kiri, tidak ada oedema, reflek
baik, kapiler refill normal.
 Bawah : bentuk simetris kanan dan kiri, tidak ada oedema, tidak
ada varises, reflek baik, kapiler refill normal, reflek patella
baik.
c. Status Obstetri
Muka : tidak ada chloasma gravidarum.
Mammae : tidak ada masa abnormal, ukuran payudara kanan dan
kiri simetris, puting payudara menonjol, tidak ada
hiperpigmentasi areola, tidak ada pengeluaran.
Abdomen : perut tidak membesar, tidak ada striae gravidarum,
maupun linea nigra atau linea alba.
Genetalia : tidak ada infeksi, tidak ada varises, tidak ada
pengeluaran cairan abnormal
2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Darah Rutin
1) HB :-
2) HbsAg :-
3) HIV/ AIDS :-
4) Golongan darah :B
b. Pemeriksaan Urin
Tes Kehamilan : negatif
E. ANALISA
1. Diagnosa Kebidanan.:
Nn. R umur 21 tahun calon pengantin sehat.
2. Kebutuhan.
Imunisasi TT
3. Masalah.
Tidak ada.
4. Diagnosa Potensial.
Tidak Ada.
5. Tindakan Segera.
Tidak ada
 PENATALAKSANAAN
Tanggal: 16 September 2021 Jam : 18.40 WIB.
1. Memberitahu pasien tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
yaitu pemeriksaan tanda vital ibu dengan hasil : Tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 80 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36,6 0
C. Hasil
pemeriksaan fisik semua dalam batas normal.
Hasil: Pasien terlihat bahagia setelah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Melakukan pemeriksaan PP test terhadap Nn R.
Hasil: Nn R mengetahui hasil dair PP test yaitu hasilnya negatif.
3. Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai tujuan imunisasi TT
yaitu untuk mencegah penyakit tetanus toksoid dan memberikan
imunisasi vaksin tetanus neonatrum pada Nn.R sebanyak 0,5 ml di
lengan kanan atas secara IM dan menjelaskan untuk kunjungan suntik
TT ulang yang kedua setelah 4 minggu
Hasil: Nn.R telah diberikan vaksin tetanus neonatrum dan bersedia
kunjungan ulang.
4. Menganjurkan pasien agar selalu menjaga kebersihan organ reproduksi
dengan pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari, Tidak
menggunakan pakaian dalam yang ketat dan berbahan non sintetik,
tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan pembilas vagina,
Pergunakan pembalut ketika mentruasi dan diganti paling lama setiap 4
jam sekali atau setelah buang air.
Hasil: Nn Rr bersedia mengikuti anjuran yang disarankan.
5. Memberikan suplemen berupa tablet tambah darah 10 tablet dan asam f
olat 10 tablet, masing-masing dikonsumsi satu tablet per hari untuk pers
iapan kehamilan. Menganjurkan konsumsi tablet tambah darah menggu
nakan air jeruk.
Hasil: Nn.R bersedia mengonsumsi suplemen yang telah diberikan.
6. Menganjurkan agarr tetap mematuhi dan menjalankan protokol kesehat
an.
Hasil: Nn R bersedia mengikuti anjuran.
7. Melakukan pendokumentasi tindakan.
Hasil: pendokumentasian telah dilakukan di buku register dan rekam m
edis.

Semarang, September 2021

Pembimbing Klinik Praktikan

Rhela Panji Raraswati

Mengetahui

Pembimbing Institusi

Ayuningtiyas,S.ST.M.Kes

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal dan Jam CATATAN
PERKEMBANGAN (SOAP)
21 September 2021 S= Pasien mengatakan tidak ada keluhan
O= TD: 115/70 mmHg.
S : 36,8°C
N : 82x/menit.
RR: 22x/menit
A= Nn. R usia 21 tahun calon pengantin sehat
P=
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa
keadaan Nn.R baik.
Hasil: Nn. R terlihat bahagia setelah mengetahui
hasil pemeriksaan.
2. Memberikan konseling tentang infeksi menular
seksual, meliputi pengertian infeksi menular
seksual, infeksi saluran reproduksi, HIV dan
AIDS; gejala IMS, tindakan yang harus dilakukan
bila mengalami IMS; penjelasan jika IMS
menjadi gerbang bagi HIV AIDS; pengertian
AIDS; penularan HIV; gejala HIV; pencegahan
HIV.
Hasil: pasien mendengar dan terlihat memahami
konseling yang diberikan. Pasien dapat
menyebutkan gejala IMS.
3. Memberikan konseling mengenai persiapan
kehamilan-persalinan-nifas, meliputi kehamilan
ideal, cara menunda kehamilan menggunakan
kontrasepsi yang tepat, tanda kehamilan, waktu
pemeriksaan kehamilan, frekuensi pemeriksaan
kehamilan, cara menjaga kehamilan, tanda
bahaya kehamilan, tanda persalinan, penolong
persalinan, perawatan pasca partum, pemberian
vitamin A setelah persalinan, manfaat pemberian
ASI
Hasil: pasien mendengar dan terlihat memahami
konseling yang diberikan. Pasien dapat
menyebutkan pengertian kehamilan ideal.
4. Mendokumentasikan tindakan.
Hasil: tindakan telah tercatat.

PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini akan menjelaskan kesenjangan yang ada dengan cara m
embandingkan teori yang ada dengan praktek yang dilakukan dilahan. Dalam men
jelaskan kesenjangan tersebut menggunakan langkah-langkah dalam manajemen k
ebidanan yaitu pengkajian data subyektif, obyektif, analisa dan penatalaksanaan.
A. Subyektif
Umur ideal yang matang secara biologis dan psikologis adalah 20 –
25 tahun bagi wanita dan umur 25 – 30 tahun bagi pria (BKKBN, 2017).
Ditambahkan oleh (Prawirohardjo, 2014) usia <20 tahun secara fisik dan
mental ibu belum kuat yang memungkinkan berisiko lebih besar mengalami
anemia, pertumbuhan janin terhambat, dan persalinan prematur. Begitupun
pria, disarankan untuk menikah pada usia kurang dari 40 tahun, karena di atas
usia tersebut mortilitas, konsentrasi, volume seminal, dan fragmentai DNA
telah mengami penurunan kualitas sehingga meningkatkan risiko kecacatan
janin. Berdasarkan teori tersebut didapatkan keselarasan dengan pengkajian
kasus, Nn. R usia 21 tahun dan pada Tn. A usia 23 memiliki umur ideal yang
matang secara biologis dan psikologis. Dalam riwayat psikososial didapatkan
bahwa kedua calon pengantin sudah siap secara mental untuk menikah dan
tidak menunda kehamilan setelah menikah, bahkan ingin segera memiliki
anak.
Keputusan yang dibuat oleh kedua calon pengantin sudah tepat,
karena usia Nn. R 21 tahun dimana kesuburan secara bertahap menurun pada
usia 30 tahun. Sehingga sangat dianjurkan untuk segera merencakan memiliki
anak. Pada riwayat menstruasi diperoleh bahwa calon pengantin wanita
memiliki siklus haid 28 hari teratur tiap bulan, lama sekitar 5-6 hari, tidak
ada nyeri haid. Siklus menstruasi pada wanita normal berkisar antara 21-32
hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari .Sedangkan
untuk lama menstruasi normalnya berlangsung 3-7 hari ,sementara itu lama
mestruasi berlangsung selama 3-5 hari dan ada juga yang 7-8 hari. Dengan
demikian tidak ada gangguan pada Nn. R terkait menstruasi. Bila ditemukan
gangguan menstruasi, baik siklus, lama menstruasi, nyeri haid berlebihan,
maka dapat berakibat pada gangguan kesuburan, abortus berulang, atau
keganasan.
Organ intim wanita, seperti vagina sangat sensitif dengan kondisi
lingkungan. Karena letaknya tersembunyi dan tertutup, vagina memerlukan
suasana kering. Kondisi lembab akan mengundang berkembang biaknya
jamur dan patogen. ini adalah salah satu penyebab keputihan.Keputihan
normal biasanya tidak berbau, berwarna putih, dan tidak gatal apabila berbau,
berwarna, dan gatal dicurigai adanya kemungkinan infeksi alat genital.
Berdasarkan pengkajian didapatkan Nn. R usia 21 tahun dengan flour albus
fisiologis.
Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak harus terpenuhi
oleh manusia untuk bertahan hidup. Kebutuhan tersebut terdiri dari
pemenuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan (minuman), nutrisi
(makanan), eliminasi, istirahat dan tidur, aktivitas, keseimbangan suhu tubuh,
dan kebutuhan seksual, kebutuhan kedua adalah Kebutuhan rasa aman dan
perlindungan (Kasiati dan Rosmalawati, 2016). Otak dan sistem tubuh dapat
bekerja dalam tingkat berbeda dalam melakukan suatu aktivitas. Tubuh
memerlukan istirahat yang cukup, artinya tidak kurang dan lebih.
Ketidakseimbangan istirahat/tidur, misalnya kurang istirahat, dapat
menyebabkan tubuh mudah terserang penyakit. Tidur/istirahat pada malam
hari sangat baik dilakukan sekitar 7- 8 jam dan istirahat siang sekitar 2
jam .Wanita yang tidak biasanya berolah raga harus memulai kegiatan fisik
dan intensitasnya rendah dan meningkatkan aktivitas secara teratur. (Marmi,
2012). Berdasarkan teori yang ada dapat digambarkan kesesuaian dari
pengkajian pola istirahat dan aktifitas Nn. R usia 21 tahun memiliki aktivitas
pekerjaan sebagai karwayan swasta memiliki frekuensi tidur malam 7-8 jam/
hari dan tidur siang 30 menit/hari dan tidak terdapat keluhan atau masalah.
Kepercayaan diri kedua pihak sebelum membangun sebuah keluarga,
kemandirian masing-masing calon dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari misal bekerja atau kendaraan dan tempat tinggal pribadi, tidak lagi selalu
bergantung pada orang tua, kemampuan komunikasi antara kedua belah pihak
yang dapat membantu menyelesaikan persoalan dalam rumah tangga serta
penentuan pengambil keputusan dalam keluarga, efek masa lalu yang belum
terselesaikan harus dapat dikomunikasikan secara terbuka antara kedua pihak.
Selain itu hubungan antara kedua pihak keluarga, seberapa jauh keluarga
besar dapat menerima atas pernikahan tersebut (Kemenkes RI, 2017).
Berdasarkan teori terdapat kesesuaian dengan hasil pengkajian manajemen
komplik Nn. R usia 21 tahun dan Tn. A usia 23 tahun membina rumah tangga
dengan baik, menangani masalah dengan dikomunikasikan secara
musyawarah dan dalam keadaan darurat Nn R diperbolehkan mengambil
keputusan yang dapat menyelesaikan solusi serta kedua keluarga menerima
atas rencana pernikahan ini dan tidak menginginkan adanya momongan.
B. Obyektif
Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan indikator sederhana dari
korelasi antara tinggi badan dan berat badan. IMT juga digunakan untuk
mengukur proporsi ideal berat badan terhadap tinggi badan dan merupakan
cara yang baik untuk menilai resiko penyakit yang dapat terjadi berdasarkan
kategori berat badan (Kemenkes RI, 2017) Pada umumnya batas normal
ambang IMT seseorang adalah berkisar antara 18,5-25,0 (Kemenkes RI,
2017). Berdasarkan hasil pemeriksaan Nn. R usia 21 tahun dengan BB: 57kg,
TB: 160 cm dengan IMT: 22,22 dengan kategori Ny. R usia 21 tahun
tergolong dalam kategori IMT normal.
Pengukuran LILA dilakukan untuk mendeteksi apakah calon
pegantin beresiko Kurang Energi Kronis (KEK). Ambang batas LILA pada
WUS (15-49 tahun) dengan resiko KEK yaitu 23,5 cm. Bila pengukuran
dibawah 23,5 artinya perempuan tersebut mempunyai resiko KEK dan
diperkirakan akan melahirkan BBLR (Kemenkes RI, 2017) Berdasarkan
pemeriksaan LILA Nn. R usia 21 tahun dengan LILA 24cm yaitu dengan
status normal
Menurut kriteria WHO anemia merupakan kadar hemoglobin di
bawah 12g% pada wanita. Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anemia pada
penderita dengan keganasan . Anemia merupakan suatu keadaan dimana
tubuh memiliki jumlah sel darah merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang
mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk
membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Ditambahkan oleh Noverstiti
(2012) anemia pada kehamilan tidak dapat dipisahkan dengan perubahan
fisiologis yang terjadi selama proses kehamilan, umur janin, dan kondisi ibu
hamil sebelumnya. Pada saat hamil, tubuh akan mengalami perubahan yang
signifikan, jumlah darah dalam tubuh meningkat sekitar 20 - 30 %, sehingga
memerlukan peningkatan kebutuhan pasokan besi dan vitamin untuk
membuat hemoglobin (Hb). Ketika hamil, tubuh ibu akan membuat lebih
banyak darah untuk berbagi dengan bayinya. Tubuh memerlukan darah
hingga 30 % lebih banyak dari pada sebelum hamil. Selain itu, menambahkan
bahwa anemia kehamilan disebut "potential danger to mother and child".
Dampak dari anemia pada kehamilan dapat terjadi abortus, persalinan
pre¬maturitas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi
infeksi, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD), saat persalinan
dapat mengakibatkan gangguan His, kala pertama dapat berlangsung lama,
dan terjadi partus terlantar, dan pada kala nifas terjadi subinvolusi uteri
menimbulkan perdarahan pospartum, memudahkan infeksi puerperium, dan
pengeluarkan ASI berkurang.Namun,pada pemeriksaan penunjang belum
dilakukan pemeriksaan laboratoriun.
Pemeriksaan Laboratorium pada calon pengantin dilakukan untuk
deteksi dini ada/ tidaknya penyakit menular seksual yang nantinya dapat
ditularkan kepada janin jika ibu berencana untuk hamil. Sesuai dengan
panduan dari CDC (center for Disease Control and Prevention) bahwa
deteksi dini HIV dapat rutin pada wanita dengan sex tidak aman, dan semua
wanita yang tidak memiliki risiko virus HIV, sedangkan untuk deteksi dini
hepatitis B dilakukan pada wanita yang memiliki risiko, dan belum pernah
vaksin. Penyakit HIV dan hepatitis B dapat ditularkan saat didalam
kandungan melalui aliran darah plasenta yang dapat menyebabkan abortus
spontan, IUGR, kelainan kongenital,
Berdasarkan hasil (Zulaekha 2013)media pendidikan kesehatan dapat
memperluas pemikiran responden dalam menyingkapi masalah serta
menambah atau meningkatkan wawasan mengenai pendidikan kesehatan
pranikah. Dalam hal ini sehubungan dengan pengkajian pada keluhan utama
untuk berniat datang untuk imunisasi TT1, dan ingin mendapatkan konsultasi
pranikah sebagai persiapan persyaratan pernikahan, kemungkinan tidak
terjadi kesenjangan terhadap Nn R yang datang berkunjung oleh karena ingin
mendapatkan TT1 dan ingin konsultasi agar nanti menjadi calon ibu yang
sehat dan memiliki generasi sehat walaupun tujuan awal kunjungan hanya
untuk sebagai persyaratan pernikahan.
C. Analisa
Pada langkah ini diidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan
antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan
bersiap-siap bila hal tersebut benar-benar terjadi. Melakukan asuhan yang
aman penting sekali dalam hal ini.
Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif, maka
dilakukan analisis terhadap Nn. R usia 21 tahun dan Tn A usia 23 tahun masa
calon pengantin sehat.
D. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada kedua calon pengantin bahwa secara
umum keadaan mereka baik, tanda tanda vital dalam batas normal,
Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi tentang data
kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah diterima
maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan. Proses pemberian
inforamsi disebut juga informed consent. Informed berarti telah medapat
penjelasan atau informasi sedangkan consent berarti memberi persetujuan
atau mengizinkan. Dengan demikian informed consent berarti suatu
persetujuan yang diberikan setelah mendapatkan informasi atau dapat juga
dikatakan informed consent adalah pernyataan setuju dari pasien yang
diberikan dengan bebas dan rasional sesudah mendapatkan informasi
Pemberian inforamsi yang dilakukan pada kasus tidak terdapat
kesenjangan dengan teori yang ada karena pemberian informasi merupakan
hak pasien yang telah diatur dalam undang-undang kesehatan dan pasien
bisa memberikan persetujuan pemberian asuhan setelah mendapatkan
informasi yang dari pemberi asuhan. Hal ini sudah sesuai dengan PMK No.
28 pasal 28 bagian keempat tentang kewajiban dan hak bahwa bidan wajib
memberikan informasi tentang pelayanan dan masalah kesehatan kepada
pasien yang bersangkutan. (PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28, 2017)
2. Menjelaskan kepada calon pengantin tentang imunisasi TT diberikan
sebagai pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap penyakit
tetanus. Imunisasi dilakukan dengan pemberian 5 dosis imunisasi untuk
mencapai kekebalan penuh serta menjelaskan pemberian imunisasi TT 0,5
cc secara IM paada lengan sebelah kiri
3. Pemberian imunisasi TT dilakukan dalam upaya pencegahan dan
perlindungan terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki kekebalan
seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus.
Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai status
T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status T5 sebagaimana
dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur memiliki kekebalan penuh.
Dalam hal status imunisasi belum mencapai status T5 saat pemberian
imunisasi dasar dan lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus toxoid
dapat dilakukan saat yang bersangkutan menjadi calon pengantin(Kemenkes
RI, 2017) Menganjurkan catin untuk suntik TT II selang waktu 4 minggu
setelah TT I dengan masa perlindungan 3 tahun
Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai
status T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status T5
sebagaimana dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur memiliki
kekebalan penuh. Dalam hal status imunisasi belum mencapai status T5 saat
pemberian imunisasi dasar dan lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus
toxoid dapat dilakukan saat yang bersangkutan menjadi calon pengantin
(Kemenkes RI, 2017)
4. Menganjurkan calon pengantin untuk menjaga kesehatan dan kebersihan
organ yaitu sebaiknya menggantikan pakakaian dalam minimal 2 kali sehari,
menggunakan pakaian dalam berbahan katun dan tidak ketat, membersihkan
organ reproduksi luar dari arah depan kebelakan menggunakan air bersih
setelah buang air dan keringkan menggunkan handuk atau tissue. Tidak
menggunkan cairan pembilas vagina, jangan terlalu lama memakai
pentiliner, dan ketika menstruasi ganti pembalut maksimal 4 jam sekali.
Saat mencuci vagina dari arah depan ke belakang dan tidak perlu sering
menggunakan sabun khusus pembersih vagina ataupun obat semprot
pewangi vagina (Fitriyah 2014)
Pendidikan tentang kesehatan reproduksi merupakan masalah
penting yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Pada
masa remaja, pertumbuhan fisik dan seksualnya mulai berkembang
dengan pesat. Remaja yang kelak akan menikah dan menjadi orangtua
sebaiknya mempunyai kesehatan reproduksi yang prima, sehingga
menghasilkan generasi yang sehat. Di lingkungan masyarakat,
tokoh masyarakat baik orangtua ataupun remaja itu sendiri harusnya
lebih terbuka tentang masalah kesehatan terutama kesehatan
reproduksi.
5. Menganjurkan catin untuk meminum supplement asam folat 0,4 mg dan
tablet tambah darah Manfaat zat gizi untuk memelihara kesuburan,
meningkatkan kualitas sperma, memantau dan mengusahakan berat badan
ideal, kebutuhan (zink dan zat besi, protein, asam folat, vitamin E, vitamin
B12) tercukupi, menciptakan kualitas generasi penerus yang lebih baik.
Menganjurkan pasien makan – makanan yang bergizi (nasi, lauk, sayur,
buah), mencukupi kebutuhan cairan dengan minimal 1,5 liter perhari ,
menganjurkan pasien unruk memperbanyak makan sayuran berwarna hijau
tua, kacang-kacangan, daging merah, hati ayam dan tidak pantang makanan,
menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi tablet Fe 1 kali perhari untuk
meningkatkan Hb dan mengatasi anemia.
Hal ini sesuai dengan penelitian oleh (Lusyana Gloria Doloksaribu dan
Abdul Malik Simatupang tahun 2019) tentang “Pengaruh Konseling Gizi
Prakonsepsi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Wanita Pranikah Di
Kecamatan Batang Kuis “dimana di jelaskan bahwa Status wanita pranikah
selama tiga sampai enam bulan pada masa prakonsepsi akan menentukan
kondisi bayi yang dilahirkan. Prasyarat gizi sempurna pada masa
prakonsepsi merupakan kunci kelahiran bayi normal dan sehat
(Susilowati.2016). Adapun pentingnya menjaga kecukupan gizi bagi wanita
pranikah sebelum kehamilan disebabkan karena gizi yang baik akan
menunjang fungsi optimal alat-alat reproduksi seperti lancarnya proses
pematangan telur, produksi sel telur dengan kualitas baik, dan proses
pembuahan yang sempurna. Gizi yang baik juga dapat berperan penting
dalam penyediaan cadangan gizi untuk tumbuh-kembang janin. Bagi calon
ibu, gizi yang cukup dan seimbang akan memengaruhi kondisi kesehatan
secara menyeluruh pada masa konsepsi dan kehamilan serta akan dapat
memutuskan mata rantai masalah kekurangan gizi pada masa kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Wiwik. 2015. “Respon Imun Pada Penderita Asma Selama Kehamilan.”
Jurnal Ilmu Kesehatan 4.

BKKBN. 2017. “BKKBN : USIA PERNIKAHAN IDEAL 21-25 TAHUN.”

Ellysa. 2017. “Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja.” Situasi Kesehatan Reprod


uksi Remaja.

Felicia, F., E. Hutagaol, and R. Kundre. 2015. “Hubungan Status Gizi Dengan Sik
lus Menstruasi Pada Remaja Putri Di Psik Fk Unsrat Manado.” Jurnal Keper
awatan UNSRAT 3(1): 110354.

Fitriyah, Imarotul. 2014. “Gambaran Perilaku Hygiene Menstruasi Pada Remaja P


utri Di Sekolah Dasar Negeri Di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan.” Perila
ku Higiene Menstruasi Pada Remaja Putri 1(2): 10–17. repository.uinjkt.ac.i
d ? dspace ? bitstream.

Imanda, Desvita, and Achmad Masykur. 2016. “MENJALANI PERNIKAHAN A


NTAR RAS (Studi Kualitatif Fenomenologis Pada Wanita Pelaku Interracial
Marriage).” Empati: Jurnal Karya Ilmiah S1 Undip 5(2): 378–84.

Kemenkes. 2014. “Pedoman Gizi Seimbang. Pusat Data Dan Informasi Kementeri
an Kesehatan Republik Indonesia.” Proceedings of the 8th Biennial Confere
nce of the International Academy of Commercial and Consumer Law 1(hal 1
40): 43. http://www.springer.com/series/15440%0Apapers://ae99785b-2213-
416d-aa7e-3a12880cc9b9/Paper/p18311.

Kemenkes RI. 2015. “Buku Saku Bagi Calon Pengantin.” : 21–22.

Kurniawan, Liong Boy. 2016. “Patofisiologi, Skrining, Dan Diagnosis Laboratori


um Diabetes Melitus Gestasional.” Cdk 43(11): 811–13.

Mariana, Wina dkk. 2013. “Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja Putri Di SMK Swadaya Wilayah Kerja Semarang Tahun 2013.” Jurn
al Kebidanan 2(4): 35–42.
Nuranini et al. 2015. “PROFIL PENDUDUK INDONESIA HASIL SUPAS 201
5.” 148: 148–62.

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.

Soetjiningsih, and IG.N.Gde Ranuh. 2015. Tumbuh Kembang Anak. 2nd ed. Jakart
a: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Triningtyas, Diana Ariswanti, and Siti Muhayati. 2017. “Konseling Pranikah: Seb
uah Upaya Meredukasi Budaya Pernikahan Dini Di Kecamatan Pulung Kabu
paten Ponorogo.” JKI (Jurnal Konseling Indonesia) 3(1): 28–32. http://ejour
nal.unikama.ac.id/index.php/JKI.

Zulaekha. 2013. “Bimbingan Konseling Pra Nikah Bagi ‘Calon Pengantin’ Di BP


4 KUA Kec. Mranggen (Studi Analisis Bimbingan Konseling Perkawinan).”

Anda mungkin juga menyukai