Disusun Oleh :
8) Klitoris (kelentit).
Merupakan organ kecil yang paling peka rangsangan dibanding
dengan bagian-bagian alat kelamin perempuan yang lain. Klitoris
banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf.
9) Labia (bibir kemaluan).
Terdiri dari dua bibir, yaitu bibir besar(labia mayor) dan bibir kecil
(labia minor).
b) Organ Reproduksi Laki-Laki
1) Testis (buah zakar).
Berjumlah dua buah untuk memproduksi sperma setiap hari dengan
bantuan testosteron. Testis berada dalam skrotum, diluar rongga
panggul karena pembentukan sperma membutuhkan suhu yang lebih
rendah dari pada suhu badan (36,7 o C). Sperma merupakan sel yang
berbentuk seperti berudu (kecebong) berekor hasil dari testis yang
dikeluarkan saat ejakulasi bersama cairan mani dan bila bertemu
dengan sel telur yang matang akan terjadi pembuahan.
2) Skrotum (kantung buah zakar).
Kantong kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan berlipat
lipat. Skrotum adalah tempat bergantungnya testis. Skrotum
mengandung otot polos yang mengatur jarak testis ke dinding perut
dengan maksud mengatur suhu testis agar relatif tetap.
3) Vas deferens (saluran sperma).
Saluran yang menyalurkan sperma dari testis-epididimis menuju ke
uretra/ saluran kencing pars prostatika. Vas deferens panjangnya ±
4,5 cm dengan diameter ±2,5 mm. Saluran ini muara dari Epididimis
yaitu saluran- saluran yang lebih kecil dari vas deferens. Bentuknya
berkelok-kelok dan membentuk bangunan seperti topi.
4) Prostat, vesikula seminalis dan beberapa kelenjar lainnya.
Kelenjar-kelenjar yang menghasilkan cairan mani (semen). yang
berguna untuk memberikan makanan pada sperma.
5) Penis.
Berfungsi sebagai alat sanggama dan sebagai saluran untuk
pengeluaran sperma dan air seni. Pada keadaan biasa, ukuran penis
kecil. Ketika terangsang secara seksual darah banyak dipompa ke
penis sehingga berubah menjadi tegang dan besar disebut sebagai
ereksi. Bagian glans merupakan bagian depan atau kepala penis.
Glans banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf. Kulit yang
menutupi glans disebut foreskin (preputium). Pada laki-laki sunat
dilakukan dengan cara membuang kulit preputium. Secara medis
sunat dianjurkan karena memudahkan pembersihan penis sehingga
mengurangi kemungkinan terkena infeksi, radang dan kanker.
D. Persiapan pranikah
Dalam Pelatihan Peer Konselor Kota Depok (2011) dan (Kemenkes RI
2015)
persiapan pernikahan meliputi kesiapan fisik, kesiapan mental/psikologis
dan kesiapan sosial ekonomi.
1. Kesiapan Fisik
Secara umum, seorang individu dikatakan siap secara fisik apabila telah
selesai fase pertumbuhan tubuh yaitu sekitar usia 20 tahun. Persiapan
fisik pranikah meliputi pemeriksaan status kesehatan, status gizi, dan
laboratorium (darah rutin dan yang dianjurkan).
2. Kesiapan Mental/Psikologis
Dalam sebuah pernikahan, individu diharapkan suda merasa siap untuk
mempunyai anak dan siap menjadi orang tua termasuk mengasuh dan
mendidik anak.
3. Kesiapan Sosial Ekonomi
Dalam menjalankan sebuah keluarga, anak yang dilahirkan tidak hanya
membutuhkan kasih sayang orang tua namun juga sarana yang baik
untuk membuatnya tumbuh dan berkembang dengan baik. Status sosial
ekonomi juga dapat mempengaruhi status gizi calon ibu, seperti status
sosial ekonomi yang kurang dapat meningkatkan risiko terjadi KEK dan
anemia.
E. Pelayanan kesehatan pranikah
Pelayanan kesehatan sebelum hamil di Indonesia telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan (PMK No. 97 tahun 2014) dan telah tertulis
dalam buku saku kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin
maupun bagi penyuluhnya yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI. Pemerintah
baik daerah provinsi maupun kabupaten/kota telah menjamin ketersediaan
sumber daya kesehatan, sarana, prasarana, dan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan sebelum hamil sesuai standar yang telah ditentukan. Di Surabaya
telah diatur dalam Surat Edaran Walikota Surabaya perihal Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), beberapa kegiatan program
pendampingan 1000 HPK yang berkaitan dengan pranikah adalah dengan
pemeriksaan kesehatan calon pengantin meliputi pemeriksaan fisik dan
laboratorium, serta penyuluhan kesehatan reproduksi calon pengantin.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan untuk mempersiapkan
perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan
selamat serta memperoleh bayi yang sehat.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hami sebagaimana yang dimaksud
dilakukan pada remaja, calon pengantin, dan pasangan usia subur (PMK No.
97 tahun 2014). Menurut Kemernkes (2015) dan PMK No. 97 tahun 2014,
kegiatan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil atau persiapan pranikah
sebagaimana yang dimaksud meliputi:
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan minimal meliputi pemeriksaan tanda
vital (tekanan darah, suhu, nadi, dan laju nafas) dan pemeriksaan status
gizi (menanggulangi masalah kurang energi kronis (KEK) dan
pemeriksaan status anemia). Penilaian status gizi seseorang dapat
ditentukan dengan menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT) berdasarkan
PMK RI Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang
(Kemenkes 2014) sebagai berikut:
𝐼𝑀𝑇 = BB(kg)
¿¿
Keterangan:
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status gizinya
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat 25,1 – 27,0
ringan
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk, 2
F. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis
(KEK) berat.
G. IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK ringan (Depkes,
2011).
Menurut Supariasa, dkk (2014), pengukuran LLA pada
kelompok Wanita Usia Subur (usia 15 – 45 tahun) adalah salah satu
deteksi dini yang mudah untuk mengetahui kelompok berisiko
Kekurangan Energi Kronis (KEK). Ambang batas LLA WUS
dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LLA <
23,5 cm atau dibagian merah pita LLA, artinya wanita tersebut
mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan berat
bayi lahir rendah (BBLR), BBLR mempunyai risiko kematian, gizi
kurang, gangguan pertumbuhan, dan perkembangan anak (Nuranini
et al. 2015)
2. Pemeriksaan penunjang
Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi medis, terdiri
atas pemeriksaan darah rutin, darah yang dianjurkan, dan pemeriksaan
urin yang diuraikan sebagai berikut (Kemenkes RI 2015)
a. Pemeriksaan darah rutin
Meliputi pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah.
Pemeriksaan hemoglobin untuk mengetahaui status anemia seseorang.
Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya satu atau lebih parameter
sel darah merah: konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel
darah merah.
Menurut kriteria WHO anemia adalah kadar hemoglobin di
bawah 13 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita.
Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi/ kriteria National Cancer
Institute, anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 14 g% pada pria
dan di bawah 12 g% pada wanita. Kriteria ini digunakan untuk
evaluasi anemia pada penderita dengan keganasan. Anemia
merupakan tanda adanya penyakit. Anemia selalu merupakan keadaan
tidak normal dan harus dicari penyebabnya (Oehadian, 2012).
Anemia defisiensi zat besi dan asam folat merupakan salah satu
masalah masalah kesehatan gizi utama di Asia Tenggara, termasuk di
Indonesia .Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg
besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Fatimah,
2011).
b. Pemeriksaan darah yang dianjurkan
Meliputi gula darah sewaktu, skrining thalassemia, malaria (daerah
endemis), hepatitis B, hepatitis C, TORCH (Toxoplasma, rubella,
ciromegalovirus, dan herpes simpleks), IMS (sifilis), dan HIV, serta
pemeriksaan lainnya sesuai dengan indikasi.
1) Pemeriksaan gula darah
Kadar gula darah yang tinggi atau penyakit diabetes dapat
mempengaruhi fungsi seksual, mesnstruasi tidak teratur (diabetes
tipe 1), meningkatkan risiko mengalami Polycystic ovarian
syndrome (PCOS) pada diabetes tipe 2, inkontensia urine,
neuropati, gangguan vaskuler, dan keluhan psikologis yang
berpengaruh dalam patogenesis terjadinya penurunan libido, sulit
terangsang, penurunan lubrikasi vagina, disfungsi orgasme, dan
dyspareunia. Selain itu diabetes juga berkaitan erat dengan
komplikasi selama kehamilan seperti meningkatnya kebutuhan
seksio sesarea, meningkatnya risiko ketonemia, preeklampsia, dan
infeksi traktus urinaria, serta meningkatnya gangguan perinatal
(makrosomia, hipoglikemia, neonatus, dan ikterus neonatorum)
(Kurniawan 2016)
2) Pemeriksaan hepatitis
Penyakit yang menyerang organ hati dan disebabkan oleh virus
hepatitis B, ditandai dengan peradangan hati akut atau menahin
yang dapat berkembang menjadi sirosis hepatis (pengerasan hati)
atau kanker hati. Gejala hepatitis B adalah terlihat kuning pada
bagian putih mata dan pada kulit, mual, muntah, kehilangan nafsu
makan, penurunan berat badan, dan demam. Dampak hepatitis B
pada kehamilan dapat menyebabkan terjadinya abortus, premature,
dan IUFD. Dapat dicegah dengan melaksukan vaksinasi dan
menghindari hal-hal yang menularkan hepatitis B (Ellysa 2017)
Cara penularan hepatitis B melalui darah atau cairan tubuh yang
terinfeksi, hubungan seksual dengan penderita hepatitis B,
penggunaan jarum sutik bersama, dan proses penularan dapat
ditularkan dari ibu hamil penderita hepatitis B ke janinnya.
3) Pemeriksaan TORCH
Suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi toxoplasma gondii,
rubella, cytomegalovirus (CMV), dan herpes simplex virus II (HSV
II). Dapat ditularkan melalui:
a) Konsumsi makanan dan sayuran yang tidak terlalu bersih dan
tidak dimasak dengan sempurna atau setengah matang
b) Penularan dari ibu ke janin
c) Kotoran yang terinfeksi virus TORCH (kucing, anjing,
kelelawar, burung
Dampak TORCH bagi kesehatan dapat menimbulkan masalah kesu
buran baik wanita maupun laki-laki sehingga menyebabkan sulit ter
jadinya kehamilan, kecacatan janin, dan risiko keguguran, kecacata
n pada janin seperti kelainan pada syaraf, mata, otak, paru, telinga,
dan terganggunya fungsi motoric.
4) Pemeriksaan IMS (Infeksi Menular Seksual)
Penyakit infeksi yang dapt ditularkan melalui hubungan seksual.
Penyakit yang tergolong dalam IMS seperti sifilis,gonorea,
klamidia, kondiloma akuminata, herpes genitalis, HIV, dan
hepatitis B, dan lain-lain. Gejala umum infeksi menular seksual
(IMS) pada perempuan:
a) Keputihan dengan jumlah yang banyak, berbau, berwarna, dan
gatal
b) Gatal di sekitar vagina dan anus
c) Adanya benjolan, bintil, kulit, atau jerawat di sekitar vagina
atau anus
d) Nyeri di bagian bawah perut yang kambuhan, tetapi tidak
berhubungan dengan menstruasi
e) Keluar darah setelah berhubungan seksual
f) Demam
Gejala umum infeksi menular seksual pada laki-laki:
1) Kencing bernanah, sakit, perih atau panas ppada saat kencing
2) Adanya bintil atau kulit luka atau koreng sekitar penis dan
selangkangan paha
3) Pembengkakan dan sakit di buah zakar
4) Gatal di sekitar alat kelamin
5) Demam
Dampak infeksi menular seksual yaitu kondisi kesehatan menutun,
mudah tertular HIV/AIDS. Mandul, keguguran, hamil di luar kand
ungan, cacar bawaan janin, kelainan penglihatan, kelainan syaraf,
kanker serviks, dan kanker organ seksual lainnya.
5) Pemeriksaan HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang
menyerang dan melemahkan sistem pertahanan tubuh untuk
melawan infeksi sehingga tubuh mudah tertular berbagai penyakit.
AIDS (Acquire Immuno Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan
gejala dan tanda penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh HIV. Seseorang yang menderita HIV, tiak
langsung menjadi AIDS dalam kurun waktu 5 – 10 tahun.
Penularan HIV di dapatkan di dalam darah dan cairan tubuh
lainnya (cairan sperma, cairan vagina, dan air susu ibu). Cara
penularan HIV melalui:
a) Hubungan seksual dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
b) Penggunaaan jarum suntik bersama-sama dengan orang yang
sudah terinfeksi HIV (alat suntik, alat tindik, dan alat tato).
c) Ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dikandungnya. Penularan
dapat terjadi selama kehamilan, saat melahirkan, dan saat
menyusui.
d) Transfusi darah atau produk darah lainnya yang terkontaminasi
HIV.
Semua orang bisa berisiko tertular HIV, tetapi risiko tinggi terdapa
t pada pekerja seksual, pelanggan seksual, homoseksual (sesame je
nis kelamin), dan penggunaan narkoba suntik. Cara pencegahan pe
nularan HIV – AIDS dapat dilakukan dengan ABCDE yaitu:
(1) Abstinence (tidak berhubungan seksual)
(2) Be faithful (saling setia, tidak berganti pasangan)
(3) Use Condom (menggunakan kondom jika memiliki perilaku
seksual berisiko)
(4) No Drugs (tidak menggunakan obat-obat terlarang, seperti
narkotika, zat adiktif, tidak berbagi jarum (suntik, tindik, tato)
dengan siapapun.
(5) Education (membekali informasi yang benar tentang
HIV/AIDS)
H. Pemeriksaan urin rutin
Urinalissis atau tes urin rutin digunakan untuk mengetahui fungsi
ginjal dan mengetahui adanya infeksi pada ginjal atau saluran kemih.
3. Pemerian imunisasi
Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan
perlindungan terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki
kekebalan seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap
penyakit tetanus. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan
untuk mencapai status T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan.
Status T5 sebagaimana dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur
memiliki kekebalan penuh. Dalam hal status imunisasi belum mencapai
status T5 saat pemberian imunisasi dasar dan lanjutan, maka pemberian
imunisasi tetanus toxoid dapat dilakukan saat yang bersangkutan
menjadi calon pengantin.
Tabel 2.2 Perlindungan Status Imunisasi TT
5) Proses Kehamilan
C. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang
Pasien datang mengatakan ingin melakukan pemeriksaan kesehatan calon
pengantin
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan tidak memiliki keluhan apapun.
3. Riwayat Obstetri
Menarche : 12 tahun Siklus : 28 hari, teratur
Lamanya : 7 hari Nyeri haid : tidak ada.
Leukhorea : kadang-kadang, tidak berbau, tidak gatal, dan tidak
berwarna
Banyaknya
: Hari ke 1-3 ganti pembalut 2 x sehari, penuh.
6. Rencana KB
Nn R dan Tn A mengatakan belum memiliki rencana untuk menggunakan
metode kontrasepsi apapun karena tidak ingin menunda kehamilan.
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
a. Pola Nutrisi
1) Makan
Frekuensi :3x/hari
Komposisi
2)
Minum Nasi : 3x@1 piring sedang
Mengetahui
Pembimbing Institusi
Ayuningtiyas,S.ST.M.Kes
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal dan Jam CATATAN
PERKEMBANGAN (SOAP)
21 September 2021 S= Pasien mengatakan tidak ada keluhan
O= TD: 115/70 mmHg.
S : 36,8°C
N : 82x/menit.
RR: 22x/menit
A= Nn. R usia 21 tahun calon pengantin sehat
P=
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa
keadaan Nn.R baik.
Hasil: Nn. R terlihat bahagia setelah mengetahui
hasil pemeriksaan.
2. Memberikan konseling tentang infeksi menular
seksual, meliputi pengertian infeksi menular
seksual, infeksi saluran reproduksi, HIV dan
AIDS; gejala IMS, tindakan yang harus dilakukan
bila mengalami IMS; penjelasan jika IMS
menjadi gerbang bagi HIV AIDS; pengertian
AIDS; penularan HIV; gejala HIV; pencegahan
HIV.
Hasil: pasien mendengar dan terlihat memahami
konseling yang diberikan. Pasien dapat
menyebutkan gejala IMS.
3. Memberikan konseling mengenai persiapan
kehamilan-persalinan-nifas, meliputi kehamilan
ideal, cara menunda kehamilan menggunakan
kontrasepsi yang tepat, tanda kehamilan, waktu
pemeriksaan kehamilan, frekuensi pemeriksaan
kehamilan, cara menjaga kehamilan, tanda
bahaya kehamilan, tanda persalinan, penolong
persalinan, perawatan pasca partum, pemberian
vitamin A setelah persalinan, manfaat pemberian
ASI
Hasil: pasien mendengar dan terlihat memahami
konseling yang diberikan. Pasien dapat
menyebutkan pengertian kehamilan ideal.
4. Mendokumentasikan tindakan.
Hasil: tindakan telah tercatat.
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini akan menjelaskan kesenjangan yang ada dengan cara m
embandingkan teori yang ada dengan praktek yang dilakukan dilahan. Dalam men
jelaskan kesenjangan tersebut menggunakan langkah-langkah dalam manajemen k
ebidanan yaitu pengkajian data subyektif, obyektif, analisa dan penatalaksanaan.
A. Subyektif
Umur ideal yang matang secara biologis dan psikologis adalah 20 –
25 tahun bagi wanita dan umur 25 – 30 tahun bagi pria (BKKBN, 2017).
Ditambahkan oleh (Prawirohardjo, 2014) usia <20 tahun secara fisik dan
mental ibu belum kuat yang memungkinkan berisiko lebih besar mengalami
anemia, pertumbuhan janin terhambat, dan persalinan prematur. Begitupun
pria, disarankan untuk menikah pada usia kurang dari 40 tahun, karena di atas
usia tersebut mortilitas, konsentrasi, volume seminal, dan fragmentai DNA
telah mengami penurunan kualitas sehingga meningkatkan risiko kecacatan
janin. Berdasarkan teori tersebut didapatkan keselarasan dengan pengkajian
kasus, Nn. R usia 21 tahun dan pada Tn. A usia 23 memiliki umur ideal yang
matang secara biologis dan psikologis. Dalam riwayat psikososial didapatkan
bahwa kedua calon pengantin sudah siap secara mental untuk menikah dan
tidak menunda kehamilan setelah menikah, bahkan ingin segera memiliki
anak.
Keputusan yang dibuat oleh kedua calon pengantin sudah tepat,
karena usia Nn. R 21 tahun dimana kesuburan secara bertahap menurun pada
usia 30 tahun. Sehingga sangat dianjurkan untuk segera merencakan memiliki
anak. Pada riwayat menstruasi diperoleh bahwa calon pengantin wanita
memiliki siklus haid 28 hari teratur tiap bulan, lama sekitar 5-6 hari, tidak
ada nyeri haid. Siklus menstruasi pada wanita normal berkisar antara 21-32
hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari .Sedangkan
untuk lama menstruasi normalnya berlangsung 3-7 hari ,sementara itu lama
mestruasi berlangsung selama 3-5 hari dan ada juga yang 7-8 hari. Dengan
demikian tidak ada gangguan pada Nn. R terkait menstruasi. Bila ditemukan
gangguan menstruasi, baik siklus, lama menstruasi, nyeri haid berlebihan,
maka dapat berakibat pada gangguan kesuburan, abortus berulang, atau
keganasan.
Organ intim wanita, seperti vagina sangat sensitif dengan kondisi
lingkungan. Karena letaknya tersembunyi dan tertutup, vagina memerlukan
suasana kering. Kondisi lembab akan mengundang berkembang biaknya
jamur dan patogen. ini adalah salah satu penyebab keputihan.Keputihan
normal biasanya tidak berbau, berwarna putih, dan tidak gatal apabila berbau,
berwarna, dan gatal dicurigai adanya kemungkinan infeksi alat genital.
Berdasarkan pengkajian didapatkan Nn. R usia 21 tahun dengan flour albus
fisiologis.
Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak harus terpenuhi
oleh manusia untuk bertahan hidup. Kebutuhan tersebut terdiri dari
pemenuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan (minuman), nutrisi
(makanan), eliminasi, istirahat dan tidur, aktivitas, keseimbangan suhu tubuh,
dan kebutuhan seksual, kebutuhan kedua adalah Kebutuhan rasa aman dan
perlindungan (Kasiati dan Rosmalawati, 2016). Otak dan sistem tubuh dapat
bekerja dalam tingkat berbeda dalam melakukan suatu aktivitas. Tubuh
memerlukan istirahat yang cukup, artinya tidak kurang dan lebih.
Ketidakseimbangan istirahat/tidur, misalnya kurang istirahat, dapat
menyebabkan tubuh mudah terserang penyakit. Tidur/istirahat pada malam
hari sangat baik dilakukan sekitar 7- 8 jam dan istirahat siang sekitar 2
jam .Wanita yang tidak biasanya berolah raga harus memulai kegiatan fisik
dan intensitasnya rendah dan meningkatkan aktivitas secara teratur. (Marmi,
2012). Berdasarkan teori yang ada dapat digambarkan kesesuaian dari
pengkajian pola istirahat dan aktifitas Nn. R usia 21 tahun memiliki aktivitas
pekerjaan sebagai karwayan swasta memiliki frekuensi tidur malam 7-8 jam/
hari dan tidur siang 30 menit/hari dan tidak terdapat keluhan atau masalah.
Kepercayaan diri kedua pihak sebelum membangun sebuah keluarga,
kemandirian masing-masing calon dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari misal bekerja atau kendaraan dan tempat tinggal pribadi, tidak lagi selalu
bergantung pada orang tua, kemampuan komunikasi antara kedua belah pihak
yang dapat membantu menyelesaikan persoalan dalam rumah tangga serta
penentuan pengambil keputusan dalam keluarga, efek masa lalu yang belum
terselesaikan harus dapat dikomunikasikan secara terbuka antara kedua pihak.
Selain itu hubungan antara kedua pihak keluarga, seberapa jauh keluarga
besar dapat menerima atas pernikahan tersebut (Kemenkes RI, 2017).
Berdasarkan teori terdapat kesesuaian dengan hasil pengkajian manajemen
komplik Nn. R usia 21 tahun dan Tn. A usia 23 tahun membina rumah tangga
dengan baik, menangani masalah dengan dikomunikasikan secara
musyawarah dan dalam keadaan darurat Nn R diperbolehkan mengambil
keputusan yang dapat menyelesaikan solusi serta kedua keluarga menerima
atas rencana pernikahan ini dan tidak menginginkan adanya momongan.
B. Obyektif
Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan indikator sederhana dari
korelasi antara tinggi badan dan berat badan. IMT juga digunakan untuk
mengukur proporsi ideal berat badan terhadap tinggi badan dan merupakan
cara yang baik untuk menilai resiko penyakit yang dapat terjadi berdasarkan
kategori berat badan (Kemenkes RI, 2017) Pada umumnya batas normal
ambang IMT seseorang adalah berkisar antara 18,5-25,0 (Kemenkes RI,
2017). Berdasarkan hasil pemeriksaan Nn. R usia 21 tahun dengan BB: 57kg,
TB: 160 cm dengan IMT: 22,22 dengan kategori Ny. R usia 21 tahun
tergolong dalam kategori IMT normal.
Pengukuran LILA dilakukan untuk mendeteksi apakah calon
pegantin beresiko Kurang Energi Kronis (KEK). Ambang batas LILA pada
WUS (15-49 tahun) dengan resiko KEK yaitu 23,5 cm. Bila pengukuran
dibawah 23,5 artinya perempuan tersebut mempunyai resiko KEK dan
diperkirakan akan melahirkan BBLR (Kemenkes RI, 2017) Berdasarkan
pemeriksaan LILA Nn. R usia 21 tahun dengan LILA 24cm yaitu dengan
status normal
Menurut kriteria WHO anemia merupakan kadar hemoglobin di
bawah 12g% pada wanita. Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anemia pada
penderita dengan keganasan . Anemia merupakan suatu keadaan dimana
tubuh memiliki jumlah sel darah merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang
mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk
membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Ditambahkan oleh Noverstiti
(2012) anemia pada kehamilan tidak dapat dipisahkan dengan perubahan
fisiologis yang terjadi selama proses kehamilan, umur janin, dan kondisi ibu
hamil sebelumnya. Pada saat hamil, tubuh akan mengalami perubahan yang
signifikan, jumlah darah dalam tubuh meningkat sekitar 20 - 30 %, sehingga
memerlukan peningkatan kebutuhan pasokan besi dan vitamin untuk
membuat hemoglobin (Hb). Ketika hamil, tubuh ibu akan membuat lebih
banyak darah untuk berbagi dengan bayinya. Tubuh memerlukan darah
hingga 30 % lebih banyak dari pada sebelum hamil. Selain itu, menambahkan
bahwa anemia kehamilan disebut "potential danger to mother and child".
Dampak dari anemia pada kehamilan dapat terjadi abortus, persalinan
pre¬maturitas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi
infeksi, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD), saat persalinan
dapat mengakibatkan gangguan His, kala pertama dapat berlangsung lama,
dan terjadi partus terlantar, dan pada kala nifas terjadi subinvolusi uteri
menimbulkan perdarahan pospartum, memudahkan infeksi puerperium, dan
pengeluarkan ASI berkurang.Namun,pada pemeriksaan penunjang belum
dilakukan pemeriksaan laboratoriun.
Pemeriksaan Laboratorium pada calon pengantin dilakukan untuk
deteksi dini ada/ tidaknya penyakit menular seksual yang nantinya dapat
ditularkan kepada janin jika ibu berencana untuk hamil. Sesuai dengan
panduan dari CDC (center for Disease Control and Prevention) bahwa
deteksi dini HIV dapat rutin pada wanita dengan sex tidak aman, dan semua
wanita yang tidak memiliki risiko virus HIV, sedangkan untuk deteksi dini
hepatitis B dilakukan pada wanita yang memiliki risiko, dan belum pernah
vaksin. Penyakit HIV dan hepatitis B dapat ditularkan saat didalam
kandungan melalui aliran darah plasenta yang dapat menyebabkan abortus
spontan, IUGR, kelainan kongenital,
Berdasarkan hasil (Zulaekha 2013)media pendidikan kesehatan dapat
memperluas pemikiran responden dalam menyingkapi masalah serta
menambah atau meningkatkan wawasan mengenai pendidikan kesehatan
pranikah. Dalam hal ini sehubungan dengan pengkajian pada keluhan utama
untuk berniat datang untuk imunisasi TT1, dan ingin mendapatkan konsultasi
pranikah sebagai persiapan persyaratan pernikahan, kemungkinan tidak
terjadi kesenjangan terhadap Nn R yang datang berkunjung oleh karena ingin
mendapatkan TT1 dan ingin konsultasi agar nanti menjadi calon ibu yang
sehat dan memiliki generasi sehat walaupun tujuan awal kunjungan hanya
untuk sebagai persyaratan pernikahan.
C. Analisa
Pada langkah ini diidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan
antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan
bersiap-siap bila hal tersebut benar-benar terjadi. Melakukan asuhan yang
aman penting sekali dalam hal ini.
Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif, maka
dilakukan analisis terhadap Nn. R usia 21 tahun dan Tn A usia 23 tahun masa
calon pengantin sehat.
D. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada kedua calon pengantin bahwa secara
umum keadaan mereka baik, tanda tanda vital dalam batas normal,
Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi tentang data
kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah diterima
maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan. Proses pemberian
inforamsi disebut juga informed consent. Informed berarti telah medapat
penjelasan atau informasi sedangkan consent berarti memberi persetujuan
atau mengizinkan. Dengan demikian informed consent berarti suatu
persetujuan yang diberikan setelah mendapatkan informasi atau dapat juga
dikatakan informed consent adalah pernyataan setuju dari pasien yang
diberikan dengan bebas dan rasional sesudah mendapatkan informasi
Pemberian inforamsi yang dilakukan pada kasus tidak terdapat
kesenjangan dengan teori yang ada karena pemberian informasi merupakan
hak pasien yang telah diatur dalam undang-undang kesehatan dan pasien
bisa memberikan persetujuan pemberian asuhan setelah mendapatkan
informasi yang dari pemberi asuhan. Hal ini sudah sesuai dengan PMK No.
28 pasal 28 bagian keempat tentang kewajiban dan hak bahwa bidan wajib
memberikan informasi tentang pelayanan dan masalah kesehatan kepada
pasien yang bersangkutan. (PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28, 2017)
2. Menjelaskan kepada calon pengantin tentang imunisasi TT diberikan
sebagai pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap penyakit
tetanus. Imunisasi dilakukan dengan pemberian 5 dosis imunisasi untuk
mencapai kekebalan penuh serta menjelaskan pemberian imunisasi TT 0,5
cc secara IM paada lengan sebelah kiri
3. Pemberian imunisasi TT dilakukan dalam upaya pencegahan dan
perlindungan terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki kekebalan
seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus.
Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai status
T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status T5 sebagaimana
dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur memiliki kekebalan penuh.
Dalam hal status imunisasi belum mencapai status T5 saat pemberian
imunisasi dasar dan lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus toxoid
dapat dilakukan saat yang bersangkutan menjadi calon pengantin(Kemenkes
RI, 2017) Menganjurkan catin untuk suntik TT II selang waktu 4 minggu
setelah TT I dengan masa perlindungan 3 tahun
Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai
status T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status T5
sebagaimana dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur memiliki
kekebalan penuh. Dalam hal status imunisasi belum mencapai status T5 saat
pemberian imunisasi dasar dan lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus
toxoid dapat dilakukan saat yang bersangkutan menjadi calon pengantin
(Kemenkes RI, 2017)
4. Menganjurkan calon pengantin untuk menjaga kesehatan dan kebersihan
organ yaitu sebaiknya menggantikan pakakaian dalam minimal 2 kali sehari,
menggunakan pakaian dalam berbahan katun dan tidak ketat, membersihkan
organ reproduksi luar dari arah depan kebelakan menggunakan air bersih
setelah buang air dan keringkan menggunkan handuk atau tissue. Tidak
menggunkan cairan pembilas vagina, jangan terlalu lama memakai
pentiliner, dan ketika menstruasi ganti pembalut maksimal 4 jam sekali.
Saat mencuci vagina dari arah depan ke belakang dan tidak perlu sering
menggunakan sabun khusus pembersih vagina ataupun obat semprot
pewangi vagina (Fitriyah 2014)
Pendidikan tentang kesehatan reproduksi merupakan masalah
penting yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Pada
masa remaja, pertumbuhan fisik dan seksualnya mulai berkembang
dengan pesat. Remaja yang kelak akan menikah dan menjadi orangtua
sebaiknya mempunyai kesehatan reproduksi yang prima, sehingga
menghasilkan generasi yang sehat. Di lingkungan masyarakat,
tokoh masyarakat baik orangtua ataupun remaja itu sendiri harusnya
lebih terbuka tentang masalah kesehatan terutama kesehatan
reproduksi.
5. Menganjurkan catin untuk meminum supplement asam folat 0,4 mg dan
tablet tambah darah Manfaat zat gizi untuk memelihara kesuburan,
meningkatkan kualitas sperma, memantau dan mengusahakan berat badan
ideal, kebutuhan (zink dan zat besi, protein, asam folat, vitamin E, vitamin
B12) tercukupi, menciptakan kualitas generasi penerus yang lebih baik.
Menganjurkan pasien makan – makanan yang bergizi (nasi, lauk, sayur,
buah), mencukupi kebutuhan cairan dengan minimal 1,5 liter perhari ,
menganjurkan pasien unruk memperbanyak makan sayuran berwarna hijau
tua, kacang-kacangan, daging merah, hati ayam dan tidak pantang makanan,
menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi tablet Fe 1 kali perhari untuk
meningkatkan Hb dan mengatasi anemia.
Hal ini sesuai dengan penelitian oleh (Lusyana Gloria Doloksaribu dan
Abdul Malik Simatupang tahun 2019) tentang “Pengaruh Konseling Gizi
Prakonsepsi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Wanita Pranikah Di
Kecamatan Batang Kuis “dimana di jelaskan bahwa Status wanita pranikah
selama tiga sampai enam bulan pada masa prakonsepsi akan menentukan
kondisi bayi yang dilahirkan. Prasyarat gizi sempurna pada masa
prakonsepsi merupakan kunci kelahiran bayi normal dan sehat
(Susilowati.2016). Adapun pentingnya menjaga kecukupan gizi bagi wanita
pranikah sebelum kehamilan disebabkan karena gizi yang baik akan
menunjang fungsi optimal alat-alat reproduksi seperti lancarnya proses
pematangan telur, produksi sel telur dengan kualitas baik, dan proses
pembuahan yang sempurna. Gizi yang baik juga dapat berperan penting
dalam penyediaan cadangan gizi untuk tumbuh-kembang janin. Bagi calon
ibu, gizi yang cukup dan seimbang akan memengaruhi kondisi kesehatan
secara menyeluruh pada masa konsepsi dan kehamilan serta akan dapat
memutuskan mata rantai masalah kekurangan gizi pada masa kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Wiwik. 2015. “Respon Imun Pada Penderita Asma Selama Kehamilan.”
Jurnal Ilmu Kesehatan 4.
Felicia, F., E. Hutagaol, and R. Kundre. 2015. “Hubungan Status Gizi Dengan Sik
lus Menstruasi Pada Remaja Putri Di Psik Fk Unsrat Manado.” Jurnal Keper
awatan UNSRAT 3(1): 110354.
Kemenkes. 2014. “Pedoman Gizi Seimbang. Pusat Data Dan Informasi Kementeri
an Kesehatan Republik Indonesia.” Proceedings of the 8th Biennial Confere
nce of the International Academy of Commercial and Consumer Law 1(hal 1
40): 43. http://www.springer.com/series/15440%0Apapers://ae99785b-2213-
416d-aa7e-3a12880cc9b9/Paper/p18311.
Mariana, Wina dkk. 2013. “Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja Putri Di SMK Swadaya Wilayah Kerja Semarang Tahun 2013.” Jurn
al Kebidanan 2(4): 35–42.
Nuranini et al. 2015. “PROFIL PENDUDUK INDONESIA HASIL SUPAS 201
5.” 148: 148–62.
Soetjiningsih, and IG.N.Gde Ranuh. 2015. Tumbuh Kembang Anak. 2nd ed. Jakart
a: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Triningtyas, Diana Ariswanti, and Siti Muhayati. 2017. “Konseling Pranikah: Seb
uah Upaya Meredukasi Budaya Pernikahan Dini Di Kecamatan Pulung Kabu
paten Ponorogo.” JKI (Jurnal Konseling Indonesia) 3(1): 28–32. http://ejour
nal.unikama.ac.id/index.php/JKI.