Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KEBIDANAN STAGE PRANIKAH


DI PMB YUNI SUTARDI, A.Md.Keb

Tugas ini diampu oleh Nur Khafidhoh, S.SiT., M.Kes yang disusun
oleh :

ASMA’ NURBAITI
P1337424820019

PRODI PROFESI KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2020
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Pranikah di PMB Yuni Sutardi, A.Md.Keb, telah


disahkan oleh pembimbing pada:

Hari :
Tanggal :

Dalam Rangka Praktik Klinik Kebidanan Fisiologis Pra Nikah yang telah
diperiksa dan disetujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing institusi Prodi
Profesi Kebidanan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Semarang Tahun 2020.

Pembimbing Klinik Mahasiswa

Yuni Sutardi, A.Md.Keb Asma’ Nurbaiti


NIP.197806012008012013 NIM. P1337424820019

Mengetahui,
Pembimbing Institusi

Nur Khafidhoh,S.SiT.,M.Kes
NIP.198010202006042003

KATA PENGANTAR

i
Kami mengucapkan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan asuhan kebidanan
pranikah. Penulisan laporan ini merupakan salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan tugas praktek kebidanan stage pranikah.
Dalam penulisan laporan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu penyelesaian laporan ini:
1. Nur Khafidhoh, S.SiT., M.Kes. selaku pembimbing institusi Poltekkes Kemenkes
Semarang.
2. Yuni Sutardi,A.Md.Keb. selaku pembimbing lahan praktik yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis selama praktik stage Pranikah di PMB
Yuni Sutardi,A.Md.Keb.
3. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan doa sehingga laporan ini
terselesaikan
4. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian laporan ini.
Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan laporan ini.

Kendal, Agustus 2020

Penulis

ii
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH

A. Tinjauan Teori Medis


1. Filosofi Pernikahan
Akad/janji nikah yang diucapkan atas nama Tuhan Yang Maha Esa yang
merupakan awal ari kesepakatan bagi calon pengantin untuk saling memberi
kesepakatan bagi calon pengantin untuk saling memberi ketenangan (sakinah)
dengan mengembangkan hubungan atas dasar cinta dan kasih (mawadah wa
rahmah). Penyebutan nama Tuhan Yang Maha Esa dalam akad/janji pernikahan
berarti bahwa disamping saling bertanggung jawab anatara satu dengan yang
lain, suami isteri juga bertanggung jawab pada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala yang ilakukan dalam peran dan fungsi mereka sebagai suami isteri
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
2. Informasi Pranikah
Informasi pra nikah yang perlu diinformasikan kepada calon pengantin
menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2016) diantaranya :
a. Kesehatan Reproduksi
Salah satu indikasi bahwa calon pengantin yang sehat adalah kesehatan
reproduksinya berada pada kondisi yang baik. Kesehatan reproduksi adalah
keadaan yang menunjukkan kondisi kesehatan fisik, mental, dan sosial
seseorang dihubungkan dengan fungsi dan proses reproduksinya termasuk di
dalamnya tidak memiliki penyakit atau kelainan yang mempengaruhi
kegiatan reproduksi tersebut.
Pembagian peran social perempuan dan laki-laki mempunyai pengaruh
besar terhadap kesehatan reproduksi perempuan dan laki-laki. Peran sosial
laki-laki dan perempuan itu semakin dirasakan dalam kesehatan reproduksi.
Masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi sepanjang siklus hidup
manusia, misalnya masalah pergaulan bebas pada remaja, kehamilan remaja,
aborsi yang tidak aman, kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi.
Status/posisi perempuan di masyarakat merupakan penyebab utama masalah
kesehatan reproduksi yang dihadapi perempuan, karena menyebabkan
perempuan kehilangan kendali terhadap kesehatan, tubuh, dan fertilitasnya.

3
4

Perempuan lebih rentan dalam menghadapi risiko kesehatan


reproduksi, seperti kehamilan, melahirkan, aborsi yang tidak aman, dan
pemakaian alat kontrasepsi. Karena struktur alat reproduksinya, perempuan
lebih rentan secara sosial maupun fisik terhadap penularan IMS, termasuk
HIV-AIDS. Masalah kesehatan reproduksi tidak terpisahkan dari hubungan
laki-laki dan perempuan. Namun keterlibatan, motivasi, serta partisipasi laki-
laki dalam kesehatan reproduksi masih sangat kurang. Laki-laki juga
mempunyai masalah kesehatan reproduksi, khususnya yang berkaitan
dengan IMS termasuk HIV-AIDS. Karena itu dalam menyusun strategi
untuk memperbaiki kesehatan reproduksi harus diperhitungkan pula
kebutuhan, kepedulian, dan tanggung jawab laki-laki.
b. Hak Reproduksi dan Seksual
Kedua calon pengantin mempunyai kebebasan dan hak yang sama
dan secara bertanggungjawab dalam memutuskan untuk berapa jumlah anak
mereka, jarak kelahiran antara anak satu dengan yang kedua dan seterusnya
serta menentukan waktu kelahiran dan dimana anak tersebut dilahirkan. Hak
Rerpoduksi dan seksual menjamin keselamatan dan keamanan calon
pengantin, termasuk didalamnya mereka harus mendapatkan informasi yang
lengkap tentang kesehatan reproduksi dan seksual, serta efek samping obato-
batan, alat dan tindakan medis yang digunakan untuk mengatasi masalah
kesehatan reproduksi.
Informasi yang diterima harus bisa membuat calon pengantin
mengerti tentang informasi yang diberikan sehingga dapat membuat
keputusan tanpa terpaksa. Calon pengantin juga berhak untuk memperoleh
pelayanan KB yang aman, efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan
pilihan tanpa paksaan. Pihak perempuan berhak mendapat pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan yang memungkinkannya sehat dan selamat
dalam menjalani kehamilan dan persalinan, serta memperoleh bayi yang
sehat.
Hubungan suami istri harus didasari penghargaan terhadap pasangan
masing-masing dan dilakukan dalam kondisi dan waktu yang diinginkan
bersama tanpa unsur pemaksaan, ancaman dan kekerasan. Hak reproduksi
juga mencakup informasi yang mudah, lengkap, dan akurat tentang penyakit
menular seksual, agar perempuan dan laki-laki terlindungi dari infeksi
menular seksual (IMS) serta dan memahami upaya pencegahan dan
5

penularannya yang dapat berakibat buruk terhadap kesehatan reproduksi


laki-laki, perempuan dan keturunannya.
c. Organ Reproduksi
1) Organ Reproduksi Perempuan

Gambar 1.1 Organ Reproduksi Perempuan


a) Ovarium (Indung Telur)
Organ yang terletak di kiri dan kanan rahim di ujung saluran telur
(fimbrae/umbai-umbai) dan terletak di rongga pinggul, indung telur
berfungsi mengeluarkan sel telur (ovum), sebulan sekali indung telur
kiri dan kanan secara bergiliran mengeluarkan sel telur. Sel telur
adalah sel yang dihasilkan oleh indung telur yang dapat dibuahi oleh
sperma sehingga terjadi konsepsi (pembuahan). Bila tidak dibuahi, sel
telur akan ikut keluar bersama darah saat menstruasi.
b) Tuba Fallopi (Saluran Telur)
Saluran di kiri dan kanan rahim yang berfungsi untuk mengantar ovum
dari indung telur menuju rahim.
c) Fimbrae (umbai-umbai)
Dapat di analogikan dengan jari-jari tangan, umbai-umbai ini berfungsi
untuk menangkap sel telur yang dikeluarkan indung telur.
d) Uterus (rahim)
Merupakan tempat janin berkembang, bentuknya seperti buah pir dan
berat normalnya antara 30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar rahim
kurang lebih sebesar telur ayam kampung, dindingnya tediri dari:
(1) Lapisan parametrium merupakan lapisan paling luar dan yang
berhubungan dengan rongga perut.
(2) Lapisan myometrium merupakan lapisan yang berfungsi
mendorong bayi keluar pada proses persalinan (kontraksi)
6

(3) Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam rahim tempat


menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini terdiri dari
lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah
e) Serviks (leher rahim)
Bagian rahim yang berbatasan dengan vagina. Pada saat persalinan
tiba, leher rahin membuka sehingga bayi dapat keluar.
f) Vagina (liang senggama)
Merupakan sebuah saluran berbentuk silinder dengan diameter depan ±
6,5 cm dan dinding belakang ± 9 cm yang bersifat elastis dengan
berlipat lipat. Fungsinya sebagai tempat penis berada saat
bersanggama, tempat keluarnya menstruasi dan bayi.
g) Klitoris (kelentit)
Merupakan organ kecil yang paling peka rangsangan dibanding dengan
bagian-bagian alat kelamin perempuan yang lain. Klitoris banyak
mengandung pembuluh darah dan syaraf.
h) Labia (bibir kemaluan)
Terdiri dari dua bibir, yaitu bibir besar(labia mayor) dan bibir kecil
(labia minor).
2) Organ Reproduksi Laki-laki

Gambar 1.2 Organ Reproduksi Laki-laki


a) Testis (buah zakar)
Berjumlah dua buah untuk memproduksi sperma setiap hari dengan
bantuan testosteron. Testis berada dalam skrotum, diluar rongga
panggul karena pembentukan sperma membutuhkan suhu yang lebih
rendah dari pada suhu badan (36,7 o C). Sperma merupakan sel yang
berbentuk seperti berudu (kecebong) berekor hasil dari testis yang
7

dikeluarkan saat ejakulasi bersama cairan mani dan bila bertemu


dengan sel telur yang matang akan terjadi pembuahan.
b) Skrotum (kantung buah zakar)
Kantong kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan berlipat
lipat. Skrotum adalah tempat bergantungnya testis. Skrotum
mengandung otot polos yang 18 Saluran Sperma mengatur jarak testis
ke dinding perut dengan maksud mengatur suhu testis agar relatif
tetap.
c) Vas deferens (saluran sperma)
Saluran yang menyalurkan sperma dari testis-epididimis menuju ke
uretra/ saluran kencing pars prostatika. Vas deferens panjangnya ± 4,5
cm dengan diameter ±2,5 mm. Saluran ini muara dari Epididimis yaitu
saluran- saluran yang lebih kecil dari vas deferens. Bentuknya
berkelok-kelok dan membentuk bangunan seperti topi.
d) Prostat, vesikula seminalis dan beberapa kelenjar lainnya. Kelenjar-
kelenjar yang menghasilkan cairan mani (semen). yang berguna untuk
memberikan makanan pada sperma.
e) Penis
Berfungsi sebagai alat sanggama dan sebagai saluran untuk
pengeluaran sperma dan air seni. Pada keadaan biasa, ukuran penis
kecil. Ketika terangsang secara seksual darah banyak dipompa ke penis
sehingga berubah menjadi tegang dan besar disebut sebagai ereksi.
Bagian glans merupakan bagian depan atau kepala penis. Glans banyak
mengandung pembuluh darah dan syaraf. Kulit yang menutupi glans
disebut foreskin (preputium). Pada laki-laki sunat dilakukan dengan
cara membuang kulit preputium. Secara medis sunat dianjurkan karena
memudahkan pembersihan penis sehingga mengurangi kemungkinan
terkena infeksi, radang dan kanker.
3. Persiapan Pernikahan
a. Persiapan Fisik
Pemeriksaan status kesehatan :
1) Tanda-tanda vital (suhu, nadi, frekuensi nafas, tekanan darah)
2) Pemeriksaan Darah rutin : Hb, Trombosit, Lekosit, - Pemeriksaan
8

3) Darah yang dianjurkan : Golongan Darah dan Rhesus, gula darah sewaktu
(GDS), thalasemia, hepatitis B dan C dan TORCH (Toksoplasmosis,
Rubella, Citomegalovirus dan Herpes simpleks) (d)
4) Pemeriksaan Urin: Urin Rutin
b. Persiapan Gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan melalui
penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi besi
serta defisiensi asam folat.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Paratmanitya, Hadi H (2012)
memberikan hasil bahwa terdapat pengaruh dari citra tubuh terhadap asupan
makan yang menyebabkan terciptanya hubungan yang berkebalikan antara
asupan makan dengan status gizi. Hal ini didukung oleh data yang
menunjukkan bahwa pada kelompok subjek yang tidak puas, rata-rata
asupan makannya lebih rendah dibandingkan dengan kelompok subjek yang
puas. Responden yang tidak puas terhadap citra tubuhnya cenderung
memiliki status gizi lebih, sehingga pada kelompok subjek dengan status gizi
lebih rata-rata asupan makannya malah cenderung lebih rendah.
Pengambilan data mengenai citra tubuh dan asupan makan memiliki
kerangka waktu (time frame) yang sama yaitu dalam 1 bulan terakhir,
sehingga pengaruh faktor pencitraan tubuh terhadap asupan makan dapat
terjadi. Untuk itu sebagai tenaga kesehatan sebaiknya menekankan
pentingnya status gizi yang baik untuk mempersiapkan kehamilan di masa
yang akan datang.
c. Status Imunisasi TT
Pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap penyakit tetanus
dilakukan dengan pemberian 5 dosis imunisasi TT untuk mencapai
kekebalan penuh.
Tabel 1.1 imunisasi TT
Status TT Interval (selang waktu) Lama Perlindungan
TT I 0
TT II 4 minggu setelah TT I 3 tahun
TT III 6 bulan setelah TT II 5 tahun
TT IV 1 tahun setelah TT III 20 tahun
TT V 1 tahun setelah TT IV 25 tahun/ seumur hidup
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Delfanti et al, (2018)
tentang Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Dukungan Keluarga
tentang Imunisasi TT pada Calon Pengantin dengan Kepedulian Melakukan
9

Imunisasi bahwa hasil dari uji statistik untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan responden dengan kepedulian melakukan imunisasi TT di KUA
Balikpapan Utara Kelurahan Gunung Samarinda Kota Balikpapan Tahun
2018 menggunakan uji ChiSquare dengan tingkat probabilitas α : 0,05.
Setelah mengolah data ternyata terdapat 0 sel (8,17%) dengan frekuensi
harapan<5, sehingga dianalisis menggunakan continuity correction
didapatkan nilai p value= 0,001 lebih kecil dari nilai α (0,05). Berdasarkan
kriteria penolakan Ho, maka Ho ditolak artinya ada hubungan antara tingkat
pengetahuan tentang imunisasi TT pada calon pengantin dengan kepedulian
melakukan imunisasi di KUA Balikpapan Utara Kelurahan Gunung
Samarinda Kota Balikpapan Tahun 2018.
d. Menjaga Kebersihan Organ Genetalia
1) Sebaiknya pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari
2) Tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat dan berbahan non sintetik
3) Pakailah handuk yang bersih, kering, tidak lembab/bau.
4) Membersihkan organ reproduksi luar dari depan ke belakang dengan
menggunakan air bersih dan dikeringkan menggunakan handuk atau tisu.
5) Khusus untuk perempuan:
a) Tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan pembilas vagina.
b) Jangan memakai pembalut tipis dalam waktu lama
c) Pergunakan pembalut ketika mentruasi dan diganti paling lama setiap
4 jam sekali atau setelah buang air.
d) Bagi perempuan yang sering keputihan, berbau dan berwarna harap
memeriksakan diri ke petugas kesehatan
6) Bagi laki-laki dianjurkan disunat untuk kesehatan
4. Informasi Tentang Kehamilan, Penundaan Kehamilan, Persalinan dan Pasca
Salin
a. Kehamilan
Kehamilan ideal adalah kehamilan yang direncanakan, diinginkan dan
dijaga perkembangannya secara baik. Namun ada kalanya berbagai faktor
yang dapat membuat kehamilan menjadi tertunda atau bahkan tidak
diinginkan. Kehamilan tidak diinginkan dapat terjadi:
1) Akibat hubungan seks pranikah
2) Akibat gagal/drop out KB
10

3) Pada unmet need (perempuan usia subur yang tidak ingin punya anak
tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi). Namun demikian, tidak ada
yang lebih membahagiakan pasangan suami istri selain dari kehadiran
buah hati dalam perkawinan mereka.
b. Tanda-tanda kehamilan
1) Tes kehamilan poitif (+)
2) Tidak mendapat menstruasi/ haid sebagaimana biasanya (tidak menstruasi
pada siklus haid bulan berikutnya)
3) Timbul rasa mual, muntah-muntah dan pusing terutama pada pagi hari
serta sering buang air kecil
4) Tidak ada nafsu makan
5) Kadang-kadang mengidam atau menginginkan makanan yang jarang ada
atau tidak pernah dimakannya
6) Pada usia kehamilan lebih lanjut dengan alat tertentu dapat terdengar
detak jantung janin.
c. Memeriksa Kehamilan
Seorang ibu sebaiknya mulai memeriksakan kehamilan seawal
mungkin, yaitu setelah terlambat haid selama 2 bulan berturut-turut sehingga
kesehatan ibu dan janin selalu dapat dipantau dan ibu bisa memperoleh
nasehat atau pengobatan bila ada keluhan.
Pelayanan pemeriksaan ibu hamil mencakup 10T :
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2) Pengukuran tekanan darah Ibu.
3) Tentukan status gizi (ukur lingkar lengan atas).
4) Pengukuran janin/pengukuran tinggi fundus uteri
5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
6) Penilaian status imunisasi TT
7) Tablet tambah darah
8) Tes laboratorium
9) Tata laksana kasus
10) Tatap muka/konseling tentang kehamilan
Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan :
1) Trimester I (0-3 bulan) : 1 kali
2) Trimester II (4-6 bulan) : 1 kali
3) Trimester III (7-9 bulan) : 2 kali
11

(Kementrian Kesehatan, 2016).


d. Proses Kehamilan

minggu ke 12 (hari ke 84) minggu ke 24 (hari ke168) minggu ke 40 (hari ke 280)

minggu ke 1 (hari
100 mm ke 7) minggu ke 4 (hari ke 28) minggu ke 8 (hari ke 56)
550 mm

Gambar 1.3 Proses Kehamilan


Keterangan :
1) Sel telur yang matang dibuahi oleh sperma dalam saluran telur (tuba
fallopi)
2) Sel telur yang telah dibuahi sperma (embrio) menempel di lapisan dalam
dinding rahim
3) Dalam 120 hari pertama, embrio berkembang mengikuti tahapan
kehidupan sel (hayati)
4) Memasuki usia kehamilan lebih lanjut, embrio berkembang
mengikuti tahapan kehidupan insani menjadi janin/ bayi
5) Kehamilan umumnya berakhir dengan persalinan setelah 280 hari
(9 bulan 10 hari).
Proses kehamilan dimulai dari bertemunya sel sperma laki-laki dan sel
ovum matang dari perempuan yang kemudian terjadi pembuahan, proses
inilah yang mengawali suatu kehamilan. Untuk terjadi suatu kehamilan harus
ada sperma, ovum, pembuahan ovum (konsepsi), implantasi (nidasi) yaitu
perlekatan embrio pada dinding rahim, hingga plasentasi/ pembentukan
plasenta. Dalam proses pembuahan, dua unsur penting yang harus ada yaitu
sel telur dan sel sperma.
Sel telur diproduksi oleh indung telur atau ovarium perempuan, saat
terjadi ovulasi seorang perempuan setiap bulannya akan melepaskan satu sel
telur yang sudah matang, yang kemudian ditangkap oleh rumbai – rumbai
(microfilamen fimbria) dibawa masuk kerahim melalui saluran telur (tuba
fallopi), sel ini dapat bertahan hidup dalam kurun waktu 12-48 jam setelah
ovulasi. Berbeda dengan perempuan yang melepaskan satu sel telur setiap
12

bulan, hormon pria testis dapat terus bekerja untuk menghasilkan sperma.
Saat melakukan senggama (coitus), berjuta-juta sel sperma (spermatozoon)
masuk kedalam rongga rahim melalui saluran telur untuk mencari sel telur
yang akan di buahi dan pada akhirnya hanya satu sel sperma terbaik yang
bisa membuahi sel telur (Manuaba, I. A. C., Manuaba, I. B. G. F., &
Manuaba, 2010).
e. Menjaga Kehamilan
Ibu hamil dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa selama
tidak ditemukan adanya keluhan atau kelainan dan memperhatikan istirahat
yang cukup. Beberapa hal yang perlu diperhatikan ibu hamil adalah :
1) Jangan kelelahan dan mengangkat benda berat
2) Berbaring selama 1 jam pada siang hari, usahakan kaki lebih tinggi dari
perut
3) Tidur cukup (9 - 10 jam), tidur terlentang pada saat hamil muda, tidur
miring pada kehamilan lanjut
4) Berpakaian longgar yang menyerap keringat, memakai kutang yang dapat
menahan payudara yang membesar serta memakai alas kaki bertumit
rendah.
5) Posisi hubungan seks perlu diatur agar tidak menekan perut Ibu
6) Beraktivitas fisik dengan berjalan kaki selama 30-60 menit tiap hari atau
berolahraga ringan seperti senam hamil dilakukan dengan hati-hati dan
seksama.
7) Hindari berdekatan dengan orang yang sedang sakit menular dan orang
yang merokok.
8) Pemakaian obat harus sesuai dengan petunjuk dokter.
9) Makan bergizi seimbang termasuk sayur dan buah 3-5 porsi sehari
f. Nutrisi Makanan Ibu Hamil
Makanan ibu hamil harus diperhatikan karena selain untuk kebutuhan
ibu juga dibutuhkan untuk perkembangan janin. Kekurangan gizi akan
mengakibatkan ibu hamil cepat lelah dan pusing, muka pucat, mudah
terserang penyakit, Kekurangan ASI atau ASI tidak keluar pada saat
menyusui. Kekurangan gizi pada Ibu hamil juga bisa menyebabkan janin
keguguran, pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi lahir dengan berat
lahir rendah, perkembangan otak janin terhambat hingga dapat menyebabkan
13

kecerdasan berkurang atau cacat, bayi lahir sebelum waktunya dan yang
paling parah adalah kematian pada bayi.
Menurut penelitian (Permatasari, 2017)Muliawati (2013) Kurang
Energi Kronis merupakan keadaan dimana seseorang menderita
ketidakseimbangan asupan gizi (energi dan protein) yang berlangsung
menahun. Seseorang dikatakan menderita risiko Kurang Energi Kronis
bilamana LILA (Lingkar Lengan Atas) < 23,5 cm berarti risiko Kekurangan
Energi Kronis dan ≥ 23,5 cm berarti tidak berisiko Kekurangan Energi
Kronis. Status Kekurangan Energi Kronis sebelum kehamilan dalam jangka
panjang dan selama kehamilan akan menyebabkan ibu melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah. Di samping itu, akan mengakibatkan
anemia pada bayi baru lahir, mudah terinfeksi, abortus, dan terhambatnya
pertumbuhan otak janin (Supariasa, I. D. N., Bakri, B., & Fajar, 2016).
g. Kehamilan dan Persalinan Berisiko
Kehamilan dan persalinan berisiko tinggi biasanya terjadi karena faktor: 4
terlalu dan 3 terlambat.
4 Terlalu yaitu:
1) Terlalu muda untuk hamil (kurang dari 20 tahun)
2) Terlalu tua untuk hamil (lebih dari 35 tahun
3) Terlalu sering hamil (anak lebih dari 3)
4) Terlau dekat atau rapat jarak kehamilannya (kurang dari 2 tahun)
3 Terlambat yaitu:
1) Terlambat mengambil keputusan untuk mencari upaya medis
Kedaruratan
2) Terlambat tiba di fasilitas kesehatan
3) Terlambat mendapat pertolongan medis yang adekuat.
Usia terbaik perempuan untuk hamil antara 20-35 tahun, sementara
jarak kehamilan yang baik adalah minimal 2 tahun karena dengan jarak
kelahiran tersebut akan memberi kesempatan bagi organ - organ reproduksi
si ibu untuk mengembalikan fungsinya dengan baik dan memberi
kesempatan bagi organ-organ reproduksi si ibu untuk kembali normal
dengan baik dan memberi kesempatan bagi anak yang lahir untuk tumbuh
dan berkembang dengan perhatian yang penuh kasih sayang. Sebelum
merencanakan punya anak lagi sebaiknya dipertimbangkan, misalnya
14

bagaimana persiapan biaya perawatannya, penyediaan kesempatan untuk


mengenyam pendidikan dan kehidupan yang layak.
h. Penundaan Kehamilan
Menunda kehamilan dengan kontrasepsi yang tepat, tidak semua
pasangan yang baru menikah ingin segera hamil. Untuk menunda kehamilan
tersedia beberapa metode KB yang dianjurkan misalnya seperti:
1) Metode modern jangka pendek seperti pil, kondom
2) Metode modern jangka panjang seperti implan/AKBK (Alat Kontrasepsi
Bawah Kulit), IUD/AKDR (Alat Kontraepsi alam Rahim)
3) Metode alamiah seperti pantang berkala seperti pengukuran suhu basal,
penilaian lendir vagina.
i. Tanda Bahaya Kehamilan
Masa kehamilan merupakan proses yang menghubungkan antara ibu
dan janin, hal itu dalam masa kehamilan kemungkinan akan terjadi tanda-
tanda yang dapat mengancam jiwa ibu atau janin yang dikandungnya.
Beberapa tanda bahaya yang dapat terjadi adalah sebagai berikut:
1) Perdarahan waktu hamil walaupun hanya sedikit.
2) Bengkak di kaki, tangan atau wajah disertai sakit kepala dan atau kejang.
3) Demam atau panas tinggi lebih dari 2 hari.
4) Keluarnya cairan yang berlebihan dari liang rahim dan kadang berbau.
5) Keluar cairan ketuban sebelum tiba saat melahirkan.
6) Muntah terus dan tidak mau makan.
7) Berat badan yang tidak naik pada trimester 2-3.
8) Bayi di kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak sama
sekali.
j. Kesehatan Jiwa Ibu Hamil
Ibu yang hamil akan sehat secara mental jika suami, orang tua, ipar
dan keluarganya mendukungnya. Selain itu, persiapan fisik, sosial dan
ekonomi juga harus diperhatikan agar Ibu tidak stres. Ibu hamil juga tidak
boleh dibebani dengan pekerjaan atau tugas menumpuk. Beberapa kondisi
emosiaonal yang terjadi pada ibu hamil:
1) Ibu hamil mudah tersinggung, sensitif, uring-uringan, manja, mudah
marah, tidak semangat
2) Perasaan mudah lelah, tidak mau makan, tidak bisa tidur nyenyak, tidak
nyaman, merasa sesak. Hal-hal tersebut disebabkan oleh adanya
15

perubahan kondisi fisiknya.


3) Mencemaskan perubahan fisiknya, khawatir terhadap perkembangan
bayinya dalam rahim, khawatir bila bayinya meninggal, atau cacat
4) Merasa belum siap menjadi orangtua dan belum siap secara ekonomi
5) Ingin diperhatikan, pada waktu mengidam menginginkan makanan-
makanan yang mungkin tidak pada musimnya sehingga sulit didapat. Hal
tersebut semata-mata karena ingin diperhatikan keluarga dan suami.
Ibu hamil bisa memeriksakan diri 1 kali di tiap 3 bulan kehamilan
untuk mendeteksi dini kondisi kesehatan jiwa seperti ada tidaknya depresi,
cemas, tekanan-tekanan/stres dalam berkeluarga. Beberapa tips dalam
menghadapi kasus depresi, cemas, tekanan, stres pada ibu hamil :
1) Ibu dapat melakukan relaksasi sederhana sehingga menimbulkan
perasaan nyaman. Relaksasi dilakukan satu kali dalam sehari selama 20
menit.
2) Ketika ibu merasa santai, ajarkan untuk menenangkan pikirannya,
dengan meminta si ibu membayangkan dirinya berada di sebuah tempat
yang nyaman, tempat yang pernah dikenalnya dan disukainya. Misalnya
merasa sedang berada di pantai yang tenang atau mendengarkan musik
yang lembut.
5. Keputihan
Keputihan adalah semacam gejala yang diberikan pada keadaan dimana
adanya cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital perempuan yang tidak
berupa darah (Handayani, 2008). Keputihan dapat dibedakan dalam dua jenis,
yaitu keputihan yang normal dan keputihan yang abnormal. Keputihan normal
dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase
sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi dan juga melalui rangsangan seksual.
sedangkan keputihan abnormal dapat terjadi pada semua infeksi alat kelamin
(infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahim, dan jaringan penyangga
juga penyakit karena hubungan kelamin) (Manuaba, 2010).
a. Etiologi
1. Faktor fisiologis Keputihan yang normal hanya ditemukan pada daerah
porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan
anterior vagina. Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-
kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit
16

yang jarang. Sedangkan pada keputihan patologik terdapat banyak


leukosit. Keputihan yang fisiologis dapat ditemukan pada:
1)Waktu sekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen;
keputihan ini dapat menghilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan
kecemasan pada orang tua.
2)Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus,
disebabkan oleh pengeluaran transudat dari dinding vagina.
3)Waktu sekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri
menjadi lebih encer.
4)Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah
pada wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita
dengan ektropion porsionis uteri. (Setyana, 2013).
2. Faktor konstitusi misalnya karena kelelahan, stress emosional, masalah
keluarga atau pekerjaan, bisa juga karena penyakit seperti gizi rendah
ataupun diabetes. Bisa juga disebabkan oleh status imunologis yang
menurun maupun obat-obatan. Diet yang tidak seimbang juga dapat
menyebabkan keputihan terutama diet dengan jumlah gula yang
berlebihan, karena merupakan faktor yang sangat memperburuk
terjadinya keputihan. (Setyana, 2013).
3. Faktor iritasi sebagai penyebab keputihan meliputi, penggunaan sabun
untuk mencuci organ intim, iritasi terhadap pelican, pembilas atau
pengharum vagina, ataupun bisa teriritasi oleh celana. (Setyana, 2013).
4. Faktor patologis menyebabkan terjadinya keputihan antara lain benda
asing dalam vagina, infeksi vaginal yang disebabkan oleh kuman, jamur,
virus, dan parasit serta tumor, kanker dan keganasan alat kelamin juga
dapat menyebabkan terjadinya keputihan. Di dalam vagina terdapat
berbagai bakteri, 95% adalah bakteri lactobacillus dan selebihnya bakteri
patogen. Dalam keadaan ekosistem vagina yang seimbang, dibutuhkan
tingkat keasaman pada kisaran 3,8-4,2, dengan tingkat keasaman tersebut
lactobacillus akan subur dan bakteri bakteri patogen tidak akan
mengganggu. Peran penting dari bakteri dalam flora vaginal adalah untuk
menjaga derajat keasaman (pH) agar tetap pada level normal. Pada
kondisi tertentu kadar pH bisa berubah menjadi lebih tinggi atau lebih
rendah dari normal. Jika pH vagina naik menjadi lebih tinggi dari 4,2,
maka jamur akan tumbuh dan berkembang. (Setyana, 2013)
17

a) Jamur
Umumnya disebabkan oleh jamur candida albicans yang menyebabkan
rasa gatal di sekitar vulva / vagina.  Infeksi ini berupa warnanya putih
susu, kental, berbau agak keras, disertai rasa gatal pada kemaluan.
Akibatnya, mulut vagina menjadi kemerahan dan meradang. Biasanya
terjadi pada saat  kehamilan, penyakit kencing manis, pemakaian pil KB,
dan rendahnya daya tahan tubuh menjadi pemicu. Bayi yang baru lahir
juga bisa tertular keputihan akibat Candida karena saat persalinan tanpa
sengaja menelan cairan ibunya yang menderita penyakit tersebut.
b) Parasit
Parasit trichomonas vaginalis yang menular dari hubungan
seks ditularkan lewat hubungan seks, perlengkapan mandi, pinjam-
meninjam pakaian dalam, atau bibir kloset. Cairan keputihan sangat
kental, berbuih, berwarna kuning atau kehijauan dengan bau anyir.
Keputihan karena parasit tidak menyebabkan gatal, tapi liang vagina
nyeri bila ditekan.
c) Bakteri  
Bakteri gardnerella dan pada keputihan disebut bacterial
vaginosis. Infeksi ini menyebabkan rasa gatal dan mengganggu. Warna
cairan keabuan, berair, berbuih, dan berbau amis. Beberapa jenis bakteri
lain juga memicu munculnya penyakit kelamin seperti sifilis dan
gonorrhoea. bakteri biasanya muncul saat kehamilan, gonta-ganti
pasangan, penggunaan alat kb spiral atau iud
d) Virus
Keputihan akibat infeksi virus juga sering ditimbulkan penyakit
kelamin, seperti condyloma, herpes, HIV/AIDS. Condyloma ditandai
tumbuhnya kutil-kutil yang sangat banyak disertai cairan berbau. Ini
sering pula menjangkiti perempuan hamil. Sedang virus herpes
ditularkan lewat hubungan badan. Bentuknya seperti luka melepuh,
terdapat di sekeliling liang vagina, mengeluarkan cairan gatal, dan terasa
panas. Gejala keputihan akibat virus juga bisa menjadi faktor pemicu
kanker rahim.
b. Patofisiologi
Banyak hal sebenarnya yang membuat perempuan rawan terkena keputihan
patologis. Biasanya penyebab keputihan patologis ini karena kuman. Di
18

dalam vagina sebenarnya bukan tempat yang steril, berbagai macam kuman
ada disitu. Flora normal didalam vagina membantu menjaga keasaman PH
vagina, pada keadaan yang optimal. PH vagina seharusnya antara 3,5-5,5.
flora normal ini bisa terganggu. Misalnya karena pemakaian antiseptic untuk
daerah vagina bagian dalam. Ketidakseimbangan ini mengakibatkan
tumbuhnya jamur dan kuman-kuman yang lain. Padahal adanya flora normal
dibutuhkan untuk menekan tumbuhan yang lain itu untuk tidak tumbuh
subur. Kalau keasaman dalam vagina berubah, maka kuman-kuman lain
dengan mudah akan tumbuh sehingga akibatnya bisa terjadi infeksi yang
akhirnya menyebabkan keputihan yang berbau, gatal dan menimbulkan
ketidaknyamanan.
c. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala keputihan fisiologis dapat ditandai dengan:
1) Bayi baru lahir sampai umur 10 hari. Disebabkan karena masih ada
pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina.
2) Wanita dewasa saat mendapatkan rangsangan seksual. Sebuah mekanisme
peralihan vagina secara fisiologis. Dinding vagina bagian dalam
mengeluarkan lendir yang akan diserap kembali oleh mulut vagina dan
berfungsi untuk memudahkan hubungan seksual dan mencegah gesekan
penis yang dapat menyebabkan luka.
3) Wanita dengan penyakit menahun
4) Pada wanita hamil. Disebabkan karena perubahan hormon yang
menaikkan tingkat keasaman vagina. (Cunningham,et al.2001)
5) Waktu ovulasi,sebelum dan sesudah menstruasi.
Tanda dan gejala Keputihan Patologis dapat ditandai dengan:
1) Keluarnya lendir dalam jumlah banyak.
2) Timbul terus menerus
3) Warnanya berubah (Misalnya kuning, hijau, abu-abu, menyerupai susu/
yoghurt)
4) Putih, encer berbintik banyak, berbau tidak sedap disertai penyakit
sistemik, buang air kecil terasa panas, pruritus vulva, pseudohifa yang
disebabkan oleh candida albicans.
5) Disertai adanya keluhan (gatal,panas,nyeri) serta berbau (Wijayanti,2009)
19

d. Pencegahan keputihan menurut Wijayanti (2009) dalam Sulistianingsih


(2011) bila ingin terhindar dari keputihan, anda mesti menjaga kebersihan
daerah sensitif itu. Berikut hal-hal yang dapat dilakukan:
1) Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuan agar
vagina harum dan kering sepanjang hari. Bedak memiliki partikel-partikel
halus yang mudah terselip di sana sini dan akhirnya mengundang jamur dan
bakteri bersarang di tempat itu.
2) Selalu keringkan bagian vagina sebelum berpakaian.
3) Gunakan celana dalam yang kering. Seandainya basah atau lembab,
usahakan cepat mengganti dengan yang bersih dan belum dipakai. Tak ada
salahnya anda membawa cadangan celana dalam untuk berjaga-jaga
manakala perlu menggantinya.
4) Gunakan celana dalam yang bahannya menyerap keringat, seperti katun.
Celana dari bahan satin atau bahan sintetik lain membuat suasana di sekitar
organ intim panas dan lembab.
5) Pakaian luar juga diperhatikan. Celana jeans tidak dianjurkan karena pori-
porinya sangat rapat. Pilihlah seperti rok atau celana bahan non jeans agar
sirkulasi udara di sekitar organ intim bergerak leluasa.
6) Selalu cuci daerah kewanitaan dengan air bersih setelah buang air, jangan
hanya di seka dengan tisu. Membersihkannya pun musti dilakukan dengan
cara yang benar yaitu dari depan ke belakang, agar kotoran dari anus tidak
masuk ke vagina. Hindari pemakaian sabun vagina berlebihan karena justru
dapat mengganggu keseimbangan flora normal vagina.
7) Jaga daerah kewanitaan tetap kering. Hal ini karena kelembapan dapat
memicu tumbuhnya bakteri dan jamur. Selalu keringkan daerah tersebut
dengan tisu atau handuk bersih setelah dibersihkan. Karena tidak semua
toilet menyediakan tisu, bawalah tisu kemana pun anda pergi. Selain itu
buatlah celana dalam yang terbuat dari katun agar dapat menyerap keringat
dan gantilah secara teratur untuk menjaga kebersihan.
8) Bila sedang mengalami keputihan atau menstruasi tinggal sedikit, boleh
saja menggunakan pelapis celana panty liner. Tetapi sebaiknya tidak
digunakan setiap hari. Panty liner justru dapat memicu kelembapan karena
bagian dasarnya terbuat dari plastik. Pilih panty liner yang tidk mengandung
parfum, terutama buat yang berkulit sensitif.
20

9)Hindari bertukar celana dalam dan handuk dengan teman atau bahkan
saudara kita sendiri karena berganti-ganti celana bisa menularkan penyakit.
10)Bulu yang tumbuh di daerah kemaluan bisa menjadi sarang kuman bila
dibiarkan terlalu panjang. Untuk menjaga kebersihan, potonglah secara
berkala bulu di sekitar kemaluan dengan gunting atau mencukurnya dengan
hati-hati
Menurut penelitian Nikmah, U. S & Widyasih (2018) Keputihan yang
terjadi tersebut cenderung disebabkan oleh masih minimnya kesadaran untuk
menjaga kesehatan terutama kesehatan organ genitalianya. Selain itu,
keputihan sering dikaitkan dengan kadar keasaman daerah sekitar vagina,
bisa terjadi akibat pH vagina tidak seimbang. Sementara kadar keasaman
vagina disebabkan oleh dua hal yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor eksternal antara lain kurangnya personal hyangiene, pakaian dalam
yang ketat, dan penggunaan WC umum yang tercemar bakteri Clamydia.
Sejalan dengan penelitian Delita Krisna (2019) mengatakan bahwa
hasil uji statistik chi-square didapatkan p value = 0,000 lebih kecil dari 0,05,
maka menunjukkan bahwa ada hubungan secara parsial antara personal
hyangine terhadap kejadian flour albus (keputihan) pada siswi SMA Negeri
5 Prabumulih tahun 2019. Dengan demikian hipotesis menyatakan ada
hubungan yang bermakna antara personal hyangine terhadap kejadian
keputihan dan sudah terbukti secara statistik. Berdasarkan hasil penelitian di
atas, maka peneliti berasumsi bahwa siswi yang melakukan personal
hyangine buruk seperti jarang mengganti pakaian dalam, jarang mengganti
pembalut pada saat menstruasi, cara mencuci kemaluan yang salah,
menggunakan pakaian dalam yang berbahan nylon dan sering menggunakan
cairan sabun pembersih vagina. Hal inilah yang menyebabkan adanya
bakteri jahat dan jamur masuk kedalam vagina sehingga menyebabkan
keputihan.
Sedangkan menurut penelitian Paryono (2016) mengatakan bahwa
hasil penelitian menunjukan dari perhitungan statistik didapatkan p: 0,000
yang artinya ada perbedaan tanda gejala keputihan sesudah menggunakan
tisu toilet lebih sedikit dibanding sebelum menggunakan tisu toilet pada
siswi di SMA Veteran 1 Sukoharjo. Teori Boyke (2013) dengan
menggunakan tisu secara teratur ketika genetalia lembab dapat mengurangi
kejadian keputihan yang paling sering dialami perempuan. Menurut Revina
21
Herpes
Geneta
lia

(2011) Tisu sangat efektif dibawa dan digunakan setiap saat. Selain
mencegah keputihan, tisu kesehatan dapat menghilangkan gatal-gatal di area
organ intim perempuan, mampu mencegah jamur penyebab bau tidak sedap
pada organ intim, serta yang lebih penting adalah mampu mencegah
penyakit mematikan di kalangan kaum perempuan yaitu kanker serviks.
Sehingga menjadikan tisu kesehatan sebagai perawatan lengkap bagi organ
intim.
6. Informasi tentang Infeksi Menular Seksual
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit yang salah satu
penularannya melalui hubungan seksual. Dulu kita kenal juga dengan nama
Penyakit Kelamin. Jika kita melakukan hubungan seks berisiko, maka kita
dapat terkena penyakit kelamin atau infeksi menular seksual ini.
1) Gejala Infeksi Menular Seksual
a) Keluar cairan dari vagina, penis atau anus yang berbeda dari
biasanya.
b) Rasa perih atau nyeri atau panas pada saat kencing atau setelah
kencing, atau menjadi sering kencing.
c) Ada luka terbuka/basah di sekitar kemaluan atau sekitar mulut.
Luka ini bisa terasa nyeri bisa juga tidak.
d) Ada semacam tumbuhan seperti jengger ayam/kutil di sekitar
kemaluan.
e) Terjadi pembengkakan pada lipatan paha.
f) Pada pria, terdapat bengkak dan nyeri pada kantung pelir/kantung
zakar.
g) Sakit perut di bagian bawah yang kambuhan, tetapi tidak
berhubungan dengan haid/menstruasi.
2) Jenis-jenis IMS (Infeksi Menular Seksual

Kondilom
a
akuminata
Konjungtivis
Gonore Sifilis
is gonore
Gambar 2.5 Jenis- IMS
a) Gonore dan Klamidia berakibat kemandulan bagi penderitanya,
22

jika tidak diobati dengan benar.


b) Kondiloma akuminata (Jengger Ayam) dan Herpes genitalis sangat
menjengkelkan karena bersifat kambuhan seumur hidup.
c) Hepatitis berbahaya jika sudah parah dan merusak hati.
d) Sifilis pada bayi yang dilahirkan dari perempuan penderita sifilis
seringkali cacat atau lahir dalam keadaan sudah mati.
e) HIV merupakan virus yang pada tahap AIDS dapat mematikan.
3) Penyebab terjadinya IMS
Tidak semua IMS dapat diobati. HIV/AIDS, Hepatitis B & C,
Herpes genitalis dan Kondiloma akuminata (Jengger ayam) termasuk
jenis- jenis IMS yang tidak dapat disembuhkan.HIV adalah yang
paling berbahaya karena selain tidak dapat disembuhkan, HIV
merusak kekebalan tubuh manusia untuk melawan penyakit apapun.
Akibatnya, orang yang terkena HIV dapat menjadi sakit-sakitan dan
banyak yang meninggal karenanya.Ingat!! HIV akan lebih mudah
menulari kita, jika kita terkena IMS.
Hepatitis, merupakan peradangan hati yang dapat merusak
hingga hati tidak dapat berfungsi dengan baik. Hepatitis B dapat
dicegah dengan melakukan vaksinasi, tetapi Hepatitis C hingga kini
belum ada vaksinnya.
Herpes genitalis, sering kambuh dan sangat nyeri jika sedang
kambuh. Pada Herpes, yang dapat diobati hanya gejala luarnya saja,
tetapi bibit penyakitnya akan tetap hidup dalam tubuh penderita
selamanya.
Kondiloma akuminata (Jengger Ayam), pada laki-laki dapat
menyebabkan kanker penis sedangkan pada perempuan seringkali
menyebabkan kanker rahim.
4) HIV/AIDS
a) Penularan HIV
Infeksi HIV ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh
manusia. Beberapa cara yang berisiko menularkan HIV
diantaranya:
(1) Hubungan Seks. Pada saat berhubungan seks tanpa kondom,
HIV dapat menular dari darah orang yang terinfeksi, air mani
atau cairan vagina langsung ke aliran darah orang lain, atau
23

melalui selaput mukosa yang berada di bagian alam vagina,


penis atau dubur.
(2) HIV dapat menular melalui transfusi darah yang
mengandung HIV atau melalui alat suntik atau alat tindakan
medis lain yang tercemar HIV. Selain dari jarum suntik, para
pengguna narkoba suntik bergantian juga risiko tertular HIV.
HIV menular dari ibu ke bayi pada saat kehamilan, kelahiran,
dan ketika menyusui.
(3) Selain dari jarum suntik, para pengguna narkoba suntik
bergantian juga risiko tertular HIV.
(4) HIV menular dari ibu ke bayi pada saat kehamilan, kelahiran,
dan ketika menyusui.
b) Gejala HIV
Setelah seseorang terinfeksi HIV, dia terlihat biasa saja seperti
halnya orang lain karena tak menunjukkan gejala klinis. Tetapi
orang tersebut bisa menularkan virus HIV melalui penularan cairan
tubuh. Hal ini bisa terjadi selama 5-10 tahun. Setelah itu orang
tersebut mulai menunjukkan kumpulan gejala akibat menurunnya
kekebalan tubuh setelah terinfeksi HIV.
c) Pencegahan Penularan IMS da HIV
(1) Saling Setia
Masing-masing setia pada pasangan dan tidak melakukan
hubungan seks dengan orang lain:
(2) Kondom
Kondom dapat mencegah masuknya cairan kelamin yang
terinfeksi virus.
(3) Hindari penggunaan narkoba suntik
Menggunakan jarum bergantian berisiko menularkan HIV
dalam jarum yang tercemar darah. Namun apapun bentuknya,
hindari NARKOBA karena hanya akan merugikan diri sendiri.
(4) Penggunaan alat-alat yang steril
Jangan gunakan jarum, alat suntik, atau alat peluka (alat
penembus) kulit lainnya (tindik atau tato) secara bergantian.
Penularan akan lebih mudah terjadi melalui darah.
24

7. Informasi tentang Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara
a. Kanker Leher Rahim
Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan
kanker pembunuh perempuan nomor dua di dunia setelah kanker payudara.
Di Indonesia, kanker leher rahim bahkan menduduki peringkat pertama.
Kanker leher rahim yang sudah masuk ke stadium lanjut sering
menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat. Serviks atau leher
rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah rahim yang menonjol ke
liang sanggama (vagina). Kanker serviks berkembang secara bertahap.
Proses terjadinya kanker ini diperlukan waktu 1-20 tahun.
1) Faktor Risiko Kanker Leher Rahim
Ada beberapa sebab yang dapat meningkatkan resiko terjadinya
kanker leher rahim, antara lain adalah :
a) Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia
muda. Semakin muda seorang perempuan melakukan hubungan
seks, semakin besar risikonya untuk terkena kanker leher rahim.
b) Berganti-ganti pasangan seksual. Perilaku seksual berupa gonta-
ganti pasangan seks akan meningkatkan penularan penyakit
kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi Human
Papilloma Virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan
timbulnya kanker leher rahim.
c) Merokok. Perempuan perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar
terkena kanker leher rahim dibandingkan dengan perempuan
yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir leher
rahim pada perempuan perokok mengandung nikotin dan zat-
zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan
menurunkan daya tahan leher rahim di samping merupakan
faktor pencetus (ko- karsinogen) infeksi virus.
d) Persalinan, infeksi, dan iritasi menahun pada leher rahim dapat
menjadi pemicu kanker leher rahim.
2) Tanda-tanda Kanker Leher Rahim
Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang
khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai
berikut:
a) Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina.
25

b) Perdarahan setelah sanggama yang kemudian berlanjut


menjadi perdarahan yang abnormal.
c) Timbulnya perdarahan setelah masa menopause
d) Keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan
dapat bercampur dengan darah.
e) Timbul gejala-gejala kurang darah bila terjadi perdarahan
kronis.
f) Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah
bila ada radang panggul.
g) Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena
kurang gizi.
Kanker leher rahim juga dapat mengalami penyebaran lewat :
a) Melalui pembuluh getah bening menuju ke kelenjar getah
bening lainnya.
b) Melalui pembuluh darah menuju paru-paru sehingga
menimbulkan gejala batuk kadang sampai batuk berdarah dan
nyeri dada.
c) Penyebaran langsung ke daerah sekitar vagina.
3) Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
Kematian pada kasus kanker leher rahim terjadi karena
sebagian besar penderita yang berobat sudah berada dalam stadium
lanjut. Padahal, dengan ditemukannya kanker ini pada stadium
dini, kemungkinan penyakit ini dapat disembuhkan sampai hampir
100%. kuncinya adalah deteksi dini. Deteksi dini kanker leher
rahim dapat dilakukan dengan Papsmear dan Tes IVA (Inspeksi
Visual dengan Asam Asetat).
Deteksi dini kanker leher rahim dianjurkan untuk perempuan
usia 30, 50 tahun yang sudah berhubungan seksual dan dapat
dilakukan 5 tahun sekali. Deteksi dini kaker leher rahim dapat
dilakukan di Bidan / Dokter, Puskesmas, Rumah Sakit. Pada
stadium awal umumnya kanker leher rahim tidak memiliki gejala.
Pada stadium lanjut, gejalanya yaitu pendarahan pasca senggama,
pendarahan tidak normal dari vagina mulai bercak-bercak hingga
menggumpal disertai bau busuk, keputihan berbau busuk, nyeri
pinggang saat buang air kecil dan buang air besar
26

b. SADARI (Periksa Payudara Sendiri)


Kanker payudara adalah kanker terbesar kedua yang berisiko diderita
oleh perempuan setelah kanker leher rahim. Sampai saat ini, penyebab pasti
kanker payudara belum dapat diketahui. Tetapi dapat dipastikan beberapa
penyebab terjadinya kanker payudara.
1) Faktor Risiko Kanker Payudara
a) Perempuan yang merokok atau sering terkena/menghisap asap rokok
(perokok pasif)
b) Pola makan tinggi lemak dan rendah serat, termasuk mengandung
banyak zat pengawet atau pewarna
c) Mendapat haid pertama kurang dari 12 tahun
d) Menopause (mati haid) setelah umur 50 tahun
e) Melahirkan anak pertama sesudah umur 35 tahun
f) Tidak pernah menyusui anak
g) Pernah mengalami operasi pada payudara yang disebabkan oleh
kelainan tumor jinak atau tumor ganas
h) Di antara anggota keluarga ada yang menderita kanker payudara
2) Deteksi Dini Kanker Payudara dengan SADARI
SADARI merupakan cara deteksi dini akan adanya benjolan atau
perubahan pada payudara dibandingkan dengan keadaan sebelumnya oleh
karena itu SADARI dianjurkan dilakukan sebulan sekali setelah selesai
haid
3) Langkah-langkah melakukan SADARI

Gambar 1.6 Langkah-langkah SADARI


a) Bercermin dengan kedua tangan di pinggang
b) Angkat kedua tangan cermati setiap perubahan pada payudara
c) Pencet puting, perhatikan cairan yang keluar
d) Pijatlah payudara sambil berbaring
e) Pijatlah payudara saat mandi
8. Informasi tentang Gangguan dalam Kehidupan Seksual Suami Istri
27

Kehidupan seksual suami dan istri adalah suatu hubungan yang dibina
oleh suami dan istri, dimana masing-masing pihak dapat memperlihatkan
bentuk kasih sayang cintanya lewat sebuah tindakan pribadi yang dilakukan
berdua. Pada dasarnya setiap orang yang sudah dewasa memiliki dorongan
untuk melakukan hubungan seksual terutama bagi mereka yang menikah dan
telah hidup bersama setiap hari. Namun ada kalanya dorongan seksual tersebut
terganggu oleh beberapa hal. Gangguan seksual dapat dipengaruhi oleh faktor
fisik dan psikis. Kalau kedua faktor ini baik, fungsi seksual juga baik. Faktor
fisik adalah ada tidaknya penyakit, pola hidup sehat, atau ada tidaknya
pengobatan yang didapat untuk mendukung fungsi organ tubuh. Sementara
faktor psikis misalnya stres, kejenuhan, serta suasana hubungan yang pribadi
atau kadar cinta dengan pasangan.
Gangguan seksual dapat terjadi pada suami (laki-laki) ataupun istri
(perempuan). Oleh karena itu, kehidupan seksual dalam rumah tangga tidak
boleh berpihak hanya kepada satu orang saja, tetapi harus dapat
dikomunikasikan apa yang menjadi kebutuhan seksual dari masing-masing
pihak, apa yang disukai dan apa yang tidak disukai, sehingga ketika kegiatan
seksual itu dilaksanakan, pihak suami atau istri sama-sama mengetahui apa
yang bisa dan apa yang tidak bisa dilakukan oleh mereka. Tujuannya adalah
agar kedua belah pihak sama-sama puas.
a. Gangguan Seksual pada Perempuan
1) Gangguan dorongan seksual, misalnya dorongan seksual hipoaktif dan
ketidaksenangan terhadap aktivitas seksual.
2) Gangguan bangkitan seksual, yaitu vagina yang kurang mengeluarkan
cairan meskipun sudah dalam keadaan cukup terangsang.
3) Tidak bisa atau sulit untuk mencapai orgasme saat berhubungan seksual.
4) Rasa sakit atau tidak nyaman di kelamin dan sekitarnya setiap kali
berhubungan seksual.seksual hipoaktif dan ketidaksenangan terhadap
aktivitas seksual.
b. Gangguan Seksual pada Laki-laki
1) Gangguan dorongan seksual, misalnya akibat penyakit fisik atau psikis.
2) Disfungsi ereksi, misalnya karena menderita diabetes melitus.
3) Gangguan ejakulasi, yaitu ejakulasi dini atau justru ejakulasi yang
terhambat.
4) Gangguan orgasme, yaitu tidak bisa merasakan orgasme.
28

c. Mencegah Gangguan Seksual


1) Selalu ingat bahwa kehidupan seksual adalah milik bersama dan dibina
bersama pasangan.
2) Bersikap dan bicaralah secara terbuka apa adanya. Masing- masing
pasangan berhak tahu mana hal yang mereka suka dan mana hal yang
tidak mereka suka.
3) Jaga kesehatan tubuh dan jiwa. Bentuk tubuh yang ideal menjadi faktor
pendukung untuk membangkitkan gairah dari masing-masing pasangan.
4) Hindari gaya hidup tak sehat, misalnya rokok, stres, kurang tidur, pola
makan tidak baik, dan tidak berolahraga. Stamina akan berkurang
sehingga akan cepat lelah. Akibatnya, keinginan untuk melakukan
hubungan seksual akan berkurang.
5) Jangan tergoda untuk menggunakan obat/ramuan yang tidak jelas isi dan
indikasinya. Meminum obat yang tidak jelas hanya akan membahayakan
fungsi organ tubuh lain seperti hati dan ginjal. Bahkan konsumsi obat
yang kandungannya tidak jelas dapat memberikan efek jangka panjang
terjangkit penyakit.
6) Jagalah keseimbangan antara kesibukan dan rileksasi
7) Selalu usahakan untuk memiliki waktu khusus hanya berdua bersama
pasangan.
8) Jangan melakukan hubungan seksual sebagai hal yang rutin.
9. Mitos pada Perkawinan
Mitos adalah sesuatu yang belum tentu benar tetapi sudah dianggap benar
oleh masyarakat. Biasanya mitos didapat secara turun- temurun baik secara
langsung maupun lewat catatan sejarah. Umumnya mitos-mitos tersebut sudah
berakar dan hidup subur di masyarakat. Perlu dipikirkan bahwa mitos-mitos
terkadang timbul karena ketakutan dan rasa ketidaknyamanan. Terutama dalam
sebuah perkawinan, mitos tidak selalu harus dipercaya dan harus diuji
kebenarannya.
a. Contoh mitos 1: Hubungan seks pertama kali selalu ditandai dengan
keluarnya darah dari vagina.
Faktanya adalah: darah yang keluar dari vagina setelah berhubungan pertama
kali timbul karena terjadinya peradangan dan perobekan pada selaput dara.
Selaput dara ini merupakan selaput yang juga memiliki pembuluh darah.
Apabila terjadi robekan pada bagian yang terdapat pembuluh darah maka
29

terjadi perdarahan, apabila terjadi robekan tetapi tidak mengenai pembuluh


darah maka pendarahan tidak terjadi.
b. Contoh mitos 2: Hubungan seks pada saat hamil dapat menyebabkan turun
peranakan (prolaps uteri). Prolapsus uteri adalah penurunan sebagian atau
seluruhnya bagian kandungan ke vagina.
Faktanya adalah: Lima faktor yang sering menimbulkan prolapsus uteri
yaitu:
1) Kawin terlalu muda dan kehamilan dini
2) Banyak melahirkan (lebih dari empat kali)
3) Malnutrisi / kurang gizi
4) Pada saat melahirkan, mengejan sebelum leher rahim terbuka sempurna
5) Membawa barang terlalu berat dan kurang istirahat pada waktu hamil dan
setelah melahirkan
c. Contoh mitos 3: Hubungan seks harus sering agar bayi dalam rahim subur
dan sehat. Alasannya, dengan melakukan hubungan seksual maka bayi
mendapat siraman sperma sehingga bertumbuh subur dan menjadi bayi yang
normal dan sehat. Maka tidak sedikit pasangan suami istri yang berupaya
agar sering melakukan hubungan seksual selama hamil dengan tujuan agar
sang bayi normal dan sehat.
Faktanya adalah: Tidak ada hubungan lagi antara sperma dengan bayi yang
ada di dalam rahim. Tidak ada hubungan pula antara sperma dan
pertumbuhan bayi.
Jadi subur dan sehatnya bayi di dalam rahim tidak dipengaruhi oleh ada
tidaknya sperma yang masuk ke dalam rahim selama kehamilan. Yang benar
adalah, kualitas sel spermatozoa yang berhasil membuahi sel telur
berpengaruh terhadap kesehatan kehamilan yang terjadi.
d. Contoh mitos 4: Konon kalau posisi laki-laki ketika melakukan hubungan
seksual dimulai dari kiri dan diakhiri di sebelah kanan, maka bayi laki-laki
yang akan dilahirkan. Sebaliknya, bila hubungan seksual dimulai dari sisi
kanan dan diakhiri di sisi kiri, maka bayi perempuan yang akan dilahirkan.
Faktanya: Tentu saja informasi ini salah dan sangat tidak rasional, karena
jenis kelamin bayi tidak ditentukan oleh posisi laki-laki ketika berhubungan
seksual. Jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis sel spermatozoa yang
berhasil membuahi sel telur.
30

Kalau spermatozoa dengan kandungan kromosom X yang membuahi sel


telur, maka akan terbentuk bayi perempuan. Kalau spermatozoa dengan
kromosom Y yang membuahi sel telur, akan terbentuk bayi laki-laki. Tetapi
ternyata tidak sedikit orang yang mempercayai mitos itu dan melakukannya.
10. Panduan pelayanan calon pengantin selama pandemi Covid-19
a. Layanan pencatatan nikah di KUA kecamatan dilaksanakan setiap hari
kerja dengan jadwal mengikuti ketentuan sistem kerja yang telah
ditetapkan.
b. Pendaftaran nikah dapat dilakukan secara online antara lain melalui
laman simkah.kemenag.go.id, telepon, email, atau secara langsung ke
KUA kecamatan.
c. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2 dan/atau
terkait proses pendaftaran nikah, pemeriksaan nikah dan pelaksanaan
akad nikah dilaksanakan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan
dan semaksimal mungkin mengurangi kontak fisik dengan petugas KUA
kecamatan.
d. Pelaksanaan akad nikah dapat diselenggarakan di KUA atau di luar KUA.
e. Peserta prosesi akad nikah yang dilaksanakan di KUA atau di rumah
diikuti sebanyak-banyaknya 10 orang.
f. Peserta prosesi akad nikah yang dilaksanakan di masjid atau gedung
pertemuan diikuti sebanyak-banyaknya 20 persen dari kapasitas ruangan
dan tidak boleh lebih dari 30 orang.
g. KUA kecamatan wajib mengatur hal-hal yang berhubungan dengan
petugas, pihak calon pengantin, waktu, dan tempat agar pelaksanaan akad
nikah agar protokol kesehatan dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.
h. Dalam hal pelaksanaan akad nikah di luar KUA, kepala KUA kecamatan
dapat berkoordinasi dan bekerja sama dengan pihak terkait dan/atau
aparat keamanan untuk pengendalian pelaksanaan pelayanan akad nikah
dilaksanakan sesuai dengan protokol kesehatan yang ketat.
i. Dalam hal protokol kesehatan dan/atau ketentuan pada angka 5 dan angka
6 tidak dapat terpenuhi, penghulu wajib menolak pelayanan nikah disertai
alasan penolakannya secara tertulis yang diketahui oleh aparat keamanan
sebagaimana form terlampir.
31

j. Kepala KUA kecamatan melakukan koordinasi tentang rencana


penerapan tatanan normal baru pelayanan nikah kepada ketua gugus tugas
kecamatan.
k. Kepala kantor kementerian agama kabupaten/kota melakukan
pemantauan dan pengendalian pelaksanaan tatanan normal baru
pelayanan nikah di wilayahnya masing-masing.
B. Tinjauan Teori Asuhan Pranikah
5. Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di gunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikirandan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis
untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien Asuhan
kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, yang di mulai dengan
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Tujuh langkah tersebut
membentuk kerangka yang lengkap dan bisa di aplikasikan dalam suatu situasi
Varney H, Marlyn HE, David W, Marilyn LW (2012).
2. Tahapan Asuhan Kebidanan
Dalam praktiknya bidan menggunakan manajemen kebidanan dalam
memberikan asuhan kebidanan. Menurut Varney H, Marlyn HE, David W,
Marilyn LW (2012), manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan-keterampilan
dalam rangkaian/ tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan
berfokus pada klien. Menurut Varney H, Marlyn HE, David W, Marilyn LW
(2012), langkah-langkah manajemen kebidanan tersebut sebagai berikut:
a. Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap
yang berkaitan dengan kondisi klien. Pendekatan ini harus bersifat
komprehensif meliputi data subjektif, objektif, dan hasil pemeriksaan.
b. Langkah II (Interpretasi Data Dasar)
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data
yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang
spesifik.
32

c. Langkah III (Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan


Mengantisipasi Penanganannya)
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasikan.
d. Langkah IV (Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera)
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
yang lain sesuai dengan kondisi klien.
e. Langkah V (Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh)
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat
dilengkapi.
f. Langkah VI (Pelaksanaan Langsung Asuhan Efisien dan Aman)
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima harus
dilaksanakan secara efisien dan aman.
g. Langkah VII (Mengevaluasi Hasil Tindakan)
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan. Rencana dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya.
3. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan
a. Data Subyektif (S)
Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Helen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang
diperoleh melalui anamnesis.
a) Nama Klien dan Pasangan
Digunakan untuk memperlancar komunikasi dalam asuhan, sehingga
antara bidan dan pasien menjadi lebih akrab.
b) Umur
Dikaji untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko tinggi atau tidak,
< 16 tahun atau > 35 tahun.
c) Agama
Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan pada ibu
selama memberikan asuhan. Informasi ini terkait dengan pentingnya
33

agama dalam kehidupan klien, tradisi agama dalam kehamilan dan lain –
lain (Walyani Elisabeth Siwi & Endang Purwoastusi, 2015).
d) Suku Bangsa
Dikaji untuk menentukan adat istiadat atau budayanya. Ras, etnis, dan
keturunan harus diidentifikasi dalam rangka memberikan perawatan yang
peka budaya kepada klien.
e) Pendidikan
Tanyakan tingkat pendidikan tertinggi klien. Mengetahui pendidikan
klien berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan
konseling sesuai dengan pendidikannya.
f) Pekerjaan
Mengetahui pekerjaan klien adalah penting untuk mengetahui
kemungkinan pengaruh lingkungan kerjan pasien terhadap kehamilan
yang dapat merusak janin, dan persalinan prematur.
g) Alamat
Dikaji untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal klien,
sehingga lebih memudahkan pada saat akan bersalin sert mengetahui
jarak rumah dengan tempat pelayanan kesehatan.
h) Alasan Datang
Ditanyakan untuk mengetahui alasan datang ke bidan/ klinik, apakah
untuk memeriksakan keadannya atau untuk memeriksakan keluhan lain
yang disampaikan dengan kata – katanya sendiri.
i) Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke ke
fasilitas kesehatan.
j) Riwayat Obstetri
a) Menarch : Dikaji untuk mengetahui kapan pertama kali pasien
menstruasi. Umumnya menarche terjadi pada usia 12-13 tahun.
b) Siklus : Siklus merupakan jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari. Dikaji teratur
atau tidaknya setiap bulan. Biasanya sekitar 23-32 hari.
c) Lamanya : Menurut Walyani (2015) lamanya haid yang normal
adalah kurang lebih 7 hari. Apabila sudah mencapai 15 hari berarti
34

sudah abnormal dan kemungkinan adanya gangguan ataupun


penyakit yang mempengaruhi.
d) Nyeri haid : Nyeri haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah
klien menderita atau tidak di tiap haid.Nyeri haid juga menjadi tanda
kontroksi uterus klien begitu hebat sehingga menimbulkan nyeri
haid.
e) Banyaknya : Dikaji untuk mengetahui berapa banyak darah yang
keluar saat Menurut Walyani (2015; h. 114) normalnya yaitu 2 kali
ganti pembalut dalam sehari.Apabila darahnya terlalu berlebihan,itu
berarti telah menunjukan gejala kelainan banyaknya darah haid.
k) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan merupakan identifikasi keluhan sekarang, penyakit
umum yang pernah diderita, serta penyakit yang dialami dahulu.
l) Riwayat Imunisasi
Pemberian imunisasi TT pada perempuan harus didahului dengan
skrining untuk mengetahui jumlah dosis dan status imunisasi TT yang
telah diperoleh selama hidupnya (Kemenkes RI, 2013; h. 29 - 30). Berikut
ini jadwal pemberian imunisasi yang sudah pernah mendapatkan
imunisasi TT.
m) Rencana KB
Untuk mengetahui rencana pemakaian kontrasepsi, apakah akan menunda
kehamilan atau tidak.
n) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – Hari
a) Pola Nutrisi
Beberapa hasil yang perlu ditanyakan pada pasien berkaitan dengan
pola makan adalah menu, frekuensi, jumlah per hari dan pantangan.
b) Pola Eliminasi
BAB dan BAK seperti frekuensi perhari, warnanya, ada masalah
selama BAB/BAK atau tidak.
c) Personal Hygiene
Untuk mengetahui kebersihan diri pasien. Dianjurkan untuk mandi
minimal 2 kali sehari, ganti baju minimal 1 kali, ganti celana dalam
minimal 2 kali sehari, berkeramas lebih sering dan menjaga
kebersihan kuku .
35

d) Pola Istirahat Tidur


Untuk mengetahui kecukupan istirahat pasien. Istirahat sangat
diperlukan calon pengantin. Lama tidur siang hari normalnya 1 – 2
jam, malam hari yang normal adalah 6-8 jam.
e) Pola Aktivitas dan Olahraga
Mengkaji aktivitas sehari-hari pasien untuk gambaran tentang
seberapa berat aktivitas pasien.
f) Kebiasaan yang Merugikan Kesehatan
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu memiliki kebiasaan seperti
minum jamu, merokok, minum-minuman keras, dan obat terlarang
dan kebiasaan lainnya.
o) Riwayat Psikososial Spiritual
a) Persiapan Acara Pernikahan
Menurut penelitian yang dilakuakn oleh Anisah tahun 2015 tentang
Efektifitas Suscatin (Kursus Calon Pengantin atau Konseling
Pranikah) dalam Membentuk Keluarga Bahagia hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwa korelasi 0,724 dengan signifikasi 0,000,
karena signifikasi < 0,05, maka H0 ditolak dan Hi diterima. Artinya
SUSCATIN atau konseling pranikah efektif dalam membentuk
keluarga bahagia.
b) Persiapan Membina Rumah Tangga
Kursus pra nikah merupakan upaya pemerintah dalam menekan
tingginya angka perceraian, kekerasan dalam rumah tangga dan
problem keluarga lainnya. Tata cara pelaksanaan dan materi yang
akan disampaikan dalam kursus pra nikah telah diatur dalam
Peraturan Dirjen Bimas Islam No. DJ.491/11 tahun 2009 tentang
Kursus Calon Pengantin yang kemudian disempurnakan dengan
Peraturan Dirjen Bimas Islam No. DJ.II/542 tahun 2013 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah.
c) Persiapan Psikologis
d) Persiapan Spiritual
e) Identitas Karakter
f) Tingkat Pengetahuan
36

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan pasien dan


pasangan mengenai persiapan pernikahan yang akan dilakukan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Evrianasari dan
Dwijayanti (2017) tentang Pengaruh Buku Saku Kesehatan
Reproduksi dan Seksual Bagi Catin Terhadap Pengetahuan Catin
Tentang Reproduksi dan Seksual bahwa hasil uji-T (Paired sample
Ttest) terhadap intensitas pengetahuan pada sebelum dan sesudah
diberi perlakuan pemberian buku saku kesehatan reproduksi dan
seksual diperoleh nilai signifikan p-value 0,000 lebih kecil dari α
(0.05). maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian buku
saku kesehatan reproduksi dan seksual bagi catin terhadap
pengetahuan catin tentang reproduksi dan seksual pada catin.
b. Data Obyektif (O)
Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama data yang
diperoleh melalui observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik
pasien,pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lain.
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan, yaitu : Baik, jika pasien
memperlihatkan respons yang baik terhadeap lingkungan dan orang
lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam
berjalan, dan dikatakan lemah, pasien dimasukkan dalam kriteria ini
jika ia kurang atau tidak memberikan respon yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk
berjalan sendiri.
b) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita
dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan
composmentis sampai dengan koma.
c) Tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah >
140/90 mmHg) (Kemenkes RI, 2013; h. 9). Menurut Walyani (2015;h
37

80) tekanan darah normal berkisar systole/diastole 110/80 – 120/80


mmHg.
d) Nadi
Normalnya frekuensi denyut jantung teratur kira – kira 70 denyut
per menit dengan rentang antara 60 – 100 denyut per menit.
e) Suhu
Suhu normal antara 35,8 – 37° C.
f) Respirasi
Frekuensi pernafasan normal adalah 16 – 24 x/menit. Bila
frekuensi pernafasan lebih dari normal disebut takipnue dan jika
frekuensi pernafasan kurang dari normal disebut bradipnue.
g) Berat Badan
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam
keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan
antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan
berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan
yang abnormal, terhadap dua kemungkinan perkembangan barat
badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lambat dari kedaan normal.
Berat badan harus selalu dimonitor agar memberikan informasi yang
memungkinkan intervensi gizi yang preventif sedini mungkin guna
mengatasi kecenderungan penurunan atau penambahan berat badan
yang tidak dikehendaki. Berat badan harus selalu dievaluasi dalam
konteks riwayat berat badan yang meliputi gaya hidup maupun status
berat badan yang terakhir. Penentuan berat badan dilakukan dengan
cara menimbang (Anggraeni, 2012).
h) Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang dapat melihat
keadaan status gizi sekaran dan keadaan yang telah lalu. Pertumbuhan
tinggi/panjang badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif
pada masalah kekurangan gizi pada waktu singkat (Anggraeni, 2012).
Salah satu cara untuk menentukan status gizi yaitu dengan
membandingkan berat badan dan tinggi badan.
IMT = BB (Kg)/ TB2 (dalam meter)
(1) Untuk Perempuan
Kurus : < 17 Kg/m2
38

Normal : 17 – 23 Kg/ m2
Kegemukan : 23 – 27 Kg/ m2
Obesitas : > 27 Kg/ m2
(2) Untuk Laki – Laki
Kurus : < 18 Kg/m2
Normal : 18 – 25 Kg/ m2
Kegemukan : 25 – 27 Kg/ m2
Obesitas : > 27 Kg/ m2
i) LILA
Ukuran LILA yang normal adalah 23,5 cm, diukur sebelum hamil.
Bila ditemukan pengukuran kurang dari 23,5 cm maka status gizi ibu
kurang (Mandriwati, 2008).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mandriwati (2008)
tentang Hubungan Status Gizi Pada Calon Pengatin (Catin) dengan
Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Berdasarkan hasil analisis dengan uji
exact fisher, diperoleh nilai p-value (>0,05), yaitu 0,07 hal tersebut
berarti Ha ditolak, Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan antara status gizi calon penganti dengan kadar
hemoglobin ibu hamil.
2) Status Present
a) Kepala : Untuk mengetahui kebersihan kepala. Normalnya bentuk
mesochepal, kulit kepala bersih dan rambut tidak rontok.
b) Muka : Simetris, kemerahan, tidak bengkak.
c) Mata : Untuk mengetahui warna sklera (ikterik atau tidak, menilai
kelainan fungsi hati) dan warna konjungtiva (pucat atau cukup merah,
sebagai gambaran tentang anemia secara kasar) dan secret.
d) Hidung : Untuk memeriksa kebersihan, dan adanya polip. Normalnya
tidak ada polip dan sekret.
e) Mulut : Saat hamil pada ibu hamil normalnya bibir tidak kering, tidak
terdapat stomatitis, gigi bersih tidak ada karies, tidak ada gigi palsu.
f) Telinga : Dikaji untuk memeriksa kebersihan dan kemungkinan adanya
kelainan. Normalnya adalah simetris dan tidak ada serumen berlebih.
g) Leher : Normalnya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
bendungan vena jugularis.
39

h) Ketiak : Untuk memeriksa kemungkinan adanya massa atau


pembesaran pada aksila. Normalnya tidak ada benjolan.
i) Dada : Normalnya simetris, denyut jantung teratur, dan tidak ada
gangguan pernapasan.
j) Abdomen : Dikaji ada tidak bekas luka operasi, ada massa atau tidak.
k) Genetalia : Pada keadaan normal tidak terdapat bau busuk, dan tidak
ada condiloma. Pada vulva mungkin didapat cairan jernih atau sedikit
berwarna putih tidak berbau, pada keadaan normal, terdapat
pengeluaran cairan tidak ada rasa gatal, luka atau perdarahan.
l) Punggung : Teraba lurus, tidak ada lubang atau kelainan bentuk.
m)Anus : Normalnya tidak ada haemoroid.
n) Ekstremitas : Pemeriksaan tangan dan kaki yang dikaji untuk
mengetahui adanya edema sebagai tanda awal preeklampsia dan warna
kuku yang kebiruan sebagai gejala anemia. Normalnya kedua tangan
dan kaki tidak oedem, gangguan pergerakan tidak ada.
3) Pemeriksaan Penunjang.
c. Analisa (A)
Analisa merupakan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Analisa merupakan
pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah
kedua, ketiga dan keempat sehingga mencakup hal-hal berikut ini:
diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah potensial dan kebutuhan
segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan meliputi tindakan
mandiri, tindakan kolaborasi, dan tindakan merujuk klien.
a) Diagnosa: Nn... umur... calon pengantin dengan kebutuhan..............
b) Masalah: Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami
perempuan yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil
pengkajian,normalnya tidak terjadi masalah (marmi, 2012).
c) Diagnosa Potensial: Pada keadaan normal, diagnosa potensial dapat
diabaikan
d) Tindakan Segera: Pada keadaan normal, langkah ini dapat diabaikan
d. Penatalaksanaan (P)
Penatalaksanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang
akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisa dan
40

interpretasi data P dalam SOAP meliputi pendokumentasian manajemen


kebidanan menurut Helen Varney langkah kelima, keenam dan ketujuh.
41

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, A. C. (2012) Asuhan Gizi; Nutritional Care Process. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Astutik, E & Firdaus, H. (2018) ‘Gambaran Pengetahuan Sikap Dan Perilaku


Personal Hygiene Organ Genitalia Eksterna Siswi Kelas Vii Dan Viii Smp Al-
Irsyad Al-Islamiyyah Banyuwangi Tahun 2017’, 2 No.1.

BKKBN (2014) Modul pengajaran mempersiapkan kehamilan yang sehat.

Cunningham F.G (2012) Obstetri Williams. Jakarta: EGC.

Delfanti, R. L. et al. (2018) Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Dukungan


Keluarga Tentang Imunisasi TT pada Calon Pengantin dengan Kepedulian
melakukan Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Samarinda
Balikpapan, New England Journal of Medicine. doi: 10.1056/nejmoa1407279.

Delita Krisna, dkk. (2019) ‘Hubungan Pengetahuan Dan Personal Hygine Terhadap
Kejadian Pada Siswi SMA.’, Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 9,
No.1

Hidayati, N & Suhartini, H. (2010) ‘Hubungan Personal Hygiene Perineal Pada


Pasangan Usia Subur Terhadap Kejadian Keptuhan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kebumen I Kabupaten Kebumen’, Jurnal Ilmiah Kesehatan
Keperawatan, Volume 6,.

Kementerian kesehatan RI (2014) ‘Pedoman Gizi Seimbang. Pusat Data dan


Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia’, in.

Kementerian kesehatan RI (2015) Buku Acuan Pencegahan Kanker Payudara dan


Kanker Leher Rahim. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2016) ‘Buku Saku Kespro dan Seksual
Bagi Calon Pengantin’, in, p. 15. Available at: https://doi.org/362.198.2.Ind b.

Lisa, dkk (2015) Preconception Care and Reproductive Planning in Primary Care.
Medical The Clinics.

Mandriwati (2008) Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta: EGC.

Manuaba, I. A. C., Manuaba, I. B. G. F., & Manuaba, I. B. G. (2010) Buku Ajar


Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.

Manuaba (2010) Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.

Marhaeni, A, G. (2016) ‘Keputihan Pada Wanita’, Jurnal Skala Husada, Volume 13,
pp. 30–38.

marmi (2012) Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. pustaka pelajar yogyakarta.

Nikmah, U. S & Widyasih, H. (2018) ‘Personal Hygiene Habits dan Kejadian Flour
42

Albus Patologis’, Jurnal MKMI, Vol. 14 No.1

Paratmanitya, Hadi H, S. (2012) ‘Asupan Makan dan Status Gizi Pranikah’, Jurnal
Gizi Klinik Indonesia, 8.

Paryono, I. N. (2016) ‘Perilaku Penggunana Tisu Toilet terhadap Kejadian Keputihan


pada Remaja’, Jurnal Kebidanan, 1, pp. 1–99.

Permatasari, T. (2017) Pengaruh Program Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD)


Terhadap Perbaikan Status Besi Pada Remaja Putri di Kota Bogor, Institusi
Pertanian Bog.

Saifuddin, A. (2010) Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:


JNPKKR Dan Yayasan Bina Pustaka.

Supariasa, I. D. N., Bakri, B., & Fajar, I. (2016) Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Varney H, Marlyn HE, David W, Marilyn LW, P. S. (2012) Buku Ajar Asuhan
Kebidanan. Jakarta: EGC.

Walyani Elisabeth Siwi & Endang Purwoastusi (2015) Asuhan Kebidanan Persalinan
dan Bayi Baru Lahir. Jogjakarta: Pustaka Baru Pers.

Anda mungkin juga menyukai