Tugas ini diampu oleh Nur Khafidhoh, S.SiT., M.Kes yang disusun
oleh :
ASMA’ NURBAITI
P1337424820019
Hari :
Tanggal :
Dalam Rangka Praktik Klinik Kebidanan Fisiologis Pra Nikah yang telah
diperiksa dan disetujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing institusi Prodi
Profesi Kebidanan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Semarang Tahun 2020.
Mengetahui,
Pembimbing Institusi
Nur Khafidhoh,S.SiT.,M.Kes
NIP.198010202006042003
KATA PENGANTAR
i
Kami mengucapkan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan asuhan kebidanan
pranikah. Penulisan laporan ini merupakan salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan tugas praktek kebidanan stage pranikah.
Dalam penulisan laporan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu penyelesaian laporan ini:
1. Nur Khafidhoh, S.SiT., M.Kes. selaku pembimbing institusi Poltekkes Kemenkes
Semarang.
2. Yuni Sutardi,A.Md.Keb. selaku pembimbing lahan praktik yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis selama praktik stage Pranikah di PMB
Yuni Sutardi,A.Md.Keb.
3. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan doa sehingga laporan ini
terselesaikan
4. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian laporan ini.
Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan laporan ini.
Penulis
ii
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH
3
4
3) Darah yang dianjurkan : Golongan Darah dan Rhesus, gula darah sewaktu
(GDS), thalasemia, hepatitis B dan C dan TORCH (Toksoplasmosis,
Rubella, Citomegalovirus dan Herpes simpleks) (d)
4) Pemeriksaan Urin: Urin Rutin
b. Persiapan Gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan melalui
penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi besi
serta defisiensi asam folat.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Paratmanitya, Hadi H (2012)
memberikan hasil bahwa terdapat pengaruh dari citra tubuh terhadap asupan
makan yang menyebabkan terciptanya hubungan yang berkebalikan antara
asupan makan dengan status gizi. Hal ini didukung oleh data yang
menunjukkan bahwa pada kelompok subjek yang tidak puas, rata-rata
asupan makannya lebih rendah dibandingkan dengan kelompok subjek yang
puas. Responden yang tidak puas terhadap citra tubuhnya cenderung
memiliki status gizi lebih, sehingga pada kelompok subjek dengan status gizi
lebih rata-rata asupan makannya malah cenderung lebih rendah.
Pengambilan data mengenai citra tubuh dan asupan makan memiliki
kerangka waktu (time frame) yang sama yaitu dalam 1 bulan terakhir,
sehingga pengaruh faktor pencitraan tubuh terhadap asupan makan dapat
terjadi. Untuk itu sebagai tenaga kesehatan sebaiknya menekankan
pentingnya status gizi yang baik untuk mempersiapkan kehamilan di masa
yang akan datang.
c. Status Imunisasi TT
Pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap penyakit tetanus
dilakukan dengan pemberian 5 dosis imunisasi TT untuk mencapai
kekebalan penuh.
Tabel 1.1 imunisasi TT
Status TT Interval (selang waktu) Lama Perlindungan
TT I 0
TT II 4 minggu setelah TT I 3 tahun
TT III 6 bulan setelah TT II 5 tahun
TT IV 1 tahun setelah TT III 20 tahun
TT V 1 tahun setelah TT IV 25 tahun/ seumur hidup
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Delfanti et al, (2018)
tentang Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Dukungan Keluarga
tentang Imunisasi TT pada Calon Pengantin dengan Kepedulian Melakukan
9
Imunisasi bahwa hasil dari uji statistik untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan responden dengan kepedulian melakukan imunisasi TT di KUA
Balikpapan Utara Kelurahan Gunung Samarinda Kota Balikpapan Tahun
2018 menggunakan uji ChiSquare dengan tingkat probabilitas α : 0,05.
Setelah mengolah data ternyata terdapat 0 sel (8,17%) dengan frekuensi
harapan<5, sehingga dianalisis menggunakan continuity correction
didapatkan nilai p value= 0,001 lebih kecil dari nilai α (0,05). Berdasarkan
kriteria penolakan Ho, maka Ho ditolak artinya ada hubungan antara tingkat
pengetahuan tentang imunisasi TT pada calon pengantin dengan kepedulian
melakukan imunisasi di KUA Balikpapan Utara Kelurahan Gunung
Samarinda Kota Balikpapan Tahun 2018.
d. Menjaga Kebersihan Organ Genetalia
1) Sebaiknya pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari
2) Tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat dan berbahan non sintetik
3) Pakailah handuk yang bersih, kering, tidak lembab/bau.
4) Membersihkan organ reproduksi luar dari depan ke belakang dengan
menggunakan air bersih dan dikeringkan menggunakan handuk atau tisu.
5) Khusus untuk perempuan:
a) Tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan pembilas vagina.
b) Jangan memakai pembalut tipis dalam waktu lama
c) Pergunakan pembalut ketika mentruasi dan diganti paling lama setiap
4 jam sekali atau setelah buang air.
d) Bagi perempuan yang sering keputihan, berbau dan berwarna harap
memeriksakan diri ke petugas kesehatan
6) Bagi laki-laki dianjurkan disunat untuk kesehatan
4. Informasi Tentang Kehamilan, Penundaan Kehamilan, Persalinan dan Pasca
Salin
a. Kehamilan
Kehamilan ideal adalah kehamilan yang direncanakan, diinginkan dan
dijaga perkembangannya secara baik. Namun ada kalanya berbagai faktor
yang dapat membuat kehamilan menjadi tertunda atau bahkan tidak
diinginkan. Kehamilan tidak diinginkan dapat terjadi:
1) Akibat hubungan seks pranikah
2) Akibat gagal/drop out KB
10
3) Pada unmet need (perempuan usia subur yang tidak ingin punya anak
tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi). Namun demikian, tidak ada
yang lebih membahagiakan pasangan suami istri selain dari kehadiran
buah hati dalam perkawinan mereka.
b. Tanda-tanda kehamilan
1) Tes kehamilan poitif (+)
2) Tidak mendapat menstruasi/ haid sebagaimana biasanya (tidak menstruasi
pada siklus haid bulan berikutnya)
3) Timbul rasa mual, muntah-muntah dan pusing terutama pada pagi hari
serta sering buang air kecil
4) Tidak ada nafsu makan
5) Kadang-kadang mengidam atau menginginkan makanan yang jarang ada
atau tidak pernah dimakannya
6) Pada usia kehamilan lebih lanjut dengan alat tertentu dapat terdengar
detak jantung janin.
c. Memeriksa Kehamilan
Seorang ibu sebaiknya mulai memeriksakan kehamilan seawal
mungkin, yaitu setelah terlambat haid selama 2 bulan berturut-turut sehingga
kesehatan ibu dan janin selalu dapat dipantau dan ibu bisa memperoleh
nasehat atau pengobatan bila ada keluhan.
Pelayanan pemeriksaan ibu hamil mencakup 10T :
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2) Pengukuran tekanan darah Ibu.
3) Tentukan status gizi (ukur lingkar lengan atas).
4) Pengukuran janin/pengukuran tinggi fundus uteri
5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
6) Penilaian status imunisasi TT
7) Tablet tambah darah
8) Tes laboratorium
9) Tata laksana kasus
10) Tatap muka/konseling tentang kehamilan
Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan :
1) Trimester I (0-3 bulan) : 1 kali
2) Trimester II (4-6 bulan) : 1 kali
3) Trimester III (7-9 bulan) : 2 kali
11
minggu ke 1 (hari
100 mm ke 7) minggu ke 4 (hari ke 28) minggu ke 8 (hari ke 56)
550 mm
bulan, hormon pria testis dapat terus bekerja untuk menghasilkan sperma.
Saat melakukan senggama (coitus), berjuta-juta sel sperma (spermatozoon)
masuk kedalam rongga rahim melalui saluran telur untuk mencari sel telur
yang akan di buahi dan pada akhirnya hanya satu sel sperma terbaik yang
bisa membuahi sel telur (Manuaba, I. A. C., Manuaba, I. B. G. F., &
Manuaba, 2010).
e. Menjaga Kehamilan
Ibu hamil dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa selama
tidak ditemukan adanya keluhan atau kelainan dan memperhatikan istirahat
yang cukup. Beberapa hal yang perlu diperhatikan ibu hamil adalah :
1) Jangan kelelahan dan mengangkat benda berat
2) Berbaring selama 1 jam pada siang hari, usahakan kaki lebih tinggi dari
perut
3) Tidur cukup (9 - 10 jam), tidur terlentang pada saat hamil muda, tidur
miring pada kehamilan lanjut
4) Berpakaian longgar yang menyerap keringat, memakai kutang yang dapat
menahan payudara yang membesar serta memakai alas kaki bertumit
rendah.
5) Posisi hubungan seks perlu diatur agar tidak menekan perut Ibu
6) Beraktivitas fisik dengan berjalan kaki selama 30-60 menit tiap hari atau
berolahraga ringan seperti senam hamil dilakukan dengan hati-hati dan
seksama.
7) Hindari berdekatan dengan orang yang sedang sakit menular dan orang
yang merokok.
8) Pemakaian obat harus sesuai dengan petunjuk dokter.
9) Makan bergizi seimbang termasuk sayur dan buah 3-5 porsi sehari
f. Nutrisi Makanan Ibu Hamil
Makanan ibu hamil harus diperhatikan karena selain untuk kebutuhan
ibu juga dibutuhkan untuk perkembangan janin. Kekurangan gizi akan
mengakibatkan ibu hamil cepat lelah dan pusing, muka pucat, mudah
terserang penyakit, Kekurangan ASI atau ASI tidak keluar pada saat
menyusui. Kekurangan gizi pada Ibu hamil juga bisa menyebabkan janin
keguguran, pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi lahir dengan berat
lahir rendah, perkembangan otak janin terhambat hingga dapat menyebabkan
13
kecerdasan berkurang atau cacat, bayi lahir sebelum waktunya dan yang
paling parah adalah kematian pada bayi.
Menurut penelitian (Permatasari, 2017)Muliawati (2013) Kurang
Energi Kronis merupakan keadaan dimana seseorang menderita
ketidakseimbangan asupan gizi (energi dan protein) yang berlangsung
menahun. Seseorang dikatakan menderita risiko Kurang Energi Kronis
bilamana LILA (Lingkar Lengan Atas) < 23,5 cm berarti risiko Kekurangan
Energi Kronis dan ≥ 23,5 cm berarti tidak berisiko Kekurangan Energi
Kronis. Status Kekurangan Energi Kronis sebelum kehamilan dalam jangka
panjang dan selama kehamilan akan menyebabkan ibu melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah. Di samping itu, akan mengakibatkan
anemia pada bayi baru lahir, mudah terinfeksi, abortus, dan terhambatnya
pertumbuhan otak janin (Supariasa, I. D. N., Bakri, B., & Fajar, 2016).
g. Kehamilan dan Persalinan Berisiko
Kehamilan dan persalinan berisiko tinggi biasanya terjadi karena faktor: 4
terlalu dan 3 terlambat.
4 Terlalu yaitu:
1) Terlalu muda untuk hamil (kurang dari 20 tahun)
2) Terlalu tua untuk hamil (lebih dari 35 tahun
3) Terlalu sering hamil (anak lebih dari 3)
4) Terlau dekat atau rapat jarak kehamilannya (kurang dari 2 tahun)
3 Terlambat yaitu:
1) Terlambat mengambil keputusan untuk mencari upaya medis
Kedaruratan
2) Terlambat tiba di fasilitas kesehatan
3) Terlambat mendapat pertolongan medis yang adekuat.
Usia terbaik perempuan untuk hamil antara 20-35 tahun, sementara
jarak kehamilan yang baik adalah minimal 2 tahun karena dengan jarak
kelahiran tersebut akan memberi kesempatan bagi organ - organ reproduksi
si ibu untuk mengembalikan fungsinya dengan baik dan memberi
kesempatan bagi organ-organ reproduksi si ibu untuk kembali normal
dengan baik dan memberi kesempatan bagi anak yang lahir untuk tumbuh
dan berkembang dengan perhatian yang penuh kasih sayang. Sebelum
merencanakan punya anak lagi sebaiknya dipertimbangkan, misalnya
14
a) Jamur
Umumnya disebabkan oleh jamur candida albicans yang menyebabkan
rasa gatal di sekitar vulva / vagina. Infeksi ini berupa warnanya putih
susu, kental, berbau agak keras, disertai rasa gatal pada kemaluan.
Akibatnya, mulut vagina menjadi kemerahan dan meradang. Biasanya
terjadi pada saat kehamilan, penyakit kencing manis, pemakaian pil KB,
dan rendahnya daya tahan tubuh menjadi pemicu. Bayi yang baru lahir
juga bisa tertular keputihan akibat Candida karena saat persalinan tanpa
sengaja menelan cairan ibunya yang menderita penyakit tersebut.
b) Parasit
Parasit trichomonas vaginalis yang menular dari hubungan
seks ditularkan lewat hubungan seks, perlengkapan mandi, pinjam-
meninjam pakaian dalam, atau bibir kloset. Cairan keputihan sangat
kental, berbuih, berwarna kuning atau kehijauan dengan bau anyir.
Keputihan karena parasit tidak menyebabkan gatal, tapi liang vagina
nyeri bila ditekan.
c) Bakteri
Bakteri gardnerella dan pada keputihan disebut bacterial
vaginosis. Infeksi ini menyebabkan rasa gatal dan mengganggu. Warna
cairan keabuan, berair, berbuih, dan berbau amis. Beberapa jenis bakteri
lain juga memicu munculnya penyakit kelamin seperti sifilis dan
gonorrhoea. bakteri biasanya muncul saat kehamilan, gonta-ganti
pasangan, penggunaan alat kb spiral atau iud
d) Virus
Keputihan akibat infeksi virus juga sering ditimbulkan penyakit
kelamin, seperti condyloma, herpes, HIV/AIDS. Condyloma ditandai
tumbuhnya kutil-kutil yang sangat banyak disertai cairan berbau. Ini
sering pula menjangkiti perempuan hamil. Sedang virus herpes
ditularkan lewat hubungan badan. Bentuknya seperti luka melepuh,
terdapat di sekeliling liang vagina, mengeluarkan cairan gatal, dan terasa
panas. Gejala keputihan akibat virus juga bisa menjadi faktor pemicu
kanker rahim.
b. Patofisiologi
Banyak hal sebenarnya yang membuat perempuan rawan terkena keputihan
patologis. Biasanya penyebab keputihan patologis ini karena kuman. Di
18
dalam vagina sebenarnya bukan tempat yang steril, berbagai macam kuman
ada disitu. Flora normal didalam vagina membantu menjaga keasaman PH
vagina, pada keadaan yang optimal. PH vagina seharusnya antara 3,5-5,5.
flora normal ini bisa terganggu. Misalnya karena pemakaian antiseptic untuk
daerah vagina bagian dalam. Ketidakseimbangan ini mengakibatkan
tumbuhnya jamur dan kuman-kuman yang lain. Padahal adanya flora normal
dibutuhkan untuk menekan tumbuhan yang lain itu untuk tidak tumbuh
subur. Kalau keasaman dalam vagina berubah, maka kuman-kuman lain
dengan mudah akan tumbuh sehingga akibatnya bisa terjadi infeksi yang
akhirnya menyebabkan keputihan yang berbau, gatal dan menimbulkan
ketidaknyamanan.
c. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala keputihan fisiologis dapat ditandai dengan:
1) Bayi baru lahir sampai umur 10 hari. Disebabkan karena masih ada
pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina.
2) Wanita dewasa saat mendapatkan rangsangan seksual. Sebuah mekanisme
peralihan vagina secara fisiologis. Dinding vagina bagian dalam
mengeluarkan lendir yang akan diserap kembali oleh mulut vagina dan
berfungsi untuk memudahkan hubungan seksual dan mencegah gesekan
penis yang dapat menyebabkan luka.
3) Wanita dengan penyakit menahun
4) Pada wanita hamil. Disebabkan karena perubahan hormon yang
menaikkan tingkat keasaman vagina. (Cunningham,et al.2001)
5) Waktu ovulasi,sebelum dan sesudah menstruasi.
Tanda dan gejala Keputihan Patologis dapat ditandai dengan:
1) Keluarnya lendir dalam jumlah banyak.
2) Timbul terus menerus
3) Warnanya berubah (Misalnya kuning, hijau, abu-abu, menyerupai susu/
yoghurt)
4) Putih, encer berbintik banyak, berbau tidak sedap disertai penyakit
sistemik, buang air kecil terasa panas, pruritus vulva, pseudohifa yang
disebabkan oleh candida albicans.
5) Disertai adanya keluhan (gatal,panas,nyeri) serta berbau (Wijayanti,2009)
19
9)Hindari bertukar celana dalam dan handuk dengan teman atau bahkan
saudara kita sendiri karena berganti-ganti celana bisa menularkan penyakit.
10)Bulu yang tumbuh di daerah kemaluan bisa menjadi sarang kuman bila
dibiarkan terlalu panjang. Untuk menjaga kebersihan, potonglah secara
berkala bulu di sekitar kemaluan dengan gunting atau mencukurnya dengan
hati-hati
Menurut penelitian Nikmah, U. S & Widyasih (2018) Keputihan yang
terjadi tersebut cenderung disebabkan oleh masih minimnya kesadaran untuk
menjaga kesehatan terutama kesehatan organ genitalianya. Selain itu,
keputihan sering dikaitkan dengan kadar keasaman daerah sekitar vagina,
bisa terjadi akibat pH vagina tidak seimbang. Sementara kadar keasaman
vagina disebabkan oleh dua hal yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor eksternal antara lain kurangnya personal hyangiene, pakaian dalam
yang ketat, dan penggunaan WC umum yang tercemar bakteri Clamydia.
Sejalan dengan penelitian Delita Krisna (2019) mengatakan bahwa
hasil uji statistik chi-square didapatkan p value = 0,000 lebih kecil dari 0,05,
maka menunjukkan bahwa ada hubungan secara parsial antara personal
hyangine terhadap kejadian flour albus (keputihan) pada siswi SMA Negeri
5 Prabumulih tahun 2019. Dengan demikian hipotesis menyatakan ada
hubungan yang bermakna antara personal hyangine terhadap kejadian
keputihan dan sudah terbukti secara statistik. Berdasarkan hasil penelitian di
atas, maka peneliti berasumsi bahwa siswi yang melakukan personal
hyangine buruk seperti jarang mengganti pakaian dalam, jarang mengganti
pembalut pada saat menstruasi, cara mencuci kemaluan yang salah,
menggunakan pakaian dalam yang berbahan nylon dan sering menggunakan
cairan sabun pembersih vagina. Hal inilah yang menyebabkan adanya
bakteri jahat dan jamur masuk kedalam vagina sehingga menyebabkan
keputihan.
Sedangkan menurut penelitian Paryono (2016) mengatakan bahwa
hasil penelitian menunjukan dari perhitungan statistik didapatkan p: 0,000
yang artinya ada perbedaan tanda gejala keputihan sesudah menggunakan
tisu toilet lebih sedikit dibanding sebelum menggunakan tisu toilet pada
siswi di SMA Veteran 1 Sukoharjo. Teori Boyke (2013) dengan
menggunakan tisu secara teratur ketika genetalia lembab dapat mengurangi
kejadian keputihan yang paling sering dialami perempuan. Menurut Revina
21
Herpes
Geneta
lia
(2011) Tisu sangat efektif dibawa dan digunakan setiap saat. Selain
mencegah keputihan, tisu kesehatan dapat menghilangkan gatal-gatal di area
organ intim perempuan, mampu mencegah jamur penyebab bau tidak sedap
pada organ intim, serta yang lebih penting adalah mampu mencegah
penyakit mematikan di kalangan kaum perempuan yaitu kanker serviks.
Sehingga menjadikan tisu kesehatan sebagai perawatan lengkap bagi organ
intim.
6. Informasi tentang Infeksi Menular Seksual
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit yang salah satu
penularannya melalui hubungan seksual. Dulu kita kenal juga dengan nama
Penyakit Kelamin. Jika kita melakukan hubungan seks berisiko, maka kita
dapat terkena penyakit kelamin atau infeksi menular seksual ini.
1) Gejala Infeksi Menular Seksual
a) Keluar cairan dari vagina, penis atau anus yang berbeda dari
biasanya.
b) Rasa perih atau nyeri atau panas pada saat kencing atau setelah
kencing, atau menjadi sering kencing.
c) Ada luka terbuka/basah di sekitar kemaluan atau sekitar mulut.
Luka ini bisa terasa nyeri bisa juga tidak.
d) Ada semacam tumbuhan seperti jengger ayam/kutil di sekitar
kemaluan.
e) Terjadi pembengkakan pada lipatan paha.
f) Pada pria, terdapat bengkak dan nyeri pada kantung pelir/kantung
zakar.
g) Sakit perut di bagian bawah yang kambuhan, tetapi tidak
berhubungan dengan haid/menstruasi.
2) Jenis-jenis IMS (Infeksi Menular Seksual
Kondilom
a
akuminata
Konjungtivis
Gonore Sifilis
is gonore
Gambar 2.5 Jenis- IMS
a) Gonore dan Klamidia berakibat kemandulan bagi penderitanya,
22
7. Informasi tentang Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara
a. Kanker Leher Rahim
Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan
kanker pembunuh perempuan nomor dua di dunia setelah kanker payudara.
Di Indonesia, kanker leher rahim bahkan menduduki peringkat pertama.
Kanker leher rahim yang sudah masuk ke stadium lanjut sering
menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat. Serviks atau leher
rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah rahim yang menonjol ke
liang sanggama (vagina). Kanker serviks berkembang secara bertahap.
Proses terjadinya kanker ini diperlukan waktu 1-20 tahun.
1) Faktor Risiko Kanker Leher Rahim
Ada beberapa sebab yang dapat meningkatkan resiko terjadinya
kanker leher rahim, antara lain adalah :
a) Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia
muda. Semakin muda seorang perempuan melakukan hubungan
seks, semakin besar risikonya untuk terkena kanker leher rahim.
b) Berganti-ganti pasangan seksual. Perilaku seksual berupa gonta-
ganti pasangan seks akan meningkatkan penularan penyakit
kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi Human
Papilloma Virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan
timbulnya kanker leher rahim.
c) Merokok. Perempuan perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar
terkena kanker leher rahim dibandingkan dengan perempuan
yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir leher
rahim pada perempuan perokok mengandung nikotin dan zat-
zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan
menurunkan daya tahan leher rahim di samping merupakan
faktor pencetus (ko- karsinogen) infeksi virus.
d) Persalinan, infeksi, dan iritasi menahun pada leher rahim dapat
menjadi pemicu kanker leher rahim.
2) Tanda-tanda Kanker Leher Rahim
Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang
khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai
berikut:
a) Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina.
25
Kehidupan seksual suami dan istri adalah suatu hubungan yang dibina
oleh suami dan istri, dimana masing-masing pihak dapat memperlihatkan
bentuk kasih sayang cintanya lewat sebuah tindakan pribadi yang dilakukan
berdua. Pada dasarnya setiap orang yang sudah dewasa memiliki dorongan
untuk melakukan hubungan seksual terutama bagi mereka yang menikah dan
telah hidup bersama setiap hari. Namun ada kalanya dorongan seksual tersebut
terganggu oleh beberapa hal. Gangguan seksual dapat dipengaruhi oleh faktor
fisik dan psikis. Kalau kedua faktor ini baik, fungsi seksual juga baik. Faktor
fisik adalah ada tidaknya penyakit, pola hidup sehat, atau ada tidaknya
pengobatan yang didapat untuk mendukung fungsi organ tubuh. Sementara
faktor psikis misalnya stres, kejenuhan, serta suasana hubungan yang pribadi
atau kadar cinta dengan pasangan.
Gangguan seksual dapat terjadi pada suami (laki-laki) ataupun istri
(perempuan). Oleh karena itu, kehidupan seksual dalam rumah tangga tidak
boleh berpihak hanya kepada satu orang saja, tetapi harus dapat
dikomunikasikan apa yang menjadi kebutuhan seksual dari masing-masing
pihak, apa yang disukai dan apa yang tidak disukai, sehingga ketika kegiatan
seksual itu dilaksanakan, pihak suami atau istri sama-sama mengetahui apa
yang bisa dan apa yang tidak bisa dilakukan oleh mereka. Tujuannya adalah
agar kedua belah pihak sama-sama puas.
a. Gangguan Seksual pada Perempuan
1) Gangguan dorongan seksual, misalnya dorongan seksual hipoaktif dan
ketidaksenangan terhadap aktivitas seksual.
2) Gangguan bangkitan seksual, yaitu vagina yang kurang mengeluarkan
cairan meskipun sudah dalam keadaan cukup terangsang.
3) Tidak bisa atau sulit untuk mencapai orgasme saat berhubungan seksual.
4) Rasa sakit atau tidak nyaman di kelamin dan sekitarnya setiap kali
berhubungan seksual.seksual hipoaktif dan ketidaksenangan terhadap
aktivitas seksual.
b. Gangguan Seksual pada Laki-laki
1) Gangguan dorongan seksual, misalnya akibat penyakit fisik atau psikis.
2) Disfungsi ereksi, misalnya karena menderita diabetes melitus.
3) Gangguan ejakulasi, yaitu ejakulasi dini atau justru ejakulasi yang
terhambat.
4) Gangguan orgasme, yaitu tidak bisa merasakan orgasme.
28
agama dalam kehidupan klien, tradisi agama dalam kehamilan dan lain –
lain (Walyani Elisabeth Siwi & Endang Purwoastusi, 2015).
d) Suku Bangsa
Dikaji untuk menentukan adat istiadat atau budayanya. Ras, etnis, dan
keturunan harus diidentifikasi dalam rangka memberikan perawatan yang
peka budaya kepada klien.
e) Pendidikan
Tanyakan tingkat pendidikan tertinggi klien. Mengetahui pendidikan
klien berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan
konseling sesuai dengan pendidikannya.
f) Pekerjaan
Mengetahui pekerjaan klien adalah penting untuk mengetahui
kemungkinan pengaruh lingkungan kerjan pasien terhadap kehamilan
yang dapat merusak janin, dan persalinan prematur.
g) Alamat
Dikaji untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal klien,
sehingga lebih memudahkan pada saat akan bersalin sert mengetahui
jarak rumah dengan tempat pelayanan kesehatan.
h) Alasan Datang
Ditanyakan untuk mengetahui alasan datang ke bidan/ klinik, apakah
untuk memeriksakan keadannya atau untuk memeriksakan keluhan lain
yang disampaikan dengan kata – katanya sendiri.
i) Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke ke
fasilitas kesehatan.
j) Riwayat Obstetri
a) Menarch : Dikaji untuk mengetahui kapan pertama kali pasien
menstruasi. Umumnya menarche terjadi pada usia 12-13 tahun.
b) Siklus : Siklus merupakan jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari. Dikaji teratur
atau tidaknya setiap bulan. Biasanya sekitar 23-32 hari.
c) Lamanya : Menurut Walyani (2015) lamanya haid yang normal
adalah kurang lebih 7 hari. Apabila sudah mencapai 15 hari berarti
34
Normal : 17 – 23 Kg/ m2
Kegemukan : 23 – 27 Kg/ m2
Obesitas : > 27 Kg/ m2
(2) Untuk Laki – Laki
Kurus : < 18 Kg/m2
Normal : 18 – 25 Kg/ m2
Kegemukan : 25 – 27 Kg/ m2
Obesitas : > 27 Kg/ m2
i) LILA
Ukuran LILA yang normal adalah 23,5 cm, diukur sebelum hamil.
Bila ditemukan pengukuran kurang dari 23,5 cm maka status gizi ibu
kurang (Mandriwati, 2008).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mandriwati (2008)
tentang Hubungan Status Gizi Pada Calon Pengatin (Catin) dengan
Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Berdasarkan hasil analisis dengan uji
exact fisher, diperoleh nilai p-value (>0,05), yaitu 0,07 hal tersebut
berarti Ha ditolak, Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan antara status gizi calon penganti dengan kadar
hemoglobin ibu hamil.
2) Status Present
a) Kepala : Untuk mengetahui kebersihan kepala. Normalnya bentuk
mesochepal, kulit kepala bersih dan rambut tidak rontok.
b) Muka : Simetris, kemerahan, tidak bengkak.
c) Mata : Untuk mengetahui warna sklera (ikterik atau tidak, menilai
kelainan fungsi hati) dan warna konjungtiva (pucat atau cukup merah,
sebagai gambaran tentang anemia secara kasar) dan secret.
d) Hidung : Untuk memeriksa kebersihan, dan adanya polip. Normalnya
tidak ada polip dan sekret.
e) Mulut : Saat hamil pada ibu hamil normalnya bibir tidak kering, tidak
terdapat stomatitis, gigi bersih tidak ada karies, tidak ada gigi palsu.
f) Telinga : Dikaji untuk memeriksa kebersihan dan kemungkinan adanya
kelainan. Normalnya adalah simetris dan tidak ada serumen berlebih.
g) Leher : Normalnya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
bendungan vena jugularis.
39
DAFTAR PUSTAKA
Delita Krisna, dkk. (2019) ‘Hubungan Pengetahuan Dan Personal Hygine Terhadap
Kejadian Pada Siswi SMA.’, Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 9,
No.1
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2016) ‘Buku Saku Kespro dan Seksual
Bagi Calon Pengantin’, in, p. 15. Available at: https://doi.org/362.198.2.Ind b.
Lisa, dkk (2015) Preconception Care and Reproductive Planning in Primary Care.
Medical The Clinics.
Mandriwati (2008) Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta: EGC.
Manuaba (2010) Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.
Marhaeni, A, G. (2016) ‘Keputihan Pada Wanita’, Jurnal Skala Husada, Volume 13,
pp. 30–38.
marmi (2012) Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. pustaka pelajar yogyakarta.
Nikmah, U. S & Widyasih, H. (2018) ‘Personal Hygiene Habits dan Kejadian Flour
42
Paratmanitya, Hadi H, S. (2012) ‘Asupan Makan dan Status Gizi Pranikah’, Jurnal
Gizi Klinik Indonesia, 8.
Supariasa, I. D. N., Bakri, B., & Fajar, I. (2016) Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Varney H, Marlyn HE, David W, Marilyn LW, P. S. (2012) Buku Ajar Asuhan
Kebidanan. Jakarta: EGC.
Walyani Elisabeth Siwi & Endang Purwoastusi (2015) Asuhan Kebidanan Persalinan
dan Bayi Baru Lahir. Jogjakarta: Pustaka Baru Pers.