Anda di halaman 1dari 39

Pengaruh Kehamilan usia remaja terhadap durasi proses persalinan kala I dan Kala II di

desa tunguatu kabupaten kepulauan aru kecamatan pulau-pulau aru


BAB I

PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan adalah suatu proses fisiologis yang mengakibatkan perubahan pada

tubuh ibu dan lingkungannya. Selama kehamilan, sistem tubuh wanita mengalami

transformasi mendasar untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin di

dalam rahim. Meskipun kehamilan, persalinan, dan kelahiran adalah proses alami,

komplikasi bisa timbul kapan saja dan dapat memiliki dampak serius pada kesehatan ibu

dan janin (Wati et al, 2023).

Persalinan sangat dipengaruhi oleh lima faktor utama yaitu power (kekuatan ibu,

kontrasi dan kekuatan mengejan), passage atau penumpang (janin, plasenta dan cairan

ketuban), passage (jalan lahir), psikologi dan penolong persalinan. Faktor power,

passage dan passanger merupakan faktor fisik dan sangat dipengaruhi oleh fisik dan

sistem tubuh ibu senndiri, sedangkan psikologi dan penolong lebih ke arah faktor sosial.

Semua faktor tersebut dibuktikan berpengaruh signifikan terhadap lama suatu proses

persalinan meskipun faktor psikologi menjadi faktor yang dominan. Meskipun

merupakan faktor sosial ternyata faktor psikologi. Persiapan optimal kelima faktor

tersebut sangat menentukan lancar tidaknya proses persalinan (Kusbandiyah, 2023).


Remaja, menurut World Health Organization (WHO), adalah individu yang berada

pada fase peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut WHO tahun 2018,

remaja adalah individu yang berusia 10-19 tahun. Di Indonesia, terdapat beberapa

definisi yang berlaku, misalnya menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 25 tahun

2014, remaja dianggap sebagai kelompok usia 10-18 tahun menurut Kementerian

Kesehatan RI. Sementara menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) tahun 2015, rentang usia remaja adalah 10-24 tahun, dengan syarat

belum menikah. Hal ini menunjukkan adanya variasi definisi usia remaja di Indonesia

berdasarkan berbagai lembaga dan peraturan yang berlaku (Ayu et al., 2020).

Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada seorang wanita dengan usia

kurang dari 20 tahun. Padahal, kehamilan pada rentang usia ini dapat meningkatkan

risiko-risiko kesehatan pada wanita. Kehamilan pada wanita remaja dapat

mengakibatkan risiko komplikasi yang signifikan bagi ibu dan bayi yang dikandungnya,

seperti anemia, eklampsia, keguguran, persalinan prematur, peningkatan angka

kematian bayi baru lahir, perdarahan, dan perlunya tindakan operasi obstetrik (Hindiarti,

2019).

Penyebab dari masalah ini sangat beragam, meliputi kemiskinan, akses pendidikan

dan kesempatan kerja yang terbatas, kesenjangan gender, tempat tinggal di pedesaan,

akses buruk dan rendahnya penggunaan kontrasepsi, serta kurangnya informasi

mengenai kesehatan seksual dan reproduksi (SRH). Status perkawinan juga merupakan

faktor penting terkait dengan kehamilan remaja, di mana banyak anak perempuan
menghadapi tekanan besar untuk menikah. Di banyak masyarakat, anak perempuan

yang sudah menikah juga mengalami tekanan untuk segera memiliki anak, sehingga

sekitar 90% dari seluruh kehamilan remaja terjadi dalam konteks pernikahan (Phiri et

al., 2023).

Menurut World Health Organization (WHO), tahun 2018 menunjukkan bahwa

sebanyak 12,8 juta kelahiran terjadi pada ibu yang berusia 15-19 tahun setiap tahunnya

atau 44 kelahiran per 1000 remaja perempuan. Angka kelahiran remaja paling rendah di

Negara berpenghasilan tinggi (12 kelahiran per 1000) dan tertinggi di Negara

berpenghasilan rendah (97 kelahiran per 1000). Beberapa faktor berkontribusi terhadap

kehamilan dan kelahiran remaja. Pertama, di banyak masyarakat, anak perempuan

berada di bawah tekanan untuk menikah dan mempunyai anak. Pada tahun 2021,

perkiraan jumlah pengantin anak di seluruh dunia adalah 650 juta, pernikahan pada

remaja menempatkan anak perempuan pada peningkatan risiko kehamilan karena anak

perempuan yang menikah pada usia dini biasanya memiliki otonomi yang terbatas untuk

mempengaruhi pengambilan keputusan mengenai penundaan kehamilan dan

penggunaan kontrasepsi. Kedua, di banyak tempat, anak perempuan memilih untuk

hamil karena prospek pendidikan dan pekerjaan mereka terbatas. Seringkali dalam

masyarakat seperti ini, peran sebagai ibu di dalam atau di luar perkawinan/perkawinan

dihargai, dan perkawinan atau perkawinan dan melahirkan anak mungkin merupakan

pilihan terbaik dari pilihan terbatas yang tersedia bagi remaja perempuan.
Survei Badan Pusat Statistika (BPS) Indonesia tahun 2019 menunjukkan bahwa

Persentase Perempuan hamil Berumur 15-19 tahun mencapai 47 per 100 kehamilan. 1

dari 9 anak perempuan menikah di Indonesia . Perempuan umur 20-24 tahun yang

menikah sebelum usia 18 tahun. Pada tahun 2018, diperkirakan mencapai sekitar

1.220.900 dan angka ini menempatkan Indonesia pada 10 negara dengan angka absolut

perkawinan anak tertinggi di dunia (Nursari dan Putri, 2022).

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka peneliti merumuskan masalah pada peneitian ini

bagaimana pengaruh kehamilan usia remaja terhadap durasi proses persalinan kala I dan

kala II di Desa Tunguatu Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2021-2023

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kehamilan usia remaja

terhadap durasi proses persalinan kala I dan kala II di desa Tunguatu.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengaruh kehamilan usia remaja terhadap proses persalinan kala I di

desa Tunguatu Tahun 2021-2023.

2. Mengetahui pengaruh kehamilan usia remaja terhadap proses persalinan kala II

di desa Tunguatu Tahun 2021-2023.


3. Mengetahui distribusi frekuensi kehamilan remaja berdasarkan karakteristik ibu.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan aplikativ:

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi jurusan, hasil penelitian dapat menjadi pelengkap dari penelitian-penelitian

yang pernah dilakukan sebelumnya dan menjadi bahan evaluasi bagi pihak

institusi terhadap sistem pembelajaran serta menciptakan kebijakan yang sesuai

demi kelancaran pembelajaran di dalam institusi.

2. Bagi Penelitian, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber rujukan untuk

menambah wawasan dan pengetahuan dalam melakakukan penelitian

selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Aplikatif

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi dalam

menambah wawasan dan kesadaran masyarakat mengenai pengaruh kehamilan

usia remaja dengan lamanya persalinan dalam upaya pencegahan kejadian

komplikasi maternal dan perinatal.


BAB II

Tinjauan Pustaka

1.1 Kehamilan

1.1.1 Definisi

Kehamilan adalah suatu proses yang terjadi antara pertemuan sel sperma dan ovum

didalam indung telur (ovarium) atau yang disebut dengan konsepsi hingga tumbuh

menjadi zigot lalu menempel didinding rahim, pembentukan plasenta, hingga hasil

konsepsi tumbuh dan berkembang sampai lahirnya janin tumbuh dan berkembang di

dalam uterus. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7

hari), dihitung dari hari pertama haid terakhir (Efendi et all, 2022).

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin mulai sejak

konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Lama kehamilan menurut Romauli

normalnya berlangsung selama 280 hari atau 40 pekan (minggu) atau 10 bulan (lunar

months). Kehamilan dibagi atas 3 triwulan (trimester) yaitu, kehamilan triwulan I antara

0 -12 minggu, kehamilan triwulan II antara 12 - 28 minggu, dan kehamilan triwulan III

antara 28 – 40 minggu. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah

peristiwa yang dimulai dari konsepsi (pembuahan) dan berakhir dengan permulaan

persalinan (Fratidina et al., 2022).


1.1.2 Fisiologi Kehamilan

Setiap bulan, ovum hanya dilepaskan satu kali, biasanya sekitar hari ke-14 pada

siklus menstruasi 28 hari. Siklus menstruasi bervariasi pada setiap orang. Ada beberapa

cara untuk menentukan masa subur, misalnya:

a) Berdasarkan hari pertama menstruasi ditambah 12 dan berlangsung selama tujuh hari.

Contohnya, jika menstruasi dimulai pada tanggal 5, maka masa suburnya adalah tanggal

17-24 dengan rumus (5+12) sampai (5+12)+7=24.

b) Melakukan pengukuran suhu basal karena saat ovulasi terjadi pelepasan telur dan

suhu tubuh naik sekitar 1\2 derajat Celsius.

c) Keinginan seksual mungkin meningkat saat ovulasi.

d) Rasa nyeri mungkin dirasakan karena pelepasan ovum.

Saat ejakulasi, sperma akan ditampung di dalam vagina. Bentuk sperma yang

mirip kecebong dengan kepala lonjong dan ekor panjang memungkinkan sperma

bergerak masuk melalui kanalis serviks dan kavum uteri, kemudian menunggu

kedatangan sel telur di dalam tuba. Jika ovulasi terjadi pada saat itu, kemungkinan besar

akan terjadi pembuahan.

Ketika kepala sperma masuk ke dalam ovum dan meninggalkan ekornya, inti-

inti sel bertemu dan mencari pasangan kromosomnya. Awalnya, inti sel membelah

menjadi dua dan terus berlanjut hingga seluruh ruang ovum penuh dengan hasil
pembelahan sel, yang disebut morula. Pembelahan sel terus berlanjut hingga

membentuk ruang dalam yang berisi cairan, yang disebut blastokista. Sementara itu,

bagian luar dinding telur memiliki rumbai-rumbai yang disebut villi, yang akan

menanamkan diri pada lapisan dalam rahim yang telah siap menerima dalam bentuk

reaksi decidua.

Hasil pembuahan berupa blastokista dengan villi korealisnya dapat menanamkan

diri pada dinding rahim dalam proses yang disebut nidasi atau implantasi. Waktu yang

dibutuhkan dari saat pembuahan, fertilisasi, kehamilan, hingga nidasi adalah sekitar 6-7

hari (Purwaningsih et all, 2010).

1.1.3 Tanda-Tanda Kehamilan

Dengan adanya kehamilan maka sistem tubuh wanita mengalami perubahan yang

mendasar untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim selama

proses kehamilan seseorang. Kehamilan, persalinan, dan kelahiran merupakan proses

fisiologis, tetapi penyulit dapat muncul kapan saja, dan dapat memberikan dampak

serius pada ibu dan janin. Istilah kehamilan risiko tinggi (kehamilan berisiko) digunakan

ketika faktor fisiologis atau psikologis secara signifikan dapat meningkatkan

kemungkinan mortalitas atau morbiditas ibu atau janin Tanda-tanda dugaan seseorang

mengalami kehamilan :

Tanda dan gejala kehamilan dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu tanda-

tanda pasti dan tanda-tanda mungkin. Tanda-tanda pasti kehamilan melibatkan beberapa

indikator yang dapat dengan pasti menegaskan kehamilan, seperti mendengar bunyi
jantung janin, melihat, meraba, atau mendengar pergerakan anak, serta melihat rangka

janin menggunakan sinar rontgen atau ultrasound. Namun, tanda-tanda pasti ini baru

dapat dipastikan setelah mencapai usia kehamilan sekitar empat bulan. Penggunaan

USG memungkinkan deteksi kantong kehamilan pada usia kehamilan 10 minggu,

sementara bunyi jantung janin dapat didengar pada usia kehamilan 12 minggu.

Di sisi lain, tanda-tanda mungkin kehamilan mungkin dapat terlihat pada

trimester pertama, meskipun kehamilan hanya dapat diduga. Tanda-tanda ini melibatkan

perubahan fisik dan biologis pada tubuh ibu hamil. Tanda-tanda objektif mencakup

perubahan bentuk dan konsistensi rahim, perubahan pada serviks, kontraksi Braxton

Hicks, serta ballottement yang dapat dilihat melalui pemeriksaan dalam maupun luar.

Selain itu, pembesaran perut, keluarnya colostrum, dan hyperpigmentasi pada kulit juga

merupakan indikator tanda-tanda mungkin kehamilan. Sementara itu, tanda-tanda

subjektif melibatkan amenore (tidak menstruasi), mual dan muntah, merasakan

pergerakan anak, sering buang air kecil akibat tekanan rahim pada kandung kemih, dan

perasaan nyeri serta keberatan pada payudara. Namun, penting untuk diingat bahwa

tanda-tanda mungkin ini hanya bersifat indikatif dan harus dikonfirmasi oleh

profesional medis untuk mendapatkan diagnosis yang pasti (Kusmiyati et all, 2008).

1.1.4 Adaptasi Fisiologis selama Kehamilan

Adaptasi fisiologi pada wanita hamil melibatkan sejumlah perubahan yang

signifikan pada tubuhnya. Pertama-tama, uterus mengalami pertumbuhan besar,

beratnya meningkat dari 30 gram menjadi 1000 gram, dengan ukuran panjang 32 cm,
lebar 24 cm, dan muka belakang 22 cm. Pertumbuhan uterus ini tidak merata, dengan

area implantasi ovum dan insersi plasenta tumbuh lebih cepat. Selain itu, cervix menjadi

lunak dan pembuluh darah dalam cervix bertambah, menyebabkan oedema dan

hyperplasia kelenjar servix. Vagina juga mengalami perubahan dengan peningkatan

pembuluh darah, kekenyalan, dan reaksi asam dengan pH 3,5-6,0, membantu dalam

persiapan persalinan.

Pada ovarium, corpus lutheum graviditatis mungkin muncul, tetapi akan

menghilang setelah bulan ke-4 kehamilan. Dalam hal dinding perut, pada kehamilan

lanjut, terutama pada primigravida, sering terbentuk striae gravidarum, garis-garis

memanjang atau serong pada perut. Kulit juga mengalami hyperpigmentasi, terutama

pada areola mammae, papilla mammae, dan linea alba, meskipun gejala ini umumnya

menghilang setelah persalinan. Payudara membesar karena hypertophi alveoli, dan vena

yang meluas tampak di bawah kulit payudara.

Secara fisiologis, metabolisme basal meningkat, penimbunan protein terjadi, dan

kadar zat lemak dalam darah naik. Volume darah meningkat, terutama volume plasma,

meskipun ini menyebabkan penurunan kadar Hb. Jantung menanggung beban ekstra

karena peningkatan volume darah dan perluasan pengaliran, serta adanya fetus dan

placenta.

Pada sistem gastrointestinal, sekresi asam lambung dan gerakan lambung

berkurang, kadang menyebabkan mual dan kembung. Tonus usus juga menurun,

menyebabkan obstipasi. Sistem urinarius mengalami peningkatan aktivitas ginjal dan


melebarnya ureter karena tekanan rahim yang membesar, meskipun kapasitas kandung

kemih mengalami penurunan karena desakan kepala janin.

Adaptasi fisiologi ini diikuti oleh perubahan hormonal, termasuk produksi hCG

oleh sel-sel trofoblas, hPL oleh sel-sel synsitiotrophoblas, dan estrogen oleh ovarium

dan plasenta. Perubahan ini mempengaruhi berbagai aspek fisik dan emosional pada

wanita hamil, menciptakan perasaan campuran antara kegembiraan, cemas, dan kasih

sayang. Hal ini menandai awal dari perjalanan kehamilan yang kompleks dan menuntut.

(Masriroh, 2013).

1.1.5 Keluhan Selama Kehamilan

Keluhan selama kehamilan merupakan kondisi subyektif yang dialami oleh individu

yang sedang hamil, di mana tubuhnya beradaptasi dengan keadaan kehamilannya

(Depkes RI, 2007). Keluhan-keluhan ini dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Triwulan I (Usia kehamilan 1-3 bulan):

a. Mual dan Muntah: Biasanya terjadi di pagi hari dan menghilang

menjelang tengah hari (morning sickness).

b. Perasaan Negatif atau Mual: Terutama saat mencium bau yang kuat.

c. Pusing: Terutama saat bangun tidur, disebabkan oleh gangguan

keseimbangan ketika perut kosong.

d. Sering Kencing: Dikarenakan tekanan dari uterus yang membesar

menekan kandung kemih.


e. Keputihan (Lekorea): Dipengaruhi oleh peningkatan hormon kehamilan

(estrogen dan progesteron) yang mempengaruhi mukosa serviks dan

vagina.

f. Pengeluaran Darah Pervaginam: Jika terjadi perdarahan, perlu

diwaspadai kemungkinan keguguran.

g. Pembesaran Perut: Perut mulai membesar.

h. Aspek Psikologis: Perasaan senang dan penerimaan kehamilan akan

mempengaruhi cara ibu hamil mengatasi keluhan-keluhan ini. Pada saat

yang sama, penolakan terhadap kehamilan dapat menimbulkan

ketidaknyamanan dan antipati terhadap kondisi kehamilan, menciptakan

konflik emosional yang memerlukan perhatian dan dukungan suami.

2. Triwulan II (Usia kehamilan 4-6 bulan):

Pada periode ini, keluhan-keluhan subyektif biasanya berkurang. Jika ibu hamil

masih mengalami keluhan yang mirip dengan triwulan I, perlu diwaspadai adanya

faktor-faktor psikologis. Ibu hamil pada triwulan ini biasanya telah beradaptasi dengan

kehamilannya, perasaannya lebih stabil, dan ibu dapat merasakan pengalaman baru,

seperti gerakan bayi dan detak jantung janin melalui alat doptone atau pemeriksaan

ultrasonografi (USG). Triwulan II dianggap sebagai fase aman kehamilan, di mana ibu

hamil dapat menjalani aktivitasnya tanpa gangguan signifikan.

3. Triwulan III (Usia kehamilan 7-9 bulan):

Pada periode ini, beberapa keluhan sering muncul, termasuk:


a. Pusing dengan Pandangan Berkunang-kunang: Dapat menandakan adanya

anemia dengan kadar hemoglobin (Hb) di bawah 10 gr%.

b. Pandangan Kabur dengan Pusing: Indikasi kemungkinan hipertensi yang

memerlukan rujukan.

c. Edema pada Kaki: Perlu dicurigai sebagai gejala dari trias klasik eklamsi.

d. Sesak Napas: Perlu dicurigai sebagai tanda kelainan letak (sungsang).

e. Perdarahan Pervaginam: Bisa menandakan adanya placenta previa atau solusio

plasenta.

f. Pecah Ketuban: Perlu diwaspadai jika cairan keluar di tempat tidur siang atau

malam hari, bukan saat buang air kecil.

g. Sering Kencing: Disebabkan oleh penekanan pada kandung kemih akibat kepala

bayi yang masuk ke panggul.

h. Aspek Psikologis: Pada masa ini, ibu hamil umumnya merasa senang karena

mendekati saat kelahiran bayi (Purwaningsihet all, 2010).

1.1 Persalinan normal

1.1.1 Definisi

Persalinan merupakan suatu proses membuka dan menipisnya serviks dan janin

turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Indah, 2019).

1.1.2 Tanda dan Gejala

Tanda-tanda persalinan meliputi beberapa hal yang dapat diidentifikasi secara klinis.

Pertama, ibu mungkin merasa dorongan untuk meneran seiring dengan munculnya

kontraksi. Kedua, terdapat peningkatan tekanan yang dirasakan oleh ibu pada daerah

rektum dan vagina. Selanjutnya, perineum dapat terlihat menonjol. Kemudian, terjadi

pembukaan pada vulva, vagina, dan sfingter ani. Terakhir, terjadi peningkatan dalam

pengeluaran lendir yang bercampur dengan darah. Namun ada 3 tanda yang paling

utama dalam terjadinya persalinan yaitu (Marmi, 2012):

1. Kontraksi

Ibu merasakan kontraksi yang kuat dan teratur, disertai rasa nyeri yang menjalar dari

pinggang hingga paha. Hal ini terjadi karena pengaruh hormon oksitosin yang secara

fisiologis membantu dalam proses pengeluaran janin. Ada 2 macam kontraksi yang

pertama kontraksi palsu (Braxton hicks) dan kontraksi yang sebenarnya. Pada

kontraksi palsu berlangsung sebentar, tidak terlalu sering dan tidak teratur, semakin

lama tidak ada peningkatan kekuatan kontraksi. Sedangkan kontraksi yang

sebenarnya bila ibu hamil merasakan kenceng-kenceng makin sering, waktunya

semakin lama, dan makin kuat terasa, diserta mulas atau nyeri seperti kram perut.

Perut bumil juga terasa kencang. Kontraksi bersifat fundal recumbent/nyeri yang
dirasakan terjadi pada bagian atas atau bagian tengah perut atas atau puncak

kehamilan (fundus), pinggang dan panggul serta perut bagian bawah. Tidak semua

ibu hamil mengalami kontraksi (His) palsu. Kontraksi ini merupakan hal normal

untuk mempersiapkan rahim untuk bersiap mengadapi persalinan

2. Pembukaan serviks

Pada primigravida >1,8cm dan multigravida 2,2 cm biasanya pada ibu hamil dengan

kehamilan pertama, terjadinya pembukaan ini disertai nyeri perut. Sedangkan pada

kehamilan anak kedua dan selanjutnya, pembukaan biasanya tanpa diiringi nyeri.

Rasa nyeri terjadi karena adanya tekanan panggul saat kepala janin turun ke area

tulang panggul sebagai akibat melunaknya rahim. Untuk memastikan telah terjadi

pembukaan, tenaga medis biasanya akan melakukan pemeriksaan dalam (vaginal

toucher)

3. Pecahnya ketuban dan keluarnya bloody show.

Dalam bahasa medis disebut bloody show karena lendir ini bercampur darah. Itu

terjadi karena pada saat menjelang persalinan terjadi pelunakan, pelebaran, dan

penipisan mulut rahim. Bloody show seperti lendir yang kental dan bercampur darah.

Menjelang persalinan terlihat lendir bercampur darah yang ada di leher rahim tsb

akan keluar sebagai akibat terpisahnya membran selaput yang menegelilingi janin

dan cairan ketuban mulai memisah dari dinding rahim.

Tanda selanjutnya pecahnya ketuban, di dalam selaput ketuban (korioamnion) yang

membungkus janin, terdapat cairan ketuban sebagai bantalan bagi janin agar
terlindungi, bisa bergerak bebas dan terhindar dari trauma luar. Terkadang ibu tidak

sadar saat sudah mengeluarkan cairan ketuban dan terkadang menganggap bahwa

yang keluar adalah air pipisnya. Cairan ketuban umumnya berwarna bening, tidak

berbau, dan akan terus keluar sampai ibu akan melahirkan. Keluarnya cairan ketuban

dari jalan lahir ini bisa terjadi secara normal namun bias juga karena ibu hamil

mengalami trauma, infeksi, atau bagian ketuban yang tipis (locus minoris) berlubang

dan pecah. Setelah ketuban pecah ibu akan mengalami kontraksi atau nyeri yang

lebih intensif.

Terjadinya pecah ketuban merupakan tanda terhubungnya dengan dunia luar dan

membuka potensi kuman/bakteri untuk masuk. Karena itulah harus segera dilakukan

penanganan dan dalam waktu kurang dari 24 jam bayi harus lahir apabila belum lahir

dalam waktu kurang dari 24 jam maka dilakukan penangana selanjutnya misalnya

caesar.

1.1 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan dapat bervariasi dan meliputi

(Rosyati, 2017):

a. Power (Kekuatan Ibu)

Kemampuan ibu untuk menghasilkan kontraksi rahim yang cukup kuat dan untuk

mendorong proses persalinan.

b. Passage (jalan lahir)


Merujuk pada kondisi dan kelenturan dari jalan lahir, termasuk rahim, leher

rahim, panggul, dan jalan lahir bagian bawah, yang memungkinkan janin untuk

melalui proses persalinan.

c. Passanger (Janin)

Mengacu pada posisi, ukuran, dan kesehatan janin yang mempengaruhi kemampuannya

untuk melalui jalan lahir dan lahir dengan selamat.

d. Psikis

Faktor psikologis, seperti tingkat stres, kecemasan, dan persepsi ibu terhadap persalinan,

yang dapat mempengaruhi kemajuan dan pengalaman selama persalinan.

e. Penolong

Merujuk pada personel medis atau dukun bersalin yang membantu ibu selama proses

persalinan, termasuk bidan, dokter, atau tenaga kesehatan lainnya yang memberikan

bantuan dan perawatan yang diperlukan.

1.2 Tanda Bahaya Persalinan.

Tanda Bahaya Persalinan adalah gejala atau kondisi yang menunjukkan

kemungkinan terjadinya komplikasi serius selama proses persalinan. Dalam situasi ini,

tindakan medis segera diperlukan untuk melindungi kesehatan ibu dan janin. Beberapa

Tanda Bahaya Persalinan meliputi (Rosyati, 2017):

a. Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg dengan sedikitnya satu tanda lain atau

gejala preeklamsi.
b. Temperatur lebih dari 38oC, Nadi lebih dari 100 x/menit dan DJJ kurang dari

120 x/menit atau lebih dari 160 x/menit

c. Kontraksi kurang dari 3 kali dalam 10 menit, berlangsung kurang dari 40 detik,

lemah saat di palpasi

d. Partograf melewati garis waspada pada fase aktif

e. Cairan amniotic bercampur meconium, darah dan bau

1.2 Tahapan Persalinan

Secara klinis, partus dimulai ketika terjadi kontraksi rahim (his) dan wanita

mengeluarkan lendir bersama dengan darah (bloody show). Lendir ini berasal dari leher

rahim karena leher rahim mulai terbuka atau melebar. Sedangkan darah berasal dari

pembuluh darah kecil di sekitar leher rahim yang pecah akibat pergeseran saat leher

rahim melebar (Marmi, 2012)

Pada proses persalinan terdiri atas empat tahap yang disebut kala. Tiap kala memiliki

jangka waktu yang tidak sama bergantung pada kesiapan dan kesehatan ibu. Empat kala

perselinan terdiri dari :

1. Kala I (Pembukaan Jalan Lahir)

Kala I persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur dan diakhiri

dengan dilatasi serviks lengkap (pembukaan serviks mulai dari 1 hingga 10 cm).
Pada kehamilan pertama, dilatasi serviks jarang terjadi dalam waktu kurang dari

24 jam. Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase, yaitu:

a. Fase Laten

Fase laten adalah periode waktu dari awal kontraksi uterus hingga pembukaan

3 cm. Kontraksi menjadi lebih stabil selama fase laten seiring dengan peningkatan

frekuensi, durasi, dan intensitas dari mulai terjadi setiap 10-20 menit, berlangsung

15-20 detik hingga setiap 5-7 menit dan berlangsung 30-40 detik. Berlangsung

selama 8 jam. Menurut Friedman, fase laten pada nulipara rata-rata selama 9 jam

dan dikatakan memanjang apabila mencapai 20 jam. Durasi maksimum yang

ditetapkan yaitu selama 20 jam pada primipara dan 16 jam pada multipara. Durasi

fase laten sangat sensitif terhadap pengaruh dari luar dan mungkin memanjang

oleh sedasi hebat atau memendek dengan stimulasi. Sensitivitas ini pada

intervensi memberi praktisi kesempatan untuk mencoba memperpendek lama fase

laten. Filosofi pemberi pelayanan dan keinginan klien sering menjadi faktor

keputusan apakah memberi intervensi dengan sedasi atau stimulasi. Saat ini kedua

metode dapat digunakan untuk meniadakan fase laten yang lama.

b. Fase Aktif

Fase aktif adalah periode waktu dari pembukaan 4 cm hingga 10 cm. Frekuensi

dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat yaitu tiga kali atau lebih dalam

waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. Fase aktif dibagi dalam

3 fase, yakni:
- Fase akselerasi; Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.

- Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung

sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

- Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam,

pembukaan dari 9 cm menjadi10 cm (lengkap)

Fase-fase persalinan yang disebutkan lebih umum terjadi pada primigravida,

yaitu wanita yang mengalami kehamilan pertama kali. Sebaliknya, pada

multigravida, yaitu wanita yang telah mengalami lebih dari satu kehamilan, fase-

fase persalinan tersebut cenderung berlangsung dalam durasi yang lebih singkat.

2. Kala II (Pengeluaran)

Kala II persalinan adalah tahap di mana janin dilahirkan. Pada kala II, his menjadi

lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Saat kepala janin sudah

masuk di ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar

panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan, tekanan pada rektum

dan keinginan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan

menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama

kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Dengan his dan kekuatan

mengedan maksimal, kepala janin dilahirkan dengan presentasi suboksiput di bawah

simfisis, dahi, muka dan dagu. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk

mengeluarkan badan dan anggota badan bayi. Masih ada banyak perdebatan tentang
lama kala II yang tepat dan batas waktu yang dianggap normal. Batas dan lama tahap

persalinan kala II berbeda-beda tergantung paritasnya. Durasi kala II dapat lebih

lama pada wanita yang mendapat blok epidural dan menyebabkan hilangnya refleks

mengedan.

3. Kala III (Kala Uri)

Kala III persalinan merupakan proses persalinan yang berlangsung sejak janin

lahir sampai plasenta lahir. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri

agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian, uterus berkontraksi lagi untuk

melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15

menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.

Adapun fisiologi Kala III persalinan adalah sebagai berikut:

a. Lepasnya plasenta dari implantasinya pada dinding uterus

Pada kala III persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti

penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini

menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat

perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka

plasenta akan terlipat, menebal, dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah

lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.

b. Pengeluaran placenta dari cavum uteri


Pengeluaran placenta dari cavum uteri dilakukan setelah memastikan placenta

telah lepas dari perlekatannya. Beberapa cara untuk mengetahui apakah placenta

telah lepas antara lain dengan:

- Perasat Kustner

Tangan kanan meregangkan tali pusat dan tangan kiri menekan simfisis. Jika

tali pusat masuk ke dalam vagina berarti placenta belum lepas dan jika tali pusat

bertambah panjang berarti placenta sudah lepas.

- Perasat Strassmann

Tangan kanan meregangkan tali pusat dan tangan kiri mengetok-ngetok fundus

uteri. Bila terasa getaran pada tali pusat berarti placenta belum lepas, tapi jika

tidak terasa getaran berarti placenta telah lepas.

- Perasat Klein

Ibu diminta meneran sehingga tali pusat tampak keluar dari vagina. Jika

meneran dihentikan dan tali pusat masuk kembali ke dalam vagina berarti

placenta belum lepas, begitu pula sebaliknya

4. Kala IV (2 Jam Setelah Melahirkan)

Kala IV persalinan ditetapkan berlangsung kira-kira dua jam setelah plasenta

lahir. Periode ini merupakan masa pemulihan yang terjadi segera jika homeostasis

berlangsung dengan baik. Pada tahap ini, kontraksi otot rahim meningkat sehingga

pembuluh darah terjepit untuk menghentikan perdarahan. Pada kala ini dilakukan

observasi terhadap tekanan darah, pernapasan, nadi, kontraksi otot rahim dan
perdarahan selama 2 jam pertama. Selain itu juga dilakukan penjahitan luka

episiotomi. Setelah 2 jam, bila keadaan baik, ibu dipindahkan ke ruangan bersama

bayinya.

Pada proses persalinan terdiri atas empat tahap yang disebut kala. Tiap kala memiliki

jangka waktu yang tidak sama bergantung pada kesiapan dan kesehatan ibu. Empat kala

perselinan terdiri dari :

1. Kala I (Pembukaan Jalan Lahir)

Kala I persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur dan diakhiri

dengan dilatasi serviks lengkap (pembukaan serviks mulai dari 1 hingga 10 cm).

Pada kehamilan pertama, dilatasi serviks jarang terjadi dalam waktu kurang dari

24 jam. Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase, yaitu:

a. Fase Laten

Fase laten adalah periode waktu dari awal kontraksi uterus hingga pembukaan

3 cm. Kontraksi menjadi lebih stabil selama fase laten seiring dengan peningkatan

frekuensi, durasi, dan intensitas dari mulai terjadi setiap 10-20 menit, berlangsung

15-20 detik hingga setiap 5-7 menit dan berlangsung 30-40 detik. Berlangsung

selama 8 jam. Menurut Friedman, fase laten pada nulipara rata-rata selama 9 jam

dan dikatakan memanjang apabila mencapai 20 jam. Durasi maksimum yang

ditetapkan yaitu selama 20 jam pada primipara dan 16 jam pada multipara. Durasi

fase laten sangat sensitif terhadap pengaruh dari luar dan mungkin memanjang
oleh sedasi hebat atau memendek dengan stimulasi. Sensitivitas ini pada

intervensi memberi praktisi kesempatan untuk mencoba memperpendek lama fase

laten. Filosofi pemberi pelayanan dan keinginan klien sering menjadi faktor

keputusan apakah memberi intervensi dengan sedasi atau stimulasi. Saat ini kedua

metode dapat digunakan untuk meniadakan fase laten yang lama.

b. Fase Aktif

Fase aktif adalah periode waktu dari pembukaan 4 cm hingga 10 cm. Frekuensi

dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat yaitu tiga kali atau lebih dalam

waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. Fase aktif dibagi dalam

3 fase, yakni:

- Fase akselerasi; Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.

- Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung

sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

- Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam,

pembukaan dari 9 cm menjadi10 cm (lengkap)

Fase-fase persalinan yang disebutkan lebih umum terjadi pada primigravida,

yaitu wanita yang mengalami kehamilan pertama kali. Sebaliknya, pada

multigravida, yaitu wanita yang telah mengalami lebih dari satu kehamilan, fase-

fase persalinan tersebut cenderung berlangsung dalam durasi yang lebih singkat.
2. Kala II (Pengeluaran)

Kala II persalinan adalah tahap di mana janin dilahirkan. Pada kala II, his menjadi

lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Saat kepala janin sudah

masuk di ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar

panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan, tekanan pada rektum

dan keinginan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan

menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama

kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Dengan his dan kekuatan

mengedan maksimal, kepala janin dilahirkan dengan presentasi suboksiput di bawah

simfisis, dahi, muka dan dagu. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk

mengeluarkan badan dan anggota badan bayi. Masih ada banyak perdebatan tentang

lama kala II yang tepat dan batas waktu yang dianggap normal. Batas dan lama tahap

persalinan kala II berbeda-beda tergantung paritasnya. Durasi kala II dapat lebih

lama pada wanita yang mendapat blok epidural dan menyebabkan hilangnya refleks

mengedan.

3. Kala III (Kala Uri)

Kala III persalinan merupakan proses persalinan yang berlangsung sejak janin

lahir sampai plasenta lahir. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri

agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian, uterus berkontraksi lagi untuk

melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15


menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.

Adapun fisiologi Kala III persalinan adalah sebagai berikut:

a. Lepasnya plasenta dari implantasinya pada dinding uterus

Pada kala III persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti

penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini

menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat

perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka

plasenta akan terlipat, menebal, dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah

lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.

b. Pengeluaran placenta dari cavum uteri

Pengeluaran placenta dari cavum uteri dilakukan setelah memastikan placenta

telah lepas dari perlekatannya. Beberapa cara untuk mengetahui apakah placenta

telah lepas antara lain dengan:

- Perasat Kustner

Tangan kanan meregangkan tali pusat dan tangan kiri menekan simfisis. Jika

tali pusat masuk ke dalam vagina berarti placenta belum lepas dan jika tali pusat

bertambah panjang berarti placenta sudah lepas.

- Perasat Strassmann
Tangan kanan meregangkan tali pusat dan tangan kiri mengetok-ngetok fundus

uteri. Bila terasa getaran pada tali pusat berarti placenta belum lepas, tapi jika

tidak terasa getaran berarti placenta telah lepas.

- Perasat Klein

Ibu diminta meneran sehingga tali pusat tampak keluar dari vagina. Jika

meneran dihentikan dan tali pusat masuk kembali ke dalam vagina berarti

placenta belum lepas, begitu pula sebaliknya

4. Kala IV (2 Jam Setelah Melahirkan)

Kala IV persalinan ditetapkan berlangsung kira-kira dua jam setelah plasenta

lahir. Periode ini merupakan masa pemulihan yang terjadi segera jika homeostasis

berlangsung dengan baik. Pada tahap ini, kontraksi otot rahim meningkat sehingga

pembuluh darah terjepit untuk menghentikan perdarahan. Pada kala ini dilakukan

observasi terhadap tekanan darah, pernapasan, nadi, kontraksi otot rahim dan

perdarahan selama 2 jam pertama. Selain itu juga dilakukan penjahitan luka

episiotomi. Setelah 2 jam, bila keadaan baik, ibu dipindahkan ke ruangan bersama

bayinya.

2.3 Usia Remaja dan Persalinan

Remaja, menurut World Health Organization (WHO), adalah individu yang

berada pada fase peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut

WHO tahun 2018, remaja adalah individu yang berusia 10-19 tahun. Di Indonesia,
terdapat beberapa definisi yang berlaku, misalnya menurut Peraturan Menteri

Kesehatan No. 25 tahun 2014, remaja dianggap sebagai kelompok usia 10-18

tahun menurut Kementerian Kesehatan RI. Sementara menurut Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2015, rentang

usia remaja adalah 10-24 tahun, dengan syarat belum menikah. Hal ini

menunjukkan adanya variasi definisi usia remaja di Indonesia berdasarkan

berbagai lembaga dan peraturan yang berlaku (Ayu et al., 2020).

Usia adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan)

(Hoetomo, 2018). Usia adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun,

dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa

madya adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut >60 tahun, umur adalah lamanya

hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan (Hurlock, 2016). Usia sangat

mempengaruhi proses reproduksi, apalagi usia 20-25 tahun merupakan usia

terbaik untuk hamil dan melahirkan. Kehamilan dan persalinan membawa risiko

morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi di kalangan remaja putri dibandingkan

wanita berusia 20-an, terutama di daerah-daerah di mana layanan kesehatan

langka atau tidak tersedia. Penyebab kematian ibu adalah karena faktor reproduksi

termasuk usia ibu. Selama masa reproduksi yang sehat, usia aman untuk hamil dan

melahirkan diketahui antara 20 dan 30 tahun. Kematian ibu pada ibu hamil dan

melahirkan di bawah 20 tahun adalah 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari kematian

ibu antara 20 dan 29 tahun. Kematian ibu meningkat lagi setelah usia 30-35 tahun

(Prawirohardjo, 2018).
Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum matang,

selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung

pada orang lain. Wanita hamil kurang dari 20 tahun dapat merugikan kesehatan

ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin karena belum matangnya alat

reproduksi untuk hamil. Penyulit pada kehamilan remaja bila ditambah dengan

tekanan (stress) psikologi, sosial, ekonomi, sehingga memudahkan terjadinya

keguguran.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan

retrospektif. Data akan dikumpulkan dari catatan medis ibu-ibu yang melahirkan di

puskesmas atau rumah sakit terdekat di Desa Tunguatu.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2023

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di desa Tuanguatu, Kabupat

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah semua ibu hamil remaja di Desa Tunguatu,

Kecamatan Pulau- Pulau Aru, Kabupaten Kepulauan Aru.

3.3.2 Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampel

acak (simple random sampling). Rumus besar sampel penelitian ini menggunakan

Rumus rumus ukuran sampel dengan kesalahan tertentu (sample size formula with a

specified margin of error). Tingkat kepercayaan 90% dan tingkat kesalahan 10%

sehingga dapat menggunakan rumus:


- n adalah ukuran sampel yang dibutuhkan.

- Z adalah skor z sesuai dengan tingkat kepercayaan yang dipilih (misalnya, 1.645

untuk tingkat kepercayaan 90%).

- p adalah perkiraan proporsi populasi (nilai 0.5 untuk mendapatkan ukuran

sampel maksimum).

- E adalah tingkat kesalahan yang diizinkan (misalnya, 0.10 untuk tingkat

kesalahan 5%).

Sehingga Berdasarkan rumus sampel penelitian diatas didapatkan sampel minimal

sebanyak 68 sampel.

3.4 Kriteria Pemilihan Sampel

3.4.1 Kriteria inklusi

1. Kehamilan Usia Remaja: Wanita hamil dengan usia kurang dari 20 tahun pada

saat proses persalinan di Desa Tunguatu, Kabupaten Kepulauan Aru, Kecamatan

Pulau-Pulau Aru.
2. Proses Persalinan di Desa Tunguatu: Wanita yang melahirkan di fasilitas

kesehatan atau rumah sakit yang terletak di Desa Tunguatu, termasuk wanita

yang melahirkan di rumah dengan bantuan tenaga medis terlatih.

3. Persalinan Kala I dan Kala II: Wanita yang mengalami proses persalinan kala I

dan kala II. Kala I adalah fase pembukaan serviks, dan kala II adalah fase

ekspulsi bayi dan keluarnya plasenta.

4. Persetujuan Partisipasi: Wanita yang memberikan persetujuan secara sukarela

untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, setelah mendapatkan penjelasan yang

memadai tentang tujuan dan prosedur penelitian.

3.4.2 Kriteria Eksklusi

1. Usia Hamil di Luar Rentang: Wanita hamil dengan usia 20 tahun ke atas pada

saat proses persalinan.

2. Persalinan Kala III dan Setelahnya: Wanita yang mengalami persalinan kala III

(fase pengeluaran plasenta) dan fase-fase persalinan setelahnya tidak termasuk

dalam penelitian ini.

3. Kelahiran Prematur atau Komplikasi Lainnya: Wanita yang melahirkan bayi

prematur (kurang dari 37 minggu gestasi) atau mengalami komplikasi persalinan

yang memerlukan intervensi medis yang signifikan, seperti operasi caesar

darurat, tidak termasuk dalam penelitian ini.

4. Kondisi Medis atau Riwayat Kesehatan Khusus: Wanita dengan riwayat

kesehatan khusus atau kondisi medis yang dapat mempengaruhi proses


persalinan (misalnya, diabetes gestasional, hipertensi, atau penyakit jantung)

akan dikecualikan dari penelitian ini.

5. Penolakan Partisipasi: Wanita yang menolak berpartisipasi dalam penelitian ini

meskipun memenuhi kriteria inklusi tidak akan dimasukkan dalam sampel

penelitian.

3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu durasi proses persalinan kala I dan

kala II

3.5.2 Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kehamilan usia remaja (dikategorikan

dalam kelompok usia tertentu)

3.6 Kerangka Konsep

Keterangan:

= Variabel Bebas

= Variabel Terikat
3.7 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat ukur Hasil Ukur

Operasional

Kehamilan Usia Usia ibu saat Menggunakan Kategorik

Remaja melahirkan kurang kusioner

dari 20 tahun.

Durasi Proses Waktu (menit) Menggunakan Numerik

Persalinan Kala I yang diperlukan Partograf

untuk proses

persalinan mulai

dari pembukaan 1

hingga pembukaan

lengkap.

Durasi Proses Waktu (dalam Menggunakan Numerik

Persalinan Kala II menit) yang partograf

diperlukan untuk

proses persalinan

mulai dari

pembukaan lengkap

hingga kelahiran
bayi

3.8 Instrumen Penelitian

3.9. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah seluruh rangkaian tahapan penelitian yang dilakukan

tahapan-tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Persiapan

2. Pengumpulan data

3. Pengolahan dan analisis data

4. Penyajian data

3.10 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, dimana

semua data yang diperlukan diperoleh dari catatan medis ibu-ibu yang melahirkan di

puskesmas atau rumah sakit terdekat di Desa Tunguatu.

3.11 Pengelohan dan Analisis Data

3.11.1 Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul, akan diolah dengan tahapan berikut:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh

atau yang dikumpulkan. Editing dapat diperoleh saat pengumpulan data atau saat data

terkumpul.

2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data

yang terdiri atas kategori yang sesuai dengan definisi operasional

3. Entry data

Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan dalam

komputer sesuai kode masing-masing data.

4. Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan,

apakah ada kesalahan atau tidak sehingga dapat dianalisa.

3.11.2 Analisis data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dan dianalisa dengan komputer

menggunakan software WPS Office Spreadsheets dan SPPS 24. Metode analisis yang

digunakan uji regresi linier untuk mengidentifikasi hubungan antara kehamilan usia

remaja dan durasi proses persalinan kala I dan kala II.

Uji regresi linier digunakan untuk menilai hubungan linier antara variabel bebas

dan variabel terikat. Model regresi linier: Y = β0 + β1X + ε (Y = Durasi persalinan, X =

Kehamilan usia remaja, β0 = intercept, β1 = koefisien regresi, ε = kesalahan acak).

Interpretasi Hasil Uji: Jika nilai p-value lebih kecil dari tingkat signifikansi

(0,10), maka terdapat bukti statistik yang cukup untuk menolak hipotesis nol. Koefisien

regresi (β1) akan memberikan informasi tentang arah dan kekuatan hubungan antara
kehamilan usia remaja dengan durasi persalinan. Jika β1 positif dan signifikan, itu

menunjukkan bahwa kehamilan usia remaja berkorelasi dengan peningkatan durasi

persalinan.

Analisis Signifikansi Model: Menggunakan nilai R-squared untuk menilai

seberapa baik model dapat menjelaskan variasi dalam durasi persalinan. Semakin tinggi

nilai R-squared, semakin baik model menjelaskan variasi dalam data.

Uji Asumsi Regresi: Melakukan uji asumsi regresi seperti uji normalitas

residual, uji homoskedastisitas, dan uji independensi untuk memastikan kecocokan

model.

Interpretasi Hasil: Jika hipotesis nol ditolak dan model regresi signifikan,

peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh kehamilan usia remaja terhadap

durasi proses persalinan kala I dan kala II di Desa Tunguatu. Analisis ini akan

memberikan informasi yang mendalam tentang hubungan antara kehamilan usia remaja

dengan durasi proses persalinan, memberikan landasan ilmiah yang kuat untuk

membuat rekomendasi kebijakan dan intervensi di bidang kesehatan maternal di Desa

Tunguatu, Kabupaten Kepulauan Aru.


3.1.2 Alur Penelitian

Anda mungkin juga menyukai