PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut data SKRRI (2003-2004) menunjukkan bahwa 60 % masalah
para remaja serta dewasa awal mengaku telah mempraktikkan seks pranikah.
Selain itu jumlah penderita AIDS pada usia remaja dan dewasa awal sampai
September 2009 adalah sebesar 18.442 kasus (Valentina, 2012). Menurut Siti,
2008 dalam memasuki kehidupan pernikahan akan banyak hal yang dilakukan
untuk mencapai kehidupan pernikahan yang diharapkan seperti rumah tangga
yang harmonis, memiliki anak dan tidak ada perceraian. Menurut Alkaf, 2009
konseling pranikah bermanfaat sebagai bimbingan untuk dewasa awal
sebelum memasuki dunia pernikahan. Bimbingan ini bisa berupa pemeriksaan
kesehatan reproduksi, pengenalan lingkup pernikahan.
Kehamilan merupakan suatu anugerah yang menyenangkan bagi setiap
wanita yang diharapkan setelah pernikahan. Sepanjang daur kehidupan wanita,
sudah menjadi kodratnya akan mengalami proses kehamilan, persalinan dan
masa nifas. Pemeriksaan kesehatan sangat penting bagi calon ibu. Masa ini
disebut prakonsepsi. Prakonsepsi merupakan periode sebelum terjadinya
pertemuan sel sperma dengan ovum atau pembuahan atau sebelum
hamil. Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu
tahun sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan
sperma matur yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi.
Empat puluh persen kehamilan tidak direncanakan sebelumnya dan
pemeriksaan kesehatan sebelum hamil sangat penting agar kehamilan dapat
berjalan dengan baik namun kesadaran akan hal tersebut masih sangat rendah
sehingga angka kesakitan dan komplikasi kehamilan masih sangat tinggi.
Selain itu wanita baru sadar hamil jika sudah terlambat haid 1-2 minggu
sedangkan organogenesis janin mulai terjadi 17 hari setelah fertilisasi. Setelah
organogenesis, organ sudah terbentuk sehingga terlambat apabila ternyata
terdapat paparan zat teratogen yang berbahaya untuk janin (Diane Fraser,
2011). Peran bidan dalam hal ini adalah memberikan edukasi kesehatan
reproduksi serta perawatan bagi pasangan yang memiliki masalah kesehatan
dalam konseling pranikah terutama prakonsepsi (Valentina, 2012).
Tetanus adalah penyakit yang sering bersifat fatal yang disebabkan oleh
eksotoksin produksi kuman Clostridium Tetani. C Tetani adalah kuman
berbentuk batang dan bersifat anaerob, gram positif yang mampu
menghasilkan spora dengan bentuk batang. Gejala awal Tetanus yang khas
adalah kejang dan kaku secara menyeluruh, otot dinding perut yang teraba
keras dan tegang seperti papan, mulut kaku dan sukar dibuka, kesulitan
menelan, berkeringat dan demam. Gejala berikutnya adalah kejang yang
hebat dan tubuh menjadi kaku. (DepKes 2006).
Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) adalah proses untuk membangun
kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin
Tetanus Toksoid dipergunakan untuk pencegahan tetanus pada bayi yang baru
lahir dengan mengimunisasi wanita usia subur, dan juga untuk pencegahan
tetanus (Indanati Rukna,2005). Pengetahuan pasangan muda (calon
pengantin) mengenai imunisasi TT catin akan menunjang dan memotivasi
calon pengantin untuk mendapatkan imunisasi TT catin. Dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan.
(Notoatmodjo,2003).
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari persiapan secara medis
wanita sebelum memasuki jenjang pernikahan. Namun, tidak semua wanita
melakukan persiapan medis menjelang pernikahan. Apabila hal ini diabaikan,
maka akan banyak resiko atau bahaya ancaman medis yang diperkirakan akan
muncul setelah pernikahan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan prakonsepsi.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif dan
obyektif pada klien prakonsepsi.
2. Mahasiswa mampu menganalisa data sehingga dapat menentukan
diagnosa, masalah dan kebutuhan tindakan segera.
3. Mahasiswa mampu merencanakan penatalaksanaan asuhan
kebidanan yang menyeluruh berdasarkan kebutuhan klien
prakonsepsi
4. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan
rencana yang telah disusun.
5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan yang
dilaksanakan.
6. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian hasil asuhan
kebidanan
1.3 Pelaksanaan
Kegiatan praktek klinik dilakukan di Puskesmas Jagir Surabaya pada tanggal
23 Januari-5 Februari 2017.
1.4 Manfaat
1. Manfaat bagi penulis
Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada prakonsepsi
secara komprehensif.
2. Manfaat bagi klien
Klien mendapatkan asuhan kebidanan yang komprehensif dan terhindar
dari komplikasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Perkawinan
Strong, DeVault, dan Cohen (2008) mendefinisikan pernikahan sebagai
pengakuan secara hukum penyatuan antara dua orang, umumnya laki-laki dan
perempuan, yang mana mereka bersatu secara seksual, bergabung dalam
keuangan, dan mungkin melahirkan, mengadopsi, atau membesarkan anak.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974
tentang perkawinan, didalam bab 1 pasal 1 dinyatakan definisi perkawinan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan batas usia 19 tahun
untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan. Olson dan DeFrain (2006)
mendefinisikan pernikahan adalah komitmen yang terkait dengan emosi dan
hukum dari dua orang untuk berbagi keintiman emosional dan fisik,
bermacam-macam tugas, dan sumber ekonomi.
Terdapat peningkatan usia median kawin pertama wanita dari 19,8 tahun di
tahun 2007 menjadi 20,4 tahun di 2012. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi median usia kawin pertama wanita diantaranya yaitu faktor
sosial, ekonomi, bidaya dan tempat tinggal (desa/kota) dengan faktor
ekonomi menjadi paling dominan terhadap median usia kawin pertama
perempuan (bkkbn, 2012).
Dalam Pelatihan Peer Konselor Kota Depok, persiapan pernikahan
meliputi kesiapan fisik, kesiapan mental/psikologis dan kesiapan sosial
ekonomi.
1. Kesiapan Fisik
Secara umum, seorang individu dikatakan siap secara fisik apabila telah
selesai fase pertumbuhan tubuh yaitu sekitar usia 20 tahun.
2. Kesiapan Mental/Psikologis
Dalam sebuah pernikahan, individu diharapkan suda merasa siap untuk
mempunyai anak dan siap menjadi orang tua termasuk mengasuh dan
mendidik anak.
3. Kesiapan Sosial Ekonomi
Dalam menjalankan sebuah keluarga, anak yang dilahirkan tidak hanya
membutuhkan kasih sayang orang tua namun juga sarana yang baik untuk
membuatnya tumbuh dan berkembang dengan baik.
2.2 Pengelolaan Pranikah dan Remaja
Salah satu upaya dalam menurunkan AKI dan AKB adalah pengelolaan
pranikah/remaja
1. Mengadakan penyuluhan kepada calon pengantin tentang kehamilan yang
sehat
2. Melakukan pemeriksaan Hb pada saat pemeriksaan kesehatan calon
pengantin putri
3. Melakukan penjaringan dan penanganan kasus anemia pada remaja putri
antara lain melalui kegiatan UKS dan Karang Taruna
2.3 Persiapan pranikah dan prakonsepsi
Masa Pranikah adalah masa dimana laki-laki dan perempuan perlu
mempersiapkan diri dari segala aspek yaitu fisik, jiwa, sosial ekonomi.
Terutama bagi calon pengantin wanita berupa gizi, jiwa, kesehatan reproduksi
dalam mempersiapkan diri menghadapi kehamilan, persalinan dan proses
perawatan anak termasuk menyusui. Sebelum menikah, individu berkewajiban
mempersiapkan diri menjadi reproduksi yang bertanggung jawab dengan
mempersiapkan fisik, mental, sosial ekonomi dengan baik.
Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh calon suami istri dapat
diketahui riwayat genetik dalam keluarga calon mempelai pria dan wanita.
Misalnya ada tidaknya penyakit kelainan darah seperti thalassemia dan
hemofilia. Kedua penyakit itu bisa diturunkan melalui pernikahan dengan
pengidapnya atau mereka yang bersifat pembawa (carrier). Setelah
pemeriksaan, dapat dilihat kemungkinan perpaduan kromoson yang timbul.
Jika memang ada penyakit keturunan dalam riwayat keluarga kedua atau salah
satu calon mempelai, dapat dilihat kemungkinan risiko yang timbul, seperti
terjadinya keguguran hingga kemungkinan cacat bawaan (kongenital) jika
memiliki anak. Calon pasangan suami istri (pasutri) akan punya pemahaman
bahwa bila orang tua atau garis keturunannya mengidap penyakit genetik, anak
yang akan lahir nanti pun berisiko mengidap penyakit yang sama.
Penyakit lainnya yang perlu dideteksi pra pernikahan adalah penyakit
kronis seperti diabetes mellitus (kencing manis), hipertensi (tekanan darah
tinggi), kelainan jantung, hepatitis B hingga HIV/AIDS. Penyakit-penyakit itu
dapat memengaruhi saat terjadinya kehamilan, bahkan dapat diturunkan.
Penyakit lainnya yang penting diketahui sebelum pernikahan adalah infeksi
TORCH (pada wanita) dan penyakit menular seksual. TORCH merupakan
kepanjangan dari toksoplasmosis (suatu penyakit yang aslinya merupakan
parasit pada hewan peliharaan seperti kucing), rubella (campak jerman),
cytomegalovirus (CMV), Herpes virus I dan Herpes virus II. Kelompok
penyakit ini sering kali menyebabkan masalah pada ibu hamil (sering
keguguran), bahkan infertilitas (ketidaksuburan) atau cacat bawaan pada anak.
Jika penyakit infeksi itu diketahui sejak awal, dapat diobati sebelum terjadinya
kehamilan. Dengan demikian, risiko terjadinya kelainan atau keguguran akibat
TORCH dapat dieliminasi.
Menurut Permadi (2011) ada tidaknya penyakit menular seksual (PMS)
juga penting untuk diketahui karena sebagian besar PMS termasuk sifilis,
herpes, dan gonorrhea bisa mengakibatkan terjadinya kecacatan pada janin.
Bila salah satu pasangan sebelumnya terdeteksi pernah melakukan seks bebas,
sebaiknya kedua pasangan melakukan pemeriksaan terhadap penyakit-penyakit
ini, untuk memastikan apakah sudah benar-benar sembuh sebelum
melangsungkan pernikahan.
Di Indonesia, sebagai salah satu syarat menikah adalah menyertakan
surat keterangan telah melakukan imunisasi bagi calon pengantin wanita. Surat
keterangan sehat (yang dibutuhkan calon mempelai) sebenarnya kurang lebih
berisi data diri calon mempelai, seperti nama, tempat tanggal lahir, usia, berat
dan tinggi badan, dan tekanan darah. Serta ditambah dengan pernyataan
dokter/bidan yang menyatakan bahwa yang bersangkutan telah menjalani
pemeriksaan kesehatan dan dinyatakan berbadan sehat. Sedangkan apabila si
calon mempelai meminta surat keterangan imunisasi, jenis imunisasi umum
yang diberikan adalah imunisasi TT (Tetanus Toxoid).
Wanita harus memperhatikan siklus menstruasi untuk mempersiapkan
kehamilannya. Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-
hormon yang paralel dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan
implantasi (perlekatan) dari janin (proses kehamilan). Gangguan dari siklus
menstruasi tersebut dapat berakibat gangguan kesuburan, abortus berulang,
atau keganasan. Gangguan dari siklus menstruasi merupakan salah satu alasan
seorang wanita berobat ke dokter. Siklus menstruasi normal berlangsung
selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah waktu keluarnya darah haid yang berkisar
20-60 ml per hari. Penelitian menunjukkan wanita dengan siklus mentruasi
normal hanya terdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada usia
reproduksi yang ekstrim (setelah menarche <pertama kali terjadinya
menstruasi> dan menopause) lebih banyak mengalami siklus yang tidak teratur
atau siklus yang tidak mengandung sel telur. Siklus mentruasi ini
melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-ovarium.
2.4 Menstruasi
2.4.1 Pengertian
Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar
14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan
endometrium uterus (Bobak, 2004).
2.4.2 Fisiologis siklus menstruasi
Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait
pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium
memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya
bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik
maupun lama siklus menstruasi (Bobak, 2004).
Ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan
progesteron. Beberapa estrogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel
ovarium, yang mengandung ovum yang sedang berkembang dan oleh sel-
sel yang mengelilinginya. Estrogen ovarium yang paling berpengaruh
adalah estradiol. Estrogen bertanggung jawab terhadap perkembangan
dan pemeliharaan organ-organ reproduktif wanita dan karakteristik
seksual sekunder yang berkaitan dengan wanita dewasa. Estrogen
memainkan peranan penting dalam perkembangan payudara dan dalam
perubahan siklus bulanan dalam uterus. Progesteron juga penting dalam
mengatur perubahan yang terjadi dalam uterus selama siklus menstruasi.
Progesteron merupakan hormon yang paling penting untuk menyiapkan
endometrium yang merupakan membran mukosa yang melapisi uterus
untuk implantasi ovum yang telah dibuahi. Jika terjadi kehamilan sekresi
progesteron berperan penting terhadap plasenta dan untuk
mempertahankan kehamilan yang normal. Sedangkan endrogen juga
dihasilkan oleh ovarium, tetapi hanya dalam jumlah kecil. Hormon
endrogen terlibat dalam perkembangan dini folikel dan juga
mempengaruhi libido wanita (Suzannec, 2001).
2.4.3 Bagian-bagian siklus menstruasi
1. Siklus endometrium
Menurut Bobak (2004), terdiri dari 4 fase, yaitu :
a. Fase Menstruasi
Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan
disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum
basale. Rata-rata fase ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6
hari). Pada awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH
(Lutenizing Hormon) menurun atau pada kadar terendahnya selama
siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru mulai
meningkat.
b. Fase Proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang
berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus
haid, misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari,
hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap
kembali normal sekitar empat hari atau menjelang perdarahan
berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ±
3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir
saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen
yang berasal dari folikel ovarium.
c. Fase sekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari
sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi,
endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai
ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium
menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar.
2. Siklus Ovarium
a. Fase folikular
Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur
yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan
siklus dan siap untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari
indung telur). Waktu rata-rata fase folikular pada manusia berkisar
10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus
menstruasi keseluruhan
b. Fase luteal
Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan
jangka waktu rata-rata 14 hari. Siklus hormonal dan hubungannya
dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus menstruasi
normal:
1) Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon
gonadotropin (FSH, LH) berada pada level yang rendah dan
sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus sebelumnya
2) Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami
peningkatan setelah akhir dari korpus luteum dan pertumbuhan
folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini merupakan pemicu
untuk pertumbuhan lapisan endometrium
3) Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada
pengeluaran FSH hipofisis. Hormon LH kemudian menurun
sebagai akibat dari peningkatan level estradiol, tetapi pada
akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastis
(respon bifasik)
4) Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor
(penerima) hormon LH yang terdapat pada sel granulosa, dan
dengan rangsangan dari hormon LH, keluarlah hormon
progesteron
5) Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH
terpicu yang menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-
36 jam kemudian. Ovulasi adalah penanda fase transisi dari fase
proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal
6) Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari
sesaat sebelum ovulasi sampai fase pertengahan, dan
kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum
7) Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan
penanda bahwa sudah terjadi ovulasi
8) Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama
masa hidup korpus luteum dan kemuadian menurun untuk
mempersiapkan siklus berikutnya
2.5 Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
2.5.1 Pengertian imunisasi TT
Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun
kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Imunisasi
TT merupakan aturan resmi yang ditetapkan pemerintah bahkan sejak
tahun 1986. Di tahun 1980-an, tetanus menduduki peringkat teratas
sebagai penyebab kematian bayi berusia di bawah satu bulan. Meskipun
kini kasus serupa itu sudah menurun, ancamannya masih ada, sehingga
perlu diwaspadai.
Berdasarkan Instruksi Bersama Direktur Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Urusan Haji Departemen Agama dan Direktur
Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman Departemen Kesehatan No : 02 Tahun 1989 Tentang
Imunisasi Tetanus Toksoid Calon Pengantin menginstruksikan kepada :
Semua kepala kantor wilayah Departemen Agama dan kepala kantor
wilayah Departemen Kesehatan di seluruh Indonesia untuk:
a. Memerintahkan kepada seluruh jajaran di bawahnya melaksanakan
bimbingan dan pelayanan Imunisasi TT Calon Pengantin sesuai
dengan pedoman pelaksanaan.
b. Memantau pelaksanaan bimbingan dan pelayanan Imunisasi TT Calon
Pengantin di daerah masing-masing.
c. Melaporkan secara berkala hasil pelaksanaan instruksi ini kepada
Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji dan Dirjen PPM & PLP sesuai
tugas masing-masing.
Peraturan tersebut menjadi dasar atau landasan sebagai salah satu
syarat administrasi pernikahan yang ditetapkan KUA terhadap pasangan
yang akan menikah, yaitu kewajiban untuk melaksanakan imunisasi TT
dengan menunjukkan surat/kartu bukti immunisasi TT1 bagi calon
pengantin perempuan dari rumah sakit atau puskesmas terdekat.
Imunisasi TT diberikan kepada mereka yang masuk dalam kategori
Wanita Usia Subur (WUS) yaitu wanita berusia 15-39 tahun, termasuk
ibu hamil (bumil) dan calon pengantin (catin).4 Waktu yang tepat untuk
mendapatkan vaksin TT sekitar dua hingga enam bulan sebelum
pernikahan. Ini diperlukan agar tubuh memiliki waktu untuk membentuk
antibodi.
2.5.2 Manfaat imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
Imunisasi Tetanus Toksoid mempunyai beberapa manfaat antara lain:
1. Melindungi bayi yang baru lahir dari tetanus neonatorum. Tetanus
neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada bayi berusia
kurang 1 bulan yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman
yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistem saraf pusat.
2. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus saat terluka dalam
proses persalinan.
3. Untuk mencegah timbulnya tetanus pada luka yang dapat terjadi pada
vagina mempelai wanita yang diakibatkan hubungan seksual pertama.
4. Mengetahui lebih awal berbagai kendala dan kesulitan medis yang
mungkin terjadi untuk mengambil tindakan antisipasi yang semestinya
sedini mungkin.
5. Mencegah terjadinya toksoplasma pada ibu hamil.
6. Mencegah penularan kuman tetanus ke janin melalui pemotongan tali
pusar. Manfaat-manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah
satu tujuan dari program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi
tetanus maternal dan tetanus neonatorum
2.5.3 Jenis dan vaksinasi
Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun
kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus (Idanati,
2005). Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan
dan kemudian dimurnikan (Setiawan, 2006). Vaksinasi yang digunakan
untuk imunisasi aktif kemasan tunggal vaksin tetanus texoid (TT)
kombinasi defteri (DI) kombinasi defteri tetanus pertusis (DPT) vaksin
yang digunakan untuk imunisasi aktif ATS (Anti Tetanus Serum) dapat
digunakan untuk pencegahan maupun pengobatan penyakit tetanus.
2.5.4 Jumlah dan Dosis Pemberian Imunisasi TT
Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali (BKKBN, 2005;
Saifuddin dkk, 2001), dengan dosis 0,5 cc di injeksikan
intramuskuler/subkutan dalam (Depkes RI, 2000).
2.5.5 Tempat pelayanan imunisasi TT
Pelayanan imunisasi TT bisa didapatkan di tempat – tempat berikut :
1. Puskesmas
2. Puskesmas pembantu
3. Rumah sakit
4. Rumah bersalin
5. Polindes
6. Rumah sakit swasta
7. Dokter praktik
8. Bidan praktik
2.5.6 Jadwal pemberian imunisasi TT CPW
Pada calon pengantin wanita 2 kali langsung terjadi kehamilan
dengan jarak waktu ≥ 2 tahun dilakukan TT ulang pada ibu hamil
masing-masing pada kehamilan ke 7 dan ke 8. Dimasa mendatang
diharapkan setiap perempuan telah menghadapi imunisasi tetanus 5 kali,
sehingga daya perlindungan terhadap tetanus seumur hidup, dengan
demikian bayi yang dikandung kelak akan terlindung dari penyakit
tetanus neonatorum. Bentuk vaksin TT cair agak putih keruh dalam vial
dosis 0,5 ml/ dalam di olutus maxi atau lengan.
% Lama
Dosis Saat Pemberian
Perlindungan Perlindungan
TT I Pada saat kunjungan pertama 0% 1 tahun
atau sedini mungkin pada
kehamilan
TT II Minimal 4 minggu setelah TT 80 % 3 tahun
I
TT III Minimal 6 bulan setelah TT 95 % 5 tahun
II atau selama kehamilan
berikutnya
TT IV Minimal setahun setelah TT 99 % 10 tahun
III kehamilan berikutnya
TT V Minimal setahun setelah TT 99% 25 tahun/
kehamilan berikutnya selama seumur
hidup
Jarak waktu yang panjang antara pemberian imunisasi TT kedua
dengan saat kelahiran bayi dapat mempertinggi respon imunologik dan
diperoleh cukup waktu agar antibodi di dalam tubuh ibu berpindah ke
tubuh bayi ( Saifuddin, 2006 ). Dengan mengetahui status imunisasi TT
bagi wanita usia subur diharapkan dapat membantu program imunisasi
dalam penurunan kasus penyakit tetanus khususnya bagi bayi yang baru
lahir.
2.5.7 Efek samping imunisasi TT
Biasanya hanya gejala-gejala ringan saja seperti nyeri, kemerahan
dan pembengkakan pada tempat suntikan. Hal inni akan berlangsung
sekitar 1-2 hari dan akan sembuh tanpa dilakukan pengobatan. TT adalah
antigen yang sangat aman dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada
bahaya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT
(Saifuddin dkk, 2001).
2.5.8 Imunisasi TT calon pengantin
Imunisasi TT memberikan kekebalan aktiv terhadap penyakit tetanus
ATS (Anti Tetanus Serum). vaksinasi TT juga salah satu syarat yang
harus dipenuhi saat mengurus surat-surat menikah di KUA (Kantor
Urusan Agama). Kepada calon pengantin wanita imunisasi TT diberikan
sebanyak 2x dengan interval 4 minggu. Imunisasi TT diberikan kepada
calon pengantin wanita dengan tujuan untuk melindungi bayi yang akan
dilahirkan dari penyakit Tetanus Neonetorum. Vaksin ini disuntikkan
pada otot paha atau lengan dengan dosis 0,5mL. Efek samping pada
imunisasi TT adalah reaksi lokal pada tempat penyuntikan, yaitu berupa
kemerahan, pembengkakan, dan rasa nyeri (Gunawan Rahman 2006).
Banyak anggapan bahwa imunisasi TT bisa membuat seseorang
menjadi mandul dan ada juga orang-orang yang beranggapan bahwa
imunisasi TT merupakan alat kontrasepsi atau KB, akan tetapi anggapan-
anggapan itu adalah tidak benar. Pemerintah bermaksud mencanangkan
gerakan imunisasi TT untuk melindungi bayi baru lahir dari risiko
terkena Tetanus Neonatorum.
Tetanus neonatorum merupakan salah satu penyebab kematian
neonatal di Indonesia, sekitar 40 persen kematian bayi terjadi pada masa
neonatal. Salah satu strategi Kemenkes RI untuk mencapai eliminasi
tetanus neonatorum adalah dengan melakukan imunisasi tetanus
toxoid (TT) pada ibu hamil. Cakupan imunisasi TT tampak
cenderung menurun setiap tahunnya. Pada tahun 2002, cakupan
imunisasi TT1 ibu hamil secara nasional mencapai 78,5 persen dan
TT2 mencapai 71,6 persen. Tetapi, pada tahun 2003 cakupan
imunisasi TT1 ibu hamil menurun menjadi 71,6 persen dan TT2
menjadi 66,1 persen. Berdasarkan Ditjen PP&PL, Kemenkes RI
dalam profil kesehatan Indonesia tahun 2011, rata-rata cakupan
imunisasi TT1 pada wanita usia subur sebesar 8,84 persendan TT2
sebesar 8,03 persen. Sedangkan cakupan imunisasi TT pada ibu hamil,
untuk TT1 sebesar 40,5 persen dan TT2 sebesar 37,7 persen.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa upaya pencegahan tetanus
neonatorum melalui pemberian imunisasi TT pada ibu hamil belum
menunjukkan hasil yang efektif, karena cakupan imunisasi TT justru
mengalami penurunan dan belum mencapai 100 persen. Oleh karena
itu, Kemenkes RI mulai mengembangkan intensifikasi imunisasi TT
pada wanita usia subur yaitu para calon pengantin. Namun sampai saat
ini, program tersebut dirasakan belum terlaksana dengan baik.
Pelaksanaan imunisasi TT bagi calon pengantin telah diatur
dalam ketetapan Kementerian Agama: No. 2 Tahun 1989
No.162-I/PD.0304.EI tanggal 6 Maret 1989 tentang imunisasi TT
calon pengantin bahwa setiap calon pengantin sudah diimunisasi TT
sekurang-kurangnya 1 bulan sebelum pasangan tersebut mendaftarkan
diri untuk menikah di KUA dengan dibuktikan berdasaran surat
keterangan imunisasi/kartu imunisasi calon pengantin (catin) dan
merupakan prasyarat administratif pernikahan
2.6 Pemeriksaan Kesehatan Pranikah
2.6.1 Pengertian Pemeriksaan Kesehatan Pranikah
Persiapan Medis merupakan salah satu dari rangkaian persiapan
yang perlu dilakukan, hal ini sangat disarankan oleh kalangan medis serta
para penganjur dan konsultan pernikahan. Karena Sebagian besar
masyarakat umumnya tidak sepenuhnya mengetahui status kesehatannya
secara detail, apalagi bagi yang tidak melaksanakan general check up
rutin tahunan. Seseorang yang terlihat sehat bisa saja sebenarnya adalah
silent carrier/pembawa dari beberapa penyakit infeksi dan hereditas dan
saat hamil dapat mempengaruhi janin atau bayi yang dilahirkannya nanti.
Pemeriksaan kesehatan pranikah (premarital check up) adalah
sekumpulan pemeriksaan untuk memastikan status kesehatan kedua calon
mempelai laki-laki dan perempuan yang hendak menikah, terutama untuk
mendeteksi adanya penyakit menular, menahun, atau diturunkan yang
dapat mempengaruhi kesuburan pasangan maupun kesehatan janin.
Dengan melakukan pemeriksaan kesehatan pranikah berarti kita dan
pasangan dapat melakukan tindakan pencegahan terhadap masalah
kesehatan terkait kesuburan dan penyakit yang diturunkan secara genetik.
Masih banyak pasangan di Indonesia yang menganggap bahwa
pemeriksaan kesehatan sebelum menikah tidaklah penting. Padahal
pemeriksaan ini sangat diperlukan mengetahui kesehatan reproduksi
kedua belah pihak, untuk mengetahui kesiapan masing-masing untuk
mempunyai anak. Selain itu juga sebagai bentuk pencegahan terhadap
penyakit terutama penyakit keturunan dan penyakit menular seksual
(PMS), seperti HIV/AIDS. Sebagian jenis penyakit keturunan antara lain:
1. Talasemia, yaitu sejenis anemia bersifat haemolyobik yang menurun
dan terdapat dalam satu lingkaran keluarga. Dalam penyakit ini, sang
ayah dan ibu bebas dari penyakit, tetapi semua anak-anak terkena
pembiakan yang cepat pada butir-butir darah merah. Hal ini
menyebabkan mereka kekurangan darah. Mereka membutuhkan donor
secara teratur sepanjang hidupnya. Jenis penyakit ini termasuk
berbahaya dan setiap saat membunuh penderita.
2. Hemofolia, yaitu penyakit darah dimana darah kurang mempunyai daya
beku, sehingga mudah terjadi pendarahan terus menerus. Luka sedikit
saja mungkin akan banyak menyebabkan pendarahan. Penyakit
keturunan ini akan berpindah melalui perempuan, akan tetapi
penyakitnya diderita oleh anak laki-laki dan bukan anak perempuan.
Satu bentuk penyakit yang sulit ditemukan obatnya.
3. RH Faktor, yaitu penyakit kekurangan darah. Penyakit keturunan ini
akan terjadi jika darah sang ibu yang negatif bertentangan dengan darah
sang suami yang positif. Jika anak lahir dengan selamat, maka bayi itu
akan menderita keracunan darah, dan sebagian dari anak-anak tersebut
perlu pencucian darah secara total sekurang-kurang sebulan sekali.
Dokter Budi Santoso SpOG (K), spesialis obsteri dan ginekologi
RSU dr Soetomo Surabaya mengatakan bahwa pemeriksaan kesehatan
pranikah dapat juga dimanfaatkan untuk memperoleh kesiapan mental
karena masing-masing mengetahui benar kondisi kesehatan calon
pasangan hidupnya.
Pemeriksaan kesehatan pranikah dapat dilakukan kapanpun, selama
pernikahan belum berlangsung. Namun idealnya pemeriksaan kesehatan
pranikah dilakukan enam bulan sebelum dilangsungkannya pernikahan.
Pertimbangannya, jika ada sesuatu masalah pada hasil pemeriksaan
kesehatan kedua calon mempelai, masih ada cukup waktu untuk konseling
atau pengobatan terhadap penyakit yang diderita. Dengan demikian,
Jangan sampai timbul penyesalan setelah menikah, hanya gara-gara
penyakit yang sebenarnya bisa disembuhkan jauh-jauh hari. Contohnya,
setelah menikah ternyata harus berkali-kali mengalami keguguran gara-
gara toksoplasmosis yang sebenarnya bisa disembuhkan dari dulu.
Hasil dari pemeriksaan tersebut, baik ataupun buruk kembali kepada
kedua pasangan tersebut. Dokter hanya akan menjelaskan
kemungkinankemungkinan medis yang akan terjadi bila pasangan tersebut
menikah nantinya. Segalanya dikembalikan kepada kedua pasangan
tersebut ingin tetap melanjutkan pernikahannya atau tidak
2.6.2 Macam-macam Pemeriksaan Pranikah
Pemeriksaan kesehatan pranikah jenisnya bermacam-macam.
Pemeriksaan disesuaikan dengan gejala tertentu yang dialami calon
pasangan secara jujur berani dan objektif. Misalnya, pemeriksaan harus
dilakukan lebih spesifik jika dalam keluarga didapati riwayat kesehatan
yang kurang baik. Namun jika semuanya baik-baik saja, maka cukup
melakukan pemeriksaan standar saja, yaitu cek darah dan urine.
1. Pemeriksaan hematologi rutin (darah) dan analisa hemoglobin
Pengecekan darah diperlukan khususnya untuk memastikan calon ibu
tidak mengalami talasemia, infeksi pada darah dan sebagainya. Dalam
pengalaman medis, kadangkala ditemukan gejala anti phospholipid
syndrome (APS), yaitu suatu kelainan pada darah yang bisa
mengakibatkan sulitnya menjaga kehamilan atau menyebabkan
keguguran berulang. Jika ada kasus seperti itu, biasanya para dokter
akan melakukan tindakan tertentu sebagai langkah, sehingga pada saat
pengantin perempuan hamil dia dapat mempertahankan bayinya. Calon
pengantin biasanya juga diminta untuk melakukan pemeriksaan darah
anticardiolipin antibody (ACA). Penyakit yang berkaitan dengan hal itu
bisa mengakibatkan aliran darah mengental sehingga darah si ibu sulit
mengirimkan makanan kepada janin yang berada di dalam rahimnya.
Selain itu jika salah satu calon pengantin memiliki catatan down
syndrome karena kromosom dalam keluarganya, maka perlu dilakukan
pemeriksaan lebih intensif lagi. Sebab riwayat itu bisa mengakibatkan
bayi lahir idiot. Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah
merah yang berfungsi sebagai media transportasi oksigen dari paru-paru
ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan
tubuh ke paruparu. Kandungan zat besi yang terdapat dalam
hemoglobin membuat darah berwarna merah. Dalam menentukan
normal atau tidaknya kadar hemoglobin seseorang, harus
memperhatikan faktor umur, walaupun hal ini berbedabeda di tiap
laboratorium klinik, yaitu:
a. Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl
b. Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl
c. Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl
d. Anak anak : 11-13 gram/dl
e. Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl
f. Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl
g. Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl
h. Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl
Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah
anemia. Ada banyak penyebab anemia diantaranya yang paling sering
adalah perdarahan, kurang gizi, gangguan sumsum tulang, pengobatan
kemoterapi dan penyakit sistemik (kanker, lupus, dan lain-lain).
Sedangkan kadar hemoglobin yang tinggi dapat dijumpai pada orang
yang tinggal di daerah dataran tinggi dan perokok. Beberapa penyakit
seperti radang paru paru, tumor, preeklampsi, hemokonsentrasi, dan
lain-lain.
2. Pemeriksaan Golongan Darah dan Rhesus Rhesus berfungsi sama
dengan sidik jari yaitu sebagai penentu. Setelah mengetahui golongan
darah seseorang seperti A, B, AB, atau O rhesusnya juga ditentukan
untuk mempermudah identifikasi (+ atau -). Rhesus adalah sebuah
penggolongan atas ada atau tiadanya substansi antigen-D pada darah.
Rhesus positif berarti ditemukan antigen-D dalam darah dan rhesus
negatif berarti tidak ada antigen-D. Umumnya, masyarakat Asia
memiliki rhesus positif, sedangkan masyarakat Eropa ber-rhesus
negatif. Terkadang, suami istri tidak tahu rhesus darah pasangannya,
padahal perbedaan rhesus bisa memengaruhi kualitas keturunan. Jika
seorang perempuan rhesus negatif menikah dengan laki-laki rhesus
positif, janin bayi pertama mereka memiliki kemungkinan ber-rhesus
negatif atau positif. Jika janin bayi memiliki rhesus negatif, tidak
bermasalah. Tetapi, bila ber-rhesus positif, masalah mungkin timbul
pada kehamilan berikutnya. Bila ternyata pada kehamilan kedua, janin
yang dikandung ber-rhesus positif, hal ini bisa membahayakan.
Antibodi anti-rhesus ibu dapat memasuki sel darah merah janin dan
mengakibatkan kematian janin.
3. Pemeriksaan Gula Darah Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mengatahui
adanya penyakit kencing manis (Diabetes Melitus) dan juga penyakit
penyakit metabolik tertentu. Ibu hamil yang menderita diabetes tidak
terkontrol dapat mengalami beberapa masalah seperti: janin yang tidak
sempurna/cacat, hipertensi, hydramnions (meningkatnya cairan
ketuban), meningkatkan resiko kelahiran prematur, serta macrosomia
(bayi menerima kadar glukosa yang tinggi dari Ibu saat kehamilan
sehingga janin tumbuh sangat besar).
4. Pemeriksaan HBsAG (Hepatitis B Surface Antigen) Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi virus hepatitis B,
diagnosis hepatitis B, screening pravaksinasi dan memantau clearence
virus. Selain itu pemeriksaan ini juga bermanfaat jika ditemukan salah
satu pasangan menderita hepatitis B maka dapat diambil langkah
antisipasi dan pengobatan secepatnya. membahayakan. Antibodi anti-
rhesus ibu dapat memasuki sel darah merah janin dan mengakibatkan
kematian janin.
5. Pemeriksaan VDLR (Venereal Disease Research Laboratory)
Pemeriksaan ini merupakan jenis pemeriksaan yang bertujuan untuk
mendeteksi kemungkinan ada atau tidaknya infeksi penyakit herpes,
klamidia, gonorea, hepatitis dan sifilis pada calon pasangan, sehingga
bisa dengan segera menentukan terapi yang lebih tepat jika dinyatakan
terjangkit penyakit tersebut. Selain itu pemeriksaan ini juga berguna
untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit yang bisa mempengaruhi
kesehatan ibu hamil maupun janinnya.
6. Pemeriksaan TORCH
Kasus yang paling banyak terjadi pada calon ibu khususnya di
Indonesia dari hasil analisa data medis adalah terjangkitnya virus
toksoplasma. Virus ini biasanya disebabkan seringnya mengkonsumsi
daging yang kurang matang atau tersebar melalui kotoran atau bulu
binatang peliharaan. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan
toksoplasma, rubella, virus cytomegalo, dan herpes yaitu yang biasa
disingkat dengan istilah pemeriksaan TORCH. Kelompok penyakit ini
sering kali menyebabkan masalah pada ibu hamil (sering keguguran),
bahkan infertilitas (ketidaksuburan), atau cacat bawaan pada anak.
7. Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mendiagnosis dan memantau
kelainan ginjal atau saluran kemih selain itu bisa untuk mengetahui
adanya penyakit metabolik atau sistemik.27 Penyakit infeksi saluran
kemih saat kehamilan beresiko baik bagi Ibu dan bayi berupa kelahiran
prematur, berat janin yang rendah dan resiko kematian saat persalinan.
8. Pemeriksaan Sperma
Pemeriksaan sperma dilakukan guna memastikan kesuburan calon
mempelai laki-laki. Pemeriksaan sperma dilakukan dalam tiga kategori
yaitu jumlah sperma, gerakan sperma, dan bentuk sperma. Sperma yang
baik menurut para ahli, jumlahnya harus lebih dari 20 juta setiap cc-nya
dengan gerakan lebih dari 50% dan memiliki bentuk normal lebih dari
30%.
9. Pemeriksaan Infeksi Saluran Reproduksi atau Infeksi Menular Seksual
(ISR/IMS)
Pemeriksaan ini ditujukan untuk menghindari adanya penularan
penyakit yang ditimbulkan akibat hubungan seksual, seperti sifilis
(penyakit raja singa), gonore (gonorrhea, kencing nanah), Human
Immunodeficiency Virus (HIV, penyebab AIDS).
10. Pemeriksaan Gambaran Tepi Darah
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk menunjukkan adanya proses
penghancuran darah (hemolitik) dan termasuk salah satu pemeriksaan
penyaring untuk penyakit kelainan darah.
11. Foto Thorax dan EKG
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk melihat keadaan jantung dan paru
paru serta untuk mendeteksi adanya kelainan jantung.
Perlu diketahui bahwa, untuk mengikuti serangkaian tes kesehatan
pranikah, kedua calon pengantin sebaiknya memenuhi syarat berikut ini:
1. Sebelum pelaksanan tes dianjurkan untuk puasa 10 sampai 12 jam.
Namun, kedua calon pasangan masih diperbolehkan minum air putih.
2. Calon pengantin wanita tidak sedang haid.