Anda di halaman 1dari 11

Pemeliharaan Kesehatan Pada Ibu

Kesehatan calon ibu

Pelayanan kebidanan diawali dengan pemeliharaan kesehatan para calon ibu. Calon ibu harus
mempersiapkan diri seoptimal mungkin sejak sebelum kehamilan terjadi. Konsultasikan ke dokter
kandungan guna dilakukan berbagai pemeriksaan , agar dokter dapat mendeteksi hal-hal yang kurang
menguntungkan bagi kehamilan seperti infeksi toksoplasma dan kekurangan gizi.Selain itu kesiapan
psikis calon ibu dan ayah pun harus diperhatikan.

Calon ibu adalah semua wanita dalam masa reproduktif yang akan mengalami kehamilan, remaja putri,
wanita dewasa yang belum menikah,wanita yang sudah menikah dan sedang mempersiapkan
kehamilan. Remaja wanita yang akan memasuki jenjang perkawinan perlu dijaga kondisi kesehatannya.
Kepada para remaja di beri pengertian tentang hubungan seksual yang sehat, kesiapan mental dalam
menghadapi kehamilan dan pengetahuan tentang proses kehamilan dan persalinan, pemeliharaan
kesehatan dalam masa pra dan pasca kehamilan.

Upaya memelihata kesehatan calon ibu

Banyak wanita hamil lebih memperhatikan asupan makanan ketika hamil. Namun studi terbaru
menunjukkan bahwa diet sehat yang dilakukan jauh sebelum kehamilan lebih dapat mengurangi risiko
bayi lahir cacat. Diet sehat sebaiknya tidak hanya dilakukan pada saat masa kehamilan saja, namun sejak
sebelum kehamilan. Persiapan kehamilan sangat diperlukan bagi seorang perempuan yang akan
merencanakan kehamilan. Persiapan kehamilan ini diperlukan guna mendukung terciptanya kehamilan
yang sehat dan menghasilkan keturunan yang berkualitas yang didambakan oleh keluarga.

Upaya-upaya yang dilakukan dalam meningkatkan taraf kesehatan ibu dan anak adalah salah satunya
dengan memelihara kesehatan para calon ibu, berikut upaya untuk memelihara kesehatan para calon
ibu:

1. Pembinaan remaja

Upaya pemeliharaan kesehatan bagi para calon ibu ini dapat dilakukan melalui kelompok atau kumpulan
para remaja seperti karang taruna, pramuka, organisaai wanita remaja dan sebagainya. Para remaja
yang terhimpun di dalam organisasi masyarakat perlu diorganisasikan agar pelayanan kesehatan dan
kesiapan dalam menghadapi untuk menjadi istri dapat di lakukan dengan baik.

Pembinaan kesehatan remaja terutama wanitanya, tidak hanya ditujukan semata kepada masalah
gangguan kesehatan (penyakit sistem reproduksi). Fakta perkembangan psikologis dan sosial perlu
diperhatikan dalam membina kesehatan remaja. Remaja yang tumbuh kembang secara biologis diikuti
oleh perkembangan psikologis dan sosialnya. Alam dan pikiran remaja perlu diketahui. Remaja yang
berjiwa muda memiliki sifat menantang, sesuatu yang dianggap kaku dan kolot serta ingin akan
kebebasan dapat menimbulkan konflik di dalam diri mereka. Pendekatan keremajaan di dalam membina
kesehatan diperlukan. Penyampaian pesan kesehatan dilakukan melalui bahasa remaja.

2. Promosi kesehatan pranikah


Promosi kesehatan pranikah merupakan suatu proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya yang ditujukan pada masyarakat reproduktip
pranikah.

Pelayanan kebidanan diawali dengan pemeliharaan kesehatan para calon ibu. Remaja wanita yang akan
memasuki jenjang perkawinan perlu dijaga kondisi kesehatannya. Kepada para remaja di beri pengertian
tentang hubungan seksual yang sehat, kesiapan mental dalam menghadapi kehamilan dan pengetahuan
tentang proses kehamilan dan persalinan, pemeliharaan kesehatan dalam masa pra dan pasca
kehamilan.

Promosi kesehatan pada masa pra kehamilan disampaikan kepada kelompok remaja wanita atau pada
wanita yang akan menikah. Penyampaian nasehat tentang kesehatan pada masa pranikah ini
disesuaikan dengan tingkat intelektual para calon ibu. Nasehat yang di berikan menggunakan bahasa
yang mudah di mengerti karena informasi yang di berikan bersifat pribadi dan sensitif.

Remaja calon ibu yang mengalami masalah kesehatan akibat gangguan sistem reproduksinya segera di
tangani. Gangguan sistem reproduksi tidak berdiri sendiri. Gangguan tersebut dapat berpengaruh
terhadap kondisi psikologi dan lingkungan sosial remaja itu sendiri. Bila masalah kesehatan remaja
tersebut sangat komplek, perlu dikonsultasikan keahli yang relevan atau dirujuk ke unit pelayanan
kesehatan yang pasilitas pelayanannya lebih lengkap. Faktor keluarga juga turut mempengaruhi kondisi
kesehatah para remaja yang akan memasuki pintu gerbang pernikahan. Bidan dapat menggunakan
pengaruh keluarga untuk memperkuat mental remaja dalam memasuki masa perkawianan dan
kehamilan.

Tujuan pemeliharaan kesehatan calon ibu

1) menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu, janin, maupun bayi yang akan dilahirkan.

2) Untuk mengetahui secara dini tentang kondisi kesehatan para remaja.

Bila di temukan penyakit atau kelainan di dalam diri remaja, maka tindakan pengobatan dapat segera
dilakukan. Remaja calon ibu yang mengalami masalah kesehatan akibat gangguan sistem reproduksinya
segera di tangani. Gangguan sistem reproduksi tidak berdiri sendiri. Gangguan tersebut dapat
berpengaruh terhadap kondisi psikologi dan lingkungan sosial remaja itu sendiri. Bila penyakit atau
kelainan tersebut tidak diatasi maka di upayakan agar remaja tersebut berupaya untuk menjaga agar
masalahnya tidak bertambah berat atau menular kepada pasangannya. Misalnya remaja yang menderita
penyakit jantung, bila hamil secara teratur harus memeriksakan kesehatannya kepada dokter. Remaja
yang menderita AIDS harus menjaga pasanganya agar tidak terkena virus HIV. Caranya adalah agar
menggunakan kondom saat besrsenggama, bila menikah.

3) mendeteksi hal-hal yang kurang menguntungkan bagi kehamilan

4) mendeteksi apakah ada masalah pada organ reproduksi calon ibu.

5) mendukung kelahirkan bayi sehat optimal tanpa komplikasi.

6) memastikan tubuh sang ibu agar bisa menjadi media yang sehat untuk pertumbuhan janin yang
optimal.

7) memeriksa apakah sang ibu sedang mengalami infeksi yang bisa berakibat pada janinnya kelak
misalnya seperti infeksi rubella dan hepatitis B. Pada hepatitis B misalnya, yang ditakutkan bukan hanya
bisa tertular ke janin, tapi bila tidak diobati dengan baik maka 10 hingga 40 tahun mendatang, si ibu bisa
menderita hepatoma, sel kanker hati yang tidak ada obatnya. Sedangkan rubella, bila menginfeksi bisa
menyebabkan kelainan pada janin, bisa tuli, katarak bahkan kelainan jantung. Dan penularan dari ibu ke
janin 60 persen bisa dicegah dengan imunisasi.

8) Mengurangi risiko bayi lahir cacat dan untuk menurunkan risiko cacat lahir pada otak dan tulang
belakang, termasuk spina bifida .

9) guna mendukung terciptanya kehamilan yang sehat dan menghasilkan keturunan yang berkualitas
yang didambakan oleh keluarga

10) kematian ibu, janin, maupun bayi yang akan dilahirkan

11) memberikan pengetahuan kepada calon ibu agar kehamilannya bisa dijalani dengan nyaman, sehat
dan gembira

Manfaat memelihara kesehatan calon ibu

Ada berbagai manfaat yang bisa didapatkan seperti:

1) Mengevaluasi kesehatan secara menyeluruh

2) Mengidentifikasi kemungkinan masalah yang serius

3) Memberikan perawatan yang diperlukan sebelum hamil dalam rangka mempersiapkan tubuh yang
sehat untuk hamil

4) Memastikan bahwa tubuh ibu kebal terhadap infeksi seperti rubella yang dapat mempengaruhi
kehamilan.

5) Meningkatkan gizi bagi ibu dalam mempersiapkan kehamilan dan persalinan.

Perkawinan Yang Sehat

Bagaimana mempersiapkan diri ditinjau dari sudut kesehatan, menghadapi perkawinan, disampaikan
kepada remaja. Pekawinan bukan hanya sekedar hubungan antara suami dan istri. Perkawinan
memberikan buah untuk menghasilkan turunan. Bayi yang dilahirkan juga adalah bayi yang sehat dan
direncanakan.

Perkawinan adalah peristiwa ketika sepasang mempelai atau pasangan suami istri dipertemukan secara
formal dihadapan penghulu, kepala agama, para saksi dan sejumlah undangan/hadirin untuk disyahkan
secara resmi sebagai suami istri dengan upacara tertentu. Perkawinan yang sehat dan harmonis bukan
berarti tak pernah mengalami konflik. Jadi, walaupun muncul pertengkaran diantara suami istri, jangan
langsung menyimpulkan bahwa perkawinan mereka tidak sehat. Konflik yang muncul dapat
dimanfaatkan sebagai sarana untuk memahami pola fikir pasangan.

Ada 9 hukum atau cara menciptakan perkawinan yang sehat, yaitu sebagai berikut :

1. Tegur pasangan dengan penuh kasih


2. Sering member pujian kepada pasangan

3. Bersedia mengakui kesalahan

4. Boleh lupa yang lain, akan tetapi jangan lupa dengan pasangan kita

5. Lupakan kesalahan masa lalu

6. Jangan marah diwaktu yang sama

7. Jangan menyimpan amarah sampai matahari terbenam

8. Ketika betengkar coba mengalah untuk menang

9. Jangan berteriak diwaktu yang sama

2.1.2.1 Definisi

Menurut UU Perkawinan no 1 tahun 1974, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuaan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa. Usia terbaik untuk melangsungkan perkawinan untuk
pria adalah 25 tahun atau lebih, sedangkan untuk wanita adalah 20 tahun atau lebih. Pada usia tersebut
pria dan wanita dianggap sudah dewasa sehat jasmani, serta matang secara rohani maupun social.
tujuan dari batas dan umur ini adalah memberikan pengertian dan kesadaran kepada generasi muda
untuk mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan keluarga berencana, kesiapan fisik, mental,
social, serta ekonomi sebagai langkah meningkatkan kesejahteraan atau kesehatan ibu dan anak.
Perkawinan usia muda mengandung resiko terjadinya penyulit kehamilan dan persalinan yang dapat
meneyababkan kematian ibu dan anak.

Perkawinan yang sehat adalah perkawinan yang didasari ikatan lahir dan batin yang diikat dalam
perkawinan yang sah antara pria dan wanita dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga yang
bahagia berdasar ketuhanan Yang Maha Esa).

Usia terbaik untuk melangsungkan perkawinan untuk pria adalah 25 tahun atau lebih, sedangkan untuk
wanita adalah 20 tahun atau lebih, pria dan wanita tersebut dianggap sudah dewasa, sehat jasmani,
matang rohani dan sosial.

2.1.2.2 Tujuan

Tujuan dari batasan umur ini adalah :

1) Memberikan pengertian dan kesadaran kepada generasi muda untuk mempertimbangkan yang
berkaitan dengan keluarga berencana, kesiapan fisik, mental, sosial dan ekonomi.

2) Mempersiapkan masa reproduksi seorang ibu.

3) Meningkatkan kesejahteraan atau kesehatan ibu dan anak.

4) Perkawinan usia muda mengandung resiko terjadinya penyulitan kehamilan dan persalinan yang
dapat menyebabkan kematian ibu dan anak.
2.1.3 Keluarga Sehat

Kepada remaja disampaikan tentang keluarga sehat dan cara mewujudkan serta membinanya. Keluaga
yang diidamkan adalah kelurga yang memiliki norma keluaga kecil, bahagia dan sejahtera. Jumlah
keluaga yang ideal adalah suami, istri dan 2 anak. Keluarga bahagia adalah keluarga yang aman, tentram
disertai rasa ketakwaan kepada Tuhan YME. Keluarga sejahtera adalah keluarga yang sosial ekonominya
mendukung kehidupan anggota keluarganya.dan mampu menabung untuk persiapan masa depan.
Selain itu keluarga sejahtera juga dapat membantu dan mendorong peningkatan taraf hidup keluarga
lain.

Keluarga yang sehat tentunya harus dibentuk oleh individu–individu yang sehat dalam keluarga
tersebut. Dilihat dari aspek kesehatan reproduksi, ada beberapa fase dalam keluarga yang dapat dilihat
dari skema pola perencanaan keluarga berikut :

a. Fase menunda atau mencegah kehamilan

Bagi pasangan suami istri dengan usia kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya.
Karena pada usia kurang dari 20 tahun organ reproduksi belum matang sehingga beresiko tinggi untuk
kehamilan, persalinan, dan nifas, serta terjadi komplikasi.

b. Fase menjarangkan kehamilan

Pada periode usia istri antara 20–30/35 tahun, merupakan periode usia paling baik untuk hamil,
melahirkan, dengan jarak antara kehamilan anak 2–4 tahun.

c. Fase menghentikan dan mengakhiri kehamilan atu kesuburan

Periode saat usia istri di atas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai anak
dengan jumlah cukup (disarankan 2 orang) karena jika terjadi kehamilan dan kelahiran pada usia ini, ibu
mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya komplikasi obtetrik.

Misalnya perdarahan, pre-eklamsi, eklamsi, persalinan lama, atonia uteri, dan lain–lain. Pada usia lebih
tua juga mempunyai resiko untuk terjadi penyakit jantung, tekanan darah tinggi, keganasan, dan
kelainan metabolik.

2.1.4 Sistem Reproduksi dan Masalahnya

Tidak semua orang memahami sistem reproduksi manusia. Membicarakan sistem reproduksi dianggap
tabu dibeberapa kalangan remaja. Perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi pada masa
kehamilan, persalinan, pasca persalinan dijelaskan.Penjelasan juga diberikan mengenai perawatan bayi.
Gangguan sistem reproduksi yang dijelaskan seperti gangguan menstruasi, kelainan sistem reproduksi
dan penyakit. Penyakit sistem reproduksi yang dimaksud seperti penyakit-penyakiit hubungan seksual,
HIV /AIDS dan tumor.

Kesehatan reproduksi adalah kemampuan seorang wanita untuk memanfaatkan alat reproduksi dan
mengatur kesuburannya (fertilitas), dapat menjalani kehamilan dan persalinan secara aman serta
mendapatkan bayi tanpa risiko apapun atau well health mother dan well born baby dan selanjutnya
mengembalikan kesehatan dalam batas normal.
Dalam survei yang dilakukan oleh WHO, menetapkan 5 jenis ketentuan sebagai kriteria klasifikasi wanita
yaitu:

1. Kesehatan

2. Perkawinan

3. Pendidikan

4. Pekerjaan

5. Persamaan

Sadar akan keadaan demikian, pemerintah dan diikuti oleh kalangan swasta telah mendirikan pusat-
pusat kesehatan untuk mendekatkan pelayanan terhadap masyarakat. Di samping itu penyebaran Bidan
di Desa merupakan gagasan pemerintah untuk menggantikan peranan dukun yang masih dominan di
tengah masyarkat, sehingga mendapatkan pelayanan yang bermutu dan menyeluruh. Meskipun angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian anak (AKA) masih belum dapat diturunkan secara berarti.
Keadaan ini dapat berubah bila mengikutsertakan masyarakat menolong dirinya sendiri dalam bidang
kesehatan, dengan secara aktif mengambil bagian untuk memelihara kesehatannya.

Di samping itu dalam pelayanan dan pertolongan persalinan telah diupayakan dengan memakai sistem
partograf WHO, sehingga ibu hamil dan bersalin dikirimkan pada tingkat garis “waspada.” Keberhasilan
dalam pelaksanaan gagasan ini bergantung pada kemampuan dalam memberi pengawasan selama
hamil (antenatal) serta konsultasi gizi. Keluarga berencana juga memegang peranan penting untuk dapat
mengatur jarak kehamilan, mengatur jumlah kehamilan (sehingga komplikasi dapat ditekan), dan
meningkatkan usia kawin dan hamil sampai mencapai masa reproduksi sehat.

Dengan demikian kesehatan reproduksi merupakan masalah vital dalam pembangunan kesehatan.
Kesehatan reproduksi tidak dapat diselesaikan dengan jalan melakukan tindakan kuratif (pengobatan),
tetapi merupakan masalah masyarakat yang masih dapat diperbaiki. Indonesia dianggap telah berhasil
untuk mengatur kesehatan reproduksi melalui gerakan keluarga berencana. Melalui penurunan tingkat
kelahiran, ditambah makin meningkatnya kesehatan, AKI dapat menurun secara berarti, sedangkan AKA
dapat diturunkan menjadi 56/1.000 persalinan.

Meskipun demikian upaya untuk meningkatkan derajat kehidupan wanita melalui perluasan lapangan
kerja, meningkatkan pendidikan, dan persamaan kewajiban dan hak, masih memerlukan perjuangan
untuk dapat ikut serta menurunkan angka kematian dan meningkatkan kesehatan wanita khususnya
kesehatan reproduksi. Di lain pihak yang mengecewakan adalah makin meningkatnya faktor infeksi alat
reproduksi, oleh karena terjadi semacam revolusi seksual yang menjurus ke arah liberalisasi, dengan
makin derasnya arus informasi pada era globalisasi dunia. Infeksi mempunyai akibat yang menyedihkan
pada kesehatan reproduksi yang dapat berakhir dengan infertilitas (kemandulan) dan meningkatnya
kejadian kehamilan ektopik.

Agar tercapai kesehatan alat reproduksi sehingga dapat menghasilkan generasi sehat rohani dan
jasmani, perlu dilakukan berbagai upaya pencegahan dan diagnosis dini, melalui pengobatan yang tepat
dan berhasil guna. Dapat dikatakan alat reproduksi adalah alat untuk prokreasi dan kreasi yang
diupayakan semaksimal mungkin sehingga tercapai well health mother for well born baby.
Dengan tercapainya kesejahteraan masyarakat diharapkan juga tercapai kesehatan reproduksi yang
prima, dan dapat menghasilkan status politik, sosial-ekonomi, budaya, ketahanan dan keamanan
keluarga (poleksosbudhankam) tinggi, yang sangat berpengaruh terhadap kualitas individu (manusia)
dan akhirnya secara berantai dapat meningkatkan kualitas masyarakat dan pelayanan kesehatan
masyarakat.

Dengan demikian melalui pembangunan diharapkan dapat mengubah lingkaran kemiskinan menjadi
lingkaran kesejahteraan, sehingga kesehatan umum masyarakat dan kesehatan reproduksi dapat
meningkatkan generasi yang berkualitas. Secara rinci dapat dikemukakan bahwa pada masa remaja
ditekankan pada bagaimana menghindari bahaya infeksi alat reproduksi sehingga terhindar dari
komplikasi, masa reproduksi kesehatannya dapat dijaga dengan memanfaatkan metode keluarga
berencana, sehingga jumlah dan interval kehamilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas
reproduksi dan kualitas generasi.

Pertolongan persalinan berorientasi pada “well health mother for well born baby” melalui persalinan
yang tidak menimbulkan trauma (tidak membahayakan) dengan persalinan spontan, tindakan operasi
ringan persalinan dan seksio sesarea. Permintaan persalinan seksio sesarea (melalui operasi dinding
perut) akan meningkat, juga permintaan untuk KB dengan metode operasi wanita (MOW) melalui teknik
vasektomi. Pada masa menopause, pascamenopause, dan senium penekanan ditujukan pada penyakit
degenerasi, sehingga diagnosis dini sangat penting.

2.1.5 Penyakit yang Berpengaruh Pada Kehamilan dan Persalinan

Remaja yang siap sebagai ibu harus dapat mengetahui penyakit- penyakit yang memberatkan kehamilan
atau persalinan atau juga penyakit yang akan membahayakan dalam masa kehamilan atau persalianan.
Penyakit-penyakit tersebut perlu dijelaskan. Penyakit yang perlu dan penting dijelaskan sewaktu
mengadakan bimbingan antara lain penyakit jantung, penyakit ginjal, hipertensi, DM, anemia, tumor.

Sikap Dan Perilaku Pada Masa Kehamilan Dan Persalinan

Perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi pada masa kehamilan dan persalinan. Akibat perubahan
sikap dan perilaku akan mengganggu kesehatan, misalnya pada masa hamil muda terjadi gangguan
psikologi misalnya benci terhadap seseorang (suami) atau benda tertentu. Emosi yang berlebihan
dimungkinkan akibat perubahan perilaku. Pada masa persalinan atau pasca persalinan gangguan jiwa
mungkin terjadi.

Disamping hal tersebut diatas masih ada lagi permasalahn remaja dan dikaitkan dengan kesehatan
keluarga. Bidan harus dapat memberikan bimbingan sewaktu remaja berkonsultasi atau memberikan
penyuluhan. Bila masalah remaja menyangkut bidang alin maka dapat dirujuk pada yang lebih ahli.
Misalnya bila remaja merasa ketakutan yang amat sangat dalam menghadapi kehamilan dapat dirujuk
kedokter spesialis jiwa atau ke psikolog.
Bimbingan remaja dilakukan melalui organisasi remaja seperti karang taruna , pramuka, organisasi
pelajar, mahasiswa dan pemuda.

G. Kesehatan Saat Hamil

Salah satu unsur yang penting untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi adalah memelihara
kesehatan ibu hamil. Bidan harus memiliki data ibu hamil yang berada diwilayah kerjanya. Data ini dapat
diperoleh dari pencatatan yang dilakukan sendiri atua dari kantor desa/ kelurahan. Dari data tersebut
dapat diatur strategi pemeliharaan kesehatan ibu hamil.

Semua ibu hamil dianjurkan agar memeriksakan kesehatan dirinya sedini mungkin. Anjuran tersebut
disampaikan kepada masyarakat melalui kelompok ibu-ibu atau pemimpn desa. Pemeriksaan kehamilan
dilakukan minimal 4 kali, yaitu pada Trimester pertama 1 kali, Trimester dua 1 kali dan pada Trimester
tiga 2 kali.

Pada ibu hamil dengan resiko tinggi pemeriksaan dilakukan lebih sering dan intensif. Untuk itu bidan
harus mengadakan pendekatan langsung kepada ibu hamil atau pendekatan dapat dilakukan melalui
dukun terlatih, kader posyandu, atau peminat KIA.

Melalui pemeriksaan teratur dapat diketahui perkembangan kesehatan ibu. Bila ditemukan adanya
gangguan kesehatan, tindakan dapat dilakukan sesegera mungkin.

Pemeriksaan kesehatan ibu dilakukan dengan menggunnakan pendekatan menajemen kebidaanan.


Didalam menajemen kebidanan pemeriksaan kesehatan mencakup langkah identifikasi dan analisa
masalah serta penentuan diagnosa.

Pemeriksaan dimulai dengan pengumpulan data subyektif yang dilakukan dengan wawancara atau
anamnesa, lalu dilanjutka pengumpulan data obyektif yang dilakukan dengan pemeriksaan fisik,
melakukan diagnosa, rencana asuahn dan tindakan.

Kebijakan program kunjungan pemeriksaan kehamilan dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan,
sesuai dengan anjuran WHO

a. Satu kali pada trimester pertama

b. Satu kali pada trimester kedua

c. Dua kali pada trimester ketiga

Dalam upaya mempercepat penurunan AKI dan AKN, pada tanggal 26 Januari 2012 Sekretaris Jenderal
Kementerian Kesehatan dr. Ratna Rosita, MPHM telah meluncurkan program Expanding Maternal and
Neonatal Survival (EMAS).

Upaya penurunan AKI dan AKN melalui program EMAS


Meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal di 150 Rumah Sakit
(PONEK) dan 300 Puskesmas/Balkesmas (PONED).

2. Memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar Puskesmas dan Rumah Sakit.

Dalam pelaksanaannya di lapangan, upaya tersebut dilakukan dengan pendekatan “Vanguard”, yaitu :

1. Memilih dan memantapkan sekitar 30 RS dan 60 Puskesmas yang sudah cukup kuat agar berjejaring
dan dapat membimbing jaringan Kabupaten yang lain.

2. Melibatkan RS/RB swasta untuk memperkuat jejaring sistem rujukan di daerah.

Pertolongan persalinan dirumah

Faktor-Faktor yang mempengaruhi pemilihan persalinan dirumah oleh ibu bersalin

 Melahirkan dirumah sendiri ternyata lebih aman, hemat dan bermanfaat


 Rumah sakit adalah sumber penyakit
 Ibu melahirkan dirumah sakit merasakan unsur diskriminasi

Persiapan persalinan di rumah

 Persiapan alat
 Persiapan ibu untuk bersalian
 Persiapan keluaraga
 Persiapan bidan

Keuntungan & kekurangan

Keuntungan

 Ibu terhindar dari perasaan cemas


 Bagi keluarga dapat menghemat waktu dan biaya
 Bagi aspek Psikologis bayi merasa diterima dinantikan dirundukan oleh seisi rumah
 Ibu da bayi terhindar dari penyakit infeksi silang
 Ibu yang mempunyai anak sebelumnya tidak perlu disah lama

Kerugian

 Penolong persalinan umumnya hanya satu


 Sanitasi, fasilitas, peralatan yang tersedia mungkin kurang
 Jika memerlukan rujukan diperlukan pengangkutan dan pertolongan pertama selama perjalanan

3. Asuhan Masa Nifas dan Pasca Persalinan


Asuhan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah
lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati
keadaan sebelum hamil.

Masa nifas merupakan masa yang diawali dari beberapa jam setelah plasenta lahir dan berakhir setelah
6 minggu postpartum yang memerlukan penanganan secara aktif. Masa nifas merupakan masa yang
memerlukan asuhan yang efektif dan optimal. Adapun tujuan umum dan khusus dari asuhan pada masa
nifas adalah :

1. Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak

2. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis

3. Mencegah dan mendeteksi dini komplikasi pada ibu nifas.

4. Merujuk ke tenaga ahli bila diperlukan .

5. Mendukung dan memperkuat keyakinan diri ibu dan memungkinkan melaksanakan peran sebagai
orang tua.

6. Memberikan pelayanan KB.

Tahapan masa nifas terbagi dalam tiga tahap dan terjadi kurang lebih selama 6 minggu.

1. Tahap Immediate puerperium / Puerperium dini

2. Tahap Early puerperium

3. Tahap Late puerperium

Peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :

1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan.

2. Sebagai promotor

3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya

4. Membuat kebijakan setempat,perencana program kesehatan ibu dan bayi

5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya

7. Melakukan manajemen asuhan kebidanan secara profesional

8. Membuat dokumentasi asuhan kebidanan pada masa nifas.

Rujukan
Rujukan dalam pelayanan kebidanan adalah sebagai tindakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik
atas kasus atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dari satu unit ke unit yang lebih
lengkap /Rumah Sakit) maupun horizontal (dari satu bagian ke bagian lain dalam satu unit) (Muchtar,
1977).

Rujukan dan Pelayanan Kebidanan

Kegiatan ini antara lain berupa :

1. Pengiriman orang sakit dari unit kesehatan kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap.

2. Rujukan kasus-kasus patologik pada kehamilan, persalinan, dan nifas

3. Pengiriman kasus masalah reproduksi manusia lainnya, seperti kasus-kasus ginekologi atau
kontrasepsi yang memerlukan penanganan spesialis.

4. Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium dari unit kesehatan yang kecil ke unit kesehatan
yang lebih mampu dam pengiriman hasil kembali kepada unit kesehatan yang mengiriminya.

Kebijakan pemerintah mengenai rujukan untuk meningkatkan kesehatan ibu

Program Jaminan Persalian (Jampersal) adalah jaminan pembiayaan persalinan yang meliputi
pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca
persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. Jampersal diperuntukkan bagi seluruh ibu hamil yang belum
memiliki jaminan persalinan.

Anda mungkin juga menyukai