Anda di halaman 1dari 87

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut data SKRRI (2003-2004) menunjukkan bahwa 60 % masalah para remaja
serta dewasa awal mengaku telah mempraktikkan seks pranikah. Selain itu jumlah
penderita AIDS pada usia remaja dan dewasa awal sampai September 2009 adalah
sebesar 18.442 kasus (Valentina, 2012). Menurut Siti, 2008 dalam memasuki kehidupan
pernikahan akan banyak hal yang dilakukan untuk mencapai kehidupan pernikahan yang
diharapkan seperti rumah tangga yang harmonis, memiliki anak dan tidak ada perceraian.
Menurut Alkaf, 2009 konseling pranikah bermanfaat sebagai bimbingan untuk dewasa
awal sebelum memasuki dunia pernikahan. Bimbingan ini bisa berupa pemeriksaan
kesehatan reproduksi, pengenalan lingkup pernikahan.
Kehamilan merupakan suatu anugerah yang menyenangkan bagi setiap wanita yang
diharapkan setelah pernikahan. Sepanjang daur kehidupan wanita, sudah menjadi
kodratnya akan mengalami proses kehamilan, persalinan dan masa nifas. Pemeriksaan
kesehatan sangat penting bagi calon ibu. Masa ini disebut prakonsepsi. Prakonsepsi
merupakan periode sebelum terjadinya pertemuan sel sperma dengan ovum atau
pembuahan atau sebelum hamil. Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan
hingga satu tahun sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum
dan sperma matur yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi.
Empat puluh persen kehamilan tidak direncanakan sebelumnya dan pemeriksaan
kesehatan sebelum hamil sangat penting agar kehamilan dapat berjalan dengan baik
namun kesadaran akan hal tersebut masih sangat rendah sehingga angka kesakitan dan
komplikasi kehamilan masih sangat tinggi. Selain itu wanita baru sadar hamil jika sudah
terlambat haid 1-2 minggu sedangkan organogenesis janin mulai terjadi 17 hari setelah
fertilisasi. Setelah organogenesis, organ sudah terbentuk sehingga terlambat apabila
ternyata terdapat paparan zat teratogen yang berbahaya untuk janin (Diane Fraser, 2011).
Peran bidan dalam hal ini adalah memberikan edukasi kesehatan reproduksi serta
perawatan bagi pasangan yang memiliki masalah kesehatan dalam konseling pranikah
terutama prakonsepsi (Valentina, 2012).
Tetanus adalah penyakit yang sering bersifat fatal yang disebabkan oleh eksotoksin
produksi kuman Clostridium Tetani. C Tetani adalah kuman berbentuk batang dan
bersifat anaerob, gram positif yang mampu menghasilkan spora dengan bentuk batang.
Gejala awal Tetanus yang khas adalah kejang dan kaku secara menyeluruh, otot dinding

1
perut yang teraba keras dan tegang seperti papan, mulut kaku dan sukar dibuka, kesulitan
menelan, berkeringat dan demam. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh
menjadi kaku. (DepKes 2006).
Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) adalah proses untuk membangun kekebalan
sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin Tetanus Toksoid
dipergunakan untuk pencegahan tetanus pada bayi yang baru lahir dengan
mengimunisasi wanita usia subur, dan juga untuk pencegahan tetanus (Indanati
Rukna,2005). Pengetahuan pasangan muda (calon pengantin) mengenai imunisasi TT
catin akan menunjang dan memotivasi calon pengantin untuk mendapatkan imunisasi TT
catin. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan. (Notoatmodjo,2003).
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari persiapan secara medis wanita sebelum
memasuki jenjang pernikahan. Namun, tidak semua wanita melakukan persiapan medis
menjelang pernikahan. Apabila hal ini diabaikan, maka akan banyak resiko atau bahaya
ancaman medis yang diperkirakan akan muncul setelah pernikahan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan prakonsepsi.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif dan obyektif pada
klien prakonsepsi.
2. Mahasiswa mampu menganalisa data sehingga dapat menentukan diagnosa,
masalah dan kebutuhan tindakan segera.
3. Mahasiswa mampu merencanakan penatalaksanaan asuhan kebidanan yang
menyeluruh berdasarkan kebutuhan klien prakonsepsi
4. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana
yang telah disusun.
5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan yang dilaksanakan.
6. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan
1.3 Pelaksanaan
Kegiatan praktek klinik dilakukan di Puskesmas Jagir Surabaya pada tanggal 23 Januari-5
Februari 2017.

2
1.4 Manfaat
1. Manfaat bagi penulis
Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada prakonsepsi secara
komprehensif.
2. Manfaat bagi klien
Klien mendapatkan asuhan kebidanan yang komprehensif dan terhindar dari
komplikasi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pranikah
2.1.1 Pengertian Pranikah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pranikah adalah sebelum menikah.
Keadaan dimana laki-laki dan perempuan belum atau akan melakukan
pernikahan/perkawinan.
2.1.2 Pengelolaan Pranikah
Salah satu upaya dalam menurunkan AKI dan AKB adalah pengelolaan
pranikah/remaja
1. Mengadakan penyuluhan kepada calon pengantin tentang kehamilan yang sehat
2. Melakukan pemeriksaan Hb pada saat pemeriksaan kesehatan calon pengantin
putri
3. Melakukan penjaringan dan penanganan kasus anemia pada remaja putri antara
lain melalui kegiatan UKS dan Karang Taruna
2.1.3 Persiapan pranikah dan prakonsepsi
Masa Pranikah adalah masa dimana laki-laki dan perempuan perlu
mempersiapkan diri dari segala aspek yaitu fisik, jiwa, sosial ekonomi. Terutama
bagi calon pengantin wanita berupa gizi, jiwa, kesehatan reproduksi dalam
mempersiapkan diri menghadapi kehamilan, persalinan dan proses perawatan anak
termasuk menyusui. Sebelum menikah, individu berkewajiban mempersiapkan diri
menjadi reproduksi yang bertanggung jawab dengan mempersiapkan fisik, mental,
sosial ekonomi dengan baik.
Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh calon suami istri dapat diketahui
riwayat genetik dalam keluarga calon mempelai pria dan wanita. Misalnya ada
tidaknya penyakit kelainan darah seperti thalassemia dan hemofilia. Kedua penyakit
itu bisa diturunkan melalui pernikahan dengan pengidapnya atau mereka yang
bersifat pembawa (carrier). Setelah pemeriksaan, dapat dilihat kemungkinan
perpaduan kromoson yang timbul. Jika memang ada penyakit keturunan dalam
riwayat keluarga kedua atau salah satu calon mempelai, dapat dilihat kemungkinan
risiko yang timbul, seperti terjadinya keguguran hingga kemungkinan cacat bawaan
(kongenital) jika memiliki anak. Calon pasangan suami istri (pasutri) akan punya
pemahaman bahwa bila orang tua atau garis keturunannya mengidap penyakit
genetik, anak yang akan lahir nanti pun berisiko mengidap penyakit yang sama.

4
Penyakit lainnya yang perlu dideteksi pra pernikahan adalah penyakit kronis
seperti diabetes mellitus (kencing manis), hipertensi (tekanan darah tinggi), kelainan
jantung, hepatitis B hingga HIV/AIDS. Penyakit-penyakit itu dapat memengaruhi
saat terjadinya kehamilan, bahkan dapat diturunkan.
Penyakit lainnya yang penting diketahui sebelum pernikahan adalah infeksi
TORCH (pada wanita) dan penyakit menular seksual. TORCH merupakan
kepanjangan dari toksoplasmosis (suatu penyakit yang aslinya merupakan parasit
pada hewan peliharaan seperti kucing), rubella (campak jerman), cytomegalovirus
(CMV), Herpes virus I dan Herpes virus II. Kelompok penyakit ini sering kali
menyebabkan masalah pada ibu hamil (sering keguguran), bahkan infertilitas
(ketidaksuburan) atau cacat bawaan pada anak. Jika penyakit infeksi itu diketahui
sejak awal, dapat diobati sebelum terjadinya kehamilan. Dengan demikian, risiko
terjadinya kelainan atau keguguran akibat TORCH dapat dieliminasi.
Menurut Permadi (2011) ada tidaknya penyakit menular seksual (PMS) juga
penting untuk diketahui karena sebagian besar PMS termasuk sifilis, herpes, dan
gonorrhea bisa mengakibatkan terjadinya kecacatan pada janin. Bila salah satu
pasangan sebelumnya terdeteksi pernah melakukan seks bebas, sebaiknya kedua
pasangan melakukan pemeriksaan terhadap penyakit-penyakit ini, untuk memastikan
apakah sudah benar-benar sembuh sebelum melangsungkan pernikahan.
Di Indonesia, sebagai salah satu syarat menikah adalah menyertakan surat
keterangan telah melakukan imunisasi bagi calon pengantin wanita. Surat keterangan
sehat (yang dibutuhkan calon mempelai) sebenarnya kurang lebih berisi data diri
calon mempelai, seperti nama, tempat tanggal lahir, usia, berat dan tinggi badan, dan
tekanan darah. Serta ditambah dengan pernyataan dokter/bidan yang menyatakan
bahwa yang bersangkutan telah menjalani pemeriksaan kesehatan dan dinyatakan
berbadan sehat. Sedangkan apabila si calon mempelai meminta surat keterangan
imunisasi, jenis imunisasi umum yang diberikan adalah imunisasi TT (Tetanus
Toxoid).
Wanita harus memperhatikan siklus menstruasi untuk mempersiapkan
kehamilannya. Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon
yang paralel dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi
(perlekatan) dari janin (proses kehamilan). Gangguan dari siklus menstruasi tersebut
dapat berakibat gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan. Gangguan
dari siklus menstruasi merupakan salah satu alasan seorang wanita berobat ke

5
dokter. Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah
waktu keluarnya darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian
menunjukkan wanita dengan siklus mentruasi normal hanya terdapat pada 2/3 wanita
dewasa, sedangkan pada usia reproduksi yang ekstrim (setelah menarche <pertama
kali terjadinya menstruasi> dan menopause) lebih banyak mengalami siklus yang
tidak teratur atau siklus yang tidak mengandung sel telur. Siklus
mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-ovarium.
2.2 Menstruasi
2.2.1 Pengertian
Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari
setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus
(Bobak, 2004).
2.2.2 Fisiologis siklus menstruasi
Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus,
hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran
pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses
ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan
siklik maupun lama siklus menstruasi (Bobak, 2004).
Ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan progesteron.
Beberapa estrogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel ovarium, yang mengandung
ovum yang sedang berkembang dan oleh sel-sel yang mengelilinginya. Estrogen
ovarium yang paling berpengaruh adalah estradiol. Estrogen bertanggung jawab
terhadap perkembangan dan pemeliharaan organ-organ reproduktif wanita dan
karakteristik seksual sekunder yang berkaitan dengan wanita dewasa. Estrogen
memainkan peranan penting dalam perkembangan payudara dan dalam perubahan
siklus bulanan dalam uterus. Progesteron juga penting dalam mengatur perubahan
yang terjadi dalam uterus selama siklus menstruasi. Progesteron merupakan hormon
yang paling penting untuk menyiapkan endometrium yang merupakan membran
mukosa yang melapisi uterus untuk implantasi ovum yang telah dibuahi. Jika terjadi
kehamilan sekresi progesteron berperan penting terhadap plasenta dan untuk
mempertahankan kehamilan yang normal. Sedangkan endrogen juga dihasilkan oleh
ovarium, tetapi hanya dalam jumlah kecil. Hormon endrogen terlibat dalam
perkembangan dini folikel dan juga mempengaruhi libido wanita (Suzannec, 2001).

6
2.2.3 Bagian-bagian siklus menstruasi
1. Siklus endometrium
Menurut Bobak (2004), terdiri dari 4 fase, yaitu :
a. Fase Menstruasi
Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai
pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase
ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi
kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun atau pada
kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon)
baru mulai meningkat.
b. Fase Proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak
sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10 siklus
24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan
endometrium secara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau
menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi
setebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir
saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal
dari folikel ovarium.
c. Fase sekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum
periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium
sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru
yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi
kelenjar.
2. Siklus Ovarium
a. Fase folikular
Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang berasal
dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk proses
ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase folikular

7
pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi panjang
siklus menstruasi keseluruhan
b. Fase ovulasi
Ovulasi merupakan proses pelepasan sel telur yang telah matang dari ovarium.
Sel telur bertahan setidaknya 12-24 jam setelah dikeluarkan, sedangkan
sperma bertahan di dalam rahim sekitar 72 jam.
c. Fase luteal
Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka waktu
rata-rata 14 hari. Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium
serta uterus di dalam siklus menstruasi normal:
1) Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH,
LH) berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari
fase luteal siklus sebelumnya
2) Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah
akhir dari korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase
folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan
endometrium
3) Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada
pengeluaran FSH hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat
dari peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level
hormon LH meningkat drastis (respon bifasik)
4) Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima)
hormon LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari
hormon LH, keluarlah hormon progesteron
5) Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang
menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian.
Ovulasi adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari
folikular ke luteal
6) Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat
sebelum ovulasi sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat
kembali karena sekresi dari korpus luteum
7) Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda
bahwa sudah terjadi ovulasi

8
8) Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup
korpus luteum dan kemuadian menurun untuk mempersiapkan siklus
berikutnya
2.2.4 Cara Menentukan Masa Subur
Masa subur wanita adalah masa di mana ada satu sel telur yang siap untuk dibuahi
oleh sel sperma di saluran telur (tuba fallopi) yang terjadi satu bulan sekali. Sel telur
ini mampu bertahan hidup dalam keadaan siap dibuahi hanya selama 1-2 hari (Dewi.
2009). Dengan mengetahui masa subur dan tidak subur, maka dapat membantu
pasangan suami-istri dalam mengambil keputusan untuk hamil atau tidak hamil.
Kemungkinan terjadinya kehamilan pada masa subur sangatlah besar sehingga kalau
ingin hamil hendaknya melakukan hubungan seksual pada masa subur (Aulia, 2009).
Untuk mengetahuinya menggunakan cara :
1. Deteksi suhu basal
Alat yang digunakan yakni termometer suhu. Peningkatan suhu menunjukkan
adanya ovulasi. Peningkatan suhu yang menetap selama 3 hari mengindikasikan 48
jam setelah ovulasi dan menandakan dimulainya masa tidak subur setelah ovulasi.
Lazimnya menjelang ovulasi, suhu tubuh akan meningkat yakni sekitar 0,5º
Celcius. Cara untuk menggunakan indikator ini adalah :
a. Suhu diukur segera setelah bangun tidur sebelum bangkit dari tempat tidur dan
melakukan aktivitas.
b. Suhu diukur lewat mulut, vagina, atau anus.
c. Grafik dibuat dengan menggambarkan hasil pembacaan suhu dengan sebuah
titik pada lokasi yang sesuai. Titik-titik ini kemudian dihubungkan untuk
membentuk sebuah grafik. Jika terjadi kelupaan pengukuran, titik-titik tersebut
tidak boleh disambung.
1) Termometer manual, jika air raksa berhenti diantara dua angka, angka yang
terendah yang dicatat.
2) Termometer digital, hanya mencatat satu angka desimal.
d. Segala sesuatu yang tidak biasa seperti demam, tidur larut, kondisi sedang stres
sebaiknya dicatat
2. Deteksi lendir leher rahim
Lendir leher rahim melindungi sel-sel sperma sehingga sperma dapat
mempertahankan daya pembuahan tiga sampai lima hari, hanya jika ada lendir
(Billings & Westmore, 2008). Perubahan lendir serviks dapat diamati melalui

9
vulva dan dicatat setiap hari. Lendir serviks ini dapat dikenali dengan rasa/sensasi,
penampakan, dan tes dengan jari tangan.
a. Sensasi
Ada atau tidaknya lendir dikenali dengan sensasi pada vulva. Sensasi mungkin
merupakan rasa yang jelas tentang kering, lembab, lengket, basah, licin, atau
lubrikasi.
b. Penampakan
Kertas tisu putih dan lembut diusapkan pada vulva. Tisu akan basah dan bila
ada lendir serviks, lendir akan terlihat menggumpal pada tisu. Warna lendir
dicatat, mungkin putih, krem, buram, atau transparan. Lendir sering terlihat
pula pada celana dalam, dalam kondisi kering sehingga karakteristiknya telah
berubah.

c. Tes jari
Tes ini dilakukan dengan cara mengambil lendir tersebut memakai ujung jari
telunjuk dan ibu jari. Secara perlahan, jari telunjuk ditarik, untuk melihat
elastisitas lendir. Elastisitas ini dikenal dengan nama Efek Spin dan
menunjukkan bahwa lendir subur.
3. Kalender menstruasi
Cara ini lebih sederhana, karena hanya bergantung pada siklus menstruasi :
a. Pada siklus menstruasi ideal, yaitu 28 hari masa subur adalah 14 hari sebelum
menstruasi berikutnya.
b. Pada siklus yang tidak ideal, tentukan lama siklus terpendek dan terpanjang.
Kemudian siklus terpendek dikurangi dengan 18 hari dan siklus haid terpanjang
dikurangi dengan 11 hari. Dua angka yang diperoleh merupakan batasan masa
subur (Simanungkalit & Bien, 2008).
Contohnya : Nn. A memiliki siklus terpendek 28 hari dan siklus terpanjang 35
hari,
sehingga :
28 – 18 = 10
35 – 11 = 24
Dari perhitungan di atas maka masa subur Nn. A pada hari ke-10
sampai hari ke-24, dihitung dari hari pertama menstruasi.
2.3 Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)

10
2.3.1 Pengertian imunisasi TT
Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan
sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Imunisasi TT merupakan aturan
resmi yang ditetapkan pemerintah bahkan sejak tahun 1986. Di tahun 1980-an,
tetanus menduduki peringkat teratas sebagai penyebab kematian bayi berusia di
bawah satu bulan. Meskipun kini kasus serupa itu sudah menurun, ancamannya
masih ada, sehingga perlu diwaspadai.
Berdasarkan Instruksi Bersama Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam dan Urusan Haji Departemen Agama dan Direktur Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan
No : 02 Tahun 1989 Tentang Imunisasi Tetanus Toksoid Calon Pengantin
menginstruksikan kepada : Semua kepala kantor wilayah Departemen Agama dan
kepala kantor wilayah Departemen Kesehatan di seluruh Indonesia untuk:
a. Memerintahkan kepada seluruh jajaran di bawahnya melaksanakan bimbingan
dan pelayanan Imunisasi TT Calon Pengantin sesuai dengan pedoman
pelaksanaan.
b. Memantau pelaksanaan bimbingan dan pelayanan Imunisasi TT Calon Pengantin
di daerah masing-masing.
c. Melaporkan secara berkala hasil pelaksanaan instruksi ini kepada Dirjen Bimas
Islam dan Urusan Haji dan Dirjen PPM & PLP sesuai tugas masing-masing.
Peraturan tersebut menjadi dasar atau landasan sebagai salah satu syarat
administrasi pernikahan yang ditetapkan KUA terhadap pasangan yang akan
menikah, yaitu kewajiban untuk melaksanakan imunisasi TT dengan menunjukkan
surat/kartu bukti immunisasi TT1 bagi calon pengantin perempuan dari rumah sakit
atau puskesmas terdekat. Imunisasi TT diberikan kepada mereka yang masuk dalam
kategori Wanita Usia Subur (WUS) yaitu wanita berusia 15-39 tahun, termasuk ibu
hamil (bumil) dan calon pengantin (catin).4 Waktu yang tepat untuk mendapatkan
vaksin TT sekitar dua hingga enam bulan sebelum pernikahan. Ini diperlukan agar
tubuh memiliki waktu untuk membentuk antibodi.
2.3.2 Manfaat imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
Imunisasi Tetanus Toksoid mempunyai beberapa manfaat antara lain:
1. Melindungi bayi yang baru lahir dari tetanus neonatorum. Tetanus neonatorum
adalah penyakit tetanus yang terjadi pada bayi berusia kurang 1 bulan yang

11
disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin
(racun) dan menyerang sistem saraf pusat.
2. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus saat terluka dalam proses
persalinan.
3. Untuk mencegah timbulnya tetanus pada luka yang dapat terjadi pada vagina
mempelai wanita yang diakibatkan hubungan seksual pertama.
4. Mengetahui lebih awal berbagai kendala dan kesulitan medis yang mungkin
terjadi untuk mengambil tindakan antisipasi yang semestinya sedini mungkin.
5. Mencegah terjadinya toksoplasma pada ibu hamil.
6. Mencegah penularan kuman tetanus ke janin melalui pemotongan tali pusar.
Manfaat-manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari
program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal dan tetanus
neonatorum

2.3.3 Jenis dan vaksinasi


Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai
upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus (Idanati, 2005). Vaksin Tetanus yaitu
toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan (Setiawan,
2006). Vaksinasi yang digunakan untuk imunisasi aktif kemasan tunggal vaksin
tetanus texoid (TT) kombinasi defteri (DI) kombinasi defteri tetanus pertusis (DPT)
vaksin yang digunakan untuk imunisasi aktif ATS (Anti Tetanus Serum) dapat
digunakan untuk pencegahan maupun pengobatan penyakit tetanus.
2.3.4 Jumlah dan Dosis Pemberian Imunisasi TT
Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali (BKKBN, 2005; Saifuddin dkk,
2001), dengan dosis 0,5 cc di injeksikan intramuskuler/subkutan dalam (Depkes RI,
2000).
2.3.5 Tempat pelayanan imunisasi TT
Pelayanan imunisasi TT bisa didapatkan di tempat – tempat berikut :
1. Puskesmas
2. Puskesmas pembantu
3. Rumah sakit
4. Rumah bersalin
5. Polindes

12
6. Rumah sakit swasta
7. Dokter praktik
8. Bidan praktik
2.3.6 Skrining Imunisasi TT pada Calon Pengantin Wanita
Pada calon pengantin wanita 2 kali langsung terjadi kehamilan dengan jarak waktu
≥2 tahun dilakukan TT ulang pada ibu hamil masing-masing pada kehamilan ke 7 dan
ke 8. Dimasa mendatang diharapkan setiap perempuan telah menghadapi imunisasi
tetanus 5 kali, sehingga daya perlindungan terhadap tetanus seumur hidup, dengan
demikian bayi yang dikandung kelak akan terlindung dari penyakit tetanus neonatorum.
Bentuk vaksin TT cair agak putih keruh dalam vial dosis 0,5 ml/ dalam di olutus maxi
atau lengan.
Jarak waktu yang panjang antara pemberian imunisasi TT kedua dengan saat
kelahiran bayi dapat mempertinggi respon imunologik dan diperoleh cukup waktu agar
antibodi di dalam tubuh ibu berpindah ke tubuh bayi (Saifuddin, 2006). Dengan
mengetahui status imunisasi TT bagi wanita usia subur diharapkan dapat membantu
program imunisasi dalam penurunan kasus penyakit tetanus khususnya bagi bayi yang
baru lahir.

13
Tabel Bantu Skrining Status TT Wanita Usia Subur

Pernah/Tidak
diimunisasi Kesimpulan
No Riwayat Imunisasi TT
DPT/DPT-HB/DT/ Status TT
TT/Td?
1 2 3 4
Riwayat Imunisasi DPT-HB saat bayi:
A Bayi yang lahir mulai tahun 1990 status T- - WUS yang lahir - Status TT3
nya dihitung T2 pada tahun 1977
s/d 1989 saat bayi
diimunisasi
lengkap
- WUS yang lahir - Status TT2
pada tahun 1990
s/d sekarang jika
saat bayi imunisasi
lengkap
B Riwayat BIAS
1 Untuk WUS yang lahir antara 1973 s/d
1976
a. Kelas 6 (2 dosis) Jika saat SD Status TT4
dilakukan imunisasi
2 kali
2 Untuk WUS yang lahir antara
1977 s/d 1987
a. Kelas 1 (2 dosis) - WUS yang lahir - Status TT4
antara 1977 s/d
1987 dan saat bayi
mendapatkan
imunisasi
- WUS yang lahir - Status TT1
antara 1977 s/d
1987 tidak
dilakukan
imunisasi saat bayi
b. Kelas 6 (2 dosis) - WUS yang lahir - Status TT5
antara 1977 s/d
1987 saat bayi dan
saat kelas 1
mendapat
imunisasi
- WUS yang lahir - Status TT2
antara 1977 s/d
1987 saat bayi
tidak mendapatkan
imunisasi, namun
saat kelas 1

14
mendapatkan
imunisasi
- WUS yang lahir - Status TT3
antara 1977 s/d
1987 yang belum
mendapatkan
imunisasi sama
sekali
3 Untuk WUS yang lahir tahun 1988
a. Kelas 1 - WUS yang lahir - Status TT4
tahun 1988 saat
bayi diimunisasi
lengkap
- WUS yang lahir - Status TT1
tahun 1988 saat
bayi tidak
diimunisasi
b. Kelas 5 - WUS yang lahir - Status TT5
tahun 1988 saat
bayi dan kelas 1
dilakukan
imunisasi
- WUS yang lahir - Status TT2
tahun 1988 saat
bayi tidak
dilakukan
imunisasi, namun
saat kelas 1
dilakukan
imunisasi
- WUS yang lahir - Status TT1
tahun 1988 belum
dilakukan
imunisasi
c. Kelas 6 - WUS yang lahir - Status TT5
tahun 1988 saat
bayi ,kelas 1 dan 5
dilakukan
imunisasi
- WUS yang lahir - Status TT3
tahun 1988 saat
bayi tidak
dilakukan
imunisasi, namun
saat kelas 1 dan 5
dilakukan
imunisasi
- WUS yang lahir - Status TT2

15
tahun 1988 saat
bayi dan kelas 1
tidak dilakukan
imunisasi, namun
kelas 5 dilakukan
imunisasi
- WUS yang lahir - Status TT1
tahun 1988 belum
dilakukan
imunisasi
Untuk WUS yang lahir tahun 1989
a. Kelas 1 - WUS yang lahir - Status TT4
tahun 1989 saat
bayi imunisasi
lengkap
- WUS yang lahir - Status TT1
tahun 1989 saat
bayi tidak
imunisasi
b. Kelas 4 - WUS yang lahir - Status TT5
tahun 1989 saat
bayi dan kelas 1
dilakukan
imunisasi
- WUS yang lahir - Status TT2
tahun 1989 saat
bayi tidak
imunisasi namun
saat kelas 1
imunisas
- WUS yang lahir - Status TT1
tahun 1989 tidak
imunisasi bayi dan
kelas 1
c. Kelas 5 - WUS yang lahir - Status TT5
tahun 1989 saat
bayi, kelas 1, kelas
4 dilakukan
imunisasi
- WUS yang lahir - Status TT3
tahun 1989 saat
bayi tidak
dilakukan
imunisasi,kelas 1
dan 4 dilakukan
imunisasi
- WUS yang lahir - Status TT1
tahun 1989 belum

16
melakukan
imunisasi
d. Kelas 6 - WUS yang lahir - Status TT5
tahun 1989 saat
bayi, kelas 1, kelas
4, kelas 5 dilakuka
imunisasi
- WUS yang lahir - Status TT4
tahun 1989 saat
bayi tidak
imunisasi, kelas 1,
kelas 4 dan 5
dilakukan
imunisasi
- WUS yang lahir - Status TT1
tahun 1989 belum
melakukan
imunisasi
Untuk WUS yang lahir tahun 1990
a. Kelas 1 - WUS yang lahir - Status TT3
tahun 1990 saat
bayi dilakukan
imunisasi
- Saat bayi tidak - Status TT1
melakukan
imunisasi
b. Kelas 3 - Saat bayi dan kelas - Status TT4
1 melakukan
imunisasi
- Saat bayi tidak - Status TT2
imunisasi, kelas 1
melakukan
imunisasi
- Belum melakukan - Status TT1
imunisasi
c. Kelas 4 - Saat bayi, kelas 1, - Status TT5
kelas 3 melakukan
imunisasi
- Saat bayi tidak - Status TT3
imunisasi, kelas1
dan 3 melakukan
imunisasi
- Belum melakukan - Status TT1
imunisasi
d. Kelas 5 - Bayi, kelas 1,kelas - Status TT5
3, kelas 4
melakukan
imunisasi
17
- Bayi tidak - Status TT4
imunisasi, SD
imunisasi
- Belum melakukan - Status TT1
imunisasi
e. Kelas 6 - Bayi, kelas 1,kelas - Status TT5
3, kelas 4, kelas 5
melakukan
imunisasi
- Bayi tidak - Status TT5
imunisasi, SD
imunisasi
- Belum melakukan - Status TT1
imunisasi
Untuk WUS yang lahir tahun 1991
a. Kelas 1 - WUS yang lahir - Status TT3
tahun 1991 saat
bayi dilakukan
imunisasi
- Saat bayi tidak - Status TT1
melakukan
imunisasi
b. Kelas 2 - Saat bayi dan kelas - Status TT4
1 melakukan
imunisasi
- Saat bayi tidak - Status TT2
imunisasi, kelas 1
melakukan
imunisasi
- Belum melakukan - Status TT1
imunisasi
c. Kelas 3 - Saat bayi dan kelas - Status TT5
1 dan 2 melakukan
imunisasi
- Saat bayi tidak - Status TT3
imunisasi, kelas 1
dan 2 melakukan
imunisasi
- Belum melakukan - Status TT1
imunisasi
d. Kelas 4 - Saat bayi dan kelas - Status TT5
1, kelas 2, kelas 3
melakukan
imunisasi
- Saat bayi tidak - Status TT3
imunisasi, kelas 1,
kelas 2, kelas 3
melakukan
18
imunisasi
- Belum melakukan - Status TT1
imunisasi
Untuk WUS yang lahir tahun 1992 s/d
sekarang
a. Kelas 1 - WUS yang lahir - Status TT 3
tahun 1991 saat
bayi dilakukan
imunisasi
- Saat bayi tidak - Status TT1
melakukan
imunisasi
b. Kelas 2 - WUS yang lahir - Status TT 4
tahun 1991 saat
bayi dan kelas 1
dilakukan
imunisasi
- Saat bayi tidak - Status TT2
melakukan
imunisasi dan
kelas 1 melakukan
imunisasi
- Belum melakukan - Status TT 1
imunisasi
c. Kelas 3 - WUS yang lahir - Status TT 5
tahun 1991 saat
bayi dan kelas 1
dan 2 dilakukan
imunisasi
- Saat bayi tidak - Status TT3
melakukan
imunisasi dan
kelas 1 dan 2
melakukan
imunisasi
- Belum melakukan - Status TT1
imunisasi
C Saat Calon Pengantin - WUS yang lahir - Status TT1
sebelum tahun
1973
- WUS yang lahir - Status TT5
antara 1973 s/d
1976 status bayi
dan SD dilakukan
imunisasi
- WUS yang lahir - Status TT5
antara 1977 s/d
sekarang saat bayi

19
dan SD imunisasi
lengkap
D Saat Hamil
a. Hamil 1 - WUS yang lahir - Status TT2
sebelum tahun
1973 dan
melakukan
imunisasi catin
- WUS yang lahir - Status TT1
sebelum tahun
1973 dan tidak
melakukan
imunisasi catin
- WUS yang lahir - Status TT5
antara 1973 s/d
1976 status bayi,
SD, catin
dilakukan
imunisasi
- WUS yang lahir - Status TT5
antara 1977 s/d
sekarang saat bayi,
SD, catin
dilakukan
imunisasi
b. Hamil 2
c. Hamil 3
d. Hamil 4
E Lain – lain (Kegiatan Kampanye/Ori
Difteri)
Contoh: Saat SMA tahun 2003 – 2005, dan
akselerasi WUS di Bangkalan dan
Sumenep (2009 – 2010), Ori Difteri 2011,
Sub PIN Difteri 2012

Keterangan tabel:
 Bagi WUS yang lahir sebelum tahun 1973, pertanyaan yang diajukan
hanya pada riwayat calon pengantin (C), Hamil (D), dan Lain – lain
(E).
 Vaksinasi DPT 3 dosis dimulai sejak 1977 s/d sekarang
 Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 1984 – 1997: kelas 1
laki – laki dan perempuan (DT 2 dosis) dan kelas 6 perempuan

20
 Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 1998 – 2000: kelas 1
(DT) s/d 2 – 6 (TT)
 Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 2001 – sekarang:
kelas 1, 2 dan 3
 Vaksinasi Catin dan Ibu Hamil (2 dosis) dimulai sejak tahun 1984 s/d
2000—tahun 2001 s/d sekarang harus diskrining terlebih dahulu
 Interval minimal pemberian TT: TT1-TT2= 4 minggu, TT2-TT3= 6
bulan, TT3-TT4=1 t ahun, TT4-TT5= 1 tahun
2.3.7 Efek samping imunisasi TT
Biasanya hanya gejala-gejala ringan saja seperti nyeri, kemerahan
dan pembengkakan pada tempat suntikan. Hal inni akan berlangsung
sekitar 1-2 hari dan akan sembuh tanpa dilakukan pengobatan. TT adalah
antigen yang sangat aman dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada
bahaya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT
(Saifuddin dkk, 2001).
2.3.8 Imunisasi TT calon pengantin
Imunisasi TT memberikan kekebalan aktiv terhadap penyakit tetanus
ATS (Anti Tetanus Serum). vaksinasi TT juga salah satu syarat yang
harus dipenuhi saat mengurus surat-surat menikah di KUA (Kantor
Urusan Agama). Kepada calon pengantin wanita imunisasi TT diberikan
sebanyak 2x dengan interval 4 minggu. Imunisasi TT diberikan kepada
calon pengantin wanita dengan tujuan untuk melindungi bayi yang akan
dilahirkan dari penyakit Tetanus Neonetorum. Vaksin ini disuntikkan
pada otot paha atau lengan dengan dosis 0,5mL. Efek samping pada
imunisasi TT adalah reaksi lokal pada tempat penyuntikan, yaitu berupa
kemerahan, pembengkakan, dan rasa nyeri (Gunawan Rahman 2006).
Banyak anggapan bahwa imunisasi TT bisa membuat seseorang
menjadi mandul dan ada juga orang-orang yang beranggapan bahwa
imunisasi TT merupakan alat kontrasepsi atau KB, akan tetapi anggapan-
anggapan itu adalah tidak benar. Pemerintah bermaksud mencanangkan
gerakan imunisasi TT untuk melindungi bayi baru lahir dari risiko
terkena Tetanus Neonatorum.

21
Tetanus neonatorum merupakan salah satu penyebab kematian
neonatal di Indonesia, sekitar 40 persen kematian bayi terjadi pada masa
neonatal. Salah satu strategi Kemenkes RI untuk mencapai eliminasi
tetanus neonatorum adalah dengan melakukan imunisasi tetanus
toxoid (TT) pada ibu hamil. Cakupan imunisasi TT tampak
cenderung menurun setiap tahunnya. Pada tahun 2002, cakupan
imunisasi TT1 ibu hamil secara nasional mencapai 78,5 persen dan
TT2 mencapai 71,6 persen. Tetapi, pada tahun 2003 cakupan
imunisasi TT1 ibu hamil menurun menjadi 71,6 persen dan TT2
menjadi 66,1 persen. Berdasarkan Ditjen PP&PL, Kemenkes RI
dalam profil kesehatan Indonesia tahun 2011, rata-rata cakupan
imunisasi TT1 pada wanita usia subur sebesar 8,84 persendan TT2
sebesar 8,03 persen. Sedangkan cakupan imunisasi TT pada ibu hamil,
untuk TT1 sebesar 40,5 persen dan TT2 sebesar 37,7 persen.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa upaya pencegahan tetanus
neonatorum melalui pemberian imunisasi TT pada ibu hamil belum
menunjukkan hasil yang efektif, karena cakupan imunisasi TT justru
mengalami penurunan dan belum mencapai 100 persen. Oleh karena
itu, Kemenkes RI mulai mengembangkan intensifikasi imunisasi TT
pada wanita usia subur yaitu para calon pengantin. Namun sampai saat
ini, program tersebut dirasakan belum terlaksana dengan baik.
Pelaksanaan imunisasi TT bagi calon pengantin telah diatur
dalam ketetapan Kementerian Agama: No. 2 Tahun 1989
No.162-I/PD.0304.EI tanggal 6 Maret 1989 tentang imunisasi TT
calon pengantin bahwa setiap calon pengantin sudah diimunisasi TT
sekurang-kurangnya 1 bulan sebelum pasangan tersebut mendaftarkan
diri untuk menikah di KUA dengan dibuktikan berdasaran surat
keterangan imunisasi/kartu imunisasi calon pengantin (catin) dan
merupakan prasyarat administratif pernikahan
2.4 Pemeriksaan Kesehatan Pranikah
2.4.1 Pengertian Pemeriksaan Kesehatan Pranikah

22
Persiapan Medis merupakan salah satu dari rangkaian persiapan
yang perlu dilakukan, hal ini sangat disarankan oleh kalangan medis serta
para penganjur dan konsultan pernikahan. Karena Sebagian besar
masyarakat umumnya tidak sepenuhnya mengetahui status kesehatannya
secara detail, apalagi bagi yang tidak melaksanakan general check up
rutin tahunan. Seseorang yang terlihat sehat bisa saja sebenarnya adalah
silent carrier/pembawa dari beberapa penyakit infeksi dan hereditas dan
saat hamil dapat mempengaruhi janin atau bayi yang dilahirkannya nanti.
Pemeriksaan kesehatan pranikah (premarital check up) adalah
sekumpulan pemeriksaan untuk memastikan status kesehatan kedua calon
mempelai laki-laki dan perempuan yang hendak menikah, terutama untuk
mendeteksi adanya penyakit menular, menahun, atau diturunkan yang
dapat mempengaruhi kesuburan pasangan maupun kesehatan janin.
Dengan melakukan pemeriksaan kesehatan pranikah berarti kita dan
pasangan dapat melakukan tindakan pencegahan terhadap masalah
kesehatan terkait kesuburan dan penyakit yang diturunkan secara genetik.
Masih banyak pasangan di Indonesia yang menganggap bahwa
pemeriksaan kesehatan sebelum menikah tidaklah penting. Padahal
pemeriksaan ini sangat diperlukan mengetahui kesehatan reproduksi
kedua belah pihak, untuk mengetahui kesiapan masing-masing untuk
mempunyai anak. Selain itu juga sebagai bentuk pencegahan terhadap
penyakit terutama penyakit keturunan dan penyakit menular seksual
(PMS), seperti HIV/AIDS. Sebagian jenis penyakit keturunan antara lain:
1. Talasemia, yaitu sejenis anemia bersifat haemolyobik yang menurun
dan terdapat dalam satu lingkaran keluarga. Dalam penyakit ini, sang
ayah dan ibu bebas dari penyakit, tetapi semua anak-anak terkena
pembiakan yang cepat pada butir-butir darah merah. Hal ini
menyebabkan mereka kekurangan darah. Mereka membutuhkan donor
secara teratur sepanjang hidupnya. Jenis penyakit ini termasuk
berbahaya dan setiap saat membunuh penderita.
2. Hemofolia, yaitu penyakit darah dimana darah kurang mempunyai daya
beku, sehingga mudah terjadi pendarahan terus menerus. Luka sedikit

23
saja mungkin akan banyak menyebabkan pendarahan. Penyakit
keturunan ini akan berpindah melalui perempuan, akan tetapi
penyakitnya diderita oleh anak laki-laki dan bukan anak perempuan.
Satu bentuk penyakit yang sulit ditemukan obatnya.
3. RH Faktor, yaitu penyakit kekurangan darah. Penyakit keturunan ini
akan terjadi jika darah sang ibu yang negatif bertentangan dengan darah
sang suami yang positif. Jika anak lahir dengan selamat, maka bayi itu
akan menderita keracunan darah, dan sebagian dari anak-anak tersebut
perlu pencucian darah secara total sekurang-kurang sebulan sekali.
Dokter Budi Santoso SpOG (K), spesialis obsteri dan ginekologi
RSU dr Soetomo Surabaya mengatakan bahwa pemeriksaan kesehatan
pranikah dapat juga dimanfaatkan untuk memperoleh kesiapan mental
karena masing-masing mengetahui benar kondisi kesehatan calon
pasangan hidupnya.
Pemeriksaan kesehatan pranikah dapat dilakukan kapanpun, selama
pernikahan belum berlangsung. Namun idealnya pemeriksaan kesehatan
pranikah dilakukan enam bulan sebelum dilangsungkannya pernikahan.
Pertimbangannya, jika ada sesuatu masalah pada hasil pemeriksaan
kesehatan kedua calon mempelai, masih ada cukup waktu untuk konseling
atau pengobatan terhadap penyakit yang diderita. Dengan demikian,
Jangan sampai timbul penyesalan setelah menikah, hanya gara-gara
penyakit yang sebenarnya bisa disembuhkan jauh-jauh hari. Contohnya,
setelah menikah ternyata harus berkali-kali mengalami keguguran gara-
gara toksoplasmosis yang sebenarnya bisa disembuhkan dari dulu.
Hasil dari pemeriksaan tersebut, baik ataupun buruk kembali kepada
kedua pasangan tersebut. Dokter hanya akan menjelaskan
kemungkinankemungkinan medis yang akan terjadi bila pasangan tersebut
menikah nantinya. Segalanya dikembalikan kepada kedua pasangan
tersebut ingin tetap melanjutkan pernikahannya atau tidak
2.4.2 Macam-macam Pemeriksaan Pranikah
Pemeriksaan kesehatan pranikah jenisnya bermacam-macam.
Pemeriksaan disesuaikan dengan gejala tertentu yang dialami calon

24
pasangan secara jujur berani dan objektif. Misalnya, pemeriksaan harus
dilakukan lebih spesifik jika dalam keluarga didapati riwayat kesehatan
yang kurang baik. Namun jika semuanya baik-baik saja, maka cukup
melakukan pemeriksaan standar saja, yaitu cek darah dan urine.
1. Pemeriksaan hematologi rutin (darah) dan analisa hemoglobin
Pengecekan darah diperlukan khususnya untuk memastikan calon ibu
tidak mengalami talasemia, infeksi pada darah dan sebagainya. Dalam
pengalaman medis, kadangkala ditemukan gejala anti phospholipid
syndrome (APS), yaitu suatu kelainan pada darah yang bisa
mengakibatkan sulitnya menjaga kehamilan atau menyebabkan
keguguran berulang. Jika ada kasus seperti itu, biasanya para dokter
akan melakukan tindakan tertentu sebagai langkah, sehingga pada saat
pengantin perempuan hamil dia dapat mempertahankan bayinya. Calon
pengantin biasanya juga diminta untuk melakukan pemeriksaan darah
anticardiolipin antibody (ACA). Penyakit yang berkaitan dengan hal itu
bisa mengakibatkan aliran darah mengental sehingga darah si ibu sulit
mengirimkan makanan kepada janin yang berada di dalam rahimnya.
Selain itu jika salah satu calon pengantin memiliki catatan down
syndrome karena kromosom dalam keluarganya, maka perlu dilakukan
pemeriksaan lebih intensif lagi. Sebab riwayat itu bisa mengakibatkan
bayi lahir idiot. Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah
merah yang berfungsi sebagai media transportasi oksigen dari paru-paru
ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan
tubuh ke paruparu. Kandungan zat besi yang terdapat dalam
hemoglobin membuat darah berwarna merah. Dalam menentukan
normal atau tidaknya kadar hemoglobin seseorang, harus
memperhatikan faktor umur, walaupun hal ini berbedabeda di tiap
laboratorium klinik, yaitu:
e. Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl
f. Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl
g. Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl
h. Anak anak : 11-13 gram/dl

25
i. Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl
j. Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl
k. Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl
l. Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl
Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah
anemia. Ada banyak penyebab anemia diantaranya yang paling sering
adalah perdarahan, kurang gizi, gangguan sumsum tulang, pengobatan
kemoterapi dan penyakit sistemik (kanker, lupus, dan lain-lain).
Sedangkan kadar hemoglobin yang tinggi dapat dijumpai pada orang
yang tinggal di daerah dataran tinggi dan perokok. Beberapa penyakit
seperti radang paru paru, tumor, preeklampsi, hemokonsentrasi, dan
lain-lain.
2. Pemeriksaan Golongan Darah dan Rhesus
Rhesus berfungsi sama dengan sidik jari yaitu sebagai penentu. Setelah
mengetahui golongan darah seseorang seperti A, B, AB, atau O
rhesusnya juga ditentukan untuk mempermudah identifikasi (+ atau -).
Rhesus adalah sebuah penggolongan atas ada atau tiadanya substansi
antigen-D pada darah. Rhesus positif berarti ditemukan antigen-D
dalam darah dan rhesus negatif berarti tidak ada antigen-D. Umumnya,
masyarakat Asia memiliki rhesus positif, sedangkan masyarakat Eropa
ber-rhesus negatif. Terkadang, suami istri tidak tahu rhesus darah
pasangannya, padahal perbedaan rhesus bisa memengaruhi kualitas
keturunan. Jika seorang perempuan rhesus negatif menikah dengan laki-
laki rhesus positif, janin bayi pertama mereka memiliki kemungkinan
ber-rhesus negatif atau positif. Jika janin bayi memiliki rhesus negatif,
tidak bermasalah. Tetapi, bila ber-rhesus positif, masalah mungkin
timbul pada kehamilan berikutnya. Bila ternyata pada kehamilan kedua,
janin yang dikandung ber-rhesus positif, hal ini bisa membahayakan.
Antibodi anti-rhesus ibu dapat memasuki sel darah merah janin dan
mengakibatkan kematian janin.
3. Pemeriksaan Gula Darah

26
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mengatahui adanya penyakit kencing
manis (Diabetes Melitus) dan juga penyakit penyakit metabolik
tertentu. Ibu hamil yang menderita diabetes tidak terkontrol dapat
mengalami beberapa masalah seperti: janin yang tidak sempurna/cacat,
hipertensi, hydramnions (meningkatnya cairan ketuban), meningkatkan
resiko kelahiran prematur, serta macrosomia (bayi menerima kadar
glukosa yang tinggi dari Ibu saat kehamilan sehingga janin tumbuh
sangat besar).
4. Pemeriksaan HBsAG (Hepatitis B Surface Antigen)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi virus
hepatitis B, diagnosis hepatitis B, screening pravaksinasi dan memantau
clearence virus. Selain itu pemeriksaan ini juga bermanfaat jika
ditemukan salah satu pasangan menderita hepatitis B maka dapat
diambil langkah antisipasi dan pengobatan secepatnya. membahayakan.
Antibodi anti-rhesus ibu dapat memasuki sel darah merah janin dan
mengakibatkan kematian janin.
5. Pemeriksaan VDLR (Venereal Disease Research Laboratory)
Pemeriksaan ini merupakan jenis pemeriksaan yang bertujuan untuk
mendeteksi kemungkinan ada atau tidaknya infeksi penyakit herpes,
klamidia, gonorea, hepatitis dan sifilis pada calon pasangan, sehingga
bisa dengan segera menentukan terapi yang lebih tepat jika dinyatakan
terjangkit penyakit tersebut. Selain itu pemeriksaan ini juga berguna
untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit yang bisa mempengaruhi
kesehatan ibu hamil maupun janinnya.
6. Pemeriksaan TORCH
Kasus yang paling banyak terjadi pada calon ibu khususnya di
Indonesia dari hasil analisa data medis adalah terjangkitnya virus
toksoplasma. Virus ini biasanya disebabkan seringnya mengkonsumsi
daging yang kurang matang atau tersebar melalui kotoran atau bulu
binatang peliharaan. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan
toksoplasma, rubella, virus cytomegalo, dan herpes yaitu yang biasa
disingkat dengan istilah pemeriksaan TORCH. Kelompok penyakit ini

27
sering kali menyebabkan masalah pada ibu hamil (sering keguguran),
bahkan infertilitas (ketidaksuburan), atau cacat bawaan pada anak.

7. Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mendiagnosis dan memantau
kelainan ginjal atau saluran kemih selain itu bisa untuk mengetahui
adanya penyakit metabolik atau sistemik.27 Penyakit infeksi saluran
kemih saat kehamilan beresiko baik bagi Ibu dan bayi berupa kelahiran
prematur, berat janin yang rendah dan resiko kematian saat persalinan.
8. Pemeriksaan Sperma
Pemeriksaan sperma dilakukan guna memastikan kesuburan calon
mempelai laki-laki. Pemeriksaan sperma dilakukan dalam tiga kategori
yaitu jumlah sperma, gerakan sperma, dan bentuk sperma. Sperma yang
baik menurut para ahli, jumlahnya harus lebih dari 20 juta setiap cc-nya
dengan gerakan lebih dari 50% dan memiliki bentuk normal lebih dari
30%.
9. Pemeriksaan Infeksi Saluran Reproduksi atau Infeksi Menular Seksual
(ISR/IMS)
Pemeriksaan ini ditujukan untuk menghindari adanya penularan
penyakit yang ditimbulkan akibat hubungan seksual, seperti sifilis
(penyakit raja singa), gonore (gonorrhea, kencing nanah), Human
Immunodeficiency Virus (HIV, penyebab AIDS).
10. Pemeriksaan Gambaran Tepi Darah
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk menunjukkan adanya proses
penghancuran darah (hemolitik) dan termasuk salah satu pemeriksaan
penyaring untuk penyakit kelainan darah.
11. Foto Thorax dan EKG
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk melihat keadaan jantung dan paru
paru serta untuk mendeteksi adanya kelainan jantung.
Perlu diketahui bahwa, untuk mengikuti serangkaian tes kesehatan
pranikah, kedua calon pengantin sebaiknya memenuhi syarat berikut ini:

28
1. Sebelum pelaksanan tes dianjurkan untuk puasa 10 sampai 12 jam.
Namun, kedua calon pasangan masih diperbolehkan minum air putih.
2. Calon pengantin wanita tidak sedang haid.

2.4.3 Tujuan dan Manfaat Pemeriksaan Kesehatan Pranikah (Premarital


Check Up)
Pemeriksaan kesehatan pranikah tidak hanya bermanfaat bagi calon
suami dan istri yang menjalani pemeriksaan tersebut, tapi juga
bermanfaat bagi keturunan mereka guna mencegah penyakit atau
kelainan yang mungkin timbul pada keturunan mereka nantinya.
Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada kedua calon pengantin, karena
penyakit keturunan dapat diturunkan dari kedua belah pihak, baik dari
calon suami maupun calon istri. Meskipun secara fisik kelihatan baik dan
bebas dari penyakit, tetapi masih dimungkinkan salah satu pihak
mempunyai gen penyakit keturunan yang akan berpindah kepada anak-
anaknya. Ilmu kedokteran mengatakan, bahwa rupa dan bentuk janin
bergantung pada kualitas sel sperma yang ada pada laki-laki dan kualitas
ovum (indung telur) yang ada pada perempuan tersebut. Kemudian
lahirlah anak yang mirip dengan kedua ibu bapaknya, baik tubuh (fisik)
maupun akalnya.
Dalam ilmu kedokteran terkait gen ibu, ovum berpengaruh besar
terhadap pembentukan janin. Ovum yang sakit akan menghasilkan bayi
yang cacat tubuh. Seorang dokter, Marshan namanya, menyatakan bahwa
dampak negatif dari susunan kesehatan ibu jelas memberi pengaruh
terhadap ovum sejak masih dalam ovarium. Melalui ovariumlah segala
sifat-sifat ibu berpindah kepada ovum. Kadang-kadang warisan penyakit
baru mulai tampak kecenderungannya ketika ovum itu tumbuh dalam
rahim (uterus).
Tujuan utama melakukan pemeriksaan kesehatan pranikah adalah
untuk membangun keluarga sehat sejahtera dengan mengetahui
kemungkinan kondisi kesehatan anak yang akan dilahirkan (riwayat
kesehatan kedua belah pihak), termasuk soal genetik, penyakit kronis,

29
penyakit infeksi yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan keturunan
bukan karena kecurigaan dan juga bukan untuk mengetahui
keperawanan.

Manfaat tes kesehatan sebelum menikah antara lain:


1. Sebagai tindakan pencegahan yang sangat efektif untuk mengatasi
timbulnya penyakit keturunan dan penyakit berbahaya lain yang
berpotensi menular.
2. Sebagai tindakan pencegahan yang efektif untuk membendung
penyebaran penyakit-penyakit menular yang berbahaya di tengah
masyarakat. Hal ini juga akan berpengaruh positif bagi kehidupan
ekonomi dan sosial masyarakat.
3. Sebagai upaya untuk menjamin lahirnya keturunan yang sehat dan
berkualitas secara fisik dan mental. Sebab, dengan tes kesehatan ini
akan diketahui secara dini tentang berbagai penyakit keturunan yang
diderita oleh kedua calon mempelai.
4. Mengetahui tingkat kesuburan masing-masing calon mempelai.
5. Memastikan tidak adanya berbagai kekurangan fisik maupun psikologis
pada diri masing-masing calon mempelai yang dapat menghambat
tercapainya tujuan-tujuan mulia pernikahan.
6. Memastikan tidak adanya penyakit-penyakit berbahaya yang
mengancam keharmonisan dan keberlangsungan hidup kedua mempelai
setelah pernikahan terjadi.
7. Sebagai upaya untuk memberikan jaminan tidak adanya bahaya yang
mengancam kesehatan masing-masing mempelai yang akan
ditimbulkan oleh persentuhan atau hubungan seksual di antara mereka.
2.4.4 Prosedur Pemeriksaan Kesehatan Pranikah (Premarital Check Up)
Langkah-langkah melakukan pemeriksaan kesehatan pranikah tak
selalu memerlukan biaya besar. Tak perlu langsung ke dokter spesialis,
bisa konsultasi terlebih dahulu ke bidan. Biasanya akan dilakukan
wawancara singkat tentang riwayat kesehatan yang bertujuan mengetahui
penyakit apa yan pernah diderita, riwayat kesehatan para anggota

30
keluarga (kanker, epilepsi dan diabetes) juga keadaan lingkungan sekitar
dan kebiasaan sehari-hari (merokok, pengguna obat-obatan terlarang).
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk
mengetahui adanya kelainan fisik seperti tekanan darah, keadaan jantung,
paru-paru dan tanda-tanda fisik dari penyakit seperti anemia, asma, kulit.
Barulah jika memang diperlukan dapat dirujuk pemeriksaan ke
laboratatorium.
Pemeriksaan kesehatan pranikah sebaiknya meliputi pemeriksaan
klinis (fisik) dan laboratorium. Pemeriksaan tersebut lebih diarahkan
untuk penyakit yang dapat menular seperti penyakit menular seksual
(PMS), TBC, dan lain-lain.
2.5 Konseling Prakonsepsi
Konseling prakonsepsi merupakan ilmu kedokteran obstetrik preventif.
Banyak faktor yang mungkin mempengaruhi prognosis bayi dapat diketahui
sebelum kehamilan, selain wanita yang bersangkutan diberikan konseling
mengenai resiko yang ada dan ditawarkan intervensi yang mungkin
memperbaiki prognosis kehamilan. Agar efektif, konsultasi mengenai potensi
resiko kehamilan dan intervensi untuk mencegahnya harus diberikan sebelum
konsepsi.
2.5.1 Tujuan Konseling Prakonsepsi
Konseling pra kehamilan memiliki peranan yang penting karena dapat
mengetahui wanita mana yang diuntungkan dari intervensi dini, seperti
mereka yang menderita diabetes melitus atau hipertensi dan dapat
membantu mengurangi cacat janin. Organogenesis dimulai 17
hari setelah fertilisasi, maka sebaiknya diperhatikan
lingkungan yang baik untuk perkembangan hasil
konsepsi. Hasil akhir maternal dan perinatal juga bergantung
pada interaksi antara faktor ibu,  janin, dan lingkungannya, dan sulit
untuk menerangkan hasil akhir kehamilan hanya berdasarkan satu
intervensi spesifik. Tujuan akhir adalah konseling prakehamilan
dapat memperbaiki hasil akhir kehamilan.
2.5.2 Kebutuhan Konseling

31
1. Konseling spesifik tentang perawatan prakonsepsi
Konseling prakonsepsi dimulai tentang persiapan psikologis
seorang wanita atau pasangannya dalam mengasuh dan membesarkan
anak. Pembahasan ini mencakup topik-topik seperti kamar bagi anak,
mengasuh anak, kemapanan ekonomi dan kestabilan emosional wanita
dan pasangannya. Selain itu, pengaturan masa subur sehubungan
dengan upaya wanita atau pasangannya untuk menyelesaikan
pendidikan atau memulai suatu karir, stress karena aktivitasnya,
rencana melanjutkan sekolah, harus sangat difikirkan oleh pasangan
sebelum memiliki anak.
2. Nutrisi
a. Nutrisi Calon Pengantin
Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada calon pengantin
merupakan persiapan penting terutama bagi pasangan yang
berencana untuk segera hamil dan memiliki anak. Untuk
mencegah terjadinya penyakit gangguan metabolisme pemasukan
energi harus sesuai dengan kebutuhan tubuh, agar tidak terjadi
penimbunan energi dalam bentuk cadangan lemak dalam tubuh,
atau pembakaran lemak cadangan karena kekurangan nutrisi.
Tabel Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Orang Dewasa Perhari
Laki – Laki ( Tahun ) Perempuan ( Tahun )
19-29 30-49 19-29 30-49
BB (kg)* 60 62 54 55
TB (cm)* 168 168 159 159
Energi (total kkal) 2725 2625 2250 2150
Karbohidrat (g) 375 394 309 323
Protein (g) 62 65 56 57
Lemak (g) 91 73 75 60
Serat (g) 38 38 32 30
Air (ml) 2500 2600 2300 2300
Vitamn A (mcg) 600 600 500 500
Vitamin D (mcg) 15 15 15 15
Vitamin E (mg) 15 15 15 15
Vitamin K (mcg) 55 65 55 55
Vitamin B1 (mg) 1,3 1,4 1,1 1,1
Vitamin B2 (mg) 1,6 1,6 1,4 1,3
Vitamin B3 (mg) 15 15 12 12

32
Vitamin B5 5 5 5 5
(Pantotenat) (mg)
Vitamin B6 (mg) 1,3 1,3 1,3 1,3
Folat (mcg) 400 400 400 400
Vitamin B12 2,4 2,4 2,4 2,4
(mcg)
Vitamin C (mg) 90 90 75 75
Kalsium (mg) 1200 1100 1100 1000
Fosfor (mg) 1200 700 700 700
Magnesium (mg) 250 350 310 320
Besi (mg) 15 13 26 26
Seng (mg) 17 13 10 10
Iodium (mcg) 150 150 150 150
*Nilai median berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) orang Indonesia dengan status gizi normal
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 dan 2010. Angka ini dicantumkan agar
AKG dapat disesuaikan dengan kondisi berat dan tinggi badan kelompok yang bersangkutan.

Mempertahankan status nutrisi yang baik bagi calon


pengantin wanita sebelum mengalami kehamilan sangatlah
penting.Mencapai berat badan ideal, mengontrol gangguan
makan, dan mengembangkan kebiasaan diet nutrisi yang
seimbang merupakan persiapan bagi pertumbuhan bayi sehat dan
pencegahan berat lahir rendah.
1) Karbohidrat
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan adalah
aktivitas fisik angka  kecukupan gizi energi adalah ±2200
kkal untuk perempuan dan untuk laki-laki ±2700 kkal setiap
hari. Energi ini dianjurkan sekitar 60% berasal dari sumber
karbohidrat.
2) Protein
Pada akhir remaja kebutuhan protein laki – laki lebih
tinggi dibanding perempuan karena perbedaan komposisi
tubuh. Kecukupan protein dewasa adalah 54-55 gr/hari untuk
perempuan dan pada laki-laki 62-65 gr/hari. Kebutuhan
protein pada usia dewasa adalah 50-60 g per hari atau
berkisar 11% dari total masukan energi. Angka kecukupan
protein (AKP) orang dewasa menurut hasil penelitian
keseimbangan nitrogen adalah 0,75 g/Kg berat badan. Angka

33
ini dinamakan safe level of intake atau taraf suapan
terjamin.Angka kecukupan protein dipengaruhi oleh mutu
protein hidangan yang dinyatakan dalam skor asam amino
(SAA), daya cerna protein, dan berat badan seseorang.
3) Lemak
Kebutuhan lemak pada orang dewasa tidak boleh
melebihi 630 kkal atau sekitar 30% dari total kalori. Lemak
merupakan bentuk energi yang paling banyak dalam
makanan, sehingga pengurangan konsumsi lemak akan
mengurangi pula kandungan energi dalam makanan dan
dengan demikian pada beberapa kasus akan mencegah
terjadinya obesitas.
4) Vitamin
Kebutuhan vitamin juga meningkat selama dewasa muda
karena pertumbuhan dan perkembangan cepat terjadi, karena
energi yang meningkat, maka pertumbuhan kebutuhan
beberapa vitamin pun meningkat antara lain yang berperan
dalam metabolisme karbohidrat menjadi energi seperti :
vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, dan niacin. Untuk
pertumbuhan tulang diperlukan vitamin D yang cukup,
vitamin A, dan C, E.
Buah-buahan berwarna merupakan sumber vitamin yang
baik bagi tubuh dan buah yang berserat dapat melancarkan
BAB sehingga mengurangi risiko sembelit (susah buang air
besar). Buah berwarna, baik berwarna kuning, merah, merah
jingga, orange, biru, ungu, dan lainnya, pada umumnya
banyak mengandung vitamin, khususnya vitamin A, dan
antioksidan. Vitamin diperlukan tubuh untuk membantu
proses-proses metabolisme di dalam tubuh, sedangkan
antioksidan diperlukan untuk merusak senyawa-senyawa
hasil oksidasi, radikal bebas, yang berpengaruh tidak baik
bagi kesehatan (Kemenkes RI, 2014).

34
5) Mineral
Bagi laki-laki dewasa kebutuhan mineral akan kalsium
cukup 0,45 gram sehari. Kebutuhan kalsium 7,7,5 mg/kgBB
adalah kurang lebih sama dengan 0,5-0,7 gram sehari bagi
orang dewasa normal. Sumber kalsium yang paling baik
adalah susu, sumber kalsium lainnya adalah ikan, kacang,
sayuran. Konsumsi air putih yang dianjurkan adalah 8 gelas
sehari
Khusus untuk wanita usia subur yang akan
mempersiapkan kehamilan sebaiknya mengonsumsi
suplemen asam folat sekurang-kurangnya 0,4 mg setiap hari
untuk mengurangi risiko cacat bawaan (Varney, 2007).
Konseling nutrisi pada calon ibu hamil diantaranya stabilisasi
kadar hemoglobin dalam tubuh. Kadar hemoglobin yang
rendah dapat mempengaruhi janin yang dikandungnya. Pola
makan yang salah pada ibu hamil membawa dampak
terhadap terjadinya gangguan gizi antara lain anemia,
pertambahan berat badan yang kurang pada ibu hamil dan
gangguan pertumbuhan janin.
Zat besi terutama diperlukan dalam hemopoboesis
(pembentukan darah) yaitu sintesis hemoglobin
(Hb).Kebutuhan zat besi bagi remaja putri dan calon
pengantin diperlukan untuk membentuk haemoglobin yang
mengalami peningkatan dan mencegah anemia yang
disebabkan karena kehilangan zat besi selama menstruasi
(Kemenkes RI, 2014).
Anjuran pemenuhanFe pada wanita prakonsepsi adalah
26 mg/hari. Bahan makanan sumber besi didapatkan dari
produk hewani dan nabati, maupun suplementasi dalam
berbagai bentuk berbagai garam fero seperti fero sulfat, fero
glukonat, dan fero fumarat. Perhitungan makan 3x sehari atau
1000-2500 kalori akan menghasilkan sekitar 10–15 mg zat

35
besi perhari, namun hanya 1-2 mg yang di absorpsi. Jika ibu
mengkonsumsi 60 mg zat besi, maka diharapkan 6-8 mg zat
besi dapat diabsropsi, jika dikonsumsi selama 90 hari maka
total zat besi yang diabsropsi adalah sebesar 720 mg dan 180
mg dari konsumsi harian ibu. Masukan zat besi setiap hari
diperlukan untuk mengganti zat besi yang hilang melalui
tinja, air kencing dan kulit.
Asam folat digunakan untuk pembentukan sel dan sistem
saraf termasuk sel darah merah.Asam folat berperan penting
pada pembentukan DNA dan metabolism asam amino dalam
tubuh. Kekurangan asam folat dapat mengakibatkan anemia
karena terjadinya gangguan pada pembentukan DNA yang
mengakibatkan gangguan pembelahan sel darah merah
sehingga jumlah sel darah merah menjadi kurang. Asam folat
bersama-sama dengan vitamin B6 dan B12 dapat membantu
mencegah penyakit jantung. Seperti halnya zat besi, asam
folat banyak terdapat pada sayuran hijau, kacang-kacangan,
dan biji-bijian. Wanita yang berencana hamil perlu
mengonsumsi asam folat secara cukup, minimal 4 bulan
sebelum kehamilan agar terhindar dari risiko bayi lahir
dengan cacat pada sistem saraf (otak) atau cacat tabung saraf
(Neural Tube Deffect). Sayuran hijau seperti bayam dan
kacang–kacangan banyak mengandung asam folat yang
sangat diperlukan pada masa kehamilan (Kemenkes RI,
2014).
b. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dalam Ukuran Rumah Tangga
(URT)
Makanan pokok antara lain: Beras, kentang, singkong, ubi
jalar, jagung, talas, sagu, sukun. Kandungan zat gizi per porsi nasi
kurang lebih seberat 100 gram (¾ gelas) adalah: 175 Kalori, 4
gram Protein dan 40 gram Karbohidrat.Daftar pangan sumber
karbohidrat sebagai penukar 1 (satu) porsi nasi:

36
Tabel Kelompok Makanan Pokok sebagai Sumber Karbohidrat
Ukuran Rumah Tangga Berat
Nama Pangan
(URT) (Gram)
Bihun ½ Gelas 50
Biskuit 4 Buah Besar 40
Havermut 5 ½ Sendok Besar 45
Jagung Segar 3 Buah Sedang 125
Kentang 2 Buah Sedang 210
Kentang Hitam 12 Biji 125
Maizena 10 Sendok Makan 50
Makaroni ½ Gelas 50
Mie Basah 2 Gelas 200
Mie Kering 1 Gelas 50
Nasi Beras Giling Putih ¾ Gelas 100
Nasi Beras Giling Merah ¾ Gelas 100
Nasi Beras Giling Hitam ¾ Gelas 100
Nasi Beras ½ Giling ¾ Gelas 100
Nasi Ketan Putih ¾ Gelas 100
Roti Putih 3 Iris 70
Roti Warna Coklat 3 Iris 70
Singkong 1 ½ Potong 120
Sukun 3 Potong Sedang 150
Talas ½ Biji Sedang 125
Tape Beras Ketan 5 Sendok Makan 100
Tape Singkong 1 Potong Sedang 100
Tepung Tapioca 8 Sendok Makan 50
Tepung Beras 8 Sendok Makan 50
Tepung Hunkwe 10 Sendok Makan 50
Tepung Sagu 8 Sendok Makan 50
Tepung Singkong 5 Sendok Makan 50
Tepung Terigu 5 Sendok Makan 50
Ubi Jalar Kuning 1 Biji Sedang 135
Kerupuk 3 Biji Sedang 30

Lauk pauk sumber protein antara lain: Ikan, telur, unggas,


daging, susu dan kacang-kacangan serta hasil olahannya (tahu dan
tempe).Kandungan zat gizi satu (1) porsi Tempe sebanyak 2
potong sedang atau 50 gram adalah 80 Kalori, 6 gram Protein, 3
gram lemak dan 8 gram karbohidrat.

37
Tabel Kelompok Lauk Pauk sebagai Sumber Protein Nabati
Ukuran Rumah Tangga Berat
Nama Pangan
(URT) (Gram)
Kacang Hijau 2 ½ Sendok Makan 25
Kacang Kedelai 2 ½ Sendok Makan 25
Kacang Merah 2 ½ Sendok Makan 25
Kacang Mete 1 ½ Sendok Makan 15
Kacang Tanah Kupas 2 Sendok Makan 20
Kacang Toto 2 Sendok Makan 20
Keju Kacang Tanah 1 Sendok Makan 15
Kembang Tahu 1 Lembar 20
Oncom 2 Potong Besar 50
Petai Segar 1 Papan/Biji Besar 20
Tahu 2 Potong Sedang 100
Sari Kedelai 2 ½ Gelas 185

Kandungan zat gizi satu (1) porsi terdiri dari satu (1) potong
sedang Ikan segar seberat 40 gram adalah 50 Kalori, 7 gram
Protein dan 2 gram lemak.Daftar lauk pauk sumber Protein
hewani sebagai penukar 1 porsi Ikan segar adalah:
Tabel Kelompok Lauk Pauk Sumber Protein Hewani
Ukuran rumah tangga Berat
Bahan Makanan
(URT) (Gram)
Daging sapi 1 potong sedang 35
Daging ayam 1 potong sedang 40
Hati Sapi 1 potong sedang 50
Ikan Asin 1 potong kecil 15

38
Ikan Teri Kering 1 sendok makan 20
Telur Ayam 1 butir 55
Udang Basah 5 ekor sedang 35
Daftar pangan lain sumber Protein hewani sebagai penukar
1 porsi Ikan segar:
Ukuran Rumah Tangga Berat
Bahan Makanan
(URT) (Gram)
Susu sapi 1 gelas 200
Susu kerbau ½ gelas 100
Susu kambing ¾ gelas 185
Tepung sari kedele 3 sendok makan 20
Tepung susu whole 4 sendok makan 20
Tepung susu krim 4 sendok makan 20

Sayuran adalah sayuran hijau dan sayuran berwarna


lainnya. Berdasarkan kandungan zat gizinya kelompok sayuran
dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
Tabel Kelompok Pangan Sayuran
Golongan B GolonganC
Kandungan zat gizi per Kandungan zt gizi per
porsi* (100 gram) adalah: porsi* (100 gram)
Golongan A
25 Kal, 5 gram adalah : 50 Kal, 10
(kalori rendah)
karbohidrat, dan1 gram gram karbohidrat, dan 3
protein. gram protein.

Gambas, Jamur Bayam, Bit, Labu waluh, Bayam merah,


kuping, tomat sayur, Genjer, Kapri muda, Kol, mangkokan, nangka
oyong, ketimun, labu Daun talas, Jagung muda, muda, daun pepaya,
air, selada air, selada, Brokoli , Daun kecipir, daun katuk, kacang
lobak, dan daun Pepaya muda, Sawi, kapri, mlinjo, taoge
bawang Kembang kol, Buncis, kedelai, daun melinjo,
Labu Siam, Kemangi, daun talas, kluwih,
Daun kacang panjang, daun singkong
Pare, Taoge, Kangkung,
Terong, Kacang panjang,
Wortel

*Satu (1) porsi sayuran adalah kurang lebih 1 (satu) gelas sayuran setelah
dimasak dan ditiriskan.

Kandungan zat gizi per porsi buah (setara dengan 1 buah


Pisang Ambon ukuran sedang) atau 50 gram, mengandung 50

39
Kalori dan 10 gram Karbohidrat.Daftar buah-buahan sebagai
penukar 1 (satu) porsi buah:
Tabel Kelompok Buah-Buahan
Ukuran Rumah Berat
Nama Buah
Tangga (URT) gram*)
Alpokat ½ buah besar 50
Anggur 20 buah sedang 165
Apel merah 1 buah kecil 85
Apel malang 1 buah sedang 75
Belimbing 1 buah besar 125-140
Blewah 1 potong sedang 70
Duku 10-16 buah sedang 80
Durian 2 biji besar 35
Jambu air 2 buah sedang 100
Jambu biji 1 buah besar 100
Jambu bol 1 buah kecil 90
Jeruk bali 1 potong 105
Jeruk garut 1 buah sedang 115
Jeruk manis 2 buah sedang 100
Jeruk nipis 1 ¼ gelas 135
Kedondong 2 buah sedang/besar 100/120
Kesemek ½ buah 65
Kurma 3 buah 15
Leci 10 buah 75
Mangga ¾ buah besar 90
Manggis 2 buah sedang 80

Markisa ¾ buah sedang 35

Melon 1 potong 90

Nangka masak 3 biji sedang 50

Nenas ¼ buah sedang 85

Pear ½ buah sedang 85

Pepaya 1 potong besar 100-190

Pisang ambon 1 buah sedang 50

Pisang kepok 1 buah 45

Pisang mas 2 buah 40

Pisang raja 2 buah kecil 40

40
Rambutan 8 buah 75

Sawo 1 buah sedang 50

Salak 2 buah sedang 65

Semangka 2 potong sedang 180

Sirsak ½ gelas 60

Srikaya 2 buah besar 50

Strawberry 4 buah besar 215


*) Berat tanpa kulit dan biji (berat bersih)

Contoh menu makan harian :


Waktu URT untuk
Jenis Hidangan 2600 2200
kilokalori kilokalori
Pagi Nasi 2 sendok nasi 2 sendok nasi
Daging bumbu semur 1 potong 1 potong
Tumis kacang panjang + ½ mangkok ½ mangkok
tauge
Teh manis 1 gelas 1 gelas
10.00 Bubur kacang hijau 1 gelas 1 gelas
Siang Nasi 3 sendok nasi 2 sendok nasi
Ikan goreng 1 potong 1 potong
Tempe bacem 3 potong 1 potong
Lalap ½ mangkok ½ mangkok
Sayur asem 1 mangkok 1 mangkok
Sambal tomat 1 sendok 1 sendok
makan makan
Nanas 1 potong 1 potong
16.00 Buah - -
Malam Nasi 3 sendok 2 sendok
makan makan
Pepes ayam 1 potong 1 potong
Tahu balado 2 potong 1 potong
Sayur bening bayam + 1 mangkok 1 mangkok
jagung muda
Pepaya 1 potong 1 potong

3. Kebutuhan Istirahat
Kebutuhan istirahat/ jumlah kebutuhan tidur bagi dewasa (usia
18-40 tahun) baik bagi laki-laki maupun wanita adalah 7-8 jam/hari.

41
Istirahat yang dianggap baik adalah waktu tidur yang cukup dan
berkualitas (Kemenkes RI, 2014)
4. Skrining genetik
Pemeriksaan kesehatan, dapat diketahui riwayat genetik dalam
keluarga calon mempelai pria dan wanita. Misalnya ada tidaknya
penyakit kelainan darah seperti thalassemia dan hemofilia. Kedua
penyakit itu bisa diturunkan melalui pernikahan dengan pengidapnya
atau mereka yang bersifat pembawa (carrier). Setelah pemeriksaan,
dapat dilihat kemungkinan perpaduan kromosom yang timbul. Jika
memang ada penyakit keturunan dalam riwayat keluarga kedua atau
salah satu calon mempelai, dapat dilihat kemungkinan risiko yang
timbul, seperti terjadinya keguguran hingga kemungkinan cacat
bawaan (kongenital) jika kelak memiliki anak. Dari sini, calon
pasangan suami istri (pasutri) akan punya pemahaman bahwa bila
orang tua atau garis keturunannya mengidap penyakit genetik, anak
yang akan lahir nanti pun berisiko mengidap penyakit yang sama
(Permadi, 2011).
5. Konseling kesehatan
Syarat Fungsi Reproduksi Sehat, yaitu :
a. Tidak ada kelainan anatomis dan fisiologis
b. Kondisi kesehatan jiwa yang baik
c. Kehamilan yang aman
6. Konseling untuk kondisi medis-spesifik
a. Faktor Infertil
1) Faktor Pria
Penyebab infertilitas pada pria di bagi menjadi 3 kategori utama
yaitu :
a. Gangguan produksi sperma misalnya akibat kegagalan testis
primer (hipergonadotropik hipogonadisme) yang
disebabkan oleh faktor genetik (sindrome Klinefelter,
mikrodelesi kromosom Y) atau kerusakan langsung lainnya
terkait anatomi (crytorchidism,varikokel), infeksi (mumps

42
orchitis), atau gonadotoksin. Stimulasi gonadotropin yang
tidak adekuat yang disebabkan karena faktor genetik
(isolated gonadotropin deficiency), efek langsung maupun
tidak langsung dari tumor hipotalamus atau pituitari, atau
penggunaan androgen eksogen, misalnya Danazol,
Metiltestoteron (penekanan pada sekresi gonadotropin)
merupakan penyebab lain dari produksi sperma yang buruk.
b. Gangguan Fungsi Sperma
Gangguan fungsi sperma, misalnya akibat antibodi
antisperma, radang saluran genital (prostatitis), varikokel,
kegagalan reaksi akrosom, ketidaknormalan biokimia, atau
gangguan dengan perlengketan sperma ( ke zona pelusida)
atau penetrasi. Sumbatan pada duktus, misalnya akibat
vasektomi, tidak adanya vas deferens bilateral, atau
sumbatan kongenital atau yang didapat (acquired) pada
epididimis atau duktus ejakulatorius (penanganan interil).
2) Faktor Wanita
a. Gangguan Ovulasi
Gangguan ovulasi jumlahnya sekitar 30-40% dari
seluruh kasus infertilitas wanita. Gangguan-gangguan ini
umumnya sangat mudah didiagnosis menjadi penyebab
infertilitas. Karena ovulasi sangat berperan dalam konsepsi,
ovulasi harus dicatat sebagai bagian dari penilaian dasar
pasangan infertil. Terjadinya anovulasi dapat disebabkan
tidak ada atau sedikitnya produksi gonadotropin releasing
hormon (GnRH) oleh hipotalamus ( 40 % kasus), sekresi
hormon prolaktin oleh tumor hipopise (20 % kasus), PCOS
( 30 % kasus), kegagalan ovarium dini (10%). WHO
membagi kelainan ovulasi ini dalam 4 kelas, yaitu :
 Kelas 1 : Kegagalan pada hipotalamus hipopise
(hipogonadotropin hipogonadism). Karakteristik dari
kelas ini adalah gonadotropin yang rendah, prolaktin

43
normal dan rendahnya estradiol. Kelainan ini terjadi
sekitar 10 % dari
 Kelas 2 : Gangguan fungsi ovarium
(normogonadotropin-normogonadism). Karakteristik dari
kelas ini adalah kelainan pada gonadotropin namun
estradiol normal. Anovulasi kelas 2 terjadi sekitar 85 %
dari seluruh kasus kelainan ovulasi. Manifestasi klinik
kelainan kelompok ini adalah oligomenorea atau
amenorea yang banyak terjadi pada kasus PCOS.
Delapan puluh sampai sembilan puluh persen pasien
PCOS akan mengalami oligomenorea dan 30 % akan
mengalami amenorea.
 Kelas 3 : Kegagalan ovarium ( hipogonadotropin
hipogonadism). Karakteristik kelainan ini adalah kadar
gonadotropin yang tinggi dengan kadar estradiol yang
rendah. Terjadi sekitar 4-5 % dari seluruh gangguan
ovulasi. Kelompok wanita yang mengalami gangguan
ovulasi akibat gangguan cadangan ovarium (premature
ovarian failure/diminisshed ovarian reserved).
 Kelas 4 : Kelompok wanita yang mengalami gangguan
ovulasi akibat disfungsi ovarium, memiliki kadar
prolaktin yang tinggi (hiperprolaktinemia).
b. Kelainan Anatomis
Kelainan anatomis yang sering ditemukan berhubungan
dengan infertilitas adalah abnormalitas tuba fallopii dan
peritoneum, faktor serviks, serta faktor uterus.
 Infertilitas faktor tuba dan peritoneum  
Selama 20 tahun terakhir terdapat pergeseran
penyebab infertilitas, dari faktor ovarium dan uterus
mengarah ke faktor tuba. Faktor tuba dan peritoneum
menjadi penyebab kasus infertilitas yang cukup banyak
dan merupakan diagnosis primer pada 30-40% pasangan

44
infertil. Faktor tuba mencakup kerusakan atau obstruksi
tuba fallopii, biasanya berhubungan dengan penyakit
peradangan panggul, pembedahan panggul atau tuba
sebelumnya. Adanya riwayat PID, abortus septik, ruptur
apendiks, pembedahan tuba atau kehamilan ektopik
sebelumnya menjadi faktor resiko besar untuk terjadinya
kerusakan tuba. PID tidak diragukan lagi menjadi
penyebab utama infertilitas faktor tuba dan kehamilan
ektopik.
Studi klasik pada wanita dengan diagnosis PID
setelah dilaparoskopi menunjukkan bahwa resiko
infertilitas tuba sekunder meningkat seiring dengan
jumlah dan tingkat keparahan infeksi panggul; secara
keseluruhan, insidensi berkisar pada 10-12% setelah 1
kali menderita PID, 23-35% setelah 2 kali menderita
PID, dan 54-75% setelah menderita 3 kali episode akut
PID.
Infeksi pelvis subklinik oleh Chlamydia
Trachomatis yang menyebabkan infertilitas karena faktor
tuba. Meskipun banyak wanita dengan penyakit tuba atau
perlekatan pelvis tidak diketahui adanya riwayat infeksi
sebelumnya, terbukti kuat bahwa “silent infection” sekali
lagi merupakan penyebab yang paling sering. Penyebab
lain faktor infertilitas tuba adalah peradangan akibat
endometriosis, Inflammatory Bowel Disease, atau trauma
pembedahan.
 Faktor Serviks
Faktor serviks berjumlah tidak lebih dari 5 %
penyebab infertilitas secara keseluruhan. Tes klasik
untuk evaluasi peran potensial faktor serviks pada
infertilitas adalah Post Coital Test (PCT). Dibuat untuk
menilai kualitas mukus serviks, adanya sperma dan

45
jumlah sperma motil pada saluran genitalia wanita
setelah koitus, serta interaksi antara mukus serviks dan
sperma.
Serviks berfungsi sebagai barier terhadap
mikrobiologi infeksius dan merupakan saluran sperma ke
dalam uterus. Serviks akan memberi respon secara
immunologis bila bertemu dengan mikrobiologi infeksius
namun tidak memberi respon secara immunologik bila
bertemu dengan antigen permukaan spermatozoa/
Kelainan Serviks yang dapat menyebabkan infertilitas
adalah :
- Perkembangan serviks yang abnormal sehingga dapat
mencegah migrasi sperma
- Tumor serviks (polip,mioma) dapat menutupi saluran
sperma atau menimbulkan Discharge yang
mengganggu spermatozoa. atau tidak mampu
mempertahankan produk kehamilan.
- Servisitis yang menghasilkan asam atau sekresi
purulen yang bersifat toksin terhadap spermatozoa.
Streptococcus,staphylococcus,gonococcus,
tricomonas dan infeksi campuran merupakan
penyebab terbanyak.
 Infertilitas karena faktor Uterus
Kelainan Uterus yang menyebabkan infertilitas antara
lain :
- Septum Uteri : Hal ini dapat menghambat maturasi
normal embrio karena kapasitas uterus yang kecil.
Septum uteri menurut tingkatan berdasarkan ukuran
septum dibagi menjadi 3 kelompok yakni :
- Stadium I: 0-1 cm
- Stadium II : 1-3 cm
- Stadium III : >3 cm

46
c. Mioma Uteri
Saat ini, mioma uteri dapat dikaitkan dengan
infertilitas pada 5- 10% perempuan, dan mungkin menjadi
satu-satunya penyebab infertilitas pada 2-3%, tergantung
lokasi, jumlah dan besar dari mioma itu sendiri.
Mioma khususnya mioma submukosa mungkin
mempengaruhi transportasi gamet dengan cara menghalangi
ostium tuba. Pembesaran dari rahim dan distorsi dari kontur
uterus mungkin mempengaruhi implantasi, menyebabkan
disfungsional kontraktilitas uterus, yang pada gilirannya
bisa mengganggu dengan migrasi sperma, transportasi sel
telur atau mengganggu nidas.
Kelainan endometrium, seperti adanya polip,
endometritis, hiperplasia dan perlengketean intrauterin
(Sindroma Asherman). Dalam 1 penelitian yang melibatkan
grup wanita infertil dengan polip endometrium yang tidak
direseksi (lebih besar dari 2 cm), keluaran IVF pada wanita
yang diterapi (sebelumnya dilakukan polipektomi
histeroskopi) dan yang tidak diterapi tidak berbeda.
Prevalensi polip pada wanita infertil, ditaksir dari rentetan
kasus dengan temuan diagnostik histeroskopi sekitar 3 –
5%.
Sindroma Asherman terjadi oleh karena dilakukannya
dilatasi dan kuretase yang merupakan blind procedure
sehingga terjadi intrauterine scar dan akhirnya menjadi
sinekhia intrauterin. Bozdag dkk, mengatakan bahwa
penyebab utama dari sindroma Asherman adalah
dilakukannya dilatasi dan kuretrade yang mana merupakan
blind method, yang secara respektif persentase insiden
terjadinya sindroma Asherman akibat kuretase adalah 14-36
%.
d. Endometriosis

47
Endometriosis klasik tampak sebagai pigmen hitam-
kebiruan seperti lesi( “powder-burn”) pada permukaan
kandung kemih, ovarium, tuba falopi, kantong rekto-
uterina, dan usus besar. Endometriosis non klasik tampak
seperti lesi dan vesikel merah, coklat atau putih.
Endometriosis berat dengan kerusakan tuba falopi dan
ovarium menyebabkan adhesi atau munculnya
endometrioma, merupakan penyebab infertilitas.Selain itu
pada endometriosis yang ringanpun dapat menyebabkan
infertilitas melalui beberapa mekanisme, yaitu :
 Produksi prostaglandin sehingga mempengaruhi
motilitas tuba atau dan fungsi korpus luteum.
 Melalui makrofag peritoneum, ditemukan peningkatan
aktifitas makrofag yang akan memfagosit sperma.
 Dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan folikel,
disfungsi ovulasi dan kegagalan perkembangan embrio
b. Infertil yang tidak dapat di jelaskan
Infertilitas yang tidak dapat dijelaskan merupakan keadaan
kurang normal dari distribusi efisiensi reproduksi atau abnormal
dari fungsi sperma atau oosit, fertilisasi, implantasi, atau
perkembangan preembrio yang tidak dapat terdeteksi dengan
metode evaluasi standard.
Unexplained Infertility dapat diartikan sebagai
ketidakmampuan untuk hamil setelah 1 tahun tanpa ditemukannya
suatu abnormalitas menggunakan prosedur pemeriksaan
ginekologis rutin. Insidensi infertilitas ini berkisar dari 10% sampai
paling tinggi 30% di antara populasi infertil, tergantung dari
kriteria diagnostik yang digunakan. Minimal, diagnosis infertilitas
tak teridentifikasi menunjukkan analisis semen yang normal, bukti
objektif adanya ovulasi, rongga uterus yang normal, serta patensi
tuba bilateral.     

48
 Sebelumnya, diharapkan hasil PCT yang positif dan
penanggalan endometrium “in phase”, tetapi kriteria ini tidak lagi
digunakan Infertilitas pada wanita dapat disebabkan oleh beberapa
faktor- faktor resiko antara lain:
1) Faktor gaya hidup dan lingkungan
Dapat dimengerti, semua pasangan, terutama pasangan
infertil, sangat tertarik mempelajari segalanya dimana mereka
mungkin berbuat maksimal agar mendapat kehamilan. Gaya
hidup dan faktor lingkungan dapat mempengaruhi fertilitas dan
harus dipertimbangkan dan dibicarakan.
Hampir 62% wanita Amerika kelebihan berat badan dan
lainnya 33% obesitas. Kelebihan berat badan didefininsikan
dengan indeks massa tubuh (BMI) lebih besar dari 25 dan yang
besar dari 30 disebut obesitas.
Abnormalitas dari sekresi GnRH dan gonadotropin relatif
sering pada berat badan lebih, obesitas dan yang berat badan
kurang (BMI kurang dari 17). Hubungan antara BMI dan
kesuburan pada pria belum diteliti secara rinci. Frekuensi
obesitas pada wanita dengan anovulasi dan suatu ovarium
polikistik telah dilaporkan adalah berkisar dari 35% hingga
60%. Obesitas berkaitan dengan tiga perubahan yang
mengganggu ovulasi normal dan penurunan berat badan akan
memperbaiki tiga keadaan tersebut :
a) Peningkatan aromatisasi perifer dari androgen menjadi
estrogen.
b) Penurunan kadar glubulin pengikat hormon seks (Sex
Hormone Binding Globulin [SHBG] ), menghasilkan
peningkatan kadar estradiol dan testosteron bebas.
c) Peningkatan kadar insulin yang dapat merangsang produksi
androgen oleh jaringan stroma ovarium.
Beberapa hal yang dapat dikontrol pasangan adalah
penyalahgunaan zat; merokok adalah yang terpenting. Banyak

49
yang tidak perduli sama sekali efek buruk yang ditimbulkan
rokok terhadap kesuburan dan kehamilan. Motivasi pasangan
untuk memaksimalkan ferlititas mereka memberikan
kesempatan emas untuk mendidik mereka dan menetapkan
strategi penghentian rokok.
Bentuk lain penyalahgunaan zat juga dapat mempengaruhi
infertilitas. Marijuana menghambat sekresi dari GnRH dan dapat
menekan fungsi reproduksi dari pria dan wanita. Pada wanita,
marijuana dapat menganggu fungsi ovulasi. Pengunaan kokain
dapat merusak spermatogenesis dan berkaitan dengan
peningkatan resiko penyakit tuba. Konsumsi alkohol yang berat
pada wanita biasa menurunkan fertilitas; pada pria telah
dikaitkan dengan penurunan kualitas semen dan impoten.
Asupan alkohol dalam jumlah yang sedang juga mengurangi
fekundabilits, walaupun hasil penelitian masih bertentangan.
Pada pria dan wanita, walau pada jumlah yang sedang, konsumsi
alkohol berkaitan dengan angka kehamilan yang lebih rendah
dengan ART. Penelitian tidak berhasil memastikan dampak
buruk kafein (lebih dari 250mg/hari, 2 minuman standard)
terhadap fertilitas, walaupun kadar yang lebih tinggi dapat
meperlambat kehamilan atau meningkatkan terhentinya
kehamilan.

2.5.3 Pengkajian saat Konseling Prakonsepsi


1. Riwayat pribadi dan keluarga
Riwayat penyakit keluarga memegang peran penting dalam
menkaji kondisi medis yang diwariskan dan kelainan gen tunggal.
Beberapa jenis kanker, penyakit arteri koroner, diabetes melitus tipe 2,
depresi, dan trombofilia merupakan penyakit yang memiliki tendensi
familial dan dapat berpengaruh pada kesehatan reproduksi wanita.
Beberapa penyakit yang perlu mendapatkan perhatian adalah:

50
a. Riwayat keluarga mengalami kelainan yang dicurigai merupakan
kelainan genetik
b. Predidiposisi etnik tertentu terhadap kelainan
c. Orang tua memiliki hubungan darah
d. Beberapa keluarga yang terserang penyakit yang sama atau saling
berkaitan
e. Penyakit yang muncul pada usia muda
f. Kanker multifocal atau pada kedua sisi tubuh (pada organ yang
berpasangan)
g. Penyakit yang muncul meskipun tidak ada faktor risiko/tindakan
pencegahan telah dilakukan
h. Satu atau lebih kelainan mayor
i. Keterlamabatan perkembangan atau retardasi mental
j. Abnormalitas pertumbuhan
k. Abortus berulang (lebih dari dua kali) (American College of
Obstetricians and Gynecologists, 2015)
2. Riwayat menstruasi
Wanita harus memperhatikan siklus menstruasi untuk mempersiapkan
kehamilannya. Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi
hormon-hormon yang paralel dengan pertumbuhan lapisan rahim
untuk mempersiapkan implantasi (perlekatan) dari janin (proses
kehamilan). Gangguan dari siklus menstruasi tersebut dapat berakibat
gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan. Siklus
menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari. Penelitian
menunjukkan wanita dengan siklus mentruasi normal hanya terdapat
pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada usia reproduksi yang ekstrim
(setelah menarche dan menopause) lebih banyak mengalami siklus
yang tidak teratur atau siklus yang tidak mengandung sel
telur. Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-
hipofisis-ovarium.
3. Riwayat Penyakit
a. Diabetes

51
Penyakit diabetes dapat mempengaruhi fungsi seksual,
menstruasi tidak teratur (diabetes tipe I), meningkatkan risiko
mengalami polycystic ovarian syndrome (PCOS) (diabetes tipe 2),
inkontinensia uteri, meningkatkan kemungkinan kecacatan janin,
mengalami hipertensi saat kehamilan (Ozcan dan Sahin, 2009).
Pada laki – laki diabetes dapat menyebabkan gangguan
ereksi dan ejakulasi yang disebabkan oleh masalah vaskuler dan
neuropatik. Beberapa bukti juga menunjukkan bahwa diabetes
dapat menyebabkan gangguan spermatogenesis dan pasien yang
mengidap diabletes juga mengalami penurunan motilitas dan
volume semen (Dunsmuir dan Holmes, 1996)
b. Penyakit jantung
Berdasarkan klasifikasi WHO yang dimodifikasi terdapat
empat kelas penyakit jantung dalam kaitannya dengan kehamilan:
1) Kelas I : Tidak ditemukan peningkatan risiko
mortalitas maternal dan terdapat peningkatan risiko morbiditas
ringan
2) Kelas II : Sedikit peningkatan risiko mortalitas ibu, dan
peningkatan risiko morbiditas sedang
3) Kelas III : Peningkatan risiko mortalitas dan morbiditas
signifikan. Memerlukan konseling tenaga ahli.
4) Kelas IV : Kehamilan merupakan kontraindikasi (European
Heart Journal, 2011).

Pada laki – laki, berbagai jenis penyakit jantung dapat


berpengaruh pada fertilitas. Atherosklerosis yang menyerang
pembuluh darah koronen jantung dapat terjadi secara bersamaan
dengan arteri yang menyplai darah ke penis yang menyebabkan
penurunan aliran darah ke penis yang dapat menyebabkan
kesulitan ereksi.
c. Penyakit ginjal
Pada wanita dengan penyakit ginjal kronis, kehamilan dapat
mempercepat penurunan kerja ginjal dan memperparah hipertensi

52
dan proteinuria. Keberhasilan kehamilan dan persalinan dapat
ditingkatkan jika penyakit telah diterapi dan tidak mengalami
kemajuan selama lebih dari enam bulan sebelum konsepsi
(Germain & Nelson-Piercy, 2006).
Pada laki – laki penyakit ginjal dapat menyebabkan
gangguan fungsi seksual seperti disfngsi ereksi dan penurunan
nafsu seksual. Selain itu penyakit ginjal juga menyebabkan cepat
lelah serta stres terkait dengan penyakitnya.
d. Systemc Lupus Erythemtosus (SLE)
Kehamilan dengan SLE merupakan kehamilan berisiko
karena kobaran SLE berkaitan dengan kerusakan organ ireversibel
(Ateka- Barrutia & Khamashta, 2013), dan juga kondisi janin yang
buruk (Peart & Clowse, 2014). Terdapat 20 kali lipat risiko
mortalitas maternal pada pasien SLE dibandingkan dengan
populasi umum, dan peningkatan kejadian hipertensi, pre
gestasional diabetes, gangguan ginjal, hipertensi pulmoner,
kejadian trombotik dan komplikasi hematoligi lainnya (Ateka-
Barrutia & Khamashta, 2013).
e. Penyakit menular
Menurut Permadi (2011) ada tidaknya penyakit menular
seksual (PMS) juga penting untuk diketahui karena sebagian besar
PMS termasuk sifilis, herpes, dan gonorrhea bisa mengakibatkan
terjadinya kecacatan pada janin. Bila salah satu pasangan
sebelumnya terdeteksi pernah melakukan seks bebas, sebaiknya
kedua pasangan melakukan pemeriksaan terhadap penyakit-
penyakit ini, untuk memastikan apakah sudah benar-benar sembuh
sebelum melangsungkan pernikahan. Beberapa contoh riwayat
penyakit menular yang perlu ditanyakan antara lain adalah:
1) TORCH
TORCH merupakan akronim dari lima jenis infeksi yang
meliputi toksoplasmosis, infeksi lain (sifilis, HIV), campak dan
lainnya, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simpleks.

53
Kelima jenis penyakit yang disebutkan di atas merupakan
penyakit yang dapat menjangkiti pria maupun wanita dan dapat
berpengaruh burukpada janin yang dikandung.
Toksoplasmosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh
parasit yang disebut Toxoplasma gondii. Penyakit ini sering
diperoleh dari tanah atau kotoran kucing yang terinfeksi
toksoplasma, atau memakan daging dari hewan terinfeksi yang
belum matang sempurna. Gejala yang umumnya mucul akibat
infeksi toksoplasma tidak khas dan sulit dibedakan dari penyakit
lain. Gejala yang sering muncul meliputi: demam, nyeri otot,
kelelahan, dan pembengkakan kelenjar limfe. Lima puluh dua
persen wanita yang melahirkan dengan infeksi toksoplasma
tidak menyadari dirinya terjangkit toksoplasmosis. Pada
sebagian besar kasus, transmisi toksoplasmosis pada janin
terjadi pada wanita yang terinfeksi ketika hamil. Namun pada
beberapa kasus yang jarang terjadi toksoplasmosis dapat
menular pada janin dari ibu yang terinfeksi toksoplasma kronis
yang umumnya disebabkan oleh sisitem imun ibu yang menurun
(pada AIDS atau terapi dengan steroid). Umumnya bayi baru
lahir yang tertular toksoplasmosis dari ibunya selama dalam
kandungan tidak menunjukkan gejala toksoplasmosis, tapi bayi
tersebut kemungkinan besar akan mengalami gangguan belajar,
pendengaran, dan penglihatan (Montoya dan Renington, 2008).
Penyakit infeksi lain seperti sifilis dan HIV/AIDS
merupakan salah satu jenis penyakit menular seksual. Namun,
tidak menutup kemungkinan seseorang dapat tertular di luar
konteks seksual seperti karena menerima transfusi darah yang
tidak aman atau tertusuk jarum bekas pakai orang yang
terinfeksi. Selain itu, kedua infeksi tersebut dapat menular dari
ibu pada janin yang dikandungnya. Bayi yang lahir dari ibu yang
mengalami sifilis dapat mengalami: kematian perinatal, lahir
mati, lahir preterm, dan berat badan lahir rendah (Carles G. dkk.,

54
2008). Tanda dan gejala lain yang mungkin muncul yaitu sulit
menaikkan berat badan, demam, iritabilitas, tidak ada cekungan
hidung, kemerahan pada mulut, alat genital, dan anus, keluar
cairan encer dari hidung. HIV/AIDS juga dapat ditularkan pada
janin selama kehamilan karena virus dapat melalui sawar
plasenta. Pencegahan penularan dapat dilakukan dengan minum
terapi antiretroviral secara rutin sehingga viral load tetap
rendah. Bayi yang tertular HIV/AIDS lebih mudah terserang
penyakit karena daya tahan tubuh yang rendah.
Rubella yang sering juga diistilahkan dengan campak
jerman merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
yang menular melalui droplet batuk atau bersin. Rubella juga
dapat menular melalui kontak langsung dengan cairan sekresi
hidung atau tenggorokan dari orang yang terinfeksi. Sama
seperti toksoplasmosis, infeksi rubella juga tidak menunjukkan
gejala khas. Gejala yang sering muncul meliputi: bintik
kemerahan pada kulit, demam ringan, nyeri sendi, dan mata
merah. Pada sebagian besar kasus, gejala baru muncul 16
sampai 18 hari setelah paparan virus. Penyakit ini dapat dicegah
dengan dengan pemberian vaksin kombinasi yaitu MMR yang
melindungi terhadap campak, gendongan, dan rubella. Rubella
dapat menyebabkan kecacatan pada janin jika infeksi terjadi
sebelum tiga bulan pertama kehamilan. Adapun tanda – gejala
bayi baru lahir yang terinfeksi rubella adalah: mengalami PDA
(patent ductus arteriosus), penyempitan arteri pulmoner,
kelainan jantung, disabilitas motorik, pertumbuhan otak yang
buruk, ketulian, katarak, glaukoma, inflamasi retina, dan
pembesaran limpa dan hati [Gerhson (2014), Mason (2011),
Reef (2015)].
Clamidia merupakan penyakit yang disebabkan oleh
bakteri yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual atau
dari ibu yang positif clamidia pada janin yang dikandung atau

55
selama persalinan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
infeksi clamidia berhubungan dengan peningkatan risiko
abortus, ruptur ketuban prematur, persalinan preterm, dan
infeksi ketuban. Duapuluh hingan 50% bayi yang terinfeksi
clamidia saat persalinan mengalami konjungtivitis pada
beberapa hari sampai beberapa minggu setelah lahir.
Herpes simpleks merupakan infeksi yang menular melalui
hubungan seksual dan dapat menular pada bayi baru lahir pada
saat melalui jalan lahir. Herpes pada bayi baru lahir dapat
berdampak serius karena dapat menyebabkan kerusakan sistem
saraf pusat jangka panjang, retardasi mental, dan kematian.
f. Hepatitis A/B/C
Hepatitis virus akut merupakan penyebab utama jaundice
dalam kehamilan. Jaundice merupakan karakteristik dari penyakit
hati. Tanda dan gejala klinis antara satu jenis hepatitis dengan
lainnya sulit dibedakan sehingga dibutuhkan tes serologis untuk
membuktikannya.
Hepatitis A merupakan jenis hepatitis terbanyak kedua.
Jenis hepatitis ini menular melalui rute oral-fecal. Belum ada bukti
yang menunjukkan bahwa saat kehamilan hepatitis A dapat
menular pada janin. Setelah terinfeksi hepatitis A dan sembuh,
seseorang umumnya telah kebal terhadap penyakit ini seumur
hidup.
Di seluruh dunia, hepatitis B merupakan jenis hepatitis
kronis yang palig umum ditemui. Karier kronis dapat menularkan
virus jauh sebelum penyakitnya sendiri menjadi simtomatik. Jika
hepatitis B menyerang orang dewasa, laki – laki lebih cenderung
akan mengalami penyakit hepatitis kronis, sedangkan wanita
cenderung membentuk antibodi anti-HBs. Pada ibu hamil, 90%
janinnya kemungkinan terinfeksi hepatitis B.
WHO menyatakan bahwa sekitar 3 – 4 juta penduduk dunia
terinfeksi hepatitis C setiap tahunnya. Infeksi HCV akut

56
menyebabkan hepatitis simtomatik pada 20 – 30% pasien.
Hepatitis C dapat menular pada janin selama dalam kandungan.
Jika ibu menderita HIV, kemungkinan penularan menjadi lebih
besar (WHO, 2011).
Pasangan yang merancanakan akan segera menikah
disarankan untuk melakukan terapi sebelum pernikahan untuk
mencegah penularan pada pasangan dan anaknya.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit keluarga memegang peran penting dalam
menkaji kondisi medis yang diwariskan dan kelainan gen tunggal.
Beberapa jenis kanker, penyakit arteri koroner, diabetes melitus tipe 2,
depresi, dan trombofilia merupakan penyakit yang memiliki tendensi
familial dan dapat berpengaruh pada kesehatan reproduksi wanita.
Beberapa penyakit yang perlu mendapatkan perhatian adalah:
l. Riwayat keluarga mengalami kelainan yang dicurigai merupakan
kelainan genetik
m. Predidiposisi etnik tertentu terhadap kelainan
n. Orang tua memiliki hubungan darah
o. Beberapa keluarga yang terserang penyakit yang sama atau saling
berkaitan
p. Penyakit yang muncul pada usia muda
q. Kanker multifocal atau pada kedua sisi tubuh (pada organ yang
berpasangan)
r. Penyakit yang muncul meskipun tidak ada faktor risiko/tindakan
pencegahan telah dilakukan
s. Satu atau lebih kelainan mayor
t. Keterlamabatan perkembangan atau retardasi mental
u. Abnormalitas pertumbuhan
v. Abortus berulang (lebih dari dua kali) (American College of
Obstetricians and Gynecologists, 2015)
4. Kebiasaan/ Gaya Hidup Tidak Sehat

57
Gaya hidup tidak sehat seperti merokok, mengkonsumsi minuman
beralkohol berlebihan, penyalahgunaan obat dan kurang tidur dapat
menyebabkan gangguan seksual baik pada laki-laki atau perempuan.
Kebiasaan merugikan seperti minum alkohol dan penyalahgunaan obat
dapat meningkatkan resiko kerusakan pada organ tubuh seperti ginjal
dan liver yang dapat menganggu kinerja aliran darah dan secara
patologis akan mempengaruhi kinerja hormon (testosteron, prolaktin,
dan lain-lain) sehingga mempengaruhi fungsi seksual dan kesuburan.
Merokok dapat merusak pembuluh darah, nikotin menyempitkan
arteri yang menuju penis, mengurangi aliran darah dan tekanan darah
menuju penis.Efek ini meningkat bersamaan dengan waktu.Selain itu,
nikotin juga dapat berpengaruh langsung pada fungsi endotel dan otot
polos ruang-ruang korpus kavernosum di dalam penis, akibatnya fungsi
relaksasi ruang pembuluh darah di dalam penis terganggu sehingga
aliran darah terhambat dan ereksi terganggu atau tidak terjadi(Kumar,
2010).
Alkohol adalah depresan yang berfungsi memperlambat refleks,
termasuk dalam olah seksual. Sekitar 30-40% peminum alkohol
menunjukkan libido yang menurun dan 40% pria peminum disfungsi
ereksi. Alkohol menurunkan produksi hormon testosteron sehingga
akibatnya dorongan seksual menurun atau tertekan. Di samping itu
terjadi juga gangguan proses pembentukan spermatozoa (Turalaki,
2015).
5. Riwayat Sosial
a. Usia
1) Wanita
Usia reproduksi ideal wanita adalah 20 -35 tahun.
Penelitian menunjukkan bahwa wanita yang hamil di bawah
usia 20 tahun memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
mengalami preeklamsia dan plasenta previa (Stickler, 2014).
Angka lahir mati dan kematian perinatal lebih tinggi 50% pada

58
bayi yang lahir dari ibu dengan usia <19 tahun dibandingkan
dengan ibu usia 20 – 29 tahun (WHO, 2014).
Wanita dengan usia lebih dari 35 tahun akan
mengalami penurunan fertilitas, kemungkinan hamil menjadi
77% pada wanita usia 35 tahun, dan dan turun menjadi 53%
pada usia 40 tahun (Health Canada, 2005). Wanita yang hamil
di atas 35 tahun juga lebih berisiko mengalami keguguran,
kelainan kromoson janin seperti Down Syndrome, kehamilan
kembar, dipertensi, diabetes, plasenta previa, solusio plasenta,
persalinan tindakan, persalinan premature dan BBLR (Ontarios
maternal, newborn and Early Child Development Resource
Center & The Halton Region Health Department, 2007)
Calon pengantin wanita dengan usia di bawah 20 tahun
disarankan untuk menunda kehamilannya, sedangkan wanita
dengan usia di atas 35 tahun disarankan untuk segera hamil
dan melakukan pemeriksaan kehamilan lebih teratur.
2) Laki – laki
Laki – laki umumnya masih tetap mampu bereproduksi
sampai usia sekitar 60 – 70 tahun. Namun, semakin tua usia
laki – laki, semakin banyak jumlah sperma yang mengalami
abnormalitas bentuk, gerakan, dan kecacatan genetik. Laki –
laki yang terlalu tua juga umumnya mengeluarkan terlalu
sedikit sperma atau tidak ada sperma sama sekali (Health
canada, 2005). Disarankan pria untuk menikah pada usia
kurang dari 40 tahun, karena di atas usia tersebut motilitas,
konsentrasi, volume seminal, dan fragmentai DNA telah
mengami penurunan kualitas sehingga meningkatkan risiko
kecacatan janin (Harris, 2011)
2.6 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Pranikah
2.7.1 Pengkajian Pranikah
Tanggal : Jam:
Tempat : Oleh:

59
(Untuk mengetahui tanggal dan waktu kedatangan calon pengantin).
A. Data Subyektif
1. Identitas calon pengantin
1) Umur
Calon pengantin perempuan : Batasan usia minimal bagi
calon pengantin wanita menurut Undang-Undang No. 1 Tahun
1974 adalah 16 tahun. Dari sudut pandang kesehatan usia
reproduksi sehat pada wanita adalah 20 – 35 tahun. Kehamilan
di bawah atau di atas usia reproduksi sehat lebih beresiko
menyebabkan terjadinya kematian 2-4x lebih tinggi. (Manuaba,
2010). Berdasarkan kesehatan umur perempuan reproduksi
sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun karena apabila terjadi
kehamilan dibawah usia 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat
menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia <20 tahun
secara biologis belum optimal emosinya cenderung labil,
mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami
goncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap
pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya.
Sedangkan pada usia >35 tahun terkait dengan kemunduran dan
penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang
sering menimpa di usia ini. Hasil penelitian didapatkan bahwa
umur ibu pada saat hamil sangat berpengaruh terhadap kejadian
anemia (Amiruddin dan Wahyuddin, 2004).
Calon pengantin laki-laki : Batasan usia minimal bagi calon
pengantin laki-laki menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
adalah 19 tahun.Namun, disarankan pria untuk menikah pada
usia kurang dari 40 tahun karena di atas usia tersebut, jumlah
sperma yang mengalami abnormalitas bentuk, gerakan, dan
kecacatan genetik. Selain itu, motilitas, konsentrasi, volume
seminal, dan fragmentai DNA telah mengami penurunan
kualitas sehingga meningkatkan risiko kecacatan janin(Harris,
2011).

60
2) Pekerjaan
Beberapa area pekerjaan memiliki bukti kuat tentang
efek zat tertentu. Bahaya lingkungan pekerjaan harus dihindari
oleh pasangan selama periode pra konsepsi dan kehamilan awal
karena efek teratogenik dapat menyebabkan kerusakan yang
signifikan. Menilai paparan lingkungan di tempat kerja untuk
toxicants; industri yang diketahui menggunakan bahan kimia
beracun termasuk asuhan klinis dan laboratorium kesehatan,
dry cleaning, percetakan, manufaktur, dan pertanian.
2. Alasan Berkunjung
Melakukan pemeriksaan dan konseling pranikah

3. Riwayat Menstruasi
Usia Menarche yaitu 10 -16 tahun (± 12,5 tahun). Menstruasi
teratur dengan siklus 21 – 35 hari, tidak mengalami gangguan
menstruasi – disminore ringan, dikaji juga HPHT (Hari Pertama
Haid Terakhir).
Fase reproduksi dimulai setelah fase pubertas sampai fase sebelum
menopause. Fase pubertas wanita adalah fase disaat wanita mulai
dapat bereproduksi yang ditandai dengan haid untuk pertama
kalinya. Pada fase reproduksi wanita memiliki 400 sel telur,
semenjak mengalami menarche sampai menepause wanita
mengalami haid secara periodik. Siklus haid wanita normal adalah
25-35 hari. Siklus haid yang tidak normal menandakan pelepasan
sel telur atau ovulasi yang tidak baik. Ovulasi terganggu jika ada
gangguan hormonal salah satunya adalah sindrom ovarium
polikistik. Gangguan ini sebagai salah satu penyebab utama
kegagalan proses ovulasi yang normal. Sindroma ovarium
polikistik atau kegagalan ovulasi ini merupakan penyebab nomer
satu infertilitas yang disebabkan gangguan ovulasi dari ovarium.
Disminorhea :
Disminorea Primer Disminorea Sekunder
Nyeri haid tanpa ditemukan Nyeri haid yang berhubungan
61
keadaan patologi pada panggul, dengan berbagai keadaan
hal ini disebabkan kontraksi patologis di organ genitalia
miometrium akibat terjadi seperti endometriosis,
iskemia karena adanya adenomiosis, mioma uteri,
prostaglandin yang diproduksi stenosis serviks, penyakit radang
endometrium saat fase sekresi. panggul, perlekatan panggul.

4. Riwayat Kesehatan
1) Status vaksinasi
a) Calon pengantin wanita : Konsep imunisasi TT adalah life
long imunization yaitu pemberian imunisasi imunisasi TT 1
sampai dengan TT 5 (Kemenkes RI, 2014). Skrining
imunisasi dilakukan sesuai dengan tabel bantu skrining
imunisasi WUS. Calon pengantin wanita yang ingat
mendapatkan imunsiasi lengkap saat bayi yaitu
DPT1,2,3dengan jarak pemberian minimal 4 minggu (1 bulan)
maka statusnya TT2. Jika mendapatkan vaksinasi saat SD/MI
(BIAS) DT dan TT maka statusnya disesuaikan dengan
program BIAS saat itu .
b) Calon pengantin wanita dan laki – laki : Status imunisasi lain
yang perlu diskrining yaitu hepatitis B, HPV,
TORCH/Rubella, dan imunisasi penyakit lainnya yang
memiliki prevalensi tinggi di daerah tempat tinggal caon
pengantin wanita dan laki – laki
2) Riwayat penyakit
a) Jantung

Tanda dan gejala : Sering kelelahan, sering berkeringat, mual


berlebihan, mual berlebihan, merasa cemas
dan tegang, nyeri di dada, sakit kepala,
denyut jantung tidak teratur.
b) Asma
Tanda-gejala : sering batuk, kesulitan bernafas, nafas yang
pendek

62
c) Diabetus Melitus
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme kronik
yang kompleks karena berkurangnya hormon insulin baik
absolut atau relatif yang menimbulkan kelainan metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak ditandai dengan hiperglikemia
dan glukosuria serta berkembangnya komplikasi
makrovaskular dan mikrovaskular dan pada masalah
kesehatan reproduksi menimbulkan pengaruh buruk terhadap
kesuburan dan potensi seksual pada laki-laki. Kegagalan
fungsi seksual (disfungsi seksual) pada laki-laki sering
ditemukan sebagai komplikasi diabetes lanjut. Pada laki-laki
disfungsi seksual ini dapat berupa menurunnya libido
(kegairahan/dorongan/ketertarikan seksual) dan disfungsi
ereksi atau kesulitan ereksi.
Wanita yang mempunyai riwayat penyakit DM saat
hamil akan beresiko terjadinya hydramnion, hipertensi
kronik, preeklamsia, abortus, kelainan congenital,
makrosomia, prematuritas.
Tanda dan gejala yaitu sering kencing, selalu merasa
haus dan lapar, selalu merasa lelah atau kekurangan energi,
penyembuhan luka luar membutuhkan waktu lama,
d) Hipertensi
Laki-laki : Alat kelamin membutuhkan aliran yang lancar.
Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi
adalah salah satu penyakit yang menyebabkan
pembuluh darah menjadi rusak sehinggan aliran
darah terhambar atau tidak lancar. Dampaknya
akan terjadi ke selutuh tubuh termasuk ke organ
vital laki-laki yang menyebablan disfungsi ereksi.
Perempuan : Hipertensi merupakan salah satu masalah medis
yang kerapkali muncul selama kehamilan  dan
dapat menimbulkan komplikasi pada 2-3 persen

63
kehamilan. Hipertensi pada kehamilan dapat
menyebabkan morbiditas/ kesakitan pada ibu
(termasuk kejang eklamsia, perdarahan otak,
edema paru (cairan di dalam paru), gagal ginjal
akut, dan penggumpalan/ pengentalan darah di
dalam pembuluh darah) serta morbiditas pada janin
(termasuk pertumbuhan janin terhambat di dalam
rahim, kematian janin di dalam rahim, solusio
plasenta/ plasenta terlepas dari tempat melekatnya
di rahim, dan kelahiran prematur).Selain itu,
hipertensi pada kehamilan juga masih merupakan
sumber utama penyebab kematian pada ibu.
Gejalanya : Sakit kepala, mata berkunang-kunang, nyeri pada
tengkuk, mimisan, kejang, sukar tidur, telinga
berdenging.
e) Epilepsi
Epilepsi merupakan penyakit yang bersifat genetik,
namun tidak menutup kemungkinan kepada orang tanpa ada
riwayat epilepsi sebelumnya. Wanita epilepsi lebih cenderung
memperoleh komplikasi obstetrik dalam masa kehamilan dari
pada wanita penduduk rata-rata. Pengaruh epilepsi terhadap
kehamilan yaitu melahirkan bayi prematur, didapat 4-11%,
Berat badan lahir rendah, kurang dari 2500 gr, ditemukan
pada 7–10%, mikrosefal, apgar skor yang rendah. Neonatus
wanita epilepsi yang hamil mengalami lebih banyak resiko
karena kesukaran yang akan dialami ketika partus berjalan.
Partus prematur lebih sering terjadi pada wanita epilepsi.
Penggunaan obat anti epilepsi mengakibatkan kontraksi
uterus yang melemah, ruptur membran yang terlalu dini. Oleh
karena itu maka partus wanita epilepsi hampir selalu harus
dipimpin oleh dokter. Penggunaan forsep atau vakum sering
dilakukan dan juga seksio saesar. Frekuensi bangkitan

64
meningkat 33%Perdarahan post partum meningkat 10%, bayi
mempunyai risiko 3% berkembang menjadi epilepsi dan
apabila tanpa profilaksis vitamin K yang diberikan pada ibu,
terdapat risiko 1)% terjadi perdarahan perinatal pada bayi.
Tanda dan gejala : Pusing, pandangan berkunang-kunang,
alat pendengaran kurang sempurna, keluar
keringan berlebihan, kejang lebih dari 1
kali, mulut keluar busa.
f) Lupus
Lupus biasanya tidak mempengaruhi kesuburan (fertilitas).
Jika salah satu keluarga menderita lupus, kemungkinan
keturunan menderita lupus sebesar 10%. Pada ibu dengan
lupus maka kejadian abortus meningkat 2-3 kali lipat,
menyebabkan pre-eklamsia/eklamsia dan menyebabkan
kelahiran prematur lupus nefropati terjadi hipertensi dan
proteinuria.
Tanda dan gejala : Bercak merah pada kulit, ruam kupu-kupu
pada pipi, peka terhadap cahaya, radang
sendi, kelainan fungsi saraf, kelainan
darah, kelainan pada sistem kekebalan
tubuh.
g) PMS
Penyakit menular seksual juga merupakan penyebab
infertilitas yang tersering, terutama pada wanita. Antara 10%
dan 40% dari wanita yang menderita infeksi klamidial yang
tidak tertangani akan berkembang menjadi pelvic
inflammatory disease (WHO, 2008). Dampak IMS pada
kehamilan bergantung pada organisme penyebab, lamanya
infeksi, dan usia kehamilan pada saat perempuan terinfeksi.
Hasil konsepsi yang tidak sehat sringkali terjadi akibat IMS,
misalnya kematian janin (abortus spontan atau lahir mati),
bayi berat lahir rendah (akibat prematuritas, atau retardasi

65
pertumbuhan janin dalam rahim ), infeksi kongenital atau
perinatal (kebutaan,pneumonia neonates dan retradasi
mental). Kematian janin, baik dalam bentuk abortus spontan
maupun lahir mati, dapat ditemukan pada 20-25% perempuan
hamio yang menderita sifilis dini, 7-54% perempuan hamil
dengar herpes genital primer, dan pada 4-10 % pada
perempuan hamil yang tidak menderita ISR. Bayi berat lahir
rendah (BBLR) dapat dijumpai pada 10-25% perempuan
hamil dengan vaginosis bacterial, 11-15% pada perempuan
dengan trikomoniasis, 30 – 35 % herpes genital primer, 15-
50% sifilis dini, dan 2-12% pada perempuan hamil tanpa
IMR/ISR. Infeksi kongenital atau perinatal dapat ditemukan
pada bayi yadng dilahirkan oleh 40-70% perempuan hamil
dengan infeksi klamidia, 30- 68 % perempuan hamil dengan
gonoroe, 40- 70% perempuan hamil dengan sifilis dini, 30-
50%  perempuan hamil dengan herpes genital primer, dan
tidak ditemukan pada perempuan hamil tanpa ISR. Resiko
transmisi dari ibu yang hamil menderita gonoroe kepada
janin /neonates diperikirakan sebesar 30%. Pada infeksi
klamidia, resiko penularan terjadinya konjungitvitis neonates
sebesar 25-50%, sedangkan untuk terjadinya pneumonia
sebesar 5-15%. Ibu hamil yang menderita sifilis memiliki
resiko trasmisi sebesar 100% pada sifilis dini, 23% pada
sifilis lanjut, dan secara keseluruhan 40-70%. Pada herpes
genital, resiko transmisi dari ibu hamil kepada janinnya lebih
tinggi pada saat terjadinya infeksi primer yaitu 30-50%,
dibandingkan pada keadaan rekuren (hanya 0,4 – 8%).
Tanda gejala : Pada alat kelamin laki-laki terdapat bintil-
bintil berisi cairan, lecet/borok pada penis,
luka tidak sakit, keras dan berwarna merah
pada kelamin, rasa gatal yang hebat, rasa sakit

66
saat BAK, kencing nanah atau darah yang
berbau busuk.
Pada perempuan nyeri saat berhubungan
seksual, nyeri perut bagian bawah, keputihan
yang berbusa kehijauan berbau busuk dan
gatal, bintil-bintil berisi cairan, lecet atau
borok pada vagina.
h) Renal disease
Kerusakan pada ginjal berhubungan erat dengan penurunan
fungsi hormon reproduksi. Kondisi ini akan membuat
seseorang sulit untuk hamil karena penurunan hormon
tersebut. Sebab selama kehamilan hormon estrogen dan
progesteron akan dibutuhkan untuk perkembangan janin.
Pada penderita gagal ginjal, darah mereka banyak
mengandung toxin akibat dari substansi yang tidak dapat
disaring oleh ginjal. Racun ini dapat menurunkan kualitas
dari sperma bahkan jumlah dari sperma. Pengobatan gagal
ginjal juga dapat menurunkan fungsi ereksi dan seksual baik
pada pria dan wanita. Penderita gagal ginjal kronis akan
banyak permasalahn mengenai reproduksi seperti menstruasi
yang abnormal, kurangnya cairan vagina, permasalahan
psikologis lain yang bisa mempengaruhi kualitas seks, serta
banyak sekali faktor yang bisa disebabkan karena penyakit
itu sendiri, pengobatan, gangguan fisik, psikis dll
Tanda dan gejala : mual dan muntah, dehidrasi, sakit perut
dan nyeri pinggang belakang, tekanan
darah tinggi, penimbunan cairan di
beberapa daerah di beberapa bagian tubuh
atau oedema.
i) TORCH
TORCH dapat mempengaruhi kesuburan karena dapat
menimbulkan menurunnya kesuburan dan rusaknya

67
kesuburan pada wanita. Sel telur maupun inti sel dapat
dirusak oleh virus TORCH sehingga mengakibatkan sel telur
mengecil dan tidak dapat dibuahi oleh sel sperma, dengan
demikian pembuahan pun tidak terjadi. Dengan adanya virus
TORCH ini bisa menyebabkan terbentuknya mioma uteri,
penyumbatan atau perlengketan pada salurn tuba fallopi, hal
ini menyebabkan kesulitan untuk terjadi pembuahan sehingga
kehamilan sulit terjadi. Toxo tidak menular pada pasangan,
sedangkan rubella, CMV, dan herpes dapat
menular. Penularan dapat terjadi melalui hubungan
seksual, air liur, air keringat, darah, dan air susu ibu (ASI).
Dengan demikian jika wanita terjangkit rubella, CMV dan
herpes, maka suaminya pun dapat tertular, baik melalui air
liur, hubungan seksual maupun cara penularan lannya.
Sulitnya terjadi kehamilan pada wanita disebabkan oleh virus
tersebut. virus ini juga dapat memperburuk kwalitas sperma,
dengan menjadi lebih encer. Volume sperma yang seharusnya
5 cc menjadi hanya 3 cc dan gerakan sel sperma untuk
berenang juga bisa menjadi lebih lambat dari yang
semestinya. Dengan rusaknya fungsi reproduksi kedua belah
pihak, yaitu suami istri maupun salah satunya (baik pria
maupun wanita), kemungkinan untuk mendapatkan
kehamilan akan lebih kecil sehingga mereka yang terinfeksi
virus TORCH ini perlu dilakukan perawatan atau terapi
khusus secara medis untuk menyembuhkan penyakit TORCH
sebelum kemudian merencanakan program kehamilan kepada
dokter ahli kandungan. Meskipun wanita telah berhasil hamil,
sebelumnya hal ini bukan berarti wanita terinveksi virus
TORCH tetap belum aman dengan kehamilannya. Karena
virus TORCH dapat mengganggu kehamilan, dan kasus yang
tersering adalah keguguran. Keguguran yang terjadi dapat
berulang secara berturut-turut jika tidak dilakukan

68
pengobatan terlebih dahulu. Wanita hamil dengan mengidap
virus TORCH sangat berpeluang mengalami keguguran, jika
tidak diobati terlebih dahulu sebelum kehamilan selanjutnya,
maka kehamilan berikutnya pun seringkali terjadi keguguran
berulang. Dengan demikian, apabila wanita pernah
mengalami keguguran berturut-turut sebaiknya perlu
kecurigaan terhadap gangguan virus TORCH. Dengan
demikian, maka perlu dilakukan terapi untuk mengobati
TORCH tersebut sebelum kemudian hamil lagi, agar
kehamilan berikutnya bisa tumbuh sehat sebagaimana
mestinya.

Tanda gejala :    


 Toxoplasma : Gejala yang diderita biasanya dengan mirip
gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam
disertai hepatomegali, dan umumnya tidak menimbulkan
masalah
 Herpes Simpleks : Penderita biasanya mengalami demam,
salivasi, mudah terangsang dan menolak untuk makan,.
Dengan dilakukan pemeriksaan menunjukan adanya ulkus
dangkal multiple yang nyeri pada mukusa lidah, gusi, dan
bukal dengan vesikel pada bibir dan sekitarnya.
 Cyto Megalo Virus (CMV) : Demam,  Penurunan jumlah
sel darah putih (leukopenia), Letih, Lesu, Kulit berwarna
kuning, Pembesaran hati dan limpa, Kerusakan atau
hambatan pembentukan organ tubuh seperti mata, otak,
gangguan mental, dan lain-lain tergantung organ janin
mana yang diserang, Umumnya janin yang terinfeksi cmv
lahir prematur dan berat badan lahir rendah
 Rubella : Demam ringan 38,9 derajat Celcius atau lebih
rendah, Sakit kepala, Hidung tersumbat atau pilek,

69
Peradangan, mata merah, Pembesaran, pelunakan kelenjar
getah bening di dasar tengkorak, leher bagian belakang
dan di belakang telinga, Muncul ruam warna merah
muda/pink di wajah dan dengan cepat menyebar ke
pundak, lengan, kaki sebelum menghilang di sekuens yang
sama, Nyeri pada persendian, khususnya pada perempuan
muda.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga dari pihak catin wanita dan laki – laki tidak memiliki
riwayat penyakit seperti berbagai jenis kanker, penyakit
jantung/arteri koroner, diabetes melitus, hipertensi, asma, dan
kelainan darah.
6. Pola Fungsional Kesehatan
a. Nutrisi : Sehari-hari catin makan & minum tanpa keluhan seperti
anoreksia, bulimia. Konsumsi menu harian adalah nasi, sayur,
lauk, dan buah dengan proporsi seimbang. Minum air putih
minimal 1,5-2 liter/hari. Total kalori dalam sehari bagi catin wanita
(usia 19-49 tahun) adalah 2250-2150 kalori dan catin laki-laki (usia
19-49 tahun) adalah 2625-2725 kalori (Kemenkes RI, 2014).
b. Aktifitas : Melakukan aktivitas fisik/olahraga ringan seperti jalan
kaki 3-4x/seminggu.
c. Istirahat : Istirahat cukup, tidur 7-8 jam/sehari
d. Eliminasi : BAB 1x/hari, konsistensi lunak. BAK 4-7x/hari, warna
kuning jernih, tidak ada nyeri
7. Riwayat Sosial
Psikologis :bahagia dan siap untuk menikah
Sosial : seluruh anggota keluarga dari kedua belah pihak menerima
pernikahan dengan baik
Ekonomi : Persiapan ekonomi untuk pernikahan dan kehidupan
setelah pernikahan telah disusun secara matang
Kebiasaan merugikan : calon pengantin tidak memiliki kebiasaan
mengonsumsi minum-minuman keras, penyalahgunaan

70
obat, dapat ditemukan kebiasaan merokok pada salah satu
atau kedua calon. Penyalahgunaan alkohol menyebabkan
terganggunya produksi testosteron dan menyebabkan
menyusutnya atrofi testis yang berpotensi menyebabkan
infertilitas dan impotensi. Sperma berkualitas buruk akan
membuat pecandu alkohol mengalami kesulitan memiliki
anak. Alkohol mengurangi tingkat glutathione. Glutathione
merupakan senyawa yang melindungi membran dari
peroksidasi lipid yang memicu proses kerusakan testis.
Alkohol menyebabkan penurunan libido atau gairah seksual
pada pria dan menghancurkan fungsi seksual tubuh.
Kandungan zat berbahaya dalam rokok dapat menurunkan
kuantitas sel sperma atau menurunkan jumlah sel sperma
yang diproduksi. menurunkan kuantitas, mobilitas sel
sperma juga ikut menurun. meningkatkan jumlah sel sperma
abnormal dalam tubuh yang pada akhirnya mempengaruhi
tingkat kesuburan atau fertilitas. Kandungan berbagai racun
dan zat kimia berbahaya dalam rokok, merusak sel telur dan
mempengaruhi tingkat kesuburan atau infertilitas. Dimana
perokok wanita beresiko 60% mengalami infertilitas
dibanding bukan perokok. rokok juga meningkatkan resiko
mengalami keguguran dan kehamilan ektopik (hamil diluar
kandungan).

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis, apatis, samnolent, sopor,
atapun koma.
Tinggi Badan : Normalnya >145, bila kurang dari nilai
tersebut meningkatkan resiko terjadinya

71
komplikasi kehamilan yaitu CPD (Lockhart,
2014).
Lingkar Lengan Atas : Normalnya ≥ 23,5 cm,jika kurang dari nilai
tersebut termasuk KEK (Lockhart, 2014)
Tekanan Darah : 120/80 mmHg. Menurut WHO (2011) batas
normal tekanan darah adalah kurang dari atau
120 mmHg tekanan sistolik dan kurang dari
atau 80 mmHg tekanan diastolik.
IMT : Menilai status gizi
Berat Badan
Perhitungan Indeks Massa Tubuh =
Tinggi Badan2
Tabel Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT)
Berat badan kurang <18,5 kg/m2
Berat badan normal 18,5-24,9 kg/m2
Berat badan berlebih 25-29,9 kg/m2
Obesitas Kelas 1 30-34,9 kg/m2
Obesitas kelas 2 35-39,9 kg/m2
Obesitas ekstrem (kelas 3) > 40 kg/m2
Sumber : National Institues of Health - National Heart, Lung, and
Blood Institute. The Practical Guide to Identification, Evaluation,
and Treatment of Overweight and Obesity in Adults, 2000 (Varney,
2007)
2. Pemeriksaan Fisik
Bentuk tubuh : normal, tidak ada kelainan tulang belakang, tungkai,
atau panggul
Wajah : tidak pucat, tidak kuning
Mata : sklera putih, konjunctiva merah muda
Hidung : tidak ada pernafasan cuping hidung
Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada sianosis, dapat
ditemukan karies pada gigi
Leher : tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada bendungan
vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening
Dada : tidak ada retraksi dada, irama nafas teratur, tidak
ada ronchi/wheezing
72
Payudara (catin wanita) : tidak ada massa abnormal, tidak ada nyeri
tekan, puting susu tidak masuk, tidak ada
kemerahan, tekstur kulit tidak berkerut (kulit jeruk)
Abdomen : tidak ada massa abnormal, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pembesaran hepar
Ekstremitas : tidak ada oedema pada ekstremitas/bawah, dapat
ditemukan varises pada ekstremitas bawah
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Urin Lengkap
a) pH : 5 -7,5
Beberapa keadaan dapat menyebabkan pH urine menjadi
basa , misalnya : diet vegetarian, setelah makan, muntah
hebat, infeksi saluran kencing oleh bakteri Proteus atau
Pseudomonas, urine yang disimpan lama, terapi obat-
obatan tertentu, atau gangguan proses pengasaman pada
bagian tubulus ginjal. Sebaliknya, pH urine bisa menjadi
rendah atau asam dapat dijumpai pada : diabetes, demam
pada anak, asidosis sistemik, terapi obat-obatan tertentu.
b) Reduksi : negatif
Menentukan ada atau tidaknya gula (glukosa) dalam urine.
Adanya glukosa dalam urine (disebut glukosuria) harus
diwaspadai adanya gangguan atau penyakit. Jika
glukosuria bersama hiperglikemia (peningkatan kadar gula
dalam darah), maka kemungkinan adalah : diabetes
mellitus (DM), sindrom Cushing, penyakit pankreas,
kelainan susunan syaraf pusat, gangguan metabolisme
berat (misalnya pada kebakaran hebat, penyakit hati lanjut,
sepsis, dsb), atau oleh karena obat-obatan kortikosteroid,
thiazide, obat kontrasepsi oral).
c) Protein : negatif

73
Adanya protein dalam urine disebut proteinuria.
Proteinuria menunjukkan kerusakan pada ginjal, adanya
darah dalam air kencing atau infeksi kuman. Beberapa
keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria adalah :
penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefropati karena
diabetes, pielonefritis, nefrosis lipoid), demam,
hipertensi, multiple myeloma, keracunan kehamilan (pre-
eklampsia, eklampsia), infeksi saluran kemih (urinary tract
infection). Proteinuria juga dapat dijumpai pada orang
sehat setelah kerja jasmani, urine yang pekat atau stress
karena emosi
d) Bilirubin : negatif
Adanya bilirubin dalam urine (bilirubinuria)
menggambarkan kerusakan sel hati (misalnya hepatitis)
atau sumbatan saluran empedu.
e) Urobilin : negatif
Peningkatan urobilinogen dalam urine menggambarkan
adanya kerusakan sel hati (misalnya hepatitis) atau
peningkatan perombakan hemoglobin. Sedangkan pada
sumbatan saluran empedu, urobilin tidak dijumpai dalam
urine.
f) Keton : negatif
Keton merupakan sampah hasil metabolisme lemak. Jika
persediaan glukosa menurun, maka untuk mencukupi
suplai energi, cadangan lemak yang ada dimetabolisme.
Peningkatan metabolisme lemak ini menyebabkan
penumpukan keton (asam betahidroksi butirat, asam aseto
asetat dan aseton) dalam urine atau dinamakan ketonuria.
Ketonuria dapat dijumpai pada penderita diabetes mellitus
atau pada orang yang kelaparan.
g) Nitrit : negatif

74
Dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil
metabolism protein. Jika terdapat infeksi saluran kemih
(urinary tract infection) oleh kuman dari spesies
Enterobacter, Citrobacter, Escherichia, Proteus dan
Klebsiela yang mengandung enzim reduktase, maka nitrat
akan diubah menjadi nitrit.
h) Sedimen : negatif
Untuk mengetahui adanya : (1) material organik, yaitu sel-
sel (eritrosit, lekosit, epitel), silinder (cast) dan bentuk lain
: silindroid, benang lender; (2) material anorganik, yaitu
garam amorf dan kristal; (3) elemen lain, seperti bakteri,
parasit Trichomonas sp., jamur (misal Candida), atau
spermatozoa.
2) Darah Lengkap
a) Leukosit : 3.200-10.000/uL
Penurunan kadar leukosit bisa ditemukan pada kasus
penyakit akibat infeksi virus, penyakit sumsum tulang, dll,
sedangkan peningkatannya bisa ditemukan pada penyakit
infeksi bakteri, penyakit inflamasi kronis, perdarahan akut,
leukemia, gagal ginjal, dll.
b) Monosit : 100-800/uL (0-10%)
Peningkatan monosit terdapat pada infeksi virus,parasit
(misalnya cacing), kanker, dan Iain-Iain. Penurunan
monosit terdapat pada leukemia limposit dan anemia
aplastik.
c) Limfosit : 800-4000/uL (15-45%)
Peningkatan limposit terdapat pada leukemia limpositik,
infeksi virus, infeksi kronik, dan Iain-Iain.Penurunan
limposit terjadi pada penderita kanker, anemia aplastik,
gagal ginjal, dan Iain-Iain.
d) Eritrosit : 3,8 – 5.50x106 sel/mm3 (wanita) dan 4,4-5,6
x106 sel/mm3 (pria)

75
Eritrosit yang tinggi bisa ditemukan pada kasus
hemokonsentrasi, PPOK (penyakit paru obstruksif kronik),
gagal jantung kongestif, perokok, preeklamsi, dll,
sedangkan eritrosit yang rendah bisa ditemukan pada
anemia, leukemia, hipertiroid, penyakit sistemik seperti
kanker dan lupus, dll
e) Granulosit : 2000-7800/uL
f) Hemoglobin : 12-16 g/dL (wanita) & 13-18 g/dL (pria)
Ada banyak penyebab anemia diantaranya yang paling
sering adalah perdarahan, kurang gizi, gangguan sumsum
tulang, pengobatan kemoterapi dan penyakit sistemik
(kanker, lupus,dll). Sedangkan kadar hemoglobin yang
tinggi dapat dijumpai pada orang yang tinggal di daerah
dataran tinggi dan perokok. Beberapa penyakit seperti
radang paru paru, tumor, preeklampsi, hemokonsentrasi,
dll.
g) Trombosit : 170-380x103/mm3
Trombosit yang tinggi disebut trombositosis dan sebagian
orang biasanya tidak ada keluhan. Trombosit yang rendah
disebut trombositopenia, ini bisa ditemukan pada kasus
demam berdarah (DBD), Idiopatik Trombositopenia
Purpura (ITP), supresi sumsum tulang, dll.
h) Hematokrit : 35-45% (wanita) & 40-50% (pria)
Hemoglobin berbanding lurus dengan kadar hematokrit,
sehingga peningkatan dan penurunan hematokrit terjadi
pada penyakit-penyakit yang sama.
i) LED : <20mm/jam (wanita) &<15 mm/jam (pria)
Peningkatan LED terjadi pada infeksi akut lokal atau
sistemik (menyeluruh), trauma, kehamilan trimester II dan
III, infeksi kronis, kanker, operasi, luka bakar.Penurunan
LED terjadi pada gagal jantung kongestif, anemia sel
sabit, kekurangan faktor pembekuan, dan angina pektoris

76
(serangan jantung).Selain itu penurunan LED juga dapat
disebabkan oleh penggunaan obat seperti  aspirin,
kortison, quinine, etambutol.
3) Pemeriksaan darah lain
a) Golongan darah : A, B, AB atau O, Rhesus +/-
b) HbsAg : Non Reaktif
Untuk diagnosa infeksi virus hepatitis B, baik untuk
keperluan klinis maupun epidemiologik, skrining darah di
unit-unit transfusi darah, serta digunakan pada evaluasi
terapi hepatitis B kronis. Pemeriksaan ini juga bermanfaat
untuk menetapkan bahwa hepatitis akut yang diderita
disebabkan oleh virus B atau superinfeksi dengan virus
lain.
c) HIV/AIDS : Non Reaktif
d) Gula darah sewaktu :70-100 mg/dL
b. Pemeriksaan Tambahan (jika diperlukan) : USG, TORCH
2.8.1 Perumusan Diagnosa Dan Masalah
Diagnosa: Wanita Usia Subur usia...... tahun calon pengantin sehat
Laki laki sehat usia…… tahun calon pengantin sehat
Kebutuan: Konseling persiapan kesehatan pranikah untuk catin wanita
dan laki - laki
2.8.2 Antisipasi Diagnosa Dan Masalah Potensial
Tidak ada
2.8.3 Identifikasi Kebutuhan Segera
Tidak ada

2.8.4 Perencanaan
Rencana asuhan dibuat sesuai dengan masalah yang ditemukan dalam
pengkajian.
1) Informasikan tentang hasil pemeriksaan pada catin wanita dan laki -
laki

77
R/ menjelaskan hasil pemeriksaan dengan bahasa yang mudah
dimengerti sangat penting agar catin wanita dan laki - laki
memahami kondisinya dan dapat mengambil keputusan terkait
dengan masalah yang dihadapi
2) Beri edukasi mengenai persiapan kesehatan pranikah pada catin
wanita dan laki - laki
R/ Berikan edukasi pada calon pengantin sesuai dengan
kebutuhannya berdasarkan lembar balik konseling kesehatan
reproduksi dan seksual bagi calon pengantin oleh Kemenkes RI yang
meliputi hak reproduksi & seksual, persiapan pranikah, tindakan
kekerasan dalam pernikahan, bentuk ketidaksetaraan gender dalam
rumah tangga, organ reproduksi wanita & pria, kehamilan ideal &
tidak diinginkan, metode kontrasepsi bagi pasangan baru yang ingin
menunda kehamilan, informasi tentang kehamilan & persalinan, IMS
& HIV/AIDS, infeksi organ reproduksi & kanker pada perempuan,
serta kehidupan seksual pada rumah tangga. Gunakan bahasa yang
mudah dipahami oleh calon pengantin untuk mempermudah
penyampaian informasi.
3) Lakukan kesepakatan menuju generasi platinum dengan calon
pengantin laki – laki dan wanita
R/ kesepakatan menuju generasi platinum adalah suatu kesepakatan
yang dibuat oleh calon suami dan istri untuk membangun keluarga
bahagia dan mendapatkan keturunan yang sehat. Formulir
kesepakatan menuju generasi platinum terlampir.

2.8.5 Implementasi
Pelaksanaan asuhan kebidanan dilakukan berdasarkan perencanaan yang
telah disusun sebelumnya dengan harapan mencapai tujuan sesuai kriteria
yang telah ditetapkan.
2.8.6 Evaluasi

78
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan dari tujuan asuhan yang
diberikan dapat berupa evaluasi tindakan dan evaluasi proses.
Kriteria hasil:
 Catin laki – laki dan wanita dapat menjelaskan kembali mengenai
penjelasan yang diberikan mengenai hasil pemeriksaannya
 Catin laki – laki dan wanita dapat menjelaskan kembali hasil
konseling yang diberikan mengenai persiapan kehamilan

BAB 3
TINJAUAN KASUS
No. Reg : 01/0099xx
Tanggal/Pukul : 30 Januari 2017/10.00 WIB
Oleh : Dien Fitria Amaanina

79
1. Data Subyektif
1) Identitas calon pengantin
Nama : Nn”DR” Nama : Sdr. “HI”
Umur : 26 tahun Umur : 25 tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Tambaksari, Surabaya
2) Riwayat Menstruasi
Menarche : 11 tahun
HPHT : 20 Januari 2017
Hari : 6 hari
Siklus : Teratur 1 bulan sekali (tidak tahu cara menghitung siklus)
Warna : pada hari 1-3 merah, kemudian flek-flek sampai hari ke-6
Banyak : Sehari 2-3 kali ganti pembalut
Disminorea : Tidak ada
Flour albus : Tidak Pernah
3) Riwayat Medis yang lalu
a. Status vaksinasi
Imunisasi TT : klien tidak tahu saat bayi dan SD dilakukan imunisasi
atau tidak
b. Riwayat Kesehatan
Tidak ada riwayat penyakit Diabetes Mellitus, Hipertensi, Epilepsi,
Lupus, Renal Disease, dan Kelainan Jantung.

4) Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada riwayat penyakit Diabetes Melitus, Hipertensi, Epilepsi, Lupus,
Renal Disease, dan Kelainan Jantung. Tidak ada riwayat kembar.
5) Pola Fungsional Kesehatan
a) Nutrisi

80
Klien makan 3 kali/hari. dengan menu sehari-hari nasi 1 centong datar,
tempe 2 potong/ayam 1 potong, jarang makan sayur dan buah.
b) Aktivitas
Sehari-hari bekerja di kantor pukul 08.00-15.00 WIB
c) Olahraga
Jarang berolahraga.
d) Penggunaan obat/bahan kimia dijual bebas
Jarang minum obat, kecuali apabila sakit flu/batuk atas resep dokter.
e) Merokok, alkohol
Tidak ada kebiasaan merokok dan minum alkohol catin laki-laki dan
perempuan.
f) Lingkungan kerja
Lingkungan bekerja bebas asap rokok dan ruangan menggunakan AC.
6) Riwayat Sosial
Pacaran 2 tahun sehingga ingin segera menikah, dalam keluarga sangat
dekat dengan ayah ibu, dan calon mertua. Ingin segera hamil setelah
menikah dan mengikuti diet sehat untuk persiapan kehamilan.
7) Riwayat Keluarga Pasangan
Tidak ada riwayat penyakit Diabetes Melitus, Hipertensi, Epilepsi, Lupus,
Renal Disease, dan Kelainan Jantung.
2. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum Perempuan Laki-laki
a. Kesadaran : Composmentis Composmentis
b. Berat Badan : 43 kg 52 kg
c. Tinggi Badan : 155 cm 168 cm
d. LILA : 23 cm -
e. Tekanan Darah : 100/70 mmHg 110/80 mmHg
f. IMT : 17,91 kg/m2 (kurus)
2) Pemeriksaan Fisik
Calon pengantin perempuan :
Wajah : Tidak pucat, tidak oedema
Mata : Konjungtiva merah muda, sclera putih

81
Leher : Pembengkakan vena jugularis tidak ada, pembesaran
kelenjar thyoid tidak ada
Ekstremitas
Atas : Tidak oedema, varices tidak ada
Bawah: Tidak oedema, varices tidak ada, patella +/+
3) Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
3. Analisa
Calon pengantin keadaan sehat
4. Penatalaksanaan
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan pada klien bahwa keadaan saat ini sehat,
klien paham kondisinya
2) Memberikan KIE mengenai nutrisi. Nutrisi sangat penting untuk persiapan
kehamilan yang akan datang. Apabila nutrisi ibu kurang maka akan
berpengaruh pada ibu serta calon janin nanti. Indeks massa tubuh catin
perempuan saat ini tergolong kurus. Kebutuhan kalori catin laki-laki 2725
kkal dan perempuan 2250 kkal. Dilihat dari menu makanan catin
perempuan yaitu 1 centong datar nasi putih tidak sesuai dengan anjuran
yaitu 1 porsi nasi 100 gram 1 piring (2 centong nasi penuh/3 centong nasi
datar). Makanan pokok ini bisa diganti dengan kentang 2 buah sedang,
biskuit 4 buah besar, bihun ½ gelas, mie basah 2 gelas, mie kering 1 gelas.
Lauk pauk catin perempuan sudah sesuai atau bisa diganti dengan 1 butir
telur ayam, 1 sendok makan teri basah, 1 potong kecil ikan asin. Bisa
dengan 1 gelas susu sapi, 2 ½ gelas sari kedelai. Perlunya makan sayur dan
buah-buahan yaitu dengan 1 porsi (1 gelas sayuran setelah dimasak dan
ditiriskan) bayam, buncis, kacang panjang, wortel, brokoli, kol, sawi.
Buahan-buahan yaitu ½ buah besar alpukat, 1 buah kecil apel merah, 2
buah sedang jeruk manis, mangga ¾ buah besar, 1 potong melon, ¼ buah
sedang nanas, pisang ambon 1 buah sedang, semangga 2 potong sedang.
Ibu bersedia untuk memperbaiki pola makannya
3) Memberikan KIE pada klien mengenai :
a) Proses menstruasi

82
b) Cara menghitung siklus menstruasi
c) Cara menentukan masa subur
d) Proses kehamilan
e) Kebutuhan istirahat
Klien mengerti penjelasan
4) Lakukan penyuntikkan imunisasi TT1 dengan dosis 0,5 cc pada lengan kiri
catin perempuan, suntik TT sudah dilakukan
5) Menganjurkan untuk melakukan suntik TT2 4 minggu lagi, ibu bersedia
melakukan suntik TT2 berikutnya
6) Menganjurkan klien untuk ke Puskesmas Tambaksari untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium, klien bersedia untuk langsung datang ke
Puskesmas Tambaksari

BAB 4
PEMBAHASAN
Pada data subjektif, Nn “DR” berusia 26 tahun saat menikah nanti. Sesuai
teori umur reproduksi sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun karena apabila
terjadi kehamilan dibawah usia 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan

83
anemia karena pada kehamilan diusia <20 tahun secara biologis belum optimal
emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami
goncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan
kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia >35 tahun
terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai
penyakit yang sering menimpa di usia ini. (Amiruddin dan Wahyuddin, 2004).
Dari sudut pandang kesehatan usia reproduksi sehat pada wanita adalah 20 – 35
tahun. Kehamilan di bawah atau di atas usia reproduksi sehat lebih beresiko
menyebabkan terjadinya kematian 2-4x lebih tinggi. (Manuaba, 2010). Wanita
Usia Subur (WUS) berdasarkan konsep Depatemen Kesehatan (2003) adalah
wanita dalam usia reproduktif, yaitu usia 15 – 49 tahun baik yang berstatus kawin,
janda maupun yang belum menikah. Pada wanita usia subur ini berlangsung lebih
cepat dar pada pria. Puncak kesuburan ada pada rentang usia 20 – 29 tahun. Pola
nutrisi catin perempuan juga tidak sesuai dengan teori yaitu nasi 1 centong datar
yang seharusnya 2 centong penuh/3 centong datar setiap porsi nasi. Makanan
pokok ini bisa diganti dengan kentang 2 buah sedang, biskuit 4 buah besar, bihun
½ gelas, mie basah 2 gelas, mie kering 1 gelas. Lauk pauk catin perempuan sudah
sesuai atau bisa diganti dengan 1 butir telur ayam, 1 sendok makan teri basah, 1
potong kecil ikan asin. Bisa dengan 1 gelas susu sapi, 2 ½ gelas sari kedelai.
Perlunya makan sayur dan buah-buahan yaitu dengan 1 porsi (1 gelas sayuran
setelah dimasak dan ditiriskan) bayam, buncis, kacang panjang, wortel, brokoli,
kol, sawi. Buahan-buahan yaitu ½ buah besar alpukat, 1 buah kecil apel merah, 2
buah sedang jeruk manis, mangga ¾ buah besar, 1 potong melon, ¼ buah sedang
nanas, pisang ambon 1 buah sedang, semangga 2 potong sedang.
Pada data objektif, Nn “DR” memiliki IMT kurus. Jika IMT
optimal untuk fertilitas maksimal dan menghasilkan bayi yang sehat
dengan berat badan lahir normal berada di sekitar 23 mmHg (Diane Fraser,
2011). Sehingga Nn “DR” perlu konseling menganai pola nutrisi. Wanita
yang berat badanya kurang sebelum hamil , maka ketika ia hamil perlu
menambah berat badan lebih banyak dari pada ibu dengan berat badan
ideal. Asupan gizi yang berkurang, akan menghambat pertumbuhan janin
dalam kandungan seperti BBLR dan gangguan kehamilan lainya.

84
Pertambahan berat badan yang dianjurkan bagi kehamilan yang normal
adalah sekitar 10-15 kg. Berat badan yang kurang atau jauh melebihi
normal akan mengancam perkembangan bayi dan dan mempersulit
kehamilan serta proses persalinan (Macdougall, 2003).
Pada data subjektif diketahui bahwa Nn “OD” tidak mengetahui tentang
cara menghitung siklus menstruasi sehingga perlu dilakukan konseling mengenai
hal tersebut. Wanita harus memperhatikan siklus menstruasi untuk
mempersiapkan kehamilannya. Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi
hormon-hormon yang paralel dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk
mempersiapkan implantasi (perlekatan) dari janin (proses kehamilan). Gangguan
dari siklus menstruasi tersebut dapat berakibat gangguan kesuburan, abortus
berulang, atau keganasan. Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35
hari.

Pada penatalaksanaan dilakukan penyuntikkan imunisasi TT1


dikarenakan klien tidak ingat riwayat imunisasi TT sebelumnya. Serta
menganjurkan klien datang 4 minggu lagi untuk suntik TT2.
Menganjurkan klien untuk datang ke Puskesmas Tambaksari untuk
melakukan pemeriksaan keseluruhan untuk calon pengantin. Sebagai
tindakan pencegahan yang sangat efektif untuk mengatasi timbulnya
penyakit keturunan dan penyakit berbahaya lain yang berpotensi menular.
Upaya untuk menjamin lahirnya keturunan yang sehat dan berkualitas
secara fisik dan mental. Sebab, dengan tes kesehatan ini akan diketahui
secara dini tentang berbagai penyakit keturunan yang diderita oleh kedua
calon mempelai. Mengetahui tingkat kesuburan masing-masing calon
mempelai. Memastikan tidak adanya berbagai kekurangan fisik maupun
psikologis pada diri masing-masing calon mempelai yang dapat
menghambat tercapainya tujuan-tujuan mulia pernikahan. Memastikan
tidak adanya penyakit-penyakit berbahaya yang mengancam keharmonisan
dan keberlangsungan hidup kedua mempelai setelah pernikahan terjadi.

85
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M., Wirjatmadi, B. 2012. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan.


Jakarta : Kencana Pustaka. Hlm 21-22.
Alfiyah, I. 2008. Studi Deskriptif Karakteristik Ibu Hamil dengan Kekurangan
Energi Kronis (KEK) di Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal: Poltekes
Semarang.
Almatsier, S. 2002. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Gizi. Mineral Mikro. Jakarta :
Gramedia Pustaka. Hlm 77 – 150.
Anwar, R. 2005. FungsidanKelainanKelenjarTiroid.FakultasKedokteran
UNPAD: Bandung.
Apriadji WH. 1986. Gizi Keluarga. Jakarta: Penebar SwadayaAdams. R.D,et al :
Tetanus in :Principles of New'ology,McGraw-Hill,ed 2007, 1205-1207.
Arisman, M, B. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Gizi Wanita Hamil. Jakarta :
Cetakan 1, EGC
Behrman.E.Richard : Tetanus, chapter 193, edition 15 th, Nelson, W.B.Saunders

Company, 2006, 815 -817.


Depkes RI. 2008. Pemantauan Status Gizi Dan Keluarga Sadar Gizi. Jakarta :
Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
Feigen. R.D : Tetanus .In : Bchrmlan R.E, Vaughan V C , Nelson W.E , eds.
Nelson Textbook of pediatrics, ed. 13 th, Philadelphia, W.B Saunders
Company, 2007, 617 - 620.digilib.unimus.ac.id/download.php?id=513
Harahap, H. 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko KEK Pada WUS.
Jakarta: Badan Litbang Kesehatan.
Hardinsyah., Yongki., Gulardi. 2008. Status Gizi Awal Kehamilan Dan
Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Kaitannya Dengan BBLR. Bogor :
Jurnal Pangan Dan Gizi. Maret 2009 (4(1):9-12. Program Pasca Sarjana
Gizi Masyarakat Dan Sumber Daya Keluarga IPB.
Hardinsyah., Riyadi, H., Napitupulu, V. 2012. Kecukupan Energi, Protein, Lemak
Dan Karbohidrat. Bogor : Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB.
Hardinsyah dan V, Tambunan. 2004. Angka Kecukupan Energi,Protein,Lemak,
dan Serat Makanan. Dalam Widyakarya Pangan Dan Gizi VIII “Ketahanan

86
Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta : 17-19
Mei 2004
Hidayanti. 2004. Kurang Energi Kronis dan Anemia Ibu Hamil Sebagai Faktor
Resiko Kejadian BBLR di Kota Mataram Propinsi Nusa Tenggara Barat.
[Thesis]. Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan
Neonatal. YBP. SP. Jakarta.
Purwitasari. 2009, Gizi dalam Kesehatan Reproduksi, Nuha Medika, Yogyakarta
Rosa, Valentina.2012. Persepsi Tentang Konseling Pranikah Pada Mahasiswa
Tingkat Akhir. UI. Jakarta
Supariasa, I, D N., Bakri B, Fajar I. 2002. Penilaian Status Gizi. Antropometri
Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

87

Anda mungkin juga menyukai