Anda di halaman 1dari 27

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Kehamilan

2.1.1 Pengkajian Data

Menurut Kemenkes RI (2011), bidan mengumpulkan semua informasi yang

akurat, relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

klien. Data yang dikaji meliputi :

1. Pengkajian data subyektif

a. Biodata

1) Nama

Untuk mempermudah bidan dalam mengetahui pasien sehingga dapat

diberikan asuhan yang sesuai dengan kondisi pasien, selain itu juga

mempererat hubungan antara pasien dan bidan (Miftahul Khairoh, 2019).

2) Umur

Usia reproduksi sehat pada wanita yaitu antara usia 20-30 tahun. Pada

perempuan yang terlalu muda hamil dengan usia kurang dari atau

sama dengan 16 tahun memiliki skor 4 pada KSPR dan pada

perempuan dengan terlalu tua hamil yaitu usia lebih dari atau sama

dengan 35 tahun memiliki jumlah KSPR 4 (Kemenkes RI, 2020c).

3) Agama

Agama dilakukan pengkajian untuk membantu klien yang berhubungan

1
2

dengan tradisi pada masa hamil, persalinan, nifas, neonatus dan KB

(Marmi, 2014).

4) Pendidikan

Pada ibu hamil pendidikan tinggi lebih mudah menerima informasi,

sedangkan ibu hamil pendidikan rendah lebih sulit menerima penjelasan

dan masih berorientasi pada pengobatan dan pelayanan tradisional

sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan pada bayi (Manuaba, 2012).

5) Pekerjaan

Pekerjaan dan penghasilan perlu ditanyakan berkaitan dengan

kemampuan ekonomi ibu dan keluarga untuk kesejahteraan kesehatannya.

Pekerjaan dikaji untuk mengetahui apakah ada pengaruh pada kehamilan

seperti bekerja di pabrik rokok memiliki resiko melahirkan bayi dengan

BBLR atau partus prematur. Pekerjaan yang membutuhkan waktu berdiri

lama beresiko mengalami persalinan prematur (Manuaba, 2012).

6) Penghasilan

Tingkat ekonomi rendah dapat memperburuk status gizi ibu sehingga

menyebabkan KEK dan mempengaruhi pertumbuhan janin dalam

kandungan (Marmi, 2014).

7) Lama dan berapa kali menikah

Lama menikah 5 tahun dan baru hamil disebut primigravida tua. Jika lama

menikah lebih dari 4 tahun kemudian hamil, maka kehamilannya

memiliki resiko tinggi dan jika menikah lebih dari satu kali memiliki

resiko adanya penyakit menular seksual (Manuaba, 2012).


3

8) Status Menikah

Status menikah dikaji untuk mengetahui riwayat kehamilan ibu

sebelumnya, kehamilan yang terjadi di luar pernikahan dapat

mengakibatkan gangguan pada psikologis ibu (Manuaba, 2012).

9) Alamat

Ibu yang tinggal di daerah pegunungan berisiko kekurangan yodium, bisa

berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin seperti kretinisme ditandai

dengan perawakan pendek, retardasi mental, lahir prematur dan BBLR.

Ibu yang tinggal di dekat pabrik yang polutanya tinggi berisiko

mengalami gangguan pernapasan, IUFD, dan BBLR (Manuaba, 2012).

b. Keluhan utama

Pada ibu hamil trimester III keluhan yang sering dirasakan meliputi sering

kencing dikarenakan posisi janin sudah berada di bawah panggul dan

memberi tekanan pada kandung kemih, nyeri punggung, konstipasi, sesak

nafas, varises, hemoroid dan nyeri ulu hati (Sofian, 2013).

c. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan dan kehamilan lalu dan sekarang perlu ditanyakan

berkaitan dengan pengaruh komplikasi penyakit jantung, asma, DM,

hipertensi, TORCH, infeksi saluran kemih, infeksi saluran pernapasan,

anemia, TBC, dan penyakit kelamin terhadap kehamilan sekarang. Kehamilan

dengan penyakit ini bisa menyebabkan prematuritas, abortus, preeklamsia

dan eklamsia, perdarahan pervaginam, kelainan kongenital, dan kematian

janin) (Manuaba, 2012).


4

d. Riwayat kesehatan keluarga

Menanyakan riwayat kesehatan keluarga apakah di dalam keluarga ada

yang menderita penyakit menurun seperti DM, hipertensi. Penyakit

menahun seperti jantung, maag dan penyakit menular seperti HIV/AIDS,

hepatitis dan PMS. Jika di dalam keluarga pernah menderita penyakit

tersebut maka perlu dilakukan pemeriksaan. Kehamilan ganda atau

kembar juga dipengaruhi oleh faktor genetik atau keturunan (Saifuddin,

2016).

e. Riwayat Kebidanan

Riwayat kebidanan yang perlu dikaji berkaitan dengan kehamilan antara lain;

siklus haid, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, riwayat

kehamilan sekarang dan riwayat penggunaan KB.

1) Riwayat haid

Riwayat kebidanan meliputi menarche, siklus haid, lama haid, banyaknya

darah yang keluar serta apakah mengalami nyeri haid atau tidak (Marmi,

2014). Hari pertama haid terakhir (HPHT) untuk mengetahui taksiran

usia kehamilan dan Hari Perkiraan Lahir (HPL), dihitung dengan

mengggunakan rumus dari Naegele : HPL = (hari HPHT + 7) dan (bulan

HPHT – 3) dan (tahun HPHT + 1). Jika siklus haid 35 hari : (tanggal

HPHT + 14), (bulan HPHT – 3), (tahun HPHT +1) (Sofian, 2013).

2) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Riwayat Kehamilan menurut Skor Poedji Rochjati (SPR), ibu

terlalu lambat hamil anak pertama setelah kawin ≥ 4 tahun, terlalu cepat
5

hamil lagi ≤ 2 tahun, jarak kehamilan ≥10 tahun, riwayat gagal dalam

kehamilan, kelainan letak janin, dan hamil lebih bulan termasuk dalam

kehamilan yang berisiko dapat terulang di kehamilan selanjutnya

sehingga perlu dilakukan antisipasi (Dr. Poedji Rochjati, 2016).

Riwayat Persalinan yang lalu, persalinan dengan tindakan ekstraksi

vakum, plasenta manual, diberi infus, transfuse, letak sungsang, dan letak

lintang merupakan resiko tinggi yang dapat terulang kembali dan

menimbulkan komplikasi (Manuaba, 2012).

Riwayat Nifas dengan penyulit seperti perdarahan dan infeksi nifas

(infeksi intrauterine, nyeri berlebihan, sisa plasenta, bendungan ASI

sampai abses payudara) memungkinkan dapat terulang. Selain itu, pada

masa nifas, ibu yang pernah mengalami depresi atau gangguan jiwa

memiliki resiko tinggi memiliki resiko psikologis lebih parah (Marmi,

2014).

3) Riwayat kehamilan sekarang

Meliputi kunjungan ANC sebanyak 6 kali. Ibu hamil melakukan ANC

Terpadu yang didalamnya terdapat pelayanan kehamilan dengan standar

10T, Pemeriksaan laboratorium, pengetahuan ibu tentang buku KIA,

status imunisasi TT dan Program Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) yang sesuai. ANC Terpadu untuk

mendeteksi risiko kehamilan dengan menggunakan KSPR, skrining

perdarahan, skrining preeklamsia dan skrining TT.


6

Pemberian imunisasi TT pada wanita usia subur (WUS) atau ibu

hamil didahului skrining untuk mengetahui jumlah dosis dan status

imunisasi Tetanus Toksoid (TT) yang telah diperoleh selama hidupnya

(Saifuddin, 2018). Status imunisasi TT pada ibu hamil dapat dilihat pada

tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1
Imunisasi Tetanus toxoid ibu hamil

Antigen Interval (selang waktu Lama %


minimal) perlindungan perlindungan
TT 1 Pada kunjungan antenatal - -
pertama
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 95
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99
TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun atau 99
seumur hidup
Sumber: Kemenkes RI. 2020. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kemenkes RI

4) Keluarga berencana

Selama kehamilan, jika IUD masih terpasang, IUD bisa dilepas asalkan

talinya terlihat dan usia kehamilannya kurang dari 13 minggu. Melepas

IUD dapat mengurangi risiko keguguran, sementara IUD yang tetap

terpasang akan meningkatkan risiko infeksi. Kehamilan dengan implant

yang masih terpasang meningkatkan risiko cacat, kematianjanin, kelainan

kongenital, dan abortus spontan (Affandi, 2014).

f. Pola kebiasaan sehari-hari

1) Nutrisi

Pada ibu hamil trimester III nafsu makan meningkat, namun harus

mengurangi makanan manis dan asin karena makanan tersebut akan


7

memberikan kecederungan janin tumbuh besar dan merangsang timbulnya

keracunan kehamilan (Marmi, 2014). Menurut penelitian Setyawati,

(2016), menyatakan bahwa kebiasaan mengonsumsi makanan asin

sedikitnya satu kali perhari berisiko mengalami hipertensi saat hamil

sebesar 1,6 kali dibandingkan yang tidak memiliki kebiasaan tersebut.

Kebutuhan cairan ibu hamil 8-12 gelas per hari (Kemenkes RI, 2020). Ibu

hamil memerlukan 2500 kalori setiap hari (Saifuddin, 2018). Ibu

dianjurkan mengurangi makanan terlalu manis dan asin, serta

mengkonsumsi tablet Fe setiap harinya (Kemenkes RI, 2020a).

2) Eliminasi

Ibu hamil trimester III biasanya frekuensi buang air kecil (BAK) normal

yaitu 10-12 kali per hari dengan volume urine normal (100-150 cc) karena

kandung kemih tertekan oleh uterus. Frekuensi buang air besar (BAB) 1

kali/hari atau terkadang ibu sehari tidak BAB, karena pengaruh hormon

progesteron yang mempunyai efek rileks terhadap otot polos, salah

satunya otot usus sehingga mengakibatkan konstipasi (Saifuddin, 2016).

3) Istirahat/tidur

Istirahat yang teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani

untuk kepentingan perkembangan dan pertumbuhan janin. Tidur malam

paling sedikit 6-7 jam dan usahakan siangnya tidur 1-2 jam dan posisi

tidur sebaiknya miring ke kiri (Kemenkes RI, 2020).

4) Personal hygiene
8

Kebersihan ibu hamil perlu diperhatikan terutama mengenai kebersihan

tubuh (gigi, payudara, vulva), pakaian dan lingkungan karena adanya

peningkatan fungsi ekskresi dan keringat pada ibu hamil. Kebersihan

vulva harus dijaga karena pengeluaran lendir semakin banyak pada

trimester III (Saifuddin, 2014). Pada kehamilan perlu melakukan

perawatan payudara, tujuan dibersihkan untuk mencegah penyumbatan

pada puting (Sofian, 2013).

5) Aktivitas

Ibu hamil dianjurkan melakukan gerakan tubuh ringan, misalnya berjalan

kaki terutama pada pagi hari selama 20-30 menit dengan intensitas

ringan sampai sedang. Tidak melakukan pekerjaan rumah tangga yang

terlalu berat dan menghindari kerja fisik yang dapat menimbulkan

kelelahan (Saifuddin, 2014). Ibu dianjurkan mulai mengikuti senam hamil

pada usia kandungan 20-22 minggu untuk melatih otot serta melancarkan

proses persalinan. (Manuaba, 2012). Ibu juga perlu mengikuti kelas ibu

hamil agar mendapatkan informasi lengkap tentang kehamilan hingga

perawatan bayi, minimal 1 kali diikuti suami (Kemenkes, 2020). Apabila

ibu mempunyai penyakit jantung, penyakit paru, kehamilan kembar,

riwayat perdarahan pervaginam pada trimester II, kelainan letak

plasenta, anemia berat, riwayat diabetes mellitus, obesitas tidak

dianjurkan untuk mengikuti senam hamil (Widyawati & Syahrul,

2013).

6) Hubungan seksual
9

Hubungan seksual pada TM III dipengaruhi oleh menurunnya libido yang

disebabkan oleh ketidaknyamanan seperti pegal, nyeri di daerah

punggung bahkan ada yang mual (Sofian, 2013). Menurut penelitian Santi

(2021), Hubungan seksual sepenuhnya aman selama dua bulan terakhir

kehamilan, hubungan seksual disarankan dihentikan bila terdapat tanda

infeksi dengan pengeluaran cairan disertai rasa nyeri atau panas.

7) Riwayat ketergantungan

Minum alkohol dan kecanduan narkotika secara langsung dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin bahkan dapat

menimbulkan cacat bawaan atau kelainan pertumbuhan dan

perkembangan mental. Ibu hamil perokok aktif atau pasif dapat

menyebabkan BBLR, prematuritas, kelainan kongenital, dan solusio

plasenta (Saifuddin, 2018). Menurut penelitian Wijayanti (2019),

menyatakan yaitu untuk pemakaian obat dan kosmetik bebas (non-

BPOM) dapat mempengaruhi janin yaitu kerusakan otak janin dan

retardasi mental.

8) Kebutuhan psikososial dan spiritual

Pada ibu hamil trimester III banyak yang merasa cemas menjelang

persalinan, terutama pada ibu primigravida yang khawatir karena sakit

saat persalinan dan cemas dengan keadaan bayinya (Sofian, 2013).

Adapun ibu dengan kehamilan yang tidak diinginkan, dapat

mempengaruhi perilaku ibu untuk tidak melakukan kunjungan perawatan

antenatal, persalinan, nifas, dan bayi dengan maksimal karena pada


10

umumnya berharap kehamilannya tidak akan berlanjut. (Dini et al., 2016).

9) Latar belakang sosial budaya

Dalam keluarga ibu terdapat kebiasaan yang dilakukan pada saat

hamil seperti membawa benda-benda tajam yang dikaitkan pada baju

atau pakaian, ibu bergerak dan jalan-jalan terutama pada pagi hari saat

udara masih segar, ibu melakukan gerakan menungging seperti

mengepel lantai dengan menggunakan tangan yang dipercaya agar

janin yang berada di dalam kandungan cepat turun dan membuka jalan

lahir, lebih banyak dan lebih sering mengkonsumsi sayuran, buah-

buahan, susu dan makanan bergizi serta dianjurkan untuk makan daun

galling yaitu tumbuhan sejenis pakis yang mengandung banyak lendir

yang dipercaya dapat memperlancar proses persalinan (Juairah, 2018).

2. Pengkajian data obyektif

a. Pemeriksaan umum

Keadaan umum ibu hamil baik. Ibu cenderung bersikap lordosis, lordosis

yang progesif akan menjadi bentuk yang umum pada kehamilan, akibat

kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi anterior, lordosis menggeser

pusat daya berat kebelakang kearah dua tungkai, apabila ibu berjalan

dengan sikap membungkuk, kifosis, skoliosis, atau pincang maka

kemungkinan ada rasa tidak enak pada bawah punggung atau kelainan

panggul (Manuaba, 2012).

b. Pengukuran tanda-tanda vital

Tekanan darah dalam batas normal, yaitu 100/70-130/90 mmHg.


11

Tekanan darah dikatakan tinggi bila >140/90 mmHg (Manuaba, 2012).

Bila tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30 atau lebih, dan atau

diastolik 15 atau lebih, kelainan ini dapat berlanjut menjadi preeklamsia

dan eklamsia. Roll over test (ROT) dinyatakan positif apabila terjadi

peningkatan tekanan darah diastolik antara posisi tidur menyamping dan

telentang ≥15 dan negatif saat perubahan diastolik ≤15. Mean arteri

preassure (MAP) hasil positif apabila ≥ 90, dengan rumus (2 (diastolik)

+sistolik) : 3.

Nadi normal yaitu 60-80 dpm, jika denyut nadi > 100 dpm perlu

dicurigai adanya hipotiroidisme (Marmi, 2014). Sistem pernafasan normal

yaitu 16-24 kali per menit. Bila frekuensi pernafasan lebih lambat atau

cepat petunjuk adanya kelainan jantung atau gangguan saluran pernapasan.

Ibu hamil akan mengalami kesulitan bernafas, karena usus tertekan uterus

kearah diafragma sehingga kurang leluasa. Suhu tubuh yang normal adalah

36,5-37,5 oC. Bila suhu tubuh lebih dari 37oC perlu diwaspadai adanya

infeksi (Saifuddin, 2014).

c. Pemeriksaan antopometri

1) Tinggi Badan

Dilakukan pengukuran tinggi badan, normalnya ibu hamil dengan

tinggi lebih dari 145 cm apabila ibu hamil dengan tinggi kurang

dari 145 cm beresiko CPD dan memiliki skor 4 pada KSPR

(Kemenkes RI, 2020).

2) Berat Badan
12

Kenaikan berat badan ibu hamil tidak diperbolehkan lebih dari 0,5

kg/minggu pada trimester III (Manuaba, 2012). Rumus IMT yaitu

BB (kg) dibagi TB (m²). Indeks masa tubuh (IMT) digunakan untuk

menentukan penambahan BB pada ibu hamil. Rekomendasi

penambahan BB saat hamil dapat dilihat pada Grafik Peningkatan

Berat Badan (Kemenkes RI, 2020a) sesuai pada tabel 2.2

Tabel 2.2.
Rekomendasi Peningkatan Berat Badan sesuai IMT Pra-Kehamilan

IMT Pra-Kehamilan Rekomendasi Peningkatan Berat


Badan (kg)
<18,5 12,5-18 kg
10,5 – 24,9 11,5-16 kg
25,0 – 29,9 7-11,5 kg
>30 5-9 kg
Sumber : Kemenkes RI. 2020. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kemenkes RI.

3) Lingkar Lengan Atas (LiLA)

Standar minimal LILA WUS adalah 23,5 cm. Pengukuran LILA

dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu hamil kurang energi

kronis (KEK) akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR)

(Kemenkes RI, 2020).

d. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala : Pemeriksaan secara inspeksi kulit kepala pucat dan saat

dipalpasi rambut mudah rapuh mengindikasikan kekurangan nutrisi.

Edema pada wajah merupakan salah satu tanda preeklampsia.

Konjungtiva pucat menandakan anemia dan sklera kuning menandakan


13

terinfeksi hepatitis. Kelopak mata yang bengkak kemungkinan adanya

preeklampsia. Karies gigi menandakan kekurangan kalsium. Epulis

selama kehamilan akan muncul, setelah persalinan berkurang secara

spontan (Saifuddin, 2014).

2) Leher : untuk memeriksa ada tidaknya pembengkakan kelenjar tyroid,

pembengkakan kelenjar limfe dan bendungan vena jugularis.

Pembesaran limfe menandakan memiliki penyakit TBC. Bendungan

vena jugularis menandakan memiliki penyakit jantung (Tanto, 2014).

Pembesaran limfe atau getah bening menandakan bahwa

kemungkinan adanya infeksi di telinga, gigi, tenggorokan, dan

tuberculosis. Adanya bendungan vena jugularis menandakan

adanya penyakit jantung (Manuaba, 2012). Penyakit tyroid dalam

kehamilan menyebabkan keguguran spontan, preeklamsi, kegagalan

jantung, dan keadaan janin yang buruk misal pertumbuhan janin

terhambat dan janin meninggal (Saifuddin, 2016).

3) Dada : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe pada ketiak, dada simetris,

pernafasan teratur, tidak ada retraksi intercostae, tidak ada bunyi cairan

dalam trachea yang terdengar saat inspirasi dan ekspirasi/ronchi, tidak

ada suara mengi karena penyempitan saluran nafas/wheezing (Marmi,

2014).

4) Payudara: Payudara bertambah besar, tegang, bertambah berat, sedikit

nyeri disebabkan pengaruh hormon esterogen dan progesteron yang

merangsang duktus dan alveoli payudara. Normalnya terdapat


14

hiperpigmentasi pada areola mamae dan putting menonjol. Evaluasi

puting menonjol atau tidak, colostrum sudah keluar atau belum,

kolostrum saat usia kehamilan 32 minggu sampai anak lahir kolostrum

yang keluar lebih kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung

lemak (Sofian, 2013).

5) Abdomen : Membesar sesuai usia kehamilan, dan tampak gerakan

janin. Perbedaan abdomen nulipara dan multipara yaitu pada nulipara

perut tegang, pusat menonjol, dan rahim tegang. Sedangkan pada

multipara perut longgar, menggantung, banyak striae, pusat tidak

begitu menonjol dan perut agak lunak. Perut membesar kurang

membuncit, dan ibu setiap bergerak merasakan nyeri diperut saat janin

bergerak merupakan tanda dari oligohidramnion. Perut yang sangat

buncit, tegang, mengkilat, dan pembesaran tidak sesuai dengan usia

kehamilan merupakan tanda dari kejadian gemeli, hidramnion dan

letak lintang (Marmi, 2014).

6) Genetalia: pada ibu multigravida biasanya terdapat robekan atau

bekas episiotomi di perineum (Sofian, 2013). Pada keadaan normal,

bagian genetalia tidak ditemukan pengeluaran cairan atau darah dari

vagina, perlukaan vulva, pertumbuhan abnormal (condiloma

akuminata dan condiloma matalata), tumor pada vulva, dan

pembengkakan pada kelenjar bartholini (Marmi, 2014).


15

7) Anus : Hemoroid sering terjadi pada wanita hamil sebagai akibat dari

konstipasi dan peningkatan tekanan vena pada bagian bawah karena

pembesaran uterus (Saifuddin, 2014).

8) Ektremitas: normalnya sering terdapat edema pada ektremitas bawah

dengan derajat normal pembengkakan 1-2. Adanya edema menunjukkan

adanya hipertensi kehamilan (Walsh, 2012 : 115). Jika edema muncul

tidak hanya di ekstremitas bawah, tapi juga muncul pada muka,

tangan, dan disertai proteinuria serta hipertensi perlu diwaspadai

adanya preeklampsia (Manuaba, 2012).

e. Pemeriksaan khusus

1) Tinggi Fundus Uteri (TFU)

Pertumbuhan janin dapat dilihat dari ukuran rahim dalam cm dengan

cara usia kehamilan dalam minggu = cm (±2 cm) (Saifuddin, 2018).

Ada 2 teknik pengukuran yaitu Teknik Leopold dan Mc Donald. TFU

secara Leopold atau palpasi adalah suatu Tindakan pemeriksaan yang

dilakukan dengan perabaan dan penekanan bagian perut dengan

menggunakan jari/tangan. TFU Mc Donald adalah cara mengukur

tinggi fundus menggunakan alat ukur panjang (Metlin) mulai dari tepi

atas symphysis pubis sampai fundus uteri atau sebaliknya.

Tabel 2.3
Tinggi Fundus Uteri Sesuai Masa Kehamilan TM III

Usia kehamilan Tinggi fundus Uteri Menggunakan petunjuk-


dalam cm petunjuk badan
28 minggu 28 cm (±2 cm) 3 jari diatas pusat
29-35 minggu Usia kehamilan dalam Pertengahan antara
minggu = cm (±2 cm) pusat dan prosesus
16

xypoideus
36 minggu 36 cm (±2 cm) 3 jari di bawah
prosesus
xypoideus/setinggi
arcus costae
Sumber : Saifuddin, Abdul Bari. 2018. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

2) Tafsiran berat badan janin (TBJ)

Rumus untuk menghitung tafsiran berat janin menurut Johnson Tausak

adalah bila kepala sudah masuk PAP (Tinggi fundus uteri cm – (n-11))

x 155 = berat badan (gram). Bila kepala belum masuk PAP (Tinggi

fundus uteri cm – (n-12)) x 155 = berat badan (gram) (Sofian, 2013).

3) Posisi Janin

a. Leopold I

Mengukur tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan

dan mengetahui bagian yang berada di fundus, pada letak kepala

teraba tidak keras, tidak melenting, dan tidak bulat yaitu bokong

(Manuaba, 2012).

b. Leopold II

Untuk menentukan batas kanan dan kiri uterus, menentukan letak

punggung janin dan untuk memastikan situs janin bujur

(Manuaba, 2012). Pada keadaan normal, teraba bagian panjang,

keras seperti papan (punggung) pada satu sisi uterus dan pada sisi

lain teraba bagian kecil janin. Menentukan punggung dengan


17

Leopold II apabila mengalami kesulitan maka dapat dilakukan

dengan metode Ahfeld dan Budin.

c. Leopold III

Menentukan bagian terbawah janin atau presentasi janin, sudah

masuk PAP atau belum, jika pada pemeriksaan kepala bisa

digerakan berarti belum masuk PAP dan jika pada pemeriksaan

kepala tidak bisa digoyangkan maka kepala sudah masuk PAP.

Apabila sulit menentukan bagian janin pada fundus bisa dilakukan

pemeriksaan teknik kneble dengan cara satu tangan di fundus dan

tangan lain diatas simfis. Kepala sifatnya keras, bundar, dan

melenting. Bokong sifatnya kurang bundar dan kurang melenting

(Sofian, 2013).

d. Leopold IV

Mengetahui bagian terbawah janin dan seberapa jauh masuk pintu

atas panggul (PAP). Posisi kedua tangan bertemu (konvergen)

berarti sebagian kecil atau 1/3 bagian dari kepala sudah masuk

PAP, posisi tangan sejajar, berarti sebagian kepala atau ½ bagian

sudah masuk PAP, kedua tangan tidak bertemu (divergen), berarti

sebagian besar kepala atau 2/3 bagian kepala sudah masuk PAP

(Marmi, 2014).

4) Denyut Jantung Janin

Bunyi jantung terdengar dibawah pusat maka posisi janin

dengan presentasi kepala. Janin dikategorikan sehat apabila jumlah


18

detak jantungnya 120-160x/menit. Bila DJJ <120 x/menit atau >160

x/menit maka bayi dapat dikatakan fetal distress. DJJ dapat

didengarkan dengan funandoskop pada usia kehamilan 18-20 minggu,

dan dengan Doppler pada usia kehamilan 16 minggu (Manuaba, 2012).

Dalam mendengarkan Denyut Jantung Janin (DJJ) meliputi

frekuensi dan keteraturannya. DJJ dihitung pada 5 detik pertama,

ketiga, dan kelima, dijumlah dikali 4 sama dengan frekuensi

permenit (Marmi, 2014). Jarak antara interval 5 detik tidak boleh

melebihi 2 denyut, jika lebih terjadi gawat janin (Manuaba, 2012).

5) Reflek Patella

Untuk mengevaluasi ukuran, konsistensi, batas atau adanya cairan

dalam organ tubuh. Reflek patella normal jika tungkai bawah akan

bergerak sedikit saat tendon diketuk. Jika gerakan berlebihan dan

cepat, maka hal ini mungkin merupakan tanda preeklamsia. Bila

reflek patella negatif kemungkinan pasien mengalami kekurangan

B1 (Tiamin). Bahkan pada kasus berat, kekurangan vitamin B1 dapat

mengakibatkan terjadinya Wernicke enchepalopati adalah kelainan

saraf yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B1 (Novita Ulan Sari,

2022).

6) Pengukuran panggul luar

Menurut Sofian (2013), panggul luar melipuri distansia spinarum

yaitu jarak antara kedua spina iliaka anterior superior (24-26 cm).

Distansia cristarum yaitu jarak antara kedua krista iliaka kanan


19

dan kiri (28-30 cm). Konjugata eksterna (boudeloque) yaitu jarak

antara bagian atas simfisis ke prosesus spinosus lumbal 5 dengan

ukuran 18-20 cm, lingkar panggul 80- 90 cm.

7) Pemeriksaan Laboratorium

Menurut Kemenkes RI (2020c) Pemeriksan penunjang untuk ibu hamil

antara lain :

Tabel 2.4
Daftar Tilik Skrining Pemeriksaan Antenatal Terpadu

No Jenis Trimester Hasil (Normal) Cara


Pemeriksaan III

1 Golongan Rutin A/B/AB/O Pemeriksaan


darah golongan
darah
2 Hemoglobin Rutin Hb 11gr % = tidak Dipstik
(Hb) anemia
Hb 9–10gr% = anemia
ringan
Hb 7–8gr% = anemia
sedang
Hb <7gr% = anemia
berat
3 Protein urin Atas Negatif Dipstik
indikasi
4 Gula darah Atas Negatif Dipstik
indikasi
5 Darah malaria Atas Negatif Lab
indikasi
6 BTA Atas Negatif Lab
indikasi
7 Darah sifilis Atas Negatif Lab
indikasi
8 Serologi HIV Atas Negatif Lab
indikasi
9 Hepatitis B Atas Non reaktif Lab
indikasi
10 USG Atas Janin tunggal, presentasi Dokter
indikasi kepala, plasenta SpOg
posterior, jumlah cairan
amnion cukup, usia
20

kehamilan aterm,
panggul normal, tidak
ada kelainan bentuk
janin/malformasi
(Varney, 2007)
11 Rapid Test Rutin a) PCR (Negatif) Lab
b) Anti Gen (Non
Reaktif)
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta:
Kemenkes.

f. Pemeriksaan penunjang

1) Ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan USG pada trimester III untuk penentuan usia

kehamilan, evaluasi pertumbuhan janin, penentuan presenatsi janin,

dan penilaian jumalah cairan amnion, terduga plasenta previa,

terduga solusio plasenta (Saifuddin, 2016).

2) Kartu Skor Poedji Rochjati (SPR)

Untuk mendeteksi risiko ibu hamil dapat menggunakan kartu skor

Poedji Rochjati, terdiri dari Kehamilan Resiko Rendah (KRR) dengan

skor 2 ditolong oleh bidan, Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan

skor 6-10 ditolong bidan/dokter dan Kehamilan Risiko Sangat Tinggi

(KRST) dengan skor >12 ditolong oleh dokter (Kemenkes RI,

2020).

3) Skrining pre-eklampsia (PE)

Skrining preeklamsia dilakukan pemeriksaan pada usia kehamilan

12-28 minggu. Dilakukan pemeriksaan Rool Over Test (ROT),

Mean Arteri Preasure (MAP) dan Indeks Masa Tubuh (IMT). Jika

hasil pemeriksaan didapatkan lebih dari 2 maka hasilnya positif

(Kemenkes RI, 2020).

4) Skrining risiko perdarahan Antepartum dan Persalinan


21

Skrining risiko perdarahan dan antepartum dilakukan dengan

memperhatikan faktor resiko antenatal dan persalinan ibu, jika

hasilnya terdapat satu “ya” artinya sudah ada kewaspadaan dan

harus segera dilakukan tindakan rujukan (Kemenkes RI, 2020).

5) Skrining COVID-19

Ibu hamil disarankan untuk melakukan skrining COVID-19 1 minggu

menjelang tanggal taksiran persalinan. Vaksin yang dapat digunakan

untuk ibu hamil ini adalah vaksin COVID-19 platform mRNA Pfizer

dan Moderna, dan vaksin platform inactivated Sinovac, sesuai

ketersediaan. Dosis pertama vaksin COVID-19 diberikan pada ibu

hamil berlaku untuk usia kehamilan 13-33 minggu untuk

meminimalkan efek pada janin dan melindungi ibu saat melahirkan

(Ratmawati & Sulistyorini, 2021)

3. Analisa Data

Menurut Kemenkes RI (2011), hasil analisa data yang diperoleh pada

pengkajian, menginterpretasikanya secara akurat dan logis untuk

menegakkaan diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.

2.1.2 Diagnosa dan Masalah Kebidanan

Menurut Kemenkes RI (2011), perumusan diagnosa atau masalah

kebidanan, bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian, dan

menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa dan

masalah kebidanan yang tepat.

Penetapan diagnosa kebidanan sebagai berikut : Menurut (Manuaba, 2012),

G≥1PAPIAH, usia kehamilan 28-40 minggu, janin hidup, tunggal, intrauterin,


22

situs bujur, habitus fleksi, posisi punggung kanan/pungung kiri, presentasi kepala,

kesan panggul normal, KRR/KRT/KRST, keadaan umum ibu dan janin baik,

dengan kemungkinan masalah yang terjadi yaitu gangguan rasa nyaman karena

perubahan fisiologis pada ibu hamil trimester III yang sering terjadi diantaranya

yaitu sering kencing, sesak nafas, nyeri ulu hati, kram tungkai, his palsu,dan nyeri

punggung bawah (Sofian, 2013). Prognosa baik.

2.1.3 Perencanaan Tindakan

Menurut Kemenkes RI (2011), bidan merencanakan asuhan kebidanan

berdasarkan diagnosa dan masalah yang ditegakkan.

1. Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan ibu dan bayi

sehat sejahtera dan kehamilan berlangsung normal dan proses persalinan

berjalan lancar (Marmi, 2014).

2. Kriteria :

a. Kriteria hasil kesejahteraan pada ibu : keadaan umum ibu baik,

kesadaran composmentis, tanda-tanda vital normal, TFU sesuai

dengan usia kehamilan, pertambahan BB sesuai dengan IMT, hasil

laboratorium normal (Manuaba, 2012).

b. Kriteria hasil kesejahteraan pada janin : DJJ 120-160 x/menit, kuat

dan teratur, pergerakan janin aktif, TBJ sesuai usia kehamilan, situs

bujur dan presentasi kepala (Manuaba, 2012).

Intervensi :

Menurut Kemenkes RI (2020), antara lain :

1. Memberitahukan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan yang sudah


23

d ilakukan.

Rasional: Ibu mengerti tentang keadaannya dan janin yang dikandungnya

sehingga dapat mengurangi kecemasan.

2. Jelaskan perubahan fisiologis dalam kehamilan Trimester III meliputi sering

buang air kecil, nyeri pinggang, konstipasi, dan gangguan tidur.

Rasional: klien menghargai dan menerima keadaannya.

3. Jelaskan tentang ketidaknyamanan dan masalah yang mungkin timbul pada

ibu hamil trimester III seperti:

a. Nyeri ulu hati menyebabkan asam lambung naik ke tenggorokan (reflak).

Cara mengatasinya yaitu makansedikit tapi sering, hindari makanan

berminyak atau berlemak, memperhatikan posisi duduk saat makan, dan

tidur yang cukup.

b. Konstipasi disebabkan karena usus bergerak lebih lambat dan menyerap

lebih banyak air. Cara mengatasinya dengan makan makanan berserat

tinggi seperti buah dan sayur, serta minum air putih yang banyak.

c. Sering BAK disebabkan perubahan hormonal yang membuat aliran darah

ke ginjal menjadi lebih cepat dibandingkan sebelum hamil. Cara

mengatasinya dengan mengurangi minum pada malam hari atau minimal

minum 3 jam sebelum tidur malam.

d. Nyeri pinggang bagian bawah disebabkan karena ibu hamil mengalami

perubahan hormon, pertambahan berat badan, pertumbuhan janin,

perubahan postur tubuh. Cara mengatasinya dengan tidur miring dengan

bantal di antara tungkai.


24

e. Edema dependen disebabkan karena peningkatan tekanan pada pembuluh

darah kapiler didalam tubuh. Cara megatasinya yaitu saat ibu tidur kaki

diganjal bantal, menghindari duduk dan berdiri terlalu lama, memakai

pakaian yang nyaman, dan mengurangi penggunaan garam pada masakan.

f. Hemoroid disebabkan karena perubahan hormonal dan perkembangan

rahim dimasa kehamilan, mempengaruhi tekanan pembuluh darah vena

termasuk di sekitar panggul dan juga saluran pencernaan ibu hamil. Cara

mengatasnya yaitu jangan terlalu banyak duduk dan saat BAB tidak boleh

mengejan dengan keras.

Rasional: Ibu akan meningkatkan pengetahuan dan kooperatif dengan

tindakan penanganannya.

4. Diskusikan tentang kebutuhan dasar ibu hamil meliputi kebutuhan nutrisi,

eliminasi, aktivitas, istirahat, personal hygiene, dan kebutuhan seksual.

Rasional: Kebutuhan dasar ibu hamil harus diperhatikan agar kehamilan dapat

berlangsung dengan aman dan lancar.

5. Jelaskan pada ibu tentang hal yang harus dihindari oleh ibu selama hamil

meliputi bekerja berat, merokok dan terpapar asap rokok, minum-minuman

bersoda beralkohol dan jamu, tidur telentang >10 menit, minum obat tanpa

resep dokter, dan stress berlebih.

Rasional: ibu kooperatif dan dapat mendeteksi hal-hal dapat menyebabkan

gangguan pertumbuhan janin.

6. Jelaskan pada ibu tentang tanda bahaya kehamilan meliputi, muntah terus dan

tak mau makan, demam tinggi, bengkak pada kaki tangan dan wajah serta
25

sakit kepala disertai kejang, janin dirasa kurang bergerak seperti biasanya,

perdarahan pada saat hamil muda maupun tua, ketuban pecah sebelum

waktunya, demam menggigil dan berkeringat, sakit saat kencing atau keluar

keputihan yang gatal dan berbau, batuk lama >2 minggu, jantung berdebar-

debar, diare berulang dan sulit tidur serta cemas berlebih (Kemenkes, 2021).

Rasional: Ibu dapat mendeteksi kemungkinan kegawatdaruratan yang

mungkin terjadi.

7. Diskusikan pada ibu mengenai P4K (Program Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi) meliputi pendamping persalinan, tabungan, tempat

persalinan, keperluan ibu dan bayi, pendonor darah, transportasi, stiker P4K,

rencana KB (Kemenkes, 2021).

Rasional: Ibu dan keluarga dapat menyiapkan persiapan persalinan dan

kemungkinan kegawatdaruratan.

8. Jelaskan pada ibu tentang tanda-tanda awal persalinan meliputi, perut mulas-

mulas semakin sering dan lama, keluar lendir bercampur arah serta air ketuban

dari jalan lahir serta konseling jika muncul salah satu tanda segera datang ke

fasilitas kesehatan.

Rasional: Ibu dapat mendeteksi tanda-tanda persalinan dan dapat

memperkirakan waktu datang ke fasilitas kesehatan.

9. Anjurkan ibu melakukan ANC Terpadu.

Rasional: Untuk mendeteksi dini terjadinya komplikasi

10. Berikan terapi suplemen zat besi (Fe) paling sedikit 90 tablet selama

kehamilan dan asam folat serta beritahu ibu cara meminumnya.


26

Rasional: tablet Fe mencegah anemia, asam folat untuk pertumbuhan otak.

11. Jadwalkan ibu kunjungan ulang sesuai usia kehamilan yaitu setiap 2 minggu

usia kehamilan 7-9 bulan, setiap 1 minggu setelah usia kehamilan 9 bulan,

atau sewaktu-waktu bila ada keluhan.

Rasional: Kunjungan ulang dilakukan untuk mendeteksi adanya komplikasi

kehamilan, persiapan persalinan dan kesiapan menghadapi kegawatdaruratan.

2.1.4 Pelaksanaan Tindakan

Menurut Kemenkes RI (2011), Bidan melaksanakan rencana asuhan

kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan.

Dilaksanakan evidence based kepada klien/pasien dalam bentuk upaya

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara mandiri, kolaborasi dan

rujukan mengacu pada Standar Asuhan Kebidanan

2.1.5 Evaluasi Tindakan

Menurut Kemenkes RI (2011), untuk melihat keefektifan asuhan

yang diberikan. Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan

berkesinambungan sesuai perubahan perkembangan kondisi klien.

Evaluasi dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan. Hasil

evaluasi dicatat dan dikomunikasikan kepada klien dan keluarga. Hasil

evaluasi harus ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien. Evaluasi ditulis

dalam bentuk catatan perkembangan SOAP, sebagai berikut:

S : Data subjektif, mencatat hasil anamnesa.

O : Data objektif, mencatat hasil pemeriksaan.

A : Hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.


27

P : Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang

dilakukan antisipatif, segera, komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi,

evaluasi/follow up dan rujukan.

Rifkha Tazkiyah Azzahro

Anda mungkin juga menyukai