BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses yang diawali oleh pembuahan hingga
terjadinya persalinan. Peristiwa ini terjadi dikarenakan sel sperma yang
membuahi sel telur hingga terjadi nidasi (penempelan) dan akan bertumbuh
menjadi janin. Kehamilan terjadi selama 40 minggu dan terbagi menjadi 3
trimester. Selama kehamilan ibu akan mengalami perubahan-perubahan baik
dari fisik maupun psikologis. Kehamilan merupakan proses yang alamiah dan
sehat. Namun, kehamilan dipengaruhi oleh kondisi medis ibu sehingga
kehamilan sering kali menimbulkan risiko hingga komplikasi pada ibu
(Hatini, 2018).
Berdasarkan data Rakerkesnas 2019 bahwa 15% ibu hamil mengalami
komplikasi sedangkan 85% dalam batas normal. Sebagian besar terjadinya
komplikasi tidak dapat diprediksi dikarenakan semua kehamilan memiliki
risiko yang berbeda-beda. Komplikasi yang terjadi pada ibu dan tidak segera
ditangani dengan baik dan tepat waktu sering dikaitkan dengan kualitas
pelayanan kesehatan yang kurang baik (Achadi, 2019).
Upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
khususnya bagi ibu dan anak adalah dengan menjamin bahwa setiap ibu dapat
mengakses serta mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Pelayanan kesehatan tersebut diantaranya, pelayanan kehamilan, pertolongan
persalinan dengan nakes terlatih, pelayanan pasca bersalin yang berkualitas
bagi ibu serta bayi, penanganan khusus dan rujukan segera jika terjadi
komplikasi, serta pelayanan keluarga berencana (KB) dan KB pasca salin
(Kemenkes RI, 2019).
2
Selama masa kehamilan, akan ada banyak risiko yang terjadi pada ibu
hamil dalam semua keadaan. Salah satunya adalah ibu hamil dengan obesitas.
Obesitas atau berat badan berlebih (overweight) merupakan suatu keadaan
yang diakibatkan akumulasi lemak berlebih yang dapat mengganggu
kesehatan. Salah satu cara mudah untuk menentukan berat badan berlebih
pada orang dewasa adalah dengan menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT).
Seseorang di kategorikan memiliki berat badan berlebih apabila hasil IMT
lebih dari atau sama dengan 30 kg/m2 (Naviri, 2011).
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2013,
angka obesitas pada perempuan dewasa di Indonesia (>18 tahun) 32,9%,
terdapat peningkatan 18,1% dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5% dari tahun
2010 (15,5%). Prevalensi wanita subur yang mengalami obesitas di
Yogyakarta 18,5%. Sedangkan di Kabupaten Bantul prevalensi wanita subur
yang mengalami gemuk sebanyak 7,9% dan obesitas 1 % (Riskesdas, 2013).
Peningkatan berat badan pada saat hamil sering kali menimbulkan rasa
cemas pada wanita, terutama pada saat setelah persalinan. Normalnya
peningkatan berat badan ibu hamil yaitu 12,5 – 17,5 kg. Menurut Institue Of
Medicine (IOM) 2010 menyebutkan bahwa anjuran penambahan berat badan
total bagi ibu hamil dengan berat badan berlebih adalah 6,8 – 11,3 kg tanpa
memandang kelas obesitas (Ocviyanti & Dorothea, 2018).
Keadaan berat badan yang berlebih merupakan salah satu kondisi
obstretri berisiko tinggi. Berat badan berlebih atau obesitas yang terjadi
sebelum kehamilan terbukti dapat meningkatkan terjadinya komplikasi pada
kehamilan, seperti peningkatan kejadian abortus spontan, pertumbuhan janin
yang lambat, kelainan kongenital pada janin, meningkatnya risiko infeksi,
masalah hipertensi pada kehamilan, terjadinya diabetes gestasional,
meningkatnya risiko persalinan dengan SC (secio caecare) dan juga kematian
pada ibu serta janin (Anggreini & Dian, 2017).
3
dari kehamilan TM III, persalinan, pasca bersalin (nifas), dan asuhan pada
bayi baru lahir dikarenakan berat badan berlebih yang di alami pada Ny.I yang
di dapatkan dari hasil pengkajian dapat menyebabkan beberapa risiko seperti
peningkatan kejadian abortus spontan, pertumbuhan janin yang lambat,
kelainan kongenital pada janin, meningkatnya risiko infeksi, masalah
hipertensi pada kehamilan, terjadinya diabetes gestasional, meningkatnya
risiko persalinan dengan SC (secio caecare) dan bahkan kematian pada ibu
serta janin. Asuhan di lakukan di PMB Mei Muhartati Kledokan Sleman
Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah yaitu
“Bagaimana Penerapan Manajemen Kebidanan dan Asuhan Kebidanan yang
dilakukan Pada Ny.I Umur 25 Tahun Primigravida di PMB Mei Muhartati”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan secara continuitiy of care
(berkesinambungan) pada Ny I umur 25 tahun primigravida di PMB Mei
Muhartati Sleman Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan asuhan kehamilan pada Ny I umur 25 tahun primigravida
di PMB Mei Muhartati sesuai dengan standar pelayanan kebidanan
b. Melakukan asuhan persalinan pada Ny I umur 25 tahun primigravida
di PMB Mei Muhartati sesuai dengan standar pelayanan kebidanan
c. Melakukan asuhan bayi baru lahir pada Ny I umur 25 tahun
primigravida di PMB Mei Muhartati sesuai dengan standar pelayanan
kebidanan
5
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil studi kasus ini dapat menjadi bahan untuk menambah
keilmuan tentang asuhan kebidanan berkelanjutan pada ibu hamil,
bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa Kebidanan
Mahasiswa dapat menerapkan tentang asuhan kebidanan kehamilan,
persalinan, nifas, dan BBL serta dapat digunakan sebagai bahan
referensi tambahan dalam pembelajaran.
b. Bagi klien Ny I
Klien mendapatkan asuhan kebidanan secara komprehensif yaitu
kehamilan, persalinan, nifas, dan BBL.
c. Bagi Bidan di PMB Mei Muhartati
Diharapkan asuhan kebidanan ini dapat digunakan sebagai bahan
pengembangan upaya-upaya dalam meningkatkan pelayanan
kesehatan seperti asuhan komplementer.
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
4) Sistem grastrointestinal
Terjadi penurunan asam lambung, sering terjadinya mual
muntah pada awal kehamilan, gerak peristaltik menjadi terlambat
mengakibatkan rasa kembung, nyeri ulu hati dan konstipasi.
5) Sistem perkemihan
Pada umumnya, ginjal yang normal dapat mengatasi kerja
tambahan tanpa menyebabkan adanya masalah tekanan dikarenakan
janin yang semakin besar dapat menyebabkan statis urine.
Pertumbuhan janin yang semakin besar sering kali mengakibatkan
ibu hamil sering buang air kecil di sebabkan karena penekanan di
kandung kemih oleh uterus.
6) Sistem kardiovaskuler
Selama kehamilan berlanjut, peningkatan volume darah
mencapai 30% sampai 50%. Hormon estrogen memicu adrenal
untuk mensekresi aldosterone. Menyebabkan retensi garam dan air.
Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan volume darah dan
edema pada jaringan. Namun, tekanan darah tidak mengalami
perubahan. Jika terjadi perubahan maka menandakan adanya
preeklamsia (Hamilton, 2015).
c. Ketidaknyamanan Ibu Hamil
Kehamilan merupakan proses alamiah yang terjadi pada wanita.
Namun, seiring berjalannya waktu wanita akan mengalami
ketidaknyamanan. Keluhan-keluhan yang di alami merupakan hal yang
normal. Meskipun ketidaknyamanan tidak membahayakan keselamatan
ibu, tetapi hal ini dapat membuat ibu merasa terganggu. Sehingga
sebagai seorang bidan, dituntut kemampuan untuk mengatasi keluhan
tersebut (Dewi & Sunarsih, 2011).
1) Trimester II
a) Keputihan
11
e) Sakit kepala
Sakit kepala selama kehamilan disebabkan oleh kontraksi
ketegangan otot, dan biasanya karena kelelahan. Untuk
mengurangi keluhan sakit kepala dengan melakukan teknik
relaksasi, memijat bagian leher dan otot bahu, melakukan
kompres hangat di area leher, istirahat yang cukup, dan mandi
dengan air hangat.
f) Nyeri punggung
Seiring bertambah besarnya uterus, keluhan nyeri punggung
sering kali dirasakan oleh ibu. Hal ini dikarenakan melemahnya
ketahanan ligamen (jaringan ikat) yang menopang uterus. Ketika
ibu mengalami nyeri pinggang, ibu cenderung mengarahkan
tubuhnya kedepan, hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya
lordosis. Untuk itu ibu disarankan membiasakan posisi tegak saat
berdiri dan gunakan bantal sebagai penyangga tubuh ketika
duduk. Cara mengurangi nyeri pinggang saat hamil bisa dengan
teknik relaksasi, dan kompres hangat.
2) Trimester III
Menurut (Maulana, 2016) macam-macam ketidaknyamanan pada
trimester III antara lain :
a) Frekuensi kemih meningkat
Sering buang air kecil merupakan keluhan hampir di alami
oleh semua ibu hamil. Penyebabnya adalah karena tekanan pada
kandung kemih oleh uterus yang semakin membesar. Cara
pencegahannya dengan cara mengosongkan kandung kemih
13
b) Sesak nafas
Sesak nafas biasa terjadi pada trimester akhir. Hal ini
dikarenakan uterus yang semakin membesar sehingga mendesak
paru-paru dan diafragma. Penyebab lainnya bisa karena
peningkatan hormone kehamilan yang berakibat pada
membesarnya pembuluh darah disaluran pernafasan. Untuk
mengurangi sesak nafas dianjurkan untuk tidak mengangkat
beban yang berat, berjalan tegak, latihan pernafasan, tidur
dengan posisi miring, serta berolahraga ringan.
c) Pembengkakan/edema pada kaki
Pembengkakan pada kaki disebabkan oleh penimbunan
cairan. Kebiasaan duduk terlalu lama sering kali menjadi
penyebab keluhan ini. Cara mengatasinya yaitu dengan
mengganjal kaki ketika berbaring sehingga posisi kaki lebih
tinggi daripada kepala.
d) Kram pada kaki
Kaki kram merupakan kontraksi keras di area otot betis atau
otot telapak kaki. Pada umumnya, kram kaki sering terjadi pada
malam hari dengan durasi 1-2 menit. Penyebab kram kaki adalah
sirkulasi darah yang kurang lancar dan pemenuhan nutrisi yang
kurang baik (terlalu banyak garam, dan kurang kalsium). Cara
mengatasi kram kaki dengan menggerakan kaki maju mundur
diatas botol kosong minimal 20 kali per kaki dan dilakukan
sebelum tidur.
e) Insomnia
14
6) Seksual
Berhubungan seksual dapat dilakukan seperti biasa jika tidak ada
keluhan. Koitus atau hubungan seksual tidak di anjurkan apabila:
a) Sering mengalami abortus
b) Adanya perdarahan pervaginam
c) Jika usia kehamilan mendapati HPL (hari perkiraan lahir) maka
koitus harus dilakukan dengan hati-hati
d) Ketuban pecah/merembes
7) Nutrisi
Pada saat hamil kebutuhan kalori ibu meningkat sebanyak 300
kalori perhari. Ibu hamil dianjurkan untuk mengonsumsi makanan
cukup protein, vitamin dan zat besi. Konsumsi karbohidrat, gula
dan garam yang berlebih dapat menyebabkan janin tumbuh lebih
besar dibanding usianya. Asupan gizi ibu hamil haruslah seimbang
(Widatiningsih & Dewi, 2017).
a) Kalori
Kebutuhan kalori untuk yang tidak hamil sebanyak 2100
kalori, sedangkan pada ibu hamil meningkat 300 kalori
sehingga menjadi 2400 kalori. Kalori digunakan sebagai
sumber energi.
b) Protein
Asupan protein bagi ibu hamil sebanyak 30 gram per hari.
Protein digunakan untuk pertumbuhan jaringan ibu seperti
uterus, mamae, sel darah merah, dan protein plasma. Protein
juga digunakan sebagai sintesa produk kehamilan seperti janin,
ketuban, dan plasenta.
19
c) Mineral
Kebutuhan mineral sangat penting bagi ibu hamil.
Kebutuhan mineral dapat terpenuhi dengan mengonsumsi
buah-buahan, sayur-sayuran, dan air putih.
d) Vitamin
Kebutuhan vitamin dapat terpenuhi dengan baik dengan
mengonsumsi buah-buahan serta sayur-sayuran. Pemberian
supleman tambahan juga penting bagi ibu hamil. Seperti
pemberian asam folat terbukti efektif dapat mencegah
terjadinya cacat pada janin.
e. Standar Asuhan Kehamilan
1) Pengertian asuhan kehamilan
Asuhan kehamilan atau antenatal care merupakan suatu asuhan
kebidanan sebagai langkah preventif yang dilakukan selama
kehamilan, yang bertujuan agar setiap ibu hamil mendapatkan
pelayanan yang berkualitas (Jayanti, 2019).
2) Tujuan asuhan kehamilan
a) Memantau perkembangan kehamilan dan memastikan
kesehatan ibu dan janin
b) Mingkatkan serta mempertahankan kesehatan ibu dan janin
secara mental, fisik, dan sosil
c) Melakukan skrining secara dini ketidaknormalan atau
komplikasi yang mungkin terjadi
d) Mempersiapkan persalinan yang aman
e) Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal
f) Mempersiapkan peran ibu serta keluarga dalam menerima
kelahiran
3) Frekuensi kunjungan
20
4) Dampak Obesitas
Ibu hamil dengan obesitas memerlukan perhatian yang lebih
dibandingkan dengan ibu hamil dengan berat badan yang normal.
Menurut (Ocviyanti & Dorothea, 2018) komplikasi obesitas yang
terjadi pada ibu hamil antara lain :
25
a) Peoride Antenatal
(1) Hipertensi dalam kehamilan
Berat badan berlebih juga dapat berhubungan dengan
hipertensi pada kehamilan. Hasil penelitian menyebutkan
bahwa wanita dengan berat badan yang berlebih pada
sebelum kehamilan terdapat adanya peningkatan risiko
terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
(2) Diabetes Gestasional
Wanita dengan berat badan berlebih juga memiliki
risiko tinggi mengalami diabetes gestasional. Hasil
penelitian menyebutkan bahwa wanita dengan berat badan
berlebih (IMT 30,0-34,9 kg/m2) lebih berisiko mengalami
diabetes gestasional dibanding dengan wanita dengan berat
badan normal.
Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya diabetes
pada ibu hamil dengan obesitas adalah ekspansi jaringan
adiposa yang berhubungan dengan kehamilan. ekspansi
jaringan adipose tersebut dapat meningkatkan resistensi
insulin dan menginduksi inflamasi.
(3) Preeklamsia
Preeklamsia memiliki ciri-ciri pembengkakan pada
ektermitas seperti kaki, tangan serta wajah, dan terjadi
karena adanya penimbunan cairan tubuh. Akibatnya aliran
darah yang dialirkan ke janin terhambat dan dapat
berakibat fatal. Berat badan berlebih dapat meningkatkan
risiko terjadinya preeklamsia pada ibu hamil. Sebagian
besar wanita yang mengalami obesitas dua sampai tiga kali
lebih mungkin untuk mengalami preeklamsia dibandingkan
wanita dengan berat badan normal.
26
b) Periode Intrapartum
Obesitas tidak hanya berdampak pada saat kehamilan
saja. Namun juga pada saat persalinan. Beberapa penelitian
menyebutkan bahwa wanita dengan obesitas dapat
meningkatkan risiko persalinan secara SC (secio caecarea).
Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa terjadi kegagalan
percobaan persalinan pervaginam pada ibu hamil dengan berat
badan berlebih.
Komplikasi pascapersalinan juga lebih banyak ditemui
pada obesitas morbid dibanding dengan berat badan normal.
Hasil studi menunjukan terjadi peningkatan terjadinya ruptur
uteri pada ibu hamil dengan obesitas dibanding ibu hamil
dengan berat badan normal.
c) Dampak obesitas terhadap janin
Menurut (Diana dkk, 2013) terdapat beberapa dampak negative
obesitas terhadap janin yaitu:
(1) Makrosomia
Bayi baru lahir yang kelebihan berat badan >4kg atau
yang biasa disebut dengan bayi besar. Makrosomia dapat
berkaitan dengan kondisi ibu atau janin pada saat masa
berkembang dalam rahim. Faktor yang dapat
mempengaruhi yaitu faktor genetik seperti ibu mengalami
obesitas, dan diabetes yang tidak terkontrol. Hiperglikemia
pada janin akan mengakibatkan rangsangan pada insulin
yang nantinya merangsang pertumbuhan janin dan
pengendapan lemak serta glikogen.
Ibu mengalami peningkatan berat badan yang
berlebihan dapat melahirkan bayi dengan berat berlebih,
lalu jika sebelumnya memiliki riwayat dengan kelahiran
27
a. Pengertian persalinan
Persalinan adalah proses keluarnya hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang cukup bulan (37-42 minggu) atau mampu hidup diluar
rahim ibunya melewati jalan lahir atau jalan lain, dengan atau tanpa
bantuan (Marmi, 2012).
Persalinan adalah suatu proses yang diawali dengan adanya
kontraksi uterus sehingga menyebabkan terjadinya dilatasi progresif
serviks, lahirnya bayi, dan lahirnya plasenta, yang terjadi secara
alamiah (Oktarina, 2016).
b. Jenis persalinan
Menurut (Marmi, 2012) jenis-jenis persalinan antara lain :
1) Persalinan spontan
Persalinan spontan atau persalinan normal adalah proses
lahirnya janin pada letak belakang kepala dengan kekuatan ibu
sendiri, tanpa bantuan alat dan tidak melukai ibu dan janin.
2) Persalinan buatan
Persalinan buatan merupakan proses lahirnya janin tidak
dengan kekuatan ibu sendiri, melainkan dengan bantuan 9tenaga
lain atau alat seperti vakum, dan section caesarea.
3) Persalinan anjuran
Persalinan anjuran merupakan proses lahirnya janin yang
membutuhkan kekuatan dari luar atau rangsangan lain seperti
Pitocin dan prostaglandin.
c. Teori penyebab persalinan
Menurut (Marmi, 2012) teori yang menyatakan bermulanya persalinan
antara lain :
1) Teori penurunan kadar hormone progesteron
Hormon progestin merupakan hormone yang berguna untuk
mempertahankan kehamilan. Pada akhir kehamilan, hormone
33
d. Tanda-tanda persalinan
Menurut (Marmi, 2012) tanda-tanda terjadinya persalinan antara lain :
1) Terjadinya his
His adalah kontraksi pada uterus yang dapat dideteksi dengan
perabaan, his disertai rasa nyeri serta dapat menimbulkan
pembukaan serviks. His yang dapat menimbulkan pembukaan
serviks disebut his efektif. His atau kontraksi pada persalinan
memiliki ciri sebagai berikut:
a) Pinggang terasa nyeri sampai menjalar ke depan
b) His teratur, jarak pendek, dan kekuatan semakin lama
semakin besar
c) Adanya perubahan pada serviks
d) Jika pasien beraktivitas seperti berjalan, kekuatan his semakin
bertambah
2) Keluarnya cairan lendir bercampur darah
Lendir darah berasal dari pembukaan sehingga menyebabkan
keluarnya lender dari kanalis servikalis. Sedangkan darah
disebabkan oleh pembuluh darah yang robek ketika
membukanya serviks.
3) Ketuban pecah/merembes
Ketika ketuban pecah maka persalinan harus segera dimulai.
Ketuban pecah ditandai dengan pengeluaran cairan dari alat
genetalia seperti berkemih tetapi tidak berkemih. Jika persalinan
tidak dapat dilakukan pada jangka waktu tertentu maka
persalinan harus diakhiri dengan bantuan lain seperti vakum dan
secio caesaria.
4) Dilatasi dan effacement
Dilatasi adalah proses membukanya kanali servikalis secara
bertahap yang dipengaruhi oleh his atau kontraksi. Effacement
35
a) Cuci tangan
Mencuci tangan dengan benar merupakan salah satu tindakan
pencegahan infeksi yang paling penting untuk mengurangi
penyebaran penyakit dan menjaga lingkungan bebas dari
infeksi.
b) Pakai sarung tangan
Sebagai tindakan pencegahan, penolong persalinan harus
memakai sarung tangan sebelum melakukan kontak dengan
darah atau cairan tubuh paasien. Jika memungkinkan,
pakailah sarung tangan sekali pakai. Jika tidak
memungkinkan, sebelum dipakai ulang sarung tangan harus
dicuci dan disteril terlebih dahulu.
c) Penggunaan cairan antiseptik
Penggunaan cairan antiseptik hanya menurunkan jumlah
mokroorgnisme yang dapat menyababkan infeksi. Agar lebih
efektif, penggunaan antiseptik membutuhkan waktu beberapa
menit sehingga bakteri dapat dibersihan secara optimal.
d) Pemrosesan alat bekas pakai
Proses pencegahan infeksi yang biasa dilakukan untuk
mencegah penyebaran penyakit dari peralatan, sarung tangan,
dll adalah dengan cara:
(1) Peralatan dicuci dan dibilas
Tanpa dilakukan pencucian proses sterilisasi akan
menjadi tidak efektif.
(2) Proses dekontaminasi
Proses dekontaminasi yang biasa dilakukan adalah
merendam alat dilarutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Larutan ini terbukti efektif untuk membunuh bakteri.
(3) Strelisasi dan desifeksi tingkat tinggi (DTT)
40
Langkah 4
Lepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan menggunakan sabun dan air bersih serta air mengalir,
kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi
yang bersih dan kering.
Langkah 5
Pakailah sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan
dalam.
Langkah 6
Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan
yang memakai sarung tangan DTT dan steril, pastikan tidak
terkontaminasi pada alat suntik).
3) Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik
Langkah 7
Bersihkan vulva dan perineum, bersihkan dengan hati-hati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang
dibasahi air DTT.
a) Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang.
b) Buanglah kapas atau pembersih dalam wadah yang telah
tersedia.
c) Gantilah sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,
lepaskan, dan rendam dalam larutan klorin 0,5% sampai
langkah 9.
Langkah 8
Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
Apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah
lengkap maka lakukan amniotomi.
Langkah 9
43
Langkah 13
Lakukan bimbingan meneran pada saat ibu merasakan ada
dorongan kuat untuk meneran.
a) Bimbinglah ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif.
b) Berikan dukungan dan semangat pada saat meneran dan
perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai.
c) Bantulah ibu untuk mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu
yang lama).
d) Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e) Anjurkan keluarga untuk memberi dukungan dan semangat
untuk ibu.
f) Berikan asupan cairan yang cukup.
g) Lakukan penilaian DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
h) Anjurkan ibu untuk berjalan, berdiri, jongkok, atau posisi
aman lain, jika ibu belum merasa ingin meneran dalam 60
menit, anjurkan ibu untuk meneran pada puncak kontraksi.
i) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak segera lahir setelah 2
jam meneran (primigravida) atau 1 jam meneran
(multigravida).
5) Mempersiapkan Pertolongan Kelahiran Bayi
Langkah 14
Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
Langkah 15
Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
Langkah 16
Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat
dan bahan.
45
Langkah 17
Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
6) Lahirnya Kepala
Langkah 18
Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka
vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
kain. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan
posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk
meneran perlahan sambil bernapas cepat dan dalam. Jika ada
mekonium pada cairan ketuban segera hisap mulut dan hidung
bayi setelah bayi lahir menggunakan DeLee yang sudah di steril
atau balon penghisap yang baru dan bersih.
Langkah 19
Bersihkan dengan lembut muka, mulut, dan hidung bayi
menggunakan kain atau kasa yang bersihh.
Langkah 20
Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan
yang sesuai jika hal itu terjadi, segera lanjutkan proses kelahiran
bayi.
a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan melalui
bagian atas kepala bayi.
b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua
tempat dan potong di antara klem tersebut.
Langkah 21
Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
7) Lahirnya Bahu
Langkah 22
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Gerakan
46
kepala dengan lembut ke arah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas
dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Langkah 23
Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum
ibu untuk menyangga kepala, lengan, dan siku bagian bawah.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan
siku bagian atas.
Langkah 24
Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas ke
punggung. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara
kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan
jari-jari lainnya).
8) Penanganan Bayi Baru Lahir
Langkah 25
Lakukan penilaian selintas mengenai dua hal berikut:
a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa
kesulitan.
b) Apakah bayi bergerak dengan aktif.
Jika bayi tidak bernapas atau megap-megap, segera lakukan
tindakan resusitasi. Lalu letakan bayi diatas perut ibu dengan
posisi kepala lebih rendah dari pada tubuh bayi (jika tali pusat
terlalu pendek telakan bayi ditempat yang memungkinkan).
Langkah 26
Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu, keringkan
bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya lalu
membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian pusat.
Langkah 27
47
Gunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah bayi lahir sekitar
3 cm dari umbilicus bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi
tali pusat ke arah perut ibu dan lakukan penjepitan kedua 2 cm
dari klem pertama.
Langkah 28
Pegang tali pusat dengan satu tanga, lindungi bayi dari gunning
dan lakukan pemotongan tali pusat diantara kedua klem.
Langkah 29
Ganti handuk basah dengan handuk yang bersih dan kering,
selimuti bayi dengan menutupi kepala, dan membiarkan tali pusat
terbuka. Jika bayi terlihat sulit bernafas lakukan penanganan yang
sesuai.
Langkah 30
Memberikan bayi kepada ibu dan anjurkan ibu untuk memeluk
bayi dan mulai pemberian ASI jika ibu menghendaki (lakukan
IMD).
9) Oksitosin
Langkah 31
Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada janin kedua
dalam uterus.
Langkah 32
Beritahukan ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin
(agar uterus berkontraksi dengan baik).
Langkah 33
Dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10
unit secara Intramuscular (IM) di 1/3 paha atas bagian distal
lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan).
10) Penatalaksanaan Aktif Kala III
Langkah 34
48
Langkah 42
Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
Langkah 43
Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke
dalam larutan klorin dengan konsetrasi 0,5% lalu membilas kedua
tangan yang memakai sarung dengan air DTT dan
mengeringkannya dengan kain yang kering dan bersih.
Langkah 44
Menempatkan klem tali pusat DTT atau steril dan mengikatkan
tali yang di DTT dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekita 1
cm dari pusat.
Langkah 45
Mengikat satu lagi simpul mati pada bagian pusat yang
bersebrangan dengan simpul mati pertama
Langkah 46
Melepaskan klem dan meletakannya pada larutan klorin 0,5%.
Langkah 47
Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepala dan
pastikan handuk atau kain yang digunakan dalam keadaan bersih
dan kering.
Langkah 48
Anjurkan ibu untuk mulai memberikan ASI.
15) Evaluasi
Langkah 49
Lanjutkan pemantauan kontrksi uterus dan perdarahan pervaginam
yaitu :
a) 2-3 dalam 15 menit pertama setelah persalinan
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama setelah persalinan
51
Jalan lahir terdiri atas panggul, pada bagian tulang padat, dasar
panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun
lapisan otot dasar panggul ikut membanttu kelahiran bayi, namun
panggul berperan lebih besar dalam proses persalinan. Janin harus
bisa menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang kaku. Oleh
karena itu, pengukuran panggul penting dilakukan pada saat
kehamilan untuk menentukan jenis panggul sebelum persalinan.
3) Passenger
Faktor passenger terdiri dari 3 bagian yaitu:
a) Janin
Pergerakan janin sepanjang persalinan merupakan akibat
dari interaksi dari beberapa faktor yaitu ukuran kepala, letak,
sikap, dan posisi janin.
b) Air ketuban
Pada saat persalinan air ketuban akan membuka serviks
dengan cara mendorong selaput janin ke ostium uteri, bagian
selaput yang menonjol pada saat his disebut ketuban. Ketuban
yang membantu pembukaan pada serviks.
c) Plasenta
Pengeluaran plasenta juga melewati jalan lahir yang sama
dengan janin. Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang
penting. Peran plasenta adalah melakukan transport zat dari
ibu ke janin, penghasil hormon yang penting bagi kehamilan,
serta menjadi barrier. Jika terjadi kelainan pada plasenta maka
akan terjadi kelainan pula pada janin dan dapat menggangu
proses persalinan.
4) Psikologis
Wanita cenderung merasa gembira diawal rasa sakit yang
dialaminya. Perasaan ini merupakan ungkapan kelegaan hati dan
54
1) Sistem pernafasan
Pernafasan normal bayi yang baru lahir pertama kali 30 detik
sesudah kelahiran. Pernafasan ini diakibatkan oleh aktivitas
normal susunan saraf pusat dan juga perifer yang dibantu oleh
beberapa rangsangan lain, seperti tekanan mekanisme toraks saat
melewsti jalan lahir. Menurunnya tekanan oksigen serta
meningkatnya tekanan karbondioksida pada paru-paru
merangsang kemoreseptor pada sinus karotis sehinggga bayi mulai
bernafas, rangsangan dingin pada muka dapat merangsang awalan
gerakan nafas.
Tekanan yang terjadi dirongga dada bayi saat melewati jalan
lahir mengakibatkan hilangnya setengah cairan yang terdapat pada
paru-paru bayi (normalnya paru-paru yang cukup bulan
mengandung 80-100 ml cairan) sehingga setelah bayi lahir cairan
yang hilang digantikan oleh udara, dan paru-paru mengembang
dan rongga dada kembali kebentuk semula.
2) Pengaturan suhu tubuh
59
2) Sistem pencernaan
Setelah plasenta lahir akan terjadi penurunan produksi
progesterone. Hal ini mengakibatkan nyeri ulu hati (heartburn)
dan sembelit. Penyebabnya bisa dikarenakan inaktivitas motilitas
pada usus akibat keseimbangan cairan yang berkurang sewaktu
bersalin dan hambatan defekasi akibat nyeri pada bagian perineum
akibat luka episiotomi.
3) Sistem perkemihan
Diuresis sering terjadi pada 2-3 hari pasca partum. Diuresis
dapat terjadi karena saluran urin yang mengalami dilatasi. Kondisi
ini dapat kembali normal pada 4 minggu pasca partum. Setelah
persalinan, kandung kemih mengalami hipotonik, edema, dan juga
kongesti. Hal ini akibat aanya overdistensi pada waktu kala II
serta tertahannya urine selama persalinan. Penyebab sumbatan
pada uretra adalah trauma saat proses persalinan dan dapat
berkurang setelah 24 jam pasca partum.
4) Sistem endokrin
Saat plasenta melepaskan diri dari dinding uterus, terjadi
penurunan kadar HCG, dan HPL secara bertahap dan akan
kembali normal setelah 7 hari pasca partum.
5) Sistem kardiovaskular
Saat persalinan normal ibu kehilangan darah sekitar 200-500
ml, sedangkan pada persalinan SC ibu kehilangan darah dua kali
lebih banyak dibandingkan persalinan normal. Setelah persalinan,
volume darah ibu akan bertambah. Hal ini akan menambah kinerja
jantung dan menimbulkan decompensatio cordis pada ibu dengan
vitum cardio.
g. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
71
a) Pengertian KB
Keluarga berencana atau famility planning, planned
parenthood merupakan suatu tindakan untuk merencanakan,
menjarangkan jarak dan jumlah serta menunda kehamilan
dengan menggunakan alat kontrasepsi (Jannah & Rahayu,
2017).
b) Tujuan KB
Tujuan penggunaan KB adalah untuk melakukan
pengaturan jarak kehamilan agar sesuai dengan kebutuhan
ekonomi keluarga sehingga meningkatkan kesejahteraan
anggota keluarga (Jannah & Rahayu, 2017).
c) Macam-macam Kb untuk ibu nifas
Menurut (Bkkbn, 2014) kontrasepsi yang bisa digunakan
oleh ibu nifas yang menyusui yaitu:
(1) MAL (metode amenorhea laktasi)
MAL merupakan yang dipengaruhi oleh pemberian
ASI ekslusif. Metode MAL dapat digunakan secara efektif
apabila:
(a) Menyusui dengan sering kurang lebih 8 kali sehari
(b) Ibu belum menstruasi
(c) Bayi berusia kurang dari 6 bulan
Metode MAL dapat efektif selama 6 bulan, jika
frekuensi pemberian ASI berkurang atau bayi tidak lagi
mendapatkan ASI secara ekslusif maka perlu memakai
alat kontrasepsi yang lain.
(2) Pil Progestin (mini pil)
Mini pil merupakan tablet yang hanya terdapat
hormone progestin dengan dosis rendah. Alat kontrasepsi
ini cocok digunakan oleh ibu menyusui karena tidak
75
c) Mengurangi stress
d) Membantu pikiran dan perasaan ibu menjadi lebih baik
e) Meningkatkan serta melancarkan produksi ASI
3) Cara melakukan pijat oksitosin
a) Pastikan bagian punggung ibu menggunakan pakaian terbuka,
dan siapkan wadah untuk menampung ASI yang keluar saat
pemijatan dilakukan.
b) Jika berkenan lakukan kompres hangat terlebih dahulu pada
payudara dan pijat bagian payudara terlebih dahulu
c) Libatkan suami dalam proses pemijatan
d) Pijat oksitosin dapat dilakukan dengan posisi duduk dengan
kepala ditundukan pada meja dan kursi
e) Lakukan perabaan pada tulang yang menonjol pada leher
bagian belakang
f) Dari tonjolan pertama turun kebawah dengan jarak 1-2 cm
dan kanan kiri jarak 1-2 cm, gunakan jari untuk mulai
memijat
g) Pemijatan bisa menggunakan jempol atau punggung jadi
telunjuk kanan dan kiri.
h) Jika ibu terlalu gemuk pemijatan bisa dilakukan
menggunakan kepalan tangan
i) Gerakan pemijatan bisa dilakukan sampai batas BH atau bisa
dilakukan sampai ke pinggang
j) Pijat oskitosin dapat dilakukan kapanpun ibu siap selama 3-5
menit.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Lestari, 2017) bahwa
terdapat perbedaan dalam hal banyaknya produksi ASI dan kadar
hormone okstosin pada ibu yang melakukan pijat oksitosin dan
79
c. Assesment (analisis)
Tahap assessment merupakan tahap penilaian interpretasi atau
kesimpulan dari pengkajian yang dilakukan berdasarkan data subjektif
dan objektif.
d. Perencanaan (planning)
Perencanaan diartikan dengan menentukan rencana tindakan saat
ini atau yang akan datang. Perencanaan dilakukan berdasarkan hasil
pengkajian dan intrepretasi. Komponen dalam perencanaan yaitu:
1) Perencanaan
2) Penatalaksanaan
3) Proses evaluasi
5. Standar pelayanan kebidanan
Menurut (Liva Maita Dkk, 2015) Standar pelayanan kebidanan terdiri dari
24 standar yaitu:
a. Standar asuhan pelayanan umum
1) Standar 1 : Persiapan kehidupan keluarga sehat
2) Standar 2 : Pencatatan serta pelaporan
b. Standar pelayanan kehamilan
1) Standar 3 : Identifikasi ibu hamil
2) Standar 4 : pemeriksaan dan pemantauan kehamilan
3) Standar 5 : palpasi abdomen
4) Standar 6 : penanganan anemia ibu hamil
5) Standar 7 : skrining hipertensi ibu hamil
6) Standar 8 : persiapan persalinan
c. Standar penanganan persalinan
1) Standar 9 : Asuhan pada persalinan kala I
2) Standar 10 : Asuhan persalinan kala II secara aman
3) Standar 11 : Manajemen aktif persalinan kala III
82
BAB III
3. Tahap penyelesaian
Tahap akhir proses asuhan kebidanan adalah dengan mengevaluasi
tindakan yang telah diberikan dengan penyusunan laporan tugas akhir
sesuai dengan prosedur agar mengetahui keberhasilan asuhan
berkesinambungan yang dilakukan oleh Ny.I selama masa kehamilan,
proses bersalin, masa nifas, bbl, dan saat KB yang dimulai dengan
penyusunan hasil, penarikan kesimpulan, serta persiapan ujian akhir LTA.
G. Sistematika Dokumentasi Kebidanan
Menurut (Widiastani, 2018) dokumentasi kebidanan menggunakan SOAP
dan pola pikir varney yang teridiri dari 4 tahap secara berurutan. Dokumentasi
SOAP dimulai dari awal pasien datang hingga dilakukan asuhan.
Dokumentasi SOAP terdiri atas:
1. S (subjektif)
Data subjektif diperoleh melalui anamnesa atau pengkajian awal berupa
wawancara untuk menggali informasi dari pasien untuk mendukung
penegakan diagnosa.
2. O (objektif)
Data objektif diperoleh melalui hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang didapatkan dari pemeriksaan sendiri atau pemeriksa lain.
3. A (assessment/analisi).
Analisi merupakan proses penegakan diagnosa atau masalah kebidanan
berdasarkan data subjektif dan objektif.
4. P (planning)
Berisi tentang perencanaan, penatalaksanaan serta evaluasi asuhan yang
akan diberikan meliputi tindakan antisipatif, tindakan segera, maupun
tindakan secara komprehensif.
98
99
DAFTAR PUSTAKA
99
100
Jannah, N., & Rahayu, S. (2017). Kesehatan Reproduksi & Keluarga Berencana.
Jakarta: EGC.
Jayanti, I. (2019). Evidence based dalam praktik kebidanan. Yogyakarta: Depublish.
Kemenkes RI. (2017). Pedoman_Umum_Gentas_Gerakan_berantas_obesitas.pdf.
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile
2018].http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf
Legawati. (2018). Asuhan Persalinan & Bayi Baru Lahir. jakarta: Wineka Media.
Lestari, N. (2017). Pijat Oksitosin Pada Ibu Postpastum Primipara Terhadap Produksi
ASI dan Kadar Hormon Oksitosin. Jurnal Ners Dan Kebidanan, 4(2), 98–103.
https://doi.org/10.26699/jnk.v4i
Liva Maita Dkk. (2015). Asuhan Kebidanan Bagi Para Bidan di Komunitas.
Yogyakarta: Depublish.
Marmi. (2012). Intranal care asuhan kebidanan pada persalinan. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Maulana, M. (2016). Panduan Lengkap Kehamilan. Yogyakarta: Katahati.
Mutmainnah dkk. (2017). Asuhan Persalinan Normal dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: penerbit ANDI.
Naviri, T. (2011). Buku Pintar Ibu Hamil. Jakarta: PT Gramedia.
Noorbaya, S., & Johan, H. (2019). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Sekolah.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Noordiati. (2018). Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah.
Malang: Wineka Media.
Nurhayati dkk. (2013). Konsep kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Nurwiandani, W. (2018). Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Ocviyanti, D., & Dorothea, M. (2018). Masalah dan Tata Laksana Obesitas dalam
Kehamilan. 251–257.
Oktarina, M. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinana dan Bayi Baru
Lahir. Yogyakarta: Depublish.
Pitriani, R., & Andriyani, R. (2014). Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Normal. Yogyakarta: Depublish.
101
Rini, S., & Kumala, F. (2017). Panduan Asuhan Nifas & Evidence Based.
Yogyakarta: Depublish.
SMI, M., & Proverawati, A. (2010). Nutrisi Janin dan Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Sosetyowati dkk. (2019). Peranan Gizi Dalam Upaya Mencegah Penyakit Tidak
Menular. Yogyakarta: UGM Press.
Sugyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukarni dkk. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wafiyatunisa, Z., & Rodiani. (2016). Hubungan Obesitas dengan Terjadinya
Preeklampsia. Majority, 5(5), 184–190.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/907/815