Anda di halaman 1dari 101

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses yang diawali oleh pembuahan hingga
terjadinya persalinan. Peristiwa ini terjadi dikarenakan sel sperma yang
membuahi sel telur hingga terjadi nidasi (penempelan) dan akan bertumbuh
menjadi janin. Kehamilan terjadi selama 40 minggu dan terbagi menjadi 3
trimester. Selama kehamilan ibu akan mengalami perubahan-perubahan baik
dari fisik maupun psikologis. Kehamilan merupakan proses yang alamiah dan
sehat. Namun, kehamilan dipengaruhi oleh kondisi medis ibu sehingga
kehamilan sering kali menimbulkan risiko hingga komplikasi pada ibu
(Hatini, 2018).
Berdasarkan data Rakerkesnas 2019 bahwa 15% ibu hamil mengalami
komplikasi sedangkan 85% dalam batas normal. Sebagian besar terjadinya
komplikasi tidak dapat diprediksi dikarenakan semua kehamilan memiliki
risiko yang berbeda-beda. Komplikasi yang terjadi pada ibu dan tidak segera
ditangani dengan baik dan tepat waktu sering dikaitkan dengan kualitas
pelayanan kesehatan yang kurang baik (Achadi, 2019).
Upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
khususnya bagi ibu dan anak adalah dengan menjamin bahwa setiap ibu dapat
mengakses serta mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Pelayanan kesehatan tersebut diantaranya, pelayanan kehamilan, pertolongan
persalinan dengan nakes terlatih, pelayanan pasca bersalin yang berkualitas
bagi ibu serta bayi, penanganan khusus dan rujukan segera jika terjadi
komplikasi, serta pelayanan keluarga berencana (KB) dan KB pasca salin
(Kemenkes RI, 2019).
2

Selama masa kehamilan, akan ada banyak risiko yang terjadi pada ibu
hamil dalam semua keadaan. Salah satunya adalah ibu hamil dengan obesitas.
Obesitas atau berat badan berlebih (overweight) merupakan suatu keadaan
yang diakibatkan akumulasi lemak berlebih yang dapat mengganggu
kesehatan. Salah satu cara mudah untuk menentukan berat badan berlebih
pada orang dewasa adalah dengan menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT).
Seseorang di kategorikan memiliki berat badan berlebih apabila hasil IMT
lebih dari atau sama dengan 30 kg/m2 (Naviri, 2011).
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2013,
angka obesitas pada perempuan dewasa di Indonesia (>18 tahun) 32,9%,
terdapat peningkatan 18,1% dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5% dari tahun
2010 (15,5%). Prevalensi wanita subur yang mengalami obesitas di
Yogyakarta 18,5%. Sedangkan di Kabupaten Bantul prevalensi wanita subur
yang mengalami gemuk sebanyak 7,9% dan obesitas 1 % (Riskesdas, 2013).
Peningkatan berat badan pada saat hamil sering kali menimbulkan rasa
cemas pada wanita, terutama pada saat setelah persalinan. Normalnya
peningkatan berat badan ibu hamil yaitu 12,5 – 17,5 kg. Menurut Institue Of
Medicine (IOM) 2010 menyebutkan bahwa anjuran penambahan berat badan
total bagi ibu hamil dengan berat badan berlebih adalah 6,8 – 11,3 kg tanpa
memandang kelas obesitas (Ocviyanti & Dorothea, 2018).
Keadaan berat badan yang berlebih merupakan salah satu kondisi
obstretri berisiko tinggi. Berat badan berlebih atau obesitas yang terjadi
sebelum kehamilan terbukti dapat meningkatkan terjadinya komplikasi pada
kehamilan, seperti peningkatan kejadian abortus spontan, pertumbuhan janin
yang lambat, kelainan kongenital pada janin, meningkatnya risiko infeksi,
masalah hipertensi pada kehamilan, terjadinya diabetes gestasional,
meningkatnya risiko persalinan dengan SC (secio caecare) dan juga kematian
pada ibu serta janin (Anggreini & Dian, 2017).
3

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Wafiyatunisa & Rodiani,


2016) menunjukan bahwa ibu hamil dengan hasil perhitungan IMT >35 pada
sebelum kehamilan memiliki risiko empat kali lipat mengalami preeklamsia
dibandingkan dengan ibu hamil dengan skor IMT 19-27. Hal ini dikarenakan
terjadi peningkatan kadar ADMA (Asymmetric dimethylarginine). ADMA
merupakan suatu inhibitor endogen dari Nitrit oxide sintase (NOS) yang dapat
meningkat pada wanita dengan berat badan berlebih dan mempengaruhi
terjadinya preklamsia.
Upaya pemerintah dalam menurunkan jumlah angka obesitas di
Indonesia adalah dengan adanya GENTAS (Gerakan Nusantara Tekan Angka
Obesitas). GENTAS merupakan suatu program dalam pencegahan serta
pengendalian masalah obesitas. Program ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan serta kesadaran masyarakat tentang bahaya penyakit yang
disebabkan oleh obesitas seperti diabetes, kanker, dan hipertensi,
meningkatkan kesadaran masyarakat agar selalu melakukan aktivitas fisik,
meningkatkan kepedulian bagi kelompok obesitas agar menurunkan berat
badan, serta meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap obesitas dengan
menghitung skor IMT (Kemenkes RI, 2017).
Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatan
pelayanan kesehatan dengan menjalankan program pelayanan
berkesinambungan. Pelayanan berkesinambungan atau COC (Continuity Of
Care) merupakan pelayanan yang tercapai ketika terjalinnya hubungan secara
berkelanjutan antara seorang klien dan bidan. Asuhan yang berkesinambungan
dilakukan dengan tujuan memberikan pelayanan secara menyeluruh yang
dapat di mulai dari masa prakonsepsi, awal kehamilan, selama kehamilan di
setiap trimester, proses persalinan, perawatan BBL, hingga pasca persalinan 6
minggu yang dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional (Legawati, 2018).
Berdasarkan pernyataan diatas maka penulis melakukan asuhan
berkesinambungan (Continunity of Care) pada Ny . I umur 25 tahun mulai
4

dari kehamilan TM III, persalinan, pasca bersalin (nifas), dan asuhan pada
bayi baru lahir dikarenakan berat badan berlebih yang di alami pada Ny.I yang
di dapatkan dari hasil pengkajian dapat menyebabkan beberapa risiko seperti
peningkatan kejadian abortus spontan, pertumbuhan janin yang lambat,
kelainan kongenital pada janin, meningkatnya risiko infeksi, masalah
hipertensi pada kehamilan, terjadinya diabetes gestasional, meningkatnya
risiko persalinan dengan SC (secio caecare) dan bahkan kematian pada ibu
serta janin. Asuhan di lakukan di PMB Mei Muhartati Kledokan Sleman
Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah yaitu
“Bagaimana Penerapan Manajemen Kebidanan dan Asuhan Kebidanan yang
dilakukan Pada Ny.I Umur 25 Tahun Primigravida di PMB Mei Muhartati”.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan secara continuitiy of care
(berkesinambungan) pada Ny I umur 25 tahun primigravida di PMB Mei
Muhartati Sleman Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan asuhan kehamilan pada Ny I umur 25 tahun primigravida
di PMB Mei Muhartati sesuai dengan standar pelayanan kebidanan
b. Melakukan asuhan persalinan pada Ny I umur 25 tahun primigravida
di PMB Mei Muhartati sesuai dengan standar pelayanan kebidanan
c. Melakukan asuhan bayi baru lahir pada Ny I umur 25 tahun
primigravida di PMB Mei Muhartati sesuai dengan standar pelayanan
kebidanan
5

d. Melakukan asuhan nifas pada Ny I umur 25 tahun primigravida di


PMB Mei Muhartati sesuai dengan standar pelayanan kebidanan

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil studi kasus ini dapat menjadi bahan untuk menambah
keilmuan tentang asuhan kebidanan berkelanjutan pada ibu hamil,
bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa Kebidanan
Mahasiswa dapat menerapkan tentang asuhan kebidanan kehamilan,
persalinan, nifas, dan BBL serta dapat digunakan sebagai bahan
referensi tambahan dalam pembelajaran.
b. Bagi klien Ny I
Klien mendapatkan asuhan kebidanan secara komprehensif yaitu
kehamilan, persalinan, nifas, dan BBL.
c. Bagi Bidan di PMB Mei Muhartati
Diharapkan asuhan kebidanan ini dapat digunakan sebagai bahan
pengembangan upaya-upaya dalam meningkatkan pelayanan
kesehatan seperti asuhan komplementer.
6

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Asuhan


1. Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah fertilisasi atau penggabungan spermatozoa (sel
sperma) dan ovum (sel telur) yang dilanjutkan dengan nidasi atau
penempelan. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari atau 40
minggu. Kehamilan dibagi dalam 3 trimester. Trimester pertama di
mulai dari awal konsepsi hingga 12 minggu. Trimester kedua dimulai
dari minggu ke- 13 hingga minggu ke 27 (15 minggu), dan trimester
ketiga dimulai dari minggu ke 28 hingga ke 40 (13 minggu)
(Prawirohardjo, 2014).
Kehamilan merupakan proses bertumbuh dan berkembangnya janin
di dalam rahim ibu mulai dari masa konsepsi hingga akhirnya terjadi
persalinan. Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah. Namun
menjadi masa yang sulit bagi ibu sehingga ibu membutuhkan dukungan
serta motivasi dari berbagai pihak (Sukarni dkk, 2013)
b. Perubahan Anatomi Fisiologi Ibu Hamil
1) Perubahan pada organ reproduksi
Menurut(Hatini, 2018) perubahan-perubahan pada organ reproduksi
ibu hamil antara lain :
a) Uterus
Pada saat trimester II uterus akan mengalami pembesaran
dalam rongga pelvis seiring dengan perkembangannya.
Semakin lama uterus akan menyentuh dinding abdominal dan
hampir mencapai hati, serta mendorong usus ke atas dan
7

kesamping. Pada trimester ini pemeriksaan bimanual dapat


dilakukan untuk mendeteksi adanya kontraksi. Palpasi fundus
uteri dapat dilakukan sejajar dengan umbilikus. Sejak trimester
kedua hingga aterm, bentuk uterus seperti silinder dan
berbentuk kubah pada bagian fundus, teraba lebih tebal dan
bulat.

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri Menurut Mc. Donald

No Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri


1 22-28 minggu 24-25 cm diatas simfisis
2 28 minggu 26,7 cm diatas simfisis
3 30 minggu 29,5-30 cm diatas simfisis
4 32 minggu 29,5-30 cm diatas simfisis
5 34 minggu 31 cm diatas simfisis
6 36 minggu 32 cm diatas simfisis
7 38 minggu 33 cm diatas simfisis
8 40 minggu 37,7 cm diatas simfisis
Sumber : (Maulana, 2016)
Tabel 2.2Tinggi Fundus Uteri Menurut Leopold

No Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri


1. 28 minggu 2-3 jari diatas pusat
2. 32 minggu Pertengahan pusat-px
3. 36 minggu 3 jari dibawah px atau sampai
setinggi pusat
4. 40 minggu Pertengahan pusat-px, tetapi
melebar kesamping
Sumber : (Maulana, 2016)
b) Serviks
Selama masa kehamilan, terjadi pelunakan dan sianosis
pada serviks. Kelenjar pada serviks mengalami pertumbuhan
8

(proliferasi). Setelah terjadinya konsepsi kanalis servikalis


akan tertutupi oleh mucus/lendir yang kental. Pada saat
persalinan akan menghasilkan mucus yang biasanya ditandai
dengan perdarahan.
c) Ovarium
Fungsi ovarium selama masa kehamilan akan terhenti dan
sehingga proses pematangan folikel baru ditunda. Terdapat satu
korpus latcum yang ada di ovarium. Folikel berfungsi
maksimal hanya selama 6-7 minggu awal masa kehamilan dan
setelah itu berperan sebagai penghasil hormon progesteron
dalam jumlah minimal.
d) Vagina dan vulva
Pada trimester kedua akan terjadi peningkatan cairan
vagina. Pengeluaran cairan pada vagina selama kehamilan
merupakan hal yang normal. Cairan yang keluar biasanya agak
kental, ketika mendekati persalinan cairan akan berubah
menjadi agak cair. Pentingnya menjaga kebersihan alat
genetalia sangat di perlukan agar kondisi tidak bertambah
buruk.
Selama kehamilan terjadi peningkatan vaskularisasi dan
hipernemia yang terlihat jelas pada permukaan kulit dan otot
otot di area perineum dan vulva, hal ini menyebabkan bagian
vulva terlihat keunguan yang dikenal sebagai tandal chedwick.
Perubahan yang terjadi meliputi menipisnya mukosa dan
hilangnya beberapa jaringan ikat dan hipertrofi sel-sel otot
polos.
e) Payudara
Pada bulan pertama kehamilan akan timbul sensai gatal
seperti kesemutan hal ini di sebabkan oleh meningkatnya suplai
9

darah khususnya pada sekitar putting susu. Pada bulan kedua


ukuran payudara akan mengalami peningkatan, timbul rasa
nyeri yang di sebabkan oleh hipertrofi pada alveoli, permukaan
payudara tampak halus dan kebiruan. Pada masa ini pembuluh
vena tampak terlihat di bawah kulit. Terjadi hiperpigmantasi
pada daerah aerola yang menyebabkan perubahan warna
menjadi lebih gelap. Pada trimester kedua akan terjadi
pengeluaran cairan kekuningan (colostrume), cairan ini akan
keluar apabila daerah aerola di pencet.
2) Kulit
Perubahan yang sering muncul pada area kulit pada saat
kehamilan adalah adanya stretchmark atau seperti striae
gravidarum semacam guratan yang terjadi pada sekitar perut,
munculnya garis vertika di perut ibu (linea nigra) dan bercak putih
(chloasma gravidarum).
3) Sistem pernafasan
Sejalan pertumbuhannya, janin akan mendorong diafragma
keatas, terjadi perubahan rongga dan bentuk tetapi tidak
merubahnya menjadi lebih kecil. Kapasitas paru-paru ibu hamil dan
yang ibu tidak hamil tetaplah sama dan tidak mengalami perubahan
yang berarti. Selama kehamilan kebutuhan oksigen meningkat.
Dikarenakan bentuk dan rongga torak yang sedikit terjadi
perubahan dan ibu hamil cenderung bernafas lebih cepat. Banyak
ibu hamil yang mengeluhkan sesak nafas.
Selama kehamilan, terjadi perubahan telak diafragma
disebabkan pertumbuhan janin, volume tidal meningkat, dan terjadi
peningkatan O2 dalam darah. Umumnya terjadi pembengkakan pada
mukosa membran yang sering mengakibatkan ibu mengalami
hidung tersumbat, dispnea, serak, dsb.
10

4) Sistem grastrointestinal
Terjadi penurunan asam lambung, sering terjadinya mual
muntah pada awal kehamilan, gerak peristaltik menjadi terlambat
mengakibatkan rasa kembung, nyeri ulu hati dan konstipasi.
5) Sistem perkemihan
Pada umumnya, ginjal yang normal dapat mengatasi kerja
tambahan tanpa menyebabkan adanya masalah tekanan dikarenakan
janin yang semakin besar dapat menyebabkan statis urine.
Pertumbuhan janin yang semakin besar sering kali mengakibatkan
ibu hamil sering buang air kecil di sebabkan karena penekanan di
kandung kemih oleh uterus.
6) Sistem kardiovaskuler
Selama kehamilan berlanjut, peningkatan volume darah
mencapai 30% sampai 50%. Hormon estrogen memicu adrenal
untuk mensekresi aldosterone. Menyebabkan retensi garam dan air.
Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan volume darah dan
edema pada jaringan. Namun, tekanan darah tidak mengalami
perubahan. Jika terjadi perubahan maka menandakan adanya
preeklamsia (Hamilton, 2015).
c. Ketidaknyamanan Ibu Hamil
Kehamilan merupakan proses alamiah yang terjadi pada wanita.
Namun, seiring berjalannya waktu wanita akan mengalami
ketidaknyamanan. Keluhan-keluhan yang di alami merupakan hal yang
normal. Meskipun ketidaknyamanan tidak membahayakan keselamatan
ibu, tetapi hal ini dapat membuat ibu merasa terganggu. Sehingga
sebagai seorang bidan, dituntut kemampuan untuk mengatasi keluhan
tersebut (Dewi & Sunarsih, 2011).
1) Trimester II
a) Keputihan
11

Keputihan merupakan pengeluaran cairan bukan darah.


Disebabkan oleh hyperplasia mukosa vagina, dan meningkatnya
produksi lendir atau cairan dan kelenjar endocervikal yang di
akibatkan peningkatan kadar estrogen. Keputihan juga
berhubungan dengan kebersihan daerah genetalia, keputihan
umumnya di sebabkan oleh jamur. Agar masalah keputihan tidak
bertambah buruk maka ibu dapat mengatasinya dengan selalu
menjaga kerbersihan organ genetal dengan rutin mengganti
celana dalam dan menjaga area kemaluan agar tetap kering dan
terjaga kelembabannya.
b) Varises
Disebabkan oleh meningkatnya kongesti vena bagian bawah
sejalan dengan tekanan oleh uterus. Jaringan elastis yang mulai
rapuh disebabkan oleh estrogen, bawaan keluarga, serta faktor
usia dan kebiasaan berdiri terlalu lama. Untuk mengurangi
keluhan ibu, bisa melakukan latihan fisik, hindari berdiri terlalu
lama, biasakan tidur dengan posisi kaki lebih tinggi, dan
menghindari pakaian ketat.
c) Sembelit
Penyebab sembelit yaitu meningkatnya kadar progesteron
yang mengakibatkan melambatnya gerak peristaltik, penurunan
motilitas akibat relaksasi otot polos di usus besar, dan
meningkatnya penyerapan air dari kolon, efek samping konsumsi
suplemen penambah darah. Cara mengatasinya dengan
perbanyak makan-makanan yang mengandung serat seperti
pepaya, perbanyak air putih, dan melakukan latihan fisik.
d) Perut kembung
Pada trimester II fungsi gastrointestinal menurun sehingga
mengakibatkan terlambatnya waktu pengosongan. Selain itu bisa
12

disebabkan karena menelan udara yang banyak. Dapat diatasi


dengan menghindari makanan yang mengandung gas, dan
mengunyah makanan sampai halus.

e) Sakit kepala
Sakit kepala selama kehamilan disebabkan oleh kontraksi
ketegangan otot, dan biasanya karena kelelahan. Untuk
mengurangi keluhan sakit kepala dengan melakukan teknik
relaksasi, memijat bagian leher dan otot bahu, melakukan
kompres hangat di area leher, istirahat yang cukup, dan mandi
dengan air hangat.
f) Nyeri punggung
Seiring bertambah besarnya uterus, keluhan nyeri punggung
sering kali dirasakan oleh ibu. Hal ini dikarenakan melemahnya
ketahanan ligamen (jaringan ikat) yang menopang uterus. Ketika
ibu mengalami nyeri pinggang, ibu cenderung mengarahkan
tubuhnya kedepan, hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya
lordosis. Untuk itu ibu disarankan membiasakan posisi tegak saat
berdiri dan gunakan bantal sebagai penyangga tubuh ketika
duduk. Cara mengurangi nyeri pinggang saat hamil bisa dengan
teknik relaksasi, dan kompres hangat.
2) Trimester III
Menurut (Maulana, 2016) macam-macam ketidaknyamanan pada
trimester III antara lain :
a) Frekuensi kemih meningkat
Sering buang air kecil merupakan keluhan hampir di alami
oleh semua ibu hamil. Penyebabnya adalah karena tekanan pada
kandung kemih oleh uterus yang semakin membesar. Cara
pencegahannya dengan cara mengosongkan kandung kemih
13

ketika terdapat dorongan ingin berkemih, memperbanyak minum


di siang hari dan kurangi minum malam hari mendekati waktu
tidur. Serta batasi minuman yang mengandung diuretic alami.

b) Sesak nafas
Sesak nafas biasa terjadi pada trimester akhir. Hal ini
dikarenakan uterus yang semakin membesar sehingga mendesak
paru-paru dan diafragma. Penyebab lainnya bisa karena
peningkatan hormone kehamilan yang berakibat pada
membesarnya pembuluh darah disaluran pernafasan. Untuk
mengurangi sesak nafas dianjurkan untuk tidak mengangkat
beban yang berat, berjalan tegak, latihan pernafasan, tidur
dengan posisi miring, serta berolahraga ringan.
c) Pembengkakan/edema pada kaki
Pembengkakan pada kaki disebabkan oleh penimbunan
cairan. Kebiasaan duduk terlalu lama sering kali menjadi
penyebab keluhan ini. Cara mengatasinya yaitu dengan
mengganjal kaki ketika berbaring sehingga posisi kaki lebih
tinggi daripada kepala.
d) Kram pada kaki
Kaki kram merupakan kontraksi keras di area otot betis atau
otot telapak kaki. Pada umumnya, kram kaki sering terjadi pada
malam hari dengan durasi 1-2 menit. Penyebab kram kaki adalah
sirkulasi darah yang kurang lancar dan pemenuhan nutrisi yang
kurang baik (terlalu banyak garam, dan kurang kalsium). Cara
mengatasi kram kaki dengan menggerakan kaki maju mundur
diatas botol kosong minimal 20 kali per kaki dan dilakukan
sebelum tidur.
e) Insomnia
14

Insomnia sering disebabkan oleh gerakan janin yang semakin


aktif, sering buang air kecil, sesak nafas, atau karena keluhan
yang lain. Cara mengatasinya dengan teknik relaksasi,mandi air
hangat, masase punggung, dan membuat sentuhan-sentuhan
lembut pada perut.
d. Tanda Bahaya Kehamilan
Menurut (Dewi & Sunarsih, 2011) tanda-tanda bahaya kehamilan terdiri
dari :
1) Perdarahan Per Vaginam
Pada awal kehamilan, ibu akan mengalami sedikit
perdarahan/spotting diwaktu mulai terlambatnya haid. Perdarahan
tersebut merupakan perdarahan implantasi yang normal terjadi.
Perdarahan kehamilan patologis dibagi menjadi 2 yaitu:
a) Perdarahan pada awal kehamilan
Perdarahan yang terjadi di usia kehamilan kurangg dari 22
minggu. Perdarahan dapat dikatakan tidak normal apabila darah
yang keluar berwarna merah, jumlah banyak disertai rasa nyeri.
Jika terjadi perdarahan semacam ini perlu di waspadai
terjadinya abortus, hamil ektopik, dan kehamilan mola.
b) Perdarahan pada kehamilan usia lanjut
Perdarahan yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 22
minggu. Perdarahan ini dapat dikatakan tidak normal apabila
darah yang keluar berwarna merah segar atau merah tua disertai
bekuan, dan perdarahan banyak disertai rasa nyeri. Jika terjadi
perdarahan semacam ini perlu di waspadai adanya plasenta
previa, solusia placenta, dan ruptur uteri.
2) Sakit kepala hebat
Sakit kepala yang hebat selama kehamilan sering kali menjadi
ketidaknyamanan dan merupakan hal yang normal selama hamil.
15

Namun, sakit kepala dapat menjadi membahayakan jika sakit kepala


yang dirasakan menetap dan tidak hilang dengan istirahat. Jika sakit
kepala disertai dengan penglihatan yang kabur maka perlu dicurigai
adanya gejala preeklmasia.
3) Gerakan janin berkurang
Gerakan janin dapat dirasakan pada usia kehamilan 20-24
minggu. Namun, beberapa ibu merasakan gerakan janin lebih awal.
Bayi harus bergerak sedikitnya 3 kali dan jangka waktu 3 jam.
Gerakan janin dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu usai
kehamilan, transport glukosa, stimulus suara, kebiasaan janin, dan
kebiasaan ibu seperti merokok, dan penggunaan obat-obatan
tertentu. Untuk mengetahui pergerakan janin berkurang atau tidak
perlu dilakukan perhitungan dengan metode perhitungan gerakan
janin oleh Cardiff Count to ten dengan cara:
a) Menghitung sekali dalam sehari
b) Perhitungan dilakukan pada waktu yang sama. Misal : tiap jam
6 pagi
c) Melakukan pencatatan lama waktu yang di butuhkan untuk 10
gerakan
d) Dalam 10 jam minimal 10 gerakan
e) Jika dalam 10 jam kurang dari 10 gerakan atau terjadi
peningkatan waktu untuk mencapai 10 gerakan, maka NST
harus segara dilakukan.
4) Nyeri perut hebat
Nyeri abdomen yang membahayakan adalah nyeri yang hebat,
menetap, dan tidak hilang dengan istirahat. Perlu dicurigai adanya
apendisitis, kehamilan ektopik, penyakit radang panggul, gastritis,
abrupsio plasenta, ISK, dan infeksi lainnya.
5) Pandangan kabur
16

Masalah penglihatan yang membahayakan ibu hamil adalah


perubahan yang secara mendadak, misalnya padangan kabur dan
berbayang, melihat bintik-bintik dan berkunang-kunang. Selain itu,
terjadinya diplopia, skotoma, dan ambiliopia merupakan tanda
adanya preeklamsia berat dan mengarah ke eklamsia. Hal ini dapat
disebabkan karena perubahan peredaran darah dalam penglihatan
pusat dikorteks serebri atau retina. Perubahan ini bisa disertai
dengan sakit kepala yang hebat.
6) Ketuban pecah/merembes sebelum waktunya
Ketuban yang pecah pada usia kehamilan lebih dari 37 minggu
adalah hal yang normal. Namun, jika terjadi pada usia kehamilan
kurang dari 37 minggu menandakan adanya gangguan yang
membahayakan bagi ibu dan janin. Hal ini ditandai dengan
keluarnya cairan pada genetalia seperti air kemih namun tidak
terasa seperti berkemih.
7) Pembengakakan pada wajah telapak tangan dan kaki
Bengkak pada kaki merupakan ketidaknyamanan yang biasa
dialami oleh ibu hamil. Ketidaknyamanan tersebut biasanya akan
hilang setelah istirahat. Namun, jika bengkak pada kaki tidak hilang
setelah istirahat dan disertai dengan peningkatan tekanan darah,
pandangan kabur, serta sakit kepala yang hebat. Maka ibu harus
waspada terjadinya tanda bahaya dan harus segera berkonsultasi
dengan tenaga kesehatan.
e. Kebutuhan Dasar Ibu hamil
Menurut (Dewi & Sunarsih, 2011) kebutuhan fisik ibu hamil sebagai
berikut :
1) Aktivitas fisik
Selama kehamilan aktivitas fisik tetap seperti biasa (tingkat
aktivitas ringan sampai sedang). Jika duduk atau berbaring posisi
17

yang dianjurkan kaki agak ditinggikan. Jika aktivitas dirasa berat


maka dianjurkan untuk dikurangi. Olahraga dapat dilakukan dengan
tingkat ringan sampai sedang dengan tetap diimbangin dengan
istirahat yang cukup.
2) Pekerjaan
Selama kehamilan hindari pekerjaan yang terlalu berat, dan
berhubungan dengan radiasi atau bahan kimia yang dapat
membahayakan kehamilan, khususnya untuk kehamilan muda.
3) Imunisasi
Imunisasi yang dibutuhkan ibu hamil adalah imunisasi TT
(Tetanus Toksoid). Imunisasi TT dilakukan sebagai upaya
pencegahan kematian ibu dan janin.
4) Bepergian/mobilisasi
Bagi ibu hamil, duduk terlalu lama dapat mengakibatkan vena
statis sehingga kaki bengkak. Hal ini dikarenakan darah yang
terkumpul di bagian kaki membeku dipembuluh darah vena dan
terjadilah bengkak. Ibu hamil tidak disarankan untuk menggunakan
sepatu dengan hak tinggi karena selama hamil ibu cenderung susah
untuk mempertahankan keseimbangan tubuh, dan hindari
mengangkat benda berat.
5) Personal Hygiene
Mandi sedikitnya 2 kali sehari, perhatikan area genetalia dengan
menjaganya tetap kering dan bersih. Penggunakan antiseptik pada
vagina tidak disarankan karena akan mematikan bakteri baik pada
vagina. Menggunakan pakaian yang nyaman, memudahkan dalam
pergerakan, pernafasan, dan leluasa dalam perspirasi serta gunakan
BH yang menyangga payudara. Selama kehamilan, tidak disarankan
untuk memakai pakaian yang ketat dan tidak menyerap keringat,
18

karena hal ini dapat mengakibatkan bendungan vena dan terjadi


varises.

6) Seksual
Berhubungan seksual dapat dilakukan seperti biasa jika tidak ada
keluhan. Koitus atau hubungan seksual tidak di anjurkan apabila:
a) Sering mengalami abortus
b) Adanya perdarahan pervaginam
c) Jika usia kehamilan mendapati HPL (hari perkiraan lahir) maka
koitus harus dilakukan dengan hati-hati
d) Ketuban pecah/merembes
7) Nutrisi
Pada saat hamil kebutuhan kalori ibu meningkat sebanyak 300
kalori perhari. Ibu hamil dianjurkan untuk mengonsumsi makanan
cukup protein, vitamin dan zat besi. Konsumsi karbohidrat, gula
dan garam yang berlebih dapat menyebabkan janin tumbuh lebih
besar dibanding usianya. Asupan gizi ibu hamil haruslah seimbang
(Widatiningsih & Dewi, 2017).
a) Kalori
Kebutuhan kalori untuk yang tidak hamil sebanyak 2100
kalori, sedangkan pada ibu hamil meningkat 300 kalori
sehingga menjadi 2400 kalori. Kalori digunakan sebagai
sumber energi.
b) Protein
Asupan protein bagi ibu hamil sebanyak 30 gram per hari.
Protein digunakan untuk pertumbuhan jaringan ibu seperti
uterus, mamae, sel darah merah, dan protein plasma. Protein
juga digunakan sebagai sintesa produk kehamilan seperti janin,
ketuban, dan plasenta.
19

c) Mineral
Kebutuhan mineral sangat penting bagi ibu hamil.
Kebutuhan mineral dapat terpenuhi dengan mengonsumsi
buah-buahan, sayur-sayuran, dan air putih.
d) Vitamin
Kebutuhan vitamin dapat terpenuhi dengan baik dengan
mengonsumsi buah-buahan serta sayur-sayuran. Pemberian
supleman tambahan juga penting bagi ibu hamil. Seperti
pemberian asam folat terbukti efektif dapat mencegah
terjadinya cacat pada janin.
e. Standar Asuhan Kehamilan
1) Pengertian asuhan kehamilan
Asuhan kehamilan atau antenatal care merupakan suatu asuhan
kebidanan sebagai langkah preventif yang dilakukan selama
kehamilan, yang bertujuan agar setiap ibu hamil mendapatkan
pelayanan yang berkualitas (Jayanti, 2019).
2) Tujuan asuhan kehamilan
a) Memantau perkembangan kehamilan dan memastikan
kesehatan ibu dan janin
b) Mingkatkan serta mempertahankan kesehatan ibu dan janin
secara mental, fisik, dan sosil
c) Melakukan skrining secara dini ketidaknormalan atau
komplikasi yang mungkin terjadi
d) Mempersiapkan persalinan yang aman
e) Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal
f) Mempersiapkan peran ibu serta keluarga dalam menerima
kelahiran
3) Frekuensi kunjungan
20

Ibu hamil dianjurkan kunjungan antenatal minimal 4x selama


kehamilan. kunjungan yang pertama dilakukan ketika ibu sudah
mulai terlambat menstruasi sebelum usia kehamilan 14 minggu
(trimester I), kunjungan kedua dilakukan pada trimester II pada usia
kehamilan 14-28 minggu, dan pada trimester III dilakukan dua kali
kunjungan pada usia kehamilan 28-36 minggu dan setelah 36
minggu (Widatiningsih & Dewi, 2017).
4) Standar asuhan kehamilan 14T
Menurut (Jayanti, 2019) dalam melakukan asuhan, tenaga kesehatan
wajib memberikan pelayanan sesuai dengan standar yaitu :
a) Timbang BB dan ukur TB
Pada umunya penimbangan berat badan dilakukan disetiap
kunjungan ibu hamil. Tujuan penimbangan berat badan
dilakukan untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan janin.
Selama kehamilan jika ditemukan adanya kenaikan berat badan
kurang dari 9 kilogram atau dalam 1 bulan tidak naik 1
kilogram maka menunjukan adanya ganggguan pertumbuhan.
Pengukuran tinggi badan biasanya dilakukan di awal
kunjungan kehamilan. Tujuan pengukuran tinggi badan untuk
mendeteksi faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan yang
kurang dari 145 cm akan meningkatkan risiko terjadinya
Cepallo Pelvic Dispropostion (CPD).
b) Ukur tekanan darah (TD)
Pengukuran TD dilakukan setiap kunjungan kehamilan
untuk mendeteki adanya hipertensi (TD >140/90 mmHg) dan
preeklamsia.
c) Ukur tinggi fundus uteri (TFU)
Pengukuran fundus uteri dilakukan disetiap kunjungan
kehamilan. Tujuan pengukuran ini untuk mendeteksi
21

pertumbuhan janin sesuai atau tidak sesuai dengan usia


kehamilan. Pengukuran dilakukan menggunakan pita
pengukuran.
d) Skrining imunisasi TT dan pemberian imunisasi TT
Imunisasi TT (tetanus toksoid) diberikan dengan tujuan
mencegah terjadinya tetanus neonaturum. Pada saat kunjungan
awal ibu ditanyakan mengenai riwayat pemberian imunisasi TT
yang lalu. Status minimal imunisasi TT Ibu hamil adalah TT2
agar mendapat perlindungan terhadap tetanus.
e) Pemberian tablet tambah darah (Fe)
Tablet fe adalah tablet tambah darah yang diberikan kepada
ibu hamil untuk mencegah anemia. Setiap Ibu hamil harus
mendapatkan minimal 90 tablet fe selama kehamilan.
f) Pemeriksaan Hb (Hemoglobin)
Pemerikaan hb dilakukan dengan tujuan mendeteksi anemia
pada Ibu hamil. Normal hb pada Ibu hamil adalah 10.5 – 14 gr
%.
g) Pemeriksaan VDRL
Pemeriksaan VDRL atau veneral diseases research
laboratory adalah pemeriksaan untuk mendeteki penyakit sifilis
pada Ibu hamil.
h) Pemeriksaan protein urine atas indikasi
Pemeriksaan protein urine bertujuan untuk mendeteksi
secara dini adanya preeklamsia.
i) Pemeriksaan urine reduksi atas indikasi
Pemeriksaan urine reduksi hanya dilakukan pada ibu hamil
yang memiliki riwayat DM dari kelaurga atau ibu hamil pernah
menderita penyakit DM.
j) Perawatan payudara
22

Tujuan pemberian perawatan payudara adalah agar


terjaganya kebersihan payudara, memperbaiki ketidaknormalan
pada putting payudara, dan merangsang kelenjar sehingga
produksi ASI lancar.
k) Senam ibu hamil
Manfaat senam bagi ibu hamil adalah mempersipkan
persalinan serta mempercepat pemulihan setelah melahirkan.
l) Pemberian obat malaria
Obat malaria hanya diberikan kepada ibu hamil yang
tinggal didaerah endemik malaria atau pendatang yang berasal
dari daerah endemik malaria. Malaria pada ibu hamil dapat
menyebabkan terjadinya abortus, partus prematurus, serta
anemia.
m) Pemberian kapsul minyak yodium
Asupan yodium yang kurang dapat mengakibatkan penyakit
gondok dan kretin. Hal ini ditandai dengan gangguan
pendengaran, kadar hormon yang rendah, pertumbuhan, dan
gangguan mental.
n) Temu wicara atau konseling
Tujuan asuhan ini adalah membantu Ibu hamil dalam
memahami kehamilannya, dan sebagai salah satu upaya
pencegahan terdahap komplikasi yang terjadi. Selain itu,
membantu itu dalam menentukan asuhan kehamilan, penolong
persalinan, dan tindakan yang mungkin perlu dilakukan.
g. Obesitas Pada Masa Kehamilan
1) Pengertian Obesitas
Obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebih akibat
dari tidak seimbangnya asupan energi (energi intake) dengan energi
23

yang dikeluarkan (energi expenditure) dalam waktu yang cukup


lama (Hastuti, 2019).
Obesitas adalah suatu keadaan yang menunjukan tidak
seimbangnya tinggi badan dan berat badan yang diakibatkan
jaringan lemak yang berlebihan dari dalam tubuh sehingga terjadi
adanya obesitas atau berat badan berlebih (Sosetyowati dkk, 2019).
2) Penyebab Obesitas
Menurut (Sosetyowati dkk, 2019) obesitas dapat terjadi karena
beberapa faktor antara lain :
a) Riwayat keluarga
Keturunan merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya obesitas. Hal ini disebabkan pada saat hamil unsur
sel lemak yang terdapat di dalam tubuh melebihi batas normal
secara otomatis yang di turunkan pada keluarga.
b) Pola makan
Asupan energi yang berlebihan dan memiliki
kandungan lemak serta karbohidrat yang tinggi secara terus
menerus tanpa di imbangi dengan adanya aktifitas fisik dapat
mengakibatkan berat badan berlebih atau obesitas.
c) Aktifitas fisik
Pada dasarnya, jumlah pengeluaran kalori tubuh dapat
dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu aktifitas olahraga secara umum
serta tingkat energi yang dipertahankan untuk memelihara
fungsi minimal pada tubuh. Ibu yang melakukan olahraga
secara teratur maka pengeluaran kalori tubuh juga teratur,
sehingga tidak terdapat kelebihan kalori yang tersimpan dalam
tubuh sehingga menyebabkan obesitas.
3) Klasifikasi obesitas
24

Salah satu metode yang umum digunakan untuk mengukur


tingkat obesitas adalah dengan cara menghitung IMT (Indeks Masa
Tubuh) yang diperoleh dengan cara membagi berat badan dengan
kuadrat tinggi badan (kg/m2) (Hastuti, 2019).
Tabel 2.3 klasifikasi berat badan pada orang dewasa berdasarkan
IMT
Klasifikasi IMT (kg/m2)
Berat badan kurang < 18,5
Normal 18,5-24,9
Obesitas >25,0
Obesitas tingkat I 25,0-29,9
Obesitas tingkat II 35,0-39,9
Obesitas tingkat III >40,0
Sumber : (Hastuti, 2019)
Tabel 2.4 klasifikasi berat badan lebih menurut IMT dan lingkar
perut kriteria asia pasifik
Risiko komorbiditas

Klasifikasi IMT (kg/m2) Lingkar perut


<90 cm (laki- >90 cm (laki-
laki) laki)
<80 cm >80 cm
(perempuan) (perempuan)
Berat badan <18,5 Rendah (risiko Sedang
kurang meingkat pada
masalah masalah
klinis lain)
Kisaran 18,5-22,9 Sedang Meningkat
normal
Berat badan >23,0 - -
lebih
Berisiko 23,0-24,9 Meningkat Moderat
Obesitas I 25,0 -29,9 Moderat Berat
Obesitas II >30,0 Berat Sangat Berat
Sumber : (Hastuti, 2019).

4) Dampak Obesitas
Ibu hamil dengan obesitas memerlukan perhatian yang lebih
dibandingkan dengan ibu hamil dengan berat badan yang normal.
Menurut (Ocviyanti & Dorothea, 2018) komplikasi obesitas yang
terjadi pada ibu hamil antara lain :
25

a) Peoride Antenatal
(1) Hipertensi dalam kehamilan
Berat badan berlebih juga dapat berhubungan dengan
hipertensi pada kehamilan. Hasil penelitian menyebutkan
bahwa wanita dengan berat badan yang berlebih pada
sebelum kehamilan terdapat adanya peningkatan risiko
terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
(2) Diabetes Gestasional
Wanita dengan berat badan berlebih juga memiliki
risiko tinggi mengalami diabetes gestasional. Hasil
penelitian menyebutkan bahwa wanita dengan berat badan
berlebih (IMT 30,0-34,9 kg/m2) lebih berisiko mengalami
diabetes gestasional dibanding dengan wanita dengan berat
badan normal.
Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya diabetes
pada ibu hamil dengan obesitas adalah ekspansi jaringan
adiposa yang berhubungan dengan kehamilan. ekspansi
jaringan adipose tersebut dapat meningkatkan resistensi
insulin dan menginduksi inflamasi.
(3) Preeklamsia
Preeklamsia memiliki ciri-ciri pembengkakan pada
ektermitas seperti kaki, tangan serta wajah, dan terjadi
karena adanya penimbunan cairan tubuh. Akibatnya aliran
darah yang dialirkan ke janin terhambat dan dapat
berakibat fatal. Berat badan berlebih dapat meningkatkan
risiko terjadinya preeklamsia pada ibu hamil. Sebagian
besar wanita yang mengalami obesitas dua sampai tiga kali
lebih mungkin untuk mengalami preeklamsia dibandingkan
wanita dengan berat badan normal.
26

b) Periode Intrapartum
Obesitas tidak hanya berdampak pada saat kehamilan
saja. Namun juga pada saat persalinan. Beberapa penelitian
menyebutkan bahwa wanita dengan obesitas dapat
meningkatkan risiko persalinan secara SC (secio caecarea).
Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa terjadi kegagalan
percobaan persalinan pervaginam pada ibu hamil dengan berat
badan berlebih.
Komplikasi pascapersalinan juga lebih banyak ditemui
pada obesitas morbid dibanding dengan berat badan normal.
Hasil studi menunjukan terjadi peningkatan terjadinya ruptur
uteri pada ibu hamil dengan obesitas dibanding ibu hamil
dengan berat badan normal.
c) Dampak obesitas terhadap janin
Menurut (Diana dkk, 2013) terdapat beberapa dampak negative
obesitas terhadap janin yaitu:
(1) Makrosomia
Bayi baru lahir yang kelebihan berat badan >4kg atau
yang biasa disebut dengan bayi besar. Makrosomia dapat
berkaitan dengan kondisi ibu atau janin pada saat masa
berkembang dalam rahim. Faktor yang dapat
mempengaruhi yaitu faktor genetik seperti ibu mengalami
obesitas, dan diabetes yang tidak terkontrol. Hiperglikemia
pada janin akan mengakibatkan rangsangan pada insulin
yang nantinya merangsang pertumbuhan janin dan
pengendapan lemak serta glikogen.
Ibu mengalami peningkatan berat badan yang
berlebihan dapat melahirkan bayi dengan berat berlebih,
lalu jika sebelumnya memiliki riwayat dengan kelahiran
27

makrosomia maka dapat terjadi kemungkinan pada


kehamilan selanjutnya akan mengalami riwayat kelahiran
yang sama, selain itu ada faktor usia ibu hamil lebih dari
35 tahun.
(2) Prematur
Prematur adalah bayi lahir hidup diantara usia
kehamilan 20 minggu sampai 37 minggu kehamilan.
Prematur dibagi menjadi 3 kategori yaitu, dibawah usia
kehamilan 28 minggu extremely preterm, diantara 28
minggu sampai 32 minggu disebut very preterm, dan untuk
usia kehamilan diantara 32 sampai 36 minggu disebut
moderate preterm.
Penyebab umum yang dapat menyebabkan kelahiran
prematur seringkali tidak diketahui, tetapi ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi kelahiran prematur ini
yaitu meliputi sebelumnya pernah ada riwayat kelahiran
prematur kehamilan kembar, tekanan darah tinggi dan
diabetes
(3) Kelainan Kongenital
Anomali kongenital adalah kelainan struktural maupun
fungsional yang terjadi pada saat di dalam kandungan dan
dapat diketahui sebelum lahir. Terdapat beberapa faktor
risiko terjadinya kelainan kongenital contohnya riwayat
keluarga, gangguan kromosom, kelainan pada gen,
defisiensi mikronutrien adanya gangguan metabolik. Pada
faktor genetik, perkawinan sedarah dapat mempengaruhi
kenaikan terjadinya kelainan kongenital. Pada ibu hamil
dengan obesitas akan meningkatkan risiko memiliki bayi
28

dengan kelainan kongenital jantung dan dengan penurunan


berat badan yang dapat mengurangi risiko tersebut.
5) Pencegahan
Menurut (SMI & Proverawati, 2010) pencegahan obesitas dapat
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut, antara lain:

a) Pengaturan pola makan dan nutrisi


Pengaturan nutrisi dan pola makan pada ibu dengan
obesitas tidak sekedar menurunkan berat badan, namun juga
mempertahankan berat badan agar tetap stabil dan mencegah
peningkatan kembalinya berat badan yang telah didapatkan.
Kurangi makan yang berlemak, terutama lemak jenuh karena
lemak jenuh akan mempermudahkan terjadinya gumpalan
lemak yang menempel pada dinding pembuluh darah.
Konsumsilah sedikit lemak (30% dari jumlah keseluruhan
kalori yang dikonsumsi) dan kurangin konsumsi karbohidrat
yang berlebihan agar berat badan dalam batas normal.
b) Perbanyak aktivitas
Olahraga dan aktivitas fisik memberikan manfaat yang
sangat besar dalam penatalaksanaan overweight dan obesitas.
Olahraga akan memberikan serangkaian perubahan baik fisik
maupun psikologis yang sangat bermanfaat dalam
mengendalikan berat badan. Olahraga diperlukan untuk
membakar kalori dan membuang lemak.
c) Modifikasi pola hidup dan perilaku
Perubahan pola hidup dan perilaku diperlukan untuk
mengatur atau memodifikasi pola makan dan aktivitas fisik
pada individu dengan overweight dan obesitas. Hindarilah atau
upaya untuk menurunkan kadar kolestrol darah dan tekanan
29

darah dengan menjaga pola makan. Memodifikasi kebiasaan


dalam gaya hidup jangan hanya mengendalikan nasihat
personal semata tetapi harus pula menangani komponen
lingkungan fisik, ekonomi dan sosial. Mengkonsumsi makanan
dalam jumlah sedang dan mengandung nutrisi, rendah lemak
dan rendah kalori.
6) Penatalaksanaan
Adapun beberapa faktor yang mewajibkan ibu hamil untuk
melakukan diet, salah satunya adalah berat badan yang berlebih.
Berat badan yang berlebih tentu akan mempengaruhi kesehatan ibu
dan juga janin. Oleh karena itu, ibu hendaknya perlu mengikuti diet
makanan sehat khusus bagi ibu hamil. Ibu yang memiliki berat
badan berlebih memiliki penambahan berat badan yang berbeda
dari ibu hamil dengan berat badan normal. Berikut tabel kenaikan
berat badan berdasarkan klasifikasi IMT.
Tabel 2.5 peningkatan berat badan selama masa kehamilan
berdasarkan IMT
Klafisikasi IMT Peningkatan berat
badan yang
dianjurkan (kg)
Berat badan kurang <18,5 12,5-18
(underweight)
Normal 18,5-24,9 11,5-16
Berat badan lebih 25,0-29,9 7-11,5
(overweight)
Obesitas I 30,0-34,9 7
Obesitas II 35,0-39,9 7
Obesitas III >40,0 7
Sumber : (Ocviyanti & Dorothea, 2018)
30

Menurut (dewi dkk, 2013) beberapa prinsip makanan yang baik


selama hamil dengan melakukan cara diet makanan yang sehat,
antara lain:
a) Selalu sarapan
Ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi makanan dengan
nutrisi yang baik saat sarapan. Menghindari sarapan akan
menimbulkan keinginan untuk makan lebih banyak pada waktu
makan berikutnya. Selain itu, melewatkan sarapan juga
menyebabkan keluhan berupa pusing, mulai, dll.
b) Susunan daftar makanan
Cara ini dilakukan bertujuan untuk menghindari makan secara
berlebihan dan mengatur asupan kalori harian sesuai yang
ditentukan.
c) Pilih makanan berserat serta rendah lemak dan gula
Ibu hamil jika mengkonsumsi gula secara berlebihan cenderung
akan menimbulkan perasaan mudah lapar. Sediakan berbagai
buah atau sayuran untuk dijadikan sebagai makanan selingan.
d) Jadikan buah sebagai camilan
Buah sangat kaya akan vitamin yang berguna bagi
perkembangan janin dan juga ibu.
e) Perbanyak minum air putih
Pada saat hamil seringkali dehidrasi disalh artikan dan dianggap
sebagai rasa lapar. Akibatnya, terjadi kelebihan kalori dari yang
ditentukan. Ibu hamil di anjurkan untuk mengonsumsi air putih
minimal 8 gelas perhari.
f) Makanlah makanan dengan nutrisi tinggi dan kandungan kalori
yang rendah.
g) Konsumsi makanan yang cukup mineral dan vitamil, serta tinggi
serat.
31

h. Asuhan Komplemeter Ibu Hamil


1) Senam Kegel
Senam kegel merupakan salah satu terapi non farmakologis
yang popular dalam mengatasi inkontnensia urine. Senam kegel
dapat menstimulasi kekuatan otot di area sekitar organ reproduksi
serta dapat memperbaiki tonus. Latihan ini dapat membantu
peningkatan fungsi tonus serta kekuatan otot lurik pada periuretra
dan uretra. Senam kegel sangat bagus dilakukan saat hamil dan
pasca melahirkan untuk menstimulasi fungsi otot panggul seperti
semula. Senam kegel yang dilakukan secara rutin dapat mencegah
prolapse uteri dan adanya inkontinensia urine (Bahiyatun, 2016).
2) Manfaat senam kegel
a) Mencegah terjadinya inkontinensia urine
b) Mencegah terlalu banyak robekan pada jalan lahir saat
persalinan
c) Mempercepat pemulihan vagina pasca persalinan
d) Melatih kekuatan otot dasar panggul
3) Cara melakukan senam kegel
Kencangkan otot-otot pada sekitar vagina sampai anus menahan
buang air kecil. Tahan posisi tersebut selama mungkin (kurang
lebih 5-10 detik) lalu mulai lemaskan secara perlahan-lahan.
Lakukan gerakan tersebut berulang-ulang. Tingkatkan frekuensi
menahah secara bertahap 10-15 detik sampai 15-20 detik dan
seterusnya.
4) Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Chrisrina R, 2018) bahwa
terjadi pengurangan terjadinya rupture uteri pada saat persalinan hal
ini dikarenakan senam kegel yang dilakukan secara rutin. Penelitian
dilakukan di di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Kota Padang.
2. Persalinan
32

a. Pengertian persalinan
Persalinan adalah proses keluarnya hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang cukup bulan (37-42 minggu) atau mampu hidup diluar
rahim ibunya melewati jalan lahir atau jalan lain, dengan atau tanpa
bantuan (Marmi, 2012).
Persalinan adalah suatu proses yang diawali dengan adanya
kontraksi uterus sehingga menyebabkan terjadinya dilatasi progresif
serviks, lahirnya bayi, dan lahirnya plasenta, yang terjadi secara
alamiah (Oktarina, 2016).
b. Jenis persalinan
Menurut (Marmi, 2012) jenis-jenis persalinan antara lain :
1) Persalinan spontan
Persalinan spontan atau persalinan normal adalah proses
lahirnya janin pada letak belakang kepala dengan kekuatan ibu
sendiri, tanpa bantuan alat dan tidak melukai ibu dan janin.
2) Persalinan buatan
Persalinan buatan merupakan proses lahirnya janin tidak
dengan kekuatan ibu sendiri, melainkan dengan bantuan 9tenaga
lain atau alat seperti vakum, dan section caesarea.
3) Persalinan anjuran
Persalinan anjuran merupakan proses lahirnya janin yang
membutuhkan kekuatan dari luar atau rangsangan lain seperti
Pitocin dan prostaglandin.
c. Teori penyebab persalinan
Menurut (Marmi, 2012) teori yang menyatakan bermulanya persalinan
antara lain :
1) Teori penurunan kadar hormone progesteron
Hormon progestin merupakan hormone yang berguna untuk
mempertahankan kehamilan. Pada akhir kehamilan, hormone
33

progesterone akan terjadi penurunan. Akibat menurunnya


hormone progesterone terjadilah kontraksi uterus karena sintesa
prostaglandin di chorioamnion.
2) Teori keregangan
Otot-otot pada rahim dapat meregang dalam batas tertentu.
Setelah melewati batas tersebut kontraksi akan terjadi pertanda
persalinan dimulai. Uterus yang semakin besar dan meregang
mengakibatkan iskemia pada otot uterus, hal ini dapat menggangu
sirkulasi utero plasenta sehingga sering terjadi kontraksi.
3) Teori iritasi mekanik
Tepat di belakang serviks terdapat ganglion serviks. Apabila
terjadi penekanan atau pergeseran pada ganglion maka akan
menimbulkan kontraksi.
4) Teori plasenta sudah tua
Plasenta yang sudah tua akan menyebabkan penurunan
hormone estrogen dan progesterone. Hal ini dapat menyebabkan
kejang pembuluh darah sehingga menimbulkan kontraksi.
5) Teori prostaglandin
Prostaglandin E dan F bekerja pada uterus wanita yang
berguna untuk merangsang kontraksi. Prostaglandin dikeluarkan
oleh decidua dan konsentrasinya akan meningkat pada usia
kehamilan 15 minggu. Peningkatan prostaglandin dapat
menimbulkan kontraksi sehingga janin dapat dikeluarkan.
6) Teori tekanan serviks
Janin dengan persentasi normal (kepala) dapat merangsang
syaraf sehingga serviks menjadi lunak dan menyebabkan dilatasi
internum. Hal ini mengakibatkan SAR (segmen atas rahim) dan
SBR (segmen bawah rahim) berlawanan sehingga terjadi
kontraksi.
34

d. Tanda-tanda persalinan
Menurut (Marmi, 2012) tanda-tanda terjadinya persalinan antara lain :
1) Terjadinya his
His adalah kontraksi pada uterus yang dapat dideteksi dengan
perabaan, his disertai rasa nyeri serta dapat menimbulkan
pembukaan serviks. His yang dapat menimbulkan pembukaan
serviks disebut his efektif. His atau kontraksi pada persalinan
memiliki ciri sebagai berikut:
a) Pinggang terasa nyeri sampai menjalar ke depan
b) His teratur, jarak pendek, dan kekuatan semakin lama
semakin besar
c) Adanya perubahan pada serviks
d) Jika pasien beraktivitas seperti berjalan, kekuatan his semakin
bertambah
2) Keluarnya cairan lendir bercampur darah
Lendir darah berasal dari pembukaan sehingga menyebabkan
keluarnya lender dari kanalis servikalis. Sedangkan darah
disebabkan oleh pembuluh darah yang robek ketika
membukanya serviks.
3) Ketuban pecah/merembes
Ketika ketuban pecah maka persalinan harus segera dimulai.
Ketuban pecah ditandai dengan pengeluaran cairan dari alat
genetalia seperti berkemih tetapi tidak berkemih. Jika persalinan
tidak dapat dilakukan pada jangka waktu tertentu maka
persalinan harus diakhiri dengan bantuan lain seperti vakum dan
secio caesaria.
4) Dilatasi dan effacement
Dilatasi adalah proses membukanya kanali servikalis secara
bertahap yang dipengaruhi oleh his atau kontraksi. Effacement
35

adalah proses pemendekan atau pendataran kanalis servikalis


dengan panjang awal 1-2 cm menjadi 0 cm.
e. Tahapan persalinan
Tahapan persalinan terbagi menjadi 4 tahap yaitu:
1) Kala I
Kala I sering disebut tahap pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan nol sampai lengkap (10 cm). Proses pembukaan dibagi
menjadi 2 yaitu:
a) Fase laten
Biasanya berlangsung selama 8 jam. Tahapan ini terjadi
sangat lambat untuk mencapai pembukaan 3 cm.
b) Fase aktif
Fase aktif dibagi menjadi 3 tahap yaitu:
(1) Fase akeselerasi, tahap ini membutuhkan waktu 2 jam
untuk penambahan pembukaan dari 3 cm menjadi 4 cm.
(2) Fase dilatasi maksimal, pada tahap ini pembukaan
berlangsung cepat. Membutuhkan waktu 2 jam untuk
penambahan pembukaan dari 4 cm menjadi 9 cm.
(3) Fase deselerasi, pembukaan kembali melambat.
Membutuhkan waktu 2 jam untuk penambahan pembukaan
dari 9 cm menjadi lengkap (10 cm).
Pada fase aktif frekuensi dan kekuataun kontraksi meningkat
secara bertahap, biasanya 3 kali dalam 10 menit dengan durasi
40 detik. Pada saat pembukaan mencapai 4 cm hingga 10 cm
akan terjadi kecepatan rata-rata 1 cm perjam bagi primigravida
dan 2 cm perjam bagi multigravida.
2) Kala II
Kala II sering diartikan sebagai kala pengeluaran. Kala II
dimulai ketika pemukaan sudah lengkap (10 cm) sampai lahirnya
36

bayi. Proses ini membutuhkan waktu selama 2 jam untuk


primigravida dan 1 jam untuk multigravida. Tanda gejala pada
kala II yaitu:
a) His atau kontraksi yang semakin kuat, dengan frekuensi 2-3
menit dan durasi 45-50 detik
b) Menjelang berakhirnya kala I ketuban pecah secara mendadak
c) Setelah pecahnya ketuban diikuti dengan rasa ingin mengejan
d) Perieunam dan vulva membuka
e) Ada tekanan pada anus
f) Meingkatnya pengeluaran lendir darah
3) Kala III
Setelah berakhirnya kala, his akan berhenti sekita 5-10 menit.
Kala III dimulai setelah bayi lahir sampai keluarnya plasenta. Kala
ini berlangsung selama kurang dari 30 menit. Jika plasenta tidak
lahir dalam waktu 30 menit maka perlu dilakukan penanganan
khusus. Tanda-tanda pelepasan plasenta sebagai berikut:
a) Uterus berbentuk globe (bundar)
b) Uterus terdorong kearah atas dikarenakan plasenta dilepas
oleh segmen bawah Rahim
c) Tali pusat yang bertambah panjang
d) Terjadi pengeluaran darah mendadak
Melahirkan plasenta hanya membutuhkan dorongan ringan pada
fundus uteri. Pada umumnya, plasenta akan lahir dalam waktu 6-
15 menit.
4) Kala IV
Kala IV sering disebut dengan kala observasi. Pemantauan
pada kala IV dilakukan selama 4 jam. Dengan pembagian waktu 2
jam setiap 15 menit sekali, dan 2 jam terakhir setiap 30 menit
sekali. Pemantauan yang dilakukan pada kala IV yaitu:
37

a) Tingkat kesadaran ibu


b) Pemeriksaan TTV yaitu tekanan darah, nadi, suhu, dan
respirasi
c) Kontraksi uterus
d) Jumlah pengeluaran darah
e) Kandung kemih.

f. Tujuan asuhan persalinan


Tujuan pemberian asuhan pada persalinan adalah sebagai berikut:
1) Meningkatnya sikap positif terhadap keamanan serta keramahan
dalam memberikan pelayanan
2) Memberikan pengetahuan serta keterampilan pelayanan persalinan
normal dan penanganan awal terjadinya komplikasi
3) Mengidentifikasi praktik terbaik dalam penatalaksaan pelayanan
yang terbaik seperti :
a) Penolong yang kompeten
b) Kesiapan menghadapi persalinan dan kemungkinan terjadinya
komplikasi
c) Partograf
d) Episiotomy sesuai indikasi
e) Mengidentifikasi tindakan yang merugikan sehingga tindakan
tersebut ditiadakan.
g. Lima benang merah asuhan persalinan
Lima benang merah sangat penting dalam memberikan pelayanana
pada persalinan. Pedoman lima benang merah akan selalu berlaku dari
kala I sampai dengan kala IV bahkan akan berlaku juga pada asuhan
bayi baru lahir.
1) Pengambilan keputusan klinik
38

Aspek pemecahan masalah yang dibutuhkan untuk


pengambilan keputusn klinik (clinical decision making). Proses
pengambilan keputusan ini memiliki tahapan dimulai dari
pengumpulan data, penetapan diagnosis, perencanaan dan
penatalaksaan, serta evaluasi. Tahapan ini merupakan pola piker
sistematis bagi bidan dalam memberikan pelayanan pada
persalinan.

2) Aspek sayang ibu yang berarti sayang bayi


Asuhan sayang ibu yang harus diperhatikan yaitu:
a) Suami, saudara atau anggota keluarga harus diperbolehkan
untuk mendampingin ibu selama persalinan
b) Standar asuhan yang bersih harus selalu dipertahankan
c) Kontak segera antara ibu dan bayi serta pemberian ASI
haruslah dilakukan
d) Penolong persalinan harus bersikap sopan dan ramah
e) Penolong persalinan harus menjelaskan kepada ibu maupun
anggota keluarga mengenai proses persalinan
f) Penolong persalinan harus mendengarkan dan memberi saran
untuk setiap keluhan dan kebutuhan ibu
g) Penolong persalinan harus meletakan alat dan bahan secara
fleksibel sehingga memudahkan pekerjaan
h) Tindakan tradisional yang tidak membahayakan harus
diperbolehkan untuk dilakukan
i) Memberi privasi kepada ibu
j) Tindakan medis yang tidak perlu dilakukan harus dihindari
seperti episiotomi.
3) Aspek pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi dapat dimulai dari:
39

a) Cuci tangan
Mencuci tangan dengan benar merupakan salah satu tindakan
pencegahan infeksi yang paling penting untuk mengurangi
penyebaran penyakit dan menjaga lingkungan bebas dari
infeksi.
b) Pakai sarung tangan
Sebagai tindakan pencegahan, penolong persalinan harus
memakai sarung tangan sebelum melakukan kontak dengan
darah atau cairan tubuh paasien. Jika memungkinkan,
pakailah sarung tangan sekali pakai. Jika tidak
memungkinkan, sebelum dipakai ulang sarung tangan harus
dicuci dan disteril terlebih dahulu.
c) Penggunaan cairan antiseptik
Penggunaan cairan antiseptik hanya menurunkan jumlah
mokroorgnisme yang dapat menyababkan infeksi. Agar lebih
efektif, penggunaan antiseptik membutuhkan waktu beberapa
menit sehingga bakteri dapat dibersihan secara optimal.
d) Pemrosesan alat bekas pakai
Proses pencegahan infeksi yang biasa dilakukan untuk
mencegah penyebaran penyakit dari peralatan, sarung tangan,
dll adalah dengan cara:
(1) Peralatan dicuci dan dibilas
Tanpa dilakukan pencucian proses sterilisasi akan
menjadi tidak efektif.
(2) Proses dekontaminasi
Proses dekontaminasi yang biasa dilakukan adalah
merendam alat dilarutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Larutan ini terbukti efektif untuk membunuh bakteri.
(3) Strelisasi dan desifeksi tingkat tinggi (DTT)
40

Proses DTT bisa dilakukan dengan cara merebus,


menggunakanuap, dan menggunakan bahan kimia sesuai
prosedur yang telah ditetapkan.
(4) Pembuangan sampah
Pembuangan sampah medis yang benar dapat mencegah
terjadinya penyebaran infeksi kepada petugas yang
menangani sampah tersebut.

4) Aspek pencatatan (dokumentasi)


Dokumentasi merupakan bagian yang penting dalam manajemen
kebidanan. Hal ini dikarenakan:
a) Dokumentasi menyediakan data secara permanen mengenai
pelayanan pasien
b) Memungkinkan pertukaran informasi antara petugas
kesehatan
c) Perawatan selanjutnya akan lebih mudah
d) Informasi dapat digunakan sebagai bahan evaluasi
e) Memperkuat keberhasilan pelayanan
f) Data yang diperoleh dapat digunakan untuk penelitian atau
studi kasus
g) Dapat digunakan sebagai bahan data statistic.
Dalam asuhan persalinan dokumentasi yang digunakan adalah
partograf, data yang tidak dimasukan dalam partograf bisa
diartikan bahwa asuhan tidak diberikan.
5) Aspek rujukan
Jika terjadi suatu masalah maka pasien harus segara dilakukan
rujukan. Rujukan yang tepat waktu merupakan salah satu asuhan
sayang ibu dan menunjang keberhasilan safe motherhood. Dalam
mempersiapkan rujukan hal-hal yang harus dipersiapkan oleh
41

bidan adalah BAKSOKUDA atau bidan sebagai pendamping


dalam perjalanan untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan,
alat dan bahan yang diperlukan dalam penangan persalinan,
keluarga sebagai pendamping dan wali ibu, surat rujukan sebagai
salah satu syarat rujukan, obat diperlukan jika hal-hal yang tidak
di inginkan terjadi dapat menjadi penaganan awal, kendaraan
untuk merujuk, uang diperlukan untuk membeli kebutuhan obat
atau biaya yang lain, donor darah dan doa.

h. Standar 60 langkah APN (Asuhan Persalinan Normal)


Menurut (APN, 2014) standar APN 60 langkah terdiri dari :
1) Mengenali Gejala dan Tanda Kala II
Langkah 1
Mendengarkan, melihat, dan memeriksa gejala serta tanda bahaya
kala II yang meliputi :
a) Ibu merasakan adanya dorongan yang kuat.
b) Ibu merasakan adanya regangan yang semakin meningkat
pada rektum dan vagina.
c) Perineum tampak menonjol.
d) Vulva dan sfingter ani membuka.
2) Menyiapkan Pertolongan Persalinan
Langkah 2
Pastikan kelengkapan peralatan, bahan, serta obat-obatan
esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana
komplikasi yang dialami ibu bersalin dan bayi baru lahir.
Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di
dalam partus set.
Langkah 3
Memakai celemek plastik yang bersih.
42

Langkah 4
Lepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan menggunakan sabun dan air bersih serta air mengalir,
kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi
yang bersih dan kering.
Langkah 5
Pakailah sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan
dalam.
Langkah 6
Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan
yang memakai sarung tangan DTT dan steril, pastikan tidak
terkontaminasi pada alat suntik).
3) Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik
Langkah 7
Bersihkan vulva dan perineum, bersihkan dengan hati-hati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang
dibasahi air DTT.
a) Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang.
b) Buanglah kapas atau pembersih dalam wadah yang telah
tersedia.
c) Gantilah sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,
lepaskan, dan rendam dalam larutan klorin 0,5% sampai
langkah 9.
Langkah 8
Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
Apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah
lengkap maka lakukan amniotomi.
Langkah 9
43

Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan


yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik selama 10
menit. Cucilah kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
Langkah 10
Lakukan pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ). Setelah terjadi
kontraksi atau saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ
dalam batas normal (120-160 kali/menit). Ambil tindakan yang
sesuai jika DJJ tidak normal. Dokumentasikan hasil-hasil
pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil penilaian serta asuhan.
4) Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses
Bimbingan Meneran.
Langkah 11
a) Memberitahukan kepada ibu dan keluarga bahwa pembukaan
sudah lengkap dan janin dalam keadaan baik. Segera bantu
ibu untuk menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya.
b) Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti
penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan sesuai
temuan yang ada.
c) Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran
mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu
untuk meneran secara benar.
Langkah 12
Meminta pihak keluarga untuk membantu menyiapkan posisi
meneran (apabila sudah ada rasa ingin meneran dan terjadi
kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau
posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
44

Langkah 13
Lakukan bimbingan meneran pada saat ibu merasakan ada
dorongan kuat untuk meneran.
a) Bimbinglah ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif.
b) Berikan dukungan dan semangat pada saat meneran dan
perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai.
c) Bantulah ibu untuk mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu
yang lama).
d) Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e) Anjurkan keluarga untuk memberi dukungan dan semangat
untuk ibu.
f) Berikan asupan cairan yang cukup.
g) Lakukan penilaian DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
h) Anjurkan ibu untuk berjalan, berdiri, jongkok, atau posisi
aman lain, jika ibu belum merasa ingin meneran dalam 60
menit, anjurkan ibu untuk meneran pada puncak kontraksi.
i) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak segera lahir setelah 2
jam meneran (primigravida) atau 1 jam meneran
(multigravida).
5) Mempersiapkan Pertolongan Kelahiran Bayi
Langkah 14
Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
Langkah 15
Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
Langkah 16
Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat
dan bahan.
45

Langkah 17
Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
6) Lahirnya Kepala
Langkah 18
Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka
vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
kain. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan
posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk
meneran perlahan sambil bernapas cepat dan dalam. Jika ada
mekonium pada cairan ketuban segera hisap mulut dan hidung
bayi setelah bayi lahir menggunakan DeLee yang sudah di steril
atau balon penghisap yang baru dan bersih.
Langkah 19
Bersihkan dengan lembut muka, mulut, dan hidung bayi
menggunakan kain atau kasa yang bersihh.
Langkah 20
Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan
yang sesuai jika hal itu terjadi, segera lanjutkan proses kelahiran
bayi.
a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan melalui
bagian atas kepala bayi.
b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua
tempat dan potong di antara klem tersebut.
Langkah 21
Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
7) Lahirnya Bahu
Langkah 22
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Gerakan
46

kepala dengan lembut ke arah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas
dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Langkah 23
Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum
ibu untuk menyangga kepala, lengan, dan siku bagian bawah.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan
siku bagian atas.
Langkah 24
Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas ke
punggung. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara
kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan
jari-jari lainnya).
8) Penanganan Bayi Baru Lahir
Langkah 25
Lakukan penilaian selintas mengenai dua hal berikut:
a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa
kesulitan.
b) Apakah bayi bergerak dengan aktif.
Jika bayi tidak bernapas atau megap-megap, segera lakukan
tindakan resusitasi. Lalu letakan bayi diatas perut ibu dengan
posisi kepala lebih rendah dari pada tubuh bayi (jika tali pusat
terlalu pendek telakan bayi ditempat yang memungkinkan).
Langkah 26
Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu, keringkan
bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya lalu
membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian pusat.
Langkah 27
47

Gunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah bayi lahir sekitar
3 cm dari umbilicus bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi
tali pusat ke arah perut ibu dan lakukan penjepitan kedua 2 cm
dari klem pertama.
Langkah 28
Pegang tali pusat dengan satu tanga, lindungi bayi dari gunning
dan lakukan pemotongan tali pusat diantara kedua klem.
Langkah 29
Ganti handuk basah dengan handuk yang bersih dan kering,
selimuti bayi dengan menutupi kepala, dan membiarkan tali pusat
terbuka. Jika bayi terlihat sulit bernafas lakukan penanganan yang
sesuai.
Langkah 30
Memberikan bayi kepada ibu dan anjurkan ibu untuk memeluk
bayi dan mulai pemberian ASI jika ibu menghendaki (lakukan
IMD).
9) Oksitosin
Langkah 31
Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada janin kedua
dalam uterus.
Langkah 32
Beritahukan ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin
(agar uterus berkontraksi dengan baik).
Langkah 33
Dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10
unit secara Intramuscular (IM) di 1/3 paha atas bagian distal
lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan).
10) Penatalaksanaan Aktif Kala III
Langkah 34
48

Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari


vulva.
Langkah 35
Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas
simfisis untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
Langkah 36
Setelah uterus berkontraksi tegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas
secara dorsokranial secara hati-hati (untuk mencegah inversio
uteri). Apabila plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
pencegahan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi. Jika
uterus tidak berkontraksi dengan segera, minta ibu, suami, atau
anggota keluarga untuk melakukang rangsangan pada puting susu
ibu.
11) Mengeluarkan Plasenta
Langkah 37
Lakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian arahkan ke atas,
mengikuti poros jalan lahir.
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem berjarak 5-
10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
b) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit, menegangkan tali
pusat.
(1) Beri dosis ulang oksitosin 10 unit secara IM.
(2) Lakukan kateterisasi jika kandung kemih penuh.
(3) Mintalah keluarga untuk menyiapkan rujukan.
(4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.
49

(5) Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit


setelah bayi lahir.
Langkah 38
Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah
yang telah disediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung
tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput
kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem untuk mengeluarkan
selaput yang tertinggal.

12) Rangsangan Taktil Uterus


Langkah 39
Setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase
uterus, letakkan telapak tangan pada fundus dan lakukan massase
dengan gerakan melingkar secara lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras). Segera lakukan tindakan yang
diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik
melakukan rangsangan taktil.
13) Menilai Perdarahan
Langkah 40
Periksa kedua sisi plasenta dengan baik dan pastikan selaput
ketuban utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau
tempat khusus. Jika uterus tidak berkontraksi setelah dilakukan
masase selama 15 detik lakukan penanganan yang sesuai.
Langkah 41
Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
14) Melakukan prosedur pasca persalinan
50

Langkah 42
Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
Langkah 43
Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke
dalam larutan klorin dengan konsetrasi 0,5% lalu membilas kedua
tangan yang memakai sarung dengan air DTT dan
mengeringkannya dengan kain yang kering dan bersih.
Langkah 44
Menempatkan klem tali pusat DTT atau steril dan mengikatkan
tali yang di DTT dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekita 1
cm dari pusat.
Langkah 45
Mengikat satu lagi simpul mati pada bagian pusat yang
bersebrangan dengan simpul mati pertama
Langkah 46
Melepaskan klem dan meletakannya pada larutan klorin 0,5%.
Langkah 47
Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepala dan
pastikan handuk atau kain yang digunakan dalam keadaan bersih
dan kering.
Langkah 48
Anjurkan ibu untuk mulai memberikan ASI.
15) Evaluasi
Langkah 49
Lanjutkan pemantauan kontrksi uterus dan perdarahan pervaginam
yaitu :
a) 2-3 dalam 15 menit pertama setelah persalinan
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama setelah persalinan
51

c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua setelah persalinan


d) Jika uterus tidak berkontraksi lakukan penanganan atonia
uteri
e) Jika menemukan laserasi yang memerlukan penjahitan,
lakukan penjahitan dengan anestesi lokal dan prosedur yang
sesuai.
Langkah 50
Mengajarkan kepada ibu atau kelaurga bagaimana melakukan
masase uterus dan memeriksan kontraksi.
Langkah 51
Mengevaluasi kehilangan darah
Langkah 52
Memerika tekanan darah, nadi, kandung kemih setiap 15 menit
selama satu jam pertama setelah persalinan dan setiap 30 menit
selama jam kedua setelah persalinan.
a) Memeriksa suhu tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
setelah persalinan
b) Melakukan penanganan yang sesuai jika ditemukan hal yang
tidak normal
16) Kebersihan dan Keamanan
Langkah 53
Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk mendekontaminasikan alat selama 10 menit. Cuci dan
bilas peralatan setelah didekontaminasi.
Langkah 54
Buanglah bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah
yang sesuai.
Langkah 55
52

Bersihkan badan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan


sisa cairan ketuban, lemdir, dan darah. Bantu ibu untuk memakai
pakaian yang bersih dan kering.
Langkah 56
Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI pada
bayinya dan anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan
makanan yang diinginkan.
Langkah 57
Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
Langkah 58
Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
Langkah 59
Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
kemudian keringkan dengan tisu atau handuk yang kering dan
bersih.
17) Dokumentasi
Langkah 60
Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda
vital dan asuhan kala IV.
i. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Menurut (Marmi, 2012) Persalinan dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu:
1) Power
Power merupakan kekuatan untuk mendorong janin keluar
melewati jalan lahir. Kekuatan tersebut adalah his, kontraksi otot
perut, kontraksi diafragma dan ligament.
2) Passage
53

Jalan lahir terdiri atas panggul, pada bagian tulang padat, dasar
panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun
lapisan otot dasar panggul ikut membanttu kelahiran bayi, namun
panggul berperan lebih besar dalam proses persalinan. Janin harus
bisa menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang kaku. Oleh
karena itu, pengukuran panggul penting dilakukan pada saat
kehamilan untuk menentukan jenis panggul sebelum persalinan.
3) Passenger
Faktor passenger terdiri dari 3 bagian yaitu:
a) Janin
Pergerakan janin sepanjang persalinan merupakan akibat
dari interaksi dari beberapa faktor yaitu ukuran kepala, letak,
sikap, dan posisi janin.
b) Air ketuban
Pada saat persalinan air ketuban akan membuka serviks
dengan cara mendorong selaput janin ke ostium uteri, bagian
selaput yang menonjol pada saat his disebut ketuban. Ketuban
yang membantu pembukaan pada serviks.
c) Plasenta
Pengeluaran plasenta juga melewati jalan lahir yang sama
dengan janin. Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang
penting. Peran plasenta adalah melakukan transport zat dari
ibu ke janin, penghasil hormon yang penting bagi kehamilan,
serta menjadi barrier. Jika terjadi kelainan pada plasenta maka
akan terjadi kelainan pula pada janin dan dapat menggangu
proses persalinan.
4) Psikologis
Wanita cenderung merasa gembira diawal rasa sakit yang
dialaminya. Perasaan ini merupakan ungkapan kelegaan hati dan
54

bangga bisa melahirkan anaknya. Faktor psikologis yang dapat


mempengaruhi proses persalinan yaitu:
a) Melibatkan perasaan ibu, emosi, dan persiapan intelektual
b) Pengalaman persalinan sebelumnya
c) Kebiadaan adat dan istiadat
d) Dukungan dari orang-orang terdekat ibu
5) Penolong
Peran penolong persalinan adalah melakukan pemantauan
secara seksama dan memberikan asuhan yang baik pada ibu mulai
dari segi emosi maupun fisik.
j. Asuhan komplementer pada persalinan
Rasa nyeri yang terjadi selama persalian merupakan akibat dari
adanya kontraksi otot rahim. Nyeri yang timbul akan berdampak padda
perubahan sistem saraf simpatik sehingga menyebabkan perubahan
tekanan darah, denyut nadi, frekuensi nafas, perubahan warna kulit,
mual muntah, dan pengeluaran keringat yang berlebihan. Upaya yang
dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri tersebut adalah dengen
cara non farmakologis dengan teknik pemijatan atau massage (Hasnah,
Kb, & Muaningsih, 2018).
1) Counterpressure massage
Pijat counterpressure merupakan pemijatan dengan tekanan
ringan menggunakan tangan pada jaringan seperti otot, tendon,
dan ligamentum, tanpa mengubah posis atau gerakan sendi
tersebut sehingga menimbulkan relaksasi yang efektif dalam
mengurangi nyeri punggung akibat persalinan.
2) Manfaat Counterpressure massage
Massage merupakan salah satu teknik untuk membantu ibu
lebih rileks, dan nyaman selama proses bersalin. Counterpressure
massage yang dilakukan disela proses persalinan dapat
55

mengurangi nyeri kuat dan memberikan efek menyenangkan


sehingga timbul rasa nyaman saat terjadi kontrasi maupun di sela
kontraksi.
3) Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Yulianingsih, 2019) bahwa
melakukan teknik massage counterpressure selama ibu merasakan
kontraksi dengan memijjat bagian daerah tulang sakrum dengan
genggaman tangan dapat mengurangi presepsi nyeri, membuat
pikiran lebih tenang, nyaman, dan emosi lebih terkontrol.
Penelitian dilakukan pada ibu bersalin kala I fase aktif di RSUD
Dr M.M Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo.

3. Bayi Baru Lahir (BBL)


a. Pengertian bayi baru lahir
Bayi bari lahir adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir
2500-400 gram, usia kehamilan cukup bulan (37 sampai 42 minggu)
menangis kuat dan tidak terdapat kelainan yang dapat mempersulitnya
beradaptasi diluar rahim ibu (Noorbaya & Johan, 2019).
Bayi baru lahir merupakan individu yang sedang bertumbuh dan
baru mengalami trauma kelahiran serta perlu melakukan penyesuaian
diri pada kehidupan di luar rahim ibu (Mutmainnah dkk, 2017).
b. Ciri-ciri bayi baru lahir
Menurut (Putra, 2012) ciri-ciri pada bayi baru lahir normal yaitu:
1) Berat badan lahir 2500-4000
2) Panjang badan lahir 48-52 cm
3) Lingkar dada 30-38 cm
4) Lingkar kepala 33-35 cm
5) Detak jantung 120-160 x/menit
6) Frekuensi nafas 40-60 x/menit
7) Kulit berwarna kemerahan dan licin
56

8) Rambut lanugo sudah tidak Nampak dan rambut kepala telah


sempurna
9) Kuku agak panjang dan lemas
10) Nilai APGAR
Penilaian APGAR dilakukan pada 1 menit pertama dan menit
kelima bayi lahir.

Tabel 2.6 Nilai APGAR

Tanda Nilai : 0 Nilai : 1 Nilai : 2


Warna kulit Biru pucat Badan merah muda Seluruh tubuh
Appearance eksremitas biru kemerahan

Refleks Tidak ada Menyeringai Batuk atau


Grimace saat dirangsang bersin saat
dirangsang
Gerakan otot Lemah Fleksi lemah pada Fleksi baik
Activity eksremitas
Detak Tidak ada Lemah (<100) Normal (>100)
jantung
Pulse
Usaha nafas Tidak ada Lambat, menangis Menangis kuat
respiration pelan, tidak teratur
Sumber : (Putra, 2012)
Keterangan:
a) Nilai 1-3 asfiksia berat
b) Nilai 4-6 asfiksia sedang
c) Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal)
11) Genetalia : pada perempuan labia mayora telah menutupi labia
minora, pada laki-laki testis telah turun, dan sudah terdapat
skrotum
57

12) Refleks rooting atau mencari putting jika dirangsang telah


terbentuk baik
13) Refleks morrow atau gerak memeluk saat dikagetkan telah
terbentuk baik
14) Refleks graps atau menggenggam telah terbentuk baik
15) Refleks tonic neck atau kepala mencoba berbalik di arah
sebelumnya ketika digerakan telah terbentuk baik
16) Refleks babyn ski atau kaki berkerut apabila diberi rangsangan
telah terbentuk baik
17) Refleks sucking atau menghisal telah terbentuk baik
18) Eliminasi baik, meconium keluar dalam waktu 24 jam pertama dan
berwarna hitam kecokelatan.
c. Tujuan asuhan bayi baru lahir
Tujuan atau aspek penting pemberian asuhan bayi baru lahir yaitu :
1) Menjaga bayi agar tetap terjaga kehangatannya dan terjadi kontak
kulit ibu dengan kulit bayi
2) Mengusahakan terjadinya kontak kulit ibu dengan kulit bayi
dengan segera
3) Menjaga agar frekuensi nafas bayi tetap teratur
4) Perawatan pada mata
d. Jadwal kunjungan bayi baru lahir
Menurut (Noordiati, 2018) kunjungan bayi baru lahir terdiri dari 3
kunjungan yaitu:
1) Kunjungan neonatal I (KN1) usia 6-48 jam setelah lahir
Pemeriksaan yang dilakukan yaitu mempertahankan kehangatan
tubuh bayi, pemeriksaan fisik, pemberian konseling seperti tanda
bahaya pada bayi baru lahir, cara merawat tali pusat, dan
pemberian imunisasi HB-0.
2) Kunjungan neonatal II (KN2) usia 3-7 hari setelah lahir
58

Pemeriksaan yang dilakukan yaitu perawatan tali pusat agar tetap


bersih dan kering, perawatan hygiene bayi, deteksi tanda bahaya
bayi, dan pemberian konseling ASI ekslusif.
3) Kunjungan neonatal III (KN3) usia 8-28 hari setelah lahir
Pemeriksaan yang dilakukan yaitu pemeriksaan fisik, perawatan
hygene bayi, mempertahankan suhu tubuh bayi tetap hangat,
konseling ASI ekslusif, dan imunisasi.
e. Adaptasi fisiologis pada bayi baru lahir
Menurut (Widiastani, 2018) adaptasi fisiologis yang terjadi pada bayi
baru lahir yaitu:

1) Sistem pernafasan
Pernafasan normal bayi yang baru lahir pertama kali 30 detik
sesudah kelahiran. Pernafasan ini diakibatkan oleh aktivitas
normal susunan saraf pusat dan juga perifer yang dibantu oleh
beberapa rangsangan lain, seperti tekanan mekanisme toraks saat
melewsti jalan lahir. Menurunnya tekanan oksigen serta
meningkatnya tekanan karbondioksida pada paru-paru
merangsang kemoreseptor pada sinus karotis sehinggga bayi mulai
bernafas, rangsangan dingin pada muka dapat merangsang awalan
gerakan nafas.
Tekanan yang terjadi dirongga dada bayi saat melewati jalan
lahir mengakibatkan hilangnya setengah cairan yang terdapat pada
paru-paru bayi (normalnya paru-paru yang cukup bulan
mengandung 80-100 ml cairan) sehingga setelah bayi lahir cairan
yang hilang digantikan oleh udara, dan paru-paru mengembang
dan rongga dada kembali kebentuk semula.
2) Pengaturan suhu tubuh
59

Setelah lahir, bayi akan berada di lingkungan dengan suhu


dibawah suhu rahim ibunnya. Suhu tubuh normal yang dimiliki
bayi adalah 36,5oC sampai 37oC. Suhu yang terlalu rendah
mengakibatkan metabolisme jaringan akan meingkat dan bayi
lebih mudah mengalami asidosis metabolik sehingga kebutuhan
oksigen menjadi meningkat. Hipotermi yang terjadi pada bayi
baru lahir akan mengakibatkan hipoglikemia.
3) Sistem peredaran darah
Setelah bayi lahir, agar memperolah oksigen darah harus
melewati paru-paru dan melakukan sikulasi tubuh sehingga dapat
mengantarkan oksgien ke jaringan. Perubahan yang terjadi
sehingga mendukung pengantaran oksigen ke jaringan yaitu
menutupnya voramen ovale pada atrium jantung dan perubahan
yang terjadi pada ductus arteriousus antara aorta dan paru-paru.
4) Metabolisme glukosa
Neonatus membutuhkan glukosa dengan jumlah tentu agar
dapat mengaktifkan fungsi otak. Setelah tali pusat dipotong dan
diklem, bayi haru dapat mempertahankan kadar glukosanya
sendiri. Setelah 1 sampai 2 jam bayi lahir kadar glukosa akan
mengalami penurunan dengan cepat. Untuk mengurangi penuruan
kadar glukosa dapat dilakukan cara sebagai berikut:
a) Berikan ASI segera setelah bayi lahir dapat dilakukan
bersamaan dengan IMD
b) Penggunaan cadagan glikogen
c) Pembentukan glukosa melalui sumber lain seperti lemak.
5) Sistem gastrointestinal
Bayi yang lahir cukup bulan, kemampuan menelan dan
mencerna makanan selain ASI masih kurang. Saluran dibagian
esofagus belum terbentuk sempurna sehingga bayi sering kali
60

mengalami gumoh, kapasitas lambung bayi baru lahir sekita 30 cc.


kapasitas ini akan bertambah secara perlahan seiring dengan
pertumbuhan bayi. Pemberian ASI sesering mungkin atau secara
on demand untuk mengatur pola makan bayi.
6) Sistem kekebalan tubuh/imun
Bayi baru lahir tidak bisa langsung mendapatkan sistem
kekebalan tubuh sendiri, sistem kekebalan bisa diperoleh dari ibu
ketika berada di dalam kandungan. Sistem kekebalan tubuh
ditransfer melalui pembuluh darah serta plasenta. Namun, bayi
masih rentang terkena infeksi dikarenakan sistem imunitas yang
belum matang. Sistem imun yang telah matang akan menghasilkan
kekebalan tubuh alami bagi bayi. Pemberian ASI sebaiknya
dilakukan segera setelah bayi lahir, karena ASI memiliki susunan
antibodi yang lengkap seperti immunoglobulin A, D, E, G, dan M.
f. Asuhan kebidanan bayi baru lahir normal
Menurut (Putra, 2012) asuhan yang dapat diberikan pada bayi baru
lahir yaitu:
1) Pemotongan tali pusat
a) Klem tali pusat dengan jarak cm dari umbilicus, lalu
mengurut tali pusat kearah berlawanan dan pasang klem
kedua dengan jarak 2 cm dari klem pertama
b) Memotong tali pusat dengan posisi tangan kiri melindungi
tubuh bayi dan potong tali pusat diantara kedua klem
c) Melakukan pengikatan pada tali pusat dengan jarak 1-2 cm
dari pusat menggunakan tali yang disimpul mati atau
menggunakan klem umbilicus lalu lepaskan klem yang masih
ada ditali pusat. Kemudian bungkus menggunakan kasa steril
d) Menyelimuti bayi dengan kain bersih dan melakukan IMD
2) Mempertahankan kehangatan bayi untuk mencegah hipotermi
61

a) Setelah bayi lahir segera keringkan tubuh bayi dengan handuk


atau kain bersih. Tubuh bayi yang basah karena air ketuban
atau cairan yang lain dapat mengakibatkan bayi cepat
mengeluarkan panas tubuh. Jika hal ini terjadi akan
menyebabkan cold stress atau serangan dingin yang
merupakan tanda awal terjadinya hipotermi. Mekanisme
kehilangan panas pada bayi baru lahir yaitu:
(1) Evaporasi merupakan proses menguapnya air ketuban
pada permukaan tubuh oleh panas tubuh yang dihasilkan
oleh bayi itu sendiri.
(2) Konduksi merupakan proses hilangnya panas dari dalam
tubuh melalui kontak langsung dengan sesuatu yang
memiliki suhu lebih rendah atau dingin seperti meja,
timbangan, tempat tidur, dll.
(3) Konveksi merupakan proses hilangnya panas dari tubuh
bayi saat bayi terpapar lingkungan yang memiliki suhu
lebih rendah atau dingin.
(4) Radiasi merupakan hilangnya panas yang terjadi bayi
berada ditempat yang berdekatan dengan benda yang
memiliki suhu tubuh lebih rendah atau dingin.
b) Sebagai upaya pencegahan hipotermi bayi yang baru lahir
harus segera dikeringkan dan diselimuti oleh kain bersih dan
kering. Lalu letakan bayi diatas dada ibu tanpa menggunakan
alas apapun sehingga terjadi kontak kulit dengan kulit dan
bayi mendapatkan kehangatan dari pelukan ibu. Hal ini biasa
disebut dengan IMD
c) Jika tubuh bayi belum stabil tindakan memandikan bayi harus
ditunda. Bayi yang lahir cukup dan memiliki berat badan
lebih dari 2500 gram dapat dimandikan setelah kurang lebih
62

24 jam setelah bayi lahir dan menggunakan air hangat. Bagi


bayi dengan berat badan badan lahir rendah atau dengan
kondisi lemah sebaiknya tindakan memandikan dilakukan
ketika suhu tubuh bayi sudah stabil.
g. Asuhan komplementer
1) Pijat bayi
Menutur (Irmawati, 2015) pijat bayi merupakan terapi tertua
diindonesia. Pijat bayi adalah pemijatan yang berikan kepada bayi
atau balita yang mempunyai banyak manfaat. Gerakan-gerakan
halus yang dilakukan saat pemijatan memberi rangsangan stimulus
terhadap panca indera dan perkembangan otak.
Manfaat pijat bayi dalam menstimulus panca indera bayi yaitu:
a) Indera penglihatan
Penglihatan bayi yang cenderung masih terbatas
menyebabkan bayi hanya dapat melihat dari jarak dekat.
Ketika ibu memijat bayi, bayi merekam dan memasukannya
ke dalam memorinya. Hal tersebut dapat memberikan
stimulus indera penglihatan bayi sehingga lebih luas.
b) Indera penciuman
Stimulasi penciuman diperoleh dari bau yang digunakan
saat memijat. Baby oil memiliki aroma yang lembut sehingga
dapat memberikan stimulasi pada indera penciuman bayi.
c) Indera pengecap
Pemijatan pada area perut akan membantu melancarkan
sistem pencernaan bayi. Sistem pencernaan dimulai melalui
mulut hingga anus sehingga hal ini dapat menstimulasi
dengan baik.
d) Indera pendengaran
63

Proses pemijatan yang diiringi dengan alunan musik yang


lembut akan memberikan stimulasi yang baik bagi
pendengaran bayi serta memberikan efek menenangkan.
e) Indera peraba
Sentuhan lembut yang diberikan ibu akan memberikan
stimulasi pada saraf dan otot sehingga memberikan pengaruh
pada fungsi otak dan fisiknya.
2) Manfaat pijat bayi
Pemberian pijat bayi mempunyai banyak manfaat bagi bayi
maupun ibu. Manfaat-manfaat pijat bayi yaitu:
a) Membantu perkembangan bahasa melalui sentuhan lembu ibu
b) Memberikan rasa aman, dihargai, serta disayangi dan dicintai
c) Menghillangkan rasa ketidaknyamanan pada bayi
d) Membantu perkembangan otot dan pertumbuhan tubuh bayi
e) Membantu melancarkan sistem peredaran darah, pernafasan,
serta pencernaan bayi
f) Memperlancar aliran oksigen dalam tubuh
g) Membantu penyerapan nutrisi sehingga nutrisi dapat terserap
dengan baik
h) Meningkatkan kekebalan tubuh bayi
i) Memperkuat otot serta tulang
j) Memperkuat kinerja jantung dan paru-paru
k) Memberikan rasa rileks pada otot wajah
l) Membantu bayi tidur lebih nyenyak
m) Membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi
3) Cara melakukan pijat bayi
a) Pilihlah waktu yang tepat pada saat santai, bayi tidak dalam
keadaan sakit, tidak sedang tidur, dan tidak setelah makan.
64

b) Mempersiapkan alat dan bahan seperti baby oil, alas, popok,


dan baju ganti.
c) Pastikan pemijat tidak menggunakan perhiasan seperti cincin,
gelang, dll.
d) Pastikan kuku pemijat tidak panjang
e) Melepas baju bayi dan meletakan dialas yang datar dengan
posisi telentang.
f) Mengoleskan baby oil pada tubuh bayi agar memudahkan
pemijatan
g) Lakukan pemijatan dengan lembut dan diiringi dengan musik
serta berinteraksi dengan bayi.
h) Setelah pemijatan selesai, oleskan minyak telon agar tubuh
bayi hangat dan pakaikan baju yang bersih.
Hasil penelitian yang dilakukan (Aji, 2016) bahwa terdapat
pengaruh pemberian pijat bayi terhadap kualitas tidur bayi. Bayi
yang diberikan pemijatan cenderung memiliki kualitas tidur 15
kali lebih tinggi dibanding bayi yang tidak diberikan pemijatan.
Penelitian dilakukan pada bayi dengan usia 0-6 bulan di
puskesmas Kartasura.
4. Masa Nifas
a. Pengertian masa nifas
Masa nifas atau puerperium adalah masa pemulihan alat-alat
reproduksi yang dimulai setelah plasenta lahir dan berlangsung selama
6 minggu (Pitriani & Andriyani, 2014).
Masa post partum atau pasca melahirakan adalah masa yang
dimulai setelah persalinan, lahirnya bayi serta plasenta sehingga
membutuhkan waktu untuk memulihkan kembali alat-alat reproduksi
dalam waktu kurang lebih 6 minggu (Bahiyatun, 2016).
b. Tujuan asuhan masa nifas
65

Menurut (Pitriani & Andriyani, 2014) selama masa nifas ibu


membutuhkan perawatan dan pemantauan selama di rumah sakit
ataupun tidak di rumah sakit. Tujuan perawatan masa nifas yaitu:
1) Memantau kesehatan ibu serta bayi, mulai dari fisik maupun
psikolgis
2) Melakukan skrining secara menyeluruh adanya masalah dan
penatalaksanaan segera terhadap masalah
3) Memberikan dukungan kepada ibu untuk melaksanakan peran ibu
dengan baik
4) Memberikan konseling tentang perawatan kesehatan diri, gizi,
perencanaan KB, ASI ekslusif, imunisasi, serta perawatan bayi
5) Memberikan pelayanan KB
6) Memantau involusi pada uterus
7) Melancarkan fungsi kerja system gastrointestinal
8) Memantau pengeluaran lochea
c. Kunjungan pada masa nifas
Menurut (Kemenkes RI, 2019) kunjungan nifas terdiri dari 3
kunjungan sesuai jadwal yang telah ditetapkan yaitu:
1) Kunjungan nifas I (KF1) pada usia 6-3 hari pasca persalinan
Tujuan kunjugan yaitu:
a) Mencegah perdarahan akibat atonia uteri
b) Mendeteksi secara dini adanya malasah sehingga dapat
dilakukan tindakan segera
c) Memberikan konseling pencegahan perdarahan pada ibu serta
keluarga
d) Anjuran pemberian ASI segera
e) Melakukan hubungan antara bayi dan ibu
f) Menjaga kehangatan bayi untuk pencegaham hipotermi
2) Kunjungan nifas II (KF2) pada usia 4-28 hari pasca persalinan
66

a) Memastikan proses involusi berjalan normal (kontraksi keras,


fundus berada dibawah pusat, tidak terdapat perdarahan
abnormal, dan tidak berbau.
b) Menilai adanya tanda-tanda infeksi seperti demam, infeksi
atau perdarahan tidak normal
c) Memastikan ibu dalam kondisi baik tidak mengalami tanda
penyulit
d) Memberikan edukasi mengenai perawatan bayi sehari-hari,
tali pusat, serta menjaga tubuh bayi agar tetap hangat.
3) Kunjungan nifaas III (KF3) pada usia 29-42 hari pasca persalinan
a) Menanyakan adanya penyulit yang dialami ibu
b) Memberikan konseling perencanaan KB
Asuhan yang dilakukan pada setiap kunjungan adalah:
1) Pemeriksaan TTV (tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi)
2) Pemeriksaan TFU (tinggi fundus uteri)
3) Pemeriksaan cairan pervaginam (lochea)
4) Pemeriksaan payudara
5) Pemberian konseling ASI esklusif
6) Pemberian informasi dan edukasi mengenai perawatan ibu dan
bayi, dan perencanaan KB
7) Pelayanan KB pasca salin.
d. Tahapan masa nifas
Tahapan masa nifas menurut (Pitriani & Andriyani, 2014) adalah:
1) Periode taking in (pada hari 1-2 pasca persalinan)
Periode taking in memiliki tanda yaitu:
a) Ibu cenderung masih tergantung kepada orang lain
b) Perhatian ibu terfokus pada kekhawatiran perubahan pada
tubuhnya
67

c) Ibu memerlukan tidur dengan ketenangan yang baik agar


keadaan tubuh kembali normal
d) Nafsu makan lebih bertambah, bila nafsu makan ibu
cenderung berkurang menandakan adanya ketidaknormalan
dalam proses pemulihan.
2) Periode taking on/taking hold (pada hari 2-4 pasca persalinan)
Periode taking on memiliki tanda yaitu:
a) Ibu mulai tertarik dengan peranannya menjadi ibu sehingga
meningkatkan tanggung jawab atas bayinya
b) Ibu terfokus pada pengontrolan fungsi tubuh seperti BAB,
BAK, serta kekebalan tubuh
c) Ibu berusaha menguasai keterampilan dalam perawatan bayi
seperti memandikan, menggendong, menyusui serta
mengganti popok.
d) Ibu mulai terbuka terhadap nasihat dan kritik dari orang lain
e) Kemungkinan terjadi depresi postpartum akibat merasa tidak
mampu dalam merawat bayinya
3) Periode letting go
Periode letting go memilik tanda yaitu:
a) Terjadi ketika ibu mulai memperoleh dukungan dan perhatian
dari keluarga
b) Ibu mulai bisa mengambil keputusan sendiri dalam merawat
bayi dan memahami kebutuhan bayi
c) Sering terjadi depresi postpartum pada masa ini
e. Tanda-tanda bahaya masa nifas
Menurut (Pitriani & Andriyani, 2014) tanda-tanda bahaya pada masa
nifas yaitu:
1) Perdarahan hebat yang terjadi secara tiba-tiba
2) Pengeluaran cairan dari vagina yang berbau busuk
68

3) Rasa nyeri pada bagian perut bawah dan punggung


4) Sakit kepala hebat secara terus menerus atau masalah penglihatan
5) Pembengkakan pada wajah, demam, muntah, nyeri ketika buang
air kecil, dan merasa tidak enak badan
6) Payudara memerah, terasa panas, dan nyeri
7) Menurunnya nafsu makan dalam waktu yang lama
8) Pada bagian kaki sering kesemutan, nyeri, berwarna kemerahan
serta membengkak
9) Merasa tidak mampu dalam merawat bayi
10) Merasa sering kelelahan dan nafas terengah-engah
f. Perubahan Fisiologis Pada Ibu Nifas
Menurut (Bahiyatun, 2016) perubahan yang terjadi pada masa nifas
antara lain:
1) Perubahan sistem reproduksi
a) Lokia
Lokia merupakan pengeluaran cairan yang terjadi pada masa
nifas. Lokia berisi darah dan sisa jaringan yang nekrotik dari
uterus. Lokia terdiri dari 3 jenis berdasarkan waktu keluarnya
dan warna yaitu:
(1) Lokia rubra
Lokia rubra terjadi pada hari pertama sampai dengan hari
keempat. Pada umumnya lokia rubra mengandung darah
dan sisa jaringan sehingga berwarna kemerahan.
(2) Lokia sanguinolenta
Lokia serosa terjadi pada 4-7 hari pasca persalinan, lokia
serosa berwarna merah kecoklatan.
(3) Lokia serosa
Lokia serosa terjadi pada 7-14 hari pasca persalinan,
lokia serosa berwarna kuning kecokelatan.
69

(4) Lokia alba


Lokia alba terjadi pada lebih dari 14 hari pasca
persalinan, lokia alba umumnya berwarna putih.
b) Ovarium
Setelah plasenta lahir, terjadi penurunan produksi estrogen
dan progesterone. Hal ini menimbulkan mekanisme dari
sirkulasi mentruasi. Kondisi ini menandakan adanya proses
involusi sehingga wanita dapat kembali hamil.
c) Uterus
Pada saat nifas uterus akan mengalami pemulihan
kebentuk semula seperti sebelum hamil yang biasa disebut
involusi uteri. Selain uterus, jaringan lain seperti vagina,
ligament uterus, otot dasar panggul juga akan kembali
kebentuk semula. Selama proses involusi, akan terjadi
penipisan pada uterus yang mengakibatkan adanya
pengeluaran lochea dan akan digantika dengan endometrium
yang baru.
Tinggi fundus uteri menurut masa involusi yaitu:
Tabel 2.7 Involusi uteri

Involusi TFU Berat Diameter Palpasi


Bayi Setinggi 1000 gr 12,5 cm Lunak
lahir pusat
Plasenta 2 jari bawah 750 gr 12,5 cm Lunak
lahir pusat
1 minggu Pertengahan 500 gr 7,5 cm Lunak
pusat dan
simpisis
2 minggu Tak teraba 350 gr 3-4 cm 2 cm
diatas
simpisis
6 minggu Mengecil 50-60 1-2 cm 1 cm
gr
Sumber : (Rini & Kumala, 2017)
70

2) Sistem pencernaan
Setelah plasenta lahir akan terjadi penurunan produksi
progesterone. Hal ini mengakibatkan nyeri ulu hati (heartburn)
dan sembelit. Penyebabnya bisa dikarenakan inaktivitas motilitas
pada usus akibat keseimbangan cairan yang berkurang sewaktu
bersalin dan hambatan defekasi akibat nyeri pada bagian perineum
akibat luka episiotomi.
3) Sistem perkemihan
Diuresis sering terjadi pada 2-3 hari pasca partum. Diuresis
dapat terjadi karena saluran urin yang mengalami dilatasi. Kondisi
ini dapat kembali normal pada 4 minggu pasca partum. Setelah
persalinan, kandung kemih mengalami hipotonik, edema, dan juga
kongesti. Hal ini akibat aanya overdistensi pada waktu kala II
serta tertahannya urine selama persalinan. Penyebab sumbatan
pada uretra adalah trauma saat proses persalinan dan dapat
berkurang setelah 24 jam pasca partum.
4) Sistem endokrin
Saat plasenta melepaskan diri dari dinding uterus, terjadi
penurunan kadar HCG, dan HPL secara bertahap dan akan
kembali normal setelah 7 hari pasca partum.
5) Sistem kardiovaskular
Saat persalinan normal ibu kehilangan darah sekitar 200-500
ml, sedangkan pada persalinan SC ibu kehilangan darah dua kali
lebih banyak dibandingkan persalinan normal. Setelah persalinan,
volume darah ibu akan bertambah. Hal ini akan menambah kinerja
jantung dan menimbulkan decompensatio cordis pada ibu dengan
vitum cardio.
g. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
71

Menurut (Dewi & Sunarsih, 2012) masa nifas merupakan masa


pemulihan kembali alat-alat reproduksi pada ibu sehingga
membutuhkan perhatian khusuh. Kebutuhan dasar yang dibutuhkan ibu
selama nifas yaitu:
1) Nutrisi
Ibu nifas perlu mengonsumsi gizi seimbang agar nutrisi dapat
terpenuhi dengan baik. Jika pemenuhan nutrisi ibu baik, maka
produksi ASI juga baik sehingga pemenuhan gizi bayi akan
terpenuhi pula.
a) Kalori
Kebutuhan kalori ibu saat menyusui akan lebih tinggi
dibanding dengan selama hamil. Untuk memproduksi ASI
dalam jumlah normal, ibu menambah kebutuhan kalori
sebanyak 640 kkal/hari di 6 bulan pertama dan 510 kkal/hari
di 6 bulan kedua. Kalori berfungsi sebagai sumber tenaga,
metobolisme tubuh, cadangan makanan dalam tubuh, serta
memproduksi ASI.
b) Protein
Ibu menyusui memerlukan tambahan kalori sebanyak 20
gram dibandingankan kebutuhan normal. Protein berfungsi
sebagai pertumbuhan serta pergantian sel-sel yang telah rusak
atau mati.
c) Mineral
Ibu menyusui harus mengonsumsi air putih 2-3 liter
perhari atau dapat digantikan dengan susu atau jus. Mineral
berfungsi sebagai pelindung tubuh dari infeksi penyakitdan
melancarkan metabolsiem tubuh. Mineral juga dapat
diperoleh dari buah dan sayuran segar.
d) Tablet tambah darah (Fe)
72

Tablet tambah darah harus dikonsumsi ibu setidaknya 40


hari setelah melahirkan.
e) Kapsul vitamin A
Dosis vitamin A yang diberikan pada ibu nifas yaitu
200.000 unit sebanyak 2 kapsul dan diberikan satu kapsul
pada 1 jam pasca persalinan dan 24 jam setelah pemberian
kapsul pertama.
2) Mobilisasi
Perawatan mobilisisai yang dilakukan sejak dini memiliki
keuntungan sebagai berikut:
a) Membantu melancarkan pengeluaran lokia
b) Membantu proses involusi uteri
c) Membantu melancarkan fungsi sitem gastrointestinal
d) Membantu melancarkan peredaran darah
Mobilisasi adalah pergerakan yang dilakukan untuk
menstimulasi ibu berpindah dari tempat tidurnya. Mobilisasi
dapat dilakukan 2 jam setelah persalinan, gerakan yang dilakukan
merupakan geraka ringan seperti miring kiri dan miring kanan.
Mobilisasi dilakukan secara bertahap mulai dari gerakan ringan
sedang lalu berat.
3) Eliminasi
Setelah persalinan ibu cenderung mengalami perih dan nyeri
ketika BAK (buang air kecil). Hal ini bisa disebabkan oleh adanya
iritasi atau luka pada uretra ketika persalinan. Pengeluaran urine
yang normal apabila dilakukan spontan dalam 3-4 jam sekali.
Ibu harus bisa BAB dalam 3 hari pasca persalinan. Jika terjadi
obstipasi dan timbul koprostase sehingga menyebabkan skibala
(feses yang keras) mungkin akan terjadi febris. Bila ibu tidak BAB
73

dalam waktu 2 hari makan akan dilakukan perawatan khusus


seperti pemberian obat-obatan, dll.
4) Personal hygiene
Mandi dilakukan setidaknya 2 kali dalam sehari, jika ibu
belum bisa mandi sendiri maka bisa dilakukan di tempat tidur.
Bagian yang perlu membutuhkan perhatian khususu yaitu:
a) Payudara
Perawatan payudara haruslah diperhatikan dengan baik.
Putting susu sebaiknya selalu dibersihkan dengan air hangat,
setiap sebelum dan sesudah menyusui.
b) Perineum
Biasakan membersihkan area genetalia setelah BAK dan
BAB dan pastikan dikeringkan terlebih dahulu menggunakan
kain atau tisu, karena vagina yang lembab akan mengundang
adanya jamur dan bakteri.
Langkah-langkah dalam perawatan diri yaitu:
a) Kebersihan diri dimulai dari seluruh tubuh
b) Membersihkan vagina dari arah depan ke belakang lalu
bersihkan area anus.
c) Mengganti pembalut setidaknya 2 kali dalam sehari
d) Biasakan mencuci tangan setelah dan sebelum BAB serta
BAK
e) Jika terdapat luka jahitan hindari menyentuh bagian luka
5) Seksual
Keadaan vagina akan kembali kekeadaan semula dalam waktu
6-8 minggu. Hubungan intim dapat dilakukan ketika pengeluaran
darah telah berhenti serta ketika ibu memasukan 1-2 jari kedalam
vagina ibu tidak merasakan nyeri.
6) Keluarga berencana (KB)
74

a) Pengertian KB
Keluarga berencana atau famility planning, planned
parenthood merupakan suatu tindakan untuk merencanakan,
menjarangkan jarak dan jumlah serta menunda kehamilan
dengan menggunakan alat kontrasepsi (Jannah & Rahayu,
2017).
b) Tujuan KB
Tujuan penggunaan KB adalah untuk melakukan
pengaturan jarak kehamilan agar sesuai dengan kebutuhan
ekonomi keluarga sehingga meningkatkan kesejahteraan
anggota keluarga (Jannah & Rahayu, 2017).
c) Macam-macam Kb untuk ibu nifas
Menurut (Bkkbn, 2014) kontrasepsi yang bisa digunakan
oleh ibu nifas yang menyusui yaitu:
(1) MAL (metode amenorhea laktasi)
MAL merupakan yang dipengaruhi oleh pemberian
ASI ekslusif. Metode MAL dapat digunakan secara efektif
apabila:
(a) Menyusui dengan sering kurang lebih 8 kali sehari
(b) Ibu belum menstruasi
(c) Bayi berusia kurang dari 6 bulan
Metode MAL dapat efektif selama 6 bulan, jika
frekuensi pemberian ASI berkurang atau bayi tidak lagi
mendapatkan ASI secara ekslusif maka perlu memakai
alat kontrasepsi yang lain.
(2) Pil Progestin (mini pil)
Mini pil merupakan tablet yang hanya terdapat
hormone progestin dengan dosis rendah. Alat kontrasepsi
ini cocok digunakan oleh ibu menyusui karena tidak
75

mempengaruhi produksi ASI, dan dapat digunakan


sebagai kondar (kontrasepsi darutat).
(a) Manfaat
((1)) Efektifitas tinggi (98,5%)
((2)) Tidak mengganggu senggama
((3)) Tidak mempengaruhi produksi ASI
((4)) Kembalinya kesuburan cepat
((5)) Mudah dan nyaman digunakan
((6)) Efek samping sedikit
((7)) Dapat dihentikan sewaktu-waktu
((8)) Tidak mengandung hormone estrogen
(b) Keterbatasan
((1)) Gangguan menstruasi
((2)) Penurunan/peningkatan BB
((3)) Harus diminum setiap hari dan pada waktu
sama
((4)) Tidak boleh lupa minum
((5)) Tidak melindungi dari IMS
(3) Suntik Progestin (3 bulan)
Alat kontrasepsi suntik progertin merupakan
kontrasepsi yang diberikan melalui injeksi IM.
Kontrasepsi ini sangat efektif, aman, dan dapat dipakai
oleh semua wanita usia reproduktif. Jika kontrasepsi ini
dihentikan kesuburan akan kembali dalam waktu 4 bulan.
Alat kontrasepsi ini cocok digunakan ibu menyusui
karena tidak menggangu produksi ASI.
(a) Manfaat
((1)) Efektifitas tinggi
((2)) Tidak menggangu senggama
76

((3)) Tidak menggangu produksi ASI


((4)) Efek samping sedikit
((5)) Pencegahan jangka panjang
(b) Keterbatasan
((1)) Gangguan menstruasi
((2)) Memerlukan tenaga kesehatan
((3)) Tidak melindungi dari IMS
((4)) Kembalinya kesuburan lambat
(4) Implant
Implant merupakan alat kontrasepsi bawah kulit yang
efektif mencegah kehamilan. Kontrasepsi bukanlah alat
kontrasepsi permanen, efektifitasan implant selama 3-5
tahun.
(a) Manfaat
((1)) Efektifitasan tinggi
((2)) Metode KB jangka panjang
((3)) Tidak menggangu senggama
((4)) Kesuburan cepat kembali
(b) Keterbatasan
((1)) Gangguan pola mentruasi
((2)) Timbul efek samping
((3)) Perubahan berat badan
((4)) Penurunan nafsu makan
((5)) Mual muntah dan pusing
(5) AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
AKDR merupakan salah satu alat kontrasepsi jangka
panjang yang efektif efektifitas AKDR dapat selama 10
tahun. Alat kontrasepsi ini dapat digunakan oleh semua
77

wanita usia reproduktif dan tidak boleh digunakan oleh


wanita penderita IMS.
(a) Manfaat
((1)) Efektifitasan tinggi
((2)) Metode KB jangka panjang
((3)) Tidak mempengaruhi senggama
((4)) Tidak memiliki efek samping hormonal
((5)) Tidak mempengaruhi produksi ASI
((6)) Dapat segera dipasang setelah melahirkan
((7)) Dapat digunakan sampai dengan menopause
(b) Keterbatasan
((1)) Gangguan mentruasi
((2)) Tidak melindungi dari IMS
((3)) Tidak dapat dipakai oleh wanita penderita IMS
((4)) Nyeri dan sedikit perdarahan (spotting)
((5)) Harus melakukan pemeriksaan rutin
h. Asuhan Komplementer Masa Nifas
1) Pijat oksitosin
Pijat oksitosin merupakan teknik pemijatan yang dilakukan
pada aera tulang belakang leher, punggung, atau vertebra
(sepanjang tulang belakang) sampai costae 5-6. Pijat oksitosin
biasa dilakukan oleh suami pada ibu lakstasi pada daerah
punggung ibu agar produksi hormone okstosin meningkat dan
produksi ASI menjadi lancar. Pijat oksitosin dapat memberikan
kenyamanan dan ketenangan tersendiri bagi ibu (Rini & Kumala,
2017).
2) Manfaat
a) Membantu itu dari aspek psikologis
b) Memberikan efek menangkan
78

c) Mengurangi stress
d) Membantu pikiran dan perasaan ibu menjadi lebih baik
e) Meningkatkan serta melancarkan produksi ASI
3) Cara melakukan pijat oksitosin
a) Pastikan bagian punggung ibu menggunakan pakaian terbuka,
dan siapkan wadah untuk menampung ASI yang keluar saat
pemijatan dilakukan.
b) Jika berkenan lakukan kompres hangat terlebih dahulu pada
payudara dan pijat bagian payudara terlebih dahulu
c) Libatkan suami dalam proses pemijatan
d) Pijat oksitosin dapat dilakukan dengan posisi duduk dengan
kepala ditundukan pada meja dan kursi
e) Lakukan perabaan pada tulang yang menonjol pada leher
bagian belakang
f) Dari tonjolan pertama turun kebawah dengan jarak 1-2 cm
dan kanan kiri jarak 1-2 cm, gunakan jari untuk mulai
memijat
g) Pemijatan bisa menggunakan jempol atau punggung jadi
telunjuk kanan dan kiri.
h) Jika ibu terlalu gemuk pemijatan bisa dilakukan
menggunakan kepalan tangan
i) Gerakan pemijatan bisa dilakukan sampai batas BH atau bisa
dilakukan sampai ke pinggang
j) Pijat oskitosin dapat dilakukan kapanpun ibu siap selama 3-5
menit.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Lestari, 2017) bahwa
terdapat perbedaan dalam hal banyaknya produksi ASI dan kadar
hormone okstosin pada ibu yang melakukan pijat oksitosin dan
79

yang tidak dilakukan pijat okstosin. Penelitian dilakukan di


Puskesmas Bendo dengan jumlah responden sebanyak 16 orang.
B. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pendekatan yang dilakukan bidan
dalam memberikan pelayanan kebidanan dengan menggunakan pemecahan
masalah sebagai metode. Proses manajemen merupakan proses terpecahnya
masalah dengan menggunakan metode yang terorganisasi melalui pikiran
dan tindakan yang sesuai untuk keuntungan klien dalam pelayanan
kebidanan (Nurhayati dkk, 2013).
2. Tujuan
Menurut (Nurhayati dkk, 2013) tujuan manajemen kebidanan yaitu:
a. Menggali informasi untuk ngevaluasi klient lebih akurat
b. Mengidentifikasi secara kurat masalah yang terjadi
c. Pencegahan masalah potensial atau diagnosis yang mungkin dapat
terjadi
d. Penatalaksanaan kebutuhan dan intervensi segera
e. Menyusun rencana asuhan komprehensif
f. Melaksanakan asuhan komprehensif yang direncanakan
g. Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan
3. Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan
Menurut (Nurhayati dkk, 2013) langkah-langkah pelaksanaan manajemen
kebidanan yaitu:
a. Langkah 1 : Proses pengumpulan data yang digunakan untuk
menilai keadaan pasien secara menyeluruh
b. Langkah 2 : Menginterpretasikan data dasar untuk menetukann
diagnosis masalah
c. Langkah 3 : Mengindentifikasi adanya masalah atau diagnosis
potensial
80

d. Langkap 4 : Mengidentifikasi serta menentukan kebutuhan yang


memerlukan penatalaksaan segera, konsultasi, kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain, dan rujukan yang sesuai kebutuhan pasien.
e. Langkah 5 : Merencanakan asuhan yang menyeluruh dan secara
tepat sesuai dengan diagnose yang ditetapkan.
f. Langkah 6 : Melaksanakan asuhan komprehensif yang telah
direncanakan dengan aman.
g. Langkah 7 : Melakukan evaluasi kegiatan yang telah diberikan dan
mengoreksi tindakan yang tidak perlu dilakukan.
4. Dokumentasi SOAP
SOAP merupakan pendokumentasian catatan tertulis yang sederhana,
logis, dan jelas. SOAP terdiri dari urutan-urutan kegiatan yang membantu
dalam memberikan asuhan kebidanan secara menyeluruh. Menurut
(Nurwiandani, 2018) pembagian data SOAP terdiri dari 4 bagian yaitu:
a. Data Subjektif
Langkah awal dalam manajemen kebidanan merupakan
pengumpulan data melalui anamnesa (wawancara). Data subjektif
berkaitan dengan permasalahan yang dialami oleh pasien. Data-data
yang diperoleh yaitu biodata lengkap pasien, keluhan, riwayat
kesehatan, pemenuhan nutrisi, kebiasaan sehari-hari, aktifitas,
ekonomi, pola istirahat, psikososiokultural, dan lingkungan.
b. Data subjektif
Data subjektif diperoleh dari observasi, baik pemantauan maupun
tindakan terhadap pasien. Data yang dibutuhkan berupa gejala yang
dapat dilihat, didengar, diukur, diraba, dan berbau. Data objektif terdiri
dari hasill pemeriksaan umum, TTV (tekanan darah, suhu, nadi, dan
respirasi), pemeriksaan fisik secara menyeluruh dari kepala hingga
kaki, dan pemeriksaan penunjang yang terdiri dari pemeriksaan
laborarotium.
81

c. Assesment (analisis)
Tahap assessment merupakan tahap penilaian interpretasi atau
kesimpulan dari pengkajian yang dilakukan berdasarkan data subjektif
dan objektif.
d. Perencanaan (planning)
Perencanaan diartikan dengan menentukan rencana tindakan saat
ini atau yang akan datang. Perencanaan dilakukan berdasarkan hasil
pengkajian dan intrepretasi. Komponen dalam perencanaan yaitu:
1) Perencanaan
2) Penatalaksanaan
3) Proses evaluasi
5. Standar pelayanan kebidanan
Menurut (Liva Maita Dkk, 2015) Standar pelayanan kebidanan terdiri dari
24 standar yaitu:
a. Standar asuhan pelayanan umum
1) Standar 1 : Persiapan kehidupan keluarga sehat
2) Standar 2 : Pencatatan serta pelaporan
b. Standar pelayanan kehamilan
1) Standar 3 : Identifikasi ibu hamil
2) Standar 4 : pemeriksaan dan pemantauan kehamilan
3) Standar 5 : palpasi abdomen
4) Standar 6 : penanganan anemia ibu hamil
5) Standar 7 : skrining hipertensi ibu hamil
6) Standar 8 : persiapan persalinan
c. Standar penanganan persalinan
1) Standar 9 : Asuhan pada persalinan kala I
2) Standar 10 : Asuhan persalinan kala II secara aman
3) Standar 11 : Manajemen aktif persalinan kala III
82

4) Standar 12 : Penanganan gawat janin dengan episiotomy pada kala


II
d. Standar asuhan masa nifas
1) Standar 13 : perawatan neonatal
2) Standar 14 : penanganan 2 jam setelah persalinan
3) Standar 15 : asuhan ibu dan bayi pada masa nifas
e. Standar penatalaksanaan kegawatdaruratan obestetrik dan neonatal
1) Standar 16 : penanganan perdarahan pada kehamilan trimester III
2) Standar 17 : penangangan kegawatdaruratan eklamsia
3) Standar 18 : penangan kegawatandaruratan persalinan (partus
macet atau lama)
4) Standar 19 : persalinan dengan vakum
5) Standar 20 : penanganan pada retensio plasenta
6) Standar 21 : penanganan perdarahan primer pada post partum
7) Standar 22 : penanganan perdarahan sekunder pada post partum
8) Standar 24 : penanganan pada sepsis perurperalis
9) Standar 25 : penanganan pada bayi asfiksia
83

BAB III

METODE LAPORAN TUGAS AKHIR

A. Jenis dan Desain Laporan Tugas Akhir


Asuhan kebidanan yang diberikan menggunakan metode penilitian
deskriptif dan jenis penelitian penelaah kasus (case studi) yaitu Asuhan
Kebidanan Berkesinambungan atau continuity of care yang dilakukan mulai
dari masa kehamilan, persalinan, nifas, dan BBL. Tujuan pemberian asuhan
berkesinambungan adalah mempersiapkan ibu dari segi fisik maupun mental
secara optimal dalam menjalani masa kehamilan, persalinan, nifas dan BBL
(Sugyono, 2016).
Asuhan yang diberikan yaitu Asuhan Kebidanan Berkesinambungan Pada
Ny.I Usia 25 Tahun GIP0A0 Trimester III Di PMB Mei Muhartati Sleman
Yogyakarta dan akan dilaksanakan pemantauan dari mulai hamil, bersalin,
BBL, dan nifas.
B. Komponen Asuhan Komprehensif
Asuhan berkesinambungan yang dilakukan memiliki 4 bagian meliputi
asuhan pada kehamilan, persalinan, perawatan bayi baru lahir, nifas.
1. Asuhan kehamilan : Asuhan kehamilan yang dilakukan pada usia
kehamilan 36 minggu hingga menjelang persalinan.
2. Asuhan persalinan : Asuhan persalinan yang dilakukan dimulai dari kala I
hingga pemantauan kala IV.
3. Asuhan bayi baru lahir : Memberikan perawatan bayi baru lahir sampai
dengan kunjungan ketiga (KN3).
4. Asuhan nifas : Memberikan perawatan pada masa nifas sampai dengan
kunjungan nifas ketiga (KF3).
84

C. Tempat dan Waktu Pemberian Asuhan Kebidanan


1. Tempat : Asuhan kebidanan yang diberikan akan dilakukan di PMB Mei
Muhartati Kabupaten Sleman Yogyakarta
2. Waktu : Asuhan kebidanan dilaksanakan mulai bulan Maret 2020 hingga
bulan April 2020.
D. Objek Laporan Tugas Akhir
Objek yang digunakan dalam penyusunan laporan studi kasus yaitu asuhan
kebidanan berkesinambungan pada Ny.I umur 25 tahun G1P0A0 usia
kehamilan 36 minggu dengan kehamilan normal di PMB Mei Muhartati
Sleman Yogyakarta.
E. Alat dan Metode Pengumpulan Data
1. Alat pengumpulan data
a) Alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan pemeriksaan yaitu
timbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, stetoskop,
tensimeter, thermometer, jam tangan, Doppler/linex, metline, sarung
tangan, hammer, penlight, kassa.
b) Alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan wawancara : buku
tulis, pena/pensil, kuesioner, informed concent, lembar pengkajian.
2. Metode pengumpulan data
a. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik dari pengumupulan
data. Wawancara dalah suatu cara yang digunakan agar dapat
memperoleh informasi dari interaksi social antara pewawancara
dengan klien/pasien. Wawancara dilakukan melalui tanya jawab
sambil bertatap muka (face to face). Wawancara tidak hanya
memperoleh informasi melalui lisan saja, namun dari sisi perasaan,
dan emosi, dari klien/pasein yang kita wawancarai. Keuntungan
melakukan wawancara sebagai metode pengumpulan data yaitu:
85

1) Wawancara dapat dilakukan kepada setiap orang


2) Data yang didapat bisa langung diketahui permasalahannya
3) Wawancara dapat dilakukan secara langsung kepada klien/pasien
4) Wawancara dapat dilakukan sebagai tujuan memperbaiki data
yang sudah ada
5) Metode pengumpulan data yang sangat efektif karena
dilaksanakan secara langsung dengan klien/pasien.
Sebelum memulai wawancara sebaiknya perlu disiapkan terlebih
dahulu daftar pertanyaan yang akan ditanyakan atau biasa disebut
pedoman wawancara.
Dalam studi kasus ini peneliti melakukan wawancara kepada
Ny.I guna memperoleh data subjektif. Wawancara yang dilakukan
antara lain :
1) Pada masa kehamilan
Pada masa kehamilan, peneliti melakukan anamnesa atau
wawancara yang terdiri dari identitas ibu, HPHT, keluhan yang
dialami ibu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat obstetrik,
pemenuhan nutrisi, aktifitas, pola istirahat, dan kebiasaan sehari-
hari yang mengganggu kesehatan serta riwayat alergi makanan
atau obat-obatan tertentu.
2) Pada masa persalinan
Pada masa persalinan, peniliti melakukan anamnesa atau
wawancara mengenai identitas ibu, HPHT, frekuensi kunjungan
selama masa kehamilan, masalah atau penyulit selama masa
kehamilan, tanda-tanda persalinan yang ibu alami, sejak kapan
mengalami tanda-tanda persalinan tersebut, makan dan minum
terakhir sebelum merasakan tanda persalinan, serta masalah atau
penyulit pada persalinan sebelumnya.
86

3) Pada masa nifas


Pada masa nifas peneliti melakukan anamnesa atau
wawancara yang terdiri dari identitas ibu, keluhan yang ibu
alami, riwayat penyakit, riwayat obstetrik, riwayat persalinan,
pengeluaran ASI, pengeluaran lokea, pemenuhan nutrisi, pola
istirahat, pola eliminasi, serta tanda dan penyulit yang ibu alami.
4) Pada bayi baru lahir
Pada bayi baru lahir peneliti melakukan anamnesa atau
wawancara yang dilakukan pada bayi yang terdiri dari identitas
bayi, keluhan yang dialami, pemenuhan nutrisi, pola eliminasi,
pola istirahat, dan perawatan bayi sehari-hari.
b. Observasi (pengamatan)
Observasi atau pengamatan merupakan metode pengumpulan
data dimana pengamat mencatat informasi yang telah dihasilkan dari
hasil pemantauan atau pengamatan. Peristiwa yang disaksikan dapat
melalui melihat, merasakan, mendengarkan lalu kemudian akan
dilakukan pencatatan. Proses pengamatan terdiri dari beberapa hal
sebagai berikut :
1) Persiapan diri atau latihan
2) Mulai memasuki wilayah yang akan diamati
3) Memulai hubungan dengan objek yang akan diamati
4) Melakukan pengamatan dan pencatatan
5) Penyelesaian
Dalam studi kasus ini peneliti melakukan pemantauan secara
menyeluruh pada Ny.I meliputi :
1) Pada masa kehamilan
Pemantauan yang dilakukan yaitu pemantauan berat badan,
tanda-tanda vital, perkembangan kehamilan dengan melakukan
87

pemeriksaan tinggi fundus uteri, pemantauan detak jantung bayi,


pemenuhan nutrisi, dan pola istirahat.
2) Pada masa persalinan
Pemantauan yang dilakukan yaitu pemantauan tanda-tanda
vital, pemantauan detak jantung bayi, pemantauan kontraksi,
pengeluarn cairan pada vagina, dan pembukaan serviks.
3) Pada masa nifas
Pemantauan yang dilakukan yaitu pemantauan tanda-tanda
vital, pengeluaran ASI, proses involusi uteri dengan pemeriksaan
TFU, pengeluaran lokea, pemenuhan nutrisi, pola istirahat, dan
psikologis ibu.
4) Pada bayi baru lahir
Pemantauan yang dilakukan yaitu pemantauan tanda-tanda
bital bayi, tali pusat, pemantauan suhu tubuh bayi, pola nutrisi,
pola eliminasi, dan perawatan sehari-hari.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan tindakan pemeriksaan yang
dilakukan secara head to toe atau menyeluruh untuk mendukung
penegakan diagnosa. Pemeriksaan fisik yang dilakukan menggunakan
teknik inspeksi (pengamatan/observasi), palpasi (perabaan), perkusi
(melakukan ketukan pada bagian tubuh tertentu), auskultasi
(mendengarkan).
Pemeriksaan fisik yang akan dilakukan pada Ny I umur 25 tahun
primigravida di PMB Mei Muhartati yaitu pemeriksaan fisik secara
menyeluruh yang meliputi antara lain :
1) Pada masa kehamilan
Pada masa kehamilan, pemeriksaan yang penting dilakukan
yaitu pemeriksaan berat badan, pemeriksaan tanda-tanda vital,
88

pemeriksaan payudara, pemeriksaan abdomen (leopold),


pemeriksaan DJJ, dan pemeriksaan genetalia.
2) Pada masa kehamilan
Pada masa kehamilan, pemeriksaan fisik dilakukan adalah
pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan leopold,
pemeriksaan detak jantung janin, pemeriksaan kontraksi, dan
pemeriksaan dalam.
3) Pada masa nifas
Pada masa nifas, pemeriksaan fisik dilakukan adalah
pemeriksaan berat badan, pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemeriksaan payudara, pemeriksaan TFU, dan pemeriksaan
genetalia.
4) Pada bayi baru lahir
Pada bayi baru lahir, pemeriksaan fisik yang dilakukan
adalah pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik
menyeluruh dari kepala hingga tangan termasuk refleks pada
bayi baru lahir, dan pemeriksaan antopometri (BB, PB, Lila, LP,
LD).
Sebelum melakukan pemeriksaan hendaknya memberikan
informed concent terlebih dahulu, karena pemeriksaan tidak dapat
dilakukan tanpa izin ibu dan anggota keluarga.
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang merupakan pemeriksaan tambahan yang
dilakukan sesuai indikasi. Pemeriksaan penunjang terdiri dari
pemeriksaan laboratorium (urine dan darah) serta pemeriksaan USG.
Hasil pemeriksaan penunjang ibu hamil pada tanggal 13 November
2019 di puskesmas depok III yaitu Hb : 15,2 gr%, protein urine : (-),
protein reduksi (-), HbsAg (-).
89

Pemeriksaan penunjang yang akan diberikan kepala Ny I umur 25


tahun primigravida yaitu pemeriksaan Hb yang dilakukan pada TM
III.
e. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan cara pengumupulan data dengan
mempelajari dokumuen-dokumen yang berkaitan dengan masalah
dari objek yang akan diteliti (Sugyono, 2016).
Studi dokumentasi berupa gambar yang diperoleh dari kegiatan
selama kunjungan, serta data sekunder yang diperoleh dari ibu,
anggota keluarga ibu, maupun dari PMB Mei Muhartati. Studi
dokumentasi yang dilakukan adalah dengan melihat buku KIA ibu
dan rekam medis (RM) ibu di PMB Mei Muhartati.
f. Studi pustaka
Studi pustaka merupakan pencarian literature, catatan-catatan,
atau laporan secara teoritis yang ditemukan peniliti lain sebagai
pedoman suatu kegiatan atau penelitian. Dalam pembuatan tulisan
ilmiah diperlukan beberapa literature sehingga dapat mendukung
penelitian yang dilakukan (Sugyono, 2016). Studi pustaka akan
digunakan untuk memperdalam asuhan dan pembahasan pada asuhan
yang diberikan.
F. Prosedur Laporan Tugas Akhir
Studi kasus yang dilakukan memiliki beberapa tahapan yaitu:
1. Tahap persiapan
Sebelum memulai penelitian, persiapan yang dilakukan adalah:
a) Melakukan observasi tempat serta sasaran studi kasus (pendekatan
secara informal pada lahan), yang dilakukan di PMB Mei Muhartati
b) Menanyakan mengenai syarat melakukan studi pendahuluan
c) Mengurus surat perizinan melakukan studi pendahuluan lahan di
bagian PPPM Fakultas Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani
90

d) Melakukan studi pendahuluan serta penentuan subjek yang menjadi


responden yaitu Ny.I usia 25 tahun G1P0A0 di PMB Mei Muhartati
e) Melakukan perizinan studi kasus dilahan yaitu di PMB Mei
Muhartati
f) Meminta kesedian respon untuk ikut dalam studi kasus untuk
menandatangani lembar persetujuan (informed consent) yang
dilakukan pada tanggal 12 Maret 2020.
g) Melakukan rencana asuhan ANC (antenatal care) yang dilakukan 4
kali kunjungan dan dimulai dari trimester III pada usia kehamilan 36
minggu.
h) Melakukan rencana asuhan INC (intranatal care)
i) Melakukan rencana asuhan PNC (post natal care) mulai dilakukan
dari berakhirnya kal IV hingga KF3
j) Melakukan rencana asuhan BBL, mulai dilakukan sejak bayi baru
lahir hingga KN3
k) Melakukan penyusunan proposal LTA
l) Melakukan bimbingan serta konsultasi proposal LTA
m) Melakukan seminar proposal LTA
n) Melakukan revisi proposal LTA
2. Tahap pelaksanaan
a) Melakukan pemantauan kepada pasien dengan kunjungan rumah atau
melalaui handphone
Pemantauan
1) Meminta nomor handphone ibu atau anggota keluarga agar dapat
menghubungi pasien sewaktu-waktu
2) Meminta ibu atau anggota keluarga untuk segera menghubungi
mahasiswa jika ibu merasakan kontraksi
3) Melakukan kontak dengan pihak PMB untuk menghubungi
mahasiswa jika pasien datang sewaktu-waktu.
91

b) Memberikan asuhan secara komprehensif


1) Dilakukan rencana asuhan ANC (antenatal care) yang dimulai
dari trimester III. Rencana asuhan yang diberikan pada ibu hamil
yaitu :
(a) Kunjungan pertama di PMB Mei Muhartati
(1) Tanyakan keluhan yang dialami oleh ibu hamil
(2) Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital ibu (TD, nadi,
suhu, dan repirasi)
(3) Lakukan pemeriksaan berat badan ibu
(4) Lakukan pemeriksaan pada payudara untuk mengetahui
pengeluaran ASI dan melakukan skrining awal adanya
masalah pada payudara
(5) Lakukan pemeriksaan leopold untuk memantau
perkembangan janin
(6) Lakukan pemeriksaan DJJ
(7) Lakukan pemeriksaan pada genetalia dengan memantau
pengeluaran cairan pada vagina
(8) Berikan konseling personal hyiege dan kebersihan pada
alat genetalia
(9) Berikan konseling nutrisi ibu hamil
(10) Berikan konseling ketidaknyamanan pada ibu hamil
(11) Berikan konseling tanda-tanda keputihan abnormal
(12) Berikan tablet Fe dan tablet kalsium
(13) Skrining masalah psikologis dan berikan dukungan
(14) Berikan asuhan kemplementer berupa senam kegel
(15) Libatkan peran suami dalam setiap asuhan yang diberikan
(b) Kunjungan kedua yang akan dilakukan kunjungan rumah
(1) Tanyakan keluhan yang dialami oleh ibu hamil
92

(2) Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital ibu (TD, nadi,


suhu, dan repirasi).
(3) Berikan konseling tanda bahaya pada kehamilan
(4) Berikan konseling perawatan payudara
(5) Lakukan evaluasi kepatuhan ibu dalam mengkonsumsi
tablet Fe dan kalsium
(6) Lakukan evaluasi mengenai konseling yang telah
diberikan pada kunjungan sebelumnya.
(c) Kunjungan ketiga di PMB Mei Muhartati
(1) Tanyakan keluhan yang dialami ibu hamil
(2) Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital ibu (TD, nadi,
suhu, dan repirasi)
(3) Lakukan pemeriksaan berat badan ibu
(4) Lakukan pemeriksaan pada payudara
(5) Lakukan pemeriksaan leopold
(6) Lakukan pemeriksaan DJJ
(7) Berikan konseling P4K
(8) Berikan konseling perencanaan KB pasca salin
(9) Berikan konseling ASI ekslusif
(10) Berikan konseling tanda-tanda persalinan
(11) Berikan asuhan kemplementer berupa senam kegel.
(d) Kunjungan keempat yang akan dilakukan kunjungan rumah
(1) Tanyakan keluhan yang dialami oleh ibu
(2) Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital ibu (TD, nadi,
suhu, dan repirasi).
(3) Berikan konseling sesuai dengan kebutuhan ibu hamil
serta melakukan evaluasi mengenai konseling yang telah
diberikan pada kunjungan sebelumnya.
(4) Memberikan asuhan kemplementer berupa senam kegel.
93

2) Dilakukan rencana asuhan INC (intranatal care) yang dimulai


dari kala I sampai dengan kala IV. Rencana asuhan yang akan
diberikan yaitu :

(a) Memberikan asuhan persalinan kala I


(1) Melakukan pemantauan tanda-tanda vital ibu
(2) Melakukan pemeriksan fisik meliputi pemeriksaan
leopold, pemeriksaan DJJ, dan pemeriksaan dalam.
(3) Melakukan pemantauan pada ibu hingga pembukaan
lengkap
(4) Memberikan asuhan persalinan yang sayang ibu
(5) Memberikan asuhan komplementer berupa pijat
counterpressure
(b) Asuhan persalinan kala II
(1) Mengenali tanda-tanda persalinan dengan memantau
perubahan-perubahan yang terjadi pada ibu
(2) Mempersiapkan pertolongan persalinan sehingga siap
bahan, alat, serta penolong, memastikan pertolongan
persalinan secara aman dan nyaman dengan selalu
memantau tanda-tanda vital ibu dan DJJ bayi.
(3) Membimbing ibu meneran sehingga ibu meneran
dengan cara dan teknik yang benar
(4) Memberikan asuhan kelahiran bayi yang baik dan benar
(c) Asuhan persalinan kala III
(1) Melakukan asuhan kelahiran plasenta sesuai dengan
standar yang ditetapkan
(2) Memberikan asuhan persalinan dengan memperhatikan
aspek pencegahan infeksi.
(d) Asuhan persalinan kala IV
94

(1) Melakukan pemantauan pada ibu selama 2 jam setelah


persalinan
(2) Melakukan dokumentasi dalam bentuk SOAP
3) Dilakukan rencana asuhan PNC (post natal care) yang dimulai
dari KF1 sampai KF3. Rencana asuhan yang diberikan pada ibu
nifas yaitu :
(a) Kunjungan pertama KF1 (6-3 hari pasca persalinan)
(1) Tanyakan keluhan yang dialami ibu
(2) Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital ibu (TD, nadi,
suhu, dan repirasi)
(3) Lakukan pemeriksaan pada payudara untuk mengetahui
pengeluaran ASI dan melakukan skrining awal adanya
masalah pada payudara
(4) Lakukan pemeriksaan abdomend untuk menilai proses
involusi uteri
(5) Lakukan pemeriksaan genetalia dan menilai
pengeluaran darah
(6) Lakukan pemeriksaan kandung kemih
(7) Lakukan pemeriksaan kontraksi
(8) Berikan konseling personal hyiege dan kebersihan pada
alat genetalia
(9) Berikan konseling nutrisi ibu hamil
(10) Berikan konseling tanda bahaya pada ibu nifas
(11) Berikan konseling teknik menyusui yang benar
(12) Berikan asuhan kemplementer berupa pijat oksitosin.
(13) Libatkan peran suami dalam setiap asuhan.
(b) Kunjungan kedua KF2 (4-28 hari pasca persalinan)
(1) Tanyakan keluhan yang dialami
(2) Lakukan pemeriksaan berat badan ibu
95

(3) Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital ibu (TD, nadi,


suhu, dan repirasi)
(4) Lakukan pemeriksaan pada payudara
(5) Lakukan pemeriksaan abdomend untuk menilai proses
involusi uteri
(6) Lakukan pemeriksaan genetalia dan menilai lokea
(7) Berikan konseling perawatan payudara
(8) Berikan konseling ASI ekslusif
(9) Lakukan evalusi mengenai konseling yang telah
diberikan pada kunjungan sebelumnya
(10) Berikan asuhan kemplementer berupa pijat oksitosin
(c) Kunjungan ketiga KF3 (29-40 hari pasca persalinan)
(1) Tanyakan keluhan yang dialami ibu
(2) Lakukan pemeriksaan berat badan ibu
(3) Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital ibu (TD, nadi,
suhu, dan repirasi)
(4) Lakukan pemeriksaan pada
(5) Lakukan pemeriksaan abdomend untuk menilai proses
involusi uteri
(6) Lakukan pemeriksaan genetalia dan menilai pengeluaran
lokea.
(7) Berikan konseling perencanaan KB (keluarga berencana)
(8) Lakukan evaluasi mengenai konseling yang telah
diberikan pada kunjungan sebelumnya.
(9) Memberikan asuhan kemplementer berupa pijat oksitosin
4) Dilakukan rencana asuhan pada bayi baru lahir (neonatal) yang
dimulai dari KN1 sampai KN3. Rencana asuhan yang akan
diberikan yaitu :
(a) Kunjungan pertama (6-48 jam)
96

(1) Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital bayi (denyut


jantung,pernafasan, dan suhu)
(2) Lakukan pemeriksaan antopometri (BB, LK, LD, Lila,
PB).
(3) Lakukan pemeriksaan fisik secara head to toe dari ujung
kepala hingga kaki, dan pemeriksaan relfleks
(4) Berikan konseling tanda bahaya pada bayi baru lahir
(5) Berikan konseling cara menyusui yang benar
(6) Berikan konseling perawatan tali pusat
(7) Berikan konseling pencegahan hipotermi dengan menjaga
bayi tetap hangat.
(b) Kunjungan kedua (3-7 hari)
(1) Tanyakan keluhan yang dialami
(2) Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital bayi (denyut
jantung,pernafasan, dan suhu),
(3) Lakukan pemeriksaan antopometri
(4) Lakukan pemeriksaan tali pusat
(5) Berikan konseling perawatan bayi sehari-hari
(6) Berikan konseling pemberian ASI ekslusif
(c) Kunjungan ketiga (9-28 hari)
(1) Tanyakan keluhan yang dialami
(2) Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital bayi (denyut
jantung,pernafasan, dan suhu)
(3) Lakukan pemeriksaan antopometri
(4) Lakukan pemeriksaan tali pusat
(5) Berikan konseling pemberian imunisasi
(6) Lakukan evaluasi mengenai konseling yang telah
diberikan pada kunjungan sebelumnya
(7) Memberikan asuhan komplemeter berupa pijat bayi.
97

3. Tahap penyelesaian
Tahap akhir proses asuhan kebidanan adalah dengan mengevaluasi
tindakan yang telah diberikan dengan penyusunan laporan tugas akhir
sesuai dengan prosedur agar mengetahui keberhasilan asuhan
berkesinambungan yang dilakukan oleh Ny.I selama masa kehamilan,
proses bersalin, masa nifas, bbl, dan saat KB yang dimulai dengan
penyusunan hasil, penarikan kesimpulan, serta persiapan ujian akhir LTA.
G. Sistematika Dokumentasi Kebidanan
Menurut (Widiastani, 2018) dokumentasi kebidanan menggunakan SOAP
dan pola pikir varney yang teridiri dari 4 tahap secara berurutan. Dokumentasi
SOAP dimulai dari awal pasien datang hingga dilakukan asuhan.
Dokumentasi SOAP terdiri atas:
1. S (subjektif)
Data subjektif diperoleh melalui anamnesa atau pengkajian awal berupa
wawancara untuk menggali informasi dari pasien untuk mendukung
penegakan diagnosa.
2. O (objektif)
Data objektif diperoleh melalui hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang didapatkan dari pemeriksaan sendiri atau pemeriksa lain.
3. A (assessment/analisi).
Analisi merupakan proses penegakan diagnosa atau masalah kebidanan
berdasarkan data subjektif dan objektif.
4. P (planning)
Berisi tentang perencanaan, penatalaksanaan serta evaluasi asuhan yang
akan diberikan meliputi tindakan antisipatif, tindakan segera, maupun
tindakan secara komprehensif.
98
99

DAFTAR PUSTAKA

Achadi, E. L. (2019). Kematian Maternal dan Neonatal di Indonesia. Rakerkernas


2019, 1–47.
Aji, P. B. (2016). Pengaruh Pijat Bayi terhadap Kualitas Bayi Umur 0-6 Bulan di
Puskesmas Kartasura. Universitas Muhammadiyah.
Anggreini, O., & Dian, A. (2017). Gizi Prakonsepsi Kehamilan dan Menyusui.
Malang: UB Press.

APN. (2014). Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK- KR.


Bahiyatun. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.
Bkkbn. (2014). Buku Pnaduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Chrisrina R, D. (2018). Pengaruh Pijatan Perineum Dan Senam Kegel Terhadap
Pengurangan Ruptur Perineum Pada Ibu Bersalin. 8(1), 1–4.
dewi dkk. (2013). Ilmu Gizi Untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Dewi, V. N. L., & Sunarsih, T. (2011). Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta:
Salemba.
. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta:
Salemba Medika.
Diana dkk. (2013). Faktor Risiko Kegemukan pada Wanita dewasa Indonesia (Risk
Factors of Overweight among Indonesian Women). Jurnal Gizi Dan Pangan,
8(1), 1–8. Retrieved from
http://jesl.journal.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan/article/viewFile/7226/5647
Hamilton, P. M. (2015). Dasar-Dasar Keperawatan Matrenitas. Jakarta: EGC.
Hasnah, H., Kb, M. A. R., & Muaningsih, M. (2018). Tinjauan Tentang Efektifitas
Terapi Non Farmakologi Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Persalinan Kala
I. Journal of Islamic Nursing, 3(2), 45. https://doi.org/10.24252/join.v3i2.6854
Hastuti, P. (2019). Genetika Obesitas. Yogyakarta: UGM Press.
Hatini, E. E. (2018). Asuhan Kehamilan Kebidanan. jakarta: Wineka Media.
Irmawati. (2015). Bayi dan Balita Sehat. Jakarta: Gramedia.

99
100

Jannah, N., & Rahayu, S. (2017). Kesehatan Reproduksi & Keluarga Berencana.
Jakarta: EGC.
Jayanti, I. (2019). Evidence based dalam praktik kebidanan. Yogyakarta: Depublish.
Kemenkes RI. (2017). Pedoman_Umum_Gentas_Gerakan_berantas_obesitas.pdf.

Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile
2018].http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf
Legawati. (2018). Asuhan Persalinan & Bayi Baru Lahir. jakarta: Wineka Media.

Lestari, N. (2017). Pijat Oksitosin Pada Ibu Postpastum Primipara Terhadap Produksi
ASI dan Kadar Hormon Oksitosin. Jurnal Ners Dan Kebidanan, 4(2), 98–103.
https://doi.org/10.26699/jnk.v4i
Liva Maita Dkk. (2015). Asuhan Kebidanan Bagi Para Bidan di Komunitas.
Yogyakarta: Depublish.
Marmi. (2012). Intranal care asuhan kebidanan pada persalinan. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Maulana, M. (2016). Panduan Lengkap Kehamilan. Yogyakarta: Katahati.
Mutmainnah dkk. (2017). Asuhan Persalinan Normal dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: penerbit ANDI.
Naviri, T. (2011). Buku Pintar Ibu Hamil. Jakarta: PT Gramedia.

Noorbaya, S., & Johan, H. (2019). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Sekolah.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Noordiati. (2018). Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah.
Malang: Wineka Media.
Nurhayati dkk. (2013). Konsep kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Nurwiandani, W. (2018). Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Ocviyanti, D., & Dorothea, M. (2018). Masalah dan Tata Laksana Obesitas dalam
Kehamilan. 251–257.
Oktarina, M. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinana dan Bayi Baru
Lahir. Yogyakarta: Depublish.
Pitriani, R., & Andriyani, R. (2014). Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Normal. Yogyakarta: Depublish.
101

Prawirohardjo, S. (2014). Buku ilmu kebidanan. jakarta: PT Sarwono Prawirohardjo.


Putra, S. R. (2012). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita untuk Keperawatan dan
Kebidanan. Yogyakarta: D-Medika.
Riskesdas. (2013). Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013.

Rini, S., & Kumala, F. (2017). Panduan Asuhan Nifas & Evidence Based.
Yogyakarta: Depublish.
SMI, M., & Proverawati, A. (2010). Nutrisi Janin dan Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Sosetyowati dkk. (2019). Peranan Gizi Dalam Upaya Mencegah Penyakit Tidak
Menular. Yogyakarta: UGM Press.
Sugyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukarni dkk. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wafiyatunisa, Z., & Rodiani. (2016). Hubungan Obesitas dengan Terjadinya
Preeklampsia. Majority, 5(5), 184–190.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/907/815

Widatiningsih, S., & Dewi, C. H. T. (2017). Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Trans


Medika.
Widiastani, L. P. (2018). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin dan Bayi
Baru Lahir. Bogor: Penerbit IN MEDIA.
Yulianingsih, dkk. (2019). Teknik Massage Counterpressure terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Kala l Fase Aktif pada Ibu Bersalin di RSUD . Dr . M . M
Dunda Limboto. 17(2), 231–242.

Anda mungkin juga menyukai