Anda di halaman 1dari 122

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter,dan tenaga para medis lainnya).

Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan,

sehingga keselamatan Ibu dan bayi lebih terjamin. (Syarifudin dan Hamidah,

2009).

Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke

Puskesmas atau rumah sakit. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan

menggunakan peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah

terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya, karena telah terlatih dan

professional berdasarkan ilmu kesehatan.

Tingginya masalah kebidanan dikomunitas terdiri dari identifikasi kematian

ibu dan bayi, kehamilan remaja, unsafe abortion, BBLR, tingkat kesuburan,

ANC yang kurang ada dalam dan identifikasi pertolongan persalinan tenaga

kesehatan dan non kesehatan. Kebijakan di Indonesia dalam pertolongan

persalinan harus dilakukan oleh tenaga medis yang professional, namun menurut

data (InfoDATIN) Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatn RI di


Indonesia pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga non medis masih

cukup tinggi yakni 11,8% . (Info Kementrian Kesehatan RI, 2015)

Informasi Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan mrnyatakan

bahwa penolong persalinan dengan kualifikasi tertinggi oleh Bidan (68,6%),

kemudian oleh dokter (18,5%), non Tenaga Kesehatan (11,8%) Namun sebanyak

0,8% kelahiran dilakukan tanpa ada penolong, dan hanya 0,3% kelahiran saja

yang ditolong oleh perawat sebagai tenaga dengan kualifikasi tertinggi.

Capaian indikator dalam 10 tahun terakhir menunjukkan kecenderungan

peningkatan, yaitu dari 74,27 % pada tahun 2003 menjadi 90,88 % pada tahun

2013. Angka ini sudah mencapai target MDGs pada tahun 2015 sebesar 90 %.

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang cukup tinggi pada tahun 2013

yaitu sebesar 90,88 %, namun terjadi penurunan hingga tahun 2015 menjadi

88,55 % ,belum tentu semua persalinan tersebut bertempat di fasilitas pelayanan

kesehatan dan ditolong oleh tenaga kesehatan, atau persalinan ditolong oleh

tenaga kesehatn namun tidak ditolong di tempat fasilitas kesehatan.

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di wilayah Kabupaten Mojokerto

87,91%. Jumlah ibu bersalin sebesar 18.510 jiwa yang ditolong oleh tenaga

kesehatan pada tahun 2014. Jumlah kematian ibu karena persalinan adalah 0%.

Data tenaga kesehatan pertolongan persalinan di wilayah Kabupaten Mojokerto


Dokter spesialis kandungan dan Bidan sebanyak 257 bidan. Data tentang tenaga

kesehatan didapat langsung dari masing-masing instansi.

Tingginya angka kematian ibu maupun bayi harus lebih di pertekan lagi

dengan memperbaiki seluruh aspek pelayanan kesehatan denagn pelayanan

kesehatan khususnya pertolonagan persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan

yang professional meliputi dokter spesialis kandungan dan bidan. Selain tenaga

kesehatan ketersedian fasilitas kesehatan juga harus ditingkatkan sehingga

tindakan medis yang dilakukan akan sesuai dan cepat.

Untuk menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang

tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegerasi dan

lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip

keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan

optimal dengan menggunakan Asuhan Kebidanan Continuity of Care (COC).

Dengan adanya program Asuhan Kebidanan Continuity of Care (COC)

diharapkan persalinan yang dilakukan oleh tenaga non nakes dapat menurun

bahkan dapat tergantikan oleh tenaga kesehatan professional. Dapat kita lihat

persalinan oleh nakes di Indonesia sudah semakin meningkat sejak tahun 2004

hingga tahun 2013. Persalinan yang dilakukan oleh tenaga medis professional

bertujuan untuk mengurangi resiko komplikasi pada ibu hamil hingga nifas,

yakni dengan cara pemantauan sedini mungkin mulai kehamilan hingga nifas
berakhir dan ibu diharapkan mengikuti program KB, diharapkan jika terdapat

masalah dapat diketahui sedini mungkin dapat mencegah adanya komplikasi lain

yang membahayakan ibu dan bayinya maka dapat dilakuka penanganan segera

dengan berbagai cara diantaranya kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain

(dokter, perawat, ahli gizi, dsb).

Tenaga kesehatan dalam Asuhan Kebidanan Continuity Of Care (COC)

berperan sebagai tenaga professional untuk melakukan asuhan meningkatkan

derajat kesehatan dan menurunkan angka mortalitas maupun morbiditas, yang

terpenting menurunkan AKI dan AKB dengan mengarah pada tinadakan

Preventif dan Promotif.

1.2 Batasan Masalah

Berdasarkan ruang lingkup asuhan yang diberikan kepada ibu hamil,

melahirkan, masa nifas, neonatus dan KB, maka penyusunan LTA ini penulis

membatasi berdasarkan Continuity Of Care (COC).

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Untuk melakukan Asuhan Kebidanan secara Continuity of Care (COC)

pada Ibu Hamil, Bersalin, Nifas, Neonatus, dan KB menggunakan pendekatan

managemen Asuhan kebidanan Varney dengan pendokumentasian SOAP.


1.3.2 Tujuan khusus

1. Melakukan Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil, Bersalin, Nifas, BBL, dan

KB.

2. Mengambil diagnosa setelah melakukan analisis berdasarkan masalah yang

dialami pasien.

3. Melakukan perencaan Asuhan Kebidanan untuk menyelesaikan masalah atau

mencegah komplikasi lain dan melakukan penanganan secara dini sesuai

masalah yang ada.

4. Melakukan Asuhan Kebidanan secara Continuity Of Care (COC) mulai dari

Kehamilan, Persalinan, Nifas, Neonatus, dan KB guna memantau keadaan

ibu agar jika terjadi masalah dapat dilakukan penanganan secara dini.

5. Melakukan evaluasi Asuhan Kebidanan yang telah dilakukan

6. Melakukan Dokumentasi atas tindakan yang dilakukan Bidan.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat umum

Memudahkan bagi tenaga kesehatan mengetahui kondisi pasien secara

dini dan dapat mencegah terjadinya komplikasi, dapat melakukan penanganan

segera jika masalah diketahui sejak dini.

1.4.2 Manfaat khusus

1. Untuk pasien dapat mencegah terjadinya komplikasi pada masa kehamilan,


persalinan, nifas, neonatus, dan KB dengan pendekatan Asuhan Kebidanan

Continuity Of Care (COC).

1. Untuk tenaga kesehatan dapat mengetahui sejak dini masalah dan

mengantisipasi kemungkinan komplikasi lain.

2. Untuk mahasiswa dapat memberikan Asuhan secara komperehensif dan

saling berkaitan sehingga pemahaman materi lebih mendalam.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar

2.1.1 Kehamilan

1. Definisi

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa

dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat

fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal berlangsung dalam waktu 40

minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional.

Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam

12 minggu, trimester kedua 15 minggu ( minggu ke-13 hingga ke-27), dan

trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40). (Sarwono, 2009).

Kehamilan adalah peristiwa yang didahului bertemunya sel sperma dengan

sel telur atau ovum dan akan berlangsung selama kira-kira 10 bulan lunar, atau 9

bulan kalender, atau 40 minggu, atau 280 hari yang dihitung dari hari pertama

periode menstruasi terakhir Last Menstruation Periode (LPM). (Wagiyo dan

Putrono, 2016).

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine mulai

sejak konsepsi sampai permulaan persalinan (Vivian dan Tri, 2011 ). Secara

umum kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang diawali dengan


fertilisasi yakni bertemunya sel telur dan sel sperma, hasil pembuahan akan

tertanam didalam lahir dan tumbuh seiring waktu.

2. Etiologi

Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester ke satu berlangsung

dalam 12 minggu, trimester ke dua 15 minggu ( minggu ke-13 hingga ke-27), dan

trimester ke tiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40). (Sarwono, 2009).

Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester, yaitu trimester pertama (0-12 minggu),

trimester kedua (13-27 minggu), dan trimester ketiga (28-40 minggu). (Saminem,

2010).

a. Timester I

Disebut sebagai masa germinal. Karakteristik utama masa germinal ini

adalah sperma membuai ovum yang kemudian terjadi pembelahan sel. Sejak

pembuahan/fertilisasi ovum oleh sperma, zigot yang terbentuk membelah diri

sampai fase morula-blastula. Menjelang akhir minggu pertama terjadi

implantasi di endometrium kavum uteri.

b. Timester II

Karakteristik utama perkembangan intrauterin pada trimester kedua adalah

penyempurnaan struktur organ umum dan mulai berfungsinya berbagai

system organ. Mulai dari sistem sirkulasi yang berhubungan dengan denyut
jantung janin dan aliran darah untuk mememnuhi kebutuhan oksigen dan

kebutuhan janin lainnya melalui plasenta bayi yang terhubung dengan ibu,

Sistem respirasi janin mulai menunjukkan pernafasan sejak usia kehamilan

18 minggu, Sistem gastrointestinal janin mulai menunjukkan aktivitas

gerakan menelan sejak usia gestasi 14 minggu, gerakan mengisap aktif

tampak 26-28 minggu, dan secara normal janin meminum air ketuban 450cc

per hari, cairan empedeu mulai diproduksi sejak trimester I,diikuti oleh

seluruh enzim-enzim pencernaan lainnya.

Sistem saraf dan sistem neuromuskular yang paling awal mulai

ditunjukkan dengaan kontraksi otot yang timbul jika terjadi stimulasi lokal.

Sistem saraf sensorik khusus/indra yang mencakup seluruh panca indra.

Sistem urinarius ginjal mulai berfungsi sejak trimester II, dan didalam vesika

urinaria dapat ditemukan urine janin yang keluar melalui uretra dan

bercampur dengan cairan amnion. Dan yang terakhir adalah Sistem endokrin,

kortikotropin dan tirotropin mulai diproduksi di hipofisisi janin sejak usia 10

minggu, mulai berfungsi untuk merangsang perkembangan kelenjar

suprarenal dan kelenjar tiroid, detelah kelenjar-kelnjar tersebut berkembang,

produksi dan sekresi hormon-hormon juga berlangsung.

Tubuh janin memanjang dengan cepat dan pertambahan berat badan.

Verniks melindungi tubuh. Lanugo menutupi tubuh dan menjaga minyak


pada kulit. Alis, bulu mata, dan rambut terbentuk. Kerangk bayi pun

berkembang dengan cepat karena sel pembentukan tulang menigkatkan

pembentukannnya.

Timester III

Karakteristik utama perkembangan intrauterin pada trimester III adalah

penyempurnaan struktur organ khusus/detail dan penyempurnaan fungsi

berbagai sitem organ. Satu karakteristik perkembangan akhir masa janin

adalah perlambatan pertumbuhan kepala relatif terhadap pertumbuhan badan.

Pada awal bulan ke-3 ukuran kepala merupakan separuh ukuran kepala-

bokong (crown-rump length/CRL). Akan tetapi,sejak awal bulan ke 5.

3. Perubahan Fisik Ibu dan Janin

a. Trimester 1

Tanda Fisik yang pertama dapat dilihat pada beberapa ibu adalah

perdatahan sedikit atau spotting sekitar 11 hari setelah konsepsi pada saat

embrio melekat pada lapisan uterus (Nidasi/Implantasi). Perdarahan

implantasi ini biasanya kurang darai lamanya menstruasi yang normal.

Setelah terlambat satu periode menstruasi, perubahan fisik berikutnya

biasanya adalah nyeri dan pembesaran payudara diikuti oleh rasa kelelahan

yang kronis/menetap sering BAK. Ibu akan mengalami dua gejala uang
terakhir selama tiga bulan berikutnya. Morning sickness atau mual dan

muntah biasanya dimulai sekitar 8 minggu dan mungkin berakhir sampai 12

minggu. Pada usuia kehamilan 12 minggu, pertumbuhan uterus di atas

syimfisis pubis dapat dirasakan. Ibu biasanya mengalami kenaikan berat

badan sekitar 1-2 kg selama trimester pertama (Vivian dan Tri, 2011).

Adapun perubahan dari bulan ke bulan adalah sebagai berikut :

1. Minggu ke-4/bulan ke-1

Ibu terlambat menstruasi. Payudara menjadi nyeri dan membesar.

Kelelahan yang kronis (menetap) dan sering BAK mulai terjadi. Keadaan

ini berlngsung selama 3 bualn berikutnya. HCG ada didalam urine dan

serum selama 9 hari setelah konsepsi.

2. Minggu ke-8/bulan ke-2

Mual dan muntah (morning sickness) mungkin terjadi sampai usia

kehamilan 12 minggu. Uterus berubah dari bentuk seperti buah peer

menjadi globuler. Tanda-tanda hegar dan Goodell muncu. Serviks fleksi

dan leukoria meningkat. Penambahan berat badan belum terlihat nyata

3. Minggu ke-12/bulan ke 3

Tanda Chadwick muncul dan uterus naik di atas simfisis. Kontraksi


Braxton Hicks mulai dan mungkin terus berlangsung selama kehamilan.

Kenaikan berat badan sekitar 1-2 kg selama trimester pertama. Plasenta

sekarang berfungsi penuh dan memproduksi hormone.

b. Trimester 2

Uterus akan terus tumbuh. Pada usis kehamilan 16 minggu, uterus

biasanya berada pada pertengahan antara symfisis pubis dan pusat.

Penambahan berat badan sekitar 0,4-0,5 kg/mg. Ibu mungkin akan merasa

banyak energy. Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus berada dekat

dengan pusat. Payudara mulai mengeluarkan kolostrum. Ibu ndapat

merasa gerakan janin dan juga mengalami perubahan yang normal pada

kulitnya, meliputi adanya cloasma, linea nigra, dan strie gravidarum.

(Vivian dan Tri, 2011).

Adapun perubahan dari bulan ke bulan dalah sebagai berikut :

1. Minggu ke-16/bulan ke-4

Fundus berada di tengah antara simfisis dan pusat. Berat ibu bertambah

0,4-0,5 kg/mg selama sisa kehamilan dan mungkin mempunyai banyak

energi. Sekresi vagina meningkat (tetapi normal jika tidak gatal, iritasi,

atau berbau busuk). Tekanan pada kandng kemih berkurang sehingga

frekuensi BAK berkurang


2. Minggu ke-20/bulan ke-5

Fundus mencapai pusat. Payudara memulai sekresi kolostrum.

Kantong ketuban menampung 400 ml cairan. Rasa akan pingsan dan

pusing mungkin terjadi, terutama jika posisi berubah mendadak. Variess

pembuluh darah mungkin tejadi. Ibu merasakan gerakan janin. Aerola

bertambah gelap. Hidung tersumbat mungkin terjadi, kram pada kaki

mungkin ada dan konstipasi mungkin dialami.

3. Minggu ke-24/bulan ke-6

Fundus diatas pusat. Sakit punggung dan kram pada kaki mungkin

terjadi pada fase ini. Perubahan kuliat dapat berupa cloasma gravidarum,

strie gravidarum, linea nigra dan jerawat. Mimisan pun mungkin dapat

terjadi. Biasa mengalami gatal-gatal pada abdomen karena uterus

membesar dan kulit meregang.

c. Trimester 3

Pada usia kehamilan 28 minggu, fundus berada pada pertengahan antara

pusat dan procesus sifoideus . Pada usia kehamilan 32-36 minggu, fundus

mencapai prosecus sifoideus. Payudara penuh dan nyeri tekan. Sering BAK

kembali terjadi. Sekitar usia kehamilan 38 minggu bayi masuk/turun ke

dalam panggul. Sakit punggung dan sering BAK meningkat. Ibu mungkin
menjasdi sulit tidur. Kontraksi Braxton Hicks meningkat (Vivian dan Tri,

2011).

1) Minggu ke-28/bulan ke-7

Fundus berada di pertengahan antara pusat dan prosesu sifoedeus. Hemo-

roid mungkin terjadi. Pernafasan dada menggantikan pernafasan perut.

Garis bentuk janin dapat dipalpasi. Rasa panas dalam perut mungkin

mulai terasa.

2) Minggu ke-32/bulan ke-8

Fundus mencapai prosecus sifoedeus, payudara nyeri tekan. Sering BAK

mungkin kembali terjadi. Selain itu, mungkin mengalami dispenia.

3) Minggu ke-38/bulan ke-9

Penurunan bayi dalam pelvis/panggul ibu (lightening). Plasenta

setebal hampir 4 kali waktu usia kehamilan 18 minggu dan beratnya 0,5-

0,6 kg. Sakit punggung dan sering BAK meningkat. Braxton Hicks

meningkat karena serviks dan segmen bawah rahim disiapakan untuk

persalinan.

4. Perubahan Psikologis pada Ibu Hamil

Perubahan dan adaptasi psikologi selama kehamilan dibagi kedalam masing-

masing trimester yang meliputi :


a. Trimester I

Trimester pertama sering dikatakan sebagai masa penentuan.

Penentuan untuk membuktikan bahwa wanita dalam keadaan hamil. Pada

saat inilah tugas psikologi pertama sebagai calon ibu untuk dapat

menerima kenyataan akan kehamilanya. Keadaan ini menciptakan

kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dengan suami.Banyak

wanita merasa butuh dicintai dan merasakan kuat untuk mencintai namun

tanpa hubungan seks. Libido sangat dipengaruhi kelelahan, rasa mual,

pembesaran payudara, keprihatinan. Semua ini bagian normal dari proses

kehamilan pada trimester pertama.

b. Trimester II

Trimester kedua sering disebut sebagai periode pancaran kesehatan,

saat ibu merasa sehat.Ini disebabkan selama trimester ini umumnya

wanita sudah merasa baik dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan.

Tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa

tidak nyaman karena hamil sudah berkurang. Ibu sudah menerima

kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi serta pikirannya

secara konstruktif.

c. Trimester III

Trimester ketiga ini sering disebut sebagai periode penantian.Periode ini


wanita menti kehadiran bayinya sebagi bagian dari dirinya, dia menjadi

tidak sabar untuk segara melihat bayinya.Trimester tiga adalah waktu

untuk mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orangtua, seperti

terpusatnya perhatian pada kehadiran bayi.Sejumlah ketakutan terlihat

selama trimester ketiga. Wanita mungkin khawatir terhadap hidupnya dan

bayinya, dia tidak akan tahu kapan dia akan melahirkan (Intan, 2015).

5. Kebutuhan Ibu Hamil Trimester I, II, dan III

a. Nutrisi/Gizi

Makanan sehari-hari yang dianjurkan adalah yang memenuhi standar

kecukupan gizi untuk ibu hamil, memenuhi aspek karbohidrat, protein, air,

minral, vitamin dan serat. Untuk pencegahan anemi defiisensi, di beri

tambahan vitamin dan tablet Fe. Kebutuan nutrisi ibu hamil diantaranya

Protein, Karbohidrat (Kalori), Vitamin, dan Mineral.

b. Seksual (Coitus/senggama)

Hubungan seksual dapat dilakukan seperti biasa kecuali jika terjadi

perdarahan atau keluar cairan dari kemaluan, maka harus dihentikan

(abstinentia). Jika ada riwayat abortus sebelumnya coitus di tunda sampai

usia kehamilan diatas 16 minggu, dimana diharapkan plasenta sudah

terbentuk, dengan implantasi dan fungsi yang baik. Beberapa refrensi

menganjurkan agar koitus dihentikan pada 3-4 minggu terakhir


menjelang perkiraan tanggal persalinan. Hindari trauma berlebihan pada

daerah serviks atau uterus.

c. Aktifitas fisik

Dapat seperti biasa (tingkat aktifitas ringan smapi sedang, istirahat

minimal setiap 15 menit setiap 2 jam). Jika duduk/berbaring dianjurkan untuk

kaki ditinggikan. Jika tingkat aktifitas berat, dianjurkan untuk dikurangi.

d. Mobilisasi/ Bepergian

Tidak perlu khawatir bepergian dengan menumpang pesawat biasa karena

tidak membahayakan kehamilan. Tekanan udara didalam kabin kapal

penumpang telah diatur sesuai atmosfir biasa.

1) Perhatikan posisi tubuh duduk terlalu lama (imobilitas) akan

membuat vena statis (vena stagnasi) sehingga menyebabkan kaki

bengkak. Prosesnya adalah darah yang terkumpul dikaki akhirnya

membeku di pembuluh darah vena mengakibatkan bengkak. Apabila

vena pecah akan menyumbat pembuluh darah paru (emboli paru)

2) Ibu hamil sebaiknya menggunakan sepatu dengan hak rendah karena

saat hamil ibu membutuhkan usaha yang lebih dalam keseimbangan

tubuh. Apabila menggunakan sepatu yang meiliki hak tinggi akan

mengakibatkan nyeri pinggang.

3) Menghindari mengangkat benda-benda berat.


4) Gerak yang tiba-tiba sebaiknya dihindari.

e. Personal hiegien

1) Mandi cukup seperti biasa. Pemakaian sabun khusus atau antiseptic

vagina tidak dianjurkan karena justru dapat menganggu flora normal

pada vagina.

2) Pakain tidak boleh ketat atau menenkan karena dapat menyebakan

bendungan vena dan mempercepat varises otot di daerah pembulu

darah melemah (hormone steroid) sehingga pembuluh balik melebar

sampai 150 %.

3) Berpakaian nyaman sebaiknya memungkinkan pergerakan,

pernafasan, dan perspirasi yang leluasa.

4) Pakaian menyerap keringat karena pada ibu hamil fungsi ekskresi dan

keringat bertanbah.

5) BH yang menyangga

6) Perawatan payudara jika terjadi papilla retraksi biasakan papilla

ditarik secra manual dengan pelan.

f. Istirahat dan tidur

Istirahat harus cukup, olahraga dapat ringan sampai sedang, sebaiknya

dipertahankan jangan sampai denyut nadi melebihi 140 kali per menit. Tidur

dengan waktu yang cukup di siang dan malam hari.


g. Imunisasi

Imunisasi yang dibutuhkan oleh ibu yang terutama adalah tetanus toksoid.

Imunisasi lain diberikan sesuai indikasi.

h. Eliminasi

Pada ibu hamil sering kali mengalami Obstipasi/konstipasi, maka

konseling untuk ibu mengenai pola nutrisi dan pola makan ibu yang

mempengaruhi kebiasaan BAB dari Ibu hamil. Ibu hamil tidak dianjurkan

untuk menahan BAK karena rentan terjadinya infeksi. Untuk mengurangi

frekkuensi BAK malam hari dianjurkan untuk minum lebih banyak

disbanding siang hari, sedangkan pada malam hari dikurangi agar frekuensi

BAK yang sering tidak mengganggu istirahat pada malam hari sebaiknya

kurangi minuman yang mengandung zat diuretic seperti kopi dan teh.

i. Oksigen

Kebutuhan oksigen adalah yang utama pada manusia termasuk ibu hamil.

Berbagai gangguan pernafasan bisa terjadi saat hamil sehingga akan

mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen pada ibu yang akan berpengaruh

pada bayi yang akan dikandung. Untuk mencegah hal tersebut diatas dan

untuk memenuhi kebutuhan oksigen maka ibu hamil perlu :

1) Latihan senam nafas melalui senam hamil.


2) Tidur dengan bantal yang lebih tinggi.

3) Makan tidak terlalu banyak.

4) Kurangi atau hentikan merokok.

5) Konsul ke dokter bila ada kelainan atau gangguan pernafasan seperti

asma dan lain-lain (Vivian da Tri, 2011).

2.1.2 Persalinan

1. Definisi

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar

dari uterus ibu, Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia

kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.

Persalinan (Inpartu) dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan

perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya

plasenta secara lengkap. Ibu dikatakan belum inpartu jika kontraksi uterus tidak

mengakibatkan perubahan serviks (Sarwono, 2009).

Persalinann merupakan proses pergerakkan keluarnya janin, plasentam, dan

membrane dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari

pembukaan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi,

durasi dan kekuatan yang teratur. Mula-mula kekuatan muncul kecil, kemudian

terus meningkat sampai pada puncaknya pembukaan serviks lengkap hingga siap

untuk pengeluaran janin dari rahim ibu (Rohani dkk, 2011).


Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin, uri, selaput

ketuban dan cairan ketuban), yang dapat hidup di dunia luar, dari rahim melalui

jalan lahir. Pada proses lahirnya bayi posisi bayi letak belakang kepala dengan

tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak meluaki ibu dan bayinya

(Elisabeth dan Th. Endang, 2015)

2. Istilah pada Persalian

a. Persalinan menurut tua Kehamilan (Elisabeth dan Th. Endang, 2015).

1) Abortus (Keguguran)

Terhentinya kehamilan sebelum janin dapat hidup (viable) berat badan

janin di bawah 1000 gr dan tua kehamilan di bawah 28 minggu.

2) Partus Prematurus

Persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan 38-36 minggu, janin

dapat hidup tapi premature, berat janin antara 1000-2500 gr.

3) Partus Maturus atau aterm

Persalinan pada usia kehamilan 37-40 minggu, janin matur, berat badan

diatas 2500 gr.

4) Partus Postmaturus (serotinus)

Persalinan yang terjadi 2 minguu atau lebih dari waktu partus yang di

taksir, jani disebut post maturus.


5) Partus Presipitatus

Partus yang berlangsung cepat kurang dari 1 jam.

6) Partus Percobaan

Suatu penilaian kemajuan persalinan untuk memperoleh bukti tentang

ada atau tidaknya disproporsi sefalopelvik.

b. Persalinan berdasarkan definisi

1) Persalinan Spontan : bila seluruh persalinan berlangsung dengan

kekuatan ibu sendiri

2) Persalinan Buatan : bila persalinan berlangsung dengan bantuan tenaga

dari luar

3) Persalinan Anjuran : bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan

ditimbulkan dari luar dengan jalan pemberian rangsang. (Rohani, dkk

2011)

3. Etiologi

Beberapa teori yang menyebabkan kemungkinan proses persalinan :

1. Teori Keregangan Otot

a. Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas waktu

tertentu.
b. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontaksi sehingga persalinan

dapat mulai.

c. Contohnya, pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan,

sehingga menimbulkan proses persalinan.

2. Teori Penurunan Prostaglandin

a. Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur hamil 28 minggu, dimana

terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami

penyempitan dan buntu.

b. Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih

sensitive terhadap oksitosin.

c. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat

penurunan progesterone tertentu.

3. Teori Oksitosin Internal

a. Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior.

b. Perubahan keseimbangan esterogen dan progesteron dapat mengubah

sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi Kontraksi Braxton Hicks.

c. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilanmaka

oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat

dimulai.
4. Teori Prostaglandin

a. Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur hamil 15 munggu, yang

dikeluarkan oleh desidua.

b. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot

rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.

c. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.

5. Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis

a. Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi

kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus, Teori ini

dikemukakan oleh Linggin 1973.

b. Malpar pada tahun 1933 mengangkat otak kelinci percobaan, hasilnya

kehamilan kelinci berlangsung lebih lama.

c. Pemberian Kortikosteroid yang dapat menyebakan maturitas janin,

induksi (mulainya) persalinan.

d. Dari percobaan terdsebut disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus

pituitary dengan mulainya persaliunan.

e. Glandula suprrenal merupakan pemicu terjadinya persalinan (Rohani

dkk, 2011)
4. Faktor yang mempengaruhi persalinan (Elisabeth dan Th.Endang, 2015).

a. Power (Tenaga yang mendorong bayi keluar)

Seperti his atau kontraksi uterus kekuatan ibu mengejan, kontraksi

diafragma, dan ligamentum ection terutama ligamentum rotundum.

Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah His, kontraksi

otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament.

b. Passage (Jalan lahir)

Perubahan pada serviks, pendataran serviks, pembukaan serviks,

danperubahan pada vagina dan dasar panggul. Jalan lahir dibagi atas :

1. Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)

2. Bagian lunak : otot, jaringan, dan ligament

c. Passanger

Passanger utama lewat jalan lahir adalah janin. Ukuran kepala

janin lenbih lebar daripada bagian bahu kurang lebih seperempat dari

panjang ibu , 96% bayi dilahirkan dengan bagian kepala lahir pertama.

Passanger terdiri dari janin, plasenta, dan selaput ketuban.

d. Psikologi

Penerimaan klien atas jalannya perawatan antenatal (petunjuk dan

persiapan untuk menghadapi persalinan ), kemampuan klien untu

bekerjasama dengan penolong dan adaptasi terhadap rasa nyeri persalinan


e. Penolong

Meliputi ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, kesabaran,

pengertiannya dalam menghadapi klien.

5. Tahapan dalam Persalinan

a. Persalian Kala I

Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks

mulai membuka dan berdilatasi. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah

kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran-pergeseran, ketika serviks

berdilatasi dan membuka. Kala 1 dimulai sejak terjadiny kontraksi uterus dan

pembukaan serviks, sehingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).

1) Fase Laten

Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak awal

kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara

bertahap. Pembukaan kurang dari 4 cm dan biasanya berlangsung kurang

lebih 8 jam.)

2) Fase Aktif

Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung kurang lebih

selama 6 jam. Pada fase aktif frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya
meningkat (kontraksi adekuat / 3 kali lebih dalam 10 menit dan berlangsung

selama 40 detik atau lebih). Terjadinya penurunan bagian terbawah janin.

Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dan

multigravida. Pada Primigravida, Ostium uteri internum akan membuka lebih

dulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis, kemudian ostium internum

sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan

pendataran (dilatasi) serviks terjadi dalam waktu yang sama. Fase Aktif dibagi

dalam 3 subfase :

a. Periode Akslerasi berlangsung selama 2 jam pembukaan menjadi 4 cm

b. Periode Dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam pembukaan

berlangsung cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.

c. Periode Diselerasi, berlangsing lambat dalam wakti 2 jam pembukaan 9

cm menjadi 10 cm (lengkap).

Perubahan Fisiologis pada Kala I

1) Tekanan darah

2) Tekanan darah meningkat selama terjadinya kontraksi (sistol rata-rata

naik) 10-20 mmHg. Antara kontraksi, tekanan darah kembali seperti saat

sebelum persalinan. Rasa sakit, takut, dan cemas juga akan meningkatkan

tekanan darah.
3) Metabolisme

Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat secara

berangsur-angsur disebabkan karena kecemasan dan aktivitas otot

skeletal, peningkatan ini ditandai dengan adanya peningkatan suhu tubuh,

denyut nadi, curah jantung (cardic output), pernafasan, dan kehilangan

cairan.

4) Suhu tubuh

Oleh karena adanya peningkatan metabolism, maka suhu tubuh sedikit

meningkat selama persalinan. Selama dan setelah persalinan akan terjadi

peningkatan, jaga agar peningkatan suhu tidak lebih dari 0,510C.

5) Detak jantung

Berhubungan dengan peningkatan metabolism, detak jantung akan

meningkat secara dramatis selama kontraksi.

6) Pernafasan

Oleh karena terjadinya peningkatan metabolism, maka terjadi sedikit

peningkatan laju pernafasan yang dianggap normal, hiperventilasi yang

lama dianggap tidak normal dan bisa menyebabkan alkalosis.

7) Ginjal

Poliuri sering terjadi selama proses persalinan, mungkin dikarenakan

adanya peningkatan cardiac output, peningkatan filtrasi glomerulus, dan


peningkatan aliran plasma ginjal. Proteinuria yang sedikit dianggap

normal dalam persalinan.

8) Gastrointestinal

Motilitas lambung dan absorbsi makanan padat secara substansi

berkurang sangat banyak selama persalinan. Selain itu, berkurangnya

pengeluaran getah lambung menyebabkan aktivitas pencegahan hampir

berhenti dan pengosongan lambung menjadi sangat lambat, cairan tidak

berpengaruh dan meninggalkan perut dalam waktu biasa. Mual dan

muntah bisa terjadi sampai ibu mencapai persalinan kala I.

9) Hematologi

Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan akan

kembali sebelum persalinan sehari pascapersalinan, kecuali terdapat

perdarahan postpartum (Rohani dkk, 2011).

Perubahan Psikologi pada Kala I

Asuhan yang bersifat mendukung selama persalinan merupakan suatu standar

pelayanan kebidanan. Ibu yang bersalin biasanya mengalami perubahan

emosional yang tidak stabil.

b. Persalinan Kala II
Kala II Persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)

dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada Primipara berlangsung sekitar 2

jam dan multipara 1 jam .

Tanda dan Gejala pada Kala II

1) His terkoordinir, semakin kuat, cepat, dan lama dengan interval 2 sampai

3 menit

2) Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara reflektoris

menimbulkan rasa ingin mengejan

3) Ibu ingin menern bersamaan dengan terjadinya kontraksi

4) Ibu merasakan semakin meningkatnya pada rectum dan/ vagina

5) Perineum terlihat menonjol

6) Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka

7) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah

Pada waktu his kepala janin muali kelihatan, vulva membuka dan perineum

meregang, dengan his dan mengejan yang terpimpin kepala akan lahir dan diikuti

seluruh badan janin.

Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang menunjukkan:

1. Pembukaan serviks telah lengkap.

2. Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina.


Perubahan Psikologis Kala II

Pada kala II, his terkoordinasi kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit

sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah

tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa

ingin meneran. Karena tekanan rectum, ibu merasa seperti mau buang air besar,

dengan tanda anus terbuka. Pada waktu terjadinta his, kepala janin mulai terlihat,

vulva membuka, dan perineum meregang. Dengan his meneran yang terpimpin,

amaka akan lahir kepala diikuti oleh seluruh badan janin.

Lama pada Kala II ini pada primi dan multipara berbeda yaitu :

a. Primipara Kala II berlangsung 1,5 jam-2 jam

b. Multipara Kala II berlangsung 0,5 jam-1 jam

c. Persalinan Kala III

Kala III disebut juga kala uri yakni waktu pelepasan plasenta (uri). Pada Kala

III persalinan, otot uterus menyebabkan berkurangnya ukuran rongga uterus

secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini

menyebabkan implantasi plasenta karena tempat implantasi menjadi semakin

kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah. Oleh karena itu plasenta akan

menekuk, menebal kemudian plasenta terlepas dari dinding uterus. Setelah lepas,

plasenta akan turun ke bagian bawah uterus.


Beberapa saat kemudian timbul his pengeluaran dan pelepasan uri, dalam

waktu 1- 5 menit plasenta terlepas terdorong ke dalam vagina dan lahir spontan

atau dengan sedikit dorongan (brand androw, seluruh proses biasanya

berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir). Pada pengeluaran plasenta biasanya

disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200cc

Tanda Kala III terdiri dari 2 fase :

a. Fase Pelepasan Uri

b. Fase pengeluaran Uri

Perubahan Psikologis Kala III

1. Ibu ingin melihat, menyentuh, dan memeluk bayinya.

2. Merasa gembira, lega, dan bangga akan dirinya, juga merasa sangat lelah.

3. Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah vaginanya perlu dijahit.

4. Menaruh perhatian terhadap plasenta.

d. Persalinan Kala IV

Kala IV (Tahap Pengawasan), tahap ini digunakan untuk melakukan

pengawasan terhadap bahaya perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selama

kurang lebih 2 jam. Dalam tahap ini ibu masih mengeluarkan darah dari jalan

lahir. Tapi tidak banyak yang berasal dari pembuluh darah yang ada di dinding

rahim tempat terlepasnya plasenta , dan setelah beberapa hari anda akan
mengeluarkan cairan sedikit darah yang disebut lochea yang berasal dari sisa-sisa

jaringan. Pada beberapa keadaan pengeluaran darah setelah proses kelahiran

menjadi banyak. Ini disebabkan beberapa factor seperti lemahnya kontraksi atau

tidak berkontraksi otot-otot rahim. Oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan

sehingga jika perdarahan semakin hebat, dapat dilakukan tindakan secepatnya.

Tabel 2.1 Lamanya Persalinan


Lama Persalinan

Tahapan Primipara Multipara

Kala I 13 Jam 7 Jam

Kala II 1 Jam 1/2 Jam

Kala III 1/2 Jam 1/4 Jam

TOTAL 14 1/2 Jam 7 3/4

Sumber : Rohani dkk, 2011. Asuhan Kebidanan


pada Masa Persalinan, Jakarta, halaman 8.

2.1.3 Nifas

1. Definisi

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta

selaput yang di perlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti

sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Intan, 2015).

Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai

dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Puerperium yaitu dari kata Puer yang
artinya bayi dan parous melahirkan. Jadi Puerperium berarti masa setelah

melahirkan bayi yaitu masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai

alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil (Susilo dan Feti, 2016).

2. Tahapan Masa Nifas

1. Tahapan masa Nifas

a) Puerperium Dini

Kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan. Dalam agama

islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

b) Puerperium Intermedial

Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

c) Remote Peuerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila saat

hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat

sempurna bias berminggu-minggu, bulanan, tahunan.

3. Perubahan Fisiologis masa Nifas

A. Perubahan Sistem reproduksi

1) Involusi Uterus

Involusi atau pengurutan uterus merupakan suatu proses yakni uterus

kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60gr. Proses ini
dimulai segera setealh plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

Perubahan-perubahan normal pada uterus selama post partum dapat dilihat

dalam Tabel 2.2

Tabel 2.2

Perubahan Uterus Masa Nifas

Waktu Tinggi Berat Diameter Palpasi


Involusi Fundus Uteri Uterus Uterus serviks
(TFU)
Bayi lahir Setinggi 1.000 gr 12, 5 cm Lunak
Pusat
Plasenta Dua jari
Lahir bawah pusat 750 gr 12,5 cm Lunak
Satu Pertengahan
minggu pusat sampai 500 gr 7 cm 2 cm
syimfisis
Dua Tidak teraba
minggu di atas 300 gr 5 cm 1 cm
syimfisis
Enam Bertambah 60 gr 2,5 cm Menyempit
minggu kecil
Sumber : Intan Kumalasari, 2014. Panduan Praktik Laboratorium, Perawatan
Antenatal, Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir dan Kontrasepsi, Jakarta, halaman
156

Involusi uteri dari luar dapat diamati dengan memeriksa fundus uteri dengan

cara sebagai berikut :

a. Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2cm di bawah pusat, 12

jam kemudian kembali 1cm di atas pusat dan menurun kira-kira 1cm

setiap hari.
b. Pada hari ke 2 setelah persalinan tinggi fundus uteri 1cm dibawah

pusat. Pada hari ke 3-4 tinggi fundus uteri 2cm dibawah pusat

c. Pada hari ke 5-7 tinggi fundus uteri setengah pusat-syimphisis. Pada

hari ke 10 tinggi fundus uteri tidak teraba.

Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses

involusi disebut dengan subinvolusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh

infeksi dan tertinggalnya sisa plasenta/perdarahan lanjut (post partum

haemorhage)

2) Afterpains

Pada primipara, Tonus uterus menigkat sehingga fundus pada umunya

tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodic sering dialami

multipara dan biasa menimbulkan nyeri yang yang bertahan sepanjang masa

awal puerperium. Rasa nyeri setelah melahirkan ini lebih nyata setelah ibu

melahirkan, ditempat uterus terlalu teregang (misalnya, pada bayi besar dan

lemar). Menyusui dan Oksitosin tambahan biasanya meningkatkan nyeri ini

karena keduanya merangsang kontraksi uterus.

3) Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea

mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus.

Jenis-jenis lochea adalah sebagai berikut :


a) Lochea Rubra

Lochea ini muncul pada hari ke 1 sampi 4 masa post partum, berwarna

merah karena berisi darah segar jaringan sisa-sisa plasenta.

b) Lochea Sangunolenta

Cairan berwarna merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung hari

ke 4-7.

c) Lochea Serosa

Cairan berwarna kuning kecoklatan, muncul hari ke 7-14

d) Lochea Alba

Mengandung leukosit, desidua, sel epitel, serabut jaringan yang mati

berlangsung selama 2-6 minggu.

e) Lochea Statis

Tidak kelurnya lochea

f) Lochea Purulenta

Lochea bercampur dengan pus dan berbau busuk yang menandakan

adanya infeksi.

4) Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warna serviks

sendiri merah kehitam-hitaman karena pembuluh darah. Konsistensinya

lunak, kadang-kadang terdapat laserasi/perlukaan kecil. Oleh karena robekan


kecil yang terjadi selama dilatasi, Serviks tidak pernah kembali pada keadaan

sebelum hamil.

5) Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat

besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8

minggu post partum. Penurunan hormone esterogen pada masa post partum

berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan

terlihat kembali pada sekitar minggu ke 4.

6) Payudara (Mamae)

Pada semua wanita yang telah melahirkan, proses laktasi terjadi secara

alami. Proses menyusui mempunyai 2 mekanisme fisiologis, yaitu produksi

susu dan sekresi susu atau let down.

B. Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini

karena, alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi

kosong pada waktu melahirkan, pengeluaran cairan yang berlebihan pada

waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, hemoroid, laserasi jalan lahir.

Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diet atau makanan

yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup.


C. Perubahan Sistem Perkemihan

Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-

kadang puerperium mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter uretra

ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus svingterani alami

persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung kemih yang terjadi

selama persalinan.

D. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu

kehamilan dan persalina berangsur-angsur kembali sperti sedia kala. Tidak

jarang ligament rotundum mengendur sehingga uterus jatuh ke belakang.

Mobilisasi sendi berkurang dan posisi lordosis kembali secara perlahan.

E. Perubahan system Endokrin

1) Oksitosin

Oksitosin dikeluarkan oleh glandula pituitary posterior dan bekerja

terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Oksitosin didalam

sirkulasi darah menyebabkan kontraksi otot uterus dan pada waktu

yang sama membantu proses involusi uterus.

2) Prolaktin

Penurunan esterogen menjadikan prolaktin yang dikeluarkan oleh


glandula pituitary anterior bereaksi terhadap alveoli dari payudara

sehingga mnestimulasi prduksi Air Susu Ibu (ASI). Pada ibu yang

menyusui, kadar prolactin tetap tinggi dan merupakan permulaan

stimulasi folikel di dalam obarium di tekan.

3) HCG, HPL, Esterogen, dan Progesteron

4) Ketika plasenta lepas dari dinding uterus dan lahir, tingkat hormone

HCG, HPL, Esterogen dan progeteron di dalam darah ibu menurun

dengan cepat, normalnya setelah 7 hari.

5) Pemulihan ovulasi dan mentruasi

Pada ibu yang menyusui banyinya ovulai jarang sekali terjadi

sebelum 20 minggu, dan tidak terjadi diatas 28 minggu pada ibu yang

melanjutka menyusui untuk 6 bulan. Pada ibu yang tidak menyusui

ovulasi dan mestruasi biasanya muali anatara 7-10 minggu.

F. Perubahan Sistem Kardiovaskular

Casrdiact Output menigkat selama persalinan dan penigkatan lebih lanjut

setelah kala III ketika besarnya volume darah dari uterus terjepit didalam

sirkulasi. Penurunan terjadi setelah hari pertama puerperium dan kembali

normal pada akhir minggu ke 3.

Meskipun terjadi penurunan dalam aliran darah ke organ setelah hari

pertama, aliran darah ke payudara meningkat untyuk persiapan laktasi. Pada


beberapa hari pertama setelah kelahiran, fibrinogen, plasminogen, dan factor

pembekuan darah menurun cukup cepat. Akan tetapi darah lebih mampu

Untuk melakukan koagulasi dengan peningkatan viskositas, dan ini berakibat

meningkatkan risiko thrombosis.

G. Perubahan Sistem Hematologi

Leukosit meningkat, sel darah putih sampai berjumlah 15.000 selama

persalinan tetap menigkat dalam beberapa hari pertama post partum. Jumlah

sel darah putih dapat meningkat lebih lanjut samapi 25.000 hingga 30.000 di

luar keadaan patolog jika ibu mengalami partus lama. Hb, Ht, dan eritrosit

jumlahnya berubah diawal puerperium.

H. Perubahan Tanda-tanda Vital (TTV)

1) Suhu

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,20 C . Sesudah partus

dapat naik kurang lebih 0,50 C dari keadaan normal, namun tidak akan

melebihi 380 C sesudah 2 jam pertama melahirkan umunya suhu badan

akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 380 C, mungkin terjadi infeksi

pada klien.

2) Nadi dan pernafasan

Nadi berkisar antara 60 hingga 80 denyutan per menit setelah partus

dan dapat terjadi bradikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh
tidak panas mungkinada perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis

pada penderita. Pada masa nifas umunya denyut nadi labil dibandingkan

dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan akan sedikit menigkat setelah

partus kemudian kembali seperti keadaan semula.

3) Tekanan darah

Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi post partum

dengan sndirinya apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang

menyertyainya dalam setengah bulan tanpa pengobatan.

I. Perubahan Berat Badan

Disaat melahirkan ibu mengalami kehilangan 5-6 kg berat badan dan 3-

5kg minggu pertama masa nifas. Faktor-faktor yang mempercepat penurunan

berat badan pada masa nifas diantaranya adalah peningkatan berat badan

selama kehamilan, primiparitas, segera kembali bekerja diluar rumah dan

merokok. Usia atau status pernikahan tidak mempengaruhi penurunan berat

badan. Kehilangan cairan melalui keringat dan penigkatan jumlah urine

menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5kg selama masa post partum.

J. Perubahan Kulit (Integumen)

Pada waktu hamil terjadi pignentasi kulit pada beberapa tempat karena

proses hormonal. Pigmentasi ini berupa cloasma gravidarum pada pipi,

hoperpigmentasi kulit sekitar payudara, hiperpigmentasi kulit dinding perut


(striae gravidarum), seterlah persalinan hormonal berkurang dan

hiperpigmentasi pun menghilang. Pada dinding perut akan menjadi putih

mengkilap yaitu striae albican .

4. Perubahan Psikologis Masa Nifas

Periode Taking in (hari ke 1-2 setelah melahirkan)

a) Ibu masih pasif dan tergantung pada orang lain.

b) Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya.

c) Ibu akan mengulangi perubahan-perubahan waktu melahirkan.

d) Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan

tubuh seperti semula.

e) Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan

peningkatan nutrisi. Kurangnya nafsu makan menandakan proses

pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal.

Periode Taking on/Taking hold (hari ke 2-4 setelah melahirkan)

a) Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan

tanggung jawab akan bayinya.

b) Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK,

BAB dan daya tahan tubuh.

c) Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti

menggendong, menyusui, memandikan dan mengganti popok.


d) Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak

mampu membesarkan bayinya.

Periode Leting go

a) Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan

serta perhatian keluarga.

b) Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan

memahami kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi hak ibu dalam

kebebasan dan hubungan sosial.

c) Depresi postpartum sering terjadi pada masa ini (Risa, 2012).

5. Kebutuhan Masa Nifas

Perawatan fisik dan pemenuhan kebutuhan dasar pada masa puerperium

harus mengarah pada tercapainya kesehatan yang baik, dengan upaya

perawat/bidan diarahkan pada identifikasi dan penatalaksanaan masalah

kesehatan yang muncul pada masa nifas tersebut (Intan, 2015).

Adapun kebutuhan dasae ibu nifas diantaranya sebagai berikut :

a. Nutrisi dan cairan

Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena

dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat

mememngaruhi susunan air susu. Diet yang doberikan harus bermutu, bergizi

tinggi, cukup kalori, tinggi protein dan banyak mengandung cairan dan serat
untuk mencegah konstipasi. Obat-obatan dikonsumsi sebatas yang dianjurkan

dan tidak berlebihan, selai itu ibu memerlukan asupan sebagai berikut :

1) Tambahan kalori 500 kalori per hari

2) Untuk menghasilkan setiap 100 ml susu ibu memerlukan asupan kalori 85

kalori. Pada saat minggu pertama dari 6 bulan menyusui (ASI Eksklusif)

jumlah susu yang haeus dihasilkan oleh ibu sebanyak 750 ml setiap

harinya.

3) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan

vitamin yang cukup, pedoman umum yang baik untuk diet adalah 2-4 porsi

per hari dengan menu 4 kebutuhan dasar makanan (Daging, buah, sayuran,

roti/ biji-bijian).

4) Table zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama

40 hari pasca persalinan.

5) Minum kapsul vit A (200.000 unit) agar bias memberikan vitamin A

kepada bayinya melalui ASI.

6) Minumair sedikitnya 3 liter setiap hari

7) Hindari makanan yang mengandung kafein/nikotin

b. Ambulasi

Jika tidak ada kelainan mobilisasi sedini mungkin, 2 jam setelah persalinan

normal. Pada ibu dengan partus normal ambulasi dini dilakukan paling tidak 6-
12 jam post partum. Sedangakan pada ibu dengan partus section caesarea

ambulasi dini dilakukan paling tidak setelah 12 jam post partum, setelah ibu

sebelumnya beristirahat (tidur).

Tahapan ambulasi yaitu miring kiri atau kanan terlebih dahulu, kemudian duduk,

dan apabila ibu sudah cukup kuat berdiri maka ibu dianjurkan untuk berjalan.

Eliminasi

1) Buang Air Kecil (BAK) pengeluaran urine akan meningkat 24-48 jam

pertama sampai hari ke 5 post partum karena volume darah ekstra yang

dibutuhkan waktu hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan.

Sebaiknya ibu tidak menahan buang air kecil. Pengosongan kandung

kemih sangat penting untuk proses kontraksi uterus, karena penuhnya

kandung kemih dapat menghambat kontraksi uterus.

2) Buang Air Besar (BAB) kesulitan Buang Air Besar (Konstipasi) dapat

terjadi karena ketakutan akan rasa sakit, takut jahitan terbuka atau karena

hemoroid. Kesulitan ini dapat dibantu dengan mobilisasi dini,

mengonsumsi makanan berserat dan perbanyak minum air.

c. Personal higien/perawatan diri

Pada masa post partum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh

karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi.

Kebersuhan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkunagan sangat penting untuk
dijaga kebersihannya. Perawatan diri yang dianjurkan diantaranya mandi 2x

sehari, menjaga kebersihan luka perineum dengan mengganti pembalut setiap

setelah buang air dan membasuh dengan arah dari depan ke belakang.

d. Istirahat dan tidur

Hal-hal yang bias dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan

tidur sebagai berikut :

1) Anjurkan ibu agar istirahat cukup mencegah kelelahan yang berlebihan.

2) Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan rumah tangga secar perlahan-

lahan serta untuk tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur. Kekurangan

istirahat dapat mempengaruhi ibu dalam beberapa hal yakni mengurangi

jumlah ASI yang di produksi dan memperlambat proses involusi uteri dan

dapat mengakibatkan depresi.

e. Aktivitas seksual

Secara fisik aman untuk memulai coitus begitu darah merah (lochea) berhenti

dan ibu dapat memasukkan dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Coitus

dapat dilakukan jika dirasa ibu sudah merasa nyaman.

f. Latihan senam nifas

Setelah persalinan terjadi involusi uterus. Involusi ini sangat jelas terlihat

pada alat-alat kandungan sebagai akibat kehamilan, dinding perut menjadi


lembek disertai adanya striae gravidarum yang membuat keindahan tubuh akan

sangat terganggu. Cara untu mengembalikan bentuk tubuh seperti sebelum hamil

yakni dengan melakukan latihan dengan senam nifas.

6. Komplikasi Masa Nifas

A. Perdarahan Pervaginam, antara lain:

1) Atonia uteri

2) Retensio plasenta

3) Ruptur uteri

4) Inversio uteri

Tanda gejalanya, antara lain :

a. Perdarahan tiba-tiba dengan beberapa gejala spesifik, jumlah perdarahan

mencapai 500 cc .

b. Nadi lemah dan atau cepat (110x/menit atau lebih).

c. Tekanan darah sangat rendah: tekanan sistolik < 90 mmHg.

d. Napas cepat dengan frekuensii 30x/menit atau lebih.

e. Pucat.

f. Berkeringat atau kulit menjadi dingin dan basah.

B. Infeksi masa nifas

Infeksi masa nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh

masukknya kuman-kuman ke dalam alat genital pada waktu persalinan dan


nifas. Menurut John Committee on Maternal Welfare (Amerika Serikat),

definisi mordibitas puerperalis adalah kenaikan suhu sampai 380C atau lebih

selama 2 hari dalam 10 hari pertama post partum.

1) Bengkak di wajah, tangan dan kaki, atau sakit kepala dan kejang

kejang.

2) Demam lebih dari 2 hari.

3) Payudara bengkak, merah, disertai rasa sakit.

C. Bendungan ASI

Pada permulaan nifas, apabila bayi belum menyusu dengan baik, atau

kemudian apabila kelenjar kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna,

terjadi pembendungan air susu. Payudara panas, keras, dan nyeri pada perabaan,

serta suhu badan tidak naik.

D. Mastitis

Pada masa nifas dapat terjadi infeksi pada payudara, terutama pada primipara

Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui

peredaran darah.

E. Postpartum Blues .

Ibu terlihat sedih, murung dan menangis tanpa sebab (depresi) atau serimg

disebut
F. Tromboflebitis

Tromboflebitis adalah inflamasi dinding vena, sering disertai dengan

pembentukan bekuan. Ditandai adanya homan sign positif saat dilakukan

pemeriksaan.

7. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Berdasarkan program dan kebijakan teknis masa nifas, paling sedikit dilakukan

4 kali kunjungan masa nifas, dengan tujuan yaitu:

a. Memelihara kondisi kesehatan ibu dan bayi.

b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya

gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.

c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.

d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan menggangu

kesehatan ibu dan bayi. (Risa Pitriani, 2012)

2.1.4 Neonatus

1. Definisi

a) BBL

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu

sampai 42 minggu dan berat badan lahir 250 gram sampai dengan 400 gram.

(dr. Arief dan Weni, 2009)


b) Neonatus

Neonatus adalah organisme pada periode adaptasi kehidupan intrauterine ke

kehidupan ektrauterin. Pertumbuhan dan perkembangan normal masa neonatus

adalah 0- 28 hari.Neonatus memili dua fase yaitu Neonatus dini adalah BBL

sampai dengan usia 1 minggu. Neonatus lanjut adalah BBL dari usia 8-28 hari

(Sari wahyuni, 2011)

c) Bayi

Bayi merupakan tahapan perkembangan individu baru. Disebut bayi jika berusia

1-12 bulan masa pertumbuhan.(Aziz Alimu.H, 2008)

2. Adaptasi Bayi Baru Lahir

Tabel 2.2
Penilaian Apgar Score

Tampilan 0 1 2
Badan merah, Seluruh tubuh
Appearance
A Pucat ekstremitas kemerah-
(warna kulit)
biru merahan
Pulse
Tidak Kurang dari Lebih dari 100
P rate(frekuensi
ada 100 x/menit x/menit
nadi)
Grimace (reaks Sedikit gerak
Tidak Batuk dan
G i terhadap mimik,
ada bersin
rangsangan) menyeringai
Ekstremitas
Activity Tidak
A dalam sedikit Gerakan aktif
(tonus otot) ada
fleksi
Resfiration (pe Tidak Lemah/tidak Baik/menangis
R
rnafasan) ada teratur kuat
Sumber : Intan Kumalasari, 2015. Panduan Praktik Laboratorium Klinik, Perawatan
Antenatal, Intranatal, Postnatal Bayi Baru Lahir dan kontrasepsi.

Interprestasi :

1. Nilai 0--3 asfiksia berat

2. Nilai 4-6 asfiksia sedang

3. Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal)

a. Perubahan Sistem pernafasan bayi yang normal

Usaha dan frekuensi nafas. Frekuensi nafas bayi yang normal 40-60

kali/menit yang cenderung dangkal dan jika bayi tidak sedang tidur, kecepatan

irama dan kedalamnya tidak teratur, namun jika ditemukan nafas bayi 30-60

kali/menit dapat terlihat sebagai pernafasan Cheyne-Stokes dengan periode apneu

singkat tanpa bukti adanya stress pernafasan.

Perkembangan paru-paru yang muncul dari titik faring, yang tidak bercabang

kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus. Proses

ini terus berlanjut setelah kelahiran hingga sekitar 8 tahun sampai jumlah

bronkiolus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin

memperlihatkan adanya bukti gerakan nafas sepanjang trimester ke dua dan tiga.

Awal adanya nafas, terdapat dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas

pertama bayi adalah sebagai berikut :


1. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar

rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.

2. Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru-paru

selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru

secara mekanis.

Interaksi antara system pernafasan, kardiovaskular dan susunan saraf pusat

menimbulkan pernafasan yang teratur dan berkesinambungan, serta denyut yang

diperlukan untuk kehidupan.

b. Surfaktan dan Upaya untuk bernafas

Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan cair-

an dalam paru-paru dan mengembangkan alveolus paru-paru untuk pertama kali.

Produksi sufaktan dimulai pada 20 minggu kehanilan dan jumlahnya akan

meningkat sampai paru-paru matang sekitar 30-40 minggu kehamilan. Surfaktan

ini berfungsi mengurangi tekanan permukaan paru-paru dan membantu

menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernafasan.

Tanpa surfaktan, alveoli akan kolaps setiap saat setelah akhir setiap pernafasan

sehingga dapat menyebabkan sulit bernafas.

Dari cairan menuju udara, bayi cukup bulan, mempunyai cairan di dalam

paru-parunya. Pada saat bayi melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar 1/3

cairan ini akan di peras ke luar paru-paru. Dengan beberapa kali tarikan nafas
pertama, udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus bayi baru lahir. Dengan

sisa cairan di dalam paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh

pembuluh limfe dan darah.

c. Fungsi Pernafasan dalam kaitannya dengan Fungsi Kardiovaskular

Oksigenasi sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran

udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akanmemngalami

vasokontriksi. Keadaan ini berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka untuk

menerima oksigen yang berada dalam alveoli sehingga terjadi penuruna

oksigenasi jaringan yang akan memperburuk hipoksia. Peningkatan aliran darah

paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan

cairan paru-paru sera merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi

luar rahim.

d. Perubahan Sistem darah

Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil

oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke

jaringan tubuh. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan

luar rahim, harus terjadi dua perubahan besar berikut :

1. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung

2. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta.


Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam system pembuluh darah adalah

sebagai berikut :

1) Pada saat tali pusat di potong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan

tekanan atrium kanan menuurn. Tekanan atrium kanan menurun karena

berkurangnya aliran darh ke atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini

membantu darh dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru

untuk menjalani proses oksigenasi ulang.

2) Pernafasan pertama menurunkanresistensi pembuluh darh paru-paru dan

meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernafasn pertama ini

menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh darh paru-paru

(menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru). Peningkatan sirkulasi ke

paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada

atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan

tekanan pada atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup.

e. Sistem Metabolisme

Sistem metabolism neonates pada jam pertama energi didapatkan dari

pembakaran karbohidrat, pada hari kedua berasal dari pembakaran lemak.

Setelah mendapatkan susu kurang lebih hari ke 6 energi dari lemak 60% dan dari

karbohidrat 40%. Dalam waktu 2 jam setelah lahir akan terjadi penurunan kadar

gula darah, untuk menambah energy pada jam jam pertama setelah lahir diambil
dari hasil metabolisme asam lemak, sehingga kadar gula dapat mencapai 120 mg

per 100 ml. Apabila karena sesuatu hal, misalnya bayi dari ibu yang menderita

DM dan BBLR, perubahan glukosa menjadi glikogen akan meningkat atau

terjadi gangguan metabolisme asam lemak yang tidak dapat memenuhi

kebutuhan neonates, maka kemungkinan bayi akan mengalami hipoglikemia

(Wagiyo dan Putrono, 2016).

f. Suhu Tubuh

Segera setelah bayi lahir, bayi akan berada ditempat yang suhu

lingkungannya lebih rendah dari lingkungan dalam rahim. Suhu tubuh neonates

yang normal yaitu 36,50C sampai 370C. Bila bayi dibiarkan dalam suhu kamar

(250C) maka bayi akan mengalami kehilangan panas melalui evaporasi

(penguapan), konveksi dan radiasi sebanyak 200 kalori/kg BB/menit, sedangkan

pembentukan panas yang dapat diproduksi hanya per sepuluh dari jumlah

kehilangan panas diatas, dalam waktu yang bersamaan.

Untuk mengurangi kehilangan panas tersebut dapat dilaksanakan dengan

mengatur suhu lingkungan, membungkus badan bayi dengan kain hangat,

membungkus kepala bayi, disimpan ditempat tidur yang sudah dihangatkan atau

dimasukkan sementara kedalam incubator. Bayi baru lahir belum dapat mengatur

suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan


lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi.

(Wagiyo dan Putrono, 2016).

g. Sistem Metabolisme Glukosa

Agar berfungsi dengan baik, otak memerlukan glukosa dalam jumlah

tertentu. Pada saat kelahiran, begitu tali pusat diklem, seorang bayi harus mulai

mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir,

kadar glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam).

Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara:

1) Melalui pemberian air susu ibu (bayi baru lahir yang sehat harus didorong

untuk menyusu ASI secepat mungkin setelah lahir).

2) Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenesis).

3) Melalui pembentukan glukosa dari sumber lain, terutama lemak

(gluconeogenesis).

Bayi baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang

cukup akan membuat glukosa dari glikogen. Hal ini hanya terjadi jika bayi

mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Seorang bayi yang sehat akan

menyimpan glukosa sebagai glikogen, terutama dalam hati, selama bulan-bulan

terakhir kehidupan dalam rahim. Bayi yang mengalami hipotermia pada saat

lahir, yang kemudian mengakibatkan hipoksia, akan menggunakan persediaan

glikogen dalam satu jam pertama kelahiran.


h. Sistem Ginjal

Walaupun ginjal sangat penting dalam kehidupan janin, muatannya

terbilang kecil hingga setelah kelahiran. Urine bayi encer, berwarna kekuning-

kuningan, dan tidak berbau. Warna cokelat dapat disebabkan oleh lendir bebas

membran mukosa dan udara sama dan akan hilang setelah bayi banyak minum.

Garam asam urat dapat menimbulkan warna merah jambu pada urine, namun hal

ini tidak penting. Tingkat filtrasi glomelurus rendah dan kemampuan reabsorpsi

tubular terbatas. Bayi tidak mampu mengencerkan urine dengan baik saat

mendapatakan asupan cairan, dan juga tidak dapat mengantisipasi tingkat larutan

yang tinggi atau rendah dalam darah. Urine dibuang dengan cara mengosongkan

kandung kemih secara refleks. Urine pertama dibuang saat lahir dan dalam 24

jam, dan akan sering dengan banyaknya cairan yang masuk.

i. Sistem Gastrointestinal

Secara fungsional, saluran gastrointestinal bayi belum lahir matur dibanding

dengan orang dewasa. Membran mukrosa pada pada mulut berwarna merah

jambu dan basah. Gigi tertanam didalam gusi dan sekresi ptialin sedikit. Sebelum

lahir, janin cukup-bulan akan mulai mengisap dan menelan. Refleks muntah dan

batuk yang matur sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan bayi

untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan

antara esophagus bawah dan lambung masih belum sempurna sehingga


mengakibatkan gumoh pada bayi baru lahir dan neonatus. Kapasitas lambung

sangat terbatas, kurang dari 30 ml (15-30 ml) untuk bayi baru lahir cukup-bulan.

Kapasitas lambung ini akan bertambah secara perlahan, seiring dengan

pertumbuhan bayi. Pengaturan makan yang seiring oleh bayi sendiri sangat

penting, contohnya memberikan ASI sesuai keinginan bayi (ASI on demand).

Jumlah asam lambung pada bayi sama dengan orang dewasa dalam

beberapa hari pertama. Pada hari ke-10, bayi sama sekali tidak memiliki asam

hidroklorida yang akan meningkatkan resiko infeksi. Lama pengosongan

lambung adalah 2,5-3 jam. Usus bayi terdiri dari sejumlah besar kelenjar sekresi

daerah permukaan yang besar untuk menyerap gizi makanan. Sejumlah enzim

sudah dihasilkan, walaupun masih terdapat kekurangan amylase dan lipase yang

menyebabkan bayi kurang mampu mencerna karbohidrat dan lemak.

Pada waktu lahir, usus bayi dalam keadaan steril hanya dalam beberapa

jam. Bising usus terdengar dalam 1 jam kelahiran. Mekonium yang ada dalam

usus besar sejak 16 minggu kehamilan dikeluarkan dalam 24 jam pertama

kehidupan dan benar-benar dibuang dalam waktu 48-72 jam. Kotoran pertama

berwana hijau kehitam-hitaman, keras dan mengandung empedu. Pada hari ke-

3-5, kotoran berubah warna menjadi kuning kecokelatan. Begitu bayi diberi

makanan, kotoran berwarna kuning. Kotoran bayi yang meminum susu botol
lebih pucat warnanya, lunak, dan berbau agak tajam. Bayi defekasi 4-6 kali

sehari, namun ada kecenderungan untuk sulit defekasi.

j. Sistem Imun

Sistem imun bayi baru lahir masih belum matur sehingga neonatus rentan

mengalami infeksi dan alergi. Sistem imun yang matur akan memberi kekebalan

alami maupun kekebalan dapatan. Kekebalan alami terdiri dari struktur

pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Beberapa contoh

kekebalan alami, meliputi:

1) Perlindungan oleh membran mukosa.

2) Fungsi saringan saluran napas.

3) Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus.

4) Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.

Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel darah yang

membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing. Akan tetapi, pada

bayi baru lahir, sel-sel darah ini masih belum matur. Artinya, bayi baru lahir

tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.

Kekebalan dapatan akan muncul kemudian. Bayi baru lahir yang lahir

dengan kekebalan pasif mendapat antibodi dari tubuh ibunya. Reaksi antibodi

keseluruhan terhadap antigen asing masih belum muncul sampai awal kehidupan
anak. Salah satu tugas utama selama masih bayi dan balita adalah pembentukan

sistem kekebalan tubuh.

Bayi memiliki imunoglobulin pada saat lahir, namun lingkungan rahim

yang aman membatasi bayi untuk bereaksi terhadap antigen tertentu. Ada tiga

macam imunoglobulin (Ig) atau antibodi. Yang ditandai dengan huruf untuk

masing-masing golongan, yaitu IgG, IgA dan IgM, dan hanya IgG yang cukup

kecil untuk melewati sawar plasenta. ASI dan terutama kolostrum memberikan

kekebalan pasif .

Oleh sebab itu, pencegahan infeksi, seperti praktik persalinan aman,

menyusui ASI dini terutama kolostrum, dan deteksi dini serta pengobatan dini

infeksi menjadi sangat penting.

k. Sistem Muskuloskeletal

Otot bayi berkembang dengan sempurna karena hipertrofi, bukan

hiperplasi. Tulang panjang tidak mengeras dengan sempurna untuk memudahkan

pertumbuhan pada epifise. Tulang tengkorak kekurangan esensi osifikasi untuk

pertumbuhan otak dan memudahkan proses pembentukan selama persalinan.

Proses ini selesai dalam waktu beberapa hri setelah lahir. Fontanel posterior

tertutup dalam waktu 6-8 minggu. Fontanel anterior tetap terbuka hingga usia 18

bulan dan digunakan untuk memperkirakan tekanan hidrasi dan intrakranium

yang dilakukan dengan memalpasi tegangan fontanel.


l. Sistem Integumen

Struktur kulit bayi sudah terbentuk sejak lahir, tetapi masih belum matang.

Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis. Vernik kaseosa

juga berfungsi sebagai lapisan pelindung kulit. Kulit bayi sangat sensitive dan

dapat rusak dengan mudah. Bayi baru lahir yang cukup bulan memiliki kulit

kemerahan yang akan memucat menjadi normal beberapa jam setelah kelahiran.

Kulit sering terlihat bercak terutama sekitar ekstremitas. Tangan dan kaki

sedikit sianotik (akrosianotik). Ini disebabkan oleh ketidakstabilan vasomotor,

stasis kapiler dan kadar hemoglobin yang tinggi. Keadaan ini normal, bersifat

sementara dan bertahan selama 7 10 hari, terutama jika terpajan pada udara

dingin (Wagiyo dan Putrono, 2016).

m. Sistem Reproduksi

Setelah lahir, ovarium bayi wanita berisi beribu ribu sel germinal

primitive yang akan berkurang sekitar 90% sejak bayi lahir sampai dewasa.

Peningkatan kadar estrogen selama masa hamil yang diikuti dengan penurunan

setelah bayi lahir mengakibatkan pengeluaran bercak darah melalui vagina.

Genetalia eksterna biasanya edematosa disertai hiperpigmentasi. Pada bayi

premature, klitoris menonjol, dan labia mayora kecil dan terbuka.

Testis turun kedalam skrotum pada 90% bayi baru lahir laki laki.

Prepusium yang ketat seringkali dijumpai pada bayi baru lahir. Muara uretra
dapat tertutup prepusium dan tidak dapat ditarik kebelakang selama 3 4 tahun.

Sebagai respon terhadap estrogen ibu, ukuran genetalia bayi baru lahir cukup

bulan dapat meningkat begitu juga pigmentasinya. Terdapat rugae yang melapisi

kantong skrotum.

Pembengkakan payudara pada bayi baru lahir disebabkan oleh peningkatan

estrogen selama kehamilan. Pada beberapa bayi baru lahir terlihat rabas encer,

ini tidak memilki makna klinis, akan hilang seiring dengan penurunan hormon

ibu dalam tubuh bayi (Wagiyo dan Putrono, 2016).

n. Sistem Neurologi

Dibandingkan dengan sistem tubuh lain, sistem saraf bayi baru lahir masih

sangat muda, baik secara anatomi maupun fisiologi. Ini menyebabkan kegiatan

refleks spina dan batang otak dengan control minimal oleh lapisan luar serebrum

pada beberapa bulan pertama kehidupan, walaupun interaksi social terjadi lebih

awal.

Setelah bayi lahir, pertumbuhan otak memerlukan persediaan oksigen dan

glukosa yang tetap dan memadai. Otak yang masih muda rentan terhadap

hipoksia, ketidakseimbangan biokimia, infeksi, dan perdarahan. Ketidakstabilan

suhu dan gerak otot yang tidak terkoordinasi menggambarkan keadaan

perkembangan otak dan mielinisasi saraf yang tidak sempurna. Bayi baru lahir

memperlihatkan sejumlah aktivitas refleks pada usia yang berbeda-beda, yang


menunjukkan normalitas dan perpaduan antara sistem neurologi dan

musculoskeletal.

3. Karakter Bayi Baru Lahir

Neonatus dapat diklasifikasikan menurut berat lahir, dan masa gestasi.

Klasifikasi menurut berat lahir :

a. Bayi berat lahir rendah, bila berat lahir kurang dari 2500 gram

b. Bayi berat lahir cukup, bila berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram

c. Bayi berat lahir lebih, bila berat lahir 4000 gram atau lebih

Klasifikasi menurut masa gestasi, yaitu periode sejak konsepsi sampai bayi

dilahirkan. Klasifikasi ini menunjukkan maturitas neonatus pada saat dilahirkan.

Menurut persetujuan yang ditetapkan pada Second European Congress Of

Medicine di London tahun 1970, neonatus menurut masa gestasinya dibagi

menjadi :

a. Bayi kurang bulan (preterm infant), masa gestasinya kurang dari 259 hari

(kurang dari 37 minggu)

b. Bayi kurang bulan (term infant), masa gestasinya 259-293 hari (37-42

minggu)

c. Bayi kurang bulan (postterm infant), masa gestasinya lebih dari 294 hari

(lebih dari 42 minggu). (Sari wahyuni, 2014).

4. Tahapan Bayi Baru Lahir


a) Tahapan I terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama

kelahiran. Pada tahap ini digunakan system scoring apgar untuk penilaian

fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.

b) Tahapan II disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan

pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan perilaku.

c) Tahapan III disebut tahap periodic, pengkajian dilakukan setelah 24 jam

pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh.

Ciri-ciri Bayi Normal

1) Berat badan 2.500 4.000 gram

2) Panjang badan 48 52 cm

3) Lingkar dada 30 38 cm

4) Lingkar kepala 33 35 cm

5) Frekuensi jantung 120 160 x/menit

6) Pernafasan 40 60 x/menit

7) Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup

8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna

9) Kuku agak panjang dan lemas

10) Genitalia

11) Perempuan : labia mayora sudah menutupi labia minora

12) Laki-laki : testis sudah turun, skrotum sudah ada


13) Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

14) Refleks morro atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik

15) Refleks graps atau menggenggam sudah baik

16) Refleks rooting mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi

dan daerah mulut terbentuk dengan baik

17) Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertana,

mekonium berwarna hitam kecoklatan. (dr. Arief dan Weni, 2009)

5. Kebutuhan Bayi Baru Lahir

a. Termoregulasi / Pencegahan kehilangan panas

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya sehingga akan

mengalami stress engan adanya perubahan lingkungan. Suhu dingin

menyebabkan air ketubah melalui kulit sehingga mendinginkan darah bayi dan

bayi kehilangan panas tubuh. Pada lingkungan dingin, pembenntikan suhu tanpa

mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan

untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Oleh karena itu penanganan untuk

menghangatkan bayi sangat penting untuk mencegah bayi mengalami kehilangan

panas dalam tubuh (Rohani dkk, 2011).

b. Pencegahan Infeksi

Pencegahan infeksi merupakan tindakan awal yang harus dilakukan terhadap


bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Pada saat

penanganan bayi

Baru lahir yang diperhatikan adalah pencegahan infeksi pada tali pusat dengan

perawatan tali pusat yang benar, pencegahan infeksi pada kulit, pencegahan

infeksi pada bayi dengan pemberian salep mata dan Imunisasi (Intan, 2015).

c. Nutrisi dan cairan

Pada bayi baru lahir sangat dibutuhkan apemenuhan nutrisi dengan

pemberian ASI, karena ASI awal merupakan kolostrum dimana kandungannya

snagt dibutuhkan oleh bayi. Pada awal pemberian ASI yakni dilakukan Inisiasi

Menyusu Dini (IMD). Protokol Evidence Based beru yang telah diperbarui oleh

WHO dan UNICEF mengenai asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama

dinyatakan sebagai berikut :

1) Bayi harus mendapat kontak kulit ibunya segera setelah lahir selama

kurang lebih 1 jam.

2) Bayi harus dibiarkan untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

untuk pemenuhan nutrisi bayi.

3) Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan pada bayi baru

lahir hingga Inisiasi Menyusu Dini (IMD) selesai dilakukan.

d. Bounding Attachment
Orang tua yang mampu menciptakan ikatan emosional kuat dengan anak akan

lebih muda membentuk karakter anak dan mengisinya dengan nilai-nilai baik.

Bounding memberikan rasa aman pada anak yang bias dipupuk melalui kontak

fisik atau juga tatapan penuh kasih sayang.

Seorang ibu yang mampu menciptakan ikatan emosional yang kuat dapat

memebentuk anak lebih bersikap empati, dan memilii penguasaan diri yang baik.

Sehingg mudah dibentuk dan diberi nilai-nilai yang baik. Lingkungan stres dan

penuh dengan tekanan akan mempengaruhi kepribadian anak. Umumnya anak

akan berkembang menjadi pribadi yang skeptik.

6. Pemriksaan fisik dan antropometri

Pemeriksaan fisik bayi baru lahir adalah pemeriksaan awal pada bayi setelah

berada di dunia luar yang bertujuan untuk memeriksa adanaya kelaian fisik da

nada atau tidaknya reflek primitive. Pmeriksaan ini dilakukan setelah kondisi

bayi stabil, biasanya 6 jam setelah lahir.

Prinsip yang haru diperhatikan dalam pemeriksaan fisik bayi baru lahir

adalah sebagai berikut :

a. Ruangan harus terang, hangat dan bersih

b. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan

c. Gunakan alata pelindung diri (APD)


d. Yakinkan alat pemeriksaan bersih

e. Lakuka kolaborasi atau rujuk jika terjadi komplikasi pada bayi

f. Lakukan pemertiksan secara sitematis secara Head to toe :

Pemeriksaan Umum

1. Secara keseluruan (perbandingan bagian tubuh bayi proporsional atu

tidak)

2. Bagian kepala, badan, dan ektremitas (pemeriksaan ada atrau tidaknya

kelainan)

3. Tonus otot, tingkat aktivitas (gerakan bayi aktif atau tidak)

4. Warna kulit dan bibir

5. Tangis bayi

Pemeriksaan Khusus

1. Inspeksi meliputi kepala, UUB, hidung, mata, muka, leher, dada

abdomen, punggung, anus, genetalia, ekstremitas atas dan bawah.

2. Pemeriksaan Antropometri meliputi Circum ferentia mento, oocipitalis

(CMO), circumferentia fronto occipitalis (CFO), diameter mento

occipitalis (DMO), diametr fronto occipitalis (DFO), BB, PB, LILA,

Lingkar Dada

3. Meliputi reflek moro, rooting, sucking, grabs, tonic neck.


4. Meliputi pemeriksaan laboratorium klinik dan diagnosis penujang lain.

5. Tanda-tanda Vitasl (TTV) meliputi RR, HR, Suhu.

2.1.5 KB/Pelayanan Kontrasepsi

1. Definisi

KB (Keluarga Berencana) menurut UU No.10 tahun 1992 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera adalah

upaya penigkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan

usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran , pembinaan ketahanan keluarga,

peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. (Dyah dan

Sujiatini, 2009)

2. Perencanaan penggunaan Kontrasepsi

Dalam menggunakan kontrasepsi, keluarga pada umumnya mempunyai

perencanaan. Perencanaan tersebut diklasifikasikan menjadi tiga fase, yaitu :

a. Fase Menunda Kehamilan

Menunda kehamilan dianjurkan bagi pasangan usia subur (PUS) dengan

usia istri kurang dari 20 tahun. Penggunaan kondom kurang menguntungkan

karena kegiatan senggama masih tinggi pada pasangan muda.Oleh sebab itu,

dalam mencari kontrasepsi sebaiknya mencari metode kontrasepsi yang

memiliki reversibilitas dan efektifitas yang tinggi.


b. Fase Menjarangkan Kehamilan

Fase ini biasanya dilakukan pada wanita yang berusia 20-30 tahun karena

rentang usia tersebut merupakan rentang usia terbaik untuk mengandung dan

melahirkan. Selain itu, menjarangkan kehamilan bertujuan agar anak-anak

yang telah dilahirkan dapat dirawat dengan baik dan mendapat kasih sayang

serta perhatian yang cukup.Dengan demikian, sebaiknya metode kontrasepsi

yang dipilih adalah metode kontrasepsi yang memiliki efektivitas dan

reversibilitas yang tinggi, dapat dipakai 2-4 tahun sesuai jarak anak yang

direncanakan, dan tidak menghambat produksi ASI.

c. Fase Menghentikan/Mencegah Kehamilan

Biasanya dianjurkan pada wanita yang berusia lebih dari 30 tahun . Pada

fase ini, pengguna pil oral kurang dianjurkan karena usia wanita yang relatif

tua dan kemungkinan efek samping serta komplikasi yang di timbulkan

kontrasepsi pil. Oleh sebab itu, sebaiknya metode kontrasepsi yang dipilih

memiliki efektivitas sangat tinggi, dapat dipakai jangka panjang dan tidak

menambah penyakit yang sudah ada (Yuhedi dan Kurniawati , 2014).

3. Tujuan

Secara umum tujuan 5 tahun ke depan yang ingin dicapai dalam rangka

mewujudkan visi dan misi program KB di muka adalah membangun kembali

dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB nasional yang
kuat di masa mendatang, sehingga visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas

dapat tercapai

Tujuan utama program KB nasional adalah untuk mememnuhi perintah

masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas,

menurunkan tingkat/angka kematian ibu dan bayi (AKI dan AKB) dan nak serta

penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun

keluarga kecil berkualitas sedangkan tujuan program Kesehatan Reproduksi

Remaja (KKR) adalah untuk meningkatkan pemahaman , pengetahuan, dan

perilaku posistif remaja tentang kesehatan dan hak-hak reproduksi guna

meningkatkan derajat kesehatan reproduksinya, untuk mempersiapkan

kehidupan dalam medukung upaya meningkatkan kualitas generasi mendatang.

Tujuan program penguatan kelembagaan keluarga kecil berkualitas adalah

untuk membina kemandirian dan sekaligus meningkatkan cakupan dan mutu

pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, serta pemberdayaan dan ketahanan

keluarga terutama yang diselenggarakan oleh institusi masyrakat di daerah

perkotaan dan pedesaan sehingga membudidayakan dan melembaganya keluarga

kecil berkualitas. Perlu diketahui bahwa tujuan-tujuan tersebut berkaitan erat dan

merupakan kelanjutan dari tujuan program KB tahun1970, yakni :

a) Tujuan demografis berupa penurunan TFR tahun 2000 sebesar 50% dari

kondisi TFR.
b) Tujuan filosofi berupa kelembagaan dan pembudidayaaan Norma Keluarga

Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)

Perencanaan kehamilan dan mencegah kehamilan yang belum diinginkan.

1. Pengaturanjarak dan usia melahirkan

2. Penggunaan kontrasepsi rasional, efektif, efisien.

3. Pelayanan KB pada keluarga miskin

4. Ketelibatan pria dalam perencanaankehamilan dan keterlibatan pria

dalam KB

5. Penurunan kehamilan di kalangan PUS muda

6. Meningkatkan status kesehatan perempuan dan anak.

a. Pengaturan usia melahirkan yang tidak terlalu tua atau terlalu muda

b. Pengaturan jarak antara kehamilan

c. Keterlibatan pria dalam perencanaan kehamilan dan keterlibatan pria

dalam KB

7. Meningkatkan kesehatan dan kepuasan seksual

a. Kondom fungsi ganda (dual protection)

b. Program Universal Precaution untuk pencegahan HIV dan AIDS dalam

program KB

c. Penggunaan kontrasepsi pada PUS yang ingin menunda kehamilan


d. Pelayanan terintegritas dan deteksi dini penyakit reproduksi. (Dyah dan

Sujiatini, 2009)

4. Metode Kontrasepsi

A. Sederhana

Untuk dapat menggunakan KB alami calon akseptor KB harus belajar

mengetahui kapan masa suburnya berlangsung. Pada prinsipnya KB Alami akan

efektif bila dipakai dengan tertib dan sesuai aturan, KB alami tidak menimbulkan

efek samping bagi penggunanya. Pasangan sukarela menghindar senggama pada

masa subur ibu (ketika ibu tersebut dapatmenjadi hamil). Atau senggama pada

masa subur untuk mencapai kehamilan.

1) Macam

a) KB Alami tanpa alat

1. Metode Ovulasi Billing (MOB)

2. Metode Simtothermal

3. Coitus Interuptus atau senggama terputus

4. Metode Amenorhea Laktasi (MAL)

5. Metode Suhu Basal

6. Metode Lendir Serviks

b) KB Alami dengan Alat


1. Kondom (Laki-laki dan wanita)

2. Diafragma

c) KB dengan Bahan Kimiawi

1. Spermisida

2. Tablet vagina atau suppositoria atau Film/Tissue

2) Keuntungan

a. Tidak perlu biaya dan prosedur khusus.

b. Membantu ibu mengerti tubuhnya.

c. Sesuai bagi pasangan yang menganut agama atau kepercayaan

tertentu.

3) Kerugian

a. Memerlukan perhitungan yang cermat.

b. Kegagalan sangat tinggi

c. Tidak efektif untuk membatasi kehamilan

4) Indikasi

a. Pasangan yang masih ingin memiliki anak

b. Kesepakatan pasangan

c. Tidak dapat menggunakan metode kontrasepsi hormonal

5) Kontra indikasi
a. Tidak dianjurkan untuk diterapkan pada ibu yang siklus haidnya tidak

teratur.

6) Efek smaping

a. Tidak ada efek samping bagi yang tanpa alat

b. Dapat terjadi alergi atau hipersensitivitas jika tidak cocok dengan alat

kontrasepsi maupun bahan kimia yang digunakan.

B. Hormonal

Penggunaan KB Hormobal bersifat reversible, harus rutin dan sesuai jadwal

penggunaanya. Pada bulan pertama penggunaan dapat terlihat beberapa efek

yang di timbulkan karena penambahan hormone dari obat KB. KB hormonal

terbagi 2 macm, Hormon tunggal dan Ganda. Hormon tunggal mengandung

Progesteron, dan Hormon ganda mengandung Progesteron dan esterogen.

1) Macam

a) Oral

Pil Kombinasi (terdapat berbagai macam jenis dengan kandungan

Hormon Esterogen dan Progesteron ) :

1.Monofasik (21 pil mengandung hormone aktif dengan dosis yang

sama, 7 pil tanpa hormone aktif )


2.Bifasik (21 pil mengandung hormon aktif dengan dosis yang

berbeda, 7 pil tanpa hormone aktif )

3.Trifasik (21 pil mengandung hormon aktif dengan 3 dosis yang

berbeda, 7 pil tanpa hormon aktif )

Mini Pil/ Pil Progestin (kandungan Hormon Progesteron )

b) Injeksi

1.Suntikaan Kombinasi (mengandung Hormon Esterogen dan

progesteron)

2. Suntikan Progestin (Mengandung Hormon Progesteron)

c) Alat Konrasepsi Bawa Kulit (AKBK)

1. Implanon (1 Batang silastik lembut berisi hormon)

2. Norplant (6 Batang silastik lembut berisi hormon)

3. Jedena/Indoplant (2 Batang silastik lembut berisi hormon)

d) AKDR/ Intra Uterin Device (IUD) mengandung hormon Esterogen dan

Progesteron.

2) Keuntungan

a. Aman

b. Kesuburan cepat kembali

c. Jika mengandung hormon esterogen aman bagi ibu yang memberikan

ASI (Masa Laktasi).


d. Dapat dilakukan oleh semua perempuan usia produktif

e. Tidak mengganggu hubungan suami istri

3) Kerugian

a. Jika lupa meminum atau lupa waktu suntik dapat berisiko terjadi

kegagalan KB

b. Harus mengingat dan taat pada jadwal

c. Tidak dapat mencegah penularan penyakit IMS

4) Indikasi

a. Ibu yang ingin mengatur jarak kelahiran anak

b. Tidak memiliki riwayat penyakit Hipertensi

c. Usia produktif

5) Kontra indikasi

a. Ibu yang memiliki riwayat hipertensi tidak dianjurkan memakai KB

hormonal

b. Hamil atau diduga hamil

c. Menyusui (menggunakan kontrasepsi hormonal dengan progesterone

agar tidak mengganggu laktasi)

6) Efek smaping

a. Sakit kepala

b. Amenorrhea (tidak haid)


c. Flek pada wajah

d. Kenaikan berat badan

e. Penurunan libido

C. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

1) Macam

a. Alat Kontrasepsi dalam rahim (AKDR) /IntRa Uterine Device (IUD)

b. MOP

c. MOW

2) Keuntungan

a. Tidak perlu meningat

b. Efektifitas 90 %

c. Dapat dilakukan oleh pria dan wanita

d. Tidak mengganggu hubungan suami istri

e. Jangka waktu panjang

3) Kerugian

a. Biaya mahal

b. Dilakukan pembedahan

c. Bersifat ireversibel (MOW dan MOP)

d. Bersifat reversible untuk AKDR


4) Indikasi

a. Pasangan yang ingin membatasi jumlah kelahiran

b. Tidak sedang hamil

c. Tidak dapat menggunakan metode kontrasepsi hormonal

d. Terjadi atas kesepakatan pasangan.

5) Kontra indikasi

a. Pasangan yang masih ingin memiliki anak dan ingin mengatur jarak

kelahiran

b. Tidak boleh digunakan oleh akseptor yang terpapar Infeksi Menular

Seksual (IMS)

c. Sedang hamil

6) Efek smaping

a) Beresiko infeksi pasca tindakan

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

Menurut Depkes RI, Asuhan Kebidanan adalah penerapan fungsi dan

kegiatan yang menjadi tanggungjawab dalammemberikan pelayanan kepada

klien yang mempunyai kebutuhan masalah dalam bidan kesehatan ibu hamil,

masa persalinan, masa nifas, bayi baru lahir, serta keluarga berencana.

Asuhan kebidanan dilakukan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab

yang berdasarkan pada PERMENKES RI No. 1464 tahun 2010 dan harus sesuai
dengan standar asuhan kebidanan yang telah diatur dalam KEPMENKES Nomor

938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standart Asuhan Kebidanansebagai berikut:

Standar 1 : Pengkajian

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari

semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Standar 2 : Perumusan diagnosis atau masalah kebidanan

Bidan menganalisis data yang diperoleh pada pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosis dan

masalah kebidanan yang tepat.

Standar 3 : Perencanaan

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosis dan masalah yang

ditegakkan.

Standar 4 : Implementasi

Bidan melaksanakan rencana asuhan secara komprehensif, efektif, efisien dan

aman berdasarkan evidence based kepada klien, dalam bentuk upaya promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Standar 5 : Evaluasi

Bidan melkukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk melihat


keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan

perkembangan kondisi klien.

Standar 6 : pencatatan asuhan kebidanan

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai

keadaan/ kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan

kebidanan. (Ringgi dan Rosmauli, 2014)

1. Managemen Varney

Asuhan kebidanan mengacu pada manejemen varney. Varney (1997)

menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah

yang ditemukan oleh perawat bidan pada awal 1970-an. Proses ini

memperkenalkan sebuah metode pengorganisasian pemikiran dan tindakan

dengan urutan yang logis dan menguntungkan, baik bagi klien maupun bagi

tenaga kesehatan. Proses ini menguraikan bagaimana perilaku yang diharapkan

dari pemberi asuhan. Proses manajemen bukan hanya terdiri atas pemikiran dan

tindakan, melainkan juga perilaku pada setiap langkah agar layanan yang

komprehensif dan aman dapat tercapai. Dengan demikian, proses manajemen

harus mengikuti urutan yang logis dan memberi pengertian yang menyatukan

pengetahuan, hasil temuan, dan penilaian yang terpisah pisah menjadi satu

kesatuan yang berfokus pada manajemen klien.


Proses manajemen terdiri atas tujuh langkah yang berurutan, dan setiap

langkah disepurnakan secara berkala. Proses dimulai dengan pengumpulan data

dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu

kerangka lengkap yang dapat dipublikasikan dala situasi apapun. Akan tetapi,

setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah langkah yang lebih detail

dan ini bisa berubah sesuai dengan kebutuhan klien. (Hj. Saminem, 2009)

Langkah I: Pengumpulan data dasar

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan

semua data dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara

lengkap, yaitu:

1. Riwayat kesehatan

2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya

3. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya

4. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi

Pada tahap ini, bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dari

berbagai sumber. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap tentang

kondisi klien. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan

kepada dokter, bidan akan melakukan konsultasi melalui upaya manajemen

kolaborasi. Pada kondisi tertentu, langkah pertama dapat tumpang tindih dengan

langkah ke-5 dan ke-6 (atau menjadi bagian langkah tersebut) karena data yang
diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan

diagnostik yang lain. Terkadang bidan perlu memulai manajemen dari langkah

ke-4 untk memperoleh data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter.

Langkah II: Interpretasi data dasar

Pada tahap ini, bidan mengidentifikasi diagnosa atau masalah dan

kebutuhan klien secara tepat berdasarkan interpretasi data yang akurat. Data

dasar yang telah dikumpulkan kemudian diinterpretasikan sehingga ditemukan

masalah atau diagnosis sama sama digunakan karena beberapa masalah tidak

dapat diselesaikan layaknya diagnosis, tetapi membutuhkan penanganan yang

tertuang dalam sebuah rencana asuhan bagi klien. Masalah seringkali berkaitan

dengan pengalaman wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan arahan.

Masalah ini ini seringkali menyertai diagnosis.

Langkah III: Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial

Pada langkah ini, bidan mengidentifikasikan masalah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah

diidentifikasi sebelumnya. Langkah ini membutuhkan upaya antisipasi, atau bila

memungkinkan upaya pencegahan, sambil mengamati kondisi klien. Bidan

diharapkan dapat bersiap siap bila diagnosis/masalah potensial ini benar

benar terjadi.
Langkah ini sangat penting dala memberikan asuhan yang aman bagi

klien. Mari kita lihat contoh kasus seorang wanita yang mengalami pemuaian

uterus yang berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab

pemuaian yang berlebihan tersebut (misal; polihidramnion, besar masa

kehamilan, ibu dengan diabetes kehamilan, atau kehamilan kembar). Kemudian,

bidan harus melakukan langkah antisipasi dan membuat perencanaan untuk

mengatasi masalah tersebut dan bersiap siap terhadap kemungkinan perdarahan

pascapartumtiba tiba akibat atonia uteri yang disebabkan pemuaian uterus yang

berlebihan. Pada kasus persalinan dengan bobot bayi besar, bidan sebaiknya

melakukan antisipasi dan bersiap siap terhadap kemungkinan distosia bahu dan

perlunya tindakan resusitasi.

Bidan sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita menderita

infeksi saluran kemih yang menyebabkan tingginya risiko kelahiran prematur

atau bayi kecil. Persiapan yang sederhana adalah dengan bertanya dan mengkaji

riwayat kehamilan pada setiap kunjungan ulang, pemeriksaan laboratorium, dan

segera memberi pengobatan jika infeksi saluran kemih terjadi.

Langkah IV: Mengidentifikasi kebutuhan yang memerlukan segera penanganan

segera

Pada tahap ini, bidan mengidentifikasi perlu/tidaknya tindakan segera

oleh bidan maupun oleh dokter, dan/atau kondisi yang perlu dikonsultasikan atau
ditangani bersama anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

Langkah keempat mencerminkan kesinambungan proses manajemen kebidanan.

Dengan kata lain,manajemen bukan hanya dilakukan selama pemberian asuhan

primer berkala atau kunjungan pranatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut

bersama bidan, misalnya pada waktu persalinan.

Pada tahap ini, bidan dapat mengumpulkan dan mengevaluasi situasi

yang gawat yang mengharuskan bidan mengambil tindakan segera untuk

kepentingan keselamatan jiwa ibu dan anak. Dari data yang dikumpulkan, akan

terlihat mana situasi yang memerlukan tindakan segera dan mana yang harus

menunggu intervensi dari dokter. Dalam kondisi tertentu, seorang wanita

mungkin akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi bersaa dokter atau tim

kesehtan lainnya, seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau ahli perawatan klinis bayi

baru lahir. Bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk

menentukan kepada siapa upaya konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat

dalammanajemen asuhan kebidanan.

Langkah V: Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Pada tahap ini, bidan merencanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan

menurut langkah langkah sebelumnya. Tahap ini merupakan kelanjutan

manajemen diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi


sebelumnya, dan bidan dapat segera melengkapi informasi/data yang tidak

lengkap.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah

teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah terkait, tetapi juga dari

kerangka pedoman antisipasi terhadapwanita tersebut, seperti apa yang

diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling,

dan apakah perlu dirujuk klien bila ada masalah yang berkaitan dengan kondisi

sosial-ekonomi, budaya, atau psikologis.

Dengan kata lain, asuhan bagi wanita tersebut sudah mencakup setiap hal

yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan harus sudah

disetujui oleh kedua belah pihak yaitu bidan dan klien, agar dapat dilaksanankan

dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut.

Oleh sebab itu, tugas bidan dalam tahap ini adalah merumuskan rencana asuhan

sesuai dengan hasil pembahasan bersama klien, kemudian membuat kesepakatan

bersama sebelummelaksanakannya.

Langkah VI: Melaksanakan perencanaan

Pada langkah ke enam ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan

ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan
sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak

melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan

pelaksanannya (misal; memastikan agar langkah langkah tersebut benar-benar

terlaksana). Dalam upaya kolaborasi bersama dokter untuk menangani klien yang

mengalami komplikasi, bidan bertangguang jawab terhadap pelaksanaan rencana

asuhan bersama tersebut. Manajemen yang efisien akanmenghemat waktu dan

biaya serta meningkatkan mutu asuhan klien.

Langkah VII: Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini, bidan mengevaluasi keefektifan asuhan yang

sudah diberikan. Ini mencakup evaluasi tentang pemenuhan kebutuhan, apakah

benar benar telah terpenuhi sesuai dengan masalah dan diagnosis yang telah

teridentifikasi. Rencana tersebut dapat dianggap efektif apabila memang telah

dilaksanakan secara efektif bisa saja sebagian lagi belum. Mengingat manajemen

asuhan merupakan kontinum, bidan perlu mengulang kembali dari awal setiap

asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi

mengapa proses menejemen tersebut tidak efektif serta melakukan penyesuaian

pada rencana asuhan. Langkah langkah pada proses manajemen umumnya

merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang memengaruhi

tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Proses manajemen tersebut

berlangsung di dalam tatanan klinis, dan dua langkah terakhir bergantung pada
klien dan situasi klinik. Oleh sebab itu, tidak mungkin proses manajemen ini

dievaluasi hanya dalam bentuk tulisan saja. (Hj. Saminem, 2009)

2. Pendokumentasian SOAP

Pendokumentasian asuhan kebidanan menggunakan pendekatan SOAP.

Catatan SOAP terdiri atas empat langkah yang disarikan dalam proses pemikiran

penatalaksanaan kebidanan yang dipakai untuk mendokumentasikan asuhan

pasien dalam rekam medis sebagai catatan kemajuan. SOAP adalah catatan

tertulis secara singakt, lengkap, dan bermanfaat bagi bidan atau pemberian

asuhan yang lain. Selama masa antepartum, seorang bidan dapat menuliskan satu

catatan SOAP untuk setiap kali kunjungan, sementara dalam masa Intrapartum,

seorang bidan boleh menuliskan lebih dari satu hari. Seorang Bidan harus melihat

catatan-catatan SOAP terdahulu saat merawat seorang pasien untuk

mengevaluasi kondisi yang sekarang (Rohani dkk, 2011).

SOAP

S : Data Subyektif

Informasi./data yang diperoleh dari apa yang dikatakan pasien tersebut.

O : Data Obyektif

Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan sewaktu
melakukan pemeriksaan dan hasil lab atau pemeriksaan penunjang lain.

A : Assesment

Kesimpulan yang dibuat berdasarkan data subyektif/obyektif

P : Perencanaan

Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sesuai dengan kesimpulan yang telah di

buat.

2.2.1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Kehamilan

2. Subyekif (S)

a) Identitas diri (nama sendiri, usia, alamat, pekerjaan, agama, pendidikan

terakhir dan identitas suami)

b) Riwayat kehamilan ini (hari pertama haid terakhir, gerak janin, masalah

atau keluhan)

c) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu (jumlah kehamilan,

jumlah anak hidup, kelahiran prematur, keguguran, jenis persalinan,

riwayat persalinan, riwayat perdarahan, tekanan darah tinggi, berat bayi

lahir, masalah atau kelainan lain)

d) Riwayat kesehatan yang sedang dan pernah diderita (masalah

kardiovaskular, hipertensi, diabetes, malaria, IMS atau lainnya)

e) Riwayat kesehatan keluarga (penyakit keturunan)


f) Riwayat psiko-sosial-ekonomi (status perkawinan, respons terhadap

kehamilan dan persalinan, riwayat KB, dukungan keluarga, pengambil

keputusan dalam keluarga, gizi yang dikonsumsi, gaya hidup, rencana

tempat dan penolong persalinan)

3. Obyektif (O)

Pemeriksaan Fisik meliputi TTV (TD, Suhu, Nadi, RR), Pemeriksaan Khusus

Head to toe Inspeksi, Palpasi (Leopold), Asukultasi (DJJ, Nd, bising usus),

Perkusia (reflek hummer)

4. Assesment (A)

Diagnosa kebidanan berdasarkan nomenklatur kebidanan dan ikhtisar

pemeriksaan :

a. Hamil

b. Primigravida atau multi gravida (GPAPIAH, GPAPAH, GPA)

c. Tuanya umur kehamilan

d. Hidup/mati

e. Tunggal/kembar

f. Letak janin

g. Janin intrauterin/ekstrauterin

h. Keadaan jalan lahir


5. Planing/Perencanaan (P)

1. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (selama 14 minggu)

2. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 dan 28)

3. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara 28 dan 36 minggu

dan sesudah minggu ke 36)

4. Bila ibu hamil mengalami masalah, menunjukkan tanda tanda bahaya

atau merasa khawatir, ia dapat sewaktu waktu melakukan kunjungan.

2.2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Persalinan

1. Subyekif (S)

Pengkajian awal untuk mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera

a) Periksa kondisi ibu dan janin untuk mengetahui adanya tanda komplikasi

kehamilan

b) Tanyakan usia kehamilan

c) Kaji pengeluaran pervaginam untuk mengetahui tanda tanda persalinan

d) Pengkajian selanjutnya

e) Meninjau ulang catatan ANC bila ada

Bila tidak tersedia, tanyakan riwayat kesehatan, kehamilan dan persalinan yang lalu

(paritas, bedah sesar atau uterus, berat badan bayi lahir dan masalah lain, bila ada)

a) Menanyakan tentang kehamilan saat ini (adakah masalah)


b) Menanyakan tentang riwayat dan kemajuan persalinan saat ini, kondisi ibu dan

janin (kondisi his, pengeluaran pervaginam, gerak janin, istirahat, makan,

BAK, BAB terakhir)

2. Obyektif (O)

a) Pengukuran TTV (TD, Suhu, Nd, dan RR)

b) Keadaan fisik secara umum

c) Abdomen dan uterus (pemeriksaan Leopold, his, luka bekas operasi,

denyut jantung janin)

d) Jalan lahir dan genetalia (pemeriksaan luar dan dalam)

e) Kandung kemih (penuh atau kosong)

f) Rektum dan anus (adanya feses, hemoroid)

g) Darah (hemoglobin, golongan darah), bila belum pernah dilakukan

h) Protein urin (jika ada dugaan preeklampsia)

3. Assesment (A)

Data yang telah dikumpulkan kemudian diinterpretasikan untuk

menegakkan diagnosis persalinan, mengidentifikasi masalah atau kebutuhan

klien sesuai nomenklatur kebidanan.

4. Planing/Perencanaan (P)

Persalinan dilakukan dengan memperhatikan SOP yakni APN 60 langkah dan

memperhatikan 5 benang merah dalam persalinan :


1) Membuat keputusan klinik

2) Asuhan sayang ibu dan sayang bayi

3) Pencegahan infeksi

4) Pencatatan rekam medis asuhan kebidanan

5) Rujukan (APN, 2015)

APN 60 Langkah

1. Melihat tanda dan gejala persalinn kala dua

a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina

c. Perineum menonjol

d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka

Menyiapkan Pertolongan Persalinan

2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap digunakan.

Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril

sekali pakai di dalam partus set.

3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.

4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua

tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan

dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.


5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan

dalam.

6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung

tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus

set/wadah desinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung

suntik).

Memastikan Pembukaan Lengakap dengan keadaan Janin baik.

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan

ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air

desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perieneum, atau anus terkontaminasi

oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari

depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam

wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan

kedua sarung tangsn tersebut dengan benar di dalam larutan terkontaminasi)

8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk

memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban

belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi..

Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih

memakai sarung tangan yang kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian
melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan

klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan

10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) Setelah kontraksi berakhir untuk

memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 - 160 /menit).

a. Mengambil tindakan yang sesuai DJJ tidak normal

b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua

hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk membantu Proses Pimpinan Meneran.

11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.

a. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan

keinginannya.

b. Menunggu hingga ibumempunyai keinginan untuk meneran.

Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin

sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan dekontaminasikan temuan-

temuan.

c. Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat

mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat

untuk meneran.

a. Membiming ibu untuk meneran saat ibu ada keinginan untuk menerean.

b. Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.

c. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya

(tidak meminta ibu berbaring telentang).

d. Menganjurkan kepada ibu beristirahat di antara kontraksi.

e. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada

ibu.

f. Menganjurkan asupan cairan per oral.

g. Menilai DJJ setiap 5 menit.

h. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam

waktu 120 menit (2 jam) meneran ibu untuk primipara atau 60 menit (1

jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak memiliki

keinginan untuk meneran.

i. Menganjurkan kepada ibu untuk jongkok, berjalan atau mengambil

posisi yang nyaman.

j. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera

setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.


Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 -6 cm, letakkan

handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

15. Meletakkan kain yang bersih yang dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu

16. Membuka partus set.

17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

Menolong Kelahiran Bayi

Lahirnya Kepala

18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum

dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala

bayi dan lakukan tekana yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,

mwmbiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu unutk meneran

perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.

19. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kasa

yang bersih

20. Memeriksa lilitan talu pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu

terjadi, kemuadian meneruskan segera proses kelahiran bayi.


a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian

atas kepala bayi.

b. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, klem di tempat dan

memotongnya

21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan outaran paksi luar secara spontan.

Lahir Bahu

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di

masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi

berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hungga

bahu anterior muncul di bawah arcus pubis dan kemudian dengan lembut

menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang

berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior

lahir ke tangam tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat

melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi

saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior untuk mengendalikan siku dan

tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangannyang ada di atas dari

punggung ke arah kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.


Penanganan Bayi Baru Lahir.

25. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi di

atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila

tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan) Bila

bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi

26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan

kontak kulit ibu -bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin /i.m

27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.

Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang

klem kedua 2 cm dari klem pertama

28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan

memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.

29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi

dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,

membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil

tindakan yang sesuai.

30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkna ibu untuk memeluk

bayinya dengan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.


Oksitosin

31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk

menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntuk.

33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntukan oksitosin 10

unit i.m di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah

mengaspirasinya terlebih dahulu.

Penengangan Tali Pusat

34. Memindahkan klem pada tali pusat.

35. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang

pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan

menstabilakn uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain

36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah

bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah

pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke atas dan belakang

(dorsokranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio

uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 -40 detik, hentikan penegangan tali pusat

dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai. Jika uterus tidak berkontraksi,
meminta ibu atau seotang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting

susu Mengeluarkan Plasenta

37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk menetan sambil menarik tali

pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir

sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.

a. Jika tali pusat bertambah panjang pindahkan klem hingga berjarak 5-10 cm

dari vulva.

b. Jika Plasenta tidak lepas setelah melakukan penengangan tali pusat selama

15 menit :

1. Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM

2. Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung kemih

dengan menggunakan teknik aseptic jika perlu.

3. Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

4. Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak

kelahiran bayi.

38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plaenta

dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan

dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan

lembut perlahah melahirkan selaput ketuban tersebut.


Pemijatan Uterus

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,

melakukan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan

melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi.

Penilaian Perdarahan

40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan

selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap

dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.

41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan sgera menjahit

laserasi yang mengalami perdarahan aktif. Jika uterus tidak berkontraksi setelah

dilakukan masase selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.

Melakukan Prosedur Persalinan

42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik

43. Mencelupkan kedua tangannyang memakai sarung tangan ke larutan klorin

0,5 % membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air

desinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkan dengan kain yang bersih dan kering.

44. Menempatkannklem tali pusat desinfeksi tingkat tinggi atau steril atau

mengikatkan tali desinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali

pusat sekitar 1 cm dari pusat.


45. Mengikatkan satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan

dengan simpul mati yang pertama.

46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5%.

47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanha. Memastikan

handuk atau kainnya bersih atau kerinh.

48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam.

a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama dalam persalinna

b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.

c. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perwatan yang sesuai

untuk menatalaksanaan atonia uteri.

d. Jika ditemukan laserasi yang mememrlukan penjahitan, lakukan penjahitan

dengan anastesi lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.

50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan

memeriksa kontraksi uterus.

51. Mengevaluasi kehilangan darah


52. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit

selamam satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua

pascapersalinan.

a. Memeriksa Temperatur tubuh ibu setiap jam selama dua jam pertama pasca

persalinan

b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal

53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi selama 10 menit. Mencuci dan membilas peralatan setelah

dekontaminasi.

54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang

sesuai

55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tingkat tinggi.

Membersihkan cairan ketuban, lendir,ndan darah. Membantu ibu memakai

pakaian yang bersih dan kering.

56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.

Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang

diinginkan.

57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan

klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.


58. Mencelupkan sarung tanganbkotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%

selama 10 menit

59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

60. Melengkapi partograf. (Halaman depan dan belakang)

(Sarwono Prawiroharo, 2009)

2.2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas

1. Subyekif (S)

Melakukan pengakajian dan menilai keluhan ibu saat itu yang berkaitan dengan

perubahan masa nifas.

2. Obyektif (O)

Membuat anamnesis dan melakukan pemeriksaan fisik berdasarkan tujuan

asuhan pada setiap kunjungan yang dilakukan.

3. Assesment (A)

Data yang telah dikumpulkan kemudian diinterpretasikan untuk menegakkan

diagnosis sesuai nomenklatur kebidanan, serta mengidentifikasi masalah atau

kebutuhan klien.
4. Planing/Perencanaan (P)

Perencanaan dan Pelaksanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Perencanaan asuhan kebidanan selama periode nifas

Kategori Kegiatan
1. Anjurkan klien menjaga kebersihan seluruh tubuh
2. Ajarkan cara membersihkan dan menjaga kebersihan
genetalia:
a. Bersihkan dengan sabun dan air, mulai dari daerah
vulva, kemudian ke daerah sekitar anus, setiap
Menjaga
kali selesai buang air besar atau kecil. Pembalut
kebersihan diri
diganti minimal 2 kali sehari, pembalut harus
bersih dan kering
b. Hindari menyentuh daerah luka
c. Cuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah genetalia
3. Anjurkan klien untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan dan melakukan kegiatan yang bertahap
Istirahat sesuai dengan kekuatan fisik
4. Ibu tidur ketika bayi sedang tidur. Ambil posisi baik
dan senyaman mungkin
5. Ajarkan latihan yang membantu memperkuat tonus
otot jalan lahir dan dasar panggul
6. Diskusikan pentingnya pemulihan fungsi normal otot
Latihan otot perut dan panggul:
fisik/senam a. Latihan/senam nifas beberapa menit setiap hari
akan sangat membantu pernafasan dan
memperkuat otot perut. Caranya adalah dengan
tidur telentang, lengan diletakkan di samping.
Tarik otot perut ketika mengambil nafas, tarik
nafas dalam dan angkat dagu dari dada, tahan
dalam hitungan 1 5 relaksa dan ulangi sebanyak
10 kali
b. Latihan memperkuat tonus otot vagina (latihan
Kegel) dilakukan dengan mengerutkan otot vagina
dan anus seperti menahan kencing dan buang air
besar. Tahan sampai hitungan 5, lalu kendurkan
dan ulangi sebanyak 5 kali. Mulai lakukan 5 kali
latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggunya,
naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak dari
minggu sebelumnya. Pada minggu keenam setelah
persalinan, ibu dapat mengerjakan setiap gerakan
sebanyak 30 kali.
7. Anjurkan ibu mengkonsumsi makanan dengan men
seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan
vitsmin yang cukup dan memperoleh tambahan 500
Nutrisi kalori setiap hari
8. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari
9. Tablet zat besi diminum setiap hari, minimal hingga
4 hari pascapersalinan
10. Bantu dan bombing ibu agar dapat menyusui bayinya
Menyusui
agar bayi mendapat ASI yang cukup
11. Ajarkan posisi menyusui yang benar (karena posisi
yang salah dapat menyebabkan lecet dan melelahkan
bag ibu mapun bayi)
12. Ajarkan cara menjaga kebersihan payudara, terutama
puting susu, menggunakan BH yang menyokong
Perawatan 13. Bila puting susu leet ketika menyusui, oleskan
payudara kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting
susu. Tetap susui, dimulai dari puting susu yang tidak
lecet
14. Bila lecet cukup berat, istirahatkan selama 24 jam.
Keluarkan/peras ASI dan berikan kepada bayi
dengan menggunakan sendok
15. Bila nyeri, ibu dapat diberikan paracetamol 1 tablet
setiap 4 6 jam
16. Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI,
lakukan:
a. Pengompresan payudara dengan air hangat
b. Urut dari arah pangkl menuju puting susu
c. Keluarkan ASI sebagian agar payudara menjadi
lunak
d. Letakkan kain dingin pada payudara setelah
selesai menyusui
17. Beritahukan bahwa hubungan suami istri secara fisik
aman dilakukan jika pengeluaran darah telah berhenti
dan ibu telah siap dan tidak nyeri lagi. Ini dapat dicek
dengan cara memasukkan satu atau dua jari ke dalam
vagina
Senggama
18. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda
hubungan suami istri sampai waktu tertentu,
misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu
pascapersalinan. Keputusan bergantung pada
pasangan yang bersangkutan
19. Idealnya pasangan harus menunggu minimal 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali
Setiap pasangan harus menentukan sendiri
bagaimana merencanakan keluarganya. Bidan
membantu merencanakan keluarga dengan
mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan. Meskipun beberapa
Keluarga
metode KB mengandung resiko, penggunaan
berencana
kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu
sudah tidak haid lagi. Sebelum menggunakan metode
KB, jelaskan terlebih dahulu hal hal berikut:
a. Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan
dan bagaimana tingkat keefektifannya
b. Kelebihan/keuntungannya
c. Kekurangan
d. Efek samping
e. Cara menggunakannya
Pada ibu yang dapat menyusui secara tuntas, jelaskan
tentang prinsip KB dengan amenore laktasi. Ini dapat
merupakan metode KB pilihan yang aman selama 6
bulan
Sumber: Hj. Saminem, 2009. Dokumentasi asyhan kebidanan, Konsep dan praktik, Jakarta,

halaman 77

2.2.4 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Neonatus

1. Subyekif (S)

Keluahan pasien pada saat itu atau keluhan dari keluarga pasien (ibu bayi atau

keluarga yang lain)

2. Obyektif (O)

Pemeriksaan fisik segera. Pada menit pertama lakukan penilaian terhadap usaha

bernafas, denyut jantung, warna kulit. Pada lima menit kedua lakukan dengan

menggunakan APGAR Skor. Pemeriksaan lanjutan. Lakukan penilaian secara

sistematis (dari kepala sampai ujung kaki) untuk menilai adanya kelaianan atau

cacat bawaan. Selama pemeriksaan, upayakan agar bayi tidak kedinginan. Hal

hal yang perlu diperiksa pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut:

a. Kesadaran dan reaksi bayi terhadap sekekliling (refleks)

b. Tingkat keaktifan

c. Kesimetrisan tubuh
d. Panjang badan dan berat badan bayi

e. Kepala (ubun ubun, sutura, caput succadenum, cephal hematoma,

lingkar kepala)

f. Telinga (kesimetrisan, letak terhadap mata)

g. Mata (tanda tanda infeksi)

h. Hidung dan mulut (bibir, palatum, bentuk, refleks menghisap)

i. Leher (pembengkakan, benjolan)

j. Dada (ukuran lingkar dada, kesimetrisan, jarak puting susu)

k. Bahu, lengan dan tangan (gerakan, jumlah jari)

l. Sistem saraf (refleks moro)

m. Perut (ukuran lingkar perut, bentuk, tonojolan di sekitar tali pusat saat bayi

menangis, perdarahan tali pusat, jumlah pembuluh darah, benjolan

n. Kelamin (laki laki: testis berada dalam skrotum, lubang penis dan

letaknya; perempuan: lubang vagina, uretra, labia mayora dan minora)

o. Anus (sfingter anus)

p. Tungkai (gerakan, bentuk, jumlah jari)

q. Punggung atau spina (pembengkakan atau cekungan, spina bifida)

r. Kulit dan kuku (warna, pembengkakan, bercak, tanda lahir, keutuhan)

s. Pengeluaran feses dan urin (diharapkan keluar dalam 24 jam pertama)


3. Assesment (A)

Data yang dikumpulkan diinterpretasikan untuk menentukan diagnosis,

mengidentifikasi masalah atau kebutuhan klien, tindakan segera dan pemantauan

pada bayi baru lahir.

4. Planing/Perencanaan (P)

Tabel 3.3
Rencana Asuhan Kebidanan

Kategori Gambaran
Bayi baru lahir normal Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi
1. Bebaskan jalan nafas segera
2. Gunakan sarung tangan steril/DTT
3. Upayakan agar bayi tetap hangat:
a. Segera keringkan dan bungkus tubuh bayi
b. Bila bayi bernafas spontan, letakkan bayi di
atas perut ibu, jika ibu bersedia dan
memungkinkan untuk dilakukan
c. Tidak memandikan bayi pada 6 jam
pertama atau tunggu sampai suhu tubuh
bayi stabil
4. Lakukan penilaian APGAR pada menit
pertama dan kelima
5. Berikan obat tetes mata (dalam 1 jam pertama
setelah persalinan)
6. Perlihatkan bayi pada ibu dan anggota
keluarga lain
7. Lakukan kontak kulit dengan ibu
8. Perhatikan eliminasi urin dan mekonium
dalam 24 jam pertama. Jika tidak ada, lakukan
kolaborasi dengan dokter spesialis anak
9. Upayakan agar bayi mendapatkan
kolostrum/ASI sesegera mungkin, bila tidak
ada kontraindikasi
10. Pantau kondisi bayi, termasuk kemampuan
menghisap, tanda tanda vital dan tanda
tanda bahaya
11. Lakukan perawatan tali pusat:
a. Pastikan tali pusat dipotong dengan gunting
steril yang disterilkan dengan DTT
b. Pastikan tali pusat telah diikat dengan baik
dan tidak ada perdarahan. Jika ada
perdarahan, tali pusat diikat kembali
c. Olesi ujung tali pusat dengan povidon
iodine 10%, kemudian bungkus dengan
kasa steril yang sudah dibasahi alkohol 70%
d. Setiap kali basah atau kotor terkena urin
atau feses bayi, kasa harus diganti
Hasil penelitian terkini menyebutkan bahwa
perawatan tali pusat tidak memerlukan
iodine maupun alkohol
12. Pantau kondisi bayi:
a. Pada 2 jam pertama, kaji upaya menghisap,
tanda tanda vital, aktivitas, warna kulit
b. Pada jam berikutnya, kaji suhu tubuh,
pernafasan (retraksi, inspirasi dan ekspirasi,
frekuensi), denyut nadi. Timbang berat
badan setiap hari
13. Setiap bayi yang akan dipulangkan harus
disertai dengan keterangan berikut:
a. Identitas: nama ibu dan nama bayi bila
sudah ada
b. Tanggal, hari, bulan, tahun dan jam
kelahiran
c. Jenis kelamin, jika diragukan, perlu dibuat
catatan dan orang tua harus diberitahu
d. Jenis persalinan dan nama penolong
e. Nilai APGAR, berat badan, serta
keistimewaan lainnya
f. Masa gestasi (lama bayi dalam kandungan
dalam hitungan minggu)
g. Hasil pemeriksaan laboratorium dan
tindakan yang telah diberikan (bila ada)
h. Surat pengantar atau kartu untuk
kepentingan pengawasan tumbuh kembang
14. Jelaskan kepada ibu atau orang tua tentang
jenis jenis vaksinasi yang perlu diberikan
kepada bayi
15. Ingatkan orang tua untuk mendaftarkan
kelahiran ke pamong praja setempat untuk
dibut catatan kelahiran dan akte kelahiran
1. Lakukan langkah langkah sebagai berikut:
2. Bila bayi terpaksa dirawat terpisah, ini harus
atas persetujuan ibunya
3. Bayi dirawat sesuai dengan masalahnya:
Bayi dengan Bila bayi bernafas tidak spontan, bersihkan
masalah/kelaianan/sakit jalan nafas bayi dengan jari telunjuk yang
dibalut dengan kasa/kain lembut dan bersih,
lalu berikan rangsangan taktil, misalnya
menggosok punggung bayi atau menepuk kaki
bayi
Sumber: Hj. Saminem, 2009. Dokumentasi asyhan kebidanan, Konsep dan praktik, Jakarta,

halaman 71

2.2.5 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada KB

1. Subyekif (S)

a) Anamnesis. Anamnesis yang dilakukan adalah Identitas diri (nama sendiri,

usia, alamat, pekerjaan, agama, pendidikan terakhir dan identitas suami)


b) Keluhan utama tentang keinginan menjadi akseptor

c) Riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu (masalah

kardiovaskular, hipertensi, diabetes, malaria, IMS atau lainnya)

d) Riwayat kesehatan keluarga (penyakit keturunan)

e) Riwayat menstruasi (bagi akseptor wanita)

f) Riwayat obstetric

g) Keadaan psikologis

h) Pola kebiasaan sehari hari

i) Riwayat sosial, budaya dan ekonomi

2. Obyektif (O)

Pemeriksaan Fisik meliputi pemeriksaan umum (TTV: TD, Suhu, Nd, RR)

Pemeriksaan khusus.

3. Assesment (A)

Interpretasi data dasar yang akan dilakukan adalah berasal dari beberapa data

yang ditemukan pada saat pengkajian ibu atau akseptor KB. Beberapa hal dari

interpretsai data dasar dapat digunakan dalam mengidentifikasi diagnosis atau

masalah potensial kemungkinan sehingga ditemukan beberapa diagnosis atau

masalah potensial ibu atau akseptor KB seperti ibu ingin menjadi akseptor KB

pil dengan antisipasi masalah potensial seperti potensial terjadinya peningkatan

berat badan, potensial fluor albus meningkat, obesitas, mual dan pusing. Langkah
ini dilakukan untuk mengantisipasi dan melakukan konsultasi dan kolaborasi

dengan kesehatan lain berdasarkan kondisi pasien seperti kebutuhan KIE

(komunikasi, informasi dan edukasi) (Saminem, 2009).

4. Planing/Perencanaan (P)

a. Melakukan konseling tentang KB meliputi macam jenis kontrasepsi,

kekurangan, kelebihan, indikasi dan kontra indiksi.

b. Memberikan inform choice sebelum dilakukan asuhan


BAB III

METODE ASUHAN KEBIDANAN

3.1 Rancangan dengan Asuhan pendekatan Continuity Of Care (COC)

Untuk dapat melakukan Asuhan Kebidanan secara komperehensif dan dapat

memantau keadaan ibu dan bayinya agar maslah AKI dan AKB dapat di tekan

maka dilakukan rancangan Asuhan Kebidanan secara menyeluruh,

berkesinambungan dan berkelanjutan yang disebut dengan Program Continuity

Of Care (COC). Rancangan kegiatan menggunakan Asuhan Kebidanan bersifat

berkelnjutan ini dilakukan mulai dari masa Kehamilan, persalinan, nifas,

neonatus dan sampai ibu memutuskan ataupun tidak untuk mengikuti program

KB, dengan demikian komplikasi dapat di ketahui sejak dini dan dapat segera di

atasi.

3.2 Subyek/Sasaran Asuhan

Sasaran Asuhan Kebidanan ditukukan kepada ibu denfan memperhatikan

Continuity Of Care (COC) mulai dari hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan KB.

Hal ini mengacu pada KepMenkes RI no.369 tahun 2007, tentang Kompetensi

bidan di Indonesia, bahwa asuhan kebidanan merupakan penerapan fungsi dan

kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada


klien yang mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu masa

hamil, masa bersalin, nifas, neonatus serta keluarga berencana (KB).

3.3 Lokasi dan Waktu

Lokasi yang dipilih untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu adalah

seluruh puskesmas di wilayah kota dan kabupaten Mojokerto yang telah memiliki

MOu dengan STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto, atau tempat lain yang

terjangkau persetujuan pembimbing. Waktu yang diperlukan mulai dari

penyusunan proposal sampai memberikan asuhan kebidanan di semester VI

dengan mrngacu pada kalender akademik Program studi D3 Kebidanan Stikes

Bina Sehat PPNI Mojokerto.

3.4 Teknik pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengkajian dan data yang didapat

dianalisis melalaui pola pikir managemen Varney dengan pendokumentasian

SOAP.

3.1.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat dari pasien sendiri berdasarkan

keadaan atau keluhan saat itu.

3.1.2 Data Sekunder


Data sekunder didapatkan dari suami maupun keluarga pasien lain atau dari

petugas kesehatan lain.

3.1.3 Data Tersier

Data tersier didapatkan dari beberapa jenis pendokumentasian lain dimana

sebagai alat komunikasi antar tenaga medis untuk mengetahui keadaan pasien

terakhir, diantaranya sebagai berikut :

1) Buku KIA

2) Rekam Medik

3) Kohort

4) KMS

5) Lembar Observasi

6) Partograf

7) Kartu KB

8) Kartu Ibu

3.5 Analisis

Dari berbagai data yang didapat melalui pengkajian dengan pendekatan

Managemen Varney kemudian dianalisis dan dilakukan asuhan sesuai kebutuhan

maka dilakukan pendokumentasian dengan teknik pendokumentasian SOAP.


3.6 Kerangaka Kerja

ALUR ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN

Continuity Of Care (COC)

IBU HAMIL

FISIOLOGIS PATOLOGIS

Penerapan Asuhan Kebidanan RUJUK


TM 3 (4X KUNJUNGAN)
BERSALIN

FISIOLOGIS PATOLOGIS

PEMANTAUAN KEMAJUAN RUJUK


PERSALINAN KALA 1-4 DENGAN
PARTOGRAF DAN PERTOLONGAN
PERSALINAN NORMAL SESUAI
APN 60 LANGKAH

BBL NIFAS PATOLOGIS

FISIOLOGIS PATOLOGIS
FISIOLOGIS RUJUK

Penerapan Asuhan RUJUK


Kebidanan pada BBL , KN 1 Penerapan Asuhan Kebidanan
(6-48 jam), KN 2 (3-7 hari), pada ibu nifas :
KN 3 (28 hari) KF 1: 6-8 jam, KF 2: 6 hari,
KF 3 : 2 minggu KF 4: 6-8
minggu

Penerapan Asuhan Kebidanan pada KB

1. Konseling KB KB
2. Evaluasi konseling pelayanan KB
3.7 Jadwal Asuhan

No. SASARAN KUNJUNGAN KEGIATAN


Memantau keadaan kehamilan ibu
Kunjungan 1
dan perkembangan janin,
Kehamilan
memberikan KIE dan HE tentang
kehamilan (Gizi, kebersihan diri,
tanda bahaya kehamilan dan tanda-
tanda persalinan)
Memantau keadaan kehamilan ibu
Kunjungan 2 dan perkembangan janin,
IBU HAMIL Kehamilan memberikan KIE dan HE tentang
1
TRIMESTER III kehamilan (Gizi, kebersihan diri,
tanda bahaya kehamilan dan tanda-
tanda persalinan)
Memantau keadaan kehamilan ibu
Kunjunan 3
dan perkembangan janin,
Kehamilan
memberikan KIE dan HE tentang
kehamilan (Gizi, kebersihan diri,
tanda bahaya kehamilan dan tanda-
tanda persalinan)
Saat persalinan Melakukan asuhan kebidanan
2 IBU BERSALIN hingga proses persalinan dan melakukan observasi
persalinan selesai. kemajuan persalinan
KF 1 Mencegah terjadinya perdarah- an
(6-8 jam) karena atonia uteri
KF 2 Memastikan involusi uteri berjalan
3 IBU NIFAS (6 hari) baik, uc baik
KF 3 Memastikan involusi uteri berjalan
(2 minggu) baik, uc baik
KF 4 Menanyakan ibu tentang penyulit
(6-8 minggu) yang dialami dan bayinya
KN 1 Termoregulasi, pemfis, pencegahan
(6-48 jam) infeksi, nutrisi dan pemberian vaksin
KN 2 KIE Pencegahan infeksi, personal
4 NEONATUS
(3-7 hari) hygiene, nutrisi bayi, termoregulasi
KN 3 KIE Personal hygiene, nutrisi bayi,
(8-28)
Kunjungan 1 Konseling penggunaan KB
5 KB
Kunjungan 2 Evaluasi hasil konseling KB

Anda mungkin juga menyukai