PENDAHULUAN
1
2
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam
manajemen asuhan kebidanan dan sebagai sarana pembimbing bagi dunia ilmu
4
5
6
1) Uterus
Untuk akomodasi pertumbuhan janin, rahim membesar akibat
hipertrofi dan hiperplasi otot polos rahim. Berat uterus naik dari 30 gram
menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan (Hamilton, 2010).
Bentuk dan konsistensi : pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk
rahim seperti buah alpukat, pada kehamilan 4 bulan berbentuk bulat, dan
akhir kehamilan seperti bujur telur. Rahim yang tidak hamil kira-kira
sebesar telur ayam, pada kehamilan 2 bulan dan kehamilan 3 bulan sebesar
telur angsa. Pada minggu pertama, istmus Rahim mengadakan hipertrofi
dan bertumbuh panjang, sehingga bila diraba terasa lebih lunak disebut
tanda hegar (Hamilton, 2010).
2) Indung telur (ovarium)
Ovarium yang mengandung korpus luteum gravidarum akan
meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada
umur 16 minggu (Hamilton, 2010).
3) Vagina dan vulva
Karena pengaruh estrogen mengakibatkan hipervaskularisasi vagina
dan vulva terlihat lebih merah/ kebiruan, warna livid pada vagina dan
porsio serviks (Jhamilton, 2010).
4) Dinding perut (abdominal wall)
Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan
robeknya serabut elastik dibawah kulit, sehingga timbul striae gravidarum.
Kulit perut pada linea alba bertambah pigmentasinya dan disebut linea
nigra (Hamilton, 2010).
b. Sistem sirkulasi darah
1) Volume darah
Volume darah semakin meningkat, dimana jumlah serum darah lebih
besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah
(hemodilusi) dengan puncaknya umur kehamilan 32 minggu.
Bertambahnya hemodilusi darah mulai tampak pada usia kehamilan 16
minggu, sehingga pengidap penyakit jantung harus berhati-hati untuk
hamil beberapa kali (Manuaba, 2011).
7
2) Protein darah
Jumlah protein albumin dan gamaglobulin menurun dalam trimester
pertama dan meningkat secara bertahap pada akhir kehamilan (Hamilton,
2010).
3) Hemoglobulin
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat
mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel
darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi
hemodilusi yang disertai anemia fisiologis (Manuaba, 2011).
4) Nadi dan tekanan darah
Tekanan darah arteri cenderung menurun terutama selama trimester
kedua dan kemudian akan naik lagi seperti pada pra hamil. Nadi biasanya
naik, nilai rata-ratanya 84 x/menit(Hamilton, 2010).
5) Jantung
Pompa jantung mulai naik kira-kira 30% setelah kehamilan 3 bulan
dan menurun lagi pada minggu-minggu terakhir kehamilan(Hamilton,
2010).
c. Sistem Pernapasan
Pada kehamilan terjadi perubahan sistem respirasi untuk dapat memenuhi
kebutuhan O2 disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim
yang membesar pada UK 32 minggu sehingga kompensasi terjadinya desakan
rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih
dalam sekitar 20-25% dari biasanya (Manuaba, 2011).
d. Saluran pencernaan
Karena pengaruh estrogen, pengeluaran asam lambung meningkat yang
dapat menyebabkan:
1) Hipersalivasi (pengeluaran air liur yang berlebihan) pada trimester 1.
2) Mual di pagi hari (morning sickness).
3) Tonus otot-otot saluran pencernaan melemah sehingga motilitas dan
makanan akan lebih lama berada dalam saluran makanan
4) Emesis dan hiperemesis gravidarum.
5) Obstipasi karena gerak usus berkurang (Manuaba, 2011).
8
e. Sistem perkemihan
Desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi pada hamil tua dapat
menyebabkan gangguan miksi atau sering kencing. Desakan tersebut membuat
kandung kemih cepat terasa penuh. Terjadinya hemodilusi menyebabkan
metabolisme air makin lancar sehingga pembentukan air seni bertambah
(Manuaba, 2011).
f. Sistem integumen
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena
pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan
pengaruh kelenjar suprarenalis (Hamilton, 2010).
g. Perubahan Metabolisme
1) Metabolisme basal naik sebesar 15 – 20%
2) Kebutuhan protein wanita hamil semakin tinggi untuk pertumbuhan
dan perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan dan
persiapan laktasi. Dalam makanan diperlukan protein tinggi ± ½ gr
per Kg BB atau 1 butir telur ayam/hari.
3) Kebutuhan kalori dapat diperoleh dari karbohidrat, lemak protein.
4) BB ibu hamil akan bertambah 6,5-16,5 Kg selama hamil atau terjadi
kenaikan berat badan sekitar ½ Kg/minggu. Penambahan berat badan
ini dapat dirinci sebagai berikut:
a) Janin 3-3,5 Kg
b) Plasenta 0,5 Kg
c) Air ketuban 1 Kg
d) Rahim 1 Kg
e) Timbunan protein 2 Kg
f) Retensi air dan garam 1,5 Kg ( Manuaba, 2009)
h. Sistem skeleton dan persendian
Letak tulang belakang akan berubah mengembang, pembesaran
abdomen yang disebut lordosis. Persendian panggul akan terasa lebih longgar
karena ligament-ligament, juga terjadi pelebaran pada ruang
persendian(Manuaba, 2011).
9
dapat menghambat sirkulasi darah. Sepatu harus terasa pas, enak dan aman,
sepatu bertumit tinggi dan berujung lancip tidak baik bagi kaki.
2. Eliminasi
Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahkan cukup lancar,
untuk mengurangi infeksi kandung kemih yaitu menjaga kebersihan sekitar
kelamin perubahan hormonal mempengaruhi aktivitas usus halus dan
besar. Sembelit dapat terjadi secara mekanis yang disebabkan karena menurunnya
gerakan ibu hamil, untuk mengatasi sembelit dianjurkan untuk meningkatkan
gerak, banyak makan makanan berserat (sayur dan buah-buahan).
3. Seksual
Pada hamil muda hubungan seksual sedapat mungkin dihindari, bila terdapat
keguguran berulang atau mengancam kehamilan dengan tanda infeksi,
pendarahan, mengeluarkan air. Pada kehamilan tua sekitar 14 hari menjelang
persalinan perlu dihindari hubungan seksual karena dapat membahayakan.
Ketuban bisa pecah dan persalinan bisa terangsang karena sperma mengandung
prostaglandin.
4. Mobilisasi
Body mekanik (sikap tubuh yang baik) diinstruksikan kepada wanita hamil
untuk membentuk aktivitas sehari-hari yang aman dan nyaman selama
kehamilan. Karena sikap tubuh seorang wanita yang kurang baik dapat
mengakibatkan sakit pinggang. Alternatif sikap untuk mencegah dan mengurangi
sakit pinggang:
a. Gerakan atau goyangkan panggul dengan tangan diatas lutut dan sambil
duduk di kursi dengan punggung yang lurus atau goyangkan panggul
dengan posisi berdiri pada sebuah dinding.
b. Untuk berdiri yang lama misalnya menyetrika, bekerja di luar rumah yaitu
letakkan satu kaki diatas alas yang rendah secara bergantian atau
menggunakan sebuah kotak.
c. Untuk duduk yang lama caranya yaitu duduk yang rendah menapakkan
kaki pada lantai lebih disukai dengan lutut lebih tinggi dari pada paha.
14
Untuk itu ibu hamil sebaiknya masuk dalam kelas Bimbingan Persiapan Menyusui
(BPM).
10. Persiapan Kelahiran
Rencana persalinan adalah rencana tindakan yang dibuat oleh ibu, anggota
keluarganya dan bidan. Rencana ini lebih hanya sekedar diskusi untuk
memastikan bahwa ibu dapat menerima asuhan yang diperlukan.
Ada 5 komponen penting dalam rencana kehamilan :
a. Membuat rencana persalinan
b. Membuat rencana untuk pengambilan keputusan jika terjadi
kegawatdaruratan pada saat pengambil keputusan tidak ada
c. Mempersiapkan sistem transportasi.
d. Membuat tabulin (tabungan ibu bersalin)
2.1.5 Keluhan dan Penanganan
Menurut Kusmiyati (2008), keluhan dalam kehamilan dan penanganannya
adalah:
1. Sakit Kepala
a. Penyebab
Proporsi darah yang berlebihan berkumpul dibagian perut karena untuk
mensuplai kebutuhan janin jadi proporsi darah ke otak berkurang pada
pertengahan kehamilan akan hilang dan berkurang dengan sendirinya.
b. Penanganan
Berbaring dengan kaki yang lebih tinggi atau duduk dan letakkan kepala
diantara kedua paha sampai rasa pusing hilang.
2. Keletihan
a. Penyebab
Adanya peningkatan kerja tubuh unutk membentuk organ-organ
pendukung kehidupan janin
b. Penanganan
1) Istirahat Yang Cukup
2) Asupan Igzi Yamg Baik
3) Mengurangi aktifitas.
16
3. Nafas Pendek
a. Penyebab
Penekanan diafragma oleh uterus yang semakin membesar menyebabkan
pengambilan O2 menjadi sedikit.untuk mengatasi kekurangan O2 maka
pernafasan menjadi cepat.
b. Penanganan
Duduk tegak atau tidur pada posisi kepala lebih tinggi
4. Varises
a. Penyebab
Pembuluh darah yang dilatasi dan terisi darah biasanya pada tungkai tapi
juga dapat dilihat pada wasir atau tampak pada jalan lahir dan vulva yang
disebabkan oleh hormon progesteron dan tekenan pada rahim yang
mengakibatkan bendungan pada panggul.
b. Penanganan
1) Olahraga
2) Jangan melipat tungkai
3) Jangan berdiri untuk waktu yang lama
4) Jika anda berdiri jinjitkan kaki beebrapa menit
5) Naikkan tungkai diatas ketinggian jantung
6) Jaga agar kenaikan bb berada pada batas normal
7) Istirahat miring kiri
8) Hindari pakaian ketat
5. Nyeri Saat Berhubungan
a. Penyebab
Kongesti panggul atau vagina saat sirkulasi darah yang tergangu akibat
tekanan uterus/janin.
b. Penanganan
Jangan penetrasi terlalu dalam.
6. Sakit Punggung Bagian Bawah
a. Penyebab
1) Adanya pergeseran dari tiitk gaya berat dikarenakan uterus yang
membesar
17
b. Penanganan
1) Makan
2) -makanan mengandung serat
3) Hindari makan daging mentah
4) Banyak minum air putih
5) Olah raga teratur
6) Minum air hangat/teh herbal pada waktu bangun tidur
7) Jika ingin BAB,segera lakukan
8) Menarik nafas dalam & relaksasi
9) Hindari mengedan
10) Pijat perut secara teratur,searah jarum jam & ikuti arah usus besar
untuk membuat usus besar menjadi relaks.
11) Hindari pemakaian obat pencahar
10. Hemoroid
a. Penyebab
1) Konstipasi
2) Adanya tekanan yang meningkat dari uterus terhadap vena
hemorhoidal
3) Statis gravitas, tekanan vena meningkat dalam vena panggul, kongesti
vena, pembesaran vena-vena hemoroid.
b. Penanganan
1) Salep obat luar
2) Anti histamin.
2.1.6 Deteksi Dini Kehamilan
Deteksi dini pada ibu hamil menurut Mochtar (2009) adalah
1. Tanda dugaan hamil
a. Amenorhea
1) Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel
degraf dan ovulasi.
2) Mengetahui tanggal haid terakhir dengan perhitungan rumus neagle
dapat ditentukan perkiraan persalinan.
19
j. Varises
1) Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi penampakan
pembuluh darah vena.
2) Terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki, betis dan payudara.
2. Tanda tidak pasti
a. Rahim membesar, sesuai dengan tuanya kehamilan.
b. Pada pemeriksaan dapat dijumpai :
1) Tanda hegar
2) Tanda chadwicks
3) Tanda pisckacek
4) Kontraksi braxton hicks
5) Teraba Ballotement
c. Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif sebagian kemungkinan positif
palsu.
3. Tanda pasti kehamilan
a. Gerakan janin dalam rahim
1) Terlihat/ teraba gerakan janin
2) Teraba bagian janin
b. Denyut jantung rahim
1) Didengar dengan stetoskop taenec,funandoskop, alat kardiotokografi,
alat doppler.
2) Dilihat dengan USG yaitu pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu
rontgen untuk melihat kerangka janin, USG.
2.1.7 Tanda Bahaya Dan Komplikasi
Menurut Saiffudin (2010), tanda bahaya kehamilan dan komplikasi adalah
sebagai berikut:
1. Keluar air ketuban
2. Sakit kepala yang hebat
3. Perdarahan pervaginam
4. Pre eklamsi dan ekslamsi
5. Nyeri abdomen yang hebat
6. Bayi kurang bergerak seperti biasa
21
Menunjukkan bahwa timbul stres dan rasa tidak nyaman pada masa
persalinan. Perubahan sensori terjadi saat wanita masuk kala I persalinan dan
masuk ke setiap kala berikutnya. Mula – mula wanita terasa euphoria
kemudian menjadi serius dan mengalami amnesia diantara fraksi selama kala
II akibatnya wanita merasa senang atau merasa letih saat melahirkan.
f. Perubahan gastrointestinal
Bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat wanita bernafas melalui
mulut, dehidrasi. Selama proses persalinan, mortilitas dan absorbsi saluran
cerna menurun. Pengeluaran getah lambung berkurang, menyebabkan
aktivitas pencernaan hamper berhenti, dan pengosongan lambung menjadi
sangat lamban. Mual, muntah, dan sendawa juga terjadi sebagai respon refleks
terhadap dilatasi serviks lengkap.
g. Perubahan endokrin
Sistem endokrin aktif selama persalinan. Permulaan persalinan dapat
diakibatkan oleh penurunan kadar progesteron dan peningkatan estrogen,
prostaglandin, dan oksitosin. Metabolisme meningkat dan kadar aliran darah
dapat menurun akibat proses persalinan.
h. Perubahan hematologi
Hematologi meningkat sampai 1,2 garam/100 ml selama persalinan dan
akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari setelah pasca
persalinan kecuali ada perdarahan post partum. Waktu koagulasi darah
berkurang, fibrinogen plasma meningkat, dan gula darah menurun selama
persalinan
i. Perubahan pada TTV (tanda – tanda vital)
1) Tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan
sistolik rata – rata 10 – 20 mmHg dan kenaikan diastolic rata – rata 5-10
mmHg. Diantara kontraksi uterus, tekanan darah kembali normal pada
level sebelum persalinan. Rasa sakit, takut dan cemas juga akan
meningkatkan tekanan darah
2) Nadi
26
dan kasih saying yang le bih dari seseorang yang di cintai untuk membantu
kelancaran dan jiwa ibu itu sendiri.
2.2.4 Tahapan Persalinan
1. Mekanisme Persalinan
a. Engagement (masuknya kepala)
Bila diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul, kepala telah
menancap (engaged) pada pintu atas panggul
b. Descent (penurunan)
Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul. Penurunan
terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan dari cairan amnion, tekanan langsung
kontraksi fundus pada janin, ekstensi dan penelusuran badan janin dan
kontraksi diafragma serta otot – otot abdomen ibu pada tahap kedua persalinan.
c. Flecsion (fleksi)
Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul,
atau dasar panggul, dalam keadaan normal fleksi terjadi dan dagu didekatkan
kearah dada janin. Pada fleksi ukuran kepala yang melalui jalan lahir kecil,
karena diameter fronto occopito di gantikan diameter sub occipito
d. Internal rotation (rotasi dalam)
Putaran paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina iskiadika. Setiap
kali terjadi kontraksi kepala janin diarahkan ke bawah lengkung pubis, dan
kepala hampir selalu berputar saat mencapai otot panggul. UUK berputar ke
depan sehingga dari dasar panggul UUK di bawah simfisis
e. Ekstensi
Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi ke arah anterior
perineum. Mula – mula oksiput melewati permukaan bawah simfisis pubis,
kemudian kepala muncul keluar akibat ekstensi. Ubun – ubun kecil (UUK) di
bawah simfisis maka sub occiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan
gerakan defleksi ( ekstensi )
f. External rotation (rotasi luar)
Gerakan sesudah defleksi untuk menyesuaikan kedudukan kapala denga
punggung anak.. Putaran paksi luar terjadi saat bahu engeged dan turun dengan
gerakan mirip dengan gerakan kepala.
28
g. Expulsion (Ekspulsi)
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat keatas tulang pubis ibu dan
badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral kearah simfisis pubis
(kelahiran bayi seluruhnya).
2. Kala dalam Persalinan
Ada 4 macam kala dalam persalinan. Dalam APN (2008) diantaranya adalah:
a. Kala I
Dimulai saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini
berlangsung antara 18 – 24 jam, terbagi dalam 2 fase yaitu:
1) Fase laten
1. Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap
2. Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
3. Pada umunya fase laten berlangsung 8 – 12 jam
4. Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih diantar 20 – 30 detik.
2) Fase aktif dibagi dalam 3 fase:
a) Fase akselerasi yaitu dalam waktu 3 jam pembukaan 3 cm tersebut
menjadi 4 cm.
b) Fase dilatasi maksimal yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi yaitu pembukaan menjadi lambat kembali, dalam
waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Fase – fase tersebut dijumpai pada primihgravida. Pada multigravida pun
terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi
lebih pendek. Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap.
Padaa primigravida kala I berlangsung kira – kira 13 jam, sedangkan pada
multigravida kira – kira 7 jam.
b. Kala II
1) Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi. Kala II disebut sebagaa
kala pengeluaran bayi.
2) Tanda dan gejala kala II persalinan :
29
1. Dorongan meneran
2. Tekanan anus
3. Perineum menonjol
4. Vulva vagina dan sfingter ani membuka
Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif)
yang hasilnya adalah : pembukaan serviks telah lengkap, terlihatnya bagaian
bawah kepala bayi melalui introitus vagina. Pada primigravida, kala II
berlaangsung 2 jam, dan pada multigravida berlangsung 1 jam.
c. Kala III
Kala III persalinan dimulai saat proses pelahiran bayi selesai dan berakhir
dengan lahirnya plasenta. Kala III persalinan berlangsung antara rata – rata 5
dan 10 menit. Akan tetapi, kisaran normal kala III sampai 30 menit
Menurut Mochtar (1998) fase – fase dalam pengeluaran plasenta meliputi:
1) Fase pelepasan plasenta
a) Schultze : lepasnya seperti kita menutup payung , cara ini paling
sering terjadi (80%). Yang lepas duluan adalah bagian tengah,
kemudian seluruhnya.
b) Duncan : lepasnya plasenta mulai dari pinggir, plasenta lahir akan
mengalir keluar antara selaput ketuban pinggir plasenta.
2) Fase pengeluaran plasenta
a) Kustner, dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada atas
simfisis, tali pusat di tegangkan maka bila tali pusat masuk (belum
lepas), jika diam atau maju ( sudah lepas).
b) Klein, saat ada his, rahim kita dorong sedikit, bila tali pusat
kembali ( belum lepas), diam atau turun ( sudah lepas).
c) Strassman, tegangkan tali pusat dan ketok fundus bila tali pusat
bergetar (belum lepas), tidak bergetar (sudah lepas), rahim
menonjol di atas simfisis, tali pusat bertambah panjang, rahim
bundar dank eras, keluar darah secara tiba – tiba.
Tanda – tanda Lepasnya Plasenta
1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus
2) Tali pusat memanjang
30
3. Personal Hygiene
Ibu sangat disarankan untuk menjaga kebersihan diri menjelang persalinan,
manfaatnya antara lain :
a. Mandi dan membersihkan badan
b. Bulu kemaluan tidak dicukur seluruhnya, hanya bagian yang dekat anus
yang akan dibersihkan, karena hal tersebut akan mempermudah penjahitan
jika ibu ternyata diepisiotomi.
4. Kebutuhan Eliminasi
a. Buang Air Kecil ( BAK )
Selama proses persalinan, pasien akan mengalami poliuri. Jika pasien
masih berada dalam awal kala I, ambulasi dengan berjalan seperti dengan
aktifitas ke toilet akan membantu penurunan kepala janin.
b. Buang Air Besar (BAB)
Pasien akan merasa sangat tidak nyaman ketika merasakan dorongan
untuk BAB. Namun rasa khawatir kadang lebih mendominasi dari pada
perasaan tidak nyaman. Rectum yang penuh akan mengganggu penurunan
bagian terbawah janin
5. Istirahat
Istirahat sangat penting untuk pasien karena akan membuat rileks. Di awal
persalinan sebaiknya anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup sebagai
persiapan untuk menghadapi proses persalinan yang panjang, terutama pada
primipara. Jika pasien benar-benar tidak dapat tidur terlelap karena sudah mulai
merasakan his, minimal upayakan untuk berbaring di tempat tidur dalam posisi
miring ke kiri untuk beberapa waktu.
6. Posisi dan Ambulasi
Posisi yang nyaman selama persalinan sangat diperlukan bagi pasien. Selain
mengurangi ketegangan dan rasa nyeri, posisi tertentu justru akan membantu
proses penurunan kepala janin sehingga persalinan dapat berjalan lebih cepat
( selama tidak ada kontra indikasi dari keadaan pasien ). Beberapa posisi yang
dapat diambil antara lain duduk atau setengah duduk, merangkak,
berjongkok/berdiri, Posisi berbaring miring ke kiri, berdiri , berjalan dan
bersandar.
32
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang
handuk bersih pada perut ibu untuk mengeringkan bayi jika telah lahir dan
kain kering dan bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu. Setelah itu
kita melakukan perasat stenan (perasat untuk melindungi perineum dngan satu
tangan, dibawah kain bersih dan kering, ibu jari pada salah satu sisi perineum
dan 4 jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang
kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada
saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum).
20. Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung bayi dengan kasa steril
kemudian memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut
gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah
arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas
untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah
bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari
telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)
25. Melakukan penilaian selintas :
a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak aktif ?
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah
dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.
36
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi
baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali
tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi),
dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya.
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala
bayi.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan,
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal.
Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat
dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
37. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tekanan dorso-kranial).
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan
hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua
tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan
mencegah robeknya selaput ketuban.
37
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan
menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap,
dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam.
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri
anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B
di paha kanan anterolateral.
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1
jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca
persalinan.
50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan
kering.
38
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu
apabila ibu ingin minum.
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Melengkapi partograf
2.2.7 Deteksi Dini Masa Persalinan (Penapisan, Partograf)
Pada saat memberikan asuhan bagi ibu bersalin, penolong harus selalu
waspada terhadap kemungkinan timbulnya masalah atau penyulit. Ingat bahwa
menunda pemberian asuhan kegawat daruratan akan meningkatkan resiko
kematian dan kesakitan ibu dan bayi baru lahir. Selama anmnesis dan
pemeriksaan fisik, tetap waspada terhadap indikasi-indikasi komplikasi dan
segera lakukan tindakan yang diperlukan. Langkah dan tindakan yang dipilih
sebaiknya dapat memberikan manfaat dan memastikan bahwa proses persalinan
akan berlangsung aman dan lancar sehingga akan berdampak baik terhadap
keselamatan ibu dan bayi yang akan dilahirkan (APN, 2008)
Dalam buku APN, 2008. Partograf adalah alat bantu untuk memantau
kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui periksa dalam.
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadi partus lama.
3. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi,
grafik kemajuan proses persalinan,bahan dan medikamentosa yang diberikan,
pemeriksaan laboratorum, membuat keputusan klinik dan asuhan atau
tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status
atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, partograf akan membantu
penolong persalinan untuk:
1. Mencatat kemajuan persalinan
39
3. Obat – obat esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh
petugas terlatih.
2.3 Nifas (PNC)
2.3.1 Pengertian
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil yang berlangsung kira – kira 6 minggu (Marmi, 2012).
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42hari) setelah itu (Sarwono,2010). Masa nifas
(puerpurium) dimulai setelah kelahiran Plsenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Masa nifas berlangsung kira-
kira selama 6 minggu (42 hari). (Dewi dan Sunarsih, 2011).
Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah keluarnya plasenta
sampai alat – alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa
nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010).
2.3.2 Perubahan Fisik Dan Psikologi
1. Perubahan Fisik
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Uterus
Dalam masa nifas, alat – alat genetalia interna maupun eksterna akan
berangsur – angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan alat – alat genital ini dalam keseluruhannya disebut involusi.
Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot – otot
polos uterus. (Marmi, 2012)
Tabel 2.1 Proses Involusi Uterus
Involusi TFU Berat Uterus Keadaan Serviks
(gr)
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
Uri lahir 2 jari dibawah 750 Lembek
pusat
Satu minggu Pertengahan pusat 500 Beberapa hari
44
2) Lochea
Lochea adalah sekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam
uterus. Berikut Ini adalah beberapa jenis lokea yang terdapat pada wanita
pada masa nifas yaitu :
a) Lochea rubra/merah (cruenta)
Lochea ini muncul pada hari 1-3 masa postpartum. Sesuai dengan
namanya, warnanya biasanya merah dan mengandung darah dari
perobekan/luka pada plasenta dan serabut dari desidua dan chorion.
Lochea ini terdiri atas desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa
mekonium, dan sisa darah.
b) Lochea sanguilenta
Lochea ini berwarna merah kuning berisi darah dan lender karena
pengaruh plasma darah, pengeluarannya pada hari ke 3-5 hari
postpartum.
c) Lochea serosa
Lochea ini muncul pada hari ke 5-9 postpartum. Warnanya
biasanya kekuningan atau kecoklatan. Lochea ini terdiri atas lebih
sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri atas leukosit dan
robekan laserasi ploasenta.
d) Lochea alba
Lochea ini muncul lebih dari ke-10 postpartum. Warnanya lebih
pucat, putih kekuningan, serta lebih banyak mengandung leukosit,
selaput lender serviks, dan serabut jaringan yang mati.
45
Bila terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk
disebut Lochea Purulenta. Sedangkan Lochiostatis adalah pengeluaran
lochea yang tidak lancar (Dewi, 2011).
3) Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai
dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri
berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga perbatasan
antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin.
Warna serviks merah kehitam – hitaman karena penuh dengan
pembuluh darah. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga
rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki 2 – 3 jari, pada minggu ke 6 post
partum serviks menutup (Marmi, 2012).
4) Vulva, Vagina, Perineum
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses pesalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8
minggu postpartum (Dewi, 2011).
5) Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnua thrombosis,
degenerasi dan nekrosis padatempat implantasi plasenta. Pada hari
pertama tebalnya 2,5 mm, pada hari ketiga mulai rata, sehingga tidak ada
pembentukan jaringan parut pada bekas tempat implantasi plasenta
(Saleha, 2009).
b. Perubahan Sistem Pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini umumnya
disebabkan karena makanan padat dan kurangnya berserat selama persalinan.
Di samping itu rasa takut buang air besar, sehubungan dengan jahitan pada
perineum, jangan sampai lepas dan juga takut akan rasa nyeri. Buang air besar
harus dilakukan 3-4 hari setelah persalinan (Suherni, at all. 2008).
c. Perubahan Sistem perkemihan
Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama kehamilaan
kembali normal pada akhir minggu keempat setelah melahirkan. Disamping
46
Pada hari pertama kelahiran, ibu akan mengeluarkan ASI pertamanya yang
berwarna kekuningan (Collostrum). Produksi ASI dipengaruhi oleh : Prolaktin
(Oleh hipofise posterior), Oksitosin (Oleh hipofise anterior mempengaruhi
miopitelo glandula mammae untuk berkontraksi) (Marmi, 2012).
2. Perubahan Psikologi
Menurut Varney (2007), Penyesuaian psikologi pada maapost partum dibagi
dalam 3 tahap:
a. Fase Taking In
Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat
bergantung pada orang lain, focus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih
mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, serta
kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.
b. Fase Taking Hold
Berlangsung 3-10 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi pada
kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap
perawatan bayi.
c. Letting Go period
Dialami setelah tiba ibu dan bayi di rumah. Ibu mulai secara penuh
menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu” dan menyadari atau merasa
kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya
Gangguan – gangguan psikis yang dapat terjadi pada ibu nifas menurut Saleha
(2009) adalah:
a. Postpartum Blues
Post partum blues atau sering juga disebut maternity blues atau sindrom
ibu baru adalah suatu sindrom gangguan efek ringan pada minggu pertama
setelah persalinan. Oleh karena begitu umum, maka diharapkan tidak
dianggap sebagai penyakit. Postpartum blues tidak mengganggu kemampuan
seorang wanita untuk merawat bayinya sehingga ibu dengan postpartum blues
masih bisa merawat bayinya.
Gejala post partum blues sebagai berikut:
1) Reaksi depresi / sedih / disforia
2) Sering menangis
49
3) Mudah tersinggung
4) Cemas
5) Labilitas perasaan
6) Cenderung menyalahkan diri sendiri
7) Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan
8) Kelelahan
9) Mudah sedih
10) Cepat marah
11) Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih, dan cepat pula menjadi
gembira
12) Perasaan terjebak dan juga marah terhadap pasangannya, serta bayinya
13) Perasaan bersalah
14) Pelupa
b. Kesedihan dan Dukacita / Depresi
Keadaan ini berlangsung antara 3-6 bulan bahkan pada beberapa kasus
terjadi selama 1 tahun pertama kehidupan bayi. Penyebab depresi terjadi
karena reaksi terhadap rasa sakit yang muncul saat melahirkan dan karena
sebab – sebab yang kompleks lainnya.
Beberapa gejala depresi berat adalah sebagai berikut :
1) Perubahan pada mood
2) Gangguan pada pola tidur dan pola makan
3) Perubahan mental dan libido
4) Dapat pula muncul fobia, serta ketakutan akan menyakiti dirinya
sendiri dan bayinya
2.3.3 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
Kebutuhan Ibu Pada Masa Nifas menurut Dewi (2011) diantaranya adalah
1. Nutrisi dan Cairan
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut :
a. Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan
vitamin yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter airt setiap hari.
50
d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40
hari pasaca persalinan.
e. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASI.
2. Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) adalah kebijaksanaan agar secepat mungkin
bidan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Perawatan mobilisasi
dini mempunyai keuntungan yaitu sebagai berikut :
a. Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi atau mencegah infeksi
puerperium
b. Mempercepat involusi uterus
c. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin
d. Meningkatkan kelancaran peredaran darah ibu sehingga mempercepat
fungsi pengeluaran ASI dan pengeluaran sisa metabolism
3. Eliminasi
a. Buang Air Kecil
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam post partum. Jika dalam 8
jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi
100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung
kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi.
b. Buang Air Besar
Ibu postpartum diharapkan buang air besar (defekasi) setelah hari kedua
postpartum.Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar
peroral atau per rectal.
4. Personal Higiene
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu
postpartum adalah sebagai berikut.
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum.
a. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun
dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah
disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang, kemudian
51
membersihkan daerah sekitar anus. Nasihati ibu untuk vulva selesai buang
air kecil atau besar.
b. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya
dua kali sehari, kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik
dan dikeringkan dibawah matahari dan disetrika.
c. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
d. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh daerah tersebut.
5. Istirahat dan Tidur
Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan
tidur adalah sebagai berikut :
a. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
a. Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
b. Kurang istirahat akan memengaruhi ibu dalam beberapa hal:
1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri
6. Aktifitas Seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri
maka aman untuk memulai hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Hubungan
seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka episiotomi telah sembuh dan
lokia telah berhenti. Sebaiknya hubungan seksual dapat ditunda sedapat mungkin
sampai 40 hari setelah persalinan karena saat itu diharapkan organ-organ tubuh
telah pulih kembali.
7. Keluaraga Berencana
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan dan
konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang
52
merujuk sesuai kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermi
dan mencegah hipoglikemia dan infeksi.
2. Standar14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi
paling sedikit selama 2 jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang
diperlukan. Disamping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang
mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai
pemberian ASI.
3. Standar15 : Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan rumah
sakit atau melakukan kunjungan ke rumah pada hari ke-tiga, minggu ke dua dan
minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses penatalaksanaan tali
pusat yang benar, penemuan dini, penatalaksanaan atau rujukan komplikasi yang
mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan
secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, asuhan bayi baru lahir ,
pemberian ASI , imunisasi dan KB.
2.3.6 Kebijakan Pelayanan
Menurut Sarwono (2010) Program dan kebijakan teknis kunjungan masa nifas
harus dilakukan paling sedikit 4 kali kunjungan untuk menilai keadaan ibu dan
bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah –
masalah yang terjadi.
Tabel 2.2 Frekuensi Kunjungan Masa Nifas
Waktu Tujuan
6 – 8 jam setelah persalianan a. Mencegah perdarahan masa nifas karena
(Kunjungan 1) atonia uteri
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan ; rujuk jika perdarahan
berlanjut.
atonia uteri
d. Pemberian AS awal
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir
f. Mencegah bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermia
g. Jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan
bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam
keadaan stabil.
b. Tanda-tanda vital: frekuensi nadi yang cepat dengan irama yang tidak
teratur, frekuensi pernafasan mencapai 80 kali / menit, irama tidak teratur,
ekspirasi mendengkur serta adanya retraksi.
c. Fluktuasi warna kulit merah muda pucat ke sianosis. Bising usus belum
ada atau pergerakan usus, bayi belum berkemih.
d. Bayi masih dengan sedikit mukus, menangis kuat, reflek menghisap yang
kuat.
e. Mata bayi terbuka lebih lama dari pada hari selanjutnya.
f. Saat ini adalah waktu yang paling baik untuk memulai proses periode
interaksi antara ibu dan bayi.
Asuhan :
1) Kaji dan pantau frekuensi jantung dan pernafasan, setiap 30 menit
pada 4 jam pertama setelah kelahiran.
2) Jaga bayi agar tetap hangat (suhu aksila 36,5 0C – 37 0C) dengan
penggunaan selimut hangat diatas kepala.
3) Tempatkan ibu dan bayi bersama-sama kulit ke kulit, untuk
memfasilitasi interaksi ibu dan bayi
2. Periode Tidur
Berlangsung sekitar 30 menit setelah kelahiran bayi sampai 2 – 4 jam.
Karakteristik bayi sebagai berikut :
a. Bayi dalam keadaan tidur, frekuensi jantung dan pernafasan menurun.
b. Kestabilan warna kulit terdapat beberapa akrosianosis.
c. Bising usus bisa didengar.
Asuhan :
Fase tidur ini bayi tidak berespon terhadap stimulus eksternal, orang tua dapat
memeluk dan mengendongnya.
3. Periode Kedua Reaktifitas
Periode kedua reaktivitas dari usia sekitar 2 jam sampai 6 jam.
Karakteristik :
a. Bayi mempunyai tingkat sensivitas tinggi terhadap stimulus internal dan
lingkungan. Kisaran frekuensi nadi apikal dari 120 sampai 160 kali / menit
dan dapat bervariasi mulai (< 120 kali / menit) hingga takikardia (> 160
60
a. Konduksi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke obyek lain melalui kontak
langsung)
b. Konveksi (jumlah panas yang hilang bergantung pada kecepatan dan suhu
udara)
c. Radiasi (perpindahan panas antara 2 obyek yang mempunyai suhu
berbeda)
d. Evaporasi (perpindahan panas dengan cara mengubah caian menjadi uap)
4. Perubahan Sistem Ekskresi
Tubuh BBL relative mengandung banyak air. Kadar natrium juga relative
lebih besar dibandingkan dengan kalium karena ruangan ekstraseluler yang luas.
3. Pencegahan infeksi
BBL sangat rentan terjadi infeksi, sehingga perlu diperhatikan hal-hal dalam
perawatannya : Cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan bayi, pakai
sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan, pastikan
semua peralatan (gunting, benang tali pusat) telah di DTT. Jika menggunakan
bola karet penghisap, pastikan dalam keadaan bersih. Pastikan semua pakaian,
handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi dalam keadaan bersih.
4. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi. Sebagian besar BBL
akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dengan sedikit
bantuan/gangguan
Jika tidak dapat menangis spontan dilakukan : Periksa ulang pernafasan,
bersihkan darah/lendir dari wajah bayi dengan kain bersih dan kering/ kassa,
sambil menilai pernafasan secara cepat, letakkan bayi dengan handuk di atas perut
ibu, membersihkan jalan nafas, hangat, kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu
sesegera mungkin.
5. Pemotongan dan perawatan tali pusat. Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu
stabil, ikat atau jepit tali pusat.
6. Waktu pemeriksaan bayi baru lahir: Bayi baru lahir sebelum usia 6 jam, usia
6-48 jam, usia 3-7 hari, minggu ke 2 pasca lahir.
7. Pemeriksaan Fisik
8. Imunisasi mencegah penyakit TBC, Hepatitis, Polio, Difteri, Pertusis, Tetanus
dan Campak. Bayi baru lahir dan neonatus harus diimunisasi lengkap sebelum
berusia 1 tahun. Timbang BB bayi baru lahir dan neonatus sebulan sekali
sejak usia 1 bulan sampai 5 tahun di posyandu. Cara menjaga kesehatan bayi
yaitu amati pertumbuhan bayi baru lahir dan neonatus secara teratur.
9. Kunjungan neonatal Adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus sedikitnya
3 kali yaitu:
a. Kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai dengan 48 jam setelah
lahir
b. Kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3 s/d 7 hari
c. Kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke 8 – 28 hari
65
10. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan. Konseling terhadap ibu dan
keluarga untuk memberikan ASI eksklusif, pencegahan hipotermi dan
melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah. Pemeriksaan tanda bahaya
seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah dan
Masalah pemberian ASI. Pelayanan yang diberikan mengacu pada pedoman
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada algoritma bayi muda
(Manajemen Terpadu Bayi Muda/MTBM). Pemeriksaan menggunakan
pendekatan MTBM.
11. Asuhan 6 - 48 jam setelah bayi lahir
a. Timbang berat badan bayi. Bandingkan berat badan dengan berat badan
lahir
b. Jaga selalu kehangatan bayi
c. Perhatikan intake dan output bayi
d. Kaji apakah bayi menyusu dengan baik atau tidak
e. Komunikasikan kepada orang tua bayi bagaimana caranya merawat tali
pusat.
f. Dokumentasikan
12. Minggu pertama setelah bayi lahir
a. Timbang berat badan bayi. Bandingkan dengan berat badan saat ini
dengan berat badan saat bayi lahir
b. Jaga selalu kehangatan bayi
c. Perhatikan intake dan output bayi
d. Kaji apakah bayi menyusu dengan baik atau tidak
e. Dokumentasikan Jadwal Kunjungan neonatal
13. Minggu kedua setelah bayi lahir
a. Timbang berat badan bayi. Bandingkan dengan berat badan saat ini
dengan berat badan saat bayi lahir
b. Jaga selalu kehangatan bayi
c. Perhatikan intake dan output bayi
d. Kaji apakah bayi menyusu dengan baik atau tidak
e. dokumentasikan
14. Tanyakan pada ibu apakah terdapat penyulit pada bayinya
66
2.5 Neonatus
2.5.1 Pengertian
Neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan
usia 28 hari dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam
rahim menjadi diluar rahim (Syaifuddin, 2007).
Neonatus adalah adalah bayi baru lahir hingga berumur empat minggu
(Dorland, 2005).
Neonatus adalah organisme pada periode adaptasi kehidupan intrauterine
ke kehidupan ekstrauterin. Pertumbuhan dan perkembangan normal masa neonatal
adalah 28 hari (Wahyuni, 2009).
Neonatus adalah individu yang baru saja mengalami proses kelahiran dan
harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin
(Dewi, 2010).
2.5.2 Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis neonatus menurut Nelwati (2012) adalah :
67
5. Perubahan Sistem
Gastrointestinal
Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk pada saat lahir.
Sedangkan sebelum lahir bayi sudah mulai menghisap dan menelan. Kemampuan
menelan dan mencerna makanan (selain susu) terbatas pada bayi. Kapasitas
lambung kurang dari 30 cc dan bertambah secara lambat sesuai pertumbuhan
janin.
6. Perubahan Sistem Kekebalan
Tubuh
Sistem imunitas BBL belum matang sehingga rentan terhadap infeksi.
Kekebalan alami yang dimiliki bayi diantaranya :
a. Perlindungan oleh kulit membran mukosa.
b. Fungsi jaringan saluran nafas
c. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus.
d. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.
e. Sel darah yang membantu membunuh organisme asing.
2.5.3 Kebutuhan Psikologis
Kebutuhan psikososial adalah kebutuhan ASIH dan ASAH. Kebutuhan
ASIH meliputi : perhatian segera, kasih sayang, rasa aman, dilindungi,
mandiri,rasa memiliki,kebutuhan akan sukses,mendapatkan kesempatan dan
pengalaman,dibantu dan dihargai. Kebutuhan ASAH meliputi : stimulasi
(rangsangan) dini pada semua indera (pendengaran, penglihatan, sentuhan,
membau, mengecap), sistem gerak kasar dan halus, komunikasi, emosi-sosial dan
rangsangan untuk berpikir.
Bounding attachment mendasari tahun pertama kehidupan. Alat yang
digunakan bayi untuk berhubungan dengan dunia luar adalah mulut dan panca
indera, sedangkan perantara yang tepat antara bayi dengan lingkungan adalah ibu.
Rasa tidak percaya ini timbul bila kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara adekuat,
yaitu kurangnya pemenuhan kebutuhan fisik., psikologis dan sosial yang kurang
misalnya: anak tidak mendapat minuman atau air susu yang edukat ketika ia lapar,
tidak mendapat respon ketika ia menggigit dot botol dan sebagainya (Erikson,
2010).
69
(2) Mual, pusing, nyeri payudara (keluhan ini akan hilang setelah
suntikan ke-2 atau ke-3).
(3) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan (klien
harus kembali setiap 4 minggu untuk mendapatkan suntikan).
(4) Efektivitasnya akan berkurang bila digunakan bersamaan
dengan obat-obat epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat
TBC (rifampisin).
(5) Dapat terjadi efek samping seperti serangan jantung, stoke,
bekuan darah pada paru atau otak, dan kemungkinan timbulnya
tumor hati.
(6) Penambahan berat badan.
(7) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah
penghentian pemakaian.
(8) Tidak melindungi diri dari PMS atau HIV/AIDS.
g) Indikasi
Usia reproduksi, telah memiliki anak/belum, ingin mendapatkan
kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi, menyusui ASI pasca
persalinan > 6 bulan, setelah melahirkan anak dan tidak menyusui,
anemia, nyeri haid hebat, haid teratur, riwayat kehamilan ektopik,
sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
h) Kontraindikasi
Hamil/diduga hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya, menyusui di bawah 6 minggu pasca persalinan, penyakit
hati akut, perokok dengan usia > 35 tahun, riwayat penyakit jantung,
stroke, atau tekanan darah > 180/110mmHg, riwayat
troboemboli/kencing manis > 20 tahun, kelainan pembuluh darah yang
menyebabkan sakit atau migraine, keganasan payudara.
i) Efek Samping
Amenorhea, perdarahan tidak teratur/spotting, pusing, mual, dan
muntah.
74
c) Efektifitas
Efektivitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan /
tahun. Asal penyuntikanya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang
telah ditentukan.
d) Keuntungan
(1) Aman, efek samping kecil, jangka panjang.
(2) Tidak mempengaruhi ASI, cocok untuk ibu menyusui.
(3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
(4) Mengurangi jumlah perdarahan saat haid, nyeri haid.
75
h) Efek Samping
Amenorea (tidak terjadi pendarahan), perdarahan bercak (spoting),
meningkatnya atau menurunya berat badan.
c. Kontrasepsi Implan
1) Pengertian
Implant adalah salah satu jenis kontrasepsi yang berupa susuk yang
terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormone yang dipasang pada
lengan atas (Handayani, 2010).
2) Jenis
76
b) Non Kontrasepsi:
Mengurangi nyeri haid, mengurangi jumlah darah haid,
mengurangi/memperbaiki anemia, melindungi terjadinya kanker
emdometrium, melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit
radang panggul.
1) Kerugian
Perubahan pola haid, meningkatnya jumlah darah haid atau tidak
haid, timbul keluhan seperti nyeri kepala, berat badan naik, mual,
pusing, perubahan perasaan, membutuhkan tindakan bedah minor
77
mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi, resiko rendah dari IMS,
tidak menghendaki metode hormonal.
h. Kontraindikasi
Hamil atau diduga hamil, gangguan perdarahan yang tidak diketahui
(sampai dapat dievaluasi), infeksi alat kelamin, tiga bulan terakhir sedang
mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik
i. Efek samping
Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan), haid menjadi banyak dan lama, adanya perdaraan
berat saat haid sehingga memungkinkan menyebabkan anemia, perdarahan
(spotting) antar menstruasi, saat haid lebih sakit.
4. Metode Kontrasepsi Mantap
a. Tubektomi
b. Vasektomi
2.6.3 Konseling
Konseling KB adalah proses yang berjalandan menyatu dengan semua
aspek pelayanan Keluarga Berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan
dan dibicarakan pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan
(Prawirohardjo, 2011).
Konseling merupakan proses pemberian informasi obyektif dan lengkap,
dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik
bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu
seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan
menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut (Saifudin, 2011).
1. Tujuan konseling KB
a. Menyampaikan informasi dari pilihan pola reproduksi.
b. Memilih metode KB yang diyakini.
c. Menggunakan metode KB yang dipilih secara aman dan efektif.
d. Memulai dan melanjutkan KB.
e. Mempelajari tujuan, ketidak jelasan informasi tentang metode KB yang
tersedia
2. Prinsip Konseling KB
80
b. Pelaksanaan
Fasilitas pelayanan KB adalah salah satu mata rantai fasilitas
pelayanan medis KB yang terpadu yang diselenggarakan oleh tenaga
profesional yaitu dokter spesialis. Fasilitas pelayanan KB diklasifikasikan
menjadi:
1) Fasilitas Pelayanan KB Sederhana
Fasilitas pelayanan KB sederhana adalah fasilitas yang mampu dan
berwenang memberikan pelayanan kontrasepsi metode sederhana, pil
83
KB, suntik KB, AKDR, dan susuk KB, menanggulangi efek samping
dan komplikasi ringan, dan melakukan upaya rujukan.
Fasilitas ini merupakan bagian dari Polindes, Poskesdes, Pustu,
Balai Pengobatan swasta, BKIA swasta, Pos Kesehatan TNI/Polri,
fasilitas KB khusus (pemerintah maupun swasta), serta dokter dan bidan
praktek mandiri.
2) Fasilitas Pelayanan KB Lengkap
Fasilitas Pelayanan KB Lengkap adalah fasilitas yang mampu dan
berwenang memberikan pelayanan kontrasepsi metode sederhana, pil
KB, suntik KB, AKDR, pemasangan dan pencabutan susuk KB dan
MOP bagi yang memennuhi persyaratan.
Fasilitas ini merupakan bagian dari Puskesmas, Balai Pengobatan
swasta, BKIA swasta, Poliklinik TNI/Polri, dan Rumah Bersalin.
3) Fasilitas Pelayanan KB Sempurna
Fasilitas pelayanan KB sempurna adalah fasilitas yang mampu dan
berwenang memberikan pelayanan kontrasepsi metode sederhana, pil
KB, suntik KB, AKDR, pemasangan dan pencabutan susuk KB, MOP
dan MOW bagi yang memenuhi persyaratan.
Fasilitas ini merupakan bagian dari Rumah Sakit Umum Kelas C,
Rumah Sakit Umum swasta setara, Rumah Sakit Umum TNI/Polri yang
memiliki dokter spesialis obstetri dan ginekologi, dokter spesialis
bedah, dan dokter umum yang telah dilatih, dan Rumah Sakit Bersalin.
4. Apabila klien menyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalinan muda pil
kombinasi adalah metode pilihan akhir.
5. Tidak cocok untuk pil progestin ( minipil ), suntikan ( DMPA atau NET-ET )
atau susuk
6. Tidak cocok untuk suntikan progestin ( DMPA atau NET-ET )
Catatan :
86
Klien tidak selalu memberikan informasi yang benar tentang kondisi diatas.
Namun,petugas kesehatan hams mengetahui bagaimana keadaan klien
sebenarnya.
Tabel 2.4 Daftar Tilik Penapisan Klien. Metode Operasi (Tubektomi)
Keadaan klien Dapat dilakukan pada Dilakukan
fasilitas rawat jalan difasilitas
rujukan
Keadaan umum (anamnesa Keadaan umum baik, tidak Diabetes tidak
dan ada tanda-tanda terkontrol, riwayat
a. Penguatan demand side dan supply side secara seimbang antara lain
mewajibkan setiap tenaga kesehatan melayani KB, menjamin ketersediaan
alokon di setiap fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes/
puskesmas/klinik kb), penggerakan lini lapangan dan pemberdayaan
institusi masyarakat perdesaan/ perkotaan
b. Pembinaan dan peningkatan kesertaan ber-KB melalui intensifikasi
penggarapan pembangunan KB di 16 provinsi, yang terdiri dari 10
provinsi penyangga utama (Sumut, Sumsel, Lampung, Jabar, Banten, DKI
Jakarta, Jateng, Jatim, Sulsel dan NTT) dan perhatian terhadap 6 provinsi,
yaitu 2 provinsi (Papua dan Papua Barat) dan 4 provinsi (Aceh, NTB,
Maluku, Maluku Utara)
c. Harmonisasi Program dan Anggaran dalam bidang KB dan Kesehatan
antara lain penegasan pelayanan KB dalam SJSN (JKN), pembiayaan
antara APBN dan APBD (termasuk peningkatan Dana Alokasi
Khusus/DAK Bidang KB)
2. Pelayanan KB Yang Berkualitas dan Merata:
a. Peningkatan Advokasi dan KIE difokuskan pada sasaran kelompok khusus
(pasangan usia muda dan memiliki dua anak); PUS dari keluarga miskin,
serta pelayanan KB di wilayah sulit dan kumuh melalui kampanye “2
ANAK CUKUP” dan “4 TERLALU” (terlalu muda, terlalu tua, terlalu
sering, dan terlalu dekat dalam melahirkan)
b. Pembinaan/pelestarian akseptor KB untuk meningkatkan jumlah akseptor,
dan menurunkan angka DO, serta meningkatkan penggunaan alat dan obat
kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
c. Peningkatan distribusi alokon ke Klinik KB/Puskesmas secara optimal
agar kebutuhan ber-KB terpenuhi secara baik
d. Pembinaan remaja melalui Generasi Berencana (genre)
e. Penguatan kapasitas kelembagaan Kependudukan dan KB di Kab/Kota.
3. Penyerasian kebijakan kependudukan dan KB, yang ditekankan pada
inventarisasi dan identifikasi peraturan perundangan dan kebijakan sektor
yang terkait dengan program kependudukan dan KB; perumusan kebijakan
kependudukan yang sinergis dan harmonis antara aspek kuantitas, kualitas,
92