Anda di halaman 1dari 93

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya proses kehamilan, persalinan, dan nifas merupakan suatu
tahapan perkembangbiakan manusia yang alamiah, namun tetap harus diwaspadai
apabila terjadi hal-hal yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan bayi,
terutama pada ibu yang tidak mendapatkan asuhan dari tenaga kesehatan.
Pengembangan SDM di Indonesia dapat mempengaruhi derajat kesehatan
reproduksi pria dan wanita di Indonesia, termasuk didalamnya pelayanan
kesehatan ibu yang berupaya agar setiap ibu hamil dapat melalui kehamilan dan
persalinannya dengan selamat (Saifuddin, 2013).
Status kesehatan masyarakat di Indonesia pada khususnya bagian kesehatan
ibu dan anak dapat dilihat dari data nasional tahun 2011 bahwa, cakupan K1 pada
ibu hamil mencapai 88,27% dari target 88%. cakupan K4 pada ibu hamil
mencapai 80,04% dari target 88%.Cakupan pertolongan persalinan yang ditolong
oleh tenaga kesehatan (PN) mencapai 86,36% dari target 88%. cakupan ibu nifas
(KF) mencapai 77,65% dari target 88%. Cakupan kunjungan neonatal (KN)
mencapai 87, 26% dari target 86%. Cakupan akseptor Keluarga Berencana (KB)
mencapai 40,65% dari target semula 40%. (Kemenkes, 2012).
Cakupan K1 di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 adalah 92,14% dari
target pencapaian 99%. Capaian cakupan K4 adalah 84,38% dari target
pencapaian 92%. Capaian cakupan persalinan oleh tenaga kessehatan adalah
89,14% dari target pencapaian 94%. Cakupan pelayanan nifas adalah 87,49% dari
target diatas 95%. Cakupan KN Lengkap mencapai 94,66% dari target diatas
95%. Cakupan peserta Keluarga Berencana (KB) aktif mencapai 71,02% dari
target pencapaian sebanyak 69% (Dinkes Jatim, 2012).
Kota Gresik, cakupan K1 pada tahun 2013 mencapai 87,40%. Cakupan K4
mencapai 84,69%. Cakupan pertongan persalinan oleh bidan tahun 2012 mencapai
78,87% dan pada tahun 2013 mencapai 84,01%. Cakupan kunjungan nifas (KF)
mencapai 78,88%. Cakupan kunjungan neonatal (KN) mencapai 85,05%.

1
2

Cakupan akseptor Keluarga Berencana (KB) mencapai 75% (Dinkes Gresik,


2013).
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPM Hj. Rustafarinigsih,
SST.,M.MKes pada tahun 2014 didapatkan data kunjungan ANC sebanyak 781,
data persalinan (INC) sebanyak 25, untuk data kunjungan nifas (PNC) sebanyak
50, data kunjungan neonatal sebanyak 50, dan data akseptor KB suntik sebanyak
3.056, KB implant 4, serta KB IUD sebanyak 29.
Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) dalam Survey Dasar Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2012 sebesar 32/1000 kelahiran hidup, dimana target MDG 4
pada tahun 2015 sebesar 23/ 1000 kelahiran hidup.  Angka Kematian akibat
melahirkan sebesar 20/1000 kelahiran hidup, dimana target pada tahun 2015
sebesar 14/1000 kelahiran hidup.
Dalam kualitas pelayanan neonatal perlu diperhatikan juga indikator
mengenai ASI   Eksklusif. Menurut dr. Anung, merujuk data SDKI tahun 2012,
persentase bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif (untuk umur bayi dibawah 6
bulan) sebesar 41%, ASI Eksklusif pada bayi umur 4-5 bulan sebesar 27 %, dan
yang melanjutkan menyusui sampai anak umur 2 tahun sebesar 55%.
Dari data tersebut, sebagian besar pencapaian cakupan kurang memenuhi
target, sehingga ditemukan suatu masalah, yaitu masih banyaknya ibu yang tidak
memeriksakan kesehatannya dan anaknya ke petugas kesehatan. Dan yang dapat
dilakukan untuk mencegah semakin meningkatnya angka kematian ibu dan bayi
yang disebabkan karena tidak terdeteksi adanya komplikasi sejak dini, misalnya
pada ibu terjadi pre eklampsia, infeksi, plasenta previa, solusio plasenta, dan lain-
lain. Pada masa nifas seperti infeksi luka jahitan, perdarahan post partum. Dan
mendeteksi adanya komplikasi pada bayi baru lahir seperti hipotermi, asfiksia,
ikterus, dll. Serta mendeteksi komplikasi pada akseptor KB seperti Terlalu Tua,
Terlalu Muda, Terlalu Banyak, dan Terlalu Sering.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan yang bersifat menyeluruh dan bermutu kepada ibu dan bayi dalam
lingkup kebidanan adalah melakukan asuhan kebidanan secara komperehensif
(continuity of care). Hal ini, sesuai dengan rencana strategis Menteri Kesehatan
dari salah satu prioritas pembangunan kesehatan pada tahun 2010-2014 adalah
3

peningkatan kesehatan ibu, bayi, balita, dan Keluarga Berencana (KB)


(Kemenkes, 2010).
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan asuhan kebidanan pada
masa kehamilan sampai masa nifas dengan menggunakan asuhan yang
berkesinambungan (Continuity of care).
1.2 Identifikasi Masalah
Pada kehamilan, persalinan, nifas, neonatus normal dan efek samping kb bisa
terjadi keadaan patologi dalam kewenangan bidan maupun diluar kewenangan
bidan.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan secara continuity of care pada ibu hamil,
bersalin, nifas, neonatus, dan KB dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan dan dokumentasi SOAP.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan asuhan kehamilan pada Ny “S” dengan pendekatan manajemen
asuhan kebidanan.
2. Melakukan asuhan persalinan pada Ny “S” dengan pendekatan manajemen
asuhan kebidanan.
3. Melakukan asuhan nifas pada Ny “S” dengan pendekatan manajemen asuhan
kebidanan.
4. Melakukan asuhan BBL pada Ny “S” dengan pendekatan manajemen asuhan
kebidanan
5. Melakukan asuhan neonatus pada bayi Ny “S” dengan pendekatan manajemen
asuhan kebidanan.
6. Melakukan asuhan Keluarga Berencana pada Ny “S” dengan pendekatan
manajemen asuhan kebidanan.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam
manajemen asuhan kebidanan dan sebagai sarana pembimbing bagi dunia ilmu
4

pengetahuan dalam memperbaiki manajemen asuhan kebidanan mulai hamil


sampai nifas.
1.4.2 Manfaat Praktis, Penelitian ini akan bermanfaat bagi:
1. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan informasi untuk para pembaca manajemen asuhan kebidanan
mulai hamil sampai nifas.
2. Bagi Penulis
Menambah wawasan, meningkatkan pemahaman, dan menambah pengalaman
nyata tentang asuhan kebidanan secara continuity of care pada ibu hamil, bersalin,
nifas, neonatus, dan kontrasepsi dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan.
3. Bagi Institusi
Asuhan kebidanan ini dapat memberikan pemahaman bagi mahasiawa D.III
Kebidanan Delima Persada Gresik mengenai asuhan kebidanan secara
berkesinambungan (continuity of care)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan (ANC)


2.1.1 Pengertian
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan
terdiri dari ovulasi pelepasan ovum, terjadi migrasi spermatozoa dan
ovum.Terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot, terjadi nidasi (implantasi) pada
uterus. pembentukan plasenta,tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm
(Manuaba,2009).
Kehamilan adalah mata rantai yang berkesinambungan yang terjadi dari
ovulasi (pelepasan ovum) migrasi spermatozoa dan ovum konsepsi dan
pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus pembentukan plasenta serta
tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm.( Manuaba, 2010)
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin.Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari HPHT (Saifuddin, 2010)
2.1.2 Klasifikasi Kehamilan
Klasifikasi kehamilan menurut Manuaba, 2010 adalah sebagai berikut:
1. Kehamilan sampai 28 minggu dengan BB janin 100 gram bila terlahir disebut
abortus.
2. Kehamilan berumur 24-26 minggu bila terjadi persalinan disebut premature.
3. Kehamilan berumur 37-42 minggu disebut aterm.
4. Kehamilan > 42 minggu disebut post date.
5. Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yaitu :
6. Trimester pertama : 0 sampai 12 minggu
7. Trimester kedua : 13 sampai 28 minggu
8. Trimester ketiga : 29 sampai 42 minggu
2.1.3 Perubahan Fisik dan Psikologi
1. Perubahan Fisiologi
a. Perubahan pada sistem reproduksi

5
6

1) Uterus
Untuk akomodasi pertumbuhan janin, rahim membesar akibat
hipertrofi dan hiperplasi otot polos rahim. Berat uterus naik dari 30 gram
menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan (Hamilton, 2010).
Bentuk dan konsistensi : pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk
rahim seperti buah alpukat, pada kehamilan 4 bulan berbentuk bulat, dan
akhir kehamilan seperti bujur telur. Rahim yang tidak hamil kira-kira
sebesar telur ayam, pada kehamilan 2 bulan dan kehamilan 3 bulan sebesar
telur angsa. Pada minggu pertama, istmus Rahim mengadakan hipertrofi
dan bertumbuh panjang, sehingga bila diraba terasa lebih lunak disebut
tanda hegar (Hamilton, 2010).
2) Indung telur (ovarium)
Ovarium yang mengandung korpus luteum gravidarum akan
meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada
umur 16 minggu (Hamilton, 2010).
3) Vagina dan vulva
Karena pengaruh estrogen mengakibatkan hipervaskularisasi vagina
dan vulva terlihat lebih merah/ kebiruan, warna livid pada vagina dan
porsio serviks (Jhamilton, 2010).
4) Dinding perut (abdominal wall)
Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan
robeknya serabut elastik dibawah kulit, sehingga timbul striae gravidarum.
Kulit perut pada linea alba bertambah pigmentasinya dan disebut linea
nigra (Hamilton, 2010).
b. Sistem sirkulasi darah
1) Volume darah
Volume darah semakin meningkat, dimana jumlah serum darah lebih
besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah
(hemodilusi) dengan puncaknya umur kehamilan 32 minggu.
Bertambahnya hemodilusi darah mulai tampak pada usia kehamilan 16
minggu, sehingga pengidap penyakit jantung harus berhati-hati untuk
hamil beberapa kali (Manuaba, 2011).
7

2) Protein darah
Jumlah protein albumin dan gamaglobulin menurun dalam trimester
pertama dan meningkat secara bertahap pada akhir kehamilan (Hamilton,
2010).
3) Hemoglobulin
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat
mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel
darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi
hemodilusi yang disertai anemia fisiologis (Manuaba, 2011).
4) Nadi dan tekanan darah
Tekanan darah arteri cenderung menurun terutama selama trimester
kedua dan kemudian akan naik lagi seperti pada pra hamil. Nadi biasanya
naik, nilai rata-ratanya 84 x/menit(Hamilton, 2010).
5) Jantung
Pompa jantung mulai naik kira-kira 30% setelah kehamilan 3 bulan
dan menurun lagi pada minggu-minggu terakhir kehamilan(Hamilton,
2010).
c. Sistem Pernapasan
Pada kehamilan terjadi perubahan sistem respirasi untuk dapat memenuhi
kebutuhan O2 disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim
yang membesar pada UK 32 minggu sehingga kompensasi terjadinya desakan
rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih
dalam sekitar 20-25% dari biasanya (Manuaba, 2011).
d. Saluran pencernaan
Karena pengaruh estrogen, pengeluaran asam lambung meningkat yang
dapat menyebabkan:
1) Hipersalivasi (pengeluaran air liur yang berlebihan) pada trimester 1.
2) Mual di pagi hari (morning sickness).
3) Tonus otot-otot saluran pencernaan melemah sehingga motilitas dan
makanan akan lebih lama berada dalam saluran makanan
4) Emesis dan hiperemesis gravidarum.
5) Obstipasi karena gerak usus berkurang (Manuaba, 2011).
8

e. Sistem perkemihan
Desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi pada hamil tua dapat
menyebabkan gangguan miksi atau sering kencing. Desakan tersebut membuat
kandung kemih cepat terasa penuh. Terjadinya hemodilusi menyebabkan
metabolisme air makin lancar sehingga pembentukan air seni bertambah
(Manuaba, 2011).
f. Sistem integumen
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena
pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan
pengaruh kelenjar suprarenalis (Hamilton, 2010).
g. Perubahan Metabolisme
1) Metabolisme basal naik sebesar 15 – 20%
2) Kebutuhan protein wanita hamil semakin tinggi untuk pertumbuhan
dan perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan dan
persiapan laktasi. Dalam makanan diperlukan  protein tinggi ± ½ gr
per Kg BB atau 1 butir telur ayam/hari.
3) Kebutuhan kalori dapat diperoleh dari karbohidrat, lemak protein.
4) BB ibu hamil akan bertambah 6,5-16,5 Kg selama hamil atau terjadi
kenaikan berat badan sekitar ½ Kg/minggu. Penambahan berat badan
ini dapat dirinci sebagai berikut:
a) Janin 3-3,5 Kg
b) Plasenta 0,5 Kg
c) Air ketuban 1 Kg
d) Rahim 1 Kg
e) Timbunan protein 2 Kg
f) Retensi air dan garam 1,5 Kg ( Manuaba, 2009)
h. Sistem skeleton dan persendian
Letak tulang belakang akan berubah mengembang, pembesaran
abdomen yang disebut lordosis. Persendian panggul akan terasa lebih longgar
karena ligament-ligament, juga terjadi pelebaran pada ruang
persendian(Manuaba, 2011).
9

Persendian panggul akan terasa lebih longgar, karena ligamen-ligamen


melunak. Apa yang disebut dengan glagivitis kehamilan adalah gangguan
yang disebabkan faktor lain, misalnya hygiene yang buruk disekitar mulut
(Hamilton, 2010).
i. Payudara
Payudara bertambah besar, tegang dan berat. Dapat teraba noduli-nodul,
akibat hipertrofi kelenjar alveoli, bayangan vena lebih membiru.
Hiperpigmentasi pada puting susu dari areola payudara (Hamilton, 2010).
2. Perubahan Psikologi
a. Perubahan psikologis ibu hamil trimester 1
1) Pada trimester I atau bulan-bulan pertama ibu akan merasa tidak
berdaya dan merasa minder karena ibu merasakan perubahan pada
dirinya.
2) Segera setalah konsepsi kadar hormon estrogen dan progesteron
meningkat, menyebabkan mual dan muntah pada pagi hari, lemah,
lelah dan pembesaran payudara. Mencari tanda-tanda untuk
meyakinkan bahwa dirinya hamil.
3) Hasrat untuk melakukan hubungan seks pada trimester pertama
berbeda2, kebanyakan wanita hamil mengalami penurunan pada
periode ini.
4) Merasa tidak sehat dan benci kehamilannya.
5) Selalu memperhatikan setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya.
6) Khawatir kehilangan bentuk tubuh.
7) Membutuhkan penerimaan kehamilannya oleh keluarga dan
ketidakstabilan emosi dan suasana hati
b. Perubahan psikologis ibu hamil trimester 2
1) Pada trimester II ibu merasakan adanya perubahan pada bentuk tubuh
yang semakin membesar sehingga ibu merasa tidak menarik lagi dan
merasa suami tidak memperhatikan lagi.
2) Ibu merasakan lebih tenang dibandingkan dengan timester I karena
nafsu makan sudah mulai timbul dan tidak mengalami mual muntah
sehingga ibu lebih bersemangat.
10

3) Pada TM II biasanya ibu lebih bisa menyesuaikan diri dengan


kehamilan selama trisemester ini dan ibu mulai merasakan gerakan
janinnya pertama kali.
4) Ibu sudah mulai merasa sehat dan mulai bisa menerima kehamilannya.
5) Perut ibu belum terlalu besar sehingga belum dirasa beban.
6) Libido dan gairah seks kemungkinan meningkat.
c. Perubahan psikologis ibu hamil trimester 3
1) Trimester III seringkali disebut periode menunggu dan waspada sebab
pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.
2) Kadang-kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir
sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya
akan timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya persalinan.
3) Rasa tidak nyaman timbul karena ibu merasa dirinya aneh dan jelek.
Disamping itu ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dengan
bayinya dan kehilangan perhatian yang khusus diterima selama hamil.
Pada trimester inilah ibu membutuhkan kesenangan dari suami dan
keluarga.
4) Pada TM III ibu merasa tidak nyaman dan depresi karena janin
membesar dan perut ibu juga, melahirkan, sebagian besar wanita
mengalami klimaks kegembiraan emosi karena kelahiran bayi.
5) Ibu khawatir bayinya akan lahir sewaktu-waktu dan dalam kondisi
yang tidak normal dan semakin ingin menyudahi kehamilannya tidak
sabaran dan resah.
6) Bermimpi dan berkhayal tentang bayinya, aktif mempersiapkan
kelahiran bayinya ( Manuaba, 2011).
2.1.4 Kebutuhan Dasar Ibu Hamil
Kebutuhan dasar ibu hamil menurut Salmah (2006) adalah
1. Oksigen 
Paru-paru bekerja lebih berat untuk keperluan ibu & janin. Pada hamil tua
sebelum kepala masuk panggul, paru-paru terdesak ke atas sehingga
menyebabkan sesak nafas. Untuk mencegah hal tersebut maka ibu hamil perlu :
a. Latihan nafas dengan senam hamil
11

b. Tidur dengan bantal yang tinggi


c. Makan tidak terlalu banyak
d. Hentikan merokok
e. Konsultasikan ke dokter bila ada gangguan nafas seperti asma.
f. Posisi miring kiri dianjurkan untuk meningkatkan perfusi uterus dan
oksigenasi fetoplasenta dengan mengurangi tekanan vena asenden
(hipotensi supine)
2. Nutrisi 
Kebutuhan gizi ibu hamil meningkat 15 % dibandingkan dengan kebutuhan
wanita normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan ibu dan janin.
Makanan dikonsumsi ibu hamil 40% digunakan untuk pertumbuhan janin dan
sisanya ibunya. Secara normal kenaikan berat badan ibu hamil 11-13kg.
Asupan makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil berguna untuk :
a. Pertumbuhan dan perkembangan janin.
b. Mengganti sel-sel tubuh yang rusak.
c. Sumber tenaga
d. Mengatur suhu tubuh dan cadangan makanan Beberapa hal harus
diperhatikan ibu hamil untuk menjalani proses kehamilan yang sehat,
antara lain :
1) Konsumsilah makanan dengan porsi yang cukup dan teratur.
2) Hindari makanan yang terlalu asin, pedas, lemak cukup tinggi.
3) Hindari makanan dan minuman yangalcohol, bahan pengawet dan zat
pewarna.
4) Hindari merokok 
3. Personal Hygiene
Personal hygiene adalah kebersihan yang dilakukan untuk diri sendiri.
Kebersihan badan mengurangkan kemungkinan infeksi, karena badan yang kotor
banyak mengandung kuman-kuman.
a. Cara merawat gigi 
Perawatan gigi perlu dalam kehamilan karena hanya gigi yang baik
menjamin pencernaan yang sempurna. Caranya antara lain :
1) Tambal gigi yang berlubang.
12

2) Mengobati gigi yang terinfeksi.


3) Untuk mencegah caries.
4) Menyikat gigi dengan teratur
5) Membilas mulut dengan air setelah makan atau minum apa saja
6) Gunakan pencuci mulut yang bersifat alkali atau basa
b. Manfaat mandi 
1) Merangsang sirkulasi.
2) Menyegarkan.
3) Menghilangkan kotoran yang harus diperhatikan.
4) Mandi hati-hati jangan sampai jatuh.
5) Air harus bersih.
6) Tidak terlalu dingin atau tidak terlalu panas.
7) Gunakan sabun yang mengandung antiseptic
c. Perawatan rambut 
Rambut harus bersih, keramas satu minggu 2-3 kali 
d. Payudara 
Pemeliharaan payudara juga penting, puting susu harus dibersihkan kalau
terbasahi oleh colustrum. Kalau dibiarkan dapat terjadi eczema pada puting
susu dan sekitarnya. Puting susu yang masuk diusahakan supaya keluar
dengan pemijatan keluar setiap kali mandi. 
e. Perawatan vagina / vulva 
Wanita yang hamil jangan melakukan irrigasi vagina kecuali dengan
nasihat dokter karena irrigasi dalam kehamilan dapat menimbulkan emboli
udara. Hal – hal yang harus diperhatikan adalah :
1) Celana dalam harus kering .
2) Jangan gunakan obat / menyemprot ke dalam vagina.
3) Sesudah bab / bak dilap dengan lap khusus
f. Pakaian 
Pakaian yang dikenakan ibu hamil harus nyaman, mudah menyerap
keringat, mudah dicuci, tanpa sabuk / pita yang menekan dibagian perut /
pergelangan tangan, pakaian juga tidak baik terlalu ketat dileher, stoking
tungkai yang sering digunakan oleh sebagian wanita tidak dianjurkan karena
13

dapat menghambat sirkulasi darah. Sepatu harus terasa pas, enak dan aman,
sepatu bertumit tinggi dan berujung lancip tidak baik bagi kaki. 
2. Eliminasi 
Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahkan cukup lancar,
untuk mengurangi infeksi kandung kemih yaitu menjaga kebersihan sekitar
kelamin perubahan hormonal mempengaruhi aktivitas usus halus dan
besar. Sembelit dapat terjadi secara mekanis yang disebabkan karena menurunnya
gerakan ibu hamil, untuk mengatasi sembelit dianjurkan untuk meningkatkan
gerak, banyak makan makanan berserat (sayur dan buah-buahan).
3. Seksual 
Pada hamil muda hubungan seksual sedapat mungkin dihindari, bila terdapat
keguguran berulang atau mengancam kehamilan dengan tanda infeksi,
pendarahan, mengeluarkan air. Pada kehamilan tua sekitar 14 hari menjelang
persalinan perlu dihindari hubungan seksual karena dapat membahayakan.
Ketuban bisa pecah dan persalinan bisa terangsang karena sperma mengandung
prostaglandin. 
4. Mobilisasi
Body mekanik (sikap tubuh yang baik) diinstruksikan kepada wanita hamil
untuk membentuk aktivitas sehari-hari yang aman dan nyaman selama
kehamilan. Karena sikap tubuh seorang wanita yang kurang baik dapat
mengakibatkan sakit pinggang. Alternatif sikap untuk mencegah dan mengurangi
sakit pinggang:
a. Gerakan atau goyangkan panggul dengan tangan diatas lutut dan sambil
duduk di kursi dengan punggung yang lurus atau goyangkan panggul
dengan posisi berdiri pada sebuah dinding.
b. Untuk berdiri yang lama misalnya menyetrika, bekerja di luar rumah yaitu
letakkan satu kaki diatas alas yang rendah secara bergantian atau
menggunakan sebuah kotak.
c. Untuk duduk yang lama caranya yaitu duduk yang rendah menapakkan
kaki pada lantai lebih disukai dengan lutut lebih tinggi dari pada paha. 
14

5. Exercise / Senam Hamil 


Secara umum, tujuan utama persiapan fisik dari senam hamil sebagai berikut :
a. Mencegah terjadinya deformitas (cacat) kaki dan memelihara fungsi hati
untuk dapat menahan berat badan yang semakin naik, nyeri kaki, varices,
bengkak dan lain-lain.
b. Melatih dan mengusai teknik pernafasan yang berperan penting dalam
kehamilan dan proses persalinan. Dengan demikian proses relaksasi dapat
berlangsung lebih cepat dan kebutuhan O2 terpenuhi.
c. Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut.
6. Istirahat / Tidur 
Wanita hamil harus mengurangi semua kegiatan yang melelahkan, tapi tidak
boleh digunakan sebagai alasan untuk menghindari pekerjaan yang tidak
disukainya. Ibu hamil harus mempertimbangkan pola istirahat dan tidur yang
mendukung kesehatan sendiri, maupun kesehatan bayinya. Tidur malam sekitar ±
8 jam/ istirahat/ tidur siang ± 1 jam. 
7. Imunisasi 
Imunisasi harus diberikan pada wanita hamil hanya imunisasi TT untuk
mencegah kemungkinan tetanus neonatorum. Imunisasi TT harus diberikan
sebanyak 2 kali, dengan jarak waktu TT1 dan TT2 minimal 1 bulan, dan ibu hamil
harus sudah diimunisasi lengkap pada umur kehamilan 8 bulan. 
8. Travelling
Wanita hamil harus berhati-hati melakukan perjalanan yang cenderung lama
dan melelahkan, karena dapat menimbulkan ketidaknyamanan, gangguan
sirkulasi, dan oedema tungkai. Sabuk pengaman yang dikenakan dikendaraan
jangan sampai menekan perut yang menonjol. 
Jika mungkin perjalanan yang jauh sebaiknya dilakukan dengan pesawat
udara, ketinggian tidak mempengaruhi kehamilan Berpergian dapat menimbulkan
masalah lain, seperti konstipasi / diare karena asupan makanan dan minuman
cenderung berbeda seperti biasanya karena akibat perjalanan yang melelahkan. 
9. Persiapan Laktasi 
Persiapan menyusui pada masa kehamilan merupakan hal yang penting karena
dengan persiapan dini ibu akan lebih baik dan siap untuk menyusui bayinya.
15

Untuk itu ibu hamil sebaiknya masuk dalam kelas Bimbingan Persiapan Menyusui
(BPM).
10. Persiapan Kelahiran
Rencana persalinan adalah rencana tindakan yang dibuat oleh ibu, anggota
keluarganya dan bidan. Rencana ini lebih hanya sekedar diskusi untuk
memastikan bahwa ibu dapat menerima asuhan yang diperlukan.
Ada 5 komponen penting dalam rencana kehamilan : 
a. Membuat rencana persalinan 
b. Membuat rencana untuk pengambilan keputusan jika terjadi
kegawatdaruratan pada saat pengambil keputusan tidak ada
c. Mempersiapkan sistem transportasi.
d. Membuat tabulin (tabungan ibu bersalin) 
2.1.5 Keluhan dan Penanganan
Menurut Kusmiyati (2008), keluhan dalam kehamilan dan penanganannya
adalah:
1. Sakit Kepala
a. Penyebab
Proporsi darah yang berlebihan berkumpul dibagian perut karena untuk
mensuplai kebutuhan janin jadi proporsi darah ke otak berkurang pada
pertengahan kehamilan akan hilang dan berkurang dengan sendirinya.
b. Penanganan
Berbaring dengan kaki yang lebih tinggi atau duduk dan letakkan kepala
diantara kedua paha sampai rasa pusing hilang.
2. Keletihan
a. Penyebab
Adanya peningkatan kerja tubuh unutk membentuk organ-organ
pendukung kehidupan janin
b. Penanganan
1) Istirahat Yang Cukup
2) Asupan Igzi Yamg Baik
3) Mengurangi aktifitas.
16

3. Nafas Pendek
a. Penyebab
Penekanan diafragma oleh uterus yang semakin membesar menyebabkan
pengambilan O2 menjadi sedikit.untuk mengatasi kekurangan O2 maka
pernafasan menjadi cepat.
b. Penanganan
Duduk tegak atau tidur pada posisi kepala lebih tinggi
4. Varises
a. Penyebab
Pembuluh darah yang dilatasi dan terisi darah biasanya pada tungkai tapi
juga dapat dilihat pada wasir atau tampak pada jalan lahir dan vulva yang
disebabkan oleh hormon progesteron dan tekenan pada rahim yang
mengakibatkan bendungan pada panggul.
b. Penanganan
1) Olahraga
2) Jangan melipat tungkai
3) Jangan berdiri untuk waktu yang lama
4) Jika anda berdiri jinjitkan kaki beebrapa menit
5) Naikkan tungkai diatas ketinggian jantung
6) Jaga agar kenaikan bb berada pada batas normal
7) Istirahat miring kiri
8) Hindari pakaian ketat
5. Nyeri Saat Berhubungan
a. Penyebab
Kongesti panggul atau vagina saat sirkulasi darah yang tergangu akibat
tekanan uterus/janin.
b. Penanganan
Jangan penetrasi terlalu dalam.
6. Sakit Punggung Bagian Bawah
a. Penyebab
1) Adanya pergeseran dari tiitk gaya berat dikarenakan uterus yang
membesar
17

2) Pembungkukan yang berlebihan


3) Peningkatan hormon (kartilago dalam sendi melemah)
b. Penanganan
1) Posisi tubuh yang baik
2) Hindari mengangkat barang yang berlebihan
3) Gunakan sepatu bertumit rendah
4) Saat tidur punggung diganjal bantal.
7. Sering BAK
a. Penyebab
Bagian terendah janin mulai masuk PAP
b. Penanganan
1) Tidak menahan BAK
2) Kurangi minum yang mengandung kafein seperti teh,kopi dan kola
3) Memperbanyak minum air putih pada siang hari
4) Posisi baring kiri untuk meningkatkan diuresis
5) Kurangi minum pada malam hari
8. Hyperpigmentasi
a. Penyebab
1) Meningkatnya hormon progesteron dan estrogen
2) Hipertropi dan hiperfungsi dari alveoli cortex glandula suprarenalis
dari hipofisis
3) Pengaruh MSH meningkat yang dikeluarkanoleh lobus anterior
hipofisis
b. Penanganan
Kuramgi kontak langsung dengan sinar matahari selama kehamilan.
9. Konstipasi
a. Penyebab
1) Terjadi peningkatan penyerapan air dari colon sehingga komposisi
cairan atau air di feses menjadi lebih keras.
2) Efek samping dari suplemen zat besi.
3) Kurangnya olah raga
18

b. Penanganan
1) Makan
2) -makanan mengandung serat
3) Hindari makan daging mentah
4) Banyak minum air putih
5) Olah raga teratur
6) Minum air hangat/teh herbal pada waktu bangun tidur
7) Jika ingin BAB,segera lakukan
8) Menarik nafas dalam & relaksasi
9) Hindari mengedan
10) Pijat perut secara teratur,searah jarum jam & ikuti arah usus besar
untuk membuat usus besar menjadi relaks.
11) Hindari pemakaian obat pencahar
10. Hemoroid
a. Penyebab
1) Konstipasi
2) Adanya tekanan yang meningkat dari uterus terhadap vena
hemorhoidal
3) Statis gravitas, tekanan vena meningkat dalam vena panggul, kongesti
vena, pembesaran vena-vena hemoroid.
b. Penanganan
1) Salep obat luar
2) Anti histamin.
2.1.6 Deteksi Dini Kehamilan
Deteksi dini pada ibu hamil menurut Mochtar (2009) adalah
1. Tanda dugaan hamil
a. Amenorhea
1) Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel
degraf dan ovulasi.
2) Mengetahui tanggal haid terakhir dengan perhitungan rumus neagle
dapat ditentukan perkiraan persalinan.
19

b. Mual (nausea) dan muntah (emesis)


1) Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluarna asam lambung
yang berlebihan.Dalam batas fisiologis keadaan ini dapat diatasi.
2) Menimbulkan mual dan muntah terutama pada pagi hari yang disebut
morning sickness.
3) Akibat mual dan muntah nafsu makan berkurang.
c. Ngidam
Wanita hamil yang sering menginginkan makanan tertentu.
d. Pingsan/ sinkope
1) Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan
iskimia dan menimbulkan sinkop.
2) Keadaan ini menghilang setelah kehamilan 16 minggu.
e. Payudara tegang
1) Payudara membesar dan tegang.
2) Pengaruh estrogen-progesteron dan somatomamotropin menimbulkan
deposit lemak, air dan garam pada payudara.
3) Ujung syaraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil
pertama.
f. Sering miksi
1) Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa
penuh dan sering miksi.
2) Menghilang pada trimester kedua.
g. Konstipasi
Pengaruh progesteron dapat menyebabkan peristaltik usus.
h. Pigmentasi kulit
1) Dinding perut : strie livida, strie nigra, linea alba makin hitam sekitar
pipi (cloasma gravidarum) keluarnya melanophore stimulating
hormone hipofisis anterior.
2) Sekitar payudara : hiperpigmentasi areola mammae, puting susu makin
menonjol, kelenjar mantgomery menonjol, pembuluh darah manifes
sekitar payudara.
i. Epulis (Hipertropi gusi)
20

j. Varises
1) Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi penampakan
pembuluh darah vena.
2) Terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki, betis dan payudara.
2. Tanda tidak pasti
a. Rahim membesar, sesuai dengan tuanya kehamilan.
b. Pada pemeriksaan dapat dijumpai :
1) Tanda hegar
2) Tanda chadwicks
3) Tanda pisckacek
4) Kontraksi braxton hicks
5) Teraba Ballotement
c. Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif sebagian kemungkinan positif
palsu.
3. Tanda pasti kehamilan
a. Gerakan janin dalam rahim
1) Terlihat/ teraba gerakan janin
2) Teraba bagian janin
b. Denyut jantung rahim
1) Didengar dengan stetoskop taenec,funandoskop, alat kardiotokografi,
alat doppler.
2) Dilihat dengan USG yaitu pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu
rontgen untuk melihat kerangka janin, USG.
2.1.7 Tanda Bahaya Dan Komplikasi
Menurut Saiffudin (2010), tanda bahaya kehamilan dan komplikasi adalah
sebagai berikut:
1. Keluar air ketuban
2. Sakit kepala yang hebat
3. Perdarahan pervaginam
4. Pre eklamsi dan ekslamsi
5. Nyeri abdomen yang hebat
6. Bayi kurang bergerak seperti biasa
21

Komplikasi kehamilan menurut Saiffudin (2010) adalah:


a) Hyperemesis
b) Perdarahan dalam kehamilan
Trimester 1 : abortus, KET
Trimester II : mola hidatidosa
Trimester III: plasenta previa, solusio plasenta
c) Nyeri ulu hati yang menetap
2.1.8 Standar Pelayanan Minimal
Di dalam Depkes RI (2012) pelayanan Antenatal Care terdapat 6 standar
sebagai berikut:
1. Standar 1 : Identifikasi Ibu Hamil.
Bidan melakukan kunjungan rumah berinteraksi dengan masyarakat secara
berkala untuk memberikan penyuluhan dan motivasi ibu,suami,dan anggota
keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak
dini dan secara teratur
2. Standar 2: Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antnatal.Periksaan meliputi
anamnesa serta pemantauan ibu dan janin secara seksama untuk menilai
apakah perkembangan berlangsung normal. bidan juga harus mengenal
kehamilan resti/kelainan, terutama anemia, kurang gizi, hipertensi,
PMS/infeksi HIV, memberikan pelayanan imunisasi, nasehat, dan penyulahan
kesehatan serta tugas terakait lain yang diberikan oleh puskesmas. Mereka
harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan
kelainan mereka harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan
merujuknya untuk tindakan selanjutnya.
3. Standar 3: Palpasi Abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan
palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan dan bila usia kehamilan
bertambah, memriksa posisi ,bagian terendah janin dan masuknya kepala janin
rongga panggul, mencari kelainan letak, melakukan rujukan tepat waktu.
4. Standar 4 : Pengelolaan Anemia Pada Kehamilan
22

Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan/atau


rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai ketentuan yang berlaku.
5. Standar 5 : Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada
kehamilan dan mengenali tanda-tanda serta gejala preklamsi lainnya. Lalu
mengambil tindakan yang tepat   dan merujuknya.
6. Standar 6 : Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil,suami serta keluarga
pada trimester ketiga untuk memastikan bahwa persiapan persalinan telah
direncanakan dengan baik,bersih,aman,dan disamping persiapan transportasi
dan biaya.
2.1.9 Kebijakan Pelayanan
Menurut Saifuddin (2010), kebijakan pelayanan antenatal terdiri atas 2,
yaitu:
1. Kebijakan Program
a. Menyediakan sarana pelayanan antenatal yang sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan.
b. Setiap ibu hamil dibuatkan kartu ibu atau buku KIA untuk mencatat hasil
pemeriksaan kehamilan.
c. Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan.
1) Satu kali kunjungan pada trimester pertama
2) Satu kali pada trimester kedua
3) Dua kali pada trimester ketiga
2. Kebijakan Teknis
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap
saat, itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama
kehamilannya. Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-
komponen sebagai berikut :
a. Mengupayakan kehamilan yang sehat.
b. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta
rujukan bila diperlukan.
23

c. Persiapan persalinan yang bersih dan aman.


Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika
terjadi komplikasi

2.2 Persalinan (INC)


2.2.1 Pengertian
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala berlangsung 18-24 jam tanpa komplikasi baik pada ibu ataupun pada janin
(Saifuddin, 2010).
Persalinan adalah proses yang alamiah yang akan berlangsung dengan
sendirinya, tetapi persalian pada manusia setiap saat terancam penyulit yang
membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan,
pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai (Manuaba, 2009).
Persalinan adala proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalian dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit
(JNPK-KR, 2008).
2.2.2 Tanda-Tanda Persalinan
1. Tanda Permulaan Persalinan
Manuaba (2010) menyatakan tanda-tanda persalinan adalah sebagai berikut:
a. Kekuatan his makin sering dan teratur dengan jarak kontraksi yang
semakin pendek.
b. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu:
1) Pengeluaran lendir
2) Lendir bercampur darah
3) Dapat disertai ketuban pecah
4) Pada pemeriksaan dalam dapat dijumpai perubahan serviks seperti
perlunakan serviks, perdarahan dan pembukaan serviks.
2. Tanda dan Gejala Persalinan
Menurut Prawirohardjo (2007) tanda permulaan persalinan adalah:
24

a. Lightening yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul (PAP)


terutama pada primi para.
b. Perut kelihatan lebih besar / melebar, fundus uteri menurun.
c. Pola miksi lebih sering karena kandung kemih tertekan bagian bawah
janin.
d. Fase labair pain yaitu perasaan sakit diperut dan pinggang karena adanya
kontraksi lemah dari uterus.
e. Serviks menjadi lembek, mendatar dan mengeluarkan sekresi lendir, darah
dari vagina (bloedy show).
2.2.3 Perubahan Fisik Dan Psikologi Masa Persalinan
Perubahan fisik dan psikologi dalam masa persalinan menurut Varney
(2007) adalah:
1. Perubahan Fisiologi Ibu
a. Perubahan kardiovaskuler
Pada setiap kontraksi, 2100 ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk
kedalam sistem vaskuler ibu. Hal ini meningkatkan curah jantung sekitar 10 –
15% pada kala I persalinan dan sekitar 30% - 50% pada kala II persalinan.
b. Perubahan pada ginjal
Poliuri sering terjadi selama persalinan, hal ini di sebabkan oleh
peningkatan filtrasi glomerulus dan peningkatan aliran plasma ginjal.
Proteinuria yang sedikit di anggap biasa dalam persalinan
c. Perubahan integument
Terlihat pada daya distensibilitas daerah introitus vagina (muara vagina).
Pada setiap individu tingkat distensibilitas berbeda, meskipun meregang
namun dapat terjadi robekan – robekan kecil pada kulit sekitar introitus vagina
meskipun tidak dilakukan episiotomi/terjaadi laserasi.
d. Perubahan muskuloskeletal
Dapat mengalami stres selama masa persalinan. Diaphoresis, keletihan,
proteinuria dan kemungkinan peningkatan suhu menyertai peningkatan
aktivitas yang menyolok. Nyeri punggung dan nyeri sendi terjadi sebagai
akibat semakin renggangnya sendi pada masa aterm.
e. Perubahan neurologis
25

Menunjukkan bahwa timbul stres dan rasa tidak nyaman pada masa
persalinan. Perubahan sensori terjadi saat wanita masuk kala I persalinan dan
masuk ke setiap kala berikutnya. Mula – mula wanita terasa euphoria
kemudian menjadi serius dan mengalami amnesia diantara fraksi selama kala
II akibatnya wanita merasa senang atau merasa letih saat melahirkan.
f. Perubahan gastrointestinal
Bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat wanita bernafas melalui
mulut, dehidrasi. Selama proses persalinan, mortilitas dan absorbsi saluran
cerna menurun. Pengeluaran getah lambung berkurang, menyebabkan
aktivitas pencernaan hamper berhenti, dan pengosongan lambung menjadi
sangat lamban. Mual, muntah, dan sendawa juga terjadi sebagai respon refleks
terhadap dilatasi serviks lengkap.
g. Perubahan endokrin
Sistem endokrin aktif selama persalinan. Permulaan persalinan dapat
diakibatkan oleh penurunan kadar progesteron dan peningkatan estrogen,
prostaglandin, dan oksitosin. Metabolisme meningkat dan kadar aliran darah
dapat menurun akibat proses persalinan.
h. Perubahan hematologi
Hematologi meningkat sampai 1,2 garam/100 ml selama persalinan dan
akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari setelah pasca
persalinan kecuali ada perdarahan post partum. Waktu koagulasi darah
berkurang, fibrinogen plasma meningkat, dan gula darah menurun selama
persalinan
i. Perubahan pada TTV (tanda – tanda vital)
1) Tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan
sistolik rata – rata 10 – 20 mmHg dan kenaikan diastolic rata – rata 5-10
mmHg. Diantara kontraksi uterus, tekanan darah kembali normal pada
level sebelum persalinan. Rasa sakit, takut dan cemas juga akan
meningkatkan tekanan darah
2) Nadi
26

Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak jantung secara


dramatis naik selama   kontraksi. Antara kontraksi, detak jantung  sedikit
meningkat di bandingkan sebelum persalinan
3) Suhu
Suhu badan akan sedikit meningkat selam persalinan, terutama selam
persalinan dan segera setelah kelahiran. Kenaikan suhu di anggap normal
jika tidak melebihi 0.5 – 1 ˚C.
4) Pernafasan
Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka terjadi peningkatan laju
pernafasan yang di anggap normal. Hiperventilasi yang lama di anggap
tidak normal dan bias menyebabkan alkalosis.
2. Perubahan Psikologi Ibu
a. Pengalaman sebelumnya
Pengaruh kehamilan terhadap kehidupannya kelak, pengalaman persalinan
sebelumnya, tanggung jawab ,yang baru atau tambahan yang akan di
tanggungnya, kecemasan yang berhubungan dengan kemampuannya untuk
nenjadi seorang ibu.
b. Kesiapan emosi
Tingkat emosi pada ibu bersalin cenderung kurang bias terkendali, ibu
bersalin biasanya lebih sensitive terhadap semua hal. Untuk dapat lebih tenang
dan terkendali biasanya lebih sering bersosialisasi dengan sesama ibu – ibu
hamil lainnya untuk saling tukar pengalaman dan pendapat.
c. Persiapan menghadapi persalinan ( fisik, mental,materi dsb)
Biasanya ibu bersalin cenderung mengalami kekhawatiran menghadapi
persalinan, antara lain dari segi materi apakah sudah siap untuk menghadapi
kebutuhan dan penambahan tanggung jawab yang baru dengan adanya calon
bayi yang akan lahir. Dari segi fisik dan mental yang berhubungan dengan
risiko keselamtan ibu itu sendiri maupun bayi yang di kandungnya.
b. Support system
Peran serta orang – orang terdekat dan di cintai sangat besar pengaruhnya
terhadap psikologi ibu bersalin biasanya sangat akan membutuhkan dorongan
27

dan kasih saying yang le bih dari seseorang yang di cintai untuk membantu
kelancaran dan jiwa ibu itu sendiri.
2.2.4 Tahapan Persalinan
1. Mekanisme Persalinan
a. Engagement (masuknya kepala)
Bila diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul, kepala telah
menancap (engaged) pada pintu atas panggul
b. Descent (penurunan)
Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul. Penurunan
terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan dari cairan amnion, tekanan langsung
kontraksi fundus pada janin, ekstensi dan penelusuran badan janin dan
kontraksi diafragma serta otot – otot abdomen ibu pada tahap kedua persalinan.
c. Flecsion (fleksi)
Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul,
atau dasar panggul, dalam keadaan normal fleksi terjadi dan dagu didekatkan
kearah dada janin. Pada fleksi ukuran kepala yang melalui jalan lahir kecil,
karena diameter fronto occopito di gantikan diameter sub occipito
d. Internal rotation (rotasi dalam)
Putaran paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina iskiadika. Setiap
kali terjadi kontraksi kepala janin diarahkan ke bawah lengkung pubis, dan
kepala hampir selalu berputar saat mencapai otot panggul. UUK berputar ke
depan sehingga dari dasar panggul UUK di bawah simfisis
e. Ekstensi
Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi ke arah anterior
perineum. Mula – mula oksiput melewati permukaan bawah simfisis pubis,
kemudian kepala muncul keluar akibat ekstensi. Ubun – ubun kecil (UUK) di
bawah simfisis  maka sub occiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan
gerakan defleksi ( ekstensi )
f. External rotation (rotasi luar)
Gerakan sesudah defleksi untuk menyesuaikan kedudukan kapala denga
punggung anak.. Putaran paksi luar terjadi saat bahu engeged dan turun dengan
gerakan mirip dengan gerakan kepala.
28

g. Expulsion (Ekspulsi)
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat keatas tulang pubis ibu dan
badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral kearah simfisis pubis
(kelahiran bayi seluruhnya).
2. Kala dalam Persalinan
Ada 4 macam kala dalam persalinan. Dalam APN (2008) diantaranya adalah:
a. Kala I
Dimulai saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini
berlangsung antara 18 – 24 jam, terbagi dalam 2 fase yaitu:
1) Fase laten
1. Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap
2. Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
3. Pada umunya fase laten berlangsung 8 – 12 jam
4. Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih diantar 20 – 30 detik.
2) Fase aktif dibagi dalam 3 fase:
a) Fase akselerasi yaitu dalam waktu 3 jam pembukaan 3 cm tersebut
menjadi 4 cm.
b) Fase dilatasi maksimal yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi yaitu pembukaan menjadi lambat kembali, dalam
waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Fase – fase tersebut dijumpai pada primihgravida. Pada multigravida pun
terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi
lebih pendek. Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap.
Padaa primigravida kala I berlangsung kira – kira 13 jam, sedangkan pada
multigravida kira – kira 7 jam.
b. Kala II
1) Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi. Kala II disebut sebagaa
kala pengeluaran bayi.
2) Tanda dan gejala kala II persalinan :
29

1. Dorongan meneran
2. Tekanan anus
3. Perineum menonjol
4. Vulva vagina dan sfingter ani membuka
Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif)
yang hasilnya adalah : pembukaan serviks telah lengkap, terlihatnya bagaian
bawah kepala bayi melalui introitus vagina. Pada primigravida, kala II
berlaangsung 2 jam, dan pada multigravida berlangsung 1 jam.
c. Kala III
Kala III persalinan dimulai saat proses pelahiran bayi selesai dan berakhir
dengan lahirnya plasenta. Kala III persalinan berlangsung antara rata – rata 5
dan 10 menit. Akan tetapi, kisaran normal kala III sampai 30 menit
Menurut Mochtar (1998) fase – fase dalam pengeluaran plasenta meliputi:
1) Fase pelepasan plasenta
a) Schultze : lepasnya seperti kita menutup payung , cara ini paling
sering terjadi (80%). Yang lepas duluan adalah bagian tengah,
kemudian seluruhnya.
b) Duncan : lepasnya plasenta mulai dari pinggir, plasenta  lahir akan
mengalir keluar antara selaput ketuban pinggir plasenta.
2) Fase pengeluaran plasenta
a) Kustner, dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada atas
simfisis, tali pusat di tegangkan maka bila tali pusat masuk (belum
lepas), jika diam atau maju ( sudah lepas).
b) Klein, saat ada his, rahim kita dorong sedikit, bila tali pusat
kembali ( belum lepas), diam atau turun ( sudah lepas).
c) Strassman, tegangkan tali pusat dan ketok fundus bila tali pusat
bergetar (belum lepas), tidak bergetar (sudah lepas), rahim
menonjol di atas simfisis, tali pusat bertambah panjang, rahim
bundar dank eras, keluar darah secara tiba – tiba.
Tanda – tanda Lepasnya Plasenta
1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus
2) Tali pusat memanjang
30

3) Semburan darah mendadak dan singkat


Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi
uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah
perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala III persalinan jika
dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis.
Terdiri dari 3 langkah utama : pemberian oksitosin dalam 1 menit pertama
setelah bayi lahir, 10 unit IM pada 1/3 bagian atas paha bagian luar (aspektus
lateralis), melakukan peregangan tali pusat, dan massase fundus uteri.
d. Kala IV
Dimulai saat plasenta lahir sampai 2 jam pertama post partum. Observasi
yang di lkukan pada kala IV adalah :
1) Tingkatkan kesadaran
2) Pemeriksaan tanda – tanda vital, tekanan darah, nadi dan pernafasan,
tali pusat
3) Kontraksi uterus
Perdarahan : dikatakan normal jika tidak melebihi 500 cc. Rata – rata
perdarahan normal adalah 250 cc
4) Pengkajian dan penjahitan setiap laserasi atau episiotomi.
2.2.5 Kebutuhan Ibu Masa Persalinan
Menurut Varney (2007) Kebutuhan ibu masa persalinan adalah sebagai
berikut:
1. Dukungan fisik dan psikologis
Dukungan fisik dan psikologis tidak hanya diberikan oleh bidan, melainkan
suami, keluarga, teman, maupun tenaga kesehatan yang lain. Dukungan dapat
dimulai sejak awal ibu mengalami kehamilan.
2. Kebutuhan cairan dan nutrisi
Pemberian makan dan minum selama persalinan merupakan hal yang tepat,
karena memberikan lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi (dehidrasi dapat
menghambat kontraksi/tidak teratur dan kurang efektif). Oleh karena itu, anjurkan
ibu makan dan minum selama persalinan dan kelahiran bayi, anjurkan keluarga
selalu menawarkan makanan ringan dan sering minum pada ibu selama
persalinan.
31

3. Personal Hygiene
Ibu sangat disarankan untuk menjaga kebersihan diri menjelang persalinan,
manfaatnya antara lain :
a. Mandi dan membersihkan badan
b. Bulu kemaluan tidak dicukur seluruhnya, hanya bagian yang dekat anus
yang akan dibersihkan, karena hal tersebut akan mempermudah penjahitan
jika ibu ternyata diepisiotomi.
4. Kebutuhan Eliminasi
a. Buang Air Kecil ( BAK )
Selama proses persalinan, pasien akan mengalami poliuri. Jika pasien
masih berada dalam awal kala I, ambulasi dengan berjalan seperti dengan
aktifitas ke toilet akan membantu penurunan kepala janin.
b. Buang Air Besar (BAB)
Pasien akan merasa sangat tidak nyaman ketika merasakan dorongan
untuk BAB. Namun rasa khawatir kadang lebih mendominasi dari pada
perasaan tidak nyaman. Rectum yang penuh akan mengganggu penurunan
bagian terbawah janin
5. Istirahat
Istirahat sangat penting untuk pasien karena akan membuat rileks. Di awal
persalinan sebaiknya anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup sebagai
persiapan untuk menghadapi proses persalinan yang panjang, terutama pada
primipara. Jika pasien benar-benar tidak dapat tidur terlelap karena sudah mulai
merasakan his, minimal upayakan untuk berbaring di tempat tidur dalam posisi
miring ke kiri untuk beberapa waktu.
6. Posisi dan Ambulasi
Posisi yang nyaman selama persalinan sangat diperlukan bagi pasien. Selain
mengurangi ketegangan dan rasa nyeri, posisi tertentu justru akan membantu
proses penurunan kepala janin sehingga persalinan dapat berjalan lebih cepat
( selama tidak ada kontra indikasi dari keadaan pasien ). Beberapa posisi yang
dapat diambil antara lain duduk atau setengah duduk, merangkak,
berjongkok/berdiri, Posisi berbaring miring ke kiri, berdiri , berjalan dan
bersandar.
32

7. Pengurangan rasa nyeri


Hal yang perlu diperhatikan dalam mengatasi rasa sakit selama persalinan
adalah: cara pengurangan rasa sakit sebaiknya sederhana, efektif dan biaya murah.
Pendekatan pengurangan rasa sakit sebagai berikut:
a. Adanya seorang yang dapat mendukung dalam persalinan
b. Pengaturan posisi
c. Relaksasi dan latihan pernafasan
d. Istirahat dan privasi
e. Penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang akan dilakukan
f. Asuhan diri
g. Sentuhan
2.2.6 Asuhan Persalinan Normal
Pelayanan pertolongan yang aman dan bersih dengan melaksanakan
Pertolongan Persalinan dengan 58 langkah Asuhan Persalinan Normal (APN)
menurut APN (2008) adalah
Memberikan asuhan persalinan yang bersih dan aman, yaitu :
Asuhan sayang ibu
1. Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai
martabatnya.
2. Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum memulai
asuhan tersebut.
3. Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
4. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir.
5. Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
6. Berikan dukungan, besarkan hatinya dan tenteramkan hati ibu beserta
anggota-anggota keluarganya.
7. Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan/atau anggota keluarga yang lain
selama persalinan dan kelahiran bayinya.
8. Anjurkan suami dan anggota-anggota keluarga mengenai cara-cara
bagaimana mereka dapat memperhatikan dan mendukung ibu selama
persalinan dan kelahiran bayinya.
9. Secara konsisten lakukan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik.
33

10. Hargai privasi ibu.


11. Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan
kelahiran bayi.
12. Anjurkan ibu untuk minum dan makan makanan ringan sepanjang ia
menginginkannya.
13. Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak merugikan
kesehatan ibu.
14. Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan seperti
episiotomi, pencukuran dan klisma.
15. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin.
16. Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah bayi
lahir.
17. Siapkan rencana rujukan (bila perlu).
18. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dan bahan-
bahan, perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap untuk melakukan
resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.
Asuhan Sayang Ibu dan Bayi pada Masa Pasca persalinan
1. Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung).
2. Bantu ibu untuk menyusukan bayinya, anjurkan memberikan ASI sesuai
dengan yang diinginkan bayinya dan ajarkan tentang ASI eksklusif.
3. Ajarkan ibu dan keluarganya tentang nutrisi dan istirahat yang cukup
setelah melahirkan.
4. Anjurkan suami dan anggota keluarganya untuk memeluk bayi dan
mensyukuri kelahiran bayi.
5. Ajarkan ibu dan anggota keluarganya tentang gejala dan tanda bahaya
yang mungkin terjadi dan anjurkan mereka untuk mencari pertolongan jika
timbul masalah atau rasa khawatir
Untuk melakukan asuhan persalinan normal (APN) dirumuskan 58 langkah
asuhan persalinan normal sebagai berikut:
1. Mendengar & Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua (Doran Teknus
Perjol Vulka).
34

2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan


ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah
partus set.
3. Memakai celemek plastik.
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn sabun &
air mengalir.
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan
untuk pemeriksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan
oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set.
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah yang telah dibasahi
oleh air matang (DTT), dengan gerakan vulva ke perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam – pastikan pembukaan sudah lengkap dan
selaput ketuban sudah pecah.
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya
dalam larutan klorin 0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai – pastikan
DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta
ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada
saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa
nyaman.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman,
jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
35

17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang
handuk bersih pada perut ibu untuk mengeringkan bayi jika telah lahir dan
kain kering dan bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu. Setelah itu
kita melakukan perasat stenan (perasat untuk melindungi perineum dngan satu
tangan, dibawah kain bersih dan kering, ibu jari pada salah satu sisi perineum
dan 4 jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang
kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada
saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum).
20. Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung bayi dengan kasa steril
kemudian memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut
gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah
arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas
untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah
bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari
telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)
25. Melakukan penilaian selintas :
a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak aktif ?
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah
dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.
36

27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi
baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali
tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi),
dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya.
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala
bayi.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan,
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal.
Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat
dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
37. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tekanan dorso-kranial).
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan
hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua
tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan
mencegah robeknya selaput ketuban.
37

39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan
menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap,
dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam.
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri
anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B
di paha kanan anterolateral.
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1
jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca
persalinan.
50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan
kering.
38

54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu
apabila ibu ingin minum.
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Melengkapi partograf
2.2.7 Deteksi Dini Masa Persalinan (Penapisan, Partograf)
Pada saat memberikan asuhan bagi ibu bersalin, penolong harus selalu
waspada terhadap kemungkinan timbulnya masalah atau penyulit. Ingat bahwa
menunda pemberian asuhan kegawat daruratan akan meningkatkan resiko
kematian dan kesakitan ibu dan bayi baru lahir. Selama anmnesis dan
pemeriksaan fisik, tetap waspada terhadap indikasi-indikasi komplikasi dan
segera lakukan tindakan yang diperlukan. Langkah dan tindakan yang dipilih
sebaiknya dapat memberikan manfaat dan memastikan bahwa proses persalinan
akan berlangsung aman dan lancar sehingga akan berdampak baik terhadap
keselamatan ibu dan bayi yang akan dilahirkan (APN, 2008)
Dalam buku APN, 2008. Partograf adalah alat bantu untuk memantau
kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui periksa dalam.
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadi partus lama.
3. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi,
grafik kemajuan proses persalinan,bahan dan medikamentosa yang diberikan,
pemeriksaan laboratorum, membuat keputusan klinik dan asuhan atau
tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status
atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, partograf akan membantu
penolong persalinan untuk:
1. Mencatat kemajuan persalinan
39

2. Mencatat kondisi ibu dan bayinya


3. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
4. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit
persalinan
5. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang
sesuai dan tepat waktu.
Partograf harus digunakan untuk:
a. Semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen
penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua
persalinan, baik normal maupun patologis. Prtograf sangat membantu
penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat
keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit, maupun yang tidak
disertai dengan penyulit.
b. Selama persalinan dan kelahirran di semua tempat (rumah, puskesmas,
klinik bidan swasta, rumahsakit, dll).
c. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (spesialis obstetri,
bidan, dokter umum, residen, dan mahasiswa kedokteran).
2.2.8 Tanda Bahaya Dan Komplikasi Persalinan
Macam-macam tanda bahaya pada persalinan menurut Manuaba (2010)
adalah sebagai berikut :
1. Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mules
Persalinan lama merupakan masalah besar di Indonesia karena pertolongan
didaerah pedesaan masih dilakukan oleh dukun. Persalinan lama adalah persalinan
yang berjalan lebih dari 24 jam untuk primigravida dan atau 18 jam bagi
multigravida. Persalinan kasep (partus kasep) adalah persalinan lama yang disertai
komplikasi ibu maupun janin.
Penyebab persalinan lama atau kasep diantaranya adalah kelainan letak janin,
kelainan panggul, kelainan kekuatan his dan mengejan, terjadi ketidakseimbangan
sefalopelvik, pimpinan persalinan yang salah, dan primi tua primer dan sekunder.
2. Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir
40

Letak majemuk (Presentasi Ganda, Compound Presentasi). Jika disamping


bagian terendah teraba anggota badan. Tangan yang menumbung pada letak bahu
tidak disebut letak majemuk begitu pula adanya kaki disamping bokong pada
letak sungsang tidak termasuk letak majemuk.Pada letak kepala dapat terjadi :
a. Tangan menumbung
b. Lengan menumbung
c. Kaki menumbung
d. Tali pusat menumbung (prolaps foeniculi)
Jika tali pusat teraba disamping atau lebih rendah dari bagian depan,
sedangkan ketuban sudah pecah maka dikatakan tali pusat menumbung.Jika hal
ini terjadi pada ketuban yang masih utuh disebut tali pusat terkemuka.
Prolapsus foeniculi tidak mempengaruhi keadaan ibu secara langsung, namun
sebaliknya sangat membahayakan anak karena tali pusat tertekan antara bagian
depan anak dan dinding panggul yang akhirnya timbul asfiksia.Bahaya terbesar
bila anak letak kepala karena bagian yang menekan tali pusat itu bundar dan
keras.
3. Ibu tidak kuat mengejan atau mengalami kejang
Menurut Saifudin dalam Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, apabila
seorang ibu bersalin tidak kuat mengejan atau mengalami kejang penanganan
umum yang harus dilakukan adalah :
a. Jika Ibu tidak sadar atau kejang, mintalah pertolongan. Segera mobilisasi
seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat darurat
b. Segera lakukan penilaian terhadap keadaan umum termasuk tanda vital
(nadi, tekanan darah, dan pernafasan) sambil mencari riwayat penyakit
sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarganya.
c. Jika pasien tidak bernafas atau pernafasan dangkal :
1) Periksa dan bebaskan jalan nafas
2) Jika tidak bernafas, mulai ventilasi dengan masker dan balon
3) Intubasi jika perlu
4) Jika pasien bernafas, beri oksigen 4-6 liter per menit melalui masker
atau kanula nasal.
d. Jika pasien tidak sadar/ koma
41

1) Bebaskan jalan nafas


2) Baringkan pada sisi kiri
3) Periksa apakah ada kaku tengkuk
e. Jika pasien syok
1) Baringkan miring kiri
2) Naikkan kedua kaki
3) Pasang infus RL atau NS 1L dalam 15 – 20 meni, jika mungkin,
infuskan 2L 1 jam pertama, kemudian turunkan 125 cc/jam
f. Jika ada perdarahan (kenali penyebab perdarahan)
g. Jika kejang :
1) Baringkan pada sisi kiri; tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit
untuk mengurangi kemungkinan aspirasi sekret, muntahan, atau darah.
2) Bebaskan jalan nafas
3) Pasang infus RL atau NS 125 cc/jam
4) Berikan dosis awal 4G MgSO4 40% dengan kecepatan 1G/menit. Beri
dosis pemeliharaan 6G dalam 6 jam.
4. Air ketuban keruh dan berbau
Tanda dan Gejala :
a. Demam maternal
b. Takikardi janin
c. Nyeri tekan pada uterus
d. Peningkatan suhu vagina (hangat apabila disentuh)
e. Cairan amnion berbau busuk
f. sel darah putih meningkat meningkat
5. Setelah bayi lahir, plasenta tidak keluar
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam
setelah persalinan.
Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio plasenta berulang (habitual retensio
plasenta). Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya
perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata,
dapat terjadi polip plasenta, dan terjadi degenerasi ganas korio karsinoma. Dalam
melakukan pengeluaran plasenta secara manual perlu diperhatikan tekniknya
42

sehingga tidak menimbulkan komplikasi seperti perforasi dinding uterus, bahaya


infeksi, dan dapat terjadi inversio uteri.
6. Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat
Perawatan pendukung selama persalinan adalah penting dalam kebidanan.
Perawatan pendukung dapat secara ajaib mengubah seluruh skenario persalinan.
Tindakan ini mempunyai efek positif baik secara emosional maupun fisiologis
terhadap ibu dan janin, sehingga ibu dan janin memerlukan sedikit medikasi dan
intervensi bahkan persalinan dapat berlangsung dengan sedikit.
2.2.9 Standar Pelayanan Minimal
Menurut ruang lingkup standar pelayanan kebidanan Depkes RI (2012)
meliputi 24 standar, untuk pengelompokan terdapat 4 standar dalam standar
pertolongan persalinan yang harus ditaati seorang bidan, yaitu :
1. Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala I. Pernyataan standar : Bidan menilai
secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan asuhan dan
pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien, selama
proses persalinan berlangsung.
2. Standar 10 : Persalinan Kala II Yang Aman. Pernyataan standar : Bidan
melakukan pertolongan persalinan yang aman, dengan sikap sopan dan
penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat.
3. Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga. Pernyataan standar :
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
4. Standar 12 : Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi.
Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin
pada kala II yang lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk
memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum
2.2.10 Kebijakan Pelayanan
IBI (2012) menjelaskan sebagai kebijakan pemerintah tentang pelayanan
asuhan persalinan adalah:
1. Semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh petugas kesehatan terlatih.
2. Rumah Bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk
menangani kegawatdaruratan obstetri dan neonatal harus tesedia 24 jam.
43

3. Obat – obat esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh
petugas terlatih.
2.3 Nifas (PNC)
2.3.1 Pengertian
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil yang berlangsung kira – kira 6 minggu (Marmi, 2012).
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42hari) setelah itu (Sarwono,2010). Masa nifas
(puerpurium) dimulai setelah kelahiran Plsenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Masa nifas berlangsung kira-
kira selama 6 minggu (42 hari). (Dewi dan Sunarsih, 2011).
Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah keluarnya plasenta
sampai alat – alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa
nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010).
2.3.2 Perubahan Fisik Dan Psikologi
1. Perubahan Fisik
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Uterus
Dalam masa nifas, alat – alat genetalia interna maupun eksterna akan
berangsur – angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan alat – alat genital ini dalam keseluruhannya disebut involusi.
Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot – otot
polos uterus. (Marmi, 2012)
Tabel 2.1 Proses Involusi Uterus
Involusi TFU Berat Uterus Keadaan Serviks
(gr)
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
Uri lahir 2 jari dibawah 750 Lembek
pusat
Satu minggu Pertengahan pusat 500 Beberapa hari
44

dan simpisis setelah


Dua minggu Tak teraba diatas 350 postpartum dapat
simpisis dilalui 2 jari.
Enam minggu Bertambah kecil 50-60 Akhir minggu
Delapan Sebesar normal 30 pertama dapat
minggu dimasuki 1 jari.

2) Lochea
Lochea adalah sekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam
uterus. Berikut Ini adalah beberapa jenis lokea yang terdapat pada wanita
pada masa nifas yaitu :
a) Lochea rubra/merah (cruenta)
Lochea ini muncul pada hari 1-3 masa postpartum. Sesuai dengan
namanya, warnanya biasanya merah dan mengandung darah dari
perobekan/luka pada plasenta dan serabut dari desidua dan chorion.
Lochea ini terdiri atas desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa
mekonium, dan sisa darah.
b) Lochea sanguilenta
Lochea ini berwarna merah kuning berisi darah dan lender karena
pengaruh plasma darah, pengeluarannya pada hari ke 3-5 hari
postpartum.
c) Lochea serosa
Lochea ini muncul pada hari ke 5-9 postpartum. Warnanya
biasanya kekuningan atau kecoklatan. Lochea ini terdiri atas lebih
sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri atas leukosit dan
robekan laserasi ploasenta.
d) Lochea alba
Lochea ini muncul lebih dari ke-10 postpartum. Warnanya lebih
pucat, putih kekuningan, serta lebih banyak mengandung leukosit,
selaput lender serviks, dan serabut jaringan yang mati.
45

Bila terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk
disebut Lochea Purulenta. Sedangkan Lochiostatis adalah pengeluaran
lochea yang tidak lancar (Dewi, 2011).
3) Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai
dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri
berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga perbatasan
antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin.
Warna serviks merah kehitam – hitaman karena penuh dengan
pembuluh darah. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga
rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki 2 – 3 jari, pada minggu ke 6 post
partum serviks menutup (Marmi, 2012).
4) Vulva, Vagina, Perineum
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses pesalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8
minggu postpartum (Dewi, 2011).
5) Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnua thrombosis,
degenerasi dan nekrosis padatempat implantasi plasenta. Pada hari
pertama tebalnya 2,5 mm, pada hari ketiga mulai rata, sehingga tidak ada
pembentukan jaringan parut pada bekas tempat implantasi plasenta
(Saleha, 2009).
b. Perubahan Sistem Pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini umumnya
disebabkan karena makanan padat dan kurangnya berserat selama persalinan.
Di samping itu rasa takut buang air besar, sehubungan dengan jahitan pada
perineum, jangan sampai lepas dan juga takut akan rasa nyeri. Buang air besar
harus dilakukan 3-4 hari setelah persalinan (Suherni, at all. 2008).
c. Perubahan Sistem perkemihan
Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama kehamilaan
kembali normal pada akhir minggu keempat setelah melahirkan. Disamping
46

itu, kandung kemih pada puerpurium mempunyai kapasitas yang meningkat


secara relatif.
Oleh karena itu distensi yang berlebihan, urine residual yang berlebihan,
dan pengosongan yang tidak sempurna, harus di waspadai dengan seksama.
Ureter dan pelvis renalis yang mengalami distensi akan kembali normal pada
dua minggu sampai delapan minggu setelah persalinan.
d. Perubahan Sistem Muskuluskeletal
Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
kehamilan dan persalinan berangsur-angsur kembali seperti sediakala. Tidak
jarang ligament rotundum mengendur, sehingga uterus jatuh ke belakang.
Fasia jaringan penunjang alat genitalia yang mengendur dapat diatasi dengan
latihan-latihan tertentu (Saleha,2009).
e. Perubahan Sistem endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan pada sistem endokrin terutama
pada hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut :
1) Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, selama
tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan
plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan.
Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. hal
tersebut membantu uterus kembali kebentuk semula.
2) Prolaktin
Menurunnya kadar esterogen menimbulkan terangsangnya kelenjar
ptituitari, bagian belakang untuk mengluarkan prolaktin, horrmon ini
berperan dalam pembesaran payudara dan produksi ASI.
3) Esterogen dan Progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun
mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan bahwa
tingkan esterogen yang tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang
meningkatkan volume darah. Dan progesteron mempengaruhi otot halus
yang mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar
panggul, peruneum dan vulva, serta vagina (Saleha, 2009).
47

f. Perubahan Tanda –Tanda Vital


1) Suhu badan
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2°C. sesudah partus
dapat naik kurang dari 0,5 °C dari keadaan normal, namun tidak akan
melebihi 8°C. Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu badan
akan kembali normal. Bila suhu ibu lebih dari 38°C, mungkin terjadi
infeksi pada klien.
2) Nadi dan pernafasan
Nadi berkisar antara 60-80 x/menit setelah partus, dan dapat terjadi
brakikardi. Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan
dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah
partus kemudian kembali seperti keadaan semula.
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat,
kemungkinan ada tanda-tanda syok
3) Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum akan
menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit – penyakit
lain yang menyertai dalam ½ bulan tanpa pengobatan (Saleha, 2009).
g. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 cc. bila
kelahiran melalui section caesaria kehilangan darah dapat dua kali lipat. Pada
persalinan pervaginam, hemaktokrit akan naik, sedangkan pada SC,
hemaktokrit cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu (Dewi,
2011).
h. Perubahan Sistem Hematologi
Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan kehilangan volume
plasma daripada sel darah, penurunan plasma ditambah peningkatan sel darah
pada waktu kehamilan diasosikan denganpeningkatan hematoktir dan
haemoglobin pada hari ketiga sampai tujuh hari setelah persalinan (Rukiyah,
2011).
i. Perubahan Payudara
48

Pada hari pertama kelahiran, ibu akan mengeluarkan ASI pertamanya yang
berwarna kekuningan (Collostrum). Produksi ASI dipengaruhi oleh : Prolaktin
(Oleh hipofise posterior), Oksitosin (Oleh hipofise anterior mempengaruhi
miopitelo glandula mammae untuk berkontraksi) (Marmi, 2012).
2. Perubahan Psikologi
Menurut Varney (2007), Penyesuaian psikologi pada maapost partum dibagi
dalam 3 tahap:
a. Fase Taking In
Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat
bergantung pada orang lain, focus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih
mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, serta
kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.
b. Fase Taking Hold
Berlangsung 3-10 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi pada
kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap
perawatan bayi.
c. Letting Go period
Dialami setelah tiba ibu dan bayi di rumah. Ibu mulai secara penuh
menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu” dan menyadari atau merasa
kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya
Gangguan – gangguan psikis yang dapat terjadi pada ibu nifas menurut Saleha
(2009) adalah:
a. Postpartum Blues
Post partum blues atau sering juga disebut maternity blues atau sindrom
ibu baru adalah suatu sindrom gangguan efek ringan pada minggu pertama
setelah persalinan. Oleh karena begitu umum, maka diharapkan tidak
dianggap sebagai penyakit. Postpartum blues tidak mengganggu kemampuan
seorang wanita untuk merawat bayinya sehingga ibu dengan postpartum blues
masih bisa merawat bayinya.
Gejala post partum blues sebagai berikut:
1) Reaksi depresi / sedih / disforia
2) Sering menangis
49

3) Mudah tersinggung
4) Cemas
5) Labilitas perasaan
6) Cenderung menyalahkan diri sendiri
7) Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan
8) Kelelahan
9) Mudah sedih
10) Cepat marah
11) Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih, dan cepat pula menjadi
gembira
12) Perasaan terjebak dan juga marah terhadap pasangannya, serta bayinya
13) Perasaan bersalah
14) Pelupa
b. Kesedihan dan Dukacita / Depresi
Keadaan ini berlangsung antara 3-6 bulan bahkan pada beberapa kasus
terjadi selama 1 tahun pertama kehidupan bayi. Penyebab depresi terjadi
karena reaksi terhadap rasa sakit yang muncul saat melahirkan dan karena
sebab – sebab yang kompleks lainnya.
Beberapa gejala depresi berat adalah sebagai berikut :
1) Perubahan pada mood
2) Gangguan pada pola tidur dan pola makan
3) Perubahan mental dan libido
4) Dapat pula muncul fobia, serta ketakutan akan menyakiti dirinya
sendiri dan bayinya
2.3.3 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
Kebutuhan Ibu Pada Masa Nifas menurut Dewi (2011) diantaranya adalah
1. Nutrisi dan Cairan
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut :
a. Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan
vitamin yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter airt setiap hari.
50

d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40
hari pasaca persalinan.
e. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASI.
2. Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) adalah kebijaksanaan agar secepat mungkin
bidan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Perawatan mobilisasi
dini mempunyai keuntungan yaitu sebagai berikut :
a. Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi atau mencegah infeksi
puerperium
b. Mempercepat involusi uterus
c. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin
d. Meningkatkan kelancaran peredaran darah ibu sehingga mempercepat
fungsi pengeluaran ASI dan pengeluaran sisa metabolism
3. Eliminasi
a. Buang Air Kecil
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam post partum. Jika dalam 8
jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi
100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung
kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi.
b. Buang Air Besar
Ibu postpartum diharapkan buang air besar (defekasi) setelah hari kedua
postpartum.Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar
peroral atau per rectal.
4. Personal Higiene
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu
postpartum adalah sebagai berikut.
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum.
a. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun
dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah
disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang, kemudian
51

membersihkan daerah sekitar anus. Nasihati ibu untuk vulva selesai buang
air kecil atau besar.
b. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya
dua kali sehari, kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik
dan dikeringkan dibawah matahari dan disetrika.
c. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
d. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh daerah tersebut.
5. Istirahat  dan Tidur
Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan
tidur adalah sebagai berikut :
a. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
a. Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
b. Kurang istirahat akan memengaruhi ibu dalam beberapa hal:
1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri
6. Aktifitas Seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri
maka aman untuk memulai hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Hubungan
seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka episiotomi telah sembuh dan
lokia telah berhenti. Sebaiknya hubungan seksual dapat ditunda sedapat mungkin
sampai 40 hari setelah persalinan karena saat itu diharapkan organ-organ tubuh
telah pulih kembali.
7. Keluaraga Berencana
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan dan
konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang
52

mengakibatkan kehamilan. Tujuan dari konsepsi adalah menghindari/mencegah


terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang
dengan sel sperma tersebut. Kontrasepsi yang cocok untuk ibu pada masa nifas,
antara lain Metode Amenorhea Laktasi (MAL), pil progestin, implant, dan
AKDR.
8. Latihan/Senam Nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah melahirkan setelah
keadaan tubuhnya pulih kembali. Senam nifas bertujuan untuk mempercepat
penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, serta memulihkan dan
menguatkan otot-otot punggung, otot dasar panggul dan otot perut.
2.3.4 Tanda Bahaya Dan Komplikasi
Deteksi dini komplikasi pada masa nifas menurut Lia Dewi (2011) antara
lain :
1. Hemoragi
a. Perdarahan Post Partum Primer
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam
masa 24 jam setelah anak lahir (Prawirohardjo, 2002). Menurut waktu
terjadinya di bagi atas 2 bagian :
1) Perdarahan Post Partum Primer (Early Post Partum Hemorrhage)
yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebab utama adalah
atonia uteri, retensio placenta, sisa placenta dan robekan jalan lahir.
Terbanyak dalam 2 jam pertama.
2) Perdarahan post partum sekunder (Late Post Partum Hemorrhage)
yang terjadi setelah 24 jam, biasanya terjadi antara hari ke 5 sampai 15
post partum. Penyebab utama adalah robekan jalan lahir dan sisa
placenta
2. Infeksi Masa Nifas
Faktor predisposisi infeksi masa nifas adalah sebagai berikut:
a. Persalinan lama, khusunya dengan pecah ketuban
b. Pecah ketuban yang lama sebelum persalinan
c. Bermacam- macam pemeriksaan vagina selama persalianan,
khusunya pecah ketuban
53

d. Teknik aseptik tidak sempurna


e. Tidak memperhatikan teknik mencuci tangan
f. Manipulasi intrauteri (Misalnya : Eksplorasi uteri, pengeluaran
plasenta manual)
g. Trauma jaringan yang luas atau luka terbuka, seperti laserasi
yang tidak diperbaiki
h. Hematoma
i. Hemoragi, khususnya jika kehilangan darah lebih dari 1.000 ml
j. Pelahiran operatif, terutama pelahiran melalui SC
k. Retensi sisa plasenta atau membran janin
l. Perawatan perineum tidak memadai\
m. Infeksi vagina / serviks atau PMS yang tidak ditangani
(Misalnya : vaginosis bakteri, klamidia, gonorhoea)
Macam – macam infeksi masa nifas antara lain :
a. Endometritis
Biasanya demam mulai 48 jam postpartum dan bersifat naik turun
(remittens). HIS lebih nyeri dari biasa dan lebih lama dirasakan. Lokhea
bertambah banyak, berwarna merah atau cokelat, serta berbau.
b. Parametritis
Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi melalui
beberapa cara penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau
dari endometritis.
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri disebelah
uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul dapat
meluas ke berbagai jurusan. Pada bagian tengah jaringan yang meradang
tersebut dapat tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang mula – mula tinggi
secara menetap menjadi naik turun disertai dengan menggigil. Penderita
tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri.
c. Peritonitis
Peritonitis dapat berasal dari penyebaran melalui pembuluh limfe uterus,
parametritis yang meluas ke peritoneum. Peritonitis yang terlokalisasi hanya
54

dalam rongga pelvis disebut pelvioperitonitis, bila meluas keseluruh rongga


peritoneum disebut peritonitis umum.
d. Infeksi trauma vulva, perineum, vagina,
dan serviks
Tanda dan gejala infeksi episiotomi, laserasi, atau trauma lain meliputi
sebagai berikut :
a) Nyeri local
b) Disuria
c) Suhu derajat rendah-jarang diatas 38,3 derajat celcius
d) Oedema
e) Sisi jahitan merah dan inflamasi
f) Mengeluarkan pus atau eksudat berwarna abu – abu kehijauan
g) Pemisahan atau terlepasnya lapisan luka operasi
e. Infeksi saluran kemih
Kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas relatif tinggi dan hal ini
dihubungkan dengan hipotomi kandung kemih akibat trauma kandung kemih
saat persalinan, pemeriksaan dalam yang sering, kontaminasi kuman dari
perineum, atau kateterisasi yang sering. Adanya retensi urine pascapersalinan
umumnya merupakan tanda adanya infeksi.
3. Mastitis
Mastitis adalah infeksi payudara. Meskipun dapat terjadi pada setiap wanita,
mastitis terjadi akibat invasi jaringan payudara (Misalnya glandular, jaringan ikat,
areola, lemak) oleh mikroorganisme infeksius atau adanya cedera payudara.
Sedangkan gejala aktual mastitis meliputi peningkatan suhu yang cepat dari
(39,5 - 40 0C), peningkatan kecepatan nadi, menggigil, malaise umum, sakit
kepala, nyeri hebat, bengkak, inflamasi, dan area payudara keras. Mastitis yang
tidak ditangani memiliki hampir 10 % resiko terbentuknya abses.
4. Tromboflebitis
Tromboflebitis pascapartum lebih umum terjadi pada wanita penderita
varikositis atau yang mungkin secara genetik rentan terhadap relaksasi dinding
vena dan statis vena.
55

Tromboflebitis superfisial (yang terjadi dekat dengan permukaan) ditandai


dengan nyeri tungkai dan teraba hangat pada daerah yang terkena tromboflebitis.
Tromboflebitis vena profunda ditandai dengan tanda dan gejala sebagai berikut :
a. Kemugkinan peningkatan suhu ringan
b. Takikardi ringan
c. Tiba – tiba nyeri pada tungkai
d. Oedema pergelangan kaki, tungkai dan paha
e. Tanda homan pasti. Tanda homan diperiksa dengan menempatkan satu
tangan di lutut ibu dan memberikan tekanan ringan untuk menjaga kaki
tetap lurus. Jika terdapat nyeri betis saat dorsifleksi kaki, tanda ini positif.
f. Nyeri saat penekanan betis
g. Nyeri tekan sepanjang aliran pembuluh darah yang terkena dengan
pembuluh darah dapat teraba.
5. Hematoma
Hematoma adalah pembengkakan jaringan yang berisi darah. Bahaya
hematoma adalah kehilangan sejumlah darah karena haemoragi, anemia, dan
infeksi. Hematoma terjadi karena ruputre pembuluh darah spontan atau akibat
trauma. Hematoma sering terjadipada proses melahirkan atau segera setelahnya,
seperti hematoma vulva, vagina, atau hematoma ligamentum latum uteri.
Tanda gejala hematoma vulva dan vagina adalah sebagai berikut :
a. Penekanan perineum, vagina, uretra, kandung kemih atau rektum dan nyeri
hebat.
b. Pembengkakan yang tegang dan berdenyut
c. Perubahan warna jaringan kebiruan atau biru kehitaman
2.3.5 Standar Pelayanan Minimal
Menurut ruang lingkup standar pelayanan kebidanan Depkes RI (2012)
meliputi 24 standar, untuk pengelompokan terdapat 3 standar dalam standar nifas
yang harus ditaati seorang bidan, yaitu :
1. Standar  13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan
spontan, mencegah asfiksia, menemukan kelainan , dan melakukan tindakan atau
56

merujuk sesuai kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermi
dan mencegah hipoglikemia dan infeksi.
2. Standar14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi
paling sedikit selama 2 jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang
diperlukan. Disamping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang
mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai
pemberian ASI.
3. Standar15 : Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan rumah
sakit atau melakukan kunjungan ke rumah pada hari ke-tiga, minggu ke dua dan
minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses penatalaksanaan tali
pusat yang benar, penemuan dini, penatalaksanaan atau rujukan komplikasi yang
mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan
secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, asuhan bayi baru lahir ,
pemberian ASI , imunisasi dan KB.
2.3.6 Kebijakan Pelayanan
Menurut Sarwono (2010) Program dan kebijakan teknis kunjungan masa nifas
harus dilakukan paling sedikit 4 kali kunjungan untuk menilai keadaan ibu dan
bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah –
masalah yang terjadi.
Tabel 2.2 Frekuensi Kunjungan Masa Nifas
Waktu Tujuan
6 – 8 jam setelah persalianan a. Mencegah perdarahan masa nifas karena
(Kunjungan 1) atonia uteri
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan ; rujuk jika perdarahan
berlanjut.

c. Memberikan konselingpada ibu atau salah


satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena
57

atonia uteri
d. Pemberian AS awal
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir
f. Mencegah bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermia
g. Jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan
bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam
keadaan stabil.

6 hari setelah persalinan a. Memastikan involusi uterus berjalan


(Kunjungan 2) normal : Uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau
b. Menilai adanya tanda – tanda demam,
Waktu infeksi, atau perdarahan abnormal
Tujuan
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan dan istirahat
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda – tanda
penyulit
Memberikan konseling pada ibu mengenai
asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat dan merawat bayi sehari – hari

2 minggu setelah persalinan a. Memastikan involusi uterus berjalan


(Kunjungan 3) normal : Uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau
b. Menilai adanya tanda – tanda demam,
58

infeksi, atau perdarahan abnormal


c. Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan dan istirahat
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda – tanda
penyulit
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai
asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat dan merawat bayi sehari – hari
6 minggu setelah persalinan a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit –
(Kunjungam 4) penyulit yang ia atau bayi alami
b. Memberikan konseling untuk KB secara
dini

2.4 Bayi Baru Lahir (BBL)


2.4.1 Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37
minggu - 42 minggu dan berat badannya 2.500-4000 gram (Dewi, 2011).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu
sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar >7
dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah, 2010).
Bayi baru lahir normal harus menjalani proses adaptasi dari kehidupan
didalam rahim (intrauterine) ke kehidupan di luar rahim (ekstrauterin). Perubahan
lingkungan dari dalam uterus ke ekstrauterin dipengaruhioleh banyak factor
seperti kimiawi, mekanik dan termik yang menimbulkan perubahan metabolic,
pernafasan dan sirkulasi pada BBLN (Mitayani, 2010).
2.4.2 Masa Transisi
Menurut Muslihatu (2010), periode transisi dibagi menjadi tiga tahap.
1. Periode Pertama Reaktifitas
a. Dimulai pada saat bayi baru lahir dan berlangsung selama 30 menit.
59

b. Tanda-tanda vital: frekuensi nadi yang cepat dengan irama yang tidak
teratur, frekuensi pernafasan mencapai 80 kali / menit, irama tidak teratur,
ekspirasi mendengkur serta adanya retraksi.
c. Fluktuasi warna kulit merah muda pucat ke sianosis. Bising usus belum
ada atau pergerakan usus, bayi belum berkemih.
d. Bayi masih dengan sedikit mukus, menangis kuat, reflek menghisap yang
kuat.
e. Mata bayi terbuka lebih lama dari pada hari selanjutnya.
f. Saat ini adalah waktu yang paling baik untuk memulai proses periode
interaksi antara ibu dan bayi.
Asuhan :
1) Kaji dan pantau frekuensi jantung dan pernafasan, setiap 30 menit
pada 4 jam pertama setelah kelahiran.
2) Jaga bayi agar tetap hangat (suhu aksila  36,5 0C – 37 0C) dengan
penggunaan selimut hangat diatas kepala.
3) Tempatkan ibu dan bayi bersama-sama kulit ke kulit, untuk
memfasilitasi interaksi ibu dan bayi
2. Periode Tidur
Berlangsung sekitar 30 menit setelah kelahiran bayi sampai 2 – 4 jam.
Karakteristik bayi sebagai berikut :
a. Bayi dalam keadaan tidur, frekuensi jantung dan pernafasan menurun.
b. Kestabilan warna kulit terdapat beberapa akrosianosis.
c. Bising usus bisa didengar.
Asuhan :
Fase tidur ini bayi tidak berespon terhadap stimulus eksternal, orang tua dapat
memeluk dan mengendongnya.
3. Periode Kedua Reaktifitas
Periode kedua reaktivitas dari usia sekitar 2 jam sampai 6 jam.
Karakteristik :
a. Bayi mempunyai tingkat sensivitas tinggi terhadap stimulus internal dan
lingkungan. Kisaran frekuensi nadi apikal dari 120 sampai 160 kali / menit
dan dapat bervariasi mulai (< 120 kali / menit) hingga takikardia  (> 160
60

kali / menit). Frekuensi pernafasannya berkisar dari 30 sampai     60 kali /


menit, dengan periode pernafasan yang lebih cepat, tetapi pernafasan tetap
stabil (tidak ada pernafasan cuping hidung ataupun retraksi).
b. Fluktuasi warna kulit dari warna merah jambu atau kebiruan ke sianotik
ringan disertai dengan bercak-bercak.
c. Bayi kerap kali berkemih dan mengeluarkan mekonium selama periode
ini.
d. Peningkatan sekresi mukus dan bayi tersedak saat sekresi.
e. Reflek menghisap sangat kuat dan bayi sangat aktif.
Asuhan :
1) Observasi bayi terhadap kemungkinan tersedak saat pengeluaran mukus.  
2) Observasi kemungkinan apnoe dan stimulasi segera jika diperlukan
misalnya, masase punggung bayi, miringkan bayi.
3) Kaji kebutuhan bayi untuk memberikan ASI.
2.4.3 Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis neonatus menurut Dewi (2010) adalah
1. Perubahan Dalam Sistem
Pernafasan
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama
sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli,
selain karena adanya surfaktan, juga karena adanya tarikan nafas dan pengeluaran
nafas dengan merintih sehingga udara bisa tertahan didalam.
2. Perubahan Dalam Sistem
Peredaran Darah.
Setelah bayi lahir, paru akan berkembang yang akan menyebabkan tekanan
arteriol dalam paru menurun yang diikutidengan menurunnya tekanan pada
jantung kanan.
3. Perubahan Sistem Pengaturan
Suhu
Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru lahir
kehilangan panas tubuhnya:
61

a. Konduksi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke obyek lain melalui kontak
langsung)
b. Konveksi (jumlah panas yang hilang bergantung pada kecepatan dan suhu
udara)
c. Radiasi (perpindahan panas antara 2 obyek yang mempunyai suhu
berbeda)
d. Evaporasi (perpindahan panas dengan cara mengubah caian menjadi uap)
4. Perubahan Sistem Ekskresi
Tubuh BBL relative mengandung banyak air. Kadar natrium juga relative
lebih besar dibandingkan dengan kalium karena ruangan ekstraseluler yang luas.

5. Perubahan Sistem Metabolisme


Pada jam- jam pertama kehidupan, energy didapatkan dari perubahan
karbohidrat. Luas permukaan tubuh bbl relative lebih luas dari tubuh orang
dewasa, sehingga metabolism basal per kilogram berat badan akan lebih besar.
BBL harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energi dapat
diperoleh dari metabolism karbohidrat dan lemak.
6. Perubahan Pada Hati
Segerah setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan morfologi yang
berupa kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak serta glikogen. Hati
belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati juga belum
sempurna.
7. Perubahan Keseimbangan Asam
– Basa
Tingkat keasaman ( pH ) darah pada waktu lahir umumnya rendah karena
glikolisis anaerobic.
8. Perubahan Sistem Kekebalan
Tubuh
Bayi baru lahir tidak memiliki sel plasma pada sumsum tulang juga tidak
memiliki lamina propia ilium dan appendix. Pada BBL hanya terdapat
62

gamaglobulin G, sehingga imunologi dari ibu dapat berpindah melalui plasenta


karena berat molekulnya kecil
9. Perubahan Sistem Traktus
Digestivus
Pada BBL, traktus digestivus mengandung zat bewarna hitam kehijauan yang
terdiri atas mukopolisakarida atau disebut juga dengan mekonium. Mekonium
biasanya keluar pada 10 jam pertama kehidupan dan dalam 4 hari setelah
kelahiran biasanya feses sudah berbentuk dan berwana biasa.
2.4.4 Kebutuhan Psikologis
Kebutuhan psikososial adalah kebutuhan ASIH dan ASAH.  Kebutuhan
ASIH meliputi : perhatian segera, kasih sayang, rasa aman, dilindungi,
mandiri,rasa memiliki,kebutuhan akan sukses,mendapatkan kesempatan dan
pengalaman,dibantu dan dihargai. Kebutuhan ASAH meliputi : stimulasi
(rangsangan) dini pada semua indera (pendengaran, penglihatan, sentuhan,
membau, mengecap), sistem gerak kasar dan halus, komunikasi, emosi-sosial dan
rangsangan untuk berpikir.
Bounding attachment mendasari tahun pertama kehidupan. Alat yang
digunakan bayi untuk berhubungan dengan dunia luar adalah mulut dan panca
indera, sedangkan perantara yang tepat antara bayi dengan lingkungan adalah ibu.
Rasa tidak percaya ini timbul bila kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara adekuat,
yaitu kurangnya pemenuhan kebutuhan fisik., psikologis dan sosial yang kurang
misalnya: anak tidak mendapat minuman atau air susu yang edukat ketika ia lapar,
tidak mendapat respon ketika ia menggigit dot botol dan sebagainya (Husada,
2011).
2.4.5 Tanda Bahaya Dan Komplikasi
Menurut Rukiyah (2010) jika menemukan kondisi ini harus segera
dilakukan pertolongan dan orang tua harus mengetahuinya seperti:
1. Pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali/menit
2. Terlalu hangat (>38°C)
3. Kulit bayi kering terutama dalam 24 jam pertama, biru pucat dan memar
4. Hisapan saat menyusui lemah, seringn muntah, mengantuk berlebihan
5. Tali  pusat merah, bengkak, berbau busuk dan berdarah
63

6. Tanda-tanda infeksi seperti merah,panas, bengkak, bau busuk


7. Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK selama 24 jam, tinja lembek, encer, ada
lendir atau darah
8. Menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, tidak bisa tenang, menangis
terus menerus
2.4.6 Standar Pelayanan Minimal
Menurut Depkes RI (2012) standar pelayanan minimal untuk bayi baru
lahir adalah :
Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
1. Tujuan
Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta
mencegah hipotermi, hipokglikemia dan infeksi.
2. Pernyataan Standar
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan
melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus
mencegah dan menangani hipotermia.
2.4.7 Kebijakan Pelayanan
Menurut Dewi, (2010) kebijakan pelayanan bayi baru lahir adalah sebagai
berikut :
1. Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir dilaksanakan dalam ruangan yang sama
dengan ibunya atau rawat gabung. Asuhan bayi baru lahir meliputi:
a. Pencegahan infeksi (PI)
b. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi
c. Pemotongan dan perawatan tali pusat
d. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
e. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam
f. Kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi.
2. Pemberian ASI eksklusif, pemeriksaan bayi baru lahir, antibiotika dosis
tunggal, pencegahan infeksi mata melalui pemberian salep mata, pemberian
imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan, pencegahan
perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal di paha kiri.
64

3. Pencegahan infeksi
BBL sangat rentan terjadi infeksi, sehingga perlu diperhatikan hal-hal dalam
perawatannya : Cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan bayi, pakai
sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan, pastikan
semua peralatan (gunting, benang tali pusat) telah di DTT. Jika menggunakan
bola karet penghisap, pastikan dalam keadaan bersih. Pastikan semua pakaian,
handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi dalam keadaan bersih.
4. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi. Sebagian besar BBL
akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dengan sedikit
bantuan/gangguan
Jika tidak dapat menangis spontan dilakukan : Periksa ulang pernafasan,
bersihkan darah/lendir dari wajah bayi dengan kain bersih dan kering/ kassa,
sambil menilai pernafasan secara cepat, letakkan bayi dengan handuk di atas perut
ibu, membersihkan jalan nafas, hangat, kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu
sesegera mungkin.
5. Pemotongan dan perawatan tali pusat. Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu
stabil, ikat atau jepit tali pusat.
6. Waktu pemeriksaan bayi baru lahir: Bayi baru lahir sebelum usia 6 jam, usia
6-48 jam, usia 3-7 hari, minggu ke 2 pasca lahir.
7. Pemeriksaan Fisik
8. Imunisasi mencegah penyakit TBC, Hepatitis, Polio, Difteri, Pertusis, Tetanus
dan Campak. Bayi baru lahir dan neonatus harus diimunisasi lengkap sebelum
berusia 1 tahun. Timbang BB bayi baru lahir dan neonatus sebulan sekali
sejak usia 1 bulan sampai 5 tahun di posyandu. Cara menjaga kesehatan bayi
yaitu amati pertumbuhan bayi baru lahir dan neonatus secara teratur.
9. Kunjungan neonatal Adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus sedikitnya
3 kali yaitu:
a. Kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai dengan 48 jam setelah
lahir
b. Kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3 s/d 7 hari
c. Kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke 8 – 28 hari
65

10. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan. Konseling terhadap ibu dan
keluarga untuk memberikan ASI eksklusif, pencegahan hipotermi dan
melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah. Pemeriksaan tanda bahaya
seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah dan
Masalah pemberian ASI. Pelayanan yang diberikan mengacu pada pedoman
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada algoritma bayi muda
(Manajemen Terpadu Bayi Muda/MTBM). Pemeriksaan menggunakan
pendekatan MTBM.
11. Asuhan 6 - 48 jam setelah bayi lahir
a. Timbang berat badan bayi. Bandingkan berat badan dengan berat badan
lahir
b. Jaga selalu kehangatan bayi
c. Perhatikan intake dan output bayi
d. Kaji apakah bayi menyusu dengan baik atau tidak
e. Komunikasikan kepada orang tua bayi bagaimana caranya merawat tali
pusat.
f. Dokumentasikan
12. Minggu pertama setelah bayi lahir
a. Timbang berat badan bayi. Bandingkan dengan berat badan saat ini
dengan berat badan saat bayi lahir
b. Jaga selalu kehangatan bayi
c. Perhatikan intake dan output bayi
d. Kaji apakah bayi menyusu dengan baik atau tidak
e. Dokumentasikan Jadwal Kunjungan neonatal
13. Minggu kedua setelah bayi lahir
a. Timbang berat badan bayi. Bandingkan dengan berat badan saat ini
dengan berat badan saat bayi lahir
b. Jaga selalu kehangatan bayi
c. Perhatikan intake dan output bayi
d. Kaji apakah bayi menyusu dengan baik atau tidak
e. dokumentasikan
14. Tanyakan pada ibu apakah terdapat penyulit pada bayinya
66

a. Amatilah bahwa urine dan feses normal.


b. Periksalah alat kelamin dengan kebersihannya
c. Periksa tali pusat
d. Periksa tanda vital bayi
e. Periksalah kemungkinan infeksi mata.
f. Tatalaksana kunjungan rumah bayi baru lahir oleh bidan diantaranya :
1) Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah sampai tali pusat lepas,
bila mungkin selama satu minggu pertama sesudah bayi lahir.
2) Kartu anak (buku KIA) harus diisi lengkap dan kelahiran bayi harus di
daftar atau dibawa ke puskesmas.
3) Bidan hendaknya meneliti apakah petugas yang melayani persalinan
sudah memberikan perhatian terhadap semua hal pada tiap kunjungan
rumah
4) Form pencatatan (Buku KIA, Formulir BBL, Formulir register kohort
bayi)

2.5 Neonatus
2.5.1 Pengertian
Neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan
usia 28 hari dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam
rahim menjadi diluar rahim (Syaifuddin, 2007).
Neonatus adalah adalah bayi baru lahir hingga berumur empat minggu
(Dorland, 2005).
Neonatus adalah organisme pada periode adaptasi kehidupan intrauterine
ke kehidupan ekstrauterin. Pertumbuhan dan perkembangan normal masa neonatal
adalah 28 hari (Wahyuni, 2009).
Neonatus adalah individu yang baru saja mengalami proses kelahiran dan
harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin
(Dewi, 2010).
2.5.2 Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis neonatus menurut Nelwati (2012) adalah :
67

1. Perubahan Dalam Sistem


Pernafasan
Otot leher bayi masih lembek, leher lebih pendek, sulit menyangga atau
memposisikan kepala dengan tulang occipital yang menonjol. Lidah besar,
epiglottis berbentuk “U” dengan proyeksi lebih ke posterior dengan sudut ± 450,
relative lebih panjang dan keras, letaknya tinggi, bahkan menempel pada palatum
molle sehingga cenderung bernafas melalui hidung.
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
a. Mengeluarkan cairan dalam paru-paru.
b. Mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama kali.
2. Perubahan Dalam Sistem
Peredaran Darah.
Pada neonatus reaksi pembuluh darah masih sangat kurang, sehingga keadaan
kehilangan darah, dehidrasi dan kelebihan volume juga sangat kurang ditoleransi.
Manajemen cairan pada neonatus harus dilakukan dengan secermat dan seteliti
mungkin. Frekuensi nadi bayi rata-rata 120 kali/menit dengan tekanan darah
sekitar 80/60 mmHg

3. Perubahan Sistem Pengaturan


Suhu
Suhu dingin lingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit
sehingga mendinginkan darah bayi. Pembentukan suhu tanpa menggigil
merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan
kembali panas tubuhnya melalui penggunaan lemak coklat untuk produksi panas.
4. Perubahan Sistem Ekskresi
Fungsi tubulus belum matang, resorbsi terhadap natrium, glukosa, fosfat
organic, asam amino dan bikarbonas juga rendah. Cadangan glikogen hati sangat
rendah. metabolisme karbohidrat yang rendah dapat menyebabkan terjadinya
hipoglikemia dan asidosis metabolic. Hipotermia dapat pula menyebabkan
hipoglikemia.
68

5. Perubahan Sistem
Gastrointestinal
Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk pada saat lahir.
Sedangkan sebelum lahir bayi sudah mulai menghisap dan menelan. Kemampuan
menelan dan mencerna makanan (selain susu) terbatas pada bayi. Kapasitas
lambung kurang dari 30 cc dan bertambah secara lambat sesuai pertumbuhan
janin.
6. Perubahan Sistem Kekebalan
Tubuh
Sistem imunitas BBL belum matang sehingga rentan terhadap infeksi.
Kekebalan alami yang dimiliki bayi diantaranya :
a. Perlindungan oleh kulit membran mukosa.
b. Fungsi jaringan saluran nafas
c. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus.
d. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.
e. Sel darah yang membantu membunuh organisme asing.
2.5.3 Kebutuhan Psikologis
Kebutuhan psikososial adalah kebutuhan ASIH dan ASAH.  Kebutuhan
ASIH meliputi : perhatian segera, kasih sayang, rasa aman, dilindungi,
mandiri,rasa memiliki,kebutuhan akan sukses,mendapatkan kesempatan dan
pengalaman,dibantu dan dihargai. Kebutuhan ASAH meliputi : stimulasi
(rangsangan) dini pada semua indera (pendengaran, penglihatan, sentuhan,
membau, mengecap), sistem gerak kasar dan halus, komunikasi, emosi-sosial dan
rangsangan untuk berpikir.
Bounding attachment mendasari tahun pertama kehidupan. Alat yang
digunakan bayi untuk berhubungan dengan dunia luar adalah mulut dan panca
indera, sedangkan perantara yang tepat antara bayi dengan lingkungan adalah ibu.
Rasa tidak percaya ini timbul bila kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara adekuat,
yaitu kurangnya pemenuhan kebutuhan fisik., psikologis dan sosial yang kurang
misalnya: anak tidak mendapat minuman atau air susu yang edukat ketika ia lapar,
tidak mendapat respon ketika ia menggigit dot botol dan sebagainya (Erikson,
2010).
69

2.5.4 Tanda Bahaya Dan Komplikasi


1. Tanda bahaya pada neonatus
Berikut tanda yang perlu anda perhatikan dalam mengenali kegawatan pada
bayi baru (neonatus):
1) Bayi tidak mau menyusu
ASI adalah makanan pokok bagi bayi, jika bayi tidak mau menyusu maka
asupan nutrisinya kan berkurang dan ini akan berefek pada kondisi tubuhnya.
Biasanya bayi tidak mau menyusu ketika sudah dalam kondisi lemah, dan
mungkin justru dalam kondisi dehidrasi berat.
2) Kejang
Kejang pada bayi memang terkadang terjadi. Jika kejang terjadi saat bayi
demam, kemungkinan kejang dipicu dari demamnya. Selalu sediakan obat
penurun panas sesuai dengan dosis anjuran dokter. Jika bayi anda kejang
namun tidak dalam kondisi demam, maka curigai ada masalah lain. Perhatikan
freksuensi dan lamanya kejang, konsultasikan pada dokter.
3) Lemah
Jika bayi anda terlihat tidak seaktif biasanya, jangan biarkan kondisi ini
berlanjut. Kondisi lemah bisa dipicu dari diare, muntah yang berlebihan
ataupun infeksi berat.
4) Sesak Nafas
Frekuensi nafas bayi pada umumnya lebih cepat dari manusia dewasa
yaitu sekitar 30-60 kali per menit. Jika bayi bernafas kurang dari 30 kali per
menit atau lebih dari 60 kali per menit maka anda wajib waspada. Lihat
dinding dadanya, ada tarikan atau tidak.
5) Merintih
Ketika bayi merintih terus menerus padahal sudah diberi ASI atau sudah
dihapuk-hapuk, maka konsultasikan hal ini pada dokter. Bisa jadi ada
ketidaknyamanan lain yang bayi rasakan.
6) Pusar Kemerahan
Tali pusat yang berwarna kemerahan menunjukkan adanya tanda infeksi.
Yang harus anda perhatikan saat merawat tali pusat adalah jaga tali pusat bayi
tetap kering dan bersih.
70

7) Demam atau Tubuh Merasa Dingin


Suhu normal bayi berkisar antara 36,50C – 37,50C. Jika kurang atau lebih
perhatikan kondisi sekitar bayi. Apakah kondisi di sekitar membuat bayi anda
kehilangan panas tubuh seperti ruangan yang dingin atau pakaian yang basah.
8) Mata Bernanah Banyak
Nanah yang berlebihan pada mata bayi menunjukkan adanya infeksi yang
berasal dari proses persalinan. Bersihkan mata bayi dengan kapas dan air
hangat lalu konsultasikan pada dokter atau bidan.
9) Kulit Terlihat Kuning
Kuning pada bayi biasanya terjadi karena bayi kurang ASI. Namun jika
kuning pada bayi terjadi pada waktu ≤ 24 jam setelah lahir atau ≥ 14 hari
setelah lahir, kuning menjalar hingga telapak tangan dan kaki bahkan tinja
bayi berwarna kuning maka anda harus mengkonsultasikan hal tersebut pada
dokter.
2. Komplikasi pada neonatus
a. Prematuritas dan BBLR
b. Asfiksia
c. Infeksi bakteri
d. Kejang
e. Ikterus
f. Diare
g. Hipotermi
h. Tetanus neonatorum
i. Trauma lahir
j. Sindroma gangguan pernafasan
k. Kelainan congenital

2.6 Keluarga Berencana (KB)


2.6.1 Pengertian
Definisi KB menurut WHO (word Health Organisation) adalah tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk menghindari kelahiran
yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan,
71

mengatur interval di antara kehamilan,dan untuk menentukan jumlah anak dalam


keluarga (Hartanto, 2013).
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya
ini dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen, dan upaya ini dapat
dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau obat –obatan (Proverawati dkk,
2010).
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak
yang diinginkan (Ari Sulistyowati, 2011).
2.6.2 Macam Alat Kontrasepsi
Macam-macam metode kontrasepsi yang ada di dalam program KB di
Indonesia menurut (Handayani, 2010) adalah:
1. Metode Kontrasepsi Sederhana
a. Metode Kontrasepsi Tanpa Alat
1) Metode Amenorhe Laktasi (MAL)
2) Coitus Interuptus
3) Metode Kalender
4) Metode Lendir Serviks
5) Suhu Basal
6) Simptotermal
b. Metode Kontrasepssi Dengan Alat
1) Kondom
2) Diafragma
3) Cup Serviks
4) Spermisida
2. Metode Kontrasepsi Modern
a. Kontrasepsi Per-oral/pil KB
1) Pil Oral Kombinasi
2) Kontrasepsi Pil Progestin (Minipil)
b. Kontrasepsi Injeksi atau Suntikan
Suntik KB ini mencegah lepasnya bsel telur dari indung telur wanita, dan
dapat mengental lender mulut rahim, sehingga spermatozoa tidak dapat masuk
kedalam rahim. 
72

1) Suntikan Kombinasi (1 bulan)


a) Pengertian
Merupakan kontrasepsi suntik yang mengandung hormon
sintetis progesteron dan estrogen.
b) Jenis
(1) 25 mg Depo Medroksi Progesteron Asetat dan 5 mg  Estradio
Sipionat, Diberikan secara IM sebulan sekali (setiap 4 minggu)
(2) 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat,
Diberikan secara IM sebulan sekali (setiap 4 minggu).
c) Cara kerja 
Mencegah implantasi, menekan ovulasi, mengentalkan lendir
serviks, menghambat transportasi gamet oleh tuba/mengganggu
motilitas tuba.
d) Efektivitas 
Suntikan kombinasi memiliki efektivitas 0,1-0,4 kehamilan per
100 perempuan dalam tahun pertama pemakaian
e) Keuntungan 
(1)Kontrasepsi : 
Tidak mengganggu hubungan seksual, tidak memerlukan
pemeriksaan dalam, dapat digunakan sebagai metode jangka
panjang, efek samping sangat kecil, klien tidak perlu menyimpan
obat suntik.
(2)Non Kontraseptif:
Mengurangi jumlah perdarahan, mengurangi nyeri haid,
mencegah anemia, mencegah kanker ovarium dan kanker
endometrium, mengurangi penyakit payudara jinak dan kista
ovarium, mencegah kehamilan ektopik, mencegah penyakit radang
panggul, pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan
usia perimenopause.
f) Kekurangan 
(1) Perubahan pola haid (tidak teratur, perdarahan bercak/spotting,
perdarahan sela sampai 10 hari).
73

(2) Mual, pusing, nyeri payudara (keluhan ini akan hilang setelah
suntikan ke-2 atau ke-3).
(3) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan (klien
harus kembali setiap 4 minggu untuk mendapatkan suntikan).
(4) Efektivitasnya akan berkurang bila digunakan bersamaan
dengan obat-obat epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat
TBC (rifampisin).
(5) Dapat terjadi efek samping seperti serangan jantung, stoke,
bekuan darah pada paru atau otak, dan kemungkinan timbulnya
tumor hati.
(6) Penambahan berat badan.
(7) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah
penghentian pemakaian.
(8) Tidak melindungi diri dari PMS atau HIV/AIDS.
g) Indikasi 
Usia reproduksi, telah memiliki anak/belum, ingin mendapatkan
kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi, menyusui ASI pasca
persalinan > 6 bulan, setelah melahirkan anak dan tidak menyusui,
anemia, nyeri haid hebat, haid teratur, riwayat kehamilan ektopik,
sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

h) Kontraindikasi 
Hamil/diduga hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya, menyusui di bawah 6 minggu pasca persalinan, penyakit
hati akut, perokok dengan usia > 35 tahun, riwayat penyakit jantung,
stroke, atau tekanan darah > 180/110mmHg, riwayat
troboemboli/kencing manis > 20 tahun, kelainan pembuluh darah yang
menyebabkan sakit atau migraine, keganasan payudara.
i) Efek Samping
Amenorhea, perdarahan tidak teratur/spotting, pusing, mual, dan
muntah.
74

2) Suntikan Progestin (3 bulan)


a) Pengertian
Merupakan kontrasepsi dengan jalan penyuntikan sebagai
usaha pencegahan kehamilan berupa hormon progesterone wanita usia
subur. Suntikan progestin seperti depo-provera dan noris-terat
mengandung hormon progestin saja. Suntikan ini baik bagi wanita
yang menyusui dan suntikan diberikan setiap dua bulan atau tiga bulan
sekali.
b) Jenis
(1) Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA), mengandung 150
mg DMPA yang diberikan tiap 3 bulan dengan cara disuntik
Intro Muskuler.
(2) Depo Nonsterat Enontat (Depo Nonsterat) yang mengandung
200mg noratin dion anontat, diberikan setiap 2 bulan dengan
cara disuntik Intra Muskuler.
b) Cara Kerja
Mecegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga
menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lender
rahim tipis dan atrofi, menghambat transportasi gemat oleh tuba.

c) Efektifitas
Efektivitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan /
tahun. Asal penyuntikanya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang
telah ditentukan.
d) Keuntungan
(1) Aman, efek samping kecil, jangka panjang.
(2) Tidak mempengaruhi ASI, cocok untuk ibu menyusui.
(3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
(4) Mengurangi jumlah perdarahan saat haid, nyeri haid.
75

(5) Mencegah anemia, penyakit payudara jinak, kista ovarium,


kehamilan ektopik dan melindungi dari penyakit radang
panggul.
e) Kerugian
(1) Kembalinya kesuburan agak terlambat (4-6 bulan ).
(2) Harus kembali ke tempat pelayanan.
(3) Tidak dapat mencegah IMS, HIV, dan HBV
(4) Efek samping serius dapat timbul seperti serangan jantung,
stroke, tumor hati, bekuan darah pada paru dan otak.
f) Indikasi
Usia reproduksi, nulipara dan telah memiliki anak, menyusui dan
membutuhkan kontrasepsi yang sesuai, setelah melahirkan dan tidak
menyusui, setelah abortus atau keguguran, perokok, tekanan darah <
180/110 mmHg, tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang
mengandung estrogen, sering lupa menggunakan pil kontrasepsi,
anemia defisiensi besi.
g) Kontraindikasi
Hamil atau dicurigai hamil, perdarahan pervaginam yang belum
jelas penyebabnya, tidak dapat menerima adanya gangguan pola haid
terutama amenorrhea, menderita kanker payudara atau riwayat kanker
payudara, diabetes militus disertai komplikasi.

h) Efek Samping
Amenorea (tidak terjadi pendarahan), perdarahan bercak (spoting),
meningkatnya atau menurunya berat badan.
c. Kontrasepsi Implan
1) Pengertian
Implant adalah salah satu jenis kontrasepsi yang berupa susuk yang
terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormone yang dipasang pada
lengan atas (Handayani, 2010).
2) Jenis
76

a) Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan


panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 mm yang di isi dengan 36 mg
Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
b) Implanon. Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-
kira 40 mm dan diameter 2 mm yang di isi dengan 68 mg 3-Keto-
desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
c) Jadena dan Indoplant. Terdiri dari 2 batang yang di isi dengan 75
mg Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
3) Cara Kerja
Lendir serviks menjadi kental, mengganggu proses pembentukan
endometrium sehingga sulit terjadi implantasi, mengurangi transportasi
sperma, menekan ovulasi
4) Efektifitas
Sangat efektif (kegagalan 0,2–1 kehamilan per 100 perempuan).
5) Keuntungan
a) Kontrasepsi:
Daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun),
pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan, tidak
memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh estrogen, tidak
mengganggu kegiatan senggama, tidak mengganggu ASI, klien hanya
perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.

b) Non Kontrasepsi:
Mengurangi nyeri haid, mengurangi jumlah darah haid,
mengurangi/memperbaiki anemia, melindungi terjadinya kanker
emdometrium, melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit
radang panggul.
1) Kerugian
Perubahan pola haid, meningkatnya jumlah darah haid atau tidak
haid, timbul keluhan seperti nyeri kepala, berat badan naik, mual,
pusing, perubahan perasaan, membutuhkan tindakan bedah minor
77

untuk pemasangan dan pencabutan, tidak melindungi terhadap IMS


dan HIV serta HBV, efektifitasnya menurun bila menggunakan obat -
obat TBC).
2) Indikasi
Ingin pakai cara KB yang jangka waktu lama, masih ingin punya
anak lagi tapi jarak antara kelahirannya tidak terlalu dekat, tidak bisa
pakai cara KB lain, menyusui dan membutuhkan kontrasepsi, pasca
persalinan dan tidak menyusui, mendapat persetujuan suami, pernah
melahirkan serta ukuran rahim > 6 cm, dianjurkan sebagai pengganti
pil, usia di atas 35 tahun.
3) Kontraindikasi
Wanita hamil atau disangka hamil, penderita penyakit hati, kanker
payudara, diabetes mellitus, kelainan kardivaskuler dan wanita yang
mempunyai riwayat kehamilan ektopik
4) Efek Samping
Amenorea, perdarahan bercak (spotting) ringan, ekspulsi, infeksi
pada daerah insersi, berat badan naik / turun.
3. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).
a. Pengertian
AKDR (Alat Kontasepsi Dalam Rahim) merupakan alat kontrasepsi yang
dimasukkan ke dalam rahim yang terbuat dari bahan plastik dan tembaga yang
hanya boleh dipasang oleh dokter atau bidan terlatih dan mencegah sperma
pria bertemu dengan sel telur wanita. Pemakaian AKDR dapat sampai 10
tahun (tergantung kepada jenisnya) dan dapat dipakai oleh semua wanita umur
reproduksi.
b. Jenis  
1) AKDR CuT-380A
Kecil,kerangka dari plastic yang fleksibel,berbentuk huruf T
diselebungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).Tersedia di
Indonesia dan terdapat dimana-mana.
2) AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (Schering).
c. Efektifitas
78

Efektifitasnya tinggi, Sangat efektif  0,6–0,8 kehamilan/100 perempuan


dalam 1 tahun pertama ( 1 kegagalan dalam 125–170 kehamilan).
d. Cara Kerja     
Mencegah terjadinya fertilisasi, tembaga pada AKDR menyebabkan reaksi
inflamasi steril, toksik buat sperma sehingga tidak mampu untuk fertilisasi.
e. Keuntungan
Praktis dan ekonomis, efektifitas sangat tinggi, sehingga AKDR dapat
efektif segera setelah pemasangan, kesuburan segera kembali jika dibuka,
tidak harus mengingat seperti kontrasepsi pil, tidak mempengaruhi produksi
ASI, tidak mempengaruhi hubungan seksual, meningkatkan kenyamanan
seksual karena tidak perlu takut hamil, dapat dipasang segera setelah
melahirkan atau sesudah abortus ( apabila tidak terjadi infeksi ), tidak ada
interaksi dengan obat–obat, membantu mencegah kehamilan ektopik.
f. Kerugian
1) Tidak mencegah IMS, HIV / AIDS
2) Penyakit Radang Panggul ( PRP ) terjadi sesudah perempuan dengan
IMS memakai AKDR.
3) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan panggul diperlukan dalam
pemasangan AKDR.
4) Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri dan harus dilakukan oleh
provider terlatih.
5) Kadang-kadang AKDR dapat keluar dari uterus tanpa diketahui. Angka
ekspulsi tinggi pada pemasangan segera atau selama 48 jam pasca
persalinan.
6) Ibu harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk
rnelakukan ini ibu harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian
ibu tidak mau melakukan ini.
g. Indikasi
Usia reproduktif, keadaan nulipara, menginginkan menggunakan
kontrasepsi jangka panjang, menyusui yang menginginkan menggunakan
kontrasepsi, setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya, setelah
79

mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi, resiko rendah dari IMS,
tidak menghendaki metode hormonal.
h. Kontraindikasi
Hamil atau diduga hamil, gangguan perdarahan yang tidak diketahui
(sampai dapat dievaluasi), infeksi alat kelamin, tiga bulan terakhir sedang
mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik
i. Efek samping
Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan), haid menjadi banyak dan lama, adanya perdaraan
berat saat haid sehingga memungkinkan menyebabkan anemia, perdarahan
(spotting) antar menstruasi, saat haid lebih sakit.
4. Metode Kontrasepsi Mantap
a. Tubektomi
b. Vasektomi
2.6.3 Konseling
Konseling KB adalah proses yang berjalandan menyatu dengan semua
aspek pelayanan Keluarga Berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan
dan dibicarakan pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan
(Prawirohardjo, 2011).
Konseling merupakan proses pemberian informasi obyektif dan lengkap,
dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik
bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu
seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan
menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut (Saifudin, 2011).
1. Tujuan konseling KB
a. Menyampaikan informasi dari pilihan pola reproduksi.
b. Memilih metode KB yang diyakini.
c. Menggunakan metode KB yang dipilih secara aman dan efektif.
d. Memulai dan melanjutkan KB.
e. Mempelajari tujuan, ketidak jelasan informasi tentang metode KB yang
tersedia
2. Prinsip Konseling KB
80

Prinsip konseling KB meliputi: percaya diri / confidentiality; Tidak


memaksa / voluntary choice; Informed consent; Hak klien / clien’t rights dan
Kewenangan / empowerment.
3. Keuntungan Konseling KB
a. Klien dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan
kebutuhannya.
b. Puas terhadap pilihannya dan mengurangi keluhan atau penyesalan.
c. Cara dan lama penggunaan yang sesuai serta efektif.
d. Membangun rasa saling percaya.
e. Mengormati hak klien dan petugas.
f. Menambah dukungan terhadap pelayanan KB.
g. Menghilangkan rumor dan konsep yang salah
4. Jenis Konseling
a. Konseling umum
Konseling umum dapat dilakukan oleh petugas lapangan keluarga
berencan atau PLKB. Konseling umum meliputi penjelasan umum dari
berbagai metode kontrasepsi untuk mengenalkan kaitan antara kontrasepsi,
tujuan dan fungsi reproduksi keluarga.
b. Konseling spesifik
Konseling spesifik dapat dilakukan oleh dokter / bidan /
konselor. Konseling spesifik berisi penjelasan spesifik tentang metode yang
diinginkan, alternatif, keuntungan-keterbatasan, akses, dan fasilitas layanan.
c. Konseling pra dan pasca tindakan
Konseling pra dan pasca tindakan dapat dilakukan oleh operator / konselor
/ dokter / bidan. Konseling ini meliputi penjelasan spesifik tentang prosedur
yang akan dilaksanakan (pra, selama dan pasca) serta penjelasan lisan /
instruksi tertulis asuhan mandiri
5. Langkah-Langkah Konseling KB
Menurut (Indrawati 2003), Ada 3 Langkah Pokok Konseling yang harus
dilaksanakan yaitu :
a. Pendahuluan
81

Membina hubungan baik dengan ibu dengan cara: menciptakan kontak,


pengumpulan data klien untuk mencari tahu penyebabnya.
b. Bagian Inti atau Pokok
Mencari jalan keluar dan menentukan jalan keluar yang harus dipilih.
c. Bagian Akhir
Penyimpulan dari seluruh aspek kegiatan dan merupakan tahap penutupan
untuk pertemuan berikutnya.
Menurut Prawirohardjo (2011), dalam memberikan konseling, khususnya
bagi calon KB yang baru, hendaknya dapat diterapkan enam langkah yang sudah
dikenal dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapan SATU TUJU tersebut
tidak perlu dilakukan secara berurutan karena  petugas harus menyesuaikan
diri dengan kebutuhan klien. Kata kunci SATU TUJU adalah sebagai berikut:
a. SA: SApa dan Salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan
perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang
nyaman serta terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk membangun
rasa percaya diri. Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu  serta
jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya.
b. T: Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk
berbicara mengenai pengalaman KB dan KR, tujuan, kepentingan,
harapan, serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya. Tanyakan
kontrasepsi yang diinginkan oleh klien.
c. U: Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan
reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa kontrasepsi.
Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini, serta
jelaskan pula jenis-jenis kontrasepsi lain yang ada. Juga jelaskan 28
alternatif kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh klien. Uraikan juga
mengenai risiko penularan HIV/AIDS dan pilihan metode ganda.
d. TU: BanTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berpikir
mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.
e. J: Jelaskan secara lengkap kepada klien bagaimana menggunakan
kontrasepsi pilihannya. Setelah klien memilih jenis kontrasepsi, apabila
diperlukan perlihatkan alat kontrasepsinya.
82

f. U: Perlunya kunjungan Ulang. Diskusikan dan buat kontrak dengan klien


untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi
apabila dibutuhkan
2.6.4 Pelayanan Kontrasepsi
Pelayanan KB menurut Depkes, RI (2013) dikelola dengan mengikuti
kaidah manajemen program yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pencataatan
dan pelaporan.
1. Perencanaan Pelayanan KB
Langkah pertama perencanaan pelayanan KB adalah menentukan jumlah
sasaran pelayanan KB dan penghitungan kebutuhan alkon. Sasaran pelayanan KB
ditentukan berdasarkan hasil pendataan.
2. Pelaksanaan Pelayanan KB
Pelayanan KB dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Persiapan
Sebelum memberikan pelayanan KB harus lebih dahulu dilakukan
konseling. Konseling dapat dilakukan pada saat calon akseptor
mengunjungi petugas kesehatan untuk mencari informasi tentang KB
dan/atau untuk mendapatkan pelayanan KB.
Titik berat konseling adalah meningkatkan kemampuan calon akseptor
untuk dapat membuat keputusan yang tepat berkaitan dengan perencanaan
kehamilannya, termasuk keputusan untuk menggunakan alkon dan jenis
alkon yang digunakan. Tahap persiapan diakhiri dengan pengisian
informed consent.

b. Pelaksanaan
Fasilitas pelayanan KB adalah salah satu mata rantai fasilitas
pelayanan medis KB yang terpadu yang diselenggarakan oleh tenaga
profesional yaitu dokter spesialis. Fasilitas pelayanan KB diklasifikasikan
menjadi:
1) Fasilitas Pelayanan KB Sederhana
Fasilitas pelayanan KB sederhana adalah fasilitas yang mampu dan
berwenang memberikan pelayanan kontrasepsi metode sederhana, pil
83

KB, suntik KB, AKDR, dan susuk KB, menanggulangi efek samping
dan komplikasi ringan, dan melakukan upaya rujukan.
Fasilitas ini merupakan bagian dari Polindes, Poskesdes, Pustu,
Balai Pengobatan swasta, BKIA swasta, Pos Kesehatan TNI/Polri,
fasilitas KB khusus (pemerintah maupun swasta), serta dokter dan bidan
praktek mandiri.
2) Fasilitas Pelayanan KB Lengkap
Fasilitas Pelayanan KB Lengkap adalah fasilitas yang mampu dan
berwenang memberikan pelayanan kontrasepsi metode sederhana, pil
KB, suntik KB, AKDR, pemasangan dan pencabutan susuk KB dan
MOP bagi yang memennuhi persyaratan.
Fasilitas ini merupakan bagian dari Puskesmas, Balai Pengobatan
swasta, BKIA swasta, Poliklinik TNI/Polri, dan Rumah Bersalin.
3) Fasilitas Pelayanan KB Sempurna
Fasilitas pelayanan KB sempurna adalah fasilitas yang mampu dan
berwenang memberikan pelayanan kontrasepsi metode sederhana, pil
KB, suntik KB, AKDR, pemasangan dan pencabutan susuk KB, MOP
dan MOW bagi yang memenuhi persyaratan.
Fasilitas ini merupakan bagian dari Rumah Sakit Umum Kelas C,
Rumah Sakit Umum swasta setara, Rumah Sakit Umum TNI/Polri yang
memiliki dokter spesialis obstetri dan ginekologi, dokter spesialis
bedah, dan dokter umum yang telah dilatih, dan Rumah Sakit Bersalin.

4) Fasilitas Pelayanan KB Paripurna


Fasilitas pelayanan KB paripurna adalah fasilitas yang mampu dan
berwenang memberikan semua jenis pelayanan kontrasepsi ditambah
dengan pelayanan rekanalisasi dan penanggulangan infertilitas.
Fasilitas ini merupakan bagian dari Rumah Sakit Umum Kelas A,
Rumah Sakit Umum TNI/Polri Kelas I, Rumah Sakit Umum swasta
setara, dan Rumah Sakit Umum Kelas B yang sudah ditetapkan sebagai
tempat rekanalisasi.
84

3. Pencatatan dan Pelaporan


Hasil pelayanan KB adalah hasil kegiatan pelayanan KB yang dilaksanakan
oleh fasilitas pelayanan KB, baik pada fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah
(Pustu, Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah, unit pelayanan kesehatan milik
TNI/Polri), fasilitas pelayanan kesehatan swasta (Bidan Praktek Mandiri (BPM),
Dokter Praktek Mandiri, klinik praktek bersama, Rumah Sakit Swasta, Rumah
Bersalin, Rumah Sakit Bersalin), maupun pada saat pelayanan Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu), Polindes dan Poskesdes.
Semua kegiatan pelayanan KB harus dicatat dengan menggunakan format
pencatatan yang ada (Kohort KB, Kohort Nifas, Kartu Status Peserta KB/K4, dan
F2 KB) dan kemudian dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
SKPD KB setempat.
2.6.5 Penapisan
Upaya untuk melakukan telaah dan kajian tentang kondisi kesehatan
klien dengan kesesuaian penggunaan metode kontrasepsi yang diinginkan
(Saefudin, 2011).
Tujuan utama penapisan klien sebelum pemberian suatu metode
kontrasepsi (misalnya pil, suntikan, atau AKDR) adalah untuk menentukan
apakah ada:
1. Kehamilan
2. Keadaan yang membutuhkan perhatian khusus
3. Masalah yang membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut
Tanyakan kepada klien hal – hal dibawah ini, bila semua jawaban klien
adalah tidak, klien bisa memakai metode kontrasepsi yang diinginkannya.
Tabel 2.3 Daftar Tilik Penapisan Klien. Metode Nonoperatif
Metode Hormonal (Pil Kombinasi, Pil Progestin,
Ya Tidak
Suntikan Dan Susuk)
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu
atau lebih?
Apakah menyusui dan < 6 minggu pascapersalinan?
1,2

Apakah mengalami perdarahan pervaginam bercak


antara haid setelah senggama?
Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata?
85

Apakah pernah nyeri kepala hebat atau gangguan


visual?
Apakah pernah nyeri hebat pada betis, paha atau
dada, atau tungkai bengkak (edema)?
Apakah pernah mengalami tekanan darah > 160
mmhg (sistolik) atau ? 90 mmhg (diastolik)?
Apakah ada masa atau benjolan payudara?
Apakah klien sedang mengkonsumsi obat-obatan anti
kejang (epilepsi)? 3
AKDR (Semua Jenis Pelepas Tembaga dan Ya Tidak
Progestin)
Apakah klien (pasangan) mempunyai pasangan lain?
Apakh pernah mengalami IMS?
Apakah pernah mengalami kehamilan ektopik atau
radang panggul?
Apakah pernah mengalami haid banyak (>1-2 pembalut
setiap 4 jam)?
Apakah pernah mengalami haid lama (>8 hari )?
Apakah pernah mengalami dismenorea berat yang
membutuhkan analgetikadan atau ibtirahat baring?
Apakah pernah mengalami perdarahan/perdarahan
bercak antra haid atau detelah senggama?
Apakah pernah mengalami penyakit jantung vaskular
atau kongital?

4. Apabila klien menyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalinan muda pil
kombinasi adalah metode pilihan akhir.
5. Tidak cocok untuk pil progestin ( minipil ), suntikan ( DMPA atau NET-ET )
atau susuk
6. Tidak cocok untuk suntikan progestin ( DMPA atau NET-ET )
Catatan :
86

Klien tidak selalu memberikan informasi yang benar tentang kondisi diatas.
Namun,petugas kesehatan hams mengetahui bagaimana keadaan klien
sebenarnya.
Tabel 2.4 Daftar Tilik Penapisan Klien. Metode Operasi (Tubektomi)
Keadaan klien Dapat dilakukan pada Dilakukan
fasilitas rawat jalan difasilitas
rujukan
Keadaan umum (anamnesa Keadaan umum baik, tidak Diabetes tidak
dan ada tanda-tanda terkontrol, riwayat

Keadaan klien Dapat dilakukan pada Dilakukan


fasilitas rawat jalan difasilitas
rujukan
pemeriksaan fisik) penyakit jantung, paru atau gangguan
ginjal pembekuan darah,
ada tanda-tanda
penyakit jantung,
paru atau ginjal
Keadaan emosional Tenang Cemas, takut
Tekanan darah < 160/100 mmhg ≥160/100mmhg
Berat badan 35-85 kg >85 kg ; >35 kg
Riwayat operasi abdomen/ Bekas secsio sesarea Operasi abbdomen
panggul ( tanpa perlekatan ) lainnya,
perlekatan atau
terdapat kelainan
pada pemeriksaan
panggul
Riwayat radang panggul, Pemeriksaan dalam normal Pemeriksaan
hamil ektopik, apendisitis dalam ada
kelainan
Anemia Hb ≥ 8 g% Hb < 8 g%
87

Tabel 2.5 Daftar Tilik Penapisan Klien. Metode Operasi (Vasektomi)


Keadaan klien Dapat dilakukan pada Dilakukan di
fasilitas rawat jalan fasilitas rujukan
Keadaan umum Keadaan umum baik , tidak Diabetes tidak
( anamnesis dan ada tanda-tanda terkontrol, riwayat
pemeriksaan fisik ) penyakit jantung, paru atau gangguan
ginjal pembekuan darah,
ada tanda-tand
penyakit jantung,
paru atau ginjal.
Keadaan emosional Tenang Cemas, takut
Tekanan darah < 160/100 mmhg ≥160/100mmhg
Infeksi atau kelainan Normal Tanda-tanda infeksi
skrotum/ inguinal atau ada kelainan
Anemia Hb ≥ 8 g% Hb < 8 g%

Gambar 2.1 Penapisan Untuk Semua Metode


88

2.6.6 Kelaikan Medik


Kelaikan Medik dalam menggunakan Kontrasepsi adalah pemadanan
antara keinginan klien dengan kelaikan medik dalam pemilihan metode
kontrasepsi (JNPK-KR, 2008).
1. Klasifikasi Kelaikan Medik
a. Tidak ada pembatasan untuk menggunakan kontrasepsi.
b. Manfaat kontrasepsi lebih besar dari risiko yang mungkin terjadi.
c. Risiko kontrasepsi lebih besar dari manfaat yang mungkin diperoleh
d. Risiko sudah jelas sementara manfaatnya tidak banyak diketahui
2. Klasifikasi Kelaikan Medik (khusus untuk Kontrasepsi Mantap)
a. Tak ada alasan medik untuk tidak menggunakan Kontap
b. Dapat menggunakan Kontap bila disiapkan secara khusus dan waspada
terhadap berbagai penyulit yang mungkin terjadi
c. Kontap dapat digunakan setelah kondisi medic yang menghalangi dapat
diatasi
d. Kontap hanya dapat dilakukan oleh tenaga ahli, menggunakan teknologi
canggih, dan peralatan penunjang khusus.
2.6.7 Tanda Bahaya Dan Komplikasi
1. Kontrasepsi Pil - Oral
a. Sakit perut yang hebat.
b. Sakit dada yang hebat atau "nafas pendek".
c. Sakit kepala yang hebat.
d. Keluhan mata seperti penglihatan kabur atau tidak dapat meIihat.
e. Sakit tungkai bawah yang hebat ( betis atau paha ).
2. Kontrasepsi Suntikan
a. Pertambahan berat badan yang menyolok.
b. Sakit kepala yang hebat.
c. Perdarahan per - vaginam yang banyak.
d. Depresi.
e. Polyuri.
3. Kontrasepsi implan
89

a. Amenorhea / tidak haid.


b. Perdarahan bercak ringan atau spotting.
c. Ekspulsi ( lepasnya batang implant dari tempat pemasangan ).
d. Infeksi pada daerah pemasangan.
e. Perubahan berat badan.
4. Kontrasepsi IUD/AKDR
a. Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
b. Terlambat haid / amenore.
c. Sakit perut.
d. Keputihan yang sangat banyak / sangat berbau.
e. Spotting, perdarahan per - vaginam, haid yang banyak, bekuan - bekuan
darah.
f. Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)
5. Kontrasepsi Mantap
a. Tubektomi: Infeksi atau abses pada luka, perlukaan kandung kencing,
perlukaan usus.
b. Vasektomi: Timbul rasa nyeri, Abses pada bekas luka, hematoma atau
membengkaknya kantung biji zakar karena pendarahan (Handayani,
2010).

2.6.8 Standar Pelayanan Minimal


Dalam Standar pelayanan minimal bidang keluaga berencana dan keluarga
sejahtera menurut BKKBN (2010), dijelaskan bahwa:
1. Pasal 2
(1) Kabupaten/Kota menyelenggarakan pelayanan Keluarga Berencana dan
Keluarga Sejahtera berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Bidang
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera.
(2) SPM Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) meliputi jenis pelayanan dasar beserta indikator
kinerja dan target tahun 2010 – 2014 yang terdiri dari:
90

a. Pelayanan Komunikasi Informasi dan Edukasi Keluarga Berencana


dan Keluarga Sejahtera (KIE KB dan KS):
1) Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) yang istrinya dibawah usia
20 tahun sebesar 3,5% pada tahun 2014;
2) Cakupan sasaran Pasangan Usia Subur menjadi Peserta KB aktif
sebesar 65% pada tahun 2014;
3) Cakupan PUS yang ingin ber-KB tidak terpenuhi (unmet need)
sebesar 5,0% pada tahun 2014;
4) Cakupan anggota Bina Keluarga Balita (BKB) ber-KB sebesar
70% pada tahun 2014;
5) Cakupan PUS peserta KB anggota Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang ber-KB sebesar
87% pada tahun 2014;
6) Ratio Penyuluh KB/Petugas Lapangan KB 1 PKB/PLKB untuk
setiap 2 desa/kelurahan pada tahun 2014;
7) Ratio petugas Pembantu Pembina KB Desa (PPKBD) setiap
desa/kelurahan 1 PPKBD pada tahun 2014.
b. Penyediaan alat dan obat kontrasepsi: Cakupan penyediaan alat dan
obat kontrasepsi untuk memenuhi permintaan masyarakat sebesar
30% per tahun.
c. Penyediaan Informasi Data Mikro. Cakupan penyediaan Informasi
Data Mikro Keluarga di setiap desa sebesar 100% pada tahun 2014.
(3) Indikator kinerja dan target sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
ditetapkan nilai 100 sebagaimana tercantum dalam lampiran I dan tidak
terpisahkan dari lampiran ini.
(4) Untuk melaksanakan dan mencapai target SPM sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dan (3) dalam pelaksanaannya dilengkapi dan ditetapkan
Petunjuk Teknis SPM Bidang KB dan KS di Kabupaten/Kota
sebagaimana tercantum dalam lampiran II merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan Peraturan ini.
2.6.9 Kebijakan Pelayanan
1. Penguatan Pencapaian Target Pelayanan KB:
91

a. Penguatan demand side dan supply side secara seimbang antara lain
mewajibkan setiap tenaga kesehatan melayani KB, menjamin ketersediaan
alokon di setiap fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes/
puskesmas/klinik kb), penggerakan lini lapangan dan pemberdayaan
institusi masyarakat perdesaan/ perkotaan
b. Pembinaan dan peningkatan kesertaan ber-KB melalui intensifikasi
penggarapan pembangunan KB di 16 provinsi, yang terdiri dari 10
provinsi penyangga utama (Sumut, Sumsel, Lampung, Jabar, Banten, DKI
Jakarta, Jateng, Jatim, Sulsel dan NTT) dan perhatian terhadap 6 provinsi,
yaitu 2 provinsi (Papua dan Papua Barat) dan 4 provinsi (Aceh, NTB,
Maluku, Maluku Utara)
c. Harmonisasi Program dan Anggaran dalam bidang KB dan Kesehatan
antara lain penegasan pelayanan KB dalam SJSN (JKN), pembiayaan
antara APBN dan APBD (termasuk peningkatan Dana Alokasi
Khusus/DAK Bidang KB)
2. Pelayanan KB Yang Berkualitas dan Merata:
a. Peningkatan Advokasi dan KIE difokuskan pada sasaran kelompok khusus
(pasangan usia muda dan memiliki dua anak); PUS dari keluarga miskin,
serta pelayanan KB di wilayah sulit dan kumuh melalui kampanye “2
ANAK CUKUP” dan “4 TERLALU” (terlalu muda, terlalu tua, terlalu
sering, dan terlalu dekat dalam melahirkan)
b. Pembinaan/pelestarian akseptor KB untuk meningkatkan jumlah akseptor,
dan menurunkan angka DO, serta meningkatkan penggunaan alat dan obat
kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
c. Peningkatan distribusi alokon ke Klinik KB/Puskesmas secara optimal
agar kebutuhan ber-KB terpenuhi secara baik
d. Pembinaan remaja melalui Generasi Berencana (genre)
e. Penguatan kapasitas kelembagaan Kependudukan dan KB di Kab/Kota.
3. Penyerasian kebijakan kependudukan dan KB, yang ditekankan pada
inventarisasi dan identifikasi peraturan perundangan dan kebijakan sektor
yang terkait dengan program kependudukan dan KB; perumusan kebijakan
kependudukan yang sinergis dan harmonis antara aspek kuantitas, kualitas,
92

dan mobilitas; penyediaan sasaran parameter kependudukan yang disepakati


semua sektor terkait; analisis dampak kependudukan; serta peningkatan
kerjasama kependudukan dalam pendidikan.
4. Peningkatan ketersediaan dan kualitas data-informasi kependudukan yang
memadai, akurat, dan tepat waktu, terutama pada penyediaan data
kependudukan yang bersumber dari sensus penduduk, survei kependudukan,
dan data sektoral bidang KKB (BKKBN, 2014).
2.7 Kerangka Konseptual
93

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Asuhan Kebidanan Continuity Of Care.

Anda mungkin juga menyukai