Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan merupakan pelayanan kesehatan pada ibu yang melahirkan dengan bantuan
tenaga kesehatan. Target tahun 2019 pertolongan persalinan dilakukan oleh tenaga
kesehatan secara penuh. Dari 96,1 % di tahun 2018 menjadi 99,1% pada tahun 2019.
Pada kenyataan di lapangan, masih terdapat 0,9% penolong persalinan yang bukan tenaga
kesehatan dan dilakukan di luar fasilitas pelayanan kesehatan. Pada prinsipnya, penolong
persalinan harus memperlihatkan hal-hal sebagai berikut: pencegahan infeksi, metode
pertolongan persalinan yang sesuai standar, merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke
tingkat pelayanan yang lebih tinggi, melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD),
memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.
Persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (linakes) yang kompeten dapat
mengurangi risiko seperti kematian, naik kematian ibu maupun bayi baru lair. Untuk
menjaring ibu hamil dalam melakukan persalinan di tenaga kesehatan, dilakukan upaya-
upaya di Puskesmas, diantaranya dengan ditempatkannya bidan-bidan coordinator di
setiap kelurahan, program EMAS (Expanding Maternal-Neonatal and Survival) di semua
Puskesmas di Kabupaten Kerinci secara bertahap. Persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan pada tahun 2019 mengalami peningkatan dan telah mencapai target yang telah
ditetapkan pada tahun 2019 mengalami peningkatan dan telah mencapai target yang telah
ditetapkan yaitu 99,1%.
Meskipun sudah mencapai target, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan tetap
harus ditingkatkan karena masih adanya persalinan oleh dukun atau paraji yang
merupakan tantangan tersendiri bagi tenaga kesehatan khususnya bidan untuk tetap
meningkatkan kondisi dengan pelayanan kesehatan swasta (Bidan Praktik Swasta, Rumah
Bersalin, Rumah Sakit Bersalin dan Rumah Sakit) serta penguatan Pemantauan Wilayah
Setepmat (PWS) Oleh puskesmas.
Penyebab perdarahan pada persalinan ibu adalah tingkat pendidikan ibu, kesehatan
lingkungan fisik maupun budaya, keadaan ekonomi keluarga dan pola kerja rumah
tangga. Pada tahun 2015 kasus kematian ibu sebanyak 21 kasus, dan meningkat pada
tahun 2016 menjadi 22 kasus kemudian mengalami penurunan pada tahun 2017 menjadi
6 kasus, mengalami kenaikan yang signifikan pada tahun 2018 menjadi 12 kasus dan
mengalami kenaikan kembali sebanyak 14 kasus kematian ibu atau 69 per 100.000
kelahran hidup. Kematian ibu pada tahun 2019 penyebabnya antara lain perdarahan 3
kasus (21,4%), hipertensi dalam kehamilan/eklmpsia 1 kasus (7,1%), gangguan sistem
peredarah darah 2 kasus (14,3%), gangguan metabolic 2 kasus (14,3%) dan penyebab lain
6 kasus (42.9%). Penyebab lain ini terdisi dari tumor 1 kasus, meningitis TB 1 kasus,
tuberculosis paru 1 kasus, demam berdarah dengan 2 kasus, dan hepatitis 1 kasus.
Faktor risiko dari perdarahan postpartum antara lain: kala tiga yang memanjang,
persalinan yang ketiga atau lebih, episiotomi, janin besar, dan riwayat terjadinya
perdarahan pascapersalinan pada kehamilan sebelumnya. Faktor resiko kala tiga
memanjang salah satunya adalah Retensio plasenta. Dibandingkan dengan risiko-risiko
lain dari ibu bersalin, perdarahan postpartum akibat retensio plasenta merupakan salah
satu penyebab yang dapat mengancam jiwa dimana ibu dengan perdarahan yang hebat
akan cepat meninggal jika tidak mendapat perawatan medis yang tepat.
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Retensio Plasenta dapat terjadi karena usia
kehamilan yang kurang bulan, kontraksi rahim yang lemah, dan tindakan manajemen
aktif kala III yang tidak benar, manajemen aktif kala III yang tidak benar yaotu tidak
memberikan obat uterotonika, tidak melakukan penegangan tali pusat terkendali, dan
tidak melakukan massage fundus uteri.
Adapun faktor lain terjadinya retensio plasenta yaitu usia ibu 35 tahun, ibu dengan
multiparitas, overdistensi rahim, seperti kehamilan kembar, hidramnion, atau bayi besar,
partus presipitatus, dan lebih dari 18 jam pada multi, kotiledon tertinggal, riwayat atonia
uteri, plasenta akreta, inkreta dan perkreta.
Praktik Mandiri Bidan (PMB) Bidan E merupakan salah satu PMB yang terdapat di
wilayahKerja PWS Puskesmas Siulak. Bidan E memiliki PMB yang menerima pelayanan
kehamilan, persalinan, nifas, Bayi Baru Lahir (BBL), Keluarga Berencana (KB), serta
Kesehatan Reproduksi (Kespro), Menurut data yang diperoleh dari Praktik Mandiri Bidan
(PMB) Bidan E pada bulan 1 januari 2021- 30 November 2022 angka kejadian Retensio
Plasenta yaitu sebanyak 7 orang dari 85 kelahiran hidup atau sebesar 8,2%. Dari 7 kasus
yang terjadi diantaranya 5 kasus yang ditangani oleh bidan di PMB, dan 2 dilakukan
rujukan dengan kasus retensio plasenta, semua kasus dapat ditangani oleh bidan, baik
yang dilakukan dengan manual plasenta maupun yang dirujuk.
Ny. L adalah salah satu klien di Bidan E yang telah melakukan persalinan dengan
kasus Retensio Plasenta , Ny. L mengatakan tidak ada mulas setelah bayi lahir dan sudah
diberikan suntik oksitosin kedua belum juga ada mulas, kontraksi lemah, uterus lembek
Melihat adanya kasus Retensio plasenta yang merupakan salah satu penyebab resiko
perdarahan yang terjadi segera setelah terjadinya persalinan.
Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui dan
membahas secara spesifik mengenai persalinan dengan Retensio Plasenta dengan judul “
Asuhan Kebidanan Intranatal Pada Ny. L Usia 34 tahun Dengan Retensio Plasenta Di
PMB Bidan E Siulak ”

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Masalah

1. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah


“Bagaimanakah asuhan kebidanan intranatal pada Ny. L usia 34 tahun dengan retensio
plasenta di PMB Bidan E Siulak?

2. Lingkup Masalah Ruang lingkup dalam penulisan laporan tugas akhir ini ditujukan
pada Ny. L usia 34 tahun dengan retensio plasenta di ruang bersalin PMB Bidan E pada
tanggal 13 Oktober 2022 .

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum Melaksanakan manajemen asuhan kebidanan secara komprehensif dan


tepat baik pada masa intranatal pada kasus Retensio Plasenta.

2. Tujuan Khusus

a. Diperoleh data subjektif pada Ny. L usia 34 tahun dengan retensio plasenta di PMB
Bidan E
b. Diperoleh data objektif melalui pemeriksaan fisik pada Ny. L usia 34 tahun dengan
retensio plasenta di PMB Bidan E
c. Ditegakkan analisa pada Ny. L usia 34 tahun dengan retensio plasenta di PMB Bidan E
d. Dilakukannya penatalaksanaan pada Ny. L usia 34 tahun dengan retensio plasenta di
PMB Bidan E
e. Diketahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pemberian asuhan pada Ny. L
usia 34 tahun dengan retensio plasenta di PMB Bidan E

D. Manfaat Kegiatan Asuhan Kebidanan

1. Bagi Praktik Mandiri Bidan (PMB) Meningkatkan pelayanan dan asuhan pada kasus
retensio plasenta dengan tepat sesuai Standar Operasinal Prosedur (SOP).

2. Bagi Klien dan Keluarga Klien dan keluarga mendapatkan asuhan pada persalinan
dengan retensio plasenta, mendapatkan pengetahuan mengenai risiko yang mungkin
terjadi pada retensio plasenta

3. Bagi Profesi Bidan Dapat memberikan masukan informasi mengenai pelaksanaan


asuhan intranatal pada klien dengan retensio plasenta dengan cepat dan tepat
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Persalinan

Pengertian Persalinan menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara


spontan, berisiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses
persalinan, bayi lahir secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia
kehamilan 37-42 minggu lengkap dan setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam
kondisi sehat.

Persalinan adalah bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala atau
ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat bantu serta tidak melukai ibu ( kecuali episiotomi ).
Persalinan yaitu kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan,
disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Anggraeni, 2012)
Persalinan adalah serangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi
oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati yang ditandai dengan
perubahan progresif pada servik dan diakhiri dengan pelahiran plasenta. ( Varney, 2008 )

B. Sebab-sebab persalinan

Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori


menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh
tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011)

1.Teori penurunan hormone


1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan
estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun.

2.Teori placenta menjadi tua


Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan
pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.

3.Teori distensi rahim


Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim
sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.

4.Teori iritasi mekanik


Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini
digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.

5.Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam kanalis
servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi pemecahan
ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.
C. Tanda-tanda mulainya persalinan

Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau dropping


yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida.
Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan sering-sering atau susah
buang air kecil karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. Perasaan
sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah diuterus (fase labor
pains). Servik menjadi
lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show)
(Haffieva, 2011).
Tanda-Tanda In Partu :

1. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.
2. Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak, robekan kecil pada bagian
servik.
3. Kadang-kadang ketuban pecah.
4. Pada pemeriksaan daam, servik mendatar.

Penyulit kala III persalinan


a) Atonia uteri Adalah uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan
pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (Ai Yeyeh Rukiah dan Lia Yulianti, 2010)
b) Retensio plasenta Adalah plasenta tetap tertinggal dalam uterus setengah jam setelah
anak lahir. (Sarwono, 2013)
c) Emboli air ketuban Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah
sejumlah cairan ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan
pernafasan yang akut dan shock.
d) Robekan jalan lahir Robekan jalan lahir bersumber dari berbagai organ diantaranya
vagina, perineum, porsio, serviks dan uterus. Ciri yang khas dari robekan jalan lahir yaitu
kontraksi kuat, keras dan mengecil, perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir.

B. Konsep Dasar Retensio Plasenta

1. Pengertian Retensio Plasenta

Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Istilah retensio plasenta dipergunakan kalau
plasenta belum lahir.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Retensio plasenta adalah


bila plasenta tidak lepas atau belum lahir lebih dari 30 menit setelah bayi lahir.

2. Jenis Retensio Plasenta

1) Plasenta adhesive Implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan
kegagalan mekanisme separasi fisiologis.

2) Plasenta akreta Implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan
miometrium.

3) Plasenta inkreta Implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/ memasuki


miometrium
4) Plasenta perkreta Implantasi jonjot korion plasenta menembus lapisan otot hingga
mencapai lapisan serosa dinding uterus.

5) Plasenta inkarserata Tertahanya plasenta di dalam kavum uteri disebabkan oleh kontriksi
ostium uteri.

3. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala dari retensio plasenta yaitu:

a. Terjadinya perdarahan segera

b. Uterus tidak berkontraksi

c. Tinggi Fundus Uteri tetap atau tidak berkurang

d. Plasenta belum lahir selama 30 menit setelah bayi lahir.

Adapun tanda dan gejala berdasarkan jenis retensio plasenta yaitu

1) Plasenta Akreta Parsial/Separasi Gejalanya:

a) Konsistensi uterus kenyal

b) TFU setinggi pusat atau diatas pusat

c) bentuk uterus discoid

d) perdarahan sedang-banyak

e) tali pusat terjulur sebagian

f) ostium uteri terbuka

g) separasi plasenta lepas sebagian

h) dan syok sering terjadi.

2) Plasenta Inkaserata

a) Konsistensi uterus keras

b) TFU 2 jari bawah pusat

c) Bentuk uterus globular

d) Perdarahan sedang
e) Tali pusat terjulur

f) Ostium uteri terbuka

g) Separasi plasenta sudah lepas

h) Syok jarang.

3) Plasenta Akreta Konsistensi uterus cukup

a) TFU setinggi pusat atau diatas pusat

b) Bentuk uterus discoid

c) Pedarahan sedikit / tidak ada

d) Tali pusat menjulur tidak memanjang

e) Ostium uteri terbuka

f) Separasi plasenta melekat seluruhnya

g) Syok jarang sekali, kecuali akibat inversion oleh tarikan kuat pada tali pusat.

4. Komplikasi yang mungkin terjadi :

a. Atonia Uteri Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi
plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.

b. Ruptur Uteri Ruptur uteri adalah robekan dinding rahim akibat dilampauinya daya regang
myometrium

c. Inversio Uteri Inversio uteri adalah keadaan dimana lapisan uterus (endometrium) turun
dan keluar lewat ostium uteri eksternum, yang dapat bersifat inkomplit sampai komplit.

5. Faktor Predisposisi Retensio Plasenta

a. Faktor predisposisi Retensio Plasenta yaitu:

1) Kelahiran prematur

2) Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37 minggu atau bayi dengan berat
badan antara 1000 gram dan 2499 gram.

3) Kontraksi uterus yang lemah

4) Tindakan manajemen aktif Kala III yang tidak benar.


b. Adapun faktor predisposisi lainnya yaitu:

1) Grandemultipara

2) Persalinan lebih dari 4 kali.

3) Multiparitas

4) Usia Usia ibu < 20 tahun dan > 35 tahun

5) Overdistensi rahim, seperti kehamilan kembar, hidramnion, atau bayi besar.

6) Partus lama Persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan lebih dari 18
jam pada multi.

7) Partus presipitatus

8) Kotiledon tertinggal

9) Riwayat atonia uteri

10) Plasenta akreta, inkreta dan perkreta

11) Gangguan koagulopati seperti anemia dan hipofibrinogenemi.

12) Pembedahan uterus sebelumnya

13) Plasenta previa

14) Kebiasaan merokok.

6. Bentuk Pelepasan Plasenta Terdapat 2 bentuk pelepasan plasenta, yaitu:

a. Schulze Pelepasan dimulai pada bagian tengah dari plasenta dan disini terjadi hematoma
retro plasentair yang selanjutnya mengangkat plasenta dari dasarnya. Plasenta dengan
hematom di atasnya sekarang jatuh ke bawah dan menarik lepas selaput janin. Bagian
plasenta yang nampak pada vulva ialah permukaan foetal, sedangkan hematoma sekarang
terdapat dalam kantong yang terputar balik. Maka pada pelepasan plasenta secara Schultze
tidak ada perdarahan sebelu plasenta lahir dan sekurang-kurangnya terlepas seluruhnya. Baru
setelah terlepas seluruhnya atau lahir, darah sekonyong-konyong mengalir. Pelepasan secara
Schulze adalah cara yang paling sering kita jumpai.

b. Duncan Pada pelepasan secara Duncan pelepasan plasenta mulai pada pinggir plasenta.
Darah mengalir keluar antara selaput janin dan dinding rahim, jadi perdarahan sudah ada
sejak sebagian dari plasenta terlepas dan terus berlangsung sampai seluruh plasenta lepas.
Plasenta lahir dengan pinggirnya terlebih dahulu. Pelepasan secara Duncan terutama terjadi
pada plasenta letak rendah
7. Beberapa Prasat untuk mengetahui apakah plasenta lepas dari tempat implantasinya

a. Prasat Kustner

1) Tali pusat ditegangkan

2) Tangan ditekankan di atas simfisis, bila tali pusat masuk kembali, berarti plasenta belum
lepas.

b. Prasat Strassman Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri
mengetokngetok fundus uteri. Bila terasa getaran pada tali pusat yang diregangkan ini berarti
plasenta belum lepas dari dinding uterus.

c. Prasat Klein Parturien (pasien yang melahirkan) tersebut disuruh mengejan sehingga tali
pusat tampak turun kebawah. Bila mengejan dihentikan dapat terjadi:

1) Tali pusat tertarik kembali, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus.

2) Tali pusat tetap di tempat, berarti plasenta sudah lepas.

d. Prasat Maryunani Tangan kiri memegang uterus pada segmen bawah rahim, sedangkan
tangan kanan memegang dan mengencangkan tali pusat. Kedua tangan ditarik berlawanan,
dapat terjadi:

1) Tarikan terasa berat dan tali pusat tidak memanjang, berarti plasenta belum lepas.

2) Tarikan terasa ringan dan tali pusat memanjang berarti plasenta telah lepas.

e. Prasat Crede

1) Empat jari-jari pada dinding rahim belakang, pasien jari di fundus depan tengah

2) Lalu pijat rahim dan sedikit dorong ke bawah, tapi jangan terlalu kuat, seperti memeras
jeruk

3) Lakukan sewaktu ada his

4) Jangan tarik tali pusat, karena bisa terjadi inversion uteri

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaanya yaitu : plasenta yang belum lahir dalam 30 menit harus segera
dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan dan dapat menyebabkan infeksi
karena dianggap benda asing. Dalam prakteknya bidan mempunyai kewenangan-kewenangan
dan kompetensi untuk melakukan prosedur plasenta. Bidan berwenang melakukan tindakn
plasenta manual bila terdapat tanda-tanda adanya perdarahan.

a. Manual plasenta
1) Pengertian Manual plasenta adalah tindakan untuk melepas plasenta secara manual
( menggunakan tangan ) dari tempat implantasi dan kemudian melahirkannya keluar dari
kavum uteri. Plasenta manual adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya
pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual.

Arti dari manual disini adalah dengan menggunakan tangan, dimana tangan dari
penolong persalinan akan dimasukkan langsung ke dalam kavum uter. Dalam melakukan
prosedur plasenta manual harus diperhatikan tekniknya sehingga tidak menimbulkan
komplikasi seperti perforasi dinding uterus, infeksi dan inversio uteri.

2) Prosedul Manual Plasenta Pada kondisi Retensio Plasenta dengan perdarahan


>500cc, maka perlu langsung melakukan plasenta manual.

a) persiapan

(1) memasang infusan

(2)Berikan 20-40 IU oksitosin dalam 1000ml larutan NaCl 0.9% atau ringer laktat
dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 IU IM.

(3)Menjelskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan

(4)Melakukan anastesi verbal/analgesic per rektal

(5)Menyiapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi

b) Teknik plasenta manual :

1) Alat kemaluan bagian luar pasien didisinfeksi begitu pula tangan dan lengan bawah si
penolong.

2) Pakai sarung tangan.

3) Lakukan kateterisasi kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih.

4) Menjepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan dengan satu
tangan sejajar lantai.

5) Secara obstetrik masukkan satu tangan (punggung tangan ke bawah) ke dalam vagina
dengan menelusuri tali pusat bagian bawah.

6) Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk memegang kocher,
kemudian tangan lain penolong menahan fundus uteri.

7) Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam ke kavum uteri sehingga mencapai
tempat implantasi plasenta.
8) Buka tangan obstetrik menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat ke pangkal jari
telunjuk

c) Melepas plasenta dari dinding uterus

1) Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah.

(a) Bila plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetap di sebelah atas dan
sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan
menghadap ke bawah (posterior ibu)

(b) Bila di korpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat dan
sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan
menghadap ke atas (anterior ibu)

2) Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus, maka perluas
pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri sambil digeserkan ke
atas (kranial) hingga perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus.

d) Mengeluarkan plasenta.

(1) Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk
menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal

(2) Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simpisis (tahan segmen bawah uterus)
kemudian instruksikan asisten/penolong untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam
membawa plasenta keluar (hindari terjadinya percikan darah)

(3) Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan supra simpisis) uterus ke arah
dorso kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di dalam wadah yang telah
disediakan

e). Pencegahan infeksi pasca tindakan

(1) Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain yang
digunakan

(2) Lepaskan dan rendam sarung tangan serta peralatan lainnya di dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit

(3) Cuci tangan.


A. Aplikasi Manajemen Kebidanan pada Kasus Retensio Plasenta

1. Data Subjektif

a. Umur Beresiko terutama pada ibu dengan umur lebih dari 30 tahun.

b. Keluhan utama Adanya keluhan mengenai plasenta belum lahir setelah 30 menit bayi lahir.

c. Riwayat kehamilan dan persalinan sekarang Untuk menentukan kehamilan yang ke berapa
terutama ibu sudah hamil 4 kali (multipara), untuk menentukan umur kehamilan, dan untuk
mendeteksi komplikasi yang mungkin akan terjadi. Apakah mempunyai riwayat gemelli,
atonia uteri, plasenta adhesiva, akreta, perkreta.

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan Fisik Pada daerah perut didapatkan uterus tidak teraba bulat dan keras,
kontraksi kurang baik, TFU 1 jari di atas pusat dan vesika urinaria teraba agak menonjol serta
terjadi perdarahan segera setelah anak lahir (postpartum primer).

3. Analisa Ny … P...A...usia..tahun dengan retensio plasenta.

4. Penatalaksanaa Penatalaksanaan pada kasus retensio plasenta disesuaikan dengan


kebutuhan klien tindakan segera dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain yang kemudian
direncanakan dan dievaluasi. Penanganan retensio plasenta:

a. Memperhatikan keadaan pasien

b. Mengetahui keadaan plasenta

c. Memasangkan infus untuk mengganti cairan yang hilang

d. Berikan 20-40 IU oksitosin dalam 1000ml larutan NaCl 0.9% atau ringer laktat dengan
kecepatan 60 tetes/menit dan 10 IU IM.

e. lakukan plasenta manual secara obstetri hati-hati.

f. Berikan antibiotik profilaksis dosis tunggal (ampisilin 2 g IV dan metronidazol 500 mg


IV).

g. Segera atasi atau rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terjadi komplikasi perdarahan
hebat atau infeksi.

B. Kewenangan Bidan Pada Retensio Plasenta

1. Menurut Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


HK.01.07/MENKES/320/2020 BAB III Tentang Standar Profesi Bidan
a. Pada point B kompetensi 5, yang berbunyi kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan
komprehensif dan berkualitas pada ibu bersalin, kondisi gawat darurat dan rujukan.

b. Pada point B kompetensi 4, yang berbunyi Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan
untuk memberikan penanganan situasi kegawatdaruratan dan sistem rujukan. Bidan memiliki
pengetahuan dan mampu melakukan asuhan kebidanan yang tepat ketika terjadi
kegawatdaruratan, salah satunya yaitu retensio plasenta.

c. Standar Pelayanan Kebidanan Menurut IBI uang lingkup standar kebidanan meliputi 24
standar yang meliputi standar pelayanan umum, standar pelayanan antenatal, standar
pertolongan persalinan, standar pelayanan nifas dan standar penanganan kegawatdaruratan.

Standar pelayanan kebidanan tersebut yang berhubungan dengan retensio plasenta antara
lain:

1). Standar 11: penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga Membantu secara aktif
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap untuk mengurangi kejadian pasca
persalinan, memperpendek kala III, mencegah atonia uteri dan retensio plasenta. 2). Standar
20: penanganan kegawat daruratan Retensio Plasenta Standar 20 tentang penanganan retensio
plasenta yang berbunyi, “Bidan mampu mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika
terjadi retensio plasenta total/parsial”. (Wewenang bidan dalam menangani kegawatdaruratan
khususnya pada kasus retensio plasenta adalah bidan harus mampu mengenali retensio
plasenta dan memberikan pertolongan pertama termasuk manual plasenta dan penanganan
perdarahan sesuai dengan kebutuhan). Tujuannya adalah mengenali dan melakukan tindakan
yang tepat ketika terjadi retensio plasenta. Hasil yang diharapkan ialah penurunan kejadian
retensio plasenta. Ibu dengan retensio plasenta mendapatkan penanganan yan cepat dan tepat.
Penyelamatan ibu dengan retensio plasenta meningkat.
BAB III

TINJAUAN KASUS

Hari/Tanggal Pengkajian : Kamis, 13 Oktober 2022

Waktu Pengkajian : 19.21 WIB

Tempat Pengkajian : Ruang Bersalin BPM Bidan E

Nama Pengkaji : Pitriani

A. Data Subjektif

1. Keluhan Utama ibu mengatakan khawatir ari-arinya belum juga lahir dan ibu mengatakan
tidak mulas

2. Riwayat Persalinan

Riwayat Persalinan Kala I Ibu hamil anak ketiga, HPHT : 1 Januari 2021. HPL: 8 Oktober
2022, umur kehamilan 40 miggu

3. Keluhan

Pada pukul 15.50 Ibu mengeluh lemes dan mulas

pukul 00.00 WIB Mulasnya semakin kuat dan teratur, sudah ada pengeluaran lendir darah

pukul 05.00 WIB keluar air-air dari vagina

C. Data objektif:
TFU Mc. Donald 30cm, TBJ 2790 gram, teraba bokong difundus, punggung kanan,
presentasi kepala, divergen 2/5 . DJJ 148 x/menit, HID: 3x/10’/40”, kandung kemih kosong,
pemeriksaan dalam portio teraba tipis lunak, pembukaan 6 cm, selaput ketuban utuh, UUK
kanan depan, penurunan kepala di Hodge III. Terpasang infus RL kosong 500ml 20tetes per
menit disebelah tangan kiri pada pukul 12.00 WIB.

C. Riwayat Persalinan Kala II

Catatan perkembangan pukul 18.20 WIB Data Subjektif: ibu mengeluh mulasnya semakin
sering dan teratur, sudah ingin meneran, terdapat bloodshow dan cairan bening seperti air
ketuban. Data objektif: perineum menonjol, vulva membuka, blodshow+, tekanan pada anus,
anus membuka. Pada pemeriksaan dalam ibu sudah pembukaan lengkap, ketuban (-),
presentasi kepala.Terpasang Infus RL 500 ml 20 tetes permenit pada tangan sebelah kiri.
Bayi lahir spontan pada pukul 18.50 WIB jenis kelamin laki-laki, menangis kuat, tonus otot
aktif, kulit kemerahan, tidak ada janin kedua. Melakukan jepit potong tali pusat dan
menempatkan bayi di dada ibu untuk Inisiasi Menyusu Dini(IMD) . Memberitahu ibu bahwa
akan disuntikan oksitosin untuk membantu pengeluaran plasenta. Menyuntikan oksitosin 10
IU secara IM pada 1/3 paha bagian luar Pada pukul 18.51 WIB.

D. Riwayat persalinan Kala III


Catatan perkembangan 18.51 WIB, Ibu merasa senang dengan kelahirannya, ibu mengatakan
tidak mengalami mulas dan sedikit lemas.
1) Data subjektif: Pada pemeriksaan fisik terdapat TFU sepusat uterus lembek, kandung kemih
kosong, kontraksi lemah, pada pemeriksaan genetalia tali pusat menjulur sebagian didepan
vulva tetapi tidak memanjang, perdarahan rembes. pada catatan perkembangan 19.06 WIB
Ibu mengatakan tidak mengalami mulas. Ibu khawatir karena ari-arinya belum lahir 15 menit
setelah disuntikkan oxitosin, data objektif: pada pemeriksaan fisik ditemukan TFU sepusat ,
uterus teraba lembek, kandung kemih kosong, pemeriksaan genetalia terdapat pengeluaran
darah rembes, tali pusat didepan vulva tidak memanjang. Lalu Memberitahukan hasil
pemeriksaan kepada ibu bahwa ari-arinya belum lahir. Ibu memasuki kala III 15 menit.
2) Data Objektif
1. Kesadaran : Composmentis
2. Keadaan umum : ibu tampak cemas
3. Pemeriksaan Fisik
Abdomen : TFU sepusat, uterus teraba lembek, kandung kemih kosong, kontraksi keras
Genetalian : Terdapat pengeluaran darah rembes ±100 cc, tali pusat di depan vulva tetapi
tidak memenjang
Ekstremitas : Terpasang infus RL 500 ml 20 tetes per menit Disebelah tangan kiri Pada pukul
12.00 wib
3) Analisa Ny. L usia 34 tahun Inpartu kala III dengan retensio plasenta

4) Penatalaksanaan

1. Memberitahukan kepada ibu bahwa sudah 30 menit ari-arinya belum juga lahir.

2. Melakukan informed consent untuk pemasangan infus kedua dan untuk dilakukan
tindakan. Ibu dan keluarga setuju.

3. Memindahkan bayi ke baby warmer dan menjaga kehangatan bayi.

4. Memasangkan infus 500 ml Ringer Laktat dan menyuntikan Oksi 10 IU ke RL, disebelah
tangan kanan pada pukul 19.16 wib. Untuk merangsang kontraksi

5. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan panjang sampai siku. Sarung tangan
sudah dipakai.

6. Melakukan manual plasenta pukul 19.26 WIB. Plasenta lahir pukul 19.31 WIB secara
manual
7. Melakukan masase uterus selama 15 detik. Kontraksi uterus baik.

8. Mengecek kelengkapan plasenta. Plasenta lahir lengkap, kotiledon lengkap, selaput


plasenta utuh.

9. Menilai jumlah perdarahan ±100 cc 10. Memeriksa robekan jalan lahir. Tidak terdapat
robekan pada jalan lahir.

Catatan Perkembangan

Tanggal : Kamis, 13 Oktober 2022

Tempat : PMB Bidan E

Waktu pengkajian : 19.33 WIB

Nama Pengkaji : Pitriani

A. Data Subjektif Ibu senang ari-arinya sudah lahir, dan ibu merasakan mulas

B. Data Objektif

1. Kesadaran : compos mentis

2. Keadaan umum : baik

3. Tanda-tanda vital

a. Tekanan darah :110/79 mmHg

b. Nadi : 89 x/menit

c. Suhu : 36,7 ℃

d. Pernafasan : 25x/menit

4. Pemeriksaan Fisik

a. Abdomen : TFU 2 jari di bawah pusat, uterus teraba bulat, kandung kemih tidak
teraba

b. Genetalia : tidak ada luka laserasi, perdarahan 20cc c. Ektremitas : Terpasang infus
RL 500ml kosong sebelah tangan kiri dan terpasang infus RL yang berisi oksi 10 iu
sebelah tangan kanan
C. Analisa

Ny. L usia 34 tahun Inpartu kala IV

D. Penatalaksanaan

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa dalam batas normal.

2. Mengajarkan ibu dan keluarga masase uterus agar rahim tetap berkontraksi dengan
baik. Ibu bisa melakukannya

3. Membersihkan dan merapikan ibu. Membantu ibu memakai pembalut

4. Merapikan alat dan bahan yang harus dibuang dan didekontaminasi dengan cairan
klorin 0,5% selama 10 menit. Dan merapikan ruangan.

5. Memastikan ibu nyaman

6. Memberitahu suami atau keluarga untuk memberikan makan dan minum sesuai
keinginan ibu.

7. Memberikan ibu obat 1 tablet Ciproflxacin 2x1 dosis 500 mg, 1 tablet Paracetamol
3x1 500mg, 1 tablet Fe 2x1 30 mg

8. Melepas infusan RL 500 mg sebelah kiri

9. Melakukan pemantauan kontraksi, perdarahan, TTV kala IV . pemantauan 1 jam


pertama setiap 15menit sekali dan pemantauan 1 jam kedua setiap 30 menit sekali.
(Data terlampir pada partograf)

Catatan Perkembangan

Hari/ tanggal pengkajian : Jum’at, 14 Oktober 2022

Waktu Pengkajian : 06.00 WIB

Tempat pengkajian : PMB Bidan E

Nama Pengkajian : Pitriani

A. Data Subjektif
Ibu merasa keluar darah tetapi tidak banyak, keadaan ibu sudah jauh lebih baik, Ibu
mengatakan masih merasa mulas dan ibu sudah BAK kekamar mandi.
B. Data Objektif
1. Kesadaran : Compos mentis
2. Keadaan umum : Baik
3. Tanda-tanda vital :
a. Tekanan darah : 120/70 mmHg
b. Nadi : 84x/menit
c. Suhu : 36,6 ℃
d. Pernafasan : 22 x/menit
4. Inspeksi : Wajah : terlihat masih lelah, sedikit pucat, sclera putih, konjungtiva
merah muda Payudara: sudah ada pengeluaran ASI Abdomen : TFU 2 jari dibawah
pusat, uterus teraba keras, kandung kemih kosong Genetalia : perdarahan 1/3
pembalut
5. Ekstremitas : terpasang infus RL 500 ml yang berisi oksi 10 iu Sebelah tangan
kanan
C. Analisa
Ny. L usia 34 tahun P3A0 postpartum 6 jam
D. Penatalaksanan
1. Menjelaskan kepada ibu prosedur dan tujuan pemeriksaan yang akan dilakukan.
2. Menyampaikan hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik.
3. Melepas infusan sebelah kanan yang berisi oksi 10 iu
4. Memberikan konseling tentang tanda bahaya nifas seperti:
a. Kelelahan, sulit tidur, demam, nyeri abdomen/perut
b. Sakit kepala, emosi tidak stabil, perasaan kurang mampu merawat bayi.
c. Payudara bengkak, nyeri dan putting mendatar, pecah dan lecet.
5. Mengajarkan ibu cara mengecek kontraksi rahimnya. Ibu mengerti
6. Menganjurkan ibu untuk cukup istirahat, nutrisi, eliminasi
7. Mengingatkan ibu untuk konsumsi obat dan vitamin yang sudah diberikan oleh
bidan
8. Menjadwalkan kunjungan ulang 7 hari pada tanggal 20 Oktober 2022

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis melakukan kegiatan asuhan kebidanan pada Ny L usia 34 tahun
dengan Retensio Plasenta di PMB Bidan E Siulak, yang dilaksanakan mulai tanggal 13
Oktober 2022 sampai dengan 14 oktober 2022. Kesesuaian serta kesenjangan-kesenjangan
pada Ny. L akan penulis uraikan pada bab ini.
A. Subjektif
a. Riwayat Kala I Ibu hamil anak ketiga, HPHT : 1 Januari 2021. HPL: 8 Oktober
2022, umur kehamilan 40 miggu, usia kehamilan ibu sekarang 40 minggu.
Menurut teori, metode ini disebut Rumus Neagle. Metode ini digunakan untuk
menghitung usia kehamilan berdasarkan hari pertama haid 18 terakhir (HPHT) hingga
tanggal saat anamnese dilakukan. Rumus neagle memperhitungkan usia kehamilan
berlangsung selama 280 hari (40minggu).
Usia kehamilan ditentukan dalam satuan minggu. Selain umur kehamilan, dengan
rumus Neagle dapat diperkirakan pula hari perkiraan persalinan/ lahir (HPL). Namun rumus
ini hanya bisa digunakan untuk ibu yang siklus haidnya teratur. Pada paitas ibu ditemukan
ibu hamil anak ketiga, tidak pernah keguguran. Ibu periksa ke Bidan di PMB. Ibu selalu
minum Fe yang diberikan oleh bidan mulai triester kedua. Dari hasil yang didapatkan bahwa
penyebab ibu retensio plasenta yaitu multiparitas. Semakin meningkat paritas semakin
meningkat pula kelainan pada tempat implantasi plasenata.
Dengan kehamilan berulang, otot rahim digantikan oleh jaringan fibrosa, dengan
penurunan dari kekuatan kontraksi rahim akhirnya dapat menyebabkan atonia uteri dan
retensio plasenta. Pasien multipara dan grandemultipara memiliki resiko tinggi terhadap
kejadian perdarahan pasca persalinan dan retensio plasenta. Pada data subjektif pukul 15.50
WIB saat datang ibu mengeluh lemes dan mulas sejak pukul 00.00 wib , sudah ada
pengeluaran air-air pada pukul 05.00 wib, kemudian dilakukan pemeriksaan oleh bidan
dengan hasil keadaan umum ibu baik, tanda-tanda vital dalam batas normal, ibu sudah
pembukaan 6. Bidan memberi asuhan persalinan sesuai keluhan ibu.

b. Riwayat Kala II Pada tanggal 8 April pukul 18.20 WIB ibu mengatakan mulesnya
semakin sering dan teratur , sudah ingin meneran. Keadaan umum ibu baik, tanda-tanda vital
dalam batas normal, dan ibu sudah pembukaan lengkap. Ketuban sudah pecah, air ketuban
jernih, kepala bayi sudah didasar panggul. Ibu kemudian mulai dipimpin meneran aktif . Bayi
lahir spontan pada pukul 18.50 WIB menangis kuat , tonus otot aktif, kulit kemerahan, jenis
kelamin laki-laki. Kemudian jepit potong tali pusat dan Melakukan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD).
Menurut teori manfaat dilakukan IMD adalah membantu pengeluaran plasenta dan
mencegah perdarahan disebabkan karena sentuhan, kuluman dan jilatan bayi pada putting
susu ibu akan merangsang sekresi hormon oksitosin yang penting untuk menyebabkan rahim
kontraksi yang membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan sehingga
mencegah anemia, merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks serta
merangsang pengaliran ASI dari payudara. Kemudian menyuntikan oxytosin 10 iu secara IM
pada 1/3 paha bagian luar pada pukul 18.51 WIB.
Menurut teori, tanda persalinan ditandai dengan adanya kontraksi yang semakin kuat
dan ditemukan adanya pembukaan pada serviks. Dan ketika pembukaan sudah lengkap serta
ditemukan tanda gejala kala II maka ibu sudah bisa dipimpin bersalin. maka riwayat
persalinan sudah selesai dengan terori yang ada serta asuhan yang diberikan sudah sesuai
teori APN.

c. Riwayat Kala III Pada tanggal 13 Oktober 2022 pukul 18.51 WIB ibu memasuki
kala III, ibu merasa senang dengan kelahirannya, ibu berkata tidak ada mules yang kuat. Hal
ini tidak sesuai dengan teori bahwa kontraksi yang dialami ibu adalah tidak normal,
seharusnya ibu mengalami mulas karena hal itu merupakan tanda akan segera lahirnya
plasenta. Melakukan peregangan tali pusat terkendali untuk melahirkan plasenta.
Pada tanggal 13 Oktober 2022 Pukul 19.21 WIB ibu masih tidak merasakan mulas
dan ibu khawatir karena ari-arinya belum lahir selama 30 menit.
Menurut teori, retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta
hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Salah satu gejala yang dirasakan ibu
yaitu uterus tidak berkontraksi. ibu tidak merasakan mulas yang kuat, hal ini sama dengan
uterus yang tidak berkontraksi.
Menurut teori, segera setelah bayi dan air ketuban sudah tidak lagi berada didalam
uterus, kontraksi akan terus berlangsung dan ukuran rongga uterus akan mengecil.
Pengurangan dalam ukuran uterus ini akan menyebabkan pengurangan dalam ukuran tempat
melekatnta plasenta. Oleh karena tempat melekatnya plasenta tersebut menjadi lebih kecil,
maka plasenta akan menjadi tebal atau mengkerut dan memisahkan diri dari dinding uterus.
maka jika uterus tidak berkontraksi dengan kuat, ukurannya tidak akan mengecil dengan baik
dan plasenta tidak akan terlepas dari dinding uterus.

B. Objektif
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah diperoleh dari Ny. L Data yang didapatkan dari
hasil pemeriksaan fisik pada tanggal 13 Oktober 2022 pukul 18.51 WIB yaitu TFU sepusat.
Menurut teori keseluruhan proses involusi uterus disertai dengan penurunan ukuran TFU.
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil. Perubahan-perubahan
normal pada uterus selama postpartum.
Bayi lahir TFU setinggi fundus, Berat Uterus 1000 gram, Diameter uterus 15 cm, Palpasi
uterus Lunak. Uri lahir TFU 1 jari dibawah pusat, Berat Uterus 750 gram, Diameter uterus
12,5 cm, Palpasi uterus Lunak. 1 Minggu TFU pertengahan pusat dengan simfisis, Berat
uterus 500 gram, Diameter uterus 7,5 cm, Palpasi uterus 2cm. 2 minggu TFU tidak berada
pada simfisis, Berat uterus 350 gram, Diameter uterus 5cm, Palpasi uterus 1cm. (21) dari data
yang didapatkan sudah sesuai dengan teori yang ada Uterus tidak globuler, Menurut teori
setelah plasenta lahir, dinding uterus akan berkontraksi dan menekan semua pembuluh-
pembuluh darah ini yang akan menghentikan perdarahan dari tempat melekatnya plasenta
tersebut.
Oleh sebab itu, kelahiran yang cepat dari plasenta segera setelah ia melepaskan dari
dinding uterus merupakan tujuan dari manajemen kebidanan dari kala III yang kompeten.
Dari data tersebut tidak sesuai dengan teori Kandung kemih kosong, Menurut teori
kandung kemih yang penuh akan mendorong uterus keatas dan menghalangi uterus
berkontraksi sepenuhnya.
Kontraksi lemah, Menurut teori kontraksi dapat diketahui dengan palpasi. Setelah bayi
lahir dilakukan penyuntikan oksitosin uterus untuk merangsang uterus berkontraksi. Dalam
evaluasi uterus yang perlu dilakukan adalah mengobservasi kontraksi dan konsistensi uterus.
Kontraksi uterus yang normal adalah pada perabaan fundus uteri akan teraba keras. Jika tidak
terjadi kontraksi dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir akan terjadi retensio plasenta. Dari
data yang didapatkan tidak sesuai dengan teori.
Memeriksa janin kedua dengan hasil tidak ditemukan adanya janin kedua. Genetalia
tampak darah rembes. tali pusat menjulur didepan vulva tetapi tidak memanjang dan belum
ada tanda pelepasan plasenta.
Menurut teori, pengkajian awal kala III yaitu palpasi uterus untuk menentukan apakah
ada bayi yang kedua lalu melakukan manajemen aktif kala III. Menyuntikan oxytocin 10 IU
secara IM pada paha 1/3 paha kanan bagian luar 1 menit setelah bayi lahir pukul 18.50 WIB
Puku 19.21 WIB, 30 menit bayi lahir plasenta belum juga lahir.
Menurut teori, retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga
atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. pada pemeriksaan didapatkan bahwa
keadaan umum ibu tampak cemas, kesadaran composmentis, dan pada pemeriksaan fisik
yaitu TFU sepusat, Menurut teori keseluruhan proses involusi uterus disertai dengan
penurunan ukuran TFU. Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil.
Perubahan-perubahan normalpada uterus selama postpartum.
Bayi lahir TFU setinggi fundus, Berat Uterus 1000 gram, Diameter uterus 15 cm, Palpasi
uterus Lunak. Uri lahir TFU 1 jari dibawah pusat, Berat Uterus 750 gram, Diameter uterus
12,5 cm, Palpasi uterus Lunak. 1 Minggu TFU pertengahan pusat dengan simfisis, Berat
uterus 500 gram, Diameter uterus 7,5 cm, Palpasi uterus 2cm. 2 minggu TFU tidak berada
pada simfisis, Berat uterus 350 gram, Diameter uterus 5cm, Palpasi uterus 1cm. dari data
yang didapatkan sudah sesuai dengan teori yang ada kandung kemih kosong.
Menurut teori kandung kemih yang penuh akan mendorong uterus keatas dan
menghalangi uterus berkontraksi sepenuhnya. Pada pemeriksaan genetalia terdapat
pengeluaran darah, tali pusat menjulur sebagian di depan vulva tetapi tidak memanjang.
Pengeluaran darah ±100 cc. menurut teori, TFU sepusat dan perdarahan sedang-banyak
merupakan gejala dari retensio plasenta akreta persial pada kasus ini data objektif sudah
sesuai dengan teori.

C. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diperoleh pada pukul 19.21 dapat ditegakan
analisa “ Ny. L usia 34 tahun inpartu kala III dengan Retensio Plasenta” Retensio Plasenta
adalah apabila plasenta tetap tertinggal dalam uterus 30 menit setelah anak lahir. Analisa
ditegakkan berdasarkan data objektif bahwa ibu mengalami retensio plasenta setelah ±30
menit bayi lahir.
D. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dilakukan pada tanggal 13 Oktober 2022 pukul 18.51 WIB melakukan
informed consent , tujuannya dilakukan informed consent adalah untuk mendapat persetujuan
dari pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medic yang dilakukan
terhadap pasien tersebut, memberitahu ibu bahwa akan disuntikan oxytocin untuk membantu
pengeluaran plasenta. Tidak ada tanda-tanda pelepasan plasenta hingga 15 menit setelah
suntik oksitosin yang pertama. Menyuntikan oxytosin yang kedua di 1/3 paha kiri bagian luar
secara IM. Oxytosin kedua pada pukul 19.06 WIB , melakukan peregangan tali pusat
terkendali yang kedua untuk melahirkan plasenta. Plasenta belum lahir.

Menurut teori, penatalaksanaan aktif pada kala III (pengeluaran plasenta) membantu
menghindarkan terjadinya perdarahan pascapersalinan, meliputi pemberian oksitosin dengan
segera, pengendalian tali pusat terkendali dan masase uterus. maka dapat disimpulkan bahwa
manajemen aktif kala III untuk sementara sudah dilakukan sesuai dengan teori yang ada.
Pada pukul 19.21 WIB berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif serta analisa
yang telah dibuat, maka disusunlah penatalaksanaan asuhan yang sesuai dengan kebutuhan
klien.
Penatalaksanaan pertama yang dilakukan adalah menjelaskan hasil pemeriksaan kepada
ibu dan suami bahwa plasenta belum lahir dalam 30 menit. Menurut teori, penatalaksanaan
aktif kala tiga harus dilakukan pada semua ibu yang melahirkan melalui vagina. Bila plasenta
tidak lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10 IU oksitosin IM dosis kedua.
Menurut teori oksitosin digunakan untuk menstimulasi kontraksi uterus, mengaugmentasi
persalinan, mempercepat pelahiran janin, mempercepat pelahiran plasenta dan menghentikan
hemoragi pascapartum. Oksitosin memiliki efek stimulasi pada otot polos uterus, pada dosis
rendah dapat menyebabkan kontraksi hipertonik yang kontiu. periksa kandung kemih , jika
ternyata penuh, gunakan teknin aseptic untuk memasukan cateter nelaton desinfeksi tingkat
tinggi atau steril untuk mengosongkan kandung kemih. Ulangi kembali penanganan tali pusat
dan tekanan dorso-kranial.
Pada menit ke 30 coba lagi melahirkam plasenta dengan melakukan penegangan tali
pusat untuk terakhir kalinya, jika plasenta belum lahir kemudian mendadak terjadi
perdarahan maka segera lakukan tindakan plasenta manual untuk segera mengosongkan
kavum uteri. Setelah 30 menit plasenta belum lahir maka disebut dengan Retensio Plasenta.
Kemudian Karena sudah memenuhi syarat secara teori bahwa sudah ada semburan darah
maka langkah selanjutnya/ Melakukan prosedur manual plasenta sesuai dengan standar.
Menyiapkan dan menjalankan prosedur pencegahan infeksi. Memastikan kandung kemih
dalam keadaan kosong. Memasang infus set dan cairan infus RL 500 ml dengan 10 IU
oksitosin dengan 60 tetesan x/menit. Dari data tersebut sudah sesuai dengan teori yang ada ,
jarum berlubang besar (18G) untuk mengganti cairan yang hilang. Menjepit tali pusat dengan
klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai. Secara
obstetric, masukan tangan lainnya ( punggung tangan menghadap ke bawah ) ke dalam
vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat.
Setelah mencapai bukaan serviks, minta seorang asisten/penolong lain untuk
menegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan fundus uteri.
Sambil menahan fundus, masukkan tangan dalam hingga ke kavum uteri sehingga mencapai
tempat implantasi plasenta. Bentangkan tangan obstetric menjadi datar seperti memberi salam
( ibu jari merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat). Tentukan implantasi
plasenta, temukan tepi plasenta disebelah atas dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara
plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap ke bawah (posterior ibu ).
Bila di korpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat dan sisipkan ujung
jarijari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap ke
atas ( anterio ibu ).
Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus maka perluas
pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangaan ke kanan dan kiri sambil digeser ke atas
(cranial ibu ) hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus, sementara satu
tangan masih didalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk menilai tidak ada sisa plasenta
yang tertinggal, memindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segemen
bawah uterus) kemudian inturksikan asisten/penolong untuk menarik tali pusat sambil tangan
dalam membawa plasenta keluar( hindari terjadinya percikan darah), melakukan penekanan
(dengan tangan yang menahan supra simfisis) uterus kearah dorso-kranial setelah plasenta
dilahirkan cek kelengkapan plasenta dan tempatkan plasenta didalam wadah yang telah
disediakan, lalu masase 15 detik, mendekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan ) dan
peralatan lain yang digunakan, melepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya
didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit, mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir, mengeringkan tangan dengan handuk bersih dan kering, memeriksakan kembali
tanda-tanda vital ibu.
Penatalaksanaan yang diberikan kepada ibu pada kala IV pukul 19.31 WIB yaitu
mengajarkan ibu dan keluarga masase uterus agar rahim tetap berkontraksi dengan baik.
Menurut teori, periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada
jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus
berkontraksi, otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan. Hal
ini dapat mengurangi kehilangan darah dan mencegah perdarahan pascapersalinan. Ajari ibu
atau keluarga tentang bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi, tanda-tanda
bahaya bagi ibu dan bayi, membersihkan dan merapikan ibu. Membantu ibu memakai
pembalut. Membersihkan dan mendokontaminasi alat.
Melakukan pemantauan kontraksi, perdarahan, TTV Kala IV . pemantauam 1 jam
pertama setiap 15 menit sekalidan pemantauan jam kedua setiap 30 menit sekali.
Memberikan ibu obat 1 tablet Ciproflxacin 3x1 500mg untuk mencegah bakteri masuk, 1
tablet Fe 2x1 30mg untuk menambah darah yang hilang, 1 tablet paracetamol 3x1 500mg
untuk menghilangkan rasa nyeri, Pemberian jenis obat ini berkata dengan cara membunuh
atau mencegah perkembangan infeksi akibat bakteri.
Hasil asuhan kebidanan pada Ny. L yaitu keadaan umum, manual plasenta berhasil
plasenta lahir lengkap dan tidak ada perdarahan aktif, perubahan fisiologis dan perubahan
psikologis mulai membaik karena proses penanganan kasus ini sebagian besar sudah sesuai
dengan teori yang ada dari beberapa refrensi. Dari data yang telah didapatkan, tidak ada
kesenjangan antara asuhan yang diberikan dengan teori yang ada.
Standar 20 tentang penanganan retensio plasenta yang berbunyi, “Bidan mampu
mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio plasenta total/parsial”.
(Wewenang bidan dalam menangani kegawatdaruratan khususnya pada kasus retensio
plasenta adalah bidan harus mampu mengenali retensio plasenta dan memberikan
pertolongan pertama termasuk manual plasenta dan penanganan perdarahan sesuai dengan
kebutuhan).
Penanganan asuhan kebidanan dengan retensio plasenta di PMB Bidan E sudah sesuai
dengan Standar Kewenangan Bidan yang ada (18) Ny L sudah mendapat asuhan yang cepat
juga tepat, serta Ny. L dapat melalui masa nifasnya dengan keadaan baik dan juga sehat.

E. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Selama dilakukan asuhan kebidanan pada
Ny.L dengan retensio plasenta di PMB Bidan E ini penulis menemukan faktor yang
mendukung dan menghambat terlaksananya asuhan kebidanan.
1. Faktor Pendukung
a. Klien dan keluarga sangat terbuka dan kooperatif dalam menerima asuhan yang
diberikan
b. Terjalinnya kerjasama yang baik dengan tenaga kesehatan khususnya bidan di PMB
Bidan E dalam melakukan asuhan dan juga dalam memberikan masukan sehingga berjalan
dengan baik dan optimal dalam pemberian asuhan pada Ny. L 2. Faktor Penghambat Selama
memberikan asuhan pada Ny. L penulis tidak mengalami hambatan yang berarti. Terjalinnya
kerjasama yang baik antara penulis dengan Ny,L dan keluarga serta kerjasama penulis
dengan bidan yang ada di PMB Bidan E.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan persalinan pada Ny. L 34 tahun dengan
Retensio Plasenta di PMB Bidan E berupa pengumplan data subjektif, pemeriksaan fisik,
menentukan analisa untuk mengetahui masalah yang terjadi pada pasien serta
penatalaksanaan yang telah diberikan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Data Subjektif pada Ny. L plasenta (ari-ari) belum lahir ±30 menit setelah bayi
lahir.
2. Data Objektif pada Ny. L didapatkan hasil TFU sepusat, tidak globuler, kontraksi
lemah. Genetalia terdapat perdarahan ± 100cc, tali pusat menjulur sebagian di
depan vagina tetapi tidak memanjang.
3. Analisa yang ditegakkan berdasarkan pengkajian data subjektif dan data objektif
adalah Ny. L usia 34 tahun dengan Retensio Plasenta.
4. Asuhan Penatalaksanaan yang dilakukan adalah melakukan manual plasenta,
sebelum melakukan tindakan manual plasenta memasang infus RL 500 ml dengan
10 IU oksitosin dengan 60 tetesan x/menit, manual plasenta berhasil, plasenta lahir
lengkap dan tidak ada perdarahan aktif, perubahan fisiologis dan perubahan
psikologis mulai membaik, penatalaksanaan dilakukan oleh bidan sesuai dengan
SOP manual plasenta di PMB Bidan E.
5. Asuhan kebidanan pada Ny. L dapat terlaksana atas dukungan dan kerjasama yang
baik dengan pihak Bidan dan klien. Selama melakukan asuhan kebidanan penulis
tidak menemukan faktor penghambat dalam menjalankan asuhan yang dilakukan
pada Ny.L
6. Faktor pendukung yang didapatkan yaitu klien dan keluara sangat terbuka dan
kooperatif dalam menerima asuhan yang diberikan dan terjalinnya kerjasama yang
baik dengan tenaga kesehatan khususnya bidan di PMB Bidan E dalam melakukan
asuhan dan juga dalam memberikan masukan sehingga berjalan dengan baik dan
optimal dalam pemberian asuhan pada Ny.L dan tidak ditemukannya faktor
penghambat saat melakukannya asuhan kebidanan pada retensio plasenta.

B. Saran
Saran yang diberikan ditujukan untuk:
1. Bagi PMB PMB (Praktik Bidan Mandiri) diharapkan PMB dapat meningkatkan
pelayanan dan asuhan pada kasus Retensio Plasenta dengan tepat,cepat
2. Bagi Klien dan Keluarga Kepada keluarga agar dapat menjalankan asuhan pada ibu
dengan menjaga kesehatan ibu dan pola kegiatan sehari-hari, dan mengenal tanda
bahaya pasca persalinan pada ibu, memberikan konsultasi tentang KB untuk
perencanaan kehamilan selanjutnya dan segera datange ke rumah sakit atau ke
tenaga kesehatan jika terjadi tanda bahaya tersebut.
3. Bagi Profesi Profesi Bidan diharapkan bidan mampu dapat melaksanakan dan
menerapkan penanganan Retensio Plasenta sesuai standar yang telah ditetapkan
sesuai dengan kegawatdaruratan sebagai bidan.

Anda mungkin juga menyukai