Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

DENGAN PERSALINAN FISIOLOGIS


Di PMB ESTI WIDAYANTI

Oleh :
ESTI WIDAYANTI
NIM :

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIDAN

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan asuhan kebidanan ini sebagai bukti telah melakukan pendidikan profesi
di PMB Esti Widayanti Jombang

Mahasiswa

Esti Widayanti

MENGETAHUI,

PEMBIMBING PENDIDIKAN PEMBIMBING PRAKTEK

Siti Asiyah Dian M


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia ( SDKI ) tahun
1997, Angka kematian Ibu di Indonesia masuh tinggi yaitu 334 per 100.000
kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi baru Lahir sebesar 25
per 1000 kelahiran hidup. Sebagian besar penyebab kematian dapat dicegah
dengan penanganan yang adekuat. Salah satu faktor penting dalam upaya
penurunan angka kematian tersebut adalah pelayanan maternal dan neonatal
yang berkualitas dekat dengan masyarakat difokuskan pada tiga pesan kunci
Making Pergnancy Safer, yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat
pelayanan yang adekuat dan setiap wanita usia subur mempunyai akses
terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan
komplikasi keguguran.
Departemen kesehatan menargetkan pengurangan angka kematian
ibu dari 26,9 persen menjadi 26 persen per 1000 kelahiran hidup dan
angka kematian bayi berkurang dari 248 menjadi 206 per 100 ribu
kelahiran yang dicapai pada tahun 2009 (www.ugm/2009.ac.id).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2010 adalah
sebesar 225/100.000 KH, menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di
salah satu pidatonya. Kita tau bahwa penyebab-penyebab utama kematian
ibu adalah perdarahan, infeksi/sepsis dan juga pre-eklampsia/eklampsia.
Kematian ibu yang terjadi lebih banyak terjadi pada saat proses
persalinan. Komplikasi atau masalah pada saat persalinan lebih sulit
ditangani dibandingkan dengan saat kehamilan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam menolong
persalinan. Adanya perubahan paradigma menunggu terjadinya dan
menangani komplikasi menjadi pencegahan terjadinya komplikasi,
diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam penurunan angka kematian
ibu dan bayi baru lahir ( Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Pengertian partus atau persalinan sendiri adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina
ke dunia luar (Sarwono,2008).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
fisiologis dengan menerapkan pola pikir melalui pendekatan manajemen
kebidanan berdasarkan kompetensi dan wewenang bidan di Indonesia.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif dan data
obyektif pada persalinan fisiologis
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa aktual dan masalah pada
persalinan fisiologis
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa potensial dan masalah
potensial
4. Mahasiswa mampu mengembangkan rencana tindakan asuhan
kebidanan secara menyeluruh pada persalinan fisiologis.
5. Mahasiswa kebidanan mampu melaksanakan rencana tindakan asuhan
kebidanan yang menyeluruh sesuai kebutuhan ibu bersalin.
6. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi terhadap asuhan yang diberikan
pada persalinan fisiologis.
7. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian pada persalinan
fisiologis.

1.3 Pelaksanaan
Kegiatan praktek klinik dilakukan di PMB Esti Widayanti, pada
tanggal ...............
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Persalinan


2.1.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal apabila
prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan ( 37 minggu ) tanpa
disertai adanya penyulit.(Asuhan Persalinan Normal,2007)
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan ( 37- 42 minggu )lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin.(Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal,2007)
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
timbul dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.( Ilmu
Kebidanan,2007)
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. (Prawiroharjo S,
2007).
Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut :
1. Persalinan spontan
Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan
lahir.
2. Persalinan bantuan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan
forceps atau dilakukan operasi section caesarea.
3. Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan
jalan rangsangan misalnya dengan pemberian pitocin atau prostaglandin atau
pemecahan ketuban.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin yang
dilahirkan adalah :
1. Partus immaturus adalah partus yang terjadi pada umur kehamilan kurang
dari 28 mgg lebih dari 20 mgg dengan berat janin antara 500-900.
2. Partus prematurus adalah suatu partus dari hasil konsepsi yang dapat hidup
tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000-2499 gram atau tua
kehamilan antara 28 mgg -37 mgg.
3. Partus matures atau partus aterm adalah suatu partus yang terjadi pada
kehamilan antara 37 minggu – 42 minggu dengan berat badan 2500 gram atau
lebih.
4. Partus postmaturus atau serotinus adalah partus yang terjadi pada kehamilan
lebih dari 42 minggu.
5. Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum janin viabel berat janin
dibawah 500 gram atau tua kehamilan dibawah 20 minggu.
Istilah – istilah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan adalah :
1. Gravida : wanita yang sedang hamil
2. primigravida : wanita yang hamil untuk pertama kali
3. Para : seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang
dapat hidup (variabel)
4. Nullipara : seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi
yang viabel
5. Multipara atau pleupara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi
yang viabel untuk beberapa kali
6. Grandemultipara : wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih dari 5 k
7. inpartu : seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan.

2.2 Proses Terjadinya Persalinan


2.2.1 Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan
2.2.1.1 Teori keregangan otot
1. Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu.
2. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat dimulai.
3. Pada kehamilan ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan
tertentu dan inpartu.
2.2.1.2 Teori penurunan progesterone
1. Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu
dimana terjadi penimbunan jaringan ikat pembuluh darah
mengalami penyempitan dan buntu.
2. Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim
sensitif terhadap oksitosin.
3. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesterone tertentu.
2.2.1.3 Teori oksitosin
1. Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior
2. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat
mengubah sensitifitas otot rahim, sehingga terjadi Braxton hicks.
3. Menurunnya konsentrasi progesterone akibat tuanya kehamilan,
masa oksitosin dapat meningkatkan aktivitas sehingga persalinan
dapat dimulai.
2.2.1.4 Teori protoglandin
1. Konsentrasi progesteron meningkat sejak usia kehamilan 15
minggu yang dikeluarkan oleh desidua.
2. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi
otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
3. Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan
2.2.1.5 Teori hipotalamus Pituari dan Glandula Suprarenalis
1. Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anenchepalus
sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk
hipotalamus. Teori ini dikemukakan oleh liggin (1973)
2. Malpas pada tahun 1993 mengangkat otak kelinci percobaan
hasilnya kehamilan kelinci lebih lama.
3. Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin,
induksi (mulainya) persalinan
4. Dari percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan antara
hipotalamus-pituari dengan mulainya persalinan.
5. Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan.
2.2.1.6 Teori Placenta menjadi tua
Proses penuaan placenta terjadi mulai umur kehamilan 28 mgg
dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami
penyempitan dan buntu. Produksi progesterone mengalami penurunan
sehingga menyebabkan kekejangan pembuluh darah, sehingga otot-
otot rahim lebih sering berkontraksi.
2.2.1.7 Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion serviks (fleksus
fronkenhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh
kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
2.2.1.8 Teori fetal kortisel
Sapi yang diinfus ACTH dapat lahir premature. Hal ini
menunjukkan fetus mempunyai peranan penting dalam memulai
persalinan. Fetus anconcheptal lebih lama lahir dibanding fetus
normal.

2.3 Faktor-faktor penting dalam persalinan


2.3.1 Power
Power adalah tenaga atau kekuatan ibu untuk mengejan, tenaga ini serupa
dengan tenaga waktu kita buang air besar tetapi jauh lebih kuat lagi. Tanpa
mengejan anak tidak dapat keluar seperti pada pasien yang lumpuh otot-otot
perutnya maka persalinan harus dibantu dengan forcops. Setelah pembukaan
lengkap dan ketuban pecah, tenaga yang mendorong anak keluar. Selain his
terutama disebabkan oleh kontraksi otot dinding perut yang menyebabkan
tekanan intra abdominal meningkat.
Ibu melakukan kontraksi involuntes dan volunteer secara bersamaan untuk
mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi inuolonter yang
disebut kekuatan primer menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks
berdilatasi usaha volunteer dimulai untuk mendorong yang disebut kekuatan
sekunder yang membesar kekuatan kontraksi involunter.
Power saat persalinan disebabkan oleh :
1. HIS (kontraksi otot rahim)
2. Kontraksi otot dinding rahim
3. Kontraksi diafragma, pelvis atau kekuatan mengejan
4. Ketegangan dan kontraksi ligomentum rotundum.
2.3.1.1 Kontraksi uterus
Kontraksi persalinan merupakan kontraksi otot-otot rahim miometrium
akibat pengaruh hormon oksitosin, kontraksi uterus disebabkan karena otot-
otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat-sifat
kontraksi simetris, fundus dominan diikuti relaksasi.
Pada waktu kontraksi otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal
dan lebih pendek. Cavum uteri menjadi lebih kecil mendorong janin dan
kantong omnion ke arah SBR (Segmen Bawah Rahim) dan serviks.
Perbedaan anatomis dan fisiologis antara fundus uteri, segmen bawah rahim
dan serviks sangat menguntungkan untuk ekspulsi janin. Jika semua bagian
tersebut merupakan otot polos dan semuanya berkontraksi atau berretraksi
maka tidak akan terjadi ekspulsi janin, atau akan memperlambat terjadinya
ekspulsi janin.
His pada persalinan dimulai pada daerah dimana saluran tuba masuk
kedalam kavem uteri yaitu yang disebut kornu uteri.daerah ini yang disebut
dengan pace maker. His yang sempurna dimulai dari fundus yaitu daerah
yang mempunyai ketebalan otot paling tinggidan menyebar keseluruh bagian
uterus dengan kecepatan 2 cm per detik. Daerah fundus yang mempunyai otot
paling tebal akan mengalami pemendekan otot yang dalam istilah ginekologi
disebut retraksi. Retraksi otot pada fundus akan membuat daerah yang berada
di daerah cervik mengalami penipisan dan tertarik ke atas karena di daerah
tersebut kurang mengandung otot. Dan penipisan dan pembukaan itu akan
menjadi maksimal jika di cervik terjadi tekanan misalnya oleh kepala janin.
His yang sempurna dan efektif adalah jika ada koordinasi antara
golombang kontraksi sehingga kontraksi simetris dengan dominasi di fundus
uteri dengan amplitude 40-60 mmHg yang berlangsung 60 – 90 detik dengan
jangka waktu antar kontraksi 2-4 menit. Jika frekuensi dan amplitude his
lebih tinggi maka akan terjadi hipoksia dan gawat janin yang bisa dideteksi
dengan DJJ. Interval diantara tiap his sangat penting bagi kesejahteraan janin
dalan rahim. Yaitu untuk suplai darah dan oksigen ke janin, maka untuk
uterus yang tiap menit berkontraksi dan tidak ad interval (tetania uteri) sangat
memiliki resiko tinggi bagi bayi.
2.3.1.2 Tenaga meneran
Tenaga meneran adalah tenaga yang timbul saat persalinan akan dimulai.
Hal ini disebabkan saat kepala sampai pada dasar panggul timbul suatu
refleks yang mengakibatkan bahwa pasien menutup glotisnya,
mengontraksikan otot – ototnya dan menekan diafragma ke bawah. Tenaga
mengejan ini sbenarnya merupakan koordinasi antara kontraksi diagfragma
dan otot dinding abomen. Dan kekuatan meneran ini akan menjadi sangat
maksimal jika ibu dalam posisi fleksi, dagu ibu menempel dada dan tangan
merangkul pahanya dekat pada perut
Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil kalau pembukaan sudah
lengkap dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim. Cara meneran yang baik
adalah ketika kepala janin sudah memasuki PAP. Ketuban sudah pecah (bila
belum keras dipecahkan dulu). His akan timbul lebih sering dan merupakan
tenaga pendorong janin disamping itu ibu harus dipimpin meneran pada
waktu ada his dan beristirahat diantara kedua his.
Cara meneran yang tidak baik :
Bila kepala bayi belum masuk PAP, pembukaan belum lengkap, ketuban
belum pecah dan tidak ada his tapi ibu disuruh meneran.
2.3.2 Passanger
Passenger adalah penumpang yaitu janin, plasenta atau juga selaput ketuban
harus dilahirkan melalui jalan lahir. Karena itu plasenta juga dan selaput
ketuban dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin.
A. Janin
1. Berat
Untuk bayi wanita 3,4 kg dan pria 3,5 kg. berat bayi normal antara > 2500
gr sampai < 4000 gr.
2. Panjang
Untuk panjang bayi rata-rata 50 cm. panjang bayi normal diantara 45 cm
sampai < 55 cm. bila panjang bayi yang kurang/melebihi panjang bayi
normal maka dicurigai adanya penyimpangan kromosom.
3. Ukuran kepala janin
Ukuran kepala janin sangat penting untuk mengetahui apakah janin bisa
melewati jalan lahir tanpa penyulit. Selain itu ukuran janin penting untuk
resiko terjadinya CPD dapat mempersulit persalinan. Ukuran diameter
kepala janin :
1. Diameter occipito frontalis : 12 cm
2. Diameter mento occipitalis : 13,5 cm
3. Diameter sub occipito bregmatika : 9,5 cm
4. Diameter Biporietalis : 9,25 cm
5. Diameter bitemporalis : 8 cm
Ukuran sirkumferensia :
1. Cirkumforensia frento occipitalis : 34 cm
2. Cirkumferensia menta occipitalis : 35 cm
3. Cirkumferensia sub occipito bregmantika : 32 cm
(Rustam Muchtar, 1998 : 67)
4. Letak janin
Yaitu hubungan antara sumbung panjang (punggung) janin terhadap
sumbu panjang (punggung ibu). Letak juga disebut sebagaihubungan
antara aksis panjang badan janin dengan abdomen ibu yang digambarkan
dengan membujur, melintang dan miring. Letak janin normal adalah
membujur dengan kepala janin berada di dibawah.
5. Presentasi
Yaitu bagian presentasi menunjukkan bagian janin yang menempati
PAP, atau bagian janin yang pertama kali masuk PAP. Bisa disebut
bokong, kepala ataupun bahu. Presentasi bayi yang normal adalah sub
acccipito bragmatika.
6. Denyut jantung janin
Denyut jantung janin sangat penting untuk memantau kesejahteraan
jani daam rahim. Pada persalinan normal, DJJ diukur dengan auskultasi
dengan menggunakan funduscope ataupun dopler. Frekuensi denyut
jantung janin sangat dipengaruhi oleh beberapa factor penting yaitu
kontraksi, posisi dan kemajuan persalinan itu sendiri.
B. Air ketuban dan selaput ketuban
Ruangan yang dilapisi selaput janin (selaput ketuban) berisi air
ketuban (liquar amnii).
a. Volume
Volume air ketuban dalam kehamilan cukup bulan adalah 1000 cc-1500
cc. bila kurang dari 1000 cc disebut oligohidromnion. Namun bila
volume air ketuban lebih dari 1500 cc disebut polihidromnion.
b. Bentuk
Air ketuban berwarna putih kekeruhan khas amis dan berasa manis.
Bila air ketuban berwarna hijau ini adalah indikasi adanya
ketidaknormalan.
c. Komposisinya
Terdiri atas 98 % air, sisanya albumin sel-sel epitel. Rambut lanugo,
vernit caseasa dan garam-garam organic. Kadar protein 2, gr/l terutama
di bagian albumin. Diproduksi oleh kencing janin, transudasi dari epitel
amnion sekresi dari epitel amnion asal campuran (mixed arigin)
- Analisis ketuban pecah
1. Terlihat genangan atau drainase yang jelas bukan urine.
2. Genangan pada forniks posterior. Khususnya jika cairan dapat terlihat
keluar dari ostium cerviks dengan menggunakan maneuver valsava
3. Dengan lakmus, yaitu berubahnya lakmus merah menjadi biru
4. Makroskopis bau amis adanya lanugo, rambut dan verniks
5. Mikroskopis, lanugo dan rambut
6. Laboratorium, tes pakis posistif diratakan di kaca obyekdan dikeringkan
sebelum diperiksa..
C. Placenta (uri)
Placenta adalah alat transportasi darah, nutrisi, oksigen dan juga sisa
buangan dari ibu kepada janin. Uri berbentuk bundar atau oval, ukuran
diameter 15-20 cm tebal 2-3 cm berat 500-600 gr.
a. komponen placenta
placenta terdiri dari desidua kompektel atas beberapa lobus dan terdiri
dari 15-20 kotiloden.
b. tali pusat
tali pusat merentang dari pusat janin ke uri bagian permukaan janin.
Panjang tali pusat antara 50-55 cm diameternya 1-2,5 cm dan terdiri
atas 2 buah arteri, umbilicalis dan 1 buah vena umbilicalis. Selain
panjangnya tali pusat yang terpenting lagi adalah insersi nya kepada
plasenta, hal ini sering menjadi masalah ketika insersi itu tidak pada
tempatnya.
2.3.3 Passange (jalan lahir)
Jalan lahir merupakan bagian keras yaitu tulang – tulang panggul bagian
lunak yaitu otot-otot panggul. Berdasarkan ciri-ciri bentuk panggul dibagi
menjadi :
a. Ginekoid : panggul ideal wanita, arcus pubis luas. Diameter sogitalis
posterior hanya sedikit lebih pendek dari diameter sagitalis
anterior.
b. Andrekoid : diameter sagitalis posterior jauh lebih pendek dari pada
diameter sagitalis anterior (panggul pria) segmen anterior
sempit dan berbentuk segitiga.
c. Anthropoid : Diameter anteroposterior dari PAP lebih besar dari
diameter transversa hingga bentuk PAP lonjong ke depan.
Bentuk segmen anterior sempit dan runcing.
d. Platipolloid : bentuk ini sebetulnya panggul dinekoid yang picak,
diameter anteroposterior kecil, diameter transversa biasa.
Segmen anterior lebar, secrum melengkung.
Ukuran panggul
a. Ukuran PAP
Batas PAP adalah promontarium, sayap sacrum, lineainno, minata, ramus
superior, ossispubis dan pinggir atas symphisisi. Ada 3 ukuran :
 Ukuran muka belakang
- Diameter antara posterior
- Konjungata vera (dari prementarium ke pinggir atas symphisis,
ukurannya 11 cm)
 Konjugata vera dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam mengukur
konjugata diagnonalis (cv=cd - 1,5 cm)
 Ukuran melintang
ukuran terbesar antara linea innominata diambil tegak lurus pada
conjugate vera (12,5 cm)
 Ukuran serong
Dari articulation sacro iliaca ke tubercolum pubicum dari belahan
panggul yang bertentangan (13 cm)
b. Ukuran panggul tengah (bidang luas panggul)
Bidang terbentang antara pertengahan sympisisi, pertengahan acetubulum
dan pertemuan antara luas sacral II dan III.
Ukuran muka belakang = 12,75 cm
Ukuran melintang = 12,50 cm
c. Bidang sempit panggul
Bidang ini setinggi pinggir bawah symphisis kedua spina ischiadikum dan
memotong secrum + 1-2 cm di atas ujung sacrum.
Ukuran muka belakang = 11,5 cm
Ukuran melintang = 10 cm
d. Pintu bawah panggul
Ditentukan dengan mengukur jarak tuberoses ischium dan luar
perdagangan SBR dan pembukaan serviks. Besar pembukaan ditentukan
dengan cara memperkirakan diameter serviks.
- Ukuran muka belakang (dari pinggir bawah symphisis ke ujung
sacrum = 11,5 cm)
- Ukuran melintang (dari tuber ischiadicum kiri dan kanan sebelah
dalam = 10,5 cm)
- Diameter sagitalis posterior (dari ujung sacrum ke pertengahan ukuran
melintang : 7,5 cm)
e. Cerviks
Cerviks juga merupakan bagian dari jala lahir yang penting untuk sebuah
proses kelahiran. Suatu persalinan akan dimulai jika ada tanda-tanda
pendataran dan pembukaan cerviks. Ada tiga komponen cerviks secara
structural yaitu kolagen, otot polos, dan jaringan ikat atau substansi
dasar lainnya. Otot polos pada daerah cerviks memang jauh lebih sedikit
daripada di daerah fundus. Struktur yang seperti ini yang menguntungkan
dan menyebabkan terjadinya penipisan dan pembukaan cerviks saat ada
kontraksi dari fundus uteri. Saat terjadi pelunakan, pendataran dan
pembukaan cerviks yang terjadi adaah perubahan pada serabut-serabut
kolagen dan jaringan ikat, serta perubahan relative pada jumlah substansi
dasarnya.
2.3.4 Psikis
Perubahan psikologis yang terjadi pada ibu bersalin meliputi :
Kecemasan mengakibatkan peningkatan hormon seks yang terdiri dari
1. B endosphin 3. Cartisol
2. Adenocus tricotropin 4. Epinephrin
Hormon – hormon tersebut mempengaruhi otot-otot halus uterus yang
dapat mengakibatkan penurunan kontraksi uterus sehingga menimbulkan
distosia.
Kecemasan

Persalinan 1. Peningkatan bendharpin


2. Adenous tricotropin
3. Cortisol
4. Epinephrin
Pembukaan serviks
Lambat Otot halus uterus terganggu

Kontraksi
Uterus melemah
Gambar 2.3.4.1 Siklus pengaruh kecemasan pada kemajuan persalinan

Kegelisahan/ketakutan dan respon endokrin akan mengakibatkan


1. Retensi Na
2. Ekskresi K
3. Penurunan glukosa
Sehingga dapat mempengaruhi sekresi epinefrin dan dapat
menghambat aktivitas miometrium.

Ketakutan

Persalinan lama Menimbulkan:


1. Retensi Na
2. Ekskresi K
3. Penurunan glukosa
Pembukaan serviks
lambat
Kontraksi uterus menghambat aktivitas
lemah miometrium
Gambar 2.3.4.2 Siklus pengaruh ketakutan pada kemajuan persalinan
2.3.5 Penolong
Peran penolong selama proses persalinan memberikan pengaruh pada
ibu yang bersalin untuk melayani proses persalinan dengan sebaik-
baiknya. (Manuaba : 1998).
2.3.6 Posisi
Pada kala I dimana his frekuensinya menjadi lebih sering dan
amplitudonya menjadi lebih tinggi maka agar peredaran darah ke
uterus menjadi lebih baika, maka ibu di suruh miring ke satu sisi
sehingga uterus dan seluruh isinya tidak serta merta menekan
pembuluh darah di panggul. Kontraksi uterus juga menjadi lebih
efisien dan putar paksi dalam berlangsung lebih lancar bila ibu miring
ke sisi dimana ubun-ubun kecil berada.
Peran pendamping dalam membantu ibu untuk memperoleh posisi
yang paling nyaman selama kala II. Hal ini dapat membantu kemajuan
persalinan, mencari posisi yang penting efektif dan menjaga sirkulasi
utero plasenter tetap baik.
Beberapa ibu merasa bahwa merangkak atau berbaring miring ke kiri
membuat mereka lebih nyaman dan efektif meneran. Kedua posisi
tersebut juga akan membantu perbaikan posisi oksiput yang melintang
untuk berputar menjadi posisi oksiput anterior. Posisi miring berbaring
ke kiri memudahkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi jika ia
mengalami kelelahan dan juga untuk mengurangi resiko terjadinya
laserasi perineum (APN, 2009).

2.4 Tanda-tanda persalinan


2.4.1 Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi
yang semakin pendek.
2.4.2 Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu :
2.4.2.1 Pengeluaran lendir
2.4.2.2 Lendir bercampur darah
2.4.3 Dapat disertai ketuban pecah
2.4.4 Dijumpai perubahan serviks
2.4.4.1 Perlunakan serviks
2.4.4.2 Pendataran serviks
2.4.4.3 Pembukaan serviks

2.5 Mekanisme persalinan, ada 7 tahap yaitu :


1. Engagement
Ketika diameter biparietalis melewati PAP : masuknya kepala kedalam
PAP biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan flexi ringan.
Masuknya kepala kedalam PAP pada primigravida. Sudah terjadi pada
bulan terakhir dari kehamilan tetapi pada multigravida biasanya baru
terjadi pada permulaan persalinan. Penurunan bagian terendah janin ke
dalam rongga panggu ini akan dirasakan ibu sebagai Lightening
2. Desent (penurunan)
Penurunan ini diakibatkan oleh tekanan cairan intra uterine, tekanan
langsung oleh fundus pada bokong saat ada kontraksi, usaha mengejan
yang menggunakan otot-otot abdomen, ekstensi dan pelurusan badan
janin.
3. Flexion
Dengan majunya kepala biasanya juga flexi bertambah hingga UUK jelas
lebih rendah dari UUB. Keuntungan dari bertambahnya flexi ialah bahwa
ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir. Diameter sub occipito
frontalis (11 cm). flexi ini disebabkan karena anak didorong maju dan
sebaliknya mendapat tekanan dari pintu atas panggul serviks, dinding
panggul atau dasar panggul.
4. Putaran paksi dalam
Yang dimaksud adalah putaran dari bagian depan sehingga bagian
terendah dari bagian depan memutar ke depan bawah sumphisis. Pada
presentasi belakang kepala, bagian yang terendah adalah bagian UUK
dan bagian ini yang melakukan putaran ke depan ke bawah symphisis
putaran paksi dalam mutlak untuk melahirkan kepala karena merupakan
usaha menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir. Putaran
paksi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi
sebelum kepala sampai hudge III. Kadang-kadang baru setelah kepala
sampai di dasar panggul, sebab-sebab putaran paksi dalam :
1. Pada letak flexi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah
kepala.
2. Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling sedikit
terdapat sebelah dalam atas dimana terdapat hiatus genitalis antara m
levator ani kiri dan kanan.
3. Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter antara
posterior.
5. Extention
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai didasar panggul
terjadilah ekstansi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan
lahir pada pintu bawah pangul mengarah ke depan dan ke atas. Sehingga
kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Kalau tidak terjadi
ekstensi kepala akan tertekan pada perineum dan menembusnya pada
kepala bekerja dua kekuatan yang satu mendesaknya ke bawah dan
satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas.
Result efeknya ialah kekuatan ke arah depan atas. Setelah sub occiput
tertahan pada pinggir bawah symphisis maka yang dapat maju karena
kekuatan tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan sub occiput,
maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar,
dahi, hidung, mulut dan akhirnya dengan dagu gerakan akstensi.
6. External Rotation
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah
punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena
putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran
balasan). Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga ke belakang kepala
berhadapan dengan tuber ischiadicum sepihak (disisi kiri). Gerakan yang
terakhir ini adalah putaran faksi luar yang sebenarnya dan disebabkan
karena ukuran bahu luar yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran
bahu (diameter bisa cramial menempatkan diri dalam diameter antero
posterior dari pintu bawah panggul).
7. Expulsion
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphisis dan
menjadi hipomocclion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu
depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah g paksi
jalan lahir.

2.6 Tahapan Persalinan


2.6.1 Kala I (Kata Pembukaan)
Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan
lahirnya placenta secara lengkap ibu belum inpartu jika kontraksi
uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks.
- Tanda dan gejala inpartu meliputi :
1. Penipisan dan pembukaan serviks
2. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks
3. Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina
- Fase-fase dalam kala I persalinan :
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang
teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks
membuka lengkap (10 cm). kala I persalinan dimulai sejak
kontraksi. Kala I persalinan dibagi menjadi 2 fase yaitu :
1) Fase laten
a. Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan secara bertahap.
b. Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
c. Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8
jam
d. Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih antara 20-30
detik.
2) Fase aktif
Fase aktif dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu :
a. Fase akselarasi (fase percepatan)
Dari pembukaan 3 cm – 4 cm yang dicapai dalam 2 jam.
b. Fase kemajuan maksimal
Dari pembukaan 4 cm – 9 cm yang dicapai dalam 2 jam
c. Fase deselerasi
Dari pembukaan 9 cm – 10 cm selama 2 jam
Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam
sedangkan pada multigravida berlangsung kira-kira 8 jam.

2.6.2 Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut
sebagian kala pengeluaran bayi.
Gejala dan tanda kala II persalinan yaitu :
1. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
2. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan atau
vaginanya.
3. Perineum menonjol
4. Vulva dan vagina, spingter ani membuka
5. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam yang
hasilnya adalah :
1. Pembukaan serviks telah lengkap
2. Terlihatnya bagian kepala bayi.
Pada saat kepala janin tampak dalam vulva, seorang penolong
persalinan harus menahan perineum dengan kain sedangkan tangan
satunya menahan keluarnya kepala supaya tidak terjadi expulsi
berlebihan. Dengan adanya his dan kekuatan mengejan yang baik,
maximal kepala janin dilahirkan dengan sub uccipito dibawah
symphisis. Kemudian dahi, muka dan dagu melewati perineum. Setelah
istirahat his muncul lagi untuk mengeluarkan tubuh bayi.
Pada primigravida kala II berlangsung kira-kira 2 jam
sedangkan pada multigravida kira-kira 1 jam.
2.6.3 Kala III (Pengeluaran uri)
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban pada kala III persalinan,
otot miometrium berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga
uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan volume rongga uterus setelah
lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya
ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena perlekatan menjadi semakin
kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan
melipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah
plasenta lepas, maka plasenta dalam akan turun ke bagian bawah atau
kedalam vagina bersamaan dengan adanya his.
- Tanda-tanda lepasnya plasenta
*Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi,
uterus berbentuk bulat penuh dan TFU biasanya dibawah pusat.
Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah uterus
berbentuk segitiga seperti buah pear/alpukat dan fundus diatas
pusat.
*Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur ke luar vagina (tanda Ahfeld)
* Semburan darah mendadak dan singkat
kala III maximal 30 menit (biasanya 15 menit)
2.6.4 Kala IV
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2
jam setelah itu :
Pada kala IV dilakukan observasi sebagai berikut :
1. Tanda-tanda vital ibu
2. Pemeriksaan perdarahan pada ibu
3. Pemantauan kontraksi uterus
4. Dokumentasi asuhan yang telah dilakukan
Perdarahan pada ibu dianggap normal jika < 500 cc
Lamanya persalinan pada primi dan multi adalah :
Primi Multi
Kala I 13 jam 7 jam
Kala II 1 jam ½ jam
Kala III ½ jam ¼ jam
Lama Persalinan 14 ½ jam 7 ¾ jam
Tambahan pemantauan pada kala I pada persalinan normal
Parameter Fase Laten Fase Aktif
Suhu badan Setiap 4 jam Setiap 24 jam
Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Nadi Setiap 30-60 menit Setiap 30-60 menit
Djj Setiap 1 jam Setiap 30 jam
Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 jam
Pembukaan serviks Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam

2.7 Partograf
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu
petugas kesehatan dalam mengambil keputusan saat pelaksanaan. Partograf
dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif0. partograf dimulai atau dibuat
untuk setiap ibu bersalin, tanpa menghiraukan apakah persalinan tersebut
normal atau dengan komplikasi.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya
partus lama.
3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi,
grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang
diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan
atau tindakan yang diberikan.
Hal-hal yang dicatat mengenai kondisi ibu dan janin adalah sebagai berikut :
(1) Denyut jantung janin
Dinilai setiap 30 menit sampai 1 jam. Mulai waspada apabila djj
mengarah hingga dibawah 120 atau di atas 160 x/mnt.
(2) Air ketuban
Nilai warna ketuban jika selaput ketuban
U : selaput ketuban utuh
J : selaput ketuban pecah dan air ketuban jernih
M : selaput ketuban pecah dan air ketuban bercampur meconium
D : selaput ketuban pecah dan air ketuban bernada darah
K : tidak ada cairan ketuban atau kering
(3) Perubahan bentuk kepala janin (molding atau mulase)
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi
dapat menyesuaikan terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu.
Semakin besar derajat penyusupan atau tumpang tindih, antara tulang
kepala, semakin menunjukkan resiko disproporsi kepala panggul atau
cephalo pelvic disproporsion (CPD).
Lambang dalam partograf :
O : tulang kepala janin terpisah, sutura masih mudah dipalpasi
1 : tulang kepala janin bersentuhan
2 : tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tapi masih dapat
dipisahkan.
3 : tulang kepala janin saling tindih dan tidak dapat dipisahkan.
(4) Pembukaan mulut rahim (serviks)
Dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda silang (x) digaris waktu yang sesuai
dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
(5) Penurunan bagian terbawah janin
Mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba (pada
pemeriksaan abdomen) atau pemeriksaan luar di atas ymphisis pubis.
Catat dengan tanda lingkaran (o) pada setiap pemeriksaan dalam. Pada
posisi 0/5 sinsiput (s) atau paruh atas kepala berada di symphisis pubis.
(6) Waktu
Menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien
diterima. Jam, catat sesuai angka lajur pembukaan digaris waspada.
(7) Kontraksi
Catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk menghilangkan
banyaknya kontraksi dalam hitungan detik.
: kontraksi lamanya kurang dari 20 detik
: kontraksi lamanya 20-40 detik
: kontraksi lamanya lebih dari 40 detik
(8) Oksitosin
Jika memakai oksitosin, catat banyaknya oksitosin per volume cairan
infuse dan dalam tetesan per menit.
(9) Obat-obatan yang diberikan
(10) Nadi
Catat setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar (.)
(11) Tekanan darah
Catat setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah
(12) Suhu badan
Catat setiap 2 jam
(13) Protein, aseton dan volume urine
Catat setiap kali ibu berkemih
Partograf harus digunakan setiap :
1. Untuk semua ibu dalam kala I bersalin fase aktif sebagai elemen penting
asuhan persalinan. Partograf harus digunakan baik ada atau tak ada
penyulit. Partograf akan membantu penolong dalam memantau
mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan maupun
dengan penyulit.
2. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas,
klinik, bidan swasta, rumah sakit, dan lain-lain)
3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
pada ibu selama persalinan dan kelahiran.
Penggunaan partograf yang rutin akan memastikan para ibu dan bayinya
mendapat asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, dapat mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.
Pencatatan selama fase aktif persalinan :
A. Informasi tentang ibu
1. Nama, umur
2. Gravida, para, abortus
3. No catatan medis
4. Tanggal dan waktu mulai dirawat
5. Waktu pecahnya ketuban
B. Kondisi janin
1. DJJ
2. Warna dan adanya air ketuban
3. Moulage kepala janin
C. Kemajuan persalinan
1. Pembukaan serviks
2. Penurunan bagian terbawah janin
3. Garis waspada dan garis bertindak
D. Jam dan waktu
1. Waktu mulainya fase aktif persalinan
2. Waktu actual soal pemeriksaan atau penilaian
E. Kontraksi uterus
1. Frekuensi dan lamanya
F. Obat-obatan dan cairan yang diberikan
1. Oksitosin
2. Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan
G. Kondisi ibu
1. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
2. Urine
H. Asuhan pengamatan dan keputusan lainnya

Mencatat temuan pada partograf


A. Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian atas partograf secara teliti saat memulai asuhan persalinan.
B. Kesehatan dan kenyamanan bayi
1. Djj
Setiap kotak pada bagian ini menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di
sebelah kolom paling kiri menunjukkan djj. Hubungan titik 1 dengan
lainnya dengan garis tidak terputus.
2. Warna dan adanya
Catat temuan. Temuan pada kotak yang sesuai dibawah lajur DJJ.
Gunakan lambang berikut :
U : ketuban utuh
J : ketuban sudah pecah, jernih
M : ketuban sudah pecah, air ketuban bercampur mecanium
D : ketuban sudah pecah, bercampur darah
K : ketuban sudah pecah, air ketuban kering
3. Moulage
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilailah penyusupan kepala
janin. Gunakan lambang-lambang berikut ini :
O : tulang-tulang kepala janin terpisah
1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpah tindih tapi masih dapat
dipisahkan.
3 : tulang-tulang kepala janin saling tumpah tindih dan tidak dapat
dipisahkan.
C. Kemajuan persalinan
Angka 1 – 10 yang tertera disamping kiri kolom menunjukkan besarnya
dilatasi serviks. Masing-masing kotak di bagian ini menyatakan waktu 30
menit.
1. Perubahan serviks
2. Penurunan bagian terendah janin
3. Garis waspada dan garis bertindak
D. Jam dan waktu
1. Waktu mulainya fase aktif persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera
kotak-kotak yang diberi angka 1-16.
2. Waktu actual soal pmx atau penilaian
E. Kontraksi Uterus
Dibawah lajur waktu partograf terdapat 5 kotak dengan tulisan kontraksi per
10 menit di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu
kontraksi.

F. Obat-obatan dan cairan yang diberikan


1. Oksitosin
Jika tetesan oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit
jumlah unit oksitosin yang diberikan pervolume cairan IV dan dalam
satuan tetesan/menit.
2. Obat-obatan lain dan cairan IV
G. Kesehatan dan kenyamanan ibu
1. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
2. Volume urine, protein atau aseton
H. Asuhan pengamatan dan keputusan klinik, mencakup :
1. Jumlah cairan per oral
2. Ketuban sakit kepala
3. Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya
4. Persiapan sebelum melakukan rujukan
5. Upaya rujukan

2.8 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin


2.2.1 Data subyektif
2.2.1.1 Identitas (MKB tanggal)
1. Nama
Untuk membedakan atau menetapkan identitas pasti pasien karena
mungkin memiliki nama yang sama (Manuaba,2007)
2. Umur
Umur primigravida kurang dari 16 tahun atau diatas 35 tahun merupakan
batas awal dan akhir reproduksi yang sehat (Manuaba,2007)
3. Suku/bangsa
Untuk mengetahui latar belakang sosial budaya yang mempengaruhi
kesehatan ibu, adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari dan untuk
mengetahui apakah WNI atau WNA.(Bobak, 2004)
4. Agama
Dinyatakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap
kebiasaan kesehatan ibu. Dengan diketahui agama pasien akan
memudahkan bidan melakukan pendekatan didalam melaksanakan
asuhan kebidanan.(Depkes RI, 2005)
5. Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu atau taraf kemampuan
berpikir ibu. Sehingga bidan bisa menyampaikan penyuluhan KIE pada
pasien dengan lebih mudah.
6. Pekerjaan
Pekerjaan suami dan ibu sendiri untuk mengetahui bagaimana taraf hidup
dan sosial ekonomi penderita agar nasehat yang diberikan sesuai.
7. Penghasilan
Untuk mengetahui keadaan status ekonomi yang mempengaruhi perilaku
kesehatan ibu.
8. Alamat
Untuk membedakan atau menetapkan identitas pasti pasien karena
mungkin memiliki nama yang sama dengan alamat yang berbeda
(Manuaba,2007)
2.2.1.2 Keluhan utama
Secara umum berikut contoh keluhan yang biasa dialami :
1. Ibu merasakan kontraksi yang semakin lama semakin sering dan bertahan
lama.
2. Ibu merasakan nyeri yang melingkar dari punggung memancar ke perut
bagian depan
3. Keluarnya lendir bercampur berdarah dari jalan lahir
4. Kelurnya cairan banyak dengan tiba-tiba dari jalan lahir jika ketuban
sudah pecah
(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002)
2.2.1.3 Riwayat kehamilan ini
Identifikasi tentang kehamilan ini dengan usia kehamilannya. Keluhan-
keluhan yang terjadi selama kehamilan baik pada trimester I, II dan III.
Kaji juga apakah ibu melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur,
tempatnya, dan apakah sudah mendapatkan imunisasi TT (tetanus
toxoid), bila sudah berapa kali. Kaji pergerakan anak pertama kali pada
usia kehamilan berapa minggu. Pada primi gravid biasanya baru terasa
sekitar 20 mg sedangkan pada multi sudah dapat terasa pada usia
kehamilan 16-18 minggu. Kemudian juga perlu di gali lebih lanjut
tentang keadaan emosional ibu menghadapi kehamilannya ini dan juga
HE apa saja yang sudah pernah di dapatkan.
2.2.1.4 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui adakah riwayat obstetric yang jelek di masa lalu dan
dapat dijadikan salah satu pertimbangan dalam mengambil
keputusan/untuk meramalkan persalinan yang akan terjadi, apakah ada
penyulit/tidak.
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
La
N Sua je K
U Pen Pe tm pen PB/ Se hid m ma pen
o mi ni et
k yul nol pt yul BB ks up ati me yul
ke s
nyu

2.2.1.5 Riwayat menstruasi


1. Menarche
Menstruasi pertama sekitar umur 13-15 tahun,akibat arus informasi
global,pancaindra makin mudah menjadi matang sehingga umur
menarche semakin muda (Manuaba,2007).
2. Pola Menstruasi
Siklus menstruasi berlangsung 28 hari,sehingga disebut siklus yang
teraturjika mundur 2 hari setiap bulannya.Siklus menstruasi yang teratur
sangat penting bagi perhitungan masa subur dan dapat menunjukkan faal
ovarium cukup baik (Manuaba,2007).
3. Lama haid
Lama menstruasi ideal terjadi 4-7 hari,darah yang keluar encer karena
tidak mengandung fibrin,puncak derasnya terjadi pada hari ke-3 sampai
ke-4,dan pembalut yang digunakan 2-3 penuh setiap hari
(Manuaba,2007)
4. Keteraturan menstruasi
Sekitar umur menarche sampai umur 18 tahun,ada kemungkinan
menstruasi belum teratur dengan baik,menstruasi yang teratur
menunjukkan bahwa aksis hypotalamus-hypofisis-ovarium aksis dengan
pancaindra,ini berarti bahwa setiap menstruasi akan dilepaskan ovum
sehingga dapat terjadi kehamilan (Manuaba,2007).
5. Sifat darah
Darah menstruasi encer karena tidak mengandung fibrinogen sehingga
bersifat encer,warna darah menstruasi hitam dan baunya amis karena
berasal dari deskuamasi endometrium (Manuaba,2007).
6. Dismenorhoe
Disminore bisa disebabkan oleh faktor hormonal dan non
hormonal.Disminore terjadi karena kadar prostaglandin yang terlalu
tinggi yang menimbulkan spasme otot (Manuaba,2007).
7. Fluor albus
Sedikit/sedang/banyak, tidak gatal, tidak bau, warna (putih, keruh,
bening), kekentalan (kental, encer).
8. HPHT
Bila hari pertama haid terakhir diketahui maka dapat memperhitungkan
usia kehamilan dan perkiraan persalinan. Ditanyakan untuk mengetahui
umur kehamilan dan menentukan TP dan rumus Neagel (hari+7, bulan-3,
tahun +1).
2.2.1.6 Riwayat kesehatan ibu
1. Jantung
Tanda dan gejala adanya penyakit jantung yang berat (dekompensasi
kordis) yaitu bising diastalik, peristaltik, bising jantung terus-menerus,
kordiomegali, aritmia berat, bising jantung nyaring terutama bisa disertai
thrill.
2. Diabetes
Tanda dan gejala diabetes yang mudah dikenali adalah “3P” yaitu
polydipsia, polyphagia dan polyuria.
3. Asma
Gejala asma biasanya penderita mengeluh nafas pendek, berbunyi, sesak
dan batuk-batuk.
4. TBC
Tanda dan gejala penyakit TBC adalah batuk-batuk yang lama, badan
terasa lemah, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, kadang-
kadang batuk darah dan sakit di dada.
5. Hepatitis
Hepatitis dapat terjadi pada setiap kehamilan dan mempunyai pengaruh
buruk bagi janin dan ibu.
6. Ginjal
Ditandai dengan pucat, lidah kering, hipertensi, proteinun, nokturia
7. Hypertensi
Hypertensi dibagi menjadi dua yaitu hipertensi essensial dan hipertensi
ganas. Hipertensi essensial jika tekanan darah 140/90 – 160/100mmHg.
8. Gemelli
Gemeli juga dipengaruhi faktor keturunan selain bangsa, umur dan
paritas.
2.2.1.7 Riwayat kesehatan dan penyakit keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ibu mempunyai penyakit
atau riwayat penyakit menurun ataupun menular yang dapat menjadi
penyulit dalam persalinannyadan untuk menentukan apakah ibu dapat
bersalin normal atau harus dirujuk, seperti Jantung, TBC, Hepatitis,
DM, Asma, Ginjal, Hipertensi, dan hamil kembar sering bersifat
menurun.
2.2.1.8 Riwayat sosial
Pernikahan keberapa, berapa lama, batas ideal dan diikuti hamil setelah 2
tahun ,pertama kali menikah.
Kehamilan ini: apakah direncanakan dan bagaimana respon keluarga
terhadap kehamilan ini.
2.2.1.9 Pola kehidupan sehari-hari
1. Pola nutrisi
Kapan terakhir makan dan minum pasien. Untuk mengetahui nutrisi yang
ada di dalam tubuh ibu apakah sudah mencukupi untuk tenaga dalam
melahirkan / perlu tambahan nutrisi per IV jika diperlukan.
(Ilmu Kebidanan Sarwono,2005)
2. Pola istirahat
Kapan terakhir istirahat. Jika istirahat kurang dapat menimbulkan
kecapekan bahkan stress sehingga dapat menghambat persalinan.
(Ilmu Kebidanan, 2005)
3. Pola aktivitas
Aktivitas yang terakhir dilakukan oleh pasien. Untuk mengetahui apakah
keadaan inpartu saat ini disebabkan oleh persalinan yang sesungguhnya /
hanya karena kecapekan.
4. Pola aktivitas seksual
Kapan terakhir melakukan hubungan seksual. Hubungan seksual pada
trimester III dapat merangsang terjadinya kontraksi sebagai permulaan
persalinan.
5. Pola eliminasi
Kapan terakhir kali BAB dan BAK. Kandung kemih dan rectum yang
penuh dapat menghalangi penurunan bayi saat persalinan karena
mempersempit jalan lahir.(Ilmu Kebidanan Sarwono, 2002)
2.2.2 Data Obyektif
2.2.2.1 Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum :baik/jelek
2. Kesadaran :composmentis yakni dengan sadar dapat
menjawab semua pertanyaan petugas.
3. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : normal antara 110/70-120/80 mmHg
Nadi : normal antara 60-90 x/mnt
Suhu : normal suhu antara 36,50C – 37,50C
RR : normal antara 20-24 x/menit
(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002)
2.2.2.2 Pengukuran
Berat badan
Peningkatan BB normal total selama kehamilan adalah 12-16kg pada
akhir kehamilan,secara normal berat badan rata-rata bertambah sekitar
¾ - 1 kg / minggu atau kita bisa hitung dengan menggunakan BMI.
Tinggi badan
Ibu hamil dengan tinggi badan < 145 cm, kemungkinan mempunyai
panggul sempit.
 Lingkar lengan atas
LILA yang kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk
status gizi yang kurang.
2.2.2.3 Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
1) Muka
Dilihat apakah ada oedema, pucat, conjungtiva merah muda dan sclera
putih
2) Mulut
Identifikasi adanya sianosis atau kepucatan pada bibir dan lidah,mukosa
bibir lembab, ada atau tidak caries gigi.
3) Leher
Palpasi adanya pembesaran kelenjar limfe, bendungan vena jugularis,
dan pembengkakan kelenjar tiroid.
4) Payudara
Payudara terjadi hiperpigmentasi pada areola mamae, bentuk simetris,
colostrums ada/tidak. Kehamilan 12 minggu ke atas keluar colostrums
yang berasal dari kelenjar asinus yang mulai berekskresi.
5) Abdomen
Identifikasi apakah ada linea nigra, striae livide, bekas SC.
6) Genetalia
Identifikasi apakah ada oedema, varices, bartholinitis dan pembesaran
kelenjar skene,kondiloma
7) Anus
Identifikasi apakah ada haemorroid atau tidak ada .Wasir (haemorroid)
dalam kehamilan terjadi pelebaran vena haemorroidalis interna dan
pleksus hommorroidalis eksternal karena terdapatnya konstipasi dan
pembesaran uterus.
8) Ekstrimitas
Identifikasi ekstremitas atas dan bawah apakah ada oedem dan varices.
Varices merupakan pembesaran dan pelebaran pembuluh darah yang
sering dijumpai pada ibu hamil di sekitar vulva, vagina, paha dan tungkai
bawah. Oedema tungkai terjadi akibat sirkulasi vena terganggu akibat
terkena uterus yang membesar pada vena-vena panggul.
2. Palpasi
 Leher
Ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe dan bendungan vena
jugularis.
 Dada
Ada massa atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak
 Abdomen
a. Leopold I :
Selain mengetahui TFU, Leopold I juga untuk mengetahui bagian
apa yang ada di fundus. Pada letak membujur pada fundus, teraba
lunak tidak bulat dan tidak melintang.
b. Leopold II :
Leopold II bertujuan untuk mengetahui bagian apa yang ada
disamping kiri dan kanan uterus ibu.
Pada letak membujur dapat ditetapkan punggung anak yang teraba
bagian keras, memanjang seperti papan dan sisi yang berlawanan
teraba bagian kecil janin. Dan banyak lagi kemungkinan perabaan
pada letak yang lain.
c. Leopold III :
Menentukan apa bagian terendah janin
d. Leopold IV :
Menentukan seberapa jauh bagian terendah janin masuk pintu atas
panggul. (Posisi tangan petugas konvergen, divergen atau sejajar)
(Rustam Mochtar, 1998 : 52)
3.Askultasi
Denyut jantung janin harus diantara 110-160 x/menit.
4 Perkusi
Reflek patella dianggap normal jika tungkai bawah akan bergerak sedikit
ketika tendon diketuk. Bila refleks patella negatif, kemungkinan pasien
kekurangan vitamin B1. Pemeriksaan ini akan sangat berguna jika
menghadapi pasien dengan preeklampsia atau eklampsi. Karena reflek
patella akan digunakan untuk syarat pemberian terapi SM.
2.2.2.4 Pemeriksaan dalam (VT)
Untuk mengetahui kemajuan persalinan dengan melakukan pemeriksaan
langsung pada jalan lahir.
Tanggal : jam : oleh :
1. Adakah kelainan pada dinding vagiana, elastisitas perineum
2. Pembukaan : 1-10 cm (evaluasi tiap 4 jam)
* Pada primigravida, pembukaan pada fase laten 1 cm/jam
* Pada multigravida, pembukaan pada fase laten 2 cm/jam
3. Penipisan / effacement
4. Ketuban : utuh (u) / sudah pecah , jika sudah keruh atau jernih
5. Presentasi : kepala, bokong, kaki
6. Denominator : UUK, UUB, sakrum
7. Adakah bagian kecil di sekeliling bagian terendah (presentasi ganda)
8. Hodge : I – IV

2.2. IDENTIFIKASI DIAGNOSA, MASALAH DAN KEBUTUHAN


2.2.1 Diagnosa
G… PAPIAH, usia kehamilan……..............inpartu kala……….......................
Janin hidup, tunggal, letak memanjang/melintang, presentasi,
intrauterine/ekstrauterin, keadaan jalan lahir kesan baik, keadaan ibu dan
janin baik dengan persalinan fisiologis
2.2.2 Masalah : sesuai dengan keluhan dan keadaan yang ada pada ibu.
2.2.3 Kebutuhan : Pemenuhan keinginan/kebutuhan sesuai dengan masalah yang
timbul

2.3 IDENTIFIKASI DIAGNOSA POTENSIAL DAN MASALAH


POTENSIAL
 Diagnosa potensial dan masalah potensial sesuai dengan keadaan yang
ada pada ibu (bila ada).

2.4 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


 Identifikasi kebutuhan tindakan segera disesuaikan dengan diagnosa
potensial dan masalah potensial

2.5 RENCANA TINDAKAN


2.5.1 Kala I
 Fase laten
Rencana Kala I fase laten
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu keluarga
R/informasi yang jelas mengoptimalkan asuhan yang diberikan.
2. Menjaga privasi ibu dengan menutup tirai tidak menghadirkan orang
tanpa setahu ibu dan membuka bagian tubuh ibu seperlunya.
R/Memberikan rasa nyaman dan aman pada ibu dapat mempercepat
proses persalinan.
3. Menyarankan ibu untuk berjalan-jalan di sekitar area bila ibu masih
kuat untuk jalan
R/Dengan mobilisasi dapat membantu mempercepat penurunan bagian
terendah janin dan mengurangi nyeri dan cemas pada ibu.
4. Membantu ibu mengatasi kecemasannya dengan memberi dukungan
dan mengajari ibu untuk menarik nafas panjang saat ada kontraksi.
R/ Nafas panjang dapat membuat ibu menjadi lebih rileks dan tidak
kaku dalam menjalani persalinan.
5. Menganjurkan ibu untuk miring kekiri atau posisi-posisi nyaman
R/Posisi miring ke kiri mencegah tertekannya vena cavainferior
sehingga memperlancar sirkulasi darah ibu.
6. Memenuhi kebutuhan makan, minum dan support
R/Memenuhi kebutuhan fisik dan psikis ibu memberikan rasa aman dan
nyaman ibu.
7. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara
rutin selama persalinan sedikitnya setiap 2 jam.
R/Kandung kemih penuh dapat menghalangi penurunan kepala janin.
8. Melakukan observasi fase laten di lembar observasi yakni :
Tekanan darah setiap 4 jam, suhu badan tiap 2 jam, nadi setiap 30-60
menit, DJJ setiap 1 jam, kontraksi setiap 1 jam, pembukaan serviks
setiap 4 jam, penurunan setiap 4 jam.
R/Kemajuan persalinan pada fase laten ditulis dilembar observasi
sehingga diketahui perkembangan kondisi ibu dan janin.
 Rencana kala I Fase aktif
Tujuan
Untuk mengetahui batasan waktu normal pembukaan 4 sampai lengkap.
Kriteria hasil
Fase aktif akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam
(primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multigravida) dan terjadi
penurunan bagian terendah janin. (Asuhan Persalinan Normal, 2007)
 Keadaan ibu
ku : baik
kesadaran : composmentis
Tekanan Darah : 110/70 – 120/80 mmHg
Respiration Rate : 16-24 kali per menit
Suhu : 360 – 370C
Nadi : 76-88 x/menit
Pembukaan : 4-10 cm
 Keadaan bayi
DJJ normal : 110 – 160 x/mnt
Terjadi penurunan kepala janin, tidak terjadi moulage.
Rencana Kala I Fase Aktif
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
R/informasi yang jelas mengoptimalkan asuhan yang diberikan.
2. Menganjurkan ibu untuk miring ke kiri atau posisi yang nyaman
R/Posisi miring ke kiri mencegah tertekannya Vena Cava Inferior
sehingga sirkulasi darah ibu lancar.
3. Memenuhi kebutuhan makan, terutama minum
R/Memenuhi kebutuhan fisik dan psikis ibu memberikan rasa aman
dan nyaman ibu.
4. Menyiapkan partus set dan obat-obatan yang diperlukan.
R/Kelengkapan dan kesiapan alat-alat persalinan dapat mengurangi
keteledoran yang dapat terjadi.
5. Mengobservasi fase aktif di partograf
Tekanan darah setiap 4 jam, suhu badan tiap 2 jam, nadi setiap 30-
60 menit, DJJ setiap 30 menit, kontraksi tiap 30 menit, pembukaan
serviks setiap 4 jam, penurunan setiap 4 jam.
R/Dengan menggunakan partograf, kemajuan persalinan dapat
diketahui sesegera mungkin serta menghindari adanya
keterlambatan merujuk.
6. Melibatkan keluarga atau suami dalam proses persalinan
R/Asuhan sayang ibu dalam melibatkan keluarga dapat
memberikan rasa aman dan nyaman sehingga persalinan lancar.
2.5.2 Kala II
2.5.2.1 Menjelaskan hasil periksaan kepada ibu bahwa pembukaan sekarang
sudah lengkap.
R/Informasi yang jelas dapat mengoptimalkan asuhan.
2.5.2.2 Memimpin persalinan saat ada his
R/Pada primipara kala II harus berlangsung maksimal 2 jam dan pada
multipara harus berlangsung maksimal 1 jam.
2.5.2.3 Memberikan dukungan dan dampingi ibu
R/Dengan dukungan dan pendamping, ibu merasa lebih aman dan
nyaman sehingga mempercepat persalinan.
2.5.2.4 Memberikan ibu minum manis/asupan diantara 2 his
R/Mencegah dehidrasi dan memberikan tambahan energi
2.5.2.5 Mendiskusikan pada ibu cara meneran yang baik dan efisien, mengikuti
dorongan alamiah
R/Cara meneran yang baik memperlancar proses persalinan
2.5.2.6 Menganjurkan pada ibu posisi yang nyaman untuk meneran
R/Posisi yang nyaman dan benar dapat memperlancar proses persalinan
2.5.2.7 Menganjurkan ibu untuk beristirahat / relaksasi sat tidak ada his
R/Dengan teknik relaksasi yang benar dapat menghemat tenaga ibu
2.5.2.8 Mengobservasi DJJ dan his
R/ Dengan memantau his dan djj dapat diketahui dengan segera apabila
terjadi kelainan his maupun fetal distress.
Lakukan 58 langkah APN :
I. Kenali tanda dan gejala kala II
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
II. Menyiapkan pertolongan persalinan
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan
ampul oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2 ½ ml ke dalam
wadah partus set.
3. Memakai celemek plastik.
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun
dan air mengalir.
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan
untuk pemeriksaan dalam
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan
oksitosin dan letakan kembali ke dalam wadah partus set.
III. Pastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
7. Membersihkan Vulva dan perineum dengan kapas basah yang telah di basahi
oleh air matang (DTT) dengan gerakan vulva ke perineum
8. Melakukan pemeriksaan dalam pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban sudah pecah.
9. Menyelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya
dalam larutan klorin 0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai. Pastikan DJJ
dalam batas normal (120 -160 x/menit).
III. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan meneran.
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta
ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada
saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa
nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
IV Persiapan pertolongan kelahiran bayi
15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan
handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diatas perut ibu.
16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali alat dan bahan
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19. Memasang handuk bersih saat kepala janin terlihat pada vulva dengan
diameter 5-6 cm, pada perut ibu untuk mengeringkan bayi jika telah lahir dan
kain kering dan bersih yang di lipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu. Setelah
itu kita lakukan parasat stenan (perasat untuk melindungi perineum dengan
satu tangan, di bawah kain bersih dan kering, ibu jari pada salah satu sisi
perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain pada belakang kepala bayi.
Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar
secara bertahap melewati introitus dan perineum).
20. Setelah kepala keluar seka mulut dan hidung bayi dengan kasa steril
kemudian periksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21. Tunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal.
Anjurkan pada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus
pubis dan kemudian gerakan ke atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas
untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke arah
bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan
jari telunjuk tangan kiri di antara kedua lutut janin)
IV. Penanganan bayi baru lahir
25. Melakukan penilaian selintas :
a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak aktif
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainya
keceuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah
dengan handuk atau kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus..
28. Memberitahukan pada ibu bahwa ia akan di suntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikkan oksitosin 10 unit IM di 1/3
paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan
oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm
dari pusar bayi. Dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali
pusat pada 2 cm distal dari klem pertama
31. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi),
dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
32. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan kembali benang tersebut dan ikat dengan simpul kunci pada sisi
lainnya. (tali pusat bayi di klem dengan klem plastik)
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
2.5.3 Kala III
 Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
 Melakukan manajemen aktif kala III, meliputi :
a. Memberikan suntikan oksitosin dalam 1 menit setelah bayi lahir
E: Ibu tidak menolak untuk disuntik, oksitosin 10 UI disuntikkan secara
IM di 1/3 paha kanan bagian luar.
b. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
c. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis,
untuk mendeteksi pelepasan plasenta. Tangan lain menegangkan tali
pusat
d. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat dengan tangan kanan,
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorso
kranial. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan peregangan
tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi
prosedur
e. Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan
lahirE: Terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta, kluar darah tiba-tiba dan
tali pusat tampak memanjang.
f. Setelah plasenta tampak di vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan
hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua
tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta
dan mencegah robeknya selaput ketubanMembantu melahirkan plasenta
g. Memeriksa kelengkapan plasenta
h. Memeriksa perdarahan
i. Mengajarkan ibu dan keluarga cara memasase uterus
2.5.4 Kala IV
2.5.4.1 Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu:
1. Memeriksa apakah ada luka robekan, jika ada melakukan repair
2. Melanjutkan observasi TTV, kontraksi uterus dan pendarahan 2-3 kali
dalam 15 menit pertama persalinan, Setiap 15 menit pada 1 jam pertama
persalinan, Setiap 30 menit pada 1 jam kedua persalinan
3. Membersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan
kering.
4. Melakukan masase perut ibu dan anjurkan keluarga tentang teknik
masasse
5. Memberi KIE kepada ibu mengenai :
 Massase rahim
 Mobilisasi dini
 Nutrisi
 Eliminasi
 Personal hygiene
 ASI Eksklusif
 Terapi medicinal (Analgesik, Antibiotik, Tablet tambah darah, vit
A 200.000 IU)
 Perawatan bayi baru lahir
 Tanda bahaya nifas :
- Sakit kepala
- Pandangan kabur
- Demam
- Nyeri perut hebat
- Perdarahan pervaginam yang banyak
- Cara menjemur bayi di pagi hari
6. Melakukan observasi 2 jam PP (TTV, kontraksi uterus, perdarahan dan
kandung kemih)
e. Melakukan pendokumentasian dengan menggunakan partograf dan
SOAP
a. PELAKSANAAN
Langkah pelaksanaan didalam proses manajemen kebidanan dilakukan
oleh bidan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pada
pelaksanaan ini bidan melakukan secara mandiri.
b. EVALUASI
Langkah terakhir proses manajemen kebidanan, dan merupakan tindakan
pengukuran antara keberhasilan tindakan dari rencana dan tindakan yang
dimunculkan dengan metode SOAP
DAFTAR PUSTAKA

Babak, dkk. 2004. Keperawatan Matrinitas. Jakarta : EGC.


Depkes RI. 2005. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI.
Manuaba, Ide Bagus. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta, EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Synopsis Obstetrik. Jilid I. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : YBP.SP.
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP.SP.
Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP.
Varney Helen. 1995. Asuhan Kebidanan Varney Jakarta, EGC.
_________,2007. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK.KR

Anda mungkin juga menyukai