Anda di halaman 1dari 30

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bidan memandang pasiennya sebagai makhluk sosial yang memiliki
budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik, sosial budaya
dan lingkungan sekitarnya.Unsur-unsur yang tercakup dalam kebidaan adalah
pelayanan kebidanan, lingkungan, pengetahuan serta teknologi.
Perkembangan nasional dibidang kesehatan bertujuan untuk mencapai
kemampuan untuk hidup sehat, bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal.Untuk mewujudkan kesehatan
masyarakat secara optimal diperlukan peran serta masyarakat dan sumber daya
masyarakat sebagai modal dalam pembangunan nasional. Dalam upaya
mewujudkan kesehatan masyarakat terutama dalam mencegah kematian Ibu
dan Anak pemerintah mencanangkan program safe motherhood yang beruapa
6 pilar sebagai realisasi kerja, anatara lain : Pelayanan Keluarga Berencana,
Asuhan Antenatal, Persalinan bersih dan aman, Pelayanan Obsetrik Neonatal,
Pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan primer dengan
memberdayakan wanita.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka sebaiknya bila nikah dibawah usia
20 tahun harusnya kehamilanya ditunda dulu sampai usia 20 tahun agar tidak
terjadi resiko tinggi dalam kehamilan.

1.2..Tujuan

1.2.1 Tujuan umum


Dengan adanya asuhan kebidanan ini diharapkan dapat mengerti dan
memahami pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
resiko tinggi
1.2.2 Tujuan khusus
Diharapkan penulis mampu :
a. Melakukan pengkajian data
2

b. Melakukan interpretasi data dasar


c. Melakukan perumusan masalah
d. Menyusun prioritas masalah
e. Melakukan perencanaan dan tindakan

1.1 Manfaat Penulisan

1.1.1 Bagi Institusi

Sebagai dokumen untuk menambah bahan bacaan serta menambah

pengetahuan tentang hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan

ibu hamil dalam melaksanakan antenatal care.

1.1.2 Bagi Peneliti

Sebagai sumber data penelitian tentang hubungan tingkat pendidikan

dengan kepatuhan ibu hamil dalam melaksanakan antenatal care dan

mengaplikasikan mata kuliah metode penelitian.

1.1.3 Bagi Ibu (Responden)

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang pelaksanaan antenatal

care sehingga ibu-ibu dapat mengerti dan memahami tentang

pentingnya kepatuhan dalam melaksanakan antenatal care.

1.1.4 Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan masukan dalam menentukan langkah-langkah untuk

meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan sehingga derajat

kesehatan masyarakat khususnya ibu hamil dapat meningkat.


BAB 2
TINJAUAN TEORI

1. Konsep Risiko Kehamilan


Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan dengan adanya salah
satu atau lebih faktor resiko dari pihak ibu maupun bayi yang dapat
memberikan dampak yang kurang menguntungkan bagi ibu dan bayi.
Kehamilan resiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi
optimalisasi ibu maupun janin pada keadaan yang dihadapi.
Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan dengan satu atau lebih
faktor resiko baik dari pihak ibu maupun janin yang memberikan dampak
yang kurang menguntungkan bagi ibu maupun janinnya.

1.1 Kelompok Faktor Resiko


Menurut Poedji Rochjati 2003 kelompok faktor resiko adalah suatu
keadaan/ciri seseorang atau suatu kelompok orang yang mempunyai
hubungan dengan peluang akan terjadinya suatu penyakit atau kecacatan
dean kematian. Faktor resiko ibu dapat diamati/ dikenal sebelum peristiwa
yang dapat diramalkan terjadi hingga persiapan untuk menangani dapat
direncanakan.

1.1.1 Kelompok faktor resiko I


 Primigravida
Terlalu muda hamil pertama umur kurang dari 16 tahun
 Primitua
Terlalu tua hamil pertama umur lebih dari 35 tahun/ terlalu
lambat  hamil setelah kawin >4 tahun.
 Primitua sekunder
Terlalu lama punya anak lagi, anak terkecil >10 tahun
 Anak terkecil >2 tahun
 Grande multi
Anak lebih dari 4
4

 Umur lebih dari 35 tahun


 Tinggi kurang dari 145 cm untuk ibu dengan :
- Hamil pertama
- Hamil ke dua atau lebih tetapi pernah lahir normal atau
spontan dengan bayi cukup bulan dan hidup.
 Riwayat kehamilan yang buruk :
- Pernah melahirkan prematur,lahir mati
- Hamil kedua yang pertama gagal
- Hamil ketiga atau lebih gagal (abortus/ lahir mati) 2 kali.
- Hamil terakhir bayi lahir mati
 Riwayat persalinan dengan :
- Tarikan tang dengan vakum
- Uri dikeluarkan oleh penolong dalam rahim
- Ditransfusi pada perdarahan post partum
 Pernah operasi Caesar sebelum kehamilan ini

1.1.2.   Kelompok kehamilan resiko II


Tanda bahaya saat kehamilan, tapi tidak darurat, diantaranya :
 Penyakit ibu hamil
Anemia
Malaria
TB paru
Payah jantung
DM
PMS
 Pre-eklamsi ringan
 Bengkak pada tungkai dan hipertensi
 Hamil kembar/ gemeli
Perut ibu sangat besar, gerak anak dirasakan di berbagai tempat
 Hamil kembar air/ hidramnion
Perut ibu sangat besar, gerak anak kurang terasa karean air ketuban
terlalu banyak, biasanya janin kecil.
5

 Hamil lebih bulan/ serotinus


Ibu hamil lebih dari 9 bulan
 Hamil kelainan letak
Sungsang : rasa berat menunjukkan letak kepala janin di atas perut
Lintang : rasa berat menunjukkan letak kepal janin di samping perut
kiri/ kanan
 Janin mati dalm kandungan
Ibu hamil tidak merasakan gerakan janin lagi, perut mengecil

1.1.3. Kelompok resiko tinggi III


Ada ancaman nyawa ibu dan bayi dengan faktor ini membutuhkan
pengenalan diri, dirujuk dengan segera, faktor resiko dalam kelompok
ini adalah :
 Perdarahan sebelum kelahiran bayi
 Mengeluarkan darah saat hamil, sebelum kelahiran bayi
 Pre-eklamsi berat/ eklamsi
Pada hamil 6 bulan atau lebih, sakit kepala, tungkai/wajah bengkak,
hipertensi, albumin dalam urin, bila pre-eklamsi ditambah kejang-
kejang.

1.2. Bahaya Kehamilan Dengan Resiko Tinggi


a) Bayi lahir belum cukup bulan
b) Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
c) Keguguran atau abortus
d) Persalinan tidak lancar atau macet
e) Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan
f) Janin mati dalam kandungan
g) Ibu hamil/ bersalin meninggal dunia
h) Keracunan kehamilan atau kejang-kejang

1.3. Diagnosa
Penegakan diagnosis kehamilan dan janin dengan resiko tinggi
6

adalah dengan :
a) Melakukan anamnesa yang intensif ( baik )
b) Melakukan pemeriksaan fisik
c) Melakukan pemeriksaan penunjang, seperti :
- Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan Rontgen
- Pemeriksaan ultrasonografi
- Pemeriksaan lain yang dianggap perlu
1.4. Pencegahan
Kehamilan resiko tinggi dapat dicegah bila gejalanya ditemukan
sedini mungkin sehingga diperlukan tindakan untuk menanganinya.
Yang harus dilakukan ibu hamil dengan esiko tinggi yaitu :
- Memeriksakan kehamilan secara teratur sesuai dengan anjuran
petugas kesehatan atau dokter.
- Merencanakan persalinan aman
- Istirahat cukup, istirahat malam kurang lebih 8 jam dan istirahat
siang kurang lebih 2 jam.
- Boleh melakukan kegiatan sehari-hari asal tidak berlebihan.
- Memenuhi kebutuhan gizi untuk ibu hamil dengan
mengkonsumsi makanan yang bergizi.
- Segera kebidan,dokter,puskesmas atau rumah sakit apabila
didapatkan tanda-tanda sebagai berikut :
a) Badan panas lebih dari 2hari
b) Perdarahan melalui vagina
c) Keluar ketuban melalui vagina
d) Sakit kepala terus menerus
e) Muntah-muntah
f) Batuk campur darah
g) Kejang-kejang
h) Gerakan janin tidak terasa
i) Bengkak pada kelopak mata atau seluruh tubuh
7

1.5. Penatalaksanaan KRT (Kahamilan Resiko Tinggi)


a. Kehamilan resiko tinggi harus dibina antara lain oleh seorang ahli
kebidanan dengan pengawasan yang intensif.
b. Persalinan harus dilakukan di RS yang lengkap fasilitasnya.
c. Jika perlu dilakukan pemeriksaan khusus seperti USG.
d. Penderita masuk RS sedini mungkin.
e. Setelah bayi lahir secara intensif dirawat oleh dokter anak.

1.6. Skreening Deteksi Dini Ibu Hamil Resiko Tinggi


Menurut Poedji Rochjati 2003 skreening deteksi dini ibu hamil resiko
tinggi menuju persalinan normal adalah :
1. Sangat baik bila ibu hamil dalam kehamilan muda sudah dapat
dilakukan perkiraan kemungkinan terjadi pentulit saat kehamilan,
sehingga jika sudah mendekati persalinan dan betul-betul terjadi
penyulit ibu hamil, suami dan kelurga sudah ada kesiapan baik
mental, keputusan  untuk merujuk, biaya dan transportasi.
2. Penilaian berat ringannya kmplikasi persalinan dan bahaya
kesakitan dan kematian ibu dan bayi diberi pembobotan/ diukur
menggunakan angka dan dinamakan system score dapat diberikan
tiap kondisi ibu hamil yaitu umur, paritas, faktor resiko yang
menyebabkan komplikasi persalinan.
Tujuan system score :
a. Menurut pengelompokan ibu hamil kehamilan resiko rendah
(KRR), kehilan resiko tinggi (KRT), kehamilan resiko sangat
tinggi (KRST) agar perkembang perilaku kebutuhan, tempat
pertolongan persalinan yang sesuai dengan kondisi ibu hamil.
b. Melakukan pemberdayaan ibu hamil, suami, keluarga, dan
masyarakat agar peduli dan memberikan dukungan.
Fungsi system score :
a. Alat komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) bagi ibu hamil,
suami, kelurga dan masyarakat.
b. Alat peringatan bagi petugas kesehan agar lebih waspada.
8

1.7. *SKOR POEDJI ROCHJATI


I II III IV
No Masalah / Faktor resiko Skor Skor
Skor awal ibu Hamil 2 2
A 1 Terlalu muda hamil < 16 tahun 4 0
2 a.Terlalu lambat hamil I,kawin ≥ 4 tahun 4 0
b.Terlalu tua hamil I, ≥ 35 tahun 4 0
3 Terlalu cepat hamil lagi ( < 2 tahun) 4 0
4 Terlalu lama hamil lagi ( > 10 tahun) 4 0
5 Terlalu banyak anak, 4 atau lebih 4 0
6 Terlalu tua umur ≥ 35 tahun 4 0
7 Terlalu pendek ≤ 145 cm 4 0
8 Pernah gagal kehamilan 4 0
9 Pernah melahirkan dengan :
a.Tarikan tang/vakum 4 0
b.Uri dirogoh 4 0
c.Diberi infuse/transfuse 4 0
10 Pernah operasi sesar 8 0
B 11 Penyakit pada Ibu hamil
a.Anemia 4 0
b.Malaria 4 0
c.TBC 4 0
d.Payah jantung 4 0
e.Kencing manis (diabetes) 4 0
f.Penyakit menular seksual 4 0
12 Bengkak pada muka/tungkai dengan TD 4 0
tinggi
13 Hamil kembar 2 atau lebih 4 0
14 Hamil kembar air (hydramnion) 4 0
15 Bayi mati dalam kandungan 4 0
16 Kehamilan lebih bulan 4 0
17 Letak sungsang 4 0
18 Letak lintang 4 0
19 Perdarahan dalam kehamilan ini 8 0
20 Preeklamsi berat / kejang-kejang 8 0
Jumlah skor (A+B) 2

Keterangan :
Jumlah skor (A+B) :
2 → kehamilan resiko rendah
6-8 → kehamilan resiko tinggi
> 12 → kehamilan resiko sangat tinggi.
9

1.8. Pedoman Penyuluhan Kehamilan/persalinan aman (Rujukan


Terencana).
Kehamilan
Kehamilan Dg resiko Rujukan

Jumlah Kelompok Perawatan Rujukan Tempat Penolong RDB RDR RTN


Skor Resiko
2 KRR Bidan Tidak Rumah Bidan
Dirujuk Polindes
6-10 KRT Bidan Bidan Polindes Bidan
Dokter PKM PKM/RS Dokter
≥12 KRST Dokter RS RS Dokter

2. JURNAL
Kehamilan adalah fertilisasi spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan

nidation atau implantasi. Saat ini, angka kematian ibu sangat tinggi dengan 830

wanita meninggal karena komplikasi yang berkaitan dengan kehamilan atau

persalinan di seluruh dunia setiap hari.

Beberapa penelitian tentang wanita sehat dari negara makmur dan

kurang makmur menunjukkan tinggi badan ibu dikaitkan dengan peningkatan

komplikasi persalinan. Di India, tinggi ibu dan berat janin dalam persalinan

ditemukan bahwa operasi caesar pada wanita pendek adalah 32,5% sedangkan

pada wanita dengan tinggi badan lebih dari 145 cm adalah 25%. Dengan

demikian wanita yang kurang dari atau sama dengan 145 cm memiliki risiko

lebih tinggi dari seksio sesaria darurat jika dibandingkan dengan wanita yang

lebih dari 145 cm.

Di Nigeria Selatan, menunjukkan bahwa lebih banyak wanita dalam

kelompok penelitian memiliki kelahiran sesar daripada kelompok kontrol

dengan rasio 3: 1. Wanita dengan tinggi <152 cm lebih mungkin melahirkan


10

melalui operasi caesar dibandingkan mereka dengan tinggi badan lebih dari 152

cm. Dengan demikian diperlukan kebutuhan untuk mengambil tindakan

pencegahan pada wanita pendek untuk mengurangi hasil yang buruk selama

persalinan. Meskipun kontroversi tinggi badan ibu sebagai indeks dalam

penentuan disproporsi sefalopelvik, faktanya hal ini tetap menjadi alat yang

berguna dalam menilai kehamilan pada risiko yang relatif lebih tinggi.

Deteksi dini wanita yang berisiko dengan tinggi badan tetap menjadi

tujuan perawatan antenatal dan kebutuhan untuk rujukan awal dari daerah ke

pusat.

HUBUNGAN TINGGI BADAN IBU DENGAN PROSES PERSALINAN

Gayitri Humaera, Ratna Dewi Puspita Sari, Arif Yudho Prabowo

Hasil analisis menunjukkan bahwa:

Ibu hamil dengan lingkar lengan kurang dari 23 cm mempunyai risiko 232 persen

lebih tinggi untuk melahirkan beyi BBLR dibandingkan dengan ibu dengan lingkar

lengan lebih dari 23 cm. PGM 1998.2 I: 41-49 Risiko Ihu Ilamil REK dan Anemia

melahirkon Bavi RBLR Edwi S.: dkk

RlSlKO IBU HAMII. KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN ANEMIA UNTUK

MELAHlRKAN BAY1 DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) Oleh

Edwi Saraswati dan lmanSumarno

3. Tinjauan manajemen 5 langkah Askeb


2.3.1 Pengkajian

2.3.1.1 Data Subjektif

Data subjektif adalah data yang didapat berdasarkan

persepsi klien tentang masalah kesehatan mereka. Data


11

Subjektif adalah data yang didapat berdasarkan persepsi dan

pendapat klien tentang masalah kesehatan mereka. Sumber

data pengkajian dapat berasal dari anamnesa klien, keluarga

dan orang terdekat, anggota tim perawatan kesehatan, catatan

medis, dan catatan lainnya. (Haryanto, 2017).

Identitas Pasien :

Nama : Nama klien dicatat untuk mengetahui identitas

klien. Dikaji dengan jelas dan lengkap agar tidak

terjadi kekeliruan dalam memberikan asuhan

kebidanan (Matondang, 2017)

Umur  : Usia klien untuk melengkapi identitas klien

(Aimul, 2016).

Agama : untuk pedoman asuhan kebidanan yang diberikan

sesuai dengan kepercayaan yang dianut klien,

pemberian dukungan mental terhadap keyakinan

klien (Wheeler, 2017).

Pendidikan  : untuk mengetahui tingkat pengatahuan dan

metode komunikasi yang akan disampaikan oleh

tenaga kesehatan. Tingkat pendidikan sangat

berperan dalam kualitas perawatan. Dalam

memberikan health education kepada klien tentunya

bidan harus mengetahui tingkat pendidikannya

sehingga bidan dapat memberikan konseling yang


12

sesuai dengan tingkat pendidikan baik pada klien

maupun keluarga (Wheeler, 2017).

Pekerjaan : untuk mengetahui kecukupan ekonomi pada klien

dan keluarga untuk mengetahui pengaruh aktifitas

terhadap kesehatan klien (Wheeler, 2017)

Alamat : untuk mengetahui suku, adat, daerah, budaya dan

memudahkan komunikasi serta kondisi lingkungan

tempat tinggal di sekitar klien (Matondang, 2017).

Alasan Kunjungan :

Mengetahui alasan yang membuat pasien datang yang

berhubungan dengankehamilanya. Informasi ini penting untuk

mengetahui masalah yang dihadapi oleh klien (Ambarwati &

Wulandari, 2018).

Keluhan Utama : Mengetahui apa yang saat ini

dirasakan klien, selanjutnya sebagai dasar penatalaksanaan dari

pelayanan yang diberikan (Nugroho dan Utama, 2016)

Riwayat menstruasi (Aimul, 2016) :

Tabel 2.5.1 Riwayat Menstruasi

Menarche Menarche untuk mengetahui apakah keluhan


yang di alami termasuk keluhan penyerta
menarche termasuk keluhan yang sering muncul
pada 2 tahun post menarche sehingga gangguan
menstruasi yang di alami termasuk normal.
Siklus Pada kasus amenore sekunder tidak haid
sedikitnya 3 bulan berturut-turut (Fansia, 2016).
Lama Lama haid digunakan untuk mengetahui lamanya
haid menstruasi klien, perkiraan jumlah perdarahan
yang dialami klien (dihitung melalui jumlah
pembalut yang digunakan klien dalam 1 hari
ketika menstruasi), mengidentifikasi apakah ada
13

kelainan lamanya menstruasi pada klien atau


tidak. Normal 3-8 hari
Banyak Banyak darah di kaji untuk membantu
darah menegakkan diagnosis apakah klien termasuk
menorrhagia atau keluhan lainnya. Selain itu
untuk membantu mencari rantai etiologi dengan
komplikasi anemia. Banyak darah dapat dihitung
dengan jumlah ganti pembalut tiap harinya.
Nyeri Nyeri haid untuk mengkaji nyeri haid antara lain
haid waktu munculnya, skala nyeri, tempat nyeri,
faktor yang menimbulkan nyeri, faktor yang
mengurangi nyeri dan dikaji keluhan penyerta
seperti lemas, pucat dan pusing.
HPHT HPHT dikaji untuk mengetahui haid terakhir
yang dialami oleh klien sehingga dapat
mengetahui siklus dan keteraturan haid dan usia
kehamilan serta penetukan tafsiran kehamilan
Keputiha Keputihan dikaji untuk mengetahui kemungkinan
n adanya infeksi pada organ reproduksi seperti
pada infeksi menular seksual, infeksi radang
panggul atau gangguan pada alat reproduksi
seperti kanker atau tumor

Riwayat Kesehatan Lalu dan Sekarang :

Klien : Untuk mengetahui kemungkinan penyakit yang

diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan kehamilan

(Ambarwati dan Wulandari, 2018).

Keluarga : Data ini diperlukan untuk mengetahui

kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap

gangguan kesehatan pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2017).

Riwayat Psikososial :

Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga (Ambarwati dan

Wulandari, 2016)

Pola Kebiasaan Sehari-hari (Aimul, 2016) :


14

Tabel 2.5.2 Pola Kebiasaan Sehari- hari

Istirahat Berhubungan dengan pola tidur klien dengan


kehamilanya
Aktifitas Berhubungan dengan aktivitas klien yang dapat
mempengaruhi psikis dan fisik klien.
Eliminasi Eliminasi dikaji mengenai pola dan gangguan
pada mikturisi dan defekasi yang dapat terjadi
pada ibu hamil
Nutrisi Nutrisi dikaji untuk mengetahui asupan nutrisi
yang dikonsumsi klien sesuai dengan kebutuhan
kalori harian ibu hamil 2kali lipat dari sebelum
hamil
Personal Mengetahui pola kebersihan diri klien dalam
Hygiene merawat diri yang berhubungan dengan infeksi
genetalia seperti mandi, membasuh setelah BAK
dan BAB, frekuensi ganti celana dalam dan
pembalut
Pola Kebiasaan yang dapat mempengaruhi dengan
Kebiasaan kelainan dan disfungsi organ reproduksi seperti
merokok, mengonsumsi minuman keras dan
narkoba

2.3.1 Data Obyektif

Pemeriksaan Umum (Aimul, 2016) :

Keadaan umum/ kesadaran :

untuk mengetahui keadaan umum apakah lemah, cukup, baik,

tingkat kesadaran pasien apakah compos mentis (sadar penuh

memberikan respon yang cukup terhadap stimulus yang

diberikan), apatis (acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya),

somnolen (gelisah: tidak responsive terhadap rangsangan

ringan dan masih memberikan respon terhadap rangsangan

yang kuat), delirium, semi koma dan koma (tidak dapat

bereaksi terhadap stimulus atau rangsangan apapun). Pada


15

kasus mioma uteri biasanya keadaan umum lemah dan

kesadaran compos mentis (Jitowiyono dan Kristiyanasari,

2018).

Tekanan darah :

Normalnya sistole 100-120, diastole 60-80 mmHg

(Sulistyawati, 2018).

Suhu :

Normalnya 36,5 – 37,50C, apabila suhu badan lebih dari 380C

kemungkinan terjadi infeksi (Ambarwati dkk, 2017).

Nadi :

Normal 60 – 100x/menit (Ambarwati dkk, 2017).

Pernafasan :

Normal 16 – 24x/menit (Ambarwati dkk, 2017).

Pemeriksaan Antropometri

 Berat badan

Berat badan digunakan untuk mengetahui tingkat gizi

remaja melalui berat badan dengan IMT. Kelebihan berat

badan dapat mengakibatkan dismenore primer, karena di

dalam tubuh orang yang mempinyai kelebihan berat badan

terdapat jaringan lemak yang berlebihan yang dapat

mengakibatkan hiperplasi pembuluh darah (terdesaknnya

pembuluh darah oleh jaringan lemak) pada organ reproduksi

wanita sehingga darah yang seharusnya mengalir pada


16

proses menstruasi terganggu dan timbul dismenore primer

(Widjanarko 2017).

 Tinggi badan

Tinggi badan digunakan untuk mengetahui tingkat gizi

remaja melalui tinggi badan dengan IMT

Pemeriksaan Fisik :

 Kepala : simetris, warna rambut, bau, kebersihan rambut,

ada/ tidaknya ketombe dan kutu, bekas operasi, lesi

 Wajah : pucat/tidak, ikterus/tidak, oedem/tidak,

tergantung pada keluhan klien, wajah klien tampak pucat

hingga segar jika pendarahan yang keluar tidak banyak,

tidak ada oedema dan kelainan, ada tidaknya cloasma dan

jerawat (Varney, 2016)

 Mata : simetris, konjungtiva merah muda / pucat, sklera

putih atau tidak, ada atau tidaknya pembengkakan

palpebra, fungsi penglihatan masih baik/tidak, umumnya

pada kasus conjungtiva merah muda dan sclera putih

(Varney, 2016). Inspeksi pergerakan bola mata, posisi, dan

kesejajaran mata, kelainan pada bola mata, kelainan pada

bola mata, sclera dan conjungtiva (apakah tampak ikterus

pada sclera dan apakah anemia pada conjungtiva), inspeksi

adakah secret pada sclera dan conjungtiva (Nur Aini, 2017).

 Mulut dan kerongkongan: kebersihan, warna mukosa,

caries, adakah stomatitis, adakah epulis, bibir pucat/tidak,


17

bibir tampak kering hingga lembab, mukosa mulut atau

bibir dari pucat hingga merah muda (Manuaba, 2016).

Rongga mulut (diperiksa adakah stomatitis, kemampuan

menggigit dan mengunyah, serta menelan), bibir (warna,

simetris, lesi, kelembaban, pengelupasan, dan bengkak),

gusi (warna dan edema), gigi geligi (karang gigi, caries gigi,

sisa gigi), lidah (kotor, warna, kesimetrisan, kelembapan,

luka bercak dan pembengkakan), kerongkongan

(peradangan, tonsil, lendir/secret) (Nur Aini, 2017).

 Leher : ukuran fisik leher proposional dengan panjang

badan klien, adakah pembesaran kelenjar tiroid, adakah

bendungan vena jugularis, adakah pembesaran kelenjar

limfe untuk mengetahui apakah ada infeksi. Dalam

beberapa kasus disfungsi kelenjar tiroid (hipotiroid dan

hipertiroid) dapat berperan sebagai etiologi haid yang tidak

teratur (Varney, 2016). Lakukan inspeksi untuk melihat

kesimetrisan, pergerakan, adakah massa, kekakuan leher,

pemeriksaan pada kelenjar tyroid yaitu dengan melakukan

inspeksi untuk melihat besarnya kelenjar tyroid dan juga

bentuknya, lakukan palpasi dengan cara satu tangan dari

samping atau dua tangan dari belakang. Lalu jari-jari

meraba permukaan kelenjar dan klien diminta untuk

menelan, bila yang teraba saat diminta menelan ikut tertelan

hal ini menandakan kelenjar tyroid yg membesar. Lakukan


18

palpasi pada vena jugularis untuk melihat tekanannya juga

untuk melihat apakah vena jugularis tersebut mengembang

secara nyata. Lakukan inspeksi dan palpasi pada leher

adakah pembesaran kelenjar limfe, bila ada tentukan

ukuran, bentuk, mobilitas dan konsistensi (Nur Aini, 2017).

 Dada : Kesimetrisan kedua payudara, kebersihan kedua

payudara, puting susu menonjol atau tidak. Palpasi : adakah

massa atau pembesaran massa atau kelenjar limfe, adakah

cairan/rabas yang keluar dari puting. Auskultasi : bunyi

nafas normal/tidak, intensitas reguler/tidak, bunyi jantung

normal/tidak, intensitas reguler/tidak. Umumnya tidak

sesak, payudara simetris dan tidak ada benjolan abnormal

(Manuaba, 2010). Lakukan inspeksi apakah pola pernafasan

normal. Adakah tanda ketidaknyamanan bernafas. Lakukan

auskultasi pada dinding thoraks dengan menggunakan

stethoscope yaitu klien diminta untuk bernafas cukup dalam

dengan mulut terbuka lalu letakkan stetoskop secara

sistematis dari atas kebawah dengan membandingkan antara

kiri dan kanan. Lihat perkembangan payudara, bentuk

payudara, kesimetrisan, adanya benjolan atau tidak, bentuk

puting susu, areola mamae (Nur Aini, 2017).

 Abdomen : Apakah ada luka bekas operasi, ada ben jolan

atau tidak, ada nyeri atau tidak (Varney, 2016). Pada kasus

kehamilan adanya pemeriksaan tambahan seperti leopord


19

untuk mengetahui tinggi fundus uteri, baian terendah janin

dll (Ambarwati dan Wulandari, 2014).

 Genetalia : Untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-

tanda infeksi, varices, pembesaran kelenjar bartolini dan

perdarahan (Prihardjo, 2016).

 Anus : Pemeriksaan pada anus bersamaan dengan

pemeriksaan genetalia (periksa perkembangan rambut pubis

dan kebersihannya) dengan melakukan inspeksi untuk

mengetahui adakah hemoroid, fistula dan kebersihan (Nur

Aini, 2017).

 Ekstremitas: Warna kuku dan Capillary Refill Time dengan

batas normal < 2 detik, perabaan suhu akral. Lakukan

inspeksi pada ekstermitas adakah edema, inspeksi adakah

varices. Perkusi (Reflek bisep). Reflek trisep dengan cara

Pegang lengan bawah klien dalam posisi semifleksi, setelah

itu ketok pada tendon insersim trisep yang berada sedikit

diatas olekranon, bila lengan bawah mengadakan gerakan

ekstensi dan ada kontraksi menandakan bahwa reflek otot

baik. Ekstremitas bawah dengan cara Tungkai di fleksikan

dan di gantung, misalnya pada tempat tidur. Kemudian

diketuk pada tendon musculus kuadriseps femoris, dibawah

atau diatas patella, bila ada kontraksi berarti reflek otot baik

(Nur Aini, 2017).

Data Penunjang :
20

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada yaitu Biopsi

endometrium, Progestin withdrawal, Kadar prolaktin, Kadar

hormon, Tes fungsi tiroid, Tes kehamilan, Kadar FSH (Folicle

Stimulatin Hormon), LH (Luteinzing Hormone) dan TSH

(Thyroid Stimulating Hormone), Kariotipe untuk mengetahui

adanya kelainan kromosom, CT Scan kepala (jika diduga ada

tumor hipofisa).

2.3.2 Analisa Data/ Diagnosa

 Diagnosa Aktual :

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan

dalam lingkup praktik kebidanan (Varney, 2016). Diagnosa yang

dapat ditegakkan adalah “Ny. X P x A x umur x tahun dengan

kehamilan fisiologis”.

Data Dasar :

Data Subjektif

Data yang diperoleh melalui anamnesa pasien sebagai suatu

pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2016).

Data Objektif

Data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat oleh tenaga

kesehatan (Nursalam, 2016)

 Masalah :

Pada kasus kehamilan fisiologis masalah yang dihadapi pasien

yaitu mual, muntah, pusing, nyeri punggung,sering BAK (Nugroho

dan Utama, 2014).


21

 Kebutuhan :

Pada kasus kehamilan kebutuhan yang diberikan yaitu dorongan

moril dan kebutuhan konseling informasi education (KIE)

(Manuaba, 2017).

2.3.3 Intervensi

Tujuan

 Setelah dilaksanakannya asuhan kebidanan yang tepat diharapkan

keluhan klien dapat teratasi dengan baik tanpa adanya komplikasi

 Klien mengerti dengan kondisinya dan kooperatif untuk menangani

keluhannya dengan mengikuti saran dan terapi yang diberikan

Intervensi/perencanaan

2.3.4 Implementasi

Merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan yang telah

dibuat sebelumnya secara menyeluruh dengan efisien dan aman.

Implementasi yang dilaksanakan adalah mengacu pada intervensi

yang telah dibuat serta menyesuaikan dengan situasi dan kondisi

pasien (Varney, 2016)

2.3.1 Evaluasi

Tindakan pengukuran antara keberhasilan dalam

melaksanakan tindakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan

tindakan yang dilakukan sesuai kriteria hasil yang ditetapkan dan

apakah perlu untuk melakukan asuhan lanjutan atau tidak ( Varney,

2016).

Data Subyektif :
22

Data ini diperoleh melalui anamnesa.

Data Obyektif :

Hasil pemeriksaan klien dan pemeriksaan pendukung lainnya.

Assessment :

Interpretasi berdasarkan data yang terkumpul dibuat kesimpulan.

Penatalaksanaan :

Merupakan tindakan dari diagnosa yang telah dibuat.


23

BAB 3

TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL TRIMESTER II


PADANY. Q G1.P0-A0 USIA KEHAMILAN 24 MINGGU DENGAN
TINGGI BADAN 139 CM, KEK
DI PUSKESMAS MOJOWARNO KABUPATEN JOMBANG

3.1 Data Subjektif

Anamnesa dilakukan oleh : Esti W Di : PKM Gambiran


Tanggal : 21-01-2020 Pukul : 09.00 WIB
3.1.1 IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Ny.Q Nama Suami : Tn.S
Umur : 16 Thn Umur : 25 Thn
Suku/ Bangsa : Jawa/Indo Suku/Bangsa : Jawa/Indo
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMK
Alamat : Tejo Alamat : Mojoagung
3.1.2 Alasan kunjungan saat ini
Ny.Qdatang ke puskesmas untuk melakukan ANC terpadu
3.1.3 Keluhan utama
Ny. Q tidak ada keluahan
3.1.4 Riwayat menstruasi
 Menarche : 12 thn
 Siklus menstruasi : 30 hari (teratur)
 Lama : 7 hari
 Banyaknya darah : ganti pembalut 3x dalam sehari
 Konsistensi : cair dan menggumpal
 Dismenorhoe : Tidak
 Flour albus : Tidak
3.1.5 Riwayat kesehatan keluarga
a. Keturunan kembar : tidak ada
b. Penyakit keturunan : tidak ada
24

c. Penyakit lain dalam keluarga : tidak ada :-


3.1.6 Riwayat kesehatan yang lalu
 Penyakit menahun : tidak ada
 Penyakit menurun : tidak ada
 Penyakit menular : tidak ada
3.1.7 Latar belakang budaya dalam keluarga
 Kebiasaan/upacara adat istiadat :-
 Kebiasaan keluarga yang menghambat : tidak ada
 Kebiasaan keluarga yang menunjang : Pola Nutrisi
( Selalu makan nasi sayur lauk seperti tahu, tempe, telur)
 Dukungan dari keluarga : Orang tua dan
Saudara Kandung
3.1.8 Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola Nutrisi : makan 2-3x dalam sehari
Keluhan yang dirasakan : tidak ada
b. Pola Eliminasi : BAB 1x sehari BAK 2-4x sehari
Keluhan yang dirasakan : tidak ada
c. Pola istirahat tidur : Siang 1-2 jam dan Malam 7-8 jam
Keluhan yang dirasakan : tidak ada
d. Pola Aktivitas :Sehari-hari melakukan kegiatan
bekerja, menyapu, mengepel, dll
Keluhan yang dirasakan : tidak ada
e. Perilaku Kesehatan
Penggunaan obat/jamu/rokok, dll : tidak
Penggunaan obat/jamu/rokok, dll : tidak
f. Personal Hygiene
Mandi, gosok gigi : 2x sehari
Keramas : 2 hari sekali
Ganti celana dalam dan pembalut : 1-2x sehari
Cara membersihkan genetalia : dari depan kebelakang
Keluhan yang dirasakan : Tidak ada
25

3.2 Data Objektif


3.2.1 Pemeriksaan Umum
 Kesadaran : Composmentis
 TD : 90/60 mmHg
 Suhu : 36 oC
 Nadi : 80x/menit
 RR : 20x/menit
 BB sekarang : 39 kg
 TB : 139 cm
 LILA : 20 cm
 IMT : 20 (masuk dalam kategori normal )
3.2.2 Pemeriksaan Khusus
a. INSPEKSI
 Kepala : Normal, Persebaran rambut merata, kulit
kepala bersih, tidak ada ketombe, rambut
tidak mudah rontok.
 Muka : Kelopak mata : Simetris
Conjungtiva : Pucat / Anemis
Sklera : Putih bersih
 Mulut dan gigi : Bibir :
Lidah : tampak bersih
Gigi : tidak ada perdarahan gigi
 Hidung : Simetris : simetris
Sekret : tidak ada
Kebersihan : bersih
 Leher : Pembesaran vena jugularis : tidak ada
Pembesaran kelenjar thyroid: tidak ada
Pembesaran kelenjar getah bening : tidak
ada
 Dada : Pembesaran/benjolan : tidak ada
 Perut : Pembesaran : tidak ada
26

Bekas luka operasi : tidak ada


 Ekstremitas atas dan bawah : Oedema : (-)
Varises : (-)
b. PALPASI
 Leher : Pembesaran vena jugularis : tidak ada
Pembesaran kelenjar thyroid: tidak ada
Pembesaran kelenjar getah bening : tidak
ada
 Dada : Benjolan/ Tumor : tidak ada
Keluaran : tidak ada
 Perut : Pembesaran lien/ liver : tidak ada
 Ekstremitas atas dan bawah : Oedema : tidak ada
c. AUSKULTASI:
Dada : Detak jantung normal
Perut : tidak dilakukan

d. PERKUSI
1. Reflek Patela : kanan.....(+)....., Kiri.......(+)........
2. Perut : tidak kembung
3.2.3 Pemeriksaan laboratorium
Hb : 11,9 gr/dl
Golda : AB
Albuminuria :-
Reduksi urine : -
Hbsag : NR
HIV : NR
Sipilis : NR
3.2.4 Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan
3.3 ANALISA/DIAGNOSA:
Diagnosis :Ny.Q G1 P0 A0, TB 139, KEK
Masalah : TB 139 cm, KEK
27

Kebutuhan : Konseling tentang tinggi badan

3.4 INTERVENSI
1. Melakukan Pemeriksaan fisik
2. Menjelaskan tentang penyebab masalah yang dialami nya
3. Memberikan penjelasan tentang tinggi badan pada kehami;an
4. Anjurkan untuk ke fasilitas kesehatan terdekat

3.5 IMPLEMENTASI
1. Memberitahu mengenai hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dalam keadaan
normal
2. Memberitahu Ny. Q bahwa hasil pemeriksaan TB 139 cm, Lila 20 cm, ukuran
tinggi badanrisiko pada ibu kemungkinan panggul sempit dan lila bisa
mengakibatkan bayi kecil.
3. Menganjuran ibu agar periksa sesuai anjuran atau bila ada keluhan.

3.5 EVALUASI

Hari : Kamis, 22 Januari 2020 Jam : 09.30 WIB

S : Ny. Q umur 16 tahun mengatakan sudah mengerti tentang penjelasan yang


telah diberikan oleh bidan
O : BB : 39 kg TB : 139 cm LILA :20 cm IMT : 20 (Normal)
TD : 90/60mmHg N : 80 x/m R : 20x/m S : 360c
Ibu tampak tenang
A : Ny Q umur 16 tahun GI P0 A0 UK 20 minggu dengan KEK
P :
1 Memberikan KIE untuk sering periksa untuk mengetahui kondosi
kehamilanya. ‘‘Ny Q besedia”
2. Menganjurkan ibu ke fasilitas kesehatan apabila mengalami keluhan dan
kembali periksa sesuai jadwal yang di tentukan.
28

BAB 4
PEMBAHASAN

Pembahasan
Usia mempengaruhi status gizi ibu hamil. Seorang ibu yang masih sangat

muda, bahkan masih tergolong anak-anak – kurang dari 18 tahun – masih

mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Apabila ia hamil, maka bayi yang

dikandungnya akan bersaing dengan si ibu muda untuk mendapatkan zat gizi,

karena sama-sama mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Persaingan ini

mengakibatkan ibu mengalami kekurangan energi kronis.

Ibu hamil memerlukan asupan makanan yang lebih, tidak sama seperti

wanita normal seusianya. Asupan makanan ini akan menentukan status gizi ibu

hamil. Ketika ibu hamil tidak memenuhi kebutuhan energinya, maka janin

yang dikandungnya juga mengalami kekurangan gizi. Hal ini membuat

pertumbuhan dan perkembangan janin terhambat.


29

BAB 5
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Pola makan yang diperoleh semasa sebelum dan saat kehamilan akan
berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, yaitu dewasa (ibu
hamil) dan lanjut usia. Buruknya pola makan remaja akan menimbulkan
berbagai macam permasalahan gizi diantaranya overweight, obesitas, dan
Kurang Energi Kalori. Faktor resiko utama kejadian KEK pada ibu hamil adalah
status gizi yang terjadi akibat pola makan sebelum hamil yang tidak adekuat.
Malnutrisi masih banyak terjadi pada ibu hamil diantaranya disebabkan oleh
pemahaman yang salah terkait gizi dan kesehatan, body images, atau ketiadaan
akses terhadap makanan sehat.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi ibu hamil
Yang mengalami maupun tidak mengalami KEK diharapkan dapat
menerapkan hidup sehat terutama Pola makan agar terhindar dari berbagai
resiko penyakit.
5.2.2 Bagi Institusi Kesehatan
Diharapkan institusi kesehatan dapat menerapkan pendidikan
asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan tetap dalam proses belajar
mengajar dan perbaiki praktek pembelajaran jadi lebih efektif dan lebih
efesien sehingga kualitas sumber daya di institusi meningkat

5.2.3 Bagi Penulis


Agar lebih meningkatkan dan mengembangkan lagi pengetahunan
tentang anemiapada ibu hamilsehingga kedepannya dapat memberikan
asuhan yang komprehensif dan meningkatkan pelayanan berkualitas
30

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1990. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan


Keluarga Berencana. Jakarta. Salemba Medika.
Oxorn, H & Forte,W.R (2010). Ilmu kebidanan patologis dan fisiologi persalinan
human labor & Birth, Yogyakarta: yayasan essential medica
Rochjati, P. 2013, Rujukan Terencana dalam Sistem Rujukan Paripurna Terpadu
Kabupaten Kota Surabaya: Airlangga University Press.
Rustam,Mochtar Prof. Dr. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid Edisi 2 Buku
Kedokteran.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai