Anda di halaman 1dari 124

LAPORAN PRAKTIK

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK


PADA Ny “S” DENGAN TINDAKAN SECTIO CAESAREA
INDIKASI KALA II LAMA + PRIMITUA SEKUNDER
DI RS PMC KABUPATEN JOMBANG

Oleh :

ESTI WIDAYANTI

NIM. 201908030

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks serta janin

turun ke dalam jalan lahir ( Asri,2010 ). Proses persalinan dipengaruhi

oleh bekerjanya 3 faktor yang berperan yaitu kekuatan mendorong janin

keluar, meliputi his ( kekuatan uterus ), kontraksi otot dinding rahim,

kontraksi diafrakma dan ligamentum action, faktor lain adalah faktor

janin( pasanger ), faktor jalan lahir ( passage ), dan kekuatan ( power ),

ketiganya harus berkoordinasi dengan maksimal karena pada umumnya

persalinan berlangsung normal dan alamiah.

Berdasarkan kesepakatan global ( Milenium Pengembangan

Sasaran / MDGs,2000) pada tahun 2015 diharapkan angka kematian ibu

menurun sebesar tiga perempatnya dalam kurun waktu 1990 – 2015,

angka kematian bayi dan angka kematian balita menurun sebesar dua

pertiga dalam kurun waktu 1990 – 2015. Berdasarkan hal ini Indonesia

memiliki komitmen untuk menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi

102/100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi dari 68 menjadi 23 /

1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. ( Milenium Pengembangan

tujuan / MDGs,2012 )

Secara nasional, Angka Kenatian Ibu masih berada diatas rata –

rata nasional dengan prevalensi jumlah 350 kasus kematian saja per

100.000 kelahiran selama ini. Angka ini terus membaik dari tahun ke
tahun, Angka Kematian Ibu turun dari 130 kasus di tahun 2011 menjadi

hanya 48 kasus pada 2012. Demikian juga dengan Angka Kematian Bayi

juga turun dari 1.318 kasus pada tahun 2011, menjadi 635 kasus perjuni

2012. Angka ini masih jauh dari target tujuan pembangunan milenium

pengembangan tujuan / MDGs. ( DINKES RI:2012 )

Partus lama merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan

janin. Persalinan yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan

proses persalinan tidak berjalan lancar sehingga waktu persalinan menjadi

lebih lama dari normal atau terjadi partus lama ( Wahyuningsih,2010 ).

Penyebab langsung persalinan kala II memanjang atau partus lama antara

lain kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan his dan mengejan,

pimpinan partus yang salah, janin besar, atau ada kelainan kongenital,

primi tua, grandemulti, ketuban pecah dini ( ilmu kebidanan,2010 )

Sectio Caesarea adalah tindakan melahirkan janin dengan jalan

pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding rahim ( Sarwono,

2002 : 861 ). Terminasi dengan sectio caesarea kadang kadang sangat

diperlukan dalam kondisi kondisi tertentu. Tindakan operasi ini juga bisa

menurunkan angka kematian ibu dan perinatal.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Mahasiswa dapat melakukan “Asuhan Kebidanan pada Ny “S”

dengan tindakan sectio caesarea indikasi kala II lama + primitua

skunder secara komprehensif.


1.2.2 Tujuan Khusus

1.2.2.1 Melakukan pengkajian data subjektif pada Ny “S” dengan

tindakan sectio caesarea indikasi kala II lama + primitua

skunder.

1.2.2.2 Melakukan pengkajian data obyektif pada Ny “S” dengan

tindakan sectio caesarea indikasi kala II lama + primitua

skunder.

1.2.2.3 Melakukan analisa/diagnosa pada Ny “S” dengan tindakan

sectio caesarea indikasi kala II lama + primitua skunder.

1.2.2.4 Melakukan intervensi pada Ny “S” dengan tindakan sectio

caesarea indikasi kala II lama + primitua skunder.

1.2.2.5 Melakukan implementasi pada Ny “S” dengan tindakan sectio

caesarea indikasi kala II lama + primitua skunder.

1.2.2.6 Melakukan evaluasi pada Ny “S” dengan tindakan sectio

caesarea indikasi kala II lama + primitua skunder.

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai dokumen dan bahan perbandingan untuk study kasus

selanjutnya.

1.3.2 Bagi Lahan Praktik

Study kasus ini dapat dijadikan gambaran informasi serta bahan

untuk meningkatkan manajemen kebidanan yang diharapkan oleh lahan

praktik.
1.3.3 Bagi Masyarakat

Hasil study kasus ini dapat memberikan pengetahuan pada

masyarakat khususnya ibu bersalin tentang komplikasi persalinan yaitu

kala II lama + primitua skunder dan bagaimana cara penanganannya.

1.3.4 Bagi Penulis

Dapat meningkatkan pengetahuan yang didapat selama

perkuliahan serta dapat mengaplikasikan tentang komplikasi kehamilan

hiperemesis gravidarum dan bagaimana cara penanganannya.

1.3.5 Bagi Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan dapat lebih meningkatkan pendidikan

kesehatan berupa penyuluhan kesehatan ibu hamil dan keluarga tentang

perubahan – perubahan fisik yang terjadi pada ibu hamil dan bagaimana

penanganannya.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Dari Sumber Pustaka

2.1.1 Pengertian Persalinan


Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal apabila
prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan ( 37 minggu ) tanpa
disertai adanya penyulit.(Asuhan Persalinan Normal,2007)
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan ( 37- 42 minggu )lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin.(Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal,2007)
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
timbul dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.( Ilmu
Kebidanan,2007)
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. (Prawiroharjo S,
2007).
Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut :
1. Persalinan spontan
Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan
lahir.
2. Persalinan bantuan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan
forceps atau dilakukan operasi section caesarea.
3. Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan
jalan rangsangan misalnya dengan pemberian pitocin atau prostaglandin atau
pemecahan ketuban.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin yang
dilahirkan adalah :
1. Partus immaturus adalah partus yang terjadi pada umur kehamilan kurang
dari 28 mgg lebih dari 20 mgg dengan berat janin antara 500-900.
2. Partus prematurus adalah suatu partus dari hasil konsepsi yang dapat hidup
tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000-2499 gram atau
tua kehamilan antara 28 mgg -37 mgg.
3. Partus matures atau partus aterm adalah suatu partus yang terjadi pada
kehamilan antara 37 minggu – 42 minggu dengan berat badan 2500 gram
atau lebih.
4. Partus postmaturus atau serotinus adalah partus yang terjadi pada
kehamilan lebih dari 42 minggu.
5. Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum janin viabel berat janin
dibawah 500 gram atau tua kehamilan dibawah 20 minggu.
Istilah – istilah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan adalah :
1. Gravida : wanita yang sedang hamil
2. primigravida : wanita yang hamil untuk pertama kali
3. Para : seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang
dapat hidup (variabel)
4. Nullipara : seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi
yang viabel
5. Multipara atau pleupara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan
bayi yang viabel untuk beberapa kali
6. Grandemultipara : wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih dari
5k
7. inpartu : seorang wanita yang sedang dalam keadaan
persalinan.

2.2 Proses Terjadinya Persalinan


2.2.1 Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan
2.2.1.1 Teori keregangan otot
1. Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu.
2. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat dimulai.
3. Pada kehamilan ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan
tertentu dan inpartu.
2.2.1.2 Teori penurunan progesterone
1. Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu
dimana terjadi penimbunan jaringan ikat pembuluh darah
mengalami penyempitan dan buntu.
2. Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim
sensitif terhadap oksitosin.
3. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesterone tertentu.
2.2.1.3 Teori oksitosin
1. Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior
2. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat
mengubah sensitifitas otot rahim, sehingga terjadi Braxton hicks.
3. Menurunnya konsentrasi progesterone akibat tuanya kehamilan,
masa oksitosin dapat meningkatkan aktivitas sehingga persalinan
dapat dimulai.
2.2.1.4 Teori protoglandin
1. Konsentrasi progesteron meningkat sejak usia kehamilan 15
minggu yang dikeluarkan oleh desidua.
2. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi
otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
3. Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan
2.2.1.5 Teori hipotalamus Pituari dan Glandula Suprarenalis
1. Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anenchepalus
sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk
hipotalamus. Teori ini dikemukakan oleh liggin (1973)
2. Malpas pada tahun 1993 mengangkat otak kelinci percobaan
hasilnya kehamilan kelinci lebih lama.
3. Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin,
induksi (mulainya) persalinan
4. Dari percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan antara
hipotalamus-pituari dengan mulainya persalinan.
5. Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan.
2.2.1.6 Teori Placenta menjadi tua
Proses penuaan placenta terjadi mulai umur kehamilan 28 mgg
dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami
penyempitan dan buntu. Produksi progesterone mengalami penurunan
sehingga menyebabkan kekejangan pembuluh darah, sehingga otot-
otot rahim lebih sering berkontraksi.
2.2.1.7 Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion serviks (fleksus
fronkenhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh
kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
2.2.1.8 Teori fetal kortisel
Sapi yang diinfus ACTH dapat lahir premature. Hal ini
menunjukkan fetus mempunyai peranan penting dalam memulai
persalinan. Fetus anconcheptal lebih lama lahir dibanding fetus
normal.

2.3 Faktor-faktor penting dalam persalinan


2.3.1 Power
Power adalah tenaga atau kekuatan ibu untuk mengejan, tenaga ini serupa
dengan tenaga waktu kita buang air besar tetapi jauh lebih kuat lagi. Tanpa
mengejan anak tidak dapat keluar seperti pada pasien yang lumpuh otot-otot
perutnya maka persalinan harus dibantu dengan forcops. Setelah pembukaan
lengkap dan ketuban pecah, tenaga yang mendorong anak keluar. Selain his
terutama disebabkan oleh kontraksi otot dinding perut yang menyebabkan
tekanan intra abdominal meningkat.
Ibu melakukan kontraksi involuntes dan volunteer secara bersamaan untuk
mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi inuolonter yang
disebut kekuatan primer menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks
berdilatasi usaha volunteer dimulai untuk mendorong yang disebut kekuatan
sekunder yang membesar kekuatan kontraksi involunter.
Power saat persalinan disebabkan oleh :
1. HIS (kontraksi otot rahim)
2. Kontraksi otot dinding rahim
3. Kontraksi diafragma, pelvis atau kekuatan mengejan
4. Ketegangan dan kontraksi ligomentum rotundum.
2.3.1.1 Kontraksi uterus
Kontraksi persalinan merupakan kontraksi otot-otot rahim miometrium
akibat pengaruh hormon oksitosin, kontraksi uterus disebabkan karena otot-
otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat-sifat
kontraksi simetris, fundus dominan diikuti relaksasi.
Pada waktu kontraksi otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal
dan lebih pendek. Cavum uteri menjadi lebih kecil mendorong janin dan
kantong omnion ke arah SBR (Segmen Bawah Rahim) dan serviks.
Perbedaan anatomis dan fisiologis antara fundus uteri, segmen bawah rahim
dan serviks sangat menguntungkan untuk ekspulsi janin. Jika semua bagian
tersebut merupakan otot polos dan semuanya berkontraksi atau berretraksi
maka tidak akan terjadi ekspulsi janin, atau akan memperlambat terjadinya
ekspulsi janin.
His pada persalinan dimulai pada daerah dimana saluran tuba masuk
kedalam kavem uteri yaitu yang disebut kornu uteri.daerah ini yang disebut
dengan pace maker. His yang sempurna dimulai dari fundus yaitu daerah
yang mempunyai ketebalan otot paling tinggidan menyebar keseluruh bagian
uterus dengan kecepatan 2 cm per detik. Daerah fundus yang mempunyai otot
paling tebal akan mengalami pemendekan otot yang dalam istilah ginekologi
disebut retraksi. Retraksi otot pada fundus akan membuat daerah yang berada
di daerah cervik mengalami penipisan dan tertarik ke atas karena di daerah
tersebut kurang mengandung otot. Dan penipisan dan pembukaan itu akan
menjadi maksimal jika di cervik terjadi tekanan misalnya oleh kepala janin.
His yang sempurna dan efektif adalah jika ada koordinasi antara
golombang kontraksi sehingga kontraksi simetris dengan dominasi di fundus
uteri dengan amplitude 40-60 mmHg yang berlangsung 60 – 90 detik dengan
jangka waktu antar kontraksi 2-4 menit. Jika frekuensi dan amplitude his
lebih tinggi maka akan terjadi hipoksia dan gawat janin yang bisa dideteksi
dengan DJJ. Interval diantara tiap his sangat penting bagi kesejahteraan janin
dalan rahim. Yaitu untuk suplai darah dan oksigen ke janin, maka untuk
uterus yang tiap menit berkontraksi dan tidak ad interval (tetania uteri) sangat
memiliki resiko tinggi bagi bayi.
2.3.1.2 Tenaga meneran
Tenaga meneran adalah tenaga yang timbul saat persalinan akan dimulai.
Hal ini disebabkan saat kepala sampai pada dasar panggul timbul suatu
refleks yang mengakibatkan bahwa pasien menutup glotisnya,
mengontraksikan otot – ototnya dan menekan diafragma ke bawah. Tenaga
mengejan ini sbenarnya merupakan koordinasi antara kontraksi diagfragma
dan otot dinding abomen. Dan kekuatan meneran ini akan menjadi sangat
maksimal jika ibu dalam posisi fleksi, dagu ibu menempel dada dan tangan
merangkul pahanya dekat pada perut
Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil kalau pembukaan sudah
lengkap dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim. Cara meneran yang baik
adalah ketika kepala janin sudah memasuki PAP. Ketuban sudah pecah (bila
belum keras dipecahkan dulu). His akan timbul lebih sering dan merupakan
tenaga pendorong janin disamping itu ibu harus dipimpin meneran pada
waktu ada his dan beristirahat diantara kedua his.
Cara meneran yang tidak baik :
Bila kepala bayi belum masuk PAP, pembukaan belum lengkap, ketuban
belum pecah dan tidak ada his tapi ibu disuruh meneran.
2.3.2 Passanger
Passenger adalah penumpang yaitu janin, plasenta atau juga selaput ketuban
harus dilahirkan melalui jalan lahir. Karena itu plasenta juga dan selaput
ketuban dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin.

A. Janin
1. Berat
Untuk bayi wanita 3,4 kg dan pria 3,5 kg. berat bayi normal antara > 2500
gr sampai < 4000 gr.
2. Panjang
Untuk panjang bayi rata-rata 50 cm. panjang bayi normal diantara 45 cm
sampai < 55 cm. bila panjang bayi yang kurang/melebihi panjang bayi
normal maka dicurigai adanya penyimpangan kromosom.
3. Ukuran kepala janin
Ukuran kepala janin sangat penting untuk mengetahui apakah janin bisa
melewati jalan lahir tanpa penyulit. Selain itu ukuran janin penting untuk
resiko terjadinya CPD dapat mempersulit persalinan. Ukuran diameter
kepala janin :
1. Diameter occipito frontalis : 12 cm
2. Diameter mento occipitalis : 13,5 cm
3. Diameter sub occipito bregmatika : 9,5 cm
4. Diameter Biporietalis : 9,25 cm
5. Diameter bitemporalis : 8 cm
Ukuran sirkumferensia :
1. Cirkumforensia frento occipitalis : 34 cm
2. Cirkumferensia menta occipitalis : 35 cm
3. Cirkumferensia sub occipito bregmantika : 32 cm
(Rustam Muchtar, 1998 : 67)
4. Letak janin
Yaitu hubungan antara sumbung panjang (punggung) janin terhadap
sumbu panjang (punggung ibu). Letak juga disebut sebagaihubungan
antara aksis panjang badan janin dengan abdomen ibu yang digambarkan
dengan membujur, melintang dan miring. Letak janin normal adalah
membujur dengan kepala janin berada di dibawah.
5. Presentasi
Yaitu bagian presentasi menunjukkan bagian janin yang menempati
PAP, atau bagian janin yang pertama kali masuk PAP. Bisa disebut
bokong, kepala ataupun bahu. Presentasi bayi yang normal adalah sub
acccipito bragmatika.
6. Denyut jantung janin
Denyut jantung janin sangat penting untuk memantau kesejahteraan
jani daam rahim. Pada persalinan normal, DJJ diukur dengan auskultasi
dengan menggunakan funduscope ataupun dopler. Frekuensi denyut
jantung janin sangat dipengaruhi oleh beberapa factor penting yaitu
kontraksi, posisi dan kemajuan persalinan itu sendiri.
B. Air ketuban dan selaput ketuban
Ruangan yang dilapisi selaput janin (selaput ketuban) berisi air
ketuban (liquar amnii).
a. Volume
Volume air ketuban dalam kehamilan cukup bulan adalah 1000 cc-1500
cc. bila kurang dari 1000 cc disebut oligohidromnion. Namun bila
volume air ketuban lebih dari 1500 cc disebut polihidromnion.
b. Bentuk
Air ketuban berwarna putih kekeruhan khas amis dan berasa manis.
Bila air ketuban berwarna hijau ini adalah indikasi adanya
ketidaknormalan.
c. Komposisinya
Terdiri atas 98 % air, sisanya albumin sel-sel epitel. Rambut lanugo,
vernit caseasa dan garam-garam organic. Kadar protein 2, gr/l terutama
di bagian albumin. Diproduksi oleh kencing janin, transudasi dari epitel
amnion sekresi dari epitel amnion asal campuran (mixed arigin)
- Analisis ketuban pecah
1. Terlihat genangan atau drainase yang jelas bukan urine.
2. Genangan pada forniks posterior. Khususnya jika cairan
dapat terlihat keluar dari ostium cerviks dengan menggunakan
maneuver valsava
3. Dengan lakmus, yaitu berubahnya lakmus merah
menjadi biru
4. Makroskopis bau amis adanya lanugo, rambut dan
verniks
5. Mikroskopis, lanugo dan rambut
6. Laboratorium, tes pakis posistif diratakan di kaca
obyekdan dikeringkan sebelum diperiksa..
C. Placenta (uri)
Placenta adalah alat transportasi darah, nutrisi, oksigen dan juga sisa
buangan dari ibu kepada janin. Uri berbentuk bundar atau oval, ukuran
diameter 15-20 cm tebal 2-3 cm berat 500-600 gr.
a. komponen placenta
placenta terdiri dari desidua kompektel atas beberapa lobus dan terdiri
dari 15-20 kotiloden.
b. tali pusat
tali pusat merentang dari pusat janin ke uri bagian permukaan janin.
Panjang tali pusat antara 50-55 cm diameternya 1-2,5 cm dan terdiri
atas 2 buah arteri, umbilicalis dan 1 buah vena umbilicalis. Selain
panjangnya tali pusat yang terpenting lagi adalah insersi nya kepada
plasenta, hal ini sering menjadi masalah ketika insersi itu tidak pada
tempatnya.
2.3.3 Passange (jalan lahir)
Jalan lahir merupakan bagian keras yaitu tulang – tulang panggul bagian
lunak yaitu otot-otot panggul. Berdasarkan ciri-ciri bentuk panggul dibagi
menjadi :
a. Ginekoid : panggul ideal wanita, arcus pubis luas. Diameter sogitalis
posterior hanya sedikit lebih pendek dari diameter sagitalis
anterior.
b. Andrekoid : diameter sagitalis posterior jauh lebih pendek dari pada
diameter sagitalis anterior (panggul pria) segmen anterior
sempit dan berbentuk segitiga.
c. Anthropoid : Diameter anteroposterior dari PAP lebih besar dari
diameter transversa hingga bentuk PAP lonjong ke depan.
Bentuk segmen anterior sempit dan runcing.
d. Platipolloid : bentuk ini sebetulnya panggul dinekoid yang picak,
diameter anteroposterior kecil, diameter transversa biasa.
Segmen anterior lebar, secrum melengkung.
Ukuran panggul
a. Ukuran PAP
Batas PAP adalah promontarium, sayap sacrum, lineainno, minata, ramus
superior, ossispubis dan pinggir atas symphisisi. Ada 3 ukuran :
 Ukuran muka belakang
- Diameter antara posterior
- Konjungata vera (dari prementarium ke pinggir
atas symphisis, ukurannya 11 cm)
 Konjugata vera dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam mengukur
konjugata diagnonalis (cv=cd - 1,5 cm)
 Ukuran melintang
ukuran terbesar antara linea innominata diambil tegak lurus pada
conjugate vera (12,5 cm)
 Ukuran serong
Dari articulation sacro iliaca ke tubercolum pubicum dari belahan
panggul yang bertentangan (13 cm)
b. Ukuran panggul tengah (bidang luas panggul)
Bidang terbentang antara pertengahan sympisisi, pertengahan acetubulum
dan pertemuan antara luas sacral II dan III.
Ukuran muka belakang = 12,75 cm
Ukuran melintang = 12,50 cm
c. Bidang sempit panggul
Bidang ini setinggi pinggir bawah symphisis kedua spina ischiadikum dan
memotong secrum + 1-2 cm di atas ujung sacrum.
Ukuran muka belakang = 11,5 cm
Ukuran melintang = 10 cm
d. Pintu bawah panggul
Ditentukan dengan mengukur jarak tuberoses ischium dan luar
perdagangan SBR dan pembukaan serviks. Besar pembukaan ditentukan
dengan cara memperkirakan diameter serviks.
- Ukuran muka belakang (dari pinggir bawah
symphisis ke ujung sacrum = 11,5 cm)
- Ukuran melintang (dari tuber ischiadicum kiri dan
kanan sebelah dalam = 10,5 cm)
- Diameter sagitalis posterior (dari ujung sacrum ke
pertengahan ukuran melintang : 7,5 cm)
e. Cerviks
Cerviks juga merupakan bagian dari jala lahir yang penting untuk sebuah
proses kelahiran. Suatu persalinan akan dimulai jika ada tanda-tanda
pendataran dan pembukaan cerviks. Ada tiga komponen cerviks secara
structural yaitu kolagen, otot polos, dan jaringan ikat atau substansi
dasar lainnya. Otot polos pada daerah cerviks memang jauh lebih sedikit
daripada di daerah fundus. Struktur yang seperti ini yang menguntungkan
dan menyebabkan terjadinya penipisan dan pembukaan cerviks saat ada
kontraksi dari fundus uteri. Saat terjadi pelunakan, pendataran dan
pembukaan cerviks yang terjadi adaah perubahan pada serabut-serabut
kolagen dan jaringan ikat, serta perubahan relative pada jumlah substansi
dasarnya.
2.3.4 Psikis
Perubahan psikologis yang terjadi pada ibu bersalin meliputi :
Kecemasan mengakibatkan peningkatan hormon seks yang terdiri dari
1. B endosphin 3. Cartisol
2. Adenocus tricotropin 4. Epinephrin
Hormon – hormon tersebut mempengaruhi otot-otot halus uterus yang
dapat mengakibatkan penurunan kontraksi uterus sehingga menimbulkan
distosia.

Kecemasan

Persalinan 1. Peningkatan bendharpin


2. Adenous tricotropin
3. Cortisol
4. Epinephrin
Pembukaan serviks
Lambat
Otot halus uterus terganggu

Kontraksi
Uterus melemah

Gambar 2.3.4.1 Siklus pengaruh kecemasan pada kemajuan persalinan


Kegelisahan/ketakutan dan respon endokrin akan mengakibatkan
1. Retensi Na
2. Ekskresi K
3. Penurunan glukosa
Sehingga dapat mempengaruhi sekresi epinefrin dan dapat
menghambat aktivitas miometrium.

Ketakutan

Persalinan lama Menimbulkan:


1. Retensi Na
2. Ekskresi K
3. Penurunan glukosa
Pembukaan serviks
lambat

Kontraksi uterus menghambat aktivitas


lemah miometrium

Gambar 2.3.4.2 Siklus pengaruh ketakutan pada kemajuan persalinan


2.3.5 Penolong
Peran penolong selama proses persalinan memberikan pengaruh pada
ibu yang bersalin untuk melayani proses persalinan dengan sebaik-
baiknya. (Manuaba : 1998).
2.3.6 Posisi
Pada kala I dimana his frekuensinya menjadi lebih sering dan
amplitudonya menjadi lebih tinggi maka agar peredaran darah ke
uterus menjadi lebih baika, maka ibu di suruh miring ke satu sisi
sehingga uterus dan seluruh isinya tidak serta merta menekan
pembuluh darah di panggul. Kontraksi uterus juga menjadi lebih
efisien dan putar paksi dalam berlangsung lebih lancar bila ibu miring
ke sisi dimana ubun-ubun kecil berada.
Peran pendamping dalam membantu ibu untuk memperoleh posisi
yang paling nyaman selama kala II. Hal ini dapat membantu kemajuan
persalinan, mencari posisi yang penting efektif dan menjaga sirkulasi
utero plasenter tetap baik.
Beberapa ibu merasa bahwa merangkak atau berbaring miring ke kiri
membuat mereka lebih nyaman dan efektif meneran. Kedua posisi
tersebut juga akan membantu perbaikan posisi oksiput yang melintang
untuk berputar menjadi posisi oksiput anterior. Posisi miring berbaring
ke kiri memudahkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi jika ia
mengalami kelelahan dan juga untuk mengurangi resiko terjadinya
laserasi perineum (APN, 2009).

2.4 Tanda-tanda persalinan


2.4.1 Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi
yang semakin pendek.
2.4.2 Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu :
2.4.2.1 Pengeluaran lendir
2.4.2.2 Lendir bercampur darah
2.4.3 Dapat disertai ketuban pecah
2.4.4 Dijumpai perubahan serviks
2.4.4.1 Perlunakan serviks
2.4.4.2 Pendataran serviks
2.4.4.3 Pembukaan serviks

2.5 Mekanisme persalinan, ada 7 tahap yaitu :


1. Engagement
Ketika diameter biparietalis melewati PAP : masuknya kepala kedalam
PAP biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan flexi ringan.
Masuknya kepala kedalam PAP pada primigravida. Sudah terjadi pada
bulan terakhir dari kehamilan tetapi pada multigravida biasanya baru
terjadi pada permulaan persalinan. Penurunan bagian terendah janin ke
dalam rongga panggu ini akan dirasakan ibu sebagai Lightening
2. Desent (penurunan)
Penurunan ini diakibatkan oleh tekanan cairan intra uterine, tekanan
langsung oleh fundus pada bokong saat ada kontraksi, usaha mengejan
yang menggunakan otot-otot abdomen, ekstensi dan pelurusan badan
janin.
3. Flexion
Dengan majunya kepala biasanya juga flexi bertambah hingga UUK jelas
lebih rendah dari UUB. Keuntungan dari bertambahnya flexi ialah bahwa
ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir. Diameter sub occipito
frontalis (11 cm). flexi ini disebabkan karena anak didorong maju dan
sebaliknya mendapat tekanan dari pintu atas panggul serviks, dinding
panggul atau dasar panggul.
4. Putaran paksi dalam
Yang dimaksud adalah putaran dari bagian depan sehingga bagian
terendah dari bagian depan memutar ke depan bawah sumphisis. Pada
presentasi belakang kepala, bagian yang terendah adalah bagian UUK
dan bagian ini yang melakukan putaran ke depan ke bawah symphisis
putaran paksi dalam mutlak untuk melahirkan kepala karena merupakan
usaha menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir. Putaran
paksi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi
sebelum kepala sampai hudge III. Kadang-kadang baru setelah kepala
sampai di dasar panggul, sebab-sebab putaran paksi dalam :
1. Pada letak flexi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah
kepala.
2. Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling sedikit
terdapat sebelah dalam atas dimana terdapat hiatus genitalis antara m
levator ani kiri dan kanan.
3. Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter antara
posterior.
5. Extention
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai didasar panggul
terjadilah ekstansi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan
lahir pada pintu bawah pangul mengarah ke depan dan ke atas. Sehingga
kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Kalau tidak terjadi
ekstensi kepala akan tertekan pada perineum dan menembusnya pada
kepala bekerja dua kekuatan yang satu mendesaknya ke bawah dan
satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas.
Result efeknya ialah kekuatan ke arah depan atas. Setelah sub occiput
tertahan pada pinggir bawah symphisis maka yang dapat maju karena
kekuatan tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan sub occiput,
maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar,
dahi, hidung, mulut dan akhirnya dengan dagu gerakan akstensi.
6. External Rotation
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah
punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena
putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran
balasan). Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga ke belakang kepala
berhadapan dengan tuber ischiadicum sepihak (disisi kiri). Gerakan yang
terakhir ini adalah putaran faksi luar yang sebenarnya dan disebabkan
karena ukuran bahu luar yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran
bahu (diameter bisa cramial menempatkan diri dalam diameter antero
posterior dari pintu bawah panggul).
7. Expulsion
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphisis dan
menjadi hipomocclion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu
depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah g paksi
jalan lahir.

2.6 Tahapan Persalinan


2.6.1 Kala I (Kata Pembukaan)
Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan
lahirnya placenta secara lengkap ibu belum inpartu jika kontraksi
uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks.
- Tanda dan gejala inpartu meliputi :
1. Penipisan dan pembukaan serviks
2. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks
3. Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina
- Fase-fase dalam kala I persalinan :
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang
teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks
membuka lengkap (10 cm). kala I persalinan dimulai sejak
kontraksi. Kala I persalinan dibagi menjadi 2 fase yaitu :
1) Fase laten
a. Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan secara bertahap.
b. Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
c. Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8
jam
d. Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih antara 20-30
detik.
2) Fase aktif
Fase aktif dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu :
a. Fase akselarasi (fase percepatan)
Dari pembukaan 3 cm – 4 cm yang dicapai dalam 2 jam.
b. Fase kemajuan maksimal
Dari pembukaan 4 cm – 9 cm yang dicapai dalam 2 jam
c. Fase deselerasi
Dari pembukaan 9 cm – 10 cm selama 2 jam
Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam
sedangkan pada multigravida berlangsung kira-kira 8 jam.

2.6.2 Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut
sebagian kala pengeluaran bayi.
Gejala dan tanda kala II persalinan yaitu :
1. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
2. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan atau
vaginanya.
3. Perineum menonjol
4. Vulva dan vagina, spingter ani membuka
5. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam yang
hasilnya adalah :
1. Pembukaan serviks telah lengkap
2. Terlihatnya bagian kepala bayi.
Pada saat kepala janin tampak dalam vulva, seorang penolong
persalinan harus menahan perineum dengan kain sedangkan tangan
satunya menahan keluarnya kepala supaya tidak terjadi expulsi
berlebihan. Dengan adanya his dan kekuatan mengejan yang baik,
maximal kepala janin dilahirkan dengan sub uccipito dibawah
symphisis. Kemudian dahi, muka dan dagu melewati perineum. Setelah
istirahat his muncul lagi untuk mengeluarkan tubuh bayi.
Pada primigravida kala II berlangsung kira-kira 2 jam
sedangkan pada multigravida kira-kira 1 jam.
2.6.3 Kala III (Pengeluaran uri)
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban pada kala III persalinan,
otot miometrium berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga
uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan volume rongga uterus setelah
lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya
ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena perlekatan menjadi semakin
kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan
melipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah
plasenta lepas, maka plasenta dalam akan turun ke bagian bawah atau
kedalam vagina bersamaan dengan adanya his.
- Tanda-tanda lepasnya plasenta
*Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi,
uterus berbentuk bulat penuh dan TFU biasanya dibawah pusat.
Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah uterus
berbentuk segitiga seperti buah pear/alpukat dan fundus diatas
pusat.
*Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur ke luar vagina (tanda Ahfeld)
* Semburan darah mendadak dan singkat
kala III maximal 30 menit (biasanya 15 menit)
2.6.4 Kala IV
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2
jam setelah itu :
Pada kala IV dilakukan observasi sebagai berikut :
1. Tanda-tanda vital ibu
2. Pemeriksaan perdarahan pada ibu
3. Pemantauan kontraksi uterus
4. Dokumentasi asuhan yang telah dilakukan
Perdarahan pada ibu dianggap normal jika < 500 cc
Lamanya persalinan pada primi dan multi adalah :
Primi Multi
Kala I 13 jam 7 jam
Kala II 1 jam ½ jam
Kala III ½ jam ¼ jam
Lama Persalinan 14 ½ jam 7 ¾ jam
Tambahan pemantauan pada kala I pada persalinan normal
Parameter Fase Laten Fase Aktif
Suhu badan Setiap 4 jam Setiap 24 jam
Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Nadi Setiap 30-60 menit Setiap 30-60 menit
Djj Setiap 1 jam Setiap 30 jam
Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 jam
Pembukaan serviks Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam

2.7 Partograf
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu
petugas kesehatan dalam mengambil keputusan saat pelaksanaan. Partograf
dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif0. partograf dimulai atau dibuat
untuk setiap ibu bersalin, tanpa menghiraukan apakah persalinan tersebut
normal atau dengan komplikasi.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya
partus lama.
3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi,
grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang
diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan
atau tindakan yang diberikan.
Hal-hal yang dicatat mengenai kondisi ibu dan janin adalah sebagai berikut :
(1) Denyut jantung janin
Dinilai setiap 30 menit sampai 1 jam. Mulai waspada apabila djj
mengarah hingga dibawah 120 atau di atas 160 x/mnt.
(2) Air ketuban
Nilai warna ketuban jika selaput ketuban
U : selaput ketuban utuh
J : selaput ketuban pecah dan air ketuban jernih
M : selaput ketuban pecah dan air ketuban bercampur meconium
D : selaput ketuban pecah dan air ketuban bernada darah
K : tidak ada cairan ketuban atau kering
(3) Perubahan bentuk kepala janin (molding atau mulase)
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi
dapat menyesuaikan terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu.
Semakin besar derajat penyusupan atau tumpang tindih, antara tulang
kepala, semakin menunjukkan resiko disproporsi kepala panggul atau
cephalo pelvic disproporsion (CPD).
Lambang dalam partograf :
O : tulang kepala janin terpisah, sutura masih mudah dipalpasi
1 : tulang kepala janin bersentuhan
2 : tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tapi masih dapat
dipisahkan.
3 : tulang kepala janin saling tindih dan tidak dapat dipisahkan.
(4) Pembukaan mulut rahim (serviks)
Dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda silang (x) digaris waktu yang sesuai
dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
(5) Penurunan bagian terbawah janin
Mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba (pada
pemeriksaan abdomen) atau pemeriksaan luar di atas ymphisis pubis.
Catat dengan tanda lingkaran (o) pada setiap pemeriksaan dalam. Pada
posisi 0/5 sinsiput (s) atau paruh atas kepala berada di symphisis pubis.
(6) Waktu
Menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien
diterima. Jam, catat sesuai angka lajur pembukaan digaris waspada.
(7) Kontraksi
Catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk menghilangkan
banyaknya kontraksi dalam hitungan detik.
: kontraksi lamanya kurang dari 20 detik
: kontraksi lamanya 20-40 detik
: kontraksi lamanya lebih dari 40 detik
(8) Oksitosin
Jika memakai oksitosin, catat banyaknya oksitosin per volume cairan
infuse dan dalam tetesan per menit.
(9) Obat-obatan yang diberikan
(10) Nadi
Catat setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar (.)
(11) Tekanan darah
Catat setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah
(12) Suhu badan
Catat setiap 2 jam
(13) Protein, aseton dan volume urine
Catat setiap kali ibu berkemih
Partograf harus digunakan setiap :
1. Untuk semua ibu dalam kala I bersalin fase aktif sebagai elemen penting
asuhan persalinan. Partograf harus digunakan baik ada atau tak ada
penyulit. Partograf akan membantu penolong dalam memantau
mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan maupun
dengan penyulit.
2. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas,
klinik, bidan swasta, rumah sakit, dan lain-lain)
3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
pada ibu selama persalinan dan kelahiran.
Penggunaan partograf yang rutin akan memastikan para ibu dan bayinya
mendapat asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, dapat mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.
Pencatatan selama fase aktif persalinan :
A. Informasi tentang ibu
1. Nama, umur
2. Gravida, para, abortus
3. No catatan medis
4. Tanggal dan waktu mulai dirawat
5. Waktu pecahnya ketuban
B. Kondisi janin
1. DJJ
2. Warna dan adanya air ketuban
3. Moulage kepala janin
C. Kemajuan persalinan
1. Pembukaan serviks
2. Penurunan bagian terbawah janin
3. Garis waspada dan garis bertindak
D. Jam dan waktu
1. Waktu mulainya fase aktif persalinan
2. Waktu actual soal pemeriksaan atau penilaian
E. Kontraksi uterus
1. Frekuensi dan lamanya
F. Obat-obatan dan cairan yang diberikan
1. Oksitosin
2. Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan
G. Kondisi ibu
1. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
2. Urine
H. Asuhan pengamatan dan keputusan lainnya

Mencatat temuan pada partograf


A. Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian atas partograf secara teliti saat memulai asuhan persalinan.
B. Kesehatan dan kenyamanan bayi
1. Djj
Setiap kotak pada bagian ini menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di
sebelah kolom paling kiri menunjukkan djj. Hubungan titik 1 dengan
lainnya dengan garis tidak terputus.
2. Warna dan adanya
Catat temuan. Temuan pada kotak yang sesuai dibawah lajur DJJ.
Gunakan lambang berikut :
U : ketuban utuh
J : ketuban sudah pecah, jernih
M : ketuban sudah pecah, air ketuban bercampur mecanium
D : ketuban sudah pecah, bercampur darah
K : ketuban sudah pecah, air ketuban kering
3. Moulage
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilailah penyusupan kepala
janin. Gunakan lambang-lambang berikut ini :
O : tulang-tulang kepala janin terpisah
1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpah tindih tapi masih dapat
dipisahkan.
3 : tulang-tulang kepala janin saling tumpah tindih dan tidak dapat
dipisahkan.
C. Kemajuan persalinan
Angka 1 – 10 yang tertera disamping kiri kolom menunjukkan besarnya
dilatasi serviks. Masing-masing kotak di bagian ini menyatakan waktu 30
menit.
1. Perubahan serviks
2. Penurunan bagian terendah janin
3. Garis waspada dan garis bertindak
D. Jam dan waktu
1. Waktu mulainya fase aktif persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera
kotak-kotak yang diberi angka 1-16.
2. Waktu actual soal pmx atau penilaian
E. Kontraksi Uterus
Dibawah lajur waktu partograf terdapat 5 kotak dengan tulisan kontraksi per
10 menit di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu
kontraksi.
F. Obat-obatan dan cairan yang diberikan
1. Oksitosin
Jika tetesan oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit
jumlah unit oksitosin yang diberikan pervolume cairan IV dan dalam
satuan tetesan/menit.
2. Obat-obatan lain dan cairan IV
G. Kesehatan dan kenyamanan ibu
1. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
2. Volume urine, protein atau aseton
H. Asuhan pengamatan dan keputusan klinik, mencakup :
1. Jumlah cairan per oral
2. Ketuban sakit kepala
3. Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya
4. Persiapan sebelum melakukan rujukan
5. Upaya rujukan

2.2.2. Konsep dasar persalinan Kala II lama

1. Pengertian

a. Kala II lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 2 jam pada

primi, dan lebih dari 30 menit sampai 1 jam pada multi. (Sinopsis

Obsestetri, 2010)

b. Kala II Lama adalah persalinan dengan tidak ada penurunan kepala > 1

jam untuk nulipara dan multipara. (Sarwono, 2008)

c. Persalinan lama ialah persalinan yang berlangsung lebih dari 12 jam,


baik pada primipara maupun multipara. Persalinan lama dapat terjadi

dengan pemanjangan kala I dan atau kala II. ( Wiknjosastro, 2010).

Penilaian proses persalinan dengan menggunakan partograf sangat

membantu.

d. Partus Lama adalah perjalanan persalinan yang berlangsung lebih dari

24 jam, tetapi belum menimbulkan komplikasi maternal atau fetal.

2. Etiologi

Etiologi terjadinya kala II lama ini adalah multikomplek dan tentu saja

bergantung pada pengawasan selagi hamil, pertolongan persalinan yang baik

dan penatalaksanaannya. Faktor-faktor penyebabnya antara lain :

a. Kelainan letak janin

b. Kelainan-kelainan panggul

c. Kelainan kekuatan his dan mengejan

d. Pimpinan persalinan yang salah

e. Janin besar atau ada kelainan kongenital

f. Primi tua primer dan sekunder

g. Perut gantung, grandemulti

h. Ketuban pecah dini ketika servik masih menutup, keras dan belum

mendatar

i. Analgesi dan anestesi yang berlebihan dalam fase laten

j. Wanita yang dependen, cemas dan ketakutan.

(Ilmu Kebidanan 2010)


3. Patofisiologis

Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam

untuk memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah

tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm. Kemajuan persalinan dalam kala

II dikatakan kurang baik apabila penurunan kepala janin tidak teratur di

jalan lahir, gagalnya pengeluaran pada fase pengeluaran. (Prawirohardjo,

2012)

Kesempitan panggul dapat menyebabkan persalinan yang lama atau

persalinan macet karena adanya gangguan pembukaan yang diakibatkan

oleh ketuban pecah sebelum waktunya yang disebabkan bagian terbawah

kurang menutupi pintu atas panggul sehingga ketuban sangat menonjol

dalam vagina dan setelah ketuban pecah kepala tetap tidak dapat menekan

cerviks karena tertahan pada pintu atas panggul. Persalinan kadang-kadang

terganggu oleh karena kelainan jalan lahir lunak (kelainan tractus genitalis). 

Kelainan tersebut terdapat di vulva, vagina, cerviks uteri, dan uterus.

His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan

hambatan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, jika

tidak dapat diatasi dapat megakibatkan kemacetan persalinan. Baik atau

tidaknya his dinilai dengan kemajuan persalinan, sifat dari his itu sendiri

(frekuensinya, lamanya, kuatnya dan relaksasinya) serta besarnya caput

succedaneum.

Pimpinan persalinan yang salah dari penolong, tehnik meneran yang

salah, bahkan ibu bersalin yang kelelahan dan kehabisan tenaga untuk
meneran dalam proses persalinan juga bisa menjadi salah satu penyebab

terjadinya kala II lama.

4. Diagnosis

a. Janin tidak lahir setelah 1 jam pada multigravida dan 2 jam pada

primigravida dipimpin mengedan sejak pembukaan lengkap.

b. Ibu tampak kelelahan dan lemah.

c. Kontraksi tidak teratur tetapi kuat.

d. Dilatasi serviks lambat atau tidak terjadi.

e. Tidak terjadi penurunan bagian terbawah janin, walaupun kontraksi

adekuat.

f. Molding-sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki (partograf +

+)

g. Lingkaran retraksi patologis (lingkaran Bandl) timbul nyeri di bawah

lingkaran Bandl merupakan tanda akan terjadi ruptura uteri.Tidak

adanya his dan syok yang tiba-tiba merupakan tanda ruptura uteri.

(Wiknjosastro, 2010)

h. Kandung kencing ibu penuh. Kandung kencing yang penuh dapat

menahan turunnya janin dan menyebabkan persalinan lama. Pasien

dalam persalinan seharusnya sering kencing

(Wiknjosastro, 2010)
5. Komplikasi

Efek yang diakibatkan oleh partus lama bisa mengenai ibu maupun janin.

Diantaranya:

a. Infeksi Intrapartum

Infeksi merupakan bahaya serius yang mengancam ibu dan janinnya

pada partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri

didalam cairan amnion menembus amnion dan desisdua serta pembuluh

korion sehingga terjadi bakteremia , sepsis dan pneumonia pada janin

akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi. 7

b. Ruptur uteri

Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius

selama partus lama, terutama pada wanita dengan paritas tinggi dan

pada mereka yang dengan riwayat seksio sesarea. Apabila disproporsi

antara kepala janin dan dan panggul sedemikin besar sehingga kepala

tidak engaged dan tidak terjadi penurunan, sehingga segmen bawah

uterus menjadi sangat teregang yang kemudian dapat menyebabkan

ruptur.

c. Cincin retraksi patologis

Pada partus lama dapat timbul konstriksi atau cincin lokal uterus, tipe

yang paling sering adalah cincin retraksi patologis Bandl. Cincin ini

disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus,

cincin ini sebagai sustu identasi abdomen dan menandakan ancaman

akan rupturnya segmen bawah uterus.


d. Pembentukan fistula

Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul

tetapi tidak maju untuk jangka waktu lama , maka bagian jalan lahir

yang terletak diantaranya akan mengalami tekanan yang berlebihan.

Karena gangguan sirkulasi sehingga dapat terjadi nekrosis yang akan

jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya fistula.

e. Cedera otot dasar panggul

Cedera otot-otot dasar panggul, persarafan, atau fasia penghubungnya

merupakan konsekuensi yang tidak terelakkan pada persalinan

pervaginum terutama apabila persalinannya sulit.

f. Efek pada janin berupa kaput suksedaneum, moulase kepala janin, bila

berlanjut dapat menyebabkan terjadinya gawat janin.

6. Penatalaksanaan

a. Memberikan rehidrasi pada ibu.

b. Berikan antibiotika.

c. Rujukan segera.

d. Bayi harus dilahirkan.

e. Selalu bertindak aseptik.

f. Perhatikan perawatan kandung kencing.

(Sarwono, 2012)

Prasyarat

a. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ketuhan pecah

b. Bidan sudah dilatih dengan tepat dan terampil untuk:


1) Menggunakan partograf dan catatan persalinan.

2) Melakukan periksa dalam secara baik.

3) Mengenali hal-hal yang menyebabkan partus lama/macel.

4) Mengidentifikasi presentasi abnormal (selain verteks/presentasi

belakang Kepala) dan kehamilan.

5) Penatalaksanaan penting yang tepat untuk partus lama dan partus

macet

c. Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan DTT termasuk beberapa

pasang sarung tangan dan kateter DTT/steril.

d. Tersedianya perlengkapan untuk pertolongan persalinan yang bersih

dan aman, seperti air bersih yang mengalir, sabun dan handuk bersih,

dua handuk/kain hangat yang bersih (satu untuk mengeringkan bayi,

yang lain untuk dipakai kemudian), pembaut wanita dan tempat untuk

plasenta. Bidan menggunakan sarung tangan.

e. Tersedianya partograf dan Kartu Ibu, Buku KIA. Partograf digunakan

dengan tepat untuk setiap ibu dalam proses persalinan, semua

perawatan dan pengamatan dicatat tepat waktu. Tindakan tepat diambil

sesuai dengan temuan yang dicatat pada partograf. (Manuaba, 2010).

Proses

Bidan harus:

a. Memantau dan mencatat secara berkala keadaan ibu dan janin, his dan

kemajuan persalinan pada partograf dan catatan persalinan. Lengkapi


semua komponen pada partograf dengan cermat pada saat pengamatan

dilakukan.

b. Jika terdapat penyimpangan dalam kemajuan persalinan (misalnya

garis waspada pada partograf tercapai, his terlalu kuat/cepat/lemah

sekali, nadi melemah dan cepat, atau DJJ menjadi cepat/tidak

teratur/lambat), maka lakukan palpasi uterus dengan teliti untuk

mendeteksi gejala-gejala dan tanda lingkaran retraksi

patologis/lingkaran Bandl

c. Jaga agar ibu mendapat hidrasi yang baik selama proses persalinan,

anjurkan ibu agar sering minum.

d. Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan, dan merubah posisi selama

proses persalinan dan kelahiran. Jangan biarkan ibu berbaring

terlentang selama proses persalinan dan kelahiran.

e. Minta ibu sering buang air kecil selama proses persalinan (sedikitnya

setiap 2 jam). Kandung kemih yang penuh akan memperlambat

penurunan bayi dan membuat ibu tidak nyaman. Pakailah kateter

hanya bila ibu tidak bisa kencing sendiri dan kandung kemih dapat

dipalpasi. Hanya gunakan kateter dan karet. (Hati-hati bila memasang

kateter, sebab uretra mudah terluka pada partus lama/macet).

f. Amati tanda-tanda partus macet dan lama dengan melakukan palpasi

abdomen, manual penurunan janin, dan periksa dalam, menilai

penyusupan janin, dan prabukaan serviks paling sedikit setiap 4 jam

selama fase laten dan aktif persalinan. Catat semua temuan pada
partograf. Lihat standar 9 untuk melihat semua pengamatan yang

diperlukan untuk partograf.

g. Selalu amati tanda-tanda gawat ibu atau gawat janin, rujuk dengan

cepat dan tepat jika hal ini terjadi.

h. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir kemudian

keringkan hingga betul-betul kering dengan handuk bersih setiap kali

sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan pasien. (Kuku harus

dipotong pendek dan bersih. Gunakan sarung tangan DTT/steril untuk

semua periksa dalam. Selalu menggunakan tehnik aseptik pada saat

melakukan periksa dalam. Periksa dengan teliti vagina dan kondisinya

(jika vagina panas/gejala infeksi dan kering/gejala ketuban minimal,

maka menunjukkan ibu dalam keadaan bahaya). Periksa juga letak

janin, pembukaan serviks serta apakah serviks tipis, tegang atau

mengalami edema. Coba untuk menentukan posisi dan derajat

penurunan kepala. Jika ada kelainan atau bila garis waspada pada

partograf melewati persiapkan rujukan yang tepat.

1) Rujuk dengan tepat untuk fase laten persalinan yang memanjang

(0-4 cm): berlangsung lebih dari 8 jam.

2) Rujuk dengan tepat untuk fase aktif persalinan yang memanjang,

pembukaan kurang dari 1 cm/jam dan garis waspada pada

partograf telah dilewati

3) Rujuk dengan tepat untuk kala II persalinan yang memanjang:

— 2 jam meneran untuk primipara

— 1 jam meneran untuk multipara


i. Jika ada tanda dan gejala persalinan macet, gawat janin, atau tanda

bahaya pada ibu, maka ibu dibaringkan miring ke sisi kiri dan berikan

cairan IV (Ringer Laktat). Rujuk segera ke rumah sakit. Dampingi iu

untuk menjaga agar keadaan ibu tetap baik. Jelaskan kepada ibu,

suami/keluarganya apa yang terjadi dan mengapa ibu perlu dibawa ke

rumah sakit.

j. Jika dicurigai adanya ruptura uteri (his tiba-tiba berhenti atau syok

berat), maka rujuk segera. Berikan antibiotika dan cairan IV (Ringer

Laktat), biasanya diberikan ampisilin 1 gr IM, diikuti pemberian 500

mg setiap 6 jam secara IM, lalu 500 mg per oral setiap 6 jam setelah

bayi lahir.

k. Bila kondisi ibu/bayi buruk dan pembukaan serviks sudah lengkap,

maka bantu kelahiran bayi dengan ekstraksi vakum (lihat Standar 19).

l. Bila keterlambatan terjadi sesudah kepala lahir (distosia bahu):

1) Lakukan episiotomi

2) Dengan ibu dalam posisi berbaring terlentang, minta ibu melipat

kedua paha, dan menekuk lutut ke arah dada sedekat mungkin.

(Minta dua orang untuk membantu (mungkin suami atau anggota

keluarga lainnya) untuk menekan lutut ibu dengan mantap ke arah

dada. (Manuver Mc Robert)

3) Gunakan sarung tangan DTT/steril

4) Lakukan tarikan kepada curam ke bawah untuk melahirkan bahu

depan. Hindarkan tarikan berlebihan pada kepala karena mungkin

akan melukai bayi.


5) Pada saat melakukan tarikan pada kepala, minta seseorang untuk

melakukan tekanan suprapubis ke bawah untuk membantu

kelahiran bahu. Jangan pernah melakukan dorongan pada fundus!

Pemberian dorongan pada fundus nantinya akan dapat

mempengaruhi bahu lebih jauh dan menyebabkan ruptura uteri.

6) Jika bahu tetap tidak lahir

— Dengan menggunakan sarung tangan DTT/steril, masukkan

satu tangan ke dalam vagina.

— Berikan tekanan pada bahu anterior ke arah sternum bayi untuk

mengurangi diameter bahu.

7) Kemudian jika bahu masih tetap tidak lahir

— Masukkan satu tangan ke dalam vagina.

— Pegang tulang lengan atas yang berada pada posisi posterior,

lengan fleksi di bagian siku, tempatkan lengan melintang di

dada. Cara ini akan memberikan ruang untuk bahu anterior

bergerak di bawah simfisis pubis.

— Mematahkanclavicula bayi hanya dilakukan jika semua pilihan

lain telah gagal.

m. Isi partograf, kartu ibu, dan catatan kemajuan persalinan dengan

lengkap dan menyeuruh. Jika ibu dirujuk ke rumah sakit atau

puskesmas kirimkan satu copy partograf ibu dan dokumen lain

bersama ibu.

(Wiknjosastro, 2010)
2.2.3 Konsep dasar sectio caesarea

1.      Pengertian sectio caesarea

Seksio secaria merupakan prosedur operatif, yang di lakukan di bawah

anestesia sehingga janin, plasentadan ketuban di lahirkan melalui insisi dinding

abdomendan uterus. Prosedurini biasanya di lakukan setelah viabilitas tercapai

( mis, usia kehamilan lebih dari 24 minggu ).(Buku Ajar bidan,Myles,edisi

14.2011.hal:567).

Sectio sesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen. Teknik ini

digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau jika telah terjadi

distres janin. Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah malposisi

janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan ibu.

Sectio sesarea dapat merupakan prosedur elektif atau darurat .Untuk sectio

caesarea biasanya dilakukan anestesi spinal atau epidural. Apabila dipilih anestesi

umum, maka persiapan dan pemasangan duk dilakukan sebelum induksi untuk

mengurangi efek depresif obat anestesi pada bayi .(Buku pre operatif .arif

muttaqin.2010.hal:507)

Sectio caesarea adalah melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen

(laparotomi)dan dinding uterus (histerotomi).Definisi ini tidak mencakup

pengeluaran janin dari rongga abdomen pada kasus rupture uteri atau pada kasus

kehamilan abdomen. (obstetri williams,2005).

Kesimpulan dari ketiga pengertian diatas yaitu, Sectio caesarea adalah

pengeluaran janin melalui insisi dinding abdomen. Teknik ini digunakan jika

kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau jika telah terjadi distres janin.
Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah malposisi janin,

plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan ibu

2.      Etiologi

Indikasi kelahiran dengan bedah sesar

Absolute Relative

Ibu    Indikasi persalinan yang gagal    Bedah sesar elektif berulang

b   Proses persalinan tidak maju b   Penyakit ibu (pre eklamsi

(distosia persalinan) berat,penyakit

c.  Disproporsi sefalopelvik diabetes,kanker serviks)

( panggul sempit )

Utero a.  Bedah uterus sebelumnya (sesar


a.   Riwayat bedah uterus

plasenta klasik) sebelumnya miomektomi

b.  Riwayat ruptur uterus dengan ketebalan penuh)

c.  Obstruksi jalan lahir (fibroid) b.   Presentasi funik (tali pusat)

d.  Plasenta previa,abruption pada saat persalinan

plasenta berukuran besar

Janin a.   Gawat janin/hasil pemeriksaan


a.   Mal presentasi janin

janin yang tidak meyakinkan (sungsang, presentasi alis,

b.   Prolaps tali pusat presentasi gabingan )

c.   Malpresentasi janin (posisi


b.   Makrosomia

melintang) c.   Kelainan janin (hidrosefalus)

Sumber :errol norwis,buku anatomi 2011


3.      Patofisiologi

Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang

menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta

previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture

uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks,

dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu

tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).

Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan

menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah

intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan

menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien

secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.

Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan

perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain

itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding

abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh

darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang

pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri

akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan

menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan

menimbulkan masalah risiko infeksi. 


4.      Pemeriksaan penunjang

a.       Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari

kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada

pembedahan.

b.      Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi

c.       Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah

d.      Urinalisis / kultur urine

e.       Pemeriksaan elektrolit.

5.      Penatalaksanaan Medis Post SC

a.       Pemberian cairan

Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian

cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak

terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan

yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara

bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah

diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.

b.      Diet

Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus

lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.Pemberian


minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 8 jam

pasca operasi, berupa air putih dan air teh.

c.       Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :

1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 8

jam setelah

operasi

2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita

sambil tidur

telentang sedini mungkin setelah sadar

3) Hari pertama post operasi, penderita dapat

didudukkan selama 5

menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.

4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah

menjadi posisi

setengah duduk (semifowler)

5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari,

pasien

dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan

kemudian berjalan sendiri, dan pada hari ke-3 pasca operasi.pasien

bisa dipulangkan

d.      Kateterisasi

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak

enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan


perdarahan.Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi

tergantung jenis operasi dan keadaan penderita

e.       Pemberian obat-obatan

1.      Antibiotik

Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda

setiap institusi

1. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran

pencernaan

1)      Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam

2)      Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol

3)      Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila

perlu

3.      Obat-obatan lain

Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat

diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C.

f.       Perawatan luka

Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah

dan berdarah harus dibuka dan diganti.

g.      Perawatan rutin

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,

tekanan darah, nadi,dan pernafasan.

6.      Komplikasi

a.       Infeksi Puerperalis


Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama

beberapa hari dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya

peritonitis, sepsis dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila

sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala infeksi intrapartum atau

ada faktor - faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu

(partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal

sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian

antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik

dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC transperitonealis profunda.

b.      Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang

arteria uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri

c.       Komplikasi - komplikasi lain seperti :

1)      Luka kandung kemih

2)      Embolisme paru – paru

3)      Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya

perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa

terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan

sesudah sectio caesarea klasik.

7.      Prognosis

1)      Dengan kemajuan teknik pembedahan, adanya antibiotika dan

persediaan darah yang cukup, pelaksanaan sectio ceesarea sekarang

jauh lebih aman dari pada dahulu.


2) Angka kematian di rumah sakit dengan fasilitas baik dan tenaga yang

kompeten < 2/1000. Faktor - faktor yang mempengaruhi morbiditas

pembedahan adalah kelainan atau gangguan yang menjadi indikasi

pembedahan dan lamanya persalinan berlangsung.

3) Anak yang dilahirkan dengan sectio caesaria nasibnya tergantung dari

keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesarea.

Menurut statistik, di negara - negara dengan pengawasan antenatal dan

intranatal yang baik, angka kematian perinatal sekitar 4 - 7%.

8.      Klasifikasi sectio caesarea

1.      Insisi Abdomen

a.       Insisi Vertikal

Insisi vertical garis tengah infraumbilikus adalah insisi yang

paling cepat dibuat.Insisi ini harus cukup panjang agar janin

dapat lahir tanpa kesulitan.Oleh karenanya, panjang harus sesuai

dengan taksiran ukuran janin

b.      Insisi Transversal/Lintang

Kulit dan jaringan subkutan disayat dengan menggunakan insisi

transversal rendah sedikit melengkung.Insisi kulit transversal

jelas memiliki keunggulan kosmetik .walaupun sebagian orang

beranggapan bahwa insisi ini lebih kuat dan kecil

kemungkinannya terlepas ,insisi ini juga memiliki

kekurangan,pada sebagian wanita pemajanan uterus yang hamil

dan apendiksnya tidak sebaik pada insisi vertical.

c.       Insisi Uterus


Suatu insisi vertical kedalam korpus uterus diatas segmen bawah

uterus dan mencapai fundus uterus namun tindakan ini sudah

jarang digunakan saat ini.

Keuntungannya adalah menghindari risiko robekan ke pembuluh

darah uterus,kemampuan untuk memperluas insisi jika diperlukan

hanya pada segment bawah saja.

Untuk presentasi kepala, insisi tranversal melalui segment bawah

uterus merupakan tindakan pilihan.secara umum,insisi transversal:

1.      Lebih mudah di perbaiki

2.      Terletak ditempat yang paling kecil kemungkinannya

rupture disertai keluarnya janin ke rongga abdomen pada

kehamilan berikutnya

2. Tidak menyebabkan perleketan usus atau omentum ke garis

insisi..

d.      Teknik insisi sesarea klasik

Kadang-kadang perlu dilakukan insisi klasik untuk melahirkan

janin .Beberapa indikasi nya adalah :

1. Apabila segmen bawah uterus tidak dapat dipajankan atau

dimasuki dengan aman karena kandung kemih melekat erat

akibat pembedahan sebelumnya ,atau apabila sebuah mioma

menempati segmen bawah uterus atau apabila terdapat

karsinoma invasive diserviks.

2.     Apabila janin berukuran besar dan terletak melintang

terutama apabila selaput ketuban sudah pecah dan bahu


terjepit jalan lahir.

3.     Pada sebagian kasus plasenta previa dengan implantasi

anterior

3. Pada sebagian kasus janin yang sengat kecil terutama

dengan presentasi bokong yang segment bawah uterusnya

tidak menipis.

5.   Pada sebagian kasus ibu dengan obesitas berat yang hanya

memungkinan untuk menakses bagian atas uterus saja.

e.       Seksio sesarea ekstra peritoneum

Tujuan operasi adalah untuk membuka uterus secara ekstra peritoneum

dengan melakukan diseksi melalui ruang retzius dan kemudian

disepanjang salah satu dan di belakang kandung kemih untuk mencapai

segmen bawah uterus.

Prosedur ini hanya berlangsung singkat sebagian besar mungkin karena

tersedianya berbagai obat antimikroba yang efektif.

f.       Seksio sesarea postmortem

Kadang-kadang seksio sesarea dilakukan pada seorang wanita yang baru

meninggal atau yang diperkirakan tidak lama lagi akan meninggal.pada

situasi seperti iniprognosis yang memuaskan pada bayi bergantung pada:

1)      Antisipasi kematian ibu,bila mungkin

2)      Usia gestasi janin

3)      Ketersediaan petugas dan peralatan yang sesuai

4)      Ketersediaan ventilasi perimortem dan masase jantung bagi ibu

5)      Pelahiran segera dan resusitasi neonates yang efektif.


2.      Vagina (sectio caesarea vaginalis)

Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :

1)  Sayatan memanjang (longitudinal)

2)  Sayatan melintang (tranversal)

3)  Sayatan huruf T (T Insisian).(obstetric wiliams.2006,vol.1,

B.     Tinjauan teoritis kebidanan

1.      Pengkajian

a.     Identitas klien dan penanggung

b.     Keluhan utama klien saat ini

c.     Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien

multipara

d.    Riwayat penyakit keluarga

e.     Keadaan klien meliputi :

1)      Sirkulasi

Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi.

Kemungkinan kehilangan darah selama prosedur pembedahan

kira-kira 600-800 mL

2)      Integritas ego

Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda

kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai

wanita. Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan,

ketakutan, menarik diri, atau kecemasan.

3)      Makanan dan cairan


Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).

4)      Neurosensori

Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi

spinalepidural.

5)      Nyeri / ketidaknyamanan

Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma

bedah, distensi kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri

tekan uterus mungkin ada.

6)      Pernapasan

Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.

7)      Keamanan

Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.

8)      Seksualitas

Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus.Aliran lokhea

sedang.

2.      Diagnose keperawatan

a.    Transisi Perubahan proses keluarga berhubungan dengan

perkembangan atau adanya peningkatan anggota keluarga

(Doengoes,2001).

b.    Gangguan nyaman : nyeri akut berhubungan dengan trauma

pembedahan (Doengoes,2001).

c.    Ansietas berhubungan dengan situasi, ancaman pada konsep diri,

transmisi / kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi

(Doengoes,2001).
d.     Harga diri rendah berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa

kehidupan (Doengoes,2001).

e.     Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan /

kulit rusak (Doengoes,2001)

f.    Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot

(Doengoes,2001).

g.       Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan

dengan kurang pemajanan informasi, tidak mengenal sumber-

sumber (Doengoes,2001)

h.       Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan trauma atau diversi

mekanisme efek-efek hormonal/anastesi (Doengoes,2001)

i.        Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi,

penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidatnyamana fisik

(Doengoes,2001)

3.      INTERVENSI DAN RASIONAL

a.       Dx 1 : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan

perkembangan transisi / peningkatan anggota keluarga.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien

dapat menerima perubahan dalam keluarga dengan anggota

barunya.

Kriteria hasil :

a)      Menggendong bayi, bila kondisi memungkinkan

b)      Mendemontrasikan prilaku kedekatan dan ikatan yang tepat

c)      Mulai secara aktif mengikuti perawatan bayi baru lahir dengan
cepat.

Intervensi :

a)      Anjurkan pasien untuk menggendong, menyetuh dan memeriksa

bayi, tergantung pada kondisi pasien dan bayi, bantu sesuai

kebutuhan, Rasional : Jam pertama setelah kelahiran

memberikan kesempatan unik untuk ikatan keluarga terjadi

karena ibu dan bayi secara emosional dan menerima isyarat satu

sama lain, yang memulai kedekatan dan proses pengenalan.

b)      Berikan kesempatan untuk ayah / pasangan untuk menyentuh

dan menggendong bayi dan Bantu dalam perawatan bayi sesuai

kemungkinan situasi. Rasional : membantu memudahkan ikatan /

kedekatan diantara ayah dan bayi. Memberikan kesempatan

untuk ibu memvalidasi realitas situasi dan bayi baru lahir.

c)      Observasi dan catat interaksi keluarga bayi, perhatikan perilaku

yang dianggap menggandakan dan kedekatan dalam budaya

tertentu.Rasional : pada kontak pertama dengan bayi, ibu

menunjukkan pola progresif dari perilaku dengan cara

menggunakan ujung jari.

d)     Diskusikan kebutuhan kemajuan dan sifat interaksi yang lazim

dari ikatan. Perhatikan kenormalan dari variasi respon dari satu

waktu ke waktu.Rasional : membantu pasien dan pasangan

memahami makna pentingnya proses dan memberikan keyakinan

bahwa perbedaan diperkirakan.

e)      Sambut keluarga dan sibling untuk kunjungan sifat segera bila
kondisi ibu atau bayi memungkinkan.Rasional : meningkatkan

kesatuan keluarga dan membantu sibling memulai proses

adaptasi positif terhadap peran baru dan

memasukkan anggota baru kedalam struktur keluarga.

f)       Berikan informasi, sesuai kebutuhan, keamanan dan kondisi

bayi. Dukungan pasangan sesuai kebutuhan.Rasional :

membantu pasangan untuk memproses dan mengevaluasi

informasi yang diperlukan, khususnya bila periode pengenalan

awal telah terlambat.

g)      Jawab pertanyaan pasien mengenai protokol, perawatan selama

periode pasca kelahiran.Rasional : informasi menghilangkan

ansietas yang dapat menggangu ikatan atau mengakibatkan

absorpsi dari pada perhatian terhadap bayi baru lahir.

b.      Dx 2 : Ketidaknyamanan : nyeri, akut berhubungan dengan trauma

pembedahan.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ketidak

nyamanan ; nyeri berkurang atau hilang.

Kriteria hasil :

a)      Mengungkapkan kekurangan rasa nyeri.

b)      Tampak rileks mampu tidur.

c)      Skala nyeri 1-3

Intervensi :

a. Tentukan lokasi dan karakteristik ketidaknyamanan perhatikan isyarat

verbal dan non verbal seperti meringis.Rasional : pasien mungkin


tidak secara verbal melaporkan nyeri dan ketidaknyamanan secara

langsung. Membedakan karakteristik khusus dari nyeri membantu

membedakan nyeri paska operasi dari terjadinya komplikasi.

b.     Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab

ketidaknyamanan dan intervensi yang tepat.Rasional : meningkatkan

pemecahan masalah, membantu mengurangi nyeri berkenaan dengan

ansietas.

c.    Evaluasi tekanan darah dan nadi ; perhatikan perubahan prilaku.

Rasional : pada banyak pasien, nyeri dapat menyebabkan gelisah, serta

tekanan darah dan nadi meningkat. Analgesia dapat menurunkan

tekanan darah.

d.    Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya atau karakteristik nyeri.

Rasional : selama 12 jam pertama paska partum, kontraksi uterus kuat

dan teratur dan ini berlanjut 2 – 3 hari berikutnya, meskipun frekuensi

dan intensitasnya dikurangi faktor-faktor yang memperberat nyeri

penyerta meliputi multipara, overdistersi uterus.

e.  Ubah posisi pasien, kurangi rangsangan berbahaya dan berikan gosokan

punggung dan gunakan teknik pernafasan dan relaksasi dan

distraksi.Rasional : merilekskan otot dan mengalihkan perhatian dari

sensasi nyeri. Meningkatkan kenyamanan dan menurunkan distraksi

tidak menyenangkan, meningkatkan rasa sejahtera.

f.     Lakukan nafas dalam dengan menggunakan prosedur- prosedur

pembebasan dengan tepat 30 menit setelah pemberian analgesik.


Rasional : nafas dalam meningkatkan upaya pernapasan. Pembebasan

menurunkan regangan dan tegangan area insisi dan mengurangi nyeri

dan ketidaknyamanan berkenaan dengan gerakan otot abdomen.

g.    Anjurkan ambulasi dini. Anjurkan menghindari makanan atau cairan

berbentuk gas; misal : kacang-kacangan, kol, minuman karbonat.

Rasional : menurunkan pembentukan gas dan meningkatkan peristaltik

untuk menghilangkan ketidaknyamanan karena akumulasi gas.

h.      Palpasi kandung kemih, perhatikan adanya rasa penuh. Memudahkan

berkemih periodik setelah pengangkatan kateter indwelling.

Rasional : kembali fungsi kandung kemih normal memerlukan 4-7

hari dan overdistensi kandung kemih menciptakan perasaan dan

ketidaknyamanan.

c.       Dx 3 : Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada

konsep diri, transmisi / kontak interpersonal, kebutuhan tidak

terpenuhi.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan kebidanan diharapkan ansietas dapat

berkurang atau hilang.

Kriteria hasil :

a)      Mengungkapkan perasaan ansietas

b)      Melaporkan bahwa ansietas sudah menurun

c)      Kelihatan rileks, dapat tidur / istirahat dengan benar.

Intervensi :

a.  Dorong keberadaan atau partisipasi pasangan


Rasional : memberikan dukungan emosional; dapat mendorong

mengungkapkan masalah.

b. Tentukan tingkat ansietas pasien dan sumber dari masalah.

Rasional Mendorong pasien atau pasangan untuk mengungkapkan

keluhan atau harapan yang tidak terpenuhi dalam proses ikatan/menjadi

orang tua. Bantu pasien atau pasangan dalam mengidentifikasi

mekanisme koping baru yang lazim dan perkembangan strategi koping

baru jika dibutuhkan.

Rasional : membantu memfasilitasi adaptasi yang positif terhadap peran

baru, mengurangi perasaan ansietas.

c   Memberikan informasi yang akurat tentang keadaan pasien dan bayi.

Rasional : khayalan yang disebabkan informasi atau kesalahpahaman

dapat meningkatkan tingkat ansietas.

d.  Mulai kontak antara pasien/pasangan dengan baik sesegera mungkin.

Rasional : mengurangi ansietas yang mungkin berhubungan dengan

penanganan bayi, takut terhadap sesuatu yang tidak diketahui, atau

menganggap hal yang buruk berkenaan dengan keadaan bayi.

d.      Dx 4 : Harga diri rendah berhubungan dengan merasa gagal dalam

peristiwa kehidupan.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak lagi

mengungkapkan perasaan negatif diri dan situasi

Kriteria hasil :

a)      Mengungkapkan pemahaman mengenai faktor individu yang

mencetuskan situasi saat ini.


b)      Mengekspresikan diri yang positif.

Intervensi :

a.   Tentukan respon emosional pasien / pasangan terhadap kelahiran sesarea.

Rasional : kedua anggota pasangan mungkin mengalami reaksi emosi

negatif terhadap kelahiran sesarea meskipun bayi sehat, orangtua sering

berduka dan merasa kehilangan karena tidak mengalami kelahiran

pervagina sesuai yang diperkirakan.

b.  Tinjau ulang partisipasi pasien/pasangan dan peran dalam pengalaman

kelahiran. Identifikasi perilaku positif selama proses prenatal dan

antepartal.Rasional : respon berduka dapat berkurang bila ibu dan ayah

mampu saling membagi akan pengalaman kelahiran, sebagai dapat

membantu menghindari rasa bersalah.

c.   Tekankan kemiripan antara kelahiran sesarea dan vagina. Sampaikan sifat

positif terhadap kelahiran sesarea. Dan atur perawatan pasca patum

sedekat mungkin pada perawatan yang diberikan pada pasien setelah

kelahiran vagina.Rasional: pasien dapat merubah persepsinya tentang

pengalaman kelahiran sesarea sebagaiman persepsinya tentang

kesehatannya / penyakitnya berdasarkan pada sikap professional.

e.       Dx 5 : Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma

jaringan / kulit rusak.

Tujuan : infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil :

a.   Luka bebas dari drainase purulen dengan tanda awal penyembuhan.

b.   Bebas dari infeksi, tidak demam, urin jernih kuning pucat.
Intervensi :

a.  Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan dengan cermat dan

pembuangan pengalas kotoran, pembalut perineal dan linen

terkontaminasi dengan tepat.Rasional : membantu mencegah atau

membatasi penyebaran infeksi.

b. Tinjau ulang hemogolobin / hematokrit pranantal ; perhatikan adanya

kondisi yang mempredisposisikan pasien pada infeksi pasca operasi.

Rasional : anemia, diabetes dan persalinan yang lama sebelum kelahiran

sesarea meningkatkan resiko infeksi dan memperlambat penyembahan.

c.  Kaji status nutrisi pasien. Perhatikan penampilan rambut, kuku jari, kulit

dan sebagainya Perhatikan berat badan sebelum hamil dan penambahan

berat badan prenatal.Rasional : pasien yang berat badan 20% dibawah

berat badan normal atau yang anemia atau yang malnutrisi, lebih rentan

terhadap infeksi pascapartum dan dapat memerlukan diet khusus.

d.  Dorong masukkan cairan oral dan diet tinggi protein, vitamin C dan besi.

Rasional : mencegah dehidrasi ; memaksimalkan volume, sirkulasi dan

aliran urin, protein dan vitamin C diperlukan untuk pembentukan

kolagen, besi diperlukan untuk sintesi hemoglobin.

e.  Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat atau rembesan. Lepasnya

balutan sesuai indikasi.Rasional : balutan steril menutupi luka pada 24

jam pertama kelahiran sesarea membantu melindungi luka dari cedera

atau kontaminasi. Rembesan dapat menandakan hematoma.


f.  Inspeksi insisi terhadap proses penyembuhan, perhatikan kemerahan

odem, nyeri, eksudat atau gangguan penyatuan.Rasional : tanda-tanda ini

menandakan infeksi luka biasanya disebabkan oleh steptococus.

g.  Bantu sesuai kebutuhan pada pengangkatan jahitan kulit, atau klips.

Rasional : insisi biasanya sudah cukup membaik untuk dilakukan

pengangkatan jahitan pada hari ke 4 / 5.

h.  Dorong pasien untuk mandi shower dengan menggunakan air hangat

setiap hari.Rasional :Mandi shower biasanya diizinkan setelah hari kedua

setelah kelahiran sesarea, meningkatkan hiegenisdan dapat merangsang

sirkulasi atau penyembuhan luka.

i.     Kaji suhu, nadi dan jumlah sel darah putih.Rasional : Demam paska

operasi hari ketiga, leucositosis dan tachicardia menunjukkan infeksi.

Peningkatan suhu sampai 38,3 C dalam 24 jam pertama sangat

mengindentifikasikan infeksi.

j.  Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus ; perhatikan perubahan involusi atau

adanya nyeri tekan uterus yang ekstrem.Rasional : Setelah kelahiran

sesarea fundus tetap pada ketinggian umbilikus selama sampai 5 hari,

bila involusi mulai disertai dengan peningkatan aliran lokhea,

perlambatan involusi meningkatkan resiko endometritis. Perkembangan

nyeri tekan ekstrem menandakan kemungkinan jaringan plasenta tertahan

atau infeksi.  

2.2 Tinjauan Manajemen 5 Langkah Asuhan Kebidanan

2.3.1 Pengkajian
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang

akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa,

pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-

tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang (Varney,

2004). Proses pengumpulan data mencakup data subjektif dan data

objektif, adalah sebagai berikut :

2.3.1.1 DATA SUBJEKTIF

Adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu

pendapat terhadap suatu situasi data kejadian, informasi tersebut

dapat ditentukan dengan informasi atau komunikasi (Asrinah,

2010).

1) Biodata

Biodata pasien menurut Sulistyawati (2012) :

(1) Nama : Untuk mengenal dan memanggil ibu, serta

untuk mempermudah komunikasi agar lebih akrab.

(2) Umur : penyulit dalam kehamilan remaja lebih tinggi

dibanding umur 20 sampai 30 tahun. Keadaan ini

disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk

hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu dan

maupun perkembangan dan pertumbuhan janin

(Manuaba, 2008 ).
(3) Agama : Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan

pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan

pasien/klien.

(4) Suku Bangsa : Untukmengetahui dari suku mana ibu

berasal dan adakah larangan-larangan saat hamil

(5) Pendidikan : Ditanyakan untuk mengetahui tingkat

intelektualnya tingkat pendidikan mempengaruhi sikap

perilaku kesehatan seseorang.

(6) Pekerjaan : Ditanyakan untuk mengetahui

kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap

permasalahan kesehatan pasien.

(7) Alamat : Ditanyakan untuk maksud mempermudah

hubungan / informasibila diperlukan. Bila keadaan

mendesak, dengan diketahuinya alamat tersebut bidan

dapat mengetahui tempat tinggal pasien/klien dan

lingkungannya.

2) Alasan Datang

Dikaji untuk mengetahui alasan wanita datang ke

tempat bidan/ klinik, yang diungkapkan dengan kata-

katanya sendiri (Hani dkk, 2010). Tujuan kunjungan

biasanya untuk mendapatkan diagnosis ada/tidaknya

kehamilan, mendapatkan perawatan kehamilan, menentukan

usia kehamilan dan perkiraaan persalinan, menentukan


status kesehatan ibu dan janin, menentukan rencana

pemeriksaan/penatalaksanaan lainnya. (Walyani, 2015).

3) Keluhan Utama

Keluhan utama adalah alasan kenapa klien datang ke

tempat bidan. Dituliskan sesuai dengan yang diungkapkan

oleh klien serta menanyakan sejak kapan hal tersebut

dikeluhkan klien. Mendengarkan keluhan klien sangat

penting untuk pemeriksaan. (Walyani, 2015).

4) Riwayat Kebidanan

(1) Riwayat Menstruasi

Untuk mengetahui usia berapa ibu pertama kali

haid dan keluhan yang dirasakan, seperti banyaknya

darah haid yang keluar, flour albus, keluhan seperti

haid yang terus menerus, sehingga diketahui keadaan

alat reproduksi ibu normal atau tidak.

(2) Menarche : Usia pertama kali menstruasi, normalnya

usia pertama kali menstruasi dalam usia 11-15 tahun.

Hal ini dipengaruhi oleh keturunan, keadaan gizi,

bangsa, lingkungan, iklim, dan keadaan umum.

(Walyani, 2015).

(3) Siklus : Untuk mengetahui apakah ibu memiliki

kelainan haid atau tidak (rata-rata terjadi 28 hari atau

20 - 30 hari).
(4) Lamanya : Mengetahui lamanya haid normal atau

tidak kemungkinan ada gangguan yang dapat

mempengaruhi (biasanya berlangsung 5 - 7 hari).

(5) Banyaknya : Mengetahui seberapa banyak haid yang

keluar,hari ke 1 - 3 ganti pembalut berapa kali sehari,

hari ke 4 - 7 ganti pembalut berapa kali sehari.

(1) Warna / bau : Merah segar / anyir

(2) Disminorhea : Nyeri/ tidak saat haid. Nyeri haid

ditanyakan untuk mengetahui apakah klien

menderitanya atau tidak ditiap haidnya. Nyeri haid juga

menjadi tanda bahwa kontraksi uterus klien begitu

hebat seingga menimbulkan nyeri haid. (Walyani,

2015). Gangguan yang berkenaan dengan masa haid

berupa dismenorea (rasa nyeri saat menstruasi).

Perasaan nyeri pada waktu haid dapat berupa kram

ringan pada bagian kemaluan sampai terjadi

gangguan dalam tugas sehari-hari. Gangguan ini ada

dua bentuk yaitu dismenore primer dan sekunder.

Dismenorea primer yaitu nyeri haid yang terjadi

tanpa terdapat kelainan anatomis alat kelamin.

Dismenorea sekunder yaitu nyeri haid yang

berhubungan dengan kelainan anatomis yang jelas,

kelainan ini kemungkinan adalah haid disertai infeksi,

endometritis, mioma uteri, polip serviks, polip


endometrial, pemakai IUD atau AKDR (alat

kontrasepsi dalam rahim). (Manuaba, 2009)

(3) Flour Albus : Untuk mengetahui ibu mengalami

keputihan atau tidak, normalnya tidak gatal, tidak

berbau, dan tidak nyeri.

(4) HPHT : Hari pertama haid terakhir untuk

mengetahui kapan menstruasi terakhir sehingga

bisa menentukan usia kehamilan dan taksiran

persalinan.

5) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas Yang Lalu

Dikaji untuk mengetahui pada tanggal, bulan, tahun,

berapa anaknya lahir, tempat persalinan, umur kehamilan,

umur kelahiran, jenis persalinan, penolong persalinan,

penyulit, jenis kelamin, berat badan lahir, panjang badan

lahir, riwayat nifas yang lalu dan keadaan anak sekarang

(Saifuddin, 2007).

Keterangan : Untuk mengetahui jumlah kehamilan,

persalinan dan nifas serta untuk mengetahui kelainan yang

pernah terjadi.

6) Riwayat Kehamilan Sekarang Yang Perlu Dikaji :

(1) Gravida/para

(2) Usia Kehamilan

Menentukan usia kehamilan sangat penting

untuk memperkirakan persalinan. (Manuaba dkk,


2012). Umur kehamilan dan tafsiran persalinan

dihitung dengan menggunkan rumus Neagle. HPL

(hari perkiraan lahir) = HPHT (hari pertama haid

terakhir) + 7 dan bulan haid terakhir - 3. Tahun HPHT

ditambahkan 1 (jika bulan lebih dari 1- 3). (Hani dkk,

2010).

(3) HPHT

HPHT adalah hari haid pertama terakhir

seorang wanita sebelum hamil. Cara menentukan

HPHT adalah dengan melakukan anamnesis pada ibu

secara tepat karena apabila terjadi kesalahan, maka

penentuan usia kehamilan juga menjadi tidak tepat.

Haid terkhir tersebut harus normal, baik dari lamanya

maupun dari banyaknya. HPHT yang tepat adalah

tanggal dimana ibu baru mengeluarkan darah

menstruasi dengan frekuensi dan lama menstruasi

seperti biasa. (Hani dkk, 2010)

(4) HPL

HPL adalah tanggal taksiran perkiraan

persalinan ibu. Bisa ditentukan setelah HPHT

didapatkan. :
a) HPL = tanggal HPHT ditambahkan 7, bulan HPHT

dikurangi 3, Tahun HPHT ditambahkan 1 (jika

bulan lebih dari 3).

b) HPL= tanggal HPHT ditambahkan 7, bulan HPHT

ditambah 9, Tahun HPHT ditambah 0 (jika bulan

1-3) (Hani dkk, 2010).

(5) Gerakan janin

Diperkirakan terjadi gerakan pertama fetus

pada usia kehamilan 16 minggu terdapat perbedaan.

Pada primigravida biasanya dirasakan pada usia 18

minggu, sedangkan pada multigravida sekitar 16

minggu. Dengan mengetahui gerakan janin maka

perkiraan umur kehamilan dapat ditetapkan. Gerakan

janin juga diperlukan untukmengetahui keadaan janin

(masih hidup/mati). Berupa positif jika ada, dan

negatif jika belum ada (Hani, dkk, 2010).

Gerakan janin juga bermula pada usia

kehamilan mencapai 12 minggu, tetapi baru dapat

dirasakan oleh ibu pada usia kehamilan 16 – 20

minggu karena diusia kehamilan tersebut, dinding

uterus mulai menipis dan gerakan janin lebih kuat.

(Saifuddin, 2010). Gerakan menendang atau

tendangan janin (10 gerakan/12 jam ) (Saifuddin,

2010).
(6) Masalah - masalah

Menanyakan kepada klien apakah ada masalah

pada kehamilan trimester I (hiperemesis gravidarum,

anemia,dll), pada trimester II dan trimester III

tanyakan masalah apa yang pernah dirasakan pada

kehamilan sebelumnya. Hal ini untuk sebagai faktor

persiapan kalau-kalau kehamilan sekarang akan

terjadi hal seperti itu lagi. (Walyani, 2015).

(7) Penggunaan Obat-obatan

Menanyakan klien riwayat pemakaian obat-

obatan resep dan obat bebas. Tanyakan juga tentang

alergi obat, mencakup berbagai reaksi yang terjadi

setelah obat ditelan. Pengobatan penyakit saat hamil

harus selalu memperhatikan apakah obat tersebut

tidak berpengaruh terhadap tumbang janin. (Walyani,

2015).

Penyalahgunaan NAZA saat hamil dapat

mempengaruhi perkembangan janin baik secara

langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung

dari obat melalui plasenta dapat menimbulkan efek

pada sel embrio, sedang pengaruh tidak langsung

dengan mempengaruhi perfusi plasenta dan

oksigenasi janin. Efek obat ditentukan oleh jenis obat,


frekuensi pemakaian, efek aliran darah plasenta, efek

terhadap jaringan janin, dan waktu pemakaian dalam

kehamilan. (Saifuddin, 2010).

(8) Riwayat ANC

a) TM I

Menanyakan kepada klien asuhan

kehamilan apa saja yang pernah ia dapatkan

selama kehamilan trimester I.

b) TM II

Menanyakan kepada klien asuhan apa

yang pernah ia dapatkan pada trimester II

kehamilan sebelumnya dan menanyakan

bagaimana pengaruhnya terhadap kehamilan.

Apabila baik, bidan bisa memberikan lagi asuhan

kehamilan tersebut pada kehamilan sekarang.

c) TM III

Menanyakan kepada klien asuhan apa

yang pernah iadapatkan pada trimester II

kehamilan sebelumnya dan menanyakan

bagaimana pengaruhnya terhadap kehamilan.

Apabila baik, bidan bisa memberikan lagi asuhan

kehamilan tersebut pada kehamilan sekarang.


Tempat ANC juga ditanyakan untuk

mengetahui dimana tempat klien mendapatkan

asuhan kehamilan tersebut. (Walyani, 2015).

(9) Riwayat KB

Untuk mengetahui KB yang pernah digunakan

ibu dan lama pemakaian serta keluhan yang dirasakan

selama pemakaian KB.

7) Riwayat penyakit sekarang

(1) Jantung

Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik

kepada kehamilan dan janin dalam kandungan.

Apabila ibu menderita hipoksia dan sianosis, hasil

konsepsi dapat menderita pula dan mati, kemudian

disusul oleh abortus. Apabila konseptus lahir terus,

anak dapat lahir premature atau lahir cukup bulan

akan tetapi dengan berat badan rendah (dismatiritas).

Selain itu janin dapat menderita hipoksia dan

gawat janin dalam persalinan, sehingga neonates lahir

mati atau dengan nilai Apgar rendah. Ditemukan

komplikasi prematuritas dan BBLR pada penderita

penyakit jantung pada kehamilan 32 minggu dan

partus kala I yang lebih rendah. (Wiknjosastro,

2005).

(2) Hipertensi
Ibu hamil yang mempunyai riwayat hipertensi

atau sedang menderita hipertensi kronik berisisko

terjadi sousio plasenta, dan risisko terjadinya solusio

plasenta 2 – 3 kali dan superimposedpreeklamsi.

Sedangkan dampak pada janin ialah pertumbuhan

janin terhambat atau fetal growth restriction, intra

uterine growth restriction (IUGR). (Saifuddin, 2010).

(3) Diabetes melitus

Diabetes mellitus pada ibu hmil dapat

menyebabkan resiko terjadinya preeklampsia, seksio

sesarea sedangkan pada janin meningkatkan

terjadinya makrosomia, hiperbilirubinemia,

hipokalsemia, polisitemia, hiperbilirubinemia

neonatal, sindrom distress respirasi (RDS) serta

mortalitas atau kematian janin (Saifuddin, 2010).

(4) Asma

Ada hubungan antara keadaan asma sebelum

hamil dan morbiditasnya pada kehamilan. Pada asma

ringan 13 % mengalami serangan pada kehamilan,

pada asma moderat 26 %, dan asma berat 50 %.

Sebanyak 20 % daari ibu dengan asma ringan dan

asma moderat mengalai serangan inpartu, serta

peningkatan risiko serangan 18 kali lipat setelah


persalinan dengan seksio sesarea jika dibandingkan

dengan persalinan pervaginam.

Terdapat komplikasi preeklamsi 11 % IUGR

12 %, dan prematuritas 12 % pada kehamilan

dengan asma. Pada asma berat hipoksia janin dapat

terjadi sebelum hipoksia pada ibu terjadi. (Saifuddin,

2010).

(5) TBC

Pada kehamilan dengan infeksi TBC risiko

prematuritas, IUGR dan berat badan lahir rendah

meningkat, serta resiko kematian perinatal

meningkat 6 x lipat. Keadaan ini terjadi akibat

diagnosa yang terlambat, pengobatan yang tidak

teratur dan derajat keparahan lesi di paru maupun

infeksi ekstrapulmoner. Infeksi TBC dapat

menginfeksi janin yang dapat menyebabkan

tuberculosis congenital. (Saifuddin, 2010).

(6) Hepatitis

Jika terjadi infeksi akut pada kehamilan bisa

mengakibatkan terjadinya hepatitis fulminant yang

dapat menimbulkan mortalitas tinggi pada ibu dan

bayi. Pada ibu dapat menimbulkan abortus dan

terjadi perdarahan pascapersalinan karena adanya


gangguan pembekuan darah akibat gangguan fungsi

hati (Saifuddin, 2010).

(7) Malaria

Komplikasi yang sering terjadi pada

kehamilan ada hipoglikemia sebagai gejala klinik

malaria karena takikardia, berkeringat, an pusing.

Hipoglikemia pada ibu hamil dapat menyebabkan

terjadinya gawat janin tanpa diketahui penyebabnya,

edema paru lebih sering terjadi pada trimester II dan

III, tetapi bisa juga terjadi segera pasca persalinan,

anemia berat sering terjadi pada malaria dalam

kehamilan. Selain itu, resiko malaria terhadap janin

adalah fungsi plasenta menurun, abortus,

prematuritas, lahir mati,dan pertumbuhan janin

terlambat. (Saifuddin, 2010).

(8) HIV

Transmisi HIV dari ibu ke janin dapat terjadi

intrauterin (5-10 %), saat persalinan (10-20 %) dan

pasca persalinan (5-20 %). Kelainan yang dapat

terjadi pada janin adalah berat badan lahir rendah,

bayi lahir mati, partus preterm, dan abortus spontan.

(Saifuddin, 2010).

(9) Riwayat alergi obat-obatan


Respons hipersensitivitas dapat terjadi pada

hampir seluruh jenis obat kendati kelompok

antimikroba merupakan penyebab alergi yang

utama. Respons hipersensitivitas yang serius seperti

dapat terjadi syok anafilatik. Riwayat reaksi obat

yang sebelumnya harus ditanyakan, karena reaksi

yang paling berat terjadi pada pemberian yang kedua

kalinya atau berikutnya. (Jordan, 2004)

8) Riwayat kesehatan yang lalu

(1) Jantung

Penyakit jantung memberi pengaruh tidak

baik kepada kehamilan dan janin dalam kandungan.

Apabila ibu menderita hipoksia dan sianosis, hasil

konsepsi dapat menderita pula dan mati, kemudian

disusul oleh abortus. Apabila konseptus lahir terus,

anak dapat lahir premature atau lahir cukup bulan

akan tetapi dengan berat badan rendah (dismatiritas).

Selain itu janin dapat menderita hipoksia dan

gawat janin dalam persalinan, sehingga neonates

lahir mati atau dengan nilai Apgar rendah.

Ditemukan komplikasi prematuritas dan BBLRpada

penderita penyakit jantung pada kehamilan 32

minggu dan partus kala I yang lebih rendah.

(Wiknjosastro, 2005).
(2) Hipertensi

Ibu hamil yang mempunyai riwayat

hipertensi atau sedang menderita hipertensi kronik

berisisko terjadi sousio plasenta, dan risisko

terjadinya solusio plasenta 2 – 3 kali dan

superimposed preeklamsi. Sedangkan dampak pada

janin ialah pertumbuhan janin terhambat atau fetal

growth restriction, intra uterine growth restriction

(IUGR). (Saifuddin, 2010).

(3) Diabetes melitus

Diabetes mellitus pada ibu hmil dapat

menyebabkan resiko terjadinya preeklampsia, seksio

sesarea sedangkan pada janin meningkatkan

terjadinya makrosomia, hiperbilirubinemia,

hipokalsemia, polisitemia, hiperbilirubinemia

neonatal, sindrom distress respirasi (RDS) serta

mortalitas atau kematian janin (Saifuddin, 2010).

(4) Asma

Ada hubungan antara keadaan asma sebelum

hamil dan morbiditasnya pada kehamilan. Pada asma

ringan 13 % mengalami serangan pada kehamilan,

pada asma moderat 26 %, dan asma berat 50 %.

Sebanyak 20 % daari ibu dengan asma ringan dan

asma moderat mengalai serangan inpartu, serta


peningkatan risiko serangan 18 kali lipat setelah

persalinan dengan seksio sesarea jika dibandingkan

dengan persalinan pervaginam. Terdapat komplikasi

preeklamsi 11 % IUGR 12 %, dan prematuritas 12

% pada kehamilan dengan asma. Pada asma berat

hipoksia janin dapat terjadi sebelum hipoksia pada

ibu terjadi. (Saifuddin, 2010)

(5) HIV

Transmisi HIV dari ibu ke janin dapat terjadi

intrauterin (5-10 %), saat persalinan (10-20 %) dan

pasca persalinan (5-20 %). Kelainan yang dapat

terjadi pada janin adalah berat badan lahir rendah,

bayi lahir mati, partus preterm, dan abortus spontan.

(Saifuddin, 2010).

(6) Anemia

Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh

kurang baik bagi ibu dalam kehamilan. Berbagi

penyulit dapat timbul akibat anemia antara lain :

abortus, partus prematururs, partus lama karena

inertia uteri,perdarahan postpartum karena atonia

uteri, syok, infeksi, baik inpartum maupun

postpartum, anemia yang snagat berat dengan Hb


kurang dari 4 g/100 ml dapat menyebabkan

dekompensasi kordis (Wiknjosastro, 2005).

(7) Epilepsi

Seorang wanita penderita epilepsy idiopatik

lebih besar kemungkinannya melahirkan anak

dengan epilepsy. Pada umumnya frekuensi cacat

bawaan, termasuk penyakit jantung, bibir sumbing,

dan mikrosefalia, lebih tinggi diantra bayi – bayi

yang dilahirkan dari ibu – ibu penderita epilepsy.

Juga angka kematian perinatal lebih tinggi. Penderita

epilepsy dapat menderita pre-eklamsi dalam

kehamilan. (Wiknjosastro, 2005).

(8) PMS

Hasil konsepsi yang tidak sehat sering kali

terjadi akibat PMS, misalnya kemtian janin (abortus

spontan atau lahir mati). Bayi berat lahir rendah

(akibat prematuritas atau retardasi pertumbuhan

janin dalam rahim) dan infeksi congenital atau

perinatal (kebutaan, pneumonia neonatus, dan

retardasi mental) (Saifuddin, 2010).

9) Riwayat kesehatan keluarga

Mengetahui kemungkinan adanya pengaruh

penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan. Apakah

dari keluarga ibu, suami /orang yang tinggal bersama ibu


hamil itu ada yang sakit. Mencangkup penyakit kanker,

penyakit jantung, hipertensi, diabetes, penyakit ginjal,

penyakit jiwa, kelainan bawaan, kehamilan ganda, TBC,

epilepsi, penyakit darah, alergi, dan riwayat kehamilan

kembar.) (Hani dkk, 2010).

10) Riwayat Perkawinan Ditanyakan :

(1) Menikah

Ditanya status klien, apakah sudah menikah

atau belum, pernikahan yang keberapa dan istri

keberapa dengan suami sekarang. Penting dikaji

untuk mengetahui status kehamilan tersebut apakah

dari hasil pernikahan resmi atau tidak atau hasil dari

kehamilan yang tidak diinginkan. Status pernikahan

berpengaruh pada psikologis ibu saat hamil.

(2) Usia saat menikah

Ditanyakan untuk mengetahui apakah klien

menikah di usia muda atau tidak. Jika klien menikah

usia muda dan saat kunjungan ke bidan tidak lagi

usia muda dan merupakan kehamilan pertama,

kemungkinan kehamilan ini sangat diharapkan. Hal

ini akan berpengaruh pada bagaimana asuhan

kehamilannya.

(3) Lama perkawinan


Ditanyakan sudah berapa lama menikah, jika

klie mengatakan sudah lama menikah tapi baru bisa

mempunyai keturunan, kemungkinan kehamilan ini

sangat diharapkan (Walyani, 2015).

11) Pola Kebiasaan Sehari-hari

(1) Nutrisi

Bagaimana pola makan ibu sehari-hari,

apakah makan sesuai tinggi kalori tinggi protein dan

minimal minum air putih, menu apa yang

dikomsumsi, makan berapa kali dalam sehari dan

minum berapa gelas. Penting diketahui supaya dapat

menggambarkan bagaimana pasien mencukupi

asupan gizinya. Mulai dari menu apa saja yang

dimakan, frekuensi makan dan minum, dan ada

keluhan atau tidak selama hamil (Varney, 2004).

(2) Istirahat

Kebiasaan tidur sehari-hari, bagaimana

tidurnya, berapa lama, waktu tidur, apakah ada

gangguan saat istirahat. Waktu istirahat lebih lama ±

10 - 11 jam untuk wanita hamil. istirahat hendaknya

diadakan pula waktu siang hari

(3) Pola Aktivitas


Data ini memberikan gambaran tentang

seberapa berat aktivitas yang biasa dilakukan pasien

di rumah. Aktivitas yang terlalu berat dapat

menyebabkan abortus dan persalinan prematur.

Olahraga sangat bermanfaat bagi ibu hamil karena

tubuh akan meningkatkan volume darah,

meningkatkan volume sekuncup, memperkuat otot

jantung, dan meningkatkan vaskularisasi sehingga

memperbesar hantaran oksigen dan nutrisi pada

wanita sehat yang berlatih kontinu sepanjang

kehamilnannya. (Varney, Helen, 2006).

(4) Pola Eliminasi

BAB : bagaimana pola BABnya, konstipasi

merupakan hal yang umum selama kehamilan

karena aksi hormonal yang mengurangi gerakan

peristaltik usus dan pembesaran uterus yang

menahannya.

BAK : dikaji frekuensinya (seberapa sering ia

berkemih dalam sehari. Meningkatnya frekuensi

berkemih dikarenakan meningkatnya jumlah cairan

yang masuk, atau juga karena adanya tekanan

dinding vesika urinaria. Apabila ternyata wanita

hamil kesulitan berkemih berarti bidan harus segera

mengambil tindakan,misal memasang kateter),warna


urine (normalnya urine berwarna bening, jka urine

berwarna keruh dicurigai klien menderita DM

karena urin keruh disebabkan adanya penumpukan

glukosa), bau urine (bau urine normalnya seperti bau

Amonia (NH3).

(5) Personal Hygiene

Berapa kali mandi, gosok gigi, keramas dan

ganti pakaian. Kebersihan tubuh merupakan salah

satu pokok-pokok yang perlu diperhatikan dalam

hygiene kehamilan meliputi : kebersihan mulut,

pemeliharan gigi, kebersihan tubuh, kulit, muka dan

kebersihan pakaian luar dan dalam (Sulistyawati,

2012). Kebersihan jasmani sangat penting karena

saathamil banyak berkeringat terutama di daerah

lipatan kulit. Mandi 2-3x sehari membantu

kebersihan badan dan mengurangi infeksi. Pakaian

sebaiknya dari bahan yang dapat menyerap keringat,

sehingga badan selalu kering terutama di daerah

lipatan kulit. (Manuaba, 2009).

Rambut harus sering dicuci. Gigi, harus

benar-benar mendapat pemeliharaan karena

kerusakan gigi dapat mengakibatkan komplikasi

seperti nefritis, septicemia, sepsis puerpuralis oleh

karena infeksi dirongga mulut. (Wiknjosastro,


2005). Kebersihan alat genetalia juga harus

ditingkatkan karena saat hamil frekuensi berkemih

menjadi sering sehingga menyebabkan situasi basah

dan jamur mudah tumbuh dan menyebabkan rasa

gatal. Kebersihan bisa dijaga dengan memakai

celana dalam yang selalu bersih. (Manuaba, 2009)

(6) Hubungan Seksual

Dikaji pola hubungan seksual, frekuensi

berhubungan, kelainan dan masalah seksual dan

lain-lain. Pada umumnya coitus diperbolehkanpada

masa kehamilan jika dilakukan dengan hati – hati.

Pada akhir kehamilan, jika kepala kepala sudah

masuk dalam rongga panggul, koitis sebaiknya

dihentikan karena dapat menimbulkan perasaan sakit

dan perdarahan. (Wiknjosastro, 2005).

(7) Perilaku yang mengganggu kesehatan

Kebiasaan merokok, minum alkohol, dan

kecanduan narkotik. Ketiga kebiasaan ini secara

langsung dapat memengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan janin dan menimbulkan kelahiran

dengan berat badan rendah bahkan dapat

menimbulkan cacat bawaan atau kelainan


perumbuhan dan perkembangan mental. Penyakit

pada kehamilan harus selalu memerhatikan apakah

obat tersebut berepngaruh terhadap tumbuh kembang

janin. (Manuaba, 2012).

12) Keadaan Psikososial dan Spiritual

(1) Keadaan Psikososial

a) Respons ibu hamil terhadap kehamilan,

apakah diinginkan atau tidak, bermacam-

macam respon ibu hamil terhadap

kehamilanya, jadi bidan harus benar-benar

pintar mencari celah hati ibu jika dia tidak

menginginkan kehamilanya menjadi

diinginkan.

b) Respon suami terhadap kehamilan, respon

suami sangat berpengaruh pada kondisi klien,

karena suami adalah sumber dukungan utama

bagi klien dalam menjalani masa-masa sulit

kehamilanya.

c) Dukungan keluarga lain terhadap kehamilan,

hal ini perlu ditanyakan karena keluarga

selain suami klien juga sangat berpengaruh

besar bagi kehamilan klien. Tanyakan

bagaimana respon dan dukungan keluarga

lain, misalnya anak, orang tua, serta mertua.


d) Pengambilan keputusan, pengambil

keputusan perlu ditanyakan karena untuk

mengetahui siapa yang diberi kewenangan

klien mengambil keputusan apabila ada hal

kegawat-daruratan.

(2) Keadaan Spiritual

Data spiritual klien perlu ditanyakan

apakah keadaan rohaninya saat itu sedang baik

ataukah sedang stress karena suatu masalah.

Apabila sadang stress, bidan harus pintar

memberikan konseling untuk membantu

memecahkan masalah kleien tersebut dan meminta

suami klien terus memberikan dukungan.

Mengingat, wanita yang sedanghamil dan keadaan

rohaninya sedang tidak stabil, hal ini sangat

berpengaruh terhadap kehamilanya.

(3) Keadaan Sosial Budaya

a) Tradisi yang mempengaruhi kehamilan, hal

ini ditanyakan karena bangsa Indonesia

mempunyai beraneka ragam suku bangsa

yang tentunya dari setiap suku bangsa

mempunyai tradisi khusus bagi wanita hamil.

Tugas bidan mengingatkan tradisi-tradisi


tersebut diperbolehkan selagi tidak

merugikan kehamilnnya.

b) Kebiasaan yang merugikan kehamilan,

ditanyakan karena setiap orang mempunyai

kebiasaan yang berbeda-beda dan bermacam-

macam, tentunya ada yang mempunyai

dampak posiif dan negatif. Apabila ibu hamil

mempunyai kebiasaan buruk seperti

merokok, bidan harus tegas mengingatkan

bahwa kebiasaan tersebut berbahaya bagi

kehamilanya

2.3.2 DATA OBYEKTIF

Data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik secara umum dan

pemeriksaan yang terdiri dari inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.

2.3.2.1 Pemeriksaan Umum

1) Keadan umum

Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien

secara keseluruhan. Hasil pengamatan yang dilaporkan

kriterianya adalah sebagai berikut :

(1) Baik

Jika pasien memperlihatkan respons yang baik

terhadap lingkungan dan orang lain serta secara fisik


pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan.

(Sulistyawati, 2009).

(2) Lemah

Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia

kurang atau tidak memberikan respons yang baik

terhadap lingkungan dan oang lain, dan pasien sudah

tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri. (Sulistyawati,

2009).

2) Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran

pasien, kita dapat melakukan pengkajian tingkat

kesadaran mulai dari keadaankomposmentis (kesadaran

maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak dalam

keadaan sadar). (Sulistyawati, 2009).

3) Tanda-tanda vital

(1) Tekanan darah

Tekanan darah pada ibu hamil tidak boleh

mencapai 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg

diastolik. Perubahan 30 mmHg sistolik dan 15

mmHg diastolik diatas tensi sebelum hamil,

menandakan toxaemia gravidarum (keracunan

kehamilan). (Hani, dkk 2009).

(2) Nadi
Denyut nadi meternal sedikit meningkat

selama hamil sejak usia kehamilan 4 minggu

sekitar 80-90x/menit, kondisi ini memuncak pada

usia 28 minggu. (Mandriawati, 2008).

(3) Pernafasan

Pernafasan normal pada ibu hamil adalah 16

- 24x/menit. Tujuan menghitung pernafasan pada ibu

hamil adalah untuk mendeteksi secara dini adanya

penyakit yang berhubungan dengan pernafasan yang

kemungkinan sebagai penyulit kehamilan dan

diprediksi akan membahayakan keselamatan ibu dan

janin selama kehamilan dan menghambat jalannya

persalinan. (Mandriawati, 2008).

(4) Suhu

Peningkatan hormon progesteron yang

disertai dengan peningkatan metabolisme tubuh ibu

hamil, jumlah panas yang juga dihasilkan juga

meningkat. Ibu hamil mengalami peningkatan suhu

tubuh sampai 0,5% meskipun pada tubuh ibu hamil

sudah ada upaya kompensasi seperti pengeluaran

panas lewat pernafasan dan keringat. Suhu tubuh ibu

hamil normalnya 35,80C-370C, jika lebih dari 37,50C

dikatakan demam, hal ini mungkin ada infeksi dalam

kehamilan. (Mandriawati, 2008).


4) Antropometri

(1) Tinggi badan

Ibu hamil dengan tunngi badan kurang dari

rata – rata ( diperkirakan kurang dari 145 cm)

kemungkinan adanya penangggulangan sempit.

(2) Berat badan

Selama hamilan trimester II dan III

pertambahan berat badan + pertambahan lebih dari

0,5 kg/mg pada trimester III harus diwaspadai

kemungkinan mengalami preeklamsia hingga akhir

kehamilan pertambahan BB yang normal sekitar 9-

13,5 kg.

(3) LILA

LILA kurang dari 23,5 cm merupakan

indikator kuat bagi status ibu yang kurang/buruk gizi

sehingga ia berisiko untuk melahirkan BBLR

dengan demikian bila hal ini ditemukan sejak awal

kehamilan petugas dapat memotivasi inu agar lebih

memperhatikan kesehatannya serta jumlah dan

kualitas makanannya.

2.3.2.2 Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi
Tujuan dari pemeriksaan pandang ialah untuk

melihat keadaan umum penderita, melihat gejala kehamilan

dan mungkin melihat adanya kelainan.

(1) Rambut : bersih atau kotor, pertumbuhan, warna, mudah

rontok /tidak, yang mudah dicabut menandakan

kekurangan gizi atu kelainan tertentu.

(2) Kepala : tidak ada hematoma. tidak ada luka.

(3) Wajah : adakah cloasma gravidarum/tidak sebagai

akibat dari deposit pigmen yang berlebihan,odema atau

tidak, pucat/tidak.

(4) Mata : simetris/tidak, adakah konjungtiva anemis

(normal, merahmuda ), adakah sklera ikterus. Pada klien

dengan hiperemesis gravidarum konjungtiva pucat,

sclera sedikit ikhterus.

(5) Hidung : normal /tidak, adakah polip/tidak

(6) Mulut : sianosis atau tidak, pucat/tidak,

stomatitis/tidak, gigicaries /tidak, epulis/tidak.

(7) Telinga : simetris/tidak, bersih/tidak, adakah

serumen/tidak

(8) Leher : normal /tidak, adakah luka.

(9) Mamae : membesar/menegang akibat hormon

somatomamotropin, papila mamae membesar lebih

tegak dan hitam, termasuk areolakarena

hiperpigmentasi. Cholustrum / ASI


(10) Abdomen : .Bentuk, pembesaran, hyperpigmentasi,

striae albicans / livida, linea nigra / alba, nampak

pergerakan anak. Apakah ada bekas luka Sc,

Konsistensi uterus keras ( berhubungan dengan

perdarahan ), kontraksi baik, kandung kemih penih /

kosong.

(11) Genetalia : Keadaan perineum ada bekas luka jahit,

varices, fluor albus, pengeluaran pervaginam ( adanya

cairan ketuban, warna jernih, meconium, bercampur

darah dan baunya ) tidak oedema.

(12) Ekstrimitas : simetris, tidak oedema, terpasang

infus disebelah tangan kiri, tidak ada gangguan pergerakan.

2) Palpasi

(1) Leher

Normal tidak ada pembesaran kelanjar tyroid.

Daerah leher akan menjadi lebih hitam akibat deposit

pigmen yang berlebihan. Dalam kehamiln biasanya

kelenjar thyroid mengalami hiperfungsi dan kadang

disertai pembesaran ringan. Metabolisme basal dapat

meningkat 15-25%. Walaupun tampak gejala-gejala

yang dapat menyerupai hiperfungsi gradula thyroid,

namun wanita hamil normal itu tidak menderita

hyperthyroidismus.

(2) Dada
Tidak traba massa / benjolan abnormal, adanya

pengeluaran colustrum / tidak, nyeri tekan / tidak.

(3) Abdomen

a. Leopold I :
Selain mengetahui TFU, Leopold I juga untuk mengetahui bagian
apa yang ada di fundus. Pada letak membujur pada fundus, teraba
lunak tidak bulat dan tidak melintang.
b. Leopold II :
Leopold II bertujuan untuk mengetahui bagian apa yang ada
disamping kiri dan kanan uterus ibu.
Pada letak membujur dapat ditetapkan punggung anak yang teraba
bagian keras, memanjang seperti papan dan sisi yang berlawanan
teraba bagian kecil janin. Dan banyak lagi kemungkinan perabaan
pada letak yang lain.
c. Leopold III :
Menentukan apa bagian terendah janin
d. Leopold IV :
Menentukan seberapa jauh bagian terendah janin masuk pintu atas
panggul. (Posisi tangan petugas konvergen, divergen atau sejajar)
(Rustam Mochtar, 1998 : 52)
3) Auskultasi

Periksa dengar bertujuan untuk :

(1) Menentukan ada tidaknya DJJ

(2) Frekuensi DJJ

(3) Keteraturan DJJ

a) UK 8 mg menggunakan ultrasound

b) UK 16 mg menggunakan dopler

c) UK 19-20 mg menggunakan funandoskop Normal

120-140 x/menit
4) Perkusi

a. Reflek patella

Dengan menggunakan reflek, hammer dilakukan pengetukan

pada lutut bagian depan. Bila reflek lutut negatif,

kemungkinan pasien mengalami kekurangan vitamin B

b. Pemeriksaan panggul luar

Distansia spinarum : jarak kedua sias ( 24 – 26 cm )

Distansia cristarum : jarak kedua crista iliaka ( 26 – 29

cm )

Distansia tuberum : jarak ke 2 tuberum ( 10,5 cm )

Konjungata eksterna : jarak sympisis dan lumbal V ( 18 –

20 cm )

Lingkar panggul : jarak dari pinggir atas sympisis ke

pertengahan antaraSIAS dan trokantor mayor sepihak dan

kembali melalui tempat yang sama, dipihak yang lain ( 80 –

90 cm )

c. Pemeriksaan dalam

V/V : pengeluaran lendir bercampur darah ( tanda gejala

kala II )

Efficement : tidak teraba = 100 %

Pembukaan :fase aktif kala II = 10 cm

Ketuban : utuh (+), sudah pecah (-), meconium (m)

Bagian terendah : kepala/ bokong/ bahu

Disekitar bagian terendah teraba bagian kecil janin/ tidak


Bagian terdahulu : UUK

Terdapat / adanya moulase / tidak

Hodge : IV

2.3.2.3 Pemeriksaan Penunjang

1) Hb

Pemeriksaan Hb yang dilakukan pada ibu hamil untuk

mendeteksi faktor resiko kehamilan. Bila kadar Hb ibu

kurang dari 10 gr% berarti ibu dalam keadaan anemia

terlebih lagi jika kadar Hb tersebut kurang dari 8 gr%, berarti

ibu anemia berat.Pemeriksaan Hb minimal dilakukan dua kali

selama ibu hamil yaitupada T I dan T II. Hasil pemeriksaan

digolongkan sebagai berikut :

Hb 11 gr% : normal

Hb 9 - 10 gr% : anemia ringan

Hb 7- 8 gr% :anemia sedang

Hb < 7 gr% :anemia berat

2) Protein Urine

(1) Untuk mengetahui apakah ada/tidak protein dalam urine

(2) Normalnya pada ibu hamil jika pada pemeriksaan

hasilnya negative

(3) Hasil pemeriksaan digolongkan sebagai berikut :

Negatif (-) = urine tidak keruh

Positif (+) = terlihat kekeruhan 0,01 – 0,05 gr%


Positif (++) = kekeruhan nyata dalam butiran halus 0,05

– 0,1 gr% Positif (+++) = gumpalan nyata 0,1 – 0,5 gr%

Positif (++++) = endapan > 0,05 gr%.

3) Gula dalam urine

(1) Untuk mengetahui apakah air kemih mengandung

glukosa atau tidak

(2) Pada kehamilan, ibu hamil dikatakan normal bila

pemeriksaannya (-) dan (+) karena pada saat kehamilan

terjadi peningkatan filtrasi glomelurus.

(3) Hasil pemeriksaan digolongkan sebagai berikut :

Negatif (-) = tetap biru dan hijau jernih

Positif (+) = keruh, hijau agak jernih

Positif (++) = kuning kehijauan, endapan kuning

Positif (+++) = kuning kemerahan, endapan

kuning

Positif (++++) = merah jingga sampai merah bata

(4) Golongan Darah

Digunakan untuk mencari pendonor darah jika

sewaktu-waktu saat persalinan ibu kehilangan banyak

darah

(5) USG
Untuk membantu menegakkan diagnosis dan

penyebab secondary arrest, apakah benar adanya

Cephalo disporpotional dan low high sehingga rencana

pertolongan persalinan dapat di tetapkan.

2.3.2 Analisa Data / Diagnosa

Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data subjektif dan objektif

yang disimpulkan berdasarkan proses yang dinamik. Analisa sesuai

dengan perubahan yang dapat diambil tindakan yang cepat dan tepat.

Dx : Ny “…” G-PAPIAH UK mgg janin Hidup, Tunggal, Letak

Intra uteri. KU ibu dan janin ..... dengan persalinan tindakan SC

indikasi kala II lama.

Data Subyektif : Data subyektif dari anamnese ibu

Ibu sedang hamil anak ke...., usia kehamilan 9 bulan,

Ibu merasakan mules / kenceng – kenceng sejak jam

......, ibu tampak kelelahan saat mengejan pada jam...

Data oyektif : Data obyektif dari hasil pemeriksaan oleh nakes

Menyangkut

Kebutuhan : Perawatan luka bekas sectio caesarea

Mobilisasi dini

2.3.3 Intervensi

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang

ditentukan oleh langkah - langkah sebelumnya. Tugas bidan disini

adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan.


Merencanakan bersama pasien kemudian membuat kesepakatan

bersama sebelum melaksanakanya (Varney, 2004).

Merupakan perencanaan secara menyelurugh mencakup terapy,

konseling, pendidikan kesehatan, kolaborasi, tindak lanjut seperti

observasi TTV, involusio, perdarahan. Berdasarkan teori kasus partus

lama harusditolong di rumah sakit untuk perbaikan keadaan umum ibu,

pemeriksaan lebih lanjut, pengkajian masalah partus lama, pemasangan

infus dengan drip ockcytocin, pemantauan lebih lanjut, serta intervensi

hal hal yang dapat mempercepat proses persalinan.

2.3.4 Implementasi

Pada langkah ini merupakan pelaksanaan asuhan yang menyeluruh

seperti yang telah diuraikan pada langkah ke lima, dilaksanakan secara

efisien dan aman (Varney, 2010). Tindakan dilakukan sesuai dengan

rencana atau intervensi yang telah ditetapkan. Tindakan yang dilakukan

bisa seluruhnya maupun sebagian. Implementasi disertai tanggal, jam dan

diagnosa (Varney, 2007).

2.3.5 Evaluasi

Langkah ini merupakan evaluasi keefektifan dari asuhan yang

sudah diberikan meliputi penemuan akan bantuan apakah benar - benar telah

terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, diagnose dan masalah sebagaimana telah

diidentifikasi dalam diagnosa kebidanan dengan menggunakan

dokumentasi SOAP (Varney, 2007).

S: Subyektif
Data subyektif diperoleh dari keluhan pasien atau menanyakan

kepada pasien langsung (Varney, 2007).

O: Obyektif

Data yang diperoleh dari observasi dan pemeriksaan fisik pasien

hasil laboratorium dan tes diagnostik lan yang yang dirumuskan dalam

data fokus, untuk mendukung assesment (Varney, 2007).

A: Assessment

Menggambarkan hasil analisa dan intrerprestasi DS dan DO

(Varney, 2007).

P : Planning

Merupakan tindakan dari perencanaan yang telah ditentukan dan

evaluasi berdasarkan analisa. Data diagnostik tambahan mencakup tes

laboratorium dan tindakan diagnostik lainnya yang menjelaskan

masalah pasien. (Varney, 200


BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN

3.1.1 Data Subjektif

Anamnesa dilakukan oleh: Esti W Di : RS PMC Jombang

Tanggal : 10 Februari 2020 Pukul : 14.15 WIB

3.1.1.1 Identitas Klien

Nama Klien : Ny. “S” Nama Suami : Tn. “K”

Umur : 35 tahun Umur : 39 tahun

Suku/ Bangsa : Jawa/INA Suku/ Bangsa : Jawa/INA

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Penghasilan :- Penghasilan :RP. 3.000.000

Alamat : Bandar Kedung Mulyo Jombang

3.1.1.2 Keluhan utama

pembukaan 4 cm. Ibu mengatakan merasa hamil 9 bulan, ibu

mengeluh mules mules sejak tanggal 10 februari 2020 jam

04.00 WIB, jam 07.00 WIB keluar air jernih banyak. Ibu

datang ke RS PMC jam 10.00 WIB dilakukan pemeriksaan

oleh bidan Tanggal 10 februari 2020 jam 10.00 WIB ibu ingin

mengejan dilakukan pemeriksaan dalam pembukaan 10 cm

( lengkap ).
3.1.1.3 Riwayat menstruasi

1) Menarche : 13 tahun

2) Siklus menstruasi : teratur

3) Lama : 7 hari

4) Banyaknya darah : 2 - 3x ganti pembalut/hari

5) Konsistensi : normal

6) Dysmenorhoe : tidak nyeri saat haid

7) Flour albus : tidak

8) HPHT : 03 Mei 2019

9) HPL : 10 Februari 2020

3.1.1.4 Status perkawinan

1) Kawin : 1 kali

2) Lama kawin : 1 tahun

3.1.1.5 Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Kehamilan Persalinan Nifas Anak


N Suami K
Umur penyul peno jenis temp penyul penyul L/ B Men H/ Ket
o ke B
l P B/ yusui M
PB

1 1 abortus
2 1 Hamil
ini

3.1.1.6 Riwayat kehamilan sekarang

1) Hamil yang ke :1

2) Umur kehamilan : 39 - 40 minggu.

3) Gerakan anak pertama kali dirasakan: usia kehamilan 5

bulan
4) Gerak anak sekarang : aktif, lebih dari 15 kali dalam 24

jam.

5) Periksa kehamilan : (1) TM I: Periksa, berapa kali: 2x

Di Polindes

(2) TM II : 2 kali di Puskesmas

(3) TM III : 4 kali di polindes

6) Status TT : T5

7) Keluhan yang dirasakan selama hamil ini

Ibu merasakan perut sering kenceng kenceng dan sering

kencing

3.1.1.7 Riwayat persalinan sekarang

Pasien masuk IGD RS PMC Jombang tanggal 10 februari 2020

jam 10.00 diantar bidan Y dengan keluhan perut kenceng

kenceng, keluar lendir dan darah serta ingin mengejan. KU

cukup, Tensi 120/80 mmhg, Nadi 88 x/mnt, Respirasi 20

x/mnt, Suhu 36 C. His kuat dan teratur. Dilakukan pemeriksaan

dalam ( VT ) pembukaan 10 cm, eff 100 %. Presentasi kepala,

ket (-), H II.

Konsul dr DSOG Advis infus Rl dan partus spontan. Dicoba

bersalin normal tidak ada kemajuan

Jam 06.45 konsul DSOG advis infus RL, injec cefo 2 gram,

Alumi syrup 2 ctm, pro SC ( sumber status pasien )

3.1.1.8 Riwayat kesehatan keluarga

1) Keturunan kembar : tidak ada


Dari pihak siapa :-

2) Penyakit keturunan : tidak ada penyakit asma, hipertensi

Dari pihak siapa :-

Jenis penyakit :-

3) Penyakit lain dalam keluarga : tidak ada

Dari pihak siapa :-

Jenis penyakit :-

3.1.1.9 Riwayat kesehatan yang lalu

1) Penyakit menahun : tidak mempunyai penyakit

menahun seperti jantung

2) Penyakit menurun : tidak mempunyai penyakit menurun

seperti DM, hepatitis, asma, hipertensi

3) Penyakit menular : tidak mempunyai penyakit menular

seperti TBC, Hepatitis, HIV/AIDS

3.1.1.10 Keadaan psikososial

Ibu mengatakan takut dan cemas dengan kehamilan

pertamanya. Keluarga memberi dukungan kepada ibu dan

yang mengambil segala keputusan adalah suami.

3.1.1.11 Latar belakang budaya dan dukungan keluarga

1) Kebiasaan/upacara adat istiadat saat hamil: ibu

mengatakan dalam keluarganya mengadakan tradisi 4

bulan dan 7 bulanan

2) Kebiasaan keluarga yang menghambat : tidak ada

3) Kebiasaan keluarga yang menunjang : tidak ada


4) Dukungan dari suami : suami menghantarkan klien

periksa ke puskesmas Megaluh.

5) Dukungan dari keluarga yang lain: keluarga

memperhatikan kehamilannya, contohnya mengantar saat

memeriksakan kehamilannya

3.1.1.12 Pola kebiasaan sehari-hari

1) Pola Nutrisi

Saat di rumah : Ibu mengatakan makan sehari 3x dengan

menu nasi, lauk, sayur porsi cukup minum air putih ± 6 -

7 gelas/hari.

Saat di rumah sakit : Ibu mengatakan ibu mkan 2 kali

menu nasi, lauk, sayur, dan buah. Minum 8-9 gelas per

hari

2) Pola Eliminasi

Saat di rumah : Ibu mengatakan BAB 1x/hari konsistensi

lunak warna kuning kecoklatan, bau khas feses dan

BAK 4 - 5x/hari dengan warna kuning jernih bau khas

unine

Saat di rumah sakit : Ibu mengatakan belum BAB dan

BAK 3 - 4x/hari dengan warna kuning jernih bau khas

unine, dan tidak ada keluhan.

3) Pola istirahat tidur


Saat di rumah : Ibu mengatakan tidur siang ± 2 jam/hari,

mulai dari pukul 13.00 - 15.00 WIB dan tidur malam ± 7-

8 jam mulai pukul 21.00 - 05.00 WIB.

Saat di rumah sakit : Ibu berbaring tidur karena rasa nyeri

yang dialami

4) Pola Aktivitas

Saat di rumah : ibu mengatakan melakukan aktivitas

seperti biasa, melakukan pekerjaan rumah sendiri.

Saat di rumah sakit : ibu mengatakan hanya miring kanan

kiri dan belajar duduk.

5) Perilaku Kesehatan

Penggunaan obat/jamu/rokok, selama hamil : ibu

mengatakan tidak menggunakan obat/jamu/rokok

Penggunaan obat/jamu/rokok, selama di rumah sakit :

ibu mengatakan tidak menggunakan obat/jamu/rokok

selama kehamilan hanya minum vitamin yang diberikan

oleh bidan saat pemeriksaan kehamilan.

3.1.1.13 Sistim psikososial

d. Fase taking in

Ibu merasa tidak nyaman karena adanya nyeri pada luka

bekas oprasi sehingga membuat ibu merasa tergantung pada

perawat dan keluarga

e. Fase taking hold


Ibu sudah bisa menyusui bayinya dengan tidur dan duduk,

dan mengganti pampers bila penuh

f. Fase letting go

Ibu masih membutuhkan bantuan keluarga untuk merawat

bayinya

3.1.2 DATA OBJEKTIF

3.1.2.1 Riwayat persalinan sekarang

Kala I : ibu mengatakan mulai merasa kenceng – kenceng

tanggal 10 februari 2020 jam 04,00 WIB. Kemudian dibawa ke

bidan jam 07 30 WIB diperiksa oleh bidan ternyata pembukaan

4 cm, eff 70 %, presentasi kepala, ket (+), H 1, Tensi 110/70

mmhg. Nadi 80 x/mnt, Suhu 36 C, Respirasi 20 x/mnt.

Tgl 10 februari 2020 jam 08.30 ibu ingin mengejan dilakukan

pemeriksaan dalam VT pembukaan 10 cm, eff 100 %, ket (- )

presentasi kepala H11. Persalinan dipimpin. Sampai jam 09 35

tidak ada kemajuan akirnya dirujuk ke RS PMC Jombang

Kala 11 : Bayi lahir pada tanggal 10 pebruari 2020 jam 12.30

WIB dengan SC ditolong ole DSOG jenis kelamin perempuan.

BB 3300 gramPB 51 cm, A S 7 8

Kala 111 : tanggal 10 februari 2020 jam 12.35 WIB placenta

lahir

Kala IV : tanggal 10 februari 2020 jam 12. 40 WIB


Ibu mengatakan perutnya msih terasa mules, kontraksi uterus

baik, K U baik TFU 2 jari bawah pusat. Tensi 110/70 mmhg,

Suhu 37 C, Nadi 88x/mnt, Respirasi 20 x/mnt darah yg keluar

50 cc

3.1.2.2 Pemeriksaan Umum

1) Keadaan umum : sedang

2) Kesadaran : composmentis

3) TD : 110/60 mmHg

4) Suhu : 36,6 oC

5) Nadi : 84 x/m

6) RR : 22 x/m

7) BB (sebelum hamil) : 43 kg sekarang : 58 kg

8) TB : 143 cm

9) Lilla : 25 cm

3.1.2.3 Pemeriksaan Khusus

1) Inspeksi

(1) Kepala : tidak ada benjolan

(2) Muka : Kelopak mata: tidak ada oedema

Ekspresi wajah tampak meringis

Conjungtiva : merah muda, tidak pucat

Sklera : putih, tidak kuning

(3) Mulut dan gigi : Bibir : tidak pucat, tidak kering

Lidah : tidak ada stomatitis

Gigi : tidak ada caries


(4) Hidung : Simetris : iya

Sekret : tidak mengeluarkan sekret

Kebersihan : bersih

(5) Leher : Pembesaran vena jugularis : tidak ada

Pembesaran kelenjar thyroid : tidak ada

Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada

(6) Dada : Simetris : iya

Pembesaran payudara: normal

Hiperpigmentasi : iya ka/ki

Papila mammae : menonjol ka/ki

Keluaran : ASI kanan kiri

Kebersihan : bersih ka/ki

(7) Perut : Pembesaran : normal

Bekas luka operasi : ada

Linea : terdapat linea alba

Striae : terdapat strie albicans

Pembesaran liver : tidak ada

Membesar sesuai umur kehamilan.

(8) Anogenetalia : Vulva vagina warna : merah muda

Luka parut : tidak ada

Oedema : tidak ada

Varises : tidak ada

Keluaran : lochea rubra

Hemorroid : tidak ada


Kebersihan : bersih

(9) Ekstremitas atas dan bawah: Oedema: tidak ada ka/ki

Varises : tidak ada ka/ki

2) PALPASI

(1) Leher : Pembesaran vena jugularis : tidak ada

Pembesaran kelenjar thyroid : tidak ada

Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada

(2) Dada : Benjolan/ Tumor : tidak ada benjolan

Keluaran : ASI keluar kanan dan kiri

(3) Perut : Pembesaran lien/ liver : normal

Leopoid I : Dibagian fundus teraba kurang bulat,

lunak, tidak melenting. TFU 32 cm, 3

jari

bawah px

Leopold II : sebelah kiri teraba panjang , mendatar

seperti ada tahanan, dan sebelah kanan

teraba bagian – bagian kecil dan tidak rata

Leopold III : dibagian bawah teraba bulat, keras, dan

melenting.

Leopold IV: bagian bawah sudah masuk PAP.

Divergen penurunan kepala 3/5

TFU : 32 cm

Pemeriksaan dalam tanggal 10 februari 2020 jam 10.00


V/V : tidak ada kelainan, tidak oedema, tidak

varices, ada pengeluaran bloog slym

Portio : tidak teraba

Pembukaan : lengkap

Ketuban : tidak ada

Presentasi : kepala

Penurunan : Hodge II, ubun – ubun kecil kanan

melintang, sisa cairan ketuban jernih.

3 Auskultasi

Dnyut jantung janin 120 x/mnt dan teratur

Pungtum maksimum bawah pusat sebelah kanan

3.1.2.4 Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

1) Hb : 11,5 gr%

2) Golongan darah :B

3) Lekosit : 11.500

4) Trombosit : 131.000

5) Hematokrit : 36,2

6) Eritrosit : 4,03

7) SGOT : 35

8) Kreatiin : 0,9

FOTO : tidak dilakukukan

3.2 INTERPRETASI DATA


3.2.1 Diagnosa : Ny. “S” umur 35 tahun G2P0A1 UK 39 – 40 mgg, T/H/I

dengan inpartu kala II lama + primitua skunderr.

Masalah : gawat janin

DS : Ny. “S ” mengatakan sudah mengejan tanggal 10 februari 2020

jam 10.00 WIB sampai dengan jam 11.00 WIB dan tidak ada kemajuan

persalinan.

DO :

3.2.2.1 HPHT : 6 mei 2019

3.2.2.2 HPL : 13 februari 2020

3.2.2.3 UK : 39 – 40 minggu

3.2.2.4 Keadaan umum : sedang Kesadaran: composmentis

3.2.2.5 TD : 110/60 mmHg Nadi : 84 x/m

3.2.2.6 Suhu : 36,6 oC RR : 22 x/m

3.2.2.7 BB : 58 kg TB : 143 cm

3.2.2.8 IMT : 20,27 kg/m2 LILA : 25 cm

3.2.2.9 Ekspresi ibu tampak meringis menahan sakit

3.2.2.10 Leopold I : dibagian fundus teraba lunak, bulat, tidak

melenting, TFU 32 cm, 3 jari bawah px

3.2.2.11 Leopold II : sebelah kiri teraba panjang, mendatar, seperti

ada tahanan, dan sebelah kanan teraba bagian –

bagian kecil dan tidak rata

3.2.2.12 Leopold III : dibagian bawah teraba keras, bulat, dan

melenting

3.2.2.13 Leopold IV : bagian bawah sudah masuk PAP, divergen


penurunan kepala 3/5

3.2.2.14 Auskultasi : DJJ 120 x/mnt, dan teratur

3.2 Intervensi

3.3.1 Tujuan : persalinan berjalan normal

3.3.2 Kriteria : Klien mengerti atau memahami keadaannya saat ini.

3.3.3 Intervensi:
3.3.3.1 Lakukan Komunikasi terapeutik

R/ mempermudah dalam memberi asuhan

3.3.3.2 Jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan

yang telah dilakukan dan tindakan yang akan dilakukan.

R/ agar ibu mengerti keadaannya dan dapat kooperatif

3.3.3.3 Anjurkan ibu untuk BAK

R/ kandung kemih yang kosong dapat memberi rasa nyaman

pada ibu dan dapat mempercepat proses turunnya bagian

terendah janin

3.3.3.4 Anjurkan pada ibu untuk minum manis

R/ untuk memenuhi kebutuhan ibu dan mencegah dehidrasi

3.3.3.5 Observasi his dan DJJ tiap 30 menit

R/ kontraksi uterus merupakan tanda inpartu dan adanya

Kemajuan serta memantau keadaan janin

3.3.3.6 Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam

R/ memantau keadaan umum ibu

3.3.3.7 Monitor kemajuan persalinan tiap 4 jam bila ada indikasi

lakukan pemeriksaan dalam


R/ untuk memantau kemajuan persalinan

3.3.3.8 Anjurkan pada ibu untuk menarik nafas panjang saat his

R/ dengan menarik nafas panjang maka suplay 02 ke otak

lancarsehingga hal ini dapat mengahambat rasa nyeri.

3.3.3.9 Mengganti kain ibu yang basah dengan kain yang kering

R/ agar ibu merasa nyaman

3.3.3.10 Menganjurkan anggota keluarga menemani ibu selama proses

persalinan

R/ agar ibu dan keluarga tetap semangat dan optimis dalam

menghadapi persalinan

3.3.3.11 Pantau persalinan dengan menggunakan partograp

R/ dengan partograp dapat memudahkan dalam mengambil

Klinis dan mengambil keputusan.

3.3.3.12 Ajarkan pada ibu cara meneran yang betul

R/ dengan meneran yang betul maka akan membantu

Mempercepat penurunan kepala dan pengeluaran bayi

3.3.3.13 Kolaborasi dengan DSOG untuk tindakan selanjutnya

R/ Untuk melakukan tindakan selanjutnya

3.4 PENATALAKSANAAN

Dilaksanakan pada tanggal 10 Januari 2020 Jam 14.15 WIB.

3.4.1 Melakukan komunikasi terapeutik


3.4.2 Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan pada klien

3.4.2.1 Keadaan umum : sedang Kesadaran: composmentis

3.4.2.2 TD : 110/60 mmHg Nadi : 84 x/m

3.4.2.3 Suhu : 36,6 oC RR : 22 x/m

3.4.2.4 TFU 32 cm

3.4.2.5 DJJ 120 x/mnt

3.4.2.6 VT pembukaan lengkap, portio tidak teraba, ketuban tidak

ada, presentasi kepala, Hodge II

3.4.3 Menganjurkan ibu untuk tidak menahan kencing saat proses

persalinan.

3.4.4 Memberikan minum teh manis saaat his hilang

3.4.5 Mengobservasi his dan DJJ selama proses persalinan

His 2x/ 10 menit lamanya 35 detik

3.4.6 Mengobservasi tanda tanda vital dan kemajuan persalinan tiap 4 jam

Tensi 110/60 mmhg, Nadi 84 x/mnt, Suhu 36,6 C, Respirasi 20 x/mnt

3.4.7 Mengganti baju dan kain ibu bila basah selama proses persalinan

3.4.8 Mengajarkan pada ibu cara meneran yang betul yatu meneran

dilakukan pada saat his dan telah memasuki kala II persalinan,

sehingga diafragma berfungsi dengan baik. Badan ibu dilengkungkan

dengan dagu ibu di dada, kaki ditarik kearah badan, mulut dan mata

terbuka

3.4.9 Melakukan kolaborasi dengan DSOG

Advis infus RL, injec cefo 2 gram, alumi sy 2 ctm, pro SC


3.5 EVALUASI

( Tgl: 13 Januari 2020 jam: 14.45 WIB)

3.5.1 Data Subjektif : Ibu mengatakan sudah mengerti tentang penjelasan

yang diberikan petugas kesehatan.

3.5.2 Data Objektif :

Ibu mau minum teh manis, ibu meneran dengan baik

3.5.3 Analisa /Diagnosa :.

Ny. “S” umur 35 tahun P1A1 UK 39 – 40 mgg, T/H/I dengan inpartu

kala II lama + primitua skunder.

Penatalaksanaan :

Kolaborasi dengan DSOG untuk tindakan selanjutnya

Catatan Perkembangan :

1. Tanggal 11 februari 2020 Jam 16.00 WIB

S : Ibu mengatakan perut sudah tidak nyeri lagi

O : Keadaan umum : baik Kesadaran: composmentis

TD : 120/80 mmHg Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36,5 oC RR : 20 x/menit

Fluksus 1 kotek

A : Ny. “S” P1A1 UK 39 – 40 mgg T/H/I inpartu kala II lama + primitua

skunder

P : 1. Observasi TTV

2. Observasi kemajuan persalinan

3. Lapor DSOG Advis


Infus RL

Injec cefo 2 gram

Tanggal 12 februari 2020 Jam 14.30 WIB

S : Ibu mengatakan masih mengatakan masih merasakan nyeri jahitan operasi

O : Keadaan umum : baik Kesadaran: composmentis

TD : 110/70 mmHg Nadi : 84 x/menit

Suhu : 36,7 oC RR : 20 x/menit

TFU setinggi pusat

UC keras

Lochea rubra

A : Ny. “S” P1A1 post SC indikasi kala II lama + primitua skunder.

P : 1. Observasi TTV

4. BHSP

5. Observasi tanda – tanda vital, TFU,UC,fluksus

6. KIE tanda bahaya nifas

7. Kolaborasi dengan tim medis

Infus RL

Injec cefo 3 kali

Keto 1 kali

NB 1 kali

2. Tanggal 13 Januari 2020 Jam 14.00 WIB

S : Ibu mengatakan masih merasakan nyeri pada luka operasi


O : Keadaan umum : baik Kesadaran: composmentis

TD : 110/70 mmHg Nadi : 84 x/menit

Suhu : 36,7 oC RR : 20 x/menit

TFU 2 jari bawah pusat

UC kerasfluksus 1/6 underpad

A : Ny. “S ” P1A1 post SC indikasi kala II lama+ primitua skunder

P : 1. Intervensi dilanjutkan

2. Melanjutkan advis DSOG yaitu :

Infus RL dihabiskan

Injec cefo

Aff infus

Aff dower cateter

Obat oral

Rencana pulang
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Pada bab ini akan dibahas tentang kesesuaian antara teori dan tinjauan kasus

pada pelaksananan manajemen asuhan kebidanan pada Ny. “S” umur 35

tahun G2P0A1 UK 39 – 40 mgg, T/H/I dengan inpartu kala II lama +primitua

skunder.

4.1.1 Pengkajian

Pengumpulan data merupakan proses manejemen asuhan

kebidanan yang ditujukan untuk pengumpulan informasi mengenai

kesehatan baik fisik, psikososial maupun spiritual. Pengumpulan data

dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi,

palpasi, perkusi, dan auskultasi serta pemeriksaan penunjang yaitu

laboratorium dan pemeriksaan diagnostik. Respon klien yang dikaji

dalam memberikan informasi baik dan bersikap kooperatif sehingga

pengkaji dapat dengan mudah memperoleh data yang diinginkan.

Dalam pengkajian data tidak ditemukan kesenjangan antara

teori dan di lapangan.. Ibu mengatakan merasa hamil 9 bulan, ibu

mengeluh mules - mules sejak tanggal 10 februari 2020 jam 07.00

WIB. Ibu datang ke bidan jam 07 30 WIB dilakukan pemeriksaan oleh

bidan pembukaan 4 cm. Tanggal 10 februari 2020 jam 10.00 WIB ibu

ingin meneran dilakukan pemeriksaan pembukaan lengkap


4.1.2 Diagnosa Kebidanan / Analisa

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar atas data -

data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di

interpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnose spesifik.

Dilahan praktek interpretasi data sudah dilakukan sesuai dengan teori

yang ada dan tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek.

Berdasarkan tinjauan teori manajemen kebidanan adalah

mengidentifikasi adanya masalah yang akan terjadi sehingga bisa segera

diatasi. Diagnosa pada kasus ini adalah tahun Ny. “S” umur 35tahun

G2P0A1 UK 39 – 40 mgg, T/H/I dengan inpartu kala II lama +primitua

skunder.

. Berdasarkan data yang ada pada asuhan kebidanan Ny. “S” umur 35 tahun

G2P0A1 UK 39 – 40 mgg, T/H/I dengan inpartu kala II lama +primitua

skunder.

tidak terjadi kesenjangan pula, karena diagnosa diambil dari prosedur

anamnesa, pada kasus ini tidak ada masalah yang muncul.

4.1.3 Perencanaan

Pada manajemen kebidanan suatu rencana asuhan yang

komprehensif ditujukan pada indikasi apa yang timbul berdasarkan

kondisi yang dialami ibu. Rencana asuhan harus dengan persetujuan ibu

dan semua tindakan harus berdasarkan rasional dan relevan dan diakui

kebenarannya.
Penyusunan rencana asuhan serta pelaksanaannya disesuaikan dengan

diagnosa yang telah ditegakkan sebelumnya. Penatalaksanaan juga

dilakukan secara menyeluruh pada Ny. “S” umur 35 G2P0A1 UK 39 –

40 mgg, T/H/I dengan inpartu kala II lama + primitua skunder.

Perencanaan tersebut terdiri dari lakukan kolaborasi dan

melakukan komunikasi terapeutik, menjelaskan hasil pemeriksaan,

menganjurkan pada ibu untuk tidak menahan BAK saat proses

persalinan, memberi minum teh manis saat his hilang, mengobservasi

his dan DJJ selama proses persalinan, mengobservasi tanda – tanda vital

dan kemajuan persalinan tiap 4 jam, mengganti baju dan kain ibu bila

basah, menganjurkan pada ibu untuk meneran yang betul.

4.1.4 Penatalaksanaan

Menurut teori penatalaksanaan disesuaikan dengan

rencana manajemen yang telah dibuat, demi kelancaran dalam

penatalaksanaan. Pada kasus diatas pelaksanaan sudah dilakukan

sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Sehingga pada

kasus ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik.

4.1.6 Evaluasi

Menurut teori evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi

keaktifan asuhan yang sudah diberikan meliputi teratasi masalah

apakah sudah sesuai dengan diagnosanya. Pada kasus ini evaluasi

sudah dibuat sesuai dengan teori dan perencanaan serta


pelaksanaan yang ada, sehingga dalam kasus ini tidak ditemukan

adanya kesenjangan antara teori dan praktik.

Berdasarkan asuhan kebidanan pada Ny. “S” umur 20 G2P0A1

UK 39 – 40 mgg, T/H/I dengan inpartu kala II lama + primitua

skunder.

diketahui bahwa tidak ada data yang menyimpang dari tinjauan

pustaka, dan dapat dilakukan evaluasi karena pada tahap

implementasi, klien bersikap kooperatif terhadap tindakan dan

penjelasan yang diberikan oleh bidan sehingga bidan dapat

melakukan penatalaksanaan yang sesuai dengan kebutuhan dan

masalah yang dialami oleh klien. Sehingga secara garis besar

tidak ditemukan kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan

asuhan kebidanan.
BAB 5

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Data subyektif dapat diidentifikasi melalui anamnesa. Pengkajian data

obyektif yang didapatkan melalui pemeriksaan umum, pemeriksaan

antropometri, pemeriksaan fisik. Identifikasi diagnosa pada kasus Ny. “S”

umur 35 tahun G2P0A1 UK 39 – 40 mgg, T/H/I dengan inpartu kala II lama

+ primitua skunder

Intervensi yang dilakukan adalah lakukan kolaborasi dengan dokter

dalam melakukan tindakan dan pemberian obat, melakukan komunikasi

terapeutik, menjelaskan hasil pemeriksaan, menganjurkan pada ibu untuk

tidak menahan BAK saat proses persalinan, memberi minum teh manis saat

his hilang, mengobservasi his dan DJJ selama proses persalinan,

mengobservasi tanda – tanda vital dan kemajuan persalinan tiap 4 jam,

mengganti baju dan kain ibu bila basah, menganjurkan pada ibu untuk

meneran yang betul.

Pada implementasi asuhan kebidanan dapat diidentifikasi bahwa

seluruh intervensi yang direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya sesuai

rencana. Pada evaluasi asuhan kebidanan diidentifikasi bahwa tidak ada data

yang menyimpang dari tinjauan pustaka dan tujuan tindakan sudah tercapai

seluruhnya sesuai dengan implementasi.


5.2 Saran

5.2.1 Bagi Ibu

Meningkatkan pemahaman ibu dan keluarga tentang pentingnya

persiapan kegawat daruratan dalam setiap persalinan sehingga bila

terjadi kegawat daruratan ibu dan keluarga sudah siap dan segera

mendapatkan tindakan yang dibutuhkan

5.2.2 Bagi Institusi Kesehatan

Diharapkan institusi kesehatan dapat menerapkan pendidikan

asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan kala II lama + primitua

skunder dengan tetap dalam proses belajar mengajar dan perbaiki

praktek pembelajaran jadi lebih efektif dan lebih efesien sehingga

kualitas sumber daya di institusi meningkat.

5.2.3 Bagi Penulis

Agar lebih meningkatkan dan mengembangkan lagi pengetahunan

tentang persalinan dengan kala II lama + primitua skunder sehingga

kedepannya dapat memberikan asuhan yang komprehensif dan

meningkatkan pelayanan berkualitas.

5.2.4 Bagi Tempat Pelayanan Kesehatan

5.2.4.1 Agar dapat memberikan masukan mengenai penatalaksanaan

asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan kala II lama +

primitua skunder.

5.2.4.2 Tenaga kesehatan dapat mempertahankan dan meningkatkan

kerjasama serta komunikasi sehingga dapat menjaga mutu

pelayanan ANC.
Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik. 2013. Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia


(SDKI)  2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas /


Maternity Nursing (Edisi 4), Alih Bahasa Maria A. Wijayati, Peter I.
Anugerah. Jakarta: Egc

Depkes  RI.  2010. Survei  Kesehatan  Rumah  Tangga  Tahun  2010.  Jakarta:
Departement Kesehatan RI.

Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:


Pustaka Rihanna.

Impey, Child, 2008. Disorderof Early Pregnancy. In: Obstetric And Gynaecology.
3rd Edit Ion.Uk : Wiley-Blackwell

Maritalia, D. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Editor Sujono


Riyadi.  Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Maryunani,Anik.2012.Biologi reproduksi dalam

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


 

Anda mungkin juga menyukai