Oleh :
ESTI WIDAYANTI
NIM. 201908030
PENDAHULUAN
angka kematian bayi dan angka kematian balita menurun sebesar dua
pertiga dalam kurun waktu 1990 – 2015. Berdasarkan hal ini Indonesia
tujuan / MDGs,2012 )
rata nasional dengan prevalensi jumlah 350 kasus kematian saja per
100.000 kelahiran selama ini. Angka ini terus membaik dari tahun ke
tahun, Angka Kematian Ibu turun dari 130 kasus di tahun 2011 menjadi
hanya 48 kasus pada 2012. Demikian juga dengan Angka Kematian Bayi
juga turun dari 1.318 kasus pada tahun 2011, menjadi 635 kasus perjuni
2012. Angka ini masih jauh dari target tujuan pembangunan milenium
lain kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan his dan mengejan,
pimpinan partus yang salah, janin besar, atau ada kelainan kongenital,
diperlukan dalam kondisi kondisi tertentu. Tindakan operasi ini juga bisa
1.2 Tujuan
skunder.
skunder.
1.3 Manfaat
selanjutnya.
praktik.
1.3.3 Bagi Masyarakat
perubahan – perubahan fisik yang terjadi pada ibu hamil dan bagaimana
penanganannya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Janin
1. Berat
Untuk bayi wanita 3,4 kg dan pria 3,5 kg. berat bayi normal antara > 2500
gr sampai < 4000 gr.
2. Panjang
Untuk panjang bayi rata-rata 50 cm. panjang bayi normal diantara 45 cm
sampai < 55 cm. bila panjang bayi yang kurang/melebihi panjang bayi
normal maka dicurigai adanya penyimpangan kromosom.
3. Ukuran kepala janin
Ukuran kepala janin sangat penting untuk mengetahui apakah janin bisa
melewati jalan lahir tanpa penyulit. Selain itu ukuran janin penting untuk
resiko terjadinya CPD dapat mempersulit persalinan. Ukuran diameter
kepala janin :
1. Diameter occipito frontalis : 12 cm
2. Diameter mento occipitalis : 13,5 cm
3. Diameter sub occipito bregmatika : 9,5 cm
4. Diameter Biporietalis : 9,25 cm
5. Diameter bitemporalis : 8 cm
Ukuran sirkumferensia :
1. Cirkumforensia frento occipitalis : 34 cm
2. Cirkumferensia menta occipitalis : 35 cm
3. Cirkumferensia sub occipito bregmantika : 32 cm
(Rustam Muchtar, 1998 : 67)
4. Letak janin
Yaitu hubungan antara sumbung panjang (punggung) janin terhadap
sumbu panjang (punggung ibu). Letak juga disebut sebagaihubungan
antara aksis panjang badan janin dengan abdomen ibu yang digambarkan
dengan membujur, melintang dan miring. Letak janin normal adalah
membujur dengan kepala janin berada di dibawah.
5. Presentasi
Yaitu bagian presentasi menunjukkan bagian janin yang menempati
PAP, atau bagian janin yang pertama kali masuk PAP. Bisa disebut
bokong, kepala ataupun bahu. Presentasi bayi yang normal adalah sub
acccipito bragmatika.
6. Denyut jantung janin
Denyut jantung janin sangat penting untuk memantau kesejahteraan
jani daam rahim. Pada persalinan normal, DJJ diukur dengan auskultasi
dengan menggunakan funduscope ataupun dopler. Frekuensi denyut
jantung janin sangat dipengaruhi oleh beberapa factor penting yaitu
kontraksi, posisi dan kemajuan persalinan itu sendiri.
B. Air ketuban dan selaput ketuban
Ruangan yang dilapisi selaput janin (selaput ketuban) berisi air
ketuban (liquar amnii).
a. Volume
Volume air ketuban dalam kehamilan cukup bulan adalah 1000 cc-1500
cc. bila kurang dari 1000 cc disebut oligohidromnion. Namun bila
volume air ketuban lebih dari 1500 cc disebut polihidromnion.
b. Bentuk
Air ketuban berwarna putih kekeruhan khas amis dan berasa manis.
Bila air ketuban berwarna hijau ini adalah indikasi adanya
ketidaknormalan.
c. Komposisinya
Terdiri atas 98 % air, sisanya albumin sel-sel epitel. Rambut lanugo,
vernit caseasa dan garam-garam organic. Kadar protein 2, gr/l terutama
di bagian albumin. Diproduksi oleh kencing janin, transudasi dari epitel
amnion sekresi dari epitel amnion asal campuran (mixed arigin)
- Analisis ketuban pecah
1. Terlihat genangan atau drainase yang jelas bukan urine.
2. Genangan pada forniks posterior. Khususnya jika cairan
dapat terlihat keluar dari ostium cerviks dengan menggunakan
maneuver valsava
3. Dengan lakmus, yaitu berubahnya lakmus merah
menjadi biru
4. Makroskopis bau amis adanya lanugo, rambut dan
verniks
5. Mikroskopis, lanugo dan rambut
6. Laboratorium, tes pakis posistif diratakan di kaca
obyekdan dikeringkan sebelum diperiksa..
C. Placenta (uri)
Placenta adalah alat transportasi darah, nutrisi, oksigen dan juga sisa
buangan dari ibu kepada janin. Uri berbentuk bundar atau oval, ukuran
diameter 15-20 cm tebal 2-3 cm berat 500-600 gr.
a. komponen placenta
placenta terdiri dari desidua kompektel atas beberapa lobus dan terdiri
dari 15-20 kotiloden.
b. tali pusat
tali pusat merentang dari pusat janin ke uri bagian permukaan janin.
Panjang tali pusat antara 50-55 cm diameternya 1-2,5 cm dan terdiri
atas 2 buah arteri, umbilicalis dan 1 buah vena umbilicalis. Selain
panjangnya tali pusat yang terpenting lagi adalah insersi nya kepada
plasenta, hal ini sering menjadi masalah ketika insersi itu tidak pada
tempatnya.
2.3.3 Passange (jalan lahir)
Jalan lahir merupakan bagian keras yaitu tulang – tulang panggul bagian
lunak yaitu otot-otot panggul. Berdasarkan ciri-ciri bentuk panggul dibagi
menjadi :
a. Ginekoid : panggul ideal wanita, arcus pubis luas. Diameter sogitalis
posterior hanya sedikit lebih pendek dari diameter sagitalis
anterior.
b. Andrekoid : diameter sagitalis posterior jauh lebih pendek dari pada
diameter sagitalis anterior (panggul pria) segmen anterior
sempit dan berbentuk segitiga.
c. Anthropoid : Diameter anteroposterior dari PAP lebih besar dari
diameter transversa hingga bentuk PAP lonjong ke depan.
Bentuk segmen anterior sempit dan runcing.
d. Platipolloid : bentuk ini sebetulnya panggul dinekoid yang picak,
diameter anteroposterior kecil, diameter transversa biasa.
Segmen anterior lebar, secrum melengkung.
Ukuran panggul
a. Ukuran PAP
Batas PAP adalah promontarium, sayap sacrum, lineainno, minata, ramus
superior, ossispubis dan pinggir atas symphisisi. Ada 3 ukuran :
Ukuran muka belakang
- Diameter antara posterior
- Konjungata vera (dari prementarium ke pinggir
atas symphisis, ukurannya 11 cm)
Konjugata vera dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam mengukur
konjugata diagnonalis (cv=cd - 1,5 cm)
Ukuran melintang
ukuran terbesar antara linea innominata diambil tegak lurus pada
conjugate vera (12,5 cm)
Ukuran serong
Dari articulation sacro iliaca ke tubercolum pubicum dari belahan
panggul yang bertentangan (13 cm)
b. Ukuran panggul tengah (bidang luas panggul)
Bidang terbentang antara pertengahan sympisisi, pertengahan acetubulum
dan pertemuan antara luas sacral II dan III.
Ukuran muka belakang = 12,75 cm
Ukuran melintang = 12,50 cm
c. Bidang sempit panggul
Bidang ini setinggi pinggir bawah symphisis kedua spina ischiadikum dan
memotong secrum + 1-2 cm di atas ujung sacrum.
Ukuran muka belakang = 11,5 cm
Ukuran melintang = 10 cm
d. Pintu bawah panggul
Ditentukan dengan mengukur jarak tuberoses ischium dan luar
perdagangan SBR dan pembukaan serviks. Besar pembukaan ditentukan
dengan cara memperkirakan diameter serviks.
- Ukuran muka belakang (dari pinggir bawah
symphisis ke ujung sacrum = 11,5 cm)
- Ukuran melintang (dari tuber ischiadicum kiri dan
kanan sebelah dalam = 10,5 cm)
- Diameter sagitalis posterior (dari ujung sacrum ke
pertengahan ukuran melintang : 7,5 cm)
e. Cerviks
Cerviks juga merupakan bagian dari jala lahir yang penting untuk sebuah
proses kelahiran. Suatu persalinan akan dimulai jika ada tanda-tanda
pendataran dan pembukaan cerviks. Ada tiga komponen cerviks secara
structural yaitu kolagen, otot polos, dan jaringan ikat atau substansi
dasar lainnya. Otot polos pada daerah cerviks memang jauh lebih sedikit
daripada di daerah fundus. Struktur yang seperti ini yang menguntungkan
dan menyebabkan terjadinya penipisan dan pembukaan cerviks saat ada
kontraksi dari fundus uteri. Saat terjadi pelunakan, pendataran dan
pembukaan cerviks yang terjadi adaah perubahan pada serabut-serabut
kolagen dan jaringan ikat, serta perubahan relative pada jumlah substansi
dasarnya.
2.3.4 Psikis
Perubahan psikologis yang terjadi pada ibu bersalin meliputi :
Kecemasan mengakibatkan peningkatan hormon seks yang terdiri dari
1. B endosphin 3. Cartisol
2. Adenocus tricotropin 4. Epinephrin
Hormon – hormon tersebut mempengaruhi otot-otot halus uterus yang
dapat mengakibatkan penurunan kontraksi uterus sehingga menimbulkan
distosia.
Kecemasan
Kontraksi
Uterus melemah
Ketakutan
2.6.2 Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut
sebagian kala pengeluaran bayi.
Gejala dan tanda kala II persalinan yaitu :
1. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
2. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan atau
vaginanya.
3. Perineum menonjol
4. Vulva dan vagina, spingter ani membuka
5. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam yang
hasilnya adalah :
1. Pembukaan serviks telah lengkap
2. Terlihatnya bagian kepala bayi.
Pada saat kepala janin tampak dalam vulva, seorang penolong
persalinan harus menahan perineum dengan kain sedangkan tangan
satunya menahan keluarnya kepala supaya tidak terjadi expulsi
berlebihan. Dengan adanya his dan kekuatan mengejan yang baik,
maximal kepala janin dilahirkan dengan sub uccipito dibawah
symphisis. Kemudian dahi, muka dan dagu melewati perineum. Setelah
istirahat his muncul lagi untuk mengeluarkan tubuh bayi.
Pada primigravida kala II berlangsung kira-kira 2 jam
sedangkan pada multigravida kira-kira 1 jam.
2.6.3 Kala III (Pengeluaran uri)
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban pada kala III persalinan,
otot miometrium berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga
uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan volume rongga uterus setelah
lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya
ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena perlekatan menjadi semakin
kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan
melipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah
plasenta lepas, maka plasenta dalam akan turun ke bagian bawah atau
kedalam vagina bersamaan dengan adanya his.
- Tanda-tanda lepasnya plasenta
*Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi,
uterus berbentuk bulat penuh dan TFU biasanya dibawah pusat.
Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah uterus
berbentuk segitiga seperti buah pear/alpukat dan fundus diatas
pusat.
*Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur ke luar vagina (tanda Ahfeld)
* Semburan darah mendadak dan singkat
kala III maximal 30 menit (biasanya 15 menit)
2.6.4 Kala IV
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2
jam setelah itu :
Pada kala IV dilakukan observasi sebagai berikut :
1. Tanda-tanda vital ibu
2. Pemeriksaan perdarahan pada ibu
3. Pemantauan kontraksi uterus
4. Dokumentasi asuhan yang telah dilakukan
Perdarahan pada ibu dianggap normal jika < 500 cc
Lamanya persalinan pada primi dan multi adalah :
Primi Multi
Kala I 13 jam 7 jam
Kala II 1 jam ½ jam
Kala III ½ jam ¼ jam
Lama Persalinan 14 ½ jam 7 ¾ jam
Tambahan pemantauan pada kala I pada persalinan normal
Parameter Fase Laten Fase Aktif
Suhu badan Setiap 4 jam Setiap 24 jam
Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Nadi Setiap 30-60 menit Setiap 30-60 menit
Djj Setiap 1 jam Setiap 30 jam
Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 jam
Pembukaan serviks Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam
2.7 Partograf
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu
petugas kesehatan dalam mengambil keputusan saat pelaksanaan. Partograf
dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif0. partograf dimulai atau dibuat
untuk setiap ibu bersalin, tanpa menghiraukan apakah persalinan tersebut
normal atau dengan komplikasi.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya
partus lama.
3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi,
grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang
diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan
atau tindakan yang diberikan.
Hal-hal yang dicatat mengenai kondisi ibu dan janin adalah sebagai berikut :
(1) Denyut jantung janin
Dinilai setiap 30 menit sampai 1 jam. Mulai waspada apabila djj
mengarah hingga dibawah 120 atau di atas 160 x/mnt.
(2) Air ketuban
Nilai warna ketuban jika selaput ketuban
U : selaput ketuban utuh
J : selaput ketuban pecah dan air ketuban jernih
M : selaput ketuban pecah dan air ketuban bercampur meconium
D : selaput ketuban pecah dan air ketuban bernada darah
K : tidak ada cairan ketuban atau kering
(3) Perubahan bentuk kepala janin (molding atau mulase)
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi
dapat menyesuaikan terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu.
Semakin besar derajat penyusupan atau tumpang tindih, antara tulang
kepala, semakin menunjukkan resiko disproporsi kepala panggul atau
cephalo pelvic disproporsion (CPD).
Lambang dalam partograf :
O : tulang kepala janin terpisah, sutura masih mudah dipalpasi
1 : tulang kepala janin bersentuhan
2 : tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tapi masih dapat
dipisahkan.
3 : tulang kepala janin saling tindih dan tidak dapat dipisahkan.
(4) Pembukaan mulut rahim (serviks)
Dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda silang (x) digaris waktu yang sesuai
dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
(5) Penurunan bagian terbawah janin
Mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba (pada
pemeriksaan abdomen) atau pemeriksaan luar di atas ymphisis pubis.
Catat dengan tanda lingkaran (o) pada setiap pemeriksaan dalam. Pada
posisi 0/5 sinsiput (s) atau paruh atas kepala berada di symphisis pubis.
(6) Waktu
Menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien
diterima. Jam, catat sesuai angka lajur pembukaan digaris waspada.
(7) Kontraksi
Catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk menghilangkan
banyaknya kontraksi dalam hitungan detik.
: kontraksi lamanya kurang dari 20 detik
: kontraksi lamanya 20-40 detik
: kontraksi lamanya lebih dari 40 detik
(8) Oksitosin
Jika memakai oksitosin, catat banyaknya oksitosin per volume cairan
infuse dan dalam tetesan per menit.
(9) Obat-obatan yang diberikan
(10) Nadi
Catat setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar (.)
(11) Tekanan darah
Catat setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah
(12) Suhu badan
Catat setiap 2 jam
(13) Protein, aseton dan volume urine
Catat setiap kali ibu berkemih
Partograf harus digunakan setiap :
1. Untuk semua ibu dalam kala I bersalin fase aktif sebagai elemen penting
asuhan persalinan. Partograf harus digunakan baik ada atau tak ada
penyulit. Partograf akan membantu penolong dalam memantau
mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan maupun
dengan penyulit.
2. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas,
klinik, bidan swasta, rumah sakit, dan lain-lain)
3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
pada ibu selama persalinan dan kelahiran.
Penggunaan partograf yang rutin akan memastikan para ibu dan bayinya
mendapat asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, dapat mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.
Pencatatan selama fase aktif persalinan :
A. Informasi tentang ibu
1. Nama, umur
2. Gravida, para, abortus
3. No catatan medis
4. Tanggal dan waktu mulai dirawat
5. Waktu pecahnya ketuban
B. Kondisi janin
1. DJJ
2. Warna dan adanya air ketuban
3. Moulage kepala janin
C. Kemajuan persalinan
1. Pembukaan serviks
2. Penurunan bagian terbawah janin
3. Garis waspada dan garis bertindak
D. Jam dan waktu
1. Waktu mulainya fase aktif persalinan
2. Waktu actual soal pemeriksaan atau penilaian
E. Kontraksi uterus
1. Frekuensi dan lamanya
F. Obat-obatan dan cairan yang diberikan
1. Oksitosin
2. Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan
G. Kondisi ibu
1. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
2. Urine
H. Asuhan pengamatan dan keputusan lainnya
1. Pengertian
a. Kala II lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 2 jam pada
primi, dan lebih dari 30 menit sampai 1 jam pada multi. (Sinopsis
Obsestetri, 2010)
b. Kala II Lama adalah persalinan dengan tidak ada penurunan kepala > 1
membantu.
2. Etiologi
Etiologi terjadinya kala II lama ini adalah multikomplek dan tentu saja
b. Kelainan-kelainan panggul
h. Ketuban pecah dini ketika servik masih menutup, keras dan belum
mendatar
tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm. Kemajuan persalinan dalam kala
2012)
dalam vagina dan setelah ketuban pecah kepala tetap tidak dapat menekan
terganggu oleh karena kelainan jalan lahir lunak (kelainan tractus genitalis).
hambatan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, jika
tidaknya his dinilai dengan kemajuan persalinan, sifat dari his itu sendiri
succedaneum.
salah, bahkan ibu bersalin yang kelelahan dan kehabisan tenaga untuk
meneran dalam proses persalinan juga bisa menjadi salah satu penyebab
4. Diagnosis
a. Janin tidak lahir setelah 1 jam pada multigravida dan 2 jam pada
adekuat.
+)
adanya his dan syok yang tiba-tiba merupakan tanda ruptura uteri.
(Wiknjosastro, 2010)
(Wiknjosastro, 2010)
5. Komplikasi
Efek yang diakibatkan oleh partus lama bisa mengenai ibu maupun janin.
Diantaranya:
a. Infeksi Intrapartum
b. Ruptur uteri
selama partus lama, terutama pada wanita dengan paritas tinggi dan
antara kepala janin dan dan panggul sedemikin besar sehingga kepala
ruptur.
Pada partus lama dapat timbul konstriksi atau cincin lokal uterus, tipe
yang paling sering adalah cincin retraksi patologis Bandl. Cincin ini
tetapi tidak maju untuk jangka waktu lama , maka bagian jalan lahir
f. Efek pada janin berupa kaput suksedaneum, moulase kepala janin, bila
6. Penatalaksanaan
b. Berikan antibiotika.
c. Rujukan segera.
(Sarwono, 2012)
Prasyarat
macet
dan aman, seperti air bersih yang mengalir, sabun dan handuk bersih,
yang lain untuk dipakai kemudian), pembaut wanita dan tempat untuk
Proses
Bidan harus:
a. Memantau dan mencatat secara berkala keadaan ibu dan janin, his dan
dilakukan.
patologis/lingkaran Bandl
c. Jaga agar ibu mendapat hidrasi yang baik selama proses persalinan,
e. Minta ibu sering buang air kecil selama proses persalinan (sedikitnya
hanya bila ibu tidak bisa kencing sendiri dan kandung kemih dapat
selama fase laten dan aktif persalinan. Catat semua temuan pada
partograf. Lihat standar 9 untuk melihat semua pengamatan yang
g. Selalu amati tanda-tanda gawat ibu atau gawat janin, rujuk dengan
h. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir kemudian
penurunan kepala. Jika ada kelainan atau bila garis waspada pada
bahaya pada ibu, maka ibu dibaringkan miring ke sisi kiri dan berikan
untuk menjaga agar keadaan ibu tetap baik. Jelaskan kepada ibu,
rumah sakit.
j. Jika dicurigai adanya ruptura uteri (his tiba-tiba berhenti atau syok
mg setiap 6 jam secara IM, lalu 500 mg per oral setiap 6 jam setelah
bayi lahir.
maka bantu kelahiran bayi dengan ekstraksi vakum (lihat Standar 19).
1) Lakukan episiotomi
bersama ibu.
(Wiknjosastro, 2010)
2.2.3 Konsep dasar sectio caesarea
14.2011.hal:567).
Sectio sesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen. Teknik ini
digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau jika telah terjadi
distres janin. Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah malposisi
janin, plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan ibu.
Sectio sesarea dapat merupakan prosedur elektif atau darurat .Untuk sectio
caesarea biasanya dilakukan anestesi spinal atau epidural. Apabila dipilih anestesi
umum, maka persiapan dan pemasangan duk dilakukan sebelum induksi untuk
mengurangi efek depresif obat anestesi pada bayi .(Buku pre operatif .arif
muttaqin.2010.hal:507)
Sectio caesarea adalah melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen
pengeluaran janin dari rongga abdomen pada kasus rupture uteri atau pada kasus
pengeluaran janin melalui insisi dinding abdomen. Teknik ini digunakan jika
kondisi ibu menimbulkan distres pada janin atau jika telah terjadi distres janin.
Sebagian kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah malposisi janin,
plasenta previa, diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan ibu
2. Etiologi
Absolute Relative
( panggul sempit )
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture
uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks,
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain
itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding
darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang
pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri
akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan
menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan
pembedahan.
cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak
terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan
b. Diet
c. Mobilisasi
jam setelah
operasi
sambil tidur
didudukkan selama 5
menjadi posisi
pasien
bisa dipulangkan
d. Kateterisasi
1. Antibiotik
setiap institusi
pencernaan
perlu
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah
6. Komplikasi
beberapa hari dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya
b. Perdarahan
3) Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya
7. Prognosis
kehamilan berikutnya
insisi..
anterior
tidak menipis.
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :
1. Pengkajian
multipara
1) Sirkulasi
kira-kira 600-800 mL
4) Neurosensori
spinalepidural.
6) Pernapasan
7) Keamanan
8) Seksualitas
sedang.
(Doengoes,2001).
pembedahan (Doengoes,2001).
(Doengoes,2001).
d. Harga diri rendah berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa
kehidupan (Doengoes,2001).
(Doengoes,2001).
sumber (Doengoes,2001)
(Doengoes,2001)
barunya.
Kriteria hasil :
c) Mulai secara aktif mengikuti perawatan bayi baru lahir dengan
cepat.
Intervensi :
karena ibu dan bayi secara emosional dan menerima isyarat satu
e) Sambut keluarga dan sibling untuk kunjungan sifat segera bila
kondisi ibu atau bayi memungkinkan.Rasional : meningkatkan
pembedahan.
Kriteria hasil :
Intervensi :
ansietas.
tekanan darah.
e. Ubah posisi pasien, kurangi rangsangan berbahaya dan berikan gosokan
ketidaknyamanan.
terpenuhi.
Kriteria hasil :
Intervensi :
mengungkapkan masalah.
peristiwa kehidupan.
Kriteria hasil :
Intervensi :
Kriteria hasil :
a. Luka bebas dari drainase purulen dengan tanda awal penyembuhan.
b. Bebas dari infeksi, tidak demam, urin jernih kuning pucat.
Intervensi :
c. Kaji status nutrisi pasien. Perhatikan penampilan rambut, kuku jari, kulit
berat badan normal atau yang anemia atau yang malnutrisi, lebih rentan
d. Dorong masukkan cairan oral dan diet tinggi protein, vitamin C dan besi.
i. Kaji suhu, nadi dan jumlah sel darah putih.Rasional : Demam paska
mengindentifikasikan infeksi.
atau infeksi.
2.3.1 Pengkajian
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
2010).
1) Biodata
(Manuaba, 2008 ).
(3) Agama : Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan
pasien/klien.
lingkungannya.
2) Alasan Datang
3) Keluhan Utama
4) Riwayat Kebidanan
(Walyani, 2015).
20 - 30 hari).
(4) Lamanya : Mengetahui lamanya haid normal atau
persalinan.
(Saifuddin, 2007).
pernah terjadi.
(1) Gravida/para
2010).
(3) HPHT
(4) HPL
didapatkan. :
a) HPL = tanggal HPHT ditambahkan 7, bulan HPHT
2010).
(6) Masalah - masalah
2015).
a) TM I
b) TM II
c) TM III
(9) Riwayat KB
(1) Jantung
2005).
(2) Hipertensi
Ibu hamil yang mempunyai riwayat hipertensi
(4) Asma
2010).
(5) TBC
(6) Hepatitis
(7) Malaria
(8) HIV
(Saifuddin, 2010).
(1) Jantung
(Wiknjosastro, 2005).
(2) Hipertensi
(4) Asma
(5) HIV
(Saifuddin, 2010).
(6) Anemia
(7) Epilepsi
(8) PMS
(1) Menikah
kehamilannya.
(1) Nutrisi
(2) Istirahat
menahannya.
Amonia (NH3).
diinginkan.
kehamilanya.
kegawat-daruratan.
merugikan kehamilnnya.
kehamilanya
1) Keadan umum
(1) Baik
(Sulistyawati, 2009).
(2) Lemah
2009).
2) Kesadaran
3) Tanda-tanda vital
(2) Nadi
Denyut nadi meternal sedikit meningkat
(3) Pernafasan
(4) Suhu
13,5 kg.
(3) LILA
kualitas makanannya.
1) Inspeksi
Tujuan dari pemeriksaan pandang ialah untuk
tidak, pucat/tidak.
serumen/tidak
kosong.
2) Palpasi
(1) Leher
hyperthyroidismus.
(2) Dada
Tidak traba massa / benjolan abnormal, adanya
(3) Abdomen
a. Leopold I :
Selain mengetahui TFU, Leopold I juga untuk mengetahui bagian
apa yang ada di fundus. Pada letak membujur pada fundus, teraba
lunak tidak bulat dan tidak melintang.
b. Leopold II :
Leopold II bertujuan untuk mengetahui bagian apa yang ada
disamping kiri dan kanan uterus ibu.
Pada letak membujur dapat ditetapkan punggung anak yang teraba
bagian keras, memanjang seperti papan dan sisi yang berlawanan
teraba bagian kecil janin. Dan banyak lagi kemungkinan perabaan
pada letak yang lain.
c. Leopold III :
Menentukan apa bagian terendah janin
d. Leopold IV :
Menentukan seberapa jauh bagian terendah janin masuk pintu atas
panggul. (Posisi tangan petugas konvergen, divergen atau sejajar)
(Rustam Mochtar, 1998 : 52)
3) Auskultasi
a) UK 8 mg menggunakan ultrasound
b) UK 16 mg menggunakan dopler
120-140 x/menit
4) Perkusi
a. Reflek patella
cm )
20 cm )
90 cm )
c. Pemeriksaan dalam
kala II )
Hodge : IV
1) Hb
Hb 11 gr% : normal
2) Protein Urine
hasilnya negative
kuning
darah
(5) USG
Untuk membantu menegakkan diagnosis dan
dengan perubahan yang dapat diambil tindakan yang cepat dan tepat.
Menyangkut
Mobilisasi dini
2.3.3 Intervensi
2.3.4 Implementasi
2.3.5 Evaluasi
sudah diberikan meliputi penemuan akan bantuan apakah benar - benar telah
S: Subyektif
Data subyektif diperoleh dari keluhan pasien atau menanyakan
O: Obyektif
hasil laboratorium dan tes diagnostik lan yang yang dirumuskan dalam
A: Assessment
(Varney, 2007).
P : Planning
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
04.00 WIB, jam 07.00 WIB keluar air jernih banyak. Ibu
oleh bidan Tanggal 10 februari 2020 jam 10.00 WIB ibu ingin
( lengkap ).
3.1.1.3 Riwayat menstruasi
1) Menarche : 13 tahun
3) Lama : 7 hari
5) Konsistensi : normal
1) Kawin : 1 kali
1 1 abortus
2 1 Hamil
ini
1) Hamil yang ke :1
bulan
4) Gerak anak sekarang : aktif, lebih dari 15 kali dalam 24
jam.
Di Polindes
6) Status TT : T5
kencing
Jam 06.45 konsul DSOG advis infus RL, injec cefo 2 gram,
Jenis penyakit :-
Jenis penyakit :-
memeriksakan kehamilannya
1) Pola Nutrisi
7 gelas/hari.
menu nasi, lauk, sayur, dan buah. Minum 8-9 gelas per
hari
2) Pola Eliminasi
unine
yang dialami
4) Pola Aktivitas
5) Perilaku Kesehatan
d. Fase taking in
f. Fase letting go
bayinya
lahir
50 cc
2) Kesadaran : composmentis
3) TD : 110/60 mmHg
4) Suhu : 36,6 oC
5) Nadi : 84 x/m
6) RR : 22 x/m
8) TB : 143 cm
9) Lilla : 25 cm
1) Inspeksi
Kebersihan : bersih
2) PALPASI
jari
bawah px
melenting.
TFU : 32 cm
Pembukaan : lengkap
Presentasi : kepala
3 Auskultasi
Laboratorium
1) Hb : 11,5 gr%
2) Golongan darah :B
3) Lekosit : 11.500
4) Trombosit : 131.000
5) Hematokrit : 36,2
6) Eritrosit : 4,03
7) SGOT : 35
8) Kreatiin : 0,9
jam 10.00 WIB sampai dengan jam 11.00 WIB dan tidak ada kemajuan
persalinan.
DO :
3.2.2.3 UK : 39 – 40 minggu
3.2.2.7 BB : 58 kg TB : 143 cm
melenting
3.2 Intervensi
3.3.3 Intervensi:
3.3.3.1 Lakukan Komunikasi terapeutik
terendah janin
3.3.3.8 Anjurkan pada ibu untuk menarik nafas panjang saat his
3.3.3.9 Mengganti kain ibu yang basah dengan kain yang kering
persalinan
menghadapi persalinan
3.4 PENATALAKSANAAN
3.4.2.4 TFU 32 cm
persalinan.
3.4.6 Mengobservasi tanda tanda vital dan kemajuan persalinan tiap 4 jam
3.4.7 Mengganti baju dan kain ibu bila basah selama proses persalinan
3.4.8 Mengajarkan pada ibu cara meneran yang betul yatu meneran
dengan dagu ibu di dada, kaki ditarik kearah badan, mulut dan mata
terbuka
Penatalaksanaan :
Catatan Perkembangan :
Fluksus 1 kotek
skunder
P : 1. Observasi TTV
UC keras
Lochea rubra
P : 1. Observasi TTV
4. BHSP
Infus RL
Keto 1 kali
NB 1 kali
P : 1. Intervensi dilanjutkan
Infus RL dihabiskan
Injec cefo
Aff infus
Obat oral
Rencana pulang
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Pada bab ini akan dibahas tentang kesesuaian antara teori dan tinjauan kasus
skunder.
4.1.1 Pengkajian
bidan pembukaan 4 cm. Tanggal 10 februari 2020 jam 10.00 WIB ibu
yang ada dan tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek.
diatasi. Diagnosa pada kasus ini adalah tahun Ny. “S” umur 35tahun
skunder.
. Berdasarkan data yang ada pada asuhan kebidanan Ny. “S” umur 35 tahun
skunder.
4.1.3 Perencanaan
kondisi yang dialami ibu. Rencana asuhan harus dengan persetujuan ibu
dan semua tindakan harus berdasarkan rasional dan relevan dan diakui
kebenarannya.
Penyusunan rencana asuhan serta pelaksanaannya disesuaikan dengan
his dan DJJ selama proses persalinan, mengobservasi tanda – tanda vital
dan kemajuan persalinan tiap 4 jam, mengganti baju dan kain ibu bila
4.1.4 Penatalaksanaan
4.1.6 Evaluasi
skunder.
asuhan kebidanan.
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
+ primitua skunder
tidak menahan BAK saat proses persalinan, memberi minum teh manis saat
mengganti baju dan kain ibu bila basah, menganjurkan pada ibu untuk
rencana. Pada evaluasi asuhan kebidanan diidentifikasi bahwa tidak ada data
yang menyimpang dari tinjauan pustaka dan tujuan tindakan sudah tercapai
terjadi kegawat daruratan ibu dan keluarga sudah siap dan segera
primitua skunder.
pelayanan ANC.
Daftar Pustaka
Depkes RI. 2010. Survei Kesehatan Rumah Tangga Tahun 2010. Jakarta:
Departement Kesehatan RI.
Impey, Child, 2008. Disorderof Early Pregnancy. In: Obstetric And Gynaecology.
3rd Edit Ion.Uk : Wiley-Blackwell