Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN


IBU : NY. “R” USIA 28 TAHUN, G2P1001 USIA KEHAMILAN 39-40 MINGGU
DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) KEADAAN IBU BAIK
JANIN : TUNGGAL/HIDUP/INTRAUTERIN KEADAAN UMUM JANIN BAIK
DI RUANGAN BERSALIN RSUD BLAMBANGAN

Disusun oleh:
Zolan Prananda : 15.401.20.006

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PRODI DIII KEBIDANAN
KRIKILAN – GLENMORE – BANYUWANGI
2022
LAPORAN PENGESAHAN

Laporan pendahuluan asuhan kebidanan pada ibu bersalin pada:


Hari :
Tanggal :

Mahasiswa

__________________

Mengetahui
Pembimbing Akademi Pembimbing Klinik

____________________ _________________
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga laporan pendahuluan ini yang berjudul “Asuhan kebidanan pada
ibu bersalin” dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Dalam mengerjakan laporan
pendahuluan ini kami banyak memperoleh bantuan dan bimbingan dari semua pihak
baik dosen maupun teman-teman. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih
kepada dosen setiap matauliah.
Kami mohon maaf apabila dalam penulisan laporan pendahuluan ini masih
terdapat banyak kesalahan, kami menyadari bahwa laporan pendahuluan ini masih jauh
dari kata sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan sarannya, guna
menyempurnakan laporan pendahuluan ini dan semoga bermanfaat untuk dibaca.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan disebut normal apabila prosesnya terjadi pada usia cukup
bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit atau tanpa bantuan
kekuatan sendiri. Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati,
yang ditandai dengan perubahan serviks secara progesif dan diakhiri dengan
kelahiran plasenta.
Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seseorang pasien
dan keluarganya. Sangat penting untuk di ingat bahwa persalinan adalah proses
yang normal dan merupakan kejadian yang sehat. Namun demikian, potensi
terjadinya komplikasi yang mengancam selalu ada sehingga bidan harus mengamati
dengan ketat pasien dan bayinya sepanjang proses melahirkan. Dukungan yang
terus menerus dan penatalaksanaan yang terampil dari bidan dapat
menyumbangkan suatu pengalaman melahirkan yang menyenangkan dengan hasil
persalinan yang sehat dan memuaskan.
KPD adalah bocornya selaput air ketuban (likuor amnii) secara spontan dari
rongga amnion di mana janin di tampung. Cairan keluar dari selaput ketuban yang
mengalami kerobekan, muncul setelah usia kehamilan 28 minggu dan setidaknya
sebelum 1 jam sebelum waktu kehamilan yang sebenarnya(Gehwagi et al, 2015).

B. Tujuan.
1. Tujuan umum.
Setelah melakukan, mempelajari, memahami, asuhan kebidanan pada ibu
bersalin dengan indikasi KPD diharapkan dapat mengaplikasikan teori yang
telah di dapatkan.
C. Sistematika penulisan.
BAB I : berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan dan
sistematika penulisan.
BAB II : berisi tentang tinjauan pustaka yang terdiri dari pengertian persalinan
normal, tahap dari persalinan, tanda-tanda persalinan, factor-faktor yang
mempengaruhi persalinan, pemeriksaan leopold, lima benang merah
asuhan persalinan, pathways persalinan, dan tinjauan kasus tentang KPD
yang berisi: fisiologis air ketuban, pengertian Ketuban Pecah Dini
(KPD), klasifikasi, etiologi ketuban pecah dini, Factor predisposisi
ketuban pecah dini, Mekanisme ketuban pecah dini, Tanda dan gejala
ketuban pecah dini, Dasar diagnose ketuban pecah dini, penatalaksanaan
KPD, komplikasi KPD dan pathways ketuban pecah dini.
BAB III : berisi tentang manajemen persalinan yang terdiri dari langkah I
(pengkajian), langkah II ( interprestasi data dasar), langkah III (antisipasi
diagnose atau masalah potensial), langkah IV (identifikasi kebutuhan
tindakan segera), langkah V (planning atau interfrensi), lankah VI
(implementasi), dan langkah VII (evaluasi) dan 60 langkah APN.
BAB IV : berisi penutup yang terdiri dari kesimpilan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUWAN PUSTAKA

A. Konsep dasar persalinan.


1. Pengertian persalinan normal.
Persalinan adalah rangkaian dari ritme, kontraksi progresif pada rahim
yang biasanya memindahkan janin melalui bagian bawah rahim (servik) dan
saluran lahir (vagina) menuju dunia luar (Nugroho dan Utama, 2014).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin
turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada masa kehamilan cukup bulan (37-42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi
baik ibu maupun janin (Sukarni dan Margareth, 2013).
Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm
(bukan premature atau postmatur), mempunyai onset yang spontan (tidak
diinduksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya,
mempunyai janin tunggal dengan presentase puncak kepala, terlaksana tanpa
bantuan artificial, tidak mencakup komplikasi, plasenta lahir normal. Menurut
Mochtar (1998), Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin + uri), yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau
dengan jalanlain. Persalinan normal disebut juga partus spontan, adalah proses
lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa
bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung
kurang dari 24 jam. Persalinan dimulai (inpartu) pada saatuterus berkontraksi
dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.
2. Jenis-jenis persalinan.
a. Jenis persalinan berdasarkan bentu terjadinya.
1) Persalinan sepontan, persalinan normal disebut juga partus spontan
yaitu proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu
sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang
umumnya berlangsung urang dari 24 jam (Mochtar, 1998).
2) Persalinan bantuan, adalah proses persalinan yang berlangsung dengan
bantuan tenaga dari luar, misalnya ekstrasi dengan forceps atau dilauan
operasi section caesarea (prawihajo, 2005).
3) Persalinan anjuran adalah persalinan yang terjadi ketika bayi sudah
cukup mampu bertahan hidup diluar rahim atau siap dilahirkan. Tetapi,
dapat muncul kesulitan dalam proses persalinan, sehingga
membutuhkan bantuan rangsangan dengan pemberian pitocin atau
prostaglandin (Kusumawardani, 2019).
b. Jenis persalinan menurut lama kehamilan dan berat janin.
1) Abortus.
Pengeluaran buah kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu atau
berat badan janin kurang dari 500 gram
2) Partus immature.
Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 20 minggu dan 28
minggu atau berat badan janin antara 500 gram dan kurang dari 1000
gram.
3) Partus premature.
Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 28 minggu dan < 37
minggu atau berat badan janin antara 100 gramdan kurang dari 2500
gram.
4) Partus matur atau partus aterm.
Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 37 minggu dan 42
minggu atau berat badan janin lebih dar 2500 gram.
5) Partus serotinus atau partus postmatur.
Pengeluaran buah kehamilan yang lebih dari 42 minggu.
3. Sebab mulainya persalinan.
Bagaimana terjadinya persalinan belum dietahui dengan pasti, sehingga
menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya persalinan.
Teori tentang penyebab persalinan:
a. Teori Keregangan.
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan
dapat mulai. Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang
mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor
yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta
mengalami degenerasi. Pada kehamilan ganda seringkali terjadi kontraksi
setelah keregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan. 
b. Teori penurunan progesterone.
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu,
dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami
penyempitan dan buntu. Villi koriales mengalami perubahan-perubahan dan
produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih
sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah
tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu. 
c. Teori oksitosin internal.
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise parst  posterior. Perubahan
keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot
rahim, sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks. Menurunnya
konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat
meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dimulai.
d. Teori prostaglandin.
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu,
yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin pada saat hamil
dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga terjadi persalinan.
Prostaglandin dianggap dapat memicu terjadinya persalinan. 
e. Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis.
Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi
keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Teori ini
dikemukakan oleh Linggin (1973). Malpar tahun 1933 mengangkat otak
kelinci percobaan, hasilnya kehamilan kelinci menjadi lebih lama.
Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin, induksi
persalinan. Dari beberapa percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan
antara hipotalamus-pituitari dengan mulainya persalinan. Glandula
suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan. 
f. Teori berkurangnya nutrisi.
Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh Hippokrates untuk
pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan
segera dikeluarkan.
g. Faktor lain.
Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus frankenhauser yang
terletak dibelakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, maka kontraksi
uterus dapat dibangkitkan. Bagaimana terjadinya persalinan masih tetap
belum dapat dipastikan, besar kemungkinan semua faktor bekerja bersama-
sama, sehingga pemicu persalinan menjadi multifaktor.
4. Tahap-tahap persalinan.
a. Fase persalinan kala I.
Menurut Girsang beberapa jam terakhir dalam kehamilan ditandai
adanya kontraksi uterus yang menyebabkan penipisan, dilatasi serviks, dan
mendorong janin keluar melalui jalan lahir normal. Persalinan kala satu
disebut juga sebagai proses pembukaan yang dimulai dari pembukaan nol
sampai pembukaan lengkap (10cm) (Girsang, 2017).
Kala satu persalinan terdiri dari 2 fase, yaitu sebagai berikut.
1) Fase Laten.
Fase laten dimulai dari permulaan kontraksi uterus yang regular
sampai terjadi dilatasi serviks yang mencapai ukuran diameter 3 cm.
Fase ini berlangsung selama kurang lebih 6 jam. Pada fase ini dapat
terjadi perpanjangan apabila ada ibu yang mendapatkan analgesic atau
sedasi berat selama persalinan. Pada fase ini terjadi akan terjadi
ketidaknyamanan akibat nyeri yang berlangsung secara terus- menerus.
2) Fase Aktif.
Selama fase aktif persalinan, dilatasi serviks terjadi lebih cepat,
dimulai dari akhir fase laten dan berakhir dengan dilatasi serviks
dengan diameter kurang lebih 4 cm sampai dengan 10 cm. Pada kondisi
ini merupakan kondisi yang sangat sulit karena kebanyakan ibu
merasakan ketidaknyamanan yang berlebih yang disertai kecemasan
dan kegelisahan untuk menuju proses melahirkan.
b. Fase persalinan kala II.
Kala dua disebut juga kala pengeluaran. Kala ini dimulai dari pembukaan
lengkap (10 cm) hingga bayi lahir. Proses ini berlangsung selama kurang
lebih 2 jam pada ibu primigravida dan kurang lebih 1 jam pada ibu
multigravida. Adapun tanda dan gejala yang muncul pada kala dua adalah
sebagai berikut:
1) Kontraksi (his) semakin kuat, dengan interval 2-3 menit dengan durasi
50-100 detik.
2) Menjelang akhir kala satu, ketuban akan pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak dan tidak bisa dikontrol.
3) Ketuban pecah pada pembukaan yang dideteksi lengkap dengan diikuti
rasa ingin mengejan.
4) Kontraksi dan mengejan akan membuat kepala bayi lebih terdorong
menuju jalan lahir, sehingga kepala mulai muncul kepermukaan jalan
lahir, sub occiput akan bertindak sebagai hipomoklion, kemudian bayi
lahir secara berurutan dari ubun-ubun besar, dahi, hidung, muka, dan
seluruhnya.
c. Fase persalinan kala III.
Kala tiga disebut juga kala persalinan plasenta. Lahirnya plasenta dapat
diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda sebagai berikut:
1) Uterus menjadi bundar.
2) Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen bawah
Rahim.
3) Tali pusat bertambah panjang.
4) Terjadi perdarahan (adanya semburan darah secara tiba-tiba).
5) Biasanya plasenta akan lepas dalam waktu kurang lebih 6-15 menit
setelah bayi lahir.
d. Fase persalinan kala IV.
Kala empat adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan
plasenta lahir yang bertujuan untuk mengobservasi persalinan terutama
mengamati keadaan ibu terhadap bahaya perdarahan postpartum. Pada
kondisi normal tidak terjadi perdarahan pada daerah vagina atau organ
setelah melahirkan plasenta.
5. Tanda tanda persalinan.
a. Tanda tanda persalinan.
Proses persalinan biasanya akan berlangsung pada minggu ke 39 –
40 kehamilan, namun pada sebagian wanita akan melahirkan lebih cepat
ataupun lebih lambat dari tafsiran persalinan yang ditentukan. Pada minggu
– minggu menjelang persalinan biasanya ibu hamil merasakan ada
perbedaan yang ia alami pada kehamilannya. Jika mungkin pada trimester 2,
ibu hamil sudah mulai “nyaman” dengan kehamilannya, maka pada
trimester 3 ini ketidaknyamanan akan mulai dirasakan. Berikut adalah tanda
– tanda persalinan yang harus dikenalkan kepada ibu hamil.
1) Terjadi lightening.
Pada minggu ke-36 pada kehamilan primigravida mulai terjadi
penurunan fundus uteri yang karena kepala janin sudah mulai masuk
pintu atas panggul, namun tanda ini tidak terlalu terlihat pada
multigravida. Hal ini disebabkan oleh adanya : kontraksi Braxton hiks
(kontraksi ini merupakan kontraksi Rahim sporadis yang umumnya
terjadi pada trimester 2 atau 3 dan tidak semua ibu hamil mengalami),
ketegangan dinding perut, ketegangan ligamentum rotundum (terletak
pada sisi uterus bagian bawah dan didepan tuba falopi) serta gaya berat
janin kepala kearah bawah.
Masuknya bagian bawah janin ini membuat ibu merasakan beberapa
hal, antara lain :
a) Sering kencing (follaksuria).
Penekanan pada kandung kemih oleh kepala janin sehingga
peluang untuk melakukan ekspansi berkurang dan menyebabkan
frekuensi berkemih meningkat.
b) Kram kaki.
Penekanan pada saraf yang melewati foramen obsturator yang
menuju kaki oleh bagian bawah janin yang menyebabkan terjadinya
kram kaki.
c) Edema.
Penekanan pada pembuluh darah vena oleh bagian bawah janin
juga menjadi penyebab terjadinya edema. Hal ini terjadi akibat bagian
bawah janin menghambat darah yang kembali dari bagian bawah
tubuh menuju ke atas.
2) His permulaan.
Kadar estrogen dan progesterone pada akhir masa kehamilan akan
semakin berkurang sehingga produksi oksitosin meningkat. Peningkatan
kadar oksitosin inilah yang memicu terjadinya kontraksi (his) yang lebih
sering. His permulaan ini biasanya disebut sebagai his palsu. Sifat his
palsu antara lain :
a) Rasa nyeri ringan dibagian bawah.
b) Datangnya tidak teratur.
c) Tidak ada tanda – tanda kemajuan persalinan.
d) Interval terjadinya his relative pendek.
e) Tidak bertambah bila beraktivitas.
f) Serviks menjadi lebih lunak.
b. Tanda tanda timbulnya persalinan (Inpartu).
Menurut Prawirohardjo dalam buku Sondakh (2013:3), beberapa tandatanda
dimulainya proses persalinan adalah sebagai berikut:
1) Terjadinya his persalinan Sifat his persalinan adalah:
a) Pinggang terasa sakit dan menjalar ke depan.
b) Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar.
c) Makin beraktivitas (jalan), kekuatan akan makin bertambah.
2) Pengeluaran lendir dengan darah Terjadinya his persalinan mengakibatkan
terjadinya perubahan pada serviks yang akan menimbulkan:
a) Pendataran dan pembukaan.
b) Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis
lepas.
c) Terjadi pendarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.
3) Pengeluaran cairan Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban.
Sebagian besar, keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah
adanya pecah ketuban, diharapkan proses persalinan akan berlangsung kurang
dari 24 jam.
4) Hasil-hasil yang didapatkan pada pemeriksaan dalam:
a) Perlunakan serviks.
b) Pendataran serviks.
c) Pembukaan serviks.
6. Factor fator yang mempengaruhi persalinan.
a. Passage.
Passage adalah jalan lahir dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat,
dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan
lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang
keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses
persalinan. Janin harus berhasil menyusuaikan dirinya terhadap jalan lahir
yang relative kaku.oleh karena itu ukuran dan bentu panggul harus ditentukan
sebelum persalinan dimulai.
1) Anatomi Panggul.
Panggul atau pelvis terdiri atas 2 bagian yaitu :
a) Bagian keras yang dibentuk oleh tulang.
b) Bagian lunak yang dibentuk oleh otot-otot dan ligament.

Bagian keras pelvis yang dibentuk oleh tulang ada 2 bagian yaitu :
a) Pelvis mayor Bagian atas yang lebar disebut panggul besar (pelvis
mayor), yang mendukung isi perut seperti usus, hati, ginjal, pankreas
dll.
b) Pelvis minor Bagian bawah atau panggul kecil (pelvis minor) menjadi
tempat organ-organ genetalia internal seperti uterus, ovarium, vagina,
kandung kemih, dll.
Tulang panggul terdiri dari 4 buah tulang yaitu :
a) 2 Buah tulang pangkal paha (os coxae).
b) 1 buah tulang kelangkang (os sacrum).
c) 1 buah tulang tungging (os coccyges).
2) Bagian-bagian panggul.
Bagian keras yang di bentuk oleh tulang.
a) Os. Coxae ( 2 tulang pangkal paha) terdiri dari 3 buah tulang yaitu :
(1) Os illium ( tulang usus ).
(a) Merupakan tulang terbesar dari panggul dan membentuk
bagian atas dan bagian belakang tulang panggul.
(b) Batas atasnya merupakan penebalan yang disebut Crista Iliaka.
(c) Ujung depan yang menonjol pada crista iliaka anterior superior
dan bagian belakang yang menojol disebut iliaka posterior
superior.
(d) Terdapat memanjang dibagian dalam os ilium yang membagi
pelpis mayor dan minor disebut linea innominada (linea
terminalis).
(e) Bagian-bagiannya: Crista Illiaca, Spina illiaca anterior
superior, Spina illiaca posterior superior, Spinai lliaca anterior
inferior, Spina illiaca posterior inferior, Inchisura ischiadica
major, dan linea innominata (linea terminalis) yang menjadi
batas antara panggul besar dan panggul kecil.
(2) Os. Ischium ( Tulang Duduk ).
(a) Terdapat disebelah bawah tulang usus.
(b) Tulang bawah yang menonjol disebut spina ischiadika.
(c) Bagian-bagiannya : Spina Ischiadica, inchisura ischiadika
minor, dan Pinggir bawah tulang duduk sangat tebal, bagian
inilah yang mendukung berat badan kalau kita duduk yang
disebut : Tuber Ischiadikum.
(3) Os. Pubis ( Tulang Kemaluan ).
(a) Terdapat disebelah bawah dan depan tulang usus (os coxae).
(b) Dengan tuber ischiadikum dibatasi oleh foramen obsturatium.
(c) Os pubis yang berhubungan dengan os ilium disebut ramus
superior ossis pubis.
(d) Os pubis yang berhubungan dengan os ischium disebut ramus
inferior ossis pubis.
(e) Yang menghubungkan kedua tulang pubis disebut dengan
simpisis pubis.
(f) Bagian-bagiannya : Foramen obturatorium, Ramus superior
Osis Pubis, Ramus inferior ossis pubis, dan Ramus inferior kiri
dan kanan membentuk arcus pubis.
b) Os. Sacrum ( tulang kelangka ).
Tulang kelangkang berbentuk segitiga, melebar pada bagian atas
dan meruncing ke bawah. Tulang kelangkang terletak sebelah
belakang antara kedua pangkal paha. Bagian – bagian os sacrum :
(1) Terdiri dari 5 ruas tulang yang berhubungan erat.
(2) Permukaan depan licin dengan lengkungan dari atas, bawah,
kanan, dan kiri.
(3) Di bagian kiri dan kanan garis tengah terdapat lubang yang akan
dilalui syaraf yang disebut foramen sacralia anterior.
(4) Os sakrum paling atas (os sacrum 1) mempunyai tonjolan besar
kearah depan disebut promontorium.
(5) Yang menghubungkan os sacrum dan os coxai disebut artikulasio
sacro-iliaka.
(6) Yang menghubungkan os coccygis dengan os sacrum disebut
artikulasio sacro-cocsigia.
c) Os. Coccygis ( tulang tungging ).
Berbentuk segitiga dengan ruas 3 sampai 5 buah dan bersatu.
Padam saat persalinan tulang tungging dapat didorong ke belakang
sehingga memperluas jalan lahir.
3) Bidang-bidang panggul dan ukuran panggul bidang-bidang panggul.
a) Pintu atas panggul (PAP).
Pintu atas panggul adalah batas atas dari panggul kecil.
Bentuknya bulatan oval dengan panjang kesamping dan dibatasi oleh :
(1) Promontorium, (Normalnya tidak teraba).
(2) Sayap sacrum.
(3) Linea terminalis, (Normalnya teraba 1/3 bagian).
(4) Ramus superior, dan.
(5) Pinggir atas symphysis.

Biasanya 3 ukuran ditentukan dari PAP :


(1) Ukuran Muka Belakang (Diameter Antero Posterior, Conjugate
Vera).
Dari pinggir atas symphysis ke promotorium, dikenal
dengan nama conjugata vera dengan ukuran 11 cm. Pada wanita
hidup conjugata vera tak dapat diukur dengan langsung, tapi
dapat diperhitungkan dari conjugata diagonalis (dari pinggir
bawah symphysis ke promontorium) sejumblah 1,5 – 2 cm. (CV
= CD – 1,5 )
(2) Ukuran Melintang (diameter tranversal).
Adalah ukuran terbesar antara linea innominata diambil
tegak lurus pada conjungata vera dengan jarak kurang lebih
(indonesia 12,5 cm dan eropa 13,5 cm ).
(3) Ukuran serong (diameter obliqua).
Dari articulatio sacroilliaka ke tuberpubikum dari belahan
panggul yang bertentangan, dengan jarak kurang lebih 13 c.
b) Bidang luas panggul.
Yaitu bidang dengan ukuran-ukuran terbesar. Bidang luas
panggul terbentang antara pertengahan symphysis, pertengahan
acetabulum dan pertemuan antara ruas sacral II dan III Ukuran muka
belakang 12,75 cm, dan ukuran melintang 12,5 cm. Bidang ini tidak
menimbulkan kesukaran dalam persalinan.
c) Bidang sempit panggul (pintu tengah panggul).
Yaitu bidang dengan ukuran-ukuran terkecil. Bidang sempit
panggul terdapat setinggi pinggir bawah symphysis, kedua spina
ischiadicae dan memotong sacrum krang lebih 1-2 cm di atas ujung
sacrum. Bidang ini paling sulit penilaiannya karena ukurannya paling
kecil, dan sulit mengukurnya. Kesempitan pintu bawah panggul
biasanya disertai kesempitan bidang sempit panggul. Pada pintu
tengah panggul Sacrum teraba cekung, Side Walls teraba sejajar kanan
dan kiri dan Spina ischiadika teraba runcing dan jarak antara kedua
spina ischiadika Normalnya 10 – 11 cm (Distansia Interspinarum).
d) Pintu bawah panggul.
Pintu bawah panggul terdiri dari 2 segitiga dengan dasar yang
sama, ialah garis yang menghubungkan kedua tuber ischiadicum kiri
dan kanan. Puncak dari segitiga yang belakang adalah ujung os
sacrum sedangkan segitiga depan dibatasi oleh arcus pubis yang
memiliki sudut minimal 90˚. Os coxigis mobile kebelakang sejauh 1 –
1,5 cm.
e) Bidang hodge.
Bidang hodge untuk menentukan berapa jauh bagian depan anak
itu turun ke dalam rongga panggul. Bidang hodge antara lain:
(1) Hodge I : Bidang datar yang melalui bagian atas simpisis dan
promotorium. Bidang ini dibentuk pada lingkaran pintu atas
panggul.
(2) Hodge II : Bidang yang Sejajar dengan bidang hodge I terletak
setinggi bagian tepi bawah symphisis.
(3) Hodge III : Bidang yang Sejajar dengan bidang hodge I dan II
terletak setinggi spina ischiadica kanan dan kiri.
(4) Hodge IV : Bidang yang Sejajar dengan bidang hodge I, II dan III
terletak setinggi ujung os coccygis.
f) Ukuran dalam panggul.
(1) Conjugata vera yaitu perbatasan dari tepi atas symphysis sampai
ke promontorium, tidak dapat diukur secara klinis ( kurang lebih
11 cm ).
(2) Conjugata diagonalis yaitu tepi bawah symphysis sampai ke
promontorium (kurang lebih 12-13 cm) Cara mengukur conjugata
diagonalis :
(a) Dengan 2 jari telunjuk dan jari tengah, melalui konkavitas
dari sacrum, jari tengah digerakkan ke atas sampai dapat
meraba promontorium.
(b) Sisi radial dari jari telunjuk ditempelkan pada pinggir bawah
symphysis dan tempat ini ditandai dengan kuku jari telunjuk
tangan kiri. - Diameter oblique (menyilang) yaitu articulatio
saccroilliaka sampai tuber pubicum (12,5 cm).
(3) Diameter tranversal adalah jarak antara linea terminalis kiri dan
kanan (13,5 cm )
g) Ukuran luar panggul.
Ukuran luar panggul tidak dapat digunakan untuk penilaian
apakah persalinan dapat berlangsung secara biasa atau tidak.
Walaupun begitu ukuran luar panggul dapat memberi petunjuk akan
kemungkinan panggul sempit. Ukuran-ukuran luar panggul yaitu :
(1) Distania spinarum adalah jarak antara SIAS kiri dan kanan (26-28
cm).
(2) Distania cristarum adalah jarak antara crista iliaca kiri dan kanan
(28-30 cm).
(3) Diastania boudeloque adalah jarak antara tepi atas symphysis
sampai ruas lumbal ke 5 (18-20 cm).
(4) Lingkar panggul adalah dari tepi atas symphisys ke pertengahan
SIAS lalu ke proxesus lumbal ke 5 kembali ke pertengahan SIAS
dan kembali di tepi atas shymphisis (80- 100 cm).
4) Bentuk-bentuk panggul.
Selain dari ukuran panggul, bentuk panggul pun menentukan ramalan
persalinan. Klasifikasi menurut Caldwell dan Molloy, bentuk panggul
terbagi menjadi 4 yaitu: Panggul gynecoid, Panggul android, Panggul
anthropoid dan Panggul platypeloid.
a) Panggul anthropoid.
Bentuk pintu atas panggul agak lonjong seperti telur. Panjang
diameter anteroposterior lebih besar daripada diameter transversa.
Jenis ini ditemukan 35% pada wanita.
b) Panggul gynecoid.
Panggul paling baik untuk perempuan. Bentuk pintu atas panggul
hampir bulat. Diameter anteroposterior sama dengan diameter
transversa bulat. Jenis ini ditemukan pada 45% wanita.
c) Panggul android.
Bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Umumnya pria
mempunyai jenis seperti ini. Panjang diameter transversa dekat
dengan sakrum. Pada wanita ditemukan 15%.
d) Panggul platypeloid.
Sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada
arah muka belakang. Ukuran melintang jauh lebih besar daripada
ukuran muka belakang. Jenis ini ditemukan pada 5% perempuan.
5) Jaringan lunak panggul.
Bagian lunak panggul terdiri dari otot-otot dan ligamenta yang meliputi
dinding panggul sebelah dalam dan yang menutupi panggul sebelah
bawah, yang menutupi panggul dari bawah membentuk dasar panggul dan
disebut.
6) Diafragma pelvis.
Otot-otot dasar panggul adalah kelompok otot yang terletak di dasar
panggul, di antara ke dua pangkal tungkai, dan membentang dari tulang
kemaluan di bagian depan sampai bagian akhir ruas-ruas tulang belakang
di bagian belakang. Berdasarkan bentuk dan perannya.
Otot-otot dasar panggul ini mempunyai 2 komponen, yaitu :
a) Komponen utama di bagian tengah, yang terbentang seperti sling atau
ayunan, Komponen otot ini juga membentuk sfingter uretra eksterna
(katup saluran kemih luar), sfingter ani (katup anus), dan otot-otot
sfingter di sekitar introitus vagina (katup pintu masuk vagina pada
wanita).
b) Komponen lain terletak di kedua sisi komponen otot utama, berbentuk
seperti segitiga. Otot-otot dasar panggul ini berperan dalam
menyangga organ-organ dalam rongga perut bagian bawah (rongga
pelvis) dan secara keseluruhan berada dalam kontrol volunter (di
bawah kontrol kesadaran), dengan demikian dapat dilatih dengan
berbagai teknik terapeutik (seperti terapi latihan, terapi
listrik/electrotherapy, dan biofeddback).
Secara umum, fungsi otot-otot dasar panggul adalah sebagai berikut :
(1) Menyangga dan mempertahankan posisi organ-organ pelvis
(kandung kemih, uterus, dan rektum).
(2) Memegang peranan penting dalam fungsi kontrol berkemih dan
buang air besar, serta fungsi reproduksi dan seksual. Diafragma
pelvis dari dalam ke luar terdiri atas :
(a) Pars muscularis yaitu musculuc levator ani.
(b) Pars membranacea yaitu diafragma urogenitale Musculus
levator ani Terdiri atas 3 bagian, dari depan ke belakang dapat
dikenal :
 Musc. Pubo coccygeus dari os pubis ke septum
anococcygeus.
 Musc. Ilio coccygeus dari arcus tendineus m.levator ani ke
os coccygis dan septum anococcygeus.
 Musc. (ischio) coccygeus dari spina ischiadica ke pinggir
sacrum dan coccygis. Diafragma Urogenetale Antara
muskulus pubo coccygeus kiri dan kanan terdapat celah
berbentuk segitiga yang disebut hiatus urogenitalis yang
tertutup oleh sekat yang disebut diafragma urogenitale.
sekat ini menutupi pintu bawah panggul disebelah depan,
dan pada perempian ini sekat ini ditembus oleh uretra dan
vagina. Daerah Perinium Merupakan bagian permukaan
dari pintu bawah panggul, terdiri dari 2 bagian yaitu :
 Regio analis di sebelah belakang Terdapat
m.sphincter ani externus yang mengelilingi anus.
 Regio urogenitalis, Terdapat : M. Bulbo cavenosus,
yang mengelilingi vulva, M. Ischio cavernosus, dan
M. Transversus perinei superficialis.
b. Power.
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his
atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga
primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan
retraksi otot-otot rahim. Kekuatan yang mendorong janin keluar (power)
terdiri dari : HIS dan Tenaga Mengejan.
1) HIS (kontraksi otot uterus)
Adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja
dengan baik dan sempurna. Sifat his yang baik adalah kontraksi simetris,
fundus dominan, terkoordinasi dan relaksasi. Walaupun his itu kontraksi
yang fisiologis akan tetapi bertentangan dengan kontraksi fisiologis
lainnya, bersifat nyeri. Tiap his dimulai sebagai gelombang dari salah
satu sudut dimana tuba masuk ke dalam dinding uterus. Ditempat
tersebut ada suatu paca maker darimana gelombang tersebut berasal.
Kontraksi ini bersifat involunter karena berada dibawah pengaruh
saraf intrinsik. Ini berarti wanita tidak memiliki kendali fisiologis
terhadap frekuensi dan durasi kontraksi. Kontraksi uterus juga bersifat
intermiten sehingga ada periode relaksasi uterus diantara kontraksi,
fungsi penting relaksasi, yaitu : mengistrirahatkan otot uterus, memberi
kesempatan istirahat bagi ibu, mempertahankan kesejahteraan bayi
karena kontraksi uterus menyebabkan kontriksi pembuluh darah
plasenta.
a) Pembagian his dan sifat- sifatnya:
(1) His pendahuluan His yang tidak kuat, datangnya tidak teratur,
menyebabkan keluarnya lendir darah atau bloody show.
(2) His pembukaan (kala I).
His yang Menyebabkan pembukaan serviks, semakin kuat,
teratur dan sakit.
(a) Awal (fase laten) Timbul setiap 10 menit dengan amplitudo
40 mmHg, lama 20 sampai 30 detik. Serviks terbuka sampai
3 cm.
(b) Lanjut (fase aktif) Terjadi peningkatan rasa nyeri , amplitudo
makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2 – 4 kali atau 10
menit , lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap
(±10 cm)
(3) His pengeluaran (Kala II).
His ini biasanya untuk mengeluarkan janin, his sangat
kuat, teratur, simetris, dan terkoordinasi.
(4) His pelepasan plasenta (Kala III).
His yang berkontraksi sedang untuk melahirkan dan
melepaskan plasenta.
(5) His Pengiring (Kala IV)
His yang berkontraksi lemah, masih sedikit nyeri, terjadi
pengecilan dalam beberapa jam atau hari.
b) Hal – hal yang harus diperhtikan pada his saat melakukan observasi :
(1) Frekuensi his : jumlah his dalam waktu tertentu, basanya per
menit per 10 menit.
(2) Intensitas his : kekuatan his (adekuat atau lemah).
(3) Durasi (lama his) : lamanya setiap his berlangsung dan
ditentukan dalam detik, misalnya 50 detik.
(4) Interval his : jarak antara his yang satu dengan his berikutnya, his
datang tiap 2-3 detik.
c) Identifikasi His/kontraksi.
Jika persalinan salah didiagnosis, mungkin akan dilakukan
intervensi yang tidak tepat untuk mempercepat persalinan.
Sebaliknya, jika persalinan tidak didiagnosis, janin berada dalam
bahaya akibat penyulit tidak terduga. Walaupun diagnosis banding
anatra perslinan palsu dan persalinan sejati kadang sulit ditentukan,
diagnosis biasanya dibuat berdasarkan kontraksi yang terjadi.

Perbedaan kontraksi pada persalinan sejati dan ontrasi persalinan


palsu
Kontraksi pada persalinan Kontraksi pada persalinan
sejati palsu
Kontraksi terjadi dengan Kontraksi terjadi dengan
interval teratur interval tidak teratur
Interval secara bertahap Interval tetap lama
memendek
Nyeri dipunggung dan abdomen Nyeri diperut bawah
Serviks membuka Serviks belum membuka
Nyeri tidak hilang dengan Nyeri mereda dengan sedasi
sedasi

d) Perubahan-perubahan akibat his :


(1) Pada uterus
Uterus teraba keras/padat karena kontraksi. Sejak
kehamlan lanjut dengan jelas terdiri dari 2 segmen yaitu segmen
atas dan bawah. Segmen atas dibentuk oleh korpus uteri dan
segmen atas memegang peranan aktif dan dindingnya menjadi
tebal, dan mendorong anak untuk keluar. Sedangkan segmen
bawah memegang peranan pasif yaitu mengadakan relaksasi dan
dilatasi sehingga menjadi saluran tipis dan teregang karena akan
dilalui oleh bayi. Karena segmen atas makin tebal dan segmen
bawah makin tipis, maka batas antara segmen atas dan bawah
menjadi jelas. Batas ini disebut dengan lingkaran retraksi
fisiologis. Jika segmen sangat diregang maka lingkaran retraksi
lebh jelas dan naik mendekati pusat, disebut dengan lingkaran
retraksi patologis atau lingkaran Bandl (FK UNPAD, 1983:229).
(2) Pada serviks
His membuat serviks menjadi menipis dan memendek
yang disebut Effacement.
(3) Pada ibu.
Menyebabkan rasa sakit. Bersamaan dengan setiap
kontraksi., kandung kemih, rectum, tulang belakang dan tulang
pubis menerima tekanan kuat dari Rahim. Berat kepala bayi
ketika bergerak ke bawah saluran lahir juga menyebabkan
tekanan.
(4) Pada janin.
Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang,
maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat
(bradikardi) dan kurang jelas didengar karena adanya iskemia
fisiologis. Tetapi jika terjadi hipoksia lama maka terjadi gawat
janin.
Umumnya, rasa sakit kontraksi mulai dari bagian bawah
punggung, kemudian menyebar ke bagian bawah perut, mungkin
juga menyebar ke kaki. Rasa sakit mulai seperti sedikit tertusuk, lalu
mencapai puncak, kemudian menghilang seluruhnya.sebagian ibu
merasakan nya seperti gangguan pencernaan atau mulas diare.
Secara medis, sakit kontraksi dikategorikan bersifat tumpul yang
disebut visceral dull anching.
Sakit kontraksi dalam persalinan merupakan nyeri primer. Daerah
yang mengalami nyeri primer, antara lain pinggang, punggung,
perut, dan pangkal paha. Sebgian efek kontraksi, timbul juga nyeri
sekunder, seperti mual, pusing, sakit kepala, muntah, tubuh gemetar,
panas dingin, kram, pegal – pegal dan nyeri otot.
Selain sakit akibat kontraksi, sakit lain terjadi saat kepala bayi
mulai muncul divagina. Jaringan antara vagina dan anus (perineum)
teregang sangat kencang akibat perobekan jaringan. Sebagian besar
ibu merasakn seolah-olah bagian bawahnya akan meledak. Ada juga
yang menggambarkan seperti membuang kotoran setelah sembelit
satu bulan. Secara medis, sakit tenggorokan bersifat tajam dan panas
yang disebut somatic-sharp and burning (Bonny & Mila : 2004).
Perasaan nyeri juga tergntung pada ambang nyeri dari penderitta
yang ditentukan oleh keadaan jiwanya.
2) Tenaga mengejan.
Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah atau
dipecahkan, serta sebagian presentasi sudah berada didasar panggul, sifat
kontraksi berubah, yaitu bersifat mendorong keluar dibantu dengan
keinginan ibu untuk mengedan atau usaha volunteer. Keinginan
mengedan ini disebabkan karena :
a) Kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian
tekanan intra abdominal dan tekanan ini menekan uterus pada semua
sisi dan menambah kekuatan untuk mendorong keluar.
b) Tenaga ini serupa dengan tenaga mengedan sewaktu buang air besar
(BAB), tapi jauh lebih kuat.
c) Saat kepala sampai kedasar panggul, timbul reflex yang
mengakibatkan ibu menutup glotisnya, mengkontraksikan otot-otot
perut dan menekan diafragmanya ke bawah.
d) Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil bila pembukaan sudh
lengkap dan paling efektif sewaktu ada his.
e) Tanpa tenaga mengedan bayi tidak akan lahir.
c. Passenger (janin dan plasenta).
Perubahan mengenai janin sebagai passenger sebagian besar dalah
mengenai ukuran kepala janin, karena kepala merupakan bagian terbesar dari
janin dan paling sulit untuk dilahirkan. Adanya celah antara bagianbagian
tulang kepala janin memungkinkan adanya penyisipan antara bagian tulang
sehingga kepala janin dapat mengalami perubahan bentuk dan ukuran, proses
ini disebut molase (Sulistyawati, 2013).

Ukuran Diameter Penting Kepala Janin dan Presentasi


Diameter Panjang (cm) Presentasi
Suboksipito bregmatika 10 Suboksiput (fleksi
maksimal)
Suboksipito frontalis 11 Oksiput (fleksi tak
maksimal)
Oksipito frontalis 12 Puncak dahi
Mento vertikalis 13 Dahi
Submento bregmatika 10 Muka (defleksi maksimal)
Menurut Sulistyawati (2013), Plasenta dan tali pusat memiliki struktur
berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 cm sampai 20 cm
dan tebal 2 cm sampai 2 sampai 2,5 cm, berat rata-rata 500 gram, terletak di
depan atau di belakang dinding uterus ke atas arah fundus. Bagian plasenta
yang menempel pada desidua terdapat kotiledon disebut pers maternal, dan
dibagian ini tempat terjadinya pertukaran darah ibu dan janin. Tali pusat
merupakan bagian yang sangat penting untuk kelangsungan hidup janin
meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa tali pusat juga menyebabkan
penyulit persalinan misalnya pada kasus lilitan tali pusat (Sulistyawati, 2013).
Air ketuban atau amnion merupakan elemen yang penting dalam proses
persalinan. Air ketuban ini dapat dijadikan acuan dalam menentuan diagnosa
kesejahteraan janin. Amnion melindungi janin dari trauma atau benturan,
memungkinkan janin bergerak bebas, menstabilkan suhu tubuh janin agar
tetap hangat, menahan tekanan uterus, dan pembersih jalan lahir
(Sulistyawati, 2013).
7. Palpasi leopold.
Pemeriksaan palpasi Leopold adalah suatu teknik pemeriksaan pada ibu
hamil dengan cara perabaan yaitu merasakan bagian yang terdapat pada perut
ibu hamil menggunakan tangan pemeriksa dalam posisi tertentu, atau
memindahkan bagian-bagian tersebut dengan cara-cara tertentu menggunakan
tingkat tekanan tertentu. Teori ini dikembangkan oleh Christian Gerhard
Leopold. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setelah UK 24 minggu, ketika
semua bagian janin sudah dapat diraba. Teknik pemeriksaan ini utamanya
bertujun untuk menentukan posisi dan letak janin pada uterus, dapat juga
berguna untuk memastikan usia kehamilan ibu dan memperkirakan berat janin.
a. Tujuan pemeriksaan leopold.
1) Menentukan besarnya rahim & tuanya kehamilan.  
2) Menentukan letak janin dalam Rahim.
3) Mengetahui DJJ.
b. Tahapan pemeriksaan leopold.
Pemeriksaan palpasi leopold dibagi menjadi empat tahap. Pada
pemeriksaan Leopold I,II,III, pemeriksa menghadap ke arah muka ibu yang
diperiksa dan pada pemeriksaan Leopold IV pemeriksa menghadap ke arah
kaki ibu. Tujuan dari pemeriksaan :
1) Leopold I adalah untuk mengetahui TFU dan bagian janin yang ada
difundus.
2)  Leopold II adalah untuk mengetahui bagian janin yang ada di sebelah
kanan atau kiri perut ibu.
3) Leopold III adalah untuk mengetahui bagian janin yang berada di
bawah uterus.
4) Leopold IV adalah untuk mengetahui bagian janin yang ada dibawah
dan untuk mengetahui apakah kepala sudah masuk panggul atau belum.
(Ari Sulistyawati, 2011,hal 88-92).
c. Prosedur pemeriksaan leopold.
1) Lakukan inform consent, jelaskan maksud dan tujuan serta cara
pemeriksaan palpasi yang akan saudara lakukan pada ibu.
2) Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk melakukan
pemeriksaan.
3) Ibu dipersilahkan berbaring terlentang dengan sendi lutut semi fleksi
untuk mengurangi kontraksi otot dinding abdomen.
4) Mencuci Tangan 6 langkah di air mengalir kemudian keringkan dengan
handuk.
5) Leopold I s/d III, pemeriksa melakukan pemeriksaan dengan berdiri
disamping kanan ibu dengan menghadap kearah muka ibu ; pada
pemeriksaan Leopold IV, pemeriksa berbalik arah sehingga menghadap
ke kaki ibu.
a) Leopold I.
(1) Pemeriksa menghadap pasien.
(2) Kedua tangan meraba bagian fundus dan mengukur berapa
tinggi fundus uteri.
(3) Meraba bagian apa yang ada difundus. Jika teraba benda bulat,
melenting mudah digerakkan maka itu adalah kepala. Namun
jika teraba bulat,besar, lunak, tidak melenting dan susah
digerakkan maka itu adalah bokong.
b) Leopold II.
(1) Kedua tangan pemeriksa berada disebelah kanan dan kiri perut
ibu.
(2) Ketika memeriksa sebelah kanan maka tangan kanan menahan
perut sebelah kiri kearah kanan.
(3) Raba perut sebelah kanan menggunakan tangan kiri dan
rasakan bagian apa yang ada disebelah kanan. Jika berada
benda yang rata, tidak teraba bagian kecil, terasa ada tahanan
maka itu adalah punggung bayi. Namun jika teraba bagian –
bagian yang kecil menonjol maka itu adalah bagian kecil janin.
c) Leopold III.
(1) Tangan kiri menahan fundus uteri.
(2) Tangan kanan meraba bagian yang ada dibawah uterus. Jika
teraba bagian yang bulat, keras, melenting dan dapat
digoyangkan maka itu adalah kepala. Namun jika teraba
bagian bulat, bsar, lunak, dan sulit digerakkan maka tu adalah
bokong. Jika dibagian bawah tidak ditemukan kedua bagian
seperti diatas, maka pertimbangkan apakah janin dalam letak
melintang.
(3) Pada letak sungsang ( melintang ) dapat dirasakan ketika
tangan kanan menggoyangkan bagian bawah, tangan kiri
merasakan ballottement (pantulan dari kepala janin, terutama
ini ditemukan pada usia kehamilan 5-7 bulan )
d) Leopold IV
(1) Pemeriksa menghadap kaki pasien.
(2) Kedua tangan meraba bagian janin yang ada dibawah.
(3) Jika teraba kepala, tempatkan kedua tangan didua belah pihak
yang berlawanan dibagian bawah.
(4) Jika kedua tangan konvergen ( dapat saling bertemu ) berarti
kepala belum masuk panggul.
(5) Jika kedua tangan divergen ( tidak saling bertemu ) berarti
kepala sudah masuk panggul.
6) Mencuci tangan kembali setelah melakukan pemeriksaan.
7) Beritahu ibu bahwa pemeriksaan sudah selesai dilakukan.
8) Mendokumentasikan hasil pemeriksaan, beritahu ibu hasil pemeriksaan
dan tanggal untuk melakukan kunjungan ulang.
8. Lima benang merah asuhan persalinan.
Terdapat 5 aspek dasar penting dan saling terkait dalam asuhan
persalinan yang bersih dan aman. Aspek-aspek tersebut melekat pada setiap
persalinan, aspek tersebut sebagai berikut:
a. Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusan meerupakan proses yang menentukan untuk
menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang diperlukan oleh
pasien. Keputusan ini harus akurat, komprehensif dan aman baik pasien dan
keluarganya maupun petusa yang memberi pertolongan.
Membuat keputusan klinik merupakan serangkaian proses dan metode
yang sistematik menggunakan informasi dan hasil dari olah kognitif dan
intuitif serta di padukan dengan kajian teoritis dan intervensi berdasarkan
bukti (evidence based), ketrampilan yang di kembangkan melalui berbagai
tahapan yang logis dan dinperlukan dalam upaya untuk menyelesaikan
masalah yang berfokus pada pasien (Varney, 2002).
Semua upaya di atas akan bermuara pada bagaimana kinerja dan
perilaku yang di harapakan dari seorang yang memberikan asuhan dalam
dalam menjalankan tugas dan pengalaman ilmunya kepada pasien.
Pengetahuan dan ketrampilan saja ternyata tidak dapat menjamin asuhan
atau pertolongan yang di berikan dapat memberikan hasil maksimal atau
memenuhi standar kualitas pelayanan dan harapan pasien apabila tidak di
sertai dengan perilaku terpuji.
Tujuh langkah dalam membuat keputusan klinik :
1) Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat keputusan
Semua pihak yang terlibat mempunyai peranan  penting dalam
setiap langkah pembuatan keputusan klinik. Dari data subyektif yang di
peroroleh dari anamnesa. Data obyektif dari hasil pemeriksaan fisik di
peroleh melalui serangkain upaya sistematik dan terfokus. Validitas dan
akurasi data akan sangat membantu pemberi layanan untuk melakukan
analisis dan pada akhirnya, membuat keputusan klinik yan tepat.
Data subyektif adalah infomasi yang di ceritakan ibu tentang apa
yang di rasakanya apa yang sedang di alami dan telah di alaminya. Data
subyektif juga meliputi informasi tambahan yang di ceritkan oleh para
anggota keluarga tentang status ibu, terutama jika hal tersebut dapat di
telusuri untuk mengetahui penyebab masalah atau kondisi kegawatan.
Data Obyektif adalah informasi yang di kumpulkan berdasarkan
hasil pemeriksaan atau pengamatan terhadap ibu.
2) Menginterpresetasikan data dan mengidentifikasi masalah
Setelah data di kumpulkan penolong persalinan melakukan
analisis untuk membuat alur algoritma suatu dignosa. Peralihan dari
analisis data hingga dignosa yang linear berlangsung secara terus
menerus, serta di kaji ulang berdasarkan waktu, pengamatan, dan
pengumpulan data secara terus menerus.
Diagnosis di buat sesuai dengan istilah atau nomenklatur spesifik
kebidanan yang mengacu pada data utama, analisis data subyektif dan
obyektif yang di peroleh. Diagnosa menunjukan variasi kondisi yang
berkisar di antara normal dan patologis.
3) Menetapkan diagnosa kerja atau merumuskan masalah
Proses membuat pilihan definitif setelah pertimbangkan berbagai
pilihan lain dengan kondisi yang hampir sama. Membuat satu diagnosis
kerja diantara berbagai dignosis banding.
Rumusan masalah mungkin saja terkait langsung maupun tidak
langsung terhadap dignosis kerja tapi dapat juga masalah utama yang
saling terkait dengan berbagai masalah penyerta atau berbagai faktor
lain yang konstribusi dalam terjadinya masalah utama.
4) Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk mengatasi
masalah
Bidan tidak hanya terampil membuat diagnosa bagi pasien yang
di layani tetapi juga harus mampu mendeteksi setiap situasi yang dapat
mengancam keselamatan jiwa ibu dan bayinya.
Untuk mengenali situasi tersebut, para bidan harus pandai
membaca situasi klinik dan budaya masyarakat setempat sehingga
mereka tanggap dalam mengenali kebutuhan terhadap tindakan segera
sebagai langkah penyelamatan bagi ibu dan bayinya jiak suatu gawat
darurat terjadi selama atau setelah menolong persalinan.
5) Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensi untuk solusi
masalah
Upaya ini di kenal sebagi kesiapan menghadapi persalinan dan
tanggap terhadap komplikasi yang mungkin terjadi (birth preparations
and complacation readines), sehingga bidan mampu melakukan deteksi
dini jika ada gangguan atau penyulit dalam persalinan.
6) Melaksanakan asuhan / intervensi terpilih
Rencana asuhan atau intervensi bagi ibu bersalin di buat kajian
data obyektif dan subyektif, identifikasi kebutuhan dan kesiapan asuhan
atau intervensi efekstif dan mengukur sumber daya atau kemampuan
yang di miliki. Semua di lakukan agar ibu bersalin dapat di tangani
secara baik, terlindungi dari masalah atau penyulit yang dapat
menganngu upaya untuk menolong pasien, hasil pelayanan,
kenyamanan dan keselamatan ibu dan bayi nya.
7) Memantau dan mengevaluasi efektivitas asuhan atau intrevensi
Rencana kerja yang telah di kerjakan, akan di evaluasi untuk me
nilai tingkat efektivitasnya. Proses pengumpulan data, membuat
diagnosis, memilih intervensi, menilai kemampuan diri, melaksanakan
asuhan dan evaluasi. Asuhan yang efektif apabila masalah yang di
hadapi dapat diselesaikan atau membawa dampak  yang
menguntungkan terhadap diagnosis yang telah di tegakan. Asuhan atau
intervensi di anggap membawa dampak menguntungkan terhadap
diagnosis yang telah di tegakan. Bila asuhan atau intevensi tidak
membawa hasil atau dampak seperti yang di harapkan maka sebaiknya
di lakukan kajian ulang dan penyusunan kembali rencana asuhan
sehingga pada akhirnya dapat memberi dampak seperti yang  di
harapkan.
b. Asuhan sayang Ibu
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang mengahargai budaya,
kepercayaan, keinginan ibu. Prinsisp dasar asuhan sayang ibu adalah dengan
mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan
kelahiran bayi. Banyak hasil penelitian menunjukan bahwa jika para ibu di
berikan dukungan saat proses persalinan dan mengetahui dengan baik
bagaimana proses persalinan serta asuhan yang akan di berikan, maka
mereka meraskan rasa nyaman (Enkin, Et al, 2000).
Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan :
1) Panggil ibu sesuai dengan namamya, hargai dan perlakukan ibu sesuai
dengan martabatnya.
2) Jelaskan asuhan mulai proses dan asuhan yang akan di berikan.
3) Jelaskan Proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
4)  Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut
atau kuwatirnya.
5) Dengarkan dan tanggapi rasa takut dan kekawatiran ibu.
6) Berikan dukungan dan besarkan hatinya dan tetramkan hati ibu beserta
keluarganya.
7) Anjurkan ibu di temani suami atau kelurganya.
8) Ajarkan kepada suami atau keluarga mengenai cara - cara bagaimana
mereka dapat mengurangi rasa nyeri dan memberikan dukungan saat
menjelang persalinanya.
9) Secara konsisten lakukan praktek - praktek yang dapat
mencegah infeksi.
10) Hargai privaci Ibu.
11) Anjurkan ibu untuk melakukan berbagai macam posisi saat persalina.
12) Anjurkan ibu untuk makan minum selama dalam proses persalinan.
13) Hargai dan perbolehkan praktik tradisional yang tidak
merugikan pasien.
14) Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya segara mungkin.
15) Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah
persalinan.
16) Siapkan rencana rujukan (jika perlu).
17) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dan bahan.
c. Praktek Pencegahan infeksi.
Tindakan pencegahan infeski tidak terpisahkan dari komponen
komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi, tindakan
ini ahrus di siapkan di semua aspek asuhan untuk melindungi ibu dan bayi,
keluarga dan petugas. Sehingga dalam tatalaksana asuhan persalinan salah
satunya mengacu pada tata laksana pencegahan infeksi yang baik.
Definisi prosedur yang digunakan dalam pencegahn infeksi :
1) Asepsis atau tindakan aseptik
Semua usaha yang dilakukan dalam mencegah masuknya
mikroorganisme kedalam tubuh dan berpotensi untuk menimbulkan
infeksi. Tehnik aseptik membuat prosedur lebih aman untuk ibu, bayi
baru lahir dan petugas dengan cara menurunkan jumlah atau
menghilangkan seluruh mikroorganisme pada kulit, jaringan hingga
tingkat aman.
2) Antisepsis
Mengacu pada pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan
tubuh lainnya.
3) Dekontaminasi
Tindakan yang di lakukan untuk memastikan petugas kesehatan
dapat secara aman menangani berbagai benda yang terkontaminasi
darah/ cairan tubuh. Peralatan medis, jaringan dan instrumen harus
segara di dekontaminasi setelah terpapar darah atau cairan tubuh.
4) Mencuci dan membilas
Tindakan yang di lakukan untuk menghilangkan semua noda
darah, caiaran tubuh atau benda asing.
5) Desinfeksi
Tindakan yang di lakukan untuk menghilangkan hampir semua
mikroorganisme penyebab yang mencermari benda mati atau
instrument.
6) Desinfeksi Tingkat Tinggi
Tindakan yang di lakukan untuk menghilangkan hampir semua
dan atau instrumen.
7) Sterilisasi
Tindakan yang dilkukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme termasuk endospora bakteri dari benda  mati.
d. Pencatatan (Rekam Medik ) Asuhan Persalinan
Pencatatan (pendokumentasian) adalah bagian penting dari proses
membuat keputusan klinik karena memungkinkan penolong persalinan
untuk terus menerus memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses
persalinan dan kelahiran bayi. Partograf adalah bagian terpenting dari proses
pencatatan selama persalinan.Pencatatan rutin adalah penting karena :
1) Sebagai alat bantu untuk membuat keputusan klinik dan mengevaluasi
kesesuaian dan keefektifan asuhan atau perawatan, mengidentifikasi
kesenjangan pada asuhan yang diberikan dan untuk membuat
perubahan dan peningkatan pada rencana asuhan atau perawatan.
2) Sebagai tolak ukur keberhasilan dalam proses membuat keputusan
klinik.
3) Sebagai catatan permanen tentang asuhan, perawatan dan obat yang
diberikan.
4) Dapat dibagikan di antara para penolong persalinan sehingga lebih dari
satu penolong persalinan akan memberikan perhatian dan asuhan pada
ibu atau bayi baru lahir.
5) Dapat mempermudah kelangsungan asuhan dari satu kunjungan ke
kunjungan berikutnya, dari satu penolong persalinan ke penolong
persalinan lainnya, atau dari seorang penolong persalinan ke fasilitas
kesehatan lainnya.
6) Dapat digunakan untuk penelitian atau studi kasus.
7) Diperlukan untuk memberi masukan data statistik nasional dan daerah,
termasuk catatan kematian dan kesakitan ibu atau bayi baru lahir.

Aspek – aspek penting dalam pencatatan adalah :


1) Tanggal dan waktu asuhan diberikan.
2) Identifikasi penolong persalinan.
3) Paraf atau tanda tangan (dari penolong persalinan) pada semua catatan.
4) Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat, dicatat
dengan jelas dan dapat dibaca.
5) Suatu sistem untuk memelihara catatan pasien sehingga selalu siap
tersedia.
6) Kerahasiaan dokumen-dokumen medis.

Ibu harus diberikan salinan catatan (catatan klinik antenatal, dokumen –


dokumen rujukan, dan lain – lain) beserta panduan yang jelas mengenai :
1) Maksud dari dokumen – dokumen tersebut.
2) Kapan harus dibawa.
3) Kepada siapa harus diberikan.
4) Bagaimana menyimpan dan mengamankannya, baik di rumah atau
selama perjalanan ke tempat rujukan.
Beberapa hal yang perlu diingat :
1) Catat semua data, hasil pemeriksaan, diagnosis, obat – obat, asuhan
atau perawatan, dan lain – lain.
2) Jika tidak dicatat, maka dapat dianggap bahwa asuhan tersebut tidak
dilakukan.
3) Pastikan setiap partograf bagi setiap pasien diisi
dengan lengkap dan benar (JNKP-KR, 2017)
e. Rujukan
Jika ditemukan suatu masalah dalam persalinan, sering kali sulit untuk
melakukan upaya rujukan dengan cepat, hal ini karena banyak faktor yang
mempengaruhi. Penundaan dalam membuat keputusan dan pengiriman ibu
ke tempat rujukan akan menyebabkan tertundanya ibu mendapat
penatalaksanaan yang memadai, sehingga dapat menyebabkan tingginya
angka kematian ibu. Rujukan tepat waktu merupakan bagian dari asuhan
sayang ibu dan menunjang terwujudnya program Safe Motherhood . Di
bawah ini merupakan akronim yang dapat di gunakan petugas kesehatan
dalam mengingat hal-hal penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu
dan bayi :
1) B (Bidan).
Pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir didampingi oleh penolong
persalianan yang kompeten untuk melaksanakan gawat darurat obstetri
dan BBL untuk dibawa ke fasilitas rujukan.
2) A (Alat).
Bawa perlengkapan dan alat-alat untuk asuhan persalinan, masa
nifas, dan BBL(tambung suntik, selang iv, alat resusitasi, dan lain-lain)
bersama ibu ke tempat rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut
meungkin diperlukan jika ibu melahirkan dalam perjalanan ke fasilitas
rujukan.
3) K (Keluarga).
Beritahu Ibu dan Keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan
bayi dan mengapa ibu dan bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka
alasan dan tujuan merujuk ibu ke fasilitas rujukan tersebut.
4) S (Surat).
Berikan surat keterangan rujukan ke tempat rujukan. Surat ini
memberikan identifikasi mengenai ibu dan BBL cantumkan alasan
rujukan dan uraikan hasil penyakit, asuhan atau obat-obatan yang
diterima ibu dan BBL.
5) O (obat).
Bawa obat-obat esensial pada saat mengantar ibu ke fasilitas
rujukan.
6)  K (Kendaraan).
Siapkan kendaraan uyang paling memungkinkan untuk merujuk
ibu dalam kondisi cukup nyaman.
7) U (Uang).
Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang
cukup untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan
kesehatan lainnya selama ibu dan bayi di fasilitas rujukan.
8) Da (Darah dan Doa).
Persiapan darah baik dari anggota keluarga maupun kerabat
sebagai persiapan jika terjadi penyulit (JNPK-KR, 2017).

B. Tinjauan kasus tenang KPD.


1. Fisiologi Air Ketuban
Air ketuban adalah cairan jernih agak kekuningan yang menyelimuti
janin di dalam Rahim selama kehamilan yang memiliki berbagai fungsi yaitu
melindungi pertumbuhan janin, menjadi bantalan untuk melindungi janin
terhadap trauma dari luar, menstabilkan dari peubahan suhu, pertukaran cairan,
sarana yang memungkinkan janin bergerak bebas, sampai mengatur tekanan
dalam Rahim. Selan itu ketuban juga berfungsi melindungi janin dari infeksi,
dan pada saat persalinan, ketuban yang mendorong servik untuk membuka, juga
meratakan tekanan intera-uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuba pecah
(Mika, 2016:22-23).
Air ketuban berkembang dan mengisi kantong ketuban mulai 2 minggu
sesudah pembuahan. Kantung ketuban terbentuk saat usia kehamilan 12 hari
setelah pembuahan, dan segera terisi oleh air ketuban. Setelah 10 minggu,
kemudian air ketuban mengandung protein, karbohidrat, lemak, fosfolipid, urea,
dan elektrolit untuk membantu pertumbuhan janin. Pada saat akhir kehamilan
sebagian besar air ketuban dari urin janin. Saat minggu-minggu awal ketuban
berisi terutama air yang berasal dari ibu, setelah 20 minggu urin janin
membentuk sebagian air ketuban yang mengandung nutrient, hormon, dan anti
bodi yang melindungi janin dari penyakit.
Air Ketuban terus menerus di telan/dihirup dan di ganti lewat proses
eksresi seperti juga di keluarkan lewat urin. Hal demikian merupakan hal yang
penting bahwa air ketuban di hirup dalam paru janin untuk membantu janin
mengembang sempurna. Air ketuban yang tertelan membantu pembentukan
mekonium saat ketuban pecah. Apabila ketuban pecah terjadi selama proses
persalinan di sebut dengan ketuban pecah spontan, apabila terjadi sebelum
persalinan disebut dengan KPD. Sebagian besar air ketuban akan berada dalam
Rahim sampai neonatus lahir (kosim, 2010: 1-2).
2. Pengertian Ketuban Pecah Dini(KPD).
KPD adalah bocornya selaput air ketuban (likuor amnii) secara spontan
dari rongga amnion di mana janin di tampung. Cairan keluar dari selaput
ketuban yang mengalami kerobekan, muncul setelah usia kehamilan 28 minggu
dan setidaknya sebelum 1 jam sebelum waktu kehamilan yang
sebenarnya(Gehwagi et al, 2015).
Dalam keadaan normal ketuban pecah dalam proses persalinan. Ketuban
pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban
pecah dini terjadi pada kehamilan di bawah 37 minggu disebut ketuban pecah
dini premature. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm
mengalami ketuban pecah dini. (Prawirahardjo, 2014: 677).
Ada macam-macam batasan tentang KPD atau premature rupture of
membrane (PROM) yakni:
a. Ada teori yang menghitung berapa jam sebelum inpartu, misalnya 2 atau 4
atau 6 jam sebelum inpartu.
b. Ada juga yang mengatakan dalam ukuran pembukaan serviks atau leher
Rahim pada kala I, misalnya ketuban pecah sebelum pembukaan serviks 3
cm Pada primipara atau 5 cm pada multipara.
c. Prinsipnya adalah ketuban pecah sebelum waktunya (Norma Dan Dwi,
2013: 247).

3. Klasifikasi.
Menurut pogi tahun 2014, KPD diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu
KPD preterm dan KPD aterm.
a. KPD preterm Ketuban pecah dini preterm adalah pecahnya ketuban yang
terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin, dan tes fern pada usia
kehamilan <37 minggu sebelum onset persalinan. KPD psangat preterm
adalah pecahnya ketuban saat umur kehamilan ibu di antara 24 minggu
sampai kurang dari 34 minggu, sedangkan KPD preterm saat usia kehamilan
ibu antara 34 minggu sampai kurang dari 37 minggu .
b. KPD aterm.
Ketuban pecah dini aterm adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya yang
terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan tes fern pada usia
kehamilan ≥37 minggu.
4. Etiologi ketuban pecah dini.
Walaupun banyak publikasi tentang ketuban pecah dini, namun
penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti.
Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan
KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. (Fadlun
dkk, 2011)
Adapun beberapa etiologi dari penyebab kejadian ketuban pecah dini
menurut beberapa ahli yaitu:
a. Serviks inkompeten (leher rahim)
Pada wanita dalam presentasi kecil dengan kehamilan yang jauh dari
aterm, serviks yang inkompeten dapat menipis dan berdilatasi bukan
sebagai akibat dari peningkatan aktifitas uterus melainkan akibat dari
kelemahan intrinsik uterus sehingga menyebabkan ketuban pecah. (Fadlun
dkk, 2011)
Keadaan ini ditandai oleh dilatasi servik tanpa rasa nyeri dalam
trimester kedua atau awal trimester ketiga kehamilan yang disertai prolapsus
membran amnion lewat serviks dan penonjolan membrane tersebut kedalam
vagina, peristiwa ini diikuti oleh pecahnya ketuban dan selanjutnya ekspulsi
janin imatur sehingga kemungkinan janin akan meninggal. Tanpa tindakan
yang efektif rangkaian peristiwa yang sama cenderung berulang dengan
sendirinya dalam setiap kehamilan. Meskipun penyebabnya masih
meragukan namun trauma sebelumnya pada serviks, khususnya pada
tindakan dilatasi, kateterisasi dan kuretasi. (Krisnadi dkk, 2009)
b. Ketegangan rahim berlebihan.
Ketegangan rahim berlebihan maksudnya terjadi pada kehamilan
kembar dan hidramnion. Etiologi hidramnion belum jelas, tetapi diketahui
bahwa hidramnion terjadi bila produksi air ketuban bertambah, bila
pengaliran air ketuban terganggu atau kedua-duanya. Dicurigai air ketuban
dibentuk dari sel-sel amnion. Di samping itu ditambah oleh air seni janin
dan cairan otak pada anensefalus. Air ketuban yang dibentuk, secara rutin
dikeluarkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu cara pengeluaran ialah
ditelan oleh janin, diabsorpsi oleh usus kemudian dialirkan ke plasenta
untuk akhirnya masuk peredaran darah ibu. (Sujiyatini dkk, 2009)
Ekskresi air ketuban akan terganggu bila janin tidak bisa menelan
seperti pada atresia esophagus atau tumor-tumor plasenta. Hidramnion dapat
memungkinkan ketegangan rahim meningkat, sehingga membuat selaput
ketuban pecah sebelum waktunya. (Manuaba, 2010)
c. Kelainan letak janin dalam Rahim.
Kelainan letak janin dalam rahim maksudnya pada letak
sungsang dan letak lintang. Letak janin dalam uterus bergantung pada
proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan <32
minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak sehingga memungkinkan
janin bergerak dengan bebas, dan demikian janin dapat menempatkan diri
dalam letak sungsang atau letak lintang. (Fadlun dkk, 2011)
Pada kehamilan trimester akhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah
air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang
terlipat lebih besar daripada kepala maka bokong dipaksa untuk menempati
ruang yang lebih luas difundus uteri, sedangkan kepala berada dalam
ruangan yang lebih kecil disegmen bawah uterus. Letak sungsang dapat
memungkinkan ketegangan rahim meningkat, sehingga membuat selaput
ketuban pecah sebelum waktunya. (Manuaba, 2010)
d. Kelainan jalan lahir.
Kelainan jalan lahir maksudnya kemungkinan terjadi kesempitan
panggul yang terjadi pada perut gantung, bagian terendah belum masuk
PAP, disporposi sefalopelvik. Kelainan letak dan kesempitan panggul lebih
sering disertai dengan ketuban pecah dini namun mekanismenya belum
diketahui dengan pasti. (Manuaba, 2010)
e. Kelainan bawaan dari selaput ketuban.
Pecahnya ketuban dapat terjadi akibat peregangan uterus yang
berlebihan atau terjadi peningkatan tekanan yang mendadak di dalam
kavum amnion, di samping juga ada kelainan selaput ketuban itu sendiri.
Hal ini terjadi seperti pada sindroma Ehlers-Danlos, dimana terjadi
gangguan pada jaringan ikat oleh karena defek pada sintesa dan struktur
kolagen dengan gejala berupa hiperelastisitas pada kulit dan sendi, termasuk
pada selaput ketuban yang komponen utamanya adalah kolagen. 72%
penderita dengan sindroma Ehlers-Danlos ini akan mengalami persalinan
preterm setelah sebelumnya mengalami ketuban pecah dini preterm. (Fadlun
dkk, 2011)
f. Infeksi.
Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan
ketuban pecah. Adanya infeksi pada selaput ketuban (korioamnionitis lokal)
sudah cukup untuk melemahkan selaput ketuban di tempat tersebut. Bila
terdapat bakteri patogen di dalam vagina maka frekuensi amnionitis,
endometritis, infeksi neonatal akan meningkat 10 kali. (Fadlun dkk, 2011)
Ketuban pecah dini sebelum kehamilan preterm sering diakibatkan
oleh adanya infeksi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bakteri yang
terikat pada membran melepaskan substrat seperti protease yang
menyebabkan melemahnya membran. Penelitian terakhir menyebutkan
bahwa matriks metaloproteinase merupakan enzim spesifik yang terlibat
dalam pecahnya ketuban oleh karena infeksi. (Manuaba, 2010)

5. Factor predisposisi ketuban pecah dini.


Factor pencetus ketuban pecah dini harus diwaspadai jika adanya
kehamilan multiple, riwayat persalinan preterm sebelumnya dan tindakan
senggama. Tindakan senggama tidak berpengaruh kepada resiko kecuali jika
hygiene buruk, predisposisi pada infeksi, perdarahan pervaginam, bakteri dengan
pH vagina diatas 4,5, serviks tipis, flora vagina abnormal dapat terjadi stimulasi
persalinan preterm. (Fadlun dkk, 2011)
6. Mekanisme ketuban pecah dini.
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai
berikut: selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurannya jaringan ikat dan
vaskularisasi, bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah
dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban. (Fadlun dkk, 2011)
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan kontraksi
uterus dan peregangan berulang. Pada kondisi yang normal kolagen terdapat
pada lapisan kompakta amnion, fibrolast, jaringan retikuler korion dan trofoblas,
sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan
inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan prostaglandin, prostaglandin berfungsi untuk
membantu oksitosin dan estrogen dalam merangsang aktivitas otot polos,
hormon ini dihasilkan oleh uterus dan produksi hormon ini meningkat pada akhir
kehamilan saja, akan tetapi karena ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan
aktifitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga
terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/amnion, menyebabkan ketuban
tipis, lemah dan mudah pecah spontan sehingga terjadi ketuban pecah dini.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga
selaput ketuban akan muda pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada
hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi Rahim, dan gerakan janin.
Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban.
Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal yang fisiologis. KPD
pada kehamilan prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal,
misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban Pecah Dini prematur sering
terjadi pada polihidromnion, inkompeten serviks, solusio plasenta
(Prawirohardjo,2014:678).
7. Tanda dan gejala ketuban pecah dini.
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan air ketuban merembes
melalui vagina. Aromanya air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau
amoniak, mungkin cairan tersebut merembes atau menetes, dengan ciri pucat
dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus
diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin
yang terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk
sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung
janin betambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi. (Fadlun
dkk, 2011)
8. Dasar diagnose ketuban pecah dini.
Diagnosa KPD ditegakan dengan cara:
a. Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang
banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas, dan perlu juga
diperhatikan warna, keluarnya cairan tersebut tersebut his belum teratur atau
belum ada, dan belum ada pengeluaran lendir darah. (Fadlun dkk, 2011)
b. Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari
vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak,
pemeriksaan ini akan lebih jelas. (Sujiyatini dkk, 2009)
c. Pemeriksaan dengan spekulum
Pemeriksaan dengan spekulum pada ketuban pecah dini akan tampak
keluar cairan dari orificium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga
tampak keluar, fundus uteri ditekan, penderita diminta batuk, mengejan atau
bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari ostium uteri
dan trekumpul pada forniks anterior. (Sujiyatini dkk, 2009)
d. Pemeriksaan dalam
Cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi.
Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu dipertimbangkan,
pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu
diadakan pemeriksaan dalam pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan
pada ketuban pecah dini yang sudah dalam persalinan atau yang dilakukan
induksi persalinan dan dibatasi sedikit mungkin. (Fadlun dkk, 2011)

9. Penatalaksanaan KPD.
a. Konservatif.
1) Rawat di rumah sakit.
2) Berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan
dengan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari).
3)  Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4)  Jika umur kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes
busa negatif : beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.Jika usia
kehamilan 32-37 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi, berikan
tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam.
5) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi.
6) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin).
7) Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid untuk memacu
kematangan paru janin dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin
dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis
tunggal selama 2 hari, deksametason i.m 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4
kali.
b. Aktif.
1) Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal pikirkan
seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50µg intravaginal tiap 6
jam maksimal 4 kali.
2) Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi dan
persalinan diakhiri jika :
3) Bila skor pelvik < 5, lakukanlah pematangan serviks, kemudian induksi.
Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
4)  Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.
Ketuban Pecah                                            >37 minggu
Infeksi Non infeksi infeksi Non infeksi
 Penisilin.  Amiksilin ·    Penisilin.  lahirkan bayi.
 Gentamisin. eritromisin  Gentamisin.  berikan
 Metronidazole. untuk 7 hari.  Metronidazole. penisilin atau
 Lahirkan bayi.  Steroi untuk  Lahirkan bayi. ampisilin.
pematangan
paru.
Antibiotik setelah persalinan
Profilaksis Infeksi Non-infeksi
Stop antibiotik Lanjutkan untuk 24 Tidak perlu antibiotik
jam setelah bebas
panas

10. Komplikasi KPD.


a. Persalinan Prematur.
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode
laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi di
dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan aterm 90% terjadi
dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu
50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu
persalinan terjadi dalam 1 minggu.
b. Infeksi.
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu
terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia,
omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada
ketuban pecah dini prematur, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara
umum, insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah dini meningkat
sebanding dengan lamanya periode laten.
c. Hipoksia dan Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali
pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara
terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air
ketuban, janin semakin gawat.
d. Sindroma deformitas janin
Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan
janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan
janin, serta hipoplasia pulmonal.

BAB III
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN
FORMAT ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

I. LANGKAH I(PENGKAJIAN)
Tanggal pengkajian:……… Jam : …………
Oleh :
BIODATA
NamaIbu : ………………… -Nama Suami:
……………….
Umur :………………… -Umur :
……………....
Pendidikan : ………………… -Pendidikan :
………………
Agama : ………………… -Agama :
………………
Suku/Bangsa : ………………… - Suku / Bangsa :
…………….
Pekerjaan : ………………… -Pekerjaan :
………………
Alamat : ………………… -Alamat :
………………
No.Telp. : …………………
No.Register : …………………

A. DATASUBYEKTIF
KALA I(tanggal:......................................... Jam:.....................)
1. Alasankunjungan:
………………………………………………………………………………
…………
........................................................................................................................
................
2. Keluhan utama : (keluhan yang dirasakan ibu saatini)
…………………………………………………………………………………………
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
3. Kronologis
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
……................................................................................................................................
4. Riwayat Perkawinan
Kawin : kali
Perkawinanke- :
Umurkawin: tahun
Lamakawin: tahun
5. RiwayatMentruasi
a. Haid
Menarche : th
Siklus : teratur/tidak
Banyaknya : cc/kotek/hari
Lamanya : hari
Warnanya:
Baunya :
Sifatdarah : encer / beku
Dysmenorhoe :ya/tidak
Fluoralbus : ya (gatal, panas, berbau)/tidak, konsistensi, warna
HPHT :
HPL :
b. Riwayat kehamilan sekarang dan
masalahnya ANCdi :
oleh:
Sejak UK :
Quickening (gerakan pertama janin pada UK):
Gerakan janin dalam 24 jamterakhir: kali
Frekuensi periksa selama hamil : TM I : TMII: TM III:
Senam hamil:
Riwayat imunisasi TT Caten :
Imunisasi TT : pernah /tidak
Imunisasi TT I tgl ………………………. TT II tgl……………………….
Obat - obatan / jamu yang dikonsumsi selama hamil:

c. Riwayat obstetrik
Kehamil
Persalinan Anak Nifas
an
No
usi Penln Temp Penyl BB/P AS
Ke Jenis Seks H/M Penylt
a g t t B I

d. Permasalahan dan keluhan dalamkehamilan


Trimester Masalah/keluhan Tindakan / terapi Oleh Tempat
I
II
III

6. Riwayat kontrasepsi yangdigunakan


Jenis Mulai memakai Berhenti / ganti cara
No kontraseps Tempa Keluha Ole Temp
Tgl Oleh Tgl Alasan
I t n h at

7. Pola kebutuhan sehari –hari


a. Nutrisi
- Makan terakhir :jam………………………………
- Porsi makan:
…………………………………………………………………………………
- Jenis makanan:

…………………………………………………………………………………
- Makananpantang :
…………………………………………………………………………………
- Minum terakhir : jam………………………………………
- Keluhan :
…………………………………………………………………………………
b. Eliminasi
- BAK : frekuensi ……………………. Jumlah...................................................warna
……………… keluhan ………………………
- BAB : frekuensi ……………………. Jumlah...................................................warna
……………… keluhan ………………………
c. Istirahat /tidur (dalam satu hari terakhir)
................................................................................................................................
d. Aktivitasterakhir
:................................................................................................................................
e. Personal higine terakhir (mandi /keramas)
: …………………………………………………………………………………...
f. Pola seksual terakhir:
:................................................................................................................................

8. Riwayat persalinan dan kemajuan persalinansekarang


a. Kenceng – kenceng mulai : tgl ……………………… Jam………………………
Lamanya ........................ Intensitas ............................ Lokasi ketidaknyamanan
di..........................................
b. Pengeluaranpervaginan
- Lendirdarah : tgl ……………………………. Jam…………………………..
- Airketuban : tgl ……………………………. Jam…………………………..

9. Riwayat Kesehatan:
a. Riwayatpenyakityangpernahdiderita/sedangdideritakliendanpengobatanyang di
lakukan seperti Hipertensi, Diabetes, Jantung, Paru – paru, Hepatitis):
.................................................................................................................................
b. Riwayat penyakit yang pernah di derita / sedang diderita keluarga dan
pengobatan yang di lakukan seperti Hipertensi, Diabetes, Jantung, Paru – paru,
Hepatitis):
.................................................................................................................................
c. Riwayat alergi (makanan, minuman, obat-obatan dan bahan lain)
.................................................................................................................................
d. Riwayat operasi : .....................................................................................................
e. Riwayat kembar, cacat :
.........................................................................................
10. RiwayatPsikososial:
Kesiapan ibu dan keluarga menghadapi persalinan ini
a. Pengambilankeputusan
.................................................................................................................................
b. Pendampingpersalinan
.................................................................................................................................
c. Tanggapan ibu dan keluarga terhadap kehamilanini
.................................................................................................................................
d. Persiapan persalinan yang telahdilakukan
................................................................................................................................

e. Pengetahuan ibu tentang prosespersalinan


...............................................................................................................................

B. DATAOBJEKTIF
1. Pemeriksaanumum
a. KeadaanUmum : …………….
b. Kesadaran : …………….
c. Tanda – tandavital
TekananDarah.....................................mmHg
DenyutNadi........................................X/menit
Pernafasan..........................................X/menit
Suhu....................................................0C
d. BBsebelumhamil...............................Kg
e. BBkunjungan lalu................................Kg
f. BBkunjungan ini............................Kg
g. TB.......................................................cm
h. LILA........................................Cm
i. IMT : ............
2. Pemeriksaanfisik
a.Kepala :...........................................................................................................
b.Muka : ...........................................................................................................
c.Mulut :...........................................................................................................
d.Gigi : ...........................................................................................................
e.Mata :...........................................................................................................
f. Telinga : ...........................................................................................................
g.Hidung :...........................................................................................................
h.Leher : ...........................................................................................................
i. Aksila :...........................................................................................................
j. Dada : ...........................................................................................................
k. Payudara : ...........................................................................................................
3. Pemeriksaan
Obstetri Abdomen:
Inspeksi : ...........................................................................................................
- TFU : ...........................................................................................................
- LI : ...........................................................................................................
- LII : ...........................................................................................................
- LIII :...........................................................................................................
- LIV : ...........................................................................................................
- TBJ :...........................................................................................................
- DJJ :frekuensi.........................kali/menit
Punktum maksimum di: ...................................................................................
HIS :frekuensi..........................kali/10menit,
durasi.........................detik , Intensitas (kuat , sedang, lemah)
Genetalia :........................................................................................
Ekstrimitas :.........................................................................................
4. Pemeriksaan Dalam(VT)
Tanggal............. Jam............ WIB oleh : .............

atasIndikasi.........,

Tujuan :

.....................................................................................................................

Hasil :

Pembukaan ...... cm, Efficement ..... %, Konsistensi.........,Ketuban............,Presentasi


..........,Denominator..........,Hodge.............., Bagian di samping bagian terendahjanin
......., molase…………..

5. Pemeriksaan Penunjang (atas indikasi)


Tanggal: jam:
a.Hb : ………………………
b. Urine:
- Protein/albumin : ………………………
- Reduksi/glucosuria : ………………………
j. USG : ....................................
II. LANGKAH II (INTERPRETASI DATADASAR)
a. Diagnosa :
.................................................................................................................
.................................................................................................................
DS : ................................
DO : ................................
b. Masalah : ................................
DS : ................................
DO : ................................
c. Kebutuhan :

III. LANGKAH III (ANTISIPASI DIAGNOSA ATAU MASALAHPOTENSIAL)

IV. LANGKAH IV (IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKANSEGERA)

V. LANGKAH V (PLANNING/INTERVENSI)
Diagnosa :

Masalah :
Tujuan :
Kriteria :
No Planning Rasional
VI. LANGKAH VI(IMPLEMENTASI)
Tgl/jam Tindakan
VII.LANGKAH VII(EVALUASI)
Tanggal: Jam :

SUBYEKTIF : ...............................................................................................
................................................................................................
OBYEKTIF :...............................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
ASSESMENT ..............................................................................................:
................................................................................................
PENATALAKSANAAN :
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal/Pukul :

Data Subyektif (S)


...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
Data Obyektif (O)
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................

Asessment (A)
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................

Penatalaksanaan (P)
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
60 LANGKAH APN

1. Mengetahui tanda dan gejala kala II, yaitu doran, teknus, perjol, dan vulka.
2. Memastikan perlengkapan dan obat-obatan siap pakai.
3. Menggunakan clemek dan APD.
4. Mencuci tangan.
5. Memakai sarung tangan DTT.
6. Menghisap oksitosin kedalam tabung suntik.
7. Melakukan vulva hygine menggunakan kapas DTT
8. Melakukan pemeriksaan dalam.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan larutan klorin.
10. Memeriksa DJJ setelah kontraksi.
11. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap.
12. Memberitahu ibu untuk memilih posisi yang nyaman.
13. Pimpin meneran jika merasa ada dorongan yang kuat.
14. Menganjurkan ibu untuk memeilih posisi yang nyaman.
15. Meletakkan handuk di atas perut ibu.
16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu.
17. Membuka partus set.
18. Memakai sarung tangan seteril untuk menolong kelahiran bayi.
19. Setelah kepala tampak 5-6 cm divulva, maka lindungi kepala bayi dengan tangan bagian
kiri berada didepan perineum, untuk melindungiperineum.
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat.
21. Setelah kepala lahir, tunggu putaran plaksi luar yang terjadi secara spontan.
22. Setelah putaran plaksi luar, pegang kepala bayi secara bipariental lalu gerakan ke atas
lalu ke bawah.
23. Gerakan tangan kanan untuk menyanggah kepala dan bahu,dan tangan kiri menyusuri
tubuh bayi.
24. Penyusuran tangan ke lengan, dada, punggung, bokong, hingga mata kaki bayi.
25. Lakukan penilaiaan selintas apakah bayi menangis?, apakah bayi bergerak aktif?, apakah
bayi berwarna kulit kemerahan?.
26. Segerah mengeringkan bayi, membungkus kepala dan tubuh bayi kecuali bagian pusat.
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi. Melakukan urutan
pada tali pusat mulai dari klem kea rah ibu dan memasang klem kedua kira-kira 2cm dari
klem pertama.
28. Memegang talipusat dengan 1 tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali
pusat di antara dua klem tersebut.
29. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayidengan kain atau selimut yang
bersih, kering, menutupi bagian kepala, dan membiarkan tali pusat terbuka.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibunya untuk memeluk bayinya dan
memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya (IMD).
31. Meletakkan kain yag bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk
menghilangkan kemungkinan adanya bayi ke dua.
32. Memberitahu kepada ibu bahwa iya akan di suntik.
33. Dalam waktu 1 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan oksitosin 10 unit IM
di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
34. Memindahkan klem pada tali pusat.
35. Meletakan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis, dan
menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus,
memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36. Setelah uterus berkontraksi tegangkan talipusat lakukan dorso cranial.
37. Melakukan penegangan dengan dorso cranial.
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan dengan dua tangan dan putar plasenta
secara hati-hati hingga selaput ketuban terpilin.
39. Setelah plasenta dan selaput ketuban keluar lakukan masase uterus.
40. Evaluasi plasenta dan selaput ketuban, pastikan utuh.
41. valuasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum, lakukan penjahitan, jika terjadi
perdarahan.
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak perdarahan setelah kandung kemih
kosong.
43. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kedalam klorin 0,5%
bersihkan darah dan cairan tubuh.
44. Mengajarkan ibu masase uterus dan menilai kontraksi uterus.
45. Memeriksa TTV bayi.
46. Evaluasi dan estimasi kehilangan darah.
47. Pantau keadaan bayidan pastikan pernafasan normal.
48. Membersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh.
49. Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberi ASI.
50. Tempatkan seluruh pakaian habis pakai di larutan klorin 0,5%.
51. Buang bahan yang terkontaminasi.
52. Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin.
53. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kedalam klorin 0,5% lalu
lepaskan secara terbalik.
54. Cuci tangan dengan sabun.
55. Pakai sarung tangan DTT untuk membersihkan.
56. Lakukan pemeriksaan fisik lanjutan pada bayi.
57. Setelah memberi vit K berikan imunisasi HB O.
58. Lepaskan sarung tangan.
59. Cuci tangan.
60. Lengkapi patograf.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan.
1. Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm (bukan
premature atau postmatur), mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi), selesai
setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya, mempunyai janin tunggal
dengan presentase puncak kepala, terlaksana tanpa bantuan artificial, tidak
mencakup komplikasi, plasenta lahir normal. Menurut Mochtar (1998), Persalinan
adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri), yang dapat hidup ke
dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalanlain.
2. Air ketuban adalah cairan jernih agak kekuningan yang menyelimuti janin di dalam
Rahim selama kehamilan yang memiliki berbagai fungsi yaitu melindungi
pertumbuhan janin, menjadi bantalan untuk melindungi janin terhadap trauma dari
luar, menstabilkan dari peubahan suhu, pertukaran cairan, sarana yang
memungkinkan janin bergerak bebas, sampai mengatur tekanan dalam Rahim. Selan
itu ketuban juga berfungsi melindungi janin dari infeksi, dan pada saat persalinan,
ketuban yang mendorong servik untuk membuka, juga meratakan tekanan intera-
uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuba pecah (Mika, 2016:22-23).

3. KPD adalah bocornya selaput air ketuban (likuor amnii) secara spontan dari rongga
amnion di mana janin di tampung. Cairan keluar dari selaput ketuban yang
mengalami kerobekan, muncul setelah usia kehamilan 28 minggu dan setidaknya
sebelum 1 jam sebelum waktu kehamilan yang sebenarnya(Gehwagi et al, 2015).
B. Saran.
1. Bagi klien.
a. Menganjurkan kepada ibu untuk mengkomsumsi makanan yang bergizi dan
seimbang.
b. Menganjurkan ibu untuk banyak istirahat.
c. Menganjurkan agar ibu menjaga kebersihan diri termasuk kebersihan genetalia.
d. Menganjurkan ibu untuk memberikan Asi kepada bayinya sesering mungkin.
2. Bagi bidan.
Bidan sebagai tenaga kesehatan diharapkan mampu memeberikan pelayanan
yang sesuai sehingga dapat membantu menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan
angka kematian bayi (AKB).
3. Bagi mahasiswa.
Agar mahasiswa dapat mengenal lagi tentang persalinan dan KPD.
DAFTAR PUSTAKA

Johariyah, Wahyu Ningrum Ema, 2012. Buku ajaran asuhan kebidanan persalinan dan bayi
baru lahir. Jakarta:CV Trans infomedia.
Eka Puspita Sar, Dwi Rimandini kurnia, 2014. Asuhan kebidanan persalinan (intranatal care).
Jakarta:CV trans info media.
Elisabeth Siwi Walyani, 2021: asuhan persalinan dan bayi baru lahir. Yogyakarta: PT pustaka
baru.
Varney Helen, 2008. Buku ajar asuhan kebidanan. Jakarta : EGC
Prawiroharjo Sarwono, 2009. Ilmu kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka.
Ai nurasiah, 2011. Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan, Jakarta : RA.Tama.
Arsinah. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Jakarta : Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai