Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran fetus dan plasenta dari uterus, ditandai
dengan peningkatan aktifitas miometrium (frekuensi dan intensitas kontraksi) yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks serta keluarnya lendir darah (show) dari
vagina.Lebih dari 80% proses persalinan berjalan normal, 15-20% dapat terjadi komplikasi
persalinan. UNICEF dan WHO menyatakan bahwa hanya 5%-10% saja yang membutuhkan
seksio sesarea.1,2,3

Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas umum otot polos miometrium yang
relatif tenang sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin
sampai kehamilan aterm.Menjelang persalinan, otot polos uterus mulai menunjukkan
aktivitas kontraksi secara terkoordinasi, diselingi suatu periode relaksasi, dan mencapai
puncaknya menjelang persalinan, serta secara berangsur menghilang pada periode
postpartum.1

Proses fisiologi kehamilan yang menimbulkan inisiasi partus dan awitan persalinan
belum diketahui secara pasti. Sampai sekarang, pendapat umum yang dapat diterima bahwa
keberhasilan kehamilan pada semua spesies mamalia, bergantung pada aktivitas progesteron
yang menimbulkan relaksasi otot-otot uterus untuk mempertahankan ketenangan uterus
sampai mendekati akhir kehamilan.2

Persalinan dianggap normal juga jika terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (in partu) sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir
dengan lahirnya plasenta secara lengkap.Seorang wanita belum dikatakan inpartu jika
kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan pada serviks.1

Kehamilan dan persalinan merupakan hal yang wajar terjadi pada seorang perempuan.
Kedua hal tersebut berperan penting dalam proses reproduksi guna mempertahankan
kelestarian spesies manusia. Meskipun merupakan suatu hal yang fisiologis, kehamilan dan
persalinan memiliki banyak resiko yang dapat membahayakan nyawa ibu dan janinnya.
Seorang ibu ketika akan mendekati waktu kelahiran bayi perlu untuk mempersiapkan segala
sesuatunya sebaik mungkin. Persiapan yang perlu dilakukan adalah memilih tempat bersalin
yang memadai dan nyaman, dan memilih tenaga kesehatan yang akan menolong proses
bersalin. Tenaga kesehatan yang dianjurkan pemerintah dalam menolong persalinan misalnya
dukun beranak terlatih, bidan dan dokter.2

Permasalahan ketersediaan tenaga kesehatan tersebut tidak menjadi masalah pada


daerah kota atau desa yang mudah terjangkau tetapi menjadi masalah bagi desa-desa yang
terpencil atau terisolir dimana tenaga penolong persalinan tidak memiliki pengetahuan
persalinan yang cukup baik dalam hal teknik persalinan maupun kebersihan proses
persalinan. Pada masa sekarang pemerintah mengusahakan seiring dengan semakin
banyaknya lulusan tenaga terlatih menyebarkan secara merata ke daerah-daerah terpencil para
tenaga penolong persalinan tersebut. Angka kematian ibu di Indonesia pada saat persalinan
tergolong tinggi diantara negara berkembang.1

Hal ini sangat mengkhawatirkan karena angka kematian ibu adalah satu parameter
yang menunjukkan kualitas pelayanan kesehatan suatu negara. Hal ini mengakibatkan
pentingnya bagi seorang tenaga kesehatan khususnya dokter dalam memandu suatu pimpinan
persalinan.

Seorang dokter dituntut memiliki kompetensi untuk mendiagnosis dan melakukan


tindakan penanganan suatu persalinan normal. Dengan semakin berkembangnya ilmu
kedokteran khususnya ilmu mengenai obstetri dan ginekologi maka semakin berkembang
pula teknik-teknik dalam persalinan untuk mencegah kematian dan komplikasi akibat
persalinan.

Proses persalinan ditandai oleh adanya kontraksi uterus yang menyebabkan dilatasi
serviks dan mendorong fetus keluar melalui jalan lahir. Kontraksi miometrium selama
persalinan akan terasa sangat menyakitkan bagi ibu. Sebelum timbulnya kontraksi yang
menyakitkan ini, uterus harus disiapkan untuk proses kelahiran. Miometrium tidak akan
berespon sampai dengan usia kehamilan 36-38 minggu, dan setelah periode memanjang ini,
fase transisional diperlukan sampai serviks mengalami penipisan dan perlunakan.4

Selama proses persalinan salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi
miometrium. Kontraksi miometrium yang tidak menyebabkan dilatasi serviks dapat dirasakan
kapanpun selama masa kehamilan.Kontraksi ini timbul dengan intensitas yang rendah dan
durasi yang singkat.Timbul rasa tidak nyaman yang terbatas di abdomen bawah dan lipatan
paha.Menjelang saat-saat akhir kehamilan, ketika uterus mulai mengalami persiapan untuk
persalinan, kontraksi ini bertambah sering hal ini sering terjadi pada multipara dan kadang
disebut persalinan palsu. Namun, pada beberapa ibu kontraksi kuat dari uterus yang
menimbulkan dilatasi serviks, penurunan janin dan pelahiran konseptus timbul secara
mendadak tanpa peringatan.4

Pada dan selama persalinan ada tiga faktor penting yang berperan, yaitu power
(kekuatan kontraksi ibu (his), kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma pelvis atau
kekuatan mengejan, ketegangan dan kontraksi ligament rotumdum), passager (janin dan
plasenta), passage (kondisi jalan lahir lunak dan tulang).Sebab terjadinya persalinan sampai
kini masih merupakan teori-teori yang kompleks. Terdapat beberapa teori yang sering
dibicarakan antara lain faktor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus,
sirkulasi uterus, pengaruh saraf, dan faktor nutrisi dimana faktor-faktor ini dapat
menyebabkan persalinan dimulai.4

Persalinan adalah terjadi pada kehamilan aterm (bukan prematur atau post matur)
mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi) selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam
sejak saat awitannya (bukan partus presipitatus atau partus lama) mempunyai janin (tunggal)
dengan presentasi verteks (puncak kepala) dan oksiput pada bagian anterior pelvis terlaksana
tanpa bantuan artificial (seperti forseps) tidak mencakup komplikasi (seperti pendarahan
hebat) mencakup pelahiran plasenta yang normal.5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Persalinan

Persalinan (partus = labor) adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang viable
melalui jalan lahir biasa dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.1

Menurut sumber lain dikatakan bahwa persalinan ialah serangkaian kejadian yang
berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput dari tubuh ibu. 2

Persalinan normal persalinan lewat vagina. Pada persalinan normal, proses persalinan
diawali dengan rasa mulas dan keluarnya lendir bercampur darah dari vagina. Rasa mulas dan
nyeri (his) biasanya datang secara teratur, semakin lama semakin kuat dan semakin nyeri,
sampai anak berhasil dilahirkan. Proses kelahiran anak diikuti oleh kelahiran ari-ari.
Seringkali jalan lahir mengalami robekan (ruptur perineum) dan butuh beberapa jahitan untuk
memperbaikinya.6

Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil.Primigravida adalah seorang


wanita yang hamil untuk pertama kali.Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan
bayi yang dapat hidup (viable).Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah
melahirkan bayi yang viable untuk pertama kali. Multipara atau pleuripara adalah seorang
wanita yang pernah melahirkan bayi yang viable untuk beberapa kali.1

In partu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan.Partus biasa
atau partus normal atau partus spontan adalah bayi lahir dengan presentasi belakang kepala
tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi dan
umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.Sedangkan, Partus luar biasa atau
partus abnormal adalah bila bayi dilahirkan pervaginam dengan cunam atau ekstraktor
vacum, versi dan ekstraksi, dekapitasi, embriotomi, dan sebagainya.1

Dikenal beberapa istilah menurut umur kehamilan dan berat badan bayi yang
dilahirkan, yaitu1,2:
1. Abortus adalah pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu atau bayi
dengan berat badan kurang dari 500 gram.

2. Partus imaturus adalah pengeluaran buah kehamilan antara 20 sampai 28 minggu atau
bayi dengan berat badan antara 500 – 1000 gram.

3. Partus prematurus adalah pengeluaran buah kehamilan antara 28 sampai 37 minggu


atau bayi dengan berat badan antara 1000 – 2500 gram.

4. Partus matures atau partus aterm adalah pengeluaran buah kehamilan antara 37
sampai 42 minggu atau dengan bayi dengan berat badan 2500 gram atau lebih.

5. Partus postmaturus atau partus serotinus adalah pengeluaran buah kehamilan setelah
kehamilan 42 minggu.

Persalinan dianggap normal jika terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (in partu) sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir
dengan lahirnya plasenta secara lengkap.Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan serviks.1

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa persalinan adalah


proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam produk konsepsi
dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat yang nampaknya tidak
saling berhubungan bekerja dalam keharmonisan untuk melahirkan bayi.

B. Bentuk-Bentuk Persalinan
1. Persalinan spontan

Proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak
melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.

2. Persalinan Bantuan

Proses persalinan yang di bantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan
forsep atau dilakukan operasi seksio caesaria.
3. Persalinan Anjuran

Pada umumnya persalinan terjadi bila sudah besar untuk hidup di luar, tetapi
sedemikian besarnya sehingga menimbulkan kesulitan dalam persalinan, kadang-
kadang persalinan tidak di mulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah
pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin.

C. Persiapan Persalinan

Pada trisemester akhir menjelang kelahiran sang bayi, ada beberapa hal yang perlu
dipersiapkan. Terutama barang – barang keperluan ibu dan sang bayi yang nantinya akan
dibawa ke rumah sakit.

1. Membuat rencana persalinan, meliputi :


a. Tempat persalinan
b. Memilih tenaga kesehatan terlatih seperti ( dokter atau bidan)
c. Siapa yang akan menemani persalinan
d. Biaya persalinan
e. Mempersiapkan barang-barang yang diperlukan untuk persalinan
f. Hindari kepanikan dan ketakutan
 Siapkan diri ibu, ingat bahwa setelah semua ini ibu akan mendapatkan buah
hati yang didambakan.
 Simpan tenaga anda untuk melahirkan, tenaga anda akan terkuras jika
berteriak- teriak dan bersikap gelisah
 Dengan bersikap tenang, ibu dapat melalui saat persalinan dengan baik dan
lebih siap
 Dukungan dari orang – orang terdekat,
 Persalinan ditentukan oleh 3 faktor “P” utama
g. Power
 His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan
kardiovaskular respirasi metabolic ibu.
h. Passage
 Keadaan jalan lahir
i. Passanger
 Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan
anatomic mayor).
D. Teori Persalinan

Sebab-sebab dimulainya persalinan belum diketahui secara jelas. Terdapat beberapa


teori yang mencoba menerangkan mengenai awitan persalinan, diantaranya2:

o Penurunan kadar progesteron.

Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen


meningkatkan ketegangan otot rahim. Selama kehamilan, terdapat keseimbangan
antara kadar progesteron dan estrogen di dalam darah , tetapi pada akhir kehamilan
kadar progesteron menurun sehingga timbul his.

o Teori oksitosin.

Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah. Oleh karena itu, timbul kontraksi
otot-otot rahim.

o Keregangan otot-otot.

Apabila dinding kandung kencing dan lambung teregang karena isinya bertambah,
timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.Demikian pula dengan rahim, seiring
dengan majunya kehamilan, otot-otot rahim makin teregang dan rentan.

o Pengaruh janin.

Hipofisis dan kelenjar suprarenal janin rupanya memegang peranan.Hal ini tampak
pada kehamilan dengan janin anensefalus dan hipoplasia adrenal sehingga kehamilan
sering lebih lama dari biasanya.

o Teori prostaglandin.

Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua diduga menjadi salah satu sebab
permulaan persalinan.Hasil percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin E dan F
yang diberikan secara intravena, intra dan ekstraamnial menimbulkan kontraksi
myiometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya
kadar prostaglandin yang tinggi, baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada
ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.

Sebenarnya, sebab-sebab dimulainya partus sampai kini masih merupakan


teori-teori yang kompleks, secara umum dapat dikelompokkan pula sebagai berikut :
(1). Faktor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus,
pengaruh saraf dan nutrisi disebut sebagai faktor –faktor yang mengakibatkan partus
mulai. (2). Perubahan biokimia dan biofisika juga berperan dimana terjadi penurunan
kadar hormon estrogen dan progesteron. Seperti diketahui progesteron merupakan
penenang bagi otot-otot uterus. (3) Plasenta juga menjadi tua dengan lamanya
kehamilan.Vili koriales mengalami perubahan sehingga kadar estrogen dan
progesteron menurun.(4) Gangguan sirkulasi uteroplasenter juga terjadi dimana
keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia
otot-otot uterus1.

E. Letak, Presentasi, Sikap, dan Posisi Janin Mempengaruhi Persalinan

Orientasi janin digambarkan menurut letak, presentasi, sikap, dan posisi. Hal ini dapat
ditentukan secara klinis dengan melakukan palpasi abdomen, pemeriksaan vagina, dan
auskultasi, atau secara teknis menggunakan USG atau sinar X. Pemeriksaan klinis kurang
akurat atau bahkan tidak mungkin dilakukan dan diinterpretasikan pada wanita obese7.

1. Letak Janin

Letak adalah hubungan sumbu panjang janin dengan sumbu panjang ibu.Terdiri dari
letak memanjang dan letak melintang.Kadangkala terdapat letak oblik, dimana akibat
sumbu janin dan ibu dapat bersilangan dengan sudut 45°. Letak oblik tidak stabil,
dapat berubah posisi menjadi letak memanjang atau melintang selama proses
persalinan. Letak memanjang terjadi pada lebih dari 99% persalinan aterm.Faktor
predisposisi untuk letak lintang adalah multiparitas, plasenta previa, hidramnion, dan
anomali uterus7.

2. Presentasi Janin

Bagian terbawah janin adalah bagian tubuh janin yang berada paling depan di
dalam jalan lahir .Bagian terbawah janin menentukan presentasi.Bagian terbawah
janin dapat diraba melalui serviks pada pemeriksaan vagina.Karena itu, pada letak
memanjang, bagian terbawah janin adalah kepala janin atau bokong, masing-masing
membentuk presentasi kepala atau bokong.Jika janin terletak pada sumbu panjang
melintang, bahu merupakan bagian terbawahnya. Jadi, presentasi bahu teraba melalui
serviks pada perabaan vagina

a. Presentasi Kepala

Presentasi kepala diklasifikasikan berdasarkan hubungan kepala dengan badan janin.


(1). Biasanya kepala mengalami fleksi maksimal sehingga dagu menempel pada dada.
Pada keadaan ini , ubun-ubun kecil (fontanela oksipitalis) merupakan bagian
terbawah janin, disebut presentasi puncak kepala (verteks) atau oksiput.

Gambar 1. Presentasi Puncak kepala

(2).Leher janin juga dapat mengalami hiperekstensi sehingga oksiput dan punggung
saling menempel dan wajah menjadi bagian terdepan di jalan lahir, disebut Presentasi
muka.
Gambar 2. Presentasi Muka
Gambar 3. Presentasi Sinsiput
(3). Kepala janin dapat mengambil suatu posisi di antara kedua keadaan ini, pada
beberapa kasus terjadi fleksi parsial dengan bagian presentasi adalah fontanelanterior
(ubun-ubunbesar) atau bregma. Disebut presentasi sinsiput.

Gambar 4. Presentasi Dahi


(4). Dapat juga mengalami ekstensi parsial pada kasus lainnya, dengan dahi sebagai
bagian terbawah, disebut presentasi dahi. Ketika persalinan maju, presentasi sinsiput
atau dahi hampir selalu berubah menjadi presentasi verteks atau muka karena masing-
masing akan mengalami fleksi atau ekstensi.
b. Presentasi Bokong
Bila janin menunjukan presentasi bokong, terdapat tiga konfigurasi umum yang dapat
terjadi.

Gambar 5. Presentasi Bokong Murni (Frank Breech)

o Apabila paha berada dalam posisi fleksi dan tungkai bawah ekstensi di depan
badan, hal ini disebut presentasi bokong murni (frank breech).
o Jika paha fleksi di abdomen dan tungkai bawah terletak di atas paha, keadaan
ini disebut presentasi bokong sempurna ( complete breech).
o Bila salah satu atau kedua kaki, atau satu atau kedua lutut , merupakan
bagianterbawah, hal ini disebut presentasi bokong tidak sempurna (incomplete
breech) atau presentasi bokong kaki ( footling breech).

Gambar 6. Presentasi Bokong. (A) Complete Breech, (B) Frank Breech, (C) Footling atau
Incomplete Breech.
3. Sikap atau Postur Janin
Pada bulan-bulan terakhir kehamilan janin membentuk suatu postur khas yang disebut
sebagai sikap atau habitus. Biasanya janin membentuk suatu massa ovoid yang secara
kasar menyesuaikan dengan bentuk rongga uterus. Dengan sendirinya, janin menjadi
melipat atau membungkuk sehingga punggungnya akan menjadi sangat konveks,
kepala mengalami fleksi maksimal sehingga dagu hampir bertemu dengan dada, paha
fleksi di depan abdomen, tungkai bawah tertekuk pada lutut, dan lengkung kaki
bersandar pada permukaan anterior tungkai bawah. Pada semua presentasi kepala,
lengan biasanya saling menyilang di dada atau terletak di samping, dan tali pusat
terletak di ruang antara kedua lengan dengan ekstremitas bawah. Postur khas ini
terjadi akibat cara pertumbuhan janin dan akomodasinya terhadap rongga uterus7.

4. Posisi Janin
Posisi janin adalah hubungan antara titik yang ditentukan sebagai acuan pada bagian
terbawah janin dengan sisi kanan atau kiri jalan lahir ibu.Karena itu, pada setiap
presentasi terdapat dua posisi kanan atau kiri.Oksiput, dagu (mentum), dan sakrum
janin masing-masing merupakan titik penentu pada presentasi verteks, muka, dan
bokong7.
F. Pemeriksaan Leopold
Penilaian awal persalinan harus meliputi anamnesa tentang informasi prenatal pasien,
keluhan utama (termasuk onset kontraksi, status selaput ketuban, dan ada/tidaknya
perdarahan, serta gerakan janin), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium yang
diperlukan sesuai dengan indikasi. Pemeriksaan fisik harus termasuk dokumantasi tentang
tanda vital pasien, posisi bayi dan presentasi, penilaian kesejahteraan janin, serta perkiraan
frekuensi, durasi dan kualitas kontraksi uterus3,7.
Ukuran, presentasi dan letak janin dapat dinilai denganpalpasi abdomen.Metode
pemeriksaan sistematis pada abdomen yang gravid pertama kali ditemukan oleh Leopold dan
Sporlin pada tahun 1894. Walaupun pemeriksaan ini memiliki beberapa keterbatasan (kurang
akurat pada keadaan bayi yang kecil, obesitas maternal, kehamilan ganda, dan
polihidramnion), namun relatif aman dan dapat memberikan informasi yang berguna untuk
penatalaksanaan dalam proses persalinan. Berikut ini adalah manuver-manuver dari
pemeriksaan Leopold7 :
 Leopold 1
Uterus gravid sedikit dektrorotasi (deviasi ke kanan) karena posisi kolon sigmoid.Saat
pasien berbaring terlentang, posisi uterus harus dikoreksi
terlebih dahulu, sehingga fundus berada dalam posisi
yang seharusnya.Kemudian tinggi fundus diukur melalui
midline ibu, dari puncak uterus hingga ke batas atas
simfisis pubis. Pemeriksaan ini dapat berguna untuk
memperkirakan usia kehamilan, walau ada
keterbatasannya.
Gambar 7.
Leopold I
 Leopold 2

Pemeriksa memegang kedua sisi abdomen untuk


mengetahui letak fetus dengan menggunakan jari-
jarinya untuk mengetahui lokasi tulang belakang fetus
dan bagian kesil (ekstremitas).Bagian-bagian janin
dapat diidentifikasikan dengan palpasi saat 25-26 mgg
kehamilan.Perhatikan jika terdapat
gerakanjanin.Gambar 8. Leopold II

 Leopold 3
Juga dikenal dengan Pawlik’s grip.Pemeriksa memegang bagian
teratas dan terendah janin dengan meletakan jari di atas simfisis pubis
dan di fundus uteri. Dengan cara ini dapat diketahui presentasi janin.
Janin yang sungsang biasanya teraba lebih besar, lebih lunak, kurang
berbentuk dan kurang ballotable dibanding presentasi kepala.
Gambar 9. Leopold III
 Leopold 4
Pemeriksa menghadap kaki pasien dan meletakkan tangannya di kedua SIAS untuk
mengetahui apakah bagian terbawah janin sudah engage ke pelvis ibu.
Gambar 10. Leopold IV
Palpasi abdomen dapat dikerjakan pada bulan-bulan terakhir kehamilan dan selama serta di
antara kontraksi saat persalinan.Temuan-temuan tersebut memberikan informasi mengenai
presentasi dan posisi janin, serta seberapa jauh bagian terbawah janin telah turun ke dalam
panggul.

G. Pemeriksaan Vagina
Pemeriksaan ini harus dilakukan secara halus dan hati-hati serta menyeluruh dalam
keadaan aseptis menggunakan sarung tangan. Sementara pasien berada dalam posisi lithotomi
atau posisi dorsal oleh karena dengan posisi tersebut pemeriksaan dan orientasi akan lebih
mudah dilakukan. Selain itu pula, posisi ini juga merupakan posisi terbaik untuk menentukan
imbangan antara bagian terendah janin dengan panggul. Dalam pemeriksaan vagina ada
beberapa hal yang dapat diperiksa diantaranya :
1. Palpasi Cervix, Dengan melakukan palpasi cervix kita dapat menentukan
a. Apakah cervix lunak / kenyal?
b. Apakah cervix tipis dan mendatar atau tebal dan panjang?
c. Apakah cervix mudah di dilatasikan / tidak?
d. Apakah cervix tertutup atau terbuka? Kalau terbuka, perkirakan lebarnya diameter
cincin cervix.
2.Presentasi, yaitu dapat ditentukan :

a. Apakah presentasinya – kepala, bokong, atau bahu?


b. Apakah ada caput succendaneum? Dan apakah kecil atau besar?
c. Sampai dimana turunnya bagian terendah janin? Dimanakah kedudukan bgaian
terendah janin (bukan caput succendaneum) terhadap garis spina ischiadica kanan –
kiri ? Kalau di atas garis, maka stasiunnya : -1, -2, atau -3 cm. Kalau di bawahnya :
+1, +2, atau +3 cm.
3. Kedudukan, dapat diketahui :
a. Kalau presentasinya bokong, dimanakah sacrumnya? Dan kaki dalam keadaan fleksi
atau extensi?
b. Pada presentasi kepala carilah sutura sagitalisnya. Bagaimanakah arahnya? Pada
diameter panggul anteroposterior, oblique atau transversa?
c. Apakah sutura sagitalis ada di tengah antara pubis dengan sacrum (synclitismus) ;
dekat promontorium (asynclitismus anterior) ; atau dekat symphysis pubis
(asynclitismus posterior)?
d. Apakah bregma di kanan ata kiri ?anterior atau posterior ? (bregma berbentuk baji dan
merupakan pertemuan empat buah suture).Dimanakah fontanella posterior ?
(fontanella berbentuk huruf Y dan mempunyai tiga suturae). Apakah kepala dalam
keadaan fleksi (occiput lebih rendah daripada sinciput) atau ekstensi (sinciput lebih
rendah dari occiput) ?Pada kasus-kasus kesulitan dalam mencari suturae, palpasi
telinga dapat membantu menetapkan arah sutura sagitalis dan dengan demikian juga
diameter anteroposterior sumbu panjang kepala. Tragus menunjuk ke arah muka. 4.
Ketuban Terabanya kantung ketuban merupakan bukti bahwa ketuban masih utuh.
Keluarnya cairan, meconium, dan rambut janin yang dapat dijepit dengan sebuah
klem, semua itu menunjukkan bahwa ketuban telah pecah.

5. Penilaian panggul secara umum, adalah untuk menilai :


a. Dapatkah promontorium diraba? Conjugata diagonalis dapat diukur secara klinis.
Conjugata diagonalis adalah jarak antara tepi bawah symphysis pubis dengan
promontorium dan panjang rata-ratanya adalah 12,5 cm. Pada pemeriksaan
vaginal diraba promontorium. Setelah ujung jari distal jari-jari mencapai
promontorium maka titik tempat bagian proksimal jari-jari bersentuhan dengan
angulus subpubicus diberi tanda. Kemudian jari-jari dikeluarkan dari vagina dan
kemudian kedua titik tersebut diukur. Dengan mengurangi panjang conjugata
diagonalis 1,5 cm, maka diperoleh ukuran conjugata obstetrica. Umumnya
promontorium tidak dapat diraba dan ini diterima sebagai bukti bahwa diameter
anteroposterior PAP adekuat. Apabila promontorium teraba dan conjugata
obstetrica diduga pendek maka harus dilakukan pelvimetri dengan sinar tembus.
b. Apakah bentuk PAP simetris?
c. Apakah spina ischiadica menonjol dan posterior?
d. Apakah sacrum panjang dan lurus atau pendek dan cekung?
e. Apakah dinding samping sejajar atau konvergen?
f. Apakah incisura ischiadica lebar / sempit?
g. Apakah ada penonjolan tulang atau jaringan lunak ke dalam cavum pelvis?
h. Bagaimana lebarnya angulus subpubicus ? Jarak antara tuber ischiadicum (rata-
rata 10, 5 cm) secara kasar dapat diukur dengan meletakkan tinju diantara tuber
ischiadicum kanan dan kiri. Kalau ini dapat dikerjakan maka diameter transversa
PBP dianggap adekuat.
i. Apakah jaringan-jaringan lunak dan perineum lemas dan elastis atau keras dan
kaku?
H. Mekanisme Persalinan Normal
1. Proses Persalinan
Untuk menerangkan persalinan, dipengaruhi oleh “POWER, PASSAGE,
PASSENGER” 2:
a. tenaga yang mendorong anak keluar, yaitu :
- his
- tenaga mengejan/meneran
b. perubahan-perubahan pada uterus dan jalan lahir dalam persalinan
c. gerakan anak pada persalinan
2. Tenaga yang mendorong anak keluar2
A. His
a. His ialah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Pada bulan terakhir kehamilan
sebelum persalinan dimulai, sudah terdapat kontraksi rahim yang disebut his
pendahuluan atau his palsu. His ini sebetulnya, hanya merupakan peningkatan
kontraksi Braxton Hicks, sifatnya tidak teratur dan menyebabkan nyeri di perut
bagian bawah dan lipat paha, tetapi tidak menyebabkan nyeri yang memancar dari
pinggang ke perut bagian bawah seperti his persalinan. Lamanya kontraksi pendek,
tidak bertambah kuat jika dibawa berjalan, bahkan sering berkurang. His
pendahuluan tidak bertambah kuat seiring majunya waktu, bertentangan dengan his
persalinan yang makin lama makin kuat. Hal yang paling penting adalah bahwa his
pendahuluan tidak mempunyai pengaruh pada serviks.
b. His persalinan merupakan kontraksi fisiologis otot-otot rahim. Bertentangan
dengan sifat kontraksi fisiologis lain, his persalinan bersifat nyeri. Nyeri ini
mungkin disebabkan oleh anoksia dari sel-sel otot sewaktu kontraksi, tekanan oleh
serabut otot rahim yang berkontraksi pada ganglion saraf di dalam serviks dan
segmen bawah rahim, regangan serviks, atau regangan dan tarikan pada
peritoneum sewaktu kontraksi.
c. Kontraksi rahim bersifat autonom, tidak dipengaruhi oleh kemauan, tetapi dapat
juga dipengaruhi oleh rangsangan dari luar, misalnya rangsangan oleh jari-jari
tangan. Seperti kontraksi jantung, pada his juga terdapat pacemaker yang memulai
kontraksi dan mengontrol frekuensinya. Pacemaker ini terletak pada kedua pangkal
tuba. Kontraksi rahim bersifat berkala dan yang harus diperhatikan ialah sebagai
berikut :
 Lamanya kontraksi; berlangsung 47-75 detik
 Kekuatan kontraksi; menimbulkan naiknya tekanan intra uterin sampai 35
mmHg.
 Interval antara dua kontraksi; pada permulaan persalinan his timbul sekali dalam
10 menit, pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.
3. Tenaga mengejan/meneran
a. Selain his, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, tenaga yang mendorong
anak keluar terutama adalah kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan
peninggian tekanan intraabdominal. Tenaga mengejan hanya dapat berhasil jika
pembukaan sudah lengkap, dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim.
b. Tanpa tenaga mengejan anak tidak dapat lahir, misalnya pada pasien yang lumpuh
otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu dengan forceps. Tenaga mengejan juga
melahirkan plasenta setelah plasenta lepas dari dinding rahim.

4. Perubahan-perubahan pada uterus dan jalan lahir dalam persalinan


Adapun perubahan yang terjadi pada uterus dan jalan lahir saat persalinan
berlangsung sebagai berikut :
1. Keadaan segmen atas dan segmen bawah rahim pada persalinan
a. Sejak kehamilan lanjut, uterus dengan jelas terdiri dari 2 bagian, yaitu segmen atas
rahim yang dibentuk oleh korpus uteri dan segmen bawah rahim yang terbentuk
dari isthmus uteri.Dalam persalinan, perbedaan antara segmen atas dan bawah
rahim lebih jelas lagi. Segmen atas memegang peranan aktif karena berkontraksi.
Dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan. Sebaliknya, segmen
bawah rahim memegang peranan pasif dan makin menipis seiring dengan majunya
persalinan karena diregang. Jadi, segmen atas berkontraksi, menjadi tebal dan
mendorong anak keluar sedangkan segmen bawah dan serviks mengadakan
relaksasi dan dilatasi serta menjadi saluran yang tipis dan teregang yang akan
dilalui bayi.
2. Sifat kontraksi otot rahim
a. Kontraksi otot rahim mempunyai dua sifat yang khas, yaitu :
 Setelah kontraksi, otot tersebut tidak berelaksasi kembali ke keadaan sebelum
kontraksi, tetapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun tonusnya seperti
sebelum kontraksi. Kejadian ini disebut retraksi. Dengan retraksi, rongga
rahim mengecil dan anak berangsur di dorong ke bawah dan tidak banyak naik
lagi ke atas setelah his hilang. Akibatnya segmen atas makin tebal seiring
majunya persalinan, apalagi setelah bayi lahir.

 Kontraksi tidak sama kuatnya, tetapi paling kuat di daerah fundus uteri dan
berangsur berkurang ke bawah dan paling lemah pada segmen bawah rahim.
Jika kontraksi di bagian bawah sama kuatnya dengan kontraksi di bagian atas,
tidak akan ada kemajuan dalam persalinan. Karena pada permulaan persalinan
serviks masih tertutup, isi rahim tentu tidak dapat didorong ke dalam vagina.
Jadi, pengecilan segmen atas harus diimbangi oleh relaksasi segmen bawah
rahim. Akibat hal tersebut, segmen atas makin lama semakin mengecil,
sedangkan segmen bawah semakin diregang dan makin tipis, isi rahim sedikit
demi sedikit terdorong ke luar dan pindah ke segmen bawah. Karena segmen
atas makin tebal dan segmen bawah makin tipis, batas antar segmen atas dan
segmen bawah menjadi jelas. Batas ini disebut“lingkaran retraksi fisiologis”.
Jika segmen bawah sangat diregang, lingkaran retraksi lebih jelas lagi dan naik
mendekati pusat, lingkaran ini disebut“lingkaran retraksi patologis” atau
“lingkaran Bandl” yang merupakan tanda ancaman robekan rahim dan muncul
jika bagian depan tidak dapat maju, misalnya karena pangul sempit.

3. Perubahan bentuk rahim


Pada tiap kontraksi, sumbu panjang rahim bertambah panjang, sedangkan ukuran
melintang maupun ukuran muka belakang berkurang. Pengaruh perubahan bentuk ini
ialah sebagai berikut :
a. Karena ukuran melintang berkurang, lengkungan tulang punggung anak
berkurang, artinya tulang punggung menjadi lebih lurus. Dengan demikian,
kutub atas anak tertekan pada fundus, sedangkan kutub bawah ditekan ke dalam
pintu atas panggul.
b. Karena rahim bertambah panjang, otot-otot memanjang diregang dan menarik
segmen bawah dan serviks.
Hal ini merupakan salah satu penyebab pembukaan serviks.

4. Faal ligamentum rotundum dalam persalinan


Ligamentum rotundum mengandung otot-otot polos.Jika uterus berkontraksi, otot-otot
ligamentum ini ikut berkontraksi sehingga menjadi lebih pendek. Pada tiap kontraksi,
fundus yang tadinya bersandar pada tulang punggung berpindah ke depan dan
mendesak dinding perut depan ke depan. Perubahan letak uterus sewaktu kontraksi
kontraksi penting karena dengan demikian sumbu rahim searah dengan sumbu jalan
lahir.Dengan adanya kontraksi ligamentum rotundum, fundus uteri
tertambat.Akibatnya fundus tidak dapat naik ke atas sewaktu kontraksi.Jika fundus
uteri dapat naik ke atas sewaktu kontraksi, kontraksi tersebut tidak dapat mendorong
anak ke bawah.

5. Perubahan pada serviks


Agar anak dapat keluar dari rahim, perlu terjadi pembukaan serviks.Pembukaan
serviks ini biasanya didahului oleh pendataran serviks.
 Pendataran serviks
Pendataran serviks adalah pemendekan kanalis servikalis yang semula berupa
sebuah saluran dengan panjang 1-2 cm, menjadi satu lubang saja dengan
pinggir yang tipis.Pendataran ini terjadi dari atas ke bawah.
 Pembukaan serviks
Yang dimaksud dengan pembukaan serviks adalah pembesaran ostium
eksternum menjadi suatu lubang dengan diameter sekitar 10 cm yang data
dilalui anak.

6. Perubahan pada vagina dan dasar panggul


Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar panggul ditentukan oleh
bagian depan anak. Oleh bagian depan yang maju itu, dasar panggul diregang menjadi
saluran dengan dinding yang tipis. Sewaktu kepala sampai di vulva, lubang vulva
menghadap ke depan atas. Dari luar, peregangan oleh bagian oleh bagian depan
tampak pada perineum yang menonjol dan tipis, sedangkan anus menjadi terbuka.
5. Gerakan-gerakan anak pada persalinan 1,2,3,7
Gerakan-gerakan anak pada persalinan yang paling sering kita jumpai ialah
presentasi belakang kepala dan kebanyakan presentasi ini masuk ke dalam pintu atas
panggul dengan sutura sagitalis sagitalis melintang.Ubun-ubun kecil kiri melintang
lebih sering daripada ubun-ubun kecil kanan melintang. Karena itu, akan diuraikan
pergerakan anak dalam presentasi belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil kiri
melintang.
Gerakan-gerakan pokok persalinan adalah engagement, descens (penurunan
kepala), fleksi, rotasi interna (putaran paksi dalam), ekstensi, rotasi ekstrena
(putaran paksi luar), dan ekspulsi.
Mekanisme persalinan terdiri dari suatu gabungan gerakan-gerakan yang berlangsung
pada saat yang sama. Misalnya, sebagai bagian dari proses engagement terjadi fleksi
dan penurunan kepala. Gerakan-gerakan tersebut tidak mungkin diselesaikan bila
bagian terbawah janin tidak turun secara bersamaan. Seiring dengan itu, kontraksi
uterus menghasilkan modifikasi penting pada sikap atau habitus janin, terutama
setelah kepala turun ke dalam panggul

Gambar 11. Gerakan-gerakan utama kepala pada persalin


1. Engagement
Mekanisme yang digunakan oleh diameter biparietal-diameter transversal kepala
janin pada presentasi oksiput untuk melewati pintu atas panggul disebut sebagai
engagement.Fenomena ini terjadi pada minggu-minggu terakhir kehamilan.
Turunnya kepala dapat dibagi menjadi masuknya kepala ke dalam pintu atas
panggul dan majunya kepala.

Gambar 12. Pengukuran engagement

Pembagian ini terutama berlaku bagi primigravida.Masuknya kepala ke dalam


pintu atas panggul pada primigravida sudah terjadi pada bulan terakhir
kehamilan.Tetapi pada multipara biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan.
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya terjadi dengan sutura
sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan.2

2. Sinklitisme
Peristiwa yang terjadi adalah sinklitismus. Pada presentasi belakang kepala
, engagement berlangsung apabila diameter biparietal telah melewati pintu atas
panggul. Kepala paling sering masuk dengan sutura sagitalis melintang.Ubun-
ubun kecil kiri melintang merupakan posisi yang paling sering kita
temukan.Apabila diameter biparietal tersebut sejajar dengan bidang panggul,
kepala berada dalam sinklitisme.
Sutura sagitalis berada di tengah-tengah antara dinding panggul bagian
depan dan belakang. Engagement dengan sinklitisme terjadi bila uterus tegak
lurus terhadap pintu atas panggul dan panggulnya luas.Jika keadaan tersebut tidak
tercapai, kepala berada dalam keadaan asinklitisme.
Gambar 13. Sinklitisme

3. Asinklitisme
Asinklitisme anterior, menurut Naegele ialah arah sumbu kepala membuat
sudut lancip ke depan dengan pintu atas panggul. Dapat pula terjadi asinklitismus
posterior yang menurut Litzman ialah apabila keadaan sebaliknya dari
asinklitismus anterior1.

Gambar 14.asinklitismus anterior Gambar15. Asinklitismus posterior

Asinklitismus derajat sedang pasti terjadi pada persalinan normal, namun jika
derajat berat, gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sefalopelvik pada
panggul yang berukuran normal sekalipun.Perubahan yang berturut-turut dari
asinklitismus posterior ke anterior mempermudah desensus dengan
memungkinkan kepala janin mengambil kesempatan memanfaatkan daerah-
daerah yang paling luas di rongga panggul7.
6. Descens (penurunan kepala)
Hal ini merupakan syarat utama kelahiran bayi.Pada wanita nulipara, engagement
dapat terjadi sebelum awitan persalinan dan desensus lebih lanjut mungkin belum
terjadi sampai dimulainya persalinan kala dua.Pada wanita multipara, desensus
biasanya mulai bersamaan dengan engagement. Descens terjadi akibat satu atau
lebih dari empat gaya7:
a. Tekanan cairan amnion
b. Tekanan langsung fundus pada bokong saat kontraksi
c. Usaha mengejan yang menggunakan otot-otot abdomen
d. Ekstensi dan pelurusan badan janin

7. Fleksi
Ketika desens mengalami tahanan, baik dari serviks, dinding panggul, atau dasar
panggul, biasanya terjadi fleksi kepala. Pada gerakan ini, dagu mendekat ke dada
janin dan diameter suboksipitobregmatika yang lebih pendek menggantikan
diameter oksipitofrontal yang lebih panjang.

Gambar 16. Proses Fleksi


Gambar 17.Empat derajat fleksi kepala (A).Fleksi buruk, (B). Fleksi sedang, (C)
Fleksi lebih lanjut, (D) Fleksi lengkap

8. Rotasi Interna ( Putaran Paksi Dalam)


Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam ialah pemutaran bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan, ke
bawah simfisis. Pada presentasi belakang kepala, bagian yang terendah adalah
daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan, ke bawah
simfisis. Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, karena
putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan
bentuk jalan lahir, khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah
panggul.Putaran paksi dalam tidak terjadi tersendiri, tetapi selalu bersamaan
dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai ke Hodge III
kadang-kadang baru terjadi setelah kepala sampai di dasar panggul2.
Gambar18. Mekanisme persalinan untuk ubun-ubun kecil kiri lintang: (A). Asinklitismus
posterior pada tepi panggul diikuti fleksi lateral, menyebabkan (B) asinklitismus anterior, (C)
Engagement, (D) Rotasi dan ekstensi.

Sebab-sebab putaran paksi dalam yakni 2:


a. Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah dari
kepala
b. Bagian terendah kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit, yaitu di
sebelah depan atas tempat terdapatnya hiatus genitalis antara antara musculus
levator ani kiri dan kanan.
c. Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior
9. Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul terjadilah
ekstensi atau defleksi kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada
pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus
mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Kalau tidak terjadi ekstensi, kepala akan
tertekan pada perineum dan menembusnya. Pada kepala, bekerja dua kekuatan
yang satu mendesaknya ke bawah, dan yang satunya disebabkan oleh tahanan
dasar panggul yang menolaknya ke atas. Resultannya ialah kekuatan ke arah
depan atas2.
Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah simfisis, yang dapat maju
karena kekuatan tersebut di atas ialah bagian yang berhadapan dengan subocciput
sehingga pada pinggir atas perineum, lahirlah berturut-turut ubun-ubun besar, dahi
hidung, mulut, dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.Suboksiput yang
menjadi pusat pemutaran disebut hipomoklion2.

Gambar 19. Permulaan ekstensi Gambar 20. Ekstensi kepala

10. Rotasi Eksterna (putaran paksi luar) 2


Setelah kepala lahir, belakang kepala anak memutar kembali kea rah punggung
anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi
dalam.Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran balasan : putaran paksi
luar). Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan
tuber ischiadicum sesisi.Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar yang
sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu menempatkan diri dalam diameter
anteroposterior pintu bawah panggul.

Gambar 21. Rotasi eksterna


11. Ekspulsi 2
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simfisis dan menjadi
hipomoklion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan
selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.

Gambar 22. Kelahiran bahu depan

Gambar 23. Kelahiran bahu belakang


12. KALA PERSALINAN
Mekanisme persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu 3 :
Kala I: waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm,
disebut kala pembukaan.
Kala II: Kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan
mengedan mendorong janin keluar hingga lahir
Kala III : Waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri
Kala IV: Satu jam setelah plasenta lahir lengkap

A. Kala I (Kala Pembukaan)


Secara klinis dapat dikatakan partus dimulai apabila timbul his dan wanita
tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu darah (bloody show).Lendir yang
bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis mulai membuka atau
mendatar.Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase.
1. Fase laten : Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai
mencapai ukuran diameter 3 cm
2. Fase aktif : Dibagi dalam 3 fase lagi yakni:
 Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm
 Fase dilatasi maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat
cepat, dari 4cm, menjadi 9 cm
 Fase deselerasi: pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi
demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek.

Pendataran serviks adalah pemendekan kanalis servikalis uteri yang semula berupa
sebuah saluran dengan panjang 1-2 cm, menjadi satu lubang saja dengan pinggir yang
tipis2.Pembukaan serviks adalah pembesaran ostium externum yang tadinya berupa suatu
lubang dengan diameter beberapa millimeter, menjadi lubang yang dapat dilalui anak dengan
diameter sekitar 10 cm. Pada pembukaan lengkap, tidak teraba lagi bibir portio, segmen
bawah rahim, serviks dan vagina telah merupakan suatu saluran2.
Mekanisme membukanya serviks berbeda pada primigravida dan multigravida. Pada yang
pertama, ostium uteri internum akan membuka lebih dulu, sehingga serviks akan mendatar
dan menipis. Baru kemudian ostium uteri eksternum membuka.Sedangkan pada multigravida
ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta
penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama. Kala I selesai apabila
pembukaan serviks uteri telah lengkap.Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam,
sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam. 1

Gambar 24. Pendataran dan pembukaan serviks pada primigravida dan multipara

B. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)


Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit
sekali.Karena biasanya kepala janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada his
dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yaitu secara reflektoris menimbulkan
rasa mengedan. Ibu merasa pula2 :
1. Tekanan pada rectum
2. Hendak buang air besar
3. Perineum mulai menonjol dan melebar
4. Anus membuka
5. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva
pada waktu his.
Dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan
suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum.Setelah
istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengelurakan badan dan anggota bayi. Pada
primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5
jam1.
C. Kala III (Kala Pengeluaran Uri)
Terdiri dari 2 fase, yaitu: (1) fase pelepasan uri, (2) fase pengeluaran uri.
Setelah anak lahir, his berhenti sebentar, tetapi timbul lagi setelah beberapa menit.His
ini dinamakan his pelepasan uri yang berfungsi melepaskan uri, sehingga terletak
pada segmen bawah rahim atau bagian atas vagina. Pada masa ini, uterus akan teraba
sebagai tumor yang keras, segmen atas melebar karena mengandung plasenta, dan
fundus uteri teraba sedikit di bawah pusat1,2.
Jika telah lepas, bentuk plasenta menjadi bundar, dan tetap bundar sehingga
perubahan bentuk ini dapat dijadikan tanda pelepasan plasenta. Jika keadaan ini
dibiarkan, setelah plasenta lepas, fundus uteri naik, sedikit hingga setinggi pusat atau
lebih, bagian tali pusat diluar vulva menjadi lebih panjang3,5.
Naiknya fundus uteri disebabkan karena plasenta jatuh dalam segmen bawah
rahim bagian atas vagina sehingga mengangkat uterus yang berkontraksi. Seiring
lepasnya plasenta, dengan sendirinya bagian tali pusat yang lahir menjadi lebih
panjang. Lamanya kala uri kurang lebih 8,5 menit, dan pelepasan plasenta hanya
memakan waktu 2-3 menit8.
Tanda-tanda pelepasan plasenta8 :
 Uterus menjadi bundar
 Perdarahan, terutama perdarahan sekonyong-konyong dan agak banyak
(±250 cc)
 Memanjangnya bagian tali pusat yang lahir
 Naiknya fundus uteri karena naiknya rahim sehingga lebih mudah
digerakkan.

D. Kala IV (Kala Pengawasan) 9


Merupakan kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum. 7 pokok
penting yang harus diperhatikan pada kala 4 : 1) kontraksi uterus harus baik, 2) tidak
ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain, 3) plasenta dan selaput ketuban
harus sudah lahir lengkap, 4) kandung kencing harus kosong, 5) luka-luka di
perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma, 6) resume keadaan umum bayi, dan
7) resume keadaan umum ibu.
BAB III

KESIMPULAN

Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm (bukan
premature atau postmatur),mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi), selesai
setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya, mempunyai janin tunggal dengan
presentase puncak kepala, terlaksana tanpa bantuan artificial, tidak mencakup komplikasi,
plasenta lahir normal.Persalinan normal disebut juga partus spontan, adalah proses
lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-
alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24
jam.Bentuk-Bentuk Persalinan:Persalinan spontan, Persalinan Bantuan, Persalinan
Anjuran menjelang kelahiran sang bayi, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan.
Terutama barang – barang keperluan ibu dan sang bayi yang nantinya akan dibawa ke
rumah sakit.Tanda – Tanda MelahirkanGejala paling sering menjelang persalinan adalah
rasa mulas. Perut terasa seperti kram, mirip saat menstruasi.Ada juga yang merasa mual,
kembung, dan nyeri punggung. Bahkan ada yang diare atau pusing.Menjelang persalinan,
sistem pencernaan Ibu akan melambat.Kala dalam persalinan : Kala 1 (dari pembukaan 1
sampai lengkap),Kala II (dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir),Kala III (dari bayi
lahir hingga plasenta lahir).
DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo. 2008. 296-314.
2. Fakultas Kedokteran UNPAD. Obstetri Fisiologi. Ilmu Kesehatan Produksi. Edisi 2.
Jakarta : EGC. 2004.127-144
3. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi Jakarta:
EGC, 1998. 94
4. Gabbe, S.G., Niebyl, J.R., Simpson, J.L (2002), Obstetrics Normal and Problem
Pregnancies, ed.4, Churchill Livingstone,New York.
5. Pujiastuti. 2009.Ibu hamil dan Bayi.Jogyakarta-Tugu Publiser
6. Paisal. (2007, October 20). Persalinan: Operasi Sesar atau Normal. Retrieved Oktober
19, 2008, from Warta Medika: http://www.wartamedika.com/2007/10/persalinan-
operasi-sesar-ataunormal.html>Persalinan : Operasi Sesar atau Normal?
7. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Ed 21. Vol 1. Jakarta :
EGC. 2006. 318-335.
8. Sofie RK, Johanes CM, Jusuf SE. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan
Ginekologi RUmah sakit Dr. Hasan Sadikin. Bandung : Bagian Obstetri Ginekologi
FK UNPAD RSHS. 2005. 90.
9. Buku Acuan Nasional. Pelayanan Kesehatan aternal dan Neontal. Jakarta : Yayayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : 100

Anda mungkin juga menyukai