Anda di halaman 1dari 32

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM:

PERSALINAN NORMAL DAN SC

Untuk memenuhi tugas mata kuliah: maternitas

Dosen Pengampu:

Enung Tati Amalia, S.Pd., M.Kes

Disusun Oleh Kelompok: 4

Ananda Maudia (32722001D22008)


Putri Nurherlina Oktaviani (32722001D22086)
Muhamad Nurpahmi Paouzi (32722001D22062)
Shafa Auliyah Amalia Putri (32722001D22108)
Tiara Berliana Ayu (32722001D22122)
Fuja Ainawati (32722001D22038)
Muhamad Akbar Fadillah (32722001D22060)
Cinta Azzahra (32722001D22022)
Marhan Adi Saputra (32722001D22052)
Riki Indrawan (32722001D22094)
Pariska Pratiwi (32722001D19079)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI


ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas rahmat dan
karunianya kami dapat mengerjakan tugas Maternitas yang berjudul “KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM: PERSALINAN
NORMAL DAN SC” dengan Dosen pengampu Enung Tati Amalia, S.Pd., M.Kes
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongannya mungkin kami tidak dapat
menyelesaikan Konsep asuhan keperawatan ini dengan baik, meskipun kami
menyadari segala kekurangan yang ada di dalam asuhan keperawatan ini. Asuhan
keperawatan ini kami susun berdasarkan buku S3 (SDKI, SLKI, SIKI)

Selain itu kami juga memperoleh sumber dari beberapa jurnal pilihan, kami juga
memperoleh informasi tambahan dari internet. Kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah maternitas yang telah memberikan
memberikan kesempatan dalam penyelesaian asuhan keperawatan ini. Kami
menyadari bahwa asuhan keperawatan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari dosen dan
rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan pada tugas maternitas berikutnya.
Semoga asuhan keperawatan ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Aamiin.

Sukabumi, 07 November 2023

Kelompok 4
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Post partum merupakan suatu periode dalam minggu-minggu
pertama setelah kelahiran. Lamanya “periode” ini tidak pasti, sebagian
besar mengganggapnya antara 4 sampai 6 minggu. Walaupun merupakan
masa yang relatif tidak komplek dibandingkan dengan kehamilan, nifas
ditandai oleh banyaknya perubahan fisiologi. Beberapa dari perubahan
tersebut mungkin hanya sedikit mengganggu ibu baru, walaupun
komplikasi serius juga sering terjadi. (Cunningham, F, et al, 2013)
Asuhan keperawatan pasca persalinan diperlukan untuk
meningkatkan status kesehatan ibu dan anak. Masa nifas di mulai setelah
dua jam lahirnya plasenta atau setelah proses persalinan kala 1 sampai IV
selesai. Berakhirnya proses persalinan bukan berarti ibu terbebas dari
bahaya atau komplikasi. Berbagai komplikasi dapat dialami ibu pada masa
nifas dan bila tidak tertangani dengan baik akan memberi kontribusi yang
cukup besar terhadap tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia.
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya ketuban sebelum
waktu melahirkan terjadi pada fase laten yaitu pembukaan < 4 cm.
Ketuban pecah dini termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi, kesalahan
dalam mengelolaKPD akan membawa akibat meningkatnya angka
morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayinya. (Nugroho, T, 2012)
Komplikasi potensial KPD yang sering terjadi adalah resiko
infeksi, prolaps tali pusar, gangguan janin, kelahiran premature dan pada
usia kehamilan 37 minggu sering terjadi komplikasi syndrom distress
pernafasan (RDS, Respiratory Distrees Syndrome) yang terjadi pada 10-
40% bayi baru lahir. Apabila terjadi pada usia kehamilan lebih dari 36
minggu dan belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan persalinan
induksi. Pada kasus tertentu bila induksi partus gagal, maka dilakukan
tindakan operasi caesaria.
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan
bahwa secara nasional Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah
226/100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih jauh dari target tujuan
pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDGs), yakni
hanya 102/100.000 kelahiran tahun 2015. Rendahnya kesadaran
masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi factor penentu angka
kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk
menangani masalah ini. Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi
yang lazim muncul, yakni 28 % pendarahan, 5% aborsi, 24% eklamsi, 5%
persalinan lama/macet, 8% komplikasi masa nifas, 11% infeksi dan 14%
lain-lain.
Menurut Depkes RI tahun 2011 menjelaskan sekitar 30% kejadian
mortalitas pada bayi preterm dengan ibu yang mengalami ketuban pecah
dini adalah akibat infeksi, biasanya infeksi saluran pernafasan (asfiksia).
Selain itu, akan terjadi prematuritas. Sedangkan, prolaps tali pusat dan
malpresentrasi akan lebih memperburuk kondisi bayi preterm dan
prematuritas.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Persalinan Normal
2. Klasifikasi Persalinan Normal
3. Patofisiologi Persalinan Normal
4. Etiologi Persalinan Normal
5. Klasifikasi Persalinan Normal
6. Pengertian Persalinan SC
7. Indikasi Persalinan SC
8. Komplikasi Persalinan SC
9. Konsep Asuhan Keperawatan Persalinan Normal
10. Konsep Asuhan Keperawatan Persalinan SC
C. TUJUAN PENELITIAN
Bertujuan untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan pada Ibu Post
Partum: Persalinan Normal dan SC

D. MANFAAT PENELITIAN
Asuhan keperawatan ini dapat menjadi referensi dan bahan pembelajaran
bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam mata kuliah
Maternitas mengenai Konsep Asuhan Keperawatan pada Ibu Post Partum:
Persalinan Normal dan SC
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERSALINAN NORMAL
1. Pengertian
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin dengan
tanda-tanda rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat.
sering dan teratur, keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih
banyak karena robekan- robekan kecil pada serviks, kadang-
kadang ketuban pecah dengan sendirinya, pada pemeriksaan dalam
serviks mendatar dan pembukaan telah ada (Saifuddin, 2006).
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) (Dewi dan
Sunarsih. 2012: 1)
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah
plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2015). Berdasarkan
pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa masa nifas
dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan
pulihnya alat-alat reproduksi seperti sebelum hamil (6 minggu).
2. Klasifikasi
Ada 3 klasifikasi persalinan menurut Asrinah dkk (2010:2)
berdasarkan cara dan usia kehamilan.
a. Persalinan Normal (Spontan) Adalah proses lahirnya
bayi pada Letak Belakang Kepala (LBK) dengan tenaga
ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai
ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari
24 jam.
b. Persalinan Buatan Adalah persalinan dengan tenaga dari
luar dengan ekstraksiforceps, ekstraksi vakum dan
sectiosesaria,
c. Persalinan Anjuran Adalah bila kekuatan yang
diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar
dengan jalan rangsangan.

Menurut Hadijono (2008) Masa ibu postpartum dibagi


menjadi 3 bagian yaitu:
a. Puerperium dini adalah kondisi kepulihan dimana
seorang ibu sudah diperbolehkan berdiri dan berjalan.
b. Puerperium Intermedial adalah kondisi kepulihan organ
genital secaramenyeluruh dengan lama 6-8 minggu.
c. Remote Puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna terutama bila saat hamil atau waktu
persalinan mengalami komplikasi. Waktu yang
diperlukan untuk sehat sempurna bisa berminggu-
minggu, bulanan ataupun tahunan.

3. Patofisiologi
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang
terletak di dalam rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan
genetalia eksterna, yang terletak di perineum. Struktur reproduksi
interna dan 9 eksterna berkembang menjadi matur akibat rangsang
hormon estrogen dan progesteron (Bobak. 2005).
a. Stuktur eksterna
 Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk
struktur genetalia externa. Kata ini berarti
penutup atau pembungkus yang berbentuk
lonjong. berukuran panjang, mulai klitoris,
kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke
belakang dibatasi perineum
 Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah
jaringan lemak subkutan berbentuk bulat
yang lunak dan padat serta merupakan
jaringan ikat jarang di atas simfisis pubis.
Mons pubis mengandung banyak kelenjar
sebasea dan ditumbuhi rambut berwarna
hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas,
mons 10 berperan dalam sensualitas dan
melindungi simfisis pubis selama koitus

 Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit
panjang melengkung yang menutupi lemak
dan jaringan kulit yang menyatu dengan
mons pubis. Keduanya memanjang dari
mons pubis ke arah bawah mengililingi labia
minora, berakhir di perineum pada garis
tengah. Labia mayora melindungi labia
minora, meatus urinarius, dan introitus
vagina. Pada wanita yang belum pernah
melahirkan anak pervaginam, kedua labia
mayora terletak berdekatan di garis tengah,
menutupi stuktur-struktur di bawahnya.
Setelah melahirkan anak dan mengalami
cedera pada vagina atau pada perineum, labia
sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina
terbuka. Penurunan produksi hormon
menyebapkan atrofi labia mayora. Pada
permukaan arah lateral kulit labia tebal,
biasanya memiliki pigmen lebih gelap
daripada jaringam sekitarnya dan ditutupi
rambut yang kasar dan semakin menipis ke
arah luar perineum. Permukaan medial labia
mayora licin, tebal. dan tidak tumbuhi
rambut. Sensitivitas labia mayora terhadap
sentuhan, nyeri. dan suhu tinggi. Hal ini
diakibatkan adanya jaringan saraf yang
menyebar luas, yang juga berfungsi selama
rangsangan seksual.
 Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia
mayora, merupakan lipatan kulit yang
panjang, sempit, dan tidak berambut yang,
memanjang ke arah bawah dari bawah
klitoris dan dan menyatu dengan fourchett.
Sementara bagian lateral dan anterior labia
biasanya mengandung pigmen, permukaan
medial labia minora sama dengan mukosa
vagina. Pembuluh darah yang sangat banyak
membuat labia berwarna merah kemerahan
dan memungkankan labia minora
membengkak, bila ada stimulus emosional
atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia
minora juga melumasi vulva. Suplai saraf
yang sangat banyak membuat labia minora
sensitif, sehingga meningkatkan fungsi
erotiknya.
 Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk
silinder dan yang terletak tepat di bawah
arkus pubis. Dalam keadaan tidak
terangsang, bagian yang terlihat adalah
sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan
klitoris dinamai glans dan lebih sensitif dari
pada badannya. Saat wanita secara seksual
terangsang, glans dan badan klitoris
membesar. Kelenjar sebasea klitoris
menyekresi smegma, suatu substansi lemak
seperti keju yang memiliki aroma khas dan
berfungsi sebagai feromon. Istilah klitoris
berasal dari kata dalam bahasa yunani, yang
berarti "kunci" karena klitoris dianggap 12
sebagai kunci seksualitas wanita. Jumlah
pembuluh darah dan persarafan yang banyak
membuat klitoris sangat sensitif terhadap
suhu, sentuhan dan sensasi tekanan.
 Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang
berbentuk seperti perahu atau lojong terletak
di antara labia minora, klitoris dan
fourchette. Vestibulum terdiri dari muara
uretra, kelenjar parauretra, vagina dan
kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum
yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi
oleh bahan kimia. Kelenjar vestibulum
mayora adalah gabungan dua kelenjar di
dasar labia mayora, masing- masing satu
pada setiap sisi orifisium vagina.
 Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan
transversal yang pipih dan tipis. dan terletak
pada pertemuan ujung bawah labia mayora
dan minora di garis tengah di bawah
orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa
navikularis terletak di antara fourchette dan
himen
 Perincum
Perineum adalah daerah muskular yang
ditutupi kulit antara introitus vagina dan
anus. Perineum membentuk dasar badan
perineum

b. Struktur Interna
 Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus,
di bawah dan di belakang tuba falopi. Dua
lagamen mengikat ovarium pada tempatnya,
yakni bagian mesovarium ligamen lebar
uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi
dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista
iliaka anterosuperior, dan ligamentum ovarii
proprium, yang mengikat ovarium ke uterus.
Dua fungsi ovarium adalah
menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi
hormon. Saat lahir. ovarium wanita normal
mengandung banyak ovum primordial. Di
antara interval selama masa usia subur
ovarium juga merupakan tempat utama
produksi hormon seks steroid dalam jumlah
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan, dan fungsi wanita normal.
 Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus
uterus. Tuba ini memanjang ke arah lateral,
mencapai ujung bebas legamen lebar dan
berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium.
Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan
berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan
jalan bagi ovum. Ovum didorong di
sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi
terutama oleh gerakan peristaltis lapisan otot.
Esterogen dan prostaglandin mempengaruhi
gerakan peristaltis. Aktevites peristaltis tuba
fallopi dan fungsi sekresi lapisan mukosa
yang terbesar ialah pada saat ovulasi.
 Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal,
muskular, pipih, cekung yang tampak mirip
buah pir yang terbalik. Uterus normal
memiliki bentuk simetris, nyeri bila di tekan,
licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga
bagian, fudus yang merupakan tonjolan bulat
di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus
yang merupakan bagian utama yang
mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni
bagian sedikit konstriksi yang
menghubungkan korpus dengan serviks dan
dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah
pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah
siklus menstruasi dengan peremajaan
endometrium, kehamilan dan persalinan.
 Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis
yang dapat melipat dan mampu meregang
secara luas. Mukosa vagina berespon dengan
cepat terhadap stimulai esterogen dan
progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama
selama siklus 16 menstruasi dan selama
masa hamil. Sel-sel yang di ambil dari
mukosa vagina dapat digunakan untuk
mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan
vagina berasal dari traktus genetalis atas atau
bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi antara
laktobasilus vagina dan glikogen
mempertahankan keasaman. Apabila pH nik
diatas lima, insiden infeksi vagina
meningkat. Cairan yang terus mengalir dari
vagina mempertahankan kebersihan relatif
vagina

4. Etiologi
Menurut Muchtar (2002) beberapa teori mengemukakan
etiologi dari persalinan adalah meliputi:
a. Teori penurunan hormon
Pada 1-2 minggu sebelum proses persalinan mulai
terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan
progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang
otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan
kekejangan pembuluh darah sehingga timbul kontraksi
otot rahim bila kadar progesterone menurun.
b. Teori placenta menjadi tua, dengan semakin tuanya
plasenta akan menyebabkan turunnya kadar estrogen
dan progesteron yang menyebabkan kekejangan
pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi
Rahim
c. Teori distensi rahim, rahim yang menjadi besar dan
meregang menyebabkan iskemia otot-otot
rahim,sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter
d. Teori iritasi mekanik, di belakang serviks terletak
ganglion servikal (fleksus frankenhauser), bila ganglion
ini di geser dan di tekan misalnya oleh kepala
janin.akan timbul kontraksi rahim.
e. Induksi partus, dengan jalan gagang laminaria,
aniotomi, oksitosin drip dan sexio caesarea,

Menurut dewi vivan, sunarsih (2013), etiologi postpartum


dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Post partum dini
Post partum dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir.
robekan jalan lahir, dan hematoma.
2. Post partum lambat
Post partum lambat adalah tertinggalnya Sebagian
plasenta, ubinvolusi di daerah insersi plasenta dari luka
bekas section sesaria

5. Manifestasi Klinis
Berdasarkan Manuaba (2007) bahwa tanda menjelang
persalinan sebagai berikut:
a. Untuk primigravida kepala janin telah masuk PAP pada minggu
36 yang disebut lightening
b. Rasa sesak di daerah epigastrum makin berkurang.
c. Masuknya kepala janin menimbulkan sesak dibagian bawah
dan menekan kandung kemih.
d. Dapat menimbulkan sering kencing atau polakisuria
e. Pemeriksaan tinggi fundus uteri semakin turun; serviks uteri
mulai lunak, sekalipun terdapat pembukaan
f. Braxton Hicks semakin frekuen ditandai dengan:
 Sifatnya ringan, pendek, tidak menentu jumlahnya dalam
10 menit
 Pengaruhnya terhadap effescement dan pembukaan
serviks dapat mulai muncul
 Kadang-kadang pada multigravida sudah terdapat
pembukaan. Dengan stripping selaput ketuban akan
dapat memicu his semakin frekuen dan persalinan dapat
dimulai.

B. PERSALINAN SC
1. Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina
atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
Nasib janin yang ditolong secara sectio caesaria sangat
tergantung dari keadaan janin sebelum dilakukan operasi. Menurut
data dari negara-negara dengan pengawasan antenatal yang baik
dari fasilitas neonatal yang sempuma, angka kematian perinatal
sekitar 4-7% (Mochtar Rustam, 1992).
2. Indikasi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal
mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin,
dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses
persalinan normal lama kegagalan proses persalinan normal
(Dystasia)
 Fetal distress
 His lemah/melemah
 Janin dalam posisi sungsang atau melintang
 Bayi besar (BBL 4,2 kg)
 Plasenta previa
 Kalainan letak
 Disproporsi cevalo-pelvik (ketidakseimbangan antar ukuran
kepala dan panggul)
 Rupture uteri mengancam
 Hydrocephalus
 Primi muda atau tua
 Partus dengan komplikasi
 Panggul sempit
 Problema plasenta

3. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini
antara lain:
a. Infeksi puerperal (Nifas)
 Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
 Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan
dehidrasi dan perut sedikit kembung
 Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik

b. Perdarahan
 Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
 Perdarahan pada plasenta bed
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung
kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi
d. Kemungkinan repture tinggi spontan pada kehamilan
berikutnya
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN NORMAL
1. Pengkajian
Menurut Reeder, Martin & Koniak-griffin (2012)
pengkajian fisiologis pascapartum difokuskan pada proses involusi
organ reproduksi dan perubahan biofisik sistem tubuh lainnya,
sedangkan pengkajian psikososial meliputi pengkajian faktor
emosional; perilaku, dan sosial pada masa pascapartum Berikut ini
adalah pengkajian data fokus yang diambil dari Doenges (2011);
Bobak, Lowdemilk & Jansen (2014); dan Reeder, Martin &
Koniak-griffin (2012):
a. Aktivitas/istirahat Pada 4 jam sampai 3 hari postpartum
mungkin mengalami Insomnia.
b. Sirkulasi Menurut Mitayani (2013), pengkajian sirkulasi
meliputi:
 Temperatur: periksa 1 kali pada 1 jam pertama. Suhu
tubuh akan meningkat bila terjadi dehidrasi atau
keletihan
 Nadi: periksa setiap 15 menit selama 1 jam pertama
atau sampai stabil, kemudian setiap 30 menit pada jam-
jam berikutnya
 Pernafasan periksa setiap 15 menit dan biasanya akan
kembali normal setelah 1 jam postpartum.
 Tekanan darah periksa setiap 15 menit selama satu jam
atau sampai stabil, kemudian setiap 30 menit untuk
setiap jam berikutnya.
c. Eliminasi Kandung kemih ibu cepat terisi karena diuresis
postpartum dan cairan intravena (Mitayani, 2013). Periksa
adanya konstipasi.
d. Nyeri atau ketidaknyamanan Ketidaknyamanan berkenaan
dengan pembesaran payudara, episiotomi, trauma perineal,
hemoriod, kontraksi kuat (afterpain) kuat dan teratur dalam
periode 24 jam pertama dan akan berkurang setiap hari
(Doenges, 2001).
e. Keamanan Pengkajian berkaitan dengan kondisi perineum.
Inspeksi adanya tanda-tanda REEDA (Rednes, Echymosis,
Edema, Discharge, Approximation), bekas luka
episiotomi/robekan, dan jahitan harus utuh (Doenges. 2001;
Reeder, Martin & Koniak- griffin, 2012),
f. Perubahan organ reproduksi wanita
 Involusi uterus Involusi atau pengerutan uterus
merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke
kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram.
Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat
kontraksi otot-otot polos uterus (Ambarwati, 2008).
Periksa tinggi fundus uteri setiap 15 menit selama satu
jam pertama kemudian setiap 30 menit. Pada hari ke-0
postpartum fundus setinggi umbilikus dengan berat
1000 gram. Hari ke-2 fundus berada 1 cm atau lebih
dibawah umbilikus, dan hari ke-3 fundus 2 em dibawah
umbilikus dan padat. Hari ke-7 fundus setinggi
pertengahan simpisis pusat. Pada hari ke-14 fundus
tidak teraba. Hari ke-42 tinggi fundus seperti hamil dua
bulan dan pada hari ke-56 tinggi fundus kembali
nommal. Curigai keabnormalitasan bila kondisi fundus
lembek dan berada diatas ketinggian fundus saat masa
postpartum. (Bobak, Lowdemilk & Jansen, 2014),
 Lokea Pengkajian meliputi karakter, jumlah, warna,
bekuan darah, dan baunya. Pemeriksaan dilakukan
setiap 15 menit. alirannya harus sedang. Bila darah
mengalir dengan cepat. curiga terjadinya robekan
serviks (Mitayani, 2013).
 Serviks Segera setelah berakhimya kaha III. serviks
merupakan struktur yang tipis dan kolaps, lubang
serviks mengecil dengan lambat, beberapa hari setelah
persalinan dapat dilewati dua jari, tetapi pada akhir
minggu pertama menjadi demikian sempitnya sehingga
sukar dimasuki satu jari. Pinggirnya tidak rata tetapi
retak-retak karena robekan dalam persalinan (Saleha.
2009).
 Vagina Setelah tiga minggu akan kembali ke kondisi
sebelum hamil. Ruggae vagina mulai muncul dan labia
lebih menonjol. Saat proses persalinan himen akan
ruptur dan menjadi karunkulai mirtiformis. Periksa
adanya infeksi bila terdapat cairan seperti nanah dari
vagina

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan diambil dari Bobak, Lowdemilk &
Jansen (2014) dan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(PPNI, 2017):
1) Ketidaknyamanan pasca partum
Penyebab trauma perineum selama persalinan dan
kelahiran, involusi uterus, proses pengembalian ukuran
rahim ke ukuran semula.
2) Nyeri akut
Penyebab Agen cidera fisiologist mis. Inflamasi, iskemia,
neoplasma). agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan
kimia iritan), dan agen pencedera fisik (mis. Abses,
amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur
operasi, trauma, latihan fisik berlebihan).

Batasan karakteristik:
Mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif,
gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan darah
meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah,
proses pikir terganggu, menarik diri. berfokus pada diri
sendiri, diaphoresis.

3) Risiko Infeksi
Penyebab Penyakit kronis, efek prosedur invasive,
malnutrist. peningkatana paparan organism pathogen
lingkungan, ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer dan
sekunder

4) Gangguan eliminasi urine


Penyebab Penurunan kapasitas kandung kemis, iritasi
kandung kemih. efek tindakan medis dan diagnostik,
kelemahan otot pelvis, dan imobilisasi.

5) Konstipasi
Penyebab Penurunan motilitas gastrointestinal, kelemahan
otot abdomen, depresi, gangguan emosional, perubahan
kebiasaan makan, efek agen farmakologis, perubahan
lingkungan, dan ketidakcukupan asupan cairan.

Batasun karakteristik
Defekasi kurang dari 2 kali seminggu, pengeluaran feses
lama dan sulit. feses keras, peristaltic usus menurun,
mengejan saat defekasi, distensi abdomen, kelemahan
umum, dan teraba masa direktal.

6) Gangguan pola tidur

Penyebab Hambatan lingkungan, kurang control tidur


(kebutuhan menyusu bayi baru lahir), restraint fisik, dan
kurang privasi
Batasan karaterisktik Mengeluh sulit tidur, mengeluh
sening terjaga, mengeluh tidak puas tidur, mengeluh pola
tidur berubah, mengeluh istirahat tidak cukup, dan
mengeluh kemampuan beraktivitas menurun.

7) Deficit pengetahuan
Penyebab Keteratasan kognitif, gangguan fungsi kongnitif,
kekeliruan mengikuti anjuran, kurang terpapar informasi,
kurang minat dalam belajar, kurang mampu mengingat, dan
ketidaktahuan menemukan sumber informasi.

Batasan karateristik Menanyakan masalah yang dihadapi,


menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukan
presepsi yang keliru terhadap masalah, menjalani
pemeriksaan yang tidak tepat, dan menunjukan perilaku
berlebihan.

3. Perencanaan (Intervensi)
a. Prioritas Diagnosa Keperawatan
 Ketidaknyamanan pasca partum b/d trauma perineum
selama persalinan dan kelahiran yang ditandai dengan
mengeluh tidak nyaman.
 Nyeri b/d pencedera fisik (mis. Abses, amputasi,
terbakar, terpotong. mengangkat berat, prosedur
operasi, trauma. latihan fisik berlebihan) ditandai
dengan mengeluh nyeri.
 Gangguan pola tidur b/d Hambatan lingkungan, kurang
control tidur (kebutuhan menyusu bayi baru lahir),
restraint fisik, dan kurang privasi, ditandai dengan
mengeluh gangguan dalam istirahat tidur.
b. Rencana Asuhan Keperawatan
 Diagnosa Keperawatan 1: ketidaknyamanan pasca
partum
a) Rencana Tujuan
Px merasa nyaman
b) Kriteria Hasil
Px merasa nyaman
c) Rencana Tindakan
Kajitanda vital
Ajarkan teknik terapi relaksasi
Pemberian dengan tim medis dengan pemberian
analgetik
 Diagnosa Keperawatan 2: nyeri akut
a) Rencana tujuan
Nyeri akut berkurang atau hilang
b) Kriteria hasil
Px tidak lagi merasakan nyeri
c) Rencana Tindakan
- Kaji nyeri tekan uterus, tentukan adanya
dan frekuensi intensitas afterpain,
perhatikan faktor pemberat Rasional:
kaji derajat nyeri (0-10), kaji lokasi
nyeri,dan kaji kualitas nyeri.
- Inspeksi perbaikan perineum dan
episiotomi. Perhatikan edema, ekimosis,
nyeri tekan lokal, eksudat purulen, atau
kehilangan perlekatan jahitan
- Anjurkan klien berbaring tengkurap
dengan bantal dibawah abdomen dan ia
melakukan teknik visualisasi atau
aktivitas pengalihan
 Diagnosa Keperawatan 3: gangguan pola tidur
a) Rencana tujuan
Gangguan pola tidur teratasi
b) Kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
kebutuhan tidur klien terpenuhi dengan kriteria
hasil: jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam
hari pola tidur, kualitas dalam batas normal,
perasaan segar tidur atau istirahat, dan mampu
mengidentifikasikan hal hal yang meningkatkan
tidur.

c) Rencana Tindakan
- Berikan informasi tentang kebutuhan
untuk tidur istirahat setelah kembali
kerumah
- Berikan informasi tentang efek-efek
kelelahan dan ansietas pada suplai ASI
- Kaji faktor yang mempengaruhi
istirahat.
- Organisasikan perawatan untuk
meminimalkan gangguan dan memberi
istirahat serta periode tidur yang esktra.
- Berikan lingkungan yang tenang

4. Pelaksanaan (Implementasi)
Pelaksanaan difokuskan pada penerapan pendidikan
kesehatan perawatan luka perineum pada ibu postpartum dengan
pemenuhan kebutuhan aman. Pendidikan kesehatan menyajikan
prinsip, prosedur dan teknik yang tepat tentang perawatan
kesehatan untuk klien serta menginformasikan status kesehatannya.
Peneliti menyelesaikan tindakan dengan mencatat respon klien
selama tindakan dan sesudah tindakan kedalam dokumentasi
keperawatan (Doenges, 2001).

5. Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman
kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai (Mitayani, 2013).
Hasil evaluasi yang diharapkan adalah klien terhindar dari risiko
infeksi, luka perineum sembuh dalam jangka waktu yang
diharapkan, mengungkapkan pemahaman terhadap pendidikan
perawatan luka perineum yang telah diberikan, dan melakukan
aktivitas prosedur yang tepat. Apabila kemajuan kesehatan tidak
sesuai dengan apa yang diharapkan maka intervensi perlu
dimodifikasi (Bobak, Lowdemilk & Jansen, 2004)
D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN SC
1. Pengkajian
Meliputi identitas pasien seperti:
- Nama
- Umur
- Agama
- Pekerjaan
- Pendidikan
- HPHT
- Dll

Pemerisaan Fisik
a. Kepala : Kebersihan kepala, tekstur rambut,
b. Mata : Anemis atau tidak, ikterik
c. Mulut : Kebersihan mulut
d. Muka : Apakah terdapat cloasmagravidarum,
udema
e. Leher : Apakah terdapat pembesaran kelenjar
f. Dada : Apakah ada massa, apakah papila menonjol
g. Abdomen : Apakah terdapat luka operasi, apakah
pembesaran sesuai usia kehamilan, terdapat linca alba.
h. Genetalia : Udema, varices, apakah ada keluar darah.
i. Ekstremitas : Apakah udema, varices.

Pemeriksaan Fisik:
a. Sirkulasi
Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit
vaskuler perifer atau stasis vaskuler (peningkatan resiko
pembentukan thrombus)
b. Integritas ego
Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya factor-faktor
stress multiple seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan
tanda-tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan,
stimulasi simpatis
c. Makanan / cairan
Malnutrisi, membrane mukosa yang kering pembatasan puasa pra
operasi insufisiensi Pancreas/ DM, predisposisi untuk
hipoglikemia/ketosidosis

d. Pernafasan
Adanya infeksi, kondisi yang kronik/batuk, merokok
e. Keamanan
- Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan,
plester dan larutan
- Adanya defisiensi imun
- Munculnya kanker/ adanya terapi kanker
- Riwayat keluarga, tentang hipertermia maligna/reaksi
anestesi
- Riwayat penyakit hepatic
- Riwayat tranfusi darah
- Tanda munculnya proses infeksi

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


a. Gangguan rasa nyaman b.d nyeri post SC
b. Resti perubahan nutrisi bd peningkatan kebutuhan untuk
penyembuhan luka, penurunan masukan (sekunder akibat nyeri,
mual, muntah)
c. Resti infeksi atau cidera b.d prosedur pembedahan
d. Kurang pengetahuan b.d kurang nya informasi

3. Intervensi
a. Gangguan rasa aman b.d nyeri post SC
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri dapat
berkurang dengan kriteria hasil:
- Nyeri dapat berkurang setelah perawatan 1x 24 jam dengan
kriteria Pasien tidak mengeluh nyeri
Intervensi:
 Lakukan pengkajian nyeri
R/Setiap skala nyeri memiliki managemen yang
berbeda
 Monitoring keadaan insisi luka post operasi
R/ nyeri akibat luka post operasi
 Ajarkan mobilitas yang memungkinkan tiap jam sekali
R/Mobilitas dapat merangsang peristaltik usus sehingga
mempercepat flatus.
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
R/ penghilang nyeri

b. Resiko terhadap infeksi atau cedem yang berhubungan dengan


prosedur pembedahan.
Tujuan: Insisi bedah dan kering, tanpa tanda atau gejala infeksi
Intervensi:
 Pantau terhadap peningkatan suhu atau takikardia
sebagai tanda infeksi
 Observasi insisi terhadap infeksi.
 Penggantian pembalut atau sesuai pesanan
 Kaji fundus, lochia, dan kandung kemih dengan tanda
vital sesuai pesanan.
 Massage fundus uteri bila menggembung dan tidak
tetap keras

c. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang


informasi tentang perawatan melahirkan caesar.
Tujuan: Klien mengungkapkan pemahaman tentang perawatan
melahirkan sesar.
Intervensi :
 Diskusikan tentang perawatan insisi, gejala infeksi dan
pentingnya diet nutrisi.
 Jelaskan tentang pentingnya periode istirahat terencana.
 Jelaskan bahwa lochia dapat berlanjut selama 3-4
minggu, berubah dari merah ke coklat sampai putih.
 Jelaskan pentingnya latihan, tidak mulai latihan keras
sampai diizinkan oleh dokter.
 Jelaskan tentang perawatan payudara dan ekspresi
manual bila menyusui
 Berikan penkes tentang perawatan luka.

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh perawa untuk membantu klien dari masalah
status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik
yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (potter &
pretty, 2011).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan akhir proses keperawatan yang
terdiri dari evaluasi proses (formatif) dan evaluasi hasil (sumatif).
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah
perawat melakukan tindakan keperawatan yang dilakukan terus
menerus hingga mencapai tujuan.
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setiap hari
setelah semun tindakan sesuai diagnosa keperawatan dilakukan
evaluasi sumatif terdiri dari SOAP (Subjek. Objek, Analisis,
diungkapkan oleh pasien dan hanning). Subjek berisi respon yang
objektif berisi respon nonverbal dari pasien respon- respon tersebut
didapat setelah perawat melakukan tindakan keperawatan. Analisis
merupakan kesimpulan dari tindakan dalam perencanaan masalah
keperawatan dilihat dari keteria hasil apakah teratasi, tertasi
sebagian atau belum teratasi. Sedangkan pleaning berisi
perencanaan tindaleerawatan arus dilakukan selanjutnya.
Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan
keberhasilan tujuan tindakan yaitu tujuan tercapai apabila pasien
menunjukkan perubahan sesuai kriteria hasil yang telah ditentukan,
tujuan tercapai sebagaian apabila jika klien menunjukkan
perubahan pada sebagaian kriteria hasil yang telah ditetapkan,
tujuan tidak tercapai jika klien menunjukkan sedikit perubahan dan
tidak ada kemajuan sama sekali. (Suprajitno dalam Wardani, 2013)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pasca persalinan diperlukan
untuk meningkatkan status kesehatan ibu dan anak.
Masa nifas di mulai setelah dua jam lahirnya plasenta
atau setelah proses persalinan kala 1 sampai IV selesai.
Berakhirnya proses persalinan bukan berarti ibu
terbebas dari bahaya atau komplikasi. Berbagai
komplikasi dapat dialami ibu pada masa nifas dan bila
tidak tertangani dengan baik akan memberi kontribusi
yang cukup besar terhadap tingginya Angka Kematian
Ibu (AKI) di Indonesia.

B. SARAN
Semoga dengan selesainya makalah ini, diharapkan
agar para pembaca khususnya mahasiswa dan
mahasiswi sekolah tinggi ilmu Kesehatan sukabumi
prodi DIII Keperawatan dapat lebih mengetahui dan
memahami mengenai “Konsep Asuhan Keperawatan
Postpartum: Persalinan Normal dan SC” dan dapat
menagplikasikannya dalam dunia keperawatan sehingga
menjadi perawat yang profesional
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/497586598/Askep-Post-Partum-
Normal Diakses pada tanggal 31 oktober 2023 hari selasa
https://id.scribd.com/document/62362213/Askep-Sectio-Caesarea
Diakses pada tanggal 31 oktober 2023 hari selasa

Anda mungkin juga menyukai