Oleh:
1. Irmaningsi
2. Hardianti
3. Felisitas Sriwani
4. Nur Fitriana Wira Aseri
5. Anis Ayu Sholikhah
6. Ristantya Eka Deshinta
7. Ita Triagustina
Puji syukur senantiasa saya panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena atas
limpahan rahmat dan ridho-Nya semata saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pengembangan Desa Siaga” sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Selanjutnya ucapan terima kasih kami sampaikan kepada:
1. Ibu Nursari Abdul Syukur, M.Keb selaku Dosen MK Desa Asuhan Kebidanan
Berkelanjutan (Continuity of Care) dalam Komunitas
2. Sipen dan teman-teman Kelas Bulungan yang telah membantu menyelesaikan makalah
ini.
3. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, yang
tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Kami sangat berharap makalah kami dapat membantu para pembaca untuk lebih
memahami tentang Dokumentasi Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Continuity Of Care
Kami menyadari bahwa dengan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, apa
yang telah kami buat ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran dari para
pembaca sangat kami harapkan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Morbiditas dan mortalitas ibu hamil dan bersalin adalah masalah besar bagi suatu
negara, karena kesehatan ibu hamil dan bersalin sangat menentukan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) pada generasi mendatang. Kematian ibu didefinisikan sebagai kematian
seorang wanita dalam masa kehamilan atau dalam waktu 24 hari setelah melahirkan tanpa
memandang umur maupun jarak kehamilan, oleh penyebab apapun yang berhubungan
dengan atau diperburuk oleh kehamilan atau pengolahannya, tetapi bukan akibat kecelakaan
atau penyebab lain yang tidak berhubungan dengan kehamilan (WHO, 2015).
Indikator Angka Kematian Ibu (AKI) tidak hanya mampu menilai program kesehatan ibu,
terlebih juga mampu menilai derajat kesehatan masyarakat karena sensitifitasnya terhadap
perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas. Menurut Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015, AKI sebesar 305 per 100.000 jumlah
kelahiran hidup. Sedangkan AKB tahun 2015 mencapai 22,33 per 100.000 kelahiran hidup,
yang artinya sudah mencapai target MDG 2015 sebesar 23 per 1000 jumlah kelahiran hidup
(Kemenkes RI, 2017).
Di Provinsi Kalimantan Utara pada 2020 angka kematian ibu sebanyak 13,33 % yang
tersebar di beberapa kabupaten antara lain : Malinau 1.61%, Bulungan 2.63%, Tana Tidung
0,51%, Nunukan 3.77% dan Tarakan 4.81%. Selama tahun 2020, dari 13.335 bayi lahir
hidup, terdapat 16 kasus kematian ibu. Sebagian besar perempuan berumur 15-49 tahun
yang pernah melahirkan selama 2018-2020. Melahirkan anaknya di rumah sakit/RS bersalin
(53,97 persen), rumah bersalin/klinik (14,97 persen), puskesmas (17,69 persen), rumah (9,97
persen), praktik tenaga kesehatan (3,26 persen), dan pustu (0,13 persen).
Upaya penurunan AKI dan AKB dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas
pelayanan emergency obstetric dan bayi baru lahir minimal di 150 rumah sakit (PONEK) dan
300 puskesmas (PONED) dan memperkuat sistem rujukan yang efisien dan dan efektif antar
pukesmas dan rumah sakit. Selain itu, pemerintah bersama masyarakat juga bertanggung
jawab untuk menjamin setiap ibu memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan ibu yang
berkualitas mulai dari saat hamil hingga nifas oleh tenaga kesehatan yang terlatih. Sehingga
bidan sebagai tenaga kesehatan melakukan Continuity of Care (CoC) (Depkes, 2014).
Dari berbagai perbaikan dilakukan semaksimal mungkin dalam menurunkan AKI dan
AKB dengan meningkatkan pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan asuhan kebidanan
secara komprehensif yang berfokus pada asuhan sayang ibu dan sayang bayi sesuai
dengan standar pelayanan kebidanan. Peran bidan sangat dibutuhkan untuk menurunkan
AKI dan AKB yaitu dengan pelayanan Continuity of Care yang dapat mendeteksi dini resiko
terjadinya komplikasi pada ibu dan bayi. Berdasarkan uraian diatas, asuhan kebidanan
berkesinambungan sangat penting dalam mengurangi AKI dan AKB yang menjadi dasar
saya untuk melakukan asuhan kebidanan komprehensif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori persalinan dengan Asuhan “Continuity of Care”?
2. Bagaimana konsep manajemen pendokumentasian persalinan dengan Asuhan
“Continuity of Care”?
3. Bagaimana pendokumentasian persalinan dengan Asuhan “Continuity of Care” ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami dan melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan “Continuity of Care”
pada ibu bersalin.
2. Tujuan Khusus
a) Memahami konsep teori persalinan dengan Asuhan “Continuity of Care”
b) Memahami konsep manajemen pendokumentasian persalinan dengan Asuhan
“Continuity of Care”
c) Melakukan pendokumentasian persalinan dengan Asuhan “Continuity of Care”
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pemeriksaan Fisik
1) Wajah
Tidak pucat, tidak bengkak. Apabila wajah ibu terlihat pucat, kemungkinan
anemi dan apabila wajah ibu bengkak, kemungkinan terjadi pre eklampsi.
Apabila saat persalinan terjadi anemia pada ibu maka potensial terjadi
perdarahan dan jika terdapat tanda – tanda preeklamsi potensial terjadi kejang/
eklamsi (Wahyuningsih, 2009).
2) Mata
Konjungtiva merah muda tidak pucat, jika pucat menunujukkan tanda-tanda
anemia. Sedangkan warna sklera putih, jika sklera berwarna kuning maka
menunjukkan ibu menderita penyakit hepatitis (Manuaba, 2007).
3) Mulut.
Mukosa bibir lembab, tidak pucat. Apabila mukosa bibir ibu kering,
menandakan dehidrasi dan apabila pucat menandakan anemia.
4) Leher.
Tidak ada bendungan vena di leher yang kemungkinan adanya gangguan
aliran darah akibat penyakit jantung atau aneurisma vena (Manuaba, 2007),
tidak ada pembesaran kelenjar gondok atau pembesaran kelenjar limfe
(Wirakusumah, 2011) yang kemungkinan infeksi, metastasis keganasan
(jarang) (Manuaba, 2007).
5) Payudara.
Menurut Manuaba (2007), pemeriksaan payudara pada ibu bersalin, meliputi:
Puting susu: bersih dan menonjol (puting susu datar atau tenggelam
membutuhkan perawatan payudara untuk persiapan menyusui).
Kolostrum: sudah keluar (adanya kolostrum karena prolaktin yang
tinggi, menyebabkan pembentukan kolostrum lebih awal, terjadi
perubahan keseimbangan antara estrogen dan progesterone, oksitosin
dan prolaktin mengakibatkan dikeluarkannya kolostrum dan
merupakan tanda bahwa ASI akan banyak.
6) Abdomen.
Menurut Wirakusumah (2011) pemeriksaan abdomen pada ibu bersalin,
meliputi:
Leopold I
Mengetahui umur kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri
Menentukan bagian janin pada fundus uteri, normalnya pada
bagian fundus teraba bagian bulat, lunat dan tidak melenting,
maka itu adalah bokong.
Variasi dari leopold I = Pemeriksaan Knebel.
Menentukan letak kepala/bokong dengan satu tangan di fundus
dan tangan yang lain di atas simfisis.
Menentukan TFU menurut satuan Mc. Donald
Menentukan taksiran berat janin (TBJ).
Menurut Mansjoer (2009), Taksiran berat janin ditentukan berdasarkan
rumus Johnson Toshack, yaitu:
TBJ = [TFU (cm) – N] x 155 gram.
Keterangan:
N=13 (bila kepala belum melewati pintu atas panggul)
N=12 (bila kepala masih berada di atas spina ischiadika)
N=11 (bila kepala masih berada di bawah spina ischiadika)
Leopold II
Mengetahui bagian-bagian janin yang berada pada bagian samping
kanan dan kiri uterus (Mandriawati, 2008). Normalnya teraba
panjang, keras seperti papan maka bagian tersebut adalah punggung
dan bagian lainnya merupakan bagian kecil janin.
Leopold III
Menentukan bagian janin yang berada di bawah uterus, dan apakah
bagian janin pada bawah uterus sudah masuk atau belum masuk PAP
(Mandriwati, 2008:91). Normalnya teraba bulat keras, tidak dapat
digoyangkan (sudah masuk PAP), pada kala 1 kepala berada pada hodge I
– III dan pada kela IV kepala berada pada hodge IV.
Leopold IV
Memastikan bagian terendah janin sudah masuk PAP dan seberapa
banyak bagian terendah janin sudah masuk PAP (Mandriwati,
2008): jika tangan konvergen, berarti hanya bagian kecil dari
kepala yang turun ke dalam panggul.
Jika kedua tangan sejajar, berarti separuh dari kepala telah masuk
ke rongga panggul.
Jika kedua tangan divergen, berarti bagian terbesar dari kepala
telah masuk ke rongga panggul dan ukuran terbesar kepala sudah
melewati PAP (Wirakusumah, 2011).
Auskultasi (DJJ).
Terdengar jelas di bagian punctum maksimum, tempat ini di kiri/
kanan bawah pusat pada presentasi kepala. Jumlah DJJ normal antara
120-160x/menit (Manuaba, 2005).
7) Genetalia
Bersih, tidak oedem, tidak varises, tidak ada kondiloma talata maupun
akuminata, tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada pembesaran kelenjar
bartholini, terdapat pengeluaran lender bercampur darah (Manuaba,
2005).
8) Anus
Haemorroid tidak menonjol.
Pemeriksaan Khusus
1) Pemeriksaan Dalam/ Vagina Toucher (VT)
Menurut Manuaba (2005), yang diperhatikan saat VT adalah:
Perabaan serviks.
Penipisan dan pembukaan serviks. Pada kala satu fase laten pembukaan
serviks dimulai dari 1- 3 cm, fase aktif dimulai dari pembukaan 4 – 10 cm
Ketuban : Utuh/ sudah pecah
Presentasi : Normalnya teraba kepala
Denominator : Normalnya teraba UUK depan kanan atau kiri
Penurunan kepala : Hodge I-IV
Normalnya tidak ada caput dan bagian yang menumbung.
2) Pemeriksaan penunjang.
Normalnya tidak dilakukan
2. Analisa
a) Diagnosa
G_PAPIAH UK 37-42 minggu, tunggal, hidup, intrauterine, letak, kesan/ keadaan
jalan lahir, keadaan ibu dan janin, Inpartu Kala I Fase Laten/ Fase Aktif/ Kala
II/ Kala III/ Kala IV.
b) Masalah.
Masalah sering berhubungan dengan bagaimana wanita itu mengalami kenyataan
terhadap diagnosisnya. Rumusan Diagnosa Kebidanan dan Masalah Pada Ibu
Bersalin :
3. Perencanaan
Menurut JNPK-KR (2008), asuhan yang dilakukan saat persalinan meliputi :
Kala I
a) Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
b) Anjurkan ibu untuk berkemih sesering mungkin bila ibu ingin berkemih
c) Observasi tanda-tanda vital, HIS, dan pantau DJJ janin
d) Anjurkan ibu untuk mengurangi rasa nyeri dengan cara:
Ajarkan pada ibu teknik relaksasi
Ajarkan teknik bernapas panjang dengan cara menarik napas panjang kemudian
dikeluarkan saat terasa kontraksi
e) Ajarkan ibu untuk melakukan penekanan pada lutut
f) Anjurkan ibu untuk berjalan-jalan dengan didampingi seseorang untuk menemani
g) Anjurkan ibu untuk miring kekiri atau memilih posisi yang nyaman.
h) Anjurkan ibu untuk tetap makan dan minum selam proses persalinan.
i) Siapkan partus set dan obat-obatan yang diperlukan
j) Observasi sesuai partograf.
Dengan menggunakan partograf, kemajuan persalinan dapat diketahui dan
komplikasi dapat dideteksi sesegera mungkin. Partograf adalah suatu grafik yang
menggambarkan kemajuan persalinan kala I fase aktif dengan merekam kemajuan
pembukaan serviks, penurunan bagian terendah janin, keadaan his,
kondisi ibu dan janin (Lailiyana dkk, 2012).
k) Libatkan keluarga dan suami dalam proses persalinan.
4. Penatalaksanaan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tujuannya adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, yang, mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping (Sulistyawati, 2010).
5. Evaluasi
Evaluasi pada kasus ini, yaitu ibu bersedia istirahat cukup, ibu merasa tenang
karena tahu kondisinya, bayi telah lahir normal, menangis kuat, gerak aktif. dapat
melakukan asuhan sayang ibu dan sayang bayi, melakukan observasi 2 jam post
partum, asuhan yang diberikan telah tercatat dalam rekam medik dan partograf
(Sulistyawati, 2010).