Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN


CONTINUITY OF CARE

Oleh:
1. Irmaningsi
2. Hardianti
3. Felisitas Sriwani
4. Nur Fitriana Wira Aseri
5. Anis Ayu Sholikhah
6. Ristantya Eka Deshinta
7. Ita Triagustina

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALTIM


PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
KELAS BULUNGAN
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa saya panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena atas
limpahan rahmat dan ridho-Nya semata saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pengembangan Desa Siaga” sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Selanjutnya ucapan terima kasih kami sampaikan kepada:
1. Ibu Nursari Abdul Syukur, M.Keb selaku Dosen MK Desa Asuhan Kebidanan
Berkelanjutan (Continuity of Care) dalam Komunitas
2. Sipen dan teman-teman Kelas Bulungan yang telah membantu menyelesaikan makalah
ini.
3. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, yang
tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Kami sangat berharap makalah kami dapat membantu para pembaca untuk lebih
memahami tentang Dokumentasi Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Continuity Of Care
Kami menyadari bahwa dengan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, apa
yang telah kami buat ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran dari para
pembaca sangat kami harapkan.

Bulungan, 04 Desember 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Morbiditas dan mortalitas ibu hamil dan bersalin adalah masalah besar bagi suatu
negara, karena kesehatan ibu hamil dan bersalin sangat menentukan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) pada generasi mendatang. Kematian ibu didefinisikan sebagai kematian
seorang wanita dalam masa kehamilan atau dalam waktu 24 hari setelah melahirkan tanpa
memandang umur maupun jarak kehamilan, oleh penyebab apapun yang berhubungan
dengan atau diperburuk oleh kehamilan atau pengolahannya, tetapi bukan akibat kecelakaan
atau penyebab lain yang tidak berhubungan dengan kehamilan (WHO, 2015).
Indikator Angka Kematian Ibu (AKI) tidak hanya mampu menilai program kesehatan ibu,
terlebih juga mampu menilai derajat kesehatan masyarakat karena sensitifitasnya terhadap
perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas. Menurut Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015, AKI sebesar 305 per 100.000 jumlah
kelahiran hidup. Sedangkan AKB tahun 2015 mencapai 22,33 per 100.000 kelahiran hidup,
yang artinya sudah mencapai target MDG 2015 sebesar 23 per 1000 jumlah kelahiran hidup
(Kemenkes RI, 2017).
Di Provinsi Kalimantan Utara pada 2020 angka kematian ibu sebanyak 13,33 % yang
tersebar di beberapa kabupaten antara lain : Malinau 1.61%, Bulungan 2.63%, Tana Tidung
0,51%, Nunukan 3.77% dan Tarakan 4.81%. Selama tahun 2020, dari 13.335 bayi lahir
hidup, terdapat 16 kasus kematian ibu. Sebagian besar perempuan berumur 15-49 tahun
yang pernah melahirkan selama 2018-2020. Melahirkan anaknya di rumah sakit/RS bersalin
(53,97 persen), rumah bersalin/klinik (14,97 persen), puskesmas (17,69 persen), rumah (9,97
persen), praktik tenaga kesehatan (3,26 persen), dan pustu (0,13 persen).
Upaya penurunan AKI dan AKB dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas
pelayanan emergency obstetric dan bayi baru lahir minimal di 150 rumah sakit (PONEK) dan
300 puskesmas (PONED) dan memperkuat sistem rujukan yang efisien dan dan efektif antar
pukesmas dan rumah sakit. Selain itu, pemerintah bersama masyarakat juga bertanggung
jawab untuk menjamin setiap ibu memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan ibu yang
berkualitas mulai dari saat hamil hingga nifas oleh tenaga kesehatan yang terlatih. Sehingga
bidan sebagai tenaga kesehatan melakukan Continuity of Care (CoC) (Depkes, 2014).
Dari berbagai perbaikan dilakukan semaksimal mungkin dalam menurunkan AKI dan
AKB dengan meningkatkan pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan asuhan kebidanan
secara komprehensif yang berfokus pada asuhan sayang ibu dan sayang bayi sesuai
dengan standar pelayanan kebidanan. Peran bidan sangat dibutuhkan untuk menurunkan
AKI dan AKB yaitu dengan pelayanan Continuity of Care yang dapat mendeteksi dini resiko
terjadinya komplikasi pada ibu dan bayi. Berdasarkan uraian diatas, asuhan kebidanan
berkesinambungan sangat penting dalam mengurangi AKI dan AKB yang menjadi dasar
saya untuk melakukan asuhan kebidanan komprehensif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori persalinan dengan Asuhan “Continuity of Care”?
2. Bagaimana konsep manajemen pendokumentasian persalinan dengan Asuhan
“Continuity of Care”?
3. Bagaimana pendokumentasian persalinan dengan Asuhan “Continuity of Care” ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami dan melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan “Continuity of Care”
pada ibu bersalin.
2. Tujuan Khusus
a) Memahami konsep teori persalinan dengan Asuhan “Continuity of Care”
b) Memahami konsep manajemen pendokumentasian persalinan dengan Asuhan
“Continuity of Care”
c) Melakukan pendokumentasian persalinan dengan Asuhan “Continuity of Care”
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Persalinan


1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa
banduan (Manuaba, 2008).
Persalinan adalah proses dimana bayi, placenta dan selaput ketuban keluar dari rahim
ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai dengan penyulit (APN, 2008).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam
jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui
jalan lahir (Praworihardjo 2009).
2. Macam-macam Persalinan
a) Menurut Definisi/Cara Persalinan :
 Persalinan Spontan
Bila seluruh persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri
 Persalinan Buatan
Bila persalinan berlangsung dengan bantuan tenaga dari luar.
 Persalinan Anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan
rangsangan.
b) Menurut Umur Kehamilan
 Abortus
Berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan pada umur
kehamilan kurang dari 20 minggu.
 Persalinan Prematuritas
Persalinan sebelum umur kehamilan 28-36 minggu
 Persalinan Aterm
Persalinan antara umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu.
 Persalinan Serotinus
Persalinan melampaui umur kehamilan 42 minggu.
 Persalinan Presipitatus
Persalinan berlangsung cepat dan berakhir kurang dari 3 jam.
3. Tanda-tanda Persalinan
Tanda-tanda persalinan menurut Mochtar (2013) yaiatu :
1) Lightening atau setting atau dropping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas
panggul.
2) Perut kelihatan lebih besar
3) Sering buang air kecil atau sulit berkemih karena kandung kemih tertekan oleh bagian
bawah janin.
4) Perasaan nyeri di perut dan di pinggang oeh adanya kontraksi-kontraksi lemah
uterus.
5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah mungkin
bercampur darah (bloody show).
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam persalinan adalah :
a) Passage
Jalan lahir berhubungan dengan bentuk panggul ibu yang terdiri dari bagian keras
dan bagian lunak. Janin harus menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif
kaku yaitu bagian tulang padat, dasar panggul, vagina dan introitus vagina (lubang
luar vagina) (Sumarak dkk, 2009)
b) Passenger
Pada persalinan, kepala bayi adalah bagian yang terpenting, karena dalam
persalinan perbandingan antara besarnya kepala dan luasnya panggul merupakan
hal yang menentukan. Jika kepala dapat melalui jalan lahir, bagian-bagian lainnya
dapat menyusul dengan mudah (Manuaba, 2010).
c) Power
Power adalah tenaga atau kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan
tersebut meliputi tenaga mengejan, his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi
diafragma, pembukaan,
dilatasi serviks, dan aksi dari ligamen, serta tenaga mengejan dari ibu dengan kerja
sama yang baik dan sempurna (Sumarah dkk,2009)
d) Psychology
Faktor psikologi sosial terdiri dari persiapan fisik dan mental, nilai dan kepercayaan
sosial budaya, pengalaman melahirkan sebelumnya, harapan terhadap persalinan,
kesiapan melahirkan tingkat pendidikan, dukungan orang terdekat.
(Indrayani dan Moudy, 2016).
Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika wanita itu tidak
memahami apa yang terjadi pada dirinya. Dukungan psikologis dari orang-orang
terdekat akan membantu memperlancar proses persalinan yang sedang
berlangsung menciptakan suasana yang nyaman, memberi sentuhan, memberi
penenang nyeri non farmakologi, memberi analgesia jika diperlukan dan bentuk
dukungan psikologis (Sumarah dkk, 2009).
e) Faktor Position
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Posisi tegak
memberi sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa letih hilang,
memberi rasa nyaman dan melancarkan sirkulasi darah. Posisi tegak meliputi posisi
berjalan, berdiri, jongkok, duduk. Posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi untuk
penurunan bagian terendah janin (Indriyani dan Moudy, 2016).
Posisi terdiri dari :
 Miring
 Jongkok
 Merangkak
 Setengah duduk
 Duduk
 Berdiri
Posisi yang umum digunakan adalah setengag duduk.
f) Faktor Penolong
Kompetensi yang dimiliki penolong dapat mencegah kematian maternal dan
neonatal. Dengan pengetahuan dan kompetensi yang baik diharapkan kesalahan
atau malpraktik dalam memberikan asuhan tidak terjadi
5. Tahapan Persalinan
Menurut Manuaba (2010), tahapan persalinan meliputi:
a) Kala I
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu
kuat sehingga pasien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida
berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurva
Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan
multigravida 2cm/jam dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap
dapat diperkirakan.
Pada kala I persalinan terdapat 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif.
1) Fase laten
Dimulai sejak awal ontraksi hingga pembukaan serviks kurang dari 4 cm.
2) Fase aktif
Serviks membuka dari 4-10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih
perjam hingga pembukaan lengkap 10 cm. Pada fase ini terbagi lagi menjadi 3
sub fase yaitu fase akselerasi (pembukaan 3-4 cm, berlangsung sekitar 2 jam),
fase dilatasi maksimal (pembukaan 4-9 cm) dan fase deselerasi (pembukaan 9-
10 cm).
b) Kala II
Gejala utama kala II adalah :
1) His semakin kuat, dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50-100 detik.
2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah dan ditandai dengan pengeluaran cairan
secara mendadak.
3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan
mengejan, karena tertekannya felxus Frankeshauser.
4) Kedua kekuatan, his dan mengejan yang lebih akan mendorong kepala bayi
sehingga terjadi pembukan.
5) Kepala lahir seluruhnya dan siikuti oleh putar paksi luar, yaitu penyesuaian
kepala terhadap punggung.
6) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan
jalannya : kepala dipegang pada ox occiput dan dibawah dagu, ditarik curam
kebawah untuk melahirkan bahu depan, dan curam keatas untuk melahirkan
bahu belakang, setelah kedua bahu lahir, ketika dikait untuk melahirkan sisa
badan bayi, bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
7) Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multi gravida 30 menit.
c) Kala III
Kala III dimulai pada saat setelah bayi lahir hinggalepasnya plasenta yang ditandai
dengan uterus globuler, tali pusat bertambah panjang, adanya perdarahan secara
tiba-tiba.
d) Kala IV
Kala IV yang dimaksud yaitu melakukan pemantauan selama 2 jam postpartum.
Observasi yang dilakukan meliputi keadaan umum ibu, tekanan darah, suhu, TFU,
kontraksi, perdarahan dan kandung kemih, Observasi 2 jam post partum dilakukan
pada tiap 15 dalam 1 jam pertama dan tiap 30 menit pada jam kedua. Perdarahan
kala I-IV dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.

B.Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


1. Pengkajian
a) Data Subjektif
Pasien MKB pada tanggal:......... Pukul.........WIB.
 Identitas meliputi nama, usia, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa dan
alamat.
 Keluhan Utama
Menurut Asrinah (2010), keluhan yang dapat terjadi pada ibu bersalin, yaitu:
1) Kala 1
 Pinggang terasa sakit menjalar ke depan, sifat teratur, interval semakin
pendek dan kekuatannya semakin besar.
 Nyeri semakin hebat bila untuk aktifitas (jalan) dan tidak berkurang bila
dibuat tidur.
 Mengeluarkan lendir darah melalui vagina.
 Keluar banyak cairan dari jalan lahir akibat pecahnya ketuban atau selaput
ketuban robek.
2) Kala 2.
 Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
 Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan vagina.
 Pola kebiasaan dan kebutuhan sehari-hari.
1) Kebutuhan nutrisi
Motalitas lambung dan absorbsi makanan padat sangat menurun. Hal ini
ditambah dengan penurunan sekresi getah lambung selama persalinan,
membuat pencernaan menjadi benar-benar berhenti sehingga waktu
pengosongan lambung sangat lama. Cairan tidak terpengaruh dan
meninggalkan lambung dalam waktu seperti biasanya. Makanan yang
dikonsumsi sesaat sebelum persalinan atau fase laten persalinan kemungkinan
akan tetap berada di lambung sepanjang proses persalinan. Mual muntah
umum terjadi selama fase transisi yang menandai berakhirnya kala I persalinan
(Kriebs dan Gegor, 2010). Kaji kebutuhan makan ibu, ibu terakhir kali makan
dengan porsi sedang dan nafsu makan baik.
2) Eliminasi.
Poliuria sering terjadi selama persalinan. Hal ini mungkin akibat lebih lanjut dari
peningkatan curah jantung selama persalinan dan kemungkinan peningkatan
laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal (Kriebs dan Gegor, 2010).
Kandung kemih harus dikosongkan secara berkala sepanjang proses
persalinan, minimal setiap 2 jam. Bila ibu tidak mampu berkemih dan kandung
kemihnya menjadi distensi, turunnya kepala janin ke pelvis dapat terganggu.
Kandung kemih yang penuh dapat dipalpasi tepat di bawah pubis (Sondakh,
2013).
3) Istirahat.
Istirahat sangat diperlukan klien untuk mempersiapkan energi menghadapi
proses persalinannya, hal ini akan lebih penting lagi jika proses persalinannya
mengalami pemanjangan waktu pada kala I (Sulistyawati, 2010).
4) Aktivitas
Ibu boleh berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring kiri atau
merangkak (JNPK-KR, 2007).
b) Data Obyektif
 Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum
Sadar dan mampu melakukan komunikasi. Tidak tampak sakit. Tidak terdapat
kelainan bentuk tubuh yang dapat mengganggu jalannya persalinan (Manuaba,
2007).
2) Kesadaran
Menurut Latief dkk (2000), penilaian kesadaran dinyatakan komposmentis jika
pasien sadar sepenuhnya dan memberi respons yang adekuat terhadap
stimulus yang diberikan.
3) Tanda-tanda vital
 Tekanan darah.
Meningkat selama kontraksi dengan tekanan sistolik meningkat rata-
rata 10-20 mmHg dan tekanan diastolik meningkat rata-rata 5-10
mmHg. Diantara kontraksi, tekanan darah kembali ke tekanan
sebelum persalinan. Perubahan posisi ibu dari terlentang ke posisi
miring mengurangi perubahan tekanan darah selama kontraksi. Nyeri,
rasa takut dan khawatir akan semakin meningkatkan tekanan darah (Kriebs
dan Gegor, 2010).
 Nadi
Normalnya 80-100x/menit, terjadi perubahan mencolok selama kontraksi,
menurun pada saat puncak kontraksi hingga mencapai frekuensi yang lebih
rendah dari pada frekuensi nadi di antara
kontraksi (Kriebs dan Gegor, 2010).
 Pernapasan
Pada saat persalinan, pernapasan normal antara 18-24x/menit (Kriebs
dan Gegor, 2010)
 Suhu
Normalnya antara 36,5-37,5o C, sedikit meningkat selama proses
persalinan, paling tinggi selama dan sesaat setelah kelahiran. Suhu
dianggap normal jika peningkatannya tidak lebih dari 0,5-1oC. Peningkatan
ini mencerminkan peningkatan metabolisme yang sedang terjadi selama
persalinan.

 Pemeriksaan Fisik
1) Wajah
Tidak pucat, tidak bengkak. Apabila wajah ibu terlihat pucat, kemungkinan
anemi dan apabila wajah ibu bengkak, kemungkinan terjadi pre eklampsi.
Apabila saat persalinan terjadi anemia pada ibu maka potensial terjadi
perdarahan dan jika terdapat tanda – tanda preeklamsi potensial terjadi kejang/
eklamsi (Wahyuningsih, 2009).
2) Mata
Konjungtiva merah muda tidak pucat, jika pucat menunujukkan tanda-tanda
anemia. Sedangkan warna sklera putih, jika sklera berwarna kuning maka
menunjukkan ibu menderita penyakit hepatitis (Manuaba, 2007).
3) Mulut.
Mukosa bibir lembab, tidak pucat. Apabila mukosa bibir ibu kering,
menandakan dehidrasi dan apabila pucat menandakan anemia.
4) Leher.
Tidak ada bendungan vena di leher yang kemungkinan adanya gangguan
aliran darah akibat penyakit jantung atau aneurisma vena (Manuaba, 2007),
tidak ada pembesaran kelenjar gondok atau pembesaran kelenjar limfe
(Wirakusumah, 2011) yang kemungkinan infeksi, metastasis keganasan
(jarang) (Manuaba, 2007).
5) Payudara.
Menurut Manuaba (2007), pemeriksaan payudara pada ibu bersalin, meliputi:
 Puting susu: bersih dan menonjol (puting susu datar atau tenggelam
membutuhkan perawatan payudara untuk persiapan menyusui).
 Kolostrum: sudah keluar (adanya kolostrum karena prolaktin yang
tinggi, menyebabkan pembentukan kolostrum lebih awal, terjadi
perubahan keseimbangan antara estrogen dan progesterone, oksitosin
dan prolaktin mengakibatkan dikeluarkannya kolostrum dan
merupakan tanda bahwa ASI akan banyak.
6) Abdomen.
Menurut Wirakusumah (2011) pemeriksaan abdomen pada ibu bersalin,
meliputi:
 Leopold I
 Mengetahui umur kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri
 Menentukan bagian janin pada fundus uteri, normalnya pada
bagian fundus teraba bagian bulat, lunat dan tidak melenting,
maka itu adalah bokong.
 Variasi dari leopold I = Pemeriksaan Knebel.
Menentukan letak kepala/bokong dengan satu tangan di fundus
dan tangan yang lain di atas simfisis.
 Menentukan TFU menurut satuan Mc. Donald
 Menentukan taksiran berat janin (TBJ).
Menurut Mansjoer (2009), Taksiran berat janin ditentukan berdasarkan
rumus Johnson Toshack, yaitu:
TBJ = [TFU (cm) – N] x 155 gram.
Keterangan:
N=13 (bila kepala belum melewati pintu atas panggul)
N=12 (bila kepala masih berada di atas spina ischiadika)
N=11 (bila kepala masih berada di bawah spina ischiadika)
 Leopold II
Mengetahui bagian-bagian janin yang berada pada bagian samping
kanan dan kiri uterus (Mandriawati, 2008). Normalnya teraba
panjang, keras seperti papan maka bagian tersebut adalah punggung
dan bagian lainnya merupakan bagian kecil janin.
 Leopold III
Menentukan bagian janin yang berada di bawah uterus, dan apakah
bagian janin pada bawah uterus sudah masuk atau belum masuk PAP
(Mandriwati, 2008:91). Normalnya teraba bulat keras, tidak dapat
digoyangkan (sudah masuk PAP), pada kala 1 kepala berada pada hodge I
– III dan pada kela IV kepala berada pada hodge IV.
 Leopold IV
 Memastikan bagian terendah janin sudah masuk PAP dan seberapa
banyak bagian terendah janin sudah masuk PAP (Mandriwati,
2008): jika tangan konvergen, berarti hanya bagian kecil dari
kepala yang turun ke dalam panggul.
 Jika kedua tangan sejajar, berarti separuh dari kepala telah masuk
ke rongga panggul.
 Jika kedua tangan divergen, berarti bagian terbesar dari kepala
telah masuk ke rongga panggul dan ukuran terbesar kepala sudah
melewati PAP (Wirakusumah, 2011).
 Auskultasi (DJJ).
Terdengar jelas di bagian punctum maksimum, tempat ini di kiri/
kanan bawah pusat pada presentasi kepala. Jumlah DJJ normal antara
120-160x/menit (Manuaba, 2005).
7) Genetalia
Bersih, tidak oedem, tidak varises, tidak ada kondiloma talata maupun
akuminata, tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada pembesaran kelenjar
bartholini, terdapat pengeluaran lender bercampur darah (Manuaba,
2005).
8) Anus
Haemorroid tidak menonjol.
 Pemeriksaan Khusus
1) Pemeriksaan Dalam/ Vagina Toucher (VT)
Menurut Manuaba (2005), yang diperhatikan saat VT adalah:
 Perabaan serviks.
Penipisan dan pembukaan serviks. Pada kala satu fase laten pembukaan
serviks dimulai dari 1- 3 cm, fase aktif dimulai dari pembukaan 4 – 10 cm
 Ketuban : Utuh/ sudah pecah
 Presentasi : Normalnya teraba kepala
 Denominator : Normalnya teraba UUK depan kanan atau kiri
 Penurunan kepala : Hodge I-IV
 Normalnya tidak ada caput dan bagian yang menumbung.
2) Pemeriksaan penunjang.
Normalnya tidak dilakukan
2. Analisa
a) Diagnosa
G_PAPIAH UK 37-42 minggu, tunggal, hidup, intrauterine, letak, kesan/ keadaan
jalan lahir, keadaan ibu dan janin, Inpartu Kala I Fase Laten/ Fase Aktif/ Kala
II/ Kala III/ Kala IV.
b) Masalah.
Masalah sering berhubungan dengan bagaimana wanita itu mengalami kenyataan
terhadap diagnosisnya. Rumusan Diagnosa Kebidanan dan Masalah Pada Ibu
Bersalin :

No Diagnosa Kebidanan Masalah


Takut dengan gambaran rasa sakit selama
proses persalinan
1 Kala I Fase Laten
Bingung dengan apa yang harus dilakukan
selama proses persalinan
2 Kala I Fase Aktif Tidak tahan dengan nyeri akibat kontraksi
Merasa tidak percaya diri dengan
3 Kala II kemampuannya meneran
Bingung memilih posisi meneran
Kecewa dengan jenis kelamin bayinya
4 Kala IV Tidak kooperatif dengan proses IMD
Cemas

3. Perencanaan
Menurut JNPK-KR (2008), asuhan yang dilakukan saat persalinan meliputi :
Kala I
a) Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
b) Anjurkan ibu untuk berkemih sesering mungkin bila ibu ingin berkemih
c) Observasi tanda-tanda vital, HIS, dan pantau DJJ janin
d) Anjurkan ibu untuk mengurangi rasa nyeri dengan cara:
 Ajarkan pada ibu teknik relaksasi
 Ajarkan teknik bernapas panjang dengan cara menarik napas panjang kemudian
dikeluarkan saat terasa kontraksi
e) Ajarkan ibu untuk melakukan penekanan pada lutut
f) Anjurkan ibu untuk berjalan-jalan dengan didampingi seseorang untuk menemani
g) Anjurkan ibu untuk miring kekiri atau memilih posisi yang nyaman.
h) Anjurkan ibu untuk tetap makan dan minum selam proses persalinan.
i) Siapkan partus set dan obat-obatan yang diperlukan
j) Observasi sesuai partograf.
Dengan menggunakan partograf, kemajuan persalinan dapat diketahui dan
komplikasi dapat dideteksi sesegera mungkin. Partograf adalah suatu grafik yang
menggambarkan kemajuan persalinan kala I fase aktif dengan merekam kemajuan
pembukaan serviks, penurunan bagian terendah janin, keadaan his,
kondisi ibu dan janin (Lailiyana dkk, 2012).
k) Libatkan keluarga dan suami dalam proses persalinan.

Perbedaan Lamanya Kala I, II, III, IV Pada Primigravida dan


Multigravida

Kala Primigravida Multigravida


I 13-14jam 6-7jam
II 1,5jam 0,5-1jam
III 6-15menit 6-15menit
IV 2 jam 2 jam
Kala II
a) Jaga kebersihan klien
b) Atur posisi meneran
c) Penuhi kebutuhan hidrasi
d) Ajari ibu teknik meneran yang benar
e) Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
f) Lakukan pertolongan persalinan sesuai dengan 58 langkah asuhan persalinan
normal
Kala III
a) Periksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
(hamil tunggal).
b) Manajemen Aktif Kala III
- Injeksi oksitosin 10 unit/ I.M
- Penegangan tali pusat terkendali (PTT)
- Masase uterus
Kala IV
a) Menilai perdarahan, periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi
dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkanplasenta ke dalam
kantung plastik atau tempat khusus.
b) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. Bila ada robekan
yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan. Derajat
laserasi pada perineum dibagi menjadi 4 kategori, menurut Lailiyana dkk
(2012), meliputi :
- Derajat pertama, laserasi yang mengenai mukosa dan kulit perineum.
- Derajat kedua, laserasi yang mengenai mukosa vagina, kulit, dan
jaringan perineum.
- Derajat ketiga, laserasi yang mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan
perineum, dan sfingter ani.
- Derajat keempat, laserasi yang mengenai mukosa vagina, kulit,
jaringan perineum, dan sfingter ani yang meluas sampai ke mukosa
rectum
c) Melakukan prosedur pascapersalinan, pastikan uterusberkontraksi dengan
baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam :
- 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
- Setiap 15 menit pada satu jam pertama pascapersalinan
- Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
d) Lakukan Inisiasi Menyusu Dini dan biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit
di dada ibu paling sedikit 1 jam.
e) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
f) Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
g) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
h) Dekontaminasi tempat bersalin dan alat-alat dengan larutan klorin 0,5%.
i) Dokumentasi, lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa
tanda vital dan asuhan kala IV.

4. Penatalaksanaan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tujuannya adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, yang, mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping (Sulistyawati, 2010).

5. Evaluasi
Evaluasi pada kasus ini, yaitu ibu bersedia istirahat cukup, ibu merasa tenang
karena tahu kondisinya, bayi telah lahir normal, menangis kuat, gerak aktif. dapat
melakukan asuhan sayang ibu dan sayang bayi, melakukan observasi 2 jam post
partum, asuhan yang diberikan telah tercatat dalam rekam medik dan partograf
(Sulistyawati, 2010).

Anda mungkin juga menyukai