Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KELOMPOK

DETEKSI DINI DAN PENANGANAN AWAL

KEGAWATDARURATAN PADA KEHAMILAN DENGAN ABORTUS

MATA KULIAH KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

DAN BASIC LIVE SUPPORT

Disusun Oleh :

1. Natasya Aurelia (P27824122048)


2. Nida Atvia Hana (P27824122050)
3. Sintya Putri Famelia Felita (P27824122069)
4. Vita Feby Riskita Panajaitan (P27824122073)
5. Helfiana Ramadhona (P27824123001)

Dosen Pengampu:
Titi Maharrani, SST., M.Keb
NIP. 198503202006042003

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN SUTOMO
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah pada mata kuliah Kegawatdaruratan Maternal Neonatal


dan Basic Live Support dengan judul “Deteksi Dini dan Kegawatdaruratan
Pada Kehamilan dengan ” telah disetujui oleh dosen pengampu mata
kuliah Kesehatan Masyarakan pada tanggal 16 Januari 2024

Dosen Pengampu Mata Kuliah

Titi Maharrani, SST., M.Keb


NIP. 198503202006042003
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kami


kemudahan untuk dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Deteksi
Dini dan Kegawatdaruratan Pada Kehamilan Abortus” ini sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Tanpa adanya berkat dan rahmat Allah SWT
tidak mungkin rasanya kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan
baik dan tepat waktu.
Dalam makalah ini kami memaparkan bagaimana penulis
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah:
a. Ibu Kharisma Kusumaningtyas, S.Si.T., M.Keb, selaku Ketua Program
Studi D3 Kebidanan Sutomo dan Dosen Pengajar Mata Kuliah
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal dan Basic Live Support
b. Ibu Titi Maharrani, SST., M.Keb selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal dan Basic Live Support
c. Ibu Uswatun Khasanah, SST, M.Keb selaku Dosen Pengajar Mata
Kuliah Kegawatdaruratan Maternal Neonatal dan Basic Live Support
d. Teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih sangat
jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun
sebagai masukan bagi kami kedepan dalam pembuatan makalah sangat
berarti. Akhir kata penulis mengucapkan mohon maaf bila ada kata-kata
dalam penyampaian yang kurang berkenan. Sekian dan terima kasih.
Selamat membaca dan mudah-mudahan makalah kami dapat menambah
pengetahuan dan wawasan para pembaca.

Surabaya, 16 Januari 2024

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Federasi obstetric ginekologi internasional menjelaskan bahwa
kehamilan dapat diartikan sebagai fertilasi atau penyatuan spermatozoa
dan ovum yang dilannjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung
dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut
kelender internasional. Jadi kehamilan juga terbagi menjadi tiga trimester
dimana trimester pertama berlangsung dari konsepsi sampai tiga bulan (0-
12 minggu), trimester kedua dimulai dari bulan keempat sampai enam
bulan (13-28 minggu), trimester ketiga dari bulan tujuh sampai sembilan
bulan (29-42 minggu) (Fatimah dan Nuryaningsih, 2017).

Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai resiko


terjadinya komplikasi dimana dapat memberikan ancaman kepada ibu dan
janin. Dalam hal ini komplikasi dan penyulit dapat dicegah melalui
pemeriksaan yang dilakukan secara dini yang mampu mendeteksi dan
menangani resiko tinggi pada masa kehamilan. (Wahyu, 2019). Untuk
mengetahui terjadinya suatu kehamilan dapat dilakukan dengan mengenali
tanda dan gejala, seperti adanya tanda kemungkinan kehamilan, tanda
tidak pasti kehamilan, tanda pasti kehamilan. Tanda tidak pasti kehamilan
meliputi amenorrhea, mual dan muntah, mastodinia, quickening, sering
buang air kecil, konstipasi, perubahan berat badan, perubahan warna kulit,
perubahan payudara, mengidam, pingsan, lelah dan varices. Sedangkan
tanda kemungkinan

kehamilan meliputi perubahan pada uterus, tanda pisckaceks, suhu


basal, perubahan pada serviks, pembesaran abdomen, kontraksi uterus dan
pemeriksaan tes biologis kehamilan. Dan tanda pasti kehamilan meliputi
Gerakan janin dalam rahim terlihat dan teraba, bagian-bagian janin teraba,
dan adanya denyut jantung janin (Dartiwen dan Yati Nurhayati, 2019).
Untuk mengetahui adanya resiko pada kehamilan, sangat perlu dilakukan
deteksi dini adanya komplikasi/penyakit yang mungkin terjadi selama
kehamilan dengan cara test skrining atau deteksi dini yaitu dengan
melakukan anamnesa berupa pertanyaan, pemeriksaan fisik dan didukung
oleh pemeriksaan laboratorium. Selain itu gejala-gejala komplikasi seperti
abortus dapat dilihat dari kontraksi uterus (dengan atau tanpa nyeri
suprapubic) dan perdarahan vagina pada kehamilan dengan janin yang
belum mengalami perkembangan. (Anisa, Mutmainnah dan Purwaningtias,
2016).

Abortus suatu kondisi yang dimana dapat menjadi ancaman atau


pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan
sebelum umur 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus
dibagi menjadi 2 yaitu abortus spontan dan abortus provokatus. Abortus
spontan dimana akan kehilangan kehamilan pada usia. ditandai dengan
keluarnya bercak atau flek kecokelatan dari vagina sebelum usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Abortus dapat dibagi menjadi dalam beberapa macam yaitu abortus
imminens, abortus insipient, abortus kompletus, abortus inklompletus,
missed abortion, abortus habitualis, abortus infeksiosus, abortus septik
(Prawirohardjo, S, 2016).

Komplikasi yang sering kali terjadi pada awal kehamilan yaitu


abortus imminens yang ditandai dengan adanya perdarahan dari uterus
sebelum usia kehamilan 20 minnggu yang disertai kontraksi dimana hasil
konsepsi masih utuh didalam uterus dan ostium tertutup (Nurbaiti, dkk,
2019).

Deteksi dini terjadinya abortus imminens pada masa kehamilan


yaitu dengan mengenali tanda dan gejala terjadinya abortus imminens
seperti keluarnya flek dari kemaluan yang disertai dengan mulas ringan
seperti pada saat menstruasi. Adapun upaya pencegahan terjadinya abortus
imminens yaitu dengan menjaga pola makan, tidak melakukan aktivitas
berlebih, menghindari stress, membuat program kehamilan serta sering
melakukan konsultasi kepada petugas kesehatan yang terdekat (Debby,
partiwi, dkk, 2019). Untuk mengetahui terjadinya abortus imminens maka
perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium seperti, pemeriksaan
panggul, USG, dan test darah untuk mengetahui adanya kelainan yang
mempengaruhi perkembangan kehamilan serta untuk mengetahui ibu yang
mengalami kekurangan zat besi. Karena kekurangan zat besi pada ibu
hamil dapat menyebabkan gangguan ataupun hambatan pada pertumbuhan
janin, baik sel tubuh maupun sel otak. (Indah, Jayani, 2017).

Jika sudah terjadi abortus imminens yang dapat berakibat menjadi


abortus inkomplet maka membutuhkan perawatan dan pengawasan untuk
mengatasi perdarahan. Karena perdarahan yang tidak teratasi dengan cepat
dan tepat akan mengancam keselamatan ibu hamil akibat syok
hipovolemik (Nurbaiti, Nurul Rahma, dkk, 2019).

Berdasarkan data dan informasi World Health Organization (2020),


terdapat 4,7%-13,2% yang mengalami kasus aborsi. Diperkirakan 30
wanita meninggal untuk setiap 100.000 aborsi yang tidak aman dinegara
maju. Sedangkan di negara berkembang meningkat menjadi 220 kematian
per 100.000 aborsi yang tidak aman. Menurut Data dan Informasi Profil
Kesehatan Indonesia (2019) jumlah kejadian abortus di Indonesia berkisar
1.280 ibu hamil. Dari keseluruhan diatas sebagian besar terjadi di Provinsi
Jawa Barat dan Jawa Timur yaitu 16% dan 12 %. Ibu yang mengalami
abortus (Kemenkes RI, 2020).

Menurut Dinas Kesehatan Sumatera Utara tahun 2019


menggambarkan prevelensi kejadian abortus pada kehamilan di Sumatera
utara tahun 2019 berkisar 62 orang(48%)(Kemenkes RI, 2020). Dan angka
kejadian tertinggi berada di kabupaten Deli Serdang berkisar 15 orang
(24%) (Dinkes Kab. Deli serdang, 2018). Menurut penelitian (Elisa Diyah
Purwaningrum, 2017), dimana hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa
ibu hamil yang mengalami abortus sebagian besar berusia 20-35 tahun
dengan persentase 67,5% (Elisa Diyah Purwaningrum, 2017). Dan
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh.
Srihwahyuni, dkk, ibu hamil yang mengalami abortus berkisar
57,4% (usia 35 tahun) dan 65,2% (umur 20-35 tahun). Sedangkan
penelitian yang dilakukan Layla Fadhilah Rangkuti, dkk, (2019) dengan
hasil bahwa sebagian besar ibu hamil yang mengalami abortus dilihat dari
usia 35 tahun berkisar 38 orang (76%), pada usia kehamilan kurang dari
20 minggu sebanyak 30 orang (60%) dan berdasarkan paritas 4 berjumlah
37 orang (74%) (Layla Fadhilah Rangkuti, dkk, 2019). Menurut

Kemenkes (2018) upaya yang harus dilakukan pemerintah dalam


penanganan untuk menurunkan angka kejadian abortus dengan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas dengan
elemen pelayanan seperti penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan, pengukuran tekanan darah, pemberian tablet tambah darah selama
kehamilan, pelayanan tes laboratorium (HB) (Kemenkes, 2018).

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di Praktek Bidan


Mandiri Romauli Silalahi Marelan mulai dari tanggal 16-30 November
2020 bahwa jumlah keseluruhan ibu hamil yang datang memeriksa
kehamilan berjumlah 36 orang. Diantaranya ibu hamil yang yang tidak
mengetahui deteksi dini yaitu 28 orang. Jumlah ibu hamil yang
mengetahui deteksi dini yaitu 8 orang. Jumlah ibu hamil yang mengalami
tanda gejala abortus imminens 20 orang dan yang tidak mengalami gejala
abortus imminens 16 orang. Selain dari kejadian abortus terdapat juga
masalah lainnya seperti KJDK, premature. Berdasarkan hasil dari survey
yang dilakukan ibu hamil yang datang periksa kehamilan masih ada yang
kurang informasi tentang pentingnya mendeteksi dini kehamilan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan urutan latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan
dibahas pada makalah ini adalah :
a. Apakah yang dimaksud dengan kegawatdaruratan abortus ?
b. Apakah pengertian deteksi dini dan penanganan awal abortus terhadap
kehamilan?
c. Bagaimanakah patofisiologi dari kehamilan abortus ?
d. Bagaimana gambaran tentang deteksi dini abortus pada kehamilan ?
e. Tindakan Apa yang perlu dilakukan pada penanganan awal abortus ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Utama
Menambah wawasan dan juga pengetahuan tentang deteksi dini
dan penanganan awal kegawatdaruratan kehamilan abortus.

1.3.2 Tujuan Khusus


Mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian tentang deteksi dini dan penanganan
awal kegawatdaruratan kehamilan abortus.
b. Mengetahui apa yang yang dimaksud kegawatdaruratan
abortus.
c. Mengetahui dan memahami patofisiologi pada
kegawatdaruratan kehamilan abortus.
d. Mengetahui dan memahami gambaran tentang deteksi dini dan
penanganan awal.
e. Mengetahui dan memahami tindakan yang perlu di lakukan
pada penanganan awal dan mendeteksi dini.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi Mahasiwa
Penulisan makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang
lebih luas mengenai deteksi dini dan penanganan awal
kegawatdaruratan kehamilan abortus di kegawatdaruratan maternal
neonatal dan basic live support dan penatalaksanaan kegawatdaruratan
kehamilan abortus, serta dapat digunakan sebagai bahan literatur bagi
mahasiswa

1.4.2 Bagi Instansi Pendidikan


Diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk proses belajar
pemberian asuhan dan dapat digunakan sebagai tambahan bahan
kepustakaan.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Diharapkan hasil studi kasus ini dapat memberikan tambahan ilmu
pengetahuan dan wawasan bagi masyarakat luas tentang
kegawatdaruratan kehamilan abortus.

1.5 Sistematika Penulisan


Agar pembahasan makalah ini dapat tersusun dengan rapih dan
sistematis supaya dapat mudah dipahami, maka penulisan menetapkan
sistematika pembahasan dari penulisan makalah ini yang terdiri dari tiga
bab, dengan penulisan sebagai berikut.

Bab pertama pendahuluan, meliputi latar belakang masalah,


rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika
penulisan.

Bab kedua konsep teori, penulis akan menguraikan landasan teori


tentang pengertian deteksi dini pada kehamilan abortus, menjelaskan
penanganan awal kegawatdaruratan abortus, pengertian abortus, presentase
kegawatdaruratan abortus pada kehamilan.

Bab ketiga berisi penutup, penulis akan menyimpulkan


keseluruhan isi dari konsep teori, serta memberikan saran untuk penulis
selanjutnya ditutup dengan Daftar Pustaka.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Abortus

Abortus adalah setiap kehamilan yang berakhir secara spontan sebelum


janin dapat bertahan. Organisasi Kesehatan Dunia mendifinisikan sebagai embrio
atau janin seberat 500 gram atau kurang, yang biasanya sesuai dengan usia janin
(usia kehamilan) dari 20 hingga 22 minggu atau kurang. Abortus spontan terjadi
pada sekitar 15%-20% dari seluruh kehamilan yang diakui, dan biasanya terjadi
sebelum usia kehamilan memasuki minggu ke-13. (Fauziyah, 2012)

bortus imminens adalah abortus yang mengancam kehamilan, perdarahan


bisa berlanjut beberapa hari atau dapat berulang dan ditandai dengan kram perut
bagian bawah dan perdarahan sedikit dijalan. Dalam kondisi ini kehamilan masih
bisa dipertahankan. (Dartiwen dan Yati Nurhayati, 2019).

Abortus imminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan pervaginam pada


umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Dimana penderita mengeluh mulas
sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali. Ostium uteri masih tertutup, besarnya
uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dan tes kehamilan urin masih positif.
(Prawirohardjo, 2016)

Abortus imminens ditandai dengan perdarahan pervaginam yang terjadi pada


kehamilan sebelum usia 20 minggu tanpa adanya hasil konsepsi yang keluar dari
uterus, dapat disertai kontraksi dan dilatasi uterus. Abortus imminens perlu
mendapat penanganan yang baik, karena beresiko untuk berlanjut menjadi abortus
inkomplit. Perdarahan yang tidak teratasi dengan cepat dan tepat akan mengancam
keselamatan ibu hamil akibat syok hipovolemik (Nurbaiti, dkk, 2019)

Patofisiologis Abortus

Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis Kemudian di ikuti
oleh nekrosis jaringan disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi
terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga menjadi benda asing dalam uterus.
Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.
(Djamhoer, Firman, Jusuf S, 2013). Apabila pada kehamilan kurang dari 8
minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta mendalam sehingga hasil
konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Apabila kehamilan 8-14 minggu vili
khorialis sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat dilepaskan
sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan dari pada plasenta. (Djamhoer,
Firman, Jusuf S, 2013). Sebelum minggu ke 10, hasil konsepsi biasanya
dikeluarkan degan lengkap. Hal ini disebabkan sebelum minggu ke-10 vili korialis
belum menanamkan diri dengan erat kedalam desidua hingga telur mudah terlepas
keseluruhannya. Kemudian antara minggu antara minggu ke-10 hingga minggu
ke-12 korion tumbuh dengan cepat dan hubungan vili korialis dengan desidua
makin erat hingga mulai saat tersebut sering kali sisa-sisa korio (plasenta)
tertinggal kalua terjadi abortus. Pengeluaran hasil konsepsi didasarkan dalam 4
cara sebagai berikut :

a. Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini, meninggalkan


sisa desidua.
b. antong amnion dan isinya (fetus) didorong keluar, meninggalkan korion
dan desidua.
c. Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan pendorong janin
ke luar, tetapi mempertahankan sisa amnion dan korioon (hanya janin yang
dikeluarkan)
d. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh.

Deteksi Dini Kegawatdaruratan pada Kehamilan dengan Abortus

Adapun upaya dalam mendeteksi adanya abortuspada ibu hamil, yaitu:

1. Penimbangan Bewrat Badan


Pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya
gangguan pertumbuhan janin dengan pengukuran tinggi badan pada
pertama kali kunjungan dilakukan untuk menapis adanya faktor resiko
pada ibu hamil.
2. Beri Tablet Tambah Darah (Zat Besi)
Kekurangan zat besi pada ibu haml dapat menyebabkan gangguan ataupun
hambatan pada pertumbuhan janin, baik sel tubuh maupun sel otak. (Indah
Jayani, 2017). Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus
mendapat tablet tambah darah (tablet zat besi) dan Asam Folat minimal 90
tablet selama kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.
3. Pemeriksaan Laporatorium
a. Pemeriksaan kadar Hemoglobin (HB) pemeriksaan kadar hemoglobin
darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada trimester pertama dan
sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tdak selama
kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses
tumbuh kembang janin dalam kandungan.

Penanganan Awal Kegawatdaruratan pada Kehamilan dengan Abortus

1. Menjamin kelanjaran jalan nafas, pemulihan sistem respirasi dan sirkulasi


2. Mengganti cairan tubuh yang hilang dengan pemberian cairan ntravena
3. Menghentikans umber perdarahan atau infeksi (dengan antibiotika)
4. Mempertahankan suhu tubuh
5. Megatasi rasa nyeri dan gelisah
6. Apabila perdarahan berhenti lakukan asuhan antenatal dan lakukan
penilaian jika perdarahan terjadi lagi
7. Apabila perdarahan uterus berlangsung nilai kondisi janin (uji
kehamilan /USG).

Anda mungkin juga menyukai